ekologi sosial pulau tundasipeg.unj.ac.id/repository/upload/laporan/pulau_tunda_-_buku.pdf · yang...
TRANSCRIPT
Ekologi Sosial Pulau Tunda 1
EKOLOGI SOSIAL PULAU TUNDA
Kajian Lapangan Ekologi Sosial Pulau Tunda 2019
Editor :
Ahmad Tarmiji Alkhudri
Prima Yustitia Nurul Islami
Sylvi
Anggi
Ekologi Sosial Pulau Tunda 2
KATA PENGANTAR
Ekologi Sosial Pulau Tunda i
PROLOG
Ekologi Sosial Pulau Tunda : Menelaah Kearifan Lokal Masyarakat Pulau ditengah
Pengembangan Pariwisata
Ahmad Tarmiji dan Prima Yustitia
Pengantar Indonesia memiliki kurang lebih 17.500 pulau besar dan kecil merupakan arhcipelagic
state terbesar di dunia. Indonesia sebagai negara maritim memiliki 5,8 juta km2 atau 75% dari
luas wilayah Indonesia merupakan lautan. Lautan Indonesia memiliki kekayaan hayati laut
yang tinggi (mega diversity) di dunia (Dewan Hankamnas dan BPPT, 1996). Besarnya potensi
tersebut menunjukkan bahwa banyak penduduk Indonesia yang bermata pencaharian berkaitan
dengan kelautan dan tinggal di sekitar laut (pulau) salah satunya sebagai nelayan. Nelayan
sering kali juga disebut sebagai masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir secara ekologi memiliki
tata cara kehidupan yang memanfaatkan dua lingkungan yaitu daratan (tanah) dan lautan (air).
Pemenuhan kebutuhan ekonomi pada masyarakat pesisir yang berasal dari lautan adalah
mencari ikan dan sumber alam pantai sedangkan pertanian merupakan mata pencaharian
tambahan.
Ragam persoalan pesisir seperti kerusakan ekosistem, pencemaran lingkungan,
persoalan sampah darat, degradasi fisik habitat, over ekploitasi sumberdaya alam, abrasi pantai,
perubahan peruntukan pembangunan kawasan konservasi lindung dan sebagainya merupakan
realitas krisis ekologi yang terjadi di Pulau Tunda. Kondisi ini, tentunya tidak terlepas dari
relasi manusia dan lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini menjadi korban eksploitasi
hingga menyebabkan percepatan penghancuran lingkungan. Ditengah perkembangan
pariwisata yang mulai menggeliat di Pulau Tunda penting memahami kearifan lokal
masyarakat setempat sebagai cara untuk mengurangi dan membatasi dampak maupun problem
ekologis yang akan terjadi dikemudian hari. Salah saru kerangka konseptual yang akan
menelaah pentingnya kearifan lokal sebagai salah satu dasr untukpembangunan berkelanjutan
yang lebih ekologis.
Teori tentang pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjelaskan
bahwa masyarakat berkelanjutan adalah masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhannya tanpa
mengurangi kesempatan generasi masa depan dalam memenuhi kebutuhan mereka (Fritjof
Capra, 2005 : 250). Dalam hal ini pengembangan pembangunan harus mengedepankan
kemanfaatan ekologis yang lebihbersifat jangka panjang, dimana persoalan lingkungan tidak
bisa dilepaskan dari persoalan sistemik dimana perbaikan lingkungan perlu diawali dari
Ekologi Sosial Pulau Tunda ii
keinginan bersama yang masuk kedalam satu sistem secara terintegrasi dan secara
komprehensif melibatkan tiga sistem yaitu sistem sosial, sistem fisik dan sistem ekonomi.
Melembagakan Kearifan Lokal Di Tengah Pembangunan Perubahan lingkungan sebagai dampak dari pembangunan menjadi satu hal yang
penting dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. Perkembangan pembangunan yang
mengesampikan kearifan lokal masyarakat berdampak besar pada arah pembangunan yang
tidak lagi ekologis. Hal tersebut menjadi penting untuk melembagakan kembali
(reinstitusionalisasi) kearifan kearifan lokal tradisional, karena akan membangtu
penyelamatan lingkungan. Kearifan lokal tradisional memiliki fungsi positif bagi masyarakat
bukan dirumuskan lewat proses saintifikasi yang menggunakan metode ilmiah baik sebagai
subjek atau objek (Susilo, 2008).
