ekg

23
LAPORAN PENDAHULUAN EKG Oleh: Septiana Wulandari, 0906564252 Kelompok 5 A. Pengertian Tindakan Jantung memiliki suatu sistem dimana selnya mempunyai kemampuan untuk membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik secara spontan. Kegiatan listrik jantung sering dihubungkan dengan perjalanan impuls dari jantung yang dihantaran menuju jaringan tubuh dan diukur pada permukaan tubuh menggunakan galvanometer. Galvanometer yang khusus digunakan untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik yang lebih kecil dari jantung dan kemudian dapat digambarkan pada kertas yang berjalan disebut Elektrokardiogram (EKG). EKG dapat mencatat aktivitas listrik miokardium dari 12 posisi yang berbeda - 3 posisi standar, 3 posisi unipolar, dan 6 posisi dada. Elektrokardiograf juga dapat didefinisikan sebagai alat diagnosa yang sudah umum dan sering digunakan dalam rangka mengukur aktivitas elektrik jantung dengan bentuk gelombang (McCann, 2004). Impuls yang bergerak akibat adanya sistem konduksi jantung menciptakan elektriksitas yang kemudian dapat dimonitor dari permukaan tubuh. Pemasangan elektrode di kulit individu dapat mendeteksi elektriksitas tersebut dan mentransmisi tersebut ke instrumen dan merekamnya

Upload: ratnaa-wienda-cliquers

Post on 03-Jul-2015

2.685 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKG

LAPORAN PENDAHULUAN EKG

Oleh: Septiana Wulandari, 0906564252

Kelompok 5

A. Pengertian Tindakan

Jantung memiliki suatu sistem dimana selnya mempunyai kemampuan untuk

membangkitkan dan menghantarkan impuls listrik secara spontan. Kegiatan listrik jantung

sering dihubungkan dengan perjalanan impuls dari jantung yang dihantaran menuju

jaringan tubuh dan diukur pada permukaan tubuh menggunakan galvanometer.

Galvanometer yang khusus digunakan untuk mendeteksi dan meningkatkan aktivitas listrik

yang lebih kecil dari jantung dan kemudian dapat digambarkan pada kertas yang berjalan

disebut Elektrokardiogram (EKG). EKG dapat mencatat aktivitas listrik miokardium dari

12 posisi yang berbeda - 3 posisi standar, 3 posisi unipolar, dan 6 posisi dada.

Elektrokardiograf juga dapat didefinisikan sebagai alat diagnosa yang sudah umum

dan sering digunakan dalam rangka mengukur aktivitas elektrik jantung dengan bentuk

gelombang (McCann, 2004). Impuls yang bergerak akibat adanya sistem konduksi jantung

menciptakan elektriksitas yang kemudian dapat dimonitor dari permukaan tubuh.

Pemasangan elektrode di kulit individu dapat mendeteksi elektriksitas tersebut dan

mentransmisi tersebut ke instrumen dan merekamnya (elektrokardiogram) sebagai aktivitas

jantung (McCann, 2004). Jadi pengertian EKG adalah rekaman aktivitas listrik jantung atau

bioelektrikal pada jantung yang digambarkan dengan sebuah grafik EKG atau dengan kata

lain grafik EKG menggambarkan rekaman aktifitas listrik jantung.

B. Tujuan Tindakan

1. Mengetahui kelainan-kelainan irama jantung (aritmia)

2. Mengetahui kelainan-kelainan miokardium (infark, hipertrophy atrial dan ventrikel)

3. Mengetahui adanya pengaruh atau efek obat-obat jantung

4. Mengetahui adanya gangguan elektrolit

5. Mengetahui adanya gangguan perikarditis

Page 2: EKG

6. Mengidentifikasi gangguan ritme dan konduksi jantung dan pembesaran rongga

jantung.

