diagnosis holistik studi kasus pasien gizi kurang pada bayi kedokteran keluarga
DESCRIPTION
diagnosis holistik studi kasus pasien gizi kurang pada bayi dengan pendekatan kedokteran keluarga. family medicineTRANSCRIPT
BERKAS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Maria Cristina
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 9 bulan
Anak ke : Satu
Agama : Kristen
Nama Ayah : Tn. Edward
Nama Ibu : Ny. Weni
Pekerjaan Ayah : Buruh honorer
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ayah : SMP
Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Pegangsaan 2 no.VIII A
Tanggal Berobat : 06-Desember-2013
2. Anamnesa
Dilakukan secara alo-anamnesa dengan ibu dan bapak pasien pada tanggal 06
Desember 2013 pukul 11.00 WIB
1. Keluhan Utama: Berat badan anak tidak naik
2. Keluhan Tambahan : -
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang diantar ibunya ke Puskesmas Kelapa Gading karena berat
badannya yang tidak kunjung naik. Awalnya ibu pasien hanya merasa bahwa anaknya
agak kurus. Hal ini tidak menimbulkan kekhawatiran bagi orangtua pasien
dikarenakan mereka menganggap bahwa kurusnya anak merupakan keturunan dari
orangtua pasien yang kurus. Sehingga orangtua pasien tidak menyadari bahwa berat
badan anaknya tidak naik sampai saat ibu pasien datang ke Puskesmas untuk
imunisasi pasien. Saat ditimbang bidan Puskesmas menyatakan berat badan pasien
1
kurang untuk bayi seusia pasien. Akhirnya pasien dirujuk ke bagian gizi oleh bidan
puskesmas.
Ibu pasien mengatakan, pasien merupakan anak pertama, lahir normal di bidan
dengan berat badan lahir 2700 gram dan panjang badan 48 cm. Selama kehamilan ibu
mengaku tidak mengalami keluhan apapun, ibu mengatakan selalu kontrol rutin ke
bidan hampir tiap bulannya dan selalu mengonsumsi makanan yang bergizi agar
pertumbuhan anaknya baik. Ibu pasien mengatakan pasien diimunisasi sejak lahir dan
sudah lengkap. Pasien mendapatkan ASI hingga saat ini, namun selama pemberian ASI
anak diberi minum tambahan berupa air putih dan kadang diberikan susu formula.
Pasien mulai mendapatkan makanan pendamping seperti bubur tim sejak usia 8 bulan.
Namun, pasien susah sekali makan, pasien lebih memilih minum susu dan jajan
dibandingkan makan. Pasien tampak kurus dan berat badan pasien tidak bertambah
seiring pertambahan usianya.
Ibu mengatakan pasien saat ini sudah dapat memegang biskuit sendiri, berkata
ma....ma...daa....da..., senang bermain sendiri dan bertepuk tangan.
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
Menurut orangtua pasien, selama ini pasien jarang sakit. Pasien pernah sakit
panas, dan sembuh setelah minum obat turun panas.
5. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan keadaan
pasien
Orangtua pasien tidak memiliki penyakit DM, TBC ataupun penyakit lain
yang berhubungan dengan keadaan pasien.
6. Riwayat Sosial Ekonomi:
Pasien adalah seorang balita 9 bulan, tinggal bersama kedua orang tuanya.
Status ekonomi mereka adalah menengah ke bawah. Kebutuhan pasien dan keluarga
kurang dicukupi dari pendapatan ayahnya yang bekerja sebagai buruh honorer,
sebesar kurang lebih Rp 900.000,-/bulan
7. Riwayat Kebiasaan:
2
Ibu pasien selalu memberikan makanan selingan seperti biskuit atau susu. Menu untuk
satu hari terkadang tidak sesuai dengan pola gizi seimbang. Untuk sarapan pagi biasanya
dengan bubur tim instan atau buah. Untuk makan siang dan makan malam, biasanya pasien
diberi bubur yang dibikin ibunya, terkadang campuran bubur berupa telur, sayur bayam,
wortel, dan sesekali berseling antara daging dan ayam. Namun pasien sering tidak
menghabiskan makanannya.
