efektivitas dan kompatibilitas trichoderma sp .../efekti... · judul efektivitas dan kompatibilitas...

45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user SKRIPSI EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP., FLUSULFAMIDE, DAN EKSTRAK DAUN PAHITAN (TITHONIA DIVERSIFOLIA GREY.) UNTUK PENGENDALIAN AKAR GADA PADA KUBIS Oleh Laila Nur Milati H 0708121 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: nguyencong

Post on 19-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

SKRIPSI

EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP.,

FLUSULFAMIDE, DAN EKSTRAK DAUN PAHITAN (TITHONIA

DIVERSIFOLIA GREY.) UNTUK PENGENDALIAN AKAR GADA PADA

KUBIS

Oleh

Laila Nur Milati

H 0708121

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP.,

FLUSULFAMIDE, DAN EKSTRAK DAUN PAHITAN (TITHONIA

DIVERSIFOLIA GREY.) UNTUK PENGENDALIAN AKAR GADA PADA

KUBIS

SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Oleh

Laila Nur Milati

H 0708121

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 3: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

SKRIPSI

EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP.,

FLUSULFAMIDE, DAN EKSTRAK DAUN PAHITAN (TITHONIA

DIVERSIFOLIA GREY.) UNTUK PENGENDALIAN AKAR GADA PADA

KUBIS

Laila Nur Milati

H 0708121

Pembimbing Utama

Ir. Hardjono Sri Gutomo, MP

NIP. 195011171976111001

Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si

NIP. 196201161990021001

Surakarta, Juli 2012

Mengetahui

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan,

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 195602251986011001

Page 4: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

SKRIPSI

EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP.,

FLUSULFAMIDE, DAN EKSTRAK DAUN PAHITAN (TITHONIA

DIVERSIFOLIA GREY.) UNTUK PENGENDALIAN AKAR GADA PADA

KUBIS

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Laila Nur Milati

H 0708121

telah dipertahankan di depan Tim Penguji

pada tanggal : 25 Juni 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Program Studi Agroteknologi

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Hardjono Sri Gutomo, MP.

NIP. 195011171976111001

Anggota I

Dr. Ir. Hadiwiyono, M.Si

NIP. 196201161990021001

Anggota II

Ir. Trijono Djoko S., MP.

NIP. 19560616198431002

Page 5: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Skripsi ini

saya persembahkan untuk ibu Saniyah,

bapak Ngadito, dan adik saya tercinta Ginanjar Ibnu

Arif Zamzami yang senantiasa memberikan dukungan,

doa , kasih sayang, dan semangat tiada henti

Terimakasih .......

Page 6: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak

Daun Pahitan (Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian Akar Gada Kubis.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian

UNS

2. Dr. Ir. Hadiwiyono, MSi selaku ketua Program Studi Agroteknologi dan juga

sebagai pembimbing pendamping atas dorongan, semangat, waktu, ilmu, dan

bimbingan yang diberikan.

3. Dr. Ir. Supriyadi, MS selaku pembimbing akademik atas waktu dan bimbingan

yang diberikan.

4. Ir. Hardjono Sri Gutomo, MP selaku pembimbing utama atas dorongan,

semangat, waktu, ilmu, dan bimbingan yang diberikan.

5. Ir. Trijono Djoko Sulistyo, MP selaku dosen penguji, atas kritik, saran dan

bimbingan.

6. Ir. Fathurrochman selaku pembimbing lapangan atas ilmu, waktu, dan

bimbingan yang diberikan.

7. Bapak dan Ibu Badan Penyuluhan Kecamatan Jenawi dan Laboraturium

Pengamatan Hama dan Penyakit Tanaman Sukoharjo atas bantuan dan

dukungannya.

8. Bapak Sunarso beserta istrinya yang telah membantu menyelesaikan penelitian.

9. Terima kasih atas kasih sayang yang tulus dari bapak dan ibu yang mungkin

tak akan bisa terbalaskan.

10. Teman-teman Agroteknologi 2008 “Solmated” yang telah membantu,

memberikan semangat, dan dukungannya.

Page 7: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

11. Teman-teman kost “IC” atas bantuan, doa dan dukungannya.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala

bantuan baik langsung maupun tidak langsung, kritik, saran, dan dorongan

demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Segala kritik dan

saran sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

Page 8: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

RINGKASAN ....................................................................................................... xii

SUMMARY ........................................................................................................... xiii

No table of contents entries found.LAMPIRAN ................................................ 38

Page 9: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Judul dalam Teks

1. Pengaruh perlakuan Trichoderma sp., boraks, ekstrak daun pahitan dan

kombinasinnya terhadap hasil krop (ton/ha) ..................................................... 26

Judul dalam Lampiran

2. Data hasil pengamatan nilai AUDPC, keparahan penyakit, dan diameter

akar gada ............................................................................................................ 38

3. Hasil pengamatan diameter krop, kepadatan krop, dan berat krop kubis .......... 39

4. Data pengamatan hasil krop .............................................................................. 40

5. Data hasil pengamatan populasi mikroba rizhosfer (spk/g tanah) .................... 41

6. Hasil uji T data AUDPC, keparahan penyakit, dan diameter akar gada ........... 42

6a. Hasil uji T data AUDPC .............................................................................. 42

6a. (Lanjutan) .................................................................................................... 42

6b. Hasil uji T keparahan penyakit .................................................................... 42

6b. (Lanjutan) .................................................................................................... 42

6c. Hasil uji T diameter akar gada ..................................................................... 43

6c. (Lanjutan) .................................................................................................... 43

7. Hasil uji T berat, hasil, diameter, dan kepadatan krop ...................................... 43

7a. Hasil uji T berat krop ................................................................................... 43

7a. (Lanjutan) .................................................................................................... 44

7b. Hasil uji T hasil krop ................................................................................... 44

7b. (Lanjutan) .................................................................................................... 44

7c. Hasil uji T diameter krop ............................................................................. 44

7c. (Lanjutan) .................................................................................................... 45

7d. Hasil uji T kepadatan krop .......................................................................... 45

7d. (Lanjutan) .................................................................................................... 45

8. Hasil uji T populasi mikroba pada rizhosfer kubis ............................................ 46

8a. Hasil uji T populasi jamur pada rizhosfer kubis .......................................... 46

8a. (Lanjutan) .................................................................................................... 46

8b. hasil uji T populasi bakteri pada rizhosfer kubis ......................................... 46

8b. (Lanjutan) .................................................................................................... 47

Page 10: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Judul dalam Teks

1. Pengaruh perlakuan Trichoderma sp., ekstrak daun pahitan, dan

flusulfamide serta kombinasinya terhadap rata-rata nilai AUDPC pada

pengamatan minggu-13 ................................................................................... 19

2. Insidens penyakit akar gada ............................................................................ 21

3. Keparahan penyakit akar gada pada kubis di lahan pertanian Jenawi,

Karanganyar .................................................................................................... 22

4. Diameter akar gada saat panen kubis .............................................................. 23

5. Berat krop kubis saat pemanenan.................................................................... 25

6. Diameter kubis saat panen .............................................................................. 28

7. Kepadatan krop kubis saat panen .................................................................... 29

8. Populasi mikroba pada rizhosfer kubis ........................................................... 30

Judul dalam Lampiran

9. Penentuan dan pengacakan perlakuan pada 8 bedengan ................................. 47

10. A: Pahitan (Tithonia diversifolia), B: flusulfamide, C: isolat

Trichoderma sp. .............................................................................................. 48

11. A: benih kubis siap ditanam, B: benih kubis saat penanaman ........................ 48

12. Gejala akar gada di atas dan di bawah permukaan tanah ................................ 49

13. Kunci determinasi skor yang digunakan untuk tingkat keparahan penyakit .. 49

14. Hasil panen kubis ............................................................................................ 50

Page 11: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

RINGKASAN

EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP.,

FLUSULFAMIDE, DAN EKSTRAK DAUN PAHITAN (TITHONIA

DIVERSIFOLIA GREY.) UNTUK PENGENDALIAN AKAR GADA PADA

KUBIS. Skripsi: Laila Nur Milati (H0708121). Pembimbing: Hardjono Sri Gutomo,

Hadiwiyono, Trijono Djoko Sulistyo. Program Studi: Agroteknologi, Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Kubis merupakan sayuran yang banyak dibutuhkan karena mengandung zat-zat

yang penting bagi tubuh seperti protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Upaya

produksi kubis terus meningkat namun tidak diimbangi dengan teknik budidaya yang

tepat sehingga terjadi kerusakan kubis karena hama dan penyakit. Penyakit utama

yang menyebabkan kegagalan panen kubis disebabkan oleh Plasmodiophora

brassicae Wor. Cendawan ini menyebabkan pembengkakan pada akar sehingga

mengganggu sistem transportasi unsur hara. Upaya pengendalian penyakit ini sudah

banyak dilakukan namun belum ditemukan cara pengendalian yang paling efektif dan

ramah lingkungan.

Penelitian ini menggunakan tiga bahan yaitu Trichoderma sp., flusulfamide,

dan ekstrak daun pahitan (Tithonia diversifolia Grey.). Trichoderma sp. merupakan

agens hayati yang diketahui mampu mengeluarkan senyawa yang dapat menekan

pembentukan spora P. brassicae. Flusulfamide merupakan bahan kimia yang mampu

menekan pembentukan spora istirahat P. brassicae di dalam tanah. Daun pahitan

mempunyai kandungan zat yang dapat membunuh patogen termasuk jamur di dalam

tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2011 di Desa Gumeng,

Jenawi, Karanganyar dan Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perancangan penelitian disesuaikan

dengan kepentingan diatur menurut jenis perlakuan dan kemiringan. Pengamatan

dilakukan pada 8 perlakuan dengan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari kontrol

(perlakuan petani), Trichoderma sp. dengan dosis 100 g/bedeng, flusulfamide 10

g/bedeng, ekstrak daun pahitan 5% sebanyak 200 ml/lubang tanam, dan

kombinasinya. Variabel pengamatan meliputi insidens penyakit (IP), keparahan

penyakit (KP), berat krop, peningkatan hasil krop, diameter krop, kepadatan krop, dan

populasi mikroba rhizosfer kubis. Data hasil pengamatan dianalisis secara deskriptif

dilanjutkan uji T bila terdapat beda nyata.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bagian terinfeksi P. brassicae hanya

terjadi pada tiga bedengan atas yaitu perlakuan Trichoderma sp., Trichoderma sp. dan

pahitan, serta pahitan. Kubis yang telah terinfeksi akar gada masih dapat bertahan

hingga panen. Hal ini karena infeksi P. brassicae terjadi pada fase generatif sehingga

kubis masih dapat hidup meskipun hasil krop tidak sebaik pada tanaman sehat.

