efektifitas pemberian lendir bekicot 100% … design pretest-posttest control group design yaitu...

17
1 EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% (Achatina fulica) DAN SEDIAAN KRIM 5% TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA BAKAR DERAJAT II (A) SECARA IN VIVO Mandala Adhi Putra 1) 1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta ABSTRAK Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari- hari yang berupa cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi, barang elektrik, dan radiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas lendir bekicot 100% dan sediaan krim lendir bekicot 5% terhadap lama penyembuhan luka bakar derajat II (A). Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif True Eksperimental menggunakan design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple random sampling. Sampel yang digunakan adalah mencit sebanyak 20 ekor yang dibagi menjadi 4 kelompok terdiri dari K1 tanpa perlakuan apapun, K2 dengan pemberian bioplacenton, P1 dengan pemberian lendir bekicot 100% dan P2 dengan sediaan krim lendir bekicot 5%. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penyembuhan luka bakar derajat II(A) pada K1 adalah 16 hari, K2 12,40 hari, P1 13,80 hari dan P2 11,40 hari. Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p value = 0,02 (p value <0,05) dan nilai F hitung (8.109) > F tabel (5,292) disimpulkan bahwa H 0 ditolak yang artinya lendir bekicot berpengaruh terhadap lamanya penyembuhan luka. Hasil uji LSD menunjukkan bahwa kelompok yang paling mempunyai hubungan signifikan adalah kelompok K1 dengan kelompok P2 dimana Mean Difference adalah 4.600. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sediaan krim lendir bekicot 5% paling efektif terhadap lama penyembuhan luka bakar derajat II (A) yaitu 11,40 hari. Lendir bekicot 100% dan Sediaan krim lendir bekicot 5% efektif dalam penyembuhan luka bakar derajat II (A). Kata kunci: Lendir bekicot (Achatina fulca), sediaan krim 5%, lama penyembuhan luka, In Vivo ABSTRACT Burn wound is one of the traumas that frequently happens in our daily life, that is, a tissue injury due to the contact with dry heats (fire) and moist heats hot vapor or hot liquid), chemicals, electronic devices, and radiations. The objective of this research is to investigate the effectiveness of the administration of snail slime of 100% and specimen of snail slime cream of 5% on the healing duration of Grade II (A). This research used the true experimental research method with pretest-posttest control group design. The samples of the research were taken by using the simple random sampling technique. They consisted of 20 mice, and were divided into four groups, namely: K1 without any treatment, K2 with bioplacenton treatment, P1 with the treatment of snail slime of 100% and P2 with the treatment of specimen of snail slime cream of 5%. The average durations for the healing of burns of Grade II(A) of K1, K2, P1, and P2 are 16 days, 12.40, 13.80, and 11.40 days respectively. The result of the test with the one-way analysis of variance

Upload: docong

Post on 26-May-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

1

EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% (Achatina fulica)

DAN SEDIAAN KRIM 5% TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN

LUKA BAKAR DERAJAT II (A) SECARA IN VIVO

Mandala Adhi Putra1)

1) Mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Luka bakar merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-

hari yang berupa cedera terhadap jaringan yang disebabkan oleh kontak dengan panas

kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi, barang elektrik, dan

radiasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas lendir bekicot 100% dan

sediaan krim lendir bekicot 5% terhadap lama penyembuhan luka bakar derajat II (A).

Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif True Eksperimental

menggunakan design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan

Simple random sampling. Sampel yang digunakan adalah mencit sebanyak 20 ekor yang

dibagi menjadi 4 kelompok terdiri dari K1 tanpa perlakuan apapun, K2 dengan

pemberian bioplacenton, P1 dengan pemberian lendir bekicot 100% dan P2 dengan

sediaan krim lendir bekicot 5%. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata penyembuhan

luka bakar derajat II(A) pada K1 adalah 16 hari, K2 12,40 hari, P1 13,80 hari dan P2

11,40 hari. Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p value = 0,02 (p value <0,05) dan

nilai Fhitung (8.109) > Ftabel (5,292) disimpulkan bahwa H0 ditolak yang artinya lendir

bekicot berpengaruh terhadap lamanya penyembuhan luka. Hasil uji LSD menunjukkan

bahwa kelompok yang paling mempunyai hubungan signifikan adalah kelompok K1

dengan kelompok P2 dimana Mean Difference adalah 4.600. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa sediaan krim lendir bekicot 5% paling efektif terhadap lama penyembuhan luka

bakar derajat II (A) yaitu 11,40 hari. Lendir bekicot 100% dan Sediaan krim lendir

bekicot 5% efektif dalam penyembuhan luka bakar derajat II (A).

Kata kunci: Lendir bekicot (Achatina fulca), sediaan krim 5%, lama penyembuhan luka,

In Vivo

ABSTRACT

Burn wound is one of the traumas that frequently happens in our daily life, that is, a

tissue injury due to the contact with dry heats (fire) and moist heats hot vapor or hot

liquid), chemicals, electronic devices, and radiations. The objective of this research is to

investigate the effectiveness of the administration of snail slime of 100% and specimen of

snail slime cream of 5% on the healing duration of Grade II (A). This research used the

true experimental research method with pretest-posttest control group design. The

samples of the research were taken by using the simple random sampling technique. They

consisted of 20 mice, and were divided into four groups, namely: K1 without any

treatment, K2 with bioplacenton treatment, P1 with the treatment of snail slime of 100%

and P2 with the treatment of specimen of snail slime cream of 5%. The average durations

for the healing of burns of Grade II(A) of K1, K2, P1, and P2 are 16 days, 12.40, 13.80,

and 11.40 days respectively. The result of the test with the one-way analysis of variance

Page 2: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

2

shows that the value of p is 0.02 which is smaller than 0.05, and the value of F count =

8.109 is greater than that of Ftable = 5.292. Thus, H0 is rejected, meaning that the snail

slime has an effect the burn healing durations. The result of the LSD test shows that the

groups bearing the most significant correlation are K1 and P2 whose mean difference is

4.600. Therefore, it can be concluded that the specimen of snail slime cream of 5% is the

most effective for the healing of burns of Grade II (A), namely: 11.40 days. The snail

slime of 100% and the specimen of snail slime cream of 5% are effective for the healing

of burns of Grade II (A).

Keywords: Snail slime, specimen of snail slime of 5%, burn healing durations, and in

vivo

PENDAHULUAN

Luka bakar merupakan salah satu

trauma yang sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari yang berupa cedera

terhadap jaringan yang disebabkan oleh

kontak dengan panas kering (api), panas

lembab (uap atau cairan panas), kimiawi

(seperti, bahan-bahan korosif), barang-

barang elektrik (aliran listrik atau lampu),

atau energi elektromagnetik dan radiasi

(Ekrami and Kalantar 2007).

Menurut Michael Peck, Joseph

Molnar dan Dehran Swart dalam Bulletin

of the World Health Organization A

global plan for burn prevention and care

(2009), bahwa setiap tahun lebih dari

300.000 orang meninggal akibat luka

bakar, jutaan lebih menderita cacat tubuh

yang mempengaruhi efek pada

psikologis, sosial dan ekonomi.

Penelitian di Belanda menunjukkan 70%

kejadian luka bakar terjadi di lingkungan

rumah tangga, 25% di tempat industri,

dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu

lintas (Kristanto 2005). Di Asia tercatat

sekitar 195. 000 jiwa yang meninggal

karena luka bakar (WHO 2012). Korban

meletusnya Gunung Merapi di Kabupaten

Magelang, Kabupaten Klaten dan

Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa

Tengah serta Kabupaten Sleman di

Provinsi D.I. Yogyakarta, berdasarkan

informasi dari Dinas Kesehatan tercatat

korban meninggal dunia sebanyak 275

orang dan sebanyak 577 orang dirawat

(Depkes 2010).

Bekicot (Achatina fulica) sebagai

salah satu bahan tradisional yang

digunakan untuk pengobatan luka (Bayu

2010). Lendir bekicot mempunyai nilai

biologis yang tinggi dalam penyembuhan

dan penghambatan proses inflamasi

(Swastini 2011). Menurut Berniyanti

(2007), bahwa lendir bekicot terdapat

peptida antimikroba yang dapat

mempengaruhi viabilitas ultrastruktur

bakteri gram negatif dan gram positif

melalui nilai biologis yang tinggi dalam

penyembuhan dan penghambatan proses

inflamasi.

Glikokonjugat utama pada lendir

bekicot yaitu glikosaminoglikan disekresi

oleh granula- granula yang terdapat di

dalam tubuh bekicot dan terletak di

permukaan luar. Lendir bekicot juga

mengikat kation divalensi seperti

tembaga (II) yang dapat mempercepat

proses angiogenesis sehingga

mempengaruhi kecepatan penyembuhan

luka (Nuringtyas 2008).

Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui efektifitas pemberian lendir

bekicot 100% dan sediaan krim 5%

terhadap penyembuhan luka bakar derajat

II (A) pada mencit. Hasil penelitian ini

diharapkan dapat digunakan oleh

Page 3: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

3

masyarakat , terutama dalam penggunaan

obat tradisional untuk penanganan awal

pada luka bakar.. Penelitian ini

diharapkan dapat bermanfaat bagi

mahasiswa, tenaga kesehatan dan

masyarakat dalam penanganan jika

terjadi luka bakar serta bagi peneliti yang

telah menciptakan produk sediaan krim

lendir bekicot 5% sebagai obat topikal

pada luka bakar derajat II (A).

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di

Laboratorium IPA Terpadu STIKes

Kusuma Husada Surakarta pada tanggal

10 Maret 2014 – 3 Mei 2014. Jenis

penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

eksperimental laboratoris True

Eksperimental menggunakan design

Pretest-Posttest Control Group Design

yaitu penelitian dengan Simple random

sampling dan memberikan perlakuan

yang berbeda terhadap kelompok sampel

serta mengontrol variabel terkontrolnya

sehingga hasil dari pengaruh lendir

bekicot terhadap lama penyembuhan luka

bakar derajat II (A) bisa maksimal.

Hipotesis yang diambil peneliti yaitu H0

artinya lendir bekicot tidak efektif

terhadap penyembuhan luka bakar derajat

II (A) dan H1 artinya lendir bekicot

efektif terhadap penyembuhan luka bakar

derajat II (A). Teknik pengumpulan data

menggunakan lembar observasi yang

dibuat oleh peneliti untuk pengamatan

proses penyembuhan luka bakar. Teknik

analisis dan interpretasi menggunakan

Software Statistical Product and Service

Solution (SPSS) versi 18 for Windows.

Uji normalitas data menggunakan uji

statistik Shapiro-Wilk dimana p value >

0,05 yang artinya data berdistribusi

normal. Homogenitas data di uji

menggunakan Levene Statistic dengan p

value > 0,05 maka data dinyatakan

homogen serta penggunaan rumus

(=FINV(0.01,df1,df2)) pada Ms. Excel

2010 untuk mengetahui Ftabel. Pengujian

hipotesis menggunakan uji Parametric

yaitu uji One-Way ANOVA (Analysis of

Varience) dimana p value < 0,05 atau

membandingkan nilai Fhitung dan Ftabel

dimana Fhitung > Ftabel yang artinya H0

ditolak. Untuk mengetahui kelompok

mana yang paling berbeda signifikan

maka perlu dilakukan uji perbandingan

berganda (Post Hoc Test) menggunakan

uji LSD (Least Significant Difference)

(Dahlan 2008).

Objek penelitian yang digunakan

adalah mencit jenis galur Balb/C

sebanyak 20 ekor dilukai dengan balok

stereofoam dengan luas 1x1cm dibalut

dengan kassa dan direndam dalam air

mendidih selama 2 menit setelah itu

ditempelkan pada kulit mencit yang

sudah dicukur selama 20 detik sehingga

mengalami luka bakar derajat II (A).

Sebanyak 20 ekor mencit

dikelompokkan menjadi 4 kelompok

dengan teknik random sampling yaitu

dengan teknik mengundi nomor dari

masing-masing kandang untuk di pilih

menjadi kelompok kontrol negatif dengan

kode (K1) tanpa perlakuan, kontrol

positif dengan kode (K2) dengan

perlakuan pemberian bioplacenton,

kelompok perlakuan dengan pemberian

lendir bekicot 100% dengan kode (P1),

kelompok perlakuan dengan pemberian

lendir bekicot yang dibuat sediaan krim

5% dengan kode (P2). Menurut WHO

dalam penelitian Purnasari Wahyu P, dkk

2012 bahwa berdasarkan ketentuan WHO

yang menyebutkan batas minimal hewan

coba yang digunakan dalam penelitian

eksperimental adalah 5 ekor tiap

kelompok perlakuan. Peneliti

menghendaki kepercayaan sampel

terhadap popluasi 99% atau tingkat

kesalahan 1% maka jumlah sampel yang

Page 4: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

4

diambil menurut Sugiyono (2013) adalah

20 ekor sampel.

S = λ�.�.�.�

������λ�.�.�

Keterangan : λ

2 dengan dk = 1, taraf

kesalahan bisa 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0,5 d = 0,01 N = Populasi

S = Jumlah Sampel

Penghitungan :

S = �. �.�,�.�,�

�,��� ����.�,�.�,�

S = �. �.�, �

�,���.���.�, �

S = �

�,�����, � =

�, �� = 19, 84

S = 20 sempel

Page 5: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

5

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

1. Hasil Identifikasi Sample Lendir

Bekicot (Achatina fulica) 100%

a. Uji pH dan Homogenitas

Lendir Bekicot 100% (Achatina

fulica) Lendir bekicot didapatkan

lansung dari pemecahan bekicot

hidup didapatkan pada uji pH

lendir bekicot 100%

menggunakan kertas lakmus yang

didapatkan hasil 8,53 dan

homogen.

b. Hasil Pemeriksaan

Organoleptis Lendir Bekicot

(Achatina fulica) 100% Tabel 1. Pemeriksaan Lendir

Bekicot (Achatina fulica)

Kategori Hasil

Bentuk Kental

Warna Kuning Jernih

Bau Khas

Rasa Tidak berasa

Berdasarkan Tabel 1

diketahui bahwa bentuk yang

dihasilkan adalah kental,

berwarna kuning jernih, bau khas

dan tidak berwarna.

2. Sediaan Krim Lendir Bekicot 5%

a. Uji pH dan Homogenitas Krim

Lendir Bekicot 5%

Uji pH dan homogenitas

krim lendir bekicot 5% dengan

menggunakan kertas lakmus

didapatkan hasil nilai pH sediaan

lendir bekicot 5% sebesar 7,4.

Krim lendir bekicot dibuat tipe

a/m yaitu air terdispersi dalam

minyak dengan basis asam

stearat, cera alba, vaselin alba,

nipagin, triethanolamin,

propilenglikol, nipasol dan

aquadest diuji tingkat

homogenitasnya untuk

memastikan semua bahan

tercampur dengan baik. Hasil

yang diperoleh dari sediaan krim

lendir bekicot 5% adalah

homogen.

b. Uji Stabilitas Krim Lendir

Bekicot 5% Hasil uji stabilitas krim

lendir bekicot 5% dilakukan

selama 5 minggu dengan

memperhatikan homogenitas,

warna, bau dan konsistensi. Hasil

uji stabilitas dapat dilihat pada

Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Stabilitas Krim

Lendir Bekicot 5%

Kategori Homogeitas

Minggu I Homogen

Minggu II Homogen

Minggu III Homogen

Minggu IV Homogen

Minggu V Homogen

Berdasarkan Tabel 2

diketahui bahwa selama 5 minggu

penyimpanan, krim lendir bekicot

5% tidak mengalami perubahan

warna, bau (organoleptis) dan

konsistensi. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa krim lendir

bekicot 5% stabil dalam 5 minggu

penyimpanan.

Gambar 2. Krim Lendir

Bekicot 5%

Page 6: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

6

c. Uji Krim Lendir Bekicot 5%

Terhadap Iritasi Kulit Uji krim lendir bekicot 5%

terhadap iritasi kulit dilakukan

pada sukarelawan mahasiswa

Prodi S-1 Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta

angkatan 2010 sebanyak 8 orang

dengan cara dioleskan langsung

pada tangan sukarelawan dengan

diameter 1 cm selama 24 jam.

Hasil pemeriksaan terhadap

sukarelawan menunjukkan tidak

terjadi reaksi iritasi (gatal, merah

dan bengkak).

d. Uji Aseptabilitas Sediaan Uji aseptabilitas sediaan

dilakukan terhadap 8 orang

sukarelawan dengan cara krim

lendir bekicot 5% di oleskan pada

kulit tangan. Hasil yang

didapatkan adalah krim mudah

dioleskan, terasa lembut dikulit,

sensasi yang ditimbulkan agak

dingin serta mudah untuk

dihilangkan dengan cara dicuci

dengan air.

4. Hasil Analisis Statistical Product

and Service Solutions (SPSS) versi

18

a. Hasil Uji Normalitas Data Tabel 3. Hasil Uji Normalitas

Data

Mencit Sig.

Hari K1 .967

K2 .492

P1 .223

P2 .814

Berdasarkan Tabel 3

diketahui nilai signifikan (p value)

untuk setiap kelompok (p value >

0.05). Hal ini menunjukan bahwa

H0 diterima yang artinya data

untuk semua tingkat

penyembuhan luka bakar derajat

II (A) berdistribusi normal.

b. Hasil Uji Homogenitas Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas

Levene

Statistic df 1 df 2 Sig.

.254 3 16 .857

Berdasarkan Tabel 4

diketahui bahwa hasil uji

homogenitas menggunakan

Levene’s test menunjukan bahwa

varian keempat kelompok

tersebut sama yaitu didapatkan p

value = 0,857 (p value > 0,05),

sehingga uji Anova valid untuk

menguji hubungan antar

kelompok. Hasil Ftabel dengan df

1= 3 dan df 2= 16 dengan taraf

kesalahan yang diambil adalah

0,01. Maka nilai Ftabel sebesar

5,292 yang dicari menggunakan

program Ms. Excel 2010 dengan

rumus (=FINV(0.01,3,16)).

c. Hasil Uji One-Way Anova Tabel 5. Hasil Uji One-Way

Anova

F Sig.

Between Groups 8.109 .002

Berdasarkan Tabel 5

diketahui p value = 0,02, dimana

p value < 0,05 sehingga H0

ditolak, dan dapat

disimpulkan ada perbedaan yang

bermakna rata-rata lama

penyembuhan luka berdasarkan

keempat kelompok tersebut. Nilai

Fhitung adalah sebesar 8.109 dan

nilai Ftabel sebesar 2,860 dimana

Fhitung (8.109) > Ftabel (5,292)

dengan sig 0.002 dengan

demikian dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak, atau terdapat

perbedaan yang signifikan antara

keempat kelompok dalam

Page 7: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

7

lamanya penyembuhan luka. Uji

One-Way Anova menunjukan

adanya perbedaan yang

bermakna, maka uji selanjutnya

adalah melihat kelompok mana

yang paling berpengaruh dengan

uji perbandingan berganda (Post

Hoc Test) menggunakan uji LSD

(Least Significant Difference).

d. Hasil Uji LSD (Least Significant

Difference) Tabel 6. Hasil Uji LSD (Least

Significant Difference)

(I)

Mencit

(J)

Mencit

Mean

Difference (I-J)

K1 K2 3.600*

P1 2.200

P2 4.600*

K2 K1 -3.600*

P1 -1.400

P2 1.000

P1 K1 -2.200

K2 1.400

P2 2.400

P2 K1 -4.600*

K2 -1.000

P1 -2.400

Berdasarkan Tabel 6

diketahui bahwa Uji Post Hoc

LSD menunjukkan bahwa

kelompok yang paling

mempunyai hubungan signifikan

adalah kelompok kontrol 1 (K1)

dengan kelompok perlakuan 2

(P2) dimana Mean Difference

yang diperoleh adalah 4.600. Hal

ini dapat diartikan bahwa krim

lendir bekicot 5% paling

berpengaruh terhadap lama

penyembuhan luka bakar derajat

II (A).

e. Hasil Rata-Rata Durasi

Penyembuhan Luka Bakar

Derajat II (A) Tabel 7. Hasil Rata- Rata Durasi

Penyembuhan Luka Bakar

Derajat II (A)

Mencit N Mean

K1 5 16.00

K2 5 12.40

P1 5 13.80

P2 5 11.40

Total 20 13.40

Berdasarkan Tabel 7 diketahui

bahwa Hasil penelitian menunjukkan

bahwa rata-rata durasi penyembuhan luka

bakar derajat II (A) pada kelompok

kontrol negatif (K1) adalah 16 hari,

kelompok kontrol positif 2 (K2) dengan

pemberian bioplacenton adalah 12,40

hari, sedangkan pada kelompok

perlakuan 1 (P1) dengan pemberian

lendir bekicot 100% adalah 13,80 hari

dan kelompok perlakuan 2 (P2) dengan

pemberian krim lendir bekicot 5% yaitu

11,40 hari. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut, maka dapat diketahui bahwa

lendir bekicot efektif dalam

penyembuhan luka bakar derajat II (A).

Page 8: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

8

Tabel 8. Tingkat Kesembuhan Luka Bakar Pada Kelompok

Kontrol 1 (n=5)

No Kriteria Sembuh Hari ke-

Rerata K11 K12 K13 K14 K15

1 Kondisi Kulit

a. Kering

b. Lembab

c. Basah

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

4

2

1

3,2

2

1

2 Warna Luka

a. Merah Segar

b. Merah Pucat

c. Coklat Merah

d. Putih

e. Kulit Normal

2

1

4

11

14

2

1

4

13

15

3

1

7

15

17

2

1

7

15

16

2

1

8

16

18

2,2

1

6

14

16

3 Eritema

< 1mm

> 1mm

2

3

2

3

2

3

2

3

2

4

2

3,2

4 Edema 1 1 1 1 1 1

5 Pus/Eksudat - - - - - -

6 Sembuh Total 14 15 17 16 18 16

Gambar 2. Perkembangan Luka Pada Kelompok Kontrol 1( Kode sampel K14)

Page 9: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

9

Tabel 9. Tingkat Kesembuhan Luka Bakar Pada Kelompok

Kontrol 2 (n=5)

No Kriteria Sembuh Hari ke-

Rerata K21 K22 K23 K24 K25

1 Kondisi Kulit

a. Kering

b. Lembab

c. Basah

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

2 Warna Luka

a. Merah Segar

b. Merah Pucat

c. Coklat Merah

d. Putih

e. Kulit Normal

2

1

4

9

12

2

1

4

11

13

2

1

4

11

13

2

1

3

8

10

2

1

4

12

14

2

1

3,8

10,2

12,4

3 Eritema

< 1mm

> 1mm

2

3

2

4

2

4

2

0

2

0

2

2,2

4 Edema 1 1 1 1 1 1

5 Pus/Eksudat - - - - - -

6 Sembuh Total 12 13 13 10 14 12,4

Gambar 3. Perkembangan Luka Pada Kelompok Kontrol 2( Kode sampel K21)

