efektifitas candida, sp sebagai imunostimulan · pdf filelatar belakang bakteri aeromonas ......
TRANSCRIPT
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 27
EFEKTIFITAS Candida, sp SEBAGAI IMUNOSTIMULAN PADA IKAN LELE DUMBO
(Clarias gariepenus) TERHADAP INFEKSI Aeromonas hidrophylla
Faisol Mas„ud *)
*) Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan
Universitas Islam Lamongan
Abstract
The aim of the study was to know efectivity by using Candida sp. in feed as imunostimulant that affected
toward leucocyte total (neutrophyl, monocyte and lymphocyte), differential counting leucocyte and survival rate of
African catfish (Clarias gariepenus) that was infected by Aeromonas hydropila. Data of leucocyte total counting
(neutrophyl, monocyte and lymphocyte) and differential counting of leucocyte were analyzed by Anava and followed by Duncan tests. The result showed that the highest leucocyte total was D treatment 19.103,00 ± 829,961 cell/ml. The
highest neutrophyl total was D treatment 44,5 ± 2,50 %. The lowest one was F treatment 39,75 ± 0,95 %. The highest
lymphocyte was D treatment 41,25 %. The lowest one was F treatment 33,75 %. The highest monocyte was F
treatment 21,25 ± 3,30 %. The lowest one was D treatment 6,00 ± 2,82 %. Candida sp. could affected toward survival
rate. The highest survival rate was D treatment 100% and the lowest one was B treatment 50%.Candida sp. could
affected toward survival rate. The highest survival rate was D treatment 100% and the lowest one was B treatment 50%.
Key words: African catfish (Clarias gariepenus), Candida sp, Aeromonas hydrophila and haematological test
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu penyakit yang dapat menyerang semua ikan air tawar dan
umumnya menyerang pada jenis catfish salah satunya adalah ikan lele (Clarias gariepenus). Bakteri ini termasuk
bakteri fakultatif anaerob, yaitu bakteri yang dapat hidup dengan atau tanpa adanya oksigen dan banyak ditemukan pada
insang, kulit, hati dan ginjal. Ada juga yang berpendapat bakteri ini dapat hidup pada saluran pencernaan (Kabata,
1985).
Dampak fatal yang diakibatkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila khususnya pada ikan lele menyebabkan perlunya dilakukan penelitian mengenai suatu bahan alami yang mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan.
Salah satu bahan yang mempu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan yaitu Candida sp. Zhenming et al. (2006)
menyatakan bahwa Candida sp. mengandung vitamin B kompleks serta mineral yang bermanfaat sebagai
imunostimulan.
Candida sp. mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan yang tahan terhadap penyakit khususnya
respon imun seluler. Fungsi respon imun seluler dari reseptor ikan lele diperankan oleh beberapa parameter sel imun
untuk menghasilkan respon yang terbentuk. MHC (Major Histocompatibility Complex) merupakan salah satu molekul
yang berperan penting dalam sistem imun ikan. Antigen jika masuk di dalam sel inang atau tubuh ikan maka antigen
tersebut akan dipresentasikan oleh MHC, antigen akan ditangkap oleh reseptor pada sel T helper (2), dan sel T helper
(2) akan mensekresikan sitokin yaitu IL-2, IL- 4, dan IL-6 yang bertujuan untuk diferensiasi dan proliferasi sel B,
diferensiasi sel B akan menghasilkan sel plasma dan sel memori. Selanjutnya sel plasma akan mensintesis antibodi yang
spesifik yang akan mengikat antigen sehingga mencegah pergerakan antigen, dan memudahkan proses fagositosis (Baratawidjaja, 2004).
Berdasarkan kondisi tersebut, salah satu cara untuk meningkatkan produksi ikan lele dumbo adalah dengan
imunostimulan. Salah satu kemampuan imunostimulan adalah dapat meningkatkan ketahanan tubuh non spesifik yaitu
dengan meningkatnya sel-sel fagositosis. Sel–sel fagositosis ini berfungsi melakukan fagositosis terhadap benda-benda
asing yang masuk ketubuh inang. Mekanisme kerja imunostimulan adalah apabila imunostimulan masuk ke dalam
tubuh maka imunostimulan akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan menggiatkan sel
limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit T dan limfosit B. Selanjutnya limfosit T akan memproduksi
interferon yang mampu membangkitkan kembali makrofag, sehingga dapat memfagosit bakteri, virus, dan partikel
asing lainnya yang masuk kedalam tubuh (Raa,2000)
Darah sangat bermanfaat sebagai alat diagnostik di dalam menetapkan status kesehatan ikan. Salah satu aspek
dari infeksi adalah terjadinya perubahan gambaran darah. Darah mengalami perubahan yang serius khususnya apabila terkena penyakit infeksi. Pemeriksaan darah dapat digunakan sebagai indikator keparahan suatu penyakit tertentu.
Beberapa parameter yang dapat memperlihatkan perubahan patologi pada darah adalah kadar hematrokit, hemaglobin,
jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih (Bastiawan dkk., 2001).
Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui pengaruh pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan non-
spesifik dalam pakan dengan konsentrasi yang berbeda terhadap jumlah leukosit (neutrofil, monosit, dan limfosit) pada
ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) yang di infeksi Aeromonas hydrophila dan mengetahui pengaruh perbedaan
pemberian konsentrasi Candida sp. sebagai immunostimulan non-spesifik dalam pakan terhadap Survival Rate ikan lele
dumbo (Clarias gariepenus) yang di infeksi Aeromonas hydrophila.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 28
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya
selama 21 hari pada tanggal 20 September sampai 10 Oktober 2012 dan di Laboratorium Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 10 - 13 Oktober 2012 untuk uji hematologi.
Materi Penelitian
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah ikan lele dumbo ukuran 15-17 cm yang berasal
dari Balai Benih Ikan (BBI) Karanggeneng di Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan, Candida sp. isolasi,
Pakan ikan komersilmerk comfeed dengan kandungan protein 30 – 32 %, Trisodium Sitrat 10 ml, Creasy Blue 31,3g,
Aquades, kadar air 10%-12%, kapas, tisu, alcohol 70 %, darah ikan lele dumbo, es, EDTA dan larutan dacine.
Peralatan
Peralat yang digunakan adalah Akuarium, Spuit 0,5ml, object glass, mokroskop binocular olympus model
CX21FSI dengan nomor seri : 8FI2309, hand tally counter, pinset, aerator
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dimana semua dikondisikan sama kecuali perlakuan (Kusriningrum, 2008). Perlakuan yang digunakan sebanyak 6 (enam) perlakuan dengan empat kali ulangan.
Pemberian pakan dengan perlakuan dilakukan selama 3 minggu, pada minggu ke-3 dilakukan uji hematologi. Perlakuan
yang diberikan adalah perbedaan dosis Candida sp., dimana perbedaan dosis tersebut adalah sebagai berikut :
A = pakan (Kontrol negatif)
B = pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla (Kontrol positif)
C = pakan + 3% Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla
D = pakan + 5% Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla
E = pakan + 7% Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla
F = pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + infeksi Aeromonas hydrophyla
Persiapan Ikan Bandeng Gelondongan ikan bandeng sebanyak 250 ekor berasal dari tambak di Desa Duduk Sampean, Kecamatan
Duduk, Kabupaten Gresik. Gelondongan ini kemudian diadaptasikan di laboratorium selama 7 hari dalam bak adaptasi
yang diisi 900l air bersalinitas 10 ppt. Air media yang digunakan untuk adaptasi di laboratorium berasal air laut
dengan salinitas 30 ppt yang diencerkan dengan air tawar sampai salinitas 10 ppt. Sebelum digunakan air media
adaptasi diaerasi selama 1 hari sehingga kelarutan oksigennya jenuh. Kemudian gelondongan ikan bandeng
dimasukkan ke dalam bak adaptasi. Pemberian pakan pelet dilakukan dua kali sehari yaitu pada jam 08.00 dan jam
15.00 WIB sebanyak 3% dari biomas.
Tahap 1 Uji LD50 Aeromonas hydropila Pada Ikan Lele Dumb (Clarias gariepenus)
Tahap 1 Uji dilakukan untuk menentukan dosis Candida sp. yang akan digunakan dalam perlakuan. Isolat
Aeromonas hydrophila murni diambil dari media agar yang berasal dari Lab. Bakteriologi Fakultas Kedokteran Hewan. Suspensi Aeromonas hydrophila 104 CFU/mL setara dengan Mc Farland no. 4, kemudian dilakukan pengenceran 10
kali sehingga diperoleh konsentrasi 1010, 109, 108, 107, 106, 105, 104, 103, 102 dan 101 CFU/mL. Masing-masing
pengenceran disuntikkan pada 6 ekor ikan yang berbeda. Selama 7 hari ikan tersebut diamati dan dilakukan observasi.
Ikan yang mengalami kematian dicatat seperti tabel di bawah ini dan diperoleh LD50 pada 107 CFU/mL.
No. Konsentrasi
(CFU/mL) Jumlah Ikan
Persentase Jumlah Ikan
yang Mati (%)
Persentase Jumlah Ikan
yang Hidup (%)
1 1010 6 100 0
2 109 6 100 0
3 108 6 66,7 33,3
4 107 6 50 50
5 106 6 33,3 66,7
6 105 6 0 100
7 104 6 0 100
8 103 6 0 100
9 102 6 0 100
10 101 6 0 100
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 29
Tahap 2. Uji Hematologi dan Survival Rate (SR)
Tahap 2 diawali dengan persiapan media pemeliharaan dan benih ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) ukuran
15-17 cm. Ikan diaklimatisasi tanpa diberi pakan selama 1 hari kemudian ikan dibiasakan dengan pemberian pakan
komersil yang digunakan dalam penelitian selama 1 hari.
