pemberdayaan kelompok ekonomi produktif...

9
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016 26 Unmas Denpasar PEMBERDAYAAN KELOMPOK EKONOMI PRODUKTIF PENDUKUNG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DI DESA PAJAHAN DAN MUNDUK TEMU KECAMATAN PUPUAN, TABANAN K. Sumantra 1), Anik Yuesti 2) , IB. Suryatmaja 3) dan AA. K Sudiana 4) 1) Fak. Pertanian, 2) Fak. Ekonomi, 3) Fak. Teknik dan 4) Fak. Hukum Unmas [email protected] ABSTRACT Pajahan and Munduk Temu villages located in the Pupuan subdistrict, and do not have are striking agro-climatic differences, but have different potentials, on the other hand its potential has not been explored so that the number of poor families in the two villages is still quite high. The main livelihood of community in the two villages was farming on dry land with a pattern of poly-culture. Poly-cultures that grow more than 4 species of plants or more in the same fields such as coffee, snake fruit, mangosteen, durian, cocoa and combined with forage crops. The method used was the Sustainable Livelihoods Approach (SLA) consists of three phases of activity, namely (1) the stage of awareness, (2) mentoring phase and (3) the stage of institutionalization. The results of studies and actions show that: 1) Core business for supporting of BUMDes in the two villages was the processing of the coffee beans into the coffee powder, development of Gulapasir salacca and mangosteen as well as the development of processed products based on salacca, mangosteen, durian and as a superior product domestic industry. 2) Development of organic GAP of Gulapasir salacca, and mangosteen as a supporter BUMDes needed to produce standards and certified products. 3) waste utilization of leather coffee husks should be optimized with the addition of technology to result the quality of organic fertilizer. 4) In order the BUMDes in the two villages healthy, the assistance is needed trought prepared a supervisory institutions, agencies and institutions a guarantor of business partnership. Kata kunci: Ekonomi Produktif, Pemberdayaan, BUMDes, Pajahan, Munduktemu PENDAHULUAN Mata pencaharian penduduk desa Pajahan dan Munduk Temu masih dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja serabutan lainnya. Menurut data BPS (2012) penduduk berumur 15 tahun ke atas 40 persen bekerja di sektor primer, 20 persen di sektor sekunder, dan 40 persen di sektor tersier. Apabila dikaitkan antara matapencaharian dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tabanan maka produktivitas sektor primer dan sekunder lebih rendah dibandingkan dengan sektor tersier. Empat puluh persen penduduk yang bekerja di sektor primer hanya berkontribusi 34 persen terhadap PDRB, 20 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder hanya menghasilkan 12 persen PDRB, sedangkan 40 persen penduduk yang bekerja di sektor tersier justru berkontribusi terhadap PDRB sebesar 54 persen (Sanjaya, 2015). Pertumbuhan yang rendah ini sudah tentu berkorelasi dengan kecilnya pertumbuhan daya beli masyarakat petani. Apabila tidak dilakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam pembangunan pertanian maka pertanian akan semakin tidak diminati oleh generasi muda.

Upload: doantu

Post on 13-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

26 Unmas

Denpasar

PEMBERDAYAAN KELOMPOK EKONOMI PRODUKTIF

PENDUKUNG BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) DI DESA

PAJAHAN DAN MUNDUK TEMU KECAMATAN PUPUAN, TABANAN

K. Sumantra1), Anik Yuesti2), IB. Suryatmaja3) dan AA. K Sudiana4)

1)Fak. Pertanian, 2)Fak. Ekonomi, 3)Fak. Teknik dan 4)Fak. Hukum Unmas

[email protected]

