efektifitas imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji …repository.ub.ac.id/6486/1/pratomo, notya...
TRANSCRIPT
-
EFEKTIFITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK KASAR DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP MIKRONUKLEI IKAN PATIN (Pangasius sp.)
YANG DIUJI TANTANG BAKTERI Aeromonas Hydrophilla
SKRIPSI
PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
Oleh :
NOTYA TEGUH PRATOMO NIM. 125080500111059
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
-
EFEKTIFITAS IMUNOSTIMULAN EKSTRAK KASAR DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava) TERHADAP MIKRONUKLEI IKAN PATIN (Pangasius sp.)
YANG DIUJI TANTANG BAKTERI Aeromonas Hydrophilla
SKRIPSI
PROGAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERIKANAN
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
NOTYA TEGUH PRATOMO NIM. 125080500111059
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
-
iii
-
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Skripsi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya
juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini hasil
penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, Juli 2017
Mahasiswa,
Notya Teguh Pratomo
NIM. 125080500111059
-
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis disadari laporan ini tidak akan selesai tanpa dukungan moril dan
materil dari semua pihak. Dengan kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih
Kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS selaku dosen pembimbing 1 dan Ir. Heny
Suprastyani, MS selaku dosen pembimbing 2 yang telah memberi arahan
dan bimbingan kepada penulis
2. Dr. Ir. Maftuch, MS selaku dosen penguji 1 dan Ir. Ellana Sanoesi, MP
selaku dosen penguji 2 yang telah memberi koreksi dan arahan kepada
penulis
3. Marjono dan Eko Wiharyati sebagai Orang tua yang penuh kasih sayang,
sabar dalam perjuangan menguliahkan saya.
4. Mbak Titin dan Tim Guajava, Mas Benny Rouf, Priyanto, Ihsan, Adhelia
dan Yakin dan saudara-saudara angkatan BP Aquasean 2012 yang telah
membantu pelaksanaan penelitian di laboratorium
5. Duwi Murtini sebagai adik terkasih
6. KMKK, PMK Immanuel, KP dan KA GKI Bromo, dan Kelompok Sharing
Sion Ministry atas motivasi dan bantuan yang diberikan
Malang, Juli 2017
Penulis
-
vi
RINGKASAN
NOTYA TEGUH PRATOMO. Efektifitas Immunostimulan Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava) terhadap Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) yang Diuji Tantang Bakteri Aeromonas hydrophila (dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sri Andayani, MS dan Ir. Heny Suprastyani, MS) Budidaya ikan Patin (Pangasius sp.) secara intensif tidak hanya dapat mendatangkan profit yang besar, namun juga memiliki kendala berupa penyakit yang disebabkan oleh salah satunya bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri Aeromonas hydrophila dapat menyebabkan kematian ikan sampai 80 %. Bahan alami berupa ekstrak daun jambu biji diduga dapat dijadikan imunostimulan untuk ikan Patin karena pada ekstrak daun jambu biji terdapat senyawa tanin, saponin, dan flavonoid yang memiliki peran dalam penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh ekstrak kasar daun jambu biji terhadap mikronuklei ikan Patin yang diuji tantang bakteri A. hydrophila. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol sebanyak 3 kali ulangan. Penentuan dosis ekstrak didapat dari uji imunostimulan, diperoleh dosis 2%, 4% dan 6%, kepadatan bakteri A. hydrophila didapat dari Uji LD50, diperoleh bakteri kepadatan 108 sel/ml untuk penginfeksian, pemeliharaan dilakukan selama 10 hari, pengamatan darah dilakukan di hari ke 3 untuk pra diuji tantang dan hari ke 9 untuk post diuji tantang, ikan yang digunakan adalah ikan Patin dengan bobot 5-7 gr dengan panjang 10-12 cm, sebanyak 6 ekor per toples uji ukuran 10 liter.
Hasil dari penelitian menunjukan ekstrak kasar daun jambu biji memberikan pengaruh nyata berupa menurunnya mikronuklei ikan Patin dengan dosis 3,10% pada pra diuji tantang dan 3,53% pada post uji tantang. Hal ini disebabkan oleh tanin yang dapat menyerap zat besi dan mengikat protein, sehingga mengurangi gangguan dalam pembentukan nukleus normal akibatnya sistem imun ikan bekerja lebih optimal dalam uji tantang A. hydrophila. Ekstrak kasar daun jambu biji berpengaruh nyata terhadap mikronuklei ikan Patin Post diuji tantang bakteri A. hydrophila, hal tersebut karena bakteri A. hydrophila menunjukan hasil mikronuklei perlakuan lebih sedikit dibandingkan kontrol. sehingga ikan Patin tidak mengalami kematian, maka ekstrak kasar daun jambu biji masih dapat digunakan untuk imunostimulan, karena dapat mempertahankan kesehatan ikan.
-
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus,
karena atas penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi yang
berjudul “Efektifitas Imunostimulan Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guava)
terhadap Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) yang Diuji Tantang Bakteri
Aeromonas hydropila” ini sesuai dengan harapan. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan baik dari segi tulisan maupun sistem penulisanya. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
memperbaiki penulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
bermanfaat pula bagi pihak yang membutuhkan.
Malang, Juli 2017
Penulis
-
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL… ........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................................. v
RINGKASAN…………… .................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
1. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3 1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3 1.4 Hipotesis ..................................................................................................... 4 1.5 Tempat dan Waktu ...................................................................................... 4
2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5
2.1 Jambu Biji (Psidium guajava) ....................................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ..................................................................... 5
2.1.2 Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 6
2.1.3 Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) ................. 6
2.1.4 Kinerja Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) ..... 7
2.2 Biologi Ikan Patin (Pangasius sp.) ................................................................ 7
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi ..................................................................... 7
2.2.2 Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 8
2.2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan ......................................................... 9
2.2.4 Penyakit pada Ikan Patin (Pangasius sp.) ........................................... 9
2.3 Bakteri Aeromonas hydrophila .................................................................... 10
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi .................................................................... 10
2.3.2 Pertumbuhan dan Perkembangbiakan ............................................... 11
2.3.3 Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila ................................................ 11
2.4 Mikronuklei ................................................................................................. 12
2.5 Immunologi dan Imunostimulan .................................................................. 13
-
ix
3. METODE PENELITIAN .............................................................................. 15
3.1 Materi Penelitian .......................................................................................... 15
3.1.1 Alat Penelitian .................................................................................... 15
3.1.2 Bahan penelitian ................................................................................ 16
3.2 Metode Penelitian ........................................................................................ 16
3.3 Rancangan Penelitian .................................................................................. 17
3.3.1 Penelitian Pendahuluan ..................................................................... 17
a. Uji Imunostimulan .......................................................................... 19
b. Uji LD50 Bakteri Aeromonas hydrophila .......................................... 19
3.3.2 Penelitian Utama ................................................................................ 20
3.4 Prosedur Penelitian...................................................................................... 21
3.4.1 Persiapan Penelitian .......................................................................... 21
a. Sterilisasi Alat dan Bahan .............................................................. 21
b. Persiapan Ikan ............................................................................... 22
c. Persiapan Alat Penelitian ............................................................... 22
d. Pembiakan Bakteri Aeromona hydrophila ...................................... 23
e. Pembuatan Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava) ...... 24
f. Pengenceran Bakteri ..................................................................... 25
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian ...................................................................... 26
a. Pembersihan Toples ...................................................................... 26
b. Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava)....... 26
c. Penginfeksian Bakteri pada Ikan Patin (Pangasius sp.).................. 26
d. Metode Pemeriksaan Darah .......................................................... 27
3.5 Parameter Uji ............................................................................................... 29
3.3.1 Parameter Utama ............................................................................... 29
3.3.2 Parameter Penunjang ........................................................................ 29
3.6 Analisis Data ................................................................................................ 30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 31 4.1 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra dan Post Diuji Tantang Bakteri
Aeromonas hydrophila .............................................................................. 31 4.1.1 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra Uji Tantang .................... 31
4.1.2 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Post Uji Tantang .................. 33
4.2 Mortarlitas Ikan Patin Selama Penelitian .................................................... 36 4.3 Parameter Kualitas Air ............................................................................... 37
5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 38
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 38
5.2 Saran .......................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 39
LAMPIRAN ....................................................................................................... 44
-
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) ...................................................... 5
2. Ikan Patin (Pangasius sp.) ............................................................................ 8
3. Bakteri Aeromonas hydrophila .................................................................... 10
4. Nuklei Normal (A) dan Mikronuklei (B) ........................................................ 13 5. Denah Uji Imunostimulan ............................................................................ 19 6. Denah Uji LD50 ............................................................................................ 19 7. Denah Penelitian Utama ............................................................................. 21 8. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap
Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang Bakteri A. hydrophilla .................. 32 9. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap
Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang Bakteri A. hydrophilla .................. 35
-
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Uji Proksimat Laboratorium Uji Mutu dan Kelayakan Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya Malang. ..................... 27
2. Rerata Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra Uji Tantang (x104) ...... 31
3. Sidik Ragam Total Mikronuklei Pra Uji Tantang (104) ................................ 31
4. Uji BNT Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang (x104) .................. 32
5. Rerata Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Post Uji Tantang (x104) ..... 34
6. Sidik Ragam Total Mikronuklei Post Uji Tantang (104) .............................. 34
7. Uji BNT Total Mikronuklei Ikan Patin Post Diuji Tantang (x104) ................. 34
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Alat Penelitian ........................................................................................ 44
2. Bahan Penelitian ................................................................................... 47
3. Hasil Uji Proksimat Pakan Ikan .............................................................. 49
4. Perhitungan Analisa Data Mikronuklei .................................................... 50
5. Mortalitas Ikan ........................................................................................ 56
6. Data Kualitas Air Penelitian .................................................................... 57
-
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar asli Indonesia yang
tersebar di sebagian wilayah Sumatera dan Kalimantan. Daging ikan patin
memiliki kandungan 89 kalori per 100 gram rasa dagingnya khas, enak, lezat dan
gurih sehingga digemari oleh masyarakat. Ikan patin dinilai lebih aman untuk
kesehatan karena kadar kolesterolnya rendah (21-39mg/100 gram) dibandingkan
dengan daging hewan ternak (Susanto dan Amri, 2002).
Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang memiliki prospek cerah untuk
dibudidayakan. Rasa dagingnya yang lezat dan gurih mengakibatkan harga
jualnya tinggi mencapai Rp23.000,-/Kg pada daerah Malang. Selain itu, ikan
patin memiliki beberapa kelebihan lain seperti ukuran per individunya besar,
mudah untuk dibudidayakan dan pertumbuhannya yang pesat. (Yuhana,
Normalina dan Sukenda 2008). Berdasarkan data dari Kementrian Kelautan dan
Perikanan (2014) volume produksi ikan patin tahun 2012 sebesar 347.000
ton/tahun, sedangkan pada tahun 2013 meningkat menjadi 410.883 ton/tahun.
Budidaya ikan Patin (Pangasius sp.) secara intensif tidak hanya dapat
mendatangkan profit yang besar, namun juga memiliki kendala berupa penyakit
yang disebabkan oleh salah satunya bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri
Aeromonas hydrophila dapat menyebabkan penyakit Motile Aeromonas
Septicemia, Hemorrhagic Septicemia, Ulcer Disease, atau Red-Sore Disease
(Swann dan Randy, 1989). Penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia)
merupakan penyakit bakterial terpenting pada budidaya ikan air tawar. Serangan
infeksinya dapat menyebabkan kematian ikan sampai 80%. Suhermanto et al.,
(2011). Kerugian yang disebabkan oleh Aeromona hydrophila sangat besar,
-
2
dalam waktu yang singkat dapat mematikan secara masal puluhan ton ikan, baik
ukuran benih maupun induk (Kordi, 2004). Penelitian Sutama (2002) menemukan
ikan lele yang diinfeksikan bakteri Aeromonas hydrophila menunjukan kelainan
klinis berupa radang, hemoragik, dan berupa tukak. Swann dan Randy (1989)
menjelaskan ikan yang terinfeksi Aeromonas hydrophila memiliki banyak gejala
yang berbeda diantaranya, kematian mendadak pada ikan, kurangnya nafsu
makan, insang pucat, kembung, dan terjadi ulser pada kulit.
Penanggulangan yang dilakukan untuk penyakit biasanya menggunakan
antibiotik, menurut Maftuch et al., (2013), ada banyak teknik yang digunakan
untuk mengontrol penyakit, seperti menggunakan antibiotik dan kemoterapi.
Namun, pengalaman menunjukkan bahwa ada beberapa masalah yang terkait
dengan penggunaan antibiotik dan kemoterapi dalam pengobatan klinis penyakit
udang, seperti, bahaya lingkungan, penyebaran bakteri resisten antibiotik dan
terkait stres. Dengan demikian, para peneliti telah berfokus dalam menemukan
metode alternatif untuk pengendalian penyakit seperti penerapan vaksin dan
imunostimulan. Menurut Suhermanto et al., (2011), alternatif pencegahan yang
dapat dilakukan untuk menanggulangi infeksi bakteri tersebut yaitu dengan
pemberian imunostimulan dari bahan alami. Imunostimulan merupakan zat kimia,
obat-obatan, stresor, atau aksi untuk meningkatkan respon imun ikan yang
berinteraksi secara langsung dengan sel sistem imun.
Bahan alami berupa ekstrak daun jambu biji diduga dapat dijadikan
imunostimulan untuk ikan Patin karena pada ekstrak daun jambu biji terdapat
senyawa tanin, saponin, dan flavonoid yang memiliki peran dalam
penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Komponen utama dari daun jambu biji adalah tanin, saponin, flavonoid dan
querserin. Menurut Yuliani (2003) daun jambu biji (Psidium guajava. L)
bermanfaat sebagai obat herbal dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan ikan
-
3
yang terinfeksi penyakit. Daun jambu biji mengandung tanin, flavonoid,
alkaloid, saponin, fenol, minyak atsiri dan quersetin. Maka dari itu diperlukan
penelitian mengenai seberapa efektifkah ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium
guajava) sebagai imunostimulan untuk ikan patin (Pangasius sp.) yang diinfeksi
bakteri Aeromonas hydrophila ditinjau dari total mikronuklei dari ikan Patin
(Pangasius sp.) itu sendiri.
Penelitian selama ini, penggunaan daun jambu biji hanya digunakan sebatas
untuk mengobati penyakit, sedangkan penggunaan untuk pencegahan penyakit
sebagai imunostimulan masih belum diketahui. Oleh karena itu, perlu diteliti
penggunaan ekstrak daun jambu biji sebagai imunostimulan pada ikan patin yang
diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila melalui pakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berhubungan dengan latar belakang tersebut maka dapat ditarik rumusan
masalah sebagai berikut,
Apakah pemberian ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium guajava)
sebagai imunostimulan untuk ikan Patin (Pangasius sp.) yang diuji tantang
bakteri Aeromonas hydrophila berpengaruh pada mikronuklei ikan Patin?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian mengenai efektifitas imunostimulan ekstrak kasar
daun jambu biji (Psidium guajava) terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius
sp.) yang diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila yaitu:
Mengetahui efektivitas pengaruh imunostimulan ekstrak kasar daun jambu
biji (Psidium guajava) terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius sp.) yang
diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila.
-
4
1.4 Hipotesis
H0 : Diduga pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium
guajava) tidak berpengaruh terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius
sp.) yang diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila.
H1 : Diduga pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium
guajava) berpengaruh terhadap mikronuklei ikan Patin (Pangasius sp.)
yang diuji tantang bakteri Aeromonas hydrophila.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit dan Kesehatan Ikan,
Laboratorium Ilmu Kelautan, dan di Laboratorium Reproduksi Ikan Fakultas
Perikanan Universitas Brawijaya, Malang pada tanggal 1 Maret – 1 Mei 2016.
-
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jambu Biji (Psidium guajava)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi jambu biji (Psidium guajava) menurut Cahyono (2010) adalah
sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceaea
Genus : Psidium
Species : Psidium guajava L
Tumbuhan jambu biji (Gambar 1) merupakan tanaman buah jenis perdu
(Tafajani, 2011). Menurut Rukmana (1996), pohon jambu biji mencapai
ketinggian 5-10 meter. Kulit kayu tanaman jambu biji halus dan mudah terkelupas
(Parimin, 2005).
Gambar 1. Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava) (Parimin, 2005)
-
6
Jambu biji dalam penjelasan Cahyono (2010) yaitu jambu biji memiliki
akar tunggang dan akar serabut. Batangnya berkayu keras, liat, dan tidak mudah
patah, tumbuh tegak dan memiliki percabangan serta ranting- ranting dengan
warna cokelat. Batangnya berkayu keras, liat, dan tidak mudah patah, tumbuh
tegak dan memiliki percabangan serta ranting- ranting dengan warna cokelat.
Daun berbentuk bulat panjang dan langsing dengan bagian ujungnya yang
tumpul atau lancip, berwarna hijau terang atau hijau kekuning-kuningan, atau
merah tua tergantung dari jenisnya.
2.1.2 Habitat dan Penyebaran
Habitat jambu biji menurut Hadiyati dan Apriyanti (2015) menjelaskan
lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan jambu biji yaitu daerah yang
memiliki curah hujan 1.000 – 2.000 mm / tahun, suhu optimal 20 – 300 C,
kelembapan 30 – 50 %, pH 4,5 – 8,2, ketinggian 0 – 2000 m dpl, selain itu jambu
biji juga dapat tumbuh pada semua jenis tanah.
Jambu biji merupakan tanaman asli Amerika Tengah. Adapun
penyebaran tanaman jambu biji ini meliputi negara – negara yang sebagian
besar berada di Asia Negara seperti Taiwan, Thailand, Indonesia, Jepang,
Malaysia dan Negara non Asia yakni Australia (Parimin, 2005).
2.1.3 Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava)
Penelitian Setyowati, Prayitno dan Sarjito (2014), hasil zona hambat dari
ekstrak daun jambu biji menunjukkan bahwa kemampuan daya hambat terhadap
bakteri E. tarda tergolong kuat. Rosidah dan Wila (2012) dalam penelitiannya
memaparkan hasil pengamatan terhadap uji in vitro yakni larutan ekstrak daun
jambu biji dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Flavonoid adalah salah satu
zat yang terdapat pada daun jambu biji. Hal tersebut dipaparkan Maulana, Asih
dan Arsa (2016), senyawa golongan flavonoid yang teridentifikasi dalam ekstrak
daun jambu biji putih (Psidium guajava Linn) merupakan golongan senyawa
-
7
flavon. Dalam penelitian Soritua, Ginting dan Rusmalin (2015), menjelaskan
bahwa daun jambu biji mengandung senyawa aktif seperti daun-daun lainnya.
Adapun senyawa aktif daun jambu biji yaitu tanin, triterpenoid, saponin, eugenol,
dan flavonoid.
2.1.4 Kinerja Zat Anti Mikroba Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava)
Tanin pada daun jambu biji diketahui dapat menghambat bakteri. Kinerja
tanin yang terdapat pada tumbuhan jambu biji (Psidium guajava) yaitu tanin
memilki suatu sifat pengelat, dalam hal ini Azizah (2004) menjelaskan bahwa
sifat pengelat tanin berdampak pada pengerutan dari dinding sel bakteri, yang
menyebabkan terganggunya permeabilitas dari bakteri itu sendiri, sehingga
bakteri terhambat pertumbuhannya atau bahkan mati. Selanjutnya Soritua et al
(2015) menjelaskan senyawa dalam dam jambu biji yang berupa flavonoid,
tannin dan terpenoid mempunyai efek antibakteri dengan merusak struktur
membrannya. Nuria, Faziatun dan Sumantri (2009) menjelaskan bahwa
mekanisme kerja tanin sebagai antibakteri adalah menghambat enzim reverse
transkriptase dan DNA topoisomerase sehingga sel bakteri tidak dapat terbentuk,
sehingga pertumbuhan bakteri tersebut akan terhambat bahkan mati.
2.2 Biologi Ikan Patin (Pangasius sp.)
2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi ikan Patin (Pangasius sp.) menurut Saparinto dan Rini (2013)
sebagai berikut:
Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidea
-
8
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius sp.