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian imunostimulan Candida sp. dengan perlakuan konsentrasi yang berbeda dengan 4 kali ulangan yaitu perlakuan A = kontrol negatif (pakan), perlakuan B =
kontrol positif (pakan + infeksi Aeromonas hidrophyla), perlakuan C = pakan + 3% Candida sp/kg pakan + infeksi
Aeromonas hidrophyla, perlakuan D = pakan + 5% Candida sp/kg pakan + infeksi Aeromonas hidrophylla, perlakuan
E = pakan + 7% Candida sp/kg pakan + infeksi Aeromonas hidrophylla, perlakuan F = pakan + 9% Candida sp/kg
pakan + infeksi Aeromonas hidrophylla. Selanjutnya ikan lele dumbo setelah 21 hari di infeksi Aeromonas hydrophila
dengan dosis 107CFU/mL dan selanjutnyas dilakukan uji hematologi yang meliputi jumlah leukosit, perhitungan
leukosit dan survival rate.
Populasi dan Sampel
Benih yang digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian ini adalah benih lele dumbo ukuran lebih kurang 15-
17cm yang memiliki ukuran relatif homogen yang sebelumnya telah diaklimatisasi dalam media terpal di laboratorium selama dua hari. Dalam penelitian ini terdapat 6 perlakuan dengan 4 kali ulangan.
Kultur Candida sp.
Candida sp. yang berasal dari Lab. Bakteriologi FKH Unair kemudian dibiakkan pada media Sabourrud
Dextrose Agar, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 2-3 hari. Koloni yang tumbuh memiliki ciri berwarna
krem, pasty dan smooth. Kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan sederhana, hasil
pemeriksaan mikroskopis terlihat sel yang berbentuk oval dan banyak sel yang mempunyai budding, bentukan pseudo
hyfa.
Persiapan Ikan Uji
Ikan Uji yang diamati adalah benih ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) ukuran fingerling (15-17 cm) yang didapatkan dari Balai Benih Ikan (BBI) Kalen di Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan. Aklimatisasi dan
pembiasan pemberian pakan dilakukan selama dua hari. Benih ikan lele ini kemudian diaklimatisasi di laboratorium
hingga benih siap diuji di media yang telah tersedia. Benih lele yang diaklimatisasi inilah yang akan digunakan sebagai
hewan uji. Pemberian pakan komersil diberikan dua kali sehari dengan perlakuan selama 21 hari dan diambil darahnya
untuk uji hematologi.
Pencampuran Pakan dengan Candida sp.
Pada penelitian ini pencampuran bahan baku pakan dilakukan agar seluruh bahan baku pakan yang dihasilkan
memiliki komposisi yang sama seperti yang telah direncanakan. Menurut Wiyanto (2003), komponen esensial
(misalnya vitamin, mineral, dan Obat) mempunyai diameter yang sangat halus (mm) sehingga dapat tercampur secara
homogen dengan bahan baku lainnya. Bahan baku pakan komersil dicampur dengan Candida sp. dengan berbagai
kosentrasi diberikan kepada ikan uji. (Wiyanto, 2003).
Bakteri Uji
Bakteri uji dalam penelitian ini yaitu Aeromonas hydrophila. Koloni Aeromonas hydrophila sebanyak 20
koloni diambil dari biakan pemurnian kemudian dimasukkan pada media 200 ml Tryptose Soy Broth (TSB) dan
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil pertumbuhan dilakukan pencucian 3 x dengan menggunakan larutan
PBS steril dan dilakukan sentrifuge 5000 rpm selama 7 menit (Jang et al., 1978). Kemudian dilakukan penghitungan
jumlah bakteri yang terkandung dalam suspense kemudian sesuai dengan LD50 Aeromonas hydrophila pada ikan lele
yaitu 107 CFU/mL.
Uji Hematologi Ikan Lele (Clarias gariepenus) a. Koleksi Darah Ikan
Pemeriksaan darah ikan lele dumbo dilakukan dengan metode ulas darah. Pemeriksaan ini diawali dengan
pengambilan darah ikan melalui vena caudalis. Metode pengambilan sampel darah pada ikan lele dumbo dilakukan
menurut Svobodova dan Vykusova (2008). Pengambilan darah ini dilakukan dengan menggunakan spuit 0,5mL yang
sebelumnya sudah ditambahkan Ethylene Diamine Tetra Acetatic Acid (EDTA) dengan dosis 1,50 ± 0,25 mg/mL darah
(Bijanti, 2012). Selanjutnya dari sampel darah yang telah diambil dimasukkan kedalam botol evendop dan dimasukkan
kedalam sterofom yang telah di beri es, selanjutnya di bawah ke laboratorium patologi klinik untuk dilakukan
penghitungan leukosit (neurofil, monosit dan limfosit) (Bijanti R, 2010).
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 30
b. Perhitungan Leukosit
Prosedur pelaksanaan dimulai dengan membuat pengenceran darah dalam larutan Dacies (1:50). Larutan
Dacies disaring terlebih dahulu sebelum digunakan. Darah diencerkan dengan perbandingan 1:50 menggunakan larutan
Dacies. Darah di campur dengan larutan Dacies secara berlahan agar tidak merusak sel.
Sebagian larutan darah yang telah diencerkan diambil menggunakan pipet Pasteur. Cara penggunaan pipet yaitu dengan mengisap darah sampai tanda 0,5 ml dan mengisap larutan pengencer hingga tanda 11. Ujung pipet
diletakkan pada ujung kaca penutup kamar hitung Improved Neubauer. Mekanisme kapiler akan mengalirkan larutan
darah secara pasif ke kamar hitung. Cover glass diletakkan diatas kamar hitung Improved Neubaeur dan
Hemacytometer diletakkan di bawah mikroskop. Leukosit dihitung di empat kotak yang terletak pada keempat sudut
kamar hitung, area keseluruhan 0,1 mL(1/10 mL).
Pengenceran yang terjadi dalam pipet adalah 20x. Jumlah semua sel yang dihitung dalam ke empat bidang itu
dibagi 4 menunjukkan leukosit dalam 0,1 mL. Kalikan angka itu dengan 10 (untuk tinggi) dan 20 (untuk pengencer)
untuk mendapat jumlah laukosit dalam 1 mL.
Rumus perhitungan jumlah leukosit adalah sebagai berikut:
Jumlah leukosit = 𝑁 x 10.000
Keterangan: N = Jumlah sel leukosit yang dihitung
Perhitungan leukosit Prosedur kerja dimulai dengan satu tetes sampel darah yang telah diberi antikoagulan heparin diambil dan
diletakkan pada slide yang kering dan bersih. Membuat hapusan darah yang tipis. Hapusan darah dikeringkan kemudian
hapusan darah difiksasi dengan menggunakan metanol 95% selama 1-2 menit. Kemudian melakukan pengecatan pada
hapusan darah yang telah difiksasi dengan pengecatan Giemsa atau May Grunwald. Setelah itu menunggu selama 20
menit, kemudian slide dibilas dengan menggunakan air mengalir dan dikeringkan. Hapusan darah di amati dibawah
mikroskop (Bijanti R, 2010).
Pengecatan Giems
Meletakkan sediaan yang akan dipulas diatas rak tempat memulas dengan lapisan darah menghadap keatas.
Meneteskan sekian banyak metilalkohol keatas sediaan tersebut, sehingga lapisan darah tertutup seluruhnya, dibiarkan
selama dua menit atau lebih. Menuangkan kelebihan metal alkohol di atas sediaan tersebut. Meneteskan larutan Giemsa
yang sudah diencerkan dengan larutan penyangga di atas sediaan hapusan darah secara merata, kemudian dibiarkan
selama 20 menit. Membilas sediaan hapusan darah tersebut dengan air mengalir. Meletakkan sediaan dalam posisi
vertikal dan biarkan mengering pada udara. Dengan pengecatan Giemsa akan tampak gambaran jenis jenis leukosit.
Menurut Bijanti (2010) rumus penghitungan jumlah leukosit:
Menurut Sukenda, dkk (2008) rumus prosentase Differencial leukocite :
𝐵asofil + Eosinofil + Monosit + Neutrofil + Limfosit = 100
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 31
Perhitungan Tingkat Survival Rate (SR)
Tingkat Survival rate menurut Zonneveld et al. (1991):
Parameter Pendukung
Pengukuran sifat fisika kimia air yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi suhu, pH, DO dan amoniak.
Perhitungan terhadap suhu pH, DO dilakukan setiap hari pada pagi hari agar kondisi lingkungan pemeliharaan
terkontrol. Pengukuran suhu menggunakan termometer, pengukuran pH menggunakan pH meter, dan pengukuran DO
menggunakan DO meter, Amoniak diukur dengan menggunakan tes kit pada akhir perlakuan.
Pengumpulan Data
Ikan yang telah diberi perlakuan pakan ditambahkan Candida sp. selama 3 minggu, kemudian dilakukan uji
hematologi yaitu pemberian bakteri Aeromonas hydrophila dengan kepadatan 107sel/ml. Setelah pemberian bakteri, ikan diamati tingkah lakunya dan juga selama 2x24 jam. Ikan yang menunjukkan gejala kematian, segera diangkat
dari akuarium dan diambil darahnya untuk dilakukan uji hematologi. Parameter fisika dan kimia air yang diukur
meliputi suhu, DO, pH dan ammonia.
Analisis Data
Pengaruh pemberian Candida sp. dengan konsentrasi yang berbeda terhadap jumlah leukosit dan penghitungan
leukosit (neutrofil, monosit dan limfosit) serta survival rate (SR) dianalisis dengan menggunakan analisis varian
(ANAVA). Apabila terdapat pengaruh pemberian perlakuan terhadap hasil, maka dilakukan uji lanjutan dengan
menggunakan uji jarak berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan dan membandingkan antara perlakuan satu
dengan perlakuan yang lain (Kusriningrum, 2008).
III. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
Leukosit
Data penghitungan jumlah leukosit dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah leukosit dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini
Perlakuan Rata-rata Jumlah Leukosit
(sel/ml) ± SD
A (Kontrol negatif)
Pakan
3.738,25 e ± 739,444
B (Kontrol positif)
Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila)
8.999,50 d ± 732,412
C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila)
12.441,00 c ± 905,865
D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila)
19.103,00 a ± 829,961
E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila)
16.107,75 b ± 1605,564
F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila)
11.875,00 c ± 359,398
Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
𝑆𝑅 % = 𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐴𝑤𝑎𝑙
𝐼𝑘𝑎𝑛 𝐴ℎ𝑖𝑟 𝑥 100%
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 32
Gambar. Grafik jumlah leukosit (sel/ml) pada ikan lele dumbo yang diberi perlakuan Candida sp. dengan dosis yang
berbedasetelah di infeksi Aeromanas hydrophila
Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah leukosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa
pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pengendalian Aeromanas hydrophlla pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang
berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah leukosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 19.103,00 ± 829,961 sel/ml yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan
lainnya. Perlakuan E yaitu 16.107,75 ± 1605,564 sel/ml yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05).
Perlakuan C yaitu 12.441,00 ± 905,865 sel/ml yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan F yaitu 11.875,00 ±
359,398 sel/ml. Perlakuan B yaitu 8.999,50 ± 732,412 sel/ml yang berbeda nyata terhadap perlakuan lainnya (p<0,05).
Jumlah leukosit terendah diperoleh pada perlakuan A (Kontrol negatif) yaitu 3.738,25 ± 739,444 sel/ml yang berbeda
nyata terhadap perlakuan lainnya (p<0,05).
Data pada Tabel dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah leukosit pada perlakuan A, B, C dan D terus
meningkat dan menurun pada perlakuan E dan F. Peningkatan jumlah leukosit pada perlakua C adalah 12.441,00 sel/ml.
Peningkatan jumlah leukosit D adalah 19.103,00 sel/ml. Pada perlakuan E dan F terjadi penurunan jumlah
leukosit 16.107,75 sel/ml sebesar dan 11.875,00 sel/ml.
Differential Counting Leucocyte
Neutrofil
Data penghitungan jumlah neutrofil dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah neutrofil dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini.
Perlakuan Rata-rata Jumlah Neutrofil
(%) ± SD
A (Kontrol negatif) Pakan
40,75 ab ± 2,50
B (Kontrol positif)
Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila) 41 ab ± 4,00
C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 41,25 ab ± 2,50
D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 44,5
a ± 1,73
E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 40,25 b ± 0,95
F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 39,75 b ± 0,95
Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
3738.25
8999.5
12441
19103
16107.5
11875
0
5000
10000
15000
20000
25000
A B C D E F
Ju
mla
h L
euk
osi
t se
l/m
l
Perlakuan
Jumlah leukosit pada ikan lele dumbo yang diberi perlakuan
Candida sp. dengan dosis yang berbeda setelah di infeksi
Aeromonas hydrophila
Jumlah Leukosit
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 33
Gambar. Grafik jumlah neutrofil (%) pada ikan lele dumbo dengan perlakuan dosis Candida sp. yang berbeda setelah
di infeksi Aeromonas hydrophila
Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah neutrofil menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa
pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang
berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah
neutrofil tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 44,5 ± 2,50 % yang berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan
lainnya. Perlakuan A sejumlah 40,75 ± 2,50 % yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan B sejumlah 41 ± 4,00 % dan
C sejumlah 41,25 ± 2,50 %. Perlakuan E sejumlah 40,25 ± 0,95 % yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan F
sejumlah 39,75 ± 0,95 % yang merupakan jumlah neutrofil terendah.
Data pada Tabel dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah neutrofil pada perlakuan A, B, C dan D terus
meningkat dan menurun pada perlakuan E dan F. Peningkatan jumlah neutrofil pada perlakuan B = 41 %. Pada
perlakuan E dan F terjadi penurunan jumlah neutrofil 40,25% dan 39,75%.
Limfosit
Data penghitungan jumlah limfosit dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah limfosit dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.
Perlakuan Rata-rata Jumlah Limfosit
(%) ± SD
A (Kontrol negatif)
Pakan
32,75c ± 2,06
B (Kontrol positif)
Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila)
37,75b ± 0,50
C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila)
40,5a ± 0,57
D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 41,25
a ± 0,95
E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila)
37,5 b ± 1,00
F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila)
33,75c ± 2,21
Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
40.75 41 41.25
44.5
40.2539.75
37
38
39
40
41
42
43
44
45
A B C D E FJu
mla
h N
eutr
ofi
l (s
el/1
00se
l)
Perlakuan
Jumlah neutrofil pada ikan lele dumbo yang diberi dosis
Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di
infeksi Aeromonas hydrophila
Jumlah Neutrofil
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 34
Gambar. Grafik jumlah limfosit (%) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp dengan perlakuan yang
berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila
Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah limfosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa
pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang
berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah limfosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 41,25% yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan C yaitu
40,5%. Perlakuan A sejumlah 32,75% yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan F sejumlah 33,75% yang merupakan
jumlah limfosit terendah.
Data pada Table dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah limfosit pada perlakuan A, B, C dan D terus
meningkat dan menurun pada perlakuan E dan F. Peningkatan jumlah limfosit pada perlakuan B yaitu 37,75%.
Peningkatan jumlah limfosit D sebesar 41,25%. Pada perlakuan E dan F terjadi penurunan jumlah limfosit sebesar
37,5% dan 33,75%.
Monosit
Data penghitungan jumlah monosit dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan jumlah monosit dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.
Perlakuan Rata-rata Jumlah Monosit (%)
± SD
A (Kontrol negatif)
Pakan 20,25a ± 3,59
B (Kontrol positif)
Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila) 14,75b ± 4,57
C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 11,25b ± 2,62
D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 6
c ± 2,82
E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 15 b ± 2,44
F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila)
21,25a ± 3,30
Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
32.7537.75
40.5 41.2537.5
33.75
0
10
20
30
40
50
A B C D E FJu
mla
h L
imfo
sit
(se
l/100se
l)
Perlakuan
Jumlah limfosit pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis
Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi
Aeromonas hydrophila
Jumlah Limfosit
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 35
Gambar . Grafik jumlah monosit (%) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp.dengan perlakuan yang
berbeda setelah di infeksi Aeromanas hydrophila
Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah monosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa
pemberian Candida sp.sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang
berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah
monosit tertinggi diperoleh pada perlakuan F yaitu 21,25 sel/100sel yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan
perlakuan A yaitu 20,25%. Perlakuan B yaitu 14,75% yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan E yaitu 15% dan
perlakuan C yaitu 11,25%. Perlakuan D merupakan jumlah monosit terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan
lainnya.
Data pada Table dan Gambar menunjukkan bahwa jumlah monosit pada perlakuan A, B , C dan D terus menurun dan meningkat pada perlakuan E dan F). Penurunan jumlah monosit pada perlakuan B yaitu 14,75%.
Penurunan monosit D 6%. Pada perlakuan E dan F terjadi peningkatan jumlah monosit 15% dan 21,25%.
Survival Rate (SR)
Data penghitungan Survival Rate (SR) dapat dilihat pada Tabel dan grafik penghitungan Survival Rate (SR)
dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Perlakuan Rata-rata Survival Rate (%) ±
SD
A (Kontrol negatif)
Pakan 91,66
a ± 16,66
B (Kontrol positif) Pakan + Infeksi Aeromonas hydrophila)
50,00b ± 19,24
C (Pakan + 3 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 91,66a ± 16,66
D (Pakan + 5 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 100,00
a ± 0,00
E (Pakan + 7 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 91,66a ± 16,66
F (Pakan + 9 % Candida sp./kg pakan + Infeksi
Aeromonas hydrophila) 83,33a ± 19,24
Keterangan: Superskrip berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (p < 0,05)
20.25
14.75
11.25
6
15
21.25
0
5
10
15
20
25
A B C D E F
Ju
mla
h m
on
osi
t (s
el/1
00se
l)
Perlakuan
Jumlah monosit pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis
Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi
Aeromonas hydrophila
Jumlah Monosit
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 36
Gambar. Grafik Survival Rate (%) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis Candida sp.dengan perlakuan yang
berbeda setelah di infeksi Aeromonas hydrophila
Hasil analisis varian (ANAVA) Survival Rate (SR) menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa
pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang
berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa Survival Rate
(SR) tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 100% yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan A, C, D, E
dan F. Perlakuan terendah adalah perlakuan B yaitu 50% yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.
Kualitas Air
Pengukuran suhu air selama penelitian berkisar antara 26,94 – 27,22oC dan pH berkisar antara 7,89 - 8,07.
Hasil analisis varian (ANAVA) suhu dan pH menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa pemberian Candida
sp. sebagai immunostimulan non-spesifik memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus).
Rata-rata suhu ± SD Rata-rata pH ± SD
27,08 ± 0,07 7,98 ± 0,04
Pembahasan
Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah leukosit menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan berupa
pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap
pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Zhenming et al. (2006) menyatakan bahwa Candida sp. memiliki kandungan protein 50% dari berat kering dan mengandung vitamin B kompleks serta
mineral yang bermanfaat sebagai imunostimulan pada hewan laut. Hasil penelitian Siwickia et al. (1994) menyatakan
bahwa Candida sp. memiliki kemampuan sebagai imunostimulan yang dapat mengendalikan Aeromanas hydrophila.
Peningkatan sistem imun pada ikan dapat diketahui berdasarkan peningkatan jumlah leukosit darah ikan. Hasil
penelitian Yasin (2011) menyatakan bahwa kondisi hematologi ikan dapat dijadikan sebagai acuan tentang kondisi
fisiologis ikan yang berkaitan dengan sistem imun. Hal ini disebabkan sebagian besar komponen sistem imun
diperankan oleh sel-sel darah. Beberapa parameter hematologi meliputi leukosit dan perhitungan leukosit .
Leukosit dikerahkan untuk menghadang benda asing yang masuk ke dalam tubuhnya melalui aliran darah
(Sadikin, 2002). Pendapat ini didukung oleh Fujaya (2004) yang mengatakan, apabila ada benda asing masuk ke dalam
tubuh maka leukosit akan memberikan respon dengan meningkatkan jumlahnya sebagai bentuk pertahanan tubuh.