3. Riwayat Imunisasi
Tabel 1. Tabel Imunisasi Pasien
Imunisasi Jumlah
Hepatitis B I, II, III (usia 0, 1, 6 bulan)
BCG I (usia 1 bulan)
DPT I, II, III (usia 2, 4, 6 bulan)
Polio I, II, III, IV (usia 0,2, 4, 6 bulan)
Campak I (usia 9 bulan)
Kesan : imunisasi lengkap
4. Riwayat Perkembangan
Tabel 2. Tabel Riwayat Perkembangan Pasien
Usia Motorik kasar Motorik halus Bicara Sosial4 bulan
6 bulan
12 bulan
Tengkurap, mengangkat kepala.
Merangkak,duduk dibantu
Berdiri sendiri tanpa dibantu, berjalan dengan dituntun
Meraih benda, mengikuti objek dengan mata
Memegang benda kecil
Dapat menyusun balok dan mainan
MengocehKata tanpa arti
Menirukan suara,
menyatakan satu atau dua kata
Bereaksi terhadap suara
Tepuk tanganEkspresif
memasukan benda ke mulut
Kesan : Tumbuh kembang tidak terdapat kelainan
3
Gambar 1. Denver II
Kesan: Tumbuh Kembang tidak terdapat kelainan
4
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Vital sign :
Kesadaran : Compos Mentis
Frek. Nadi : 100 x/menit
Frek Pernapasan : 40 x/menit
Suhu : 37,0◦
Status Gizi :
BB : 6 Kg
TB : 64 cm
Menggunakan z-score indeks yang dipakai : BB/U yaitu <-2 SD sd -3SD
Gambar 2. Grafik Berat Badan Menurut Umur
5
Gambar 3. Grafik Tinggi Badan Menurut Umur
6
Gambar 4. Grafik Berat Badan Menurut Tinggi Badan
Hasil :
BB/U : -2SD
PB/U : -2SD
BB/PB : -2SD
Kesan : Gizi kurang
4. Status Generalis
a. Kepala
Bentuk : normocephal
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
pupil bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
Telinga : bentuk normal, tidak terdapat sekret
Hidung : septum tidak deviasi, tidak ada sekret, nafas cuping hidung (-)
Mulut : bibir tidak sianosis, lidah tidak kotor
b. Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trachea (-)
c. Thorak
Inspeksi : Kedua hemithoraks simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus taktil dan vokal simetris statis dan dinamis, ictus
cordis tidak teraba.
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru, peranjakan paru (+)
Auskultasi : Vesikuler seluruh lapangan paru, rhonki (-/-), wheezing (-/-),
bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
d. Abdomen
Inspeksi : perut datar, simetris
Auskultasi : bising usus (+)
Palpasi : hepar dan lien tidak membesar
Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen
Ekstremitas : akral hangat, edema (-), sianosis (-)
e. Kulit : tidak ada kelainan kulit, turgor kulit baik.
5. Status lokalis : -
7
D. Usulan Pemeriksaan Penunjang
Usulan Pemeriksaan : -
BERKAS KELUARGA
A. Profil Keluarga
1. Karakteristik Keluarga Pasien
a. Identitas Kepala Keluarga :
Nama : Tn. Edward (ayah pasien)
Usia : 24 tahun.
b. Identitas Pasangan:
Nama : Ny. Weni (ibu pasien)
Usia : 22 tahun.
c. Struktur Komposisi Keluarga:
Bentuk keluarga ini merupakan nuclear family dengan Tn. Edward sebagai
kepala keluarga. Tn. Edward memiliki satu orang istri Ny. Weni. Tn. Edward dan
Ny. Weni memiliki anak yang bernama An. Maria (pasien) yang saat ini memiliki
masalah gizi kurang.
Fungsi adaptasi (adaptation) kurang baik, yaitu kedua orang tuanya masih
belum mengerti dan paham tentang pola makan, serta pertumbuhan dan
perkembangan yang sesuai dengan usianya.
Fungsi kemitraan (partnership) baik dimana setiap anggota keluarga
selalu saling berkomunikasi aktif untuk mengambil suatu keputusan.