Konsep tentang penyelamatan lingkungan oleh Talcott Parson dilakukan melalui dua
pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Individu (baik buruknya lingkungan bergantung kepada perilaku individu
dimana individu bisa merusak maupun memelihara lingkungan sebab individu
memiliki perilaku voluntaristik);
2. Pendekatan Sistem (kerusakan lingkungan tidak lepas dari pola struktur sosial dan
sistem sosial yang terbentuk dari individu atau kelompok yang berinteraksi).
Terdapat beberapa persoalan kegagalan pembangunan lingkungan yang dapat menjadi bahan
pemebelajaran analisis pembangunan kawasan pesisir kearah pariwisata agar lebih berpihak
pada lingkungan yang lebih baik.
Tabel 1
Pendekatan Pembangunan Lingkungan Berkelanjutan
Aspek Penjelasan
Keagamaan
Pengembangan kajian keberagamaan secara ekologis atau
kajian ekologi dari perspektif teologi lingkungan sudah
saatnya dilakukan oleh organisasi keagammaan untuk dapat
menghubungkan antara nilai nilai agama dan
implementasinya dalam menjaga lingkungan.
Hukum
UUD tentang pengelolaan lingkungan (UU No 23 Tahun
1997) dan UU No 41 Tahun 1999 tentang kehutanan perlu
menjadi landasan kuat untuk dapat mengakomodir
permasalahan persoalan lingkungan.
Politik
Pendekatan lingkungan perlu dilihat dari persoalan politik
untuk menghindari benturan akibat relasi politik maupun
tarik menarik kepentingan. Perlunya pendekatan politik
untuk mengatasi persoalan lingkungan
Pendidikan Pentingny amengintegrasikan pendidikan lingkungan dalam
bahan ajar maupun kurikulum di sekolah untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat menjaga lingkungan
mulai dari kecil (dari sekolah).
Ekonomi Pentinnya menintegrasikan rencangan pembangunan
ekonomi yang lebih ramah lingkungan, untuk mengurangi
dampak pembangunan yang merusak lingkungan.
Mengendepankan pembangunan yang juga memiliki
manfaat ekologis dan bersifat jangka panjang.
Ekologi Sosial Pulau Tunda iii
Tujuh Analisa Ekologi Sosial Pulau Tunda Berdasarkan kajian pada buku ini, setidaknya terdapat tujuh analisa ekologi sosial Pulau
Tunda yaitu Potensi Sumber Daya Alam, Kearifan Lokal dan Model Pengelolaan Ekosistem
Pulau Tunda, Analisis terkait strategi nafkah masyarakat, Analisis Pengembangan Pariwisata,
Analisis Kerusakan Lingkungan maupun Ekosistem, Sistem Pengelolaan Sampah, Sistem
Ketahanan Pangan, dan Dampak Pengerukan Pasir di Pulau Tunda.