Dawoud dan Thalib (2011) menyatakan bahwa respon imun akan meningkat dengan cara mengaktifkan leukosit. β-glukan yang merupakan komponen struktural utama dinding sel Candida sp (Kogan et al., 1993) adalah
molekul PAMP yang dikenali oleh jenis leukosit baik neutrofil, eosinofil dan monosit (Akramiene et al., 2004). β-
glukan yang berikatan dengan reseptor molekul pada permukaan membran leukosit baik neutrofil, eosinofil dan monosit
akan semakin aktif dalam memfagosit (Ahmad, 2005) dan mencerna patogen dan pada saat bersamaan sel-sel ini akan
mensekresi molekul signai (sitokin) yang akan menstimulasi formasi dari sel leukosit yang baru (Raa, 2000). Engstand
dan Robertsen (1992) menyatakan bahwa pemberian β-glukan dapat meningkatkan atau menstimulasi aktivitas
pertahanan seluler.
91.66
50
91.66100
91.6683.33
0
20
40
60
80
100
120
A B C D E F
Su
rviv
al
Rit
e (S
R)
%
Perlakuan
Survival Rate (SR) pada ikan lele dumbo yang telah diberi dosis
Candida sp. dengan perlakuan yang berbeda setelah di infeksi
Aeromonas hydrophila
Survival Rate (SR)
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 37
Hasil uji jarak berganda Duncan diperoleh bahwa perlakuan perlakuan A (Kontrol negatif) merupakan
perlakuan yang menghasilkan jumlah leukosit terendah. Peningkatan total leukosit dapat digunakan sebagai suatu tanda
adanya fase pertama infeksi dan stress (Anderson, 1992). Shao et al. (2004) menyatakan bahwa jumlah leukosit ikan
Carassius auratus meningkat setelah diinfeksi oleh Aeromonas hydrophila. Perlakuan D (merupakan dosis terbaik yang
menghasilkan jumlah leukosit tertinggi setelah pemberian Candida sp. sebagai immunostimulan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p<0,05) terhadap pengendalian Aeromanas hydrophila pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus).
Alifuddin, M. (1999) menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit terus berlangsung bersamaan dengan
meningkatnya dosis pemberian imunostimulan.
Hasil analisis varian (ANAVA) jumlah neutrofil yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda
Duncan. Hasil pengujian tersebut diketahui bahwa jumlah neutrofil tertinggi diperoleh pada perlakuan D. Hal tersebut
dikarenakan pada perlakuan tersebut diduga merupakan dosis optimal pemberian Candida sp. untuk meningkatkan
jumlah neutrofil ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Candida sp. mengandung β-glukan yang dapat berikatan dengan
neutrofil. Neutrofil merupakan garis pertahanan terdepan yang mampu bergerak aktif dan dalam waktu singkat
berkumpul dalam jumlah sangat banyak di area radang (Parslow et al., 2003). Satu neutrofil dapat memfagosit 5-20
bakteri sebelum kemudian tidak aktif. Meningkatnya jumlah neutrofil dapat diindikasikan adanya infeksi bakteri atau
dapat juga karena adanya infeksi viral. Hasil pengujian jarak berganda Duncan diketahui bahwa jumlah limfosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D
yang tidak berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan C. Hal tersebut dikarenakan pengaruh β-glukan pada Candida sp.
β-glukan yang masuk ke dalam tubuh ikan akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin yang akan
menggiatkan sel limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit T dan limfosit B. Limfosit T memproduksi
interferon yang menggiatkan kembali makrofag sehingga dapat memakan dan membunuh banyak bakteri, virus dan
partikel asing lainnya. Masuknya glukan akan merangsang makrofag untuk memproduksi lebih banyak lisozim dan
komplemen. Interleukin juga meningkatkan limfosit B yang terpisah dan menjadi aktif untuk memproduksi antibodi
(Liliek, 2006).
Hasil pengujian jarak berganda Duncan diketahui bahwa jumlah monosit tertinggi diperoleh pada perlakuan F.
Menurut Yasin (2011) menyatakan bahwa jumlah monosit dalam darah ikan menunjukkan penurunan setelah dilakukan
infeksi. Hal ini disebabkan telah berubahnya monosit menjadi makrofag (mature monosit) dan bermigrasi ketempat terjadinya infeksi untuk memfagositosis antigen-antigen dari Aeromanas hydrophila. Penurunan jumlah monosit setelah
infeksi juga terjadi pada ikan nila (Oreochromis niloticus) setelah diinfeksi bakteri gram negatif lain yaitu Enterococcus
sp. (Martins et al.,2009).
Hasil pengujian jarak berganda Duncan dikerahui bahwa Survival Rate (SR) tertinggi diperoleh pada perlakuan
D yang tidak berbeda nyata (p>0,05) dengan perlakuan A, C, D, E dan F. Hasil tersebut diduga disebabkan karena
kandungan Candida sp. Gatesoupe (2007) menyatakan bahwa Candida sp. memiliki kemampuan sebagai
imunostimulan yang telah diteliti pada ikan raibow trout setelah diinfeksi Aeromonas hydrophyla. Kemampuan
imunostimulan dari Candida sp. berasal dari kandungan β-glucan yang ada pada Candida sp. tersebut.
Pengamatan paramater penunjang yang berupa kualitas air menunjukkan suhu air media kultur berkisar antara
26,94 – 27,22oC. Suhu air dalam media pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) ini masih dalam kondisi
baik untuk pertumbuhannya karena menurut pernyataan Kohlmeyer dan Kohlmeyer (1979) menyatakan, kisaran suhu
optimum ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) 25-30 oC. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses metabolisme. Kenaikan suhu sampai batas tertentu dapat mempercepat proses metabolisme (Suriawiria, 1985).
Hasil pengukuran pH pada media pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) selama penelitian adalah 7,91 –
8,07. Bachtiar (2006) menyebutkan bahwa pH yang baik untuk pemeliharaan ikan lele dumbo (Clarias gariepenus)
berkisar antara 6,5 - 8.
IV. KESIMPULAN
Pemberian Candida sp. sebagai imunostimulan non-spesifik dalam pakan dapat meningkatkan jumlah leukosit
(neutrofil, monosit dan limfosit) pada ikan lele dumbo (Clarias gariepenus). Hasil analisis varian (ANAVA) yang
berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan dengan jumlah neutrofil tertinggi diperoleh pada
perlakuan D yaitu 44,5 ± 2,50%, jumlah limfosit tertinggi diperoleh pada perlakuan D yaitu 41,25%, dan jumlah
monosit tertinggi diperoleh pada perlakuan F yaitu 21,25%. Pemberian Candida sp.sebagai imunostimulan non-spesifik dalam pakan berpengaruh terhadap Survival Rate (SR) ikan lele dumbo (Clarias gariepenus) yang di infeksi Aeromonas
hydrophila. Pemberian 5 % Candida sp./kg pakan diperoleh Survival Rate (SR) 100%.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi mengenai rekayasa genetika dari Candida sp. sehingga selain dapat
meningkatkan jumlah leukosit dan Survival Rate (SR) juga mampu memperbaiki kualitas lingkungan, baik kualitas air
maupun biota air lainnya yang bermanfaat dalam pemeliharan ikan lele dumbo.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, D. P.1992. Immunostimulants, Adjuvants and Vaccine Carriers in Fish: Applications to Aquaculture. Ann.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 38
Fish. Dis. 3.(No.4) H: 95-112
Bachtiar, Y. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. Agromedia Pustaka. Jakarta. 102 hal.
Bastiawan, D., Wahid, A., Alifuddin, M., Agustiawan, I. 2001.Gambaran darah Lele Dumbo yang Diinfeksi Cendawan
Aphanomyces spp. Pada pH yang berbeda.J. Penel. Perik. Ind.7 (No.3) Hal : 42-63
Bijanti, R. 2010. Hematologi Ikan - Teknik Pengambilan Darah dan Pemeriksaan Hematologi Ikan. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya.
Dasilva, S. 2004 Microbial Production of Xylitol from D-Xylose using Candida Tropicalis Bio Prosess Eng.,10.129-
134
Dalimunthe, S. 2006. Penuntun Pratikum Parasit dan Penyakit Ikan Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya Malang.
Hal 25-38.
Ellis, A. E., 1978. The Immunology of Telestoi.Fish Pathology. Robert, R.J. (Ed.). Bailliere Tindall. London. 92 – 104.
Ellis, A. E. 2001. Innate Host Defense Mechanism of Fish Against Viruses and Bacteria. J. Dev. Comp. Immunol. 25:
827-839.
Engstand, R.E.,B. Roberttsen and E. Frivold, E. 1992. Yeast Glucan Induces Increase in activity of Lysozyme and
Complement-Mediated Haemolytic Activity in Atlantic Salmon Blood. Fish Shellfish Immunol. 2 : 287-297
Hanzen, T.C., C.B. Fliermans, R.P. Hirsch and G.W.Esh, 1987. Prevalence and Distribution of Aeromonas hydrophila in United States. Apll. Enviromental Microbiol. 36 : 731 – 738.
Jorgensen, J. B., G.J.E. Sharpt, Christoper, J. Secombes and B. Robertsen. 1993. Effect of Yest Cell Wall Glucan on
The Bacterisidal Activity of Rainbow Trout Macrophage. J. Fish. Shellfish Immunol 43 : 177-189
Kabata, Z., 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics. Taylor and Francis. London and Philadelphia.
318 pages.
Khairuman dan K. Amri. 2005. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif.Agromedia Pustaka. Jakarta.
