ekonomi moneter

7
  EKONOMI MONETER “BAILOUT BANK CENTURY” Disusun Oleh: Kelompok 4 Gito Novhandra Ririn Angraeni Yenni Rita Rahmat Ridho Illahi Yuniarti Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pagaruyung Batusangkar 2011

Upload: gito-novhandra

Post on 19-Jul-2015

126 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/16/2018 EKONOMI MONETER - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ekonomi-moneter-55b07a200932a 1/7

 

EKONOMI MONETER 

“BAILOUT BANK CENTURY”

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Gito Novhandra

Ririn Angraeni

Yenni Rita

Rahmat Ridho Illahi

Yuniarti

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pagaruyung

Batusangkar

2011

5/16/2018 EKONOMI MONETER - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ekonomi-moneter-55b07a200932a 2/7

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Dikucurkannya modal penjaminan untuk Bank Century (century) sebesar Rp 6,76

triliun berdasarkan hasil pembahasan dan keputusan KSSK berbuah masalah. Keputusan

 penggelontoran dana fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) dan Penyertaan Modal

Sementara (PMS) oleh Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

dipertanyakan banyak pihak, baik dari sisi masyarakat, mau Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR) dengan munculnya usulan hak angket kasus century. Alasan penetapan Bank 

Indonesia bahwa Bank Century sebagai  Bank Gagal  yang berdampak sistemik  juga

disinyalir penuh rekayasa dan memiliki dasar yang kurang kuat.

Terkaitnya isu Century dengan isu besar pelemahan Komisi Pemberantasan

Korupsi (KPK) yaitu adanya indikasi keterlibatan pejabat teras Kepolisian semakin

menempatkan kasus Century sebagai kasus prioritas yang harus dituntaskan. Kasus yang

ditengarai sebagai cikal-bakal munculnya kekisruhan politik dan hukum ini harus

didudukkan dengan terang agar publik secara luas mengetahui dan dapat bersama-sama

mengawal penuntasan dari kasus ini.

Diserahkannya hasil Audit Investigatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

kepada Panitia Hak Angket DPR RI pada tanggal 20 November 2009 memberikan

gambaran yang cukup gamblang terkait Kasus Bank Century. Hasil Audit ini meskipun

dinilai belum mengungkap semuanya, misalkan aliran dana dari para aktor yang

dipandang menikmati kucuran dana century, akan tetapi sudah dipandang cukup untuk 

menunjukan adanya indikasi awal Korupsi dan Kejahatan Perbankan yang terjadi dengan

indikasi keterlibatan banyak pihak baik dari sisi otoritas pengawasan perbankan,

Pemerintah dan pihak pemilik Bank.

Diharapkan dengan adanya pemetaan yang lebih terang terkait berbagai indikasi

 pelanggaran aturan dan penyalahgunaan wewenang, kasus ini dapat ditindaklanjuti secara

hukum oleh Komisi Pemberantasan Korupsi terkait indikasi tindak pidana Korupsi dan

Kepolisian terkait indikasi tindak pidana pencucian uang.

5/16/2018 EKONOMI MONETER - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ekonomi-moneter-55b07a200932a 3/7

Berbagai temuan terkait kasus ini juga dapat ditindaklanjuti oleh panitia hak 

angket DPR RI untuk mempertanyakan sejauh mana indikasi-indikasi yang ada

melibatkan otoritas pemerintahan dan otoritas keuangan yang disinyalir mengandung

indikasi kerugian Negara hingga triliunan rupiah.

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan kami angkat

adalah:

1. Apakah pantas Bank Century di bailout?

2. Apakah dampak bailout Bank Century terhadap perekonomian di Indonesia?

III. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah Bank Century pantas di bailout

2. Untuk mengetahui dampak bailout Bank Century terhadap perekonomian Indonesia

5/16/2018 EKONOMI MONETER - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ekonomi-moneter-55b07a200932a 4/7

BAB II

PEMBAHASAN

 Bailout Bank Century sebetulnya merupakan langkah tepat. Jika Bank Century

tak diselamatkan, potensi kerugian yang diderita negara maupun swasta begitu besar.

Bermula dari rontoknya beberapa perusahaan penyedia pembiayaan perumahan

dan lembaga keuangan serta bank-bank di Amerika Serikat (AS) yang rata-rata

memperoleh rating tinggi (investment grade) dari perusahaan peringkat internasional.

Kemudian, bagaikan bola salju diikuti dengan rontoknya lembaga keuangan dan

 perbankan di kawasan Eropa.