Tabel 2
Analisis Ekologi Sosial Pulau Tunda
No. Analisis Ekologi Sosial Hasil Kajian
1. Potensi Sumberdaya
Alam dan Model
Kearifan Lokal
Pengelolaan Ekosistem
Pulau Tunda
Potensi ekosistem mangrove dan terumbu karang yang
dapat menjadi sumber daya tarik pariwisata perlu dijaga
keberadaannya melalui melembagakan kemabli kearifan
lokal di Pulau Tunda Salah satunya adalah menjaga
lingkungan
2. Strategi Nafkah
Masyarakat Pulau
Tunda
Selain menjadi nelayan pancing alternatif strategi nafkah
masyarakat Pulau Tunda adalah Nelayan Bagan Apung,
Berjualan Sembako, Penyewaan alat snorkling, dan
beberapa menjadi buruh
3. Pengembangan
Pariwisata Pulau Tunda
Pengembangan pariwisata berbasis lingkungan dan
perlunya dukungan penuh dari pemerintah daerah
setempat untuk dapat mengembangkan potensi wisata
Pulau Tunda menjadi lebih baik lagi
4. Kerusakan Lingkungan
dan Ekosistem Pulau
Tunda
Penyebab Kerusakan lingkungan dan ekosistem terjadi
karena dua faktor yaitu faktor eksternal antara lain
banyaknya sampah buangan yang masuk ke pulau,
pengerukan pasir, dan tumpahan minyak, sedangkan
faktor internal adalah kurangnya masyarakat menjaga
lingkungan dan minimnya kesadaran masyarakat terhadap
pengelolaan lingkungan yang lebih baik
5. Sistem Pengelolaan
Sampah Berbasis
Masyarakat di Pulau
Tunda
Pengelolaan sampah di Pulau Tunda masih bersifat
tradisional dimana sampah hanya dikumpulkan di satu
TPA kemudian dibakar. Perlunya pembelajaran untuk
pemilihan sampah dan daur ulang sampah agar dampah
dari sisa sampah yang tidak terbakar dapat dikelola
menjadi bahan daur ulang yang tidak berdampak pada
lingkungan
6. Sistem Ketahanan
Pangan Masyarakat
Pulau Tunda
Masyarakat Pulau Tunda masih bergantung kepada
pasokan makanan dari daratan sehingga sistem yang
dimiliki masyarakat Pulau Tunda adalah Ketahanan
pangan. Pertanian yang ada di Pulau Tunda hanyalah
petani kelapa sedangkan untuk bahan pertanian lainnya
tidak dihasilkan di Pulau.
7. Dampak Pengerukan
Pasir di Pulau Tunda
Pengerukan pasir berdampak pada ekologi dimana terjadi
kerusakan terumbu karang dan hilangnya ekosistem ikan
sekitar Pulau, namun masyarakat mengalami peningkatan
ekonomi akibat ganti rugi dari pengerukan pasir tersebut.
Ekologi Sosial Pulau Tunda iv
Penutup
Sesuai dengan analisis kearifan lokal dalam pembangunan berkelanjutan, dimana
pembangunan kawasan Pulau Tunda kearah perkembangan Pariwisata perlu dijaga dengan
melestarikan atau melembagakan kembali kearifan lokal masyarakat yang telah memudar.
Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan ditengah pengembangan pariwisata bertujuan
agar pariwisata yang dikembangkan tidak berhenti dalam 5 tahun atau 10 tahun mendatang tapi
dapat berkelanjutan dan memberikan dampak positif peningkatan perekonomian bagi
masyarakat setempat. Pentingnya menjalin relasi dengan berbagai stakeholder seperti
pemerintah daerah, swasta, maupun investor untuk membangun pariwisata yang ramah
lingkungan dan berwawasan ekologis.