C. Kompetensi Dasar lain yang Harus Dimiliki

Sebelum melakukan perekaman EKG, kompetensi yang harus dimiliki perawat yaitu:

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi jantung

Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pompa yaitu atrium kanan

dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Hubungan fungsional antara atrium dan ventrikel

diselenggarakan oleh jaringan susunan hantar khusus yang menghantarkan impuls

listrik dari atrium ke ventrikel. Sistem tersebut terdiri dari nodus Sinoatrial (SA), nodus

Atrioventrikuler (AV), berkas His dan serabut-serabut Purkinje. Setiap denyut jantung

normal merupakan hasil pembangkitan impuls listrik di SINO-ATRIAL NODE (SA

Node), yang mengatur frekuensi dan irama denyutan jantung. Pola hantaran normal

jantung dikenal sebagai IRAMA SINUS (sinus rhythm) karena denyut tersebut berasal

dari SA Node. SA Node terletak pada petemuan antara vena kava superior dengan

atrium kanan.

Impuls jantung kemudian akan meninggalkan SA Node dan berpencar menuju otot

atrium melalui jalur intra atrium. Rangsangan listrik ini mengakibatkan kontraksi kedua

atrium. Impuls kemudian sampai ke atrio ventrikuler node (AV Node) dimana impuls

dihamburkan untuk memberikan waktu kontraksi kedua atrium selesai dan memastikan

pengisian darah di ventrikel. Mengikuti penghambatan di AV Node, impuls kemudian

mencapai BERKAS HIS, lalu turun ke kanan dan kiri dari cabang berkas dan naik ke

serat PURKINJE. Peristiwa ini tidak lebih dari beberapa detik dan mengakibatkan

kontraksi ventrikel. Hantaran impuls sepanjang serabut khusus, 5 kali lebih cepat

dibandingkan pada serabut otot jantung tidak khusus. Transmisi impuls yang cepat

merangsang sel otot selalui kedua ventrikel berkontraksi secara terus menerus.

Frekuensi denyutan alami pada jalur hantaran pacemaker :

SA Node : 60-100 x/menit

AV Node : 40-60 x/menit

Sistem Purkinje : 25-40 x/menit

Page 3: EKG

2. Cara membaca EKG

Untuk dapat membaca hasil EKG maka perlu pengetahuan mengenai gelombang

pada EKG. Gelombang pada EKG terdiri dari:

a. Gelombang P

Gelombang P merupakan proses depolarisasi atrium. Karakteristik gelombang P

yang normal yaitu:

Lebar kurang dari 0,12 detik

Tinggi kurang dari 0,3 milivolt

Selalu positif di lead II

Selalu negative di lead AVR

b. Gelombang QRS

Gelombang QRS merupakan gambaran proses depolarisasi ventrikel (waktu

yang dibutuhkan impuls untuk menuju serat Purkinje melewati bundle

branches). Gelombang Q akan tampak ketika defleksi negatif pertama terjadi di

kompleks QRS. Gelombang R akan tampak ketika defleksi positif pertama.

Gelombang S akan tampak ketika defleksi negatif kedua atau defleksi negatif

pertama setelah gelombang R. Karakteristik gelombang QRS normal yaitu:

Lebar 0,06-0,12 detik

Tinggi tergantung lead

c. Gelombang Q

Gelombang Q adalah defleksi negative pertama pada gelombang QRS.

Gelombang Q yang normal yaitu:

Lebar kurang dari 0,04 detik

Tinggi/dalamnya kurang dari 1/3 tinggi R

d. Gelombang R

Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Gelombang

R umumnya positif di lead I, II, V5 dan V6. Di lead AVR, V1 dan V2 biasanya

hanya kecil atau tidak ada sama sekali.

e. Gelombang S

Page 4: EKG

Gelombang S adalah defleksi negative sesudah gelombang R. Di lead AVR dan

V1 gelombang S terlihat dalam. Dari V2 ke V6 akan terlihat makin lama makin

menghilang atau berkurang dalamnya.

f. Gelombang T

Gelombang T merupakan gambaran proses repolarisasi ventrikel. Umumnya

gelombang T positif di lead I, II, V3-V6 dan terbalik di AVR.

g. Interval PR

Interval PR diukur dari permukaan gelombang P sampai permukaan gelombang

QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12-0,20 detik. Ini merupakan waktu yang

dibutuhkan untuk depolarisasi atrium dan jalannya impuls melalui berkas His

sampai pemulaan depolarisasi ventrikel.

h. Segmen ST

Segmen ST diukur dari akhir gelombang S sampai awal gelombang T.

