efisiensi usaha peternakan ayam broiler di tanete
TRANSCRIPT
EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI TANETE KECAMATAN BULUKUMPA
SKRIPSI
Sebagai Syarat Untuk Menyusun Skripsi
Program Studi Ekonomi Syariah
Diajukan Oleh:
AMRAN DEDI KUSUMA
Nim. 160103038
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN 2020
iii
EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER
DI TANETE KECAMATAN BULUKUMPA
SKRIPSI
Sebagai Syarat Untuk Menyusun Skripsi
Program Studi Ekonomi Syariah
Oleh:
AMRAN DEDI KUSUMA
Nim. 160103038
Pembimbing:
1. Dr. Ismail, M.Pd.
2. Drs. Syarigawir, MM.
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI)
MUHAMMADIYAH SINJAI
TAHUN 2020
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : AMRAN DEDI KUSUMA
NIM : Nim. 160103038
Program Studi : Ekonomi Syariah
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan
plagiasi atau duplikasi dari tulisan/karya orang lain yang saya
akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
2. Seluruh bagian dari skripsi ini adalah karya sendiri sebagai
kutipan yang ditunjukkan sumbernya. Segala kekeliruan di
dalamnya adalah tanggung jawab saya.
Demikian pernyataan ini dibuat sebagaimana mestinya. Bilamana
dikemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Sinjai, 20 Agustus 2020
Yang membuat pernyataan,
AMRAN DEDI KUSUMA
Nim. 160103038
v
vi
ABSTRAK
Amran Dedi Kusuma. Efisiensi Usaha Peternakan Ayam
Broiler Di Tanete Kecamatan Bulukumpa program studi
Ekonomi Syariah (EKOS) Fakultas Ekonomi dan Hukum
Islam. IAI Muhammadiya Sinjai 2020.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi
usaha peternakan ayam broiler di tanete Kecamatan
bulukumpa.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif. Menurut Margono, penelitian kuantitatif adalah
suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data
yang berupa angka sebagai alat menemukan keterangan
mengenai apa yang ingin kita ketahui. Teknik pengumpulan
data diperoleh dengan melakukan kuisioner dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan, Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa kondisi intensitas penggunaan keempat
input di atas sudah stabil, namun untuk mendapatkan
peningkatan jumlah produksi maka bisa dilakukan
penambahan. Jika jumlah penambahan input dilakukan sesuai
dengan elastisitasnya masing-masing, maka ada peluang
penambahan atau efisiensi sebesar 142%. Jumlah ini diperoleh
dari penjumlahan dari masing-masing elastisitas input
bersangkutan, yaitu 0.691 (X1); -0.566 (X2); 0.379 (X3)
dan0.922 (X4).
Kata kunci: Efisiensi Usaha, Ayam Broler.
vii
ABSTRACT
Amran Dedi Kusuma. Efficiency of Broiler Chicken
Farming in Tanete, Bulukumpa District. Thesis: Syaria
Economics Study Program, Faculty of Economics and Islamic
Law. Islamic Institute of Muhammadiyah Sinjai 2020.
The purpose of this study was to determine the
efficiency of broiler chicken farming in Tanete, Bulukumpa
District.
The type of the research is quantitative research.
According to Margono, quantitative research is a process of
finding knowledge using data in the form of numbers as a
means of finding information about what we want to know.
Data collection techniques were obtained by conducting
questionnaires and documentation.
The results showed, overall it can be concluded that the
conditions of intensity of use of the four inputs above are
stable, but to get an increase in the amount of production,
additions can be made. If the number of additional inputs is
carried out in accordance with their respective elasticity, then
there is an increase or efficiency opportunity of 142%. This
amount is obtained from the sum of the respective input
elasticity, namely 0.691 (X1); -0.566 (X2); 0.379 (X3) and
0.922 (X4).
Keywords: Business Efficiency, Broiler Chickens.
viii
KATA PENGANTAR
بسم الله الر حمن الر حيمالصلا ة و السلا م عل اشر ف الانبياء والمر سلين سيد نا محم الحمد لله ر ب العلمين و
وعل اله واصحا به اجمعن .اما بعدDalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak, yang telah
memberikan bantuan berupa arahan dan dorongan selama penulis
studi. Oleh karena itu, penulis meyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Kedua orang tua saya yang telah banyak memberikan motivasi
dan dukungan terhadap saya selama ini.
2. Dr. Firdaus, M. Ag., selaku Rektor Institut Agama Islam
Muhammadiyah (IAIM) Sinjai yang telah banyak membantu,
mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan
sampai skripsi ini terwujud.
3. Wakil Rektor I, dan Wakil Rektor II selaku unsur pimpinan
Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
4. Dekan Fakultas Ekonomi dan Hukum Islam, selaku Pimpinan
pada Tingkat Fakultas.
5. Dr. Ismail, M.Pd, selaku pembimbing I dan Drs. Syarigawir,
MM selaku pembimbing II yang telah banyak membantu
mengarahkan, membimbing, dan memberikan dorongan
sampai skripsi ini terwujud
ix
6. Muhammad Ikbal, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Syariah.
7. Seluruh dosen yang telah membimbing dan mengajar selam
studi di Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
8. Seluruh pegawai dan Jajaran IAI Muhammadiyah Sinjai yang
telah membantu kelancaran Akademik.
9. Kepala dan Staf perpustakaan Institut Agama Islam
Muhammadiyah Sinjai.
10. Teman-teman mahasiswa Institut Agama Islam
Muhammadiyah (IAIM) Sinjai dan berbagai pihak yang tidak
dapat di sebut satu persatu, yang telah banyak memberikan
dukungan moral sehingga penulis selesai studi.
Teriring doa semoga amal kebaikan dari berbagai
pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah
swt., dan semoga proposal ini bermanfaat bagi siapa saja yang
membaca. Amin.
Sinjai, 1 Juli 2020
Yang membuat pernyataan,
AMRAN DEDI KUSUMA
Nim. 160103038
x
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................. i
HALAMAN PEMBATAS ...................................................... ii
HALAMAN JUDUL ............................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................. iv
PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................... v
ABSTRAK ............................................................................... vi
ABSTRACT ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................ 8
C. Rumusan Masalah ............................................. 8
D. Tujuan Penelitian ............................................... 8
E. Manfaat Penelitian ............................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konsep Efesiensi Usaha .................................... 9
B. Bisnis Ayam Broiler .......................................... 19
C. Hasil Penelitian yang Relefan ........................... 39
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................ 42
B. Defenisi OPerasional ......................................... 43
C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................... 43
xi
D. Populasi dan Sampel ......................................... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ................................ 44
F. Teknik Analisis Data ......................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................. 47
B. Pembahasan hasil penelitian .............................. 49
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................ 67
B. Saran .................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Gambar grafik 1 tingkat umur ................................................... 50
Gambar Grafik 2 pengalaman beternak ................................... 52
Gambar grafik 3 pekerjaan ........................................................ 53
Gambar tabel 1 koefisien fungsi produk ayam broiler .............. 55
Gambar tabel 2 intensitas pengunaan imput ayam broiler ........ 58
Gambar 3 posisi elastisitas persial dari masing-masing imput . 61
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laju pertambahan penduduk yang cukup tinggi
menyebabkan kebutuhan terhadap pangan semakin
meningkat.1 Pengembangan ternak ayam lokal sebagai
produk pangan komplemen dalam penyediaan daging
unggas dewasa ini memiliki prospek yang cukup baik.2
Perunggasan telah menjadi usaha yang penting bagi peternak
kecil dan mempunyai kontribusi yang tinggi terhadap
perekonomian suatu negara.3 Salah satu jenis unggas
tersebut adalah ayam pedaging yang memiliki peranan
penting dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap
daging.
Daging dan telur ayam merupakan sumber protein
hewani yang banyak dikonsumsi masyarakat karena mudah
1 Jaelani, A., Suslinawati, dan Maslan. 2013. Analisis Kelayakan
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Tapin Utara Kabupaten
Tapin. Jurnal Ilmu Ternak, 13 (2): 42-48. 2 Hartono, E.F., Hidayat, N.N., dan Roesdiyanto. 2013. Kinerja
Ekonomi Usaha Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis. Jurnal Ilmiah
Peternakan, 1(3): 865-873. 3 Aboki, E., A.A.U, Jongur, dan J.I, Onu. 2013. Productivity and
Technical Efficiency of Family Poultry Production in Kurmi local
Government Area of Taraba State, Nigeria. Journal of Agriculture and
Sustainability 4(1): 52-66
2
didapat, kandungan gizi tinggi dan harga terjangkau.
Permintaan terhadap daging dan telur ayam akan terus
meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk,
tingkat pendapatan serta kesadaran akan gizi baik.4
Permasalahan utama dalam budidaya ayam secara intensif
adalah mahalnya harga pakan yang memenuhi syarat
kebutuhan ayam untuk tumbuh secara maksimal, sementara
produktivitas rendah. Permasalahan lain adalah sulitnya
memperoleh bibit unggul karena belum banyak yang
mengusahakan bibit ayam lokal dalam jumlah besar.
Salah satu komoditas perunggasan yang prospektif
untuk dikembangkan adalah peternakan ayam ras pedaging
atau broiler. Hal tersebut didukung oleh karakteristik
produknya yang banyak diminati oleh masyarakat yang
memiliki kandungan gizi dan vitamin yang cukup tinggi
serta harganya yang relatif rendah jika dibandingkan dengan
daging lainnya. Selain itu, peternakan ayam pedaging
merupakan usaha yang sangat strategis karena kecepatan
pertumbuhannya yang relatif singkat. Ayam pedaging
4 Muharlien, V.M., dan Nurgiartiningsih, A. 2015. Pemanfaatan
Limbah Daun Pepaya Dalam Bentuk Tepung dan Jus Untuk
Meningkatkan Performans Produksi Ayam Arab . Research Journal of
Life Science 02(01): 17-24
3
mampu menghasilkan daging seberat 1.2-1.9 kg dalam usia
5 hingga 6 minggu.5
Berkembangnya usaha ternak ayam broiler bermula
dari peternakan yang dikelola secara mandiri dengan skala
kecil yang tujuannya hanya digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan keluarga. Seiring dengan berkembangnya
teknologi dan tuntutan ekonomi, usaha ternak ayam broiler
mulai dikembangkan dari skala menengah sampai skala
besar. Usaha ternak ayam broiler pedaging berkembang
pesat di Indonesia dan salah satunya adalah daerah
Bulukumba. Meningkatnya industri olahan ternak
mendorong berkembangnya usaha ternak ayam broiler,
khususnya bagi daerah sentra produksi seperti Kabupaten
Bulukumba.
Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor
pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan dalam
menyediakan pangan hewani berupa daging, susu, serta telur
yang benilai gizi tinggi. Sub sektor peternakan dapat
meningkatkan pendapatan masyarakat khususnya peternak,
serta memperluas kesempatan kerja. Salah satu komoditi
peternakan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat dalam
5 Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press,. 2010), h. 72
4
rangka pemenuhan kebutuhan protein adalah daging.
Kebutuhan masyarakat terhadap daging seperti halnya
produk ternak lainnya mengalami peningkatan seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan dan
taraf hidup masyarakat. Dalam upaya pemenuhan protein
hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka
pemerintah telah berupaya meningkatkan hasil produksi
yang bersumber dari usaha ternak, diantaranya adalah ayam
broiler atau ayam broiler.
Usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu
andalan dalam subsektor peternakan di Indonesia.
Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat
baik untuk dikembangkan, baik dalam skala peternakan
besar maupun skala peternakan kecil (peternakan rakyat).
Banyak faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler di
Kabupaten Bulukumba. Faktor-faktor tersebut diantaranya
adalah jumlah DOC, pakan, tenaga kerja, vaksin, obat,
vitamin, pemanas dan mortalitas. Peternak harus mampu
mengelola faktor-faktor produksi tersebut sehingga dapat
dicapai produksi yang maksimal.
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi daging
ayam adalah dengan meningkatkan efisiensi faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam produksi daging ayam.
5
Dalam pelaksanaan usaha ternak, setiap peternak selalu
mengharapkan keberhasilan dalam usahanya, salah satu
parameter yang dapat dipergunakan untuk mengukur
keberhasilan suatu usaha adalah tingkat keuntungan yang
diperoleh dengan cara pemanfaatan faktor-faktor produksi
secara efisien. Efisiensi diperlukan agar peternak
mendapatkan kombinasi dari penggunaan faktor-faktor
produksi tertentu yang mampu menghasilkan output yang
maksimal.
Pengertian efisiensi dapat dibedakan menjadi tiga
yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau harga dan
efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis ini mencakup mengenai
hubungan antara input dan output. Suatu perusahaan
dikatakan efisien secara teknis bilamana produksi dengan
output terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa
input saja.6 Efisiensi menunjukkan hubungan biaya dan
output. Efisiensi alokatif tercapai jika perusahaan tersebut
mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan
nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan
6 Soekartawi. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan
Analisis Cobb Douglas. (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2003), h.
51.
6
harganya. Efisiensi alokatif ini terjadi bila perusahaan
memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen.
Efisiensi ekonomis merupakan hasil kali antara
seluruh efisiensi teknis dengan efisiensi alokatif atau alokatif
dari seluruh faktor input. Penelitian ini berusaha untuk
menganalisis ketiga efisiensi tersebut yang dihubungkan
dengan penggunaan faktor-faktor produksi usaha ternak
ayam ras pedaging. Sedangkan faktor-faktor produksi yang
akan dianalisis adalah bibit ayam, luas kandang, pakan
ayam, vaksin, vitamin & obat, bahan bakar, dan tenaga
kerja. Untuk menganalisis efisiensi diperlukan suatu model.
Model yang akan digunakan adalah fungsi produksi frontier
stokastik. Fungsi produksi ini telah banyak diaplikasikan
pada bidang pertanian, perikanan hingga ekonomi finansial.
Karakteristik dari model ini adalah bahwa aplikasi metode
ini dimungkinkan untuk mengestimasi ketidakefisienan
suatu proses produksi tanpa mengabaikan kesalahan baku
dari modelnya.7
7 Darmansyah.AN, Ketut Sukiyono dan Sri Sugiarti, Analisis
Efisiensi Teknis dan Faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Pada Usaha
Tani Kubis di Desa Talang Belitar Kecamatan Sindang Dataran
Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal, ISSN: 1412-8837 AGRISEP Vol. 12
No. 2 September 2013 Hal: 177–194
7
Berdasarkan hasil observasi lapangan menunjukkan
bahwa terdapat beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
pengusaha peternakan ayam broiler di Tanete yakni masalah
penyediaan bahan baku pakan unggas di mana harga pakan
dinilai cukup tinggi yang belum diikuti dengan kenaikan
harga ayam hidup. Hal ini tentunya terkait dengan daya beli
masyarakat yang sangat tergantung terhadap pendapatan.
Realita yang dapat ditemui adalah daya beli masyarakat
terhadap produk perunggasan dalam pemenuhan gizi
(protein hewani) masih rendah bahkan kalah dengan gaya
hidup masyarakat yang sangat konsumtif. Sebenarnya dalam
hal peningkatan daya beli masyarakat terhadap produk
perunggasan tidak hanya dengan menekan harga produk
tersebut akan tetapi juga perlunya peningkatan kampanye
untuk konsumsi produk perunggasan. Hal ini dipandang
perlu untuk dilakukan oleh produsen perunggasan dalam
meningkatkan daya serap daging dan telur ayam, yang
merupakan sumber gizi yang terjangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di
atas, maka penulis merasa tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Efisiensi usaha peternakan ayam broiler di
Tanete Kecamatan Bulukumpa”
8
B. Batasan Masalah
Mengingat luasnya pokok permasalahan serta
keterbatasan waktu yang dimiliki, maka permasalahan
penelitian ini dibatasi pada efisiensi usaha peternakan ayam
broiler.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat
dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana efisiensi usaha
peternakan ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa ?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan,
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi
usaha peternakan ayam broiler di Tanete Kecamatan
Bulukumpa.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai efisiensi usaha
peternakan ayam broiler di Tanete Kecamatan
Bulukumpa.
2. Secara peraktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi
peternak ayam mengenai efisiensi usaha peternakan
ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Konsep Efesiensi Usaha
1. Pengertian Efesiensi
Efisiensi merupakan banyaknya hasil produksi fisik
yang dapat diperoleh dari kesatuan faktor produksi atau
input. Situasi seperti ini akan terjadi apabila petani
mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal
(NPM) untuk suatu input atau masukan sama dengan
harga input (P) atau dapat dituliskan sebagai berikut:8
NPMx = Px atau
NPMx / Px = 1
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama
dengan Px, dan yang sering terjadi adalah keadaan
sebagai berikut:
a. (NPMx / Px) > 1 ; artinya bahwa penggunaan input
x belum efisien. Untuk mencapai tingkat efisiensi
maka input harus ditambah.
8 Ahmad Ridhani Anandra, Analisis Efisiensi Penggunaan
Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Di
Kabupaten Magelang. (Skripsi: Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang, 2010), h.52
10
b. (NPMx / Px) < 1 ; artinya penggunaan input x tidak
efisien . untuk mencapai atau menjadi efisien maka
input harus dikurangi.
Soekartawi menerangkan bahwa dalam terminologi
ilmu ekonomi, pengertian efisiensi ini dapat dibedakan
menjadi tiga yaitu efisiensi teknis, efisiensi alokatif atau
harga dan efisiensi ekonomis.9
a. Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis ini mencakup mengenai hubungan
antara input dan output. Suatu perusahaan dikatakan
efisien secara teknis bilamana produksi dengan output
terbesar yang menggunakan set kombinasi beberapa
input tertentu. Menurut Miller dan Meiners efisiensi
teknis (technical efficiency) mengharuskan atau
mensyaratkan adanya proses produksi yang dapat
memanfaatkan input yang lebih sedikit demi
menghasilkan output dalam jumlah yang sama. Dalam
usaha ternak ayam ras pedaging, efisiensi teknis
dipengaruhi oleh kuantitas penggunaan faktor-faktor
produksi. Kombinasi dari bibit, pakan, luas kandang,
vaksin, vitamin dan obat, bahan bakar, dan tenaga
9 Ibid
11
kerja dapat mempengaruhi tingkat efisiensi teknis.
Proporsi penggunaan masing-masing faktor produksi
tersebut berbeda-beda pada setiap peternak, sehingga
masingmasing peternak memiliki tingkat efisiesi yang
berbeda-beda. Seorang peternak dapat dikatakan lebih
efisien dari peternak lain jika peternak tersebut mampu
mengunakan faktor-faktor produksi lebih sedikit atau
sama dengan peternak lain, namun dapat menghasilkan
tingkat produksi yang sama atau bahkan lebih tinggi
dari peternak lainnya.
b. Efisiensi Harga atau Alokatif
Efisiensi harga atau alokatif menujukkan hubungan
biaya dan output. Efisiensi alokatif tercapai jika
perusahaan tersebut mampu memaksimalkan
keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal
setiap faktor produksi dengan harganya. Bila peternak
mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha
ternaknya, misalnya karena pengaruh harga, maka
peternak tersebut dapat dikatakan mengalokasikan
input usaha ternaknya secara efisien. Efisiensi alokatif
ini terjadi bila perusahaan memproduksi output yang
paling disukai oleh konsumen.
12
c. Efisiensi ekonomis
Efisiensi ekonomis terjadi apabila efisiensi teknik dan
efisiensi alokatif tercapai dan memenuhi dua kondisi,
yaitu:
1) Syarat keperluan (necessary condition)
menunjukkan hubungan fisik antara input dan
output, bahwa proses produksi pada waktu
elastisitas produksi antara 0 dan 1. Hasil ini
merupakan efisiensi produksi secara teknik.
2) Syarat kecukupan (sufficient cindition) yang
berhubungan dengan tujuannya yaitu kondisi
keuntungan maksimum tercapai dengan syarat nilai
produk marginal sama dengan biaya marginal.
Konsep yang digunakan dalam efisiensi ekonomis
adalah meminimalkan biaya artinya suatu proses produksi
akan efisien secara ekonomis pada suatu tingkatan output
apabila tidak ada proses lain yang dapat menghasilkan
output serupa dengan biaya yang lebih murah. jual daging
ayam dan total biaya produksi (TC) yang digunakan.
Harga jual daging ayam akan mempengaruhi total
penerimaan (TR). Usaha ternak dapat dikatakan semakin
13
efisien secara ekonomis jika usaha ternak tersebut
semakin menguntungkan.
Menurut Nicholson, alokasi sumber daya disebut
efisien secara teknis jika alokasi tersebut tidak mungkin
meningkatkan output suatu produk tanpa menurunkan
produksi jenis barang lain. Lebih lanjut dijelaskan oleh
Farrel dalam Witono Adiyoga bahwa jika diasumsikan
usaha tani menggunakan dua jenis input X1 dan X2.