Fungsi pertumbuhan (growth) keluarga terbilang baik dimana tidak ada
tekanan untuk menyuarakan pendapat.
Fungsi kasih sayang (affection) keluarga ini cukup harmonis di mana
hubungan suami dengan istri dan hubungan orang tua dengan anaknya terjalin
baik, serta selalu ada waktu berkumpul.
8
Fungsi kebersamaan (resolve) terbilang cukup baik dimana terdapat
kebersamaan dalam membagi waktu untuk bertukar pikiran sehingga membuat
hubungan dalam keluarga ini begitu harmonis. Pemahaman keluarga sebagai
wahana persemaian nilai – nilai agama dan nilai – nilai luhur budaya bangsa
tercermin dalam kehidupan sehari – hari setiap anggota keluarga memeluk satu
agama yang sama yaitu agama Kristen dan termasuk taat dalam menjalankan
ibadah. Budaya dalam keluarga sangat kental dengan adat Ambon yang
merupakan suku asal dari pihak suami. Bahasa yang digunakan oleh keluarga ini
dalam keseharian menggunakan bahasa Indonesia.
Tabel 3. Anggota keluarga Pasien
No Nama
Kedudukan dalam
Keluarga Jenis
Kel
Umur Pendi-
dikan
Pekerjaan
Keterangan
Tambahan
1. Tn. Edward Kepala Keluarga L 24 th SMP Buruh
honorer
2. Ny.Weni Istri P 22 th SMA Ibu Rumah
Tangga
3. An. Maria Anak P 9 bln - -
2. Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup
a. Lingkungan tempat tinggal
Tabel 4. Lingkungan tempat tinggal
Status kepemilikan rumah: rumah kontrakan
Daerah perumahan: padat bersih
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah: 5 x 3 m2 An. Maria tinggal di rumah kontrakan
Bersama dengan kedua orangtuanya.
Rumah terdiri dari satu ruang tanpa sekat
yang digunakan sebagai ruang tidur, ruang
untuk memasak dan ruang keluarga.
Kamar mandi berada di luar rumah yang
digunakan oleh penghuni kontrakan
lainnya.
Kontrakan berukuran 5 x 3 m2, dengan
Halaman rumah : -
Jumlah penghuni dalam satu rumah: 3 orang
Tingkat rumah : Tidak Bertingkat
Lantai rumah: keramik
Dinding rumah: Gypsum
Jamban keluarga: Ada
Tempat bermain: Tidak ada
Penerangan listrik: 200 watt
9
pencahayaan dan sirkulasi udara kurang
baik. Ketersediaan air bersih dan
pembuangan sampah keluarga cukup.
Ketersediaan air bersih: Ada
Tempat pembuangan sampah : Ada
b. Kepemilikan barang-barang berharga: (Kendaraan,elektronik peralatan RT)
- Keluarga majikan : Sebuah televisi, sebuah kompor gas, sebuah lemari es satu
pintu, sebuah setrika, dan sebuah rice cooker
c. Denah rumah
3. Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga:
a. Tempat berobat : Puskesmas dekat rumah.
b. Asuransi/Jaminan kesehatan : KJS
4. Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Tabel 5. Pelayanan Kesehatan
Faktor Keterangan Kesimpulan
Cara mencapai pusat pelayanan Angkot Pasien jika sakit berobat ke
10
kesehatan Puskesmas Kelapa Gading, karena
biaya yang murah. Jarak rumah ke
puskesmas dapat dijangkau dengan
menggunakan kendaraan umum.
Pasien merasa cukup puas dengan
pelayanan kesehatan yang ada di
puskesmas.
Tarif pelayanan kesehatan Terjangkau dan murah
Kualitas pelayanan kesehatan Cukup memuaskan
5. Pola Konsumsi Makanan Keluarga
a. Kebiasaan makan:
Keluarga pasien memiliki kebiasaan makan dua atau tiga kali sehari. Menu
makanan biasanya terdiri satu lauk dan sayur, terkadang diselingi dengan ayam,
ikan, atau daging. Ny. Weni kadang memasak namun lebih sering hanya
membeli lauk di warung nasi.
