efektifitas berkumur dengan larutan teh...

67
i EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN GINGIVITIS PASCASKELING Ni Made Ista Prestiyanti NPM : 10.8.03.81.41.1.5.018 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR DENPASAR 2014

Upload: vanhanh

Post on 31-Jan-2018

246 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

i

EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH ROSELLA

(Hibiscus sabdariffa L.) MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN

GINGIVITIS PASCASKELING

Ni Made Ista Prestiyanti

NPM : 10.8.03.81.41.1.5.018

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

DENPASAR

2014

Page 2: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

ii

EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH ROSELLA

(Hibiscus sabdariffa L.) MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN

GINGIVITIS PASCASKELING

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Oleh :

Ni Made Ista Prestiyanti

NPM : 10.8.03.81.41.1.5.018

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

drg.Dwis Syahriel, M.Kes.,Sp.Perio.,FISID drg. Ni Luh Putu Sri Maryuni Adnyasari, M.Biomed

NIP. 19600413 199203 1 001 NPK. 827 203 220

Page 3: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

iii

Tim penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar telah meneliti dan mengetahui cara

pembuatan skripsi dengan judul : “EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN

LARUTAN TEH ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) MEMPERCEPAT

PENYEMBUHAN GINGIVITIS PASCASKELING” yang telah dipertanggung

jawabkan oleh calon sarjana yang bersangkutan pada tanggal 25 Februari 2014.

Atas nama Tim Penguji skripsi Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar dapat mengesahkan.

Denpasar, 25 Februari 2014

Tim Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

Ketua,

Dwis Syahriel, drg., M.Kes., Sp.Perio., FISID

NIP : 19600413 199203 1 001

Anggota : Tanda Tangan

1. Ni Luh Putu Sri Maryuni Adnyasari, drg., M. Biomed 1. …………...

NPK : 827 203 220

2. I Putu Yudhi Astaguna Wibawa, drg., M. Biomed 2. …………..

NPK : 826 794 201

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Mahasaraswati Denpasar

P. A Mahendri Kusumawati, drg., M.Kes, FISID

NIP. 19590512 198903 2 001

Page 4: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /

Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN

LARUTAN TEH ROSELLA (Hibiscus sabdariffa L.) MEMPERCEPAT

PENYEMBUHAN GINGIVITIS PASCASKELING” tepat pada waktunya.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar untuk memenuhi Satuan

Kredit Semester (SKS) dalam rangka mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi

(SKG).

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak

pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada :

1. Prof. DR. Ketut Artawa, M. A dan Ni Luh Rasmini, S.Pd, M.Pd selaku

orang tua dan kakak saya Ni Luh Putu Krisnawati, S.S., M.Hum serta

seluruh keluarga besar atas doa dan dukungannya.

2. Yth. drg. Dwis Syahriel, M. Kes., Sp. Perio., FISID selaku pembimbing I

dan drg. Ni Luh Putu Sri Maryuni Adnyasari, M. Biomed selaku

pembimbing II atas segala upaya dan bantuan beliau dalam mengarahkan,

membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

Page 5: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

v

3. Yth. Para penguji : drg. Dwis Syahriel, M. Kes., Sp. Perio., FISID., drg. Ni

Luh Putu Sri Maryuni Adnyasari, M. Biomed dan drg. I Putu Yudhi

Astaguna Wibawa, M. Biomed yang telah memberikan masukan kritik dan

saran.

4. Sampel penelitian atas seluruh kerjasamanya.

5. drg. I Nyoman Panji Triadnya Palgunadi, M. Kes, Nantha, Cok in, Pirna,

Tika, Ayuk, Prami, Anang dan semua teman-teman CRANTER 2010 yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, atas bantuan dan motivasinya

selama penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Seluruh civitas akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Mahasaraswati Denpasar, staf, dosen dan karyawan yang telah banyak

membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan laporan skripsi ini.

Penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya

bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, umumnya bagi masyarakat dan

pemerhati bidang pelayanan kesehatan.