ABSTRACT

Pajahan and Munduk Temu villages located in the Pupuan subdistrict, and do not

have are striking agro-climatic differences, but have different potentials, on the other hand

its potential has not been explored so that the number of poor families in the two villages is

still quite high. The main livelihood of community in the two villages was farming on dry

land with a pattern of poly-culture. Poly-cultures that grow more than 4 species of plants or

more in the same fields such as coffee, snake fruit, mangosteen, durian, cocoa and combined

with forage crops. The method used was the Sustainable Livelihoods Approach (SLA)

consists of three phases of activity, namely (1) the stage of awareness, (2) mentoring phase

and (3) the stage of institutionalization. The results of studies and actions show that: 1) Core

business for supporting of BUMDes in the two villages was the processing of the coffee

beans into the coffee powder, development of Gulapasir salacca and mangosteen as well as

the development of processed products based on salacca, mangosteen, durian and as a

superior product domestic industry. 2) Development of organic GAP of Gulapasir salacca,

and mangosteen as a supporter BUMDes needed to produce standards and certified

products. 3) waste utilization of leather coffee husks should be optimized with the addition of

technology to result the quality of organic fertilizer. 4) In order the BUMDes in the two

villages healthy, the assistance is needed trought prepared a supervisory institutions,

agencies and institutions a guarantor of business partnership.

Kata kunci: Ekonomi Produktif, Pemberdayaan, BUMDes, Pajahan, Munduktemu

PENDAHULUAN

Mata pencaharian penduduk desa Pajahan dan Munduk Temu masih dominan

bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan, penggarap, buruh tani atau sebagai

petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh bangunan dan kerja serabutan

lainnya. Menurut data BPS (2012) penduduk berumur 15 tahun ke atas 40 persen bekerja di

sektor primer, 20 persen di sektor sekunder, dan 40 persen di sektor tersier. Apabila dikaitkan

antara matapencaharian dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Tabanan maka produktivitas sektor primer dan sekunder lebih rendah dibandingkan dengan

sektor tersier. Empat puluh persen penduduk yang bekerja di sektor primer hanya

berkontribusi 34 persen terhadap PDRB, 20 persen penduduk yang bekerja di sektor sekunder

hanya menghasilkan 12 persen PDRB, sedangkan 40 persen penduduk yang bekerja di sektor

tersier justru berkontribusi terhadap PDRB sebesar 54 persen (Sanjaya, 2015). Pertumbuhan

yang rendah ini sudah tentu berkorelasi dengan kecilnya pertumbuhan daya beli masyarakat

petani. Apabila tidak dilakukan inovasi dan terobosan-terobosan baru dalam pembangunan

pertanian maka pertanian akan semakin tidak diminati oleh generasi muda.

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

27 Unmas

Denpasar

Data ini menunjukkan kompleksitas permasalahan di sector primer sangat besar.

Masalah utama kewilayaahan di dua desa ini adalah: 1) Volume produksi dengan skala usaha

kecil (small scale farming), 2) Produksi bersifat musiman sehingga hanya tersedia pada

waktu-waktu tertentu dan mudah rusak. 3) Kurang memadainya pasar, panjangnya saluran

pemasaran, dan harga berfluktuasi. 4) Rendahnya kemampuan tawar-menawar, dan

kurangnya informasi pasar. 5) Rendahnya kualitas produksi dan 6) Rendahnya kualitas

sumberdaya manusia di perdesaan dan tidak pula didukung oleh fasilitas pelatihan yang

memadai, sehingga penanganan produk mulai dari panen sampai pascapanen tidak dilakukan

dengan baik. Disamping itu, pembinaan petani selama ini lebih banyak kepada praktek

budidaya dan belum mengarah kepada praktek pemasaran.

Pemerintah Kabupaten Tabanan mengembangkan sebuah pendekatan pengembangan

usaha ekonomi yang berbasis di masyarakat khususnya perdesaan. Semangat yang dibangun

adalah memberdayakan segala potensi yang ada yang digarap secara bersama-sama oleh

semua pemangku kepentingan mulai penyiapan bahan baku (hulu) hingga berada ditangan

konsumen dan siap dikonsumsi (hilir). Hal ini guna mengatasi kendala yang ada dimana

usaha pengembangan kegiatan ekonomi produktif dimasyarakat baik yang diinisiasi oleh

pemerintah maupun perorangan belum membuahkan hasil seperti diharapkan. Pendekatan

yang diambil berupaya mewadahi setiap proses pengembangan usaha ekonomi produktif

masyarakat melalui mekanisme BUMDes (Sanjaya, 2015). BUMDes merupakan bagian dari

