efektifitas imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji …repository.ub.ac.id/6486/1/pratomo, notya...

55
EFEKTIFITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK KASAR DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP MIKRONUKLEI IKAN PATIN (Pangasius sp.) YANG DIUJI TANTANG BAKTERI Aeromonas Hydrophilla SKRIPSI PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN Oleh : NOTYA TEGUH PRATOMO NIM. 125080500111059 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • EFEKTIFITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK KASAR DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP MIKRONUKLEI IKAN PATIN (Pangasius sp.)

    YANG DIUJI TANTANG BAKTERI Aeromonas Hydrophilla

    SKRIPSI

    PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

    Oleh :

    NOTYA TEGUH PRATOMO NIM. 125080500111059

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG 2017

  • EFEKTIFITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK KASAR DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP MIKRONUKLEI IKAN PATIN (Pangasius sp.)

    YANG DIUJI TANTANG BAKTERI Aeromonas Hydrophilla

    SKRIPSI

    PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Brawijaya

    Oleh :

    NOTYA TEGUH PRATOMO NIM. 125080500111059

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    2017

  • iii

  • iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang saya tulis ini

    benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya

    juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

    orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

    pustaka.

    Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil

    penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

    tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

    Malang, Juli 2017

    Mahasiswa,

    Notya Teguh Pratomo

    NIM. 125080500111059

  • v

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Penulis disadari laporan ini tidak akan selesai tanpa dukungan moril dan

    materil dari semua pihak. Dengan kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih

    Kepada :

    1. Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS selaku dosen pembimbing 1 dan Ir. Heny

    Suprastyani, MS selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberi arahan

    dan bimbingan kepada penulis

    2. Dr. Ir. Maftuch, MS selaku dosen penguji 1 dan Ir. Ellana Sanoesi, MP

    selaku dosen penguji 2 yang telah memberi koreksi dan arahan kepada

    penulis

    3. Marjono dan Eko Wiharyati sebagai Orang tua yang penuh kasih sayang,

    sabar dalam perjuangan menguliahkan saya.

    4. Mbak Titin dan Tim Guajava, Mas Benny Rouf, Priyanto, Ihsan, Adhelia

    dan Yakin dan saudara-saudara angkatan BP Aquasean 2012 yang telah

    membantu pelaksanaan penelitian di laboratorium

    5. Duwi Murtini sebagai adik terkasih

    6. KMKK, PMK Immanuel, KP dan KA GKI Bromo, dan Kelompok Sharing

    Sion Ministry atas motivasi dan bantuan yang diberikan

    Malang, Juli 2017

    Penulis

  • vi

    RINGKASAN

    NOTYA TEGUH PRATOMO. Efektifitas Immunostimulan Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava) terhadap Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) yang Diuji Tantang Bakteri Aeromonas hydrophila (dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS dan Ir. Heny Suprastyani, MS) Budidaya ikan Patin (Pangasius sp.) secara intensif tidak hanya dapat mendatangkan profit yang besar, namun juga memiliki kendala berupa penyakit yang disebabkan oleh salah satunya bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri Aeromonas hydrophila dapat menyebabkan kematian ikan sampai 80 %. Bahan alami berupa ekstrak daun jambu biji diduga dapat dijadikan imunostimulan untuk ikan Patin karena pada ekstrak daun jambu biji terdapat senyawa tanin, saponin, dan flavonoid yang memiliki peran dalam penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.

    Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak kasar daun jambu biji terhadap mikronuklei ikan Patin yang diuji tantang bakteri A. hydrophila. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol sebanyak 3 kali ulangan. Penentuan dosis ekstrak didapat dari uji imunostimulan, diperoleh dosis 2%, 4% dan 6%, kepadatan bakteri A. hydrophila didapat dari Uji LD50, diperoleh bakteri kepadatan 108 sel/ml untuk penginfeksian, pemeliharaan dilakukan selama 10 hari, pengamatan darah dilakukan di hari ke 3 untuk pra diuji tantang dan hari ke 9 untuk post diuji tantang, ikan yang digunakan adalah ikan Patin dengan bobot 5-7 gr dengan panjang 10-12 cm, sebanyak 6 ekor per toples uji ukuran 10 liter.

    Hasil dari penelitian menunjukan ekstrak kasar daun jambu biji memberikan pengaruh nyata berupa menurunnya mikronuklei ikan Patin dengan dosis 3,10% pada pra diuji tantang dan 3,53% pada post uji tantang. Hal ini disebabkan oleh tanin yang dapat menyerap zat besi dan mengikat protein, sehingga mengurangi gangguan dalam pembentukan nukleus normal akibatnya sistem imun ikan bekerja lebih optimal dalam uji tantang A. hydrophila. Ekstrak kasar daun jambu biji berpengaruh nyata terhadap mikronuklei ikan Patin Post diuji tantang bakteri A. hydrophila, hal tersebut karena bakteri A. hydrophila menunjukan hasil mikronuklei perlakuan lebih sedikit dibandingkan kontrol. sehingga ikan Patin tidak mengalami kematian, maka ekstrak kasar daun jambu biji masih dapat digunakan untuk imunostimulan, karena dapat mempertahankan kesehatan ikan.

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,

    karena atas penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang

    berjudul “Efektifitas Imunostimulan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guava)

    terhadap Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) yang Diuji Tantang Bakteri

    Aeromonas hydropila” ini sesuai dengan harapan. Penulisan skripsi ini

    merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan di

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.

    Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

    terdapat kekurangan baik dari segi tulisan maupun sistem penulisanya. Untuk itu

    penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna

    memperbaiki penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan

    bermanfaat pula bagi pihak yang membutuhkan.

    Malang, Juli 2017

    Penulis

  • viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL… ........................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... iv

    UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. v

    RINGKASAN…………… .................................................................................. vi

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

    1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3 1.4 Hipotesis ..................................................................................................... 4 1.5 Tempat dan Waktu ...................................................................................... 4

    2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

    2.1 Jambu Biji (Psidium guajava) ....................................................................... 5

    2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ..................................................................... 5

    2.1.2 Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 6

    2.1.3 Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) ................. 6

    2.1.4 Kinerja Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) ..... 7

    2.2 Biologi Ikan Patin (Pangasius sp.) ................................................................ 7

    2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi ..................................................................... 7

    2.2.2 Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 8

    2.2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan ......................................................... 9

    2.2.4 Penyakit pada Ikan Patin (Pangasius sp.) ........................................... 9

    2.3 Bakteri Aeromonas hydrophila .................................................................... 10

    2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi .................................................................... 10

    2.3.2 Pertumbuhan dan Perkembangbiakan ............................................... 11

    2.3.3 Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila ................................................ 11

    2.4 Mikronuklei ................................................................................................. 12

    2.5 Immunologi dan Imunostimulan .................................................................. 13

  • ix

    3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 15

    3.1 Materi Penelitian .......................................................................................... 15

    3.1.1 Alat Penelitian .................................................................................... 15

    3.1.2 Bahan penelitian ................................................................................ 16

    3.2 Metode Penelitian ........................................................................................ 16

    3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................. 17

    3.3.1 Penelitian Pendahuluan ..................................................................... 17

    a. Uji Imunostimulan .......................................................................... 19

    b. Uji LD50 Bakteri Aeromonas hydrophila .......................................... 19

    3.3.2 Penelitian Utama ................................................................................ 20

    3.4 Prosedur Penelitian...................................................................................... 21

    3.4.1 Persiapan Penelitian .......................................................................... 21

    a. Sterilisasi Alat dan Bahan .............................................................. 21

    b. Persiapan Ikan ............................................................................... 22

    c. Persiapan Alat Penelitian ............................................................... 22

    d. Pembiakan Bakteri Aeromona hydrophila ...................................... 23

    e. Pembuatan Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava) ...... 24

    f. Pengenceran Bakteri ..................................................................... 25

    3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 26

    a. Pembersihan Toples ...................................................................... 26

    b. Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava)....... 26

    c. Penginfeksian Bakteri pada Ikan Patin (Pangasius sp.).................. 26

    d. Metode Pemeriksaan Darah .......................................................... 27

    3.5 Parameter Uji ............................................................................................... 29

    3.3.1 Parameter Utama ............................................................................... 29

    3.3.2 Parameter Penunjang ........................................................................ 29

    3.6 Analisis Data ................................................................................................ 30

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 31 4.1 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra dan Post Diuji Tantang Bakteri

    Aeromonas hydrophila .............................................................................. 31 4.1.1 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra Uji Tantang .................... 31

    4.1.2 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Post Uji Tantang .................. 33

    4.2 Mortarlitas Ikan Patin Selama Penelitian .................................................... 36 4.3 Parameter Kualitas Air ............................................................................... 37

    5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 38

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 38

    5.2 Saran .......................................................................................................... 38

    DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39

    LAMPIRAN ....................................................................................................... 44

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) ...................................................... 5

    2. Ikan Patin (Pangasius sp.) ............................................................................ 8

    3. Bakteri Aeromonas hydrophila .................................................................... 10

    4. Nuklei Normal (A) dan Mikronuklei (B) ........................................................ 13 5. Denah Uji Imunostimulan ............................................................................ 19 6. Denah Uji LD50 ............................................................................................ 19 7. Denah Penelitian Utama ............................................................................. 21 8. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap

    Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang Bakteri A. hydrophilla .................. 32 9. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap

    Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang Bakteri A. hydrophilla .................. 35

  • xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Hasil Uji Proksimat Laboratorium Uji Mutu dan Kelayakan Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya Malang. ..................... 27

    2. Rerata Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra Uji Tantang (x104) ...... 31

    3. Sidik Ragam Total Mikronuklei Pra Uji Tantang (104) ................................ 31

    4. Uji BNT Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang (x104) .................. 32

    5. Rerata Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Post Uji Tantang (x104) ..... 34

    6. Sidik Ragam Total Mikronuklei Post Uji Tantang (104) .............................. 34

    7. Uji BNT Total Mikronuklei Ikan Patin Post Diuji Tantang (x104) ................. 34

  • xii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Alat Penelitian ........................................................................................ 44

    2. Bahan Penelitian ................................................................................... 47

    3. Hasil Uji Proksimat Pakan Ikan .............................................................. 49

    4. Perhitungan Analisa Data Mikronuklei .................................................... 50

    5. Mortalitas Ikan ........................................................................................ 56

    6. Data Kualitas Air Penelitian .................................................................... 57

  • 1

    1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang

    tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin

    memiliki kandungan 89 kalori per 100 gram rasa dagingnya khas, enak, lezat dan

    gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk

    kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah (21-39mg/100 gram) dibandingkan

    dengan daging hewan ternak (Susanto dan Amri, 2002).

    Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang memiliki prospek cerah untuk

    dibudidayakan. Rasa dagingnya yang lezat dan gurih mengakibatkan harga

    jualnya tinggi mencapai Rp23.000,-/Kg pada daerah Malang. Selain itu, ikan

    patin memiliki beberapa kelebihan lain seperti ukuran per individunya besar,

    mudah untuk dibudidayakan dan pertumbuhannya yang pesat. (Yuhana,

    Normalina dan Sukenda 2008). Berdasarkan data dari Kementrian Kelautan dan

    Perikanan (2014) volume produksi ikan patin tahun 2012 sebesar 347.000

    ton/tahun, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 410.883 ton/tahun.

    Budidaya ikan Patin (Pangasius sp.) secara intensif tidak hanya dapat

    mendatangkan profit yang besar, namun juga memiliki kendala berupa penyakit

    yang disebabkan oleh salah satunya bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri

    Aeromonas hydrophila dapat menyebabkan penyakit Motile Aeromonas

    Septicemia, Hemorrhagic Septicemia, Ulcer Disease, atau Red-Sore Disease

    (Swann dan Randy, 1989). Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)

    merupakan penyakit bakterial terpenting pada budidaya ikan air tawar. Serangan

    infeksinya dapat menyebabkan kematian ikan sampai 80%. Suhermanto et al.,

    (2011). Kerugian yang disebabkan oleh Aeromona hydrophila sangat besar,

  • 2

    dalam waktu yang singkat dapat mematikan secara masal puluhan ton ikan, baik

    ukuran benih maupun induk (Kordi, 2004). Penelitian Sutama (2002) menemukan

    ikan lele yang diinfeksikan bakteri Aeromonas hydrophila menunjukan kelainan

    klinis berupa radang, hemoragik, dan berupa tukak. Swann dan Randy (1989)

    menjelaskan ikan yang terinfeksi Aeromonas hydrophila memiliki banyak gejala

    yang berbeda diantaranya, kematian mendadak pada ikan, kurangnya nafsu

    makan, insang pucat, kembung, dan terjadi ulser pada kulit.

    Penanggulangan yang dilakukan untuk penyakit biasanya menggunakan

    antibiotik, menurut Maftuch et al., (2013), ada banyak teknik yang digunakan

    untuk mengontrol penyakit, seperti menggunakan antibiotik dan kemoterapi.

    Namun, pengalaman menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang terkait

    dengan penggunaan antibiotik dan kemoterapi dalam pengobatan klinis penyakit

    udang, seperti, bahaya lingkungan, penyebaran bakteri resisten antibiotik dan

    terkait stres. Dengan demikian, para peneliti telah berfokus dalam menemukan

    metode alternatif untuk pengendalian penyakit seperti penerapan vaksin dan

    imunostimulan. Menurut Suhermanto et al., (2011), alternatif pencegahan yang

    dapat dilakukan untuk menanggulangi infeksi bakteri tersebut yaitu dengan

    pemberian imunostimulan dari bahan alami. Imunostimulan merupakan zat kimia,

    obat-obatan, stresor, atau aksi untuk meningkatkan respon imun ikan yang

    berinteraksi secara langsung dengan sel sistem imun.

    Bahan alami berupa ekstrak daun jambu biji diduga dapat dijadikan

    imunostimulan untuk ikan Patin karena pada ekstrak daun jambu biji terdapat

    senyawa tanin, saponin, dan flavonoid yang memiliki peran dalam

    penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.

    Komponen utama dari daun jambu biji adalah tanin, saponin, flavonoid dan

    querserin. Menurut Yuliani (2003) daun jambu biji (Psidium guajava. L)

    bermanfaat sebagai obat herbal dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan ikan

  • 3

    yang terinfeksi penyakit. Daun jambu biji mengandung tanin, flavonoid,

    alkaloid, saponin, fenol, minyak atsiri dan quersetin. Maka dari itu diperlukan

    penelitian mengenai seberapa efektifkah ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium

    guajava) sebagai imunostimulan untuk ikan patin (Pangasius sp.) yang diinfeksi

    bakteri Aeromonas hydrophila ditinjau dari total mikronuklei dari ikan Patin

    (Pangasius sp.) itu sendiri.

    Penelitian selama ini, penggunaan daun jambu biji hanya digunakan sebatas

    untuk mengobati penyakit, sedangkan penggunaan untuk pencegahan penyakit

    sebagai imunostimulan masih belum diketahui. Oleh karena itu, perlu diteliti

    penggunaan ekstrak daun jambu biji sebagai imunostimulan pada ikan patin yang

    diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila melalui pakan.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berhubungan dengan latar belakang tersebut maka dapat ditarik rumusan

    masalah sebagai berikut,

    Apakah pemberian ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium guajava)

    sebagai imunostimulan untuk ikan Patin (Pangasius sp.) yang diuji tantang

    bakteri Aeromonas hydrophila berpengaruh pada mikronuklei ikan Patin?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian mengenai efektifitas imunostimulan ekstrak kasar

    daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius

    sp.) yang diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila yaitu:

    Mengetahui efektivitas pengaruh imunostimulan ekstrak kasar daun jambu

    biji (Psidium guajava) terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius sp.) yang

    diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila.

  • 4

    1.4 Hipotesis

    H0 : Diduga pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium

    guajava) tidak berpengaruh terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius

    sp.) yang diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila.

    H1 : Diduga pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium

    guajava) berpengaruh terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius sp.)

    yang diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila.

    1.5 Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit dan Kesehatan Ikan,

    Laboratorium Ilmu Kelautan, dan di Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas

    Perikanan Universitas Brawijaya, Malang pada tanggal 1 Maret – 1 Mei 2016.

  • 5

    2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Jambu Biji (Psidium guajava)

    2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

    Klasifikasi jambu biji (Psidium guajava) menurut Cahyono (2010) adalah

    sebagai berikut:

    Divisi : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledonae

    Ordo : Myrtales

    Family : Myrtaceaea

    Genus : Psidium

    Species : Psidium guajava L

    Tumbuhan jambu biji (Gambar 1) merupakan tanaman buah jenis perdu

    (Tafajani, 2011). Menurut Rukmana (1996), pohon jambu biji mencapai

    ketinggian 5-10 meter. Kulit kayu tanaman jambu biji halus dan mudah terkelupas

    (Parimin, 2005).

    Gambar 1. Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) (Parimin, 2005)

  • 6

    Jambu biji dalam penjelasan Cahyono (2010) yaitu jambu biji memiliki

    akar tunggang dan akar serabut. Batangnya berkayu keras, liat, dan tidak mudah

    patah, tumbuh tegak dan memiliki percabangan serta ranting- ranting dengan

    warna cokelat. Batangnya berkayu keras, liat, dan tidak mudah patah, tumbuh

    tegak dan memiliki percabangan serta ranting- ranting dengan warna cokelat.

    Daun berbentuk bulat panjang dan langsing dengan bagian ujungnya yang

    tumpul atau lancip, berwarna hijau terang atau hijau kekuning-kuningan, atau

    merah tua tergantung dari jenisnya.

    2.1.2 Habitat dan Penyebaran

    Habitat jambu biji menurut Hadiyati dan Apriyanti (2015) menjelaskan

    lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan jambu biji yaitu daerah yang

    memiliki curah hujan 1.000 – 2.000 mm / tahun, suhu optimal 20 – 300 C,

    kelembapan 30 – 50 %, pH 4,5 – 8,2, ketinggian 0 – 2000 m dpl, selain itu jambu

    biji juga dapat tumbuh pada semua jenis tanah.

    Jambu biji merupakan tanaman asli Amerika Tengah. Adapun

    penyebaran tanaman jambu biji ini meliputi negara – negara yang sebagian

    besar berada di Asia Negara seperti Taiwan, Thailand, Indonesia, Jepang,

    Malaysia dan Negara non Asia yakni Australia (Parimin, 2005).

    2.1.3 Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava)

    Penelitian Setyowati, Prayitno dan Sarjito (2014), hasil zona hambat dari

    ekstrak daun jambu biji menunjukkan bahwa kemampuan daya hambat terhadap

    bakteri E. tarda tergolong kuat. Rosidah dan Wila (2012) dalam penelitiannya

    memaparkan hasil pengamatan terhadap uji in vitro yakni larutan ekstrak daun

    jambu biji dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Flavonoid adalah salah satu

    zat yang terdapat pada daun jambu biji. Hal tersebut dipaparkan Maulana, Asih

    dan Arsa (2016), senyawa golongan flavonoid yang teridentifikasi dalam ekstrak

    daun jambu biji putih (Psidium guajava Linn) merupakan golongan senyawa

  • 7

    flavon. Dalam penelitian Soritua, Ginting dan Rusmalin (2015), menjelaskan

    bahwa daun jambu biji mengandung senyawa aktif seperti daun-daun lainnya.

    Adapun senyawa aktif daun jambu biji yaitu tanin, triterpenoid, saponin, eugenol,

    dan flavonoid.

    2.1.4 Kinerja Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava)

    Tanin pada daun jambu biji diketahui dapat menghambat bakteri. Kinerja

    tanin yang terdapat pada tumbuhan jambu biji (Psidium guajava) yaitu tanin

    memilki suatu sifat pengelat, dalam hal ini Azizah (2004) menjelaskan bahwa

    sifat pengelat tanin berdampak pada pengerutan dari dinding sel bakteri, yang

    menyebabkan terganggunya permeabilitas dari bakteri itu sendiri, sehingga

    bakteri terhambat pertumbuhannya atau bahkan mati. Selanjutnya Soritua et al

    (2015) menjelaskan senyawa dalam dam jambu biji yang berupa flavonoid,

    tannin dan terpenoid mempunyai efek antibakteri dengan merusak struktur

    membrannya. Nuria, Faziatun dan Sumantri (2009) menjelaskan bahwa

    mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse

    transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk,

    sehingga pertumbuhan bakteri tersebut akan terhambat bahkan mati.