Kohlmeyer, J and E. Kohlmeyer. 1979. Marine Mycology : The Higher Fungi. Academic Press. New York.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 39
Margin Pemasaran Komoditas Ikan Patin Di Desa Kedungwangi Dan Desa
Nogojatisari Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan
Endah Sih Prihatini *)
, Mubtadi‟in **
*) Dosen Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Islam Lamongan
**) Program Studi Agrobisnis Perikanan Universitas Islam Lamongan
ABSTRAKSI
Salah satu upaya pembangunan usaha perikanan dalam mengantisipasi penurunan hasil tangkapan dari perairan
umum adalah melakukan pengembangan usaha budidaya perikanan secara berkesinambungan. Tujuan penelitian Untuk mengetahui peningkatan margin pemasaran komoditas ikan patin di Desa Kedungwangi dan NogoJatisari.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik pengambilan data meliputi observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga ditingkat
konsumen Rp 15.000,00 per kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 2.500 Margin terbesar terjadi pada
lembaga pemasaran ditingkat pedagang pengumpul, yaitu sebesar Rp 1.000,00 per kg ikan patin, sementara untuk
pedagang pasar dan pengecer hanya sebesar Rp 500,00 per kg ikan. Namun keuntungan yang diterima pedagang pasar
dan pengecer lebih kecil dari pedagang pengumpul. Untuk Nilai marketing margin pada tingkat pedagang pengumpul
4% dengan fisherman share 96% nilai marketing margin di tingkat pendagang pasar 11% dengan fisherman shere 89%
dan nilai marketing margin di tingkat pedagan pengecer 14% dengan fisherman share 86% bila dilihat nilai marketing
margin dan fisherman share pada setiap rantai pemasaran maka diperoleh nilai fisherman share lebih besar dari nilai
marketing margin. dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemasaran ikan patin dari Kecamatan Sambeng pada setiap pendagang perantara sudah efesien begitu juga pemasaran ikan patin sampai konsumen sudah efisien karena nilai
fisherman share lebih besar dari nilai margin.
Untuk mendapatkan hasil penjualan yang tinggi , disarankan kepada petani untuk menjual langsung kependagang
pengecer, tidak hanya kepada pengumpul saja. Apabila hasil ikan patin yang dipanen dalam jumlah yang banyak maka
stok/persediaan ikan patin untuk dikirim ke Kabupaten Lamongan dan kedaerah pemasaran lainnya.
Kunci: Margin Pemasaran, Ikan Patin
Pendahuluan
Salah satu upaya pembangunan usaha perikanan dalam mengantisipasi penurunan hasil tangkapan dari perairan
umum adalah melakukan pengembangan usaha budidaya perikanan secara berkesinambungan. Usaha ini sangat diharapkan dapat lebih berperan serta dalam menyediakan bahan makanan yang berprotein dan bernilai gizi yang tinggi,
peningkatan peluang kerja dan mendorong kesejahteraan masyarakat serta pendapatan negara melalui kegiatan ekspor
komoditi perikanan
telah banyak petani ikan yang membuka usaha budidaya ikan patin siam meskipun hanya dalam skala tertentu
Keberhasilan usaha ikan patin sangat ditentukan oleh input yang berkualitas yang diperoleh dari proses produksi yang
baik pula. Kualitas dan kuantitas benih ikan sangat menentukan output ikan patin yang akan dihasilkan.
Mengingat pentingnya kegiatan pemasaran bagi petani ikan, maka masalah pemasaran harus diperhatikan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Permasalahan yang sering dijumpai dalam pemasaran ikan patin yaitu
masalah sistem jual beli ikan yang tidak cash. Kondisi seperti ini tentu berakibat kepetani ikan itu sendiri terutama
mereka harus menambah biaya pakan kalau seandainya pedagang tersebut terlambat membeli ikan yang sudah
selayaknya dipanen.
Hasil panen ikan dibeli oleh padagang pengempul yang ada di sekitar Lamongan, namun pemasaran selama ini hanya dipasarkan dipasar lokal. Akibat supplay ikan patin yang banyak dari lamongan menyebabkan pasar lokal
kelebihan daya tampung, sehingga ada pemikiran bagi pedagang pengumpul untuk memasarkan ikan patin ke kabupaten
Jombang.
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana margin pemasaran komoditas ikan patin di Desa
Kedungwangi dan Nogojatisari
METODE PENELITIAN
Objek penelitian yang menjadi sumber data penelitian adalah para petani ikan dan pendagang ikan di Desa
Nogojatisari Dan Desa Kedungwangi Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan, dan penelitian ini dilakukan pada
bulan Mei-Juni 2013. yang diteliti kasur margin pemasaran komonditas ikan patin Desa Kedungwangi dan Nogojatisari,
Kecamatan Sambeng, KabupatenLamongan.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 40
Data dikumpulkan dengan teknik wawancara langsung pada responden yang berpedoman pada daftar
pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu dengan prosedur penelitian Purposive Sampling. Data
yang dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
Data yang terkumpul dilapangan ditabulasikan dalam suatu daftar tabel yang kemudian di analisis secara
deskriptif untuk menggambarkan keadaan dari tujuan penelitian. Untuk mengetahui biaya produksi atau biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh masing-masing lembaga pemasaran dicari dengan rumus sebagai berikut:
a. Biaya produksi yang dikeluarkan petani ikan di tentukan dengan rumus
BP = BV + BT
Dimana BP = Biaya produksi,
BV = Biaya variable
BT = Biaya tetap.
b. Keuntungan yang diperolah patani ikan ditentukan dengan rumus
K = P – BP Dimana K = Keuntungan,
P =Penerimaan
BP = Biaya produksi
c. Marketing margin dihitung dengan menggunakan rumus
𝑀𝑀 = 𝐻𝐾 − 𝐻𝑃
𝐻𝐾𝑥 100%
Dimana :
MM = Marketing margin
HK = Harga di konsumen
HP = Harga diprodusen
d. Fisherman share ditentukan dengan rumus
𝐹𝑆 = 𝐻𝑃
𝐻𝐾𝑥 100%
Dimana FS = Fisherman share,
HP = Harga di produsen,
HK =Harga di konsumen
e. Efisiensi pemasaran ditentukan dengan cara membandingkan nilai marketing margin dengan fisherman share, dengan ketentuan bila marketing margin lebih kecil dari fisherman share maka pemasaran dikatakan masih efisien,
dan sebaliknya tidak efisien bila marketing margin lebih besar dari fisherman share.
PEMBAHASAN
1. Produksi Ikan Patin
produksi ikan hasil budidaya di Kecamatan Sambeng tercatat sebanyak yang terdiri dari beberpa jenis ikan, antara
lain ikan patin, gurami, lele, dan ikan nila. Namun jenis ikan yang banyak dibudidayakan petani ikan adalah ikan karena
benih ikan jenis ini mudah di dapat.
Tabel 1 Luas kolam, Padat tebar, Mortalitas, dan Tingkat kelangsungan hidup (SR %)ikan Patin
Resp Unit
Kolam
Luas Kolam
(m2)
Padat Tebar
(Ekor/m2)
Mortalitas (%) (SR % )
1 2
2 2 1 4 3
600 300 200 750 430
3750 1875 2500 2344 1792
20 10 10 20 5
80 90 90 80 95
Jumlah 12 1752 4380 65 435
Rata-rata 6 876 2190 32,5 217,5
Data Primer, 2013
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013| 41
Dari 2 responden patani ikan patin yang menjadi sampel yang memilki luas kolam mulai dari 200 meter
persegi hingga 750 meter persegi dengan rata-rata 3.398 meterpersegi menghasil tingkat kelansungan hidup
ikan patin sebanyak 217,5%. Produktivitas ini masih dapat ditingkatkan bila petani dapat menekan mortalitas
ikan selama pemeliharaan yang mortalitasnya mencapai 20% dari jumlah benih yang di tebar ke kolam,
danmemberi pakan yang cukup sertaberkualitas. Pakan yang diberikan petani ikan ke ikan peliharaan
berupa pakan pellet, tapi karena harga pakan cukup tinggi maka dalam pemberian pakan petani tidak
sepenuhnya menggunakan pelletsehingga pertumbuhan ikan menjadi pertumbuhan ikan menjadi lambat dan
masa panen pun tertunda sampai 8 bulan atau 9 bulan pemeliharaan.
Sementara masalah yang dihadapi petani ikan dalam menjalankan usahanya adalah masalah dana
operasional untuk memulai pemeliharaan ikan setelah panen, karena petani baru bisa mendapatkan uang hasil
penjualan ikan setelah 1-2 minggu ikan terjual, sehingga yang seharusnya petani dapat langsung menebar benih ikan yang baru terpaksa menundanya sampai ada dana untuk musim pemeliharaan berikutnya.
2. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Ikan
Keuntungan merupakan hal yang menjadi tujuan bagi setiap pengusaha, dan begitu pula bagi seorang
petani ikan yang membudidayakan ikan patin dalam kolam serta para pedagang yang memasarkan ikan hasil
budidaya. Besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh setiap pengusaha sangat tergantung pada besarnya
penerimaan yang diterima dan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha yang dilakukan. Untuk
petani ikan besarnya keuntungan ditentukan oleh jumlah nilai penjualan ikan dikurangi biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode pemeliharaan. Sedangkan untuk pedagang ikan besarnya keuntungan yang
diperoleh ditentukan oleh nilai penjualan dikurangi dengan biaya pemasaran selama proses pemasaran.
3. Biaya Produksi dan Keuntungan Petani Ikan
Untuk mengetahui berapa besar biaya dan keuntungan yang diperoleh petani pembudidaya ikan patin di
Kecamatan Sambeng Tabel 2 memberikan gambaran.
Keuntungan petani ikan terendah diperoleh Di Desa Kedungwangi sebesar Rp 1.988.000 dan tertinggi
diperoleh Desa Nogojatisari sebesar Rp 19.470.000 dengan rata-rata keuntungan sebesar Rp 20.315.000 atau
sekitar Rp 1.550 per kg ikan. Keuntungan sebesar itu bukan merupakan keuntungan yang diterima tepat untuk
masa 7 bulan pemeliharaan.Keuntungan yang diterima petani cukup yaitu sekitar Rp 1.550,- per kg ikan yang
dihasilkan. Keuntungan ini merupakan keuntungan atas biaya aktual (nyata) saja yang dikeluarkan petani,
sedangkan biaya tidak nyata belum diperhitungkan sebagai biaya Secara rata-rata biaya aktual yang
dikeluarkan petani ikan untuk menghasilkan 1 kg ikan patin diperkirakan sebesar Rp 6.100 yang meliputi biaya
pembelian benih ikan, pakan, kapur, bahan pembasmi hama penyakit (putas). Biaya terbesar dikeluarkan berupa biaya pembelian pakan yaitu hampir 80% sedangkan pembelian bibit hanya sekitar 10% dan sisanya
untuk keperluan pembelian yang lain.
Tabel 2 Biaya produksi, Penerimaan dan Keuntungan Budidaya Ikan Patin Dalam Kolam
Responden Luas Kolam
(m2)
Biaya
Produksi
(Rp 000)
Penerimaan
(Rp 000)
Keuntungan
(Rp 000)
1 2
600 300 200 750 430
18.030 17.750 16.800 18.100 18.440
37.500 21.093 28.125 22.504 20.428
19.470 3.343 11.325 4.404 1.988
Jumlah 40.730
Rata-rata 20.315
Data Primer, 2013
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
42
4. Efisiensi Pemasaran Ikan Patin Untuk mengetahui suatusistem pemasaran komoditi (ikanpatin) apakah masih efisien atausudah tidak efisien
lagi, maka kitaharus ketahui berapa besar nilaimarketing margin dan nilaifisherman share dari komoditi
yangdipasarkan.Marketing margin adalahperbedaan harga pada tingkatprodusen dengan harga
ditingkatkonsumen. Marketing margin terdiridari komponen biaya pemasaran dankeuntungan yang diterima
olehpedagang. Artinya besarnyamarketing magin tidak hanyaditentukan oleh keuntungan yangdiambil pedagang,
tapi juga ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan pedagang yang bersangkutan. Biasanya pedagang dalam
menetapkan harga penjualan yang dapat memberikan sejumlah keuntungan tertentu baginya didasarkan atas
harga pokok penjualan. Dalam hal ini jumlah pengeluaran pedagang dalam arti biaya pemasaran merupakan
komponen yang sangat menentukan besarnya marketing margin.
Tabel 3 Harga Beli dan Harga Jual Ikan Patin Serta Perbedaan Harga Pada Masing-masing Lembaga Pemasaran
No Lembaga
Pemasaran
Harga Beli
(Rp/ kg)
Harga Jual
(Rp/ kg) Margin (Rp)
1 2 3 4 5
Petani Ikan Pengumpul Pedagang pasar Pengecer konsumen
- 12.500 13.500 14.000 15.500
12.500 13.500 14.000 15.500
-
- 1000,00 500,00 1500,00
-
Data Primer, 2013
Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga di tingkat konsumen Rp 15.500,00 per
kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 3.000 Margin terbesar terjadi pada lembaga pemasaran
ditingkat pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 1.500,00 per kg ikan patin, sementara untukpedagang pengumpul
hanya sebesar Rp1000,00 per kg ikan dan untuk pedagang pasar sebesar Rp 500,00per kg ikan. Namun
keuntungan yang diterima pedagang pasar lebih kecil dari pedagang pengumpul. jadi Rendahnya tingkat
keuntungan yang diterima pedagang pasar disebabkan karena pedagang
Tabel 4 Marketing Margin dan Fisherman Share Pemasaran Ikan Patin
No. Harga Jual (Rp/ kg) Marketing
Margin (%)
Fisherman
Share (%)
1 Patani Ikan 12.500,00
Pengumpul 13.000
4 96
2 Patani Ikan
12.500,00
Pedagang pasar
14.000 11 89
3 Patani Ikan
12.500,00
Pengecer
15.500 20 80
Data Primer, 2013
Bila dilihat nilai marketing margin dan nilai fisherman sharenya, yang mana nilai marketing margin
lebih kecil dari nilai fisherman sharenya. Ini menunjukan bahwa pemasaran ikan patin asal Kecamatan Sambeng
tujuan pemasaran Kabupaten Lamongan masih efisien. Lebih lanjut pada tabel terlihat nilai marketing margin
setiap tingkatan menunjukkan semakin besar bila rantai pemasaran semakin panjang, sementara fisherman
sharenya akan semakin kecil. Ini menunjukkan besarnya nilai marketing margin dan nilai fisherman share ada
kaitannya dengan panjang rantai pemasaran. Semakin panjang rantai pemasaran yang harus dilalaui suatu
komoditi untuk sampai ke konsumen maka akan semakin besar nilai marketing margin dan semakin kecil nilai fisherman share, dan ini artinya harga yang diterima produsen akan semakin lebih rendah dari harga yang
dibayar konsumen atau harga yang harus dibayar konsumen akan jauh lebih tinggi dari harga yang
diterimaprodusen. Suatu sistem pemasaran sudah dikatakan tidak efisien lagi bila nilai marketing magin lebih
besar dari nilai fisherman sharenya, karena pada kondisi ini harga yang harus dibayar konsumen sudah diatas
50% dari harga jual produsen sehingga pada kondisi ini hanya pedaganglah yang menikmati keuntungan dari
sistem pemasaran ini, sedangkan produsen dan konsumen sudah dirugikan. Petani dirugikan karena keuntungan
yang diperoleh lebih kecil dari keuntungan yang diperoleh pedagang, sedangkan konsumen dirugikan karena
harus membayar jauh lebih mahal dari harga yang sewajarnya.
Hal ini sesuai dengan Hanafiah (1983) yang menyatakan perbedaan nilai marketing margin dengan
fisherman share dipengaruhi oleh jarak antara produsen dan kosumen. Semakin jauh jarak dari produsen ke
konsumen maka semakin besar nilai marketing margin dan nilai fisherman share semakin kecil, selain itu
perbedaan nilai ini juga disebabkaan oleh biaya pengangkutan.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
43
KESIMPULAN
Pemasaran ikan patin dari kecamatan Sambeng sampai konsumen berjalan dengan lancar. lembaga
pemasaran yang berperan yaitu petani, pengumpul, pedagang pasar, dan pedagang pengecer.
Keuntungan bersih antara petani ikan patin, pedagang pengumpul, pedagang pasar, dan pedagang
pengecer berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul lebih
besar dibanding pedagang pasar dan pedagang pengecer .
1. Harga ikan patin ditingkat produsen Rp 12.500 per kg sedangkan harga ditingkat konsumen Rp 15.500,00
per kg, sehingga diperoleh marketing margin sebesar Rp 3.000 Margin terbesar terjadi pada lembaga
pemasaran ditingkat pedagang pengecer, yaitu sebesar Rp 1.500,00 per kg ikan patin, sementara untuk
pedagang pengumpu hanya sebesar Rp 1000,00 per kg ikan dan untuk pedagang pasar sebesar Rp 500,00
per kg ikan. 2. Nilai marketing margin pada tingkat pedagang pengumpul 4% dengan fisherman share 96% nilai marketing
margin di tingkat pedagang pasar 11% dengan fisherman shere 89% dan nilai marketing margin di tingkat
pedagang pengecer 20% dengan fisherman share 80% bila dilihat nilai marketing margin dan fisherman
share pada setiap rantai pemasaran maka diperoleh nilai fisherman share lebih besar dari nilai marketing
margin.
3. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemasaran ikan patin dari Kecamatan Sambeng pada setiap
pedagang perantara sudah efesien begitu juga pemasaran ikan patin sampai konsumen sudah efisien karena
nilai fisherman share lebih besar dari nilai margin.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bina Aksara. Jakarta Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. Gramedia. Jakarta.
Asyari, dkk, 1992. Makalah Pembesaran Ikan Patin (Pangasius pangasius) dalam Sangkar di Kolam dengan
Kepadata ikan yang Berbeda dalam Proseding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar. Bogor
Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi aksara, Jakarta.
Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya danLingkunganPerairan. Kanisius.
Yogyakarta
Hanafiah, AM dan AM. Saefuddin, 1986. Tataniaga Hasil
Kamaluddin., 2009. Biaya dan Jenis-Jenis Pemasaran. http://www.deptan.go.id
Khairuman dan Dodi S. 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media. Jakarta.
Kordik, M.G.H.2005. Budidaya Ikan Patin, Biologi, Pembenihan dan Pembesaran. Yayasan Pustaka Nusantara.
Yogyakarta. Marzuki, 1986. Riset Pemasaran. http:/ dianblogspot.com. Diakses pada tanggal 26 mei 2012.
Rahmat. 2010. http//kepadatan ikan khusus_patin.com diakses pada tanggal 01 Januari 2011 pukul 08.00 WIB.
Sudioyono, A., 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah,Malang.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
44
Rancang Bangun Penentuan Modalitas Gaya Belajar Anak Dengan
Metode Decision Tree Hikmatul Lailiyah
1) , Nurul Fuad
2) , Kemal Faruq M.
2)
1) Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan
2) Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan
ABSTRAK Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke
komputer agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Dengan
sistem pakar ini, orang awampun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat
diselesaikan dengan bantuan para ahli. Bagi para ahli, sistem pakar ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai
asisten yang sangat berpengalaman.
Pada penelitian ini akan dibuwat suatu sistem pakar yang menentukan suatu jenis modalitas dari analisa
sebuah karakter anak sehinga dapat meggetahuai kecndrungan modalitas yang dimiliki anak tersebut berjenis
visual, auditori atau kinestetik. Maka dari itu perlu adanya suatu pemba ngunan sistem pakar penentuan
modalitas anak.
Kata Kunci: Sistem pakar, Modalitas, Gaya belajar
I. Pendahuluan
Dalam penelitian ini, salah satu karakteristik anak yang akan dikaji adalah karakteristik gaya belajar
anak. Pada penelitian sebelumnya dilakukan dengan mengunakan lembar kuisioner yang akan dijawab oleh
siswa tersebut kemudian dari lembar jawaban tersebut akan disimpulkan seorang siswa memiliki gaya
belajar visual, auditori atau kinestetik. Namun cara demikian itu kurang efektif dan akuart dari segi waktu
dan akurasi datanya karena dilakukan secara manual.
Dengan adanya masalah tersebut dan seiring perkembangan teknologi maka perlu adanya
pengembangan sebuah sistem perangkat lunak aplikasi system pakar (expert system) yang dapat membantu
para orang tua dan guru mengetahiu akan modalitas gaya belajar anak, dengan menjawab pertannyaan dari
aplikasi kemudian dari jawaban-jawaban user akan diproses secara komputerisasi oleh sistem dan sistem
akan menampilkan kesimpulan akan kemapuan modalitas gaya belajar anak yang ada pada anak tersebut
beserta anjurannya.