desa yang akan fokus bergerak mengembangkan perekonomian masyarakat dengan

menjadikan BUMDes menjadi bagian dari suatu proses produksi bagi produk-produk lokal

berbahan baku lokal. Tujuan kegiatan adalah : 1) Pembentukan unit-unit usaha pemdukung

bumdes; 2) Memberikan pelatihan ketrampilan pembuatan produk pangan berbasis produk

local; 3) Memberikan pemahanan tentang manajemen, proses produksi dan standarisasi

produk sesuai kegiatan di masing-masing kelompok; 3) Menyamakan persepsi dan standar

operasi kegiatan sesuai dengan devisi pada kelompok/desa berbeda.

METODE PELAKSANAAN

Metode utama dalam membangun wilayah di desa Pajahan dan Munduktemu adalah

aspek peningkatan ekonomi dan sosial menggunakan metode SLA (the sustainable livelihood

approach). Pemberdayaan masyarakat dengan the Sustainable Livelihoods Approach (SLA)

pada dasarnya upaya pelibatan masyarakat untuk belajar dan beraktivitas secara

berkelanjutan dengan cara unik, mereka menjalani hidup dalam rangka meningkatkan

kualitas hidup mereka (Hamadeh, 2009). Secara sistemik metode utama kawasan ekonomi

masyarakat dalam mengejawantahkan integrated of society and land potential ditunjukkan

pada Gambar 1. Pendekatan SLA (Sustainable Livelihoods Approach) bersendikan pada 3

(tiga) tahapan kegiatan, yakni (1) tahap penyadaran (Awareness), (2) tahap

pengkapasitasan/pendampingan (participating/scaffolding), dan (3) tahapan pelembagaan

(institutionalization).

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

28 Unmas

Denpasar

Gambar 1. Metode SLA (the sustainable livelihood approach) penerapan Ipteks bagi Wilayah

Model SLA (the sustainable livelihood approach) merupakan model pemberdayaan

yang dapat meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pengentasan kemiskinan

melalui pemberdayaan dan pembelajaran berkelanjutan, bertolak dari potensi wilayah dan

budaya lokal masyarakat setempat, melalui tahap penyadaran, pengkapasitasan

/pendampingan, dan pelembagaan. Tahap penyadaran (awareness) merupakan tahap

inisiasi untuk menyadarkan masyarakt agar mampu memahami kondisi kemiskinan beserta

penyebabnya, melakukan self-evaluation terhadap potensi, merefleksi terhadap

permasalahan kemiskinannya dan upaya yang dapat ditempuh untuk penanggulangannya,

melalui sosialisasi dan penyuluhan intensif, yang diorientasikan pada upaya mengatasi

sosio-ekonomi untuk bisa memanfaatkan lahan secara modern. Tahap pengkapasitasan

merupakan tahap aksi untuk mengkapasitasi komunitas dalam usaha produktif dengan

memberi bantuan investasi infrastruktur fisik, bibit ternak sapi/babi/ayam, rumah sehat,

bibit tanaman, biaya pengolahan tanah, dan pelatihan managemen produksi dan pemasaran,

sekaligus menyediakan pendampingan pada keluarga miskin untuk membangun, mengelola,

dan membesarkan usaha produktifnya. Selanjutnya pada tahapan pelembagaan

(institutionalization) adalah mewadahi usaha produktif pada suatu kelompok

institusi/organisasi/koperasi yang dapat memudahkan proses belajar, transfer Ipteks,

pemasaran, jaminan legalitas formal dan keberlanjutan dari aktivitas produktif-ekonomi

masyarakat di wilayah binaan. Pendekatan kewilayahan untuk mencapai sasaran dari

kegiatan disajikan seperti Gambar 2

(1) AWARENESS (3)STRENGTHENING (4) INSTITUTIONALIZATION

potensi

wilayah

kearifan lokal FIELD ACTIVITYMAPPING

KEARIFAN LOKAL, POTENSI

WILAYAH, ANALISIS

SWOT,PRA,PROGRAM BERSAMA,

PENDAMPINGAN, PENGUAT,

PELEMBAGAAN PRANATA SOSIAL

MASYARAKAT

SUPPORT

SELF-BELONGING

RESPONSIBILITY

TOP-DOWN

(PROGRAM KEM )

