eka nur safitri h1h011035

22
TUGAS TERSTRUKTUR EKOLOGI PERAIRAN WADUK GAJAH MUNGKUR Disusun oleh : Eka Nur Safitri H1H011035 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

Upload: eka-nur-safitri

Post on 16-Feb-2015

89 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan Ekoper Waduk Eka Nur Safitri JPK UNSOED 2011

TRANSCRIPT

Page 1: Eka Nur Safitri H1H011035

TUGAS TERSTRUKTUR

EKOLOGI PERAIRAN

WADUK GAJAH MUNGKUR

Disusun oleh :

Eka Nur Safitri

H1H011035

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

PURWOKERTO

2012

Page 2: Eka Nur Safitri H1H011035

BAB I

PENDAHULUAN

Waduk adalah suatu bangunan yang berfungsi untuk menampung air sungai

(Hadihardjana, J., 1997). Konstruksi ini dibuat karena banyak sungai di Indonesia

terutama di Pulau Jawa yang memiliki kelebihan air di musim penghujan dan

debit sungai sangat kecil di musim kemarau dengan adanya waduk diharapkan air

yang berlebihan di musim penghujan tidak menimbulkan banjir dan dapat

ditampung untuk dimanfaatkan di musim kemarau.

Berdasarkan fungsinya waduk dibagi menjadi 2 macam (Hadihardjaja, J.,

1997), yaitu :

1. Waduk Tunggal Guna (Single Purpose)

Waduk tunggal guna merupakan waduk yang fungsinya hanya digunakan

untuk satu manfaat, misalnya :

a) Waduk untuk irigasi

b) Waduk untuk pembangkit listrik tenaga air

c) Waduk untuk pengendalian air

2. Waduk Serba Guna (Multi Purpose)

Waduk serba guna merupakan waduk yang dapat digunakan untuk

memenuhi berbagai keperluan sekaligus secara bersamaan antara lain untuk

keperluan :

a) Irigasi

b) Pembangkit listrik tenaga air

c) Pengendalian banjir

d) Rekreasi

e) Perikanan

f) Penggelontoran

Page 3: Eka Nur Safitri H1H011035

g) Air minum

h) Dan lain-lain.

Bangunan waduk perlu memperhatikan bendungan (termasuk bangunan

spillway), kapasitas tampungan waduk, sedimentasi waduk dan pengoperasian

waduk (Hadihardjana, 1997).

Upaya pembendungan DAS, genangan atau bentuk sumberdaya air lainnya

telah banyak dilakukan dalam rangka memenuhi keperluan air dan tenaganya,

untuk itu dibentuk waduk (reservoir/man made lakes). Pembuatan waduk melalui

pembendungan aliran sungai pada hakekatnya akan merubah ekosistem sungai

dan daratan menjadi ekosistem waduk. Perubahan ini akan mempunyai dampak,

baik positif maupun negatif terhadap sumberdaya dan lingkungannya

(Rahmawaty, 2002).

Dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan adalah sesuai dengan

fungsi waduk tersebut, sedangkan dampak negatif dan permasalahan yang paling

menonjol adalah pemukiman kembali penduduk asal kawasan yang digenangi,

pengadaan lapangan kerja, hilangnya daratan, hutan, perkebunan, dan sumberdaya

lainnya termasuk flora, fauna serta dampak ekologi yang merugikan lainnya baru

akan terasa dalam jangka panjang. Oleh sebab itu, maka pembangunan waduk

perlu dinilai dan dikaji dengan memperhitungkan arti dan peran pentingnya bagi

pembangunan ekonomi dan kemudian memantapkan cara dan teknik pengelolaan

sumberdaya perairan waduk agar diperoleh hasil optimal dengan meminimalkan

efek atau dampak negatif yang tidak diinginkan (Rahmawaty, 2002).

Salah satu waduk yang terdapat di Indonesia adalah Waduk gajah Mungkur.

Waduk Gajah Mungkur terletak di Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah.

Waduk Gajah Mungkur adalah sebuah waduk yang terletak 3 km di selatan Ibu

Kota Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Perairan danau buatan ini

dibuat dengan membendung sungai terpanjang di Pulau Jawa yaitu Sungai

Bengawan Solo. Waduk tersebut merupakan waduk terbesar di Asia Tenggara.

