repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · web view...

86
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan sebagai salah satu bagian dari pembangunan secara keseluruhan memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan masyarakat, salah satunya yaitu untuk konsumsi sehari- hari dan juga sebagai barang yang bernilai ekonomi, sosial, dan budaya. Sebagai produk komoditi konsumsi sehari-hari pembangunan peternakan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan akan protein hewani sedangkan komoditi yang bernilai ekonomi, sosial, dan budaya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani peternak secara khusus dan masyarakat. Pembangunan peternakan diarahkan untuk meningkatkan mutu hasil produksi, meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja serta memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat di pedesaan. Peternakan yang tangguh memerlukan kerja keras, keuletan dan kemampuan yang kuat dari peternak itu 1

Upload: others

Post on 27-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sub sektor peternakan sebagai salah satu bagian dari

pembangunan secara keseluruhan memberikan manfaat yang begitu besar bagi

kehidupan masyarakat, salah satunya yaitu untuk konsumsi sehari-hari dan juga

sebagai barang yang bernilai ekonomi, sosial, dan budaya. Sebagai produk

komoditi konsumsi sehari-hari pembangunan peternakan diharapkan dapat

memenuhi kebutuhan akan protein hewani sedangkan komoditi yang bernilai

ekonomi, sosial, dan budaya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani

peternak secara khusus dan masyarakat.

Pembangunan peternakan diarahkan untuk meningkatkan mutu hasil

produksi, meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja serta

memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat di pedesaan. Peternakan yang

tangguh memerlukan kerja keras, keuletan dan kemampuan yang kuat dari

peternak itu sendiri agar mencapai tujuan yang di inginkan. Keberhasilan yang

ingin dicapai akan memacuh motivasi peternak untuk terus berusaha memelihara

ternak sapi bali secara terus menerus dan bahkan bisa menjadi mata pencarian

utama.

Salah satu pusat produksi sapi di Sulawesi Selatan adalah kabupaten

Barru. Kabupaten Barru merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan

yang ditetapkan sebagai daerah pemurnian sapi Bali. Adapun besarnya

1

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

perkembangan populasi Sapi Bali setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Barru,

dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Populasi Ternak Sapi Bali Per Kecamatan di Kabupaten Barru Tahun 2011

NO Kecamatan Tahun 20111 Tanete Riaja 10183 ekor2 Pujananting 9421 ekor3 Tanete rilau 6446 ekor4 Barru 10061 ekor5 Soppeng riaja 5308 ekor6 Balusu 5000 ekor7 Mallusetasi 6382 ekor

Jumlah 53201 ekorSumber : BPS Kabupaten Barru, 2011

Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki

populasi terbesar adalah Kecamatan Tanete Riaja. sedangkan populasi yang paling

kecil berada pada Kecamatan Balusu. Salah satu faktor yang menyebabkan

sehingga populasi ternak sapi bali di Kecamatan Tanete Riaja menjadi besar,

yakni adanya luas wilayah yang cukup luas di bandingkan dengan kecamatan

lainnya yang ada di Kabupaten Barru, serta tingkat kepadatan penduduk yang

memelihara ternak sapi bali yang cukup besar.

Dalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete

Riaja, umumnya masih dikelola secara tradisional dan masih dalam skala rumah

tangga, dimana ternak dipelihara sendiri oleh keluarga tersebut dan masih banyak

dijadikan sebagai usaha sampingan, serta menjualnya sendiri ke pedagang

pengumpul. Tingkat kepemilikan ternak Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja

masih bervariasi yakni 1-5 ekor, ada yang memiliki ternak 6-10 ekor serta yang

paling besar tingkat kepemilikannya Sapi Bali adalah 11-13 ekor.

2

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Setiap usaha yang dilakukan dapat memberikan hasil berupa pendapatan

atau keuntungan yang maksimal bagi peternak atau pemilik usaha. Hal ini pula

yang diharapkan oleh peternak Sapi Bali yang ada di Kecamatan Tanete Riaja.

Namun peternak Sapi Bali tidak memperhatikan biaya yang dikeluarkan untuk

pemeliharaan ternak termasuk pakan rumput. Sehingga tidak bisa menentukan

keuntungan atau pendapatan yang diperoleh.

Harga jual merupakan salah satu penentu besarnya keuntungan yang akan

diterima. Namun, penentu harga sangat ditentukan banyak faktor seperti, jumlah

permintaan, biaya produksi, lokasi serta karakteristik ternak itu sendiri. Harga

adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari

bahan beserta pelayananya. Dengan kata lain harga merupakan sejumlah uang

untuk memperoleh suatu produk dengan cara melakukan pertukaran (Swastha,

1997). Berdasarkan teori yang dikemukakan tersebut seharusnya pada lokasi yang

sama dan karakteristik ternak yang sama memiliki harga yang sama pula, namun

yang terjadi adalah harga taksir terkadang berbeda-beda pada lokasi dan

karakteristik ternak yang sama.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka diadakan penelitian

mengenai faktor-faktor penentu harga jual ternak Sapi Bali pada tingkat petani-

peternak di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

3

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dirumuskan sejauh mana

performance eksterior (lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak) sebagai

penentu harga jual sapi Bali pada tingkat petani-peternak di Desa Kading,

Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

faktor penentu harga jual ternak sapi Bali pada tingkat petani peternak di

Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain :

1. Sebagai informasi awal bagi peneliti lain yang berkaitan dengan penetu harga

jual sapi bali.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dalam rangka penetapan harga jual

sapi bali.

3. Sebagai dasar penentu harga jual sapi bali baik di petani maupun masyarakat

yang membeli sapi bali.

4

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sapi Bali Secara Umum

Sapi Bali Indonesia dikategorikan sebagai sapi dwiguna, yaitu tipe

campuran pendaging dan tipe kerja. Diantara bangsa-bangsa sapi di Indonesia,

sapi Bali, sapi Madura dan sapi Sumba Ongole yang lebih mendekati tipe

pendaging. Dewasa ini telah banyak pencapuran antara sapi local dan sapi import

yang diarahkan pertambahan berat menjadi tipe pendaging ini dengan program IB

keseluruhan pelosok tanah air. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan keaslian

sapi-sapi lokal agar tetap eksis sepanjang zaman (Sugeng. 2008).

Sapi Bali adalah keturunan sapi liar yang disebut Banteng (Bos Sondaicus

atau Bos bibos), yang telah mengalami proses domestikasi. Lokasi penyebarannya

saat ini telah meluas hamper keseluruh wilayah Indonesia, konsentrasi sapi Bali

terbesar adalah Sulawesi, NTB, dan NTT (Guntoro, 2002).

Menurut Sugeng (2002), cirri-ciri yang dimiliki sapi Bali adalah sebagai

berikut :

1. Bentuk tubuh menyerupai banteng dengan ukuran yang lebih kecil,

dadanya dalam dan badannya padat.

2. Warna hulu pada pedet sawo matang atau merah bata, setelah dewasa

warna bulu betinanya tetap merah bata, sedangkan pada jantan kehitam-

hitaman. Dibagian keempat kakinya dan pantatnya terdapat warna putih.

3. Kepala agak pendek, dahi diatas, tanduk pada jantan tumbuh agak ke

bagian luar kepala, sedangkan betina agak kedalam

5

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

4. Tinggi badan sapi dewasa 130 cm dengan berat badan rata-rata sapi jantan

250 kg, sedangkan betina 300-400 kg

Sapi Bali termasuk sapi unggulan reproduksi tinggi, bobot karkas yang

tinggi, mudah digemukkan dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru,

sehingga dikenal sebagai sapi perintis. Sebagai sapi asli yang potensi

reproduksinya lebih baik disbanding sapi lainnya maka upaya pengembangan

terus ditingkatkan guna dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Menurut Guntoro (1998), penelitian sapi Bali umumnya menggunakan tiga

system, yaitu system Intensif, Semi Intensif dan Ekstensif.

1. Sistem Pemeliharaan Secara Intensif

Sistem ini biasanya dilakukan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk

penggemukan sapi. Sapi Balu yang dipelihara secara Intensif disediakan

kandang yang memadai dan sanitasi serta pemeriksaan kesehatan sapi

dilakukan secar kontinyu.

2. Sistem Pemeliharaan Secara Semi Intensif

Pada sistem ini, sapi yang dipelihara diikat dibawah pohon yang rimbung

dan diberi pakan secara kontinyu. Sapi sepenuhnya dibawah pengawasan

oleh peternak, terutama dalam hal sanitasi kandang/lingkungan, pakan dan

obat-obatan.

3. Sistem Pemeliharaan Secara Ekstensif

Pemeliharaan sapi dilakukan dengan cara di gembalakan di padang

pengembalaan. Sapi yang dipelihara dikandangkan pada kandang yang

6

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

sangat sederhana, berpagar, beratap pelepah daun lontar dan berlantai

tanah.