Kontrol memberikan hasil krop yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain

karena kesuburan tanah yang berbeda pada lahan. Hasil krop dengan diameter besar

tidak selalu memiliki kepadatan dan berat krop yang tinggi. Besar dan ukuran krop

tergantung pada besar dan lebar tulang daun. Daun terlalu lebar dan tulang daun

terlalu besar menyebabkan daun tidak tumbuh rapat sehingga menghasilkan krop

keropos. Populasi mikroba yang ditemukan pada rhizosfer kubis berbeda pada setiap

perlakuan. Pada kontrol tidak ditemukan bakteri dan pada kombinasi Trichoderma sp.

dan flusulfamide tidak ditemukan jamur.

Page 12: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

SUMMARY

EFFECTIVENESS AND COMPATIBILITY OF TRICHODERMA SP.,

FLUSULFAMIDE, AND PAHITAN LEAF EXTRACT (TITHONIA

DIVERSIFOLIA GREY.) FOR CONTROLLING CLUBROOT OF

CABBAGE. Thesis-S1: Laila Nur Milati (H0708121). Advicers: Hardjono Sri

Gutomo, Hadiwiyono, Trijono Djoko Sulistyo. Study Program: Agrotechnology,

Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University (UNS) Surakarta.

Cabbage is needed because it contains essential substances for body such as

proteins, carbohydrates, vitamins, and minerals. The effort of cabbage production

is continued to increase but it is not supported by the proper cultivation

techniques. The main disease is clubroot. It was caused by Plasmodiophora

brassicae Wor. The fungi causes swelling of the roots and interfere nutrient

transport systems. Control the disease had been efforted, but had not been found

how to control effectively environmental friendly.

This study uses three control agents. That are Trichoderma sp.,

flusulfamide, and pahitan leaf extract. Trichoderma sp. is a biological agent that

can suppress the germination spores of P. brassicae. Flusulfamide are chemicals

that can suppress the germination of P. brassicae resting spores in soil. Pahitan

leaves (Tithonia diversifolia Grey.) has substances that can kill pathogens

including fungi in soil. The experiment was conducted on June-December 2011 in

Gumeng, Jenawi, Karanganyar and Plant Pest and Disease Laboratory Faculty of

Agriculture, Sebelas Maret University. Research design appropriated to type of

treatment and slope. Observations were made at eight treatments with three

replications. The treatments are consisted of control (farmers treatment),

Trichoderma sp. with a dose of 100 g/plot, flusulfamide 10 g/plot, leaf extract

pahitan 5% at 200 ml/plant hole, and the combinations of them. Observation

variables are disease incidence, disease severity, weight of the crop, crop yield

increases, crop diameter, crop severity, and microbial populations in rhizosfer.

Observation data obtain, were analyzed descriptively and continued with T test if

there is real difference.

The observations indicated that P. brassicae infection occured on the

treatment of Trichoderma sp., combination of Trichoderma sp. and pahitan, and

pahitan. Cabbages infected by clubroots pathogen still survive until harvest. This

is due to the infection at the generative stage so the cabbages are still viable

although the yields was in healthy plants. Crop yield of control treatment was

better than other treatments because of the different soil fertility of the land. The

results of crop with a large diameter does not always have correlation with the

density and weight of the crop. The large and size of crop depend on the large and

broad leaves. Too wide and too big venation cause the leaves do not grow close

together they result in crop loss. Microbial populations are different between the

treatment. The control treatment was not found bacteria population and

Trichoderma sp. whereas flusulfamide treatment was not found the fungus.

Page 13: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai bahan pangan sayuran, kubis merupakan salah satu produk

pertanian yang banyak dibutuhkan masyarakat. Kubis mengandung zat-zat yang

lengkap seperti protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral yang sangat baik,

terutama untuk pertumbuhan anak. Di samping itu, kubis sebagai sumber utama

vitamin dan mineral sangat baik untuk menjaga vitalitas atau kesehatan tubuh

manusia. Hal tersebut untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sehingga

peningkatan sayur-sayuran, termasuk kubis penting sebagai salah satu usaha

diversifikasi sayuran (Cahyono 2002).

Budidaya kubis telah banyak dikembangkan di Indonesia tetapi rata-rata

hasilnya masih rendah. Salah satu penyebab utamanya adalah penyakit akar gada.

Gejala penyakit ini berupa pembengkakan pada jaringan akar sehingga fungsi akar

terganggu seperti translokasi zat hara dan air dari dalam tanah ke daun. Keadaan

ini menyebabkan tanaman menjadi layu, kerdil, kering, dan akhirnya mati.

Menurut Sholahuddin et al. (2009) di lapangan, insidens penyakit akar gada pada

kubis dapat mencapai 100% sehingga petani gagal panen. Penyakit ini telah

menyebabkan kubis hilang sebagai komoditas unggulan di daerah tersebut.

Penyakit akar gada yang disebabkan oleh patogen tular tanah

(Plasmodiophora brassicae Wor.) merupakan penyakit penting pada tanaman

kubis dan tanaman cruciferae lainnya. Patogen menyebabkan pembengkakan pada

akar dan kadang-kadang pada pangkal batang yang merupakan ciri khas dari

penyakit tersebut. Pembengkakan pada jaringan akar dapat mengganggu fungsi

akar seperti translokasi zat hara dan air dari tanah ke daun. Keadaan ini

mengakibatkan tanaman menjadi layu, kerdil, kering, dan akhirnya mati. Spora

istirahat patogen dapat bertahan hidup di dalam tanah sampai 17 tahun. Populasi

patogen sering merupakan campuran berbagai patotipe sehingga mempersulit

pengendaliannya (Cicu 2006).

Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar merupakan daerah penghasil sayuran

terutama kubis. Kubis di daerah ini pada awalnya merupakan sayuran yang

Page 14: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

potensial untuk dikembangkan. Adanya praktik budidaya yang tidak baik

menyebabkan terjadinya berbagai masalah. Salah satunya adalah penyakit akar

gada yang telah menyebar luas dan menyebabkan tingkat kerugian lebih dari 50%.

Hal ini dibuktikan dengan luas lahan 1000 m2 hanya menghasilkan kubis ± 1

kwintal. Prabayanti (2010) mengemukakan bahwa pengendalian penyakit ini lebih

diutamakan menggunakan bahan-bahan kimia. Pengendalian hayati dan

penggunaan tanaman sekitar sebagai pestisida nabati belum banyak

dikembangkan. Masyarakat berpikir bahwa pengendalian penyakit menggunakan

agens hayati dan pestisida nabati berlangsung lama dan cara pembuatannya rumit.

Pengendalian kimia yang dilakukan terus menerus dapat menyebabkan spora P.

brassicae lebih tahan terhadap bahan kimia (fungisida) yang diberikan.

Penggunaan pestisida kimia sintetik menyebabkan residu pada sayuran yang

tinggi. Hal ini dapat membahayakan masyarakat yang mengkonsumsi kubis

sehingga perlu dicari alternatif pengendalian yang paling prospektif adalah dengan

pengembangan agens hayati dan pemanfaatan tanaman sekitar sebagai pengganti

fungisida sintetik (Hanudin et al. 2003).

Berbagai penelitian telah dilakukan berkaitan dengan penyakit akar gada,

namun belum diperoleh hasil yang signifikan mengenai cara pengendalian akar

gada secara tepat. Untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida

sintetik maka dikembangkanlah alternatif pengendalian yang lain diantaranya

penggunaan pestisida nabati. Beberapa keunggulan dari pestisida nabati seperti

mudah terurai di lingkungan, dan relatif kurang beracun terhadap parasitoid

(Adoyo 1997). Selain itu mulai banyak dikembangkan agens hayati yang bersifat

antagonis terhadap patogen tular tanah. Cheah et al. (1997) mengemukakan bahwa

penggunaan agens hayati cukup menguntungkan karena agens hayati yang

diaplikasikan dapat memperbanyak diri secara mandiri bila kondisi lingkungan

memungkinkan sehingga lebih murah dalam biaya pengendalian penyakit akar

gada.

Page 15: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

B. Perumusan Masalah

Akar gada merupakan salah satu kendala utama pada budidaya kubis. Suatu

lahan yang telah terkontaminasi patogen ini, maka untuk waktu kurang lebih 10

tahun penyakit ini akan bertahan dalam lokasi membentuk spora, walaupun tidak

ditanami kubis-kubisan. Pengendalian secara hayati beberapa tahun terakhir mulai

dikembangkan sebagai alternatif pengendalian kimia yang memiliki efek samping

terhadap berbagai kerusakan lingkungan sehingga perlu dibatasi. Rumusan

masalah yang diajukan untuk penelitian ini adalah berdasarkan perlakuan

Trichoderma sp,. flusulfamide, dan ekstrak daun pahitan (Tithonia diversifolia)

serta kombinasinya, maka manakah yang paling efektif dan sesuai untuk

mengendalikan akar gada pada kubis.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan menganalisis efektivitas dan kompatibilitas

Trichoderma sp,. flusulfamide, dan ekstrak daun pahitan (Tithonia diversifolia)

untuk mengendalikan akar gada pada kubis.

D. Manfaat Penelitian

Memberikan rekomendasi kepada petani untuk mengendalikan akar gada

dengan cara yang tepat dan ramah lingkungan

Page 16: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kubis

Kubis merupakan tanaman asli daerah pesisir sungai sekitar Mediteran,

kemudian tersebar luas ke daerah tropis seperti India, Nepal, Filipina, dan

Indonesia. Berikut adalah klasifikasi kubis:

Divisio : Spermatophyta

Kelas : Dikotyledoneae

Ordo : Brassicales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica oleracea L. (Arief 1990).

