efektivitas ekstrak daun sambang colok (aerva … · 2015-09-02 · fakultas kedokteran hewan...

41
EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK ( Aerva sanguinolenta) SEBAGAI LARVASIDA NYAMUK Aedes aegypti DAN Culex quinquefasciatus MOH. JAMALUDDIN ASSIDIQI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Upload: lamthu

Post on 23-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva

sanguinolenta) SEBAGAI LARVASIDA

NYAMUK Aedes aegypti DAN Culex quinquefasciatus

MOH. JAMALUDDIN ASSIDIQI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan
Page 3: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Ekstrak

Daun Sambang Colok (Aerva sanguinolenta) sebagai Larvasida Nyamuk Aedes

aegypti dan Culex quinquefasciatus” adalah benar karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, 03 Mei 2013

Moh. Jamaluddin Assidiqi

NIM B04080146

Page 4: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

ABSTRAK

MOH. JAMALUDDIN ASSIDIQI. Efektivitas Ekstrak Daun Sambang

Colok (Aerva sanguinolenta) sebagai Larvasida Nyamuk Aedes aegypti dan Culex

quinquefasciatus. Dibimbing oleh UPIK KESUMAWATI HADI dan

SUPRIYONO.

Pengendalian nyamuk perlu diperhatikan karena perannya sebagai vektor

berbagai penyakit. Usaha pengendalian populasi nyamuk saat ini lebih banyak

menggunakan insektisida sintetik. Pengendalian menjadi sulit karena adanya

resistensi terhadap insektisida sintetik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji

efektivitas ekstrak daun sambang colok (Aerva sanguinolenta) sebagai larvasida

terhadap larva instar ketiga nyamuk Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus.

Penelitian dilakukan dari bulan April sampai Juli 2011 dan dilakukan dalam dua

tahap. Tahap pertama adalah ekstraksi dan uji fitokimia dan tahap kedua adalah

pengujian ekstrak terhadap larva nyamuk. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

kematian larva Ae. aegypti sebanyak 91,7% dan pada larva Cx. quinquefasciatus

sebanyak 96,7% pada konsentrasi 1000 ppm setelah 24 jam paparan. Mortalitas

larva meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak serta durasi paparan.

Nilai LC50 masing-masing dari Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus adalah

494,47 ppm dan 243.33 ppm. Ekstrak daun sambang colok terbukti berpotensi

sebagai larvasida nyamuk.

Kata kunci: Aedes aegypti, Aerva sanguinolenta, Culex quinquefasciatus,

Larvasida

ABSTRACT

MOH. JAMALUDDIN ASSIDIQI. Effectiveness of Sambang Colok

(Aerva Sanguinolenta) Leaf Extract as Mosquito Larvicide Againts Aedes aegypt

and Culex quinquefasciatus. Supervised by UPIK KESUMAWATI HADI and

SUPRIYONO.

Control of mosquito vectors need to be considered because it's role as

vector of various diseases. Control efforts to reduce mosquito population more

using synthetic insecticides at this time. The controling has become difficult

because of resistance to synthetic insecticides. This research was aim to

determine the effectiveness of sambang colok (Aerva sanguinolenta) leaf extract

as mosquito larvicide against third instar larvae of Aedes aegypti and Culex

quinquefasciatus. The study was conducted from April to July 2011 and

performed in two stages. First stage was the extraction and phytochemical test

and second stage was effication test of those extract againts larvae. The result

showed that both of 91.7% Ae. aegypti larvae and 96.7% Cx. quinquefasciatus

died at 1000 ppm after 24 hours exposure. Mortality of larvae increased with

increasing the extract concentration and duration of exposure. The value of LC50

respectively from Ae. aegypti and Cx. quinquefasciatus were 494.47 ppm and

243.33 ppm. Sambang colok leaf extract was potential as a mosquito larvicide.

Keywords: Aedes aegypti, Aerva sanguinolenta, Culex quinquefasciatus,

Larvicide

Page 5: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK

(Aerva sanguinolenta) SEBAGAI LARVASIDA

NYAMUK Aedes aegypti DAN Culex quinquefasciatus

MOH. JAMALUDDIN ASSIDIQI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan
Page 7: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

Judul Skripsi : Efektivitas Ekstrak Daun Sambang Colok (Aerva sanguinolenta)

sebagai Larvasida Nyamuk Aedes aegypti dan Culex

quinquefasciatus

Nama : Moh. Jamaluddin Assidiqi

NIM : B04080146

Disetujui oleh

Dr. drh. Hj. Upik Kesumawati Hadi, MS

Ketua

drh. Supriyono

Anggota

Diketahui oleh

drh. Agus Setiyono, MS, Ph.D., APVet.

Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal Lulus:

Page 8: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2011 ini ialah

insektisida hayati, dengan judul Efektivitas Ekstrak Daun Sambang Colok (Aerva

sanguinolenta) sebagai Larvasida Nyamuk Aedes aegypti dan Culex

quinquefasciatus.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. drh. Hj. Upik Kesumawati

Hadi, MS dan Bapak drh. Supriyono selaku pembimbing yang telah banyak

memberi masukan dan saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan

kepada seluruh staf Laboratorium Entomologi IPB yang telah membantu selama

pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda,

Ibunda, Adikku dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Serta

teman-teman Avenzoar FKH45, CSS MORA 45, PPM Al-Inayah serta patner

kerja PKM yakni Rofindra dan Mirsageri.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, 3 Mei 2013

Moh, Jamaluddin Assidiqi

Page 9: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Sambang Colok 2

Nyamuk Aedes aegypti 4

Nyamuk Culex quinquefasciatus 6

Siklus Hidup Nyamuk 8

Pengendalian Nyamuk 9

Insektisida Nabati 10

METODE 10

Waktu dan Tempat 10

Persiapan Daun Sambang Colok 11

Ekstraksi 11

Uji Fitokimia (metode Harborne) 11

Persiapan Larva Nyamuk 12

Uji Efektivitas Larvasida 12

Analisis Data 13

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Hasil 13

Pembahasan 16

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 23

Page 10: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

DAFTAR TABEL

1 Hasil uji kualitatif fitokimia ekstrak etanol 70% daun sambang colok 14 2 Persentase mortalitas larva Ae. aegypti pada pengamatan 24, 48, dan 72

jam setelah pemaparan dengan ekstrak daun sambang colok 14 3 Persentase mortalitas larva Cx. quinquefasciatus pada pengamatan 24,

48, dan 72 jam setelah pemaparan dengan ekstrak daun sambang colok 15

4 Persentase mortalitas larva Ae. Aegypti dan Cx. quinquefasciatus serta

nilai LC50 pada pengamatan 24 jam setelah pemaparan 16

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman sambang colok 3

2 Nyamuk Ae. aegypti 5

3 Nyamuk Cx. quinquefasciatus 7 4 Siklus hidup nyamuk 9

5 Nilai LC50 dan LC90 ekstrak daun sambang colok terhadap larva Ae.

aegypti pada pengamatan 24, 48, dan 72 setelah pemaparan 14

6 Nilai LC50 dan LC90 ekstrak daun sambang colok terhadap larva Cx.

quinquefasciatus pada pengamatan 24, 48, dan 72 setelah pemaparan 15

7 Sampel Tanaman sambang colok yang akan diuji 29

8 Sampel tanaman yang telah disortir 29

9 Oven untuk pengeringan dengan suhu 50 oC 29

10 Uji fitokimia: serbuk kering tanaman sambang colok (atas), uji alkaloid

(bawah kiri), uji saponin (bawah kanan) 29

11 Kandang pemeliharaan nyamuk dewasa 30

12 Nampan pemeliharaan larva nyamuk 30

13 Ekstrak daun sambang colok 30

14 Uji larvasida nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus 30

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0,05) persentase

kematian larva Ae. aegypti pada paparan 24 jam 23 2 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0,05) persentase

kematian larva Ae. aegypti pada paparan 48 jam 24 3 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0,05) persentase

kematian larva Ae. aegypti pada paparan 72 jam 25

4 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0,05) persentase

kematian larva Cx. quinquefasciatus pada paparan 24 jam 26

5 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0,05)

persentase kematian larva Cx. quinquefasciatus pada paparan 48 jam 27

6 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0,05) persentase

kematian larva Cx. quinquefasciatus pada paparan 72 jam 28

Page 11: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nyamuk merupakan serangga yang erat kaitannya dengan masalah

kesehatan manusia. Nyamuk membutuhkan darah untuk kebutuhan protein dalam

proses pematangan telurnya. Perilaku inilah yang meningkatkan potensi nyamuk

sebagai vektor penyakit. Spesies nyamuk yang sering dijumpai di sekitar

permukiman manusia adalah Aedes aegypti dan Culex quinquefasciatus.

Pengendalian serangga ini perlu diperhatikan karena peran nyamuk sebagai vektor

berbagai penyakit.

Nyamuk Ae. aegypti merupakan vektor penyakit demam berdarah dengue

(DBD) dan chikungunya. Penyakit ini mempunyai angka kejadian yang cenderung

meningkat di daerah tropis dan subtropis. Ditjen Pengendalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan melaporkan pada tahun

2010, jumlah kematian akibat DBD adalah sebanyak 1.317 dari total penderita

sebanyak 149.423 orang. Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2009

yaitu 953 orang meninggal dari 117.830 kasus. Kondisi ini membuat Indonesia

berada dalam urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN. Kasus chikungunya di

Indonesia relatif menurun pada tahun 2009 sebanyak 71.318 menjadi 53.899

kasus pada tahun 2010.