Sapi Bali memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan bangsa

sapi lainnya. Namun, sapi Bali juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun

keunggulan dari Sapi Bali terletak pada daya adaptasi yang baik terhadap

lingkungan, tingkat fertilitasnya tinggi, dan produksi karkasnya tinggi. Sedangkan

kelemahan-kelemahan yang menonjol pada sapi Bali antara lain, birahi setelah

melahirkan panjang, interval baranak panjang, serta rentan terhadap beberapa

jenis penyakit.

Ternak sapi bermanfaat lebih luas dan bernilai ekonomis lebih besar

dari pada ternak lain. Usaha ternak sapi merupakan usaha yang lebih tinggi

menarik sehingga mudah merangsang perumbuhan usaha. Sebaliknya hewan

ternak yang nilai kemanfaatan dan ekonominya rendah pasti akan mudah terdesak

mundur dengan sendirinya. Hal ini biasa dibuktikan perkembangan ternak sapi di

Indonesia lebih maju dari pada ternak besar ataupun kecil seperti kerbau, babi,

domba, dan kambing.

Contoh dibawah memperlihatkan kemanfaatan sapi yang luas dan nilai

ekonominya tinggi :

Mutu dan harga daging atau kulit menduduki peringkat atas bila

dibandingkan daging atau kulit kerbau, apalagi kuda

Sapi merupakan salah satu sumber budaya masyarakat, misalnya sapi

untuk keperluan sesaji, sebagai ternak karapan di Madura, dan sebagai

ukuran martabat manusia dalam masyarakat (social standing).

7

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Sapi sebagai tabungan bagi masyarakat di desa-desa

Memberikan kesempatan kerja, banyak usaha ternak sapi di Indonesia

yang bias dan mampu menampung tenaga kerja cukup banyak sehingga

biasa menghidupi banyak keluarga ( Sugeng, 1993).

Rantai tataniaga Sapi Bali di Indonesia termasuk Bali sesungguhnya

cukup panjang, namun di mata para peternak rantai-rantai tataniaga tersebut

hanyalah sederhan, para peternak tradisional umumnya menjual sapi dalam

bentuk hidup kepada para pedagang pengumpul yang datang kelokasi peternakan.

Pada cara pemesaran seperti ini, penetuan berat badan sapi dilakukan dengan

sistem periklanan sehingga hasilnya kurang akurat (Guntoro, 2002).

2.2 Arti Ekonomi Ternak Sapi Bali

Peluang usaha dan pemasaran produk-produk agribisnis dapat dilihat sisi,

yaitu : dari sisi permintaan (demannd side) dalam agribisnis dimasa mndatang

akan sangat besar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Miningkatkan

jumlah penduduk dan pendapatan per kapita akan menjadi faktor yang

menyebabkan meningkatnya permintaan produk agribisnis. Sedangakan dari sisi

penawaran (supply side) tersedianya lahan dan tenaga kerja yang cukup besar,

tersedianya sumber daya hasil pertanian akan peluang dalam memanfaatkan

peningkatan permintaan pasar (Saragih, 2001).

Kebutuhan akan konsumsi daging setiap tahun selalu meningkat.

Sementara ini pemerintah akan kebutuhan selalu negative, artinya jumlah

permintaan lebih tinggi dari pada produksi daging. Menurut kebijakan

pemerintah, sub-sektor peternakan Sapi Bali sebagai salah satu usaha perlu terus

8

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

dikembangkan. Terutama usaha peternakan Sapi Bali yang bersifat usaha kerja.

Bantuan pemerintah dalam mendukung pembangunan ternak sapi antara lain

adalah bantuan dan fasilitas, seperti kredit penggemukan sapi, kredit pembibitan

sapi, penerapan system kontrak lewat pengembangan Sapi Bali bantuan proyek

kredit pedesaan (Murtidjo, 1992).

Saragih (2001), menyatakan bahwa usaha dikatakan berpeluang unutk

dikembangkan (prospektif) apabila memenuhi beberapa kriteria-kriteria antara

lain :

1. Layak diusahakan secara ekonomis

2. Permintaan produk cukup besar

3. Sarana dan Prasarana yang cukup tersedia atau mendukung

4. Kondisi daerah yang mendukung untuk yang dimaksud

5. Ketersediaan bahan baku

6. Dukungan masyarakat setempat (mata pencaharian)

7. Areal lahan yang masih luas serta dukungan pemerintah setempat

(kebijakan-kebijakan yang cukup mendukung)

Usaha pemerintah di Indonesia terdiri dari usaha peternakan rakyat dan

perusahaan peternakan. Kondisi dewasa ini memberikan bahwa lebih dari 99%

usaha budi daya ternak sapi menurut Usaha Rumah Tangga, menggunakan

teknologi sederhana sehingga produktifitas rendah dan mutu produk kurang

terjamin, bersifat padat karya dan berbasis organisasi kekeluargaan, posisi yang

lemah dan peka terhadap perubahan. Maka dari itu, pengembangannya diperlukan

9

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

intervensi modal, teknologi percepatan pasar dan system kelembagaan (Azis,

1993).

Tingkat konsumsi protein hewani penduduk Indonesia baru mencapai 4,19

gram/hari. Itu berarti bahwa tingkat protein hewani di negeri ini baru 69,8% dari

norma gizi minimal sebesar 6 gram/kapital/hari. Tingkat konsumsi sesuai normal

gizi itu bisa disetarakan dengan konsumsi daging sebanyak 10,1 kg, telur 3,5 kg

dan susu 6,4 kg/kapital/tahun. (Abidin, 2002 : 2).

Selanjutnya dikatakan bahwa program pembangunan peternakan

merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai

strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang semakin meningkat, sebagai

konsekuensi atas pertambahan jumlah penduduk Indonesia. Perkembangan pola

konsumsi menyebabkan arah kebijakan pembangunan sektor pertanian berubah.

Pada awalnya kemerdekaan, pembangunan pertanian lebih diarahkan untuk

mencukupi kebutuhan karbohidrat. Saat ini, ketika pendapatan perkapital rakyat

Indonesia kian meningkat, kebijakan mulai bergeser untuk memenuhi kebutuhan

protein.

Kebutuhan akan komsumsi daging setiap tahun selalu meningkat

khususnya pada hari raya tertentu. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan

selalu negatif, artinya jumlah permintaan lebih tinggi dari pada produksi daging.

Menurut kebijakan pemerintah, sub-sektor peternakan sapi Bali sebagai salah satu

usaha perlu dikembangkan, terutama usaha peternakan sapi Bali yang bersifat

usaha kerja.(Mubyarto, 1995).

10

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

2.3 Penentu Harga Ternak Sapi Bali

Basuki, (1996 : 32) menyatakan bahwa harga adalah suatu tingkat

kemampuan sesuatu barang untuk ditukar dengan barang, harga merupakan

ukuran nilai dari barang dan jasa. Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan

untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya.

Harga jual ditetapkan oleh pembeli dan penjual dalam suatu proses tawar

menawar, penjualan akan meminta harga jual yang lebih tinggi diharapkan akan

diterima, sedangkan pembeli akan menawar lebih rendah dari yang diharapkan

akan dibayarnya dengan tawar menawar dan mereka akan sampai pada suatu

kesepakatan tentang harga (Kotler, 1992 : 49).

Hubungan antara permintaan dengan harga jual biasanya berbanding

terbalik yaitu makin tinggi harga makin kecil jumlah permintaan demikian pula

sebaliknya. Namun demikian terkadang pula kurva permintaan bergerak searah

dimana semakin tinggi permintaan maka semakin tinggi pula harga (Kotler, 1990 :

33).

Penetapan harga telah memiliki fungsi yang sangat luas di dalam program

pemasaran. Menetapkan harga berarti bagaimana mempertautkan produk kita

dengan aspirasi sasaran pasar, yang berarti pula harus mempelajari kebutuhan,

keinginan, dan harapan konsumen. Berbicara harga berarti bicara tentang citra

kualitas dan seberapa tinggi ekslusifitasnya. Tinggi rendahnya harga sangat

berpengaruh terhadap persepsi kualitas, sehingga ikut menentukan citra terhadap

sebuah merek atau produk. Dalam persepsi konsumen sering berlaku logika

bahwa harga yang mahal berarti kualitas bagus dan harga yang murah berarti

11

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

kualitasnya kurang. Pada tingkat tertentu menetapkan harga berarti juga berbicara

mengenai ekslusifitas. Walaupun harus mempertimbangkan berbagai faktor lain

terkait, secara kasar dapat dikatakan bahwa makin tinggi harga yang ditetapkan

secara relatif terhadap kompetitor, makin eksklusif pula konsumen sasarannya.

Seolah seperti piramida. Makin ke puncak makin kecil, makin tinggi harga yang

ditetapkan makin sedikit konsumen yang disasar (Anonim, 2010).

Penetapan harga juga berbicara mengenai variasi produk. Jika produknya

bervariasi tetapi ditetapkan dengan harga yang sama maka persepsi yang muncul

adalah kesamaan kualitas sebagai cerminan variasi produk secara horisontal. Juga

dapat dipakai untuk menjelaskan variasi produk secara vertikal dengan kualitas

yang bertingkat. Misalnya, pada maskapai penerbangan terdapat pembedaan

layanan kualitas layanan untuk kelas ekonomi, bisnis, dan first class dengan

tingkat harga yang berbeda (Lukman, 2004).

Selanjutnya dikatakan petani peternak senantiasa diharapkan pada masalah

ketidak pastian besarnya pendapatan usaha tani yang diperoleh, keadaan ini

membuat mereka menjual ternaknya bukan saat yang tepat, tetapi kadang-kadang

dijual cepat sehingga potensi genetiknya belum maksimum atau dijual terlalu

lambat sehingga tambahan pengorbanan tidak seimbang dengan tambahan

penghasilan.

Dengan fungsinya yang amat luas ini, perlu pendekatan harga yang

bersifat strategis yang tertuang dalam konsep power pricing. Power pricing pada

intinya adalah bagaimana mengelola harga sebagai suatu elemen strategis dalam

mendukung strategic positioning yang telah dirumuskan, dan tentunya dapat

12

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

mendukung pula tujuan bisnis secara keseluruhan.  Pengelolaan harga ini tentu tak

lepas dari pricing objectives yang cukup beragam, mulai sebagai sarana

pertumbuhan untuk menggapai profit, memperoleh revenue, image shifting, dan

memantapkan produk baru. Penentuan pricing objective ini berada dalam

kerangka strategis yang lebih luas, corporate strategy maupun marketing strategy

(Anonim, 2010).

2.4 Dimensi Tubuh

Parameter tubuh adalah nilai-nilai yang dapat diukur dari bagian tubuh

ternak termasuk ukuran-ukuran yang dapat dilihat pada permukaan tubuh sapi,

antara lain ukuran kepala, tinggi, panjang, lebar, dalam dan lingkar dada

(Natasasmita dan Mudikdjo, 1979). Indicator penilaian produkstifitas ternak dapat

dilihat berdasarkan parameter tubuh ternak tersebut. Parameter tubuh yang sering

dipergukan dalam menilai produktifitas antara lain tinggi badan, lingkar dada dan

panjang badan. Bobot badan juga merupakan indicator penilaian produktifitas dan

keberhasilan manajemen peternakan (Blakely dan Bade, 1991).

Berat badan ternak sapi pedaging umumnya mempunyai hubungan positif

dengan beberapa bagian ukuran tubuh. Menurut Lukman (2004) bahwa setiap

penambahan ukuran 1 cm ukuran panjang badan akan menyebabkan pertambahan

berat badan untuk sapi Bali betina sebesar 4,14 kg dan untuk sapi Bali jantan

sebesar 4,36 kg.

Santosa (2002) menyatakan cara pengukuran lingkar dada, panjang

badan , panjang badan dan tinggi pundak pada ternak sapi adalah sebagai berikut:

13

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

1. Lingkar dada : diukur dengan pita meter melingkar dada sapi tepat di belakang

kaki depan.

2. Panjang badan : diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku (humerus)

sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii).

3. Tinggi pundak : diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi puncak.

Menurut Wibisono (2010) Ukuran tubuh sapi Bali ternyata sangat

dipengaruhi oleh tempat hidupnya yang berkaitan dengan manajemen

pemeliharaan di daerah pengembangan. Sebagai gambaran umum ukuran tubuh

diperoleh data sbb:

Tinggi gumba Jantan : 122-126 cm.

Tinggi gumba Betina : 105-114 cm.

Panjang badan Jantan : 125-142 cm.

Panjang badan Betina : 117-118 cm.

Lingkar dada Jantan : 180-185 cm.

Lingkar dada Betina : 158-160 cm

Tinggi panggul : 122 cm

Lebar dada: 44 cm

Dalam dada: 66 cm.

Lebar panggul : 37 cm

Berat sapi jantan : 450 kg.

Berat Sapi Betinanya: 300 – 400 kg

14

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Ukuran minimum vital statistik bibit sapi Bali (Hidayat, 2010):

Ukuran menurut jenis kelamin Muda DewasaJantanPanjang badan 127 cm 134 cmTinggi gumba 112 cm 126 cmLingkar dada 185 cm 193Umur 2-3,5 tahun maks 8 tahunBetinaPanjang badan 116 cm 120 cmTinggi gumba 105 cm 115 cmLingkar dada 162 cm 115 cmUmur 2,35 tahun maks 8 tahun

Sumber : Buku saku peternakan Direktorat Penyuluhan Peternakan, 1975

Hipotesa

Ha = Diduga bahwa faktor lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak

berpengaruh signifikan sebagai penentu harga jual ternak Sapi Bali oleh petani-

peternak di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Ho = Diduga bahwa faktor lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak tidak

berpengaruh signifikan sebagai penentu harga jual ternak Sapi Bali oleh petani-

peternak di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

15

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yaitu mulai bulan Maret sampai

April 2012, bertempat di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten

Barru. Dipilih tempat ini karena merupakan kecamatan yang mempunyai populasi

terbanyak, yaitu sebesar 10.183 ekor.

3.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah eksplanasi, karena pada penelitian ini akan melihat

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, dalam hal ini melihat

pengaruh variable lingkar dada, panjang badan, tinggi pundak, terhadap penentu

harga jual Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peternak sapi Bali yang ada di

Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru yaitu sebanyak 96

peternak. Adapun sampel dalam penelitian ini sebanyak 49 peternak. Penentuan

jumlah sampel tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam

Umar (2003 : 78) sebagai berikut :

N n = ---------- 1 + N (e)2

Di mana

n = Jumlah Sampel

N= Jumlah Populasi

e = Tingkat Kelonggaran (10%)

16

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Sehingga di peroleh jumlah sampel :

96 n= ------------------ 1 + 96 (0,1)2

n= 48,9 = 49 peternak

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pegumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu dengan

melakukan wawancara langsung dengan responden serta mengukur langsung

lingkar dada, panjang badan dan tinggi pundak pada ternak yang siap dijual.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan bantuan catatan-catatan kecil.

3.5 Jenis Dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kuantitatif

yaitu data yang berbentuk bilangan, ada pun sumber data yang di gunakan adalah :

1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

responden.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari Dinas Peternakan berupa data

populasi ternak sapi potong, data program-program pengembangan ternak dan

data yang diambil dari Badan Pusat Statistik berupa jumlah penduduk, letak

geografis, keadaan penduduk dan instansi yang terkait dengan penelitian ini.

3.6 Analisis Data

17

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Untuk mengetahui faktor-faktor penentu harga jual ternak Sapi Bali pada

tingkat petani-peternak di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten

Barru maka digunakan :

Analisa regresi linear berganda (Sungiono 1995 : 250)

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ b5X5 + e

Dimana :

Y = harga jual (Rp/ekor)

bo = intercept

X1 = lingkar dada (cm)

X2= panjang badan (cm)

X3 = Tinggi pundak (cm)

b1 b2 dan b3 = koefisien regresi variable X1,X2, dan X3

e = kesalahan pengganggu

Untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama lingkar dada (X

panjang badan (X2), dan tinggi pundak (X3) terhadap harga ternak yang dijual (Y)

digunakan uji F pada taraf kepercayaan 95 %.Untuk mengetahui pengaruh secara

individu (parsial) variabel lingkar dada (X1) panjang badan (X2), dan tinggi

pundak (X3) terhadap harga ternak yang dijual (Y) digunakan uji t.

3.7 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini variable jumlah ternak yang diteliti tidak dimasukkan

dalam penelitian karena pembelian lebih dari satu ekor yang dihargai akan

mengaburkan harga beli per ekor yang dihargakan berhubungan dengan ukuran-

ukuran badan atau performance ekserior dari setiap ekor sapi bali yang terjual.

18

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Jadi dalam penelitian ini kami hanya mendekteksi pengaruh performance

eksterior terhadap nilai transaksi yang terjadi antara peternak dan konsumen

ataupun dengan pedagang pengumpul yang melakukan pembelian hanya satu ekor

per transaksi, dan tidak memasukkan pembelian atau transaksi lebih dari satu

ekor.

3.8 Konsep Operasional

19

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

1. Sapi Bali (Bos sondaicus) adalah sapi Bali pemeliharaan Desa Kading yang

bersedia dijual pada saat penelitian berlangsung.

2. Peternak adalah orang yang membudidayakan ternak sapi Bali di Desa

Kading.

3. Harga ternak sapi bali adalah harga jual yang diharapkan oleh petani peternak

sapi Bali di Desa Kading (Sesuai taksiran peternak)

4. lingkar dada merupakan hasil ukur dengan melilitkan pita keliling rongga dada

belakang kaki depan, tepatnya pada bagian rusuk ke-lima (Os costa).

5. Pengukuran panjang badan (cm) menggunakan tongkat ukur mulai dari

benjolan siku depan (Tuber humerus pada Os humerus) sampai benjolan

tulang tapis (tuber ischiadicum pada Os coxa).

6. Pengukuran tinggi pundak (cm) menggunakan tongkat ukur mulai dari titik

tertinggi pundak (Os vertebrae thoracalis III) ke tanah.

BAB IVGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

20

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

4.1 Keadaan Geografis dan Demografis

4.1.1 Keadaan Geografis

Desa Kading adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Tanete

Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Seatan. Secara geografis Desa Kading diapit

oleh empat desa yaitu:

1. Sebelah Barat : Desa Lompo Tengah

2. Sebelah Utara : Desa Anabanua (Kecamatan Barru)

3. Sebelah Timur : Kelurahan Lompo Riaja

4. Sebelah selatan : Desa Mattirowalie

Desa Kading mempunyai luas wilayah 22,69 km2 yang terbagi ke dalam 5

Dusun yaitu:

1. Dusun Pasar Baru terbagi atas 4 RT

2. Dusun Bunne terbagi atas 4 RT

3. Dusun Rumpiae terbagi atas 3 RT

4. Dusun Umoungnge terbagi atas 2 RT

5. Dusun Tokkene terbagi atas 2 RT

4.1.2 Keadaan Demografis

a. Komposisi Penduduk

Pada tahun 2010 jumlah Penduduk yang diperoleh dari kantor desa Kading

adalah 3481 jiwaa dengan jumlah kepala keluarga sekitar 988 KK yang terdiri atas

1711 jiwa laki-laki dan 1773 jiwa perempuan. Persebaran penduduk yang tidak

21

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

merata pada setiap Dusun yang dipengaruhi oleh keadaan geografis masing-

masing.

b. Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Desa Kading cukup beragam. Sebagian besar

angkatan kerja terserap dibidang pertanian dan peternakan. Hal ini disebabkan

luasnya lahan yang tersedia untuk digarap dan lahan yang relative subur dan

dijadikan sebagian lahan pertanian. Sebagian kecil merupakan pedagang, pegawai

negeri sipil dan wiraswasta.

4.1.3 Keadaan Sosial Budaya dan Kearifan Lokal

Sebagian besar pemukiman penduduk di Desa Kading menggunakan

bahan bangunan dari bahan papan/kayu. Pola penataan pemukiman yang teratur

membentang disepanjang jalan poros Pekkae- Soppeng. Fasilitas umum seperti

jalan raya bagus untuk 3 dusun yakni dusun Bunne, dusun Pasar Baru dan Dusun

Rumpiae, namun masih terdapat dua dusun yakni Dusun Umpungnge dan Dusun

Tokkene yang sangat membutuhkan akses fasilitas jalan raya dan listrik.

Penduduk Desa Kading sebagian besar merupakan suku bugis, dengan

kata lain bahwa penduduk desa kading sangat homogeny. Adat istiadat dan

kebudayaan serta kearifan local yang masih dijalankan oleh setiap warga

memberikan dampak secara langsung terhadap hubungan kekeluargaan yang

sangat harmonis.

Salah satu kearifan lokal dapat dilihat dalam kegiatan keagamaan seperti

selalu mengadakan dzikir bersama setelah melakukan sholat wajib dan berjamaah

22

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

di mesjid. Hal seperti ini yang sekarang sudah jarang kita jumpai terlebih lagi di

masyarakat perkotaan. Selain itu dapat juga dilihat sangat antusisasnya

masyarakat dalam ikut serta menjalankan acara acara yang diselenggarkan oleh

suatu masyarakat atau warga. Salah satunya acara pernikahan. Dimana, tanpa

menggunakan undangan atau memanggil warga untuk membantu atau bergabung

dalam acara tersebut. Namun di desa ini, walaupun tanpa panggilan dan

undangan, mereka datang untuk membantu warga yang sedang melaksanakan

acara tersebut.

Dibidang kepercayaan, mayoritas penduduk desa Kading memeluk agama

islam. Kehidupan beragama didesa ini tergolong kental dengan banyaknya

ditemukan rumah-rumah penduduk yang berfungsi sebagai tempat pendidikan

pengajian Al Quran.

Untuk bidang pendidikan, desa kading memiliki 3 Taman Kanak-Kanak

dan 4 sekolah Dasar yang berada hamper disetiap dusun. Sedangkan untuk

Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas masih belum ada.

BAB VKEADAAN UMUM RESPONDEN

23

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

5.1 Keadaan Umum Responden

5.1.1 Umur Responden

Sumber daya manusia adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan

suatu usaha dimana termasuk dalam hal ini umur seseorang. Umur seorang

peternak berpengaruh terhadap kerja, sebab umur erat kaitannya dengan

kemampuan kerja serta pola pikir dalam menentukan corak dan bentuk serta pola

manajemen yang diterapkan dalam usaha. Berdasarkan hal inilah, maka peranan

tingkatan umur bagi peternak tidak dapat diabaikan. Klasifikasi umur responden

peternak sapi bali di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Umur Peternak Sapi di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Umur (Tahun) Frekuensi (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.6.

25 - 29,5629,57 – 34,1234,13 – 38,6838, 67 – 43,2443,24 – 47,8047,81 – 55

71013586

14,2820,4026,5310,2016,3212,24

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Dalam Tabel 2 nampak bahwa umumnya responden masih tergolong usia

produktif, yaitu antara 25 tahun sampai dengan 55 tahun. Adapun jumlah tertinggi

adalah responden dengan tingkat umur 34,13 sampai dengan 38,64 tahun yaitu

sebanyak 13 orang atau 26,53 % dan terendah dengan responden dengan tingkat

umur yaitu 38,67 tahun sampai dengan 43,28 tahun yaitu sebanyak 5 orang atau

24

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

10,20 % . Dengan melihat komposisi tersebut maka dapat dikatakan bahwa

sebagian besar responden berada dalam usia produktif.

5.1.2 Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, jenis kelamin reponden yaitu

peternak sapi bali di Desa Kading Kecamatan, Tanete Riaja, Kabupaten Barru

dapat dilihat pada Tabel 3 :

Tabel 3. Jenis Kelamin Peternak Sapi di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)1.2.

LakilakiPerempuan

49-

1000

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa semua responden berjenis kelamin

lakilaki, hal ini dikarenakan kaum lelaki memang bekerja untuk menafkahi

keluarga sedangkan perempuan hanya mengurus anak, pekerjaan rumah tangga,

dan terkadang turut membantu suami bekerja diladang pertanian.

5.1.3 Tingkat Pendidikan

Indikator lain yang dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan suatu

usaha peternakan adalah tingkat pendidikan. Perbedaan tingkat pendidikan akan

menyebabkan pula perbedaan cara dan pola pikir peternak dalam mengadopsi

berbagai inovasi dan teknologi yang dapat meningkatkan produktifitas dan

efisiensi usaha. Tingkat pendidikan adalah strata pendidikan formal tertinggi yang

berhasil dicapai oleh peternak sampai pada saat penelitian dilakukan. Klasifikasi

25

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

responden berdasarkan kategori tingkat pendidikan formal dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Peternak Sapi di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Tingkat Pendidikan Frekuensi (Orang) Persentase (%)1.2.3.4.5.

Tidak SekolahSD/SederajatSMP/SederajatSMA/SederajatS1

31811112

6,1236,7322,4422,444,08

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa sebagian besar responden memiliki

tingkat pendidikan SD/Sederajat. Dengan demikian jika mengacu pada program

pendidikan pemerintah yakni Wajib Belajar 9 Tahun, maka dapat dikatakan

bahwa tingkat pendidikan sebagian besar responden masih tergolong rendah, hal

ini di sebabkan kurangnya fasilitas pendidikan yang ada di Desa Kading.

5.1.4 Jumlah Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga dalam suatu rumah tangga adalah tanggungan

keluarga yang terdiri dari kepala rumah tangga, istri dan anak serta anggota

keluarga lainnya yang menjadi tanggungan dari kepala keluarga.

Anggota keluarga sebagai tanggungan merupakan salah satu modal tenaga

kerja, sebab mereka akan ikut mengelola usaha peternakan. Hal ini sejalan karena

pada umumnya tenaga kerja yang terlibat langsung dalam pemeliharaan ternak

sapi bali berasal dari anggota keluarga itu sendiri. Jumlah tanggungan keluarga

26

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

peternak sapi bali di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Sapi Bali di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Jumlah Tanggungan Keluarga (orang)

Frekuensi Persentase (%)

1.2.3.4.

1 – 23 – 45 – 67 – 8

112792

22,4455,1018,364,08

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki jumlah

tanggungan keluarga yang paling banyak adalah antara 3 orang sampai dengan 4

orang, yakni sebanyak 27 orang dengan persentase 55,10%, sedangkan yang

paling sedikit adalah responden dengan jumlah tanggungan keluarga antara 7 - 8

orang sebanyak 2 orang dengan persentase 4,08%.

5.1.5 Pengalaman Beternak

Pengalaman beternak adalah lamanya seseorang menggeluti usaha

peternakan yang dinyatakan dalam tahun. Pengalaman beternak ini merupakan

salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha peternak, sebab semakin lama

peternak mengelola usaha peternakannya maka semakin banyak pula mengetahui

dan mengenal hal-hal yang berkaitan dengan usaha peternakan. Dengan demikian

tingkat keberhasilan dapat semakin besar karena pengalaman adalah guru yang

paling baik. Pengalaman beternak peternak sapi bali di Desa Kading, Kecamatan

Tanete Riaja, Kabupaten Barru dapat dilihat pada Tabel 6.

27

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Tabel 6. Pengalaman Beternak Peternak Sapi Bali di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Pengalaman Beternak (Tahun)

Frekuensi (Orang) Persentase (%)

1.2.3.4.5.6.

3 – 5,125,13 – 7,247,25 – 9,369,37 – 11,4811,49 – 13,6013,61 – 17,00

10291378

26,404,0818,3626,5314,2816,32

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Dalam Tabel 6 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki

pengalaman dalam beternak yang cukup lama yakni antara 9,37 – 11,48 tahun

yaitu sebanyak 13 orang atau 26,53 % dan paling sedikit adalah pengalaman

beternak 5,13 – 7,24 tahun yaitu sebanyak 2 orang dengan persentase 4,08%.

28

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

BAB VIHASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Lingkar Dada

Lingkar dada diukur dengan pita meter melingkar dada sapi tepat di

belakang kaki depan. Dari hasil penelitian maka didapatkan ukuran lingkar dada

sapi bali di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru dapat dilihat

pada Tabel 7.

Tabel 7 . Lingkar Dada Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Lingkar dada Frekuensi (ekor) Persentase (%)1.2.3.4.5.6.

128 – 134135 – 140141 – 146147 – 152153 – 169160 - 167

49121392

8,1638,3824,4826,5618,374,08

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa lingkar dada berada pada 128

cm dan tertinggi di 167 cm, lingkar dada yang paling dominan berada pada 147 –

152 cm sebanyak 13 orang dengan persentase sebesar 26,56%, sedangkan lingkar

dada dengan frekuensi paling rendah berada di 160 – 167 cm sebanyak 2 orang

dengan persentase 4,08%. Sesuai dengan pendapat Wibisono (2010) menyatakan

bahwa lingkar dada sapi untuk Jantan berkisar antara 180-185 cm dan Lingkar

dada Betina berkisar antara 158-160 cm

29

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

6.2 Panjang Badan

Panjang badan diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku

(humerus) sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii). Dari hasil penelitian maka

didapatkan ukuran panjang badan sapi bali di Desa Kading, Kecamatan Tanete

Riaja, Kabupaten Barru dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 . Panjang Badan Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Ukuran Panjang Badan Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.5.6.

64 – 72,3672,4 – 80,7280,73 – 89,0889,09 – 97,4497,45 – 105,8105,9 – 119

2-512237

4,08-

10,2024,4846,9314,28

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 8 menunjukkan bahwa panjang badan berada pada 64

cm dan tertinggi di 119 cm, panjang badan yang paling dominan berada pada

97,45 – 105,8 cm sebanyak 23 orang dengan persentase sebesar 46,93%,

sedangkan panjang badan dengan frekuensi paling rendah berada di 64 – 72,36 cm

sebanyak 2 orang dengan persentase 4,08%. Berdasarkan pendapat Hidayat (2010)

menyatakan bahwa panjang badan sapi jantan muda 127 cm dan dewasa 134 cm

sedangkan betina berkisar pada 116 cm sapi muda dan 120 cm dewasa

30

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

6.3 Tinggi Pundak

Dari hasil penelitian maka didapatkan ukuran tinggi pundak sapi bali di

Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru dapat dilihat pada Tabel

9.

Tabel 9. Tinggi Pundak Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

No Ukuran Tinggi Pundak Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.5.6.

92 – 96,196,2 – 100,2100,3 – 104,3104,4 – 108,4108,5 – 112,5112,6 – 119

1-

1217172

2,04-

24,4834,6934,694,08

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa tinggi pundak berada pada 92

cm dan tertinggi di 119 cm, panjang badan yang paling dominan berada pada

104,4 – 108,5 cm sebanyak 17 orang dengan persentase sebesar 34,69%, dan

108,5 – 112,5 sebanyak 17 orang dengan persentase 34,69%, sedangkan frekuensi

paling rendah berada di 92 – 96,1 cm sebanyak 1 orang dengan persentase 2,04%.

Berdasarkan pendapat Wibisono (2010) menyatakan bahwa tinggi pundak sapi

Jantan berkisar pada 122-126 cm dan tinggi pundak betina berkisar pada 105-114

cm.

31

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

6.4 Harga Sapi Bali

Tinggi pundak diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi

puncak. Dari hasil penelitian maka didapatkan harga sapi bali di Desa Kading,

Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru dapat dilihat pada

Tabel 10. Harga Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru

No Harga Sapi Bali (Rp) Frekuensi Persentase (%)1.2.3.4.5.6.7.

2.825.000 – 3.376.1633.376.164 – 3.927.3263.927.327 – 4.478.4894.478.490 – 5.029.6525.029.653 – 5.580.8155.580.816 – 6.131.9786.131.979 – 6.450.000

17791735

2,0414,214,218,3634,696,1210,20

Total 49 100%Sumber: Data Primer Yang Telah Diolah, 2012.

Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa sapi bali berkisar antara

Rp.2.825.000 dan tertinggi di Rp. 6.450.000, harga sapi bali yang paling dominan

berada pada Rp 5.029.653 – Rp 5.580.815 sebanyak 17 orang dengan persentase

sebesar 34,69%, sedangkan harga sapi yang paling rendah berada di Rp.

2.825.000 – Rp 3.376.163 sebanyak 1 orang dengan persentase 2,04%.

6.5 Uji Asumsi Klasik

Menurut Sarjono dan Winda (2011), model regresi linear

dapat disebut sebagai model yang baik jika memenuhi asumsi

klasik. Oleh karena itu, uji asumsi klasik sangat diperlukan

sebelum melakukan uji analisis regresi. Uji asumsi klasik terdiri

atas uji normalitas, uji heterokedatisitas, uji multikorelasi, uji

linearitas, dan uji autokorelasi.

32

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau

tidaknya suatu distribusi data. Pada dasarnya, uji niormalitas

adalah membandingkan antara data yang kita miliki dan data

berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi

yang sama dengan data kita (Sarjono dan Winda, 2011). Dalam

penelitian ini, uji normalitas data penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

HR .081 49 .200* .986 49 .837

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Menurut Sarjono dan Winda (2011), uji normalitas untuk

data yang diuji lebih kecil dari 50 (respondennya kurang dari 50),

maka digunakan nilai Sig. di bagian Shapiro-Wilk. Berdasarkan

Tabel 11 terlihat pada bagian Shapiro-Wilk nilai Sig. = 0,837

yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti bahwa data pada

penelitian ini terdistribusi secara normal.

2. Uji Heterokedatisitas

Menurut Wijaya (2009) dalam Sarjono dan Winda (2011),

heterokedatisitasmenunjukkan bahwa varians variabel tidak

33

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

sama untuk semua pengamatan/observasi. Jika varians dari

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka

disebut homokedatisitas. Model regresi yang baik adalah terjadi

homokedatisitas dalam model, atau dengan perkataan lain tidak

terjadi heterokedatisitas. Dalam penelitian ini, uji

heterokedatisitas digunakan adalah uji scatterplot yang dapat

dilihat pada Gambar 1.

Dari scatterplot pada Gambar 1 terlihat bahwa titik-titik

menyebar secara acak, baik di bagian atas angka 0 atau di

bagian bawah angka 0 dari sumbu vertikal atau sumbu Y.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heterokedatisitas dalam model regresi ini.

34

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

3. Uji Multikorelasi

Uji multikorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah

hubungan diantara variabel bebas memiliki masalah

multikorelasi(gejala multikolinieritas) atau tidak. Multikorelasi

adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat rendah yang

terjadi pada hubungan di antara variabel bebas. Uji multikorelasi

perlu dilakukan apabila jumlah variabel bebas lebih dari satu. Uji

multikorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 LD .870 1.150

PD .768 1.302

TD .808 1.237

a. Dependent Variable: HR

Berdasarkan tabel 12 terlihat nilai VIF variabel independen

yang terdiri dari LD (Lingkar dada) = 1,150, PD (Panjang pundak)

= 1,302, dan TD (tinggi pundak) = 1,237 masing-masing < 10,

maka dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinieritas

diantara variabel bebas. Hal ini dijelaskan oleh Sarjono dan

Winda (2011), untuk uji multikorelasi dilihat dari nilai VIF, dimana

jika VIF < 10 maka tidak terjadi gejala multikolinieritas diantara

35

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

variabel bebas, dan jika VIF > 10 maka terjadi gejala

multikolinieritas diantara variabel bebas.

4. Uji Lineritas

Pengujian linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah

data yang kita miliki sesuai dengan garis linear atau tidak

(apakah hubungan antar variabel yang hendak dianalisis

mengikuti garis lurus atau tidak). Jadi, peningkatan atau

penurunan kuantitas di salah satu variabel akan diikuti secara

linear oleh peningkatan atau penururnan kuantitas di variabel

lainnya (Sarjono dan Winda, 2011). Dalam penelitian ini, uji

linearitas dapat dilihat Tabel 13.

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

HR * LD Between Groups (Combined) 2.567E13 26 9.873E11 2.839 .008

Linearity 1.618E13 1 1.618E13 46.528 .000

Deviation from Linearity 9.489E12 25 3.795E11 1.091 .421

Within Groups 7.652E12 22 3.478E11

Total 3.332E13 48

Menurut Sarjono dan Winda (2011), dasar pengambilan keputusan pada

uji lineritas yaitu dengan melihat nilai Sig. pada Deviation from Linearity > 0,05

maka hubungan antar variabel adalah linear. Dari tabel Anova berdasarkan data

penelitian untuk menguji hubungan linear antara variabel harga jual dengan

lingkar dada yaitu terlihat nilai Sig. pada Deviation from Linerity adalah 0,421

36

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

yang > 0,05. Hal ini menandakan hubungan antara variabel harga jual dengan

lingkar dada adalah linear. Untuk uji hubungan linearitas antara variabel harga

jual dengan panjang dada dapat dilihat pada Tabel.

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

HR * PD Between Groups (Combined) 1.860E13 25 7.441E11 1.163 .360

Linearity 4.111E12 1 4.111E12 6.423 .019

Deviation from Linearity 1.449E13 24 6.038E11 .943 .557

Within Groups 1.472E13 23 6.400E11

Total 3.332E13 48

Dari tabel Anova berdasarkan data penelitian untuk menguji hubungan

linear antara variabel harga jual dengan panjang badan yaitu terlihat nilai Sig.

pada Deviation from Linerity adalah 0,557 yang > 0,05. Hal ini menandakan

hubungan antara variabel harga jual dengan panjang dada adalah linear. Untuk uji

hubungan linearitas antara variabel harga jual dengan tinggi pundak dapat dilihat

pada Tabel.

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

HR * TD Between Groups (Combined) 1.218E13 13 9.369E11 1.551 .148

Linearity 4.930E12 1 4.930E12 8.161 .007

Deviation from

Linearity

7.249E12 12 6.041E11 1.000 .469

Within Groups 2.114E13 35 6.041E11

Total 3.332E13 48

37

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Dari tabel Anova berdasarkan data penelitian untuk menguji hubungan

linear antara variabel harga jual dengan tinggi pundak yaitu terlihat nilai Sig. pada

Deviation from Linerity adalah 0,469 yang > 0,05. Hal ini menandakan hubungan

antara variabel harga jual dengan tinggi pundak adalah linear.

Berdasarkan uji linearitas dari masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat, dapat disimpulkan bahwa semua variabel bebas memiliki

hubungan yang linear terhadap variabel terikat.

5. Uji Autokorelasi

Menurut Wijaya (2009) dalam Sarjono dan Winda (2011),

uji autokorelasi bertujuan untuk menguji dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (t-1).

Apabila terjadi korelasi maka hal tersebut menunjukkan adanta

problem autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan uji

Durbin-Watson. Uji autokorelasi dalam penelitian dapat dilihat

pada Tabel.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .730a .533 .502 5.88184E5 1.846

a. Predictors: (Constant), TD, LD, PD

b. Dependent Variable: HR

38

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

a. Menentukan hipotesis

b. Menentukan nilai dL dan dU dengan melihat Tabel Durbin-

Watson, pada ἀ = 5%, k = 3 diperoleh nilai dL = 1,4136

dan dU = 1,6723. Nilai k menunjukkan jumlah variabel

bebas (dalam penelitian ini adalah variabel lingkar badan,

panjang badan, tinggi pundak, n = 49 (dimana n

merupakan jumlah responden yaitu 49) dimana nilai dL

dan dU dilihat pada Tabel durbin-Watson.

c. Keputusan ada tidaknya autokorelasi : (Sarjono dan Winda,

2011)

- Bila nilai DW berada diantara dU sampai dengan 4 – dU,

koefisien korelasi sama dengan nol. Artinya, tidak

terjadi autokorelasi.

- Bilai nilai DW lebih kecil daripada dL, koefisien korelasi

lebih besar daripada no. Artinya, terjadi autokorelasi

positif.

- Bila nilai DW lebih besar daripada 4-dL, koefisien

korelasi lebih kecil daripada nol,. Artinya, terjadi

autokorelasi negatif.

- Bila nilai DW terletak diantara 4 – dU dan 4 – dL,

hasilnya tidal dapat disimpulkan.

d. Hasil interprestasi :

39

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Dari tabel Model Summarya diperoleh nilai DW = 1,846.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .730a .533 .502 5.88184E5 1.846

a. Predictors: (Constant), TD, LD, PD

c. Dependent Variable: HR

Nilai dL = 1,4136dU = 1,6723DW = 1,8464-dU = 4 – 1,6723 = 2,32774-dL = 4 – 1,4136 = 2,5854Dengan demikian, DW berada antara dU dan 4 – dU,

yaitu1,6723 < 1,846 < 2,3277. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

tidak terjadi autokorelasi.

6. Uji Validitas dan Reliabilitas

- Uji Validitas

Untuk menguji validitas, yang diperhatikan tabel item total berikut dengan

melihat nilai r hitung pada kolom Corrected Item- Total Correlation.

40

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P1 4.8515E6 6.942E11 .697 1.896E-5

P2 4.8515E6 6.942E11 .351 2.791E-5

P3 4.8515E6 6.942E11 .385 3.498E-5

P4 350.9388 318.229 .637 .553

Suatu item pertanyaan dikatakan valid jika Corrected Item-Total correlation (r

hitung) lebih besar daripada r tabel. r tabel dalam penelitian ini adalah 0,24 yang

dapat dilihat pada Lampiran.

a. r hitung untuk item pertanyaan 1 adalah 0,697

b. r hitung untuk item pertanyaan 2 adalah 0,351

c. r hitung untuk item pertanyaan 3 adalah 0,385

d. r hitung untuk item pertanyaan 4 adalah 0,637.

Dari keempat pertanyaan memilii nilai r hitung lebih besar dari nilai r

tabel. oleh karena itu disimpulkan bahwa keempat pertanyaan dikatakn valid.

41

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

- Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel

Reliability Statistics berikut ini.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

3.638E-5 4

Suatu kuesioner dikatakan relieble jika nilai Cronbach’s Alpha >

0,60. Dengan melihat tabel Reliability Statistics, kita dapat

mengetahui nilai Cronbach’s Alpha = 3,638E-5 dengan jumlah

item pertanyaan 4. Dengan demikian kuesioner yang digunakan

dalam penelitian ini reliebel.

6.6 Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Penentu Harga Jual Sapi

Bali Pada Tingkat Petani- Peternak Di Desa Kading Kecamatan Tanete

Riaja Kabupaten Barru.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penentu harga jual

sapi bali di Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru digunakan

analisis regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan komputer program

SPSS 17,00 for windows. Adapun yang menjadi variabel pada penelitian ini yaitu

terdiri atas variabel bebas (independen) meliputi lingkar dada (X1), panjang badan

(X2), tinggi pundak (X3), Sementara untuk variabel terikat (dependen) adalah

harga jual sapi bali (Y). Adapun hasil perhitungan analisis regresi linear berganda

dapat dilihat pada Tabel 18.

42

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penentu Harga Jual Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Koefisien Regresi (B) t Hitung Sig Keterang

anKonstanta

Lingkar Dada (X1)

Panjang Badan (X2)

Tinggi Pundak(X3)

Harga Jual(Y)

-8722303,864

71797,387

6440,116

23800,211

6,889

0,374

1,131

0,000

0,000

0,467

0,268

Signifikan

Multiple R = 0,796 ; R Square = 0,634 ; Sign = 0,000 ; F hitung = 25,985; t tabel =2,021 ; F tabel = 2,81

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2012.

Hasil perhitungan yang ditunjukkan pada Tabel 18, maka dapat diketahui

koefisien regresi masing-masing variabel bebas (independen) dan nilai konstanta

sehingga dapat dibentuk suatu persamaan sebagai berikut :

Y = -8722303,864 + 71797,387X1 + 6440,116X2 + 23800,211X3 + e

Dari persamaan regresi linear berganda diperoleh nilai koefisien regresi

yaitu untuk variabel lingkar dada (X1), panjang badan (X2), tinggi pundak (X3),

terhadap harga jual sapi bali (Y) memiliki pengaruh positif, artinya setiap

kenaikan nilai variabel lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak, akan

menyebabkan kenaikan harga jual sapi bali.

Adapun nilai konstanta sebesar -8722303,864 menunjukkan bahwa pada

saat nilai variabel bebas yaitu, lingkar dada (X1), panjang badan (X2), tinggi

pundak (X3) sama sengan nol, maka harga jual sapi bali (Y) akan bernilai Rp. -

8722303,864.