    2.2 Biologi Ikan Patin (Pangasius sp.)

    2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi

    Klasifikasi ikan Patin (Pangasius sp.) menurut Saparinto dan Rini (2013)

    sebagai berikut:

    Filum : Chordata

    Kelas : Pisces

    Sub Kelas : Teleostei

    Ordo : Ostariophysi

    Sub Ordo : Siluroidea

  • 8

    Famili : Pangasidae

    Genus : Pangasius

    Spesies : Pangasius sp.

    Ikan Patin (Gambar 2) memiliki badan memanjang, bagian punggung

    berwarna kebiruan mengkilap cerah, dan bagian perut berwarna putih mengkilat,

    terdapat satu jari - jari keras pada sirip dada dan satu jari - jari keras pada sirip

    punggung, posisi mulut agak kebawah, tidak bersisik, sirip ekor berbentuk cagak

    / huruf V dan simetris, sirip dada memiliki 12 - 13 jari - jari lunak, dan sirip anus

    memiliki 30 - 33 jari - jari lunak dan ujung sirip berwarna putih (Partosuwiryo dan

    Irfan, 2011).

    Gambar 2. Ikan Patin (Pangasius sp.) (Partosuwiryo dan Irfan, 2011).

    2.2.2 Habitat dan Penyebaran

    Habitat ikan Patin berada di sungai besar dan muara sungai. Hidup di

    lubang atau gua - gua di dasar perairan (Susanto, 2006). Saparinto dan Susiana

    (2013), kondisi perairan yang cocok untuk ikan Patin (Pangasius sp.) yaitu pada

    suhu 26 - 320 C, pH 6,7 - 8,6, kandungan oksigen 3 - 6 ppm, dan dapat

    mentoleransi CO2 9 - 20 ppm. Patin dapat hidup di air payau hingga 15 ppm.

    Alkalinitasnya antara 80 - 250 (Khairuman dan Dodi 2009).

    Daerah penyebaran ikan patin cukup luas Khairuman (2007) menjelaskan

    secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai - sungai besar di Sumatera,

  • 9

    seperti di Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari, dan Indragiri. Sungai-sungai

    besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Di

    Kalimantan dijumpai pada sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan, dan

    Kapuas.

    2.2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan

    Ikan Patin (Pangasius sp.) dapat memakan ikan - ikan kecil, cacing,

    detritus, serangga, biji - bijian, udang-udang kecil, dan moluska. Ikan Patin

    termasuk ikan Omnivora atau ikan pemakan segala (Susanto, 2006). Menurut

    Kahiruman (2007), khusus dalam kolam pemeliharaan, larva ikan patin dapat

    diberi pakan berupa pakan alami. Pakan alami yang diberikan untuk ikan Patin

    yaitu pakan alami dari jenis Zooplankton seperti Artemia sp., Moina sp., dan

    Daphnia sp., bahkan bisa langsung diberikan pakan komersil yakni pakan buatan

    dari pabrik. Partosuwiryo dan Irfan (2011) menjelaskan posisi mulut ikan patin

    agak ke bawah menandakan ikan lebih menyukai makan dibawah permukaan air

    atau dasar perairan, maka dari itu ikan patin aktif di dasar perairan sehingga

    digolongkan sebagai ikan dasar atau demersal.

    2.2.4 Penyakit pada Ikan Patin (Pangasius sp.)

    Penyakit ikan patin dapat disebabkan oleh infeksi dan non infeksi, dalam

    hal ini Dewi (2011) menjelaskan penyakit non infeksi timbul akibat adanya

    gangguan faktor yang tidak termasuk pada kategori pathogen berupa keracunan

    akibat pemberian pakan yang berjamur, berkuman atau karena pencemaean

    lingkungan dan kurang gizi, sedangkan penyakit infeksi dapat timbul karena

    gangguan dari organisme pathogen, berupa parasit, jamur, bakteri dan virus.

    Penjelasan Kordi (2010) dalam tabel mengenai penyakit yang menyerang ikan air

    tawar termasuk ikan patin diantaranya yaitu, saprolegniasis, penyakit yang

    disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp., brachiomycosis, penyakit pada saluran

    darah yang disertai nekrosis pada jaringan disekitarnya yang disebabkan oleh

  • 10

    jamur Brachyomyces sangunis, penyakit bisul disebabkan oleh bakteri

    Pseudomonas flourescens, penyakit cacar yang disebabkan bakteri yang

    disebabkan Pseudomonas sp. dan Mycrococcus sp., penyakit septicemia

    haemorrhagica penyakit bercak merah yang disebabkan bakteri Aeromonas sp.

    2.3 Bakteri Aeromonas hydrophila

    2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi

    Klasifikasi Bakteri Aeromonas hydrophila menurut Holt et al.,(1994)

    adalah sebagai berikut:

    Divisio : Protophyta

    Class : Schyzomycetes

    Ordo : Pseudomonadales

    Sub ordo : Pseudomonadineae

    Family : Vibrionaceae

    Genus : Aeromonas

    Species : Aeromonas hydrophila

    Gambar 3. Bakteri Aeromonas hydrophila (Lubis et al., 2014).

    Penjelasan Kordi (2004), ciri utama bakteri Aeromonas (Gambar 3)

    adalah bentuknya seperti batang, ukurannya 1 - 4 x 0,4 - 1 mikron, bersifat gram

  • 11

    negatif, fakultatif aerobic (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak

    berspora, mempunyai satu flagel (monotrichous flagella) yang keluar dari salah

    satu kutubnya.

    A. hydrophila (Gambar 3) merupakan bakteri heterotrofik uniseluler,

    tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang

    memisahkan inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x1,0-

    1,5 µm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel (Kabata, 1985) A.

    hydrophila bersifat gram negatif, oksidasi positif dan katalase positif. Bakteri ini

    berbentuk batang sampai dengan kokus dengan ujung membulat, fakultatif

    anaerob, dan bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20-300C (Krieg dan

    Holt,1984).

    2.3.2 Pertumbuhan dan Perkembangbiakkan

    Penjelasan Prajitno (2007), pertumbuhan maksimal bakteri pada kisaran

    suhu 280 C - 410 C sedang pertumbuhan minimum bakteri pada suhu 00 C - 50 C

    bakteri akan tumbuh dengan baik pada pH 5,5 - 9,0. Pembiakkan bakteri ini

    secara aseksual, yaitu dengan memanjangkan sel yang diikuti dengan

    pembelahan inti yang disebut pembelahan biner dengan waktu yang diperlukan

    kurang lebih 10 menit.

    Penjelasan Chauret et al. (2001), menyatakan bakteri Aeromonas

    hydrophila sering muncul pada musim panas atau musim kemarau, karena di

    musim kemarau kandungan bahan organik di perairan tinggi. Kandungan oksigen

    yang rendah, suhu yang tinggi dan akumulasi bahan organik atau sisa

    metabolisme ikan, serta pola padat penebaran yang tinggi akan berkolerasi

    positif terhadap perkembangbiakan bakteri tersebut.

    2.3.3 Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila

    A. hydrophila umumnya menginfeksi pada seluruh tubuh disertai dengan

    pendarahan pada organ dalam tubuh ikan, infeksi ini bersifat sekunder yaitu

  • 12

    bakteri akan masuk kedalam tubuh jika terdapat luka yang menyebabkan

    kerusakan jaringan karena serangan virus atau serangan mikroorganisme

    lainnya. hal tersebut dapat memperparah keadaan organisme (Prajitno, 2007).

    Aeromonas hydrophila merupakan oportunis sehingga sangat umum dijumpai di

    air dan memiliki beragam serotipe yang berbeda tingkat virulensinya. Umumnya

    penyebaran terjadi secara horizontal lewat kontak langsung dengan air atau

    hewan yang sakit (Irianto, 2005). Adapun Kordi (2004) menjelaskan penularan

    bakteri Aeromonas dapat berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan

    peralatan tercemar atau karena pemindahan ikan yang telah terserang

    Aeromonas dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran ini disebut juga

    sebagai penyebaran yang terjadi secara horizontal. Aeromonas hydrophila

    sebelum melakukan infeksi terlebih dahulu akan melakukan penempelan

    kedalam host cell. Proses ini disebut adhesi, yaitu proses dimana mikroba

    menempelkan diri secara stabil kedalam sel dengan menggunakan flagel. Faktor

    virulen pada mikroba yakni beradaptasi dalam sel host / inang dan menetap

    keberadaannya. Faktor adaptasi mikroba ini sangat berpengaruh pada kerusakan

    sel / jaringan (Rahmat, 2009).

    2.4 Mikronuklei

    Secara teoritis mikronukleus merupakan kromatin sitoplasmik yang

    tampak sebagai inti kecil terbentuk dari patahan kromosom yang diasingkan dari

    inti (nukleus) pada tahap anaphase pembelahan sel. Setelah mencapai tahap

    telofase, elemen sentris menjadi inti sel anak, sedang fragmen kromosom yang

    tertinggal tetap berada pada sitoplasma membentuk inti kecil yang disebut

    mironukleus (Gambar 4) (Rangkuti, 2012).

    Dalam setiap sel ikan terdapat inti sel atau nucleus (Gambar 4), dimana di

    dalamnya terdapat materi-materi tentang genetik yaitu DNA (Deoxyribonucleic

  • 13

    Acid) yang mempunyai fungsi utama untuk menggandakan kontrol terhadap

    aktivias sel, salah satunya adalah fungsi reproduksi sel. Adapun mikronukelus

    atau mikronuklei (Gambar 4) adalah inti tambahan kecil yang terletak di luar inti

    utama, merupakan salah satu bentuk kelainan inti sel akibat kesalahan dalam

    proses pembelahan. Bila dilihat di bawah mikroskop, mikronuklei tampak sebagai

    inti kedua yang ukurannya kurang lebih sepertiga diameter kurang dari sepertga

    diameter inti utama, berbentuk bulat atau oval dengan tepi halus, tidak

    bertumbukan atau memiliki hubungan dengan inti utama. Mikronuklei merupakan

    kromatin sitoplasmik yang berukuran kecil yang berasal dari pecahan kromosom

    yang tertinggal saat proses pembelahan sel pada fase (anafase), membentuk

    struktur yang menyerupai inti dengan diameter 1/3 dari inti sel (Ali et al., 2008)

    Gambar 4. Mikronuklei (Mahardika, 2012).

    2.5 Imunologi dan Imunostimulan

    Penjelasan Hasdianah et al. (2014), imunologi adalah suatu cabang yang

    luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem

    imun (kekebalan) pada semua organisme. Menurut Harti (2013), reaksi

    imunologis adalah mekanisme yang berkaitan dengan pertahanan host terhadap

    suatu antigen seluler maupun non seluler. Menurut Bellanti (1993), respon

    mikronuklei

  • 14

    imunologik menjalankan 3 fungsi yaitu pertahanan melawan invansi

    mikroorganisme, homeostatis yakni memenuhi segala kebutuhan umum dari

    organisme multiseluler untuk mempertahankan keseragaman dari jenis sel

    tertentu dan pengawasan dini yaitu memonitor pengenalan jenis-jenis sel

    abnormal yang secara tetap timbul dalam badan.

    Salah satu upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan adalah

    dengan menggunakan imunostimulan. Menurut Sakai (1999), imunostimulan

    berperan mengaktifkan mekanisme pertahanan non spesifik, cell mediated

    immunity dan respon imun spesifik. Imunostimulan merupakan senyawa kimia,

    obat atau bahan lainnya yang mampu meningkatkan mekanisme respon imunitas

    ikan. (Anderson 1992), baik seluler maupun humoral (Alifuddin 1999). Galleotti

    (1998) dan Anderson (1992) telah mengungkap jenis, berbagai aspek dan

    aplikasi imunostimulan berkaitan dengan budidaya perikanan.

  • 15

    3. METODE PENELITIAN

    3.1 Materi Penelitian

    3.1.1 Alat Penelitian

    Alat-alat (Lampiran 1) yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai

    berikut:

    Toples kapasitas 10 liter

    Aerator set

    Heater

    Colokan kabel

    Seser

    Akuarium besar

    Autoklaf

    Nampan

    Timbangan digital

    Beaker glass

    Botol film

    Botol kaca kapasitas 1 liter

    Mikroskop

    Spuit

    Pipet kapiler

    Handtally counter

    Selang

    DO meter

    pH meter

    Termometer

    Inkubator

    Rak tabung reaksi

    Tabung reaksi

    Apendorf kecil

    Kulkas

    Box sterofoam

    Lap

    Sentrifuge

    Oven

    Blender

    Penggaris

    Ember

  • 16

    3.1.2 Bahan Penelitian

    Bahan-bahan (Lampiran 2) yang digunakan dalam penelitian adalah

    sebagai berikut:

    Ikan Patin (Pangasius sp.)

    Daun Jambu Biji (Psidium guajava)

    Bakteri Aeromonas hydrophila

    Alumunium foil

    Kertas label

    Plastik hitam

    Air

    Etanol 96%

    Pakan buatan

    NA (Nutrien Agar)

    NB (Nutrien Broth)

    Akuades

    Sampel darah ikan Patin

    Tisu

    Kapas

    Na sitrat 3,8%

    Kertas saring

    Solatip

    Kertas HVS

    Benang Kasur

    Plastik klip kecil

    Kantong plastik

    3.2 Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode

    eksperimental. Dalam hal ini penelitian eksperimental dimaksudkan untuk

    mengetahui hubungan keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya

    serta membuktikan suatu hipotesis pada suatu penelitian. Sukmadinata (2005)

    menjelaskan penelitian eksperimental atau experimental research merupakan

  • 17

    penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu hubungan sebab-akibat. Hampir

    secara keseluruhan penelitian yang dilakukan dalam bidang fisika, kimia,

    maupun biologi menguji hubungan sebab-akibat dari beberapa hal atau variabel.

    Dalam hal ini hipotesis atau dugaan hubungan sebab-akibat serta variable satu

    dengan variabel lainnya secara langsung diuji oleh penelitian eksperimental.

    3.3 Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).

    Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Hanafiah (2013), Rancangan Acak

    Lengkap (RAL) dapat dikatakan rancangan paling sederhana jika dibandingkan

    dengan model rancangan lainnya. dalam rancangan ini tidak terdapat local

    control, maka untuk sumber keragaman yang dapat diamati hanya perlakuan

    dengan galat. Kondisi rancangan acak lengkap ini hanya dapat dicapai di

    ruangan-ruangan terkontrol seperti laboratorium. Adapun Rancangan Acak

    Lengkap yang secara umum dinyatakan dalam model matematika adalah

    sebagai berikut.

    Keterangan :

    Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ke ulangan ke-j

    µ = nilai rerata umum (mean)

    τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i

    εij = pengaruh galat

    3.3.1 Penelitian Pendahuluan

    a. Uji Imunostimulan

    Uji imunostimulan bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik pada

    pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium guajava) yang

    ditinjau dari jumlah mikronuklei ikan patin. Mikronuklei diketahui berhubungan

    Yij= µ + Τi + εij

  • 18

    langsung dengan sistem imun dari ikan patin itu sendiri. Semakin banyak

    mikronuklei pada darah ikan maka ikan tersebut menjadi indikasi ikan terganggu

    sistem imunonitasnya. Menurut Sayitna (2016), Pengamatan dan uji mikronuklei

    terhadap biota perairan seperti ikan bertujuan untuk mendeteksi pencemar atau

    penyakit yang ada di lingkungan dalam media air. Hal ini dikarenakan sel darah

    ikan telesotei memiliki nukleus dan mikronukleinya dapat dijadikan ukuran

    aktivitas dari kromosom yang tidak berfungsi lagi yang menyebabkan salah satu

    bagian dari kromosom terhapus. Maka dari itu mikrouklei dapat dijadikan sebagai

    penentu kesehatan ikan dimana semakin banyak mikronuklei yang ditemukan

    mengindentifikasi bahwa ikan tersebut dalam kondisi tidak sehat atau stres yang

    diakibatkan oleh penyakit dan telah terjadinya pencemaran perairan.

    Uji imunostimulan dilakukan melalui pemberian imunostimulan ekstrak

    kasar daun jambu biji sebesar 2%, 6%, dan 10% dari pakan ikan Patin

    (Pangasius sp.) dengan 2 kali ulangan. Dosis tersebut mengacu pada penelitian

    Sutama (2002) yang menggunakan 2 gram ekstrak daun jambu biji per 100 gram

    pakan pelet atau sebesar 2% dari pakan, dalam upaya pencegahan penyakit

    yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.

    Adapun rancangan uji imunostimulan (Gambar 5) yaitu sebagai berikut,

    K = Ikan kontrol yang tidak diberi imunostimulan ekstrak kasar daun jambu

    biji;

    A = Perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji 2%;

    B = Perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji 6%;

    C = Perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji 10%.

    Denah uji imunostimulan disajikan pada Gambar 5 berikut ini.

  • 19

    Gambar 5. Denah Uji Imunostimulan

    Keterangan :

    A - B - C : Perlakuan penelitian 1 - 2 : Ulangan

    K : Kontrol

    b. Uji LD50 Bakteri Aeromonas hydrophila

    Uji LD50 bertujuan untuk mengetahui tingkat virulensi bakteri Aeromonas

    hydrophila yang didapat dari Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan. Bakteri

    Aeromonas hydrophila diujikan pada ikan Patin dan ditunggu hingga ikan Patin

    mati sebanyak 50% dari total ikan yang dipelihara. Total ikan yang dipelihara

    sebanyak 6 ekor / akuarium. Uji LD50 menggunakan bakteri Aeromonas

    hydrophila dengan kepadatan 3 x 107 dan 3 x 108 dengan 2 kali ulangan.

    Adapun rancangan uji LD50 (Gambar 6) yaitu sebagai berikut,

    A = Ikan Patin yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dengan

    kepadatan 107

    B = Ikan Patin yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dengan

    kepadatan 108

    Denah uji LD50 Bakteri Aeromonas hydrophila disajikan pada Gambar 6

    berikut ini.

    Gambar 6. Denah Uji LD50

    Keterangan :

    A – B : Perlakuan penelitian 1 - 2 : Ulangan

    C1

    B1

    K1

    A1

    A2

    C2

    B2

    K2

    A1

    B1

    A2

    B2

  • 20

    3.3.2 Penelitian Utama

    Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui total mikronuklei ikan patin

    yang diberi perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji.

    Dalam hal ini mikronuklei dapat dijadikan acuan dalam menentukan status

    kesehatan ikan. Menurut Mondal et al., (2011), kerusakan sel darah pada ikan

    menyebabkan gengguan transport darah ke jaringan sehingga dapat

    menghambat proes metabolisme. Tentunya keadaan tersebut menyebabkan

    keseimbangan energi terganggu dalam pengaturan suhu tubuh, pemeliharaan

    (maintance), aktivitas maupun untuk pertumbuhan sehingga ikan menjadi tidak

    sehat.

    Dosis yang diaplikasikan dalam penelitian utama didapat dari dosis

    terbaik pada penelitian pendahuluan sebanyak 6% dari total pakan. Maka pada

    penelitian utaman mengunakan dosis 2%, 4%, dan 6% dari total pakan.

    Adapun rancangan penelitian utama (Gambar 7) adalah sebagai berikut,

    K = Ikan kontrol yang tidak diberi imunostimulan ekstrak kasar daun

    jambu biji dan diinfeksi Aeromonas hydrophila;

    A = Pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji sebanyak 2%

    dan di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila;

    B = Pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji sebanyak 4%

    dan di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila;

    C = Pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji sebanyak 6%

    dan di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.

    Denah penelitian utama disajikan pada Gambar 7 berikut ini.

  • 21

    Gambar 7. Denah Penelitian Utama

    Keterangan :

    A - B - C : Perlakuan penelitian 1 - 2 - 3 : Ulangan

    K : Kontrol

    3.4 Prosedur Penelitian

    3.4.1 Persiapan Penelitian

    a. Sterilisasi Alat dan Bahan

    Sterilisasi alat dan bahan dilakukan dengan menggunakan Autoklaf,

    adapun prosedurnya adalah sebagai berikut,

    Alat dicuci kemudidan dikeringkan lalu dibungkus dengan kertas koran dan

    diikat menggunakan benang kasur;

    Akuades dimasukan ke dalam ruang sterilisasi autoklaf sampai batas sistem

    pemanas dari autoklaf tersebut,

    Alat dan bahan yang hendak disterilisasi dimasukan kedalam keranjang

    autoklaf, selanjutnya keranjang tersebut dimasukan kedalam autoklaf lalu

    autoklaf ditutup;

    Saat menutup autoklaf, semua tuas ditutup secara diagonal, agar seimbang

    kekuatannya pada saat menutup autoklaf, klep untuk keluarnya uap

    dipastikan pada posisi berdiri / tegak;

    Autoklaf dinyalakan pada posisi ON (Keatas), lampu power berwarna kuning;

    C1

    B1

    K1

    A1

    K2

    C2

    A2

    B2

    A3

    K3

    B3

    C3

  • 22

    Suhu diputar pada posisi maksimal, sehingga warna lampu heating berwarna

    hijau;

    Uap air dari klep dibiarkan hingga keluar, lalu ditutup atau diarahkan ke

    samping

    Ditunggu suhu hingga suhu sterilisasi mencapai 1210C,

    Temperatur diturunkan sampai lampu pada sterilizing berwarna kuning,

    Timer diatur pada posisi 15 menit (waktu sterilisasi);

    Alarm berbunyi tanda sterilisasi berakhir, temperatur diturunkan pada posisi

    minimal;

    Autoklaf dimatikan pada posisi kebawah (OFF);

    Klep dibuka secara perlahan sampai jarum menunjukkan angka 0;

    Autoklaf dapat dibuka;

    Alat dan bahan diambil dari autoklaf.

    b. Persiapan Ikan

    Ikan uji merupakan ikan Patin (Pangasius sp.) berasal dari Laboratorium

    Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya,

    sebanyak 60 ekor dengan panjang per ekor 10-12 cm, bobot per ekor 5-7 gr, dan

    padat tebar ikan yaitu 1 ikan per liter. Ikan diambil dengan menggunakan seser,

    lalu diadaptasikan ke dalam toples berkapasitas 10 liter selama 3 hari berturut-

    turut.

    Adaptasi berfungsi agar ikan Patin menyesuaikan diri dengan lingkungan

    barunya selain itu untuk mengetahui kondisi kesehatan dari ikan Patin tersebut.

    Selama ikan diadaptasikan, ikan diberi makan 2 kali sehari, pagi pukul 08:00 WIB

    dan sore pukul 16:00 WIB. Pakan yang diberikan secara teratur sebanyak 3%

    dari bobot tubuhnya setiap hari selama penelitian. Selain itu penyiponan

    dilakukan jika air keruh akibat sisa pakan dan feses dari ikan tersebut.

  • 23

    c. Persiapan Alat Penelitian

    Toples kapasitas 10 liter dicuci dengan detergen lalu dijemur, setelah

    kering toples dipasang plastik hitam hingga menutupi seluruh permukaan toples

    tersebut, hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan ikan Patin dari cahaya

    secara langsung serta mencegah terjadinya fluktuasi suhu. Setelah itu, toples

    dipasang Aerator set dan diisikan air sebanyak 6 liter serta dipasang heater pada

    masing-masing toples untuk menyesuaikan suhu air yang baik bagi ikan Patin

    (Pangasius sp.).

    d. Pembiakkan Bakteri Aeromonas hydrophila

    1) Media Padat NA (Nutrien Agar)

    NA merk OXOID dengan dosis 40gram / L

    NA sebangak 2,4 gram dilarutkan ke dalam 60 ml akuades pada

    erlemenyer

    Media dipanaskan di atas hotplate hingga homogen

    Erlemenyer ditutup dengan kapas dan kertas perkamen / aluminium foil

    lalu ditali dengan benang

    Media sterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121 oC, tekanan 1 atm

    selama 15 menit

    Media dibiarkan dingin hingga mencapai suhu ruang karena bakteri akan

    mati apabila diinokulasi pada media yang masih panas

    Media dituang pada cawan petri lalu ditunggu hingga dingin dan

    digunakan atau disimpan pada lemari pendingin dengan diberi label.

    2) Media Cair NB (Nutrien Broth)

    NB ditimbang 6 gram dilarutkan dalam 200 ml akuades dalam erlemneyer

    kemudian diaduk hingga larut sempurna berwarna kuning

  • 24

    Erlemenyer ditutup kapas dan aluminium foil lalu diikat menggunakan

    benang

    Media sterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121 0C, tekanan 1 atm

    selama 15 menit

    Media dibiarkan dingin hingga mencapai suhu ruang karena bakteri akan

    mati apabila diinokulasi pada media yang masih panas

    3) Pembiakan Bakteri A. hydrophila

    Larutan NB disiapkan sebanyak 6 gram dalam erlemenyer sebanyak 220

    ml

    Jarum osse dipanaskan diatas bunsen sampai berpijar, setelah dingin

    jarum osse disentuhkan ke biakan murni A. hydrophila kemudian

    dicelupkan pada NB sebanyak 2 osse

    Larutan NB dibiarkan 12 - 24 jam dalam inkubator pada suhu 37 C

    Cawan petri yang berisi media NA disiapkan

    Setelah NB menjadi keruh, jarum osse dicelupkan ke NB dan digoreskan

    ke permukaan NA

    Digoreskan ke permukaan media NA secara zig zag dengan metode

    goresan sinambung, T, atau kuadran

    Media NA di inkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37 0C selama 24

    jam.

    e. Pembuatan Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava)

    Daun jambu biji sebanyak 1 kg, dicuci air bersih, selanjutnya daun jambu

    biji dikering anginkan, setelah itu daun jambu biji dicacah, selanjutnya daun

    jambu biji tersebut dioven dengan suhu 50 0C selama 11 Jam, setelah itu daun

    tersebut dihaluskan menggunakan blender. Adapun hasil serbuk kering setelah

    diblender yaitu sebanyak 424,2 gr. Serbuk kering daun jambu biji kemudian

  • 25

    dimaserasi selama 2 x 24 jam. Maserasi dilakukan dengan melarutkan serbuk

    kering daun jambu biji sebanyak 424,2 gr kedalam etanol 96% sebanyak 2400 ml

    atau setara dengan 1 : 6 dalam perbandingan. Setelah dilakukan maserasi,

    selanjutnya dilakukan pemisahan ekstrak dengan pelarut tersebut menggunakan

    rotary evaporator dengan suhu 45° C, kecepatan 80 rpm, didapatkan hasil

    ekstrak kasar daun jambu biji berupa pasta yaitu 38,7 gr.

    f. Pengenceran Bakteri

    Bakteri A. hydrophila diperoleh dari Laboratorium Parasit dan Penyakit

    Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Bakteri yang

    diperoleh adalah bakteri dengan kepadatan 3 x 109 sel / ml. Bakteri yang

    digunakan adalah bakteri dengan kepadatan 3 x 107 sel / ml dan 3 x 108 sel / ml

    (Uji LD50). Untuk mendapatkan kepadatan 107 sel / ml dan 108 sel / ml dilakukan

    pengenceran. Perhitungan suspensi bakteri dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut :

    Dimana :

    N1 : Kepadatan populasi bakteri dalam media NB (sel / ml)

    N2 : Kepadatan populasi bakteri yang dikehendaki (sel / ml)

    V1 : Volume suspensi bakteri dalam NB yang dibutuhkan

    V2: Volume media air dalam wadah pemeliharaan ikan

    Peremajaan bakteri 3 x 109 sel / ml dilakukan dengan penanaman bakteri

    pada media NA (Nutrien Agar) dan diinkubasi selama 2 hari pada inkubator.

    Bakteri 3 x 109 sel / ml tersebut kemudian diencerkan menggunakan air pada

    media infeksi dengan perbandingan yang dihitung menggunakan rumus di atas.

    Berdasarkan rumus di atas didapatkan bahwa untuk mendapatkan bakteri

    kepadatan 3 x 107 sel / ml dan 3 x 108 sel / ml pada air sebanyak 6 liter (6.000 ml)

    N1 . V1 = N2 . V2

  • 26

    adalah dengan memasukkan bakteri kepadatan 3 x 108 sel / ml sebanyak 200 ml

    (Kepadatan 107) dan 20 ml (kepadatan 108) ke dalam air sebanyak 6.000 ml.

    3.4.2 Pelaksanaan Penelitian

    a. Pembersihan Toples

    Toples dengan kapasitas 10 liter, dicuci dengan detergen sebagai

    desinfektan, lalu dibilas dengan air bersih dan dijemur untuk dikeringkan, setelah

    kering, toples dipasang plastik hitam agar ikan Patin terhindar dari cahaya

    langsung. Selanjutnya Toples disusun dan dipasang aerator set yang berfungsi

    sebagai masukan oksigen terlarut dan heater yang berfungsi sebagai perekayasa

    suhu.

    b. Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava)

    Imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium guajava) diberikan

    pada ikan Patin (Pangasius sp.) melalui pakan pelet. Ekstrak kasar daun jambu

    biji ditimbang yakni sebanyak 2%, 6% dan 10% dari total pakan untuk Penelitian

    Pendahuluan, sedangkan untuk Penelitian Utama sebanyak 2%, 4%, 6%.

    Setelah itu ekstrak kasar tersebut dicampur dengan putih telur (sebagai perekat)

    dan pakan pelet. Pakan yang mengandung ekstrak kasar daun jambu biji dikering

    anginkan selama 1 hari, selanjutnya pakan dengan kandungan ekstrak kasar

    daun jambu biji diberikan pada ikan patin sebanyak 3% dari bobot tubuh per

    harinya. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu, pagi hari

    pukul 08:00 WIB dan sore hari pukul 16:00 WIB.

    c. Penginfeksian Bakteri pada Ikan Patin (Pangasius sp.)

    Pakan yang akan diberi ekstrak kasar daun jambu biji sebelumnya diuji

    kandungannya untuk mengetahui apakah pakan yang diberikan layak untuk

    kebutuhan tubuh ikan. Uji proksimat (Lampiran 3) dilakukan di Laboratorium Uji

    Mutu dan Kelayakan Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya

  • 27

    Malang. Hasil uji pakan (Tabel. 1) menunjukan bahwa pakan mengandung

    prosentase karbohidarat tinggi untuk menunjang kebutuhan energi dari ikan.

    KANDUNGAN HASIL

    Protein (%) 2.75

    Lemak (%) 4.54

    Air (%) 6.93

    Abu (%) 9.11

    Karbohidrat (%) 76.67 Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Laboratorium Uji Mutu dan Kelayakan Pangan,

    Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya Malang. Penginfeksian uji LD50 untuk penelitian pendahuluan dilakukan

    menggunakan bakter Aeromonas hydrophila dengan metode perendaman.

    Perendaman ikan dengan bakteri A. hydrophila dilakukan dengan kepadatan

    3x107sel/ml dan 3x108sel/ml pada toples yang diisi air sebanyak 6 liter. Rumus

    pengenceran yang digunakan sebagai berikut:

    a) V1 x N1 = V2 x N2

    V1 x (3x109) =6.000 x 107

    V1 = 6.000 x 107

    3 x 109

    = 20 ml

    b) V1 x N1 = V2 x N2

    V1 x (3x109) = 6.000 x 108

    V1 = 6.000 x 108

    3 x 109

    = 200 ml

    Hasil dari perhitungan tersebut menyatakan kebutuhan bakteri yang

    digunakan yaitu sebanyak 20 ml (kepadatan 3 x 107) dan 200 ml (kepadatan 3x

    108) .

    d. Metode Pemeriksaan Darah Ikan

    Pengambilan Darah Ikan

    Menurut Bjanti (2005), adapun prosedur pengambilan darah ikan sebagai

    berikut :

    Yang pertama ialah membius ikan menggunakan larutan anastesi.

  • 28

    Menyiapkan mikro spuit lengkap dengan jarumnya, hisap larutan

    antikoagulan sampai memenuhi seluruh dinding syringe.

    Mengeluarkan anti koagulan (Na Sitrat 3,8%) dari spuit, sisakan

    larutan heparin tersebut sebanyak 50 ul dalam spuit.

    Masukan jarum/spuit dan jarumnya yang telah berisi larutan anti

    koagulan pada garis tengah tubuh di belakang sirip anal.

    Memasuka jarum kedalam linea lateralis sampai mencapai tulang

    belakang (columna spinal).

    Memastikan tidak ada gelembung air yang masuk kedalam spuit,

    kemudian ditarik perlahan-lahan sampai darah masuk kedalam spuit.

    Setelah mendapatkan sampel darah, kemudia memasukan darah ke

    tabung ependof.

    Pengamatan Sel Darah Ikan

    Menurut Bijanti (2005), dalam metode pengamatan sel darah ikan

    dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :

    Mengambil darah sebanyak satu tetes, kemudian meletakkannya di

    atas objek glass dan dibuat hapusan darah ditunggu hingga kering

    kemudian diberi methanol.

    Menyemir darah ikan yang telah kering kemudian memberikan

    pewarna giemsa sebanyak 1 tetes kemudia membuat hapusan dan

    dibiarkan selama +- 20 menit agar warna terserap.

    Ketika sudah 20 menit, selanjutnya mencuci dengan menggunakan air

    mengalir dan kemudia dikeringkan.

    Langkah terakhir adalah mengamati preparat di bawah mikroskop.

  • 29

    Pengamatan Mikronukei Pada Sel Darah Ikan

    Sampel darah perifer dari linea lateralis sampel ikan dan dioleskan pada

    slide yang bersih. Setelah difiksasi dalam ethanol murni selama 20 menit,

    slide dibiarkan kering udara dan kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan

    Giemsa 10% selama 25 menit. Pengamatan dilakukan menggunakan

    mikroskop Olympus BH2. Menurut Setiyawati (2016), Mikronuklei yang

    teridentifikasi dihitung dengan bantuan handy counter. Frekuensi

    mikronukleus ditulis per 1000 sel yang dihitung. Anomali nukleus yang lain

    selain mikronukleus seperti nukleus piknotik, karyolytic, karyorhetic,

    nuclear bud (broken eggs), dan binucleated cell tidak dihitung. Setelah

    seluruh preparat diamati, dilakukan analisis perhitungan data. Langkah

    terakhir yaitu mengamati tiap sel dan menghitung frekuensi mikronuklei.

    Adapun rumus perhitungan mikronuklei menurut Setyawati (2016) adalah

    sebagai berikut :

    Frekuensi Mikronuklei = ∑ mikronukeli X (1000) Total sel yang dihitung

    3.5 Parameter Uji

    3.5.1 Parameter Utama

    Parameter utama pada penelitian ini adalah pengamatan total mikronuklei

    ikan Patin (Pangasius sp.). Pengamatan ini dilakukan untuk melihat kondisi ikan

    Patin setelah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, yang sebelumnya telah

    diberi imunostimulan.

    3.5.2 Parameter Penunjang

    Parameter penunjang pada penelitian ini yaitu pertama mengenai

    kelulushidupan atau Survival Rate (SR). Rumus SR menurut Wirabakti (2006)

    yaitu,

    SR = Nt X 100% No

  • 30

    Keterangan :

    SR : Kelangsungan hidup hewan uji (%)

    Nt : Jumlah ikan uji akhir penelitian (ekor)

    No : Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)

    Parameter penunjang yang kedua dalam penelitian ini adalah kualitas air

    yang meliputi, suhu, pH air, oksigen terlarut.

    3.6 Analisis Data

    Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 3 kali

    ulangan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan analisis keragaman

    atau uji F. Apabila nilai F berbeda nyata atau berbeda sangat nyata dilanjutkan

    dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk menentukan perlakuan yang

    memberi respon terbaik, pada taraf atau derajat kepercayaan 5% dan 1%.

    Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara perlakuan dengan hasil yang

    dipengaruhi, digunakan analisa regresi yang memberikan keterangan mengenai

    pengaruh perlakuan terbaik pada respon. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk

    kerja antara perlakuan dengan penentuan penelitian, digunakan uji polinomial

    orthogonal.

  • 31

    4. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra dan Post Diuji Tantang Bakteri A. hydrophila

    Uji tantang bakteri A. hydrophila berdasarkan uji LD50 diperoleh

    kepadatan sebesar 108 sel/ml, yang dapat mematikan ikan uji sebesar 50% di

    hari ke-3. Pengamatan darah dilakukan pada hari ke-3 (pra diuji tantang) dan hari

    ke-9 (post diuji tantang).

    4.1.1 Total Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra Diuji Tantang

    Berdasarkan hasil penelitian total mikronuklei ikan patin yang telah diberi

    perlakuan ekstrak daun jambu biji melalui pakan selama 6 hari didapatkan hasil

    rerata seperti pada Tabel 2 berikut.

    Tabel 2. Rerata Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang.

    Perlakuan Ulangan Total Rerata ± STD

    1 2 3

    K- (0%) 15,936 9,208 12,302 37,446 12,48 ± 3,37 A (2%) 3,745 1,766 2,008 7,519 2,51 ± 1,08 B (4%) 7,352 5,328 7,005 19,685 6,56 ± 1,08 C (6%) 12,578 9,541 7,812 29,931 9,98 ± 2,41

    Berdasarkan Tabel 2, untuk mengetahui pengaruh perlakuan ekstrak

    kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei ikan Patin pra diuji tantang,

    dilakukan uji sidik ragam (Tabel 3) perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.

    Tabel 3. Sidik Ragam Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang

    Sumber Keragaman

    Db JK KT F.Hit F 5% F 1%

    Perlakuan 3 168,570 56,190 11,526** 4,07 7,59 Acak 8 38,997 4,874 Total 11

    Keterangan: ** = Berbeda Sangat Nyata

    Uji sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan hasil yang berbeda nyata (F

    hitung > F5%), artinya pemberian ekstrak kasar daun jambu biji berpengaruh

    sangat nyata terhadap total mikronuklei ikan Patin. Selanjutnya, untuk

  • 32

    mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil

    (BNT). Hasil uji BNT diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 4).

    Tabel 4. Uji BNT Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang

    Rata-rata Perlakuan

    A (2%) 2,51

    B(4%) 6,56

    C(6%) 9,98

    K- (0%) 12,48

    Notasi

    A (2%) 2,51 0 a B (4%) 6,56 4,06 ns 0 ab C (6%) 9,98 7,47 ** 3,42 ns 0 b K- (0%) 12,48 9,98 ** 5,92 ** 2,51 ns 0 bc

    Keterangan: ns= Tidak Berbeda Nyata, *= Berbeda Nyata, **= Berbeda Sangat Nyata

    Hasil Uji BNT pada Tabel 4 menunjukan, perlakuan A tidak berbeda nyata

    dengan perlakuan B, namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan C dan K-.

    Begitupula perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan berbeda

    sangat nyata dengan perlakuan K-. Perlakuan K- berbeda sangat nyata dengan

    perlakuan A dan B. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan pengaruh dosis

    ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei ikan patin dapat

    diketahui dengan uji polinomial orthogonal, sehingga diperoleh regresi sebagai

    berikut (Gambar 8).

    Gambar 8. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap Mikronuklei Ikan Patin Pra diuji tantang Bakteri A. hydrophila

    y = 11.748- 5.1946x+0.8369x2

    R² = 0.6566

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    12

    14

    16

    18

    0 1 2 3 4 5 6 7

    Mik

    ron

    ukl

    ei

    Dosis Ekstrak Jambu Biji (%)

  • 33

    Berdasarkan hasil regresi pada Gambar 8, diperoleh hubungan

    pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei menunjukkan

    pola kuadratik dengan persamaan y = 11.478-5.1946x+0.8369x2 dan koefisien

    (R2) sebesar 0,6566. Hubungan pemberian ekstrak kasar daun jambu biji

    terhadap mikronuklei menunjukan penurunan pada dosis 2%, mencapai titik

    terendah pada dosis 3.10%, dan mengalamai kenaikan pada dosis 4% dan 6%.

    Pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei

    menunjukkan respon berbeda nyata (F hitung > F5%). Adanya pengaruh nyata

    tersebut dikarenakan ekstrak kasar daun jambu biji ternyata dapat menurunkan

    mikronuklei sampai pada dosis 3,10% dan mengalami kenaikan pada dosis 4%

    dan 6%. Zat tanin dalam jambu biji memiliki sifat pengelat spasmolitik yang

    membantu proses pembentukan nuklei normal, menurunkan mikronuklei. Namun

    pada dosis tinggi sifat pengelat spasmollitik zat tanin akan mengerutkan dinding

    sel sehingga menggangu proses pembentukan sel dalam tubuh. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Ajizah (2004) bahwa tanin mempunyai sifat sebagai pengelat

    berefek spasmolitik. Efek spasmolitik ini juga dapat mengakibatkan

    mengkerutkan dinding sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri.

    Akibatnya sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya

    terhambat atau bahkan mati.

    Penggunaan dosis ekstarak kasar daun jambu biji yang tepat diperlukan

    untuk mengoptimalkan kinerja sistem imun dalam tubuh ikan. Menurut Anderson

    (1992) cara penggunaan imunostimulan memiliki pola yang sama dengan

    penggunaan antibiotik atau bahan kimia, tetapi penggunaannya masih

    memerlukan penelitian lebih lanjut. Pada pemberian dosis tinggi imunostimulan

    akan menyebabkan penekanan mekanisme pertahanan. Pemberian dosis

    rendah, imunostimulan menjadi tidak efektif.

  • 34

    4.1.2 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Post Diuji Tantang

    Berdasarkan hasil penelitian Mikronuklei ikan patin post diuji tantang

    bakteri A. hydrophila didapatkan hasil rerata pada Tabel 5 berikut.

    Tabel 5. Rerata Mikronuklei Ikan Patin Post Diuji Tantang

    Perlakuan Ulangan Total Rerata ± STD

    1 2 3

    K+ (0%) 15,810 11,075 23,157 50,042 16,68 ± 6,09 A (2%) 1,798 1,468 3,169 6,435 2,15 ± 0,90 B (4%) 5,228 3,512 3,759 12,499 4,17 ± 0,93 C (6%) 8,379 8,529 6,593 23,501 7,83 ± 1,08

    Berdasarkan Tabel 5, untuk mengetahui pengaruh perlakuan ekstrak

    kasar daun jambu biji terhadap Mikronuklei ikan Patin post diuji tantang,

    dilakukan uji sidik ragam (Tabel 6), perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.

    Tabel 6. Sidik Ragam Mikronuklei Ikan Patin Post Diuji Tantang

    Sumber Keragaman

    Db JK KT F.Hit F 5% F 1%

    Perlakuan 3 372,044 124,014 12,433** 4,07 7,59 Acak 8 79,7931 9,974 Total 11

    Keterangan: ** = Berbeda Sangat Nyata

    Uji sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan hasil yang berbeda sangat

    nyata (F hitung > F5%), artinya pemberian ekstrak kasar daun jambu biji

    berpengaruh sangat nyata terhadap mikronuklei ikan Patin. Selanjutnya, untuk

    mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil

    (BNT). Hasil uji BNT diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 7).

    Tabel 7. Uji BNT Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang.

    Rata-rata Perlakuan

    A (2%) 2,15

    B(4%) 4,17

    C(6%) 7,83

    K+ (0%) 16,68

    Notasi

    A (2%) 2,15 0 a B (4%) 4,17 2,02 ns 0 a C (6%) 7,83 5,69 ns 3,67 ns 0 a K+ (0%) 16,68 14,54 ** 12,51 ** 8,85 ** 0 b

    Keterangan: ns= Tidak Berbeda Nyata, *= Berbeda Nyata, **= Berbeda Sangat Nyata

  • 35

    Hasil Uji BNT pada Tabel 7 menunjukan, perlakuan A tidak berbeda nyata

    dengan perlakuan B dan C. namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan K+.

    Begitupula perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan berbeda

    sangat nyata dengan perlakuan K+. Perlakuan K+ berbeda sangat nyata dengan

    perlakuan A, B dan C. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan pengaruh dosis

    ekstrak kasar daun jambu biji terhadap mikronuklei ikan patin dapat diketahui

    dengan uji polinomial orthogonal, sehingga diperoleh regresi sebagai berikut

    (Gambar 9).

    Gambar 9. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap Mikronuklei Ikan Patin Post diuji tantang Bakteri A. hydrophila.

    Berdasarkan hasil regresi pada Gambar 9, diperoleh hubungan

    pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei menunjukkan

    pola kuadratik dengan persamaan y = 15.935-8.0521x+1.1377x2 dan koefisien

    (R2) sebesar 0,7496. Hubungan pemberian ekstrak kasar daun jambu biji

    terhadap mikronuklei menunjukan penurunan pada dosis 2%, mencapai puncak

    terendahnya pada dosis 3.53%, dan mengalamai kenaikan pada dosis 4% dan

    6%.

    6; 6,593

    y = 15.935-8.0521x+1.1377x2 R² = 0.7496

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    0 1 2 3 4 5 6 7

    Mik

    ron

    ukl

    ei

    Dosis Ekstra Daun Jambu Biji (%)

  • 36

    Pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei

    menunjukkan respon berbeda nyata (F hitung > F5%). Adanya pengaruh nyata

    tersebut dikarenakan ekstrak kasar daun jambu biji ternyata dapat menurunkan

    total mikronuklei. Daun jambu biji diketahui mengandung tanin dan flavonoid

    sebagai komponen aktif yang mampu meningkatakan kekuatan antioksidan total

    dalam darah. Ketika sistem imun ikan meningkat maka proses pembentukan sel

    darah dapat berjalan baik dan mengurangi abnormalitas nuklei termasuk

    mikronuklei sehingga proses pengedaran nutrien ke seluruh tubuh ikan lebih

    optimal.

    Kerusakan sel darah ikan menunjukan bahwa ikan dalam kondisi tidak

    sehat. Darah berfungsi untuk menyebarkan nutrisi makanan kes seluruh tubuh.

    Kerusakan sel darah mengakibatkan terganggunya proses metabolisme dalam

    tubuh. Menurut Mondal et al., (2011), kerusakan sel darah pada ikan

    menyebabkan gangguan dalam transpot darah ke jaringan sehingga dapat

    menghambat proses metabolisme. Tentunya keadaan tersebut menyebabkan

    keseimbangan energi keseluruhan dapat terganggu yang kemudian dapat

    mempengaruhi keseimbangan energi yang akan dimanfaatkan untuk pengaturan

    suhu tubuh, pemeliharaan (maintanance), aktifitas maupaun untuk pertumbuhan

    sehingga ikan menjadi tidak sehat.

    4.2 Mortalitas dan Gejala Klinis Ikan Patin Selama Penelitian

    Berdasarkan pengamatan terhadap hasil mortalitas (Lampiran 4) ikan uji

    diperoleh hasil bahwa ikan Patin tidak mengalami kematian. Hasil tersebut

    menunjukkan bahwa ikan patin yang diberi ekstrak kasar daun jambu biji tidak

    menimbulkan racun di tubuhnya sehingga ikan masih tetap sehat. Ikan patin

    yang sudah diuji tantang bakteri, tidak mengalami kematian dikarenakan ekstrak

    kasar daun jambu biji dapat meningkatkan kelulushidupan pada ikan, menurut

  • 37

    Lukistyowati dan Heni (2013), bahan alami sambiloto dan daun jambu biji yang

    dicampur dalam pakan yang diberikan selama 60 hari dapat meningkatkan

    kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhan ikan baung.

    4.3 Kualitas Air Selama Penelitian

    Kualitas air menurut Minggawati dan Saptono (2012) memberikan

    pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk hidup

    di perairan itu sendiri. Beberapa parameter kualitas air yang diamati dalam

    penelitian ini yaitu oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan suhu. Data

    lengkap kualitas air selama penelitian dapat dilihat di Lampiran 5.

    Pengamatan oksigen terlarut (DO) selama penelitian mendapatkan

    kisaran rerata 5,9 - 6,9. Pengamatan pH selama penelitian mendapatkan kisaran

    rerata 6,8 - 7,1. Pengamatan suhu selama penelitian mendapatkan kisaran

    rerata 28,2 0C -.29,10C.

    Parameter kualitas air berupa oksigen terlarut, pH dan suhu, memiliki

    kisaran rerata yang termasuk normal, menurut Irwan, et al. (2015), oksigen

    terlarut untuk pemeliharaan ikan Patin haruslah ≥ 3 mg/l. pH air untuk ikan Patin

    berkisar antara 6,5-8,5. suhu perairan yang digunakan untuk pemeliharaan ikan

    Patin berkisar antara 27-32 0C.

  • 1

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang efektivitas

    ekstrak kasar daun jambu biji terhadap mikronuklei ikan patin yang diperoleh

    kesimpulan bahwa pemberian ekstrak kasar daun jambu biji melalui pakan

    memberikan pengaruh dapat menurunkan mikronuklei dengan dosis terbaik

    3,53% setelah di uji tantang dengan bakteri Aermonas hydrophila.

    5.2 Saran

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pemberian ekstrak daun jambu

    biji mampu meningkatkan kekebalan tubuh ikan patin dari infeksi bakteri

    Aeromonas. hydrophila dengan dosis 3,53%. Oleh karena itu disarankan untuk

    menggunakan dosis tersebut untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonas

    hydrophila.

  • 39

    DAFTAR PUSTAKA

    Aberoum, A., dan Jooyandeh. H. 2010. A Review on Occurrence and Characterization of the Aeromonas Species from Marine Fishes. World Journal of Fish and Marine Sciences. 2(6), 519-523 pages

    Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1 (1). 31-38 hal

    Alamanda, I.E., Handajani. N.S, dan Budiharjo. A. 2007. Penggunaan Metode

    Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Biodiversitas. 8 (1). 34-38 hal

    Ali, F. Kh., El-Shehawi A. M. dan Seehy. M. A. 2008. Mikronucleus test in fish

    genom : A sensitive monitor for aquatic pollutan. African Journal of biotecknologi 7(5), 606-612 pages

    Alifuddin, M. 1999. Peran Imunostimulan (Lipopolisakarida, Saccharomyces cere-

    visiae and Levamisol) terhadap Peningkatan Respons Imunitas Ikan Jambal Siam (Pangasius hypopthalmus). Tesis. IPB. Bogor. 50 hal

    __________. 2002. Imunostimulasi pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur

    Indonesia. 1(2). 87-92. Andayani, S., Marsoedi., E. Sanoesi, A. W Ekawati dan H. Suprastiyani. 2011.

    Profil Hematologis Beberapa Spesies Ikan Air Tawar Budidaya. Gren Technology 3. 363-365.

    Anderson, D.P. 1992. Immunostimulant, Adjuvant and Vaccine Carrier in Fish:

    Applications to Aquaculture. Annual Review of Fish Diseases, 21. 281 -307.

    Arikan, Sener, Tuna Gulten and Tahsin Yakut. 2012. Benzalkonyum Klorürün İnsan Lenfositleri Üzerindeki Genotoksik Etkisinin Araştırılması. Uludağ Üniversitesi Tıp Fakültesi Dergisi. 38 (1).13-18.

    Bastiawan, D., Taukhid., Alifudin. M., dan Dermawati T. S. 1995. Perubahan Hematologi dan Jaringan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 106-115.

    ___________ Wahid A., Alifudin M dan Agustiawan I. 2001. Gambaran

    Darah Lele dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda. Jurnal penelitian Indonesia

    7(3). 44-47. Bellanti, J.A. 1993. Imunology III. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

    647 hal

  • 40

    Cahyono, B. 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Lily Publisher. Yogyakarta. 122 hal

    Chauret, C., Volk, C., Creason, R., Jarosh, J., Robinson, J., and Warnes C. 2001.

    Detection of Aeromonas hidrophila In A Drinking-Water Distribution System: A Field And Pilot Study. Journal Microbiology. 47 (8). 782-786.

    Dewi, S. 2011. Jurus Tepat Budidaya Ikan Patin. Pustaka Baru Press.

    Yogyakarta. 154 hlm. Dontriska., A.D., Sasanti dan Yulisman. 2014. Efektivitas Tepung Jintan Hitam

    (Nigella sativa) untuk Mencegah Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2 (2). 188-201.

    Galeotti, M. 1998. Some Aspects of the Application of Immunostimulants and a

    Critical Review of Methods for Their Evaluation. J. Appl. Ichthyol. 14. 189-

    199.

    Hadiati, S dan L.H. Apriyanti. 2015. Bertanam Jambu Biji di Pekarangan. AgriFlo (Penebar Swadaya Group). Jakarta. 114 hal

    Hanafiah, K. 2013. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi Edisi 3. PT Raja

    Grafindo Prasada. Jakarta. 259 hal Harti, A.S. 2013. Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis. Graha Ilmu. Yogyakarta.

    93 hal Hasdianah., Dewi P., Peristiowati Y. dan Imam S. 2014. Imunologi Diagnosis dan

    Teknik Biologi Molekuler. Nuha Medika. Yogyakarta. 224 hal Hoffbrand, A.V., J.E Pettit dan P.A.H. Moss. Kapita Selekta Hematologi. Penerbit

    Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 328 hal Holt, J.G., Krieg N.R., Sneath P.H.A and Staley J.T. 1994. Bergey’s Manual of

    Determinative Bacteriology. The Williams and Wilkins Company, Baltimore.

    Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.

    Yogyakarta. 256 hal

    Kabata, Z. 1985. Parasities and Disease of Fish Cultured in the tropics. London and Philadelphia: Taylor and Francis Press. 318 pages

    Khairuman dan Dodi.S. 2009. Budi Daya Patin secara Intensif. Agromedia

    Pustaka. Jakarta Selatan. 116 hal Khairuman. 2007. Budi Daya Patin Super. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta

    Selatan. 134 hal Krieg, N.R. dan Holt J.G.1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Edisi

    ke-1. United States of America Baltimore: Williams & Wilkins Company. 422 pages

  • 41

    Kordi K, M.G.H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT Bina Aksara. Jakarta. 194 hal

    _____________. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher.

    Yogyakarta. 98 hal

    Lubis, Y. P. P., Yunasfi dan Rusdi L. 2014. Jenis-Jenis Bakteri Pada Luka Ikan Patin. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara: Medan.

    Lukistyowati, I dan Syawal H. 2013. Potensi Pakan yang Mengandung Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava) untuk Menanggulangi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Baung (Mystus nemurus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (2). 135-147.

    Maftuch., E. Prasetio., A. Sudianto., M. Rozik., R. Nurdiyani., E. Sanusi., H. Nursyam., F Fariedah., Marsoedi dan Murachman. 2013. Improvement of Innate Immune Responses and Efense Activity in Tiger Shrimp (Penaeus monodon Fab.) by Intramuscular Administration of the Outer Membrane Protein Vibrio Alginolyticus. Springer Open Journal. 2. 1-8.

    Maulana, E. A., Asih I.A.R.A dan Arsa M. 2016. Isolasi dan Uji Aktivitas

    Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Jambu Biji Putih (Psidium guajava Linn). Jurnal Kimia. 10 (1). 161-168.

    Mondal, N.K., Ghosh S and Ray M.R. 2011. Micronuclei Formation and DNA Damage in Buccal Epithelical Cells of Indian Street Boys Addicted to Grasp ’Golden Glue’. Science Direct 5 (6) : 76-77.

    Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatn Klien dengan Gangguan Sistem

    Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika. Jakarta. 572 hal Nuria, M.C., Faizatun A dan Sumantri. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

    Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC 1408. Mediargo. 5 (2). 26-37.

    Nepumoceno. J. C. dan Spano. M. A. 1995. Intoductioin Of Micronuclei in

    Perpheral Rrithrocytes Of Cyprinus Carpio Fish By Methyl Parathon. Rev. Int. Contam. Ambient. 11(1), 9-12.

    Parimin. 2005. Jambu Biji, Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar

    Swadaya. Depok. 131 hal Partosuwiryo, S dan M. Irfan. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Patin. PT. Citra

    Aji Parama. Jogjakarta. 60 hal Patria, D.A., Praseno K. dan Tana S. 2013. Kadar Hemoglobin dan Jumlah

    Eritrosit Puyuh (Coturnix coturnix japonica Linn.) setelah Pemberian Larutan Kombinasi Mikromineral (Cu, Fe, Zn, Co) Dan Vitamin (A, B1, B12,C) dalam Air Minum. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 21(1). 26-35.

    Prajitno, A. 2007. Penyakit Ikan-Udang Bakteri. UM Press. Malang. 115 hal

  • 42

    Putra, A. N. 2015. Gambaran Darah Ikan Patin (Pangasius sp.) dengan Penambahan Prebiotik pada Pakan. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan.

    4(1). 63-69.

    Rarmad, Renita; Nurdiana Dewi dan Lena Rosida. 2016. Pengaruh Paparan Batubara Terhadap Jumlah Mikronuklues Mukosa Bukal pada Pekerja Tambang Batubara di Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Jurnal Kedokteran Gigi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Mangkurat Banjarmasin.

    Rahmat, R. Ekstrak Kasar Polisakarida Marine Yeast sebagai Imunostimulan pada Ikan Patin (Pangasius pangasius) melalui Pengamatan

    Histopatologi Organ Insang dan Usus. Tesis. UB. Malang. 72 hal Rahmawati, N. 2013. Kandungan Protein Terlarut Daging Ikan Patin (Pangasius

    djambal) Akibat Variasi Pakan Tambahan. Skripsi. UNEJ. Jember. 81 hal

    Rosidah dan Afizia W.M. 2012. Potensi Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai

    Antibakterial untuk Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lacepede). Jurnal Akuatika. 3(1). 19-27.

    Rukmana, R. 1996. Tambulapot, Jambu Biji. Kanisius. Yogyakarta: 64 hal

    Sakai M. 1999. Current Research Status of Fish Immunostimulan. Aquaculture. 172: 63-92.

    Saparinto, C dan Rini S. 2013. Sukses Pembenihan 6 Jenis Ikan Air Tawar

    Ekonomis. Lily Publisher. Yogyakarta. 278 hal Sayitna, Novia Ade. 2016. Status Hematologi dan Mikronuklei Ikan Tawes

    (Puntuius javanicus) pada Kolam Budidaya Air Tawar.

    Setyowati, E., Prayitno S.B dan Sarjito. 2014. Pengaruh Perendaman Ekstrak

    Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L) terhadap Kelulushidupan dan Histologi Hati Ikan Patin (Pangasius hypophtalamus) yang Diinfeksi Bakteri Edwardsiella tarda. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(4). 174-182.

    Shier, David., Butler J and Lewis R. 2004. Human Anatomy Physiology 10th

    Edition. McGraw-Hill Higher Education. Soritua, P., Ginting S. dan Rusmarilin H. 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai

    Bahan Pengawet Alami dan Konsentrasinya Terhadap Mutu Nira Aren. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 3(4). 458-464.

    Suhenda, Ningrum., Lies Setijaningsih dan Yanto Suryanti. 2005. Pertumbuhan benih Ikan Patin Jambal (Pangasius djambaf) yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein yang Berbeda. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor

    Suhermanto, A., S. Andayani dan Maftuch. 2011. Pemberian Total Fenol

    Teripang Pasir (Holothuria scabra) untuk Meningkatkan Leukosit dan

  • 43

    Diferensial Leukosit Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Kelautan. 4(2). 49-56.

    Sukenda, L., Jamal D., Wahjuningrum dan Hasan A. 2008. Penggunaan Kitosan

    untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(2). 159-169.

    Sukmadinata, N. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.

    Bandung. 326 hal

    Sumarsono, H.O. P. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumea balsamifera) dalam Ramsum terhadap Peforma Ayam Broiler.

    Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 61 hal

    Susanto, Heri. 2006. Budi Daya Ikan di Pekarangan (Revisi). Penebar Swadaya. Depok. 196 hal

    Sutama, I.K.J. 2002. Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L),

    Sambiloyo (Andrographis paniculata Nees) dan Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila L31 pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Skripsi. IPB. Bogor. 86 hal

    Swann, L dan Randy, W.D.V.M. 1989. Diagnosis and Treatment of “Aeromonas

    hydrophila” Infection of Fish. Aquaculture Extension. 1-2.

    Tafajani, DS. Panduan Komplit Bertanam Sayur dan Buah-Buahan.Cahaya

    Atma. Yogyakarta. 110 hal Tarsandi, H. 2005. Proses Pembentukan Mikronuklei Akibat Pencemaran Logam

    Berat Pb dan Cd.Undip : Semarang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan

    Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004. Jakarta. Wirabakti, M. C. 2006. Laju Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis

    niloticus L) yang Dipelihara pada Perairan Rawa dengan Sistem Keramba dan Kolam. Journal Tropical Fisheries 1 (1) : 61 – 67.

    Yanto, H., Hasan H dan Sunarto. 2015. Studi Hematologi untuk Diagnosa

    Penyakit Ikan Secara Dini di Sentra Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Sungai Kapuas Kota Pontianak. Jurnal Akuatika. 6(1). 11-20.

    Yuhana, M., Normalina I dan Sukenda. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Bawang

    Putih (Allium Sativum) Untuk Pencegahan Dan Pengobatan Pada Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1): 95–107.

    Yuliani, S., Udarno L dan Haryani E. 2001. Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga Tipe

    Daun Jambu Biji (Psidium guajava). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1-8.

    01. Bagian Depan.pdf02. BAB I.pdf03. BAB II.pdf04. BAB III.pdf05. BAB IV.pdf06. BAB V.pdf07. Daftar Pustaka.pdf