Nyamuk Cx. quinquefasciatus berperan sebagai vektor filariasis (kaki gajah)

dan Japanese enchepalitis (JE). Filariasis merupakan penyakit infeksius pada

manusia yang disebabkan oleh cacing Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan

Brugia timori. Filariasis dapat menyebabkan kecacatan, stigma, psikososial, dan

penurunan produktivitas penderita serta lingkungannya. Data yang diperoleh dari

Dirjen P2PL menunjukkan bahwa kasus filariasis meningkat dari 11.699 pada

tahun 2009 menjadi 11.914 pada tahun 2010. Kasus JE di Indonesia yang

dikonfirmasi positif pada tahun 2005 sebanyak 67 kasus (PATH 2006). Nyamuk

Culex sp. juga berperan menularkan cacing jantung pada anjing (Dirofilaria

immitis) (Hadi & Koesharto 2006).

Upaya pengendalian populasi nyamuk saat ini lebih banyak menggunakan

insektisida sintetik. Efek dari penggunaan insektisida sintetik adalah toksik

terhadap serangga bukan sasaran, hewan lain, dan manusia. Usaha untuk

mengendalikan serangga ini menjadi sulit karena adanya resistensi terhadap

berbagai insektisida sintetik.

Penggunaan bahan alami dari tanaman (insektisida nabati) merupakan cara

alternatif dalam upaya pengendalian nyamuk. Insektisida nabati mudah terurai

(biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Kelebihan

insektisida nabati dibandingkan dengan insektisida sintetik adalah komponen

senyawanya yang lebih kompleks. Ekstrak suatu tanaman terdapat zat aktif utama

dan zat lain yang dapat meningkatkan efektivitas ekstrak secara keseluruhan

(sinergi). Hal ini memungkinkan serangga tidak mudah menjadi resisten.

Kemampuan serangga membentuk sistem pertahanan terhadap beberapa senyawa

yang berbeda secara bersamaan lebih kecil daripada senyawa insektisida tunggal.

Tanaman yang berpotensi sebagai larvasida adalah sambang colok (Aerva

sanguinolenta). Tanaman sambang colok mempunyai zat aktif seperti saponin,

Page 12: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

2

polifenol, flavonoid, dan minyak atsiri (Hariana 2008). Ketersediaan tanaman

sambang colok sangat melimpah karena masyarakat banyak menggunakannya

sebagai tanaman pagar. Penggunaan larvasida nabati yang alami dan murah

diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat dalam upaya mengurangi

penggunaan bahan kimia sintetik.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas ekstrak daun

sambang colok (Aerva sanguinolenta) sebagai larvasida terhadap nyamuk Ae.

aegypti dan Cx. quinquefasciatus

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui potensi ekstrak daun sambang

colok (Aerva sanguinolenta) sebagai alternatif dalam mengurangi penggunaan

insektisida sintetik dalam pegendalian nyamuk. Penelitian ini juga bermanfaat

sebagai landasan dalam eksplorasi senyawa aktif dari tanaman sambang colok.

TINJAUAN PUSTAKA

Sambang Colok

Deskripsi Sambang Colok

Tanaman sambang colok (Aerva sanguinolenta) termasuk dalam suku

Amaranthaceae, marga Aerva, dan jenis Aerva sanguinolenta. Nama umum

tanaman ini adalah sambang colok (Jawa), ki sambang (Sunda) atau rebha et

raedhan (Madura). Tanaman ini merupakan tanaman herba dengan tinggi 0,5-2

m. Batang tanaman ini berkayu, bulat, bercabang, beruas, dan berwarna merah

keunguan. Tipe daun adalah tunggal, berbentuk bulat, ujung terbelah, tepi rata,

dan mempunyai pangkal meruncing. Warna daun sambang colok adalah merah

keunguan dengan panjang daun sekitar 5-10 cm, lebar 4-9 cm, dan tangkai daun 1-

6 cm. Tipe bunga adalah majemuk berbentuk mangkok di ketiak daun dengan

panjang 0,75-10 cm. Bunga tanaman ini berkelamin dua. Mahkota bunga

berjumlah lima dengan panjang ± 2 mm, berbulu halus, dan berwarna putih. Buah

sambang colok berbentuk pipih hitam dan akar tunggang berwarna merah

keunguan (Hariana 2008).

Page 13: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

3

Gambar 1 Tanaman sambang colok

(Sumber: pribadi)

Kandungan Senyawa Sambang Colok

Tanaman sambang colok kaya akan kandungan kimia aktif seperti saponin,

polifenol, flavonoid, dan minyak atsiri (Hariana 2008). Saponin adalah glikosida

metabolit sekunder yang banyak terdapat di alam. Senyawa ini terdiri dari gugus

gula yang berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Senyawa ini bersifat racun

bagi binatang berdarah dingin. Oleh karena itu saponin dapat digunakan untuk

pembasmi hama tertentu. Sifat-sifat saponin yaitu berasa pahit, berbusa dalam air,

dan mempunyai sifat detergen yang baik. Saponin juga mempunyai aktivitas

hemolisis sel darah merah dan mempunyai efek diuretika. Senyawa ini beracun

bagi binatang berdarah dingin tetapi tidak beracun bagi binatang berdarah panas

(Harborne 2006). Saponin juga dapat meningkatkan resorbsi berbagai zat oleh

aktivitas permukaan. Senyawa ini merupakan emulgator partikel tidak terlarut

menjadi tersebar dan terbagi halus dalam larutan. Keracunan akibat senyawa ini

pada hewan berdarah dingin disebabkan terjadi kerusakan pada alat pernapasan

(Sirait 2007).

Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada tanaman. Zat

ini memiliki ciri khas yaitu banyak gugus fenol dalam molekulnya. Polifenol

berperan dalam memberi warna pada suatu tanaman seperti warna daun saat

musim gugur. Beberapa golongan senyawa polifenol adalah lignin, melanin,

kuinon, dan tanin. Golongan terbesar polifenol adalah golongan senyawa

flavonoid (Harborne 2006). Senyawa flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari

15 atom karbon. Senyawa ini terdapat pada seluruh bagian tanaman. Lebih dari

2000 senyawa flavonoid telah diidentifikasi, namun ada tiga kelompok yang

umum dipelajari, yaitu antosianin, flavonol, dan flavon. Antosianin adalah pigmen

berwarna yang umumnya terdapat di bunga berwarna merah dan biru, sedangkan

Page 14: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

4

flavonol dan flavon terdapat di bunga berwarna sianik (kuning) maupun non

sianik. Flavonoid sering terdapat di sel epidermis, sebagian besar flavonoid

terhimpun di vakuola sel tanaman walaupun tempat sintesisnya ada di luar

vakuola (Harborne 2006; Sirait 2007).

Minyak essensial yang mewakili bau dari tanaman asalnya disebut minyak

atsiri. Minyak atsiri secara kimiawi bukan merupakan senyawa tunggal, tetapi

tersusun dari berbagai macam komponen. Golongan senyawa utama minyak atsiri

terdiri dari golongan terpenoid dan fenil propana. Sebagian besar minyak atsiri

merupakan fraksi menguap pada proses destilasi. Adapun sifat minyak atsiri

adalah memiliki bau khas, memiliki rasa getir, dan berasa tajam. Efek minyak ini

memberi rasa hangat sampai panas atau dingin ketika di kulit tergantung dari jenis

komponen penyusunnya. Minyak atsiri bersifat tidak bisa disabunkan dengan

alkali dan tidak berubah menjadi bau tengik. Hal ini berbeda dengan minyak

lemak yang sangat mudah larut dalam pelarut organik (Harborne 2006; Sirait

2007).

Tanaman sambang colok diekstraksi untuk mendapatkan senyawa aktif yang

dikandungnya. Ekstraksi adalah proses pemisahan atau penarikan suatu zat aktif

berdasarkan perbedaan kelarutan. Ekstrak adalah sediaan kental hasil proses

ekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau hewani mengggunakan pelarut

tertentu. Semua pelarut kemudian dievaporasi sehingga diperoleh massa yang

tersisa sesuai dengan keinginan (Harborne 2006). Metode ekstraksi yang sering

dilakukan pada bahan herba adalah dengan menggunakan metode maserasi.

Harborne (2006) menjelaskan bahwa metode maserasi adalah proses

pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar. Remaserasi berarti

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama

dan seterusnya.

Nyamuk Aedes aegypti

Morfologi dan Bioekologi Nyamuk Ae. aegypti

Klasifikasi nyamuk Ae. aegypti adalah filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo

Diptera, dan famili Culicidae. Nyamuk ini memiliki ciri yaitu berwarna hitam

dengan garis belang putih pada toraks, abdomen, dan tungkai. Nyamuk Ae.

aegypti pada toraksnya terdapat rambut-rambut halus berwarna putih yang

membentuk lyre. Karakteristik khas ini berbentuk dua garis putih setengah bulan

(semilunar) pada pinggir toraks bagian protoraks dan mesotoraks. Garis putih ini

berakhir dengan garis lurus pada bagian akhir toraks (metatoraks). Probosis

nyamuk ini bersisik hitam dan palpi pendek dengan ujung hitam bersisik putih

perak. Oksiput bersisik lebar dan berwarna putih memanjang. Femur bersisik

putih pada permukaan posterior dan setengah basal, anterior dan tengah bersisik

memanjang. Tibia semuanya berwarna hitam dan pada tibia belakang berlingkar

putih pada segmen basal ke satu sampai ke empat dan segmen ke lima berwarna

putih. Sayap nyamuk ini berukuran 2,5 – 3,0 mm dan bersisik hitam

(Christophers 1960).