Kubis termasuk golongan tanaman semusim atau berumur pendek dari

spesies Brassica oleracea, famili Brassicaceae. Tanaman pada umumnya tumbuh

pendek dengan ketinggian 20 cm, kecuali pada kubis Brussel yang dapat tumbuh

0,5 – 1 m. Batang kubis kadang-kadang bercabang tetapi pada umumnya tidak

bercabang. Kubis memiliki daun berwarna hijau biru dan membentuk roset.

Ukuran daun lebar dan besar dengan panjang dapat mencapai 50 cm atau lebih.

Daun kubis berdaging dan cukup tebal. Sistem perakaran pada tanaman kubis

adalah akar serabut yang tumbuh dan berkembang menyebar di sekitar permukaan

tanah sehingga perakaran kubis dangkal (Cahyono 2002).

Kubis yang dibudidayakan di Indonesia ada dua jenis, yaitu jenis semusim

(annual type) dan jenis dwi musim (biennial type). Kubis semusim dapat tumbuh,

berkrop, berbunga dan berbiji di daerah tropis pada umumnya dan Indonesia pada

khususnya, tanpa memerlukan periode pendinginan terlebih dahulu. Kubis dwi

musim dapat tumbuh di daerah tropis namun tidak dapat berbunga secara alami

karena tidak ada musim dingin panjang untuk merangsang pembungaannya. Jenis

dwi musim ini banyak diminati konsumen karena kropnya padat, tidak rapuk dan

tidak renyah seperti kubis semusim, namun pengembangan dari sisi pemuliaan

dan produksi benihnya terkendala oleh ketidakmampuan jenis kubis ini untuk

berbunga (Departemen Pertanian 2004).

Page 17: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

B. Akar Gada

Patogen tular tanah Plasmodiophora barssicae Wor. menyebabkan

penyakit akar gada (clubroot) pada tanaman kubis-kubisan. Patogen ini ditemukan

oleh ahli botani dan mikologi berkebangsaan Rusia yaitu Mikhail Stepanovich

Woronin pada tahun 1878 (Strelkov 2007). Patogen ini dapat membentuk spora

istirahat yang dapat bertahan hidup dalam tanah atau pada sisa-sisa tanaman

dalam jangka waktu lama. Patogen dapat menular melalui beberapa perantara

seperti perlengkapan usaha tani, bibit, hasil panen, pupuk kandang, air permukaan,

dan melalui angin (Cicu 2006). P. brassicae digolongkan dalam kelompok soil

invader yaitu jamur yang sewaktu-waktu dapat berada dalam tanah dan waktu-

waktu tertentu jamur ini dapat menginfeksi tanaman inangnya yang terdapat di

atas permukaan tanah (Nasahi 2010).

Gejala serangan yang ditimbulkan P. brassicae adalah pada siang hari

tanaman layu tetapi pada malam atau pagi hari daun segar kembali. Serangan

patogen yang semakin parah menyebabkan pertumbuhan terlambat, tanaman

kerdil dan tidak mampu membentuk bunga bahkan dapat mati. Selanjutnya terjadi

pembengkakan pada akar dan terjadi bercak-bercak hitam. Pengendalian yang bisa

dilakukan yaitu memberi perlakuan pada benih, menyemai benih di tempat yang

bebas penyakit, melakukan sterilisasi media semai ataupun tanah kebun,

melakukan pengapuran untuk menaikkan pH, mencabut tanaman yang sakit, dan

pergiliran atau rotasi tanaman dengan jenis yang tidak sefamili (Cahyono 1995).

Akar-akar yang terinfeksi jamur penyebab penyakit ini akan mengadakan

reaksi dengan pembelahan dan pembesaran sel, yang menyebabkan terjadinya

bintil atau kelenjar yang tidak teratur. Selanjutnya bintil-bintil ini bersatu sehingga

menjadi bengkakan yang mirip dengan batang (gada). Rusaknya susunan jaringan

akar menyebabkan rusaknya jaringan pengangkutan sehingga pengangkutan air

dan hara tanah terganggu. Tanaman tampak merana, daun-daunnya berwarna hijau

kelabu, dan lebih cepat layu daripada daun yang biasa. Kerusakan tanaman sudah

sangat parah saat gejala di bagian atas tanah mulai tampak (Semangun 1989).

Spora tahan akan terbebas dari akar sakit jika akar ini terurai oleh jasad-

jasad sekunder. Spora ini dapat segera tumbuh, tetapi juga dapat bertahan sangat

Page 18: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

lama. Sampai sekarang tidak ada bukti bahwa jamur dapat hidup sebagai saprofit

dalam tanah, tetapi tanah akan tetap terinfeksi oleh jamur selama 10 tahun atau

lebih meskipun di situ tidak terdapat tumbuhan inang (Semangun 1989).

C. Trichoderma sp.

Trichoderma sp. merupakan sejenis jamur yang termasuk kelas

Ascomycetes. Trichoderma sp. memiliki aktivitas antifungal. Di alam,

Trichoderma sp. banyak ditemukan di tanah hutan maupun tanah pertanian atau

pada substrat berkayu. Trichoderma sp. merupakan salah satu jamur yang dapat

menjadi agens biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama

yang bersifat patogen. Aktivitas antagonis tersebut meliputi persaingan,

parasitisme, predasi, atau pembentukkan toksin seperti antibiotik. Kemampuan

dan mekanisme Trichoderma sp. dalam menghambat pertumbuhan patogen secara

rinci bervariasi pada setiap spesiesnya. Perbedaan kemampuan ini disebabkan

oleh faktor ekologi yang membuat produksi bahan metabolit yang bervariasi pula.

Trichoderma sp. memproduksi metabolit yang bersifat volatil (mudah menguap)

dan non volatil. Metabolit non volatil lebih efektif dibandingkan dengan yang

volatil. Metabolit yang dihasilkan Trichoderma sp. dapat berdifusi melalui

membran dialisis yang kemudian dapat menghambat pertumbuhan beberapa

patogen. Salah satu contoh metabolit tersebut adalah monooksigenase yang

muncul saat adanya kontak antarjenis Trichoderma sp., dan semakin optimal pada

kemasaman 4. Ketiadaan metabolit ini tidak akan mengubah morfologi dari

Trichoderma sp. namun hanya akan menurunkan kemampuan penghambatan

patogen (Ahmad et al. 2010).

Hasil penelitian Cheah (1997) menunjukkan bahwa isolat Trichoderma sp.

berpotensi baik sebagai agens biokontrol karena memberikan peningkatan yang

signifikan pada berat krop. Aplikasi lebih lanjut dari isolat dari waktu ke waktu

dapat memungkinkan mereka untuk membangun di tanah ke tingkat yang dapat

menekan penyakit serta meningkatkan berat kubis.

Trichoderma sp. mampu memproduksi enzim kitinase yang berperanan

penting dalam kontrol fungi patogen tanaman secara mikoparasitisme.

Page 19: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Kemampuan beberapa spesies dari genus Trichoderma sp. sebagai mikroba

biokontrol yang sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan fungi patogen

tanaman dikaitkan dengan kemampuannya menghasilkan enzim kitinase

(Paulitz et al. 2001). Enzim kitinase produksi genus Trichoderma sp. lebih efektif

dari enzim kitinase yang dihasilkan oleh organisme lain, untuk menghambat

berbagai fungi patogen tanaman (Lorito et al. 1994). Kemampuan Trichoderma

sp. untuk memproduksi kitinase sangat bervariasi antargalur, yang mungkin

disebabkan perbedaan kecil pada gen yang mengkodenya (Tronsmo et al. 1993).

Variasi ini tidak saja terlihat dari jumlah aktivitas kitinase total yang

diproduksinya, tetapi juga pada jenis kitinase yang dihasilkan.

D. Flusulfamide

Flusulfamide merupakan salah satu bahan aktif dari produk baru fungisida

untuk akar gada. Flusulfamide dibuat menjadi dua formulasi fungisida yaitu debu

dan suspensi konsentrat dalam serangkaian bidang percobaan yang dilakukan di

Inggris. Flusulfamide diteliti memiliki kemampuan mengendalikan P. brassicae

(Cheah et al. 1998). Flusulfamide dalam bentuk debu dengan formulasi DP

(dispersible powder) yaitu fungisida berbentuk serbuk dan dicampur dengan

bahan organik seperti tempurung tanaman wallnut, bubuk mineral profilit, benofit,

dan talk. Fungisida dalam bentuk konsentrat (EC-emulsifiable consentrate) adalah

fungisida yang terdiri dari bahan aktif teknis, cairan pelarut untuk bahan aktif, dan

pengemulsi. Biasanya mengandung 15-50% bahan aktif (Untung 2006).

Flusulfamide (2-4-dichloroα, α, α-trifluoro-4-nitro-mtoluenesulfonanilide)

adalah keluarga sulfonanilide fungisida. Cara kerjanya adalah menghambat

perkecambahan spora dan sering digunakan untuk perlakuan tanah sehingga dapat

mengontrol P. brassicae, Pythium, Rhizoctonia dan Fusarium spp.

Di Taiwan, 0,5% flusulfamide DP (dispersible powder) direkomendasikan untuk

digunakan pada kubis dengan dosis 200 kg/ha dan dicampur dengan tanah

sebelum ditanami, untuk mengontrol penyakit akar gada yang disebabkan oleh

P. brassicae (Chen et al. 2004). Flusulfamide di pasaran dijual dengan merk

dagang Nebijin 0,3 DP dengan kandungan flusulfamide 0,3% .

Page 20: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Flusulfamide tidak langsung beracun untuk spora P. brassicae, namun

dapat menekan perkembangan akar gada dengan inhibisi perkecambahan dari

Plasmodiophora brassicae. Flusulfamide dapat menghambat perkecambahan

spora atau kelangsungan hidup zoospora primer yang dibebaskan dari spora rehat

(Tanaka et al. 1999).

E. Pahitan

Pahitan (Tithonia diversifolia Grey.) adalah tumbuhan perdu yang tumbuh

dengan tinggi 1 – 3 m. Bunga pahitan berwarna kuning, berbunga pada akhir

musim hujan, dan produksi biomassa daun cukup banyak serta tahan kekeringan.

Klasifikasi pahitan adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Thitonia

Spesies : Tithonia diversifolia (Shofyan 2010).

Adoyo (1997) mengemukakan bahwa tanaman paitan (T. diversifolia)

digolongkan dalam tanaman gulma, namun tanaman ini berkhasiat untuk

menyuburkan tanaman karena cepat terdekomposisi, dapat menyediakan nutrisi

bagi tanaman dan kaya akan phospor. Hasil penelitian Arneti (2009) menunjukkan

bahwa bunga T. diversifolia yang berasal dari dataran tinggi lebih baik

dibandingkan daun dataran rendah. Pengujian insektisida melalui metode celup

daun lebih tinggi mortalitas larva dibanding metode kontak. T. diversifolia selain

sebagai insektisida juga bersifat penghambat makan. Analisis GCMS (continuous

glucose monitoring system) bunga T. diversifolia mengandung Asam

Heksadekanoat (12,08%) dan asam Linoleat (20,40%) sedang daun T. diversifolia

mengandung asam Heksadekanoat (12,06%), phytol (8,04%), dan asam Linoleat

(10,83%).

Page 21: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Pahitan memiliki kandungan unsur hara yang mampu meningkatkan

ketahanan tanaman terhadap adanya gangguan oleh patogen penyebab penyakit

akar gada. Kandungan N (nitrogen) tanaman berkisar antara 3,1 – 5,5 %. K

(kalium) sebesar 2,5 – 5,5 %, dan P (phospor) sebesar 0,2 – 0,55 % (Hakim

2001). Yunasfi (2002) menyatakan bahwa tumbuhan yang memiliki kandungan N

cukup pertumbuhannya optimal tetapi jika kekurangan atau kelebihan maka

pertumbuhan terganggu. Kekurangan nitrogen mengakibatkan daun bagian bawah

berwarna kuning atau coklat muda, sedangkan batang menjadi kurus dan pendek.

Kelebihan nitrogen menyebabkan tanaman menjadi sukulen (lunak) sehingga

lebih rentan terhadap berbagai gangguan baik oleh patogen maupun lingkungan.

Selain unsur N, unsur K dan P juga penting untuk mendukung pertumbuhan.

Menurut Cahyono (2002) unsur K pada tanaman berfungsi meningkatkan

pertumbuhan karbohidrat. Tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit,

membantu pembentukan klorofil, dan meningkatkan daya serap air sehingga

tanaman tidak layu. Tanaman yang kekurangan unsur K menunjukkan gejala

bercak berwarna coklat pada tepi daun yang kemudian menjalar sampai pangkal

daun sehingga menyebabkan daun layu dan akhirnya mati. Unsur P diperlukan

tanaman untuk memperkuat berdirinya tanaman dan meningkatkan penyerapan

unsur-unsur hara tanaman. jika tanaman kekurangan unsur P, maka sistem

perakaran menjadi tidak sempurna sehingga mengganggu proses penyarapan

unsur hara.

Page 22: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan

Desember 2011 yang bertempat di Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar.

Karanganyar yang memiliki letak geografis 7o28’0’’LS dan 110

o40’0’’BT dengan

ketinggian tempat ± 1350 mdpl. Penelitian juga dilakukan di Kantor BPK (Balai

Penyuluhan Kecamatan) Jenawi, dan Laboratorium Biologi dan Kesehatan Tanah

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Letak geografis UNS

adalah 7o34’0’’LS dan 110

o49’0’’BT.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah lahan endemis patogen akar

gada, benih kubis varietas Balerina, tanah bebas patogen akar gada, ekstrak daun

pahitan, flusulfamide (Nebijin 0,3 DP), isolat Trichoderma sp, dedak, dan serbuk

gergaji kayu sengon. Media untuk perbanyakan Trichoderma sp. adalah dedak dan

serbuk gergaji kayu sengon dengan perbandingan 1:1 (dalam volume). Blender

digunakan untuk mengekstrak daun pahitan.

C. Cara Kerja Penelitian

1. Perancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan sesuai dengan kepentingan diatur

menurut jenis perlakuan dan kemiringan. Bila pada hasil percobaan terdapat beda

nyata maka dilakukan pengujian lanjutan dengan uji T dengan taraf 5 %.

2. Unit Perlakuan

Penelitian dilakukan dengan 8 bedengan perlakuan yang merupakan

kombinasi antara Trichoderma sp., flusulfamide, dan ekstrak daun pahitan. Setiap

perlakuan diulang tiga kali. Trichoderma sp. yang digunakan adalah isolat yang

telah dikembangbiakkan dalam media dedak dicampur serbuk gergaji lalu

dikemas dalam plastik. Masing-masing plastik berisi 100 gram media.

Flusulfamide diaplikasikan pada setiap bedeng sebanyak 10 gram. Ekstrak pahitan

Page 23: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

yang diaplikasikan adalah 200 ml dengan kandungan ekstrak pahitan sebanyak

5%.

Kombinasi perlakuan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

T : Trichoderma sp.

T+P : Trichoderma sp. dan pahitan

P : Ekstrak daun pahitan

T+P+F : Trichoderma sp., flusulfamide, dan pahitan

F+P : Flusulfamide dan pahitan

T+F : Trichoderma sp. dan flusulfamide

F : Flusulfamide

K : Kontrol (perlakuan petani)

3. Desain Penelitian

Tata letak perlakuan diatur menurut purposive design yaitu pengaturan letak

perlakuan berdasarkan kepentingan. Pengacakan dilakukan dengan

memperhatikan jenis perlakuan (desain penelitian disajikan pada lampiran 4

Gambar 8). Trichoderma sp. dan kombinasi Trichoderma sp. dan pahitan

diletakkan pada bedengan paling atas dengan harapan tidak tercampur

flusulfamide. Perlakuan yang mengandung flusulfamide semua diletakkan di

bedengan bawah untuk mengurangi kemungkinan terjadinya pencampuran

perlakuan. Kontrol diletakkan pada bedengan paling bawah karena pada lahan

miring, kesuburan tanah berbeda. Tanah paling bawah merupakan tanah paling

subur karena terjadi pengendapan unsur hara saat erosi. Hal tersebut menjadi

pertimbangan peletakan kontrol pada bedengan paling bawah.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

Tahap persiapan penelitian dimulai dengan survei lokasi. Lokasi penelitian

yang dipilih adalah lokasi yang merupakan lahan endemis patogen akar gada.

Setelah lokasi ditinjau, selanjutnya ditentukan 8 bedeng perlakuan yang telah

dibuat sesuai dengan kombinasi perlakuan yang diinginkan. Bedengan dan

ulangan ditentukan berdasarkan sifat dan karakteristik perlakuan. Setiap

kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali.

Page 24: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Persemaian

Persemaian benih kubis dilakukan di kantor BPK (Balai Penelitian

Kecamatan) Jenawi. Benih yang digunakan adalah varietas Balerina. Persemaian

menggunakan bak semai yang telah diisi dengan tanah sawah bebas patogen.

Tanah sawah untuk persemaian dicampur dengan pupuk kandang matang dengan

perbandingan 2:1 (dalam volume) dan didiamkan selama 2 hari. Sebelum disemai,

benih direndam dalam air panas dengan suhu ±50oC selama 30 menit. Selanjutnya

benih disemaikan satu per satu pada setiap petak yang terdapat dalam bak semai.

Benih ditutup dengan daun pisang dan dibuka setelah 3 hari. Penyiraman

dilakukan setiap hari. Benih yang sudah tumbuh dipindahtanamkan setelah

berumur 30 hari.

3. Perbanyakan Trichoderma sp. padat di laboratorium

Perbanyakan Trichoderma sp. padat dilakukan 2 minggu sebelum

penanaman. Isolat Trichoderma sp. diperoleh dari Laboratorium Penelitian Hama

dan Penyakit Tanaman (LPHPT) Sukoharjo (isolat Trichoderma sp. terdapat pada

lampiran 5 Gambar 9C). Media yang digunakan yaitu campuran dedak dan serbuk

gergaji terlebih dahulu direndam air selama 24 jam. Setelah direndam campuran

media diatuskan lalu disterilkan dengan pengukusan selama 2 jam. Media

selanjutnya dibiarkan hingga dingin kemudian dimasukkan isolat Trichoderma sp.

Isolat disimpan pada suhu 22–23oC dan tumbuh dalam waktu 3 hari. Isolat

digunakan setelah tumbuh merata pada media yaitu setelah 6 hari.

4. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum penanaman kubis.

Sebelum pengolahan tanah dilakukan pengukuran pH lahan endemi akar gada

yaitu 7,1. Tanah diolah sedalam 20–30 cm kemudian dibuat bedengan-bedengan.

Setiap bedeng memiliki panjang sekitar 10 m dan lebar 1 m. Setelah bedengan

siap, dilakukan pemupukan dasar. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk

kandang. Pupuk kandang sebanyak 30 ton/Ha dicampurkan dengan tanah pada

setiap bedengan lalu diratakan. Bedengan kemudian ditutup dengan mulsa plastik

hitam perak (MPHP) untuk mengurangi pertumbuhan gulma.

Page 25: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5. Aplikasi Flusulfamide

Sebelum bedengan ditutup dengan mulsa, pada bedengan yang telah

ditentukan diaplikasikan flusulfamide dengan dosis 10 gram pada setiap bedeng.

Dosis ini diterapkan sesuai dengan anjuran yang tertera pada petunjuk

penggunaan. Flusulfamide disajikan pada lampiran 5 Gambar 9B.

6. Aplikasi Trichoderma sp.

Trichoderma sp. diaplikasikan pada lahan sebanyak 100 gram per bedeng

atau satu bungkus plastik pada setiap bedeng. Pengaplikasian dilakukan dengan

mencampur Trichoderma sp. dan 8400 ml air kemudian disaring. Aplikasi

Trichoderma sp. dilakukan pada setiap lubang tanam dengan dosis 200 ml per

lubang. Ampas media sisa penyaringan dicampur dengan tanah sejumlah lubang

tanam yang terdapat pada setiap bedeng lalu diletakkan pada lubang tanam.

Aplikasi Trichoderma sp. dilakukan 3 hari sebelum penanaman kubis. Sebelum

pengaplikasian Trichoderma sp., lahan digenangi dengan air terlebih dahulu. Hal

ini bertujuan untuk merangsang pertumbuhan spora patogen penyebab akar gada.

Spora tersebut akan tumbuh namun bila tidak mendapatkan inang secara langsung

maka spora akan mati. Perlakuan penggenangan pada lahan sebelum penanaman

kubis diharapkan dapat mengurangi penyakit akar gada.

7. Penanaman

Benih kubis ditanam setelah berumur 30 hari. Benih ditanam dengan jarak

45cm x 45cm dengan pola tanam berbentuk persegi. Benih kubis dapat dilihat

pada lampiran 5 Gambar 10.

8. Pengamatan

Pengamatan pertumbuhan kubis dilakukan seminggu sekali dari awal tanam

hingga pada akhir masa panen. Hal yang diamati adalah pertumbuhan kubis dan

jumlah tanaman yang sakit.

9. Pembuatan dan Penyemprotan Ekstrak Daun Pahitan

Ekstrak daun pahitan dibuat dengan menghaluskan daun pahitan segar 50

gram dengan penambahan air 1000 ml. Penyiraman daun pahitan dilakukan pada

setiap lubang tanam masing-masing 200 ml. Aplikasi ekstrak daun pahitan

Page 26: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dilakukan secara berkala dua minggu sekali dimulai pada 2 minggu setelah

penanaman kubis. Bunga pahitan dapat dilihat pada lampiran 5 Gambar 9A.

10. Pemeliharaan

Pemeliharaan kubis meliputi penyiraman, penyiangan gulma, serta

pemupukan. Pemupukan awal dilakukan dengan pemberian pupuk NPK Ponska

(15:15:15 dalam volume) pada 3 minggu setelah tanam dengan dosis 5 gram per

tanaman. Pemupukan susulan selanjutnya dilakukan pada tujuh minggu setelah

tanam dengan dosis yang sama yaitu 5 gram per tanaman. Pupuk diberikan secara

langsung tanpa dicampur dengan tanah. Pengendalian gulma kubis dilakukan

secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang tubuh di sekitar tanaman.

Pemberian mulsa pada bedengan akan mencegah tumbuhnya gulma di sekitar

kubis. Pengendalian terhadap hama yang muncul dilakukan secara manual namun

bila populasi hama sudah tidak dapat dikendalikan secara manual maka

pengendalian dilakukan secara kimia seperti perlakuan petani.

11. Panen

Pemanenan kubis dilakukan pada umur 84 hari setelah pindah tanam. Cara

panen yaitu dengan memotong krop kubis menggunakan pisau. Daun terluar krop

dihilangkan kemudian dilakukan pengukuran berat krop, diameter, dan

pengelompokan krop menurut ukuran. Krop dikelompokkan berdasarkan ukuran

besar, sedang, dan kecil.

12. Penghitungan Populasi Mikroba Rhizosfer

Pengambilan sampel tanah dilakukan setelah selesai pemanenan. Sampel

tanah yang diambil di sekitar perakaran kubis yaitu 10 gram setiap perlakuan.

Selanjutnya dilakukan isolasi dan pembiakan mikroba di Laboratorium Hama dan

Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian UNS. Sampel tanah yang telah ditimbang

kemudian dimasukkan ke dalam botol dan dihomogenkan menggunakan magnetik

stirer selama 30 menit. Sampel tanah yang sudah homogen dilakukan

pengenceran. Pengenceran dilakukan lima kali yaitu 10-1

, 10-2

, 10-3

, 10-4

,dan 10-5

.

Pada pengenceran 10-5

diambil 1 ml kemudian dimasukkan cawan petri steril yang

sudah berisi PDA dengan menggunakan pipet ukur yang aseptis. Cawan petri

ditutup dan diikat menggunakan plastik finil. Setelah itu diinkubasikan pada suhu

Page 27: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kamar (220C-25

0C) selama 7 hari dan mengetahui jumlah koloni jamur yang

tumbuh. Pengamatan jumlah koloni jamur dan bakteri yang tumbuh dilakukan

1 hari setelah inokulasi hingga hari ketujuh.

E. Pengamatan Peubah

1. Nilai Area of Under the Disease Progress Curve (AUDPC)

Nilai AUDPC diperoleh dari hasil pengamatan insidens penyakit.

Perhitungan AUDPC untuk mengetahui jumlah penyakit dalam suatu populasi

yang merupakan area di bawah kurva perkembangan penyakit.

iiii

nttx

xixAUDPC

111

1 2

dengan : x = insidens penyakit, dan t = waktu pengamatan (hari ke-

0,7,14,21,28,35,42,49,56,63,70,77,84,91).

2. Insidens Penyakit (IP)

Pengamatan insidens penyakit dilakukan terhadap 336 tanaman sampel yang

terdapat pada 8 bedeng. Masing-masing bedeng terdiri dari 42 tanaman yang

dibagi menjadi tiga kelompok ulangan. Satu ulangan terdiri dari 14 tanaman.

Pengamatan dilakukan secara visual yaitu dengan mengamati gejala kelayuan

tanaman yang terjadi pada siang hari yaitu sekitar pukul 10.00 – 13.00 WIB. Nilai

insidens penyakit dihitung dengan rumus :

dengan keterangan : IP: Insidens Penyakit; A: jumlah tanaman sakit; B: jumlah

tanaman yang diamati.

3. Keparahan Penyakit

Pengamatan keparahan penyakit dilakukan pada setiap kelompok sampel.

Hal yang diamati antara lain tingkat pertumbuhan kubis, tingkat keparahan

penyakit berdasarkan gejala yang tampak (layu), dan pengamatan setelah panen

meliputi berat krop dan peningkatan hasil panen kubis.

Tingkat keparahan penyakit diamati berdasarkan skoring yang telah

ditetapkan adalah 0: tidak ada serangan; 1: kerusakan akar 1 – 20 %; 2: kerusakan

Page 28: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

akar 21 – 40 %; 3: kerusakan akar 41 – 60 %; 4: kerusakan akar 61 – 80 %; 5:

kerusakan akar 81 – 100% (Hadiwiyono 1997).

Keparahan penyakit dihitung menggunakan rumus :

dengan keterangan: KP: keparahan penyakit; n: jumlah tanaman sakit yang

menunjukkan skor tertentu (0 – 5); v: skor untuk tanaman yang sakit; N: jumlah

seluruh tanaman yang diamati; V: skor tertinggi yang digunakan.

4. Diameter Akar gada

Diameter akar gada diukur menggunakan jangka sorong pada saat kubis

selesai di panen.

5. Berat Krop

Pengamatan berat krop dilakukan saat panen. Krop ditimbang setelah

dipisahkan dari tanaman kemudian hasilnya dibandingkan dengan berat krop pada

berbagai perlakuan.

6. Peningkatan Hasil Krop

Perhitungan peningkatan hasil krop dapat dihitung setelah mengonversikan

hasil krop per hektar. Hasil krop per hektar dihitung dengan menjumlahkan berat

krop dalam luasan 10m x 0,6m pada setiap perlakuan. Peningkatan hasil krop

dihitung mrnggunakan rumus :

7. Diameter Krop

Diameter krop diukur saat panen menggunakan meteran kain. Pengukuran

dilakukan memanjang dengan menghitung keliling krop. Setelah itu dilakukan

penghitungan diameter menggunakan rumus keliling lingkaran.

8. Kepadatan Krop

Pengamatan kepadatan krop dilakukan dengan menghitung volume krop

(g/cm3). Perhitungan volume krop menggunakan rumus elips yaitu :

, dengan r = jari-jari krop

Page 29: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

9. Populasi mikroba pada rhizosfer kubis

Dihitung jumlah populasi antara jamur dan bakterinya.

F. Analisis Data

Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis secara deskriptif atau uji

T taraf 5%.

Page 30: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Umum Penelitian

Lahan penelitian terletak di Desa Gumeng, Jenawi, Karanganyar, terletak di

lereng gunung lawu bagian utara. Ketinggian tempat ± 1350 mdpl dengan

kemiringan 45o. Daerah ini sangat cocok ditanami sayuran. Jenis sayuran yang

paling banyak dibudidayakan petani adalah kubis-kubisan. Praktik budidaya kubis

yang kurang baik seperti penggunaan bibit yang tidak bebas patogen

menyebabkan timbulnya penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh P. brasiccae

mengakibatkan pembengkakan pada akar sehingga disebut menthol oleh

masyarakat sekitar. Penyakit ini sudah menyebar ke seluruh daerah Gumeng

sehingga daerah tersebut merupakan lahan endemis patogen akar gada. Menurut

Hadiwiyono (1997) kerusakan kubis akibat penyakit akar gada dapat mencapai

100% bila tidak dilakukan pengendalian sejak awal.

Lahan sebelum digunakan untuk penelitian ini juga ditanami dengan kubis

namun gagal panen. Lahan dengan luas 1000 m2 hanya mampu menghasilkan

kubis ± 1 kwintal. Hal tersebut disebabkan penyakit akar gada. Pengendalian yang

dilakukan petani sekitar adalah dengan cara konvensional yaitu mencabut kubis

yang sakit setelah itu dibuang pada sembarang tempat di sekitar tanaman. hal

tersebut menyebabkan patogen yang terbawa oleh tanaman sakit tersebar ke

bagian lahan lain. Selain pengendalian tersebut, penggunaan bahan kimia sintetis

juga sudah mulai digunakan petani tetapi kurang memperhatikan dosis pemakaian

yang benar (Prabayanti 2010). Hal tersebut menyebabkan P. brassicae menjadi

lebih tahan terhadap fungisida yang diberikan. Cicu (2006) mengemukakan bahwa

patogen akar gada P. brasiccae dapat menular melalui berbagai perantara seperti

angin, alat perlengkapan usaha tani, bibit, hasil panen, pupuk kandang dan air

permukaan.