Ikan Patin (Gambar 2) memiliki badan memanjang, bagian punggung
berwarna kebiruan mengkilap cerah, dan bagian perut berwarna putih mengkilat,
terdapat satu jari - jari keras pada sirip dada dan satu jari - jari keras pada sirip
punggung, posisi mulut agak kebawah, tidak bersisik, sirip ekor berbentuk cagak
/ huruf V dan simetris, sirip dada memiliki 12 - 13 jari - jari lunak, dan sirip anus
memiliki 30 - 33 jari - jari lunak dan ujung sirip berwarna putih (Partosuwiryo dan
Irfan, 2011).
Gambar 2. Ikan Patin (Pangasius sp.) (Partosuwiryo dan Irfan, 2011).
2.2.2 Habitat dan Penyebaran
Habitat ikan Patin berada di sungai besar dan muara sungai. Hidup di
lubang atau gua - gua di dasar perairan (Susanto, 2006). Saparinto dan Susiana
(2013), kondisi perairan yang cocok untuk ikan Patin (Pangasius sp.) yaitu pada
suhu 26 - 320 C, pH 6,7 - 8,6, kandungan oksigen 3 - 6 ppm, dan dapat
mentoleransi CO2 9 - 20 ppm. Patin dapat hidup di air payau hingga 15 ppm.
Alkalinitasnya antara 80 - 250 (Khairuman dan Dodi 2009).
Daerah penyebaran ikan patin cukup luas Khairuman (2007) menjelaskan
secara alami ikan ini banyak ditemukan di sungai - sungai besar di Sumatera,
-
9
seperti di Sungai Way Rarem, Musi, Batanghari, dan Indragiri. Sungai-sungai
besar lainnya di Jawa, seperti Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Di
Kalimantan dijumpai pada sungai Kayan, Berau, Mahakam, Barito, Kahayan, dan
Kapuas.
2.2.3 Makanan dan Kebiasaan Makan
Ikan Patin (Pangasius sp.) dapat memakan ikan - ikan kecil, cacing,
detritus, serangga, biji - bijian, udang-udang kecil, dan moluska. Ikan Patin
termasuk ikan Omnivora atau ikan pemakan segala (Susanto, 2006). Menurut
Kahiruman (2007), khusus dalam kolam pemeliharaan, larva ikan patin dapat
diberi pakan berupa pakan alami. Pakan alami yang diberikan untuk ikan Patin
yaitu pakan alami dari jenis Zooplankton seperti Artemia sp., Moina sp., dan
Daphnia sp., bahkan bisa langsung diberikan pakan komersil yakni pakan buatan
dari pabrik. Partosuwiryo dan Irfan (2011) menjelaskan posisi mulut ikan patin
agak ke bawah menandakan ikan lebih menyukai makan dibawah permukaan air
atau dasar perairan, maka dari itu ikan patin aktif di dasar perairan sehingga
digolongkan sebagai ikan dasar atau demersal.
2.2.4 Penyakit pada Ikan Patin (Pangasius sp.)
Penyakit ikan patin dapat disebabkan oleh infeksi dan non infeksi, dalam
hal ini Dewi (2011) menjelaskan penyakit non infeksi timbul akibat adanya
gangguan faktor yang tidak termasuk pada kategori pathogen berupa keracunan
akibat pemberian pakan yang berjamur, berkuman atau karena pencemaean
lingkungan dan kurang gizi, sedangkan penyakit infeksi dapat timbul karena
gangguan dari organisme pathogen, berupa parasit, jamur, bakteri dan virus.
Penjelasan Kordi (2010) dalam tabel mengenai penyakit yang menyerang ikan air
tawar termasuk ikan patin diantaranya yaitu, saprolegniasis, penyakit yang
disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp., brachiomycosis, penyakit pada saluran
darah yang disertai nekrosis pada jaringan disekitarnya yang disebabkan oleh
-
10
jamur Brachyomyces sangunis, penyakit bisul disebabkan oleh bakteri
Pseudomonas flourescens, penyakit cacar yang disebabkan bakteri yang
disebabkan Pseudomonas sp. dan Mycrococcus sp., penyakit septicemia
haemorrhagica penyakit bercak merah yang disebabkan bakteri Aeromonas sp.
2.3 Bakteri Aeromonas hydrophila
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi Bakteri Aeromonas hydrophila menurut Holt et al.,(1994)
adalah sebagai berikut:
Divisio : Protophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Pseudomonadales
Sub ordo : Pseudomonadineae
Family : Vibrionaceae
Genus : Aeromonas
Species : Aeromonas hydrophila
Gambar 3. Bakteri Aeromonas hydrophila (Lubis et al., 2014).
Penjelasan Kordi (2004), ciri utama bakteri Aeromonas (Gambar 3)
adalah bentuknya seperti batang, ukurannya 1 - 4 x 0,4 - 1 mikron, bersifat gram
-
11
negatif, fakultatif aerobic (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak
berspora, mempunyai satu flagel (monotrichous flagella) yang keluar dari salah
satu kutubnya.
A. hydrophila (Gambar 3) merupakan bakteri heterotrofik uniseluler,
tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan tidak adanya membran yang
memisahkan inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x1,0-
1,5 µm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel (Kabata, 1985) A.
hydrophila bersifat gram negatif, oksidasi positif dan katalase positif. Bakteri ini
berbentuk batang sampai dengan kokus dengan ujung membulat, fakultatif
anaerob, dan bersifat mesofilik dengan suhu optimum 20-300C (Krieg dan
Holt,1984).
2.3.2 Pertumbuhan dan Perkembangbiakkan
Penjelasan Prajitno (2007), pertumbuhan maksimal bakteri pada kisaran
suhu 280 C - 410 C sedang pertumbuhan minimum bakteri pada suhu 00 C - 50 C
bakteri akan tumbuh dengan baik pada pH 5,5 - 9,0. Pembiakkan bakteri ini
secara aseksual, yaitu dengan memanjangkan sel yang diikuti dengan
pembelahan inti yang disebut pembelahan biner dengan waktu yang diperlukan
kurang lebih 10 menit.
Penjelasan Chauret et al. (2001), menyatakan bakteri Aeromonas
hydrophila sering muncul pada musim panas atau musim kemarau, karena di
musim kemarau kandungan bahan organik di perairan tinggi. Kandungan oksigen
yang rendah, suhu yang tinggi dan akumulasi bahan organik atau sisa
metabolisme ikan, serta pola padat penebaran yang tinggi akan berkolerasi
positif terhadap perkembangbiakan bakteri tersebut.
2.3.3 Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila
A. hydrophila umumnya menginfeksi pada seluruh tubuh disertai dengan
pendarahan pada organ dalam tubuh ikan, infeksi ini bersifat sekunder yaitu
-
12
bakteri akan masuk kedalam tubuh jika terdapat luka yang menyebabkan
kerusakan jaringan karena serangan virus atau serangan mikroorganisme
lainnya. hal tersebut dapat memperparah keadaan organisme (Prajitno, 2007).
Aeromonas hydrophila merupakan oportunis sehingga sangat umum dijumpai di
air dan memiliki beragam serotipe yang berbeda tingkat virulensinya. Umumnya
penyebaran terjadi secara horizontal lewat kontak langsung dengan air atau
hewan yang sakit (Irianto, 2005). Adapun Kordi (2004) menjelaskan penularan
bakteri Aeromonas dapat berlangsung melalui air, kontak badan, kontak dengan
peralatan tercemar atau karena pemindahan ikan yang telah terserang
Aeromonas dari satu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran ini disebut juga
sebagai penyebaran yang terjadi secara horizontal. Aeromonas hydrophila
sebelum melakukan infeksi terlebih dahulu akan melakukan penempelan
kedalam host cell. Proses ini disebut adhesi, yaitu proses dimana mikroba
menempelkan diri secara stabil kedalam sel dengan menggunakan flagel. Faktor
virulen pada mikroba yakni beradaptasi dalam sel host / inang dan menetap
keberadaannya. Faktor adaptasi mikroba ini sangat berpengaruh pada kerusakan
sel / jaringan (Rahmat, 2009).
2.4 Mikronuklei
Secara teoritis mikronukleus merupakan kromatin sitoplasmik yang
tampak sebagai inti kecil terbentuk dari patahan kromosom yang diasingkan dari
inti (nukleus) pada tahap anaphase pembelahan sel. Setelah mencapai tahap
telofase, elemen sentris menjadi inti sel anak, sedang fragmen kromosom yang
tertinggal tetap berada pada sitoplasma membentuk inti kecil yang disebut
mironukleus (Gambar 4) (Rangkuti, 2012).
Dalam setiap sel ikan terdapat inti sel atau nucleus (Gambar 4), dimana di
dalamnya terdapat materi-materi tentang genetik yaitu DNA (Deoxyribonucleic
-
13
Acid) yang mempunyai fungsi utama untuk menggandakan kontrol terhadap
aktivias sel, salah satunya adalah fungsi reproduksi sel. Adapun mikronukelus
atau mikronuklei (Gambar 4) adalah inti tambahan kecil yang terletak di luar inti
utama, merupakan salah satu bentuk kelainan inti sel akibat kesalahan dalam
proses pembelahan. Bila dilihat di bawah mikroskop, mikronuklei tampak sebagai
inti kedua yang ukurannya kurang lebih sepertiga diameter kurang dari sepertga
diameter inti utama, berbentuk bulat atau oval dengan tepi halus, tidak
bertumbukan atau memiliki hubungan dengan inti utama. Mikronuklei merupakan
kromatin sitoplasmik yang berukuran kecil yang berasal dari pecahan kromosom
yang tertinggal saat proses pembelahan sel pada fase (anafase), membentuk
struktur yang menyerupai inti dengan diameter 1/3 dari inti sel (Ali et al., 2008)
Gambar 4. Mikronuklei (Mahardika, 2012).
2.5 Imunologi dan Imunostimulan
Penjelasan Hasdianah et al. (2014), imunologi adalah suatu cabang yang
luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem
imun (kekebalan) pada semua organisme. Menurut Harti (2013), reaksi
imunologis adalah mekanisme yang berkaitan dengan pertahanan host terhadap
suatu antigen seluler maupun non seluler. Menurut Bellanti (1993), respon
mikronuklei
-
14
imunologik menjalankan 3 fungsi yaitu pertahanan melawan invansi
mikroorganisme, homeostatis yakni memenuhi segala kebutuhan umum dari
organisme multiseluler untuk mempertahankan keseragaman dari jenis sel
tertentu dan pengawasan dini yaitu memonitor pengenalan jenis-jenis sel
abnormal yang secara tetap timbul dalam badan.