Page 15: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

5

Gambar 2 Nyamuk Ae. aegypti

(Sumber: http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au)

Nyamuk Ae. aegypti berasal dari Afrika timur, kemudian menyebar ke

wilayah tropis dan sub tropis. Nyamuk ini biasa dijumpai di dalam dan di sekitar

rumah. Ae. aegypti lebih menyukai darah manusia (anthropofilik) dari pada darah

hewan (zoofilik). Hanya nyamuk betina yang mengisap darah, sedangkan nyamuk

jantan mengisap cairan atau sari bunga tumbuhan (Soegijanto 2006). Umur

nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan, sedangkan pada lingkungan

laboratorium dapat mencapai umur 2 bulan.

Nyamuk betina membutuhkan darah untuk memenuhi kebutuhan protein

dalam proses pematangan telurnya. Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit

berulang (multiple bitters), yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian dan

dalam waktu singkat. Kebiasaan mengisap darah ini dilakukan berpindah-pindah

dari individu satu ke individu lain. Hal ini disebabkan karena nyamuk Ae. aegypti

sangat sensitif dan mudah terganggu. Perilaku inilah yang meningkatkan potensi

nyamuk sebagai vektor penyakit (Hasyimi 2004; Marisa 2007). Nyamuk perlu

istirahat sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telur setelah kenyang mengisap

darah. Tempat istirahat yang disukai adalah tempat yang lembab serta kurang

terang seperti kamar mandi dan gantungan baju. Nyamuk Ae. aegypti

berkembang biak di tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, tempayan,

tempat minum burung, dan barang-barang bekas yang terisi air hujan (Riyadhi

2008).

Peranan Nyamuk Ae. aegypti dalam kesehatan

Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Ae. aegypti diantaranya adalah

DBD dan chikungunya. Penyakit DBD sering menimbulkan kejadian luar biasa

(KLB) dengan angka kematian yang tinggi (Budiyanto 2005). Pencegahan wabah

DBD dan chikungunya dilakukan karena tidak adanya obat antiviral spesifik pada

penyakit ini serta belum terdapat vaksin virus dengue dan chikungunya yang

efektif serta komersial di pasaran. Pengendalian nyamuk vektor masih menjadi

tumpuan utama dalam pencegahan dan pengendalian penyakit.

Page 16: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

6

Penyakit DBD adalah penyakit menular yang ditandai demam mendadak,

perdarahan baik di kulit maupun di bagian tubuh lainnya serta dapat menimbulkan

shock dan kematian. Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue famili

Flaviviridae, dengan genusnya adalah Flavivirus. Terdapat empat serotipe virus

yaitu dengan tipe DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus ini ditularkan ke

tubuh manusia melalui nyamuk Ae. aegypti yang terinfeksi (Hasyimi 2004;

Marisa 2007).

Chikungunya merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya

(CHIKV). Virus ini termasuk virus RNA dengan genus Alphavirus dan famili

Togaviridae. Cara transmisi virus Chikungunya adalah melalui gigitan nyamuk

Aedes sp. yang terinfeksi. Rata-rata masa inkubasi penyakit Chikungunya adalah

sekitar 2-12 hari tetapi umumnya 3-7 hari. Gejala klinis yang muncul pada

penderita chikungunya adalah nyeri sendi (arthralgia) dan otot (myalgia). Keluhan

arthralgia ini ditemukan sekitar 80% pada penderita Chikungunya. Sendi yang

sering dikeluhkan adalah sendi lutut, siku, pergelangan, jari kaki, dan tangan serta

tulang belakang. Penyakit chikungunya bersifat self limiting diseases yang berarti

dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat dan membutuhkan waktu

relatif lama (CDC 2011).

Penyakit Chikungunya ditemukan pertama kali tahun 1952 di Afrika pada

suatu tempat yang dinamakan Makonde Plateau. Tempat ini merupakan daerah

perbatasan Tanzania and Mozambique. Penyakit Chikungunya kemudian

menyebar di wilayah Uganda pada tahun 1963. Penyakit ini dilaporkan pertama

kali di Indonesia adalah di kota Samarinda pada tahun 1973, kemudian menyebar

di Kuala Tungkal, Jambi tahun 1980. Penyakit Chikungunya pada tahun 1983

merebak di wilayah Martapura, Ternate, dan Yogyakarta. Kejadian luar biasa

(KLB) Chikungunya terjadi pada awal tahun 2001 setelah menghilang hampir 20

tahun. Daerah yang pertama kali yang muncul adalah di Muara Enim, Sumatera

Selatan, dan Aceh, kemudian muncul di Bogor bulan Oktober. Demam

Chikungunya berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat), Purworejo, dan Klaten (Jawa

Tengah) pada tahun 2002. Selanjutnya berkembang hingga sekarang ke berbagai

wilayah lain di Indonesia (Hadi et al. 2012).

Nyamuk Culex quinquefasciatus

Morfologi dan Bioekologi Nyamuk Cx. quinquefasciatus

Nyamuk Cx. quinquefasciatus memiliki tubuh berwarna emas kecokelatan.

Probosis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna

lebih pucat pada bagian bawah. Skutum nyamuk ini berwarna kecoklatan dan

terdapat warna emas keperakan di sekitar sisiknya. Sayap berwarna gelap sampai

kecokelatan. Seluruh kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian. Kaki

belakang nyamuk ini memiliki femur yang berwarna lebih pucat (Guimaraes et al.

2000).

Page 17: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

7

Gambar 3 Nyamuk Cx. quinquefasciatus

(Sumber: http://www.arbovirus.health.nsw.gov.au)

Cx. quinquefasciatus sering ditemukan di dalam maupun di luar ruangan.

Nyamuk betina merupakan nyamuk yang aktif pada malam hari. Spesies ini lebih

menyukai menggigit manusia setelah matahari terbenam (Tiawsirisup dan

Nithiuthai 2006). Ciri khas nyamuk ini adalah posisi istirahatnya sejajar antara

tubuh (abdomen dan toraks) dengan permukaan tumpuan.

Peranan Nyamuk Cx. quinquefasciatus dalam kesehatan

Penyakit yang disebarkan oleh nyamuk Cx. quinquefasciatus diantaranya

adalah Filariasis dan Japanese Encephalitis (JE). Filariasis atau penyakit kaki

gajah (elephantiasis) disebabkan oleh cacing dari kelompok nematoda, yaitu

Wucheraria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori. Cacing betina akan

menghasilkan larva, disebut mikrofilaria, yang akan bermigrasi kedalam sistem

peredaran darah (Depkes 2010). Cacing ini ditularkan ke tubuh manusia melalui

nyamuk Cx. quinquefasciatus yang terinfeksi.

Filariasis terjadi akibat adanya cacing dewasa yang hidup di saluran getah

bening. Cacing tersebut akan merusak saluran getah bening yang mengakibatkan

cairan getah bening tidak dapat tersalurkan dengan baik sehingga menyebabkan

pembengkakan pada tungkai dan lengan. Cacing dewasa mampu bertahan hidup

selama 5–7 tahun di dalam kelenjar getah bening (Onggowaluyo 2002). Kondisi

ini dapat menyebabkan kecacatan, stigma, psikososial, dan penurunan

produktivitas penderita serta lingkungannya. Penyakit kaki gajah merupakan

penyakit yang terabaikan sebelumnya. World Health Organization (WHO) sejak

tahun 2000 mendeklarasikan “The Global Goal of Elimination of Lymphatic

Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020”. Indonesia berkomitmen

untuk menanggulangi filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global

(Depkes 2010).

Penyakit JE dikenali secara klinis pertama kali di Jepang pada tahun 1871.

Penyakit ini menyebar dari Jepang ke sebagian negara Asia termasuk Indonesia.

Page 18: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

8

Kasus JE merupakan kasus endemis dan bersifat zoonosis. Penyakit ini

disebabkan oleh Japanese Encephalitis virus yang termasuk dalam famili

Flaviviridae dengan genus Flavivirus. Virus JE menyerang susunan saraf pusat

dan menyebabkan peradangan otak. Penyakit ini ditularkan oleh nyamuk

(mosquito-borne viral disease) dengan perantaraan hewan lain, seperti babi

sebagai reservoar. (Sendow dan Bahri 2005; Dharma et al. 2009). Virus JE

menimbulkan penyakit akut dengan gejala klinis seperti sakit kepala, demam, dan

kejang. Virus ini merupakan agen penyebab penyakit radang saraf pusat seperti

meningitis dan ensefalitis yang parah dengan tingkat mortalitas antara 20-30%

(Ferro et al. 2003).

Keberadaan virus JE, vektor, dan hewan reservoar di berbagai wilayah

Indonesia menyebabkan perlunya kewaspadaan mewabahnya penyakit ini. Pada

tahun 1990 dilaporkan kasus JE pada seorang anak berkebangsaan Australia yang

tertular di Bali. Keberadaan penyakit JE pada manusia di Indonesia telah

dibuktikan keberadaanya berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan serologis.