BOTTON-UP

PROGRAM

KERJA

GUIDANCE

NEEDED

EXCITING

CONDITION

EXPECTING CONDITION

GOAL (Kepuasan)

(2) CAPACITY

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

29 Unmas

Denpasar

Gambar 2. Model pemberdayaan kelompok ekonomi produktif pendukung BUMDes di

desa Pajahan dan Munduk Temu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemilihan Unit Usaha Pendukung Bumdes.

Pengembangan usaha BUMDes harus dilakukan dengan tumpuan: 1). Ketersediaan

potensi yang prospektif. Hal ini perlu dilakukan analisis dan penilaian studi kelayakan; 2).

Embrio kegiatan ekonomi produktif sebagai core bisnis; 3). Pengembangan kegiatan ekonomi

yang memenuhi hajat hidup orang banyak. Matapencaharian penduduk desa Pajahan dan

Munduk Temu masih dominan bekerja di sektor pertanian, baik sebagai pemilik lahan,

penggarap, buruh tani atau sebagai petani yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai buruh

bangunan dan kerja serabutan lainnya. Jenis tanaman dominan yang ditanam di dua desa ini

adalah salak gulapasir, kopi, durian dan manggis (Gambar 3)

GERBANG PANGAN

Peningkatan kuantitas dan kualitas bahan baku

Penerapan teknologi sederhana dan tepat guna

GERBANG EMAS

Pelatihan Produk berserta variannya

Standar produk

Kegiatan

Di Bagian

HILIR

BUMDes

DESA

PAJAHAN

BUMDes

DESA

MUNDUKTEMU

Kegiatan Di Bagian HULU

Pelatihan Manajemen

Kelembagaan

Paking dan

Labeling

PEMASARAN : BUMD, SUPERMARKET, HOTEL DLL

PER. Tinggi(IbW) Bappda SKPD CSR DLL

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

30 Unmas

Denpasar

Gambar 3. Jenis Tanaman yang diusahakan petani di desa Pajahan (1) dan desa Munduk

Temu (2)

Berdasarkan potensi dan peluang yang dimiliki di kedua desa maka core bisnis yang

dikembangkan adalah proses pengolah biji kopi menjadi kopi bubuk yang berkualitas

tinggi dan memiliki kelayakan pasar. Produk olahan berbasis tanaman salak,

manggis, durian dan produk IRT. Melalui inisiasi kelompok, tokoh masyarakat

dan pemuka masyarakat, maka mulai bulan Oktober 2014 di kedua desa telah

dibentuk BUMDes dengan nama Sri Sedana untuk desa Munduk Temu, dan Tugu Sari

untuk desa Pajahan. Kedua BUMDes ini bergerak dalam bidang Pengolahan biji kopi

menjadi kopi bubuk. Kegiatan kedua BUMDes belum beroperasi seperti di harapkan karena

dana pendukung dari Pemda Kabupaten Tabanan belum cair. Melalui kegiatan IbW tahun

2015, kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung kegiatan BUMDes yaitu pembentukan

Perdes, AD/ART dan pelatihan Manajemen bagi pengelola BUMDes.

Untuk mendukung BUMDes di kedua desa, melalui kegiatan IbW tahun 2015

dilakukan inisiasi unit-unit usaha baru yaitu melakukan pembinaan Kelompok Wanita Tani,

PKK, Gapoktan, kelompok tani salak Gulapasir Pala sari desa Pajahan, kelompok tani Guna

Karya desa Munduk Temu.

Untuk meningkatkan jumlah produk industry rumah tangga di masing-masing desa

dilakukan pelatihan membuat jajan, sirup, pia dan kripik berbasis bahan pangan dari buah

salak lokal. Pemilihan komoditas ini sebagai bahan baku disebabkan salak lokal nilai jualnya

sangat rendah yaitu Rp 500 – Rp 1000,- per kilogram tergantung musim. Melalui pelatihan

industry rumah tangga ini akan memberikan nilai tambah yang selama ini tidak dilihat

sebagai peluang usaha.