Salah satu upaya untuk meningkatkan daya tahan tubuh ikan adalah
dengan menggunakan imunostimulan. Menurut Sakai (1999), imunostimulan
berperan mengaktifkan mekanisme pertahanan non spesifik, cell mediated
immunity dan respon imun spesifik. Imunostimulan merupakan senyawa kimia,
obat atau bahan lainnya yang mampu meningkatkan mekanisme respon imunitas
ikan. (Anderson 1992), baik seluler maupun humoral (Alifuddin 1999). Galleotti
(1998) dan Anderson (1992) telah mengungkap jenis, berbagai aspek dan
aplikasi imunostimulan berkaitan dengan budidaya perikanan.
-
15
3. METODE PENELITIAN
3.1 Materi Penelitian
3.1.1 Alat Penelitian
Alat-alat (Lampiran 1) yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
Toples kapasitas 10 liter
Aerator set
Heater
Colokan kabel
Seser
Akuarium besar
Autoklaf
Nampan
Timbangan digital
Beaker glass
Botol film
Botol kaca kapasitas 1 liter
Mikroskop
Spuit
Pipet kapiler
Handtally counter
Selang
DO meter
pH meter
Termometer
Inkubator
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Apendorf kecil
Kulkas
Box sterofoam
Lap
Sentrifuge
Oven
Blender
Penggaris
Ember
-
16
3.1.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan (Lampiran 2) yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
Ikan Patin (Pangasius sp.)
Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
Bakteri Aeromonas hydrophila
Alumunium foil
Kertas label
Plastik hitam
Air
Etanol 96%
Pakan buatan
NA (Nutrien Agar)
NB (Nutrien Broth)
Akuades
Sampel darah ikan Patin
Tisu
Kapas
Na sitrat 3,8%
Kertas saring
Solatip
Kertas HVS
Benang Kasur
Plastik klip kecil
Kantong plastik
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksperimental. Dalam hal ini penelitian eksperimental dimaksudkan untuk
mengetahui hubungan keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya
serta membuktikan suatu hipotesis pada suatu penelitian. Sukmadinata (2005)
menjelaskan penelitian eksperimental atau experimental research merupakan
-
17
penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu hubungan sebab-akibat. Hampir
secara keseluruhan penelitian yang dilakukan dalam bidang fisika, kimia,
maupun biologi menguji hubungan sebab-akibat dari beberapa hal atau variabel.
Dalam hal ini hipotesis atau dugaan hubungan sebab-akibat serta variable satu
dengan variabel lainnya secara langsung diuji oleh penelitian eksperimental.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL).
Rancangan Acak Lengkap (RAL) menurut Hanafiah (2013), Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dapat dikatakan rancangan paling sederhana jika dibandingkan
dengan model rancangan lainnya. dalam rancangan ini tidak terdapat local
control, maka untuk sumber keragaman yang dapat diamati hanya perlakuan
dengan galat. Kondisi rancangan acak lengkap ini hanya dapat dicapai di
ruangan-ruangan terkontrol seperti laboratorium. Adapun Rancangan Acak
Lengkap yang secara umum dinyatakan dalam model matematika adalah
sebagai berikut.
Keterangan :
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ke ulangan ke-j
µ = nilai rerata umum (mean)
τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i
εij = pengaruh galat
3.3.1 Penelitian Pendahuluan
a. Uji Imunostimulan
Uji imunostimulan bertujuan untuk mengetahui dosis terbaik pada
pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium guajava) yang
ditinjau dari jumlah mikronuklei ikan patin. Mikronuklei diketahui berhubungan
Yij= µ + Τi + εij
-
18
langsung dengan sistem imun dari ikan patin itu sendiri. Semakin banyak
mikronuklei pada darah ikan maka ikan tersebut menjadi indikasi ikan terganggu
sistem imunonitasnya. Menurut Sayitna (2016), Pengamatan dan uji mikronuklei
terhadap biota perairan seperti ikan bertujuan untuk mendeteksi pencemar atau
penyakit yang ada di lingkungan dalam media air. Hal ini dikarenakan sel darah
ikan telesotei memiliki nukleus dan mikronukleinya dapat dijadikan ukuran
aktivitas dari kromosom yang tidak berfungsi lagi yang menyebabkan salah satu
bagian dari kromosom terhapus. Maka dari itu mikrouklei dapat dijadikan sebagai
penentu kesehatan ikan dimana semakin banyak mikronuklei yang ditemukan
mengindentifikasi bahwa ikan tersebut dalam kondisi tidak sehat atau stres yang
diakibatkan oleh penyakit dan telah terjadinya pencemaran perairan.
Uji imunostimulan dilakukan melalui pemberian imunostimulan ekstrak
kasar daun jambu biji sebesar 2%, 6%, dan 10% dari pakan ikan Patin
(Pangasius sp.) dengan 2 kali ulangan. Dosis tersebut mengacu pada penelitian
Sutama (2002) yang menggunakan 2 gram ekstrak daun jambu biji per 100 gram
pakan pelet atau sebesar 2% dari pakan, dalam upaya pencegahan penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Adapun rancangan uji imunostimulan (Gambar 5) yaitu sebagai berikut,
K = Ikan kontrol yang tidak diberi imunostimulan ekstrak kasar daun jambu
biji;
A = Perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji 2%;
B = Perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji 6%;
C = Perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji 10%.
Denah uji imunostimulan disajikan pada Gambar 5 berikut ini.
-
19
Gambar 5. Denah Uji Imunostimulan
Keterangan :
A - B - C : Perlakuan penelitian 1 - 2 : Ulangan
K : Kontrol
b. Uji LD50 Bakteri Aeromonas hydrophila
Uji LD50 bertujuan untuk mengetahui tingkat virulensi bakteri Aeromonas
hydrophila yang didapat dari Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan. Bakteri
Aeromonas hydrophila diujikan pada ikan Patin dan ditunggu hingga ikan Patin
mati sebanyak 50% dari total ikan yang dipelihara. Total ikan yang dipelihara
sebanyak 6 ekor / akuarium. Uji LD50 menggunakan bakteri Aeromonas
hydrophila dengan kepadatan 3 x 107 dan 3 x 108 dengan 2 kali ulangan.
Adapun rancangan uji LD50 (Gambar 6) yaitu sebagai berikut,
A = Ikan Patin yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dengan
kepadatan 107
B = Ikan Patin yang diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila dengan
kepadatan 108
Denah uji LD50 Bakteri Aeromonas hydrophila disajikan pada Gambar 6
berikut ini.
Gambar 6. Denah Uji LD50
Keterangan :
A – B : Perlakuan penelitian 1 - 2 : Ulangan
C1
B1
K1
A1
A2
C2
B2
K2
A1
B1
A2
B2
-
20
3.3.2 Penelitian Utama
Penelitian utama bertujuan untuk mengetahui total mikronuklei ikan patin
yang diberi perlakuan pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji.
Dalam hal ini mikronuklei dapat dijadikan acuan dalam menentukan status
kesehatan ikan. Menurut Mondal et al., (2011), kerusakan sel darah pada ikan
menyebabkan gengguan transport darah ke jaringan sehingga dapat
menghambat proes metabolisme. Tentunya keadaan tersebut menyebabkan
keseimbangan energi terganggu dalam pengaturan suhu tubuh, pemeliharaan
(maintance), aktivitas maupun untuk pertumbuhan sehingga ikan menjadi tidak
sehat.
Dosis yang diaplikasikan dalam penelitian utama didapat dari dosis
terbaik pada penelitian pendahuluan sebanyak 6% dari total pakan. Maka pada
penelitian utaman mengunakan dosis 2%, 4%, dan 6% dari total pakan.
Adapun rancangan penelitian utama (Gambar 7) adalah sebagai berikut,
K = Ikan kontrol yang tidak diberi imunostimulan ekstrak kasar daun
jambu biji dan diinfeksi Aeromonas hydrophila;
A = Pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji sebanyak 2%
dan di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila;
B = Pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji sebanyak 4%
dan di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila;
C = Pemberian imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji sebanyak 6%
dan di infeksi bakteri Aeromonas hydrophila.
Denah penelitian utama disajikan pada Gambar 7 berikut ini.
-
21
Gambar 7. Denah Penelitian Utama
Keterangan :
A - B - C : Perlakuan penelitian 1 - 2 - 3 : Ulangan
K : Kontrol
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Persiapan Penelitian
a. Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi alat dan bahan dilakukan dengan menggunakan Autoklaf,
adapun prosedurnya adalah sebagai berikut,
Alat dicuci kemudidan dikeringkan lalu dibungkus dengan kertas koran dan
diikat menggunakan benang kasur;
Akuades dimasukan ke dalam ruang sterilisasi autoklaf sampai batas sistem
pemanas dari autoklaf tersebut,
Alat dan bahan yang hendak disterilisasi dimasukan kedalam keranjang
autoklaf, selanjutnya keranjang tersebut dimasukan kedalam autoklaf lalu
autoklaf ditutup;
Saat menutup autoklaf, semua tuas ditutup secara diagonal, agar seimbang
kekuatannya pada saat menutup autoklaf, klep untuk keluarnya uap
dipastikan pada posisi berdiri / tegak;
Autoklaf dinyalakan pada posisi ON (Keatas), lampu power berwarna kuning;
C1
B1
K1
A1
K2
C2
A2
B2
A3
K3
B3
C3
-
22
Suhu diputar pada posisi maksimal, sehingga warna lampu heating berwarna
hijau;
Uap air dari klep dibiarkan hingga keluar, lalu ditutup atau diarahkan ke
samping
Ditunggu suhu hingga suhu sterilisasi mencapai 1210C,
Temperatur diturunkan sampai lampu pada sterilizing berwarna kuning,
Timer diatur pada posisi 15 menit (waktu sterilisasi);
Alarm berbunyi tanda sterilisasi berakhir, temperatur diturunkan pada posisi
minimal;
Autoklaf dimatikan pada posisi kebawah (OFF);
Klep dibuka secara perlahan sampai jarum menunjukkan angka 0;
Autoklaf dapat dibuka;
Alat dan bahan diambil dari autoklaf.
b. Persiapan Ikan
Ikan uji merupakan ikan Patin (Pangasius sp.) berasal dari Laboratorium
Reproduksi Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya,
sebanyak 60 ekor dengan panjang per ekor 10-12 cm, bobot per ekor 5-7 gr, dan
padat tebar ikan yaitu 1 ikan per liter. Ikan diambil dengan menggunakan seser,
lalu diadaptasikan ke dalam toples berkapasitas 10 liter selama 3 hari berturut-
turut.