Kejadian JE pada hewan hanya ditemukan berdasarkan serologis dan isolasi virus

penyebabnya. Berbagai spesies nyamuk berpotensi menularkan virus JE karena

berhasil dilakukan isolasi terhadap virus ini (Sendow dan Bahri 2005). Spesies

nyamuk di Indonesia yang berpotensi menularkan virus JE adalah Ae. aegypti, Ae.

albopictus, Cx. tritaeniorhynchus, Cx. quinquefasciatus, Cx. fuscocephalus

(Sendow et al. 2003; Hadi et al. 2011). Kasus epidemis dan sporadis dari virus ini

banyak terjadi di daerah yang mempunyai empat iklim dan di daerah tropis di

Asia. Negara tersebut diantaranya Jepang, Thailand, Vietnam, Kamboja,

Malaysia, Myanmar, China, India, Nepal, Sri Lanka, Rusia bagian tenggara, dan

Australia (Ferro et al. 2003)

Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna

(holometabola) karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan. Tahapan yang dialami oleh nyamuk yaitu tahap telur, larva, pupa,

dan dewasa (Gambar 3). Telur nyamuk akan menetas menjadi larva dalam waktu

1-2 hari. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu,

tempat, keadaan air, dan kandungan zat makanan. Soegijanto (2006) menyatakan

bahwa pada kondisi optimum larva berkembang menjadi pupa dalam waktu 4-9

hari, kemudian pupa menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari sehingga

waktu yang dibutuhkan dari telur hingga dewasa yaitu 7-14 hari.

Page 19: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

9

Gambar 4 Siklus hidup nyamuk

Sumber: http://www.cdc.gov

Pengendalian Nyamuk

Pengendalian nyamuk vektor dapat dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain menggunakan bahan kimia misalnya dengan menggunakan insektisida

pembasmi larva (larvasida), pemakaian repelen maupun fogging. Pengendalian

secara biologi dapat dilakukan dengan menebar ikan pemakan jentik dan

penggunanan larva Toxorhynchites sp., sedangkan secara fisik dikenal dengan

kegiatan 3M yaitu menguras, menutup, dan mengubur. Usaha pengendalian

tersebut harus berjalan secara sinergis agar efek yang dihasilkan terlihat nyata.

Kegiatan 3M dapat berdampak lingkungan yaitu polusi tanah akibat mengubur

barang-barang bekas.

Hadi et al. (2008) menjelaskan bahwa pengendalian nyamuk saat ini telah

telah berkembang menjadi program “3M plus”. Program ini disertai dengan cara

perlindungan diri lainnya yang dapat dilakukan oleh masyarakat seperti

penggunaan anti nyamuk bakar, aerosol, repelen, dan lainnya. Metode yang umum

digunakan untuk mengendalikan nyamuk vektor adalah dengan cara membunuh

jentik-jentiknya. Penggunaan insektisida nabati relatif lebih aman digunakan dari

pada insektisida sintetik. Jenis insektisida ini mudah terurai (biodegradable) di

alam sehingga tidak mencemari lingkungan. Insektisida nabati juga lebih aman

bagi manusia, ternak, dan hewan peliharaan karena residunya mudah hilang.

Pemakaian insektisida temephos sebagai larvasida di Indonesia untuk

membunuh jentik- jentik nyamuk telah dilakukan sejak 1976 (Riyadhi 2008).

Penggunaan insektisida sejenis secara terus menerus berimplikasi menimbulkan

resistensi pada nyamuk. Penggunaan insektisida secara efektif dan bijaksana

untuk menghindari resistensi. Oleh karena itu, dibutuhkan alternatif insektisida

Page 20: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

10

yang lain, sehingga penelitian terhadap jenis insektisida nabati perlu terus

dilakukan.

Insektisida Nabati

Insektisida nabati merupakan insektisida yang memiliki bahan aktif berasal

dari tumbuhan. Secara umum insektisida nabati adalah bahan-bahan alami yang

bersifat racun serta dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan serangga,

mempengaruhi tingkah laku, mempengaruhi hormon dan aktivitas lainnya yang

dapat mempengaruhi organisme pengganggu tanaman. Tahapan yang dilakukan

dalam pengembangan insektisida nabati meliputi eksplorasi, ekstraksi, fraksinasi,

isolasi, dan identifikasi (Grainge 2006).

Penggunaan racun (toksin) yang berasal dari tanaman dapat digunakan

untuk pengendalian larva nyamuk. Kandungan ekstrak tanaman terdapat senyawa

aktif utama dan beberapa senyawa lain yang kurang efektif. Keberadaannya dapat

meningkatkan efektivitas ekstrak secara keseluruhan (sinergi) (Kardinan 2001).

Hal ini memungkinkan serangga tidak mudah menjadi resisten.

Cara kerja (mode of action) insektisida nabati dalam membunuh serangga

sasaran adalah dengan menghambat perkembangan telur, larva, dan pupa.

Insektisida nabati dapat mengganggu aktivitas pergantian kulit larva dan

menghambat proses metamorfosis. Cara kerja lain adalah mengganggu atau

mencegah makan serangga pada berbagai tahap dan mengusir atau menolak hama

(Saraswati 2004). Insektisida dapat masuk ke dalam tubuh serangga melalui

berbagai cara antara lain sebagai racun perut (stomach poison) yang masuk ke

dalam tubuh serangga melalui alat pencernaan serangga. Senyawa insektisida

dapat masuk melalui kulit atau dinding tubuh secara langsung sebagai racun

kontak (contact poisoining). Senyawa aktif juga dapat masuk ke dalam tubuh

serangga melalui sistem pernapasan. Banyak senyawa yang merusak sistem saraf

yang bekerja menurunkan enzim asetilkolineterase. Enzim ini bertugas

menghantarkan pesan atau impuls dari saraf otot melalui sinaps (Fradin dan Day

2002).

Prijono (2004) menyatakan bahwa larvasida juga dapat masuk ke dalam

tubuh larva nyamuk melalui kulit atau dinding tubuh dengan cara osmosis. Kulit

atau dinding tubuh larva bersifat permeable terhadap senyawa yang dilewati.

Larvasida akan masuk ke sel-sel epidermis yang selalu mengalami pembelahan

dalam proses pergantian kulit, sehingga sel-sel epidermis mengalami kelumpuhan

(paralyisis) dan akhirnya mati. Larva yang keracunan insektisida menggulung

badannya dan melakukan gerakan teleskopik yaitu gerakan turun naik dari

permukaan air dengan cepat (Saraswati 2004).

METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari bulan April sampai dengan

Juli 2011. Penelitian dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama adalah ekstraksi

Page 21: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

11

dan uji fitokimia daun sambang colok yang dilakukan di Laboratorium

Farmakologi. Tahap kedua adalah pengujian larvasida yang dilakukan di

Laboratorium Entomologi Kesehatan Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan

Kesmavet.

Persiapan Daun Sambang Colok

Sampel yang digunakan adalah daun sambang colok. Tanaman sambang

colok diperoleh dari daerah Gunung Batu, Kota Bogor. Daun yang diperoleh

kemudian dicuci terlebih dahulu, disortir lalu dikeringkan dengan oven pada suhu

45 °C selama 2 hari dan dihaluskan menggunakan greeder.

Ekstraksi.

Serbuk daun sambang colok kering diekstraksi dengan metode maserasi

menggunakan etanol 70% hingga filtrat terakhir tidak berwarna hijau lagi. Ekstrak

kemudian disaring dan dipekatkan dengan rotavapor pada suhu 50 °C.

Uji Fitokimia (metode Harborne)

Uji Alkaloid

Sebanyak 1 gram sampel dilarutkan dalam 10 ml kloroform dan 4 tetes

NH4OH kemudian disaring dan filtratnya dimasukkan ke dalam tabung reaksi

tertutup. Ekstrak kloroform dalam tabung reaksi dikocok dengan 6 ml H2SO4 2 M

dan lapisan asamnya dipisahkan ke dalam tabung reaksi yang lain. Lapisan asam

ini diteteskan pada lempeng tetes dan ditambahkan pereaksi Meyer, Wagner, dan

Dragendorf yang akan menimbulkan endapan warna berturut-turut putih, coklat,

dan merah jingga.

Uji Saponin dan Flavonoid

Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian

ditambahkan 100 ml air panas dan didihkan selama 5 menit. Setelah itu, disaring

dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Uji saponin, 10 ml filtrat dimasukkan

ke dalam tabung reaksi tertutup kemudian dikocok selama 10 detik dan dibiarkan

selama 10 menit. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang

stabil. Sebanyak 10 ml filtrat yang lain ditambahkan 0.5 gram serbuk Mg, 2 ml

alkohol klorhidrat (campuran HCl 37% dan etanol 95% dengan perbandingan

1:1), dan 20 ml alkohol kemudian dikocok dengan kuat. Terbentuknya warna

merah, kuning, dan jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya

Flavonoid.

Uji Tanin

Sebanyak 5 gram sampel dilarutkan dalam akuades kemudian dipanaskan

selama 5 menit, lalu disaring dengan menggunakan kertas saring. Sebanyak 5 ml

filtrat hasil penyaringan ditambahkan 3 tetes FeCl3 10%. Terbentuknya warna biru

tua atau hitam kehijauan menunjukkan terdapat senyawa tanin.