Hal tersebut dikarenakan besarnya surat utang yang diterbitkan perusahaan-

 perusahaan di AS dan dibeli atau dijadikan salah satu alternatif investasi oleh para

investor, dalam hal ini negara melalui lembaga keuangan ataupun perbankan, baik di ASmaupun di Asia, seperti Singapura dan Hong Kong.

Dengan kondisi tersebut—perusahaan lembaga keuangan kelas dunia

dengan rating tinggi (umumnya antara A dan AAA) saja bisa bangkrut—kepercayaan

 para investor pun mulai berkurang terhadap lembaga keuangan dan perusahaan-

 perusahaan yang sahamnya dicatatkan di bursa efek.

Para investor kemudian mengalihkan investasinya ke sektor komoditas, yaitu

emas. Akibatnya, nilai surat utang (yang diterbitkan lembaga keuangan maupun

 perusahaan) dan saham (indeks harga saham) di AS, Eropa, Australia, dan Asia, tak ketinggalan di Indonesia, berguguran.

Hal tersebut menjadikan likuiditas keuangan perbankan internasional sangat

 berkurang. Yang timbul kemudian, kepercayaan antarbank menjadi berkurang hingga

sering terjadi penolakan penerbitan letter of credit ( L/C ) dari salah satu bank terhadap

 bank yang lain, padahal biasanya hal tersebut jarang terjadi.

Memerhatikan dan mengamati kondisi keuangan yang kurang baik yang terjadi di

dunia internasional tersebut dan pengalaman pahit pada 1998, para pelaku bisnis

keuangan dan perbankan di Indonesia pun waswas dan selalu khawatir. Jangan-jangan peristiwa 1998 akan terjadi lagi.

Bertepatan dengan adanya kondisi tersebut dan ada kabar bahwa salah satu bank 

mengalami kalah kliring, kondisi keuangan dan perbankan di Indonesia pun langsung

memburuk. Hal itu tercermin dari, satu, tingkat kepercayaan antarbank yang sangat

rendah.

Bank yang kelebihan dana enggan meminjamkan dananya kepada bank yang

kekurangan dana, walaupun suku bunga yang diminta sangat tinggi karena takut bank 

yang meminjam tidak dapat mengembalikannya pada saat jatuh tempo, di samping tidak 

adanya jaminan dari pemerintah atas penempatan dana antarbank.

5/16/2018 EKONOMI MONETER - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ekonomi-moneter-55b07a200932a 5/7

Dua, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus

menurun tajam karena para investor, khususnya investor asing, mengalihkan investasinya

ke sektor komoditas, dalam hal ini emas.

Tiga, ketatnya likuiditas keuangan yang membuat tingkat suku bunga naik tajam.

Hal itu tercermin dari naiknya yield atau Surat Utang Negara (SUN) untuk jangka

menengah dan panjang dari sekitar sekitar 11% sampai dengan 14% menjadi sekitar 18%

sampai dengan 20% sehingga harga SUN merosot tajam dari 100% menjadi sekitar 65%.

Empat, investor asing menarik kembali investasinya di Indonesia, baik dalam

 bentuk SUN maupun saham. Akibat aksi para investor asing tersebut, kebutuhan akan

dolar AS meningkat tajam. Hal itu tercermin dari naiknya kurs dolar terhadap rupiah,

yakni dari Rp9.500 per US$1 menjadi Rp12.500 per US$1.

 Namun, pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI), dengan cepat mengambil

tindakan, yaitu menyelamatkan Bank Century yang diikuti dengan kebijakan lain.

Kebijakan yang dimaksud, antara lain, satu, BI memberikan kemudahan kepada bank-

 bank untuk melakukan transaksi pembelian dolar AS langsung ke BI.

Hal itu dilakukan untuk mengisi kekurangan dolar AS di pasaran dan memenuhi

kebutuhan bank-bank akan mata uang negara adidaya tersebut atas permintaan

nasabahnya.

Dua, BI menyediakan fasilitas pinjaman jangka pendek kepada bank-bank yang

memerlukan likuiditas. Tiga, untuk menghindari kerugian yang sangat besar, karena

turunnya harga SUN yang dimiliki bank-bank, BI memberikan alternatif cara penilaiannya, yakni mark to market atau historical cost .

Empat, BI selalu mengawasi bank-bank yang melakukan transaksi mata uang

asing dengan rupiah, baik secara langsung maupun dengan bantuan perusahaan money

broker , untuk mencegah terjadinya spekulasi yang berlebihan.

