ekonomi nasional ramai-ramai menggalang dana fileuntuk mendapatkan modal guna ekspansi usaha,”...

1
T INGGINYA aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri membuat perusahaan berbon- dong-bondong menggalang dana. Bukan hanya dari bursa saham, melainkan juga pasar obligasi. Sepanjang 2010, jumlah penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue mencapai Rp38,563 triliun atau melonjak empat kali lipat ketimbang sepanjang 2009 yang hanya mencapai Rp9,325 triliun. “Itu tidak lepas dari derasnya aliran dana asing masuk ke pasar modal. Momen- tum tersebut dimanfaatkan perusahaan untuk mendapatkan modal guna ekspansi usaha,” ujar Direktur Utama BEI Ito War- sito di Jakarta, kemarin. Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menunjukkan, aksi korporasi rights issue sepanjang tahun ini dilakukan 27 emiten. Tercatat penerbitan saham terbesar sepanjang 2010 menjadi milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Nilai emisi rights issue itu mencapai Rp10,461 triliun. Kemudian disusul dua anak usaha Grup Bakrie di posisi kedua dan tiga. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) men- catatkan rights issue dengan nilai Rp4,963 triliun. Adapun PT Bakrieland Develop- ment Tbk (ELTY) di akhir semester I 2010, senilai Rp3,193 triliun. Sementara itu, jumlah emiten yang mencatatkan saham barunya di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengalami pe- ningkatan signikan. Melonjak menjadi 27 perusahaan dari sebelumnya yang hanya 13 perusahaan. Berdasarkan data emiten yang tercatat sudah maupun akan melangsungkan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), dana yang dihasilkan mendekati nilai Rp30 triliun. Di sisi lain, data Bapepam-LK menun- jukkan penerbitan obligasi sepanjang 2010 mencapai Rp35,897 triliun. Angka itu meningkat 31,9% ketimbang pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp27,215 triliun. Penerbitan surat utang obligasi terbesar milik PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI), dengan nilai masing-masing Rp3 triliun. Kemudian disusul dengan PT Bank Da- namon Tbk (BDMN) Rp2,8 triliun dan PT Perusahaan Listrik Negara Rp2,5 triliun di peringkat dua dan tiga. Total emiten yang menerbitkan obligasi tahun ini mencapai 25 perusahaan. Lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 27 perusahaan. Namun demikian, nilai penerbitan obligasi justru meningkat 31,9% jika di- bandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, Rp27,215 triliun. Dengan banyaknya emiten baru serta saham baru yang diterbitkan perusahaan tercatat, Ito berpendapat ancaman terjadi- nya penggelembungan (<i>bubble<p>) di pasar saham bisa dihindari. Kinerja membaik Secara fundamental, Ito melihat emiten- emiten di BEI saat ini cukup baik. Hal itu terlihat dari membaiknya kinerja pada semester I 2010. Indikasi pertumbuhan kinerja emiten juga terlihat seiring dengan meningkatnya perekonomian Indonesia dan kepercayaan asing terhadap iklim investasi dalam ne- geri. Menurut dia, likuiditas saat ini sangat besar dan membutuhkan tempat investasi yang dianggap menguntungkan. Itu yang membuat saham-saham di BEI mengalami peningkatan tajam tahun ini. Likuiditas yang berasal dari pasar global tersebut masuk hampir ke seluruh sektor yang ada. Dengan bertambahnya emiten, likuiditas tersebut akan mendapat lebih ba- nyak pilihan untuk menempatkan dananya di pasar modal Indonesia. “Ini memperkuat sisi suplai, karena saat ini dari sisi permintaan di Indonesia sedang tinggi,” jelas Ito. [email protected] 18 | Ekonomi Nasional SELASA, 28 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Likuiditas saat ini sangat besar dan membutuhkan tempat investasi yang dianggap menguntungkan. Andreas Timothy Ramai-Ramai Menggalang Dana KEGIATAN transfer dana hing- ga kini masih serampangan. Berbagai pihak bisa dengan leluasa melakukan aktivitas tersebut, baik perorangan mau- pun lembaga, meski tidak me- ngantongi izin dari Bank Indo- nesia (BI). Keadaan ini jelas mening- katkan kerawanan terjadinya kasus pencucian uang (money laundering). “Di Hong Kong, baru-baru ini terjadi kasus pencucian uang yang uangnya berasal dari transaksi narkotika yang meli- batkan WNI (warga negara In- donesia), dan pelakunya sudah ditangkap,” kata Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Sistem Pembayaran Bank Indonesia Aribowo da- lam konferensi pers peluncuran GoldREX-ATM Bersama di Park Lane Hotel, Hong Kong, Minggu (26/12) malam, seperti dilaporkan wartawan Media In- donesia, Heni Rahayu. Karena itu, lanjut Aribowo, semua kegiatan transfer dana ke depannya harus berizin. BI juga akan melarang lembaga tidak berbadan hukum dan perorangan untuk mentransfer