Page 22: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

12

Uji Triterpenoid dan Steroid

Sebanyak 2 gram sampel dilarutkan dengan 25 mL etanol dan disaring

kedalam pinggan porselin kemudian diuapkan sampai kering. Residu ditambahkan

1 ml dietil eter dan dihomogenasikan. Selanjutnya ekstrak dipindahkan ke dalam

lempeng tetes lalu ditambahkan 1 tetes anhidrida asam asetat dan 1 tetes H2SO4

pekat. Warna merah atau ungu menunjukkan kandungan triterpenoid sedangkan

warna hijau atau biru menunjukkan kandungan steroid.

Persiapan Larva Nyamuk

Koloni nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus diperoleh dari

Laboratorium Entomologi Kesehatan IPHK. Koloni nyamuk dewasa ditempatkan

ke dalam kandang nyamuk. Persediaan makanan bagi nyamuk jantan dewasa

diberikan air gula 10% yang dimasukkan ke dalam botol kecil dan diberi kapas.

Nyamuk betina dewasa diberi makan berupa darah segar marmut. Kandang jepit

berisi marmut yang telah dicukur sebagian rambut punggungnva dimasukkan ke

dalam kandang nvamuk. Nyamuk betina yang telah mengisap darah marmut akan

bertelur.

Telur nyamuk Ae. aegypti diperoleh dengan menggunakan kertas saring.

Kertas saring dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml yang berisi air secukupnya

untuk melembabkan media tersebut. Kertas saring tersebut berfungsi untuk

menempelnya telur-telur dari nyamuk Ae. aegypti. Kertas saring yang berisi telur-

telur nyamuk kemudian dikeringkan pada suhu kamar dan disimpan dalam wadah

tertutup. Kertas saring dicelupkan ke dalam nampan plastik berukuran 30 x 20 x 5

cm yang berisi air untuk ditetaskan.

Nyamuk Cx. quinquefasciatus meletakkan telurnya di atas permukaan air.

Telur nyamuk Cx. quinquefasciatus tidak bisa disimpan dalam waktu lama karena

akan segera menetas setelah ditelurkan. Telur tersebut langsung dipindahkan

kedalam nampan plastik yang telah disiapkan. Telur akan menetas dan tumbuh

menjadi larva instar satu setelah 24 jam.

Telur-telur yang menetas berkembang menjadi larva. Stadium larva terbagi

menjadi empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar satu terjadi setelah 1-2

hari telur menetas, instar dua berkembang setelah 2-3 hari telur menetas, instar

tiga terjadi setelah 3-4 hari telur menetas. Larva tersebut diberi makan berupa

pelet ikan dan rebusan hati ayam. Larva yang digunakan untuk pengujian

efektivitas larvasida adalah larva instar tiga.

Uji Efektivitas Larvasida

Ekstrak kasar etanol dilarutkan dalam pelarut air dan diencerkan untuk

mendapatkan konsentrasi tertentu. Pengujian dilakukan dengan menggunakan

konsentrasi 0, 125, 250, 500, 750, 1000, dan 1500 ppm. Kontrol negatif

menggunakan air sebagai media tumbuh larva. Kontrol positif menggunakan

senyawa temephos dengan konsentrasi 1 ppm. Gelas plastik yang berisi larutan

ekstrak sebanyak 200 ml dimasukkan 20 ekor larva nyamuk instar tiga. Masing-

masing pengujian secara terpisah menggunakan larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx.

Page 23: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

13

quinquefasciatus. Pengamatan dilakukan pada jam 24, 48, dan 72 setelah

perlakuan serta dihitung jumlah larva yang mati.

Analisis Data

Data percobaan dilakukan analisa ragam (ANOVA) dan dilanjutkan sengan

uji Duncan pada taraf nyata 5% dengan program SPSS 16 for Windows. Analisis

probit dilakukan untuk mengetahui nilai LC50 dan LC90 dengan menggunakan

program Probit 1.5 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Ekstraksi dan Uji Fitokimia

Hasil ekstrak daun sambang colok diperoleh rendemen sebesar 4.33%

(b/b). Ekstrak dilakukan pengujian fitokimia secara kualitatif terhadap senyawa

alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, dan steroid (Tabel 1).

Tabel 1 Hasil uji kualitatif fitokimia ekstrak etanol 70% daun sambang colok

Jenis pengujian fitokimia Hasil pengujian

Alkaloid +

Saponin ++++

Tanin +++

Flavonoid +

Triterpenoid +

Steroid +++ Keterangan: + Positif lemah, ++ Positif , +++ Positif kuat, ++++ Positif kuat sekali

Efektivitas Larvasida terhadap Larva Ae. aegypti

Hasil pengujian efektivitas ekstrak daun sambang colok terhadap

mortalitas larva Ae. aegypti (Tabel 2) dan nilai konsentrasi letal (LC50 dan LC90)

(Gambar 5).

Page 24: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

14

Tabel 2 Persentase mortalitas larva Ae. aegypti pada pengamatan 24, 48, dan 72

jam setelah pemaparan dengan ekstrak daun sambang colok

Konsentrasi (ppm) Mortalitas (%)

24 jam 48 jam 72 jam

125 8.3c

10e 10

e

250 15.0c

21.7d 23.3

d

500 48.3b

63.3c 71.7

c

750 56.7b

73.3b 85.0

b

1000 91.7a

100a 100

a

1500 95.0a

100a 100

a

Temephos (1) 100a

100a 100

e

Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan uji berbeda

nyata pada taraf 5% (p<0.05)

Gambar 5 Nilai LC50 dan LC90 ekstrak daun sambang colok terhadap larva

Ae. aegypti pada pengamatan 24, 48, dan 72 setelah pemaparan

dengan ekstrak daun sambang colok

Efektivitas Larvasida terhadap Larva Cx. quinquefasciatus

Hasil pengujian efektivitas ekstrak daun sambang colok terhadap

mortalitas larva Cx. quinquefasciatus (Tabel 3) dan nilai konsentrasi letal (LC50

dan LC90) (Gambar 6).

494,47416,93

336,50

1347,62

904,29810,36

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1000,00

1200,00

1400,00

1600,00

24 48 72

Konse

ntr

asi

(p

pm

)

Waktu (jam)

LC 50

LC 90

Page 25: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

15

Tabel 3 Persentase mortalitas larva Cx. quinquefasciatus pada pengamatan 24, 48,

dan 72 jam setelah pemaparan dengan ekstrak daun sambang colok

Konsentrasi (ppm) Mortalitas (%)

24 jam 48 jam 72 jam

125 18.3c

38.3c 63.3

c

250 58.3b

60.0b 86.7

b

500 85.0a

85.0a 100

a

750 88.3a

88.3a 100

a

1000 96.7a

96.7a 100

a

1500 100.0a

100a 100

a

Temephos (1) 98.3a

100a 100

a

Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan uji berbeda

nyata pada taraf 5% (p<0.05)

Gambar 6 Nilai LC50 dan LC90 ekstrak daun sambang colok terhadap larva

Cx. quinquefasciatus pada pengamatan 24, 48, dan 72 setelah

pemaparan

234,33

154,58103,33

646,51

328,43

246,98

0,00

100,00

200,00

300,00

400,00

500,00

600,00

700,00

24 48 72

Konse

ntr

asi

(pp

m)

Waktu (jam)

LC 50

LC 90

Page 26: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

16

Perbandingan Efektivitas Larvasida terhadap Larva Ae. aegypti dan Cx.

quinquefasciatus

Tabel 4 Persentase mortalitas larva Ae. Aegypti dan Cx. quinquefasciatus serta

nilai LC50 pada pengamatan 24 jam setelah pemaparan dengan ekstrak

daun sambang colok

Konsentrasi (ppm) Mortalitas (%)

Ae. aegypti Cx. Quinquefasciatus

125 8.3c

18.3c

250 15.0c

58.3b

500 48.3b

85.0a

750 56.7b

88.3a

1000 91.7a

96.7a

1500 95.0a

100.0a

Temephos (1) 100a

98.3a

Nilai LC50 (ppm) 494.47 234.33 Keterangan: Huruf superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan uji berbeda

nyata pada taraf 5% (p<0.05)

Pembahasan

Ekstraksi dan Uji Fitokimia

Perhitungan rendemen ekstrak kasar dilakukan untuk mengetahui jumlah

senyawa yang dapat terekstrak oleh pelarut tertentu. Kandungan senyawa aktif

sambang colok sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, geografis, dan unsur

hara di dalam tanah. Oleh karena itu, kandungan bahan aktif ekstrak dapat

berbeda-beda di setiap daerah. Ekstrak daun sambang colok dilakukan pengujian

fitokimia secara kualitatif terhadap senyawa alkaloid, saponin, tanin, flavonoid,

triterpenoid, dan steroid. Golongan senyawa-senyawa tersebut diduga sebagai zat

aktif yang dapat berfungsi sebagai larvasida. Berdasarkan hasil uji fitokimia

ditemukan bahwa senyawa saponin merupakan senyawa yang paling dominan.

Efektivitas Ekstrak Daun Sambang Colok terhadap Larva Ae. aegypti

Ekstrak kasar daun sambang colok diujikan pada larva instar tiga nyamuk

Ae. aegypti. Pemilihan instar tiga sebagai fase uji karena lebih memiliki ketahan

terhadap cekaman lingkungan. Selain itu instar tiga lebih memiliki waktu yang

cukup lama untuk berubah menjadi imago (nyamuk dewasa). Kondisi ini

diperlukan karena pengujian larvasida memerlukan pengamatan beberapa hari.