Page 4: Eka Nur Safitri H1H011035

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kondisi Umum

Kabupaten Wonogiri terletak antara 7º 32’ dan 8º 15’ LS serat 110º 41’ dan

111º 18’ BT. Kabupaten Wonogiri beriklim tropis dan mengalami 2 (dua) musim

yaitu musim penghujan dan musim kemarau secara bergantian setiap tahun. Suhu

udara rata – rata berkisar antara 22,1 – 32,7º C, dengan suhu rata – rata 22,14º C.

Curah hujan berkisar antara 1.577 s.d. 2.476 mm/tahun dengan jumlah hari hujan

antara 107 s.d . 153 hari/tahun.

Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dibangun dengan membendung Sungai

Bengawan Solo. Waduk Gajah Mungkur dibangun dari tahun 1976 - 1981

berlokasi 7 km arah selatan Kota Wonogiri tepat di bagian hilir pertemuan Kali

Keduang. Luas daerah genangan lebih dari 8.800 ha dan luas daerah yang

dibebaskan 90 km2 yang terdiri dari 51 desa di 7 kecamatan. Pada saat

pembebasan daerah genangan ini mengorbankan 12.525 kepala keluarga (KK)

terdiri dari + 68.750 jiwa yang secara sukarela melakukan Program Bedhol Desa

dengan bertransmigrasi ke berbagai daerah di Indonesia. Pengerjaan waduk ini

dilakukan secara swakelola dengan bantuan konsultan dari Nippon Koei Co, Ltd

Jepang.

Gambar 2.1 Waduk Gajah Mungkur

Page 5: Eka Nur Safitri H1H011035

Kondisi Waduk Gajah Mungkur secara umum :

1. Luas daerah tangkapan air seluas kurang lebih 1.350 km2;

2. Waduk Gajah Mungkur memiliki 6 (enam) Daerah Aliran Sungai / DAS

seluas 1.260 km2 yaitu Sub DAS Keduang, Tirtomoyo, Temon, Bengawan

Solo Hulu, Alang, dan Ngunggahan;

3. 74 % daerah tangkapan air masuk wilayah Kabupaten Wonogiri;

4. Daerah pasang surut seluas kurang lebih 6.000 Ha, dan yang digunakan

oleh masyarakat untuk budidaya pertanian seluas kurang lebih 804 Ha;

5. Luas daerah sabuk hijau atau Green Belt kurang lebih 996 Ha.

Waduk Gajah Mungkur Wonogiri dalam pemanfaatannya dibagi dalam 5

zonasi yaitu Zona Bahaya, Zona Wisata, Zona Suaka, Zona Bebas, dan Zona

Usaha Perikanan (SK Bupati Wonogiri No. 133. Tanggal 5 Juni 1986).

Zona Bahaya adalah kawasan yang dinyatakan tertutup untuk umum,

dengan pertimbangan keamanan bangunan bendungan dan keselamatan

pengunjung.

Zona Wisata adalah kawasan pengembangan rekreasi dengan

kegiatannya berupa, pengoperasian perahu motor, olah raga “jet ski”,

kebun binatang, taman rekreasi, rumah makan, dan kolam renang.

Zona suaka ditujukan pada perlindungan, terutama populasi ikan.

Diharapkan ikan dapat berkembang biak di tempat tersebut, dan

menjamin kelangsungan dan kelestarian populasinya.

Zona bebas adalah kawasan produksi ikan tambahan dari Waduk Gajah

Mungkur Wonogiri. Penangkapan ikan dalam kawasan ini tidak terlalu

membutuhkan pengawasan ketat.

Zona Usaha dinyatakan sebagai kawasan produktif perikanan utama. Di

kawasan itu, dapat dilaksanakan usaha penangkapan ikan sesuai dengan

batas – batas pengaturan dan membutuhkan pengawasan ketat. Di zona

Page 6: Eka Nur Safitri H1H011035

ini dibudidayakan perikanan berupa karamba jaring apung. Aktivitas

tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi

tingkat kesuburan waduk. Sisa pemberian pakan setelah terjadi

perombakan secara aerob akan berupa pemupukan tambahan dan

memberikan pengaruh yang paling penting pada komponen fisik, kimia,

dan biologi perairan. Zona usaha perikanan dibagi menjadi 3 yaitu

produksi, terarah, dan terpadu (karamba).