dana. “Kalau tidak berbadan hukum, ada pidananya.” Menurut dia, upaya-upaya BI tersebut harus dilakukan untuk memberikan kepastian hukum. Selain itu, untuk menjamin transaksi berjalan dengan aman dan esien. Dikatakannya, semua ke- giatan transfer dana harus dilakukan melalui lembaga yang mengantongi izin BI. Hal itu dilakukan semata-mata un- tuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Bila lembaga yang dipergu- nakan jasanya berada di luar negeri, harus memiliki izin otoritas setempat. Sementara itu di Indonesia adalah yang menggunakan izin dari BI. “Ini juga dilakukan supaya tidak ada kegiatan ilegal. Con- tohnya kegiatan terorisme yang memutar dana-dana teror- isme,” ujarnya. Aribowo menyatakan imple- mentasi kegiatan transfer dana di lembaga yang berizin akan diatur melalui Rancangan Un- dang-Undang (RUU) tentang Transfer Dana yang kini tengah digodok di DPR. Diharapkan pada 2011, pembahasan RUU tersebut bisa rampung dan segera disahkan. RUU Transfer Dana hingga saat ini masih mandek di DPR karena terganjal pembahasan RUU tentang Otoritas Jasa Ke- uangan (OJK). Dalam RUU Transfer Dana, lembaga yang berkaitan de- ngan sistem pembayaran dika- tegorikan sebagai bank yang pengawasannya di bawah BI. Namun sesuai amanat RUU OJK, pengawasan bank akan dipisahkan dari kewenangan BI. (E-1) WAKIL Presiden (Wapres) Boediono memerintahkan para gubernur agar memperlancar izin-izin terkait dengan proyek listrik panas bumi alias geo- termal. Pada 2011 pemerintah me- mang menggencarkan energi panas bumi yang ramah ling- kungan untuk menunjang ak- selerasi penyediaan listrik. “Bapak Wapres menegas- kan pentingnya masyarakat memanfaatkan energi panas bumi yang dapat membe- rikan manfaat bagi pereko- nomian daerah,” ujar juru bicara wapres Yopie Hidayat di Istana Wapres di Jakarta, kemarin. Dalam rapat yang digelar kemarin, hadir Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Namun, perintah tersebut ditujukan untuk semua gu- bernur. Selain kedua kepala daerah, turut hadir Menteri Koordi- nator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar, serta Ke- pala Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mang- kusubroto. Menurut Yopie, peraturan presiden tentang geotermal ditargetkan rampung tahun ini. Sementara itu, peraturan menteri sebagai turunannya akan terbit pada pekan kedua Januari 2011. “Kalau ini semua keluar lancar dan cepat, proyek listrik 10 ribu megawatt (Mw) tahap II bisa lancar. Karena yang menjadi tulang punggungnya adalah listrik geotermal,” tutur Yopie. Mulai tahun depan, negara diharapkan telah memiliki payung hukum yang lebih baik untuk pembelian listrik panas bumi. Selanjutnya, titik penting bagi kelanjutan proyek panas bumi ada di tangan pemerin- tah daerah. “Pasalnya, peme- rintah lokal bertindak sebagai pelaksana tender proyek,” tuturnya. Indonesia secara perlahan akan mengurangi ketergan- tungan terhadap sumber energi fosil dan beralih pada panas bumi. Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Kongres Geotermal Dunia di Bali pada April lalu, sekarang Indonesia baru memanfaatkan energi panas bumi sebesar 1.100 Mw atau sekitar 4,2% dari cadangan panas bumi nasional. Padahal, Indonesia me- nyimpan cadangan geoter- mal terbesar dunia dengan menguasai 40% potensi panas bumi dunia. Sayangnya, Indo- nesia tertinggal dari Amerika Serikat yang telah memanfaat- kan 4.000 Mw, dan Filipina sekitar 2.000 Mw. Sekarang ini, pemerintah menargetkan 5% kebutuhan energi nasional akan disokong panas bumi pada 2025. Untuk itu telah dilakukan penandatanganan proyek pa- nas bumi antara PT PLN (Per- sero) dan PT Pertamina Geoter- mal Energi. Selain itu, dilakukan pem- bicaraan pembiayaan dengan Bank Dunia. Investasi to- tal untuk proyek ini sebesar US$8,6 miliar, dan menghasil- kan energi 2.885 Mw yang akan menutup celah 4.500 Mw kebutuhan energi nasional. (Tup/E-5) Transfer Dana bakal Wajib Kantongi Izin BI Daerah Harus Lancarkan Izin Geotermal MI/ROMMY PUJIANTO REUTERS/BEAWIHARTA TARGET PENGUNJUNG: Pengunjung menikmati wahana kereta gantung di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, kemarin. Pada bulan Desember, Ancol menargetkan 2 juta pengunjung, dengan puncaknya diperkirakan pada malam tahun baru yang ditargetkan mencapai 280 ribu pengunjung. PROYEK GEOTERMAL: Warga melintas di dekat fasilitas geotermal di Dieng, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Pada 2011 pemerintah menggencarkan energi panas bumi yang ramah lingkungan untuk menunjang akselerasi penyediaan listrik. Ini juga dilakukan supaya tidak ada kegiatan ilegal. Contohnya kegiatan terorisme.” Aribowo Kepala Biro Litbang BI Ito Warsito Direktur Utama BEI MI/ROMMY PUJIANTO