Tingkat kematian larva terhadap ekstrak daun sambang colok dengan

konsentrasi 125 dan 250 ppm tidak berbeda nyata (p>0.05). Konsentrasi antara

750 dan 1000 ppm berbeda nyata (p<0.05). Pada konsentrasi 1000 dan 1500 ppm

tidak berbeda nyata (p>0.05), tetapi secara deskriptif kemampuan daya bunuh

konsentrasi 1500 ppm lebih besar dari pada 1000 ppm. Persentase mortalitas larva

pada konsentrasi 1000 dan 1500 ppm mendekati nilai mortalitas senyawa

Page 27: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

17

temephos. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sambang colok berpengaruh

terhadap kematian larva nyamuk (Tabel 2).

Kematian larva nyamuk Ae. aegypti akibat pemaparan ekstrak daun

sambang colok semakin bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi.

Semakin banyak jumlah senyawa aktif yang bereaksi dengan larva memungkinkan

peningkatan kematian. Efektivitas larvasida ekstrak terhadap kematian larva

nyamuk Ae. aegypti semakin bertambah seiring dengan bertambahnya waktu

paparan. Jumlah kematian larva nyamuk semakin meningkat pada pengamatan 48

jam dan 72 jam setelah pemaparan. Waktu paparan yang semakin lama

memungkinkan senyawa aktif bereaksi dengan larva, sehingga mengakibatkan

peningkatan jumlah kematian larva nyamuk Ae. aegypti (Tabel 3).

Pengujian larvasida senyawa bioaktif yang terdapat dalam ekstrak kasar

tumbuhan diperlukan untuk menentukan dosis dari suatu zat yang dapat

menyebabkan keracunan. Hal ini diperlukan untuk mengetahui jumlah

penggunaan konsentrasi yang tepat dalam aplikasinya. Tingkat konsentrasi yang

dapat menyebabkan kematian ditentukan dengan nilai konsentrasi letal (LC50 atau

LC90). Nilai LC50 adalah konsentrasi dari suatu bahan yang menyebabkan 50%

populasi mengalami kematian, sedangkan nilai LC90 adalah 90% populasi

mengalami kematian. Suatu ekstrak kasar memiliki potensi bioaktif apabila nilai

LC50-nya kurang dari 1000 ppm (Andriani 2008).

Nilai LC50 yang diperoleh dari pengujian larvasida ekstrak sambang colok

terhadap larva Ae. aegypti adalah 494,47 ppm (berkisar antara 300 sampai 500

ppm), sedangkan nilai LC90 adalah 1347,62 (berkisar antara 800 sampai 1300

ppm). Geris et al. (2008) menyatakan bahwa nilai LC50 standar untuk larvasida

nabati (senyawa murni) yaitu berkisar 0,1-49 ppm. Nilai LC50 sambang colok

tersebut masih jauh di bawah nilai standar. Kondisi ini disebabkan ekstrak kasar

masih banyak mengandung komponen senyawa yang perlu dipisahkan lebih lanjut

untuk mendapat senyawa aktif tunggal (murni).

Nilai konsentrasi letal suatu senyawa akan semakin berkurang seiring

dengan lama waktu paparan. Hal ini telah terlihat pada grafik peningkatan

mortalitas larva Ae. aegypti terhadap lama waktu paparan. Waktu paparan yang

semakin lama memungkinkan senyawa aktif bereaksi dengan larva, sehingga

terjadi peningkatan kematian larva. Hal ini menyebabkan penurunan nilai LC50

dan LC90 seiring bertambahnya waktu paparan (Gambar 5).

Efektivitas Ekstrak Daun Sambang Colok terhadap Larva Cx.

quinquefasciatus

Pengujian efektivitas ekstrak daun sambang colok juga dilakukan terhadap

larva Cx. quinquefasciatus. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa mortalitas

larva pada konsentrasi 125 ppm berbeda nyata dengan konsentrasi 250 ppm

(p<0.05). Konsentrasi 500 ppm, 750 ppm, 1000 ppm, dan 1500 ppm tidak berbeda

nyata dengan mortalitas pada senyawa temephos (p>0.05). Persentase mortalitas

larva pada konsentrasi 1000 ppm mendekati nilai mortalitas senyawa temephos (1

ppm). Nilai mortalitas konsentrasi 1500 ppm bahkan lebih besar dari mortalitas

larva pada senyawa temephos yakni sebesar 100% (Tabel 3). Hal ini

membuktikan bahwa ekstrak daun sambang colok (Aerva sanguinolenta)

mempunyai daya bunuh terhadap larva Cx. quinquefasciatus.

Page 28: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

18

Kematian larva akibat pemaparan ekstrak sambang colok semakin

bertambah seiring dengan penambahan konsentrasi. Semakin banyak jumlah

senyawa aktif yang bereaksi dengan larva menyebabkan terjadinya peningkatan

kematian larva nyamuk Cx. quinquefasciatus. Efektivitas larvasida juga semakin

bertambah seiring dengan bertambahnya waktu paparan. Waktu paparan yang

semakin lama memungkinkan senyawa aktif untuk bereaksi dengan larva sehingga

meningkatkan jumlah kematian (Tabel 3).

Nilai LC50 yang diperoleh dari pengujian larvasida ekstrak sambang colok

terhadap larva Cx. quinquefasciatus adalah 234.33 (berkisar antara 100 sampai

250 ppm), sedangkan nilai LC90 adalah 646.51 (berkisar antara 250 sampai 650

ppm). Nilai LC50 dan LC90 Cx. quinquefasciatus masih relatif lebih rendah jika

dibandingkan dengan nilai konsentrasi letal pada Ae. aegypti. Hal ini

menunjukkan bahwa ekstrak daun sambang colok (Aerva sanguinolenta)

mempunyai daya bunuh yang lebih efektif terhadap larva nyamuk Cx.

quinquefasciatus dibandingkan dengan larva Ae. aegypti. Nilai konsentrasi letal

sangat dipengaruhi oleh jenis atau spesies tertentu. Spesies nyamuk yang berbeda

menunjukkan respon yang berbeda terhadap ekstrak sambang colok yang

dipaparkan. Nilai LC50 dan LC90 suatu senyawa akan semakin berkurang seiring

dengan lama waktu paparan. Senyawa aktif dari ekstrak daun sambang colok akan

semakin efektif karena semakin lama waktu paparan pada larva. Hal ini

menyebabkan peningkatan jumlah kematian larva nyamuk Cx. quinquefasciatus

(Gambar 6).

Ekstrak Daun Sambang Colok sebagai Larvasida Nabati

Pengujian efektivitas larvasida pada ekstrak daun sambang colok belum

pernah dilakukan sebelumnya. Tanaman sambang colok termasuk dalam suku

Amaranthaceae. Aktivitas larvasida senyawa bioaktif tanaman dari suku

Amaranthaceae telah dilaporkan oleh Kamalakannan et al. (2011). Senyawa

metabolit sekunder hasil pengujian fitokimia yang terdapat pada ekstrak daun

sambang colok paling banyak mengandung saponin kemudian tannin serta steroid.

Golongan alkaloid dan flavonoid juga positif terdeteksi walaupun jumlahnya

sedikit. Senyawa-senyawa tersebut bekerja secara keseluruhan (sinergi) sehingga

dapat meningkatkan kematian larva nyamuk Ae. aegypti dan Cx. quinquefasciatus.

Aminah et al. (2001) menyatakan saponin dan golongan steroid

berpengaruh dalam pertumbuhan larva nyamuk. Saponin dapat menurunkan

tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding

traktus digestivus menjadi korosif. Chowdhury et al. (2008) menjelaskan bahwa

saponin menekan konsumsi makan, tingkat pertumbuhan, dan kemampuan

bertahan. Saponin memiliki rasa yang pahit sehingga dapat menyebabkan

mekanisme penghambatan makan pada larva uji. Rasa yang pahit menyebabkan

larva tidak mau makan sehingga larva akan kelaparan dan akhirnya mati.

Wiesman dan Chapagain (2005 ) melaporkan bahwa saponin yang didapat

dari ekstrak buah Balanites aegyptica menunjukkan kematian 100% pada larva

nyamuk Cx. pipiens. Efek fisiologis dan efek farmakologis saponin disebabkan

oleh kemampuannya untuk membentuk kompleks, baik dengan protein maupun

polisakarida (Gosh dan Chandra 2006). Kondisi ini juga dapat menyebabkan

nonaktifnya enzim pencernaan seperti enzim protease, karbohidrase, dan lipase

Page 29: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

19

maupun enzim yang lain seperti enzim toposomerase. Akibatnya penyerapan

protein dalam sistem pencernaan menjadi terganggu

Ekstrak daun sambang colok juga banyak mengandung senyawa tanin.

Senyawa ini mempunyai rasa getir sehingga menyebabkan nafsu makan larva

berkurang. Senyawa tanin di dalam tubuh larva akan mengikat protein pada

selaput lendir, mengikat enzim-enzim pencernaan, dan protein dari makanan

tersebut (Chowdhury et al. 2008). Hal ini menyebabkan terbentuknya lapisan

yang dapat menghambat proses penyerapan makanan dan rnenganggu kerja dari

saluran pencernaan. Tanin yang mengalami hidrolisa dan diserap oleh tubuh serta

bersirkulasi akan menyebabkan keracunan, akibatnya larva akan mati karena

kelaparan (Ramadhaniah 2004).

