pemberdayaan kelompok ekonomi produktif...
TRANSCRIPT
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
26 Unmas
Denpasar
PEMBERDAYAAN KELOMPOK EKONOMI PRODUKTIF
PENDUKUNG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DI DESA
PAJAHAN DAN MUNDUK TEMU KECAMATAN PUPUAN, TABANAN
K. Sumantra1), Anik Yuesti2), IB. Suryatmaja3) dan AA. K Sudiana4)
1)Fak. Pertanian, 2)Fak. Ekonomi, 3)Fak. Teknik dan 4)Fak. Hukum Unmas
ABSTRACT
Pajahan and Munduk Temu villages located in the Pupuan subdistrict, and do not
have are striking agro-climatic differences, but have different potentials, on the other hand
its potential has not been explored so that the number of poor families in the two villages is
still quite high. The main livelihood of community in the two villages was farming on dry
land with a pattern of poly-culture. Poly-cultures that grow more than 4 species of plants or
more in the same fields such as coffee, snake fruit, mangosteen, durian, cocoa and combined
with forage crops. The method used was the Sustainable Livelihoods Approach (SLA)
consists of three phases of activity, namely (1) the stage of awareness, (2) mentoring phase
and (3) the stage of institutionalization. The results of studies and actions show that: 1) Core
business for supporting of BUMDes in the two villages was the processing of the coffee
beans into the coffee powder, development of Gulapasir salacca and mangosteen as well as
the development of processed products based on salacca, mangosteen, durian and as a
superior product domestic industry. 2) Development of organic GAP of Gulapasir salacca,
and mangosteen as a supporter BUMDes needed to produce standards and certified
products. 3) waste utilization of leather coffee husks should be optimized with the addition of
technology to result the quality of organic fertilizer. 4) In order the BUMDes in the two
villages healthy, the assistance is needed trought prepared a supervisory institutions,
agencies and institutions a guarantor of business partnership.
Kata kunci: Ekonomi Produktif, Pemberdayaan, BUMDes, Pajahan, Munduktemu
PENDAHULUAN
Mata pencaharian penduduk desa Pajahan dan Munduk Temu masih dominan
bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai
petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja serabutan
lainnya. Menurut data BPS (2012) penduduk berumur 15 tahun ke atas 40 persen bekerja di
sektor primer, 20 persen di sektor sekunder, dan 40 persen di sektor tersier. Apabila dikaitkan
antara matapencaharian dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Tabanan maka produktivitas sektor primer dan sekunder lebih rendah dibandingkan dengan
sektor tersier. Empat puluh persen penduduk yang bekerja di sektor primer hanya
berkontribusi 34 persen terhadap PDRB, 20 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder
hanya menghasilkan 12 persen PDRB, sedangkan 40 persen penduduk yang bekerja di sektor
tersier justru berkontribusi terhadap PDRB sebesar 54 persen (Sanjaya, 2015). Pertumbuhan
yang rendah ini sudah tentu berkorelasi dengan kecilnya pertumbuhan daya beli masyarakat
petani. Apabila tidak dilakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam pembangunan
pertanian maka pertanian akan semakin tidak diminati oleh generasi muda.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
27 Unmas
Denpasar
Data ini menunjukkan kompleksitas permasalahan di sector primer sangat besar.
Masalah utama kewilayaahan di dua desa ini adalah: 1) Volume produksi dengan skala usaha
kecil (small scale farming), 2) Produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada
waktu-waktu tertentu dan mudah rusak. 3) Kurang memadainya pasar, panjangnya saluran
pemasaran, dan harga berfluktuasi. 4) Rendahnya kemampuan tawar-menawar, dan
kurangnya informasi pasar. 5) Rendahnya kualitas produksi dan 6) Rendahnya kualitas
sumberdaya manusia di perdesaan dan tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang
memadai, sehingga penanganan produk mulai dari panen sampai pascapanen tidak dilakukan
dengan baik. Disamping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek
budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran.