3. Lokasi penempatan elektroda EKG pada kulit

Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda pada kulit pada

tempat-tempat tertentu. Terdapat dua jenis sadapan (“lead”) pada EKG

a. Sadapan bipolar

Sadapan ini merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda, sadapan ini ditandai

dengan angka romawi I, II, dan III.

Page 5: EKG

Sadapan I

Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA),

dimana tangan kanan bermuatan negative (-) dan tangan kiri bermuatan

positif (+).

Sadapan II

Merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF),

dimana tangan kanan bermuatan negative (-) dan kaki kiri bermuatan positif

(+).

Sadapan III

Merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF),

dimana tangan kiri bermuatan positif (+) dan kaki kiri bermuatan negatif (-).

Ketiga sadapan ini dapat digambarkan sebagai sebuah segitiga sama sisi

yang lazim disebut segi tiga EITHOVEN.

b. Sadapan unipolar

Sadapan unipolar terdiri dari 2 sadapan yaitu sadapan unipolar ekstremitas dan

unipolar prekordial

Sandapan unipolar ekstremitas

Merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda eksplorasi

diletakkan pada ekstremitas yang akan diukur. Gabungan elektroda-elektroda

pada ekstremitas yang lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0).

Sandapan aVR

Merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) dimana tangan kanan

bermuatan positif, tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda

indiferen.

Sandapan aVL

Merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) dimana tangan kiri

bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda

indiferen.

Page 6: EKG

Sandapan aVF

Merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) dimana kaki kiri

bermuatan positif (+), tangan kanan dan tangan kiri membentuk

elektroda indiferen.

Sadapan unipolar prekordial

Merekam besar potensil listrik jantung dengan bantuan elektroda eksplorasi

yang ditempatkan di beberapa tempat dinding dada. Elektroda indiferen

diperoleh dengan menggabungkan ketiga elektroda ekstremitas.

Letak sadapan:

V1 : Ruang interkostal ke-4 di sebelah kanan sternal.

V2 : Ruang interkostal ke-4 di sebelah kiri sternal.

V3 : Di tengah antara V2 dan V4.

V4 : Ruang interkostal ke-5 di garis midklavikula.

V5 : Ruang interkostal ke-5 di garis anterior aksila (di tengah antar V4

dan V6).

V6 : Ruang interkostal ke-5 di garis midaksila atau sejajar dengan V4.

Page 7: EKG

D. Indikasi, Kontraindikasi, dan Komplikasi

Indikasi:

1. Iskemia myocardium

2. Infraksi myocardium

3. Penyakit artteri koroner seperti angina

4. Perubahan ritme dan konduksi

5. Pembesaran ruang jantung (chamber enlargement)

6. Ketidakseimbangan elektrolit, terutama kalsium dan kalium

7. Penyakit inflamasi jantung

8. Drug toxicity seperti: Digitalis (Lanoxin) dan tricyclic antidepresan.

E. Alat dan Bahan

1. Mesin EKG

2. Kertas EKG

3. Seperangkat elektrode (disposable pregelled electrodes)

4. 4’’ x 4’’ gauze pads

Page 8: EKG

5. Alat tambahannya: clippers dan pulpen

F. Anatomi Daerah Target Tindakan

Jantung merupakan organ tubuh yang paling

berperan di dalam sistem kardiovaskuler. Fungsi

jantung adalah memompa darah ke seluruh bagian

tubuh. Lokasi jantung sendiri berada di dekat paru-

paru. Tepatnya di bagian kiri tengah dada. Jantung

sebenarnya adalah sebuah organ yang terdiri atas otot.

Otot jantung berbeda dengan otot-otot lain di bagian

tubuh lainnya. Di dalam jantung terdapat 4 ruangan,

yaitu atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan

ventrikel kiri. Atrium letaknya berada di bagian atas jantung sedangkan ventrikel berada di

bagian bawah jantung. Atrium kiri berfungsi sebagai tempat penerima darah segar dari

paru-paru. Sedangkan atrium kanan berfungsi sebagai tempat penerima darah tidak segar

dari seluruh tubuh. Adapun ventrikel kiri merupakan tempat yang pemompa darah ke

seleuruh tubuh dan ventrikel kanan merupakan tempat yang memompa darah ke paru-

paru.Ada perbedaan struktur antara atrium dan ventrikel. Di sini, ventrikel ototnya lebih

tebal dan kuat. Hal ini tentu saja untuk mengakomodasi ventrikel untuk tidak mudah rusak

saat memompa darah.Di antara ruang jantung terdapat lubang yang dihalangi oleh katup.