Golongan senyawa alkaloid umumnya larut pada pelarut akuades dan

metanol. Alkaloid dapat menurunkan gerakan larva karena bersifat depresan

sehinga menyebabkan paralisis dan berakhir dengan kematian (Isman et al.

2007). Alkaloid juga dapat mempengaruhi hormon pengatur pertumbuhan

sehingga larva tidak mampu untuk berubah menjadi pupa dan mati. Senyawa

Alkaloid yang berasal dari buah Piper longum dan Triphyophyllum pellatum telah

diketahui menunjukkan efek larvisida terhadap Cx. pipiens dan Ae. stephensi

(Francois et al. 1996). Senyawa flavonoid mempunyai sifat sebagai antimikroba,

anti-inflammatori dan aktivitas antikanker (Isman et al. 2007). Senyawa flavonoid

di dalam tubuh larva dapat menghambat proses pernapasan sel, menghambat

proses pembekuan darah serta dapat merangsang hormon pengatur pertumbuhan.

Adanya gangguan pada fisiologis larva akan menyebabkan kematian (Berger dan

Sicker 2009). Senyawa flavonoid pada tanaman Neorautanenia mitis juga

dilaporkan memiliki efek larvisida terhadap nyamuk An. gambiae dan Cx.

quinquefaciatus (Joseph et al. 2004).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Ekstrak etanol daun sambang colok (Aerva sanguinolenta) dengan

konsentrasi 1000 ppm terbukti menyebabkan kematian larva nyamuk Ae. aegypti

(91,7%) dan Cx. quinquefasciatus (96,7%). Nilai LC50 Ae. aegypti dan Cx.

quenquefasciatus adalah sebesar 494,47 dan 234.22 ppm.

Saran

Perlu dilakukan pengujian lanjutan meliputi fraksinasi, isolasi, dan

identifikasi dari senyawa aktif daun sambang colok untuk menggali potensinya

sebagai larvasida nyamuk yang efektif.

Page 30: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

20

DAFTAR PUSTAKA

Aminah NS, Sigit SH, Partosoedjono S, Chairul. 2001. S. rarak, D. metel , dan E.

prostate sebagai Larvisida Aedes aegypti. J Cermin Dunia Kedokteran. 131:

7-9

Andriani A. 2008. Uji potensi larvasida fraksi ekstrak daun Clinacanthus nutans L.

terhadap larva instar III nyamuk Aedes aegypti. [skripsi]. Bogor: Institut

Pertanian Bogor

[Bapedda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bogor. 2006.

Kabupaten Bogor dan Pemanfaatan Ruang yang Insentif. Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025.

Berger S, Sicker D. 2009. Classics in Spectroscopy: Isolation and Structure

Elucidation of Natural Products. Weinheim Germany: WILEY-VCH Verlag

GmbH & Co. KGaA

Budiyanto A. 2005. Studi Indeks Larva Nyamuk Ae. aegypti dan Hubungannya

dengan PSP Masyarakat tentang Penyakit DBD di Kota Palembang Sumatera

Selatan tahun. Litbang Departemen Kesehatan

[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2011. Preparedness and

Response for Chikungunya Virus: Introduction in the Americas. Washington

DC: PAHO Library Publication

[CDC] Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Mosquito Life-Cycle.

http://www.cdc.gov/Dengue/entomologyEcology/m_lifecycle.html [17 Juni

2012]

Chowdhury N, Ghosh A, Chandra G. 2008. Mosquito larvicidal activities of

Solanum villosum berry extract against the dengue vector Stegomyia aegypti. J

Biomed Central. 8:10

Christophers SR. 1960. Aedes aegypti (L) The yellow fever mosquito. London:

Cambridge Univ. Press

Dharma IDGS, Kristiani, Lazuardi L. 2009. Evaluasi sistem surveilance penyakit

Japanese Encephalitis di dinas kesehatan Kabupaten Gianyar. Working Paper

Vol. 7. Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan (KMPK), Universitas

Gajah Mada

[Depkes] Direktorat Jenderal P2PL. 2010. Rencana Nasional Program Akselerasi

Eliminasi Filariasis di Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral P2PL

Ferro C, Boshell J, Moncayo AC, Gonzalez M, Ahumada ML, Kang W. 2003.

Natural enzootic vectors of Venezuelan equine encephalitis virus in the

Magdalena Valley, Colombia. Emerging Infectious Diseases. Vol. 9(1)

Fradin MS, Day JF. 2002. Comparative efficacy of insects repellents against

mosquito bites. The New England Journal of Medicine. Vol. 347:13-18

Francois G, Looveren MV, Timperman G, Chimanuka B, Assi LA, Holenz J,

Bringmann G. Larvicidal activity of the naphthylisoquinoline-alkaloid-

dioncophylline-A against the malaria vector Anopheles stephensi. J

Ethnopharmacol. 54: 125-130

Geris R, Rodriguez E, Da Silva HHG, Da Silva IG. 2008. Larvicidal effects of

Fungal Meroterpenoids in the Control of Aedes aegypti in the Main Vector of

Dengue and Yellow Fever. J Chem & Biodiv 5: 341-345.

Page 31: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

21

Ghosh A, Chandra G. 2006. Biocontrol efficacy of Cestrum diurnum (L.)

(Solanales: Solanaceae) against the larval forms of Anopheles stephensi. J Nat

Prod Res. 20:371-379

Grainge M. 2006. Handbook of Plants with Pest Control Properties. New York:

Wiley Press

Guimaraes AE, Gentile C, Lopes CM, de Mello RP. 2000. Ecology of Mosquitoes

(Diptera: Culicidae) in Areas of Serra do Mar State Park, State of Sao Paulo,

Brazil. III – Daily Biting Rhythms and Lunar Cycle Influence. Mem Inst

Oswaldo Cruz. Vol. 95(6): 753-760

Hadi UK, Koesharto FX. 2006. Nyamuk. (Dalam) SH Sigit dan UK Hadi. (Ed).

Hama Pemukiman Indonesia, Pengenalan, Biologi, dan Pengendalian. Unit

Kajian Pengendalian Hama Pemukiman. FKH-IPB. Bogor

Hadi UK, Sigit SH, Gunandini DJ, Soviana S, Sugiarto. 2008. Pengaruh

Penggunaan Repelen Masal Jangka Panjang pada Suatu Pemukiman terhadap

Keberadaan Nyamuk Aedes aegypti (L.) (Diptera: Culicidae). J Entomologi

Indonesia Vol. 5 (1): 27-35

Hadi UK, Soviana S, Syafriati T. 2011. Ragam jenis nyamuk di sekitar kandang

babi dan kaitannya dalam penyebaran Japanese Encephalitis. J Veteriner.

12(4): 326-334

Hadi UK, Soviana S, Supriyono, Chalidaputra M. 2012. Pengamatan Vektor pada

Kejadian Luar Biasa Penyakit Chikungunya di Desa Leles dan Haruman,

Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kongres VIII dan Seminar

Nasional Perhimpunan Entomologi Indonesia (PEI). Bogor 24-25 Januari 2012,

IPB Internatinal Convention Center Botani Square Bogor

Harborne JB. 2006. Metode Fitokimia. Edisi ke-2. Terjemahan Kosasih

Padmawinata & Iwang Soediro. Bandung : Penerbit ITB

Hariana A. 2008. Tanaman Obat dan Khasiatnya Seri III. Jakarta: Penebar

Swadaya

Hasyimi M. 2004. Pengamatan tempat perindukan Aedes aegypti pada tempat

penampungan air rumah tangga pada masyarakat pengguna air olahan. J

Ekoogil Kesehatan 3(1): 37-42

Isman MB, Machial CM, Miresmailli S, Bainard LD. 2007. Essential Oil-Based

Pesticides: New Insights from Old Chemistry. In Pesticide Chemistry Crop

Protection, Public Health, Environmental Safety; Ohkawa H, Miyagawa H,

Lee PW Editor. Weinheim Germany: WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.

KGaA

Joseph CC, Ndoile MM, Malima RC, Nkunya MH. 2004. Larvicidal and

mosquitocidal extracts, a coumarin, isoflavonoids and pterocarpan from

Neorautanenia mitis. J Trans R Soc Trop Med Hyg. 98: 451-455

Kamalakannan S, Murugan K, Barnard DR. 2011. Toxicity of Acalypha indica

(Euphorbiaceae) and Achyranthes aspera (Amaranthaceae) leaf extracts to

Aedes aegypti (Diptera: Culicidae). J Aspen. 14: 41-45

Kardinan A. 2001. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar

Swadaya

Marisa. 2007. Toleransi larva dan nyamuk dewasa Aedes aegypti terhadap

temefos dan malation di wilayah endemik Kelurahan Duren Sawit Jakarta

Timur. [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Page 32: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

22

Nurhasanah S. 2001. Efek Mematikan Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata)

terhadap Larva Aedes aegypti [skripsi]. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

[NSW] The New South Wales Arbovirus Surveillance & Mosquito Monitoring

Program. 2012. Aedes aegypti adult. http://www.arbovirus.health.nsw.

gov.au/mosquit/photos/aedes_aegypti_adult.jpg [17 Juni 2012]

[NSW] The New South Wales Arbovirus Surveillance & Mosquito Monitoring

Program. 2012. Culex quinquefasciatus. http://www.arbovirus.health.nsw.

gov.au/mosquit/photos/mosquitophotos_culex.htm [17 Juni 2012]

Onggowaluyo JS. 2002. Parasitologi medik I (helmintologi). Edisi 1. Jakarta:

EGC

[PATH] Program for Appropriate Technology in Health. 2006. Japanese

Encephalitis Surveillance in Indonesia: current status and activities.