Pemerintah Kabupaten Tabanan mengembangkan sebuah pendekatan pengembangan
usaha ekonomi yang berbasis di masyarakat khususnya perdesaan. Semangat yang dibangun
adalah memberdayakan segala potensi yang ada yang digarap secara bersama-sama oleh
semua pemangku kepentingan mulai penyiapan bahan baku (hulu) hingga berada ditangan
konsumen dan siap dikonsumsi (hilir). Hal ini guna mengatasi kendala yang ada dimana
usaha pengembangan kegiatan ekonomi produktif dimasyarakat baik yang diinisiasi oleh
pemerintah maupun perorangan belum membuahkan hasil seperti diharapkan. Pendekatan
yang diambil berupaya mewadahi setiap proses pengembangan usaha ekonomi produktif
masyarakat melalui mekanisme BUMDes (Sanjaya, 2015). BUMDes merupakan bagian dari
desa yang akan fokus bergerak mengembangkan perekonomian masyarakat dengan
menjadikan BUMDes menjadi bagian dari suatu proses produksi bagi produk-produk lokal
berbahan baku lokal. Tujuan kegiatan adalah : 1) Pembentukan unit-unit usaha pemdukung
bumdes; 2) Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan produk pangan berbasis produk
local; 3) Memberikan pemahanan tentang manajemen, proses produksi dan standarisasi
produk sesuai kegiatan di masing-masing kelompok; 3) Menyamakan persepsi dan standar
operasi kegiatan sesuai dengan devisi pada kelompok/desa berbeda.
METODE PELAKSANAAN
Metode utama dalam membangun wilayah di desa Pajahan dan Munduktemu adalah
aspek peningkatan ekonomi dan sosial menggunakan metode SLA (the sustainable livelihood
approach). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable Livelihoods Approach (SLA)
pada dasarnya upaya pelibatan masyarakat untuk belajar dan beraktivitas secara
berkelanjutan dengan cara unik, mereka menjalani hidup dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup mereka (Hamadeh, 2009). Secara sistemik metode utama kawasan ekonomi
masyarakat dalam mengejawantahkan integrated of society and land potential ditunjukkan
pada Gambar 1. Pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach) bersendikan pada 3
(tiga) tahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness), (2) tahap
pengkapasitasan/pendampingan (participating/scaffolding), dan (3) tahapan pelembagaan
(institutionalization).
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
28 Unmas
Denpasar
Gambar 1. Metode SLA (the sustainable livelihood approach) penerapan Ipteks bagi Wilayah
Model SLA (the sustainable livelihood approach) merupakan model pemberdayaan
yang dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengentasan kemiskinan
melalui pemberdayaan dan pembelajaran berkelanjutan, bertolak dari potensi wilayah dan
budaya lokal masyarakat setempat, melalui tahap penyadaran, pengkapasitasan
/pendampingan, dan pelembagaan. Tahap penyadaran (awareness) merupakan tahap
inisiasi untuk menyadarkan masyarakt agar mampu memahami kondisi kemiskinan beserta
penyebabnya, melakukan self-evaluation terhadap potensi, merefleksi terhadap
permasalahan kemiskinannya dan upaya yang dapat ditempuh untuk penanggulangannya,
melalui sosialisasi dan penyuluhan intensif, yang diorientasikan pada upaya mengatasi
sosio-ekonomi untuk bisa memanfaatkan lahan secara modern. Tahap pengkapasitasan
merupakan tahap aksi untuk mengkapasitasi komunitas dalam usaha produktif dengan
memberi bantuan investasi infrastruktur fisik, bibit ternak sapi/babi/ayam, rumah sehat,
bibit tanaman, biaya pengolahan tanah, dan pelatihan managemen produksi dan pemasaran,
sekaligus menyediakan pendampingan pada keluarga miskin untuk membangun, mengelola,
dan membesarkan usaha produktifnya. Selanjutnya pada tahapan pelembagaan
(institutionalization) adalah mewadahi usaha produktif pada suatu kelompok
institusi/organisasi/koperasi yang dapat memudahkan proses belajar, transfer Ipteks,
pemasaran, jaminan legalitas formal dan keberlanjutan dari aktivitas produktif-ekonomi
masyarakat di wilayah binaan. Pendekatan kewilayahan untuk mencapai sasaran dari
kegiatan disajikan seperti Gambar 2
(1) AWARENESS (3)STRENGTHENING (4) INSTITUTIONALIZATION
potensi
wilayah
kearifan lokal FIELD ACTIVITYMAPPING
KEARIFAN LOKAL, POTENSI
WILAYAH, ANALISIS
SWOT,PRA,PROGRAM BERSAMA,
PENDAMPINGAN, PENGUAT,
PELEMBAGAAN PRANATA SOSIAL
MASYARAKAT
SUPPORT
SELF-BELONGING
RESPONSIBILITY
TOP-DOWN
(PROGRAM KEM )
BOTTON-UP
PROGRAM
KERJA
GUIDANCE
NEEDED
EXCITING
CONDITION
EXPECTING CONDITION
GOAL (Kepuasan)
(2) CAPACITY
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
29 Unmas
Denpasar
Gambar 2. Model pemberdayaan kelompok ekonomi produktif pendukung BUMDes di
desa Pajahan dan Munduk Temu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemilihan Unit Usaha Pendukung Bumdes.