Referensi
Capra, Fritjof. 2003. The Hidden Connection : Strategi Sistemik Untuk Melawan Kapitalisme
Baru. Yigyakarta : Jalasutra
Susiolo, Rachmad K Dwi. 2008. Sosiologi Lingkungan. Rajawali Pers
Zid, Muhammad dan Ahmad Tarmiji Alkhudri. 2016. Sosiologi Pedesaan: Teoretisasi dan
Perkembangan Kajian Pedesaan di Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Ekologi Sosial Pulau Tunda v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
PROLOG.......................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................................ viii
DAFTAR SKEMA .........................................................................................................................ix
Sekilas Tentang Pulau Tunda .............................................................................................. 10
Gambaran Umum Pulau Tunda ....................................................................................... 11
Gambaran Masyarakat Pulau Tunda ............................................................................. 12
Gambaran Ekosistem Pulau Tunda ............................................................................... 13
CHAPTER 1 ................................................................................................................................ 14
Potensi Sumber Daya Alam, Kearifan Lokal dan Model Pengelolaan Ekosistem
di Pulau Tunda .......................................................................................................................... 14
Bab 1 ......................................................................................................................................... 15
Potensi Sumber Daya Alam dan Ragam Kearifan Lokal Mata Pencaharian
Masyarakat Pulau Tunda ................................................................................................... 15
Bab 2 ......................................................................................................................................... 16
Pemanfaatan dan Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove Berbasis
Masyarakat ............................................................................................................................. 16
Bab 3 ......................................................................................................................................... 17
Peran Masyarakat Dalam Melestarikan Keanekaragama Hayati Ekosistem
Pesisir Pulau Tunda ............................................................................................................ 17
Bab 4 ......................................................................................................................................... 18
Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Pulau Tunda ...................................................... 18
CHAPTER 2 ................................................................................................................................ 19
Strategi Nafkah Masyarakat Pulau Tunda ...................................................................... 19
Bab 1 ......................................................................................................................................... 20
Rasionalitas Petani Kelapa di Pulau Tunda Yang Berwawasan Ekologis........ 20
Bab 2 ......................................................................................................................................... 21
Pariwisata dan Ragam Kewirausahaan di Pulau Tunda ......................................... 21
CHAPTER 3 ................................................................................................................................ 22
Pengembangan Pariwisata Pulau Tunda .......................................................................... 22
Bab 1 ......................................................................................................................................... 23
Ekologi Sosial Pulau Tunda vi
Daya Tarik Pariwisata Terhadap Wisatawan di Pulau Tunda ............................... 23
Bab 2 ......................................................................................................................................... 24
Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Pulau Tunda ...... 24
Bab 3 ......................................................................................................................................... 25
Dampak Sosial Ekonomi Pariwisata Terhadap Masyarakat di Pulau Tunda .. 25
CHAPTER 4 ................................................................................................................................ 26
Ekowisata dan Kerusakan Ekosistem Pesisir Pulau Tunda ...................................... 26
CHAPTER 5 ................................................................................................................................ 28
Pengelolaan Sampah di Pulau Tunda ............................................................................... 28
CHAPTER 6 ................................................................................................................................ 30
Sistem Ketahanan Pangan di Pulau Tunda ................................................................... 30
CHAPTER 7 ................................................................................................................................ 32
Kerusakan Ekologi : Pengerukan Pasir di Pulau Tunda............................................. 32
EPILOG ........................................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 35
BIODATA EDITOR .................................................................................................................... 36
Ekologi Sosial Pulau Tunda vii
DAFTAR GAMBAR
Ekologi Sosial Pulau Tunda viii
DAFTAR TABEL
Ekologi Sosial Pulau Tunda ix
DAFTAR SKEMA
Ekologi Sosial Pulau Tunda 10
Sekilas Tentang Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 11
Gambaran Umum Pulau Tunda
Sumber : Wikipedia
Pulau Tunda merupakan salah satu pulau dari ratusan pulau yang ada di Indonesia.
Pulau Tunda berada di Laut Jawa tepatnya di sebelah utara Teluk Banten. Pulau Tunda secara
administratif termasuk dalam wilayah Kabupaten Serang, Banten. Luas wilayah Pulau Tunda
mencapai 300 hektare dengan jumlah penduduk berdasarkan hasil wawancara mencapai 1500
jiwa. Pulau Tunda memiliki satu Desa yaitu Desa Wargasara yang didalamnya terdapat dua
kampung yaitu kampung barat dan Kampung Timur. Jumlah penduduk yang tinggal di
Kampung timur sebesar 70% dari total penduduk sedangkan 30% penduduk tinggal di
Kampung Barat.