Waduk Gajah Mungkur dibangun dengan fungsi utama sebagai

pengendali banjir (Flood Control). Selain itu, Waduk Gajah Mungkur juga

menghasilkan listrik dari PLTA sebesar 12,4 MegaWatt. Waduk Gajah Mungkur

juga dimanfaatkan warga untuk menyediakan air irigasi bagi 33.200 ha sawah,

budidaya perikanan air tawar, serta menjadi obyek pariwisata bagi masyarakat.

Daerah pinggiran waduk selama musim kemarau dimanfaatkan warga untuk

menanami tanaman semusim, misalnya jagung.

Gambar 2.2 Karamba di Waduk Gajah Mungkur

2.2 Keanekaragaman Hayati

2.2.1 Ikan

Jenis ikan di perairan Waduk Gajah Mungkur meliputi : Tawes (Puntius

javanicus), Lukas (Dangila cuvien), Palung (Hampala macrolepidota), Nila

(Oreochromis niloticus), Keting (Mystus nigriceps), Lalawak (Barbodes

Page 7: Eka Nur Safitri H1H011035

bramoides), Pangsius (Pangsius hypophtalmus), Betutu (Oxyeleotris marmota),

dan Sogo (Mystus nemurus). Sumber daya pakan ikan alami yang dapat

dimanfaatkan antara lain : plankton, bentos, makrofita dan crustacea.

Jenis ikan asli yang masih sering didapat di Waduk Gajah Mungkur yaitu:

Sogo (Mystus nemurus), Lukas (Dangila cuvierii), Nilem (Osteochilus hasselti)

dan beberapa jenis ikan asli yang kadang-kadang masih didapatkan yaitu: Betutu

(Oxyeleotris marmorata), Gabus (Channa striata), Karper Lumut (Osteochilus

schlegeli), Keprek Abang (Barbodes balleroides). Menurut Purnomo et al (2000)

menyatakan bahwa hasil tangkapan Ikan Lalawak (Barbodes bramoides) pada

tahun 1999 menempati urutan ke enam, sedangkan berdasarkan hasil penelitian

sekarang ikan tersebut jarang tertangkap. Begitu juga menurut Juhro, (1989)

menyatakan bahwa Ikan Genggehek (Mystacoleucus marginatus) masih sering

tertangkap walaupun jumlahnya relatip sedikit, namun berdasarkan hasil

penelitian sekarang ikan tersebut tidak ditemukan. Pada stasiun pengamatan di

Bendung Colo, Sukoharjo ikan yang kadang-kadang masih didapatkan yaitu:

Wader par (Rasbora sp), Tawes (Barbodes gonionotus) dan Sogo (Mystus

nemurus). Ikan Nila dan tawes dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di

Waduk Gajah Mungkur disebabkan karena ikan tersebut memanfaatkan relung

ekologi yang banyak tumbuhan air (Purnomo, et al, 2003).

2.2.2 Makrofita

Makrofita terdiri atas Hydrilla verticilata dan Ceratophylum demersum.

Jenis lain adalah kiyambang (Salvinia molesta) dan kiapu (Pistia strastiotes) yang

ditemukan soliter karena terbawa aliran Sungai Bengawan Solo.

2.2.3 Makrobentos

Bentos terdiri atas kelompok Mollusca dan Annelida dengan kepadatan

sangat rendah, karena hanya dijumpai di daerah litoral. Hal ini disebabkan dasar

perairan waduk yang agak keras dan agak berkapur serta kandungan detritus yang

rendah pula. Selain itu juga ditemukan Crustacea dan Insecta.

Page 8: Eka Nur Safitri H1H011035

2.2.4 Plankton

Hasil pengamatan fitoplankton di perairan Waduk Gajah Mungkur

Wonogiri memperlihatkan 3 (tiga) kelas taksonomik yaitu Chlorophyta,

Cyanophyta dan Diatomae. Zooplankton yang dijumpai pada perairan Waduk

Gajah Mungkur Wonogiri adalah Cladocera, Copepoda, dan Rotatoria. Spesies

yang dijumpai pada Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri antara lain

Daphnia sp, Diaphanosoma sp, Cyclops sp, Diaptomus sp, Brachionus, Filinia

dan Opoliensis. Secara umum kelimpahan plankton berkisar antara 1034 – 3901

individu/liter dengan total individu tertinggi dijumpai pada Zona Usaha Karamba,

disusul Zona Wisata dan Zona Suaka.