Pasien masih mengonsumsi ASI dan ditambah dengan susu formula serta
makan nasi tim. Waktu makan pasien biasanya dua kali sehari dan kadang
diselingi dengan biskuit. Menurut ibu pasien pola makan pasien tidak teratur
karena pasien sering tidak mau makan.
b. Menerapkan pola gizi seimbang:
Keluarga pasien tidak menerapkan pola gizi seimbang. Jenis makanan yang
dikonsumsi keluarga bergantung kepada selera makan saja, tidak bergantung pada
pola gizi. Pasien masih mengonsumsi ASI dan ditambah susu formula. Sedangkan
untuk makanan pasien biasanya diberikan bubur tim bayi dalam kemasan, dan
kadang diselingi oleh biskuit.
Tabel 6. Food Recall Pasien dalam 3 hari
11
HARI WAKTU MAKANAN
Senin
Pagi ASI + Bubur Tim Instan (5 suap)
Selingan Biskuit (3 keping)
Siang ASI + Bubur Tim Instan (4 suap)
Selingan Susu Formula + Buah Pisang
Malam ASI
Rabu
Pagi ASI + Bubur Tim Instan (5 suap)
Selingan Buah Pisang
Siang ASI + Bubur Tim Instan (5 suap)
Selingan Susu Formula
Malam ASI + Biskuit (1 keping)
Sabtu
Pagi ASI + Bubur Tim Buatan Sendiri (5 suap)
Selingan Biskuit (2 keping)
Siang ASI + Bubur Tim Instan (6 suap)
Selingan Susu Formula
Malam ASI + Biskuit (2 keping)
Interpretasi terhadap food recall pasien:
Pasien sering tidak menghabiskan makanannya. Makanan yang dikonsumsi
pasien kurang bervariasi.
6. Pola Dukungan Keluarga
a. Faktor pendukung terselesaikannya masalah dalam keluarga:
12
Hubungan kedua orangtua pasien cukup baik. Kerukunan terjalin baik antar
anggota keluarga.
b. Faktor penghambat terselesaikannya masalah dalam keluarga:
Penghasilan Tn. Edward yang pas-pasan seringkali menjadi kendala bagi
keluarga. Hal ini memberi pengaruh kepada pola makanan yang disediakan oleh
ibu pasien. Orangtu pasien terbilang masih muda, sehingga kadang kurang
matang dalam mengambil keputusan. Kurangnya pengetahuan orangtua pasien
tentang penyakit yang dialami pasien.
B. Genogram
1. Bentuk keluarga:
Keluarga terdiri atas 1 generasi dengan kepala keluarga (KK) bernama
Tn. Edward berusia 24 tahun dan istri bernama Ny. Weni berumur 22 tahun yang
merupakan orangtua pasien An. Maria. Bentuk keluarga pasien adalah keluarga inti
(nuclear family).
2. Tahapan siklus keluarga:
Tahapan siklus keluarga Tn. Zulfikar dan Ny.Yanti termasuk ke dalam Tahap
keluarga sedang mengasuh anak.
Tn. Edward adalah kepala keluarga yang menikah dengan Ny. Weni, mereka
mempunyai 1 orang anak yang bernama Maria yaitu pasien.
3. Family map (gambar)
13
Keterangan :
: laki – laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah
: hubungan pernikahan
: garis keturunan
C. Identifikasi permasalahan yang didapat dalam keluarga
1. Masalah dalam organisasi keluarga :
Dalam struktur keluarga pasien, keluarga tersebut termasuk dalam status ekonomi
pasien menengah ke bawah. Beberapa kebutuhan keluarga ini tidak bisa terpenuhi
secara maksimal. Sehingga kebutuhan akan gizi seimbang pasien tidak terpenuhi.
2. Masalah dalam fungsi biologis :
Secara umum kedua orangtua pasien dalam keadaan sehat, tidak terdapat gejala-gejala
terjadinya penyakit menular maupun penyakit lainnya pada keluarga tersebut, kecuali
An.Maria (pasien) yang diketahui menderita gizi kurang. Pola makan pasien yang
menunjang faktor resiko terjadinya gangguan kekurangan gizi.