Adaptasi berfungsi agar ikan Patin menyesuaikan diri dengan lingkungan
barunya selain itu untuk mengetahui kondisi kesehatan dari ikan Patin tersebut.
Selama ikan diadaptasikan, ikan diberi makan 2 kali sehari, pagi pukul 08:00 WIB
dan sore pukul 16:00 WIB. Pakan yang diberikan secara teratur sebanyak 3%
dari bobot tubuhnya setiap hari selama penelitian. Selain itu penyiponan
dilakukan jika air keruh akibat sisa pakan dan feses dari ikan tersebut.
-
23
c. Persiapan Alat Penelitian
Toples kapasitas 10 liter dicuci dengan detergen lalu dijemur, setelah
kering toples dipasang plastik hitam hingga menutupi seluruh permukaan toples
tersebut, hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan ikan Patin dari cahaya
secara langsung serta mencegah terjadinya fluktuasi suhu. Setelah itu, toples
dipasang Aerator set dan diisikan air sebanyak 6 liter serta dipasang heater pada
masing-masing toples untuk menyesuaikan suhu air yang baik bagi ikan Patin
(Pangasius sp.).
d. Pembiakkan Bakteri Aeromonas hydrophila
1) Media Padat NA (Nutrien Agar)
NA merk OXOID dengan dosis 40gram / L
NA sebangak 2,4 gram dilarutkan ke dalam 60 ml akuades pada
erlemenyer
Media dipanaskan di atas hotplate hingga homogen
Erlemenyer ditutup dengan kapas dan kertas perkamen / aluminium foil
lalu ditali dengan benang
Media sterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121 oC, tekanan 1 atm
selama 15 menit
Media dibiarkan dingin hingga mencapai suhu ruang karena bakteri akan
mati apabila diinokulasi pada media yang masih panas
Media dituang pada cawan petri lalu ditunggu hingga dingin dan
digunakan atau disimpan pada lemari pendingin dengan diberi label.
2) Media Cair NB (Nutrien Broth)
NB ditimbang 6 gram dilarutkan dalam 200 ml akuades dalam erlemneyer
kemudian diaduk hingga larut sempurna berwarna kuning
-
24
Erlemenyer ditutup kapas dan aluminium foil lalu diikat menggunakan
benang
Media sterilisasi dalam autoklaf dengan suhu 121 0C, tekanan 1 atm
selama 15 menit
Media dibiarkan dingin hingga mencapai suhu ruang karena bakteri akan
mati apabila diinokulasi pada media yang masih panas
3) Pembiakan Bakteri A. hydrophila
Larutan NB disiapkan sebanyak 6 gram dalam erlemenyer sebanyak 220
ml
Jarum osse dipanaskan diatas bunsen sampai berpijar, setelah dingin
jarum osse disentuhkan ke biakan murni A. hydrophila kemudian
dicelupkan pada NB sebanyak 2 osse
Larutan NB dibiarkan 12 - 24 jam dalam inkubator pada suhu 37 C
Cawan petri yang berisi media NA disiapkan
Setelah NB menjadi keruh, jarum osse dicelupkan ke NB dan digoreskan
ke permukaan NA
Digoreskan ke permukaan media NA secara zig zag dengan metode
goresan sinambung, T, atau kuadran
Media NA di inkubasi di dalam inkubator dengan suhu 37 0C selama 24
jam.
e. Pembuatan Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
Daun jambu biji sebanyak 1 kg, dicuci air bersih, selanjutnya daun jambu
biji dikering anginkan, setelah itu daun jambu biji dicacah, selanjutnya daun
jambu biji tersebut dioven dengan suhu 50 0C selama 11 Jam, setelah itu daun
tersebut dihaluskan menggunakan blender. Adapun hasil serbuk kering setelah
diblender yaitu sebanyak 424,2 gr. Serbuk kering daun jambu biji kemudian
-
25
dimaserasi selama 2 x 24 jam. Maserasi dilakukan dengan melarutkan serbuk
kering daun jambu biji sebanyak 424,2 gr kedalam etanol 96% sebanyak 2400 ml
atau setara dengan 1 : 6 dalam perbandingan. Setelah dilakukan maserasi,
selanjutnya dilakukan pemisahan ekstrak dengan pelarut tersebut menggunakan
rotary evaporator dengan suhu 45° C, kecepatan 80 rpm, didapatkan hasil
ekstrak kasar daun jambu biji berupa pasta yaitu 38,7 gr.
f. Pengenceran Bakteri
Bakteri A. hydrophila diperoleh dari Laboratorium Parasit dan Penyakit
Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Bakteri yang
diperoleh adalah bakteri dengan kepadatan 3 x 109 sel / ml. Bakteri yang
digunakan adalah bakteri dengan kepadatan 3 x 107 sel / ml dan 3 x 108 sel / ml
(Uji LD50). Untuk mendapatkan kepadatan 107 sel / ml dan 108 sel / ml dilakukan
pengenceran. Perhitungan suspensi bakteri dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Dimana :
N1 : Kepadatan populasi bakteri dalam media NB (sel / ml)
N2 : Kepadatan populasi bakteri yang dikehendaki (sel / ml)
V1 : Volume suspensi bakteri dalam NB yang dibutuhkan
V2: Volume media air dalam wadah pemeliharaan ikan
Peremajaan bakteri 3 x 109 sel / ml dilakukan dengan penanaman bakteri
pada media NA (Nutrien Agar) dan diinkubasi selama 2 hari pada inkubator.
Bakteri 3 x 109 sel / ml tersebut kemudian diencerkan menggunakan air pada
media infeksi dengan perbandingan yang dihitung menggunakan rumus di atas.
Berdasarkan rumus di atas didapatkan bahwa untuk mendapatkan bakteri
kepadatan 3 x 107 sel / ml dan 3 x 108 sel / ml pada air sebanyak 6 liter (6.000 ml)
N1 . V1 = N2 . V2
-
26
adalah dengan memasukkan bakteri kepadatan 3 x 108 sel / ml sebanyak 200 ml
(Kepadatan 107) dan 20 ml (kepadatan 108) ke dalam air sebanyak 6.000 ml.
3.4.2 Pelaksanaan Penelitian
a. Pembersihan Toples
Toples dengan kapasitas 10 liter, dicuci dengan detergen sebagai
desinfektan, lalu dibilas dengan air bersih dan dijemur untuk dikeringkan, setelah
kering, toples dipasang plastik hitam agar ikan Patin terhindar dari cahaya
langsung. Selanjutnya Toples disusun dan dipasang aerator set yang berfungsi
sebagai masukan oksigen terlarut dan heater yang berfungsi sebagai perekayasa
suhu.
b. Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
Imunostimulan ekstrak kasar daun jambu biji (Psidium guajava) diberikan
pada ikan Patin (Pangasius sp.) melalui pakan pelet. Ekstrak kasar daun jambu
biji ditimbang yakni sebanyak 2%, 6% dan 10% dari total pakan untuk Penelitian
Pendahuluan, sedangkan untuk Penelitian Utama sebanyak 2%, 4%, 6%.
Setelah itu ekstrak kasar tersebut dicampur dengan putih telur (sebagai perekat)
dan pakan pelet. Pakan yang mengandung ekstrak kasar daun jambu biji dikering
anginkan selama 1 hari, selanjutnya pakan dengan kandungan ekstrak kasar
daun jambu biji diberikan pada ikan patin sebanyak 3% dari bobot tubuh per
harinya. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak 2 kali yaitu, pagi hari
pukul 08:00 WIB dan sore hari pukul 16:00 WIB.
c. Penginfeksian Bakteri pada Ikan Patin (Pangasius sp.)
Pakan yang akan diberi ekstrak kasar daun jambu biji sebelumnya diuji
kandungannya untuk mengetahui apakah pakan yang diberikan layak untuk
kebutuhan tubuh ikan. Uji proksimat (Lampiran 3) dilakukan di Laboratorium Uji
Mutu dan Kelayakan Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya
-
27
Malang. Hasil uji pakan (Tabel. 1) menunjukan bahwa pakan mengandung
prosentase karbohidarat tinggi untuk menunjang kebutuhan energi dari ikan.
KANDUNGAN HASIL
Protein (%) 2.75
Lemak (%) 4.54
Air (%) 6.93
Abu (%) 9.11
Karbohidrat (%) 76.67 Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Laboratorium Uji Mutu dan Kelayakan Pangan,
Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Brawijaya Malang. Penginfeksian uji LD50 untuk penelitian pendahuluan dilakukan
menggunakan bakter Aeromonas hydrophila dengan metode perendaman.
Perendaman ikan dengan bakteri A. hydrophila dilakukan dengan kepadatan
3x107sel/ml dan 3x108sel/ml pada toples yang diisi air sebanyak 6 liter. Rumus
pengenceran yang digunakan sebagai berikut:
a) V1 x N1 = V2 x N2
V1 x (3x109) =6.000 x 107
V1 = 6.000 x 107
3 x 109
= 20 ml
b) V1 x N1 = V2 x N2
V1 x (3x109) = 6.000 x 108
V1 = 6.000 x 108
3 x 109
= 200 ml
Hasil dari perhitungan tersebut menyatakan kebutuhan bakteri yang
digunakan yaitu sebanyak 20 ml (kepadatan 3 x 107) dan 200 ml (kepadatan 3x
108) .
d. Metode Pemeriksaan Darah Ikan
Pengambilan Darah Ikan
Menurut Bjanti (2005), adapun prosedur pengambilan darah ikan sebagai
berikut :
Yang pertama ialah membius ikan menggunakan larutan anastesi.
-
28
Menyiapkan mikro spuit lengkap dengan jarumnya, hisap larutan
antikoagulan sampai memenuhi seluruh dinding syringe.
Mengeluarkan anti koagulan (Na Sitrat 3,8%) dari spuit, sisakan
larutan heparin tersebut sebanyak 50 ul dalam spuit.
Masukan jarum/spuit dan jarumnya yang telah berisi larutan anti
koagulan pada garis tengah tubuh di belakang sirip anal.
Memasuka jarum kedalam linea lateralis sampai mencapai tulang
belakang (columna spinal).
Memastikan tidak ada gelembung air yang masuk kedalam spuit,
kemudian ditarik perlahan-lahan sampai darah masuk kedalam spuit.
Setelah mendapatkan sampel darah, kemudia memasukan darah ke
tabung ependof.
Pengamatan Sel Darah Ikan
Menurut Bijanti (2005), dalam metode pengamatan sel darah ikan
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut :
Mengambil darah sebanyak satu tetes, kemudian meletakkannya di
atas objek glass dan dibuat hapusan darah ditunggu hingga kering
kemudian diberi methanol.
Menyemir darah ikan yang telah kering kemudian memberikan
pewarna giemsa sebanyak 1 tetes kemudia membuat hapusan dan
dibiarkan selama +- 20 menit agar warna terserap.
Ketika sudah 20 menit, selanjutnya mencuci dengan menggunakan air
mengalir dan kemudia dikeringkan.
Langkah terakhir adalah mengamati preparat di bawah mikroskop.
-
29
Pengamatan Mikronukei Pada Sel Darah Ikan
Sampel darah perifer dari linea lateralis sampel ikan dan dioleskan pada
slide yang bersih. Setelah difiksasi dalam ethanol murni selama 20 menit,
slide dibiarkan kering udara dan kemudian dilanjutkan dengan pewarnaan
Giemsa 10% selama 25 menit. Pengamatan dilakukan menggunakan
mikroskop Olympus BH2. Menurut Setiyawati (2016), Mikronuklei yang
teridentifikasi dihitung dengan bantuan handy counter. Frekuensi
mikronukleus ditulis per 1000 sel yang dihitung. Anomali nukleus yang lain
selain mikronukleus seperti nukleus piknotik, karyolytic, karyorhetic,
nuclear bud (broken eggs), dan binucleated cell tidak dihitung. Setelah
seluruh preparat diamati, dilakukan analisis perhitungan data. Langkah
terakhir yaitu mengamati tiap sel dan menghitung frekuensi mikronuklei.
Adapun rumus perhitungan mikronuklei menurut Setyawati (2016) adalah
sebagai berikut :
Frekuensi Mikronuklei = ∑ mikronukeli X (1000) Total sel yang dihitung
3.5 Parameter Uji
3.5.1 Parameter Utama
Parameter utama pada penelitian ini adalah pengamatan total mikronuklei
ikan Patin (Pangasius sp.). Pengamatan ini dilakukan untuk melihat kondisi ikan
Patin setelah diinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, yang sebelumnya telah
diberi imunostimulan.
3.5.2 Parameter Penunjang
Parameter penunjang pada penelitian ini yaitu pertama mengenai
kelulushidupan atau Survival Rate (SR). Rumus SR menurut Wirabakti (2006)
yaitu,
SR = Nt X 100% No
-
30
Keterangan :
SR : Kelangsungan hidup hewan uji (%)
Nt : Jumlah ikan uji akhir penelitian (ekor)
No : Jumlah ikan uji pada awal penelitian (ekor)
Parameter penunjang yang kedua dalam penelitian ini adalah kualitas air
yang meliputi, suhu, pH air, oksigen terlarut.
3.6 Analisis Data
Penelitian ini menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 3 kali
ulangan. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan digunakan analisis keragaman
atau uji F. Apabila nilai F berbeda nyata atau berbeda sangat nyata dilanjutkan
dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) untuk menentukan perlakuan yang
memberi respon terbaik, pada taraf atau derajat kepercayaan 5% dan 1%.
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara perlakuan dengan hasil yang
dipengaruhi, digunakan analisa regresi yang memberikan keterangan mengenai
pengaruh perlakuan terbaik pada respon. Selanjutnya untuk mengetahui bentuk
kerja antara perlakuan dengan penentuan penelitian, digunakan uji polinomial
orthogonal.
-
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra dan Post Diuji Tantang Bakteri A. hydrophila
Uji tantang bakteri A. hydrophila berdasarkan uji LD50 diperoleh
kepadatan sebesar 108 sel/ml, yang dapat mematikan ikan uji sebesar 50% di
hari ke-3. Pengamatan darah dilakukan pada hari ke-3 (pra diuji tantang) dan hari
ke-9 (post diuji tantang).
4.1.1 Total Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Pra Diuji Tantang
Berdasarkan hasil penelitian total mikronuklei ikan patin yang telah diberi
perlakuan ekstrak daun jambu biji melalui pakan selama 6 hari didapatkan hasil
rerata seperti pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Rerata Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang.
Perlakuan Ulangan Total Rerata ± STD
1 2 3
K- (0%) 15,936 9,208 12,302 37,446 12,48 ± 3,37 A (2%) 3,745 1,766 2,008 7,519 2,51 ± 1,08 B (4%) 7,352 5,328 7,005 19,685 6,56 ± 1,08 C (6%) 12,578 9,541 7,812 29,931 9,98 ± 2,41
Berdasarkan Tabel 2, untuk mengetahui pengaruh perlakuan ekstrak
kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei ikan Patin pra diuji tantang,
dilakukan uji sidik ragam (Tabel 3) perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 3. Sidik Ragam Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang
Sumber Keragaman
Db JK KT F.Hit F 5% F 1%
Perlakuan 3 168,570 56,190 11,526** 4,07 7,59 Acak 8 38,997 4,874 Total 11
Keterangan: ** = Berbeda Sangat Nyata
Uji sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan hasil yang berbeda nyata (F
hitung > F5%), artinya pemberian ekstrak kasar daun jambu biji berpengaruh
sangat nyata terhadap total mikronuklei ikan Patin. Selanjutnya, untuk
-
32
mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT). Hasil uji BNT diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 4).
Tabel 4. Uji BNT Total Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang
Rata-rata Perlakuan
A (2%) 2,51
B(4%) 6,56
C(6%) 9,98
K- (0%) 12,48
Notasi
A (2%) 2,51 0 a B (4%) 6,56 4,06 ns 0 ab C (6%) 9,98 7,47 ** 3,42 ns 0 b K- (0%) 12,48 9,98 ** 5,92 ** 2,51 ns 0 bc
Keterangan: ns= Tidak Berbeda Nyata, *= Berbeda Nyata, **= Berbeda Sangat Nyata
Hasil Uji BNT pada Tabel 4 menunjukan, perlakuan A tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B, namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan C dan K-.
Begitupula perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan berbeda
sangat nyata dengan perlakuan K-. Perlakuan K- berbeda sangat nyata dengan
perlakuan A dan B. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan pengaruh dosis
ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei ikan patin dapat
diketahui dengan uji polinomial orthogonal, sehingga diperoleh regresi sebagai
berikut (Gambar 8).
Gambar 8. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap Mikronuklei Ikan Patin Pra diuji tantang Bakteri A. hydrophila
y = 11.748- 5.1946x+0.8369x2
R² = 0.6566
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
0 1 2 3 4 5 6 7
Mik
ron
ukl
ei
Dosis Ekstrak Jambu Biji (%)
-
33
Berdasarkan hasil regresi pada Gambar 8, diperoleh hubungan
pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei menunjukkan
pola kuadratik dengan persamaan y = 11.478-5.1946x+0.8369x2 dan koefisien
(R2) sebesar 0,6566. Hubungan pemberian ekstrak kasar daun jambu biji
terhadap mikronuklei menunjukan penurunan pada dosis 2%, mencapai titik
terendah pada dosis 3.10%, dan mengalamai kenaikan pada dosis 4% dan 6%.
Pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei
menunjukkan respon berbeda nyata (F hitung > F5%). Adanya pengaruh nyata
tersebut dikarenakan ekstrak kasar daun jambu biji ternyata dapat menurunkan
mikronuklei sampai pada dosis 3,10% dan mengalami kenaikan pada dosis 4%
dan 6%. Zat tanin dalam jambu biji memiliki sifat pengelat spasmolitik yang
membantu proses pembentukan nuklei normal, menurunkan mikronuklei. Namun
pada dosis tinggi sifat pengelat spasmollitik zat tanin akan mengerutkan dinding
sel sehingga menggangu proses pembentukan sel dalam tubuh. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ajizah (2004) bahwa tanin mempunyai sifat sebagai pengelat
berefek spasmolitik. Efek spasmolitik ini juga dapat mengakibatkan
mengkerutkan dinding sel sehingga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri.
Akibatnya sel tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya
terhambat atau bahkan mati.
Penggunaan dosis ekstarak kasar daun jambu biji yang tepat diperlukan
untuk mengoptimalkan kinerja sistem imun dalam tubuh ikan. Menurut Anderson
(1992) cara penggunaan imunostimulan memiliki pola yang sama dengan
penggunaan antibiotik atau bahan kimia, tetapi penggunaannya masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. Pada pemberian dosis tinggi imunostimulan
akan menyebabkan penekanan mekanisme pertahanan. Pemberian dosis
rendah, imunostimulan menjadi tidak efektif.
-
34
4.1.2 Mikronuklei Ikan Patin (Pangasius sp.) Post Diuji Tantang
Berdasarkan hasil penelitian Mikronuklei ikan patin post diuji tantang
bakteri A. hydrophila didapatkan hasil rerata pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Rerata Mikronuklei Ikan Patin Post Diuji Tantang
Perlakuan Ulangan Total Rerata ± STD
1 2 3
K+ (0%) 15,810 11,075 23,157 50,042 16,68 ± 6,09 A (2%) 1,798 1,468 3,169 6,435 2,15 ± 0,90 B (4%) 5,228 3,512 3,759 12,499 4,17 ± 0,93 C (6%) 8,379 8,529 6,593 23,501 7,83 ± 1,08
Berdasarkan Tabel 5, untuk mengetahui pengaruh perlakuan ekstrak
kasar daun jambu biji terhadap Mikronuklei ikan Patin post diuji tantang,
dilakukan uji sidik ragam (Tabel 6), perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 6. Sidik Ragam Mikronuklei Ikan Patin Post Diuji Tantang
Sumber Keragaman
Db JK KT F.Hit F 5% F 1%
Perlakuan 3 372,044 124,014 12,433** 4,07 7,59 Acak 8 79,7931 9,974 Total 11
Keterangan: ** = Berbeda Sangat Nyata
Uji sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan hasil yang berbeda sangat
nyata (F hitung > F5%), artinya pemberian ekstrak kasar daun jambu biji
berpengaruh sangat nyata terhadap mikronuklei ikan Patin. Selanjutnya, untuk
mengetahui perbedaan antar perlakuan, maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT). Hasil uji BNT diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 7).