Page 31: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

B. Intensitas Penyakit

Intensitas penyakit tanaman perlu diketahui untuk memudahkan dalam

memberi penanganan terhadap tanaman yang sakit. Intensitas penyakit terdiri dari

insidens (kejadian) penyakit dan severitas (keparahan) penyakit. Insidens penyakit

digunakan untuk menunjukkan perbandingan tanaman atau bagian tanaman yang

terserang patogen penyebab penyakit dengan total populasi. Keparahan penyakit

adalah bagian dari jaringan tanaman yang menunjukkan efek penyakit

(Rastas et al. 2012).

1. Nilai Area of Under the Disease Progress Curve (AUDPC)

Gejala penyakit akar gada mulai nampak pada umur kubis 49 HST. Hasil

perhitungan nilai AUDPC disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.

Keterangan : T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan; T+P+F:

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan pahitan; T+F:

Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide; Kontrol: Perlakuan petani

Gambar 1. Pengaruh perlakuan Trichoderma sp., ekstrak daun pahitan, dan

flusulfamide serta kombinasinnya terhadap rata-rata nilai AUDPC

pada pengamatan minggu ke-13.

Hasil perhitungan nilai AUDPC pada Gambar 1 diperoleh tiga perlakuan

yaitu Trichoderma sp., Trichoderma sp. dan pahitan, serta pahitan memiliki nilai

yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 23,33; 26,83; dan

10,50. Nilai AUDPC pada perlakuan lain adalah 0 (nol). Hasil penelitian

23,33

26,83

10,50

0 0 0 0 0 0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

AU

DP

C

Perlakuan

Page 32: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

menunjukkan bahwa pada semua perlakuan yang diujikan tidak terdapat beda

nyata. Perlakuan belum menunjukkan efektivitas dan kompatibilitasnya dalam

mengendalikan penyakit akar gada.

Perlakuan flusulfamide 0,012g (4g formulasi) dan pahitan dapat

menurunkan insidens penyakit (Nursutamora 2010). Dalam penelitian ini belum

dapat diketahui efektivitas flusulfamide dalam menekan P. brassicae. Faktor

lingkungan fisik atau kimia dapat menyebabkan tanaman menjadi sakit tanpa ada

serangan dari patogen. Faktor tersebut dapat juga mempengaruhi perkembangan

penyakit yang ditimbulkan patogen (Yunasfi 2002). Aplikasi flusulfamide

10 g/bedeng dan kombinasinya belum diketahui efektivitasnya karena patogen

akar gada (P. brassicae) tidak menginfeksi perakaran kubis seperti pada

penanaman kubis sebelumnya oleh petani.

P. brassicae pada lahan Jenawi tidak menginfeksi akar kubis secara

keseluruhan. Hal ini karena kondisi lingkungan saat penanaman cukup baik

sehingga mendukung pertumbuhan tanaman. Curah hujan tinggi hanya terjadi saat

awal penanaman selanjutnya tidak terjadi hujan hingga saat panen. Keadaan

tersebut menyebabkan iklim mikro yang cenderung lebih panas dibandingkan

kondisi sebelum penanaman. Sejarah lahan sebelumnya pada penanaman kubis

tidak menghasilkan krop karena penyakit akar gada, namun penanaman

berikutnya menunjukkan hasil yang berbeda karena hanya sedikit kubis yang

terinfeksi P. brassicae. Kubis yang sakit masih dapat tumbuh dan menghasilkan

krop, namun hasilnya tidak sebaik kubis sehat. Menurut Cicu (2005) penyakit

akar gada menurun bila diberi panas minimal selama 10 hari dan penurunan

penyakit lebih besar dan cepat pada temperatur yang lebih tinggi. Pemanasan

secara tidak langsung dapat mematikan patogen tetapi melemahkan.

2. Insidens Penyakit

Insidens penyakit merupakan proses terjadinya penyakit pada bagian

tanaman. Insidens penyakit akar gada diamati pada bagian atas tanaman. Insidens

penyakit akar gada pada kubis ditunjukkan oleh Gambar 2. Penyakit akar gada

ditemukan pada perlakuan Trichoderma sp. yaitu 2,31%, campuran Trichoderma

sp. dan pahitan 1,73%, serta pahitan 0,58%. Perlakuan yang dikombinasi dengan

Page 33: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

flusulfamide tidak terjadi penyakit dan pada kontrol juga tidak ditemukan adanya

penyakit akar gada. Gejala kubis sehat dan kubis sakit ditunjukkan pada lampiran

5 Gambar 11A dan 11B.

Keterangan : T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan; T+P+F:

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan pahitan; T+F:

Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide; Kontrol: Perlakuan petani

Gambar 2. Insidens penyakit akar gada.

Berbagai perlakuan yang diaplikasi pada lahan endemis akar gada di Jenawi,

Karanganyar tidak terdapat beda nyata meskipun pada tiga perlakuan yaitu

Trichoderma sp., Trichoderma sp. dan pahitan, serta pahitan ditemukan adanya

penyakit. Penyakit akar gada yang terjadi pada ketiga perlakuan tersebut tidak

menimbulkan kerusakan yang berarti pada tanaman. Menurut Cicu (2005) kubis

yang terinfeksi P. brassicae pada fase generatif akan mengalami sedikit kerusakan

pada tanaman. Kubis masih dapat tumbuh hingga masa panen meskipun hasil

kurang maksimal.

3. Keparahan Penyakit

Pengukuran keparahan penyakit dilakukan dengan metode penyekoran

kerusakan akar. Kerusakan akar kubis ditemukan pada perlakuan Trichoderma sp.

(2,06%), Trichoderma sp. dan pahitan (2,06%), serta pahitan (0,63%). Kerusakan

2,31

1,73

0,58

0 0 0 0 0 0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

Insi

den

s P

eny

ak

it (

%)

Perlakuan

Page 34: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

akar tidak terjadi pada kontrol dan perlakuan lain (akar sehat dan akar sakit dapat

dilihat pada lampiran 5 Gambar 11B dan 11C).

Keterangan : T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan; T+P+F:

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan pahitan; T+F:

Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide; Kontrol: Perlakuan petani

Gambar 3. Keparahan penyakit akar gada pada kubis di lahan pertanian Jenawi,

Karanganyar.

Gambar 3 menunjukkan bahwa pada semua perlakuan tidak berpengaruh

nyata terhadap kerusakan akar yang diakibatkan oleh patogen penyebab akar gada

P. brassicae. Kerusakan tertinggi adalah 2,06% yaitu pada perlakuan

Trichoderma sp. dan kombinasi Trichoderma sp. dan pahitan. Perlakuan ekstrak

daun pahitan menunjukkan keparahan penyakit 0,63% (kunci determinasi skor

akar gada ditunjukkan pada lampiran 5 Gambar 12. Kombinasi ketiga perlakuan

yaitu Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide tidak tedapat kubis yang

terinfeksi P. brassicae. Perlakuan flusulfamide dan pahitan, Trichoderma sp. dan

flusulfamide, flusulfamide, serta kontrol juga tidak terdapat infeksi P. brassicae.

Penelitian dengan meletakkan kontrol pada bagian paling bawah dengan

harapan tidak terpengaruh perlakuan di atasnya justru kurang efektif. Kondisi

kesuburan tanah pada lahan miring berbeda. Tanah yang paling banyak

mengandung unsur hara terdapat pada bagianpaling bawah. Hal ini menjelaskan

alasan pada kontrol tidak terjadi kerusakan akar pada lahan endemi. Menurut

2,06 2,06

0,63

0 0 0 0 0 0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

Kep

ara

ha

n p

eny

ak

it (

%)

Perlakuan

Page 35: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Djajadi et al. (2008) erosi yang terjadi pada lahan miring dapat melarutkan bahan

organik tanah, nitrogen, fosfor, dan kalium.

Pengaruh perlakuan tanah terhadap kejadian penyakit dan keparahan

penyakit akar gada bervariasi tergantung pada jenis perlakuan. Walaupun

perlakuan tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap insidens

penyakit dan keparahan penyakit di lapangan, tetapi dengan perlakuan tersebut

indeks penyakit akar gada lebih rendah dibandingkan dengan tanah tanpa

perlakuan. Bahkan perlakuan tanah hanya dengan pemberian pupuk kandang

secara nyata dapat meningkatkan produksi kubis di lapangan (Cicu 2005).

C. Diameter Akar Gada

Diameter akar gada digunakan untuk mengetahui tingkat keparahan infeksi

P. brassicae penyebab penyakit akar gada. Semakin besar diameter akar gada

semakin besar tingkat keparahan penyakit. Gambar 4 menunjukkan diameter akar

gada pada kubis. Akar gada terdapat pada perlakuan Trichoderma sp. 1,03 cm,

kombinasi Trichoderma sp. dan pahitan 1,04 cm, dan pahitan 1,02 cm. Kontrol

dan perlakuan lain tidak terdapat akar gada. Meskipun akar gada hanya ditemukan

pada tiga perlakuan namun secara keseluruhan perlakuan tidak terdapat beda

nyata.

Keterangan : Keterangan : T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan;

T+P+F: Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan pahitan;

T+F: Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide; Kontrol: Perlakuan petani

Gambar 4. Diameter akar gada saat panen kubis.

0,60 0,60 0,59

0 0 0 0 0 0,00

0,10

0,20

0,30

0,40

0,50

0,60

0,70

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

Dia

met

er a

kar

gad

a(c

m)

Perlakuan

Page 36: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Perlakuan yang diaplikasikan secara keseluruhan belum menunjukkan

efektivitas dan kompatibilitasnya. P. brassicae menunjukkan serangan yang

terlalu rendah dan tidak merata. Serangan terjadi pada tiga bedengan atas

sedangkan bedengan yang lain tidak terjadi serangan. Perlakuan Trichoderma sp.,

Trichoderma sp. dan pahitan, serta pahitan pada tiga bedengan atas memang

terdapat infeksi P. brassicae tetapi hal ini tidak menunjukkan kerusakan yang

berarti. Hanya beberapa kubis yang sakit. Hal ini secara ekonomis tidak

menimbulkan kerugian.