14
3. Masalah dalam fungsi psikologis:
Hubungan kekeluargaan di antara anggota keluarga Tn. Edward terjalin baik, begitu
juga dengan hubungan keluarga Tn. Edward dengan pasien. Kedua orangtua pasien
sangat menyayangi pasien.
4. Masalah dalam fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan:
Sumber penghasilan utama keluarga pasien adalah gaji Tn. Edward yang bekerja
honorer dengan gaji rata-rata Rp. 1.000.000. Uang tersebut dirasakan sangat kurang
untuk membayar sewa kontrakan dan untuk kebutuhan lainnya.
5. Masalah lingkungan :
Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan lingkungan cukup padat penduduk
dengan letak rumah yang berdekatan satu sama lainnya. Kebersihan lingkungan sekitar
tempat tinggal tergolong cukup bersih. Terdapat selokan yang masih mengalir dengan
baik di sekitar tempat tinggal. Pembuangan sampah dikumpulkam pada tempat
pembuangan sementara yang ada disekitar tempat tinggal keluarga. Sumber air bersih
keluarga berasal dari air PAM. Pasien tinggal dirumah kontrakan yang terdiri dari 13
kamar kontrakan. Kontrakan tersebut hanya memiliki 3 kamar mandi untuk 13 kepala
keluarga yang memngontrak disana.
6. Masalah perilaku kesehatan :
Orangtua pasien cukup mengerti dan sadar akan sakit yang dialaminya. Namun
usaha dalam merubah pola makan masih kurang karena orangtua pasien sendiri
kurang mengetahui pola makan seimbang dan keadaan ekonomi yang mempengaruhi
jenis makanan yang dikonsumsi.
D. Diagnosis Holistik (Multiaksial)
1. Aspek personal: (alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran)
Kedatangan orangtua pasien ke Puskesmas adalah untuk imunisasi pasien,
namun setelah ditimbang berat badan pasien kurang untuk anak seusianya. Menurut
orangtua pasien tidak ada penyakit yang diderita anaknya selama ini. Orangtua pasien
berharap setelah dari Puskesmas berat badan anaknya dapat naik dan tidak
kekurangan gizi lagi. Orangtua pasien khawatir jika anaknya tidak dipantau gizinya
akan menganggu pertumbuhan dan perkembangan anaknya.
15
2. Aspek klinik: (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
Berdasarkan alloanamnesa dengan kedua orangtua pasien didapatkan adanya
keluhan berat badan anaknya yang kurang untuk anak seusianya. Sedangkan dari
pemeriksaan fisik didapatkan hasil pemeriksan fisik didapatkan :
Tanda-tanda vital dalam batas normal. Sedangkan untuk status gizi didapatkan:
BB : 6 Kg
TB : 64 cm
BB/U : -2SD
BB/PB : -2SD
PB/U : -2SD
Kesan : Gizi kurang
3. Aspek risiko internal: (faktor-faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan
pasien)
Pola makan pasien, pasien sulit untuk diberi makan sehingga orangtua pasien
sering merasa kewalahan. Hal ini membuat ibu pasien terkadang malas untuk
membuat bubur untuk anaknya, sehingga kerap memberikan bubur instan dan biskuit.
Pasien juga sering tidak menghabiskan makanannya. Penghasilan kepala keluarga
yang pas-pasan merupakan masalah yang dirasakan oleh keluarga ini.
Sebelum datang ke Puskesmas orangtua pasien menganggap anaknya kurus
merupakan keturunan dari mereka. Kurangnya pengetahuan ini menyebabkan
orangtua pasien tidak khawatir akan kondisi anaknya.
4. Aspek psikososial keluarga: (faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi masalah
kesehatan pasien)
Hubungan keluarga pasien cukup baik. Tidak ada masalah antara kedua
orangtua pasien. Pasien merupakan anak yang diharapkan. Saat masih di dalam
kandungan ibu pasien rutin memeriksakan kandungannya ke Puskesmas. Tidak ada
masalah dalam kehamilan maupun persalinannya. Jika ada anggota keluarga yang
sakit, keluarga ini memeriksakan dirinya ke Puskesmas, hanya jika sakit dianggap
cukup parah. Jika merasa tidak parah mereka mengatasi keluhannya dengan
meminum obat warung saja.