Pengembangan usaha BUMDes harus dilakukan dengan tumpuan: 1). Ketersediaan
potensi yang prospektif. Hal ini perlu dilakukan analisis dan penilaian studi kelayakan; 2).
Embrio kegiatan ekonomi produktif sebagai core bisnis; 3). Pengembangan kegiatan ekonomi
yang memenuhi hajat hidup orang banyak. Matapencaharian penduduk desa Pajahan dan
Munduk Temu masih dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan,
penggarap, buruh tani atau sebagai petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh
bangunan dan kerja serabutan lainnya. Jenis tanaman dominan yang ditanam di dua desa ini
adalah salak gulapasir, kopi, durian dan manggis (Gambar 3)
GERBANG PANGAN
Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan baku
Penerapan teknologi sederhana dan tepat guna
GERBANG EMAS
Pelatihan Produk berserta variannya
Standar produk
Kegiatan
Di Bagian
HILIR
BUMDes
DESA
PAJAHAN
BUMDes
DESA
MUNDUKTEMU
Kegiatan Di Bagian HULU
Pelatihan Manajemen
Kelembagaan
Paking dan
Labeling
PEMASARAN : BUMD, SUPERMARKET, HOTEL DLL
PER. Tinggi(IbW) Bappda SKPD CSR DLL
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
30 Unmas
Denpasar
Gambar 3. Jenis Tanaman yang diusahakan petani di desa Pajahan (1) dan desa Munduk
Temu (2)
Berdasarkan potensi dan peluang yang dimiliki di kedua desa maka core bisnis yang
dikembangkan adalah proses pengolah biji kopi menjadi kopi bubuk yang berkualitas
tinggi dan memiliki kelayakan pasar. Produk olahan berbasis tanaman salak,
manggis, durian dan produk IRT. Melalui inisiasi kelompok, tokoh masyarakat
dan pemuka masyarakat, maka mulai bulan Oktober 2014 di kedua desa telah
dibentuk BUMDes dengan nama Sri Sedana untuk desa Munduk Temu, dan Tugu Sari
untuk desa Pajahan. Kedua BUMDes ini bergerak dalam bidang Pengolahan biji kopi
menjadi kopi bubuk. Kegiatan kedua BUMDes belum beroperasi seperti di harapkan karena
dana pendukung dari Pemda Kabupaten Tabanan belum cair. Melalui kegiatan IbW tahun
2015, kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung kegiatan BUMDes yaitu pembentukan
Perdes, AD/ART dan pelatihan Manajemen bagi pengelola BUMDes.
Untuk mendukung BUMDes di kedua desa, melalui kegiatan IbW tahun 2015
dilakukan inisiasi unit-unit usaha baru yaitu melakukan pembinaan Kelompok Wanita Tani,
PKK, Gapoktan, kelompok tani salak Gulapasir Pala sari desa Pajahan, kelompok tani Guna
Karya desa Munduk Temu.