Katup ini merupakan lapisan fibrosa. Katup antara atrium dan ventrikel (kanan ataupun

kiri) disebut sebagai katup atrioventrikular kiri, atau katup trikuspidalis. Adapun katup

antara ventrikel dan arteri besar disebut sebagai katup semilunaris.

Siklus Jantung

Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi

(diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung

menyebabkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama

yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui

ruang-ruang dan pembuluh darah. Walaupun sisi kiri dan kanan jantung memiliki tekanan

Page 9: EKG

atrium dan ventrikel yang berbeda, sisi-sisi tersebut berkontraksi dan berelaksasi bersamaan

serta secara serempak mengeluarkan volume darah yang sama.

Selama masa diastole (relaksasi), atrium secara pasif terus-menerus menerima darah

dari vena kava superior dan inferior, dan vena pulmonalis. Darah mengalir dari atrium

menuju ventrikel melalui katup AV yang terbuka. Tekanan ventrikular mulai meningkat

saat ventrikel mengembang untuk menerima darah yang masuk. Katup semilunar aorta dan

pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan

dalam ventrikel.

Akhir diastole ventrikular, nodus SA melepas impuls, atrium berkontraksi dan

peningkatan tekanan dalam atrium mendorong darah menuju ventrikel. Kemudian saat

sistole ventrikular, aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan

dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup AV untuk segera menutup.

Ventrikel kemudian menjadi rongga tertutup dan volume darah tidak dapat berubah. Ini

disebut periode kontraksi isovolumetrik. Bunyi katup yang menutup merupakan bunyi

jantung pertama. Jika kontraksi ventrikel berlanjut, tekanan akan meningkat dengan cepat

sehingga mendorong katup semilunar aorta dan pulmoner untuk terbuka.

Kemudian, darah dikeluarkan dari ventrikel menuju aorta dan arteri pulmonalis. Saat

diastole ventrikular, ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam

ventrikel menurun tiba-tiba sampai tekanan di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonar

sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua). Ventrikel kembali menjadi

rongga tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik karena semua katup menutup. Jika

tekanan dalam ventrikel menurun terus-menerus katup AV membuka dan siklus jantung

dimulai kembali.

Page 10: EKG

Sistem Konduksi Jantung

Untuk memastikan rangsangan ritmik dan sinkron, serta kontraksi otot jantung, terdapat

jalur konduksi khusus dalam miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat-sifat

sebagai berikut:

1. Otomatisasi : kemampuan untuk menimbulkan impuls secara spontan

2. Ritmisasi : pembangkitan impuls yang teratur

3. Konduktivitas : kemampuan menghantarkan impuls

4. Daya rangsang : kemampuan berespons terhadap stimulasi

Impuls jantung biasanya berasal dari nodus sinoatrialis (SA). Nodus SA terletak di

dinding posterior atrium kanan dekat muara vena kava superior. Impuls jantung kemudian

menyebar dari nodus SA menuju jalur konduksi khusus atrium dan ke otot atrium. Suatu

jalur antar-atrium (berkas Bachmann) mempermudah penyebaran impuls dari atrium kanan

ke atrium kiri. Jalur internodal−anterior, tengah, dan posterior−menghubungkan nodus SA

dengan nodus atrioventrikularis (VA).

Penghantaran impuls relatif lambat melewati nodus VA karena tipisnya serat di daerah

ini dan konsentrasi taut selisih yang rendah. Taut selisih merupakan mekanisme komunikasi

antar sel yang yang mempermudah konduksi impuls. Hasilnya adalah hambatan konduksi

impuls selama 0,9 detik melalui nodus AV. Hambatan hantaran melalui nodus AV

menyebabkan pengisian ventrikel menjadi optimal. Hambatan AV juga melindungi

ventrikel dari banyaknya impuls atrial abnormal.