16
Tempat tinggal pasien berada di lingkungan padat penduduk. Pasien tinggal di
bangunan kontrakan bersama 13 kepala keluarga lainnya, dengan kamar mandi yang
dipakai bersama-sama dengan penghuni lainnya.
5. Aspek fungsional: (tingkat kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari baik
didalam maupun di luar rumah, fisik maupun mental)
Aktivitas menjalankan fungsi sosial memiliki nilai skala 5, yaitu dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari tidak ada kesulitan.
E. Rencana Pelaksanaan
Tabel 5. Rencana Penatalaksanaan
Aspek Kegiatan Sasaran Waktu Hasil diharapkan
Aspek
personal
Memberikan edukasi pada orang tua
pasien serta motivasi terhadap
pentingnya pengawasan pertumbuhan
dan perkembangan anak, menjaga pola
makan sesuai dengan kebutuhan dan
gizi
Orangtua
pasien
Pada saat
kunjungan
ke
puskesmas
Orangtua pasien tahu keadaan pasien
Orangtua pasien tidak khawatitr
terhadap penyakitnya
Pasien dapat sembuh
Aspek
klinik
Gizi kurang : Memberikan edukasi
mengenai gizi seimbang untuk balita.
Beri Asi setiap kali bayi menginginkan
Tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam /kacang hijau/ santan/ minyak pada bubur nasi
Beri bubur nasi 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur:6 bulan : 6 sendok makan, 7 bulan : 7 sendok makan, 8 bulan : 8 sendok makan, 9 bulan : 9 sendok makan, 10 bulan : 10 sendok makan, 11 bulan : 11 sendok makan
Beri makanan selingan 2 kali sehari diantaranya waktu makan seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan sebagainya
Beri buah-buahan atau sari buah
Orangtua
pasien
Pada saat
kunjungan
ke
puskesmas
berat badan pasien bisa bertambah,
sehingga status gizi pasien berubah
dengan cara mengubah pola makannya.
17
Aspek
risiko
internal
Pola makan :
Memberikan edukasi kepada orang tua
untuk merubah pola makan:
Atur waktu pemberian makanan
Buat suasana makan yang
menyenangkan
Ekonomi :
Memotivasi orangtua pasien untuk
mencari sumber pendapatan lain.
Orangtua
Pasien
Saat
kunjungan
ke rumah
pasien
Pasien bisa mendapatkan pola makan
seimbang sehingga kebutuhan gizi
pasien terpenuhi. Orangtua pasien bisa
mendapatkan penghasilan sampingan.
Aspek
psikososial
keluarga
Memberikan edukasi mengenai rumah
yang sehat
Orangtua
pasien
Saat
kunjungan
ke rumah
pasien
Orangtua pasien mengerti mengenai
rumah yang sehat
Aspek
fungsional
Menyarankan orangtua pasien untuk
dapat memepertahankan kesehatan
pasien, seperti mengikuti pola makan
seimbang
Orangtua
Pasien
Saat
kunjungan
ke rumah
pasien
Kondisi tubuh pasien lebih sehat.
F. Analisa Kasus
1. Aspek Personal
Pasien datang diantar ibunya ke Puskesmas karena berat badannya kurang
untuk anak seusianya. Dengan rencana penatalaksanaan menjelaskan pada pasien
bahwa pasien mengalami gizi kurang, menjelaskan pada orangtua pasien bahwa
tidak usah khawatir pada penyakitnya, karena keadaan ini bisa diperbaiki jika
mengikuti saran-saran dokter dan konsultan gizi yang ada di Puskesmas. Hasil
yang diharapkan setelah dilakukannya penatalaksanaan tersebut adalah orangtua
pasien tahu penyakitnya, tidak khawatir terhadap penyakitnya, dan pasien dapat
sembuh.
2. Aspek Klinik
Dari hasil alloanamnesa didapatkan bahwa pasien mengalami gizi kurang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital normal.