Dengan asumsi constant return to scale maka fungsi
frontier dapat dicirikan oleh suatu unit isokuan yang
efisien.10
Efisiensi ekonomis sebagai hasil dari efisiensi
teknis dan harga OB/OC x OA/OB = OA/OC. Dalam
teori ekonomi, asumsi dasar sifat fungsi produksi adalah
hukum kenaikan hasil yang semakin menurun (The law of
diminishing return). Spesifikasi bentuk fungsi produksi
tersebut dijabarkan dalam tiga tahap yaitu:
a. Tahap pertama (I) di mana elastisitas produksi EP > 1,
merupakan daerah irrasional karena produsen masih
10
Witono Adiyoga. Beberapa Alternatif Pendekatan untuk
Mengukur Efisiensi dan Inefisiensi dalam Usahatani. Jurnal Informatika
Pertanian. 2009 Volume 8.
14
dapat meningkatkan outputnya melalui peningkatan
input.
b. Tahap kedua (II) di mana 0 ≤ EP ≤ 1 merupakan
daerah rasional untuk membuat keputusan produksi
dan daerah ini terjadi apa yang disebut dengan
efisiensi.
c. Tahap tiga (III) dengan EP < 0 disebut daerah
irrasional karena penambahan input akan mengurangi
output.
Efisiensi teknik adalah banyaknya hasil produksi
fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor
produksi atau input. Jika efisiensi teknik ini kemudian
kita nilai dengan uang maka pembahasan kita telah
sampai pada efisiensi ekonomis. Di dalam buku yang
berbeda yaitu dalam bukunya Nicholson disebutkan
bahwa akan terjadi efisiensi teknik apabila suatu alokasi
tertentu tidak mungkin meningkatkan output suatu
produk tanpa menurunkan produksi jenis barang lainnya.
Alternative lain, sumberdaya disebut disebut sebagai
sumberdaya yang dialokasikan secara efisien jika
sumberdaya tersebut dapat memindahkan sumberdaya di
sekitarnya, meningkatkan output dari satu barang tanpa
mengorbankan barang lainnya.
15
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:11
a. Efisiensi teknis adalah perbandingan antara faktor
produksi (input) yang digunakan dalam usaha ayam
dengan output yang dihasilkan per ekor ayam.
b. Umur adalah umur peternak ayam, dan diukur dalam
satuan tahun (tahun).
c. Pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah
diikuti oleh peternak ayam, dan diukur dalam satuan
tahun
d. Pengalaman beternak adalah lamanya pengalaman
peternak dalam usaha ayam Sentul, dan diukur dalam
satuan tahun (tahun)
e. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota
keluarga peternak, dan diukur dalam satuan orang
(orang).
f. Jumlah kepemilikan ayam adalah jumlah ayam yang
dimiliki oleh peternak, dan diukur dalam satuan ekor
(ekor)
11
Agus Yuniawan Isyanto, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Efisiensi Usaha Ayam Sentul Di Kabupaten Ciamis. (Sudrajat
Fakultas Pertanian Universitas Galuh Ciamis, 2016) Jurnal ISN 2460-
4321
16
g. Pelatihan merupakan variabel dummy yang bernilai 1
jika peternak terlibat dalam kegiatan pelatihan selama
satu tahun terakhir, dan bernilai 0 jika tidak.
2. Efesiensi Usaha
Efisiensi ekonomi dinyatakan bila sumber daya yang
digunakan sebaik mungkin untuk memaksimumkan tujuan
tertentu. Produktivitas berkenaan dengan kegiatan
memproduksi output dengan efisien dan secara khusus
merujuk ke relasi antara output dan input yang digunakan
untuk memproduksi output. Total efisiensi produktif adalah
suatu titik dimana dua kondisi dipenuhi untuk setiap
campuran input yang akan memproduksi output tertentu,
tidak diperlukan input berlebih dari yang dibutuhkan untuk
menghasilkan output tersebut.12
Untuk mencapai efisiensi produktif, biaya produksi
perusahaan-perusahaan dalam pasar mestilah mencapai
biaya produksi yang paling minimum.6 Kinerja efisiensi
diukur dengan membandingkan antara output yang
dihasilkan dengan input yang dipergunakan. Pada kinerja
operasional, lazimnya output untuk proses produksi diukur
12
Hansen dan Mowen, Manajemen Biaya, (Salemba Empat,
Jakarta, 2001), h. 1010
17
dalam satuan unit produksi. Satuan ukuran sangat tergantung
pada aktifitas yang diukur. Ukuran aktifitas penerimaan
misalnya dapat diukur dengan banyaknya jumlah
penerimaan. Tujuan pengukurannya adalah untuk
meningkatkan produktifitas aktifitas penerimaan. Hal ini
dapat dicapai misalnya dengan mengurangi jumlah
penerimaan barang untuk jumlah pembelian yang lebih
banyak.13
Dalam perusahaan, usaha meningkatkan efisiensi
umumnya dihubungkan dengan biaya yang lebih kecil untuk
memperoleh suatu hasil tertentu, atau dengan biaya tertentu
diperoleh hasil yang lebih banyak. Ini berarti bahwa
pemborosan ditekan sampai sekecil mungkin, dan sesuatu
yang memungkinkan untuk mengurangi biaya ini dilakukan
demi efisiensi.14
Ada dua faktor yang menyebabkan
efisiensi, yaitu : apabila dengan input yang sama
menghasilakan output yang lebih besar, dengan input yang
lebih kecil menghasilkan output yang sama. Efisiensi
merupakan hasil perbandingan antara output fisik dan input
13
Baldic Siregar,dkk, Akuntansi Manajemen, (Salemba Empat,
Jakarta, 2013), h. 77. 14
Mubyarto dan Edy Suandi Hamid, Meningkatkan Efisiensi
Nasional, (BPFE Yogyakarta, Yogyakarta, 1987), h. 178.
18
fisik. Semakin tinggi rasio output terhadap input maka
semakin tinggi tingkat efisiensi yang dicapai.
Efisiensi juga dapat dijelaskan sebagai pencapaian
output maksimum dari penggunaan sumber daya tertentu.
Jika output yang dihasilkan lebih besar daripada sumber
daya yang digunakan maka semakin tinggi pula efisiensi
yang dicapai.15
Rasio efisiensi tidak dinyatakan dalam
bentuk absolute tetapi dalam bentuk relative. Karena
efisiensi membandingkan antara keluaran dan masukan,
maka perbaikan efisiensi dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan output pada tingkat input yang sama
b. Meningkatkan output dalam proporsi yang lebih besar
daripada proporsi peningkatan input
c. Menurunkan input pada tingkat output yang sama
d. Menurunkan input dalam proporsi yang lebih besar
daripada proporsi penurunan output.16
Perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak
bertahan hidup harus mampu menghasilkan produksi yang
tinggi dengan kualitas yang baik. Hasil produksi yang tinggi
akan tercapai apabila perusahaan memiliki efisiensi
15
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, (CV Andi Offset,
Yogyakarta, 2009), h. 133. 16
Ibid, h. 134.
19
produksiyang tinggi. Akan tetapi, untuk mencapai efisiensi
yang tinggi juga tidak mudah, karena banyak faktor yang
mempengaruhinya, baik faktor internal ataupun faktor
eksternal. Faktor-faktor tersebut antara lain tenaga kerja,
mesin, metode produksi, pasar, dan bahan baku.
B. Bisnis Ayam Broiler
1. Pengertian Ayam Broiler
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang
umumnya dipanen pada umur 4-5 minggu dengan tujuan
sebagai penghasil daging17
Karakteristik ayam broiler yang
baik adalah ayam aktif, lincah, nafsu makan dan minum
lebih baik, dan pertumbuhan badan menjadi cepat.
Berdasarkan dua kriteria utama, yaitu hasil utama
dan pertumbuhannya, dari semua jajaran bangsa ayam yang
diseleksi, ternyata hanya ayam broiler yang memenuhi
kriteria. Broiler sudah dapat dipanen pada umur 5-6 minggu
dengan bobot hidup 1,3-1,6 kg per ekor. Broiler pada saat
sudah masuk masa akhir mempunyai kemampuan
17
Suprijatna,. Ilmu Dasar Ternak Unggas. (Jakarta: Penebar
Swadaya, 2005), h.33
20
mengkonsumsi lebih banyak, sehingga kebutuhan protein
harus dikurangi agar pemborosan dapat dihindari.18
Daging broiler banyak diminati masyarakat
disebabkan oleh teksturnya yang elastis, artinya jika ditekan
dengan jari, daging dengan cepatakan kembali seperti
semula. Daging ditekan tidak terlalu lembek dan tidak
berair. Warna daging ayam segar adalah kekuning-kuningan
dengan aroma khas daging ayam brolilertidak amis tidak
berlendir dan tidak menimbulkan bau busuk.19
Saat ini masyarakat Indonesia lebih banyak
mengenal daging broilersebagai daging ayam potong yang
biasa dikonsumsi, karena kelebihan yang dimiliki seperti
kandunganatau nilai gizi yang tinggi sehinggamampu
memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh. Kelebihan ayam
broiler adalah pertambahan bobot badan sangat cepat,
dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar,
padat dan berisi, efisiensi terhadap pakan relatif tinggi,
hampir sebagian besar dari pakan mampu diubah menjadi
daging mudah di peroleh, dagingnya yang lebih tebal, dan
18
Saputra, Dinamika Populasi. (Buku Ajar Fakultas Perikanan
2013), h. 72 19
Kasih, Pengaruh Lama Penyimpanan Daging Ayam Segar
Dalam Refrigerator Terhadap pH, Susut Masak Dan Organoleptik.
(Media SainS, Volume 4 Nomor 2: 154-159. 2012), h.44
21
mudah didapatkan di pasaran maupun supermarket dengan
harga yang terjangkau.20
Daging broiler, mempunyai kelemahan, kandungan
gizinya yang cukup tinggi menjadi tempat yang baik untuk
perkembangan mikroorganisme pembusuk yang akan
menurunkan kualitas daging sehingga berdampak pada
daging menjadi mudah rusak.21
Ciri-ciri daging yang baik
menurut antara lain adalah sebagai berikut:
a. Warna putih kekuningan cerah (tidak gelap, tidak pucat,
tidak kebiruan, tidak terlalu merah).
b. Warna kulit ayam putih kekuningan, cerah, mengkilat dan
bersih. Bila disentuh, daging terasa lembab dan tidak
lengket (tidak kering). c) Bau spesifik daging (tidak ada
bau menyengat, tidak berbau amis, tidak berbau busuk).
c. Konsistensi otot dada dan paha kenyal, elastis (tidak
lembek). Bagian dalam karkas dan serabut otot berwarna
putih agak pucat, pembuluh darah dan sayap kosong
(tidak ada sisa –sisa darah). Protein pada ayam yaitu 18,2
g/ 100 g daging ayam broiler, sedangkanl emaknya
berkisar 25,0 g
20
Ibid 21
Soeparno. Ilmu dan Teknologi Daging. (Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press, 2005), h. 56
22
Ayam broiler adalah ayam hasil budidaya teknologi
yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas
sebagai penghasil daging. Pertumbuhannya cepat dengan
konversi makanan yang irit, dan siap dibroiler pada usia
yang relatif muda, yaitu hanya 5-6 minggu sudah dapat
dipanen, dengan berat badan antara 1.2-1.9 kg/ekor.