Kelimpahan plankton di Waduk Gajah Mungkur terdiri atas 87%

fitoplankton dan 13% zooplankton. Kelimpahan plankton di Waduk Gajah

Mungkur berkisar 1034-3901 individu/L, jumlah spesies berkisar 20-34. Spesies

yang dijumpai relatif melimpah adalah Spirogyra sp., Microcystis dan

Scenedesmus. Indeks keanekaragaman berkisar 1,808-2,813 dan kuallitas perairan

belum tercemar-tercemar sedang-ringan. Tingginya kandungan nitrat dan fosfat

dari aktivitas manusia pada masing-masing zona bertanggung jawab terhadap

pencemaran di atas. Plankton indikator yang dijumpai antara lain Spirogyra sp.,

Microcystis dan Scenedesmus.

Kelimpahan fitoplankton ditentukan oleh ketersediaan nutrien terlarut dalam

perairan. Setiap fitoplankton mempunyai respon yang berbeda dengan

perbandingan nutrien yang terlarut dalam badan air, oleh karena itu perbandingan

nutrien, khususnya nitrogen, fosfor dan silikat terlarut sangat menentukan

dominasi suatu jenis plankton di perairan.

Selain nutrien maka kelimpahan plankton juga dipengaruhi oleh

zooplankton. Fitoplankton adalah makanan utama zooplankton, namun demikian

beberapa jenis fitoplankton tidak dapat dimakan/dimangsa oleh zooplankton yang

disebabkan oleh bentuk morfologi dan fisiologi fitoplankton juga ukuran,

komposisi dan mekanisme makan zooplankton. Dengan adanya jenis fitoplankton

Page 9: Eka Nur Safitri H1H011035

yang tidak dapat dimakan oleh zooplankton dan kemampuan selektivitasnya yang

dimiliki zooplankton maka jenis – jenis fitoplankton yang tidak dimangsa akan

berkembang dan mendominasi komunitas fitoplankton perairan tersebut sesuai

dengan unsur – unsur hara yang tersedia.

Contoh Jaring Makanan di Waduk Gajah Mungkur

Produsen primer di Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri antara lain

fitoplankton dan tumbuhan air (makrofita). Konsumen antara lain zooplankton,

crustacea, larva amphibi, dan ikan.

Page 10: Eka Nur Safitri H1H011035

2.3 Parameter Fisika Kimia Air

2.3.1 Parameter Fisika

Parameter Fisika Waduk Gajah Mungkur meliputi temperatur dan

tingkat kecerahan. Suhu rata-rata perairan di Waduk Gajah Mungkur

berkisar antara 26,5 - 29˚ C dengan tingkat kecerahan berkisar antara 51 -

121 cm. Tingkat kecerahan pada musim kemarau lebih tinggi daripada

musim penghujan.

2.3.2 Parameter Kimia

a) Derajat keasaman (pH)

Rata-rata pH Waduk Gajah Mungkur adalah tujuh dengan kisaran 6,9 –

8,0. Secara umum nilai rata-rata pH Waduk Gajah Mungkur masih layak

sebagai baku air minum maupun budidaya.

b) Nitrogen

Nitrogen dapat ditemui hampir di setiap badan air dalam bermacam –

macam bentuk. Bentuk unsur tersebut tergantung dari tingkat oksidasinya,

antara lain sebagai NH3, N2, NO2 dan NO3. Nitrogen berada sebagai gas N2

yang merupakan hasil suatu reaksi yang sulit untuk bereaksi lagi. Gas N2

dapat diserap oleh ganggang dan beberapa jenis bakteri untuk

pertumbuhannya. Hasil penelitian ditemukan Anabaena sp, dan Nostoc

sphaericum dari kelas Cyanophyta, yang mampu menyerap N2 dari udara

dengan bantuan sinar matahari kemudian diubah menjadi NO2. Persamaan

reaksi sebagai berikut :