43

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (independen) terhadap variabel

terikat (dependen) secara bersama-sama (simultan) maka dilakukan uji F, dalam

analisa ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai F hitung dengan F tabel,

pada taraf kepercayaan 95% atau α = 0,05. Jika nilai F hitung lebih besar dari pada F

tabel, maka dengan demikian varabel bebas (independen) secara bersama-sama

berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel terikat (dependen).

Dari hasil perhitungan di peroleh F hitung sebesar 25,985 sedangkan nilai F

tabel 2,81, berarti F hitung lebih besar dari F tabel (25,985 > 2,81) hal ini menunjukkan

bahwa variabel lingkar dada (X1), panjang badan (X2), tinggi pundak (X3) secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga jual sapi bali di Desa

Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Nilai R menunjukkan korelasi berganda, yaitu korelasi antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar antara 0 – 1, jika

mendekati 1, maka hubungan semakin erat. Sebaliknya jika mendekati 0, maka

hubungannya semakin lemah. Angka R yang didapatkan 0,796, artinya korelasi

antara variabel independen lingkar dada (X1), panjang badan (X2), tinggi pundak

(X3) terhadap harga jual sapi bali (Y) sebesar 0,796 Hal ini berarti terjadi

hubungan yang sangat erat karena mendekati 1.

Nilai R Square (R2) atau kuadrat R menunjukkan koefisien determinasi.

Angka ini akan diubah ke bentuk persen, artinya persentase sumbangan pengaruh

variabel independen terhadap pendapatan sebesar 63,4%, sedangkan sisanya

sebesar 37,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang yang tidak dimasukkan dalam

model ini.

44

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Setelah melakukan uji F, maka untuk mengetahui pengaruh variabel bebas

terhadap variabel terikat secara sendiri-sendiri, maka dilakukan uji t pada uji t

dilakukan dengan membandingkan antara nilai t hitung dengan t tabel pada taraf

kepercayaan 95% atau α = 0,05, jika t hitung lebih besar dari pada t tabel, maka

variabel bebas secara individu berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

Adapun hasil pengujian variabel terikat secara individu adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh Lingkar Dada (X1) Terhadap Harga Jual Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Dari hasil analisa data diperoleh nilai t hitung variabel lingkar dada

(X1) sebesar 6,889 sedangkan t tabel sebesar 2,021, ini menunjukkan bahwa

nilai t hitung lebih kecil dari nilai t tabel (6,889 > 2,021) maka berarti variabel

lingkar dada berpengaruh nyata (signifikan) terhadap harga jual sapi bali

Di Desa

Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Nilai koefisien regresi variabel lingkar dada (X1) sebesar

71797,387, artinya setiap pertambahan lingkar dada sepanjang 1 cm maka

akan meningkatkan harga jual sapi bali sebesar Rp 71.797,387, dengan

asumsi variabel lain tetap.

b. Pengaruh Panjang Badan (X2) Terhadap Harga Jual Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Dari hasil analisa data diperoleh nilai t hitung panjang badan (X2)

sebesar 0,734 sedangkan t tabel sebesar 2,021, hal ini menunjukkan t hitung

lebih kecil dari t tabel (0,734 < 2,021), berarti variabel panjang badan tidak

berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap terhadap harga jual sapi bali

45

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. Hasil

pengujian nilai koefisien regresi variabel panjang badan (X2) sebesar

6440,116, hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai panjang badan

1 cm maka akan meningkatkan harga jual sapi bali sebesar Rp 6.440,116,

dengan asumsi variabel lain tetap.

c. Pengaruh Tinggi Pundak (X3) Terhadap Harga Jual Sapi Bali Di Desa Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

Dari hasil analisa data diperoleh nilai t hitung variabel tinggi pundak

(X3) sebesar 0,264 sedangkan t tabel sebesar 2,021, hal ini menunjukkan t

hitung lebih kecil dari t tabel hasil analisa data diperoleh nilai t hitung variabel

tinggi pundak (X3) sebesar (0,264 < 2,021), berarti variabel tinggi pundak

tidak berpengaruh nyata terhadap harga jual sapi bali Di Desa Kading,

Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. Hasil pengujian nilai koefisien

regresi variabel tinggi pundak (X3) sebesar 23800,211, hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan nilai tinggi pundak 1 cm maka akan

meningkatkan harga jual sapi bali sebesar Rp 23.800,211, dengan asumsi

variabel lain tetap.

46

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

a. Lingkar dada, panjang badan, dan tinggi pundak secara bersama-sama

(simultan) berpengaruh nyata terhadap penentu harga jual sapi bali di Desa

Kading, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

b. Secara individu (parsial) variabel panjang badan dan tinggi pundak tidak

berpengaruh signifikan terhadap penentu harga jual sapi bali Desa Kading,

Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru, sedangkan lingkar dada

berpengaruh signifikan terhadap penentu harga jual sapi bali Desa Kading,

Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru.

7.2 Saran

Peternak seharusnya memperhatikan lingkar dada, panjang badan serta

tinggi pundak sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga ternak sapi

Bali yang akan dijual.

47

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, A dan Triwulanningsih, E. 2007. Keragaman Bobot Badan dan Morfometrik Tubuh Kerbau Sumbawa Terpilih untuk Penggemukan. Seminar dan Lokakarya Nasional Usahaternak Kerbau 2007. Balitnak Bogor.

Anonim. 2010. Buletin Peternakan. Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar.

Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Aziz, A.M. 1993. Agroindustri Sapi Bali. Bangkit, Jakarta

Basuki, 1996. Tingkat Penawaran Ternak Kambing Rakyat Pada Tingkat Petani- Peternak di Kecamaatan Bontomatene Kabupaten Wajo. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

Guntoro, S. 1998. Membudidayakan Sapi Bali, Kanisius, Yogyakarta.

_________ 2002. Membudidayakan Sapi Bali, Kanisius, Yogyakarta.

Hidayat, 2010. Beternak Sapi Bali. http://uripsantoso.wordpress.com /2010/01/17/beternak-sapi-bali-3/. Diakses pada 5 Juni 2012

Kotler. P. 1990. Manajemen Pemasaran, Analisis Perencanaan dan Pengendalian Edisi Kedua, Erlangga. Jakarta.

______ 1992. Manajemen Pemasaran. Cetakan Ke V. Erlangga, Jakarta.

Lukman, 2004. Korelasi Antara Berat Badan, Panjang badan dan Tinggi Pundak Sapi Bali. Skripsi fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.

Mubyarto, 1995. Ekonomi Mikro. Penerbit Salembang Empat Jakarta.

Murtidjo, B. A. 1992. Memelihara Sapi. Penerbit Kanisius. Cetakan Kedua, Yogyakarta.

Rahman. 1996. Memelihara Sapi. Penerbit Kanisius Cetakan Ketiga, Yogyakarta.

Santosa, U. 2002. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

48

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Saragih. 2001. Agribisnis Berbasis peternakan, Kumpulan Pemikiran. Penerbit USESE dan pusat studi pembangunan IPB, Bogor.

Sugeng. B. 1993. Sapi Potong. Penerbit Penebar. Swadaya. Jakarta.

________ 2002. Sapi Potong. Penerbit Penebar. Swadaya. Jakarta.

________ 2008. Sapi Potong. Penerbit Penebar. Swadaya. Jakarta.

Swastha, 1991. Manajemen pemasaran modern. Liberty, Yogyakarta

Umar, H. 2003. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Wibisono, W. 2010. Analisa Sapi Bali. http://ohsapi.blogspot.com/2010/05/analisa-sapi-bali.html. diakses pada 5 Juni 2012

49

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Lampiran 1. Identitas Responden Peternak Sapi Bali Di Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

No NamaUmu

rJenis

kelaminTingkat

PendidikanTanggungan Keluarga

Pengalaman Peternak

1 Sardin Hade 27 LAKILAKI SMA 3 52 Nurdin Asse 35 LAKILAKI SMA 4 123 Syamsuddin 27 LAKILAKI SMA 2 34 Lajadi 37 LAKILAKI SD 3 125 Larakka 30 LAKILAKI SD 3 126 Lamadi 25 LAKILAKI SMP 4 87 Bahar 35 LAKILAKI SMA 5 178 Lamidding 32 LAKILAKI SMP 6 109 Muha.Sadar 32 LAKILAKI SD 3 8