BB : 6 Kg
18
TB : 64 cm
BB/U : -2SD
BB/PB : -2SD
PB/U : -2SD
Kesan : Gizi kurang
Rencana penatalaksanaannya adalah
Gizi kurang : Memberikan edukasi mengenai gizi seimbang untuk balita,
yaitu:
o Beri Asi setiap kali bayi menginginkan
o Tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tempe/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam
/kacang hijau/ santan/ minyak pada bubur nasi
o Beri bubur nasi 3 kali sehari. Setiap kali makan diberikan sesuai umur:
6 bulan : 6 sendok makan, 7 bulan : 7 sendok makan, 8 bulan : 8 sendok
makan, 9 bulan : 9 sendok makan, 10 bulan : 10 sendok makan, 11 bulan
: 11 sendok makan
o Beri makanan selingan 2 kali sehari diantaranya waktu makan seperti bubur
kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan sebagainya
o Beri buah-buahan atau sari buah
Hasil yang diharapkan adalah berat badan pasien bisa bertambah, sehingga
status gizi pasien berubah dengan cara mengubah pola makannya.
3. Aspek Internal
Pola makan pasien, pasien sulit untuk diberi makan sehingga orangtua
pasien sering merasa kewalahan. Hal ini membuat ibu pasien terkadang malas
untuk membuat bubur untuk anaknya, sehingga kerap memberikan bubur instan
dan biskuit. Pasien juga sering tidak menghabiskan makanannya. Penghasilan
kepala keluarga yang pas-pasan merupakan masalah yang dirasakan oleh
keluarga ini.
Sebelum datang ke Puskesmas orangtua pasien menganggap anaknya kurus
merupakan keturunan dari mereka. Kurangnya pengetahuan ini menyebabkan
orangtua pasien tidak khawatir akan kondisi anaknya.
Rencana penatalaksanaannya adalah
19
Pola makan :
o Menganjurkan orangtua pasien untuk memberikan pasien pola makan
yang benar.
o Memotivasi orangtua pasien untuk lebih sabar dalam memberikan
pasien makan.
Ekonomi :
o Memotivasi orangtua pasien untuk mendapatkan penghasilan
tambahan.
Diharapkan kelak selanjutnya pola makan pasien lebih teratur dan gizinya
seimbang serta orangtua pasien yang lebih sabar dalam memberikan makanan
terhadap pasien. Selain itu juga diharapkan keluarga pasien mendapatkan
penghasilan tambahan.
4. Aspek Psikososial Keluarga
Hubungan keluarga pasien cukup baik. Saat masih di dalam kandungan ibu
pasien rutin memeriksakan kandungannya ke Puskesmas. Tidak ada masalah
dalam kehamilan maupun persalinannya. Jika ada anggota keluarga yang sakit,
keluarga ini memeriksakan dirinya ke Puskesmas, hanya jika sakit dianggap
cukup parah. Jika merasa tidak parah mereka mengatasi keluhannya dengan
meminum obat warung saja.
Tempat tinggal pasien berada di lingkungan padat penduduk. Pasien tinggal di
bangunan kontrakan bersama 13 kepala keluarga lainnya, dengan kamar mandi
yang dipakai bersama-sama dengan penghuni lainnya.
Rencana penatalaksanaan adalah memberikan edukasi mengenai rumah sehat.
Sehingga diharapkan Keluarga majikan lebih memeprhatikan kesejahteraan
pasien, pasien bisa istirahat dalam masa pemulihan sakitnya dan bisa mendapat
tunjangan jika sedang sakit.
5. Aspek fungsional
Dalam aktivitas menjalankan fungsi sosial, pasien memiliki nilai skala 5, yaitu
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari tidak ada kesulitan.
20
Sehingga disarankan kepada orangtua pasien untuk dapat memepertahankan
kesehatan pasien seperti mengikuti pola makan seimbang. Dengan demikian
diharapkan kondisi tubuh pasien lebih sehat dan kuat.
G. Prognosis
1. Ad vitam : bonam
2. Ad sanationam: bonam
3. Ad fungsionam: bonam
21