Page 10: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

10

Tabel 10. Tingkat Kesembuhan Luka Bakar Pada Kelompok

Perlakuan 1 (n=5)

No Kriteria Sembuh Hari ke-

Rerata P11 P12 P13 P14 P15

1 Kondisi Kulit

a. Kering

b. Lembab

c. Basah

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

2 Warna Luka

a. Merah Segar

b. Merah Pucat

c. Coklat Merah

d. Putih

e. Kulit Normal

2

1

4

10

12

2

1

3

12

13

2

1

4

12

14

2

1

4

15

17

2

1

3

12

13

2

1

3,6

12,2

13,8

3 Eritema

< 1mm

> 1mm

2

0

2

0

2

0

2

4

2

3

2

1,4

4 Edema 1 1 1 1 1 1

5 Pus/Eksudat - - - - - -

6 Sembuh Total 12 13 14 17 13 13,8

Gambar 4. Perkembangan Luka Pada Kelompok Perlakuan 1( Kode sampel P13)

Page 11: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

11

Tabel 11. Tingkat Kesembuhan Luka Bakar Pada Kelompok

Perlakuan 2 (n=5)

No Kriteria Sembuh Hari ke-

Rerata P21 P22 P23 P24 P25

1 Kondisi Kulit

d. Kering

e. Lembab

f. Basah

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

3

2

1

2 Warna Luka

f. Merah Segar

g. Merah Pucat

h. Coklat Merah

i. Putih

j. Kulit Normal

2

1

3

10

13

2

1

3

8

10

2

1

3

8

11

2

1

3

8

11

2

1

3

9

12

2

1

3

8,6

11,4

3 Eritema

< 1mm

> 1mm

2

0

2

0

2

2

2

0

2

0

2

0

4 Edema 1 1 1 1 1 1

5 Pus/Eksudat - - - - - -

6 Sembuh Total 13 10 11 11 12 11,4

Gambar 5. Perkembangan Luka Pada Kelompok Perlakuan 2( Kode sampel P24)

Berdasarkan perbandingan hasil

observasi yang dilakukan peneliti pada

tiap-tiap kelompok membuktikan bahwa

pada kelompok perlakuan 1 (P1) dan

kelompok perlakuan 2 (P2) memiliki

tekstur kulit yang lebih sempurna

dibandingkan dengan kelompok kontrol 1

(K1) dan kelompok kontrol 2 (K2).

Perkembangan luas lukanya ditandai

dengan tahap pengeringan luka

dilanjutkan dengan pengelupasan luka

kering sedikit-demi sedikit.

Page 12: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

12

Efektifitas lendir bekicot

dipengaruhi oleh kandungan pada lendir

bekicot yaitu zat beta aglutinin (antibodi)

didalam plasma (serum), protein achasin,

acharan sulfat dan glikokonjugat.

Aglutinin adalah zat yang digumpalkan

sedangkan aglutininogen merupakan zat

yang menggumpalkan. Zat beta aglutinin

berperan dalam proses hemostasis,

dimana proses ini terjadi penghentian

perdarahan yang bersifat fisiologis.

Proses hemostasis tergantung pada faktor

koagulasi, trombosit dan pembuluh

darah. Zat beta aglutinin ini berperan

dalam faktor koagulasi. Luka bakar yang

terjadi pada mencit menyebabkan

pembuluhan mengalami vasokontriksi,

dimana pada fase ini secara fisiologis

akan dicegah oleh sistem fibrinolitik dan

anti koagulasi. Kedua sistem ini bertugas

merusak hasil bekuan darah yang tidak

diharapkan oleh tubuh (Prihadi 2007).

Menurut Teori Howell dalam

Prihadi (2007) ada 3 tahap dalam proses

koagulasi. Tahap pertama merupakan

tahap pembentukan tromboplastin dan

tromboplastin yang terbentuk bukanlah

suatu senyawa atau bahan tetapi suatu

fungsi yang berasal dari berbagai faktor

atau bahan. Penelitian ini menggunakan

lendir bekicot yang berperan dalam

pembentukan tromboplastin karena

mengandung zat agglutinin. Tahap kedua

adalah aktivasi protrombin menjadi

thrombin dan tahap ketiga adalah

pembentukan fibrinogen sampai

terbentuknya fibrin clot.

Kandungan dalam lendir bekicot

lainnya yaitu protein achasin yang akan

menghambat pembetukan bagian-bagian

dari strain bakteri seperti lapisan

peptidoglikan dan membran sitoplasma,

dengan tidak terbentuknya dinding sel

bakteri tersebut tidak dapat bertahan

terhadap pengaruh luar dan segera mati

(Susantini 2010). Kandungan dalam

lendir bekicot selanjutnya adalah

glikokonjugat kompleks yang merupakan

pengontrol aktif fungsi sel dan berperan

pada interaksi matriks sel, proliferasi

fibroblas, spesialisasi, dan migrasi, serta

secara efektif mengontrol fenotip seluler

(Nuringtyas 2008).

Acharan sulfat yang terdapat pada

lendir bekicot merupakan proteoglikan

yang berfungsi sebagai pengikat dan

reservoir (penyimpanan) bagi faktor

pertumbuhan fibroblas dasar Basic

fibroblast growth factor (bFGF) yang

disekresikan ke dalam Extracellular

matrix (ECM). ECM dapat melepaskan

bFGF yang akan merangsang rekrutmen

sel radang, aktivasi fibroblas dan

pembentukan pembuluh darah baru setiap

cedera (Robbins 2007). Terbentuknya

jaringan granulasi yang sempurna akan

menutup permukaan luka. Pembentukan

jaringan granulasi mengakhiri fase

proliferasi proses penyembuhan luka dan

mulailah pematangan dalam fase

remodeling (Sjamsuhidajat 2007).