Berkas His menyebar dari nodus AV, yang memasuki selubung fibrosa yang

memisahkan atrium dari ventrikel. Berkas His berjalan ke bawah di sisi kanan septum

interventrikularis dan kemudian bercabang menjadi serabut berkas kanan dan kiri. Serabut

berkas kiri berjalan secara vertikal melalui septum interventrikularis dan kemudian

bercabang menjadi bagian anterior dan posterior yang lebih tebal. Berkas serabut kanan dan

kiri kemudian menjadi serabut Purkinje. Hantaran impuls melalui serabut Purkinje berjalan

cepat sekali karena berdiameter relatif besar dan memberikan sedikit resistensi terhadap

penyebaran hantaran. Waktu hantaran melalui sistem Purkinje 150 kali lebih cepat

dibandingkan dengan hantaran melalui nodus AV. Dengan demikian, urutan normal

Page 11: EKG

rangsangan melalui sistem konduksi adalah nodus SA, jalur-jalur atrium, nodus AV, berkas

His, cabang-cabang berkas, dan serabut Purkinje.

G. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang Harus Diperhatikan

Aspek keamanan dan keselamatan (safety) yang harus diperhatikan dalam melakukan

tindakan pemasangan dan memonitor elektrokardiogram yaitu bila terdapat sejumlah

rambut di dada pasien maupun ekstremitas, pastikan untuk di hilangkan (dicukur), tetapi ini

tidak terlalu dibutuhkan (McCann, 2004). Lalu, jika kulit klien tampak berminyak, bersisik,

atau diaphoretic, daerah untuk pemasangan rub electrode di bersihkan dengan 4’’ x 4’’

gauze atau alkohol pad sebelum dilakukan pemasangan. Ini bertujuan untuk mengurangi

adanya pengaruh-pengaruh lain di perekaman (McCann, 2004). Selama prosedur dilakukan,

minta pasien untuk bernapas secara normal. Jika respirasi klien mempengaruhi hasil rekam,

minta klien untuk menahan napas untuk mengurangi baseline ketika perekaman.

H. Protokol atau Prosedur Tindakan

Persiapan alat:

1. Letakkan mesin EKG dekat dengan tempat tidur klien, dan pasang kabel tenaganya

ke colokan dinding

2. Jika klien sudah terhubung dengan monitor kardiak, pindahkan elektroda untuk

menampung timah precordial dan meminimalkan gangguan listrik pada kabel EKG

Page 12: EKG

3. Awasi klien tetap jauh dari objek yang dapat menyebabkan gangguan listrik, seperti

alat perlengkapan, perlengkapan tetap, dan kabel tenaga.

Prosedur:

1. Jelaskan prosedur pada klien Katakan pada klien bahwa tes ini akan merekam

aktivitas listrik jantung klien dan mungkin dapat diulang pada interval yang tepat.

Tegaskan juga bahwa tidak ada arus listrik yang akan masuk ke dalam tubuh dan tes

ini secara khas membutuhkan waktu 5 menit.

2. Minta klien untuk berbaring dalam posisi supinasi di tengah tempat tidur dengan

tangan di sebelah tubuh. Perawat dapat menaikkan ujung kepala tempat tidur untuk

memberikan kenyamanan pada klien. Buka tangan dan kaki klien, kemudian tutupi

dengan tepat. Tangan dan kaki klien harus direlaksasi untuk meminimalkan gemetar

otot yang dapat menyebabkan gangguan listrik.

3. Jika tempat tidur terlalu kecil, letakkan tangan klien di bawah bokongnya untuk

mencegah tensi otot. Gunakan teknik ini jika klien menggigil dan gemetar. Pastikan

kaki klien tidak bersentuhan dengan papan tempat tidur.

4. Pilih area datar dan gemuk unutk menempatkan elektroda. Hindari area muskular

dan tulang. Jika klien memiliki amputasi tungkai badan, pilih area di ujung.

5. Jika area terlalu banyak bulu, potong. Bersihkan minyak yang berlebihan atau

substansi lain dari kulit untuk meningkatkan kontak elektroda.

6. Pakai pasta atau gel elektroda atau elektroda yang dapat dibuang ke pergelangan

tangan klien sampai bagian bawah tubuh, pergelangan kaki klien. Jika perawat

menggunakan pasta atau gel, gosokkan pada kulit klien. Jika menggunakan

elektroda yang dapat dibuang, kupas habis kertas kontak dan pakaikan secara

langsung ke daerah yang disiapkan.