D. Berat Krop

Berat krop pada setiap perlakuan dan kombinasinya memiliki berat yang

hampir sama. Berat krop ditunjukkan oleh Gambar 5. Berat krop tertinggi terdapat

pada kontrol yaitu 2,94 kg. Pada perlakuan Trichoderma sp. berat krop adalah

2,60 kg. Perlakuan kombinasi Trichoderma sp. dan pahitan menunjukkan berat

krop yang paling rendah yaitu 1,81 kg. Berat krop pada perlakuan pahitan,

kombinasi Trichoderma sp. dan flusulfamide, dan flusulfamide adalah 2,40 kg,

2,54 kg, dan 2,56 kg. Kombinasi ketiga perlakuan (Trichoderma sp., pahitan, dan

flusulfamide) menunjukkan berat krop 2,13 kg lebih rendah dibandingkan

perlakuan kombinasi flusulfamide dan pahitan yaitu 2,33kg (hasil panen kubis

disajikan dalam lampiran 5 Gambar 13).

Page 37: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Antarangka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Keterangan : T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan; T+P+F:

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan pahitan; T+F:

Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide; Kontrol: Perlakuan petani

Gambar 5. Berat krop kubis saat pemanenan.

Berat krop pada perlakuan Trichoderma sp., tidak berbeda nyata dengan

perlakuan pahitan, kombinasi flusulfamide dan pahitan, kombinasi Trichoderma

sp. dan flusulfamide, flusulfamide, dan kontrol. Perlakuan kombinasi

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide berbeda nyata dengan perlakuan

Trichoderma sp., flusulfamide, kontrol, dan kombinasi Trichoderma sp. dan

pahitan. Perlakuan kombinasi Trichoderma sp. dan pahitan berbeda nyata dengan

semua perlakuan. Hal tersebut disebabkan adanya pertumbuhan krop kubis yang

tidak sama. Berat segar kubis merupakan akumulasi dari pertumbuhan bagian-

bagian tanaman itu sendiri. Semakin baik pertumbuhan batang dan daun akan

meningkatkan berat segar yang selanjutnya akan meningkatkan produksi.

Produksi suatu tanaman ditentukan oleh kegiatan yang berlangsung dari sel dan

jaringan sehingga ketersediaan hara yang lengkap digunakan oleh tanaman dalam

proses asimilasi dan proses fisiologi lainnya (Yulia 2008).

Peningkatan hasil krop kubis dapat diketahui berdasarkan Tabel 1.

Perlakuan Trichoderma sp. menghasilkan krop 44,26 ton/Ha dengan peningkatan

hasil krop -0,14%. Peningkatan hasil tersebut lebih baik dibandingkan

peningkatan krop pada perlakuan pahitan, flusulfamide, dan kombinasinya.

Peningkatan hasil krop menunjukkan nilai negatif karena hasil krop pada kontrol

2,60a

1,81c 2,40ab

2,13b 2,33ab 2,54ab

2,56a

2,94a

0,00

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

Ber

at

kro

p (

kg )

Perlakuan

Page 38: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

(51,46 ton/Ha) lebih baik daripada semua perlakuan. Peningkatan hasil krop yang

ditunjukkan pada perlakuan ini lebih baik padahal terdapat P. brassicae yang

menginfeksi kubis. Menurut Hadiwiyono (1997) Trichoderma sp. dapat

mengendalikan penyakit akar gada tidak berbeda dengan fungisida yang diaplikasi

secara tunggal maupun kombinasi. Trichoderma sp. cukup memberikan harapan

sebagai agens hayati dalam mengembangkan taktik pengendalian penyakit akar

gada yang ramah lingkungan.

Tabel 1. Pengaruh perlakuan Trichoderma sp., flusulfamide, pahitan dan

kombinasinnya terhadap hasil krop (ton/ha)

Perlakuan Hasil Krop

(ton/ha)*

Peningkatan

Hasil Krop (%)

Trichoderma sp. 44,26±6,18 a -0,14

Trichoderma sp. dan pahitan 31,73±3,93 b -0,38

Pahitan 38, 28±9,57 ab -0,26

Trichoderma sp., pahitan dan flusulfamide 35,90±10,16 ab -0,30

Flusulfamide dan pahitan 39,88±6,07 ab -0,23

Trichoderma sp. dan flusulfamide 39,25±10,70 ab -0,24

Flusulfamide 40,85±12,89 ab -0,21

Kontrol 51,46±7,62 a 0 *Antarangka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Perlakuan Trichoderma sp. dan ekstrak daun pahitan lebih sedikit daripada

perlakuan lain yaitu 31,73 ton/Ha. Peningkatan hasil krop adalah -0,38%.

Perlakuan pahitan menghasilkan krop 38,38 ton/Ha dan peningkatan hasil krop -

0,26%. Hasil tersebut lebih tinggi daripada perlakuan kombinasi Trichoderma sp.,

pahitan, dan flusulfamide hanya 35,90 ton/Ha dengan peningkatan hasil krop -

0,30%. Perlakuan flusulfamide dan pahitan menujukkan hasil yang lebih baik

karena memiliki hasil 39,88 ton/Ha dan peningkatan hasil krop 0,23%. namun, hal

tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan flusulfamide

yang menghasilkan krop 40,85 ton/Ha dan peningkatan hasil krop 0,21%.

Kombinasi Trichoderma sp. dan pahitan berbeda nyata dengan perlakuan

Trichoderma sp. dan kontrol tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Pemberian pupuk kandang saat pengolahan tanah berpengaruh nyata

terhadap berat krop per kubis. Pembentukan krop kubis sangat tergantung dari

Page 39: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

jumlah dan jenis pupuk organik yang diberikan. Tanpa pemberian pupuk organik

kualitas krop yang dihasilkan kurang memuaskan. Berat krop kubis juga

dipengaruhi oleh suhu. Suhu optimal untuk pembentukan krop kubis adalah

15oC – 20

oC. Jika melebihi suhu tersebut, kubis akan gagal membentuk krop

(Mariam 2002).

E. Diameter Krop

Pembentukan krop kubis merupakan suatu fase terjadinya pembelahan dan

perkembangan sel pada jaringan meristematik. Pucuk kubis merupakan jaringan

meristem yang mengalami pembelahan dan perkembangan sel tumbuh

membengkok setelah daun terluar membuka sempurna. Berat krop pada berbagai

perlakuan kubis berbeda dipengaruhi oleh kecepatan pembelahan sel dan

perkembangan di jaringan meristem tanaman. Semakin cepat pembelahan dan

perkembangan sel di bagian ini akan mempengaruhi kecepatan tanaman

membentuk krop (Yulia 2008).

Diameter krop (Gambar 6) menunjukkan bahwa diameter pada perlakuan

Trichoderma sp. lebih tinggi daripada perlakuan lain yaitu 22,33 cm. Perlakuan

Trichoderma sp. dan pahitan memiliki diameter krop 21,93 cm. Perlakuan

kombinasi Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide memiliki diameter krop

20,15 cm. Perlakuan flusulfamide dan pahitan memiliki diameter 19,36 cm. Hal

ini lebih rendah daripada perlakuan Trichoderma sp. dan flusulfamide yaitu 20,34

cm. Diameter krop pada perlakuan flusulfamide adalah 19,51 cm dan pada

kontrol 20,75 cm. Adanya penyakit akar gada pada tiga bedengan bagian atas

tidak menunjukkan pengaruh terhadap diameter krop kubis. Diameter krop pada

perlakuan Trichoderma sp. berbeda nyata dengan perlakuan pahitan, kombinasi

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide, kombinasi flusulfamide dan pahitan,

dan perlakuan flusulfamide tetapi tidak berbeda dengan perlakuan lain. Hasil pada

perlakuan Trichoderma sp., Trichoderma sp. dan pahitan lebih baik jika

dibandingkan dengan perlakuan lain yang tidak terinfeksi P. brassicae. Perlakuan

pahitan tidak sama dengan perlakuan Trichoderma sp., Trichoderma sp. dan

Page 40: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

pahitan. Pada perlakuan ini diameter krop lebih kecil dibandingkan keseluruhan

perlakuan.

Antarangka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%

Keterangan : T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan; T+P+F:

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan pahitan; T+F:

Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide; Kontrol: Perlakuan petani

Gambar 6. Diameter krop kubis saat panen.

Hasil pengamatan diameter krop menunjukkan bahwa kubis yang ditanam

dengan perlakuan petani (kontrol) memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan

dengan perlakuan lainnya. Hal ini karena kontrol berada pada bagian paling

bawah sehingga terjadi akumulasi unsur hara yang berasal dari tanah di atasnya.

Lahan penanaman kubis yang digunakan memiliki kemiringan 45% sehingga erosi

yang terjadi saat hujan sangat besar. Menurut Mariam (2002) aliran air dari atas

membawa mineral dan bahan-bahan organik di atasnya dan terendap pada bagian

paling bawah. Tanah tersebut menjadi tanah yang paling subur dibandingkan

dengan tanah di atasnya. Pemberian pupuk kandang saat pengolahan tanah mampu

memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan krop kubis. Pupuk NPK yang

diberikan mampu menunjang pertumbuhan kubis dalam membentuk krop

(Yulia 2008).

22,33a 21,92a

18,44b

20,15b 19,36b

20,34ab 19,51b 20,75ab

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

Dia

met

er k

rop

(cm

)

Perlakuan

Page 41: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

F. Kepadatan Krop

Besar dan ukuran krop berhubungan dengan lebar dan besarnya tulang daun.

Daun terlalu lebar dan tulang daun terlalu besar menyebabkan daun tidak dapat

tumbuh dengan rapat sehingga menghasilkan krop yang keropos (Yulia 2008).

Kepadatan krop dari 8 perlakuan disajikan pada Gambar 7. Kepadatan krop pada

perlakuan kombinasi Trichoderma sp. dan flusulfamide lebih tinggi dibandingkan

perlakuan lain yaitu 0,47 g/cm3. Kepadatan krop pada perlakuan Trichoderma sp.,

Trichoderma sp. dan pahitan, serta pahitan adalah 0,34 g/cm3, 0,39 g/cm

3, dan

0,40 g/cm3. Kombinasi dari ketiga perlakuan yaitu Trichoderma sp., pahitan, dan

flusulfamide memiliki kepadatan krop lebih kecil daripada semua perlakuan

(0,30 g/cm3). Perlakuan flusulfamide dan pahitan memiliki kepadatan krop

0,37 g/cm3 hampir sama dengan perlakuan flusulfamide yaitu 0,38 g/cm

3.

