eko saputro-dokter keluarga dan diagnosis holistik

Upload: akang-eko-cuman-begini

Post on 11-Oct-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

prinsip dokter keluarga

TRANSCRIPT

TUGAS MANDIRIDOKTER KELUARGA DAN DIAGNOSIS HOLISTIKMODUL ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

EKO SAPUTROI11110065

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTERFAKULTAS KEDOKTERAN UNTAN2013

Dokter Keluarga Dan Diagnosis HolistikKasus : Mr.A.36 yo, security in Kelurahan Office, unmarried, live with his sister who married with 3 childrenDiagnosis holistik pasien :I: - Productive cough no blood-tinged since 1 month - going to be worst condition - possible to cure II: - Pulmonum tuberculosis with acid-fast bacili (+), broad lesion & left lung fibrosis - Obesity - Suspect Diabetes MellitusIII: - drop out from anti-tuberculosis treatment after 1 month - lack motivation and supporting behavior - unmarried & dependentIV: - less harmony interpersonal relationship with brother in law - no family participation in patient management - high risk transmitted in the family - un-comfort living for patient and familyV: functional scale: 2 (partly willingness, provider dependency) Sebagai dokter keluarga, bagaimana penanganannya terhadap :1. Personal pasien?2. Bagaimana planning comprehensive kepada anggota keluarga?3. Bagaimana planning comprehensive kepada lingkungan rumahnya?Pembahasan1. Dalam Standar Pelayanan Medis (standard of medical care), pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis meliputi:a. AnamnesisPelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran, dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis. Dari anamnesis pasien ini mengeluh batuk produktif tanpa darah sejak satu bulan. Pasien khawatir kondisinya makin memburuk dan berharap dapat sembuh.b. Pemeriksaan fisik dan penunjangDalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata. Pada pasien ini, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan penunjang untuk memastikan apakah pasien ini juga mengalami diabetes mellitus.c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis bandingPada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik. Pada pasien ini, diagnosis kerjanya adalah tuberkulosis pulmonal dengan BTA (+), lesi luas dan fibrosis pada paru kiri, serta dicurigai diabetes mellitus.d. Pengobatan rasionalPada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi kepentingan pasien. Dalam pedoman nasional penanggulangan TBC tahun 2006, pasien ini termasuk dalam kategori pasien yang berobat tidak teratur.

Tabel di bawah ini adalah pedoman tatalaksana pasien yang berobat tidak teraturTindakan pada pasien yang putus berobat kurang dari 1 bulan: Lacak pasien Diskusikan dengan pasien untuk mencari masalah berobat tidak teratur Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai

Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan:

Tindakan 1Tindakan 2

Lacak pasien Diskusikan dan cari masalah Periksa 3 kali dahak SPS dan lanjutkan pengobatan sementara menunggu hasilnyaBila hasil BTA (-) atau Tb extra paru:Lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai

Bila satu atau lebih hasil BTA (+)Lama pengobatansebelumnya kurangdari 5 bulan *Lanjutkan pengobatansampai seluruh dosisselesai

Lama pengobatansebelumnya lebih dari 5 bulan Kategori-1: mulai kategori-2 Kategori-2: rujuk, mungkin kasus kronik.

Tindakan pada pasien yang putus berobat lebih 2 bulan (Default)

Periksa 3 kali dahak SPS Diskusikan dan cari masalah Hentikan pengobatan sambil menunggu hasil pemeriksaan dahak.Bila hasil BTA (-) atau Tb extra paru:Pengobatan dihentikan, pasien diobservasi bila gejalanya semakin parah perlu dilakukan pemeriksaan kembali (SPS dan atau biakan)

Bila satu atau lebih hasil BTA (+)Kategori-1Mulai kategori-2

Kategori-2Rujuk, mungkin kasuskronik.

Keterangan :*Tindakan pada pasien yang putus berobat antara 1-2 bulan: Lama pengobatan sebelumnya kurang dari 5 bulan lanjutkan pengobatan dulu sampai seluruh dosis selesai dan 1 bulan sebelum akhir pengobatan harus diperiksa dahak.Telah disebutkan bahwa pasien putus minum obat setelah menjalani pengobatan selama 1 bulan (lama pengobatan kurang dari 5 bulan), tetapi tidak disebutkan berapa lama pasien putus berobat, sehingga sulit untuk menentukan tatalaksana pasien yang tepat. Bila dianggap pasien tersebut putus berobat antara 1-2 bulan maka tindakan pertama adalah Periksa 3 kali dahak SPS dan lanjutkan pengobatan sementara menunggu hasilnya, bila hasil BTA (-)/ Tb ekstra paru maka lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai, tapi bila satu atau lebih hasil BTA (+) maka lanjutkan pengobatan sampai seluruh dosis selesai (karena lama pengobatan sebelumnya baru 1 bulan).e. KonselingUntuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melakukan konseling dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien dan keluarga pada keadaan di saat itu. Pada konseling ini juga penting ditekankan kepatuhan pasien terhadap prosedur pengobatan agar tidak terjadi resistensi obat. Dokter keluarga juga harus memberikan motivasi/dukungan kepada pasien agar konsisten dan bersemangat dalam menjalani pengobatannya.2. Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga. Tentunya pada pasien ini sangat diperlukan pembinaan terhadap keluarga karena tidak adanya partisipasi keluarga dalam manajemen pengobatannya. Hubungan yang baik dengan keluarga sangat dibutuhkan demi adanya hubungan yang harmonis antar anggota keluarga. Hal yang memperberat adalah, pasien ini memiliki resiko yang tinggi untuk menularkan penyakitnya dalam keluarga, sehingga pemahaman bagi pasien dan keluarga dalam pencegahan penularan harus diberikan oleh dokter keluarga. 3. Penyakit TBC tidak hanya merupakan persoalan individu tapi sudah merupakan persoalan masyarakat. Kesakitan dan kematian akibat TBC mempunyai konsekuensi yang signifikan terhadap permasalahan ekonomi baik individu, keluarga, masyarakat, perusahaan dan negara. Penanganan terhadap lingkungan meliputi lingkungan sekitar tempat tinggal/keluarga dan tempat kerjanya. Cara yang dapat ditempuh antara lain dengan melakukan tindakan promotif dan preventif melalui penyuluhan-penyuluhan tentang perilaku hidup yang berkaitan dengan timbulnya penyakit TBC, bagaimana cara pencegahannya, bagaimana cara penularannya dan lain-lain dan diharapkan melalui upaya ini lingkungan sekitar sadar akan pentingnya pencegahan terhadap suatu penyakit.

Referensi :Direktur Jendral PP dan PL. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis edisi 2 Cetakan pertama. Jakarta : Departemen Kesehatan RIPerhimpunan Dokter Keluarga Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Dokter Keluarga. Bandung.