Denpasar, Februari 2014

Penulis

Page 6: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

vi

EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH ROSELLA

(Hibiscus sabdariffa L.) MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN

GINGIVITIS PASCASKELING

Abstrak

Bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tanaman hias

berkelopak bunga tebal yang tergolong pada keluarga kembang sepatu atau

Malviceae. Bunga rosella mengandung polifenol yang berkhasiat sebagai

antibakteri. Polifenol berfungsi sebagai antibakteri dengan cara mendenaturasi

protein sel bakteri. Gingivitis merupakan peradangan pada gingiva yang

disebabkan oleh mikroorganisme yang melekat pada permukaan gigi. Tujuan dari

penelitian ini untuk mengetahui pengaruh berkumur dengan teh rosella terhadap

kecepatan penyembuhan gingivitis pascaskeling. Metode analisis yang digunakan

adalah uji paired sample t-test untuk analisis perbandingan pre test dan post test

pada masing-masing kelompok dan uji independent sample t-test untuk analisis

perbandingan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan jumlah sampel

sebanyak 120 orang. Kelompok perlakuan berkumur dengan teh rosella dan

kelompok kontrol berkumur dengan air putih. Berkumur dilakukan pada pagi dan

malam hari selama lima hari. Instrumen penelitian yang digunakan adalah indeks

gingiva Loe dan Sillness 1963. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi

penurunan peradangan gingiva baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok

kontrol. Terdapat perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dengan

kelompok kontrol (p < 0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

berkumur dengan teh rosella efektif mempercepat penyembuhan gingivitis

pascaskeling.

Kata kunci : rosella (Hibiscus sabdariffa L.), berkumur, gingivitis

Page 7: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI DAN PENGESAHAN .................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

D. Hipotesis ..................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian .................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5

A. Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) ................................................ 5

1. Morfologi Rosella ............................................................... 5

2. Kandungan Gizi Rosella ...................................................... 7

3. Manfaat Rosella ................................................................... 9

4. Larutan Teh Rosella dan Cara Penyajian ............................ 11

B. Gingivitis .................................................................................... 12

Page 8: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

viii

1. Gingivitis .............................................................................. 12

2. Klasifikasi Gingivitis ............................................................ 14

3. Etiologi Gingivitis ................................................................ 19

4. Mekanisme terjadinya Gingivitis.......................................... 21

5. Karakteristik Gingivitis ........................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 26

A. Rancangan Penelitian ................................................................. 26

B. Subyek Penelitian ....................................................................... 27

C. Identifikasi Variabel .................................................................. 28

D. Definisi Operasional ................................................................... 28

E. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 29

F. Instrumen Penelitian .................................................................. 29

G. Alat dan Bahan .......................................................................... 31

H. Jalannya Penelitian .................................................................... 31

I. Analisis Data .............................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ...................................................................... 33

A. Uji Prasyarat Analisis ................................................................. 33

B. Uji Efek Perlakuan ..................................................................... 34

BAB V PEMBAHASAN ................................................................................ 36

BAB VI PENUTUP ........................................................................................ 40

A. Kesimpulan ..................................................................................... 40

B. Saran ............................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41

LAMPIRAN

Page 9: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Komposisi kimia kelopak bunga rosella per 100 g bahan .......... 9

Tabel 3.1 Skor peradangan pada gingiva .................................................... 28

Tabel 3.2 Kriteria indeks gingiva ................................................................ 29

Tabel 4.1 Rangkuman hasil uji normalitas data menggunakan

Kolmogorov-Smirnov .................................................................. 33

Tabel 4.2 Rangkuman hasil uji homogenitas data menggunakan Levene’s

test ............................................................................................... 33

Tabel 4.3 Rerata skor indeks gingiva sebelum dan sesudah

diberikan perlakuan ..................................................................... 34

Tabel 4.4 Rangkuman hasil uji Independent Sample t-test ......................... 34

Page 10: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Bunga rosella ............................................................................. 6

Gambar 2 Larutan teh rosella...................................................................... 11

Gambar 3 Gingivitis.................................................................................... 13

Diagram 4.1 Penurunan skor indeks gingiva pada masing- masing

kelompok .................................................................................. 33

Page 11: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

xi

DAFTAR SINGKATAN

BPOM RI : Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

mg : miligram

ml : mililiter

p : probability

cit : citation

N : jumlah populasi

dkk : dan kawan-kawan

Page 12: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Foto Penelitian

2. Gambar Alat dan Bahan Penelitian

3. Informed Consent

4. Form Penelitian

5. Tabel Hasil Penelitian

6. Surat Keterangan Kelaikan Etik

Page 13: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit gigi dan mulut merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak

diderita oleh sebagian besar masyarakat, terutama pada masyarakat yang memiliki

kebersihan rongga mulut yang buruk. Penyakit gigi dan mulut terbanyak adalah

karies dan penyakit periodontal.

Penyakit periodontal timbul sebagai akibat dari adanya interaksi antara

bakteri dan host. Para ahli mengemukakan bahwa etiologi penyakit periodontal

dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu faktor lokal dan faktor

sistemik. Faktor lokal dan faktor sistemik sangat erat hubungannya dan berperan

sebagai penyebab terjadinya kerusakan jaringan periodontal. Penyebab utama

penyakit periodontal adalah faktor lokal, yaitu bakteri plak dan kalkulus yang

terakumulasi pada permukaan gigi (Tjahja dan Lely 2005).

Gingivitis adalah penyakit periodontal yang diakibatkan oleh penumpukan

bakteri plak berupa Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, jenis

Actinomyces, dan Spirochaeta yang terdapat di permukaan gigi. Streptococcus

meliputi 50% dari populasi bakteri plak (Putri, Herijulianti, dan Nurjannah 2010).

Bakteri plak akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan

bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Hal

ini ditandai dengan adanya perubahan warna lebih merah dari normal, gusi

membengkak dan permukaan mengkilat. Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit

hanya keluhan gusi berdarah bila menyikat gigi (Cope 2011).

Page 14: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

2

Perawatan utama gingivitis dengan pembuangan faktor etiologi, seperti

dengan kontrol plak dan skeling, untuk mengurangi atau menghilangkan

peradangan sehingga memberi kesempatan jaringan gingiva untuk sembuh. Plak

melekat erat pada permukaan gigi dan hanya dapat dihilangkan melalui

pembersihan mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis dapat dilakukan

dengan menggunakan alat pembersih seperti sikat gigi, pembersih interdental dan

berkumur, sedangkan pengendalian plak secara kimiawi dengan menggunakan

obat kumur (Dewi, Syahrul dan Esmeralda 2011).

Senyawa yang bersifat antibakteri dibutuhkan untuk membantu

menghilangkan peradangan dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dan

menurunkan konsentrasi bakteri di dalam plak gigi. Pemberian agen antimikroba

pada penderita gingivitis terbukti dapat mengurangi kedalaman poket, mengurangi

jumlah bakteri patogen periodontal, serta untuk mendapatkan perawatan yang

maksimal (Carranza dkk. 2006).

Dewasa ini banyak dijumpai obat kumur yang berbahan dasar kimia, ini

cukup berbahaya bagi lambung jika tertelan terutama pada anak-anak. Oleh

karena itu, diperlukan obat kumur alami yang aman bagi tubuh dan memiliki efek

samping minimal (Inna, Atmonia dan Prismasari 2010).

Komponen antibakteri yang berasal dari tumbuhan sudah banyak

digunakan sebagai pengobatan berbagai penyakit. Bahan yang berasal dari

tumbuhan juga telah digunakan untuk penyakit periodontal, gangguan pada

jaringan periodonsium, dan pemeliharaan kebersihan mulut. Beberapa jenis

tumbuhan telah dievaluasi untuk kemungkinan penggunaannya dalam pengobatan

modern, sedangkan sebagian besar tumbuhan yang berpotensi untuk pengobatan

Page 15: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

3

lainnya belum dilakukan pengujian (Tichy dan Novak. 1998 cit Zubardiah, Nurul

dan Auerkari 2010).

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman hias dari keluarga sejenis

kembang sepatu. Tanaman ini dapat hidup di daerah tropis maupun subtropis dan

dikenal sebagai teh herbal. Bunga rosella mengandung polifenol, beberapa

vitamin, mineral serta 18 macam asam amino. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa polifenol memiliki aktivitas sebagai antivirus, antioksidan serta antibakteri

(BPOM RI 2010). Menurut Suwandi (2012), bunga rosella mampu menghambat

perkembangan bakteri Streptococcus sanguis yang menjadi pemicu terbentuknya

plak gigi dan penyebab gingivitis.

Oleh karena itu, berkumur dengan larutan teh rosella diharapkan dapat

menghambat aktivitas bakteri rongga mulut sehingga dapat mempercepat

penyembuhan gingivitis dan tentunya aman bagi tubuh karena terbuat dari bahan

alami yang tidak berbahaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang timbul adalah

apakah berkumur larutan teh rosella (Hibiscus sabdariffa L.) efektif dalam

mempercepat penyembuhan gingivitis pasca skeling?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas berkumur

dengan larutan teh rosella (Hibiscus sabdariffa L.) dalam mempercepat

penyembuhan gingivitis pasca skeling.

Page 16: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

4

D. Hipotesis

Bertitik tolak dari uraian pendapat di atas, maka hipotesis yang dapat

diajukan pada penelitian ini adalah bahwa berkumur dengan larutan teh rosella

(Hibiscus sabdariffa L.) efektif mempercepat penyembuhan gingivitis pasca

skeling.

E. Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi kepada para pembaca bahwa teh rosella dapat

dimanfaatkan untuk pengobatan gingivitis.