Tujuan Penelitian
Tujuan dilakuakanya penelitian ini adalah:
1. Agar tercipta suatu sistem pakar untuk mentukan modalitas gaya belajar seorang anak dari usia dini,
dan memberikan informasi konsultan tindakan apa untuk penerapan dan pengembangan gaya belajar
yang dimiliki anak.
2. Untuk membangun dan mengimplementasikan Decision tree, dalam menentukan modalitas gaya
belajar seorang anak.
II. Landasan Teori
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar (Expert System) merupakan salah satu cabang dari kecerdasan buatan. Definisi dari
sistem pakar menurut Kusumadewi (2003) yaitu sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia
ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti biasa dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja para
ahli. Bagi para ahli pun sistem pakar ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai asisten yang
berpengalaman.
2.2 Gaya Belajar Gaya belajar modalitas anda adalah kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan,
disekolah dan dalam situasi-situasi antara pribadi. Ketika anda menyadari bagaimana anda dan orang lain
menyerap dan mengelolah informasi, anda dapat menjadikan belajar dan berkomunikasi lebih mudah
dengan gaya anda sendiri. ( Bobbi Deporter dan Mike Hernacki, 1992, 109 )
2.3 Decision Tree
Proses dalam desison tree :
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
45
1. Mengubah bentuk data (tabel) menjadi model tree. Dalam Modul ini menggunakan algoritma ID3.
2. Mengubah model tree menjadi rule
3. Menyederhanakan Rule (Pruning)
Entropy(S) adalah jumlah bit yang diperkirakan dibutuhkan untuk dapat mengekstrak suatu kelas (+atau -)
dari sejumlah data acak pada ruang sample S.
......(1)
S adalah ruang (data) sample yang digunakan untuk training.
P+ adalah jumlah yang bersolusi positif (mendukung) pada data sample untuk kriteria tertentu.
P- adalah jumlah yang bersolusi negatif (tidak mendukung) pada data sample untuk kriteria tertentu.
.......(2)
2.4 PHP (Personal Hypertext PreProcessor)
Berdasarkan dokumen resmi PHP, PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server
dan diproses di server. Hasilnyalah yang dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser (Abdul
Kadir, 2003).
2.5 MYSQL (My Structure Query Language)
MYSQL merupakan suatu program pembuat database yang bersifat open source yang artinya dapat
dijalankan pada semua platform baik windows maupun Linux.
III. Rancangan Sistem
sistem pakar penentuan modalitas ini dilakukan denagn cara menjawab pertanyaan dari sistem sesuai karakter
yang dimiliki anak sehingga hari jawaban tersebut dapat disimpulkan jenis modalitasnya. Sistem ini hanya
meneliti tipe modalitas gaya belajar Visual, Auditori, dan Kinestetik.
3.1 Output dari sistem ini adalah berupa laporan jenis modalitas gaya belajar anak. Untuk bisa mengetahui
gaya belajar yang dimiliki dan solusi untuk penerapan dan pengembangannya.
3.2 Permasalahn umum yang ada pada aplikasi penentuan modalitas gaya belajar anak, ini sistem tidak dapat
menampilkan jenis modalitas lain selain visual, auditory, kinestetik.
3.3 Tahap desain perancangan adalah tahap untuk merancang desain yang didapat dari tahap analisis.
Rancangan yang dibuat meliputi perancangan model perangkat lunak, masukan data yang akan diproses,
dan bentuk keluaran dari proses pada sistem.
Gambar 1. Contex Diagram
Data Flow Diagram Level 0
Gambar 2. DFD Level 0
IV. Implementasi dan Pembahasan
Entropy(S) = -P+ Log2 P+ - P- Log2 P-
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
46
Menurut pressman pengujian sistem dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian white box dan
pengujian black box. Namun dalm hal ini penulis melakukan pengujian dengan pengujian sistem black box.
4.1. Pengujian Black box
Pengujian black box testing merupakan pengujian program berdasarkan fungsi dari program.
Tabel 1. Rencana Pengujian Sistem
NO Kriteria
Uji
Detail
Pengujian
Jenis
Pengujian
1 Login
admin
Verifikasi
user name,
password dan status
Blackbox
2 Data
Modalitas
Tambah,
ubah,
hapus
Blackbox
Hasil Pengujian Sistem
a. Pengujian Login Admin
Tabel 2. Pengujian Login User
(Uji Data Normal)
Hasil Uji Data Normal
Data
masukan
Username, Password, Status
Yang di
harapkan
Data login dimasukkan, isi
username, isi password dan isi
status lalu klik tombol login maka
dilakukan proses pengecekan data
login. Apabila data login benar
maka masuk ke menu admin.
Pengamatan Dapat mengisi data login sesuai dengan yang diharapkan.
Kesimpulan diterima
Tabel 3. Pengujian Login User
(Uji Data Salah)
Hasil uji data salah
Data
masukan
Username dan password tidak
terdaftar, dan status (perintah
masukkan status : admin, tp
code yang dimasukkan
surveyer)
Yang
diharapkan
Data login tidak terdaftar dan
menampilkan pesan kesalahan
Pengamatan Admin tidak bisa melakukan
login, menampilkan pesan,
sesuai dengan yang
diharapkan.
Kesimpulan Sesuai
b. Pengujian Data Modalitas
Tabel 4. Pengujian Data Modalitas
( Uji Data Normal)
Hasil Uji Data Modalitas
Input
Data masukan Data Modalitas sesuai
dengan atribut yang
disediakan
Yang
Diharapkan
Proses simpan data
berhasil
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
47
Pengamatan Data berhasil disimpan
pada database
Kesimpulan Sukses
Ubah
Data masukan Pilih data Modalitas yang
akan di ubah
Yang
Diharapkan
Proses pengubahan
berhasil
Pengamatan Data diperbaharui
Kesimpulan Sukses
Hapus
Data masukan Pilih data Modalitas yang
akan di hapus
Yang
Diharapkan
Proses hapus data berhasil
Pengamatan Data yang dihapus tidak
ditampilkan
Kesimpulan Sukses
Tabel 5. Pengujian Data Modalitas (Data Salah)
Hasil Uji Data Modalitas
Tambah
Data masukan Data Modalitas tidak
boleh kosong
Yang Diharapkan Data tidak tersimpan
pada database
Kesimpulan Tambah
Ubah
Data masukan Pilih data Modalitas
tidak boleh kosong
Yang Diharapkan Data tidak tersimpan
dalam database
Kesimpulan Sukses
Hapus
Data masukan Pilih data Modalitas
yang akan di hapus
Yang Diharapkan Data tidak dapat
dihapus
Kesimpulan Sukses
4.2 Manual Program
Agar nantinya operator dalam menggunakan program ini tidak mengalami kesulitan maka penulis
menjelaskan beberapa tool yang ada dalam program ini diantaranya sebagai berikut :
Login
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
48
Gambar 3. Menu Login
User melakukan login pada sistem sebelum melakukan konsultasi. Dengan cara memasukan user name dan
password.
Menu Konsultasi
Gambar 4. Menu Konsultasi
Dan selesai memilih jawaban sampai pertanyaan terakhir maka berlanjut pada proses penarikan
kesimpulan, maka klik tombol Simpan. Kemudian dari hasil semua jawaban akan disimpulkan hasil jenis
modalitas anak trsebut.
Halaman Menu Riwayat
Gambar 5. Menu Riwayat
Setelah mendapatkan kesimpulan hasil konsultasi dan kemudian menyimpan hasil tersebut maka, sistem
akan mencatatnya dan memberi informasi kembali kepada pengguna di menu riwayat konsultasi.
V. Penutup
5.1 Kesimpulan 1. Sistem mampu menarik kesimpulan dari konsultasi (Tanya jawab) oleh user dan menampilkan solusi atau
memberikan anjuran sesuai kesimpulan yang didapat.
2. Sistem admin dapat melakukan manage data seperti proses penambahan, penghapusan dan update data
untuk setiap data master.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
49
3. Dari pengalaman interview langsung penulis pada setiap siswa, ada satu orang siswa yang kesimpulannya
tidak didapatkan dan harus mengulang konsultasi. Dan ada beberapa siswa yang sulit untuk mengenal
dirinya atau sulit menentukan apa yang paling ia suka, sehingga mereka memilih jawaban kurang konsisten
dan ragu.
5.2 Saran
1. Sistem yang dibuat ini tampilan interface masih kurang menarik, sehingga dalam pengembangan
selanjutnya interface tersebut bisa diperindah kembali.
2. Jenis modalitas yang digunakan hanya tiga jenis modalitas, sehingga untuk perbaikan selanjutnya dapat
ditambahkan jenis modalitas yang lainnya
Daftar Pustaka
[1] DePorter Bobbi, Hernacki Mike. 1992 Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan.New York : Dell Publishing
[2] Firdaus. 2007. PHP &MySQL dengan Dreamweaver. Palembang: Maxikom.
[3] Kusrini. (2008). Aplikasi Sistem PakarMenentukan Faktor Kepastian Pengguna dengan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta : Andi Offset.
[4] Kusumadewi, Sri. (2003). Artificial intelligence teknik dan aplikasinya. Yogyakarta : GrahaIlmu.
[5] Peranginangin, Kasiman. 2006. Aplikasi Web dengan PHP dan MySQL. Yogyakarta: Andi.
[6] Fairuzabadi, Muhammad. 2009. Data Mining – Konsep Pohon Keputusan.
http://fairuzelsaid.wordpress.com/2009/11/24/data-mining-konsep-pohon-keputusan/. Diakses tanggal 24
April 2013 Pukul 11.33 WIB.
[7] Siti, Rohani(2012).” Aplikasi sistem pakar Penentuan modalitas atau gaya belajar anak”. Teknologi
Informasi-ITS.Surabaya
.