Upload: dangnga

Post on 28-May-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINGGINYA aliran modal asing yang masuk ke dalam negeri membuat perusahaan berbon-dong-bondong menggalang dana.

Bukan hanya dari bursa saham, melainkan juga pasar obligasi.

Sepanjang 2010, jumlah penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) alias rights issue mencapai Rp38,563 triliun atau melonjak empat kali lipat ketimbang sepanjang 2009 yang hanya mencapai Rp9,325 triliun.

“Itu tidak lepas dari derasnya aliran dana asing masuk ke pasar modal. Momen-tum tersebut dimanfaatkan perusahaan untuk mendapatkan modal guna ekspansi usaha,” ujar Direktur Utama BEI Ito War-sito di Jakarta, kemarin.

Data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) menunjukkan, aksi korporasi rights issue sepanjang tahun ini dilakukan 27 emiten.

Tercatat penerbitan saham terbesar sepanjang 2010 menjadi milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Nilai emisi rights issue itu mencapai Rp10,461 triliun.

Kemudian disusul dua anak usaha Grup Bakrie di posisi kedua dan tiga. PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) men-catatkan rights issue dengan nilai Rp4,963 triliun. Adapun PT Bakrieland Develop-ment Tbk (ELTY) di akhir semester I 2010, senilai Rp3,193 triliun.

Sementara itu, jumlah emiten yang mencatatkan saham barunya di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga mengalami pe-

ningkatan signifi kan. Melonjak menjadi 27 perusahaan dari sebelumnya yang hanya 13 perusahaan.

Berdasarkan data emiten yang tercatat sudah maupun akan melangsungkan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), dana yang dihasilkan mendekati nilai Rp30 triliun.

Di sisi lain, data Bapepam-LK menun-jukkan penerbitan obligasi sepanjang 2010 mencapai Rp35,897 triliun. Angka itu meningkat 31,9% ketimbang pencapaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp27,215 triliun.

Penerbitan surat utang obligasi terbesar milik PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI), dengan nilai masing-masing Rp3 triliun.

Kemudian disusul dengan PT Bank Da-namon Tbk (BDMN) Rp2,8 triliun dan PT Perusahaan Listrik Negara Rp2,5 triliun di peringkat dua dan tiga.

