efektifitas pemberian kurma terhadap kadar...

92
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KURMA TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI ANEMIA DI MA TAHFIZH NURUL IMAN KARANGANYAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Ijazah S1 Gizi Oleh : HARMOKO 2013030018 PROGRAM STUDI S1 GIZI STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EFEKTIFITAS PEMBERIAN KURMA TERHADAP

    KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI ANEMIA

    DI MA TAHFIZH NURUL IMAN KARANGANYAR

    SKRIPSI

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

    memperoleh Ijazah S1 Gizi

    Oleh :

    HARMOKO

    2013030018

    PROGRAM STUDI S1 GIZI

    STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

    2017

  • ii

  • v

  • v

  • iii

    MOTO

    “ Katakan dan yakinilah Allah itu Esa, sesungguhnya

    tauhid yang akan menyelematkan dunia akhirat kita.

    (QS. Al Ikhlas: ayat 1)

    “ Muliakan dan kasihilah orang tuamu, karena

    berkah kesuksesan hidup adalah dengan ridonya.”

    “ Jangan pernah berhenti untuk menebar kebaikan,

    sekecil apapun itu karena sejatinya kebaikan pula

    yang menyelematkan kita.”

  • iii

    PERSEMBAHAN

    Dengan mengucap rasa syukur dan segala kerendahan hati, skripsi ini saya

    persembahkan untuk:

    1. Selembut untaian do’a dan bakti saya sebagai rasa terimakasih kepada Bapak

    Jured dan Ibu Baenah, yang senantiasa mendidik dengan penuh kesabaran dan

    memberikan dukungan serta doa yang tiada lelah.

    2. Kakak saya Abdullah, Uminah dan Muadi atas segala motivasi dan semangat

    demi tercapainya harapan dan cita-cita masa depan saya.

    3. Ibu Yuliati inspirator kehidupan yang senantiasa membimbing, memberikan

    motivasi dan semangat meraih mimpi.

    4. Almamater STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta, yang telah memfasilitasi

    sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

    limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang

    berjudul “Efektifitas Pemberian Kurma Terhadap Kadar Hemoglobin Pada

    Remaja Putri Anemia Di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar” dapat

    terselesaikan dengan baik.

    Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan penghargaan dari berbagai

    pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis

    mengucapkan terimakasih kepada :

    1. Ibu Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes selaku Ketua STIKES PKU

    Muhammadiyah Surakarta.

    2. Ibu Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si selaku Ketua Prodi SI Gizi STIKES

    PKU Muhammadiyah Surakarta.

    3. Ibu Dewi Pertiwi D.K, S.Gz., M.Gizi selaku Pembimbing I yang telah

    meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama dalam

    proses penyusunan skripsi ini.

    4. Ibu Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah

    meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama dalam

    proses penyusunan skripsi ini.

    5. Bapak Hamzah Kamaludin, SE selaku Kepala Sekolah MA Tahfizh Nurul

    Iman Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk melakukan

    penelitian.

    6. Ustadzah Ana selaku guru dan staf kesantrian MA Tahfizh Nurul Iman

    Karanganyar yang membantu dan mengarahkan dalam melaksanakan

    penelitian ini di .

    7. Serta teman-teman seperjuangan prodi SI Gizi yang membantu

    menyelesaikan penyusunan skripsi.

  • v

    8. Pihak- pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

    membantu dalam penyusunan skripsi.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari

    sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

    membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

    Harapan penulis ini, semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan

    ilmu pengetahuan.

    Surakarta, Juli 2017

    Penulis

  • vi

    ABSTRAK

    EFEKTIFITAS PEMBERIAN KURMA TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN

    PADA REMAJA PUTRI ANEMIA DI MA NURUL IMAN KARANGANYAR

    Harmoko1, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati2, Retno Dewi Noviyanti3

    1. Mahasiswa Program SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    2. Dosen Pembimbing I SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    3. Dosen Pembimbing II SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    Latar belakang :Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja. Anemia

    merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia disebabkan oleh kekurangan

    zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin.

    Tujuan : Tujuan penelitian ini menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan

    sesudah pemberian kurma pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.

    Metode Penelitian :Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasy

    Eksperimental dengan pendekatan Pre-Post Test With Control desain. Pengambilan

    sampel menggunakan purposive sampling. Sampel berjumlah 22 untuk kelompok

    perlakuan dan 22 untuk kelompok kontrol. Analisa data dengan menggunakan uji paired

    t-test dan independent t-test.

    Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin setelah

    pemberian kurma pada kelompok perlakuan lebih tinggi yaitu 11,81±1,41 gr/dl daripada

    kadar hemoglobin setelah penelitian pada kelompok kontrol yaitu 10,62±0,79 gr/dl.

    Selisih kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan lebih tinggi sebesar 1,54±1,12 gr/dl.

    Simpulan : Kesimpulannya adalah ada perbedaan kadar kemoglobin sebelum dan setelah

    pemberian kurma pada kelompok perlakuan. Tidak ada perbedaan kadar kemoglobin

    sebelum dan di akhir penelitian pada kelompok kontrol. Ada perbedaan kadar

    hemoglobin setelah pemberian kurma antara kelompok kurma dan kelompok kontrol.

    .

    Kata Kunci : Kurma, Kadar Hemoglobin, remaja putri

    1. Mahasiswa Program SI Gizi Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta

    2. Dosen Pembimbing SI Gizi Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta

    3. Dosen Pembimbing SI Gizi Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta

  • vii

    ABSTRACT

    Effectiveness Of Dates On The Concentration Of Hemoglobin In Anemia Adolescent

    In Ma Tahfizh Nurul Iman Karanganyar

    Harmoko1, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati2, Retno Dewi Noviyanti3

    1. Mahasiswa Program SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    2. Dosen Pembimbing I SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    3. Dosen Pembimbing II SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

    Backround : Anemia occurs in many people, especially in adolescents. Anemia is the

    impact of nutritional problems in young women. Anemia is caused by a lack of nutrients

    that play a role in the formation of hemoglobin. The purpose of this study was to analyze

    the difference of hemoglobin level before and after giving of dates in adolescent anemia

    in MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.

    Purpose : This research uses experimental Quasy research with Pre-Post Test With

    Control approach. Sampling using purposive sampling. The sample was 22 for the

    treatment group and 22 for the control group. The conclusion was that there was a

    difference in the level of kemoglobin before and after the date of treatment group. There

    was no difference in chemoglobin levels before and at the end of the study in the control

    group. There is a difference in the level of hemoglobin after dates between the dates and

    the control group.

    Research Metode :Based on the results of the study it is known that the average

    hemoglobin level after the date of treatment in the higher treatment group is 11.81 ± 1.41

    gr / dl than the hemoglobin level after the control group study that is 10.62 ± 0.79 gr / dl.

    The difference in hemoglobin levels in the higher treatment group was 1.54 ± 1.12 g / dl.

    Conclusion : The conclusion was that there was a difference in the level of hemoglobin

    before and after the date of treatment group. There was no difference in chemoglobin

    levels before and at the end of the study in the control group. There is a difference in the

    level of kemoglobin after dates between the dates and the control group.

    Keywords: Dates, Hemoglobin Level, Young Women

    1. Student of SI Nutrition Program Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta

    2. Lecturer of Nutrition Teacher Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta

    3. Lecturer of SI Nutrition Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... I

    LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................

    LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................

    PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.........................................

    MOTTO...................................................................................................

    PERSEMBAHAN...................................................................................

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    KATA PENGANTAR.............................................................................

    ABSTRAK..............................................................................................

    ABSTRACT............................................................................................

    vii

    viii

    ix

    DAFTAR ISI........................................................................................... x

    DAFTAR TABEL................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xii

    BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

    A. Latar Belakang............................................................................. 1

    B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3

    C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3

    D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4

  • ix

    E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8

    A. Tinjauan Teori ............................................................................. 8

    1. Remaja................................................................................... 8

    a. Pengertian Remaja........................................................... 8

    b. Klasifikasi Remaja .......................................................... 9

    c. Kebutuhan Zat Gizi Remaja ........................................... 9

    2. Anemia ................................................................................ 13

    a. Pengertian Anemia ........................................................ 13

    b. Jenis Anemia ................................................................

    c. Gejala anemia .................................................................

    13

    14

    d. Faktor Penyebab Anemia Pada Remaja Putri ................ 15

    e. Dampak Anemia ............................................................ 20

    3. Hemoglobin ......................................................................... 20

    a. Pengertian Hemoglobin ................................................... 21

    b. Kadar Hemoglobin........................................................... 21

    c. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin..............

    d. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin.........................

    4. Kurma.....................................................................................

    a. Taksonomi Kurma ...........................................................

    b. Manfaat Kurma ...............................................................

    c. Kandungan Kurma..........................................................

    d. Pengaruh Kurma Terhadap Kadar Hb..............................

    22

    23

    24

    24

  • x

    24

    B. Kerangka Teori ............................................................................ 27

    C. Kerangka Konsep ........................................................................ 27

    D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 27

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 28

    A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 28

    B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28

    C. Populasi, Sampel..........................................................................

    D. Teknik Sampling .........................................................................

    28

    29

    E. Variabel Penelitian ...................................................................... 30

    F. Definisi Operasional .................................................................... 30

    G. Instrumen Penelitian .................................................................... 30

    H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data...............................................

    I. Analisis Data................................................................................

    31

    32

    J. Teknik Analisa Data .................................................................... 32

    K. Jalannya Penelitian ...................................................................... 34

    L. Etika Penelitian ............................................................................ 34

    M. Jadwal Penelitian..........................................................................

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................

    A. Hasil Penelitian.............................................................................

    B. Pembahasan..................................................................................

    34

    35

  • xi

    C. Keterbatasan Penelitian................................................................

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................

    A. Kesimpulan...................................................................................

    B. Saran..............................................................................................

    35

    41

    46

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Keaslian Penelitian ........................................................... 4

    Tabel 2. Kebutuhan dan Kehilangan zat besi sesuai kelompok usia. 9

    Tabel 3. Batas Kadar Hemoglobin................................................... 13

    Tabel 4. Kandungan Gizi Buah Kurma................................................ 27

    Tabel 5.

    Tabel 6.

    Tabel 7.

    Tabel 8.

    Tabel 9.

    Tabel 10.

    Tabel 11.

    Tabel 12.

    Tabel 13.

    Definisi Operasional ...........................................................

    Distrubisi Umur sampel......................................................

    Distribusi asupan protein, vitamin dan mineral..................

    Tingkat kecukupan protein.................................................

    Kecukupan asupan vitamin dan mineral.............................

    Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah

    pemberian kurma pada kelompok perlakuan.......................

    Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah

    kelompok kontrol................................................................

    Perbedaan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma

    antara kelompok perlakuan dengan kontrol.....................

    Perbedaan selisih kadar hemoglobin setelah pada

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.....................

    30

    36

    36

    37

    37

    38

    39

    40

    40

    40

  • xiii

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. KerangkaTeori........................................................ 25

    Gambar 2. Kerangka Konsep................................................... 25

    Gambar 3. Rancangan Penelitian.............................................. 26

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Jadwal Penelitian

    Lampiran 2. Formulir Permohonan Menjadi Sampel Penelitian

    Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Siswi MA Tahfizih Nurul Iman Karanganyar

    Lampiran 4. Formulir Pernyataan Sebagai Sampel Penelitian

    Lampiran 5.

    Lampiran 6.

    Lampiran 7.

    Lampiran 8.

    Lampiran 9.

    Lampiran 10.

    Lampiran 11.

    Lampiran 12.

    Lampiran 13.

    Lampiran 14.

    Formulir Pengumpulan Data

    Formulir Food Recall24 Jam

    Surat Ijin Penelitian

    Surat Keterangan Tempat Penelitian

    Data Sampel Kelompok Perlakuan Kurma

    Data Sampel Kelompok Kontrol

    Data Selisih Kadar Hb

    Output Data SPSS

    Lembar Konsultasi

    Dokumentasi

  • i2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Anemia merupakan keadaan yang ditandai dengan rendahnya kadar

    hemoglobin atau berkurangnya jumlah mutu sel darah merah, yang berfungsi

    sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan

    biokimia jaringan tubuh { Lutter (2008) dalam Himawan, 2013}.Anemia juga

    menjadi salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara

    berkembang. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja.

    Kejadian anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi yaitu

    sebesar 30% (WHO, 2013).

    Menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia

    yaitu 21,7%, untuk penderita anemia berumur 15-24 tahun sebesar 18,4%

    (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun

    2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18

    tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5% (Kemenkes RI,

    2013).

    Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai

    57,1%. (Dinkes Provinsi Jateng, 2014). Prevalensi anemia pada remaja

    berdasarkan survei pendahuluan mengenai anemia yang telah dilakukan pada

    tanggal 23 Oktober 2014 di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar pada

    data rekapitulasi hasil pendataan Kesehatan menunjukan 12,82% siswa

    mengalami anemia dengan urutan ke-6 dari 21 puskesmas di Kabupaten

    Karanganyar (Dinkes Karanganyar, 2012).

    Anemia dapat terjadi disebabkan oleh penyakit infeksi, asupan zat gizi

    yang kurang, kehilangan darah melalui menstruasi dan pengetahuan remaja

    yang rendah tentang anemia (Suryani dkk, 2015). Remaja putri menjadi salah

    satu kelompok yang berisiko menderita anemia,karena remaja putri dalam

    masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang

    menyebabkan kehilangan zat besi (Arisman, 2009).

    1

    1

  • 3

    Faktor penyebab terjadinya anemia yang dapat diubah diantaranya

    rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, asam

    folat, riboflavin dan vitamin B12. Pemenuhan kebutuhan zat besidapat

    dilakukan dengancara mengkonsumsi sumber makanan hewani karena

    makanan hewani salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, sedangkan

    mengkonsumsi sumber makanan nabati walaupunkandungan zat besinya

    tinggi. Namun sulit di metabolisme atau di serap oleh tubuh (Briawan, 2014).

    Dampakdari anemia defisiensi zat besi antara lain kurangnya konsentrasi

    pada remaja usia sekolah yang mengakibatkan prestasi disekolahnya

    menurun, penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja sehingga

    produktivitasnya berkurang. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan

    gangguan atauhambatanpadapertumbuhan, baikseltubuhmaupunselotak

    akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar. Upaya pencegahan dan

    penanggulangan anemia yang telah dilakukan selama ini ditujukan pada

    ibuhamil, sedangkanremajaputribelumterlaludiperhatikan(Hoffbrandet

    al,2005).

    Selama ini penanggulangan anemia defisiensi zat besisecara umum

    yaitu dengan suplementasi zat besi (Wibowo dan Purba, 2006). Namun efek

    samping yang ditimbulkan akibat penggunaan suplemen zat besi sangat

    banyak seperti mual, konstipasi, tinja berwarna hitam dan diare (Gibney,

    2009).

    Penanganan anemia selain dengan suplementasi zat besi juga bisa

    dilakukan perlakuan dengan bahan makanan tapi hal tersebut masih jarang

    dilakukan. Salah satu bahan makanan yang dapat makanan yang dapat

    digunakan untuk penanganan anemia gizi besi adalahbuah kurma yang

    memiliki kandungan besi sebesar 1,5 mg per buah (Decuypere, 2000). Selain

    itu buah kurma memiliki rasa enak dan disukai olehsegala kelompok usia

    (Isa, 2011). Pravitasari (2009) melaporkan bahwa pemberian ekstrak buah

    kurma 60-120 mg/kgdapat meningkatkan kadar besi pada tikus normal.

    Berdasarkanpeneliti terdahulu yang di lakukan oleh Himawan (2013),

    yaitu pemberian sari kurma terhadap kadar hemoglobin menunjukkan bahwa

  • 4

    pemberian sari kurma 100% lebih berpengaruh terhadap peningkatan kadar

    hemoglobin. Kandungan zat besi yang tinggi pada buah kurma membuat

    peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas pemberian kurma terhadap kadar

    hemoglobin pada remaja putri di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah

    “Apakah ada efektifitas pemberian kurma terhadap kadar hemoglobin pada

    remaja putri anemia MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar?”

    C. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Mengetahui efektifitas pemberian kurma terhadap kadar

    hemoglobin pada remaja putri anemia di MA Tahfizh Nurul Iman

    Karanganyar.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mendeskripsikan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma pada

    remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar pada

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

    b. Mendeskripsikan kadar hemoglobin setelah pemberian kurma pada

    remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar pada

    kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

    c. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah

    pemberian kurma pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman

    Karanganyar baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok

    kontrol.

    d. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma

    pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar antara

    kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol

    e. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin setelah pemberian kurma

    pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar antara

    pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

  • 5

    f. Menganalisis perbedaan selisih kadar hemoglobin sebelum dan setelah

    pemberian kurma pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul

    Imanantara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Praktis

    a. Bagi Peneliti

    Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

    sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat di

    bangku kuliah, khususnya mengenai efektifitas pemberian kurma

    terhadap kadar hemoglobin.

    b. Bagi Remaja Putri MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar

    Memberikan informasi bahwa kurma dapat membantu

    meningkatkan kadar hemoglobin.

    c. Bagi Ilmu gizi

    Sebagai referensi dan dapat dikembangkan dalam penelitian

    selanjutnya.

    2. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini menambah ilmu pengetahuan

    danreferensimengenaiefektifitas pemberian kurma terhadap anemia untuk

    dikembangkandalampenelitianselanjutnya.

    E. Keaslian Penelitian

    Berdasarkan literatur yang ada, penelitian ini mengacu dengan

    penelitian terdahulu namun tetap ada perbedaan atau perubahan dengan

    penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan

    seperti tersaji pada tabel berikut :

  • 6

    Tabel 1. Keaslian Penelitian

    No. Keaslian Penelitian

    1. Nama Peneliti/ Tahun : Himawan, Zen Ady. Danis Pertiwi, dan Chodijah / 2013

    Judul : Pengaruh Pemberian Sari Kurma (Phoenix

    dactylifeira) terhadap Kadar Hemoglobin.

    Desain Penelitian : Eksperimen dengan rancangan post test only control

    group

    Variabel bebas : Pemberian sari kurma

    Variabel terikat : Kadar hemoglobin

    Hasil : Pemberian sari kurma 100% lebih berpengaruh

    terhadap peningkatan kadar hemoglobin daripada sari

    kurma 50% pada tikus putih jantan galur wistar yang

    diberi pakan rendah zat besi.

    Persamaan : Perlakuan yang diberikanadalahbuah kurma

    Perbedaan : Pada penelitian sebelumnya proses pengolahan sari

    kurma dan jenis sampel yang digunakan adalah tikus.

    2

    3

    Nama Peneliti/ Tahun

    Judul

    Desain Penelitian

    Hasil Penelitian

    Persamaan

    Perbedaan

    Nama Peneliti/ Tahun

    Judul

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    :

    Merida Novie, Misrawati dan Utomo Wasito/2014

    Efektifitas Terapi Kombinasi Jus Bayam dan Tomat

    Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu

    Hamil dengan Anemia

    Desain penelitian Quasy experimental dengan

    rancangan nonequivalent control-group.

    Variabel Bebas : Terapi jus bayam dan Tomat

    Variabel terikat : Kadar hemoglobin

    Ada peningkatan antara kadar hemoglobin sebelum

    dan sesudah diberi perlakuan jus bayam dan tomat.

    Maka disimpulkan terapi kombinasi jus bayam dan

    tomat terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada

    ibu hamil dengan anemia.

    Sama-sama meneliti kadar hemoglobin.

    Penelitian sebelumnya yang diberikan adalah bayam

    dan tomat dengan sampel remaja anemia.

    Kusumawati Iin/2016

    Penggunaan Sari Kurma Untuk Meningkatkan Kadar

    Hemoglobin Ibu Nifas Pada Ny. P Umur 31 Tahun

    di BPM Djumi Widarti Sempor Kebumen

    Desain Penelitian : Metode Observasional dengan desain penelitian studi

    kasus serta menganalisa data yang diperoleh dengan

    reduksi data menyajikan data, dan menarik

  • 7

    kesimpulan.

    Variabel bebas : penggunaan sari kurma

    Varibel terikat : kadar hemoglobin

    No Keaslian Penelitian

    Hasil

    Persamaan

    :

    :

    Kadar Hb Ny.P setelah melahirkan 10,4 gr%

    meningkat 1,2 gr% setelah mengkonsumsi sari

    kurmaselama 7 hari post partum sehingga Ny. P tidak

    mengalami anemia post partum

    Sama-sama meneliti kurma terhadap kadar

    hemoglobin Perbedaan

    :

    Penelitian yang akan di lakukan yaitu menggunakan

    sampel remaja putri.

    4. Nama Peneliti/ Tahun : Nuraysih/2015

    Judul : Efektifitas Terapi Kombinasi Jus Bayam-Jeruk

    Sunkis-Madu Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu

    Hamil Dengan Anemia Di Wilayah Kerja UPTD

    Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan Desain Penelitian : Quasy exsperiment model nonequivalent control-

    group.

    Variabel Bebas : Terapi Kombinasi Jus Bayam-Jeruk

    Sunkis-Madu

    Variabel Terikat : Kadar Hemoglobin Hasil : Terdapat pengaruh yang signifikan pada kadar

    hemoglobin pada kelompok eksperimen dan

    kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan

    terapi kombinasi jus bayam-jeruk sunkis-madu pada

    ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja UPTD

    Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan. Persamaan

    Perbedaan

    :

    :

    Sama-sama mengukur kadar hemoglobin

    Penelitian tersebut memberikan perlakuan jus bayam-

    jeruk sankis dan madu sedangkan penelitian ini

    menggunakan kurma.

    5

    Nama Peneliti/Tahun

    Judul

    Desain Penelitian

    Hasil

    Persamaan

    :

    :

    :

    :

    :

    Amalia Amirul/2016

    EfektifitasMinuman Kacang Hijau Terhadap

    Peningkatan Kadar Hb

    Metode eksperimen pendekatannya dengan cara one

    group pre test-post test design.

    Variabel bebas : minuman kacang hijau

    Variabel terikat : kadar hemoglobin

    Terdapat pengaruh pemberian minuman kacang hijau

    terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb)

    Mahasiswi Semester 4 D-III Kebidanan.

    Sama-sama meneliti kadar hemoglobin

  • 8

    Perbedaan :

    Penelitian ini menggunakan minuman kacang hijau

    sedangkan yang akan diteliti menggunakan kurma.

    No Keaslian penelitian

    6 Nama Peneliti/ Tahun : Febriansyah Handri dan Indriawati Ratna / 2010

    Judul : Pengaruh Pemberian Kurma (Phoenix dactilizat

    besira) dan Madu (Apex dorsalis) terhadap Kadar

    Hemoglobin pada Remaja Putra Kelompok Usia 16

    Sampai 18 Tahun

    Metode Penelitian : Penelitian eksperimental dengan metode pretest

    and posttest control design.

    Variabel bebas : pemberian kurma dan madu

    Variabel terikat : kadar hemoglobin

    Hasil Penelitian

    : Konsumsi kurma dan madu secara teratur dengan

    dosis atau takaran yang telah dianjurkan dalam

    waktu yang cukup dapat meningkatan kadar

    hemoglobin.

    Persamaan : Sama-sama meneliti tentang kurma terhadap kadar

    hemoglobin

    Perbedaan : Perbedaanya tidak menggunakan madu serta

    sampel yang digunakan adalah remaja putri.

  • 9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjaun Teori

    1. Remaja Putri

    a. Pengertian

    Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan

    manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari

    masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik,

    perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar

    masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia

    10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007).

    MenurutWorld Health Organization, batasan remaja secara umum

    adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun (Proverawati, 2010).

    Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah

    masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang

    setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik

    yang cepat. Remaja dalam masyarakat dikenal dengan berbagai istilah

    yang menunjukkan kelompok umur yang tidak termasuk kanak-kanak

    tetapi bukan pula dewasa. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi

    pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Namun

    mayoritas penderita tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bahkan ketika

    telah mengetahuinya masih menganggap anemia sebagai masalah yang

    biasa (Yusuf, 2011).

    b. Klasifikasi Remaja

    Berdasarkan Brown (2005), masa remaja terbagi atas tiga fase

    menurut perkembangan psikososialnya, yaitu:

  • 10

    1) Remaja muda pada usia 10-14 tahun.

    2) Remaja menengah pada usia 15-17 tahun.

    3) Remaja akhir pada usia 18-21 tahun.

    Masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara

    cepat dalam siklus kehidupan. Masa remaja juga merupakan periode

    pematangan organ reproduksi manusia. Remaja putri yang menstruasi

    akan mengalami perubahan tinggi badan terhadap perkembangan

    seksual sekunder yang terjadi pada remaja putri selama masa pubertas

    seperti perubahan pinggul, payudara, otot dan suara (Brown, 2005).

    c. Kebutuhan Zat Gizi Remaja

    Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan

    besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode

    pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Pada remaja putri growth

    spurt terjadi pada umur 10-12 tahun. Pada remaja putra growth spurt

    terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar,

    karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja

    umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia

    lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Adriani

    danWirjatmadi, 2014). Zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya

    adalah :

    1) Protein

    Protein merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh

    tubuh terutama untuk membangun sel dan jaringan, memelihara

    dan mempertahankan daya tahan tubuh, membantu enzim, hormon,

    dan berbagai bahan biokimia lain (Almatsier, 2001). Dengan

    demikian, kekurangan asupan protein akan sangat mempengaruhi

    berbagai kondisi tubuh yang diperlukan untuk tetap bertahan sehat.

    Protein berhubungan dengan anemia karena hemoglobin yang

    diukur untuk menentukan status anemia seseorang yang merupakan

    pigmen darah yang berwarna merah berfungsi sebagai pengangkut

    oksigen dan karbondioksida. Makanan sumber protein hewani

  • 11

    contohnya yaitu daging sapi, kambing, ayam, hati, dan ikan yang

    berperan meningkatkan penyerapan zat besi di dalam usus,

    sebaliknya protein nabati seperti kacang-kacangan dapat

    menghambat penyerapan zat besi terutama jika protein tersebut

    digunakan sebagai pengganti daging (Almatsier, 2002).

    2) Zat Besi

    Pada perempuan, membutuhkan lebih banyakzat besi

    disebabkan karena kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini

    mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia zat besi

    dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi zat besi yang

    kurang atau kehilangan zat besi yang meningkat akan

    menyebabkan anemia gizi zat besi. Kebutuhan zat besi bagi remaja

    usia 13-15 tahun adalah 19 mg(Kasperet al, 2005).

    Pada perempuan yang mengalami menstruasi kehilangan zat

    besi yang keluar karena menstruasi. Jumlah kehilangan karena

    menstruasi sangat bervariasi di antara para wanita tetapi cukup

    konsisten dari bulan ke bulan pada wanita yang sama yaitu rata-rata

    kehilangan sejumlah 0,5-1,0 mg/hari. Oleh karena itu seorang wanita

    harus mengabsorpsi 1,4 sampai 2,2 mg/hari untuk menggantikan

    kehilangan tersebut. Besi yang diabsorpsi, kebutuhan dalam menu

    makanan adalah 3 – 10 kali dari jumlah tersebut tergantung pada

    sumber besi dari komposisi menu.

    Tabel 2. Kebutuhan dan kehilangan zat besi sesuai kelompok.

    Kelompok

    Umur

    Kehilangan Zat Besi Kebutuhan Zat Besi

    Total

    Zat besi

    Urine dan

    keringat

    Menstruasi Pertumbuhan

    Dewasa

    Perempuan 0,7mg 0,2 – 0,5mg 0,5 – 1,0mg 0,9 - 1,2

    Laki-Laki 0,7mg 0,2 – 0,5mg 1,4 - 2,2

    Remaja Putri 0,7mg 0,2 – 0,5mg 0,5 – 1,4mg 0,5 – 1,0mg 1,9 – 3,7

    Sumber : Guthrie (2003)

  • 12

    3) Vitamin B12

    Sumber utama vitamin B12 yang larut dalam air adalah

    makanan protein hewani yang diperoleh dari hasil sintesis bakteri

    di dalam usus, seperti hati, ginjal, susu, telur, ikan, keju dan

    daging. Vitamin B12 yang berasal dari sayuran yang mengalami

    pembusukan atau sintesis bakteri pada manusia tidak diabsorpsi

    karena sintesis terjadi di dalam kolon (Almatsier, 2009).