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
50
Sistem Pendukung Keputusan Untuk Pemberian Bonus Kepada Outlet
Penjualan Pulsa Axis di Kabupaten Lamongan
Aini Fitriyah
1), Syaifudin Ramadhani
2), Urifatun Anis
2)
1)Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan 2) Dosen Fakultas Teknik Prodi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan
Email : [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Permasalahan yang timbul di dunia ini terkadang sering sekali memiliki jawaban yang tidak pasti,
logika fuzzy merupakan salah satu metode untuk melakukan analisis system yang tidak pasti. Tugas akhir ini
membahas penerapan logika fuzzy pada penyelesaian masalah hasil pemberian bonus menggunakan metode Mamdani. Masalah yang diselesaikan adalah cara menentukan hasil pemberian bonus jika hanya menggunakan
dua variable sebagai input datanya, yaitu : aktivasi dan transaksi. Langkah pertama penyelesaian masalah hasil
pemberian bonus dengan menggunakan metode Mamdani yaitu menentukan variabel input dan variabel output
yang merupakan himpunan tegas, langkah kedua yaitu mengubah variabel input menjadi himpunan fuzzy dengan
proses fuzzifikasi, selanjutnya langkah yang ketiga adalah pengolahan data himpunan fuzzy dengan metode
maksimum. Dan langkah terakhir atau keempat adalah mengubah output menjadi himpunan tegas dengan proses
defuzzifikasi dengan metode centroid, sehingga akan diperoleh hasil yang diinginkan pada variabel output. Dari
data perhitungan hasil pemberian bonus menurut metode Mamdani diperoleh 3.450,8323 top up, maka dari
analisis dapat disimpulkan bahwa metode yang paling mendekati nilai kebenaran adalah hasil pemberian bonus
yang diperoleh dengan pengolahan data mengunakan metode Mamdani.
Kata kunci: logika fuzzy, metode mamdani.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia selalu dihadapkan pada beberapa pilihan. Pengambilan keputusan yang tepat akan
sangat berpengaruh pada kehidupan kedepannya. Keputusan adalah aktivitas yang diambil sebagai dasar suatu permasalahan, pembuatan keputusan yaitu proses pemilihan di antara beberapa tindakan alternative yang ada
untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
PT AXIS Telekom Indonesia (sebelumnya bernama PT Natrindo Telepon Seluler), dikenal sebagai AXIS,
adalah sebuah perusahaan operator telekomunikasi seluler di Indonesia. AXIS mempunyai produk GSM dengan
nama sama, "AXIS".
Berdasarkan penjelasan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Sistem
Pendukung Keputusan untuk Pemberian Bonus Kepada Outlet Penjualan Pulsa Axis di Kabupaten
Lamongan”.
1.2 Tujuan
Memberikan balas jasa yang berbeda dikarenakan hasil penjualan pulsa axis yang berbeda. Mendorong
semangat kerja outlet axis dan memberikan kepuasan terhadap customer axis. Meningkatkan produktivitas outlet
axis. Dalam melakukan penjualan, outlet axis selalu membutuhkan customer. axis untuk melaksanakan rencana-
rencananya.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan (SPK) adalah suatu sistem informasi yang mengevaluasi beberapa pilihan
yang berbeda guna membantu seseorang memberikan keputusan terhadap masalahnya(Linda, 2012).
2.2 Logika Fuzzy
Logika Fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang output
(Lutfi Astor Zadeh, 1962).
2.3 Metode Mamdani
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
51
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama Metode Max-Min. Untuk mendapatkan output,
diperlukan 4 tahapan:
1. Pembentukan Himpunan Fuzzy
2. Aplikasi Fungsi Implikasi
3. Komposisi Aturan
4. Penegasan ( defuzzy )
Metode ini diperkenalkan oleh ( Ebrahim Mamdani, 1975).
III. ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisa Kebutuhan Sistem
Dalam penyelesaian masalah pada instansi tersebut peneliti ingin membuat sistem baru yang nantinya untuk menggantikan sistem yang sedang berjalan saat ini untuk membuat laporan pemberian bonus kepada outlet
penjualan pulsa axis yang saat ini masih menggunakan cara yang lama yaitu word dan excel, peneliti membuat
sistem baru ini agar bisa menggantikan cara yang lama dan memenuhi kebutuhan pada sistem pemberian insentif
kepada outlet tersebut sehingga dapat membantu untuk menentukan berapa banyak outlet yang mendapatkan
bonus.
3.2 Tahap Desain (Perancangan Sistem)
Memahami rancangan system informasi sesuai data yang ada dan mengimplementasikan model yang
diinginkan oleh pemakai. Pemodelan system ini berupa perancangan database dengan di dukung oleh pembuatan
Contex Diagram, Data Flow Diagram, Flowchart, Conceptual data modeling dan Pysical data modeling, guna
mempermuda dalam prose – proses selanjutnya.
IV. IMPLEMENTASI DAN PEMBAHASAN
4.1 Implementasi
Implementasi merupakan tahap kelanjutan dari kegiatan perancangan sistem, tahap ini merupakan tahap
meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan dan dapat dipandang sebagai usaha untuk mewujudkan sistem
yang telah dirancang. Langkah-langkah dalam tahap implementasi ini adalah urutan kegiatan awal sampai akhir
yang harus dilakukan dalam mewujudkan sistem yang telah dirancang.
1). Uji coba Sistem
Pengujian suatu sistem atau aplikasi yang telah dibuat, perlu dilakukan sebelum aplikasi tersebut digunakan.
Uji coba sistem merupakan salah satu bagian penting dalam menjamin kualitas aplikasi.
2). Pengujian form login dengan black box testing :
Gambar 1. Form Login
Gambar 2. Message Box
Penjelasan dari tampilan diatas adalah :
a. Gambar 1. Halaman login sudah berjalan semestinya.
b. Admin bisa login sesuai dengan yang telah dirancang.
c. Gambar 2. akan keluar message box jika login gagal.
3). Pengujian form Menu Utama dengan black box testing :
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
52
Gambar 3. Form Menu Utama
Form menu utama akan muncul jika admin memasukkan nama dan password yang benar.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan fokus pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini, maka penulis melakukan
pembahasan atas laporan hasil pemberian bonus dengan menggunakan perhitungan fuzzy logic metode
mamdani.
Tabel 1. Data Actsp, Rso dan ( HPB )
Id_outlet actsp rso HPB
04-000001 2520 250 2550
04-000002 2100 175 2200
04-000003 2685 233 2750
04-000004 2740 154 2800
04-000005 3070 192 3050
04-000006 2960 144 3000
04-000007 2710 130 2750
04-000008 3140 100 3100
04-000009 3120 131 3100
04-000010 2880 142 2900
Dalam kasus ini terdapat 3 variabel, yaitu : 2 variabel input, variabel actsp, dan variabel rso, sedangkan untuk output terdapat 1 variabel, yaitu : hasil pemberian bonus. Variabel actsp memiliki 2 nilai linguistic, yatu
naik dan turun, variabel rso memiliki 2 nilai linguistic, yaitu : banyak dan sedikit, sedangkan variabel hasil
pemberian bonus memiliki 2 nilai linguisti, yaitu : bertambah dan berkurang.
4.3 Penyelesaian Menggunakan Metode Mamdani
Penyelesian masalah untuk kasus pemberian bonus dengan menggunakan metode mamdani, untuk
mempermudah dapat mengunakan tools box pada Matlab adalah sebagai berikut :
a. Variable actsp : TURUN dan NAIK himpunan fuzzy
Gambar 4. Variabel Actsp
b. Variable himpunan rso : SEDIKIT dan BANYAK himpuanan fuzzy
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
53
Gambar 5. Variabel Rso
c. Variable himpunan hasil pemberian bonus : BERKURANG dan BERTAMBAH himpunan fuzzy
Gambar 6. Variabel Hasil Pemberian Bonus
d. Aplikasi fungsi implikasi untuk keempat aturan Rule
Gambar 7. Rule Hasil Pemberian Bonus
e. Daerah hasil komposisi dari variabel (actsp,rso dan hasil pemberian bonus ) himpunan fuzzy
Gambar 8. Daerah Komposisi Variabel
f. Hasil grafik dari variabel (actsp,rso dan hasil pemberian bonus ) himpunan fuzzy
Jurnal Ilmu Eksakta,Vol 1 No.2 September 2013
ISSN : 2302-3751
54
Gambar 9. Hasil Grafik Variabel
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai sistem inferensi Fuzzy logic Metode Mamdani, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut: Penentuan hasil pemberian bonus jika hanya mengunakan dua variabel sebagai input
datanya, yaitu : actsp dan rso. Pada metode Mamdani, untuk mendapatkan hasil diperlukan tahap-tahap : (a).
Fuzzifikasi. (b). Aplikasi fungsi implikasi, (c). Komposisi aturan-aturan dengan metode maksimum. (d).
Defuzzifikasi.
5.2 Saran Pada tugas akhir ini, terdapat 2 variabel input yaitu : actsp dan rso. Dan memiliki 1 variabel output yaitu : hasil
pemberian bonus yang akan diberikan kepada outlet. Masing-masing variabel memiliki 2 variabel linguistic.
Untuk actsp, variabel linguistiknya turun ; naik Untuk rso, variable linguistiknya sedikit ; banyak. Untuk hasil
pemberian bonus linguistiknya berkurang : bertambah Selanjutnya dapat dikembangkan dengan menggunakan
variabel input lebih dari 2. Masing-masing variable mempunyai lebih dari 2 variabel linguistic.
VI. DAFTAR PUSTAKA
1. Mamdani Ebrahim, 1975. “ Metode Mamdani”.
http://metodemamdani.blogspot.com Diambil tanggal 12 juli 2013.
2. Linda, 2012. “ Sistem Pendukung Keputusan”. http://sistempendukungkeputusan.blogspot.com Diambil tanggal 12 juli 2013.
3. Lutfi Astor Zadeh, 1962. “Logika Fuzzy”. http://logikafuzzy.blogspot.com. Diambil tanggal 12 juli 2013.
4. Tim Jurnal, 3013. “ Aplikasi Logika Fuzzy Dalam Menggukur Peluang Terjadinya Banjir Menggunakan
Metode Mamdani”.
http://www.ebook-saya.com. Diambil tanggal 12 juli 2013.