Total emiten yang menerbitkan obligasi

tahun ini mencapai 25 perusahaan. Lebih sedikit bila dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 27 perusahaan.

Namun demikian, nilai penerbitan obligasi justru meningkat 31,9% jika di-bandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya, Rp27,215 triliun.

Dengan banyaknya emiten baru serta saham baru yang diterbitkan perusahaan tercatat, Ito berpendapat ancaman terjadi-nya penggelembungan (<i>bubble<p>) di pasar saham bisa dihindari.

Kinerja membaikSecara fundamental, Ito melihat emiten-

emiten di BEI saat ini cukup baik. Hal itu terlihat dari membaiknya kinerja pada semester I 2010.

Indikasi pertumbuhan kinerja emiten juga terlihat seiring dengan meningkatnya perekonomian Indonesia dan kepercayaan asing terhadap iklim investasi dalam ne-geri.

Menurut dia, likuiditas saat ini sangat besar dan membutuhkan tempat investasi yang dianggap menguntungkan. Itu yang membuat saham-saham di BEI mengalami peningkatan tajam tahun ini.

Likuiditas yang berasal dari pasar global tersebut masuk hampir ke seluruh sektor yang ada. Dengan bertambahnya emiten, likuiditas tersebut akan mendapat lebih ba-nyak pilihan untuk menempatkan dananya di pasar modal Indonesia.

“Ini memperkuat sisi suplai, karena saat ini dari sisi permintaan di Indonesia sedang tinggi,” jelas Ito.

[email protected]

18 | Ekonomi Nasional SELASA, 28 DESEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

Likuiditas saat ini sangat besar dan membutuhkan tempat investasi yang dianggap menguntungkan.

Andreas Timothy

Ramai-RamaiMenggalang Dana

KEGIATAN transfer dana hing-ga kini masih serampangan. Berbagai pihak bisa dengan leluasa melakukan aktivitas tersebut, baik perorangan mau-pun lembaga, meski tidak me-ngantongi izin dari Bank Indo-nesia (BI).

Keadaan ini jelas mening-katkan kerawanan terjadinya kasus pencucian uang (money laundering).

“Di Hong Kong, baru-baru ini terjadi kasus pencucian uang yang uangnya berasal dari transaksi narkotika yang meli-batkan WNI (warga negara In-donesia), dan pelakunya sudah ditangkap,” kata Kepala Biro Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Sistem Pembayaran Bank Indonesia Aribowo da-lam konferensi pers peluncuran GoldREX-ATM Bersama di Park Lane Hotel, Hong Kong, Minggu (26/12) malam, seperti dilaporkan wartawan Media In-donesia, Heni Rahayu.

Karena itu, lanjut Aribowo, semua kegiatan transfer dana ke depannya harus berizin. BI juga akan melarang lembaga tidak berbadan hukum dan

perorangan untuk mentransfer dana. “Kalau tidak berbadan hukum, ada pidananya.”

Menurut dia, upaya-upaya BI tersebut harus dilakukan untuk memberikan kepastian hukum. Selain itu, untuk menjamin transaksi berjalan dengan aman dan efi sien.

Dikatakannya, semua ke-giatan transfer dana harus dilakukan melalui lembaga yang mengantongi izin BI. Hal itu dilakukan semata-mata un-tuk memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Bila lembaga yang dipergu-nakan jasanya berada di luar

negeri, harus memiliki izin otoritas setempat. Sementara itu di Indonesia adalah yang menggunakan izin dari BI.

“Ini juga dilakukan supaya tidak ada kegiatan ilegal. Con-tohnya kegiatan terorisme yang memutar dana-dana teror-isme,” ujarnya.

Aribowo menyatakan imple-mentasi kegiatan transfer dana di lembaga yang berizin akan diatur melalui Rancangan Un-dang-Undang (RUU) tentang Transfer Dana yang kini tengah digodok di DPR. Diharapkan pada 2011, pembahasan RUU tersebut bisa rampung dan segera disahkan.

RUU Transfer Dana hingga saat ini masih mandek di DPR karena terganjal pembahasan RUU tentang Otoritas Jasa Ke-uangan (OJK).