N2 + 2 O2 2 NO2

Page 11: Eka Nur Safitri H1H011035

Amoniak dalam badan air anatara lain berasal dari buangan limbah

domestik dan juga bahan organik secara mikrobiologis, sesuai reaksi

berikut :

Bahan Organik + O2 CO2 + H2O + NH3

NH3 tersebut secara mikrobiologis melalui proses nitrifikasi menjadi

nitrit dan nitrat, sesuai reaksi berikut :

2 NH3 + 3 O2 2 NO-2 + 2 H2O + 2H-

2 NO2 + O2 2 NO-3

Nitrat adalah bentuk senyawa nitrogen yang stabil. Nitrat inilah yang

diserap oleh fitoplankton dan tumbuhan air untuk pertumbuhannya.

Kandungan Nitrat pada Zona Usaha Karamba dengan demikian

dipengaruhi oleh sisa pakan ikan yang dirombak secara aerob, fiksasi

Nitrogen oleh Cyanophyta dan cadangan senyawa Nitrogen dari tanah

meskipun hanya kecil. Nitrat di perairan tersebut dengan demikian

utamanya adalah pengaruh kegiatan manusia di zona itu. Hal ini didukung

oleh hasil penelitian yang memperlihatkan bahwa meskipun di semua zona

ditemukan Cyanophyta akan tetapi terdapat perbedaan kandungan Nitrat di

masing – masing zona dan kandungan Nitrat tertinggi ditemukan di Zona

Karamba.

Kandungan Nitrat di Waduk Gajah Mungkur berkisar 4,3 – 7,4

mg/liter. Kandungan Nitrit di Waduk Gajah Mungkur berkisar 0,04 –

0,195 mg/liter.

c) Fosfat

Page 12: Eka Nur Safitri H1H011035

Fosfat adalah salah satu unsur yang saangat penting dan menentukan

bagi pertumbuhan fitoplankton .Fosfat terdapat dalam air alam atau air

limbah sebagai senyawa ortofosfat, poliosfat dan fosfat organis. Fosfat

dalam perairan ini berasal dari sisa pakan dan fosfat yang berasal dari

erosi. Jika hal tersebut dicermati maka dapat diketahui bahwa kombinasi

pengaruh nutrien dan zooplankton pada suatu komunitas fitoplankton akan

menyebabkan perubahan pada struktur komunitas tersebut. Fitoplankton

sebagai salah satu produsen primer, struktur komunitasnya mudah berubah

oleh perubahan sifat fisik, kimia, dan biologi ekosistemnya, sehingga

fitoplankton dalam suatu perairan bukan hanya dapat dijadikan indikator

biologi untuk penentuan tingkat pencemaran serta untuk mengukur

kesuburan perairan.

d) Oksigen Terlarut (DO)

Kandungan Oksigen perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

berkisar antara 6,4 – 7,7 mg/liter. Keadaan ini masih cukup layak bagi

kehidupan ikan dan organisme air. Menurut Santika (1984), oksigen

terlarut untuk perikanan berdasarkan kriteria dan standar kualitas air

nasional disyaratkan minimal 3 mg/liter, diperbolehkan 3 mg/liter asal

tidak lebih dari 8 jam sehari. Kadar Oksigen yang rendah dapat

dihubungkan dengan konsumsi Oksigen oleh populasi ikan dalam karamba

yang cukup tinggi. Jumlah individu plankton yang tinggi juga

mempengaruhi kandungan Oksigen, pada malam hari plankton tidak

mengalami fotosintesis tetapi tetap mengalami proses respirasi

(Ambarwati, 2003).

e) CO2

Kandungan CO2 di Waduk Gajah Mungkur berkisar antara 3 – 5,6

mg/liter.

Page 13: Eka Nur Safitri H1H011035

Kandungan Nitrat di Waduk Gajah Mungkur berkisar 4,3 – 7,4 mg/liter.

Kandungan Nitrit di Waduk Gajah Mungkur berkisar 0,04 – 0,195 mg/liter.

Kandungan Fosfat di Waduk Gajah Mungkur berkisar antara 0,5 – 1,3 mg/liter.

Kandungan Oksigen perairan waduk gajah Mungkur Wonogiri berkisar antara 6,4

– 7,7 mg/liter. Kandungan CO2 di Waduk Gajah Mungkur berkisar antara 3 – 5,6

mg/liter. Dilihat dari faktor fisika kimia perairan, maka perairan tersebut

tergolong perairan yang kaya bahan nutrisi.

2.4 Permasalahan

Waduk ini direncanakan bisa berumur sampai 100 tahun. Namun,

sedimentasi yang terjadi menyebabkan umur waduk ini diperkirakan tidak akan

lama. Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) yang parah menyebabkan

sedimentasi waduk sangat tinggi. Sedimentasi terjadi terutama sari 6 Sub Daerah

Aliran Sungai yang menyebabkan semakin kecilnya daya tampung air. Sub DAS

Keduang merupakan penyumbang terbesar terjadinya sedimentasi yang

mempercepat pendangkalan waduk.

Selain itu, kemarau panjang yang terjadi juga menyebabkan berkurangnya

air dalam waduk dan menyebabkan terganggunya irigasi bagi lahan pertanian

serta PLTA dalam menghasilkan listrik bagi masyarakat.

Gambar 2.3 Kekeringan di Waduk Gajah Mungkur

Page 14: Eka Nur Safitri H1H011035

BAB III

PENUTUP

Waduk Gajah Mungkur terletak di Kabupaten Wonogiri dan merupakan

waduk terbesar di Asia Tenggara. Waduk Gajah Mungkur dibangun dengan

membendung Sungai Bengawan Solo. Waduk Gajah Mungkur dibangun dengan

fungsi utama sebagai pengendali banjir (Flood Control). Fungsi lainnya dari

Waduk Gajah Mungkur adalah untuk irigasi, PLTA, budidaya perikanan serta

pariwisata.

Kelimpahan biota di Waduk Gajah Mungkur adalah Ikan (Tawes, Nila,

Sogo, Betutu dll), Makrofita (Hydrilla verticilata, Ceratophylum demersum,

Salvinia molesta, Pistia strastiotes), Makrobentos (Crustacea, Annelida, Insecta,

Mollusca) dan Plankton (Fitoplankton dan Zooplankton).

Parameter Fisika Air :

1. Temperatur : 26 – 29º C

2. Tingkat Kecerahan : 51 – 121 cm

Parameter Kimia Air :

1. pH : 6,9 – 8,0

2. Oksigen Terlarut : 6,0 – 7,7 mg/liter

3. Kandungan Nitrat : 4,3 – 7,4 mg/liter

4. Kandungan Nitrit : 0,04 – 0,195 mg/liter

5. Kandungan Fosfat : 0,5 – 1,3 mg/liter

Page 15: Eka Nur Safitri H1H011035

Dilihat dari faktor fisika kimia perairan, maka perairan tersebut tergolong

perairan yang kaya bahan nutrisi.

Kondisi Waduk Gajah Mungkur sudah mengalami sedimentasi yang parah

sehingga diperkirakan umur waduk lebih pendek dari perkiraan awal saat

dibangun. Masalah kekeringan juga menjadi ancaman bagi Waduk Gajah

Mungkur sebagai penyedia air irigasi dan PLTA.

Page 16: Eka Nur Safitri H1H011035

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Endah. 1997. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton pada

Zonasi yang Berbeda di Perairan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. FMIPA

UNDIP. Semarang.

Ambarwati, Endah. 2003. Evaluasi Pelaksanaan Penetapan Zonasi

Pengelolaan Waduk (Pengkajian Keanekaragaman Plankton Waduk gajah

Mungkur Wonogiri, Jawa Tengah). Magister Ilmu Lingkungan UI. Jakarta.

Broto, Sudaryo, H. Susanto. 2008. Perancangan Model Pendugaan

Efektivitas Waduk Resapan di Kota Bogor terhadap Optimalisasi Akuifer Air

Tanah. Jurnal Teknik. Vol. 29: 220-227. FT UNDIP. Semarang.

Hadihardjaja, J. 1997. Pengembangan Sumber Air. Gunadarma. Jakarta.

Rahmawaty. 2002. Pengelolaan Sumberdaya Perairan Waduk secara

Optimal dan Terpadu. FAPERTA USU. Medan.