Berdasarkan hasil uji LSD

didapatkan bahwa kelompok perlakuan 2

(P2) yaitu perawatan luka bakar dengan

menggunakan krim lendir bekicot 5%

lebih cepat durasi penyembuhannya yaitu

rata-rata sembuh dalam 11 hari. Faktor

yang mendukung efektifitas penggunaan

krim lendir bekicot 5% adalah adanya

konsentrasi lendir bekicot yang dapat

memudahkan kulit untuk menyerap. Hal

ini dapat dibandingkan dengan kelompok

perlakuan 1 (P1) yang menggunakan

konsentrasi lendir bekicot 100%, dimana

hasilnya menunjukkan dengan

konsentrasi lendir bekicot yang semakin

tinggi akan memerlukan durasi waktu

penyembuhan lebih lama. Hasil

penelitian tersebut diatas sesuai dengan

teori bahwa semakin rendah konsentrasi

akan semakin besar defusi krimnya pada

kulit yang artinya semakin rendah

Page 13: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

13

konsentrasinya maka kulit akan lebih

mudah untuk menyerapnya dan

sebaliknya jika konsentrasi lebih tinggi

maka kulit akan sulit untuk menyerap

(Sinko 2006).

Penelitian terdahulu dilakukan oleh

Anggraini (2011) bahwa penggunaan

formulasi krim dengan konsentrasi 4%

serbuk getah pepaya (Carica papaya L)

memberikan hasil lebih efektif sebagai

obat anti jerawat dibandingkan dengan

konsentrasi 2% dan 3%. Hal ini diketahui

pada pengamatan yang dilakukan selama

3 minggu bahwa pada konsentrasi 4%

jerawat semakin mengecil/ mengempes

sedangkan pada konsentrasi 2% dan 3%

hanya mengalami kemerahan.

Penelitian sebelumnya dilakukan

oleh Simanjutak (2008) tentang ekstraksi

dan fraksinasi komponen ekstrak daun

tumbuhan senduduk (Melastoma

malabathricum.L) serta pengujian efek

sediaan krim terhadap penyembuhan luka

bakar. Kegiatan ekstraksi dilakukan

dengan skrining fitokimia yang

menunjukkan adanya golongan senyawa

flavonoid, saponin, tanin, glikosida dan

streroida/triterpenoida. Hasil fraksinasi

ekstrak etanol menghasilkan ekstrak n-

heksan, ekstrak kloroform, dan ekstrak

etilasetat. Hasil pengujian sediaan krim

terdiri dari fraksi krim yaitu ekstrak n-

heksan, ekstrak kloroform, dan ekstrak

etilasetat dengan kadar masng-masing

5% terhadap penyembuhan luka bakar

diameter 2 cm dan menunjukkan bahwa

semua ekstrak berpengaruh sebagai obat

luka bakar. Sediaan krim yang paling

efektif adalah krim ekstrak etilasetat yang

mampu menyembuhkan luka bakar dalam

waktu 15 hari, ekstrak kloroform 19 hari

dan ekstrak n-heksan 21 hari.

Berdasarkan penelitian tersebut

diatas, maka peneliti memilih sediaan

krim dengan konsentrasi 5% karena

konsentrasi 5% menunjukkan efektif

sebagai obat luka bakar. Kelebihan

sediaan krim yaitu mudah diratakan,

praktis, mudah dioleskan, mudah

dibersihkan atau dicuci, cara kerja

sediaan krim berlangsung pada jaringan

setempat dan krim a/m menimbulkan

sensasi rasa dingin.

Formula krim lendir bekicot 5%

yang dikembangkan oleh peneliti bertipe

a/m yaitu air terdispersi dalam minyak

(cold cream) dengan basis asam stearat,

cera alba, vaselin alba, nipagin,

triethanolamin, propilenglikol, nipasol

dan aquadest dengan bahan aktif lendir

bekicot 5%. Krim lendir bekicot 5% yang

dibuat oleh peneliti menggunakan jasa

pembuatan di Universitas Setia Budi

Surakarta.

Hasil pembuatan tersebut didukung

oleh pernyataan dari Anief 1994 dalam

Nanikartinah (2012) bahwa kualitas dasar

krim yang baik yaitu stabil pada suhu

kamar, lunak atau homogen dimana

seluruh produk formula adalah halus dan

homogen, mudah dipakai atau

dihilangkan dan terdistribusi merata.

Formula krim lendir bekicot 5% yang

dibuat oleh peneliti termasuk dalam cold

cream. Menurut Nanikartinah (2012)

cold cream adalah sediaan kosmetika

yang digunakan untuk maksud

memberikan rasa dingin dan nyaman

pada kulit, sebagai krim pembersih,

berwarna putih dan bebas dari butiran.

Cold cream mengandung mineral oil

dalam jumlah besar.

Faktor yang mempengaruhi proses

penyembuhan luka yaitu faktor lokal dan

faktor sistemik. Faktor lokal merupakan

faktor yang secara langsung

mempengaruhi karakteristik abnormalitas

dari luka itu sendiri. Adapun yang

termasuk faktor lokal seperti suplai darah

dan oksigen, foreign body, ukuran, jenis

luka, radiasi ion dan edema. Sedangkan

faktor sistemik merupakan faktor yang

Page 14: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

14

berhubungan dengan keseluruhan

kesehatan antara lain nutrisi, status

metabolik, hormon, steroid, merokok,

serta penyakit renal dan hepar (Kumar

2010).

Suplai oksigen dan nutrisi yang

dibutuhkan untuk proses penyembuhan

diperoleh dari aliran darah yang adekuat

dan berfungsi untuk membuang zat sisa,

toksin, bakteri dan debris-debris yang

terbentuk. Apabila suplai oksigen yang

tidak adekuat dapat menyebabkan

gangguan sintesis kolagen, menghalangi

migrasi fibroblas, dan meningkatkan

resiko terkena infeksi. Hal ini

dikarenakan oksigen diperlukan untuk

reaksi hidroksilasi yang membantu proses

cross-link kolagen. Kondisi kekurangan

oksigen dalam jangka waktu yang pendek

dapat menyebabkan pembentukan

kolagen yang tidak stabil (Woodruff

2011). Hasil observasi selama penelitian

yang dilakukan peneliti diketahui

terdapat pertumbuhan jaringan yang baik

ditandai dengan tidak ditemukannya

debris-debris serta pemberian nutrisi

yang dikontrol setiap hari dan diberikan

secara ad libitum.