Lima, BEI untuk sementara melarang adanya short   sell serta membatasi

 penurunan nilai saham dalam satu hari transaksi dengan persentase tertentu. Hal itu untuk 

meredam terjadinya kemerosotan harga saham yang sangat tajam.

Dengan penyelamatan Bank Century oleh pemerintah (BI), Indonesia pun

menjadi salah satu di antara tiga negara di dunia (selain Cina dan India) yang

 perekonomiannya mengalami pertumbuhan (lebih kurang 4%) tatkala perekonomian

negara-negara lain minus.

Selain itu, meningkatnya peringkat utang Indonesia yang dilakukan lembaga

 peringkat utang internasional, sehingga dapat menurunkan biaya pinjaman di masa yang

akan datang.

Tidak hanya itu, tingkat inflasi selama 2009 merupakan yang terendah selama 10

tahun terakhir. Kredit yang disalurkan perbankan tumbuh sekitar 15%. Suku bunga juga

5/16/2018 EKONOMI MONETER - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ekonomi-moneter-55b07a200932a 6/7

stabil dan menunjukkan tren menurun. Sementara itu, nilai valuta asing (valas) terhadap

rupiah relatif stabil, per US$1 setara dengan sekitar Rp9.500.

Secara tidak langsung, pemerintah melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

mengambil alih pengoperasian Bank Century dengan total biaya penyelamatan Rp6,7

triliun.

Biaya penjaminan yang harus dibayar kepada nasabah yang mempunyai simpanan

maksimum Rp2 miliar, yang tidak dibayarkan LPS (opportunity cost ) Rp4,7 triliun.

Harga pembelian Bank Century sendiri Rp2 triliun.

Dengan memerhatikan ekuitas Bank Century saat ini yang lebih kurang Rp700

miliar dan price to book value ( PBU ) untuk bank-bank yang sahamnya dicatatkan di BEI

saat ini lebih kurang tiga kali, harga pasar/layak Bank Century saat ini adalah Rp2,10

triliun.

Berikut gambaran besarnya potensi kerugian yang akan timbul pada akhir 2008— 

dalam hal ini penurunan nilai surat-surat berharga dan kenaikan nilai kurs rupiah

terhadap mata uang asing yang akan diderita negara maupun pihak swasta di luar 

kerugian-kerugian lain—jika bailout Bank Century tidak dilakukan, dengan asumsi, (1)

semua badan usaha milik negara atau BUMN (bank, asuransi, dana pensiun, dan lainnya)

di Indonesia mempunyaioutstanding SUN Rp100 triliun, (2) perusahaan non-BUMN

memegang SUN Rp50 triliun, (3) semua BUMN di Indonesia

mempunyai outstanding utang dalam valas sebesar US$25 miliar (semua utang mata

uang asing diasumsikan sebagai dolar AS), (4) perusahaan non-BUMN memegang utang

dalam valas sebesar US$20 miliar (semua utang mata uang asing diasumsikan sebagai

dolar AS), (5) pemerintah Indonesia mempunyai utang dalam valas lebih kurang Rp60

miliar (semua utang mata uang asing diasumsikan sebagai dolar AS), dan (6) pemerintah

melalui LPS harus membayar/mengganti uang nasabah (deposito dengan simpanan

maksimum Rp2 miliar) sebesar Rp4,7 triliun.

Potensi kerugian yang akan timbul jika bailout tidak dilakukan, yaitu, satu,

negara (pemerintah plus BUMN) menderita kerugian sebesar Rp296,4 triliun. Dua, secara

nasional (negara plus perusahaan non-BUMN) menderita kerugian sebesar Rp372,2

triliun. Tiga, potensi penurunan pajak (PPh) sebesar Rp46,875 triliun.

5/16/2018 EKONOMI MONETER - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/ekonomi-moneter-55b07a200932a 7/7

KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tindakan bailout Bank Century oleh

 pemerintah sangat tepat, di luar hal-hal yang mungkin terjadi (ada penyimpangan atau

tidak dalam internal Bank Century sebelum atau sesudah dilakukan penyelamatan).

Dengan sangat cepatnya pengambilan keputusan, yaitu mengatasi krisis Bank 

Century tersebut, memulihkan kondisi keuangan menjadi kembali normal pun tidak 

memerlukan waktu lama.

Karena itu, masyarakat bukan pelaku bisnis keuangan tidak begitu merasakan

telah terjadi krisis. Bila dibiarkan, mungkin kondisinya akan lebih parah daripada yang

terjadi pada 1998. Bagi pengamat, pelaku bisnis keuangan, dan perbankan, akhir 2008

memang benar-benar ada krisis keuangan.