7. Jika perawat menggunakan pasta atau gel, kunci elektroda dengan segera setelah

perawat memakaikan medium konduktif. Ini akan mencegah medium dari

kekeringan yang dapat merusak kualitas EKG.

8. Hubungkan kabel pada tungkai ke elektroda. Pastikan bagian logam elektroda

bersih dan terang. Elektroda yang kotor dan terkorosi mencegah hubungan listrik

yang baik.

Page 13: EKG

9. Kabel RA (right arm) merah dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan

kanan

10. Kabel LL (left leg) hijau dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kiri

11. Kabel RL (right leg) hitam dihubungkan pada elektroda di pergelangan kaki kanan

12. Kabel LA (left arm) kuning dihubungkan pada elektroda di pergelangan tangan

kanan

13. Kabel V1 – V6 pada dada

14. Kemudian, buka dada klien. Letakkan sedikit gel atau pasta elektroda pada

elektroda di setiap posisi elektroda

15. Jika klien adalah perempuan, pastikan untuk menempatkan elektroda dada di bawah

payudara.

16. Periksa bahwa paper speed selector diatur pada standar 25mm/detik dan mesin

diatur pada tegangan tinggi. Mesin akan merekam tanda standart normal.

Kemudian, jika dibutuhkan, masukkan data identifikasi klien dengan tepat.

17. Minta klien untuk relaks dan bernapas normal. Katakan pada klien untuk tetap

berbaring dan tidak berbicara saat perawat merekam EKG.

18. Tekan tombol AUTO. Observasi kualitas rekam. Mesin akan merekam 12 kabel

secara otomatis, merekam 3 kabel berurutan secara serempak. Beberapa mesin

memiliki layar sehingga perawat dapat melihat hasil EKG sebelum dicetak pada

kertas.

19. Saat mesin selesai merekam 12 kabel EKG, pindahkan elektroda dan bersihkan kulit

klien. Setelah melepas kabel dari elektroda, buang atau bersihkan elektroda, jika

diindikasikan.

I. Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan

1. Area kecil dari bulu di dada atau ekstremitas klien dapat dicukur, tetapi biasanya

tidak perlu.

2. Jika kulit klien berminyak, bersisik atau diaforetik, gosokkan elektroda dengan kasa

4” x 4” atau alkohol pad sebelum memakaikan elektroda untuk membantu

mengurangi gangguan saat merekam.

Page 14: EKG

3. Selama prosedur, minta klien untuk bernapas normal. Jika respirasi klien mengubah

rekaman, minta klien untuk memegang tangannya dengan kuat untuk mengurangi

penyimpangan dalam merekam.

4. Jangan menggunakan alkohol atau aseton dalam menempatkan gel elektroda karena

akan merusak kontak elektroda dengan kulit dan mengurangi kualitas transmisi dari

impuls listrik.

5. Jika klien memiliki pacemaker, perawat dapat melakukan EKG dengan atau tanpa

magnet, berdasarkan perintah dokter. Pastikan untuk mencatat adanya pacemaker

dan penggunaan magnet pada strip.

J. Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat

1. Label rekaman ECG dengan nama pasien, nomor ruangan/kamar, dan nomor

identitas.

2. Tanggal dan waktu tes atau tindakan dilakukan.

3. Respon yang ditunjukkan atau dikeluhkan klien.

4. Tanggal, waktu, dan nama pasien dan nomor ruang yang tertera di ECG.

5. Informasi klinik lainnya terkait pemasangan ECG.

Page 15: EKG

Referensi:

Anonym. http://ecgfree.co.cc/gambarku/ECG%2012%20lead.png. (diakses 18 Maret 2011,

pukul 01.25 AM).

Anonym. http://morrisonworldnews.com/wp-content/uploads/2010/08/Cardiac-cycle.jpg.

(diakses 18 Maret, pukul 01.45 AM).

Anonym. http://nobelprize.org/educational/medicine/ecg/images/triangle.gif. (diakses 18

Maret 2011, pukul 01.48 AM).

McCann, J.A.S. (2004). Nursing Procedures 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins

Prince, S. A dan Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi: Kosep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta: EGC.

Rokhaeni, H, dkk. (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Bidang

Pendidikan dan Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional

“Harapan Kita”.