Untuk meningkatkan jumlah produk industry rumah tangga di masing-masing desa
dilakukan pelatihan membuat jajan, sirup, pia dan kripik berbasis bahan pangan dari buah
salak lokal. Pemilihan komoditas ini sebagai bahan baku disebabkan salak lokal nilai jualnya
sangat rendah yaitu Rp 500 – Rp 1000,- per kilogram tergantung musim. Melalui pelatihan
industry rumah tangga ini akan memberikan nilai tambah yang selama ini tidak dilihat
sebagai peluang usaha.
1 2
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
31 Unmas
Denpasar
Gambar 3. Pelatihan pembuatan industri rumah tangga berbasis buah salak lokal.
Disisi lain, potensi pengembangan salak Gulapasir di desa Pajahan dan Munduk
Temu sangat tinggi, namun masih terkendala teknologi produksi dan pembibitan. Melalui
kegiatan IbW tahun 2015 telah dilakukan transfer teknologi produksi buah diluar musim
melalui pembuatan Demplot dan Pembibitan tanaman salak Gulapasir secara partisipatif.
Bibit salak Gulapasir yang direncanakan 2000 pohon di masing-masing desa
diharapkan akan ditanam di lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal,
disamping untuk mengganti tanaman salak lakol yang tidak lagi banyak peminatnya.
Untuk mengembangkan salak Gulapasir yang bercita rasa khas maka kelompok
tani desa Munduk Temu sangat antusias mengembangkan salak Gulapasir dengan system
budidaya organic. Sistem ini dipilih dengan pertimbangan bahwa konsumen buah sudah
mempertimbangkan aspek kesehatan dan gizi sebagai pilihan utama, disamping teknik ini
ramah lingkungan. Di desa ini akan dikembangkan salak Gulapasir organic seluas 5 hektar.
Diharapkan melalui kegiatan IbW, salak Gulapasir yang dikembangkan secara organic
sudah dapat didaftarkan ke Departemen Pertanian untuk mendafat sertifikat organic.
Melalui kegiatan ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat memalui
pemasaran yang difasilitasi oleh BUMDes.
Gambar 4. Budidaya salak Gulapasir dan pembibitan salak Gulapasir partisipatif.
Mutu buah manggis sangat ditentukan oleh teknik budidaya yang diberikan,
disamping itu untuk mendapatkan buah manggis di luar musim diperlukan manajemen
kebun yang cermat dengan mempertimbangkan fenologi tanaman tersebut. Untuk
mengatasi kesenjangan yang terjadi dilakukan teknologi produkasi buah di luar musim
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
32 Unmas
Denpasar
dengan pemberian pupuk berimbang dan perlakuan pemberian paklobutrazol dan
pemberian KNO3 sebagai pematah dormansi.
Gambar 5. Budidaya Manggis di luar musim.
Untuk mengoptimalkan bahan baku limbah yang ada baik yang berasal dari ternak
babi mapun sekam hasil limbah dari pengolahan kopi menjadi pupuk organic telah
dilakukan sosialisasi pemanfaat limbah-limbah tersebut. Hasil sosialisasi diperoleh bahwa
masyarakat sulit untuk menerapkan system kandang secara komunal. Hal ini disebabkan
jumlah ternak yang dimiliki terbatas 1-2 ekor per rumah tangga, pelaksanaannya sulit
diterapkan, dan terbatasnya dana untuk membuat kandang komunal. Pemanfaat sekam
kulit kopi sebagai pupuk di kedua desa sudah lazim diperrgunakan, namun didalam
pelaksanaannya belum mendapat sentuhan teknologi seperti pemberian mikrobia kedalam
bahan baku, sehingga mutu pupuk yang dihasilkan masih rendah.
Gambar 6. Sosialisasi Pembuatan kandang komunal dan potensi sekam kopi sebagai pupuk
organic.
Untuk meningkat peran lebaga adat teruma subak abian dalam mendukung
BUMDes, maka dilakukan inisiasi pembentukan Koperasi Tani Subak Abian Amerta
Karya Desa Pajahan. Aktivitas subak abian di desa ini tidak seperti pada subak air.