1 2

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

31 Unmas

Denpasar

Gambar 3. Pelatihan pembuatan industri rumah tangga berbasis buah salak lokal.

Disisi lain, potensi pengembangan salak Gulapasir di desa Pajahan dan Munduk

Temu sangat tinggi, namun masih terkendala teknologi produksi dan pembibitan. Melalui

kegiatan IbW tahun 2015 telah dilakukan transfer teknologi produksi buah diluar musim

melalui pembuatan Demplot dan Pembibitan tanaman salak Gulapasir secara partisipatif.

Bibit salak Gulapasir yang direncanakan 2000 pohon di masing-masing desa

diharapkan akan ditanam di lahan-lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal,

disamping untuk mengganti tanaman salak lakol yang tidak lagi banyak peminatnya.

Untuk mengembangkan salak Gulapasir yang bercita rasa khas maka kelompok

tani desa Munduk Temu sangat antusias mengembangkan salak Gulapasir dengan system

budidaya organic. Sistem ini dipilih dengan pertimbangan bahwa konsumen buah sudah

mempertimbangkan aspek kesehatan dan gizi sebagai pilihan utama, disamping teknik ini

ramah lingkungan. Di desa ini akan dikembangkan salak Gulapasir organic seluas 5 hektar.

Diharapkan melalui kegiatan IbW, salak Gulapasir yang dikembangkan secara organic

sudah dapat didaftarkan ke Departemen Pertanian untuk mendafat sertifikat organic.

Melalui kegiatan ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat memalui

pemasaran yang difasilitasi oleh BUMDes.

Gambar 4. Budidaya salak Gulapasir dan pembibitan salak Gulapasir partisipatif.

Mutu buah manggis sangat ditentukan oleh teknik budidaya yang diberikan,

disamping itu untuk mendapatkan buah manggis di luar musim diperlukan manajemen

kebun yang cermat dengan mempertimbangkan fenologi tanaman tersebut. Untuk

mengatasi kesenjangan yang terjadi dilakukan teknologi produkasi buah di luar musim

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

32 Unmas

Denpasar

dengan pemberian pupuk berimbang dan perlakuan pemberian paklobutrazol dan

pemberian KNO3 sebagai pematah dormansi.

Gambar 5. Budidaya Manggis di luar musim.

Untuk mengoptimalkan bahan baku limbah yang ada baik yang berasal dari ternak

babi mapun sekam hasil limbah dari pengolahan kopi menjadi pupuk organic telah

dilakukan sosialisasi pemanfaat limbah-limbah tersebut. Hasil sosialisasi diperoleh bahwa

masyarakat sulit untuk menerapkan system kandang secara komunal. Hal ini disebabkan

jumlah ternak yang dimiliki terbatas 1-2 ekor per rumah tangga, pelaksanaannya sulit

diterapkan, dan terbatasnya dana untuk membuat kandang komunal. Pemanfaat sekam

kulit kopi sebagai pupuk di kedua desa sudah lazim diperrgunakan, namun didalam

pelaksanaannya belum mendapat sentuhan teknologi seperti pemberian mikrobia kedalam

bahan baku, sehingga mutu pupuk yang dihasilkan masih rendah.

Gambar 6. Sosialisasi Pembuatan kandang komunal dan potensi sekam kopi sebagai pupuk

organic.

Untuk meningkat peran lebaga adat teruma subak abian dalam mendukung

BUMDes, maka dilakukan inisiasi pembentukan Koperasi Tani Subak Abian Amerta

Karya Desa Pajahan. Aktivitas subak abian di desa ini tidak seperti pada subak air.

Penyiapan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) sehabis panen kopi belum

dilakukan, demikian juga aktivitas subak di bidang Agrobisnis. Oleh karena itu melalui

pembentukan koperasi tani, diharapkan peran-peran tersebut dapat diinisiasi sehingga

muncul unit-unit bisnis pendukung BUMDes.

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

33 Unmas

Denpasar

Gambar 7. Sosialisasi Pembentukan Koperasi Tani di desa Pajahan.