10 Syamsuddin 25 LAKILAKI SD 3 1511 Nasir 48 LAKILAKI TIDAK SEKOLAH 3 1012 Umar 40 LAKILAKI SMP 4 513 Latu'o 55 LAKILAKI TIDAK SEKOLAH 4 514 Abd.Latief 40 LAKILAKI SD 5 815 Sardin 48 LAKILAKI SMA 1 1216 Ulla 45 LAKILAKI SMP 7 817 Lamuna 25 LAKILAKI SMA 6 1218 Ismail 30 LAKILAKI SD 3 1019 Syainuddin 30 LAKILAKI SD 3 1420 Sultan 38 LAKILAKI SD 2 821 Janibe 40 LAKILAKI SD 3 1022 Lamma 25 LAKILAKI SMA 1 1023 Sultan 45 LAKILAKI S1 2 1224 Ali 25 LAKILAKI SMA 3 1025 Janiben 38 LAKILAKI SMP 2 1026 Abd.Kadir 36 LAKILAKI SMP 5 1527 Masjidi 37 LAKILAKI SMA 3 1028 Congke 38 LAKILAKI SMA 5 1529 Usman 30 LAKILAKI SD 6 1030 Tasman 30 LAKILAKI SMP 3 1031 Ammang 35 LAKILAKI SMP 4 932 Sakka 38 LAKILAKI SD 2 833 Solong 47 LAKILAKI SMA 3 1034 Idrus 45 LAKILAKI SD 4 1035 Herman 40 LAKILAKI SMA 3 836 Jumlan 38 LAKILAKI S1 8 1037 Rampe 35 LAKILAKI SMP 5 1738 Abdulla 25 LAKILAKI SMA 5 7

50

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

39 Rahman towo 35 LAKILAKI SD 3 1040 Ibrahim 29 LAKILAKI SD 2 1741 Dahlan 37 LAKILAKI SD 2 542 Tamrin 33 LAKILAKI SMP 1 743 Kahar 35 LAKILAKI SD 3 444 Mustafa 30 LAKILAKI SD 2 345 Beddu 50 LAKILAKI SMP 3 346 Haris 47 LAKILAKI SMA 4 1247 Latief 32 LAKILAKI SMA 5 248 Muja 45 LAKILAKI SD 3 1549 Sau 52 LAKILAKI TIDAK SEKOLAH 4 4

51

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Lampiran 2 . Data Lingkar Dada, Panjang Badan, Tinggi Pundak, dan Harga Sapi Bali Peternak Sapi Bali Di Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

NOLINGKAR

DADA (cm)PANJANG

BADAN (cm)TINGGI

PUNDAK (cm)HARGA

(Rp/ekor)1 145.5 113 119 54750002 167 103 102 43375003 143 99 112 50000004 146 104.5 108 28250005 137 98.5 107 48000006 154 101 104 61500007 160 115 110 61500008 147 97 105 53500009 153 91 112 5575000

10 148 100 107 575000011 147.5 102 111 520000012 156 119 112 577500013 136 97 110 453750014 135 101 109 376250015 128 89 106 342500016 131 86 103 370000017 145 103 107 362500018 149 106 109 582500019 133 91 108 392500020 146 105 108 487500021 136 98 102 377500022 158 95 112 512500023 150 101 106 507500024 142 97 103 415000025 146 88 106 505000026 138 98 105 460000027 145 91 102 451250028 159 104 104 517500029 136 112 109 402500030 147 100 107 476250031 137 102 110 436250032 147 100 105 527500033 136 89 92 421250034 141 96 103 472500035 156 103 111 632500036 147 97 109 545000037 142 112 106 5275000

52

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

38 147 89 108 527500039 159 96 113 610000040 152 110 112 567500041 159 111 107 645000042 141 100 111 510000043 142 105 104 510000044 129 94 106 343750045 147 98 110 470000046 145 102 113 502500047 137 64 103 413750048 149 64 104 472500049 137 91 102 4050000

53

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Lampiran 3 . Analisis Regresi Linear Berganda Lingkar Dada, Panjang Badan, Tinggi Pundak, Terhadap Harga Sapi Bali Peternak Sapi Bali Di Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

HARGA SAPI 4.8513E6 8.33199E5 49

LINGKAR DADA 144.7449 8.15419 49

PANJANG BADAN 98.2449 9.98599 49

TINGGI PUNDAK 107.0816 4.20236 49

Correlations

HARGA SAPI LINGKAR DADA

PANJANG

BADAN

TINGGI

PUNDAK

Pearson Correlation HARGA SAPI 1.000 .782 .408 .443

LINGKAR DADA .782 1.000 .391 .408

PANJANG BADAN .408 .391 1.000 .466

TINGGI PUNDAK .443 .408 .466 1.000

Sig. (1-tailed) HARGA SAPI . .000 .002 .001

LINGKAR BADAN .000 . .003 .002

PANJANG DADA .002 .003 . .000

TINGGI PUNDAK .001 .002 .000 .

54

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

N HARGA SAPI 49 49 49 49

LINGKAR DADA 49 49 49 49

PANJANG BADAN 49 49 49 49

TINGGI PUNDAK 49 49 49 49

Variables Entered/Removed

Model Variables Entered

Variables

Removed Method

1 TINGGI PUNDAK,

LINGKAR DADA,

PANJANG BADAN a

. Enter

a. All requested variables entered.

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .796a .634 .610 5.20589E5 .634 25.985 3 45 .000 1.986

a. Predictors: (Constant), TINGGI PUNDAK, LINGKAR DADA, PANJANG BADAN

b. Dependent Variable: HARGA SAPI

55

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2.113E13 3 7.042E12 25.985 .000a

Residual 1.220E13 45 2.710E11

Total 3.332E13 48

a. Predictors: (Constant), TINGGI PUNDAK, LINGKAR DADA, PANJANG BADAN

b. Dependent Variable: HARGA SAPI

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardiz

ed

Coefficients

t Sig.

95.0% Confidence Interval

for B Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) -8722303.864 2036820.448 -4.282 .000 -1.282E7 -4619936.898

LINGKAR DADA 71797.387 10421.956 .703 6.889 .000 50806.490 92788.283 .782 .716 .621 .782 1.279

PANJANG BADAN 6440.116 8779.869 .077 .734 .467 -11243.448 24123.680 .408 .109 .066 .734 1.361

TINGGI PUNDAK 23800.211 21034.657 .120 1.131 .264 -18565.764 66166.186 .443 .166 .102 .723 1.384

a. Dependent Variable: HARGA SAPI

56

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Coefficient Correlationsa

Model TINGGI PUNDAK LINGKAR DADA PANJANG BADAN

1 Correlations TINGGI PUNDAK 1.000 -.278 -.365

LINGKAR DADA -.278 1.000 -.249

PANJANG BADAN -.365 -.249 1.000

Covariances TINGGI PUNDAK 4.425E8 -6.085E7 -6.732E7

LINGKAR DADA -6.085E7 1.086E8 -2.275E7

PANJANG BADAN -6.732E7 -2.275E7 7.709E7

a. Dependent Variable: HARGA SAPI

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dimensi

on Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) LINGKAR DADA PANJANG BADAN TINGGI PUNDAK

1 1 3.991 1.000 .00 .00 .00 .00

2 .006 25.478 .03 .02 .88 .01

3 .002 48.209 .13 .98 .01 .08

4 .001 76.657 .83 .00 .10 .91

a. Dependent Variable: HARGA SAPI

57

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Casewise Diagnosticsa

Case

Number Std. Residual HARGA SAPI Predicted Value Residual

4 -4.185 2825000.00 5.0035E6 -2.17853E6

a. Dependent Variable: HARGA SAPI

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 3.4924E6 6.1239E6 4.8513E6 6.63435E5 49

Residual -2.17853E6 6.55657E5 .00000 5.04058E5 49

Std. Predicted Value -2.048 1.918 .000 1.000 49

Std. Residual -4.185 1.259 .000 .968 49

a. Dependent Variable: HARGA SAPI

58

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Lampiran 4 . Dokumentasi Lingkar Dada Sapi Bali Peternak Sapi Bali Di Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

59

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Lampiran 5 . Dokumentasi Panjang Badan Sapi Bali Peternak Sapi Bali Di Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

60

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

Lampiran 5 . Dokumentasi Tinggi Pundak Sapi Bali Peternak Sapi Bali Di Desa Kading Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.

RIWAYAT HIDUP

61

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 3354... · Web view repository.unhas.ac.idDalam pembangunan usaha peternakan Sapi Bali di Kecamatan Tanete Riaja,

RUDY NUR ALAM S. Lahir di Dili 17 Januari 1989.

Merupakan anak ke empat dari lima bersaudara pasangan

bapak Syamsuddin dan ibu St. Hasna. Memulai pendidikan

pertama di TK Adh Duha ,Makassar pada tahun 1992

selama 2 tahun, lalu melanjutkan pendidikan di SD

Tamalanrea Makassar pada tahun 1994 selama 6 tahun, lalu melanjutkan pendidikan

di SMP Negeri 35 Makassar pada tahun 2000 selama 3 tahun, lalu melanjutkan

pendidikan di SMA Wahyu Makassar pada tahun 2003 selama 3 tahun. Pada tahun

2007 melanjutkan pendidikan ditingkat perguruan tinggi dan lulus di Universitas

Hasanuddin lewat jalur SPMB pada Fakultas Peternakan, Jurusan Sosial Ekonomi

Peternakan selama 4 tahun 8 bulan sampai tahun 2012.

62