Sejarah Pulau tunda menceritakan bahwa Pulau Tunda awalnya disebut sebagai Pulau
Babi jika dilihat dari peta tahun 1950an konon bentuk ujung dari Pulau Tunda ini menyerupai
atau berbentuk seperti moncong babi. Dari situlah awal mula Pulau Tunda ini dinamakan
sebagai Pulau Babi. Namun seiring berjalannya waktu Pulau Babi ini berubah nama menjadi
Pulau Tunda sampai sekarang. Sejarah lain mengatakan bahwa sejarah dari nama Pulau Tunda
ini yaitu pada saat masa pemerintahan Hindia Belanda warga yang ingin mengirim dan
memperjualbelikan sembako berupa beras ke daerah Belitung dari Pulau Jawa, namun
dikarenakan pada saat pemerintahan Hindia Belanda tidak diperbolehkan mengirim terlalu
banyak sembako ke Belitung maka sembako itu ditunda pengirimannya dan dikumpulkan
sebanyak 2 ton di Pulau tersebut. Setelah sembakonya terkumpul maka barulah sembako
tersebut mulai dikirimkan ke Belitung, dari disitulah muncul nama untuk pulau ini yaitu Pulau
Tunda. Selain itu ada juga cerita lain mengenai penamaan pulau ini yaitu ketika Sultan
Hasanudin ditugaskan untuk menaklukan banten oleh ayahnya, singkat cerita rombongan
kerajaan Sultan Hasanudin ingin kembali ke Cirebon, diperjalanan kapal yang digunakan
mengalami guncangan akibat badai dan akhirnya memutuskan untuk menunda perjalanannya
di sebuah pulau yang kemudian diberikan nama Pulau Tunda. Di dalam Pulau ini hanya
terdapat satu desa yang diberi nama Desa Wargasara yang artinya warga yang taat pada hukum
sara.
Pulau Tunda memiiki potensi pariwisata yang sangat menarik untuk dikembangkan dan
dikelola. Salah satunya adalah keindahan pantai dan lautnya yang belum di eksplore secara
optimal. Selain itu kegiatan memancing, snorkling dan melihat sunset dan sunrise merupakan
salah satu potensi yang juga dapat dikembangkan. Pulau Tunda masih memiliki lahan yang
Ekologi Sosial Pulau Tunda 12
snagat luas yang belum diusahakan, terlalu banyak alang alang dan kebun kososng serta jalanan
yang belum terawat dengan baik. Pulau Tunda juga belum memiliki investor yang khusus untuk
mengoptimalkan potensi wisata alamnya.
Pulau Tunda dapat ditempuh dengan perjalanan darat keluar dari pintu Tol Serang
Timur kemudian dialjutkan sampai ke Dermaga Penyebrangan Karang Antu. Penyebarangann
dari Karang Antu menuju pulau tunda kurang lebih 2 jam dengan menggunkan kapal perahu
milik nelayan setempat. Akses Pulau Tunda hanya dapat ditempuh dengan menggunakan kapal.
Sumber listrik di Pulau Tunda berasal dari Diesel dan Tenaga Surya. Listrik di Pulau Tunda
hanya menyala pada pukul 18.00-21.00 menggunakan diesel dan setelah itu pukul 21.00-06.00
menggunakan Tenaga Surya dimana pasokan listriknya dibatasi maksimal satu rumah adlaah
220volt. Jika Penggunaannya berlebihan maka listrik akan mati lebih cepat. Pulau Tunda belum
memiliki pasokan listrik karena jumlah penduduk yang masih sedikit. Selain Listrik Jaringan
internet di Pulau Tunda pun cukup sulit perlu ke pinggir pantai untuk mendapatkan akses
jaringan internet.
Gambaran Masyarakat Pulau Tunda Mayoritas masyarakat Pulau Tunda merupakan masyarakat dengan suku Jawa.
Masyarakat Pulau Tunda sendiri dalam berkomunikasi mayoritas menggunakan bahasa yang
beraneka ragam, namun bahasa yang umum digunakan adalah bahasa Jawa-Serang (Jaseng).
Mata pencaharian masyarakat Pulau Tunda adalah bekerja sebagai nelayan khususnya nelayan
pancing (90%) sisanya adalah nelayan bagan apung. Mayoritas masyarakat Pulau Tunda
beragama islam. Pulau Tunda atau disebut juga Pulo Tunda oleh masyarakat memiliki sarana
pendidikan mulau dari TK sampai SMP sedangkan untuk jenjang SMA, masyarakat harus
menyebrang ke Banten untuk bersekolah. Sarana pendidikan dari TK sampai SMP terpusat
berada di Kampung Timur. Pulau Tunda memiliki sarana ibadah (mesjid) yang cukup besar
berada di tengah perkampungan warga di Kampung Timur. Sarana lain yang terdapat di Pulau
Tunda antara lain sarana kesehatan berupa tempat bersalin, Kantor Desa untuk tempat
pertemuan, dan kantor polisi.