Permasalahan yang masih dihadapi dalam pengembangan Bumdes adalah

masalah permodalan, masalah SDM, manajemen dan informasi teknologi dan masalah

akses pemasaran. Oleh karena itu dibutuhkan pendampingan BUMDes, lembaga

pengawasan, lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin.

SIMPULAN DAN SARAN

1. Core bisnis pendukung BUMDes desa Pajahan dan Munduk Temu adalah proses

pengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, pengembangan tanaman salak Gulapasir dan

tanaman manggis serta pengembangan produk olahan berbasis tanaman salak,

manggis, durian sebagai produk unggulan industry rumah tangga.

2. Pengembangan tanaman salak Gulapasir, dan Manggis organik sebagai pendukung

BUMDes perlu penerapan GAP dan SOP untuk menghasilkan produk berstandar dan

bersertifikasi.

3. Pemanfaat limbah sekam kulit kopi perlu dioptimalkan dengan penambahan sentuhan

teknologi untuk mengahsilkan pupuk organik berkualitas.

4. Perlu dilakukan pendampingan BUMDes, menyiapkan lembaga pengawasan,

lembaga kemitraan usaha dan lembaga penjamin untuk terwujud BUMDes yang sehat

di desa Pajahan dan Munduk Temu.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih disampaikan kepada DRPM Ristek Dikti yang telah membiayai kegiatan Ipteks

bagi Wilayah (IbW) desa Pajahan dan Munduk Temu, serta pihak-pihak yang telah

membantu kegiatan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Andre Gunder Frank. 1976. Sociology of Development and Under Development of

Sociology. Pluto Press (Terjemahan oleh Yiss) Pustaka Pulsar.

Bintarto, Tjokroamidjojo. 1982. Pengantar Pemikiran tentang Teori dan Strategi

Pembangunan NasionaL Jakarta: Gunung Agung.

Briant and White. 1987. Manajemen Pemhangunan. Jakarta: LP3ES

Cemea, Michael. M. 1988. Mengutamakan Manusia di dalam Pemhangunan. Jakarta: Ul

Press.

Chamber Robert 1983. Pembangunan Desa. Jakarta: LP3ES

Diselenggarakan oleh :

LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR

JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI

29 – 30 AGUSTUS 2016

34 Unmas

Denpasar

Desai AR. 1983. Sosiologi Sebuah Pengantar Kepada Penataan Kembali Pedesaan dalam

Hak dan Keutuhan Desa. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan,

Eka Martinngsih NGAG, dkk. 2009. Usulan Program Ib.W Desa Angkah dan desa

Bengkelsari Kecamatan Selemadeg Barat Tabanan Bali 2010/2012. LP2M Unmas

Denpasar.

Labek Suyasdi Pura, K. Sumantra, Sumeru Ashari, 2013. Potensi hasil dan mutu buah

beberapa kultivar salak gulapasir pada habitat baru di Bali dan upaya

perbaikkannya. Laporan Hibah Bersaing. Univ. Mahasaraswati Denpasar.

Pemdes Munduk temu. 2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-

Desa) 2010-2014. Arsip Kantor Desa Melaya.

Pemdes Pajahan.2010. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM-Desa)

2010-2014. Sumantra, K. Sumeru Ashari, T. Wardiyati, Agus Suryanto, 2011. Hasil dan mutu buah

salak gulapasir pada berbagai ketinggian berbeda di daerah pengembangan baru di

Bali. Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura.Lembang 23-24

Nopember 2011.

Sumantra.K., Sumeru Ashari, Tatik Wardiyati, Agur Suryanto. 2012. The agroecosytem

approach as a basis concept in sustainable culttivation of salak Gulapasir in new

depelopment areas in Bali. This paper has been prepared for the International

Conference on Sustainable Development (ICSD) 6 March 2012, pp.15.

Sumantra dan Labek Suyasdi Pura, 2012.Analisis neraca air lahan pada pertanaman salak

gulapasir sebagai dasar untk pembuahan di luar musim.Jurnal Agrimeta Vol.02

(03): 1-12.