Dalam RUU Transfer Dana, lembaga yang berkaitan de-ngan sistem pembayaran dika-tegorikan sebagai bank yang pengawasannya di bawah BI. Namun sesuai amanat RUU OJK, pengawasan bank akan dipisahkan dari kewenangan BI. (E-1)

WAKIL Presiden (Wapres) Boe diono memerintahkan para gubernur agar memperlancar izin-izin terkait dengan proyek listrik panas bumi alias geo-termal.

Pada 2011 pemerintah me-mang menggencarkan energi panas bumi yang ramah ling-kungan untuk menunjang ak-selerasi penyediaan listrik.

“Bapak Wapres menegas-kan pentingnya masyarakat memanfaatkan energi panas bumi yang dapat membe-rikan manfaat bagi pereko-nomian daerah,” ujar juru bicara wapres Yopie Hidayat di Istana Wapres di Jakarta, kemarin.

Dalam rapat yang digelar kemarin, hadir Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Namun, perintah tersebut ditujukan untuk semua gu-

bernur. Selain kedua kepala daerah,

turut hadir Menteri Koordi-nator Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri Badan Usaha Milik Negara Mustafa Abubakar, serta Ke-pala Unit Kerja Presiden untuk Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Kuntoro Mang-kusubroto.

Menurut Yopie, peraturan presiden tentang geotermal ditargetkan rampung tahun ini. Sementara itu, peraturan menteri sebagai turunannya akan terbit pada pekan kedua Januari 2011.

“Kalau ini semua keluar lancar dan cepat, proyek listrik 10 ribu megawatt (Mw) tahap II bisa lancar. Karena yang menjadi tulang punggungnya adalah listrik geotermal,” tutur Yopie.

Mulai tahun depan, negara diharapkan telah memiliki payung hukum yang lebih baik untuk pembelian listrik panas bumi. Selanjutnya, titik penting bagi kelanjutan proyek panas bumi ada di tangan pemerin-tah daerah. “Pasalnya, peme-rintah lokal bertindak sebagai pelaksana tender proyek,” tuturnya.

Indonesia secara perlahan akan mengurangi ketergan-tungan terhadap sumber energi fosil dan beralih pada panas bumi.

Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Kongres Geotermal Dunia di Bali pada April lalu, sekarang Indonesia baru memanfaatkan energi panas bumi sebesar 1.100 Mw atau sekitar 4,2% dari cadangan panas bumi nasional.

Padahal, Indonesia me-

nyimpan cadangan geoter-mal terbesar dunia dengan menguasai 40% potensi panas bumi dunia. Sayangnya, Indo-nesia tertinggal dari Amerika Serikat yang telah memanfaat-kan 4.000 Mw, dan Filipina sekitar 2.000 Mw.

Sekarang ini, pemerintah menargetkan 5% kebutuhan energi nasional akan disokong panas bumi pada 2025.

Untuk itu telah dilakukan penandatanganan proyek pa-nas bumi antara PT PLN (Per-sero) dan PT Pertamina Geoter-mal Energi.

Selain itu, dilakukan pem-bicaraan pembiayaan dengan Bank Dunia. Investasi to-tal untuk proyek ini sebesar US$8,6 miliar, dan menghasil-kan energi 2.885 Mw yang akan menutup celah 4.500 Mw kebutuhan energi nasional. (Tup/E-5)

Transfer Dana bakalWajib Kantongi Izin BI

Daerah Harus Lancarkan Izin Geotermal

MI/ROMMY PUJIANTO

REUTERS/BEAWIHARTA

TARGET PENGUNJUNG: Pengunjung menikmati wahana kereta gantung di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, kemarin. Pada bulan Desember, Ancol menargetkan 2 juta pengunjung, dengan puncaknya diperkirakan pada malam tahun baru yang ditargetkan mencapai 280 ribu pengunjung.

PROYEK GEOTERMAL: Warga melintas di dekat fasilitas geotermal di Dieng, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu. Pada 2011 pemerintah menggencarkan energi panas bumi yang ramah lingkungan untuk menunjang akselerasi penyediaan listrik.

Ini juga dilakukan supaya tidak ada kegiatan ilegal. Contohnya kegiatan terorisme.”

AribowoKepala Biro Litbang BI

Ito WarsitoDirektur Utama BEI

MI/ROMMY PUJIANTO