Prijono. 2004. Pengaruh campuran ekstrak Aglaia harmsiana Perkins dan

Dysoxylum acutangulum Miq. terhadap mortalitas dan oviposisi Plutella

xylostella (L.) (Lepidoptera: Yponomeutidae). JHPT Trop 4: 1–7

Ramadhaniah V. 2004. Pengaruh ekstrak daun legundi (wiex trifolia Linn.)

terhadap perkembangan pradewasa nyamuk Aedes alliopietus (Diptera:

Culicidae). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Riyadhi A. 2008. Identifikasi senyawa aktif tanaman kamandrah (croton tiglium)

dan biji jarak pagar (Jatropha curcas) sebagai larvasida nabati vektor demam

berdarah dengue. [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Saraswati. 2004. Pengaruh Konsentrasi Filtrat Biji Bengkuang (Pachyrrhizus

erosus L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus L.

[skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Sendow I, Syafriati T, Hadi UK. Molale M, Soviana S, Darminto. 2003.

Epidemiologi penyakit Japanese-B-Encephalitis pada babi di Propinsi Riau dan

Sumatera Utara. JITV. 8(1): 64-70

Sendow I, Bahri S. 2005. Perkembangan Japanese Encephalitis di Indonesia

Balitvet. Lokakarya Nasional Penyakit Zoonosis

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokima dalam Farmasi.Bandung: Penerbit ITB

Soegijanto S. 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi kedua. Surabaya: Airlangga

University Press

Tiawsirisup S, Nithiuthai S. 2006. Vector Competence of Aedes aegypti (L.) And

Culex quinquefasciatus (Say) for Dirofilaria imitis (Leidy). Journal of Insect

Science, 4:20

Wiesman Z, Chapagain BP. 2005. Larvicidal effects of aqueous extracts of

Balanites aegyptiaca (desert date) against the larvae of Culex pipiens

mosquitoes. Afr J Biotechnol. 4:1351-1354

Page 33: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0.05)

persentase kematian larva Ae. aegypti pada paparan 24 jam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Skor

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 3993.476a 9 443.720 462.055 .000

Perlakuan 1039.905 6 173.317 180.479 .000

Ulangan 1.143 2 .571 .595 .567

Error 11.524 12 .960

Total 4005.000 21

a. R Squared = .997 (Adjusted R Squared = .995)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi perlakuan

lebih kecil dari pada nilai p=0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut Duncan. Berikut

tabel hasil uji lanjut Duncan.

Skor

Duncan

Perlakuan N

Subset

1 2 3

125 3 1.6667

250 3 3.0000

500 3 9.6667

750 3 11.3333

1000 3 18.3333

1500 3 19.0000

Temephos 3 20.0000

Sig. .122 .059 .070

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .960.

Page 34: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

24

Lampiran 2 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0.05)

persentase kematian larva Ae. aegypti pada paparan 48 jam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Skor

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 4795.095a 9 532.788 3.357E3 .000

Perlakuan 1034.952 6 172.492 1.087E3 .000

Ulangan .095 2 .048 .300 .746

Error 1.905 12 .159

Total 4797.000 21

a. R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = .999)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi perlakuan

lebih kecil dari pada nilai p=0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut Duncan. Berikut

tabel hasil uji lanjut Duncan.

Skor

Duncan

Perlakuan N

Subset

1 2 3 4 5

125 3 2.0000

250 3 4.3333

500 3 12.6667

750 3 14.6667

1000 3 20.0000

1500 3 20.0000

Temephos 3 20.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .159.

Page 35: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

25

Lampiran 3 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0.05)

persentase kematian larva Ae. aegypti pada paparan 72 jam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Skor

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 5162.667a 9 573.630 1.291E3 .000

Perlakuan 1044.667 6 174.111 391.750 .000

Ulangan 2.000 2 1.000 2.250 .148

Error 5.333 12 .444

Total 5168.000 21

a. R Squared =.999 (Adjusted R Squared = .998)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi perlakuan

lebih kecil dari pada nilai p=0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut Duncan. Berikut

tabel hasil uji lanjut Duncan.

Skor

Duncan

Perlakuan N

Subset

1 2 3 4 5

125 3 2.0000

250 3 4.6667

500 3 14.3333

750 3 17.0000

1000 3 20.0000

1500 3 20.0000

Temephos 3 20.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .444.

Page 36: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

26

Lampiran 4 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0.05)

persentase kematian larva Cx. quinquefasciatus pada paparan 24 jam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Skor

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 5776.000a 9 641.778 213.926 .000

Perlakuan 634.286 6 105.714 35.238 .000

Ulangan 18.667 2 9.333 3.111 .082

Error 36.000 12 3.000

Total 5812.000 21

a. R Squared = .994 (Adjusted R Squared = .989)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi perlakuan

lebih kecil dari pada nilai p=0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut Duncan. Berikut

tabel hasil uji lanjut Duncan.

Skor

Duncan

Perlakuan N

Subset

1 2 3

0 3 3.6667

125 3 12.0000

250 3 17.0000

500 3 17.6667

750 3 19.3333

1000 3 19.6667

Temephos 3 20.0000

1500 3 1.000 1.000 .076

Sig. 3.6667

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 3.000.

Page 37: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

27

Lampiran 5 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0.05)

persentase kematian larva Cx. quinquefasciatus pada paparan 48 jam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Skor

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 7382.952a 9 820.328 9.396E3 .000

Perlakuan 139.810 6 23.302 266.909 .000

Ulangan .286 2 .143 1.636 .235

Error 1.048 12 .087

Total 7384.000 21

a. R Squared = 1.000 (Adjusted R Squared = 1.000)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi perlakuan

lebih kecil dari pada nilai p=0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut Duncan. Berikut

tabel hasil uji lanjut Duncan.

Skor

Duncan

Perlakuan N

Subset

1 2 3

125 3 12.6667

250 3 17.3333

500 3 20.0000

750 3 20.0000

1000 3 20.0000

1500 3 20.0000

Temephos 3 20.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = 1.508.

Page 38: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

28

Lampiran 6 Hasil Uji analisa ragam (ANOVA) dan uji Duncan (p<0.05)

persentase kematian larva Cx. quinquefasciatus pada paparan 72 jam

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Skor

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Model 5162.667a 9 573.630 1.291E3 .000

Perlakuan 1044.667 6 174.111 391.750 .000

Ulangan 2.000 2 1.000 2.250 .148

Error 5.333 12 .444

Total 5168.000 21

a. R Squared =.999 (Adjusted R Squared = .998)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi perlakuan

lebih kecil dari pada nilai p=0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

perbedaan yang nyata. Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut Duncan. Berikut

tabel hasil uji lanjut Duncan.

Skor

Duncan

Perlakuan N

Subset

1 2 3 4 5

125 3 2.0000

250 3 4.6667

500 3 14.3333

750 3 17.0000

1000 3 20.0000

1500 3 20.0000

Temephos 3 20.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .087.

Page 39: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

29

Gambar 7 Tanaman sambang colok

Gambar 8 Sampel tanaman yang telah

disortir

Gambar 9 Oven untuk pengeringan dengan

suhu 50 oC

Gambar 10 Uji fitokimia: serbuk kering

tanaman sambang colok (atas), uji alkaloid (bawah kiri), uji saponin (bawah kanan)

Page 40: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

30

Gambar 11 Kandang pemeliharaan nyamuk dewasa

Gambar 12 Nampan pemeliharaan larva

nyamuk

Gambar 13 Ekstrak daun sambang colok

Gambar 14 14 Uji larvasida nyamuk Ae.

aegypti dan Cx. quinquefasciatus

Page 41: EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SAMBANG COLOK (Aerva … · 2015-09-02 · FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013. ... pada pengamatan 24, 48, ... Nyamuk membutuhkan

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis, dilahirkan di Jombang pada tanggal 22 Februari 1991 sebagai anak

keempat dari lima bersaudara, anak dari pasangan Istichori dan Luluk Fuadah.

Pendidikan formal penulis sampai dengan tingkat SMA diselesaikan di

Jombang, yaitu MI Al-falah, SMPN 03 Darul „Ulum Peterongan dan SMA 02

Darul „Ulum Peterongan Jombang. Penulis lulus dari SMA dan pada tahun yang

sama diterima di jurusan Fakultas Kedokteran Hewan melalui jalur Beasiswa

Utusan Daerah (BUD) Departemen Agama Republik Indonesia.

Selama masa studi, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah

Endoparasit dan Pengelolaan Kesehatan Hewan dan Lingkungan (PKHL).

Penulis pernah mendapatkan hibah penelitian dari Orangutan Fondation United

Kingdom (OF UK) dengan melakukan penelitian lapang di Suaka Margasatwa

Lamandau Kalimantan Tengah dan mendapatkan pendanaan Program kreativitas

Mahasiswa dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI).