-
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KURMA TERHADAP
KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI ANEMIA
DI MA TAHFIZH NURUL IMAN KARANGANYAR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh Ijazah S1 Gizi
Oleh :
HARMOKO
2013030018
PROGRAM STUDI S1 GIZI
STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
-
ii
-
v
-
v
-
iii
MOTO
“ Katakan dan yakinilah Allah itu Esa, sesungguhnya
tauhid yang akan menyelematkan dunia akhirat kita.
(QS. Al Ikhlas: ayat 1)
“ Muliakan dan kasihilah orang tuamu, karena
berkah kesuksesan hidup adalah dengan ridonya.”
“ Jangan pernah berhenti untuk menebar kebaikan,
sekecil apapun itu karena sejatinya kebaikan pula
yang menyelematkan kita.”
-
iii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur dan segala kerendahan hati, skripsi ini saya
persembahkan untuk:
1. Selembut untaian do’a dan bakti saya sebagai rasa terimakasih kepada Bapak
Jured dan Ibu Baenah, yang senantiasa mendidik dengan penuh kesabaran dan
memberikan dukungan serta doa yang tiada lelah.
2. Kakak saya Abdullah, Uminah dan Muadi atas segala motivasi dan semangat
demi tercapainya harapan dan cita-cita masa depan saya.
3. Ibu Yuliati inspirator kehidupan yang senantiasa membimbing, memberikan
motivasi dan semangat meraih mimpi.
4. Almamater STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta, yang telah memfasilitasi
sehingga dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
-
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang
berjudul “Efektifitas Pemberian Kurma Terhadap Kadar Hemoglobin Pada
Remaja Putri Anemia Di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar” dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tanpa ada bantuan dan penghargaan dari berbagai
pihak, skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Weni Hastuti, S.Kep., M.Kes selaku Ketua STIKES PKU
Muhammadiyah Surakarta.
2. Ibu Tuti Rahmawati, S.Gz., M.Si selaku Ketua Prodi SI Gizi STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta.
3. Ibu Dewi Pertiwi D.K, S.Gz., M.Gizi selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama dalam
proses penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Retno Dewi Noviyanti, S.Gz., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan arahan selama dalam
proses penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Hamzah Kamaludin, SE selaku Kepala Sekolah MA Tahfizh Nurul
Iman Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk melakukan
penelitian.
6. Ustadzah Ana selaku guru dan staf kesantrian MA Tahfizh Nurul Iman
Karanganyar yang membantu dan mengarahkan dalam melaksanakan
penelitian ini di .
7. Serta teman-teman seperjuangan prodi SI Gizi yang membantu
menyelesaikan penyusunan skripsi.
-
v
8. Pihak- pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Harapan penulis ini, semoga skripsi ini bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan.
Surakarta, Juli 2017
Penulis
-
vi
ABSTRAK
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KURMA TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN
PADA REMAJA PUTRI ANEMIA DI MA NURUL IMAN KARANGANYAR
Harmoko1, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati2, Retno Dewi Noviyanti3
1. Mahasiswa Program SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
2. Dosen Pembimbing I SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Pembimbing II SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Latar belakang :Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja. Anemia
merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia disebabkan oleh kekurangan
zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin.
Tujuan : Tujuan penelitian ini menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan
sesudah pemberian kurma pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.
Metode Penelitian :Pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasy
Eksperimental dengan pendekatan Pre-Post Test With Control desain. Pengambilan
sampel menggunakan purposive sampling. Sampel berjumlah 22 untuk kelompok
perlakuan dan 22 untuk kelompok kontrol. Analisa data dengan menggunakan uji paired
t-test dan independent t-test.
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata kadar hemoglobin setelah
pemberian kurma pada kelompok perlakuan lebih tinggi yaitu 11,81±1,41 gr/dl daripada
kadar hemoglobin setelah penelitian pada kelompok kontrol yaitu 10,62±0,79 gr/dl.
Selisih kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan lebih tinggi sebesar 1,54±1,12 gr/dl.
Simpulan : Kesimpulannya adalah ada perbedaan kadar kemoglobin sebelum dan setelah
pemberian kurma pada kelompok perlakuan. Tidak ada perbedaan kadar kemoglobin
sebelum dan di akhir penelitian pada kelompok kontrol. Ada perbedaan kadar
hemoglobin setelah pemberian kurma antara kelompok kurma dan kelompok kontrol.
.
Kata Kunci : Kurma, Kadar Hemoglobin, remaja putri
1. Mahasiswa Program SI Gizi Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta
2. Dosen Pembimbing SI Gizi Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Pembimbing SI Gizi Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta
-
vii
ABSTRACT
Effectiveness Of Dates On The Concentration Of Hemoglobin In Anemia Adolescent
In Ma Tahfizh Nurul Iman Karanganyar
Harmoko1, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati2, Retno Dewi Noviyanti3
1. Mahasiswa Program SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
2. Dosen Pembimbing I SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Dosen Pembimbing II SI Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Backround : Anemia occurs in many people, especially in adolescents. Anemia is the
impact of nutritional problems in young women. Anemia is caused by a lack of nutrients
that play a role in the formation of hemoglobin. The purpose of this study was to analyze
the difference of hemoglobin level before and after giving of dates in adolescent anemia
in MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.
Purpose : This research uses experimental Quasy research with Pre-Post Test With
Control approach. Sampling using purposive sampling. The sample was 22 for the
treatment group and 22 for the control group. The conclusion was that there was a
difference in the level of kemoglobin before and after the date of treatment group. There
was no difference in chemoglobin levels before and at the end of the study in the control
group. There is a difference in the level of hemoglobin after dates between the dates and
the control group.
Research Metode :Based on the results of the study it is known that the average
hemoglobin level after the date of treatment in the higher treatment group is 11.81 ± 1.41
gr / dl than the hemoglobin level after the control group study that is 10.62 ± 0.79 gr / dl.
The difference in hemoglobin levels in the higher treatment group was 1.54 ± 1.12 g / dl.
Conclusion : The conclusion was that there was a difference in the level of hemoglobin
before and after the date of treatment group. There was no difference in chemoglobin
levels before and at the end of the study in the control group. There is a difference in the
level of kemoglobin after dates between the dates and the control group.
Keywords: Dates, Hemoglobin Level, Young Women
1. Student of SI Nutrition Program Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta
2. Lecturer of Nutrition Teacher Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta
3. Lecturer of SI Nutrition Stikes Pku Muhammadiyah Surakarta
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... I
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN.........................................
MOTTO...................................................................................................
PERSEMBAHAN...................................................................................
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR.............................................................................
ABSTRAK..............................................................................................
ABSTRACT............................................................................................
vii
viii
ix
DAFTAR ISI........................................................................................... x
DAFTAR TABEL................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4
-
ix
E. Keaslian Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 8
A. Tinjauan Teori ............................................................................. 8
1. Remaja................................................................................... 8
a. Pengertian Remaja........................................................... 8
b. Klasifikasi Remaja .......................................................... 9
c. Kebutuhan Zat Gizi Remaja ........................................... 9
2. Anemia ................................................................................ 13
a. Pengertian Anemia ........................................................ 13
b. Jenis Anemia ................................................................
c. Gejala anemia .................................................................
13
14
d. Faktor Penyebab Anemia Pada Remaja Putri ................ 15
e. Dampak Anemia ............................................................ 20
3. Hemoglobin ......................................................................... 20
a. Pengertian Hemoglobin ................................................... 21
b. Kadar Hemoglobin........................................................... 21
c. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Hemoglobin..............
d. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin.........................
4. Kurma.....................................................................................
a. Taksonomi Kurma ...........................................................
b. Manfaat Kurma ...............................................................
c. Kandungan Kurma..........................................................
d. Pengaruh Kurma Terhadap Kadar Hb..............................
22
23
24
24
-
x
24
B. Kerangka Teori ............................................................................ 27
C. Kerangka Konsep ........................................................................ 27
D. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................... 28
A. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................... 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 28
C. Populasi, Sampel..........................................................................
D. Teknik Sampling .........................................................................
28
29
E. Variabel Penelitian ...................................................................... 30
F. Definisi Operasional .................................................................... 30
G. Instrumen Penelitian .................................................................... 30
H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data...............................................
I. Analisis Data................................................................................
31
32
J. Teknik Analisa Data .................................................................... 32
K. Jalannya Penelitian ...................................................................... 34
L. Etika Penelitian ............................................................................ 34
M. Jadwal Penelitian..........................................................................
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................
A. Hasil Penelitian.............................................................................
B. Pembahasan..................................................................................
34
35
-
xi
C. Keterbatasan Penelitian................................................................
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
A. Kesimpulan...................................................................................
B. Saran..............................................................................................
35
41
46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Keaslian Penelitian ........................................................... 4
Tabel 2. Kebutuhan dan Kehilangan zat besi sesuai kelompok usia. 9
Tabel 3. Batas Kadar Hemoglobin................................................... 13
Tabel 4. Kandungan Gizi Buah Kurma................................................ 27
Tabel 5.
Tabel 6.
Tabel 7.
Tabel 8.
Tabel 9.
Tabel 10.
Tabel 11.
Tabel 12.
Tabel 13.
Definisi Operasional ...........................................................
Distrubisi Umur sampel......................................................
Distribusi asupan protein, vitamin dan mineral..................
Tingkat kecukupan protein.................................................
Kecukupan asupan vitamin dan mineral.............................
Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah
pemberian kurma pada kelompok perlakuan.......................
Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah
kelompok kontrol................................................................
Perbedaan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma
antara kelompok perlakuan dengan kontrol.....................
Perbedaan selisih kadar hemoglobin setelah pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.....................
30
36
36
37
37
38
39
40
40
40
-
xiii
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. KerangkaTeori........................................................ 25
Gambar 2. Kerangka Konsep................................................... 25
Gambar 3. Rancangan Penelitian.............................................. 26
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Formulir Permohonan Menjadi Sampel Penelitian
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Kepada Siswi MA Tahfizih Nurul Iman Karanganyar
Lampiran 4. Formulir Pernyataan Sebagai Sampel Penelitian
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
Lampiran 14.
Formulir Pengumpulan Data
Formulir Food Recall24 Jam
Surat Ijin Penelitian
Surat Keterangan Tempat Penelitian
Data Sampel Kelompok Perlakuan Kurma
Data Sampel Kelompok Kontrol
Data Selisih Kadar Hb
Output Data SPSS
Lembar Konsultasi
Dokumentasi
-
i2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia merupakan keadaan yang ditandai dengan rendahnya kadar
hemoglobin atau berkurangnya jumlah mutu sel darah merah, yang berfungsi
sebagai sarana transportasi zat gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan
biokimia jaringan tubuh { Lutter (2008) dalam Himawan, 2013}.Anemia juga
menjadi salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara
berkembang. Anemia banyak terjadi pada masyarakat terutama pada remaja.
Kejadian anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi yaitu
sebesar 30% (WHO, 2013).
Menurut data Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia
yaitu 21,7%, untuk penderita anemia berumur 15-24 tahun sebesar 18,4%
(Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18
tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5% (Kemenkes RI,
2013).
Angka kejadian anemia di Jawa Tengah pada tahun 2013 mencapai
57,1%. (Dinkes Provinsi Jateng, 2014). Prevalensi anemia pada remaja
berdasarkan survei pendahuluan mengenai anemia yang telah dilakukan pada
tanggal 23 Oktober 2014 di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar pada
data rekapitulasi hasil pendataan Kesehatan menunjukan 12,82% siswa
mengalami anemia dengan urutan ke-6 dari 21 puskesmas di Kabupaten
Karanganyar (Dinkes Karanganyar, 2012).
Anemia dapat terjadi disebabkan oleh penyakit infeksi, asupan zat gizi
yang kurang, kehilangan darah melalui menstruasi dan pengetahuan remaja
yang rendah tentang anemia (Suryani dkk, 2015). Remaja putri menjadi salah
satu kelompok yang berisiko menderita anemia,karena remaja putri dalam
masa pertumbuhan dan setiap bulan mengalami menstruasi yang
menyebabkan kehilangan zat besi (Arisman, 2009).
1
1
-
3
Faktor penyebab terjadinya anemia yang dapat diubah diantaranya
rendahnya asupan zat besi dan zat gizi lainnya seperti vitamin A, C, asam
folat, riboflavin dan vitamin B12. Pemenuhan kebutuhan zat besidapat
dilakukan dengancara mengkonsumsi sumber makanan hewani karena
makanan hewani salah satu sumber zat besi yang mudah diserap, sedangkan
mengkonsumsi sumber makanan nabati walaupunkandungan zat besinya
tinggi. Namun sulit di metabolisme atau di serap oleh tubuh (Briawan, 2014).
Dampakdari anemia defisiensi zat besi antara lain kurangnya konsentrasi
pada remaja usia sekolah yang mengakibatkan prestasi disekolahnya
menurun, penurunan kemampuan kerja bagi para pekerja sehingga
produktivitasnya berkurang. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atauhambatanpadapertumbuhan, baikseltubuhmaupunselotak
akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar. Upaya pencegahan dan
penanggulangan anemia yang telah dilakukan selama ini ditujukan pada
ibuhamil, sedangkanremajaputribelumterlaludiperhatikan(Hoffbrandet
al,2005).
Selama ini penanggulangan anemia defisiensi zat besisecara umum
yaitu dengan suplementasi zat besi (Wibowo dan Purba, 2006). Namun efek
samping yang ditimbulkan akibat penggunaan suplemen zat besi sangat
banyak seperti mual, konstipasi, tinja berwarna hitam dan diare (Gibney,
2009).
Penanganan anemia selain dengan suplementasi zat besi juga bisa
dilakukan perlakuan dengan bahan makanan tapi hal tersebut masih jarang
dilakukan. Salah satu bahan makanan yang dapat makanan yang dapat
digunakan untuk penanganan anemia gizi besi adalahbuah kurma yang
memiliki kandungan besi sebesar 1,5 mg per buah (Decuypere, 2000). Selain
itu buah kurma memiliki rasa enak dan disukai olehsegala kelompok usia
(Isa, 2011). Pravitasari (2009) melaporkan bahwa pemberian ekstrak buah
kurma 60-120 mg/kgdapat meningkatkan kadar besi pada tikus normal.
Berdasarkanpeneliti terdahulu yang di lakukan oleh Himawan (2013),
yaitu pemberian sari kurma terhadap kadar hemoglobin menunjukkan bahwa
-
4
pemberian sari kurma 100% lebih berpengaruh terhadap peningkatan kadar
hemoglobin. Kandungan zat besi yang tinggi pada buah kurma membuat
peneliti tertarik untuk meneliti efektifitas pemberian kurma terhadap kadar
hemoglobin pada remaja putri di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah
“Apakah ada efektifitas pemberian kurma terhadap kadar hemoglobin pada
remaja putri anemia MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui efektifitas pemberian kurma terhadap kadar
hemoglobin pada remaja putri anemia di MA Tahfizh Nurul Iman
Karanganyar.
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma pada
remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
b. Mendeskripsikan kadar hemoglobin setelah pemberian kurma pada
remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
c. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah
pemberian kurma pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman
Karanganyar baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol.
d. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma
pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar antara
kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol
e. Menganalisis perbedaan kadar hemoglobin setelah pemberian kurma
pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar antara
pada kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
-
5
f. Menganalisis perbedaan selisih kadar hemoglobin sebelum dan setelah
pemberian kurma pada remaja anemia di MA Tahfizh Nurul
Imanantara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan
sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat di
bangku kuliah, khususnya mengenai efektifitas pemberian kurma
terhadap kadar hemoglobin.
b. Bagi Remaja Putri MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar
Memberikan informasi bahwa kurma dapat membantu
meningkatkan kadar hemoglobin.
c. Bagi Ilmu gizi
Sebagai referensi dan dapat dikembangkan dalam penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini menambah ilmu pengetahuan
danreferensimengenaiefektifitas pemberian kurma terhadap anemia untuk
dikembangkandalampenelitianselanjutnya.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan literatur yang ada, penelitian ini mengacu dengan
penelitian terdahulu namun tetap ada perbedaan atau perubahan dengan
penelitian yang dilakukan sebelumnya. Penelitian yang pernah dilakukan
seperti tersaji pada tabel berikut :
-
6
Tabel 1. Keaslian Penelitian
No. Keaslian Penelitian
1. Nama Peneliti/ Tahun : Himawan, Zen Ady. Danis Pertiwi, dan Chodijah / 2013
Judul : Pengaruh Pemberian Sari Kurma (Phoenix
dactylifeira) terhadap Kadar Hemoglobin.
Desain Penelitian : Eksperimen dengan rancangan post test only control
group
Variabel bebas : Pemberian sari kurma
Variabel terikat : Kadar hemoglobin
Hasil : Pemberian sari kurma 100% lebih berpengaruh
terhadap peningkatan kadar hemoglobin daripada sari
kurma 50% pada tikus putih jantan galur wistar yang
diberi pakan rendah zat besi.
Persamaan : Perlakuan yang diberikanadalahbuah kurma
Perbedaan : Pada penelitian sebelumnya proses pengolahan sari
kurma dan jenis sampel yang digunakan adalah tikus.
2
3
Nama Peneliti/ Tahun
Judul
Desain Penelitian
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Nama Peneliti/ Tahun
Judul
:
:
:
:
:
:
:
:
Merida Novie, Misrawati dan Utomo Wasito/2014
Efektifitas Terapi Kombinasi Jus Bayam dan Tomat
Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin pada Ibu
Hamil dengan Anemia
Desain penelitian Quasy experimental dengan
rancangan nonequivalent control-group.
Variabel Bebas : Terapi jus bayam dan Tomat
Variabel terikat : Kadar hemoglobin
Ada peningkatan antara kadar hemoglobin sebelum
dan sesudah diberi perlakuan jus bayam dan tomat.
Maka disimpulkan terapi kombinasi jus bayam dan
tomat terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada
ibu hamil dengan anemia.
Sama-sama meneliti kadar hemoglobin.
Penelitian sebelumnya yang diberikan adalah bayam
dan tomat dengan sampel remaja anemia.
Kusumawati Iin/2016
Penggunaan Sari Kurma Untuk Meningkatkan Kadar
Hemoglobin Ibu Nifas Pada Ny. P Umur 31 Tahun
di BPM Djumi Widarti Sempor Kebumen
Desain Penelitian : Metode Observasional dengan desain penelitian studi
kasus serta menganalisa data yang diperoleh dengan
reduksi data menyajikan data, dan menarik
-
7
kesimpulan.
Variabel bebas : penggunaan sari kurma
Varibel terikat : kadar hemoglobin
No Keaslian Penelitian
Hasil
Persamaan
:
:
Kadar Hb Ny.P setelah melahirkan 10,4 gr%
meningkat 1,2 gr% setelah mengkonsumsi sari
kurmaselama 7 hari post partum sehingga Ny. P tidak
mengalami anemia post partum
Sama-sama meneliti kurma terhadap kadar
hemoglobin Perbedaan
:
Penelitian yang akan di lakukan yaitu menggunakan
sampel remaja putri.
4. Nama Peneliti/ Tahun : Nuraysih/2015
Judul : Efektifitas Terapi Kombinasi Jus Bayam-Jeruk
Sunkis-Madu Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia Di Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan Desain Penelitian : Quasy exsperiment model nonequivalent control-
group.
Variabel Bebas : Terapi Kombinasi Jus Bayam-Jeruk
Sunkis-Madu
Variabel Terikat : Kadar Hemoglobin Hasil : Terdapat pengaruh yang signifikan pada kadar
hemoglobin pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan
terapi kombinasi jus bayam-jeruk sunkis-madu pada
ibu hamil dengan anemia di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Kecamatan Pontianak Selatan. Persamaan
Perbedaan
:
:
Sama-sama mengukur kadar hemoglobin
Penelitian tersebut memberikan perlakuan jus bayam-
jeruk sankis dan madu sedangkan penelitian ini
menggunakan kurma.
5
Nama Peneliti/Tahun
Judul
Desain Penelitian
Hasil
Persamaan
:
:
:
:
:
Amalia Amirul/2016
EfektifitasMinuman Kacang Hijau Terhadap
Peningkatan Kadar Hb
Metode eksperimen pendekatannya dengan cara one
group pre test-post test design.
Variabel bebas : minuman kacang hijau
Variabel terikat : kadar hemoglobin
Terdapat pengaruh pemberian minuman kacang hijau
terhadap peningkatan kadar hemoglobin (Hb)
Mahasiswi Semester 4 D-III Kebidanan.
Sama-sama meneliti kadar hemoglobin
-
8
Perbedaan :
Penelitian ini menggunakan minuman kacang hijau
sedangkan yang akan diteliti menggunakan kurma.
No Keaslian penelitian
6 Nama Peneliti/ Tahun : Febriansyah Handri dan Indriawati Ratna / 2010
Judul : Pengaruh Pemberian Kurma (Phoenix dactilizat
besira) dan Madu (Apex dorsalis) terhadap Kadar
Hemoglobin pada Remaja Putra Kelompok Usia 16
Sampai 18 Tahun
Metode Penelitian : Penelitian eksperimental dengan metode pretest
and posttest control design.
Variabel bebas : pemberian kurma dan madu
Variabel terikat : kadar hemoglobin
Hasil Penelitian
: Konsumsi kurma dan madu secara teratur dengan
dosis atau takaran yang telah dianjurkan dalam
waktu yang cukup dapat meningkatan kadar
hemoglobin.
Persamaan : Sama-sama meneliti tentang kurma terhadap kadar
hemoglobin
Perbedaan : Perbedaanya tidak menggunakan madu serta
sampel yang digunakan adalah remaja putri.
-
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Teori
1. Remaja Putri
a. Pengertian
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan
manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik,
perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Di sebagian besar
masyarakat dan budaya masa remaja pada umumnya dimulai pada usia
10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatmodjo, 2007).
MenurutWorld Health Organization, batasan remaja secara umum
adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun (Proverawati, 2010).
Remaja merupakan tahap dimana seseorang mengalami sebuah
masa transisi menuju dewasa. Remaja adalah tahap umur yang datang
setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik
yang cepat. Remaja dalam masyarakat dikenal dengan berbagai istilah
yang menunjukkan kelompok umur yang tidak termasuk kanak-kanak
tetapi bukan pula dewasa. Pada umumnya, anemia lebih sering terjadi
pada wanita dan remaja putri dibandingkan dengan pria. Namun
mayoritas penderita tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bahkan ketika
telah mengetahuinya masih menganggap anemia sebagai masalah yang
biasa (Yusuf, 2011).
b. Klasifikasi Remaja
Berdasarkan Brown (2005), masa remaja terbagi atas tiga fase
menurut perkembangan psikososialnya, yaitu:
-
10
1) Remaja muda pada usia 10-14 tahun.
2) Remaja menengah pada usia 15-17 tahun.
3) Remaja akhir pada usia 18-21 tahun.
Masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara
cepat dalam siklus kehidupan. Masa remaja juga merupakan periode
pematangan organ reproduksi manusia. Remaja putri yang menstruasi
akan mengalami perubahan tinggi badan terhadap perkembangan
seksual sekunder yang terjadi pada remaja putri selama masa pubertas
seperti perubahan pinggul, payudara, otot dan suara (Brown, 2005).
c. Kebutuhan Zat Gizi Remaja
Kebutuhan gizi pada masa remaja sangat erat kaitannya dengan
besarnya tubuh hingga kebutuhan yang tinggi terdapat pada periode
pertumbuhan yang cepat (growth spurt). Pada remaja putri growth
spurt terjadi pada umur 10-12 tahun. Pada remaja putra growth spurt
terjadi pada usia 12-14 tahun. Kebutuhan gizi remaja relatif besar,
karena mereka masih mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja
umumnya melakukan aktivitas fisik lebih tinggi dibanding usia
lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang lebih banyak (Adriani
danWirjatmadi, 2014). Zat gizi yang dibutuhkan remaja diantaranya
adalah :
1) Protein
Protein merupakan salah satu zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh terutama untuk membangun sel dan jaringan, memelihara
dan mempertahankan daya tahan tubuh, membantu enzim, hormon,
dan berbagai bahan biokimia lain (Almatsier, 2001). Dengan
demikian, kekurangan asupan protein akan sangat mempengaruhi
berbagai kondisi tubuh yang diperlukan untuk tetap bertahan sehat.
Protein berhubungan dengan anemia karena hemoglobin yang
diukur untuk menentukan status anemia seseorang yang merupakan
pigmen darah yang berwarna merah berfungsi sebagai pengangkut
oksigen dan karbondioksida. Makanan sumber protein hewani
-
11
contohnya yaitu daging sapi, kambing, ayam, hati, dan ikan yang
berperan meningkatkan penyerapan zat besi di dalam usus,
sebaliknya protein nabati seperti kacang-kacangan dapat
menghambat penyerapan zat besi terutama jika protein tersebut
digunakan sebagai pengganti daging (Almatsier, 2002).
2) Zat Besi
Pada perempuan, membutuhkan lebih banyakzat besi
disebabkan karena kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini
mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia zat besi
dibandingkan laki-laki. Perempuan dengan konsumsi zat besi yang
kurang atau kehilangan zat besi yang meningkat akan
menyebabkan anemia gizi zat besi. Kebutuhan zat besi bagi remaja
usia 13-15 tahun adalah 19 mg(Kasperet al, 2005).
Pada perempuan yang mengalami menstruasi kehilangan zat
besi yang keluar karena menstruasi. Jumlah kehilangan karena
menstruasi sangat bervariasi di antara para wanita tetapi cukup
konsisten dari bulan ke bulan pada wanita yang sama yaitu rata-rata
kehilangan sejumlah 0,5-1,0 mg/hari. Oleh karena itu seorang wanita
harus mengabsorpsi 1,4 sampai 2,2 mg/hari untuk menggantikan
kehilangan tersebut. Besi yang diabsorpsi, kebutuhan dalam menu
makanan adalah 3 – 10 kali dari jumlah tersebut tergantung pada
sumber besi dari komposisi menu.
Tabel 2. Kebutuhan dan kehilangan zat besi sesuai kelompok.
Kelompok
Umur
Kehilangan Zat Besi Kebutuhan Zat Besi
Total
Zat besi
Urine dan
keringat
Menstruasi Pertumbuhan
Dewasa
Perempuan 0,7mg 0,2 – 0,5mg 0,5 – 1,0mg 0,9 - 1,2
Laki-Laki 0,7mg 0,2 – 0,5mg 1,4 - 2,2
Remaja Putri 0,7mg 0,2 – 0,5mg 0,5 – 1,4mg 0,5 – 1,0mg 1,9 – 3,7
Sumber : Guthrie (2003)
-
12
3) Vitamin B12
Sumber utama vitamin B12 yang larut dalam air adalah
makanan protein hewani yang diperoleh dari hasil sintesis bakteri
di dalam usus, seperti hati, ginjal, susu, telur, ikan, keju dan
daging. Vitamin B12 yang berasal dari sayuran yang mengalami
pembusukan atau sintesis bakteri pada manusia tidak diabsorpsi
karena sintesis terjadi di dalam kolon (Almatsier, 2009).
Hasil penelitian Syatriani (2010) menunjukkan bahwa siswi
dengan konsumsi vitamin B12 cukup yang terkena anemia (40,9%)
dan siswi yang konsumsi zat besi kurang yang terkena anemia
(71,4%). Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa remaja
dengan konsumsi vitamin B12 kurang berisiko 2,7 kali lebih tinggi
untuk mengalami anemia daripada yang cukup (Aryani, 2010).
Kekurangan vitamin B12 jarang terjadi karena
kekurangandalam makanan, akan tetapi sebagian besar sebagai
akibat penyakit saluran cerna atau pada gangguan absorpsidan
transportasi. Vitamin ini dikenal sebagai penjaga nafsu makan dan
mencegah terjadinya anemia (kurang darah) dengan membentuk
sel darah merah. Karena peranannya dalam pembentukan sel,
defisiensi vitamin B12 bisa mengganggu pembentukan sel darah
merah, sehingga menimbulkan berkurangnya jumlah sel darah
merah akibatnya terjadi anemia. Gejalanya meliputi kelelahan,
kehilangan nafsu makan, diare, dan murung (Sulistyorini, 2006).
4) Vitamin C
Remaja putri dan perempuan dewasa kehilangan darah
dalam jumlah yang banyak akibat menstruasi. Vitamin C berfungsi
sebagai enhaceryang kuat dalam mereduksi ion zat besi feri
-
13
menjadi zat besi fero, sehingga mudah diserap dalam pH lebih
tinggi dalam usus halus (Almatsier, 2010).
Salah satu fungsi vitamin C adalah absorpsi dan
metabolisme zat besi. Vitamin C menghambat pembentukan
hemosiderin yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan zat besi
bila diperlukan. Absorpsi zat besi dalam bentuk non heme
meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin C berperan
dalam memindahkan zat besi dari transzat besi didalam plasma ke
zat besi feritin hati (Almatsier,2010).
Pemberian suplementasi zat besi dan vitamin C pada anak
anemia akan memberikan hasil kenaikan kadar hemoglobin
dibandingkan dengan pendidikan gizi saja atau suplementasi saja
(Zulaekah, 2007). Vitamin C juga membantu meningkatkan
pelepasan zat besi yang tidak larut. Vitamin C juga dapat
menstimulasi pelepasan zat besi, dari cadanganzat besi feritin
dalam sel-sel redikuloendetelialsehingga zat besi dapat digunakan
dalam sel-sel darah merah. Vitamin C juga membantu merubah zat
besi menjadi bentukzatbesi feri (tidak larut) kezat besi fero (larut)
membantu menyerap zat besi ke usus halus (Finledstein dkk,
2011).
5) Asam folat
Folat dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah dan
sel darah putih dalam sumsum tulang dan untuk pendewasaannya
folat berperan sebagai pembawa karbon tunggal dalam
pembentukan heme. Angka kecukupan folat pada remaja usia 13-
15 tahun sebesar 400 mg (LIPI, 2004). Makanan sumber asam
folat diantaranya:hati, daging tanpa lemak, serealia, biji-bijian,
kacang-kacangan, dan jeruk (Almatsier, 2008).
Asam folat bersirkulasi sebagai poliglutamat di dalam
pool atau simpanan sel darah merah. Defisiensi asam folat yang
dapat menyebabkan defisiensi fungsional asam folat yang akan
-
14
mengakibatkan penekanan prolizat besisumsum tulang dalam
proses pembentukan sel darah merah (Hindartin, 2016).
Kekurangan asam folat dapat terjadi karena kurangnya konsumsi
asam folat, terganggunya absorbsi, dan kebutuhan metabolisme
asam folat yang meningkat (Suyardi, 2009).
2. Anemia
a. Pengertian
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan atau
masa hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk
menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh (Handayani dan Wibowo,
2008). Menurut Syafiq (2008) anemia didefinisikan sebagai keadaan
dimana kadar Hb rendah karena kondisi patologis.
Rendahnya kadar hemoglobin atau berkurangnya jumlah dan
mutu sel darah merah. Yang berfungsi sebagai sarana transportasi zat
gizi serta oksigen untuk proses fisiologis dan biokimia jaringan tubuh.
Diagnosis anemia ditegakan berdasarkan tanda dan gejala yang muncul
serta dengan melihat kadar hemoglobin {Lutter (2008) dalam
Himawan, 2013).
b. Jenis Anemia
Adapun klasifikasi anemia terbagi menjadi:
1) Anemia gizi besi
Anemia akibat kekurangan zat besi. Zat besi merupakan
bagian dari molekul hemoglobin. Kurangnya zat besi dalam tubuh
bisa disebabkan karena banyak hal. Kurangnya zat besi pada orang
dewasa selalu disebabkan karena perdarahan menahun dan
berulang-ulang yang bisa berasal dari semua bagian tubuh
(Soebroto, 2010).
2) Anemia defisiensi vitamin C
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin C yang
berat dalam jangka waktu lama. Penyebab kekurangan vitamin C
adalah kurangnya asupan vitamin C dalam makanan sehari-hari.
-
15
Vitamin C banyak ditemukan pada jambu biji, cabai hijau, jeruk,
lemon, strawberry, tomat, brokoli, lobak hijau, dan sayuran hijau
lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi vitamin C adalah
membantu penyerapan zat besi, sehingga jika terjadi kekurangan
vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang dan
bisa terjadi anemia (Soebroto, 2010).
3) Anemia Makrostik
Anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12
atau asam folat yang diperlukan dalam proses pembentukan dan
pematangan sel darah merah, granulosit, dan platelet. Kekurangan
vitamin B12 dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya adalah
karena kegagalan usus untuk menyerap vitamin B12 dengan
optimal (Soebroto, 2010).
4) Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah
dihancurkan lebih cepat dari normal. Penyebabnya kemungkinan
karena keturunan atau karena salah satu dari beberapa penyakit,
termasuk leukemia dan kanker lainnya, fungsi limpa yang tidak
normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat (Soebroto,
2010).
c. Gejala Anemia
Menurut Handayani dan Wibowo (2008), gejala anemia di bagi
menjadi golongan besar yaitu sebagai berikut:
1) Gejala umum anemia
Gejala anemia disebut juga sebagai sindrom anemia atau
Anemic syndrome. Gejala umum anemia atau sindrom anemia
adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar
hemoglobin yang sudah menurun sedemikian rupa di bawah titik
tertentu.Gejala ini timbul karena organ target dan mekanisme
kompensasi tubuh terhadap penurunan hemoglobin. Gejala-gejala
-
16
tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang terkena
adalah:
a) Sistem Kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi,
sesak napas saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal
jantung.
b) Sistem Saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot, iritabilitas, lesu, serta
perasaan dingin pada ekstremitas.
c) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit
menurun, serta rambut tipis dan halus.
2) Gejala khas masing-masing anemia
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis
anemia adalah sebagai berikut:
a) Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis
angularis.
b) Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
c) Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
d) Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda
infeksi.
d. Faktor-faktor Penyebab anemia pada remaja putri
1) Faktor langsung yang menjadi penyebab terjadinya anemia
diantaranya yaitu:
a) Pola makan
Pola makan merupakan kebiasaan makan manusia yang
menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan.
Karena kebiasaan pada umunya sudah melekat pada diri
seseorang, termasuk kebiasaan yang kurang menguntungkan
bagi kesehatan, maka sulit diubah (Notoatmodjo, 2010).
Kebiasaan makan yang salah bermula pada kebiasaan
makan keluarga tidak baik yang sudah tertanam sejak kecil,dan
akan terus terjadi sampai pada usia remaja. Mereka makan
-
17
seadanya tanpa mengetahui zat gizi serta dampak tidak
dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap kesehatan
mereka (Moehji, 2003).
Kebiasaan makan diperoleh semasa remaja akan
berdampak pada kesehatan dalam fase kehidupan selanjutya.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan anemia. Remaja
memerlukan lebih banyak zat besi karena terjadi menstruasi
(Arisman, 2004) .
b) Asupan zat besi
Asupan zat besi adalah salah satu unsur penting dalam
proses pembentukan sel darah merah. Selain itu zat besi
mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu:
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,
sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian
terpadu berbagai reaksi enzim di dalam jaringan tubuh
(Almatsier, 2001).
Zat penghambat penyerapan zat besi yaitu supan zat besi
merupakan faktor langsung yang dapat mempengaruhi
terjadinya anemia pada remaja putri. Beberapa zat yang dapat
menghambat penyerapan zat besi antara lain (Masthalina,
2015).
(1) Zat besi yang terdapat dalam kopi
(2) Tanin dalam teh
(3) Asam oksalat seperti bayam
(4) Asam fitat seperti dalam gandum, bekatul
(5) Polifenol yang terdapat dalam teh, kopi dan anggur
merah
(6) Kalsium dan fosfat (susu dan keju).
Remaja putri yang memiliki kebiasaan minum teh atau
kopi > 1 gelas/hari memiliki risiko 2,023 menderita anemia
dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi teh <
-
18
1 gelas/hari (Satyaningsih, 2007). Penelitian yang dilakukan
Masthalina (2015) menyatakan bahwa ada hubungan pola
konsumsi faktor inhibitor zat besi dengan status anemia
siswi.
c) Penyakit infeksi
Penyakit infeksi dan parasit merupakan salah satu
penyebab anemia gizi besi karena parasit dalam jumlah yang
besar dapat mengganggu penyerapan zat besi, kehilangan zat
besi dapat pula diakibatkan oleh infeksi parasit seperti cacing
tambang, Schistosoma, dan mungkin pula Trichuris trichura.
Hal ini lazim terjadi di negara tropis, lembab serta keadaan
sanitasi yang buruk (Arisman, 2004).
Pada infeksi kronis, anemia dapat terjadi karena
penghisapan darah oleh cacing. Diagnosis dapat ditegakan
berdasarkan pemeriksaan tinja dengan ditemukannya telur,
larva, atau bahkan cacing dewasa (Widoyono, 2008).
Penyakit kronis seperti tuberkulosis (TBC), infeksi
saluran pernapasan (ISPA), diare serta kehilangan darah
karena infeksi parasit (malaria dan kecacingan) akan
memperberat anemia (Fachmi, 2005).
Diare adalah gangguan pencernaan yang berupa
pengeluaran faces lebih dari empat kali sehari, atau berupa
faces cair atau lembek, dan perut merasa mulas yang dapat
disebabkan oleh infeksi atau stress serta mengakibatkan
gangguan penyerapan air dalam usus (Irianto, 2007).
d) Pola Menstruasi
Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah
setiap bulan. Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat
banyak maka akan terjadi anemia defisensi zat besi.
Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam dinding
rahim yang banyak mengandung darah. Menstruasi pertama
-
19
disebut menarche dimulai saat pubertas kira-kira usia 9 tahun
dan paling lambat 16 tahun. Berhenti waktu hamil, atau
menyusui dan berakhir saat menapouse. Rata-rata menstruasi
berhenti selam 4-5 hari. Namun ada juga yang mengalami
hanya 3 hari ada juga yang satu minggu (BKKBN Jawa
Tengah, 2008).
Panjang siklus menstruasi yang normal yaitu 28 hari,
tetapi variasinya cukup luas bagi beberapa wanita dan pada
wanita yang sama. Siklus menstruasi yang normal berkisar
21-40 hari, dan siklus menstruasi disebut normal jika kurang
dari 21 atau 40 hari (Elizabeth, 2009).
Faktor- faktor lain yang mempengaruhi anemia pada
remaja putri menurut Tarwoto (2010) adalah:
(1) Pada umumnya masyarakat Indonesia (termasuk remaja
putri) lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati yang
kandungan zat besinya sedikit, dibandingkan dengan
makanan hewani, sehingga kebutuhan tubuh akan zat
besi tidak terpenuhi.
(2) Remaja putri biasanya ingin tampil langsing, sehingga
membatasi asupan makanan.
(3) Setiap hari manusia kehilangan zat besi 0,6 mg yang
diekskresi, khusunya melalui faces (tinja).
(4) Remaja putri mengalami haid setiap bulan, di mana
kehilangan zat besi ±1,3 mg per hari, sehingga
kebutuhannya meningkat.
2) Faktor tidak langsung yang mempengaruhi anemia.
a) Tingkat Pengetahuan.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dari pengalaman
dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
-
20
pengetahuan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan adalah hasil
pengindraan manusia seseorang terhadap objek melalui indra
yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Penelitian yang dilakukan oleh Kuswarini (2012), menunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan kejadian anemia. Menurut Wati (2010), menyatakan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan
dengan kejadian anemia. Pengetahuan yang rendah tentang
anemia menyebabkan asupan zat besi dalam makanan tidak
cukup karena rendahnya mengkonsumsi sumber protein hewani.
b) Pelayanan Kesehatan Pelayanan
Kesehatan merupakan akses atau keterjangkauan anak dan
keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit dan pemeliharaan
kesehatan seperti penyuluhan kesehatan dan gizi serta sarana
kesehatan yang baik seperti posyandu, puskesmas dan rumah
sakit (Aritonang, 2003).
Remaja memiliki masalah dan kebutuhan khusus, yang
tidak terlayani dengan baik dalam program kesehatan anak
tradisional ataupun dalam praktik perawatan medis swasta.
Karena banyak waktu yang meraka habiskan di rumah dan
sekolah, sangat masuk akal untuk mengembangkan program
layanan khusus untuk melayani kebutuhan mereka di lingkungan
sekolah. Untuk melakukannya diperlukan kerja sama berbagai
pihak yang berkepentingan dan kelompok (Goerge dan Jhon,
2008).
c) Sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi merupakan faktor yang
mempengaruhi frekuensi distribusi penyakit tertentu, misalnya
TBC, infeksi akut gastrointestnal, ISPA, anemia, malnutrisi, dan
-
21
penyakit parasit yang banyak terdapat pada golongan ekonomi
rendah.
Akses terhadap makanan dalam hal uang atau barang
merupakan faktor kritikal dalam menentukan pilihan makanan.
Semakin tinggi status ekonominya semakin banyak jumlah
makanan yang diperoleh. Sebaliknya orang yang hidup dalam
kemiskinan atau berpengahasilan rendah memiliki kesempatan
yang sangat terbatas dalam memilih makanan (Mery, 2007).
Remaja adalah salah satu kelompok yang rawan terhadap
defisiensi zat besi, dapat mengenai semua kelompok stastus
sosial ekonomi, terutama yang berstatus sosial ekonomi rendah
(Soetjiningsih, 2007).
d) Aktifitas fisik
Sifat energik pada usia remaja menyebabkan aktifitas
tubuh meningkat sehingga kebutuhan zat gizinya juga
meningkat (Moehji, 2003).
Kebutuhan energi yang tinggi sebagian besar di perlukan
untuk mantaince dan aktifitas fisik dibandingkan dengan yang
diperlukan untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi tergantung
aktifitas fisik, remaja yang kurang aktif dapat menjadi
kelebihan berat badan atau mungkin obesitas, walaupun asupan
energi lebih rendah dari kebutuhan energi yang
direkomendasikan. Sebaliknya pada remaja yang sangat aktif
akan membutuhkan energi yang lebih banyak dari kebutuhan
energi yang lebih banyak dari kebutuhan energi yang
direkomendasikan (Soetjiningsih, 2007).
Peningkatan aktifitas fisik juga membutuhkan vitamin dan
mineral yang lebih tinggi, ini bisa tercapai dengan
mengkonsumsi makanan diet gizi seimbang. Suplemen dan
vitamin mineral tidak diperlukan kecuali zat besi pada beberapa
atlit (Soetjiningsih, 2007).
-
22
3) Dampak Anemia
Dampak anemia pada umumnya menyebabkan pucat, rasa
lemah, letih pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran
tubuh, menurunnya kemampuan produktifitas, di samping itu
kemampuan mengatur tubuh menurun serta menimbulkan sifat apatis,
dan kemampuan konsentrasi belajar menurun (Almatsier, 2002).
Tidak hanya kekurangan zat besi namun terjadinya anemia juga
karena rendahnya kadar hemoglobin. Dimana hemoglobin berperan
dalam pembentukan sel darah merah dan hemoglobin merupakan
komponen yang penting dalam mempertahankan keutuhan sistem
sirkulasi tubuh.Fungsi utamanya adalah dalam mengatur pertukaran O2
dan CO2 dalam jaringan tubuh yaitu mengambil O2 dari paru kemudian
dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk digunakan sebagai bahan
bakar serta membawa CO2 dari jaringan tubuh hasil metabolisme ke
paru-paru untuk dibuang.Hemoglobin juga turut berfungsi dalam
mempertahankan bentuk normal sel darah merah (Hoffbrandet al,
2005).
4. Hemoglobin
a. Pengertian
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi.
Mempunyai daya gabung terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Fungsi ini maka
oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan tubuh (Evelyn, 2008).
Hemoglobin hidup selama 120 hari. Penghancuran sel darah merah
terjadi setelah umur 120 hari ketika sel dipindahkan ke ekstravaskuler
oleh makrofag sistem retikuloendotelial (RE).
Hemoglobin adalah pigmen merah pembawa oksigen pada
eritrosit dan dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum
tulang, molekul hemoglobin terdiri atas dua pasang rantai polipeptida
-
23
(globin) dan empat kelompok heme (Price & Wilson, 2005). Satu
molekul hemoglobin memiliki struktur satu monomer globin yang
mengikat satu molekul heme, sedangkan hemoglobin fungsional
adalah molekul tetramer dengan masing-masing globin mengikat
molekul heme (Sofro, 2012).
b. Kadar hemoglobin
Kadar hemoglobin adalah ukuran pigmen respiratorik dalam
butiran-butiran darah merah. Jumlah hemoglobin dalam darah normal
15 gr setiap 100 ml darah (Evelyn, 2008). Hasil pemeriksaan kadar
hemoglobin juga dapat dipengaruhi oleh peralatan pemeriksaan yang
dipergunakan. Antara cara sahli yang sederhana dengan cara yang
lebih modern dengan alat fotometer tentu akan ada perbedaan hasil
yang ditampilkan. Namun demikian WHO telah menetapkan batas
kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO
(2001) dalamArisman,2002).
1) Anemia ringan : kadar Hb 9-11gr/dl
2) Anemia sedang : kadar Hb 7-8 gr/dl
3) Anemia berat : kadar Hb 15th >12.0
Ibu Hamil >11.0
Sumber : WHO(2001) dalam Arisman (2002).
c. Faktor-Faktor Mempengaruhi Kadar Hemoglobin
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin
adalah:
1) Kecukupan Zat Besi dalam Tubuh
Menurut Parakasi, zat besi dibutuhkan untuk produksi
hemoglobin,sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan
terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan
-
24
hemoglobin yang rendah. Zat besi juga merupakan mikronutrien
essensial dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar
oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam
udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim
pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Zat
besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan
mioglobin dalam sel otot kandungannya ± 0,004 % berat tubuh (60-
70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagaiferritin di
dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis,
2006).
Menurut Kartono dan Soekatri, kecukupan zat besi yang
direkomendasikan adalah jumlah minimum zat besi yang berasal dari
makanan yang dapat menyediakan cukup zat besi untuk setiap
individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar
kemungkinan anemia kekurangan zat besi (Zarianis, 2006).
2) Metabolisme Zat Besi dalam Tubuh
Menurut Wirakusumah, zat besi yang terdapat di dalam tubuh
orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gr. Zat besi tersebut berada
di dalam sel-sel darah merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g),
myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum
tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagianzat besi dalam tubuh, yaitu
bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian
yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta
enzim hemedan nonheme adalah bentuk zat besi fungsional dan
berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan.
Zat besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi
fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan
hemosiderin adalah bentuk zat besi cadangan yang biasanya terdapat
dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme zat besi dalam
tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan,
penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006)
-
25
d. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)
Penentuan kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan
bermacam-macam cara. Cara yang banyak dipakai dalam laboratorium
klinik ialah cara fotoelektrik dan kalorimetrik visual dan yang banyak
digunakan di lapangan penelitian ialah hemoglobinometer digital
(WHO, 2001).
Penentuan kadar hemoglobin dengan metode Hemoglobinometer
digital merupakan metode kuantitatif yang terpercaya dalam
mengukur konsentrasi hemoglobin di lapangan penelitian dengan
menggunakan prinsip tindak balas darah dengan bahan kimia pada
strip yang digunakan. Bahan kimia yang terdapat pada strip. Reaksi
tindak balas akan menghasilkan arus elektrik dan jumlah elektrik yang
dihasilkan adalah bertindak balas langsung dengan konsentrasi
hemoglobin.
Hemoglobinometer digital merupakan alat yang mudah di
bawa dan sesuai untuk penelitian di lapangan karena teknik untuk
pengambilan sampel darah yang mudah dan pengukuran kadar
hemoglobin tidak memerlukan penambahan reagen. Alat ini juga
memiliki akurasi dan presisi yang tinggi berbanding metode
laboratorium yang standar.Alat ini juga stabil walaupun digunakan
dalam jangka masa yang lama (Hamill, 2010).
5. Kurma
a. Taksonomi Kurma
Kurma (Phoenix dactylizat besira) adalah sejenis tumbuhan
palem yang buahnya dapat dimakan karena rasanya manis. Pohon
kurma memiliki tinggi sekitar 15-25 meter dan daun yang menyirip
dengan panjang 3-5 meter (Satuhu, 2010). Ada beberapa jenis kurma
yang palingdisukai di Indonesia yaitu, kurma Lulu, kurma Mesir,
kurma Madinah, Tunisia dan Iran. Sedangkan yang paling mahal
adalah kurma Nabi dan Sokari. Kurmaadalah buah yang paling banyak
-
26
mengandung gula alami diantara semua jenisbuah-buahan (Rosita,
2009).
Buah kurma memiliki karakteristik bervariasi, antara lain
memiliki berat dua hingga enam puluh gram, panjang tiga sampai tujuh
sentimeter, konsistensi lunak sampai kering, berbiji dan berwarna
kuning kecoklatan, coklat gelap dan kuning kemerahan (Sucipto,
2010).
b. Manfaat Buah Kurma
Pilihan kurma sebagai makanan sehat di bulan puasa ternyata
dapat dibuktikan secara ilmiah. Kalori tinggi dan kandungan gulanya
yang mudah dicerna membuat kurma dapat mengatasi kekurangan
kalori akibat penggunaan energi saat beraktivitas di bulan puasa.
Namun, kurma masih memiliki banyak khasiat lain yang baik untuk
kesehatan diantaranya :
1) Kurma mengandung asam salisilat yang bersifat mencegah
pembekuan darah, antiinflamasi, dan menghilangkan rasa ngilu
ataupun rasa nyeri.
2) Kandungan kalium sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung dan
pembuluh darah karena berfungsi untuk menstabilkan denyut
jantung, mengaktifkan kontraksi otot jantung, sekaligus mengatur
tekanan darah. Oleh karena itu, kalium bermanfaat dalam
mencegah penyakit stroke.
3) Kurma mengandung banyak serat yang baik bagi usus, sehingga
mencegah sembelit dan melancarkan buang air besar.
4) Serat juga dapat menurunkan kolesterol dalam darah.
5) Kurma dapat membantu pertumbuhan tulang karena mengandung
kalsium, fosfor, dan magnesium yang sangat diperlukan untuk
memelihara kesehatan tulang dan gigi (Satuhu, 2010).
Kurma juga mengandung vitamin yang dapat membantu
menguatkan saraf, melancarkan peredaran darah, membersihkan usus,
serta memelihara dari radang dan infeksi (Satuhu, 2010).Kurma
-
27
mempunyai banyak kandungan nutrisi didalamnya sehingga
jugamempunyai banyak manfaat untuk kesehatan, diantaranya adalah:
meningkatkanjumlah trombosit, mencegah pembekuan darah,
mencegah stroke dan seranganjantung, mencegah perdarahan rahim
(Rosita, 2009; Satuhu, 2010).
c. Kandungan Buah Kurma
Buah kurma banyak disukai karena mengandung banyak
manfaat untukkesehatan yang dipengaruhi oleh banyaknya kandungan
gizi di dalamnya. Berikutadalah kandungan nutrisi buah kurma secara
lengkap (Rosita, 2009).
Tabel 4. Kandungan Buah Kurma Per 100 gram
Zat Gizi Nilai
Air 22,50 gr
Energi 275 Kcal
Protein 1,97 gr
Lemak total 0,45 gr
Karbohidrat 73,5gr
Serat 7,5 gr
Abu 1,58 gr
Besi 1,5 mg
Asam folat 5,4 mg
Vitamin C 6,1 mg
Thiamin (B1) 93mg
Riboflavin 0,100 mg
Niasin 2,200 mg
Asam pantotenik 0,780 mg
Vitamin B-6 0,192 mg
Folat total 13 mcg
Vitamin B12 144mcg
Vitamin A 50 IU
Sumber :(Rosita, 2009)
Subarnas (2010) memaparkan bahwa khasiat tumbuhan herbal
belum mendapat perhatian dan hal ini perlu dikembangkan. Buah
kurma merupakan memiliki kandungan besi sebesar 1,5 mg per buah
(Decuypere, 2000).Kandungan zat besi dapat mensintesis
pembentukan heme yang dapat memacu kadar hemoglobin (Hoffbrand
et al, 2005).Buah kurma kaya akan zat besi yang meningkatkan kadar
-
28
hemoglobin. Selain itu, kurma juga mengandung protein, serat,
glukosa, vitamin C 6,1 mg, tiamin 93 mg, niasin, dan asam folat 5,4
mg. Kurma juga mengandung mineral seperti, kalsium, sodium dan
potasium. Kadar protein pada buah kurma sekitar 1,8-2 %, kadar
glukosa sekitar 50- 57 %, dan kadar serat 2-4% (Jahromi et al, 2007).
d. Pengaruh kurma terhadap kadar hemoglobin
Kandungan zat besi dalam kurma sebanyak 1,2 mg baik untuk
membantu menaikan kadar Hb, selain zat besi zat gizi lainya yang
dapat membantu meningkatkan kadar Hb yaitu Vitamin C sebanyak
6,1 mg (Rosita, 2009).Konsumsi kurma dan madu secara teratur
dengan dosis atau takaran yang telah dianjurkan dalam waktu yang
cukup dapat meningkatan kadar hemoglobin,karena bahan-bahan
utama yang diperlukan untuk pembentukan darah atau hemoglobin
adalah Asam folat, vitamin B12, besi, kobalt, magnesium, zink, asam
amino, vitamin C, vitamin B kompleks, dan lain-lain (Febriansyah dan
Indriwati, 2016).
Menurut Rakhmawan (2006) buah kurma yang mengandung
zat-zat gula (campuran glukosa, sukrosa, dan fruktosa), protein,
lemak, serat, vitamin A, B1, B2, B12, C, potasium, kalsium, besi,
klorin, tembaga, magnesium, sulfur, fosfor, dan beberapa enzim yang
cukup lengkap nutrisinya sehingga mempercepat meningkatkan kadar
hemoglobin dan mudah di metabolisme oleh tubuh.
Kandungan protein, karbohidrat dan lemak pada kurma
mendukung proses sintesis hemoglobin(Sotolu et al, 2011).
Karbohidrat dan lemak membentuk suksinil CoA yang selanjutnya
bersama glisin akan membentuk protoporfirin melalui serangkaian
proses porfirinogen. Protoporfirin yang terbentuk selanjutnya bersama
molekul heme dan protein globin membentuk hemoglobin (Murray et
al, 2003).
-
29
B. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : Almatsier (2001), Supriasa (2001).
C. Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka Konsep
D. Hipotesis
Ha : Ada efektifitas pemberian kurma terhadap kadar hemoglobin pada
remaja putri anemia di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.
Faktor tidak langsung yang
mempengaruhi anemia
1. Pendapatan keluarga
2. Aktifitas fisik
3. Pengetahuan anemia
4. Layanan kesehatan
Faktor langsung yang
mempengaruhi anemia
1. Kebiasaan makan
- Frekuensi makan
- Konsumsi faktor
penghambat dan
pendorong absorbsi
besi
- Asupan konsumsi, zat
besi, asam folat,
vitamin C dan Zink
2. Status kesehatan
- Penyakit infeksi / non
infeksi
- Pola menstruasi
Kadar hemoglobin
Pemberian kurma Kadar Hemoglobin
Anemia
-
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian yang bersifat
quasi eksperimental dengan rancangan pre-post test control group design
digambarkan sebagai berikut (Riwidikdo, 2013) :
01 X 02
03 04
Gambar 3. Rancangan Penelitian
Keterangan
01 : Kadar hemoglobin sebelum pada kelompok perlakuan.
02 : Kadar hemoglobin setelah pada kelompok perlakuan.
03 : Kadar hemoglobin pada kelompok kontrol
04 : Kadar hemoglobin pada kelompok kontrol
X : Pemberian kurma sebanyak 100 gr.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan bulan Juli 2017.
C. Populasi
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di MA Tahfizh
Nurul Iman Karanganyar.
b. Sampel
Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
menurut Arikunto (2006). Adalah sebagai berikut:
29
-
31
𝑛 =𝑁. (𝑍1−∝/2)
2. 𝑝. 𝑞
𝑑2(𝑁 − 1) + (𝑍1−∝/2)2
. 𝑝. 𝑞
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Populasi (90 semua kelas dari kelas X-XII)
Z1-α/2 : Tingkat kepercayaan 95% (∝= 0,05 , Z=1,96)
p : Proporsi prevalensi anemia (50% = 0,5)
q : 1-p
d : Delta (15%=0,15)
Perhitungan sampel :
𝑛 =90 𝑥 (1,96)2 𝑥 0.5 𝑥 (1 − 0,5)
{(0,152)𝑥 (90 − 1)} + {(1,962) 𝑥 0,5 𝑥 (1 − 0,5)}
𝑛 =90 𝑥 3,84 𝑥 0,5 𝑥 0,5
(0,0225 𝑥 138) + (3,84) 𝑥 (0,5 𝑥 0,5)
𝑛 =86,4
3,105 + 0,96
𝑛 =86,4
4,065 = 22 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔
Berdasarkan rumus tersebut, maka besar sampel yang dibutuhkan
sebesar 22 orang, ditambah kemungkinan drop out sebesar 10% jumlah
sampel akhir sebesar 24 orang.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan yaitu pengambilan sampel
penelitian menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono
(2012) menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan
sampel sesuai kriteria yang telah ditentukan. Dalam hal ini peneliti
mengambil sampel berdasarkan pengamatan dan hasil tes kadar
hemoglobin yang sesuai dengan kriteria inklusi. Kriteria inklusi dan
-
32
eksklusi yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini
antara lain :
1. Kriteria inklusi
a. Siswi MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.
b. Kadar Hb< 12 gr/dl.
c. Bersedia menjadi sampel.
d. Tidak sedang menstruasi.
e. Tidaksedangmengkonsumsi tablet zat besi atau penambahdarah.
2. Kriteria eksklusi
Sakit kronis dan infeksisaat penelitian.
E. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : pemberian kurma
2. Variabel terikat: kadar hemoglobin.
F. Definisi Operasional
Tabel 4. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala Pemberian
kurma
Pemberian kurma pada santri MA
Tahfizh Nurul Iman Karanganyar,
pada kelompok perlakuan setiap pagi
selama 7 hari sebanyak 100gr dan
pada kelompok kontrol tidak di beri
kurma.
1. Di beri 2. Tidak di beri
Ordinal
Kadar
hemoglobin
Hasil pemeriksaan kadar hemoglobin
sebelum dan setelah pemberian
Kurma. Cara pengambilan darah
melalui jari menggunakan GCHb
gr/dl Rasio
G. Instrumen Penelitian
1. Formulir identitas sampel: data yang diperoleh dari sampel yang meliputi
nama, kadar hemoglobin, BB, TB, umur.
2. GC Hb Easy Touch alat ini digunakan untuk mengukur kadar hemoglobin
sampel.
3. Surat kesediaan menjadi sampel penelitian.
4. Formulir food recall 24jam untuk menganalisi asupan zat besi, vitamin C,
asupan protein.
-
33
5. Timbangan injak untuk mengukur berat badan dengan kapasitas 150 kg dan
ketelitian 1 kg.
6. Mikrotoa untuk mengukur tinggi badan dengan ketelitian 0,1 cm.
H. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis sumber data
a. Data primer: Data yang diperoleh secara langsung berasal dari sampel,
dengan teknik : pemeriksaan kadar hemoglobin, food recall 24 jam
untuk mengetahui jumlah asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12,
zink, protein dan pengukuran berat badan, tinggi badan.
b. Data sekunder: Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan pihak lain
untuk mengutip laporan yang sudah ada. Data sekunder meliputi: buku
induk siswi untuk melihat jumlah siswi setiap kelasnya dari MA
Tahfizh Nurul Iman Karanganyar.
2. Teknik pengumpulan data
Wawancara dilakukan untuk mengetahui identitas sampel tentang data-
data yang diperlukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan untuk
mengetahui asupan zat besi, protein, vitamin C, vitamin B12, dan zink.
I. Teknik Analisis Data
1. Editing
Pengeditan adalah pemeriksaan atau koreksi data yang telah
dikumpulkan. Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk
tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan. Pengeditan
data dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau kehilangan kesalahan
yang terdapat dalam data. Kekurangan data dapat dilengkapi dengan
mengulangi pengumpulan data (Aedi , 2010).
2. Coding
Merupakan upaya mengklasifikasi data dengan pemberian kode
pada data menurut jenisnya yaitu memberi kode pada klasifikasi asupan
protein, vitamin dan mineral. Setiap klasifikasi dikategorikan sesuai
dengan klasifikasinya yaitu sebagai berikut:
-
34
Kode 1: Klasifikasi asupan protein
Klasifikasi tingkat konsumsi protein menurut Hardinsyah, dkk
(2004):
Diatas kebutuhan : > 120%
Normal : 90-119%
Defisit ringan : 80-89%
Defisit sedang : 70-79%
Defisit berat : < 70%
Kode 2: Klasifikasi asupan vitamin dan mineral
Sedangkan klasifikasi tingkat konsumsi vitamin dan mineral
menurut Gibson (2005) :
Kurang : < 77 %
Cukup : > 77 %
3. Tabulating
Tabulating adalah proses menempatkan data dalam bentuk tabel
yang berisi data yang telah diberi kode sesuai dengan analisis yang
dibutuhkan (Aedi, 2010).
4. Cleaning
Cleaning adalah menghilangkan data yang tidak dipakai atau data
yang tidak normal (Aedi, 2010).
5. Entry Data
Proses pemasukan data dalam suatu program komputer agar
diperoleh data yang siap diolah.
J. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Analisis
survey konsumsi menggunakan formulirfood recall. Analisis pada penelitian
ini menggunakan 2 jenis analisis yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
1. Analisis Univariat
Analisis yang dilakukan dengan mendeskripsikan setiap variabel
dalam penelitianmeliputi usia, kadar hemoglobin sebelum perlakuan,
-
35
kadar hemoglobin setelah perlakuan, asupan zat besi, vitamin C, asam
folat, protein dan zink dengan menggunakan Nutrisurvey.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakanuntuk menganalisis perbedaan dua
variabel untuk mengetahui adanya perbedaan. Sebelum dilakukan
pengujian data, data terlebih dahulu dilakukan uji kenormalan data dengan
menggunakan uji Shapiro Wilk dengan SPSS Versi 17.0. Hasil uji
kenormalan didapatkan data yang normal yaitu kadar Hb sebelum dan
setelah pemberian kurma baik pada kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, asupan vitamin B12, asupan vitamin C, asupan protein, dan
asupan zink.
Dalam penelitian ini menggunakan Paired T-test untuk
menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian
kurma pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.Independent T-
testdigunakan untuk menganalisis perbedaan kadar hemoglobin sebelum
pemberian kurma antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol,
menganalisis perbedaan setelah pemberian kurma antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol dan menganalisis perbedaan selisih
kadar hemoglobin antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol.
K. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menyusun proposal penelitian.
b. Melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah populasi
sampel dan kejadian anemia.
c. Mengajukan surat ijin melakukan penelitian ke MA Tahfizh Nurul
Iman Karanganyar.
d. Melakukan koordinasi dengan pihak Sekolah.
e. Melakukan screening terhadap remaja putri.
-
36
2. Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data dengan wawancara langsung.
b. Pemberian kurma sehari sekali selama 7 hari pada pagi hari sebanyak
100gr.
c. Pengukuran kadar hemoglobin di awal penelitian dan hari ke 7.
d. Melakukan food recallselama dua kali di hari kedua dan di hari
terakhir.
e. Pengukuran berat badan dan pengukuran tinggi badan.
3. Pengukuran Kadar Hemoglobin
Cara mengukur kadar hemoglobin {Khoirul (2013) dalam Kusumawati,
2016}.
a. Memastikan peralatan lengkap dan berfungsi dengan baik. Memeriksa
GCU Hb Easy Touch berfungsi dengan baik.
b. Memposisikan ssampel pada posisi duduk santai.
c. Membersihkan salah satu jari sampel dengan kapas beralkohol.
d. Menusukkan lancet device yang telah dimasukkan blood lancetsampai
mengeluarkan darah.
e. Meneteskan darah ke strip Hb yang sudah diatur dalam GCU Hb Easy
Toauch.
f. Menempelkan kapas yang telah diberikan alkohol ke jari agar
menghentikan perdarahan.
g. Menunggu beberapa saat sampai hasilnya muncul.
h. Mencatat kadar Hb.
4. Tahap akhir
a. Pengolahan data dengan menggunakan SPSS versi 17.0.
b. Pengolahan data food recall dengan Nutrisurvey
c. Penyusunan hasil penelitian
-
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian
Madrasah Aliyah (MA) Tahfizh Nurul Iman Karanganyar adalah
lembaga pendidikan Al-Quran.secara geografis letak Madrasah Aliyah
(MA) Tahfizh Nurul Iman Karanganyar dekat dengan Kabupaten dan
Kota, lokasi berdirinya Madrasah Aliyah (MA) Tahfizh Nurul Iman
Karanganyar terletak di daerah Dk.Rejosari RT.07 RW. 10 Ds. Plesungan,
Kec. Gondangrejo, Kab. Karanganyar Pembangunan MA Thafizh Nurul
Iman Karanganyar dimulai sejak tanggal 11 Maret 2012, peletakan batu
pertama oleh Prof. Dr. Hardjono,Sp.KK yang merupakan pewakaf tanah
seluas 640 m2.
Tujuan didirikanya MA Tahfizh Nurul Iman Karanganyar untuk
pendidikan para calon hafidzah lulusan SMP/MTS atau sederajat. Minimal
berusia 14 tahun sampai 20 tahun dan ada keinginan kuat untuk menuntut
ilmu terutama mengahafal AL-Qur’an 30 juz. Kelulusan para santriwati ini
sangat ditentukan oleh hafalan Al-Qur’anya. Dengan cita-cita yang
tertuang dalam Visi, Pesantren Tahfidz Putri Nurul Iman memandang jauh
kedepan, dengan harapan sebagai motivasi tertinggi adalah membumikan
Al Qur'an, sehingga Al Qur'an bukan ada dalam batas bacaan saja tapi juga
bisa terbentuk dalam kepribadiannya.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum berbasis tauhid yang
mengintegralkan aspek jasadiyah dan ruhiyah, disusun dalam kegiatan
selama disekolah, masjid dan asrama (Profil MA Nurul Iman
Karanganyar, 2016).
-
38
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Sampel dalam penelitian ini adalah MA Tahfizh Nurul Iman
Karanganyar. Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa
umur sampel bervariasi antara 14 tahun sampai dengan 17 tahun.
Distribusi umur sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 5. Distribusi umur sampel
Umur (tahun) Kelompok perlakuan Kelompok kontrol
N % n %
14-15 13 59,1% 5 22,7
16-17 9 40,9% 17 77,3
Jumlah 22 100% 22 100%
Sumber: Data Primer, diolah 2017.
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
sampel pada kelompok perlakuan yaitu umur 14-15 tahun sebanyak
13 santri putri (59,1%), dan pada kelompok kontrol pada umur 16-
17 tahun sebanyak 17 orang (77,3%). Rata-rata umur sampel pada
kelompok perlakuan 15,66±0,81 tahun dan pada kelompok kontrol
rata-rata umurnya 16,00±0,69 tahun.
b. Asupan Gizi
Distribusi dan nilai rata-rata asupan B12, asupan zat besi,
asupan zink, asupan vitamin C, asupan protein, pada kelompok
perlakuan perlakuan dan kontrol. pada kelompok kontrol dapat
dilihat pada tabel berikut
-
39
Tabel 6. Distribusi asupan protein, vitamin dan mineral
Variabel
Kelompok
Perlakuan Kontrol
x ± SD x ± SD
Asupan Vitamin B12(µg) 1,83±0,62 1,31±0,44
Asupan Zat Besi (mg) 18,55±3,15 17,61±1,81
Asupan Zink (mg) 11,38±2,23 7,74±1,85
Asupan Vitamin C (mg) 30,38±4,18 27,05±3,49
Asupan Protein (gr) 48,42±3,32 42,79±3,69
Sumber: Data Primer, diolah 2017.
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata
asupan pada kelompok perlakuan lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok kontrol baik asupan vitamin B12, vitamin C, zat besi,
zink, dan protein.
c. Kecukupan asupan
Angka kecukupan gizi pada santri usia 14-17 tahun,
kecukupan asupan di lihat dari hasil food recall selama dua kali
yaitu di hari pertama perlakuan dan di hari terakhir perlakuan
selama 7 hari perlakuan.
Tabel 7. Tingkat kecukupan protein berdasarkan Gibson
Kategori asupan
protein (gr)
Kelompok
Perlakuan Kontrol
N % n %
Defisit ringan 3 13.63 0 0
Defisit sedang 4 18.19 4 18.18
Defisit berat 15 68.18 18 81.82
Jumlah 22 100 22 100
Sumber : Data Primer, diolah 2017.
Berdasarkan data dari tabel 7 dapat diketahui bahwa
kecukupan asupan protein pada kelompok perlakuan sebagian besar
pada kategori defisit berat yaitu (< 90-119 %.)
-
40
Tabel 8. Tingkat Kecukupan vitamin
Kategori asupan
Kelompok
Perlakuan Kontrol
N % n %
Vitamin C (mg)
Kurang 21 94,4 22 100
Cukup 1 5,6 0 0
Vitamin B12 (µg)
Kurang 16 72,7 18 55,6
Cukup 6 27,3 4 44,4
Zat besi (mg)
Kurang 14 63,6 16 100
Cukup 8 36,4 6 0
Zink (mg)
Kurang 20 90,9 19 100
Cukup 2 9,1 3 0
Sumber : Data Primer, diolah 2017.
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa kecukupan
asupan vitamin dan mineral pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol sebagian besar termasuk pada kategori kurang (<
77% berdasarkan AKG).
2. Kadar hemoglobin
a. Kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian kurma pada
kelompok perlakuan
Tabel 9. Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pemberian
kurma pada kelompok perlakuan
Kadar hemoglobin x ± SD (gr/dl) p*
Kadar hemoglobin sebelum 10,66±0,91 0,001
Kadar hemoglobin setelah 11,81±1,41
* : Uji Paired T -test
Sumber: Data Primer, diolah 2017
Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan
sebelum diberikan perlakuan kurma sebesar 10,66±0,66 gr/dl.
Pengukuran kadar hemoglobin diakhir penelitian diberikan
perlakuan didapatkan rata-rata kadar hemoglobin sebesar 11,81±
1,41 gr/dl. Berdasarkan hasil uji paired t-test kadar hemoglobin
-
41
sebelum dan setelah pemberian kurma pada kelompok perlakuan
didapatkan nilai p=0,001 yang berarti ada perbedaan hasil kadar
hemoglobin sebelum dan setelah pemberian kurma pada kelompok
pemberian perlakuan. Kadar hemoglobin setelah pemberian kurma
pada kelompok perlakuan lebih tinggi daripada pada kelompok
kontrol.
b. Kadar hemoglobin sebelum dan setelah pada kelompok kontrol
Tabel 10. Perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah pada
kelompok kontrol.
Variabel x ± SD (gr/dl) p*
Kadar hemoglobin sebelum 10,60±0,89 0,713
Kadar hemoglobin setelah 10,62±0,79
* : Uji Paired T-test
Sumber : Data Primer, diolah 2017.
Rata-rata kadar hemoglobin pada kelompok kontrol sebelum
diberikan perlakuan kurma sebesar 10,60±0,98 gr/dl. Pengukuran
kadar hemoglobin diakhir penelitian didapatkan rata-rata kadar
hemoglobin sebesar 10,62±0,79 gr/dl. Berdasarkan hasil uji paired t-
test kadar hemoglobin sebelum dan di akhir penelitian pada kelompok
kontrol didapatkan nilai p = 0,713 yang berarti tidak ada perbedaan
hasil kadar hemoglobin sebelum dan setelah pada kelompok kontrol.
Hal ini diperkuat dengan hasil selisih rata-rata kadar hemoglobin
sebelum dan setelah pemberian pada kurma kelompok perlakuan yang
menunjukkan peningkatan sebesar 0,02±0,286 gr/dl.
c. Kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol
Tabel 11. Perbedaan kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma
antara kelompok perlakuan dengan kontrol.
Variabel x ± SD (gr/dl) p*
Kadar hemoglobin sebelum
pada kelompok perlakuan
10,65±0,91
0,939 Kadar hemoglobin sebelum
pada kelompok kontrol
10,60±0,89
* : Uji Independent T-test
Sumber : Data Primer, diolah 2017.
-
42
Rata-rata kadar hemoglobin sebelum perlakuan pada perlakuan
sebesar 11,65±0,91 gr/dl. Pengukuran kadar hemoglobin sebelum
diberikan perlakuan pada kontrol didapatkan rata-rata kadar
hemoglobin sebesar 10,60±0,89 gr/dl. Berdasarkan hasil uji
independent t-test kadar hemoglobin sebelum pemberian kurma pada
kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan nilai p = 0,939 yang berarti
tidak ada perbedaan hasil kadar hemoglobin sebelum pemberian pada
kurma kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
d. Kadar hemoglobin setelah pemberian kurma antara kelompok perlakuan
kurma dan kontrol.
Tabel 12. Perbedaan kadar hemoglobin setelah pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol
Variabel x ± SD (gr/dl) p*
Kadar hemoglobin setelah
pada kelompok perlakuan
11,81±1,41
0,031 Kadar hemoglobin setelah
pada kelompok kontrol
10,62±0,79
* : Uji Independent T-test
Sumber : Data Primer, diolah 2017.
Rata-rata kadar hemoglobin setelah pemberian kurma pada
kelompok perlakuan sebesar 11,81±1,41 gr/dl. Pengukuran kadar
hemoglobin setelah pada kelompok kontrol didapatkan rata-rata kadar
hemoglobin sebesar 11,62±0,79 gr/dl. Berdasarkan hasil uji
independent t-test kadar hemoglobin setelah pemberian kurma antara
kelompok perlakuan dan kontrol didapatkan nilai p = 0,031. Ada
perbedaan hasil kadar hemoglobin setelah pemberian kurma antara
kelompok perlakuan dan kontrol.
-
43
e. Perbedaan selisih kadar hemoglobin pada kelompok perlakuan dan
kontrol.
Tabel 13. Perbedaan selisih kadar hemoglobin pada kelompok
perlakuan dan kontrol
Variabel x ± SD (gr/dl) p*
Kelompok perlakuan 1,54±1,12 0,000
Kelompok kontrol 0,17±0,23
* : Uji Independent T-Test
Sumber: Data Primer, diolah 2017
Berdasarkan uji independent t-test dapat diketahui bahwa
perbedaan selisih kadar hemoglobin pada kedua kelompok didapatkan
nilai p = 0,000 yang berarti ada perbedaan selisih kadar hemoglobin
pada kelompok perlakuan dan kontrol. Selisih kadar hemoglobin lebih
tinggi pada kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol.
C. Pembahasan
1. Karakteristik Sampel
a. Umur
Jumlah sampel yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 44
santri perempuan yang terbagi dari 2 kelompok yaitu kelompok
perlakuan dankelompok kontrol masing-masing terdiri 22 santri dengan
rentangumur 14-17 tahun, sampel merupakan santri kelas X-XI
Madrasah Aliyah Tahfizh Nurul Iman Karanganyar. Berbeda dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Febriansyah dan Indriwati
(2016) jumlah penelitian ini adalah sebanyak 30 orang laki-laki yang
berusia 16-18 tahun. Sampel penelitian yang dianggap tertib dalam
melaksanakan perlakuan hanya berjumlah 24 orang dan yang 6 orang
dianggap keluar dari penelitian ini. Penelitian yang serupa juga pernah di
teliti oleh Kusumawati (2016) yaitu penggunaan kurma untuk
meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu nifas.
Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara
masa kanak – kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan –
-
44
perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Kebutuhan zat besi
meningkat pada masa remaja baik remaja putra maupu