    Hasil penelitian Syatriani (2010) menunjukkan bahwa siswi

    dengan konsumsi vitamin B12 cukup yang terkena anemia (40,9%)

    dan siswi yang konsumsi zat besi kurang yang terkena anemia

    (71,4%). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa remaja

    dengan konsumsi vitamin B12 kurang berisiko 2,7 kali lebih tinggi

    untuk mengalami anemia daripada yang cukup (Aryani, 2010).

    Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena

    kekurangandalam makanan, akan tetapi sebagian besar sebagai

    akibat penyakit saluran cerna atau pada gangguan absorpsidan

    transportasi. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan

    mencegah terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk

    sel darah merah. Karena peranannya dalam pembentukan sel,

    defisiensi vitamin B12 bisa mengganggu pembentukan sel darah

    merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah

    merah akibatnya terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan,

    kehilangan nafsu makan, diare, dan murung (Sulistyorini, 2006).

    4) Vitamin C

    Remaja putri dan perempuan dewasa kehilangan darah

    dalam jumlah yang banyak akibat menstruasi. Vitamin C berfungsi

    sebagai enhaceryang kuat dalam mereduksi ion zat besi feri

  • 13

    menjadi zat besi fero, sehingga mudah diserap dalam pH lebih

    tinggi dalam usus halus (Almatsier, 2010).

    Salah satu fungsi vitamin C adalah absorpsi dan

    metabolisme zat besi. Vitamin C menghambat pembentukan

    hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan zat besi

    bila diperlukan. Absorpsi zat besi dalam bentuk non heme

    meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan

    dalam memindahkan zat besi dari transzat besi didalam plasma ke

    zat besi feritin hati (Almatsier,2010).

    Pemberian suplementasi zat besi dan vitamin C pada anak

    anemia akan memberikan hasil kenaikan kadar hemoglobin

    dibandingkan dengan pendidikan gizi saja atau suplementasi saja

    (Zulaekah, 2007). Vitamin C juga membantu meningkatkan

    pelepasan zat besi yang tidak larut. Vitamin C juga dapat

    menstimulasi pelepasan zat besi, dari cadanganzat besi feritin

    dalam sel-sel redikuloendetelialsehingga zat besi dapat digunakan

    dalam sel-sel darah merah. Vitamin C juga membantu merubah zat

    besi menjadi bentukzatbesi feri (tidak larut) kezat besi fero (larut)

    membantu menyerap zat besi ke usus halus (Finledstein dkk,

    2011).

    5) Asam folat

    Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan

    sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya

    folat berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam

    pembentukan heme. Angka kecukupan folat pada remaja usia 13-

    15 tahun sebesar 400 mg (LIPI, 2004). Makanan sumber asam

    folat diantaranya:hati, daging tanpa lemak, serealia, biji-bijian,

    kacang-kacangan, dan jeruk (Almatsier, 2008).

    Asam folat bersirkulasi sebagai poliglutamat di dalam

    pool atau simpanan sel darah merah. Defisiensi asam folat yang

    dapat menyebabkan defisiensi fungsional asam folat yang akan

  • 14

    mengakibatkan penekanan prolizat besisumsum tulang dalam

    proses pembentukan sel darah merah (Hindartin, 2016).

    Kekurangan asam folat dapat terjadi karena kurangnya konsumsi

    asam folat, terganggunya absorbsi, dan kebutuhan metabolisme

    asam folat yang meningkat (Suyardi, 2009).

    2. Anemia

    a. Pengertian

    Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau

    masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk

    menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Wibowo,

    2008). Menurut Syafiq (2008) anemia didefinisikan sebagai keadaan

    dimana kadar Hb rendah karena kondisi patologis.

    Rendahnya kadar hemoglobin atau berkurangnya jumlah dan

    mutu sel darah merah. Yang berfungsi sebagai sarana transportasi zat

    gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan biokimia jaringan tubuh.

    Diagnosis anemia ditegakan berdasarkan tanda dan gejala yang muncul

    serta dengan melihat kadar hemoglobin {Lutter (2008) dalam

    Himawan, 2013).

    b. Jenis Anemia

    Adapun klasifikasi anemia terbagi menjadi:

    1) Anemia gizi besi

    Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan

    bagian dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam tubuh

    bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang

    dewasa selalu disebabkan karena perdarahan menahun dan

    berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh

    (Soebroto, 2010).

    2) Anemia defisiensi vitamin C

    Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang

    berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C

    adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari.

  • 15

    Vitamin C banyak ditemukan pada jambu biji, cabai hijau, jeruk,

    lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau

    lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah

    membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan

    vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan

    bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010).

    3) Anemia Makrostik

    Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12

    atau asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan

    pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan

    vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah

    karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan

    optimal (Soebroto, 2010).

    4) Anemia Hemolitik

    Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah

    dihancurkan lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan

    karena keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit,

    termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak

    normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat (Soebroto,

    2010).

    c. Gejala Anemia

    Menurut Handayani dan Wibowo (2008), gejala anemia di bagi

    menjadi golongan besar yaitu sebagai berikut:

    1) Gejala umum anemia

    Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau

    Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia

    adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar

    hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik

    tertentu.Gejala ini timbul karena organ target dan mekanisme

    kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala

  • 16

    tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena

    adalah:

    a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi,

    sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal

    jantung.

    b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata

    berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta

    perasaan dingin pada ekstremitas.

    c) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit

    menurun, serta rambut tipis dan halus.

    2) Gejala khas masing-masing anemia

    Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis

    anemia adalah sebagai berikut:

    a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis

    angularis.

    b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)

    c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.

    d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda

    infeksi.

    d. Faktor-faktor Penyebab anemia pada remaja putri

    1) Faktor langsung yang menjadi penyebab terjadinya anemia

    diantaranya yaitu:

    a) Pola makan

    Pola makan merupakan kebiasaan makan manusia yang

    menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan.

    Karena kebiasaan pada umunya sudah melekat pada diri

    seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang menguntungkan

    bagi kesehatan, maka sulit diubah (Notoatmodjo, 2010).

    Kebiasaan makan yang salah bermula pada kebiasaan

    makan keluarga tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil,dan

    akan terus terjadi sampai pada usia remaja. Mereka makan

  • 17

    seadanya tanpa mengetahui zat gizi serta dampak tidak

    dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan

    mereka (Moehji, 2003).

    Kebiasaan makan diperoleh semasa remaja akan

    berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutya.

    Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia. Remaja

    memerlukan lebih banyak zat besi karena terjadi menstruasi

    (Arisman, 2004) .

    b) Asupan zat besi

    Asupan zat besi adalah salah satu unsur penting dalam

    proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi

    mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu:

    sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,

    sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian

    terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh

    (Almatsier, 2001).

    Zat penghambat penyerapan zat besi yaitu supan zat besi

    merupakan faktor langsung yang dapat mempengaruhi

    terjadinya anemia pada remaja putri. Beberapa zat yang dapat

    menghambat penyerapan zat besi antara lain (Masthalina,

    2015).

    (1) Zat besi yang terdapat dalam kopi

    (2) Tanin dalam teh

    (3) Asam oksalat seperti bayam

    (4) Asam fitat seperti dalam gandum, bekatul

    (5) Polifenol yang terdapat dalam teh, kopi dan anggur

    merah

    (6) Kalsium dan fosfat (susu dan keju).

    Remaja putri yang memiliki kebiasaan minum teh atau

    kopi > 1 gelas/hari memiliki risiko 2,023 menderita anemia

    dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi teh <

  • 18

    1 gelas/hari (Satyaningsih, 2007). Penelitian yang dilakukan

    Masthalina (2015) menyatakan bahwa ada hubungan pola

    konsumsi faktor inhibitor zat besi dengan status anemia

    siswi.

    c) Penyakit infeksi

    Penyakit infeksi dan parasit merupakan salah satu

    penyebab anemia gizi besi karena parasit dalam jumlah yang

    besar dapat mengganggu penyerapan zat besi, kehilangan zat

    besi dapat pula diakibatkan oleh infeksi parasit seperti cacing

    tambang, Schistosoma, dan mungkin pula Trichuris trichura.

    Hal ini lazim terjadi di negara tropis, lembab serta keadaan

    sanitasi yang buruk (Arisman, 2004).

    Pada infeksi kronis, anemia dapat terjadi karena

    penghisapan darah oleh cacing. Diagnosis dapat ditegakan

    berdasarkan pemeriksaan tinja dengan ditemukannya telur,

    larva, atau bahkan cacing dewasa (Widoyono, 2008).

    Penyakit kronis seperti tuberkulosis (TBC), infeksi

    saluran pernapasan (ISPA), diare serta kehilangan darah

    karena infeksi parasit (malaria dan kecacingan) akan

    memperberat anemia (Fachmi, 2005).

    Diare adalah gangguan pencernaan yang berupa

    pengeluaran faces lebih dari empat kali sehari, atau berupa

    faces cair atau lembek, dan perut merasa mulas yang dapat

    disebabkan oleh infeksi atau stress serta mengakibatkan

    gangguan penyerapan air dalam usus (Irianto, 2007).

    d) Pola Menstruasi

    Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah

    setiap bulan. Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat

    banyak maka akan terjadi anemia defisensi zat besi.

    Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam dinding

    rahim yang banyak mengandung darah. Menstruasi pertama

  • 19

    disebut menarche dimulai saat pubertas kira-kira usia 9 tahun

    dan paling lambat 16 tahun. Berhenti waktu hamil, atau

    menyusui dan berakhir saat menapouse. Rata-rata menstruasi

    berhenti selam 4-5 hari. Namun ada juga yang mengalami

    hanya 3 hari ada juga yang satu minggu (BKKBN Jawa

    Tengah, 2008).