Faktor lokal yang mempengaruhi

luka selanjutnya adalah foreign body.

Foreign body merupakan benda asing

yang terdapat pada luka yang dapat

menghambat proses penyembuhan luka.

Keberadaan foreign body menyebabkan

stimulasi kontaminasi oleh bakteri dan

dapat memperlambat proses

penyembuhan luka cotohnya seperti

potongan kayu, karat, kotoran dan benda

yang masuk dalam luka (Guo 2010).

Berdasarkan hasil observasi yang

dilakukan oleh peneliti selama 20 hari

bahwa luka bakar derajat II (A) pada

semua sampel mencit tidak terdapat

potongan kayu, karat, kotoran dan benda

lainnya. Dilihat dari kondisi tersebut

bahwa faktor foreign body tidak dijumpai

selama dilakukan penelitian yang artinya

tidak menghambat proses penyembuhan

luka bakar derajat II (A).

Lokasi dan ukuran luka juga

merupakan faktor yang penting dalam

penyembuhan luka. Luka yang terletak

pada bagian yang mendapatkan suplai

darah yang besar seperti pada muka,

umumnya akan sembuh lebih cepat

dibandingkan dengan luka yang terjadi

pada lokasi yang sedikit suplai darahnya

seperti pada kaki. Selain itu, ukuran dan

jarak antara kedua tepi luka juga

menentukan cepat atau tidaknya proses

penyembuhan luka (Port 2009). Lokasi

dan ukuran luka bakar yang dibuat

peneliti pada hewan uji mencit yaitu

dengan luka bakar derajat II (A) di bagian

perut sebelah kiri berukuran 1x1 cm.

Faktor selanjutnya adalah faktor

radiasi ion. Luka yang mendapatkan

paparan ion akan menyebabkan

abnormalitas pada proses penyembuhan

luka. Manfestasi awal dari abnormalitas

penyembuhan luka ini adalah dengan

adanya eritema, edema dan

hiperpigmentasi. Paparan radiasi ion pada

luka yang mengalami iskemik jaringan,

atropi dan fibriosis dapat menyebabkan

luka memasuki fase kronik

(Klingensmith 2008). Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan peneliti,

eritema muncul rata-rata pada hari ke-3

dan hilang pada hari ke-7 dan edema

hanya terjadi pada hari pertama serta

tidak dijumpai hiperpigmentasi pada

luka. Mencit penelitian dikondisikan

pada ruangan yang berada di dalam

laboratorium dengan udara yang sejuk

dan pencahayaan yang cukup.

Hasil observasi yang dilakukan

peneliti pada kelompok kontrol 1 (K1)

eritema mulai muncul di hari ke-2

berjarak <1mm dari tepi luka, berjarak >

1mm di hari ke-3 dan hilang pada hari

ke-8, kelompok kontrol 2 (K2) eritema

Page 15: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

15

mulai muncul di hari ke-3 berjarak <

1mm dan hilang pada hari ke-5. Eritema

pada kelompok perlakuan 1 (P1) timbul

di hari ke-3 berjarak < 1mm dan dihari

ke-7 sedangkan eritema pada kelompok

perlakuan 2 (P2) timbul di hari ke-2

berjarak < 1mm dan dihari ke-5.

Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan

bahwa eritema pada kelompok perlakuan

2 (P2) lebih cepat menghilang

dibandingkan dengan kelompok lainnya.

Faktor lainnya yang mempengaruhi

proses penyembuhan luka yaitu edema.

Terjadinya pembengkakan akut pada

daerah sekitar luka dapat menyebabkan

robeknya kulit serta hilangnya ketebalan

kulit sehingga memperlambat proses

penyembuhan luka (Woodruff 2011).

Selain edema kondisi kandang dengan

luas 17x17cm terbuat dari saringan pasir

halus beralaskan MMT yang selalu

dibersihkan dan dicuci setiap hari juga

mendukung untuk proses penyembuhan

luka.

Berdasarkan faktor lokal yang

mempengaruhi proses penyembuhan luka

diatas diketahui bahwa faktor-faktor yang

mendukung proses penyembuhan luka

bakar derajat II (A) antara lain suplai

oksigen, nutrisi yang adekuat, lokasi

luka, ukuran luka, edema, radiasi ion dan

tidak dijumpainya faktor foreign body.

SIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian tentang efektifitas

pemberian lendir bekicot 100% (Achatina

fulica) dan sediaan krim 5% terhadap

lama penyembuhan luka bakar derajat II

(A) secara In Vivo membuktikan bahwa

terdapat pengaruh terhadap durasi waktu

penyembuhan luka. Diketahui hasil rata-

rata durasi penyembuhan luka bakar

derajat II (A) pada kelompok kontrol

negatif (K1) adalah 16 hari, kelompok

kontrol positif 2 (K2) dengan pemberian

bioplacenton adalah 12,40 hari,

sedangkan pada kelompok perlakuan 1

(P1) dengan pemberian lendir bekicot

100% adalah 13,80 hari dan kelompok

perlakuan 2 (P2) dengan pemberian krim

lendir bekicot 5% yaitu 11,40 hari.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

maka dapat diketahui bahwa lendir

bekicot efektif dalam penyembuhan luka

bakar derajat II (A). Diharapkan untuk

penelitian selanjutnya disarankan

melakukan agar meneliti menggunakan

sediaan krim dengan konsentrasi yang

berbeda sehingga dapat digunakan

sebagai obat luar pada luka bakar derajat

II (A) atau bisa dikembangkan pada luka

bakar derajat II (B) maupun derajat III.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Deni, Masril Malik, Maria

Susiladewi. 2011. Formulasi Krim

Serbuk Getah Buah Pepaya (Carica

papaya L) Sebagai Anti Jerawat.