Masyarakat Pulau Tunda memiliki beberapa lapangan terbuka yang cukup besar,
umumnya digunakan oleh masyarakat untuk bermain voli atau futsal anak pada sore hari.
Hiburan yang biasanya dilakukan oleh masyarkat adalah bermain voli atau futsal sebab
masyarakat tidak bisa menonton televisi karena tidak adanya pasokan listrik. Selain itu untuk
mencukupi kebutuhan sehari hari masyarakat di Pulau Tunda mengandalkan warung warung
kecil. Tidak ada aktivitas perdagangan besar di Pulau, hal tersebut disebabkan karena tidak
adanya pasar di Pulau Tunda. Masyarakat umumnya mendapatkan pasokan bahan makanan
Gambar sekolah/ fasilitas umum
Ekologi Sosial Pulau Tunda 13
dari darat (Banten). Pengiriman bahan makanan, es batu, maupun keperluan lainnya dilakukan
3 kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu.
Aktivitas sebagian besar masyarakat Pulau Tunda adalah Nelayan sehingga jika dilihat
sekilas maka kawasan Pulau terlihat sepi hanya didominasi oleh perempuan (ibu maupun istri
nelayan). Kampung Timur memiliki 5-6 warung kecil yang menjual kebutuhan sehari hari,
umumnya warung dimiliki oleh mantan nelayan dan dikelola oleh istri dan keluarga nelayan
tersebut. Di Kampung Barat memiliki 1 warung besar yang memasok sumber kebutuhan sehari
hari dan terdapat 3 warung kecil yang menjual makanan ringan. Secara umum aktivitas
ekonomi pulau tunda berjalan seperti di daerah lain pada umumnya. Persoalan utama yang
terdapat di Pulauu Tunda salah satunya adalah kendala pasokan bahan makanan, karena kapal
tidak selalu datang tepat waktu Kendala kapal bisa diakibatkan oleh cuaca maupun ada acara
yang membuat nelayann tidak dapat menggunakan kapal untuk berbelanja.
Gambaran Ekosistem Pulau Tunda Kawasan Pesisir Pulau Tunda berdasarkan hasil wawancara (belum ada kajian lebih
lanjut) terbentuk akibat penurunan permukaan air laut. Awalnya Pulau Tunda hanya memiliki
jumlah daratan yang sedikit, namun dalam kurun waktu 30 tahun terakhir terjadi pembentukan
tanah dari penurunan permukaan air laut atau yang disebut masyrakat sebagai tanah timbul.
Hal observasi di lapangan juga menunjukkan masih banyak terdapat rawa rawa disekitar
pinggir pantai, namun dibatasi daratan pesisir pantai dan baru kemudian laut. Tanah Timbul di
Pulau Tunda tidak hanya terdapat di Kampung Timur namun juga terdapat di Kampung Barat.
Bibir pantai yang terdapat di pantai Kampung Barat merupakan tanah timbul yang baru muncul
10 tahun terakhir.
Pulau Tunda memiliki ekosistem antara lain ekosistem pesisir pantai, ekosistem
bakau/mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem laut. Ekosistem pesisir pantai
umumya didominasi oleh karang dan bebatuan karena sebagian pesisir ada yang menjadi
dermaga kapal, namun sebagian lain masih terdapat beberapa pohon, pasir, dan bakau yang
berada di pesisir pantai. Ekosistem bakau yang merupakan bagian dari ekosistem pesisir.