    Panjang siklus menstruasi yang normal yaitu 28 hari,

    tetapi variasinya cukup luas bagi beberapa wanita dan pada

    wanita yang sama. Siklus menstruasi yang normal berkisar

    21-40 hari, dan siklus menstruasi disebut normal jika kurang

    dari 21 atau 40 hari (Elizabeth, 2009).

    Faktor- faktor lain yang mempengaruhi anemia pada

    remaja putri menurut Tarwoto (2010) adalah:

    (1) Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja

    putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang

    kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan

    makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat

    besi tidak terpenuhi.

    (2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga

    membatasi asupan makanan.

    (3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang

    diekskresi, khusunya melalui faces (tinja).

    (4) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana

    kehilangan zat besi ±1,3 mg per hari, sehingga

    kebutuhannya meningkat.

    2) Faktor tidak langsung yang mempengaruhi anemia.

    a) Tingkat Pengetahuan.

    Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

    penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman

    dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh

  • 20

    pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

    didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil

    pengindraan manusia seseorang terhadap objek melalui indra

    yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).

    Penelitian yang dilakukan oleh Kuswarini (2012), menunjukkan

    bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan

    dengan kejadian anemia. Menurut Wati (2010), menyatakan

    bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

    dengan kejadian anemia. Pengetahuan yang rendah tentang

    anemia menyebabkan asupan zat besi dalam makanan tidak

    cukup karena rendahnya mengkonsumsi sumber protein hewani.

    b) Pelayanan Kesehatan Pelayanan

    Kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan

    keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan

    kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana

    kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan rumah

    sakit (Aritonang, 2003).

    Remaja memiliki masalah dan kebutuhan khusus, yang

    tidak terlayani dengan baik dalam program kesehatan anak

    tradisional ataupun dalam praktik perawatan medis swasta.

    Karena banyak waktu yang meraka habiskan di rumah dan

    sekolah, sangat masuk akal untuk mengembangkan program

    layanan khusus untuk melayani kebutuhan mereka di lingkungan

    sekolah. Untuk melakukannya diperlukan kerja sama berbagai

    pihak yang berkepentingan dan kelompok (Goerge dan Jhon,

    2008).

    c) Sosial ekonomi keluarga

    Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang

    mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya

    TBC, infeksi akut gastrointestnal, ISPA, anemia, malnutrisi, dan

  • 21

    penyakit parasit yang banyak terdapat pada golongan ekonomi

    rendah.

    Akses terhadap makanan dalam hal uang atau barang

    merupakan faktor kritikal dalam menentukan pilihan makanan.

    Semakin tinggi status ekonominya semakin banyak jumlah

    makanan yang diperoleh. Sebaliknya orang yang hidup dalam

    kemiskinan atau berpengahasilan rendah memiliki kesempatan

    yang sangat terbatas dalam memilih makanan (Mery, 2007).

    Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap

    defisiensi zat besi, dapat mengenai semua kelompok stastus

    sosial ekonomi, terutama yang berstatus sosial ekonomi rendah

    (Soetjiningsih, 2007).

    d) Aktifitas fisik

    Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktifitas

    tubuh meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga

    meningkat (Moehji, 2003).

    Kebutuhan energi yang tinggi sebagian besar di perlukan

    untuk mantaince dan aktifitas fisik dibandingkan dengan yang

    diperlukan untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi tergantung

    aktifitas fisik, remaja yang kurang aktif dapat menjadi

    kelebihan berat badan atau mungkin obesitas, walaupun asupan

    energi lebih rendah dari kebutuhan energi yang

    direkomendasikan. Sebaliknya pada remaja yang sangat aktif

    akan membutuhkan energi yang lebih banyak dari kebutuhan

    energi yang lebih banyak dari kebutuhan energi yang

    direkomendasikan (Soetjiningsih, 2007).

    Peningkatan aktifitas fisik juga membutuhkan vitamin dan

    mineral yang lebih tinggi, ini bisa tercapai dengan

    mengkonsumsi makanan diet gizi seimbang. Suplemen dan

    vitamin mineral tidak diperlukan kecuali zat besi pada beberapa

    atlit (Soetjiningsih, 2007).

  • 22

    3) Dampak Anemia

    Dampak anemia pada umumnya menyebabkan pucat, rasa

    lemah, letih pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran

    tubuh, menurunnya kemampuan produktifitas, di samping itu

    kemampuan mengatur tubuh menurun serta menimbulkan sifat apatis,

    dan kemampuan konsentrasi belajar menurun (Almatsier, 2002).

    Tidak hanya kekurangan zat besi namun terjadinya anemia juga

    karena rendahnya kadar hemoglobin. Dimana hemoglobin berperan

    dalam pembentukan sel darah merah dan hemoglobin merupakan

    komponen yang penting dalam mempertahankan keutuhan sistem

    sirkulasi tubuh.Fungsi utamanya adalah dalam mengatur pertukaran O2

    dan CO2 dalam jaringan tubuh yaitu mengambil O2 dari paru kemudian

    dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk digunakan sebagai bahan

    bakar serta membawa CO2 dari jaringan tubuh hasil metabolisme ke

    paru-paru untuk dibuang.Hemoglobin juga turut berfungsi dalam

    mempertahankan bentuk normal sel darah merah (Hoffbrandet al,

    2005).

    4. Hemoglobin

    a. Pengertian

    Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi.

    Mempunyai daya gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itu

    membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Fungsi ini maka

    oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh (Evelyn, 2008).

    Hemoglobin hidup selama 120 hari. Penghancuran sel darah merah

    terjadi setelah umur 120 hari ketika sel dipindahkan ke ekstravaskuler

    oleh makrofag sistem retikuloendotelial (RE).

    Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa oksigen pada

    eritrosit dan dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum

    tulang, molekul hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida

  • 23

    (globin) dan empat kelompok heme (Price & Wilson, 2005). Satu

    molekul hemoglobin memiliki struktur satu monomer globin yang

    mengikat satu molekul heme, sedangkan hemoglobin fungsional

    adalah molekul tetramer dengan masing-masing globin mengikat

    molekul heme (Sofro, 2012).

    b. Kadar hemoglobin

    Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam

    butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal

    15 gr setiap 100 ml darah (Evelyn, 2008). Hasil pemeriksaan kadar

    hemoglobin juga dapat dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan yang

    dipergunakan. Antara cara sahli yang sederhana dengan cara yang

    lebih modern dengan alat fotometer tentu akan ada perbedaan hasil

    yang ditampilkan. Namun demikian WHO telah menetapkan batas

    kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO

    (2001) dalamArisman,2002).

    1) Anemia ringan : kadar Hb 9-11gr/dl

    2) Anemia sedang : kadar Hb 7-8 gr/dl

    3) Anemia berat : kadar Hb 15th >12.0

    Ibu Hamil >11.0

    Sumber : WHO(2001) dalam Arisman (2002).

    c. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin

    Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin

    adalah:

    1) Kecukupan Zat Besi dalam Tubuh

    Menurut Parakasi, zat besi dibutuhkan untuk produksi

    hemoglobin,sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan

    terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan

  • 24

    hemoglobin yang rendah. Zat besi juga merupakan mikronutrien

    essensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar

    oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam

    udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim

    pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Zat

    besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan

    mioglobin dalam sel otot kandungannya ± 0,004 % berat tubuh (60-

    70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagaiferritin di

    dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis,

    2006).

    Menurut Kartono dan Soekatri, kecukupan zat besi yang

    direkomendasikan adalah jumlah minimum zat besi yang berasal dari

    makanan yang dapat menyediakan cukup zat besi untuk setiap

    individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar

    kemungkinan anemia kekurangan zat besi (Zarianis, 2006).

    2) Metabolisme Zat Besi dalam Tubuh

    Menurut Wirakusumah, zat besi yang terdapat di dalam tubuh

    orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gr. Zat besi tersebut berada

    di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g),

    myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum

    tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagianzat besi dalam tubuh, yaitu

    bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian

    yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta

    enzim hemedan nonheme adalah bentuk zat besi fungsional dan

    berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan.

    Zat besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi

    fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan

    hemosiderin adalah bentuk zat besi cadangan yang biasanya terdapat

    dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme zat besi dalam

    tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,

    penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006)

  • 25

    d. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)

    Penentuan kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan

    bermacam-macam cara. Cara yang banyak dipakai dalam laboratorium

    klinik ialah cara fotoelektrik dan kalorimetrik visual dan yang banyak

    digunakan di lapangan penelitian ialah hemoglobinometer digital

    (WHO, 2001).

    Penentuan kadar hemoglobin dengan metode Hemoglobinometer

    digital merupakan metode kuantitatif yang terpercaya dalam

    mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan penelitian dengan

    menggunakan prinsip tindak balas darah dengan bahan kimia pada

    strip yang digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip. Reaksi

    tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang

    dihasilkan adalah bertindak balas langsung dengan konsentrasi

    hemoglobin.

    Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah di

    bawa dan sesuai untuk penelitian di lapangan karena teknik untuk

    pengambilan sampel darah yang mudah dan pengukuran kadar

    hemoglobin tidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga

    memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding metode

    laboratorium yang standar.Alat ini juga stabil walaupun digunakan

    dalam jangka masa yang lama (Hamill, 2010).

    5. Kurma

    a. Taksonomi Kurma

    Kurma (Phoenix dactylizat besira) adalah sejenis tumbuhan

    palem yang buahnya dapat dimakan karena rasanya manis. Pohon

    kurma memiliki tinggi sekitar 15-25 meter dan daun yang menyirip

    dengan panjang 3-5 meter (Satuhu, 2010). Ada beberapa jenis kurma

    yang palingdisukai di Indonesia yaitu, kurma Lulu, kurma Mesir,

    kurma Madinah, Tunisia dan Iran. Sedangkan yang paling mahal

    adalah kurma Nabi dan Sokari. Kurmaadalah buah yang paling banyak

  • 26

    mengandung gula alami diantara semua jenisbuah-buahan (Rosita,

    2009).