Fakultas Farmasi Universitas

Andalas. Riau.

Bayu F, dkk. 2010. Aktivitas Sediaan

Gel Ekstrak Batang Pohon Pisang

Ambon dalam Proses Penyembuhan

Luka pada Mencit. Fakultas

Kedokteran Hewan Institusi

Pertanian Bogor. Jurnal Veteriner

Vol. 11 No. 70-73, ISSN: 1411-

8327.

Berniyanti. 2007. Analisis Hambatan

Achasin Bekicot Galur Jawa

Sebagai Faktor Antibakteri

Terhadap Viabilitas Eschericia coli

dan Streptococcus mutans.

Indonesian Journal of

Biotechnology Vol. 12, No. 1, pp.

943-951.

Dahlan MS. 2008. Statistik untuk

Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 5.

Salemba Medika. Jakarta.

Depkes. 2010. Perkembangan Akibat

Letusan G. Merapi Tanggal 17

Page 16: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

16

November 2010. <http://

penanggulangankrisis. depkes. go.

id/ article/ view/ 6/ 1022/> diakses

4 Januari 2014.

Ekrami A and Kalantar E. 2007.

Bacterial infections in burn patients

at a burn hospital in Iran. Indian

Journal Medical Research, 126:

541-544.

Guo S, Dipietro. 2010. Factor Affecting

Wound Healing. J Den Res

2010;89(3):219-229. LA.

Klingensmith ME, Chen LE, Glasgow

SC, Goers TA, Melby SJ. 2008. The

Washington Manual of Sugery.

ed.5. Lippincott Williams &

Wilkins hal. 110-111. USA.

Kristanto, H. 2005. Perbedaan Efektifitas

Perawatan Luka Bakar Derajat II

Dengan Lendir Lidah Buaya (Aloe

Vera) Dibandingkan Dengan Cairan

Fisiologis (Normal Saline 0,9%)

Dalam Mempercepat Proses

Penyembuhan. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya.

Malang.

Kumar R, Abbas A, Delancey A, Malone

E. 2010. Robbins and Cotran:

Pathologic Basis of Desease. ed. 8,

Saunders El Sevier. Philadelphia.

Nanikartinah. 2012. Sediaan Krim.

diakses 21 Desember 2013.

<http://nanikartinah.wordpress.com

/2012/02/29/sediaan-krim/>.

Nuringtyas. 2012. Glikonjugat :

Proteoglican, Glikoprotein, dan

Glikolipid. <http://elisa. ugm. ac.

id/ files/ chimera73/ hEAc8NaI

Glycan,Proteoglycan,%20Glycopro

tein,% 20 glycolipid.pdf > diakses

tanggal 16 Oktober 2013.

Peck Michael, Joseph Molnar & Dehran

Swart. 2009. Bulletin of the World

Health Organization A global plan

for burn prevention and care.

<http://www.who.int/bulletin/volu

mes/87/10/08-059733/en/> diakses

4 Januari 2014.

Port C M, Matfin G. 2009.

Pathophysiology. Ed. 8, Lippincott

Williams & Wilkins hal. 235-237.

USA.

Prihadi Harsono. 2007. Pengaruh Waktu

Aktifitas Fisik Ringan Terhadap

Beda Rerata Waktu Pembekuan

Dalam Sistem Koagulasi. Artikel

lmiah Bagian Fisiologi Fakultas

Kedokteran UNDIP. Semarang.

Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi

7 Volume 1. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Simanjutak Megawati R. 2008. Ekstraksi

Dan Fraksi Komponen Ekstrak

Daun Tumbuhan Senduduk

(Melastoma malabathricum. L)

Serta Pengujian Efek Sediaan Krim

Terhadap Penyembuhan Luka

Bakar’. Skripsi. Fakultas Farmasi

Universitas Sumatra Utara. Medan.

Sinko, P. J. 2006. Martin’s Physical

Pharmacy and Pharmaceutical

Sciences : Physical Chemical and

Biopharmaceutical Principles in the

Pharmaceutikal Sciences . 5th

ed,

Published Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.

Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2007. Buku

Ajar Ilmu Bedah .Buku Kedokteran

EGC. Jakarta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Alfabeta CV. Bandung.

Susantini Uke Iluh. 2010. Daya Anti

Mikroba Berbagai Konsentrasi

Lendir Bekicot (Achatina Fulica)

Terhadap Diameter Zona Hambat

Bakteri Streptococcus Mutans

Secara in Vitro. <http://repository.

usu.ac.id/bitstream/1234589236867

89/ 20177/ 4/ Chapter% 20II. pdf>

diakses 20 Oktober 2013.

Page 17: EFEKTIFITAS PEMBERIAN LENDIR BEKICOT 100% … design Pretest-Posttest Control Group Design yaitu penelitian dengan Simple ... Hasil uji One-Way ANOVA didapatkan p ... Hasil Uji Homogenitas

17

Swastini I Gusti Agung Ayu P. 2011.

Pemberian lendir bekicot (achatina

fulica) Secara topikal lebih cepat

menyembuhkan gingivitis grade 3

karena calculus daripada povidone

iodine 10%. Tesis. Program

Magister Studi Ilmu Biomedik,

Universitas Udayana. Denpasar.<

http:// www. pps. unud. ac. id/

thesis/ pdf_thesis/ unud-235-

1108471786kata%20pengantar.pdf

>.diakses 2 Mei 2013.

WHO. 2012. Burn. Media Centre Burn.

<http://www.who. int/ mediacentre/

factsheets/ fs365/ en />diakses4

Januari 2014.

Woodruff TM, Thundyil J, Chun S, et al.

2011. Pathophysiology, treatment,

and animal and cellular models of

human Ischemic. Mol

Neurodegener. (6) 11.