Tanaman bakau yang berada di pinggir pantai hanya terdapat di Kampung Timur. Fungsi bakau
tersebut secara umum adalah untuk mengatasi intrusi air laut. Hal tersebut juga menjadi alasan
jumlah penduduk di Kampung Timur lebih banyak daripada di Kampung Barat. Kampung
Barat sendiri memiliki bakau namun terletak setelah pesisir pantai (berada di rawa rawa) yang
mana fungsi dari Bakau itu sendiri belum teroptimalkan. Ekosistem lain adalah ekosistem laut
yang didalamnya terdapat ikan dan ekosistem terumbu karang. Terumbu karang di Lauut
sekitar Pulau Tunda masih cukup baik walaupun ada beberapa yang rusak akibat penambangan
pasir dan tumpahan minyak, namun sampai hari ini ekosistem lautnya masih dapat dikatakan
cukup baik, walaupun perlu perhatian lebih untuk dapat mengoptimalkan ekosistem yang ada.
Gambar pantai / kawasa mangrove
Ekologi Sosial Pulau Tunda 14
CHAPTER 1
Potensi Sumber Daya Alam, Kearifan Lokal dan Model
Pengelolaan Ekosistem di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 15
Bab 1
Potensi Sumber Daya Alam dan Ragam Kearifan Lokal
Mata Pencaharian Masyarakat Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 16
Bab 2
Pemanfaatan dan Pengelolaan Ekosistem Hutan
Mangrove Berbasis Masyarakat
Ekologi Sosial Pulau Tunda 17
Bab 3
Peran Masyarakat Dalam Melestarikan
Keanekaragama Hayati Ekosistem Pesisir Pulau
Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 18
Bab 4
Kearifan Lokal Masyarakat Pesisir Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 19
CHAPTER 2
Strategi Nafkah Masyarakat Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 20
Bab 1
Rasionalitas Petani Kelapa di Pulau Tunda Yang
Berwawasan Ekologis
Ekologi Sosial Pulau Tunda 21
Bab 2
Pariwisata dan Ragam Kewirausahaan di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 22
CHAPTER 3
Pengembangan Pariwisata Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 23
Bab 1
Daya Tarik Pariwisata Terhadap Wisatawan di Pulau
Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 24
Bab 2
Strategi Pengembangan Pariwisata Berbasis
Masyarakat di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 25
Bab 3
Dampak Sosial Ekonomi Pariwisata Terhadap
Masyarakat di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 26
CHAPTER 4
Ekowisata dan Kerusakan Ekosistem Pesisir Pulau
Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 27
Identifikasi Ekowisata dan Kerusakan Ekosistem
Pesisir di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 28
CHAPTER 5
Pengelolaan Sampah di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 29
Sistem Pengelolaan Sampah dan Dampaknya
Terhadap Lingkungan di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 30
CHAPTER 6
Sistem Ketahanan Pangan di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 31
Ketahanan Pangan Masyarakat Pesisir Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 32
CHAPTER 7
Kerusakan Ekologi : Pengerukan Pasir di Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 33
Dampak Pengerukan Pasir Terhadap Kondisi
Lingkungan dan Sosial Masyarakat Pesisir Pulau
Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 34
EPILOG
Problem Ekologis Pulau Tunda
Ekologi Sosial Pulau Tunda 35
DAFTAR PUSTAKA
Ekologi Sosial Pulau Tunda 36
BIODATA EDITOR
Prima Yustitia Nurul Islami, lahir di Malang 23 Januari 1989. Perjalanan Pendidikan S1-nya
ditempuh di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, Institut Pertanian Bogor (2006-2010). Tahun 2011 melanjutkan Studi S2 di Program
Sosiologi Pedesaan, IPB dan lulus pada tahun 2014. Saat ini mengajar di Jurusan Pendidikan
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta. Konsentrasi minta kajiannya
meliputi Ekologi Sosial, Kajian Gender dan Kajian Pedesaan. Karya penelitian yang pernah di
buat antara lain Marginalisasi Perempuan Dalam Sistem Kerja Pemetik Teh di Perkebunan,
Pola Strategi Nafkah Masyarakat Pesisir Dalam Mengatasi Dampak Perubahan Iklim,
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Kawasan DAS Citarum, dan sebagainya. Ia dapat
dihubungi melalui surel berikut : [email protected]