Tabel 7. Uji BNT Mikronuklei Ikan Patin Pra Diuji Tantang.
Rata-rata Perlakuan
A (2%) 2,15
B(4%) 4,17
C(6%) 7,83
K+ (0%) 16,68
Notasi
A (2%) 2,15 0 a B (4%) 4,17 2,02 ns 0 a C (6%) 7,83 5,69 ns 3,67 ns 0 a K+ (0%) 16,68 14,54 ** 12,51 ** 8,85 ** 0 b
Keterangan: ns= Tidak Berbeda Nyata, *= Berbeda Nyata, **= Berbeda Sangat Nyata
-
35
Hasil Uji BNT pada Tabel 7 menunjukan, perlakuan A tidak berbeda nyata
dengan perlakuan B dan C. namun berbeda sangat nyata dengan perlakuan K+.
Begitupula perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C dan berbeda
sangat nyata dengan perlakuan K+. Perlakuan K+ berbeda sangat nyata dengan
perlakuan A, B dan C. Selanjutnya, untuk mengetahui hubungan pengaruh dosis
ekstrak kasar daun jambu biji terhadap mikronuklei ikan patin dapat diketahui
dengan uji polinomial orthogonal, sehingga diperoleh regresi sebagai berikut
(Gambar 9).
Gambar 9. Hubungan Pemberian Ekstrak Kasar Daun Jambu Biji terhadap Mikronuklei Ikan Patin Post diuji tantang Bakteri A. hydrophila.
Berdasarkan hasil regresi pada Gambar 9, diperoleh hubungan
pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei menunjukkan
pola kuadratik dengan persamaan y = 15.935-8.0521x+1.1377x2 dan koefisien
(R2) sebesar 0,7496. Hubungan pemberian ekstrak kasar daun jambu biji
terhadap mikronuklei menunjukan penurunan pada dosis 2%, mencapai puncak
terendahnya pada dosis 3.53%, dan mengalamai kenaikan pada dosis 4% dan
6%.
6; 6,593
y = 15.935-8.0521x+1.1377x2 R² = 0.7496
0
5
10
15
20
25
0 1 2 3 4 5 6 7
Mik
ron
ukl
ei
Dosis Ekstra Daun Jambu Biji (%)
-
36
Pemberian ekstrak kasar daun jambu biji terhadap total mikronuklei
menunjukkan respon berbeda nyata (F hitung > F5%). Adanya pengaruh nyata
tersebut dikarenakan ekstrak kasar daun jambu biji ternyata dapat menurunkan
total mikronuklei. Daun jambu biji diketahui mengandung tanin dan flavonoid
sebagai komponen aktif yang mampu meningkatakan kekuatan antioksidan total
dalam darah. Ketika sistem imun ikan meningkat maka proses pembentukan sel
darah dapat berjalan baik dan mengurangi abnormalitas nuklei termasuk
mikronuklei sehingga proses pengedaran nutrien ke seluruh tubuh ikan lebih
optimal.
Kerusakan sel darah ikan menunjukan bahwa ikan dalam kondisi tidak
sehat. Darah berfungsi untuk menyebarkan nutrisi makanan kes seluruh tubuh.
Kerusakan sel darah mengakibatkan terganggunya proses metabolisme dalam
tubuh. Menurut Mondal et al., (2011), kerusakan sel darah pada ikan
menyebabkan gangguan dalam transpot darah ke jaringan sehingga dapat
menghambat proses metabolisme. Tentunya keadaan tersebut menyebabkan
keseimbangan energi keseluruhan dapat terganggu yang kemudian dapat
mempengaruhi keseimbangan energi yang akan dimanfaatkan untuk pengaturan
suhu tubuh, pemeliharaan (maintanance), aktifitas maupaun untuk pertumbuhan
sehingga ikan menjadi tidak sehat.
4.2 Mortalitas dan Gejala Klinis Ikan Patin Selama Penelitian
Berdasarkan pengamatan terhadap hasil mortalitas (Lampiran 4) ikan uji
diperoleh hasil bahwa ikan Patin tidak mengalami kematian. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa ikan patin yang diberi ekstrak kasar daun jambu biji tidak
menimbulkan racun di tubuhnya sehingga ikan masih tetap sehat. Ikan patin
yang sudah diuji tantang bakteri, tidak mengalami kematian dikarenakan ekstrak
kasar daun jambu biji dapat meningkatkan kelulushidupan pada ikan, menurut
-
37
Lukistyowati dan Heni (2013), bahan alami sambiloto dan daun jambu biji yang
dicampur dalam pakan yang diberikan selama 60 hari dapat meningkatkan
kelangsungan hidup ikan dan pertumbuhan ikan baung.
4.3 Kualitas Air Selama Penelitian
Kualitas air menurut Minggawati dan Saptono (2012) memberikan
pengaruh yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk hidup
di perairan itu sendiri. Beberapa parameter kualitas air yang diamati dalam
penelitian ini yaitu oksigen terlarut (DO), derajat keasaman (pH), dan suhu. Data
lengkap kualitas air selama penelitian dapat dilihat di Lampiran 5.
Pengamatan oksigen terlarut (DO) selama penelitian mendapatkan
kisaran rerata 5,9 - 6,9. Pengamatan pH selama penelitian mendapatkan kisaran
rerata 6,8 - 7,1. Pengamatan suhu selama penelitian mendapatkan kisaran
rerata 28,2 0C -.29,10C.
Parameter kualitas air berupa oksigen terlarut, pH dan suhu, memiliki
kisaran rerata yang termasuk normal, menurut Irwan, et al. (2015), oksigen
terlarut untuk pemeliharaan ikan Patin haruslah ≥ 3 mg/l. pH air untuk ikan Patin
berkisar antara 6,5-8,5. suhu perairan yang digunakan untuk pemeliharaan ikan
Patin berkisar antara 27-32 0C.
-
1
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang efektivitas
ekstrak kasar daun jambu biji terhadap mikronuklei ikan patin yang diperoleh
kesimpulan bahwa pemberian ekstrak kasar daun jambu biji melalui pakan
memberikan pengaruh dapat menurunkan mikronuklei dengan dosis terbaik
3,53% setelah di uji tantang dengan bakteri Aermonas hydrophila.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, pemberian ekstrak daun jambu
biji mampu meningkatkan kekebalan tubuh ikan patin dari infeksi bakteri
Aeromonas. hydrophila dengan dosis 3,53%. Oleh karena itu disarankan untuk
menggunakan dosis tersebut untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonas
hydrophila.
-
39
DAFTAR PUSTAKA
Aberoum, A., dan Jooyandeh. H. 2010. A Review on Occurrence and Characterization of the Aeromonas Species from Marine Fishes. World Journal of Fish and Marine Sciences. 2(6), 519-523 pages
Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium Terhadap Ekstrak Daun Psidium guajava L. Bioscientiae. Jurnal Akuakultur Indonesia. 1 (1). 31-38 hal
Alamanda, I.E., Handajani. N.S, dan Budiharjo. A. 2007. Penggunaan Metode
Hematologi dan Pengamatan Endoparasit Darah untuk Penetapan Kesehatan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) di Kolam Budidaya Desa Mangkubumen Boyolali. Biodiversitas. 8 (1). 34-38 hal
Ali, F. Kh., El-Shehawi A. M. dan Seehy. M. A. 2008. Mikronucleus test in fish
genom : A sensitive monitor for aquatic pollutan. African Journal of biotecknologi 7(5), 606-612 pages
Alifuddin, M. 1999. Peran Imunostimulan (Lipopolisakarida, Saccharomyces cere-
visiae and Levamisol) terhadap Peningkatan Respons Imunitas Ikan Jambal Siam (Pangasius hypopthalmus). Tesis. IPB. Bogor. 50 hal
__________. 2002. Imunostimulasi pada Hewan Akuatik. Jurnal Akuakultur
Indonesia. 1(2). 87-92. Andayani, S., Marsoedi., E. Sanoesi, A. W Ekawati dan H. Suprastiyani. 2011.
Profil Hematologis Beberapa Spesies Ikan Air Tawar Budidaya. Gren Technology 3. 363-365.
Anderson, D.P. 1992. Immunostimulant, Adjuvant and Vaccine Carrier in Fish:
Applications to Aquaculture. Annual Review of Fish Diseases, 21. 281 -307.
Arikan, Sener, Tuna Gulten and Tahsin Yakut. 2012. Benzalkonyum Klorürün İnsan Lenfositleri Üzerindeki Genotoksik Etkisinin Araştırılması. Uludağ Üniversitesi Tıp Fakültesi Dergisi. 38 (1).13-18.
Bastiawan, D., Taukhid., Alifudin. M., dan Dermawati T. S. 1995. Perubahan Hematologi dan Jaringan Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 106-115.
___________ Wahid A., Alifudin M dan Agustiawan I. 2001. Gambaran
Darah Lele dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda. Jurnal penelitian Indonesia
7(3). 44-47. Bellanti, J.A. 1993. Imunology III. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
647 hal
-
40
Cahyono, B. 2010. Sukses Budidaya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan. Lily Publisher. Yogyakarta. 122 hal
Chauret, C., Volk, C., Creason, R., Jarosh, J., Robinson, J., and Warnes C. 2001.
Detection of Aeromonas hidrophila In A Drinking-Water Distribution System: A Field And Pilot Study. Journal Microbiology. 47 (8). 782-786.
Dewi, S. 2011. Jurus Tepat Budidaya Ikan Patin. Pustaka Baru Press.
Yogyakarta. 154 hlm. Dontriska., A.D., Sasanti dan Yulisman. 2014. Efektivitas Tepung Jintan Hitam
(Nigella sativa) untuk Mencegah Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 2 (2). 188-201.