Penyiapan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sehabis panen kopi belum
dilakukan, demikian juga aktivitas subak di bidang Agrobisnis. Oleh karena itu melalui
pembentukan koperasi tani, diharapkan peran-peran tersebut dapat diinisiasi sehingga
muncul unit-unit bisnis pendukung BUMDes.
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
33 Unmas
Denpasar
Gambar 7. Sosialisasi Pembentukan Koperasi Tani di desa Pajahan.
Permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan Bumdes adalah
masalah permodalan, masalah SDM, manajemen dan informasi teknologi dan masalah
akses pemasaran. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan BUMDes, lembaga
pengawasan, lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin.
SIMPULAN DAN SARAN
1. Core bisnis pendukung BUMDes desa Pajahan dan Munduk Temu adalah proses
pengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, pengembangan tanaman salak Gulapasir dan
tanaman manggis serta pengembangan produk olahan berbasis tanaman salak,
manggis, durian sebagai produk unggulan industry rumah tangga.
2. Pengembangan tanaman salak Gulapasir, dan Manggis organik sebagai pendukung
BUMDes perlu penerapan GAP dan SOP untuk menghasilkan produk berstandar dan
bersertifikasi.
3. Pemanfaat limbah sekam kulit kopi perlu dioptimalkan dengan penambahan sentuhan
teknologi untuk mengahsilkan pupuk organik berkualitas.
4. Perlu dilakukan pendampingan BUMDes, menyiapkan lembaga pengawasan,
lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin untuk terwujud BUMDes yang sehat
di desa Pajahan dan Munduk Temu.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih disampaikan kepada DRPM Ristek Dikti yang telah membiayai kegiatan Ipteks
bagi Wilayah (IbW) desa Pajahan dan Munduk Temu, serta pihak-pihak yang telah
membantu kegiatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Andre Gunder Frank. 1976. Sociology of Development and Under Development of
Sociology. Pluto Press (Terjemahan oleh Yiss) Pustaka Pulsar.
Bintarto, Tjokroamidjojo. 1982. Pengantar Pemikiran tentang Teori dan Strategi
Pembangunan NasionaL Jakarta: Gunung Agung.
Briant and White. 1987. Manajemen Pemhangunan. Jakarta: LP3ES
Cemea, Michael. M. 1988. Mengutamakan Manusia di dalam Pemhangunan. Jakarta: Ul
Press.
Chamber Robert 1983. Pembangunan Desa. Jakarta: LP3ES
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
34 Unmas
Denpasar
Desai AR. 1983. Sosiologi Sebuah Pengantar Kepada Penataan Kembali Pedesaan dalam
Hak dan Keutuhan Desa. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan,
Eka Martinngsih NGAG, dkk. 2009. Usulan Program Ib.W Desa Angkah dan desa
Bengkelsari Kecamatan Selemadeg Barat Tabanan Bali 2010/2012. LP2M Unmas
Denpasar.
Labek Suyasdi Pura, K. Sumantra, Sumeru Ashari, 2013. Potensi hasil dan mutu buah
beberapa kultivar salak gulapasir pada habitat baru di Bali dan upaya
perbaikkannya. Laporan Hibah Bersaing. Univ. Mahasaraswati Denpasar.
Pemdes Munduk temu. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-
Desa) 2010-2014. Arsip Kantor Desa Melaya.
Pemdes Pajahan.2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa)
2010-2014. Sumantra, K. Sumeru Ashari, T. Wardiyati, Agus Suryanto, 2011. Hasil dan mutu buah
salak gulapasir pada berbagai ketinggian berbeda di daerah pengembangan baru di
Bali. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura.Lembang 23-24
Nopember 2011.
Sumantra.K., Sumeru Ashari, Tatik Wardiyati, Agur Suryanto. 2012. The agroecosytem
approach as a basis concept in sustainable culttivation of salak Gulapasir in new
depelopment areas in Bali. This paper has been prepared for the International
Conference on Sustainable Development (ICSD) 6 March 2012, pp.15.
Sumantra dan Labek Suyasdi Pura, 2012.Analisis neraca air lahan pada pertanaman salak
gulapasir sebagai dasar untk pembuahan di luar musim.Jurnal Agrimeta Vol.02
(03): 1-12.