Kepadatan krop kontrol tidak berbeda jauh dengan perlakuan flusulfamide yaitu

0,35 g/cm3.

Keterangan : T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan; T+P+F:

Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan pahitan; T+F:

Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide; Kontrol: Perlakuan petani

Gambar 7. Kepadatan krop kubis pada saat panen.

Tingkat kekerasan krop menunjukkan kepadatan kubis. Hal tersebut

mempengaruhi kualitas kubis. Kubis yang padat memiliki mutu yang baik.

Semakin keras krop maka akan lebih tahan terhadap kerusakan fisik saat

0,34

0,39 0,40

0,30

0,37

0,47

0,38 0,35

0,00

0,05

0,10

0,15

0,20

0,25

0,30

0,35

0,40

0,45

0,50

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

Kep

ad

ata

n k

rop

(g/c

m3)

Perlakuan

Page 42: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pengangkutan maupun serangan hama sewaktu di lapangan (Sudjijo 1995). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata pada semua perlakuan

yang diujikan, namun Gambar 4 terlihat bahwa semua perlakuan dibandingkan

dengan kontrol menghasilkan kepadatan krop yang lebih tinggi. Pemberian

berbagai perlakuan pada kubis mempengaruhi proses pembentukan krop.

G. Populasi Mikroba pada Rhizozfer Kubis

Gambar 8 menunjukkan bahwa populasi jamur tertinggi adalah 3,65 spk/g

tanah terdapat pada perlakuan campuran Trichoderma sp. dan flusulfamide.

Perlakuan kombinasi flusulfamide dan pahitan tidak berbeda nyata dengan

perlakuan flusulfamide dan kontrol tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lain.

Populasi jamur tidak ditemukan pada kontrol. Perlakuan Trichoderma sp.,

pahitan, dan kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lain. Populasi bakteri tidak

ditemukan pada perlakuan campuran Trichoderma sp. dan flusulfamide. Populasi

bakteri yang terdapat pada kombinasi ketiga perlakuan (Trichoderma sp., pahitan,

dan flusulfamide) lebih banyak dibandingkan dengan populasi bakteri pada

perlakuan lain.

Antarangka pada kelompok jamur/bakteri diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata

pada taraf 5%

Keterangan : 1) T: Trichoderma sp.; T+P: Trichoderma sp. dan pahitan; P: pahitan;

T+P+F: Trichoderma sp., pahitan, dan flusulfamide; F+P: Flusulfamide dan

pahitan; T+F: Trichoderma sp. dan flusulfamide; F: Flusulfamide;

Kontrol: Perlakuan petani

2) spk : satuan pembentukan koloni

Gambar 8. Populasi mikroba pada rhizosfer kubis.

1,97b 1,67b 1,67b

2,16b

3,87a

0b

3,33a

5,94a

3,86a

5,60a

3,70ab 4,19a

5,85a

4,19a

5,92a

0b 0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

T T+P P T+P+F F+P T+F F Kontrol

Pop

ula

si m

ikro

ba

(sp

k/g

ram

tan

ah

)

Perlakuan

jamur bakteri

Page 43: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Penurunan indeks penyakit akar gada kubis dengan pupuk kandang

berkaitan dengan populasi mikroba rhizozfer, terutama aktinomycetes dan

cendawan. Organisme tersebut mengolonisasi akar kubis. Hal ini dapat

mengurangi kontak antara kubis dengan P. brassicae di dalam tanah sehingga

dapat mengurangi keparahan penyakit. Penekanan P. brassicae oleh mikroba

kemungkinan terjadi secara alami melalui proteksi pada akar sehingga dapat

meningkatkan ketahanan inang terhadap infeksi patogen (Cicu 2005).

Tanah dengan tingkat bahan organik tinggi memiliki mikroflora dan fauna

yang lebih kompleks dan lebih aktif. Hal tersebut berhubungan dengan

kemampuannya untuk menekan aktivitas patogen (Hoitink et al. 1996). Populasi

jamur yang terdapat pada perlakuan flusulfamide serta kombinasinya dengan

pahitan lebih sedikit dibandingkan dengan populasi jamur yang terdapat pada

perlakuan yang mengandung Trichoderma sp. Hal ini karena pengaruh

flusulfamide sebagai fungisida yang mampu menekan pertumbuhan populasi

jamur sehingga lebih sedikit dibandingkan perlakuan lain.

H. Pembahasan Umum

Penelitian ini menunjukkan bahwa semua perlakuan yang diberikan tidak

memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan dengan kontrol. Hal ini terjadi

karena P. brassicae menunjukkan serangan yang terlalu rendah dan tidak merata.

Kubis terinfeksi P. brassicae ditemukan pada tiga bedengan atas yaitu perlakuan

Trichoderma sp., Trichoderma sp. dan pahitan, serta pahitan. Serangan yang

ditimbulkan oleh P. brassicae tidak parah. Hanya beberapa kubis yang sakit.

Intensitas serangan P. brassicae yang terlalu rendah menyebabkan semua

perlakuan tidak dapat dibedakan. Hanya beberapa perlakuan yang terlihat gejala

penyakit akar gada namun tidak menimbulkan kerugian yang berarti. Kubis yang

sakit masih dapat tumbuh dan menghasilkan krop hingga saat panen. Kubis

terinfeksi P. brassicae terdapat pada perlakuan Trichoderma sp., pahitan, serta

kombinasi Trichoderma sp. dan pahitan. Meskipun demikian, tidak semua kubis

pada perlakuan tersebut terinfeksi oleh P. brassicae sehingga keparahan penyakit

yang timbul memiliki persentase kecil.

Page 44: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukkan semua perlakuan

memberikan hasil yang baik pada pembentukan krop. Berat krop tertinggi tersebut

tidak selalu memiliki kepadatan krop yang tinggi dan diameter besar, diameter

terbesar terdapat pada kontrol sedangkan kepadatan krop tertinggi terdapat pada

kombinasi perlakuan Trichoderma sp. dan pahitan.

Cheah et al. (2000) mengatakan bahwa Trichoderma sp. secara signifikan

dapat mengurangi keparahan penyakit pada akar tetapi tidak meningkatkan berat

krop kubis. Hadiwiyono (1997) mengemukakan bahwa perlakuan tanah dengan

Trichoderma sp. dapat mengendalikan penyakit akar gada tidak berbeda dengan

perlakuan fungisida secara tunggal maupun kombinasi. Penelitian tersebut

berbeda karena pada penelitian ini efektivitas Trichoderma sp. tidak tampak.

Penyebabnya adalah P. brassicae tidak ditemukan menginfeksi akar kubis.

Berat krop pada berbagai perlakuan kubis berbeda dipengaruhi oleh

kecepatan pembelahan sel dan perkembangan di jaringan meristem tanaman.

Semakin cepat pembelahan dan perkembangan sel di bagian ini akan

mempengaruhi kecepatan tanaman membentuk krop (Yulia 2008). Tinggi

tanaman dan lebar tajuk tidak selalu menghasilkan diameter yang besar pula.

Tidak selalu diameter krop besar diikuti oleh hasil yang tinggi. Hal tersebut

disebabkan pada diameter krop kecil terjadi kekompakan krop yang lebih padat

sehingga mempengaruhi berat dan kerusakan fisik krop (Sudjijo 1995).

Populasi mikroba rhizosfer hampir sama pada setiap perlakuan, namun pada

kontrol tidak ditemukan populasi jamur sedangkan pada kombinasi

Trichoderma sp. dan flusulfamide tidak ditemukan bakteri. Secara umum pada

semua perlakuan populasi mikroba baik jamur maupun bakteri paling sedikit

perdapat pada kontrol. Hal ini karena tidak dilakukan penambahan apa pun pada

kontrol kecuali pupuk kandang sebagai pupuk dasar yang ditambahkan sebelum

penanaman kubis.

Populasi bakteri dan jamur yang terdapat pada perlakuan yang dikombinasi

dengan pahitan memiliki jumlah populasi mikroba yang banyak. Selain itu hasil

yang terlihat pada berat dan kepadatan krop tinggi. Hakim et al. (2001)

menyatakan bahwa pahitan (Tithonia diversifolia) memiliki kandungan N tinggi

Page 45: EFEKTIVITAS DAN KOMPATIBILITAS TRICHODERMA SP .../Efekti... · judul Efektivitas dan Kompatibilitas Trichoderma sp., Flusulfamide dan Ekstrak Tithonia diversifolia Grey.) untuk Pengendalian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

sebagai tanaman non legum disebabkan oleh adanya peranan rhizhobakteria non

simbiotik baik digunakan untuk memperbaiki struktur tanah. Rhizhobakteria

hidup berasosiasi pada rhizhosfer. Rhizobakteria dapat menjadi agens untuk

meningkatkan produksi serapan hara dan biomassa pahitan. Menurut

Olabode et al (2007) pahitan meningkatkan bahan organik, serta mampu

menyediakan berbagai unsur hara. Kandungan lignin (6,5%), polifenol (1,6%), N

(3,50%), P (0,37%), dan K (4, 10%).

Mekanisme utama pengendalian patogen tanaman yang bersifat tular tanah

dengan menggunakan cendawan Trichoderma sp. dapat terjadi melalui

Mikoparasit (memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel

dan masuk kedalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga

cendawan akan mati). Trichoderma sp. menghasilkan antibiotik seperti

alametichin, paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan sel cendawan

melalui pengrusakan terhadap permeabilitas membran sel, dan enzim chitinase,

laminarinase yang dapat menyebabkan lisis dinding sel (Ismail 2010). Hal tersebut

belum dapat dibuktikan dalam penelitian ini karena infeksi P. brassicae tidak

terlihat pada berbagai perlakuan yang diujikan termasuk perlakuan yang

ditambahkan Trichoderma sp.