Ayam ras pedaging yang baik yaitu ayam yang sehat,
berbulu baik, berkualitas baik, perbandingan antara
tulang, dan daging seimbang (proporsional)22
Mulyantini menyatakan bahwa, jenis ayam broiler
merupakan jenis ayam ras unggulan hasil persilangan dari
bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,
terutama dalam memproduksi daging. Jenis strain ayam
ras pedaging dengan produktivitas yang baik beredar di
pasaran, diantaranya adalah: CP 707, Hyline, Hubbard,
Missouri, Hybro, Shaver Starbo, Super 77, Arbor Acress,
Tegel 70, Cornish, ISA brown, Hypeco, Sussex, Cobb,
Bromo, Kim Cross, Wonokoyo, Ross Marshall, Lohman,
dan Euribird. Ayam ras pedaging baru dikenal di
Indonesia sejak tahun 1980-an, dan telah dikembangkan
dengan pesat dibeberapa negara. Adapun manfaat
22
Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,... h.73
23
memelihara ayam ras pedaging adalah: (1) menyediakan
kebutuhan protein hewani, (2) menyediakan tenaga kerja,
(3) investasi, (4) mencakupi kebutuhan keluarga, dan (5)
sebagai hasil tambahan dari usahaternak ayam ras
pedaging berupa tinja yang dapat dimanfaatkan untuk
pupuk kandang.23
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Peternakan
Ayam Broiler
faktor-faktor produksi peternakan antara lain
pengelolaan tenaga kerja, bibit ayam (DOC), kandang,
dan penanggulangan penyakit. Faktor-faktor tersebut
saling mempengaruhi, sehingga harus diperhatikan oleh
para peternak.24
Menurut penelitian Yunus, factor-faktor yang
mempengaruhi produksi ayam ras pedaging antara lain
DOC, pakan, OVAC, tenaga kerja, listrik, bahan bakar
dan luas kandang.25
Adapun menurut penelitian Kusuma,
faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras
23
Ibid 24
Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,… h. 57 25
Yunus, R. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam
Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah. (Thesis. Program Pascasarjana, Semarang: Universitas
Diponegoro, 2003), h. 51
24
pedaging antara lain tenaga kerja, DOC, kandang, pakan,
obat-obatan, dan vaksin.26
a. DOC (Day Old Chick)
Bibit memegang peranan penting untuk
menghasilkan produk, baik jumlah maupun mutu
produk. Ketersediaan bibit harus senantiasa ada untuk
menjamin kelangsungan produksi. Tidak hanya itu,
kontinuitas pasokan bibit juga harus dijaga dan
dikontrol. Guna menjaga kelangsungan produksi
ternak, sebaiknya usaha peternakan memiliki pemasok
bibit ternak tetap. Seperti usaha peternakan ayam ras
pedaging, diperlukan pasokan DOC secara kontinu
untuk setiap periode produksi.27
Menurut Rahardi dan Hartono, selain kontinuitas
kualitas bibit juga harus menjadi perhatian bagi para
peternak. Kontribusi bibit dalam penampilan produksi
ternak yang bermutu baik sebesar 30 persen. Bibit
yang berkualitas baik dapat diketahui dari catatan
produknya dan secara langsung dapat dilihat dari
26
Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi
Penggunaan Faktor- faktor Produksi Peternak Probiotik dan Non
Probiotik pada Usahaternak Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Fakultas
Peternakan, (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2005), h. 37 27
Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,…h. 58
25
penampilan fisiknya. Bibit DOC yang baik dapat
dipilih berdasarkan penampilannya secara umum dari
luar (general appearance) adalah sebagai berikut:28
1) Bebas dari penyakit (free diseases),
2) Berasal dari induk yang matang 12 umur dan
dari pembibit yang berpengalaman,
3) DOC terlihat aktif,
4) DOC memiliki kekebalan tubuh yang tinggi,
5) Kaki besar dan basah seperti berminyak
6) Bulu cerah, tidak kusam, dan penuh
7) Anus bersih, tidak ada kotoran atau pasta putih
8) Keadaan tubuh ayam normal
9) Berat badan sesuai standar strain, biasanya diatas
37 gram.
b. Pakan
Pakan adalah campuran beberapa bahan pakan
yang mengandung nutrient yang lengkap dan disusun
dengan cara tertentu untuk memenuhi kebutuhan zat
gizi unggas yang mengkonsumsinya, pakan
merupakan sapronak penting dalam produksi ternak.
Diperkirakan biaya pakan dapat mencapai 60-70
28
Ibid
26
persen dari total biaya produksi. Pengelolaan pakan
meliputi jenis pakan, kualitas pakan, waktu pemberian,
dan konsentrasi pakan yang diberikan ternak. Hal yang
perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah
tercukupinya kebutuhan protein, karbohidrat, lemak,
vitamin, dan mineral. Kebutuhan zat tersebut bagi
ternak sangat dibutuhkan untuk perkembangan,
pertumbuhan, dan kebutuhan aktivitas. Pemberian
pakan dilakukan secara teratur dengan jumlah yang
sesuai kebutuhan ternak. Kelebihan atau kekurangan
akan berdampak kurang baik pada ternak dan
berdampak pada efisiensi dalam produksi.
Pemberian pakan ayam ras pedaging terdapat
dua fase yaitu, fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase
finisher (umur 4-6 minggu). Namun, beberapa
perusahaan juga menggolongkan pakan ras pedaging
dalam tiga fase, yaitu pakan starter ayam dari umur 1-
18 hari, pakan grower 19-30 hari dan pakan finisher.29
Pada penelitian Kusuma, peternak ayam ras pedaging
13 tidak menggunakan tiga jenis pakan (pakan starter,
grower dan pakan finisher), namun hanya
29
Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,…h. 51
27
menggunakan satu jenis pakan starter dari umur satu
hari hingga 35 hari. Rata-rata pakan yang habis
digunakan untuk setiap 1 000 ekor ayam non probiotik
adalah 1 413 kg.30
c. Tenaga Kerja
Menurut Rahardi dan Hartono, tenaga kerja
dalam usaha peternakan dapat berasal dari tenaga kerja
sendiri dan tenaga kerja dari luar. Tenaga kerja sendiri,
terdiri dari tenaga kerja diri sendiri (peternak) dan
keluarga, seperti istri dan anak atau anggota keluarga
lainnya. Tenaga kerja dari luar merupakan tenaga kerja
yang secara sengaja diambil dari luar dengan
memberikan kompensasi upah atau gaji. Tenaga kerja
luar diukur dengan tingkat upah yang berlaku dalam
satu hari dengan jam kerja 8 jam sehari dengan
konversi: (1) tenaga kerja pria=1 HKP, (2) tenaga
kerja wanita=0.8 HKP dan (3) tenaga kerja
anakanak=0.5 HKP. Umumnya, usaha skala kecil
(peternakan rakyat) tidak menggunakan tenaga kerja
luar (tenaga kerja upah). Sebaliknya, untuk usaha
industri yang memiliki orientasi usaha komersial
30
Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi,… 38
28
keseluruhan tenaga kerja yang digunakan berasal dari
luar.31
Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam suatu
usaha peternakan sebaiknya disesuaikan dengan skala
usaha, karena akan berdampak pada biaya produksi
yang akan dikeluarkan. Pengorganisasian tenaga kerja
penting diperhatikan terutama pada skala usaha
menengah dan besar untuk menciptakan efisiensi
kerja. Menurut hasil penelitian, rata-rata HKP dari
seluruh kegiatan tenaga kerja pada usahaternak ayam
ras pedaging adalah 127.236 HKP, rata-rata HKP
paling besar yaitu pada kegiatan pengelolaan ternak
karena kegiatan yang dilakukan secara penuh dalam 35
hari. Rata-rata HKP yang dibutuhkan (jam) untuk
persiapan kandang yaitu 4 jam 22 menit, rata-rata HKP
yang dibutuhkan untuk kegiatan pengelolaan ternak
yaitu 7 jam 33 menit dan ratarata HKP yang
dibutuhkan untuk kegiatan panen dan pembersihan
kandang setelah panen yaitu 44 jam.32
d. OVAC (Obat-Obatan, Vitamin dan Vaksin)
31
Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,… h. 59 32
Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,… h. 52
29
Mulyantini, menyatakan bahwa manajemen
pengendalian penyakit merupakan salah satu
manajemen yang sangat penting dalam pemeliharaan
ternak untuk mendapatkan produksi yang optimal dan
secara ekonomi dapat menguntungkan. Kegagalan
dalam mengendalikan penyakit, akan menyebabkan
kerugian karena peternak harus mengeluarkan biaya
untuk pengobatan dan wabah penyakit dalam kandang
sehingga menyebabkan produksi ternak menurun
bahkan kematian. Manajemen kesehatan unggas yang
efektif, harus bertujuan untuk:33
1) Mencegah terjadinya penyakit dan parasit
2) Mengenal gejala timbulnya penyakit
3) Mengobati penyakit sesegera mungkin sebelum
penyakit berkembang serius atau menyebar ke
kelompok lainnya.
Obat-obatan digunakan untuk pengobatan ayam
ras pedaging yang terserang penyakit dan vaksin
diberikan untuk pencegahan penyakit serta antibiotika.
Vaksinasi yang penting dilakukan adalan vaksinasi
ND/tetelo, karena penyakit tersebut tidak dapat diobati
33
Ibid
30
melainkan hanya dapat dicegah. Selain vaksin, vitamin
juga perlu diberikan pada ayam ras pedaging.
Seringkali terlihat 15 tanda-tanda kekurangan vitamin
pada ayam ras pedaging akibat
hilangnya/berkurangnya beberapa vitamin dalam
pakan, seperti vitamin A, B12, dan vitamin E karena
terjadi reaksi dengan antibiotik sebagai akibat dari
penyimpanan pakan yang terlalu lama. Akibatnya
ayam tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan
optimal.34
Fadilah menyatakan bahwa, biaya yang
dikeluarkan untuk membeli obat-obatan (termasuk
desinfektan, vitamin, dan anti-biotik) serta vaksin
bergantung pada program yang diterapkan dalam
usaha peternakan ayam ras pedaging tersebut. Biaya
yang dikeluarkan untuk satu ekor ayam sangat
bergantung pada kesehatan ayam, program khusus,
atau progam pemeliharaan.35
e. Pemanas
34
Kartadisastra, H. R. Pengelolaan Pakan Ayam. (Yogyakarta:
Kanisius, 1994), h.41 35
Fadilah R. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah
Tropis. Depok: Agromedia Pustaka, 2004), h. 74
31
Ayam memerlukan alat pemanas tambahan
(brooder) untuk memberi kehangatan agar dapat
menunjang keberhasilan pemeliharaan. Anak ayam
yang baru menetas tidak dapat mengatur suhu
tubuhnya secara sempurna. Ayam tidak dapat
mempertahankan suhu tubuh yang konstan sampai
umur antara 1-2 minggu. Ketika umur 2 minggu
sampai dipasarkan, ayam tidak membutuhkan lagi alat
pemanas buatan namun tetap digunakan pada keadaan
dingin khususnya saat musim penghujan serta suhu
lingkungan diusahakan tetap 21oC. Alat pemanas bisa
dari lampu pijar, petromaks atau lampu kap36
f. Kandang produksi hingga dipasarkan.37
Menurut
Rahardi dan Hartono, dalam usaha peternakan
komersial, kandang menjadi salah satu faktor produksi
yang harus diperhatikan dengan baik. Kandang pada
dasarnya berfungsi untuk mempermudah tata laksana
pemeliharaan dan pengontrolan ternak. Konstruksi
kandang harus mendukung kebutuhan pertumbuhan
dan perkembangan ternak, seperti kebutuhan cahaya,
suhu, dan sirkulasi udara tercukupi. Bentuk kandang
36
Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,… h.54 37
Ibid
32
yang ideal untuk ayam ras pedaging adalah kandang
postal.38
Menurut Mulyantini, kandang postal adalah
kandang yang berlantai rapat dan biasanya
menggunakan alas litter, kandang dapat bertingkat atau
tidak dan pada suhu tinggi dindingnya sebagian besar
terbuka. Guna mengatasi udara yang panas khususnya
di daerah tropis seperti Indonesia, kandang panggung
lebih baik untuk digunakan, namun biaya yang
dikeluarkan untuk pembuatan kandang panggung lebih
mahal. Kandang panggung dibangun dengan
ketinggian ± 1.75 cm, udara datang dari sela-sela
lantai dan samping kandang, sehingga udara dalam
kandang lebih nyaman.39
Kepadatan kandang juga perlu diperhatikan pada
saat pengelolaan kandang, karena hal tersebut dapat
mempengaruhi perkembangan ternak. Semakin berat
bobot badan ayam atau semakin panas, kepadatan
harus dikurangi. Selain menyebabkan kekurangan
oksigen, dalam kandang, kepadatan yang tinggi juga
38
Rahardi, F dan R. Hartono. Agribisnis Peternakan,… h. 75 39
Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas,… h. 55
33
mengakibatkan konsumsi pakan berkurang dan
pertumbuhan terhambat.
Menurut Rasyaf, dataran rendah atau dataran
pantai, kepadatan yang baik adalah 8-9 ekor/m2 atau
0.12 m2 /ekor dan untuk daerah pegunungan,
kepadatannya sekitar 11-12 ekor/m2 dengan rata-rata
10 ekor/m2 atau 0.1 m2 /ekor. Hasil penelitian Yunus,
rata-rata luas penggunaan kandang yang digunakan
peternak mandiri sebesar 0.06 m2 /ekor dan 0.11 m2
/ekor.40
Setiap kegiatan usaha membutuhkan faktor-faktor
produksi. Faktor produksi tersebut merupakan input agar
bisa menghasilkan suatu output. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Yunus, dalam usaha ternak ayam ras
pedaging, faktor-faktor produksi yang digunakan antara
lain sebagai berikut:41
a. Lahan
Lahan dalam peternakan berupa kandang. Berdasarkan
jenisnya, kandang dibagi menjadi dua, yaitu kandang
tertutup dan kandang terbuka. Yang membedakan dari
40
Yunus, R. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan,… h.
76 41
Ibid
34
kedua jenis ini adalah mengenai sirkulasi udaranya.
Sirkulasi udara akan mempengaruhi suhu udara di
dalam kandang. Luas kandang untuk ayam ras
pedaging adalah 10 ekor/meter2. Dengan demikian,
ruas ruang yang akan disediakan tinggal dikalikan
dengan jumlah ayam yang akan dipelihara dalam
kandang tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan
di Indonesia diketahui bahwa antara kepadatan 8, 9,
10, 11, dan 12 ekor ayam tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata (Rasyaf, 2002). Hal ini dapat
diartikan bahwa untuk dataran rendah atau dataran
pantai, kepadatan yang lebih baik adalah 8-9 ekor
ayam/m2. Sedangkan untuk dataran tinggi atau
pegunungan kepadatannya sekitar 11-12 ekor
ayam/m2, atau dengan rata-rata 10 ekor ayam/m2 .
b. Modal
Setelah tanah, modal merupakan faktor produksi yang
tidak kalah pentingnya dalam produksi pertanian.
Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor
modal lebih menonjol lagi. Itulah sebabnya kadang-
kadang orang mengatakan bahwa modal satu-satunya
milik peternak adalah tanah di samping tenaga
kerjanya yang dianggap rendah. Pengertian modal
35
dalam hal ini bukanlah suatu pengertian kiasan.
Menurut Mubyarto modal mempunyai arti yaitu
barang atau apapun yang digunakan untuk memenuhi
atau mencapai suatu tujuan. Dalam pengertian
demikian, tanah dapat dimasukkan pula sebagai
modal. Bedanya adalah bahwa tanah tanah tidak dibuat
oleh manusia tetapi diberikan atau disediakan
langsung oleh alam sedangkan faktor produksi yang
lain dapat dibuat oleh manusia. Soekartawi
mengelompokan modal menjadi dua golongan, yaitu:
1) Barang yang tidak habis dalam sekali produksi.
Misalnya, peralatan pertanian, bangunan, yang
dihitung biaya perawatan dan penyusutan selama 1
tahun.
2) Barang yang langsung habis dalam proses produksi
seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan sebagainya.
Dalam peternakan ayam, modal dikelompokkan
menjadi dua yaitu modal untuk pengadaan lokasi
peternakan dan pembangunan kandang serta modal
untuk keperluan operasional. Modal operasional ini
antara lain pembelian alat-alat peternakan, pakan
ayam, bibit ayam, obat-obatan dan keperluan rutin
operasional lainnya.
36
a) Bibit ayam : Bibit ayam (DOC) merupakan
faktor utama dalam usaha peternakan ayam ras
pedaging, dan di antara bibit ayam ras pedaging
terdapat perbedaan yang turut diakukan oleh
peternak atau lembaga yang
mengembangkannya. Pertumbuhan ayam ras
pedaging pada saat masih bibit tidak selalu sama,
ada bibit yang pada awalnya tumbuh dengan
cepat, tetapi di masa akhir biasa-biasa saja, atau
sebaliknya. Perbedaan pertumbuhan ini sangat
bergantung pada perlakuan peternak, pembibit
atau lembaga yang membibitkan ayam tersebut,
sehingga peternak harus memperhatikan
konversi pakan dan mortalitasnya. Biaya
penggunaan bibit merupakan biaya terbesar
kedua. Kaitannya pegangan berproduksi secara
teknis karena bibit akan mempengaruhi konversi
ransum dan berat badan ayam. Rasyaf
mengemukakan biaya tersebut berkisar antara 9
– 15% dari total biaya produksi.42
42
Soekartawi. Teori Ekonomi Produksi dengan, h. 52.
37
b) Pakan ayam : Biaya pakan merupakan biaya
variabel terbesar yaitu sekitar 60% dari total
biaya produksi. Biaya pakan mencapai 58,13% -
66,22% dari seluruh biaya operasional, dan
penelitian Sutawi juga menyimpulkan bahwa
biaya produksi terbesar digunakan adalah biaya
pakan yaitu 61,75% - 82.14%.
c) Vaksinasi : Vaksinasi perlu diberikan untuk
menanggulangi dan mencegah penyakit menular,
tapi minimnya pengetahuan akan berpengaruh
terhadap proses vaksinasi. Obat atau antibiotik
dapat didefinisikan sebagai antibakteri yang
diperoleh dari metabolit fungsi dan bakteri,
sedangkan vitamin merupakan komponen
organik yang berperan penting dalam
metabolisme tubuh, walaupun ayam dalam
jumlah sedikit, vitamin tetap dibutuhkan dan
berperan cukup besar
d) Bahan bakar : Faktor usaha bahan bakar dalam
usaha peternakan ayam ras pedaging dikaitkan
dengan penggunaan indukan atau brooder. Alat
ini berfungsi menyerupai induk ayam ketika baru
menetas.sumber panas yang isa digunakan
38
bermacam-macam, mulai dari kompor, minyak,
gas, lampu pijar atau air panas. Tujuan utama
indukan adalah memberikan kehangatan bagi
ayam, agar dapat menunjang keberhasilan
pemeliharaan. Karena besarnya modal yang
digunakan untuk pengadaan lokasi dan
pembangunan kandang, maka berkembanglah
sistem sewa peternakan. Peternak yang
mempunyai modal pas-pasan harus mencari
peternakan yang kosong sebagai lokasi untuk
peternakannya. Sedangkan sisa modal yang
terbatas tersebut digunakan untuk keperluan
modal operasional.
c. Tenaga kerja
Faktor produksi selanjutnya adalah tenaga kerja
sebagai pengelola dalam peternakan. Manusia sebagai
pengelola peternakan dibedakan berdasarkan ilmu dan
keteramilan yang dimilikinya. Tanpa ilmu dan
ketrampilan manusia itu biasanya disebut tenaga kasar
yang umumnya bertugas di kandang sebagai pelaksana
tugas rutin. Pada umumnya peternakan tidak
mempekerjakan tenaga kasar, sehingga harus ada
tenaga yang mempunyai ilmu beternak yang biasanya
39
diperoleh dari pendidikan formal dan biasa dikenal
sebagai sarjana peternakan. Selain kedua tenaga kera
tersebut terdapat tenaga terampil yang memiliki
ketrampilan beternak. Biasanya ketrampilan mereka
diperoleh dari kebiasaan beternak. Mereka biasanya
berupa tenaga kerja yang telah lama berkecimpung
dalam peternakan. Selain ketiga kategori tersebut, ada
pula tenaga kerja berilmu peternakan secara formal
yang dilengkapi dengan pengalaman dan belajar
sendiri, serta terampil dalam bekerja. Tenaga kerja
inilah yang disebut tenaga kerja ideal untuk suatu
peternakan.
C. Hasil Penelitian yang Relefan
1. Agus Yuniawan Isyanto, Faktor-Faktor yang
Berpengaruh Terhadap Efisiensi Usaha Ayam Sentul Di
Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui: (1) Tingkat efisiensi usaha
ayam Sentul di Kabupaten Ciamis, dan (2) Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap efisiensi usaha ayam Sentul di
Kabupaten Ciamis. Penelitian dilaksanakan dengan
menggunakan metode survai. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) Peternak yang inefisien dalam
melaksanakan usaha ayam Sentul (R/C1) sebanyak 22
40
orang (61,11%), dan (2) Faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap efisiensi usaha ayam Sentul adalah
produktivitas, jumlah kepemilikan ayam, dummy
pelatihan, pendidikan dan pengalaman. Efisiensi teknis,
umur dan jumlah anggota keluarga tidak berpengaruh
signifikan terhadap efisiensi usaha ayam Sentul.
Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah pada
efesiensi usaha ayam adapun perbedaanya adalah pada
penelitian sebelumnya mengkaji tentang faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap efesiensi usaha ayam
sedangkan pada penelitian ini hanya meneliti terkait
dengan efesiensi usahanya saja.
2. Hayu Windi Hapsari, dengan judul Analisis Efisiensi
Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ayam Ras
Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kecamatan
Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi ayam ras pedaging dan menganalisis efisiensi
produksi ayam ras pedaging pada peternak mandiri dan
peternak kemitraan. Hasil analisis menunjukan, faktor-
faktor yang mempengaruhi produksi ayam ras pedaging
pada kedua pola peternak adalah pakan dan pemanas.
Hasil analisis efisiensi ekonomi, menunjukan bahwa pada
41
kedua pola peternak belum mencapai efisiensi secara
ekonomi. Hal ini ditunjukan dari rasio Nilai Produk
Marjinal (NPM) dengan Biaya Korbanan Marjinal
(BKM) tidak sama dengan satu atau NPM tidak sama
dengan BKM. Untuk mencapai efisiensi ekonomi, faktor
produksi yang perlu ditambah pada peternak mandiri
adalah pakan dan pemanas, sedangkan pada peternak
kemitraan adalah pakan, pemanas, dan sekam. Persamaan
penelitian ini dengan sebelumnya adalah sama-sama
mengkaji tentang efesiensi usaha ayam adapun
perbedaanya adalah pada penelitian sebelumnya juga
mengkaji tentang faktor-faktor yang memepengaruhi
produksi ayam sedangkan pada penelitian ini hanya
meneliti efesiensi usahanya saja.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kuantitatif. Menurut Margono, penelitian kuantitatif adalah
suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan
data yang berupa angka sebagai alat menemukan keterangan
mengenai apa yang ingin kita ketahui.43
Penelitian
kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian fenomena serta hubungan-
hubungannya. Pada penelitian kuantitatif separuh dari
penelitian adalah proses teori atau proses berteori. Pada
proses ini peneliti melakukan analisis-analisis deduktif untuk
mencoba menjawab permasalahan yang sedang dihadapi.
2. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan jenis permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini, maka penelitian ini termasuk penelitian
komparatif. Penulis menggunakan metode komparatif karena
dirasa cocok untuk mengetahui fenomena yang saat ini
43
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2005), h. 105-106.
43
sedang berlangsung, selain itu, pendekatan komparatif yang
digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk
memperoleh informasi mengenai efisiensi usaha peternakan
ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa.
B. Defenisi Variabel
Efesiensi usaha peternakan merupakan pola usaha
atau manajemen usaha yang dilakukan untuk mendudukung
peningkatan hasil produksi dengan memanfaatkan segala
potensi dan sumberdaya yang ada.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Tanete
Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian rencananya akan
dilaksanakan selama 1 bulan terhitung sejak
dikeluarkannya surat izin penelitian dari Kampus IAIM
Sinjai pada tahun 2020.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau
individu yang memiliki karakteristik tertentu jelas dan
44
lengkap yang akan diteliti. Sutrisno Hadi mengatakan
bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek
penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, maka yang
jadi populasi penelitian ini adalah sebagian dari pemilik
usaha ayam broiler di Tanete Kecamatan Bulukumpa
sebanyak 5 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah total sampling. Total sampling adalah teknik
pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama
dengan populasi. Alasan mengambil total sampling
karena menurut Sugiyono jumlah populasi yang kurang
dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian
semuanya sehingga sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 5 orang44
.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang
digunakan dalam mengumpulkan data.45
Teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian
44
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
(Bandung : Alfabeta, 2010), h.184 45
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif dan R dan D (Cet. XV; Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 22.
45
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Untuk
kelengkapan data dan sistematika pembahasan suatu karya
ilmiah harus terarah, sistematis, dan mempunyai tujuan, jadi
bukan hanya mengumpulkan data secara keseluruhan akan
tetapi menghimpun data secara sistematis. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah dengan jalan
turun langsung kelapangan untuk mendapatkan data-data
yang konkrit yang ada kaitannya dengan pembahasan.
Dalam penelitian lapangan, yaitu mengumpulkan data
melalui penelitian lapangan dengan menggunakan metode
sebagai berikut:
1. Kuesioner (Angket)
Angket merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan-
pertanyaan kepada responden dengan harapan memberikan
respon atas daftar pertanyaan tersebut.46
2. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan alat pengumpulan data dari
beberapa dokumen penting yang mendukung kelengkapan
46
Husein Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis
Bisnis . (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2000), h. 49
46
data peneliti ini. Dokumen yang dimaksud pada peneliti ini
adalah dokumen tertulis resmi atau tidak resmi.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data kuantitatif merupakan analisis usaha
ternak dalam menghitung tingkat pendapatan peternak.
Pendapatan usaha dapat diperoleh dari pengurangan antara
semua penerimaan (revenue) dengan semua biaya (cost)
yang telah dikeluarkan selama satu periode. Rumus
Pendapatan secara matematis ditulis sebagai berikut.47
Pd = TR – TC
......................................................................................(3)
Keterangan :
Pd = Pendapatan (Rp/Periode)
TR = Total revenue (total penerimaan) (Rp/Periode)
TC = Total cost (total biaya) (Rp/Periode)
47
Soekartawi, Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran. Hasil –
Hasil. Pertanian Teori dan Aplikasinya, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 53
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Letak geografis Tanete Kecamatan Bulukumpa
Kelurahan Tanete merupakan salah satu
Kelurahan/Desa dari 17 Kelurahan/Desa yang ada di
Kecamatan Bulukumpa. Letak Geografis kelurahan
Tanete terdiri atas sebelah utara berbatasan dengan
kabupaten Sinjai, sebelah timur berbatasan dengan
kecamatan kajangda ujung loe, sebelah selatan
berbatasan dengan kecamatan kindang.
Kelurahan tanete terbagi atas 2 lingkungan yang
terdiri dari lingkungan tanete dan lingkungan biroro.
Kelurahan tanete memilikiluas wilayah sebesar 171,33
km2 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.568 jiwa
sehingga kepadatan penduduknya mencapai 301
jiwa/km2.
2. Penggunaan lahan
Struktur penggunaan lahan di Kecamatan
Bulukumpa terdiri dari lahan pertanian sawah yang
umumnya tidak berpengairan teknis tetapi non teknis,
lahan pertanian bukan sawah yaitu berupa kebun dan
48
usaha peternakan serta lahan non pertanian yang
didominasi oleh lahan untuk rumah dan perumahan.
3. Potensi Usaha Peternakan Ayam Broiler di Tanete
Kecamatan Bulukumpa
Wilayah Tanete Kecamatan Bulukumpa
memiliki memiliki lahan yang terdiri dari lahan
persawahan dan bukan lahan persawahan seperti,
kebun, dan usaha peternakan. Pengembangan usaha
peternakan ayam broiler memiliki potensi yang besar
di daerah ini karena didukung oleh ketersediaan sarana
transportsai yang baik, selain itu jumlah ternak ayam
potong menurut data statistik di Dinas Peternakan
Tanete Kecamatan Bulukumpa memperlihatkan bahwa
terjadi perkembangan pesat terhadap produksi ayam
pedaging yang tercatat mulai tahun 2011 yaitu 4.642
ekor sedangkan ditahun berikutnya 4.853 ekor yang
terus mengalami peningkatan hingga di tahun 2013
yaitu 51.736 ekor.
Hal ini membuktikan bahwa peluang usaha
peternakan ayam pedaging di wilayah Tanete
Kecamatan Bulukumpa mulai terbuka lebar, hal ini
juga didukung oleh ketersedian bahan pangan seperti
jagung yang dapat diolah oleh peternak menjadi bahan
49
baku pakan ayam broiler. Berdasarkan perhitungan
statistik oleh Dinas Pertanian dan Peternakan
Kabupaten Bulukumba produksi jagung di wilayah
Kecamatan Bulukumpa sebanyak 3500 ton. Jumlah
tersebut sudah cukup banyak dalam mendukung usaha
peternakan unggas di daerah tersebut.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Lama
Beternak Ayam Broiler, dan Jumlah Kepemilikan
ternak.
Karakteristik peternak merupakan gambaran
bagaimana permasalahan di lapangan berkaitan dengan
usaha peternakan ayam broiler dapat bersumber dari
sumberdaya manusia (SDM). Kelemahan sumberdaya
manusia sering kali memberikan dampak atau
kontribusi yang kurang maksimal terhadap
perkembangan pada suatu bidang. Secara garis besar,
penyebabnya ada dua yaitu peternak dan wilayah
peternak yang sulit dijangkau (terpencil).
Penerimaan peternak terhadap inovasi
berhubungan dengan persepsinya terhadap inovasi
tersebut, sedangkan persepsi peternak itu sendiri
berhubungan dengan latar belakang masing-masing,
50
karena penerimaan inovasi akan dipengaruhi oleh
persepsi dan karakteristik peternak itu sendiri. Adapun
klarifikasi karakteristik responden sebagai berikut :
a. Umur
Umur merupakan salah satu indikator yang
dapat dilihat untuk mengukur kemampuan fisik
seseorang. Seseorang yang memiliki umur
cenderung akan memiliki kemampuan fisik yang
lebih kuat dari pada mereka yang memiliki umur
yang lebih tua. Umur seorang peternak dapat
berpengaruh dalam produktivitas kerja, hal ini
disebabkan umur memiliki kaitan erat dengan
kemampuan kerja dan juga pola pikir dalam
menentukan suatu manajemen yang baik untuk
diterapkan dalam suatu usaha. Klasifikasi
responden peternak berdasarkan tingkat umur yang
ada di Kecamatan Bulukumpa dapat dilihat pada
Grafik berikut :
51
Berdasarkan Grafik 1 menjelaskan bahwa
keadaan peternak di Tanete Kecamatan Bulukumpa,
berdasarkan umur yaitu umur 35 tahun kebawah
sebanyak 9 orang atau setara dengan 30% memiliki
persentase yang paling rendah, sedangkan umur 35-
50 sebanyak 21 orang dengan persentase yang
paling tinggi yaitu sebesar 70%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa rata-rata peternak yang ada di
Tanete Kecamatan Bulukumpa didominasi oleh
kalangan umur kisaran 35-50 tahun. Kondisi
tersebut memperlihatkan bahwa rata-rata responden
memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam
mengelolah usaha peternakan ayam broiler. Hal ini
juga dipertegas oleh Swastha (1997), yang
menyatakan bahwa tingkat produktivitas kerja
seseorang akan mengalami peningkatan seiring
dengan pertambahan umur dan akan kembali
menurun pada saat menjelang tua.
b. Pengalaman beternak
Pengalaman dalam menjalankan suatu usaha
kerja akan memberikan kontribusi yang lebih baik
dibandingkan mereka yang kurang memiliki
pengalaman, hal dikarenakan mereka yang
52
memiliki pengalaman yang tinggi akan memperoleh
berbagai macam tugas yang memiliki rintangan dan
tingkat kesulitan tersendiri dalam menyelesaikan
tugasnya. Secara tidak langsung individu yang
memiliki pengalaman yang tinggi akan
mendapatkan ilmu yang lebih besar pula dalam
menyelesaikan tugas. Adapun gambaran lama
beternak usaha peternakan ayam broiler yang ada di
Kecamatan Bulukumpa dapat dilihat pada Grafik 2.
Sebagai berikut :
Grafik 2. di atas memperlihatkan bahwa
peternak dengan pendidikan 5 tahun keatas
memiliki persentase sebesar 23%, sedangkan 5
tahun kebawah memiliki persentase sebesar 77%.
Dari grafik tersebut menunjukkan bahwa ratarata
peternak yang ada di Tanete Kecamatan
53
Bulukumpa adalah kalangan peternak yang
memiliki pengalaman 5 tahun kebawah. Lama
beternak seseorang akan mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam mengelolah sesuatu.
Hal ini disebabkan banyaknya tantangan yang akan
diperoleh ketika menjalani suatu usaha.
Pengalaman kerja adalah waktu yang digunakan
oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sesuai dengan tugas yang
dibebankan
c. Pekerjaan
Pekerjaan secara umum didefenisikan sebagai
sebuah kegiatan aktif yang dilakukan oleh manusia.
Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan
untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan
sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang
bagi seseorang. Adapun karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan di Kecamatan Bulukumpa,
dapat dilihat pada Grafik 3 sebagai berikut :
54
Berdasarkan pada Grafik 3 di atas, rata-rata
peternak yang ada di Tanete Kecamatan
Bulukumpa memiliki pekerjaan utama sebagai
peternak sebagaimana yang tercatat 96%,
sedangkan peternak yang memiliki pekerjaan
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) hanya 10%
dan wiraswasta sebesar 26%. Hal ini
memperlihatkan bahwa sebagian besar dari
kalangan peternak di Tanete Kecamatan
Bulukumpa adalah masyarakat yang menjadikan
ternak sebagai usaha pokok dalam pemenuhan
kebutuhan. Perhatian mereka jauh lebih besar
kepada ternaknya sehingga ternak mereka
memberikan hasil yang memuaskan pemilikinya
2. Efisiensi Usaha Peternakan Ayam Broiler di Tanete
Kecamatan Bulukumpa
Usaha ternak ayam broiler telah menjadi suatu
industri yang berkembang baik di seluruh daerah
khususnya di Tanete kecamatan Bulukumpa. Agar
usaha yang ada di Tanete Kecamatan Bulukumpa ini
mampu bertahan dan berkembang lebih lanjut maka
usaha ini harus efisien. Seorang peternak secara teknis
55
dikatakan efisien apabila usaha tersebut dapat
berproduksi lebih tinggi dengan usaha lain.
Tabel Koefisien Fungsi Produksi Ayam Broiler
Model Coefisien Nilai t
(α5%)
Nilai sig
(α5%)
Constanta 2.395 1.044 .306
Pakan X1 .691 1.277 .213
DOC (X2) -.566 .-920 .366
Luas Kandang
(X3)
.379 1.089 .286
Tenaga Kerja
(X4)
.047 .129 .217
a. Nilai R2 = 0,51 (menunjukkan bahwa 51 % variasi
Pakan, DOC, Luas Kandang, dan Tenaga Kerja,
mampu menjelaskan variasi produksi Ayam
Broiler, sedangkan sisanya 49 % dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak diteliti)
b. Nilai F-hitung α.05 = 6,401; F-tabel = 2,76
c. Nilai T-tabel α.05 = 1,41
d. Jumlah Elastisitas (Ep) = 1,42
Konsistensi model estimasi pada Tabel diatas
telah diuji dengan uji model dan uji penyimpangan
56
asumsi klasik. Uji model pertama menunjukkan bahwa
R2 = 0,51, yang dapat diartikan bahwa variansi dari
variabel bebas (X) memiliki kontribusi sekitar 51 %
terhadap produksi (Y). Uji model kedua adalah F
dimana F(hitung) = 6,41 (lebih besar) dibandingkan
dengan F-tabel = 2,76 pada taraf kepercayaan (α =
0.05%). Nilai dari kedua uji model ini cukup berarti
dan menunjukkan bahwa secara bersama-sama
(simultan) input yang digunakan memiliki pengaruh
yang nyata terhadap produksi (Y) ayam broiler.
Tingkat efisiensi produksi dilihat secara teknis
dan ekonomis. Kedua efisiensi ini saling berhubungan
satu sama lain karena dapat menunjukkan kombinasi
faktor produksi yang bisa memberikan tingkat produksi
optimum sehingga dapat menghasilkan keuntungan
maksimum pada suatu usaha. Apabila suatu faktor
produksi mencapai tingkat efisien secara teknis, belum
tentu faktor produksi tersebut efisien secara ekonomis.
Namun apabila faktor produksi efisien secara
ekonomis, sudah pasti faktor produksi akan efisien
secara teknis.
Efisiensi teknis dapat diketahui berdasarkan
nilai elastisitas produksi dari tiap-tiap variabel
57
independen dalam model fungsi produksi. Nilai
elastisitas produksi pada fungsi produksi Cobb-
Douglas dapat dilihat melalui nilai koefisien korelasi
masing-masing variabel yang merupakan faktor
produksi yang digunakan dalam penelitian. Nilai
elastisitas dari seluruh faktor produksi juga digunakan
untuk menunjukkan returns to scale atau skala usaha
pada peternakan.
Fungsi produksi Cobb-Douglas yang diperoleh :
Y = 2,396 + 0,691 X1 – 0,566 X2 + 0,379 X3 + 0,922
X4……(1)
Berdasarkan persamaan (1) maka jumlah
koefisien elastisitas X1, X2, X3 dan X4 adalah 1,42,
dapat diartikan bahwa setiap penambahan 100% faktor
produksi secara bersama-sama akan meningkatkan
produksi sebesar 142%. Hal ini menunjukkan bahwa
efisiensi skala produksi ayam broiler sudah berada di
kondisi efisiensi karena increasing return to scale (IRS)
atau berada pada tahap peningkatan produksi ayam
broiler. Namun, untuk faktor dari DOC berada pada
kondisi inefisiensi karena decreasing return to scale
58
(DRS) atau berada pada tahap penurunan produksi
ayam broiler.
3. Intensitas Penggunaan Input
Selama ini ada stigma yang menyatakan bahwa
pakan mengambil porsi sekitar 80% dari seluruh
komponen input dalam proses produksi. Barangkali
pernyataan tersebut ada benarnya, namun perlu
diketahui bahwa dalam produksi ayam broiler
disamping dibutuhkan pakan, juga input lain seperti
input bibit day old chick (DOC), luas lahan, dan tenaga
kerja yang tak kalah pentingnya. Secara teoritis input-
input tersebut bekerja secara simultan dalam
mempengaruhi produksi. Dalam analisis parsial,
intensitas penggunaan input diasumsikan bahwa semua
input menempati fungsi dan porsi masing-masing.
Untuk mengetahui sejauhmana intensitas penggunaan
input (Xi) pada usaha ternak ayam broiler dapat dilihat
pada Tabel
Tabel Intensitas Penggunaan Input Ayam
Broiler
Input Elastisitas t-
hitung
Sig. Intensitas
59
Pakan
(X1)
.691 1.727 .0123 Meningkat,
Produksi
Tahap III
DOC (X2) -.566 -.920 .366 Menurun,
Produksi
Tahap III
Luas
Lahan
(X3)
.379 1.089 .286 Meningkat,
Produksi
Tahap II
Tenaga
Kerja
(X4)
.922 4.196 .000 Meningkat,
Produksi
Tahap III
Total
Elastisitas
1,42 - - -
Berdasarkan Tabel 2 dapat dijelaskan bahwa :
a. Koefisien elastisitas pakan (X1) adalah 0,691,
nilai t-hitung 1,277< t- tabel 1,41 atau sig. 0,213
> alpha 0,05, tidak significant pada taraf 5 %,
setiap penambahan pakan 1 kg akan memberikan
kenaikan produksi 69,1 %. Kondisi ini dapat
diartikan bahwa penggunaan input pakan telah
berada pada kondisi increasing return to scale
(IRS) atau efisiensi.
60
b. Koefisien elastisitas DOC (X2) adalah -0,566,
nilai t-hitung -0,920< t-tabel 1,41 atau sig. 0,37>
0,05, tidak significant pada taraf 5 %, setiap
penambahan DOC 1 ekor akan memberikan
penurunan produksi 56,6,0%. Kondisi ini dapat
diartikan bahwa tidakdiperlukan penggunaan
input DOC karena telah berada pada kondisi
decreasing return to scale (DRS) atau inefisiensi.
c. Koefisien elastisitas luas lahan(X3) adalah 0,379
nilai t-hitung 1,089< t-tabel 1,41 atau sig 0,29>
0,05, tidaksignificant. Setiap penambahan luas
lahan 1 meter persegi akan memberikan
kenaikan produksi 37,9 %. Kondisi ini dapat
diartikan bahwa penggunaan input pakan telah
berada pada kondisi increasing return to scale
(IRS) atau efisiensi.
d. Koefisien elastisitas tenaga kerja (X4) adalah
0,922, nilai t-hitung 4,196> ttabel 1,41, sig
0,000< 0,05, significant pada taraf 5 %. Setiap
penambahan DOC 100 % akan memberikan
kenaikan produksi 4,7%. Kondisi ini dapat
diartikan bahwa penggunaan input pakan telah
61
berada pada kondisi increasing return to scale
(IRS) atau efisiensi.
Semua input yang digunakan dalam proses
produksi telah mengalami peningkatan, kecuali dari
faktor DOC yang membutuhkan penambahan populasi.