    Buah kurma memiliki karakteristik bervariasi, antara lain

    memiliki berat dua hingga enam puluh gram, panjang tiga sampai tujuh

    sentimeter, konsistensi lunak sampai kering, berbiji dan berwarna

    kuning kecoklatan, coklat gelap dan kuning kemerahan (Sucipto,

    2010).

    b. Manfaat Buah Kurma

    Pilihan kurma sebagai makanan sehat di bulan puasa ternyata

    dapat dibuktikan secara ilmiah. Kalori tinggi dan kandungan gulanya

    yang mudah dicerna membuat kurma dapat mengatasi kekurangan

    kalori akibat penggunaan energi saat beraktivitas di bulan puasa.

    Namun, kurma masih memiliki banyak khasiat lain yang baik untuk

    kesehatan diantaranya :

    1) Kurma mengandung asam salisilat yang bersifat mencegah

    pembekuan darah, antiinflamasi, dan menghilangkan rasa ngilu

    ataupun rasa nyeri.

    2) Kandungan kalium sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan

    pembuluh darah karena berfungsi untuk menstabilkan denyut

    jantung, mengaktifkan kontraksi otot jantung, sekaligus mengatur

    tekanan darah. Oleh karena itu, kalium bermanfaat dalam

    mencegah penyakit stroke.

    3) Kurma mengandung banyak serat yang baik bagi usus, sehingga

    mencegah sembelit dan melancarkan buang air besar.

    4) Serat juga dapat menurunkan kolesterol dalam darah.

    5) Kurma dapat membantu pertumbuhan tulang karena mengandung

    kalsium, fosfor, dan magnesium yang sangat diperlukan untuk

    memelihara kesehatan tulang dan gigi (Satuhu, 2010).

    Kurma juga mengandung vitamin yang dapat membantu

    menguatkan saraf, melancarkan peredaran darah, membersihkan usus,

    serta memelihara dari radang dan infeksi (Satuhu, 2010).Kurma

  • 27

    mempunyai banyak kandungan nutrisi didalamnya sehingga

    jugamempunyai banyak manfaat untuk kesehatan, diantaranya adalah:

    meningkatkanjumlah trombosit, mencegah pembekuan darah,

    mencegah stroke dan seranganjantung, mencegah perdarahan rahim

    (Rosita, 2009; Satuhu, 2010).

    c. Kandungan Buah Kurma

    Buah kurma banyak disukai karena mengandung banyak

    manfaat untukkesehatan yang dipengaruhi oleh banyaknya kandungan

    gizi di dalamnya. Berikutadalah kandungan nutrisi buah kurma secara

    lengkap (Rosita, 2009).

    Tabel 4. Kandungan Buah Kurma Per 100 gram

    Zat Gizi Nilai

    Air 22,50 gr

    Energi 275 Kcal

    Protein 1,97 gr

    Lemak total 0,45 gr

    Karbohidrat 73,5gr

    Serat 7,5 gr

    Abu 1,58 gr

    Besi 1,5 mg

    Asam folat 5,4 mg

    Vitamin C 6,1 mg

    Thiamin (B1) 93mg

    Riboflavin 0,100 mg

    Niasin 2,200 mg

    Asam pantotenik 0,780 mg

    Vitamin B-6 0,192 mg

    Folat total 13 mcg

    Vitamin B12 144mcg

    Vitamin A 50 IU

    Sumber :(Rosita, 2009)

    Subarnas (2010) memaparkan bahwa khasiat tumbuhan herbal

    belum mendapat perhatian dan hal ini perlu dikembangkan. Buah

    kurma merupakan memiliki kandungan besi sebesar 1,5 mg per buah

    (Decuypere, 2000).Kandungan zat besi dapat mensintesis

    pembentukan heme yang dapat memacu kadar hemoglobin (Hoffbrand

    et al, 2005).Buah kurma kaya akan zat besi yang meningkatkan kadar

  • 28

    hemoglobin. Selain itu, kurma juga mengandung protein, serat,

    glukosa, vitamin C 6,1 mg, tiamin 93 mg, niasin, dan asam folat 5,4

    mg. Kurma juga mengandung mineral seperti, kalsium, sodium dan

    potasium. Kadar protein pada buah kurma sekitar 1,8-2 %, kadar

    glukosa sekitar 50- 57 %, dan kadar serat 2-4% (Jahromi et al, 2007).

    d. Pengaruh kurma terhadap kadar hemoglobin

    Kandungan zat besi dalam kurma sebanyak 1,2 mg baik untuk

    membantu menaikan kadar Hb, selain zat besi zat gizi lainya yang

    dapat membantu meningkatkan kadar Hb yaitu Vitamin C sebanyak

    6,1 mg (Rosita, 2009).Konsumsi kurma dan madu secara teratur

    dengan dosis atau takaran yang telah dianjurkan dalam waktu yang

    cukup dapat meningkatan kadar hemoglobin,karena bahan-bahan

    utama yang diperlukan untuk pembentukan darah atau hemoglobin

    adalah Asam folat, vitamin B12, besi, kobalt, magnesium, zink, asam

    amino, vitamin C, vitamin B kompleks, dan lain-lain (Febriansyah dan

    Indriwati, 2016).

    Menurut Rakhmawan (2006) buah kurma yang mengandung

    zat-zat gula (campuran glukosa, sukrosa, dan fruktosa), protein,

    lemak, serat, vitamin A, B1, B2, B12, C, potasium, kalsium, besi,

    klorin, tembaga, magnesium, sulfur, fosfor, dan beberapa enzim yang

    cukup lengkap nutrisinya sehingga mempercepat meningkatkan kadar

    hemoglobin dan mudah di metabolisme oleh tubuh.

    Kandungan protein, karbohidrat dan lemak pada kurma

    mendukung proses sintesis hemoglobin(Sotolu et al, 2011).

    Karbohidrat dan lemak membentuk suksinil CoA yang selanjutnya

    bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui serangkaian

    proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama

    molekul heme dan protein globin membentuk hemoglobin (Murray et

    al, 2003).

  • 29

    B. Kerangka Teori

    Gambar 1. Kerangka Teori

    Sumber : Almatsier (2001), Supriasa (2001).

    C. Kerangka Konsep

    Gambar 2. Kerangka Konsep

    D. Hipotesis

    Ha : Ada efektifitas pemberian kurma terhadap kadar hemoglobin pada

    remaja putri anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.

    Faktor tidak langsung yang

    mempengaruhi anemia

    1. Pendapatan keluarga

    2. Aktifitas fisik

    3. Pengetahuan anemia

    4. Layanan kesehatan

    Faktor langsung yang

    mempengaruhi anemia

    1. Kebiasaan makan

    - Frekuensi makan

    - Konsumsi faktor

    penghambat dan

    pendorong absorbsi

    besi

    - Asupan konsumsi, zat

    besi, asam folat,

    vitamin C dan Zink

    2. Status kesehatan

    - Penyakit infeksi / non

    infeksi

    - Pola menstruasi

    Kadar hemoglobin

    Pemberian kurma Kadar Hemoglobin

    Anemia

  • 30

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Desain Penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian yang bersifat

    quasi eksperimental dengan rancangan pre-post test control group design

    digambarkan sebagai berikut (Riwidikdo, 2013) :

    01 X 02

    03 04

    Gambar 3. Rancangan Penelitian

    Keterangan

    01 : Kadar hemoglobin sebelum pada kelompok perlakuan.

    02 : Kadar hemoglobin setelah pada kelompok perlakuan.

    03 : Kadar hemoglobin pada kelompok kontrol

    04 : Kadar hemoglobin pada kelompok kontrol

    X : Pemberian kurma sebanyak 100 gr.

    B. Tempat dan Waktu Penelitian

    1. Tempat penelitian

    Penelitian ini dilakukan di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.

    2. Waktu penelitian

    Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Juli 2017.

    C. Populasi

    a. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di MA Tahfizh

    Nurul Iman Karanganyar.

    b. Sampel

    Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus

    menurut Arikunto (2006). Adalah sebagai berikut:

    29

  • 31

    𝑛 =𝑁. (𝑍1−∝/2)

    2. 𝑝. 𝑞

    𝑑2(𝑁 − 1) + (𝑍1−∝/2)2

    . 𝑝. 𝑞

    Keterangan :

    n : Jumlah sampel

    N : Populasi (90 semua kelas dari kelas X-XII)

    Z1-α/2 : Tingkat kepercayaan 95% (∝= 0,05 , Z=1,96)

    p : Proporsi prevalensi anemia (50% = 0,5)

    q : 1-p

    d : Delta (15%=0,15)

    Perhitungan sampel :

    𝑛 =90 𝑥 (1,96)2 𝑥 0.5 𝑥 (1 − 0,5)

    {(0,152)𝑥 (90 − 1)} + {(1,962) 𝑥 0,5 𝑥 (1 − 0,5)}

    𝑛 =90 𝑥 3,84 𝑥 0,5 𝑥 0,5

    (0,0225 𝑥 138) + (3,84) 𝑥 (0,5 𝑥 0,5)

    𝑛 =86,4

    3,105 + 0,96

    𝑛 =86,4

    4,065 = 22 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔

    Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang dibutuhkan

    sebesar 22 orang, ditambah kemungkinan drop out sebesar 10% jumlah

    sampel akhir sebesar 24 orang.

    D. Teknik Sampling

    Teknik sampling yang digunakan yaitu pengambilan sampel

    penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono

    (2012) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan

    sampel sesuai kriteria yang telah ditentukan. Dalam hal ini peneliti

    mengambil sampel berdasarkan pengamatan dan hasil tes kadar

    hemoglobin yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dan

  • 32

    eksklusi yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini

    antara lain :

    1. Kriteria inklusi

    a. Siswi MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.

    b. Kadar Hb< 12 gr/dl.

    c. Bersedia menjadi sampel.

    d. Tidak sedang menstruasi.

    e. Tidaksedangmengkonsumsi tablet zat besi atau penambahdarah.

    2. Kriteria eksklusi

    Sakit kronis dan infeksisaat penelitian.

    E. Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas : pemberian kurma

    2. Variabel terikat: kadar hemoglobin.

    F. Definisi Operasional

    Tabel 4. Definisi Operasional

    Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Pemberian

    kurma

    Pemberian kurma pada santri MA

    Tahfizh Nurul Iman Karanganyar,

    pada kelompok perlakuan setiap pagi

    selama 7 hari sebanyak 100gr dan

    pada kelompok kontrol tidak di beri

    kurma.

    1. Di beri 2. Tidak di beri

    Ordinal

    Kadar

    hemoglobin

    Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin

    sebelum dan setelah pemberian

    Kurma. Cara pengambilan darah

    melalui jari menggunakan GCHb

    gr/dl Rasio

    G. Instrumen Penelitian

    1. Formulir identitas sampel: data yang diperoleh dari sampel yang meliputi

    nama, kadar hemoglobin, BB, TB, umur.

    2. GC Hb Easy Touch alat ini digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin

    sampel.

    3. Surat kesediaan menjadi sampel penelitian.

    4. Formulir food recall 24jam untuk menganalisi asupan zat besi, vitamin C,

    asupan protein.

  • 33

    5. Timbangan injak untuk mengukur berat badan dengan kapasitas 150 kg dan

    ketelitian 1 kg.

    6. Mikrotoa untuk mengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm.

    H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

    1. Jenis sumber data

    a. Data primer: Data yang diperoleh secara langsung berasal dari sampel,

    dengan teknik : pemeriksaan kadar hemoglobin, food recall 24 jam

    untuk mengetahui jumlah asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12,

    zink, protein dan pengukuran berat badan, tinggi badan.

    b. Data sekunder: Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan pihak lain

    untuk mengutip laporan yang sudah ada. Data sekunder meliputi: buku

    induk siswi untuk melihat jumlah siswi setiap kelasnya dari MA

    Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.

    2. Teknik pengumpulan data

    Wawancara dilakukan untuk mengetahui identitas sampel tentang data-

    data yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan untuk

    mengetahui asupan zat besi, protein, vitamin C, vitamin B12, dan zink.

    I. Teknik Analisis Data

    1. Editing

    Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah

    dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk

    tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan

    data dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau kehilangan kesalahan

    yang terdapat dalam data. Kekurangan data dapat dilengkapi dengan

    mengulangi pengumpulan data (Aedi , 2010).

    2. Coding

    Merupakan upaya mengklasifikasi data dengan pemberian kode

    pada data menurut jenisnya yaitu memberi kode pada klasifikasi asupan

    protein, vitamin dan mineral. Setiap klasifikasi dikategorikan sesuai

    dengan klasifikasinya yaitu sebagai berikut:

  • 34

    Kode 1: Klasifikasi asupan protein

    Klasifikasi tingkat konsumsi protein menurut Hardinsyah, dkk

    (2004):

    Diatas kebutuhan : > 120%

    Normal : 90-119%

    Defisit ringan : 80-89%

    Defisit sedang : 70-79%

    Defisit berat : < 70%

    Kode 2: Klasifikasi asupan vitamin dan mineral

    Sedangkan klasifikasi tingkat konsumsi vitamin dan mineral

    menurut Gibson (2005) :

    Kurang : < 77 %

    Cukup : > 77 %

    3. Tabulating

    Tabulating adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel

    yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang

    dibutuhkan (Aedi, 2010).

    4. Cleaning

    Cleaning adalah menghilangkan data yang tidak dipakai atau data

    yang tidak normal (Aedi, 2010).

    5. Entry Data

    Proses pemasukan data dalam suatu program komputer agar

    diperoleh data yang siap diolah.

    J. Analisis Data

    Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Analisis

    survey konsumsi menggunakan formulirfood recall. Analisis pada penelitian

    ini menggunakan 2 jenis analisis yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.

    1. Analisis Univariat

    Analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan setiap variabel

    dalam penelitianmeliputi usia, kadar hemoglobin sebelum perlakuan,

  • 35

    kadar hemoglobin setelah perlakuan, asupan zat besi, vitamin C, asam

    folat, protein dan zink dengan menggunakan Nutrisurvey.

    2. Analisis Bivariat

    Analisis bivariat digunakanuntuk menganalisis perbedaan dua

    variabel untuk mengetahui adanya perbedaan. Sebelum dilakukan

    pengujian data, data terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data dengan

    menggunakan uji Shapiro Wilk dengan SPSS Versi 17.0. Hasil uji

    kenormalan didapatkan data yang normal yaitu kadar Hb sebelum dan

    setelah pemberian kurma baik pada kelompok perlakuan dan kelompok

    kontrol, asupan vitamin B12, asupan vitamin C, asupan protein, dan

    asupan zink.

    Dalam penelitian ini menggunakan Paired T-test untuk

    menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian

    kurma pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.Independent T-

    testdigunakan untuk menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum

    pemberian kurma antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol,

    menganalisis perbedaan setelah pemberian kurma antara kelompok

    perlakuan dengan kelompok kontrol dan menganalisis perbedaan selisih

    kadar hemoglobin antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.

    K. Jalannya Penelitian

    1. Tahap Persiapan

    a. Menyusun proposal penelitian.

    b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi

    sampel dan kejadian anemia.

    c. Mengajukan surat ijin melakukan penelitian ke MA Tahfizh Nurul

    Iman Karanganyar.

    d. Melakukan koordinasi dengan pihak Sekolah.

    e. Melakukan screening terhadap remaja putri.

  • 36

    2. Tahap pelaksanaan

    a. Pengumpulan data dengan wawancara langsung.

    b. Pemberian kurma sehari sekali selama 7 hari pada pagi hari sebanyak

    100gr.

    c. Pengukuran kadar hemoglobin di awal penelitian dan hari ke 7.

    d. Melakukan food recallselama dua kali di hari kedua dan di hari

    terakhir.

    e. Pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan.

    3. Pengukuran Kadar Hemoglobin

    Cara mengukur kadar hemoglobin {Khoirul (2013) dalam Kusumawati,

    2016}.

    a. Memastikan peralatan lengkap dan berfungsi dengan baik. Memeriksa

    GCU Hb Easy Touch berfungsi dengan baik.

    b. Memposisikan ssampel pada posisi duduk santai.

    c. Membersihkan salah satu jari sampel dengan kapas beralkohol.

    d. Menusukkan lancet device yang telah dimasukkan blood lancetsampai

    mengeluarkan darah.

    e. Meneteskan darah ke strip Hb yang sudah diatur dalam GCU Hb Easy

    Toauch.

    f. Menempelkan kapas yang telah diberikan alkohol ke jari agar

    menghentikan perdarahan.

    g. Menunggu beberapa saat sampai hasilnya muncul.

    h. Mencatat kadar Hb.

    4. Tahap akhir

    a. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 17.0.

    b. Pengolahan data food recall dengan Nutrisurvey

    c. Penyusunan hasil penelitian

  • 37

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Profil Tempat Penelitian

    Madrasah Aliyah (MA) Tahfizh Nurul Iman Karanganyar adalah

    lembaga pendidikan Al-Quran.secara geografis letak Madrasah Aliyah

    (MA) Tahfizh Nurul Iman Karanganyar dekat dengan Kabupaten dan

    Kota, lokasi berdirinya Madrasah Aliyah (MA) Tahfizh Nurul Iman

    Karanganyar terletak di daerah Dk.Rejosari RT.07 RW. 10 Ds. Plesungan,

    Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar Pembangunan MA Thafizh Nurul

    Iman Karanganyar dimulai sejak tanggal 11 Maret 2012, peletakan batu

    pertama oleh Prof. Dr. Hardjono,Sp.KK yang merupakan pewakaf tanah

    seluas 640 m2.

    Tujuan didirikanya MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar untuk

    pendidikan para calon hafidzah lulusan SMP/MTS atau sederajat. Minimal

    berusia 14 tahun sampai 20 tahun dan ada keinginan kuat untuk menuntut

    ilmu terutama mengahafal AL-Qur’an 30 juz. Kelulusan para santriwati ini

    sangat ditentukan oleh hafalan Al-Qur’anya. Dengan cita-cita yang

    tertuang dalam Visi, Pesantren Tahfidz Putri Nurul Iman memandang jauh

    kedepan, dengan harapan sebagai motivasi tertinggi adalah membumikan

    Al Qur'an, sehingga Al Qur'an bukan ada dalam batas bacaan saja tapi juga

    bisa terbentuk dalam kepribadiannya.

    Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis tauhid yang

    mengintegralkan aspek jasadiyah dan ruhiyah, disusun dalam kegiatan

    selama disekolah, masjid dan asrama (Profil MA Nurul Iman

    Karanganyar, 2016).

  • 38

    B. Hasil Penelitian

    1. Karakteristik Sampel

    a. Umur

    Sampel dalam penelitian ini adalah MA Tahfizh Nurul Iman

    Karanganyar. Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa

    umur sampel bervariasi antara 14 tahun sampai dengan 17 tahun.

    Distribusi umur sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel

    berikut:

    Tabel 5. Distribusi umur sampel

    Umur (tahun) Kelompok perlakuan Kelompok kontrol

    N % n %

    14-15 13 59,1% 5 22,7

    16-17 9 40,9% 17 77,3

    Jumlah 22 100% 22 100%

    Sumber: Data Primer, diolah 2017.

    Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar

    sampel pada kelompok perlakuan yaitu umur 14-15 tahun sebanyak

    13 santri putri (59,1%), dan pada kelompok kontrol pada umur 16-

    17 tahun sebanyak 17 orang (77,3%). Rata-rata umur sampel pada

    kelompok perlakuan 15,66±0,81 tahun dan pada kelompok kontrol

    rata-rata umurnya 16,00±0,69 tahun.

    b. Asupan Gizi

    Distribusi dan nilai rata-rata asupan B12, asupan zat besi,

    asupan zink, asupan vitamin C, asupan protein, pada kelompok

    perlakuan perlakuan dan kontrol. pada kelompok kontrol dapat

    dilihat pada tabel berikut

  • 39

    Tabel 6. Distribusi asupan protein, vitamin dan mineral

    Variabel

    Kelompok

    Perlakuan Kontrol

    x ± SD x ± SD

    Asupan Vitamin B12(µg) 1,83±0,62 1,31±0,44

    Asupan Zat Besi (mg) 18,55±3,15 17,61±1,81

    Asupan Zink (mg) 11,38±2,23 7,74±1,85

    Asupan Vitamin C (mg) 30,38±4,18 27,05±3,49

    Asupan Protein (gr) 48,42±3,32 42,79±3,69

    Sumber: Data Primer, diolah 2017.

    Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata

    asupan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan

    kelompok kontrol baik asupan vitamin B12, vitamin C, zat besi,

    zink, dan protein.

    c. Kecukupan asupan

    Angka kecukupan gizi pada santri usia 14-17 tahun,

    kecukupan asupan di lihat dari hasil food recall selama dua kali

    yaitu di hari pertama perlakuan dan di hari terakhir perlakuan

    selama 7 hari perlakuan.

    Tabel 7. Tingkat kecukupan protein berdasarkan Gibson

    Kategori asupan

    protein (gr)

    Kelompok

    Perlakuan Kontrol

    N % n %

    Defisit ringan 3 13.63 0 0

    Defisit sedang 4 18.19 4 18.18

    Defisit berat 15 68.18 18 81.82

    Jumlah 22 100 22 100

    Sumber : Data Primer, diolah 2017.

    Berdasarkan data dari tabel 7 dapat diketahui bahwa

    kecukupan asupan protein pada kelompok perlakuan sebagian besar

    pada kategori defisit berat yaitu (< 90-119 %.)

  • 40

    Tabel 8. Tingkat Kecukupan vitamin

    Kategori asupan

    Kelompok

    Perlakuan Kontrol

    N % n %

    Vitamin C (mg)

    Kurang 21 94,4 22 100

    Cukup 1 5,6 0 0

    Vitamin B12 (µg)

    Kurang 16 72,7 18 55,6

    Cukup 6 27,3 4 44,4

    Zat besi (mg)

    Kurang 14 63,6 16 100

    Cukup 8 36,4 6 0

    Zink (mg)

    Kurang 20 90,9 19 100

    Cukup 2 9,1 3 0

    Sumber : Data Primer, diolah 2017.

    Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa kecukupan

    asupan vitamin dan mineral pada kelompok perlakuan dan

    kelompok kontrol sebagian besar termasuk pada kategori kurang (<

    77% berdasarkan AKG).

    2. Kadar hemoglobin

    a. Kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian kurma pada

    kelompok perlakuan

    Tabel 9. Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian

    kurma pada kelompok perlakuan

    Kadar hemoglobin x ± SD (gr/dl) p*

    Kadar hemoglobin sebelum 10,66±0,91 0,001

    Kadar hemoglobin setelah 11,81±1,41

    * : Uji Paired T -test

    Sumber: Data Primer, diolah 2017

    Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan

    sebelum diberikan perlakuan kurma sebesar 10,66±0,66 gr/dl.

    Pengukuran kadar hemoglobin diakhir penelitian diberikan

    perlakuan didapatkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 11,81±

    1,41 gr/dl. Berdasarkan hasil uji paired t-test kadar hemoglobin

  • 41

    sebelum dan setelah pemberian kurma pada kelompok perlakuan

    didapatkan nilai p=0,001 yang berarti ada perbedaan hasil kadar

    hemoglobin sebelum dan setelah pemberian kurma pada kelompok

    pemberian perlakuan. Kadar hemoglobin setelah pemberian kurma

    pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada pada kelompok

    kontrol.

    b. Kadar hemoglobin sebelum dan setelah pada kelompok kontrol

    Tabel 10. Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pada

    kelompok kontrol.

    Variabel x ± SD (gr/dl) p*

    Kadar hemoglobin sebelum 10,60±0,89 0,713

    Kadar hemoglobin setelah 10,62±0,79

    * : Uji Paired T-test

    Sumber : Data Primer, diolah 2017.

    Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok kontrol sebelum

    diberikan perlakuan kurma sebesar 10,60±0,98 gr/dl. Pengukuran

    kadar hemoglobin diakhir penelitian didapatkan rata-rata kadar

    hemoglobin sebesar 10,62±0,79 gr/dl. Berdasarkan hasil uji paired t-

    test kadar hemoglobin sebelum dan di akhir penelitian pada kelompok

    kontrol didapatkan nilai p = 0,713 yang berarti tidak ada perbedaan

    hasil kadar hemoglobin sebelum dan setelah pada kelompok kontrol.

    Hal ini diperkuat dengan hasil selisih rata-rata kadar hemoglobin

    sebelum dan setelah pemberian pada kurma kelompok perlakuan yang

    menunjukkan peningkatan sebesar 0,02±0,286 gr/dl.

    c. Kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma antara kelompok

    perlakuan dan kelompok kontrol

    Tabel 11. Perbedaan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma

    antara kelompok perlakuan dengan kontrol.

    Variabel x ± SD (gr/dl) p*

    Kadar hemoglobin sebelum

    pada kelompok perlakuan

    10,65±0,91

    0,939 Kadar hemoglobin sebelum

    pada kelompok kontrol

    10,60±0,89

    * : Uji Independent T-test

    Sumber : Data Primer, diolah 2017.

  • 42

    Rata-rata kadar hemoglobin sebelum perlakuan pada perlakuan

    sebesar 11,65±0,91 gr/dl. Pengukuran kadar hemoglobin sebelum

    diberikan perlakuan pada kontrol didapatkan rata-rata kadar

    hemoglobin sebesar 10,60±0,89 gr/dl. Berdasarkan hasil uji

    independent t-test kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma pada

    kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan nilai p = 0,939 yang berarti

    tidak ada perbedaan hasil kadar hemoglobin sebelum pemberian pada

    kurma kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.

    d. Kadar hemoglobin setelah pemberian kurma antara kelompok perlakuan

    kurma dan kontrol.

    Tabel 12. Perbedaan kadar hemoglobin setelah pada kelompok

    perlakuan dan kelompok kontrol

    Variabel x ± SD (gr/dl) p*

    Kadar hemoglobin setelah

    pada kelompok perlakuan

    11,81±1,41

    0,031 Kadar hemoglobin setelah

    pada kelompok kontrol

    10,62±0,79

    * : Uji Independent T-test

    Sumber : Data Primer, diolah 2017.

    Rata-rata kadar hemoglobin setelah pemberian kurma pada

    kelompok perlakuan sebesar 11,81±1,41 gr/dl. Pengukuran kadar

    hemoglobin setelah pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata kadar

    hemoglobin sebesar 11,62±0,79 gr/dl. Berdasarkan hasil uji

    independent t-test kadar hemoglobin setelah pemberian kurma antara

    kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan nilai p = 0,031. Ada

    perbedaan hasil kadar hemoglobin setelah pemberian kurma antara

    kelompok perlakuan dan kontrol.

  • 43

    e. Perbedaan selisih kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan dan

    kontrol.

    Tabel 13. Perbedaan selisih kadar hemoglobin pada kelompok

    perlakuan dan kontrol

    Variabel x ± SD (gr/dl) p*

    Kelompok perlakuan 1,54±1,12 0,000

    Kelompok kontrol 0,17±0,23

    * : Uji Independent T-Test

    Sumber: Data Primer, diolah 2017

    Berdasarkan uji independent t-test dapat diketahui bahwa

    perbedaan selisih kadar hemoglobin pada kedua kelompok didapatkan

    nilai p = 0,000 yang berarti ada perbedaan selisih kadar hemoglobin

    pada kelompok perlakuan dan kontrol. Selisih kadar hemoglobin lebih

    tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol.

    C. Pembahasan

    1. Karakteristik Sampel

    a. Umur

    Jumlah sampel yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 44

    santri perempuan yang terbagi dari 2 kelompok yaitu kelompok

    perlakuan dankelompok kontrol masing-masing terdiri 22 santri dengan

    rentangumur 14-17 tahun, sampel merupakan santri kelas X-XI

    Madrasah Aliyah Tahfizh Nurul Iman Karanganyar. Berbeda dengan

    penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Febriansyah dan Indriwati

    (2016) jumlah penelitian ini adalah sebanyak 30 orang laki-laki yang

    berusia 16-18 tahun. Sampel penelitian yang dianggap tertib dalam

    melaksanakan perlakuan hanya berjumlah 24 orang dan yang 6 orang

    dianggap keluar dari penelitian ini. Penelitian yang serupa juga pernah di

    teliti oleh Kusumawati (2016) yaitu penggunaan kurma untuk

    meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu nifas.

    Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara

    masa kanak – kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan –

  • 44

    perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Kebutuhan zat besi

    meningkat pada masa remaja baik remaja putra maupu