ekologi- hubungan tingginya polusi udara dengan kejadian ispa pada balita di wilayah kerja puskesmas...
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 EKOLOGI- Hubungan Tingginya Polusi udara dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Indarun
1/6
Hubungan Tingginya Polusi udara dengan kejadian ISPA pada Balita di kota
Padang pada Tahun 2013
Usulan Penelitian
Diajukan Ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Sebagai
Pemenuhan Syarat Untuk Melaksanakan Usulan Penelitian Pada Mata kuliah
Epidemiologi Analitik
Oleh :
Alfita Dewi
1010331006
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2013
-
7/23/2019 EKOLOGI- Hubungan Tingginya Polusi udara dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Indarun
2/6
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung selama 14 hari. Saluran
nafas yang dimaksud adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli paru beserta organ
adneksanya sepeBrti sinus, ruang telinga tengah dan pleura. ISPA merupakan salah satu
masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang
termasuk Indonesia. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan angka kematian
karena ISPA khususnya pneumonia atau bronco pneumonia, terutama pada bayi dan Balita.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2005 memperkirakan kematian balita akibat
pneumonia di seluruh dunia sekitar 19 persen atau berkisar 1,6 2,2 juta. Dimana sekitar 70
persennya terjadi di negara-negara berkembang, terutama Afrika dan Asia Tenggara.
Setiap tahunnya diperkirakan 4 dari 15 juta kematian pada anak berusia dibawah 5
tahun. Proporsi kematian balita akibat Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) berdasarkan
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2007 sebesar 15,5%.
DiIndonesia, ISPA selalu menempati urutan pertama penyebab kematian pada
kelompok bayi dan balita. Selain itu ISPA juga sering berada pada daftar 10 penyakit
terbanyak dirumah sakit. Survei mortalitas yang dilakukan oleh Subdit ISPA tahun 2005
menempatkan ISPA/Pneumonia sebagai penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia
dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim,2008). Angka kematian
pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%. Adapun angka kesakitan
diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita setiap tahunnya.
Menurut survey demografi Indonesia dari data rekapitulasi kunjungan ke Puskesmas
dan rumah sakit akibat ISPA di Indonesia tahun 1998 adalah 654.541 kasus untuk Puskesmas
dan 72,732 untuk rumah sakit, dengan jumlah kematian 1.386 orang.
Perkiraan penderita Pnemonia yang berkunjung ke Puskesmas di kota Padang tahun
2011 sebanyak 8.672 penderita. Untuk Penemuan kasus Pnemonia Balita di Puskesmas kota
Padang pada tahun 2011 sebanyak 586 kasus, turun jika dibandingkan 2010 sebanyak 819
pasien dan 100 % dapat ditangani (Dinas Kesehatan Kota Padang).
Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian ISPA terbagi atas dua kelompok
besar yaitu faktor resiko instrinsik meliputi umur, jenis kelamin, status gizi, dan faktor
ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, ventilasi, kelembaban,
pencahayaan, penataan ruangan dan asap rokok.
-
7/23/2019 EKOLOGI- Hubungan Tingginya Polusi udara dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Indarun
3/6
Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan Tingginya Polusi Udara dengan Kejadian ISPA pada Balita di
kota Padang pada Tahun 2013.
2. Perumusan Masalah
Apakah ada hubungan tingginya polusi udara dengan kejadian ISPA pada balita di kota
Padang pada tahun 2012?
3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan Tingginya polusi udara dengan kejadian ISPA pada balita di kota
Padang pada tahun 2012.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran polusi udara di kota Padang
2. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung tingginya polusi udara di Kota Padang.
3. Mengetahui hubungan tingginya polusi udara dengan kejadian ISPA pada balita di Kota
Padang.
4. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Sebagai tambahan pengetahuan atau pengalaman dalam penerapan metodologi penelitian dan
penyehatan khususnya bidang kesehatan lingkungan dan epidemiologi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan tingginya polusi udara
dengan kejadian ISPA pada balita, sehingga memberi solusi untuk program penurunan angka
kejadian ISPA di kota Padang.
BAB II
-
7/23/2019 EKOLOGI- Hubungan Tingginya Polusi udara dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Indarun
4/6
TINJAUAN PUSTAKA
1. Parameter Pencemar Udara Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan
2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
a. Definisi
b. Etiologi
c. Klasifikasi
d. Faktor Resiko ISPA
e. Ciri Ciri Balita yang terkena ISPA
-
7/23/2019 EKOLOGI- Hubungan Tingginya Polusi udara dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Indarun
5/6
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain ekologi dimana data yang digunakan adalah data
agregat dari suatu fenomena suatu populasi dalam suatu daerah administrasi tertentu dan
dalam suatu wilayah geografis tertentu dan bukan individu dalam masyarakat.
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan selang waktu mulai tanggal 1 April sampai dengan
30 April Tahun 2013. Penelitian ini bertempat di kota Padang.
3. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini kita mengambil data sekunder/data agregat yang telah ada dan
pada penelitian ini kita tidak melihat dari sampel yang diambil perorangan melainkan data
populasi suatu wilayah kerja. Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang menderita
ISPA yang di Kota Padang.
4. Variabel independen dan Dependen
Variabel Dependen dalam penelitian ini yaitu Kejadian ISPA pada Balita dan
Variabel Independen yaitu Tingginya Polusi Udara.
Kelemahan dan bias
- Desain ekologi menggunakan data agregat jadi sulit dilakukan jika suatu wilayah atau
daerah administrasi tersebut tidak melaksanakan system pencatatan dengan benar
- Data yang dibuat tersebut tidak lengkap dan tidak sesuai dengan aturan maka akan
mempersulit peneliti dalam melakukan penelitian
- Peneliti mengatahui jumlah atau proporsi penduduk yang terpapar serta jumlah kasus
yang diteliti dalam suatu populasi namun peneliti tidak mengetahui penderita yang
terpapar dan tidak terpapar dalam populasi tersebut.
- Bias dapat terjadi pada saat dalam penarikan kesimpulan (ecological fallacy).
-
7/23/2019 EKOLOGI- Hubungan Tingginya Polusi udara dengan kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Indarun
6/6