Pada kondisi seperti ini peternak sebaiknya melakukan
penambahan jumlah DOC. Artinya penambahan
dilakukan per input, sesuai dengan harga, urgensi
terhadap produksi, dan elastisitas dari input
bersangkutan. Jika tidak, maka peternak tidak akan
mengalami peningkatan. Secara grafis posisi elastisitas
parsial dari masing-masing input yang digunakan
dalam usaha ternak broiler dapat dilihat pada Grafik di
bawah ini :
62
Dari gambar di atas, secara berurut dimulai dari
input yang paling inefisiensi, dapat dijelaskan bahwa :
a. Tenaga Kerja (X4) dengan elastisitas 0.922
dapat dimaknai bahwa penambahan 100% input
tenaga kerja secara parsial akan menaikkan
produksi sebesar 92,2%. Artinya sangat efisien
dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang
akan berpengaruh pada peningkatan produksi.
Hal ini erat kaitannya dengan pengalaman dan
kemampuan peternak dalam mengelola
usahanya. Meskipun demikian, penulis ingin
menyarankan jika peternak benar-benar mau
melakukan penambahan, maka sebaiknya jumlah
penambahan tersebut tidak lebih dari nilai
elastisitas yang ada, yaitu sebesar 92,2% dari
jumlah input tenaga kerja yang digunakan
sebelumnya.
b. Pakan (X1) dengan elastisitas 0.691, dapat
dimaknai bahwa penambahan 100% input pakan
secara parsial hanya akan menaikkan produksi
sebesar 69,1%. Artinya cukup berpengaruh
dalam peningkatan produksi. Karena itu, untuk
melakukan peningkatan produksi atau efisiensi,
63
pilihan yang perlu dilakukan adalah dengan
melakukan penambahan. Jumlah penambahan,
tergantung dari perimbangan harga input dan
harga produk yang berlaku saat itu. Hal ini erat
kaitannya dengan pengalaman dan kemampuan
peternak dalam mengelola usahanya. Meskipun
demikian, penulis menyarankan jika peternak
benar-benar mau melakukan penambahan, maka
sebaiknya jumlah pengurangan tersebut tidak
lebih dari nilai elastisitas yang ada, yaitu sebesar
69,1% dari jumlah input pakan yang digunakan
sebelumnya.
c. Luas Lahan (X3) dengan elastisitas 0.379, dapat
dimaknai bahwa penambahan 100% input pakan
secara parsial hanya akan menaikkan produksi
sebesar 37,9 %. Alternatif yang harus dilakukan
adalah menambah jumlah input luas lahan yang
digunakan selama ini. Jumlahnya tergantung dari
perimbangan harga input dan harga produk yang
berlaku saat itu, dan terkait dengan pengalaman
dan kemampuan peternak dalam mengelola
usahanya. Jika peternak benar-benar mau
melakukan penambahan, maka sebaiknya jumlah
64
pengurangan tersebut tidak lebih dari nilai
elastisitas yang ada, yaitu sebesar 37,9% dari
jumlah input tenaga kerja yang digunakan
sebelumnya.
d. DOC (X2) dengan elastisitas -0,566, dimaknai
bahwa penambahan 100% input biaya kandang
secara parsial akan menaikkan produksi sebesar
56,6 %. Sangat diperlukan untuk menambahkan
jumlah input DOC yang digunakan selama ini.
Hal ini terkait dengan pengalaman dan
kemampuan peternak dalam melakukan
pertimbangan-pertimbangan pengelolaan
(Herdiyanto et al, 2011). Jika melakukan
penambahan pada input ini sebaiknya tidak lebih
dari nilai elastisitas yang ada, yaitu sebesar
56,6% dari jumlah input biaya kandang yang
digunakan sebelumnya.
Secara keseluruhan dapat dijelaskan bahwa
kondisi intensitas penggunaan keempat input di atas
sudah stabil, namun untuk mendapatkan peningkatan
jumlah produksi maka bisa dilakukan penambahan.
Jika jumlah penambahan input dilakukan sesuai dengan
elastisitasnya masing-masing, maka ada peluang
65
penambahan atau efisiensi sebesar 142%. Jumlah ini
diperoleh dari penjumlahan dari masing-masing
elastisitas input bersangkutan, yaitu 0.691 (X1); -0.566
(X2); 0.379 (X3) dan0.922 (X4).
Alternatif yang paling besar bagi peternak
adalah dengan cara menghemat input melalui efisiensi
teknik dan intensitas penggunaan input. Karena itu
pemaham efisiensi dan intensitas sangat diperlukan
(Azis, 2014). Pangsa pasar ayam broiler semakin
meluas, mulai dari rumah tangga, warung dan restoran,
sampai kepada hotel berbintang. Oleh karena itu,
keberadaan usaha peternakan ayam broiler semakin
diperlukan, khususnya yang berkaitan dengan efisiensi
pengolahan.
Implikasi hasil penelitian ini adalah bahwa para
peternak ayam broiler perlu memahami bahwa
keberadaan mereka sangat dibutuhkan, dimana jumlah
permintaan hampir melampaui jumlah produksi dari
ayam broiler. Meskipun penelitian ini tidak
menganalisis komponen biaya, harga, dan keuntungan,
namun besar kemungkinan bahwa keuntungan yang
akan diperoleh dari memelihara ayam broiler akan
sangat besar dengan semakin meningkatnya permintaan
66
dari masyarakat. Alasan ini didasarkan pada nilai
koefisien dan elastisitas DOC yang kurang sehingga
diperlukan adanya penambahan populasi.
67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kondisi
intensitas penggunaan keempat input di atas sudah stabil,
namun untuk mendapatkan peningkatan jumlah produksi
maka bisa dilakukan penambahan. Jika jumlah penambahan
input dilakukan sesuai dengan elastisitasnya masing-
masing, maka ada peluang penambahan atau efisiensi
sebesar 142%. Jumlah ini diperoleh dari penjumlahan dari
masing-masing elastisitas input bersangkutan, yaitu 0.691
(X1); -0.566 (X2); 0.379 (X3) dan0.922 (X4).
B. Saran
Agar tercapai efisiensi produksi usaha peternakan
ayam broiler, peternak harus menambah DOC, pakan dan
luas lahan, agar signifikan seperti pada input tenaga kerja.
68
DAFTAR PUSTAKA
Aboki, E., A.A.U, Jongur, dan J.I, Onu. 2013. Productivity and
Technical Efficiency of Family Poultry Production in
Kurmi local Government Area of Taraba State,
Nigeria. Journal of Agriculture and Sustainability 4(1):
52-66
Agus Yuniawan Isyanto, Faktor-Faktor Yang Berpengaruh
Terhadap Efisiensi Usaha Ayam Sentul Di Kabupaten
Ciamis. Sudrajat Fakultas Pertanian Universitas Galuh
Ciamis, 2016 Jurnal ISN 2460-4321
Ahmad Ridhani Anandra, Analisis Efisiensi Penggunaan
Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Ternak Ayam
Ras Pedaging Di Kabupaten Magelang. Skripsi:
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang,
2010
Bungin Burhan. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana Pranada Media Grup. 2008
69
Darmansyah.AN, Ketut Sukiyono dan Sri Sugiarti, Analisis
Efisiensi Teknis dan Faktor yang Mempengaruhi
Efisiensi Pada Usaha Tani Kubis di Desa Talang
Belitar Kecamatan Sindang Dataran Kabupaten
Rejang Lebong. Jurnal, ISSN: 1412-8837 AGRISEP
Vol. 12 No. 2 September 2013
Fadilah R. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah
Tropis. Depok: Agromedia Pustaka, 2004
Handari Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1987
Hartono, E.F., Hidayat, N.N., dan Roesdiyanto. 2013. Kinerja
Ekonomi Usaha Ayam Sentul di Kabupaten Ciamis.
Jurnal Ilmiah Peternakan, 1(3): 865-873.
Jaelani, A., Suslinawati, dan Maslan. 2013. Analisis Kelayakan
Usaha Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Tapin
Utara Kabupaten Tapin. Jurnal Ilmu Ternak, 13 (2):
42-48.
70
John W. Creswell.. Research Design: Qualitative, Quantitative
and Mixed Method Approach: Second Edition. USA:
Sage Publication. 1994
Kartadisastra, H. R. Pengelolaan Pakan Ayam. Yogyakarta:
Kanisius, 1994
Kusuma, A. K. 2005. Analisis Pendapatan dan Efisiensi
Penggunaan Faktor- faktor Produksi Peternak
Probiotik dan Non Probiotik pada Usahaternak Ayam
Ras Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan, Bogor:
Institut Pertanian Bogor, 2005
Muharlien, V.M., dan Nurgiartiningsih, A. 2015. Pemanfaatan
Limbah Daun Pepaya Dalam Bentuk Tepung dan Jus
Untuk Meningkatkan Performans Produksi Ayam Arab
. Research Journal of Life Science 02(01)
Mulyantini. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press,. 2010
71
Soekartawi. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan
Analisis Cobb Douglas. Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada. 2003.
Sudarto.. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja
Grafindo Persada. 1996
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods),
Bandung : Alfabeta, 2011
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R
dan D Cet. XIV; Bandung: Alfabeta, 2012.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2007
Suharsimi Arikunto, Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif dan R dan D Cet. XV; Jakarta: Rineka
Cipta, 2013
Suharsimi, Arikunto Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan
Praktik, Edisi Revisi VI, Jakarta : PT Rineka Cipta,
2006.
72
Witono Adiyoga. Beberapa Alternatif Pendekatan untuk
Mengukur Efisiensi dan Inefisiensi dalam Usahatani.
Jurnal Informatika Pertanian. 2009 Volume 8.
Yunus, R. Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam
Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Pola Mandiri di
Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Thesis. Program
Pascasarjana, Semarang: Universitas Diponegoro,
2003
ANGKET PENELITIAN
EFISIENSI USAHA PETERNAKAN AYAM
BROILER DI TANETE KECAMATAN BULUKUMPA
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
PETUNJUK
1. Jawablah Pertanyaan Yang Ada Dengan Jujur.
2. Isilah Biodata Anda Dengan Lengkap.
3. Atas Kesediaannya Mengisi Angket, Saya Ucapkan
Terima Kasih.
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda
(X) pada jawaban yang disediakan!
1. Umur ?
a. 0-35 tahun b. 35-50 tahun c. 50-85 tahun
2. Pengalaman beternak ?
a. 0-5 tahun b. 5-10 tahun c. 10-15 tahun
3. Pekerjaan ?
a. Petani ternak b. Pengusaha c. PNS
4. Pakan ?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d.
Jarang e. Tidak pernah
5. Doc ?
a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d.
Jarang e. Tidak pernah
6. Luas lahan ?
a. 150 m2 b. 300 m
2 c. 350 m
2
7. Tenaga kerja ?
a. 1-5 orang b. 5-10 orang c. 10-15 orang