Galeotti, M. 1998. Some Aspects of the Application of Immunostimulants and a
Critical Review of Methods for Their Evaluation. J. Appl. Ichthyol. 14. 189-
199.
Hadiati, S dan L.H. Apriyanti. 2015. Bertanam Jambu Biji di Pekarangan. AgriFlo (Penebar Swadaya Group). Jakarta. 114 hal
Hanafiah, K. 2013. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi Edisi 3. PT Raja
Grafindo Prasada. Jakarta. 259 hal Harti, A.S. 2013. Imunologi Dasar dan Imunologi Klinis. Graha Ilmu. Yogyakarta.
93 hal Hasdianah., Dewi P., Peristiowati Y. dan Imam S. 2014. Imunologi Diagnosis dan
Teknik Biologi Molekuler. Nuha Medika. Yogyakarta. 224 hal Hoffbrand, A.V., J.E Pettit dan P.A.H. Moss. Kapita Selekta Hematologi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 328 hal Holt, J.G., Krieg N.R., Sneath P.H.A and Staley J.T. 1994. Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology. The Williams and Wilkins Company, Baltimore.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 256 hal
Kabata, Z. 1985. Parasities and Disease of Fish Cultured in the tropics. London and Philadelphia: Taylor and Francis Press. 318 pages
Khairuman dan Dodi.S. 2009. Budi Daya Patin secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta Selatan. 116 hal Khairuman. 2007. Budi Daya Patin Super. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta
Selatan. 134 hal Krieg, N.R. dan Holt J.G.1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Edisi
ke-1. United States of America Baltimore: Williams & Wilkins Company. 422 pages
-
41
Kordi K, M.G.H. 2004. Penanggulangan Hama dan Penyakit Ikan. PT Rineka Cipta dan PT Bina Aksara. Jakarta. 194 hal
_____________. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. Lily Publisher.
Yogyakarta. 98 hal
Lubis, Y. P. P., Yunasfi dan Rusdi L. 2014. Jenis-Jenis Bakteri Pada Luka Ikan Patin. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara: Medan.
Lukistyowati, I dan Syawal H. 2013. Potensi Pakan yang Mengandung Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Daun Jambu Biji (Psidium guajava) untuk Menanggulangi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Baung (Mystus nemurus). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. 1 (2). 135-147.
Maftuch., E. Prasetio., A. Sudianto., M. Rozik., R. Nurdiyani., E. Sanusi., H. Nursyam., F Fariedah., Marsoedi dan Murachman. 2013. Improvement of Innate Immune Responses and Efense Activity in Tiger Shrimp (Penaeus monodon Fab.) by Intramuscular Administration of the Outer Membrane Protein Vibrio Alginolyticus. Springer Open Journal. 2. 1-8.
Maulana, E. A., Asih I.A.R.A dan Arsa M. 2016. Isolasi dan Uji Aktivitas
Antioksidan Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Daun Jambu Biji Putih (Psidium guajava Linn). Jurnal Kimia. 10 (1). 161-168.
Mondal, N.K., Ghosh S and Ray M.R. 2011. Micronuclei Formation and DNA Damage in Buccal Epithelical Cells of Indian Street Boys Addicted to Grasp ’Golden Glue’. Science Direct 5 (6) : 76-77.
Muttaqin, A. 2009. Asuhan Keperawatn Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskular dan Hematologi. Salemba Medika. Jakarta. 572 hal Nuria, M.C., Faizatun A dan Sumantri. 2009. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas L) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923, Escherichia coli ATCC 25922, dan Salmonella typhi ATCC 1408. Mediargo. 5 (2). 26-37.
Nepumoceno. J. C. dan Spano. M. A. 1995. Intoductioin Of Micronuclei in
Perpheral Rrithrocytes Of Cyprinus Carpio Fish By Methyl Parathon. Rev. Int. Contam. Ambient. 11(1), 9-12.
Parimin. 2005. Jambu Biji, Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar
Swadaya. Depok. 131 hal Partosuwiryo, S dan M. Irfan. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Patin. PT. Citra
Aji Parama. Jogjakarta. 60 hal Patria, D.A., Praseno K. dan Tana S. 2013. Kadar Hemoglobin dan Jumlah
Eritrosit Puyuh (Coturnix coturnix japonica Linn.) setelah Pemberian Larutan Kombinasi Mikromineral (Cu, Fe, Zn, Co) Dan Vitamin (A, B1, B12,C) dalam Air Minum. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 21(1). 26-35.
Prajitno, A. 2007. Penyakit Ikan-Udang Bakteri. UM Press. Malang. 115 hal
-
42
Putra, A. N. 2015. Gambaran Darah Ikan Patin (Pangasius sp.) dengan Penambahan Prebiotik pada Pakan. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan.
4(1). 63-69.
Rarmad, Renita; Nurdiana Dewi dan Lena Rosida. 2016. Pengaruh Paparan Batubara Terhadap Jumlah Mikronuklues Mukosa Bukal pada Pekerja Tambang Batubara di Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong. Jurnal Kedokteran Gigi. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Mangkurat Banjarmasin.
Rahmat, R. Ekstrak Kasar Polisakarida Marine Yeast sebagai Imunostimulan pada Ikan Patin (Pangasius pangasius) melalui Pengamatan
Histopatologi Organ Insang dan Usus. Tesis. UB. Malang. 72 hal Rahmawati, N. 2013. Kandungan Protein Terlarut Daging Ikan Patin (Pangasius
djambal) Akibat Variasi Pakan Tambahan. Skripsi. UNEJ. Jember. 81 hal
Rosidah dan Afizia W.M. 2012. Potensi Ekstrak Daun Jambu Biji Sebagai
Antibakterial untuk Menanggulangi Serangan Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Ikan Gurame (Osphronemus gouramy Lacepede). Jurnal Akuatika. 3(1). 19-27.
Rukmana, R. 1996. Tambulapot, Jambu Biji. Kanisius. Yogyakarta: 64 hal
Sakai M. 1999. Current Research Status of Fish Immunostimulan. Aquaculture. 172: 63-92.
Saparinto, C dan Rini S. 2013. Sukses Pembenihan 6 Jenis Ikan Air Tawar
Ekonomis. Lily Publisher. Yogyakarta. 278 hal Sayitna, Novia Ade. 2016. Status Hematologi dan Mikronuklei Ikan Tawes
(Puntuius javanicus) pada Kolam Budidaya Air Tawar.
Setyowati, E., Prayitno S.B dan Sarjito. 2014. Pengaruh Perendaman Ekstrak
Daun Jambu Biji (Psidium guajava. L) terhadap Kelulushidupan dan Histologi Hati Ikan Patin (Pangasius hypophtalamus) yang Diinfeksi Bakteri Edwardsiella tarda. Journal of Aquaculture Management and Technology. 3(4). 174-182.
Shier, David., Butler J and Lewis R. 2004. Human Anatomy Physiology 10th
Edition. McGraw-Hill Higher Education. Soritua, P., Ginting S. dan Rusmarilin H. 2015. Pengaruh Penambahan Berbagai
Bahan Pengawet Alami dan Konsentrasinya Terhadap Mutu Nira Aren. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. 3(4). 458-464.
Suhenda, Ningrum., Lies Setijaningsih dan Yanto Suryanti. 2005. Pertumbuhan benih Ikan Patin Jambal (Pangasius djambaf) yang Diberi Pakan dengan Kadar Protein yang Berbeda. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor
Suhermanto, A., S. Andayani dan Maftuch. 2011. Pemberian Total Fenol
Teripang Pasir (Holothuria scabra) untuk Meningkatkan Leukosit dan
-
43
Diferensial Leukosit Ikan Mas (Cyprinus carpio) yang Diinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Kelautan. 4(2). 49-56.
Sukenda, L., Jamal D., Wahjuningrum dan Hasan A. 2008. Penggunaan Kitosan
untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(2). 159-169.
Sukmadinata, N. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.
Bandung. 326 hal
Sumarsono, H.O. P. 2008. Pengaruh Penggunaan Tepung Daun Sembung (Blumea balsamifera) dalam Ramsum terhadap Peforma Ayam Broiler.
Skripsi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 61 hal
Susanto, Heri. 2006. Budi Daya Ikan di Pekarangan (Revisi). Penebar Swadaya. Depok. 196 hal
Sutama, I.K.J. 2002. Efektivitas Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L),
Sambiloyo (Andrographis paniculata Nees) dan Daun Sirih (Piper betle L.) terhadap Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila L31 pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Skripsi. IPB. Bogor. 86 hal
Swann, L dan Randy, W.D.V.M. 1989. Diagnosis and Treatment of “Aeromonas
hydrophila” Infection of Fish. Aquaculture Extension. 1-2.
Tafajani, DS. Panduan Komplit Bertanam Sayur dan Buah-Buahan.Cahaya
Atma. Yogyakarta. 110 hal Tarsandi, H. 2005. Proses Pembentukan Mikronuklei Akibat Pencemaran Logam
Berat Pb dan Cd.Undip : Semarang. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan
Atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004. Jakarta. Wirabakti, M. C. 2006. Laju Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis
niloticus L) yang Dipelihara pada Perairan Rawa dengan Sistem Keramba dan Kolam. Journal Tropical Fisheries 1 (1) : 61 – 67.
Yanto, H., Hasan H dan Sunarto. 2015. Studi Hematologi untuk Diagnosa
Penyakit Ikan Secara Dini di Sentra Produksi Budidaya Ikan Air Tawar Sungai Kapuas Kota Pontianak. Jurnal Akuatika. 6(1). 11-20.
Yuhana, M., Normalina I dan Sukenda. 2008. Pemanfaatan Ekstrak Bawang
Putih (Allium Sativum) Untuk Pencegahan Dan Pengobatan Pada Ikan Patin (Pangasionodon hypophthalmus) yang Diinfeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Akuakultur Indonesia. 7(1): 95–107.
Yuliani, S., Udarno L dan Haryani E. 2001. Kadar Tanin Dan Quersetin Tiga Tipe
Daun Jambu Biji (Psidium guajava). Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 1-8.
01. Bagian Depan.pdf02. BAB I.pdf03. BAB II.pdf04. BAB III.pdf05. BAB IV.pdf06. BAB V.pdf07. Daftar Pustaka.pdf