2. Memberi informasi ilmiah yang dapat dijadikan landasan untuk penelitian

lain tentang efektifitas larutan teh rosella dalam mempercepat

penyembuhan gingivitis.

Page 17: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rosella

1. Morfologi Rosella

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) adalah tanaman hias berkelopak bunga

tebal yang tergolong pada keluarga kembang sepatu atau Malviceae. Rosella

memiliki lebih dari 300 spesies yang tersebar pada daerah tropis dan non tropis.

Bunga rosella memiliki putik sekaligus serbuk sari sehingga tidak memerlukan

bunga lain untuk bereproduksi. Rosella merupakan tumbuhan yang dipercaya

memiliki khasiat medis dan dikenal sebagai tanaman herbal dan bahan baku

minuman kesehatan. Nama lain rosella adalah Susur (Indonesia), Oseille rouge

(Perancis), Quimbombo Chino (Spanyol), Karkadeh (Afrika utara). Dalam bahasa

Melayu tanaman ini dikenal dengan nama Asam paya (Hartiati, Mulyani dan

Pusparini 2009).

Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) merupakan tumbuhan semak umur satu

tahun. Tinggi tumbuhan dapat mencapai 2,4 m serta mengeluarkan bunga hampir

sepanjang tahun. Batangnya berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu. Daun

berseling 3-5 helai dengan ibu tulang daun kemerahan serta bertangkai daun

pendek. Bentuk helaian daun bersifat anisofili (polimorfik), helaian daun yang

terletak di bagian pangkal batang tidak berbagi dan daun berbentuk bulat telur

(Gager dkk. 2005).

Bunga rosella yang tumbuh dari bagian ketiak daun merupakan bunga

tunggal, artinya pada setiap tangkai hanya terdapat satu bunga. Bunga ini

Page 18: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

6

mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, pangkalnya saling berlekatan dan

berwarna kemerahan. Bagian kelopak inilah yang sering dimanfaatkan sebagai

bahan minuman. Mahkota bunga berjumlah 5 kuntum dan berbentuk bulat telur

terbalik yang berwarna kuning kemerahan (Badan POM RI 2010).

Gambar 1. Bunga rosella (sumber dari McMillian 2013).

Benang sari terletak pada suatu kolom pendukung benang sari dengan

panjang kolom pendukung benang sari sampai 20 mm. Kepala sari berwarna

merah dengan panjang tangkai 1 mm. Tangkai putik berjumlah 5 buah dan

berwarna merah. Buah rosella berbentuk kapsul kadang bulat telur, ukuran buah

13-22 mm x 11-20 mm, tiap buah berisi 30-40 biji. Ukuran biji 3-5 mm x 2-4 mm,

yang berwarna coklat kemerahan. Habitat aslinya berasal dari Nigeria, tetapi

tumbuh berkembang di seluruh dunia, terutama daerah tropis. Tanaman ini banyak

dibudidayakan di Eropa (Badan POM RI 2010).

Page 19: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

7

Dalam sistematik taksonomi, tumbuhan ini dapat diklasifikasikan sebagai

berikut (Trijono 2012):

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malvales

Family : Malvaceae

Genus : Hibiscus

Species: Hibiscus sabdariffa L.

2. Kandungan Gizi Rosella

Berbagai kandungan yang terdapat dalam tanaman rosella membuat

tanaman rosella terkenal sebagai tanaman obat tradisional. Berbagai kandungan

zat tersebut antara lain flavonoid, fenol atau polifenol (anthocyanin- delphinidin-

3-glucosyl-xyloside dan cyanidin-3-glucosyl-xyloside), asam sitrat, saponin, tanin,

antioksidan seperti gossypeptin dan glucide hibiscin (Hartiati, Mulyani dan

Pusparini 2009).

Bunga rosella mengandung polifenol yang merupakan salah satu zat

bioaktif yang paling banyak terdapat pada tumbuhan. Flavonoid merupakan

jumlah terbesar dalam polifenol. Flavonoid berfungsi menghambat pertumbuhan

mikroorganisme, karena mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein

melalui ikatan hidrogen. Polifenol berfungsi sebagai antibakteri dengan cara

mendenaturasi protein sel dan merusak membran plasma bakteri. Saponin

menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba dengan cara berinteraksi

Page 20: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

8

dengan membrane sterol. Efek utama saponin adalah adanya pelepasan protein

dan enzim dari dalam sel. Tanin bekerja dengan cara berikatan dengan adhesin

mikroba, menghambat produksi enzim oleh mikroba, berikatan dengan dinding sel

serta menghancurkan membran (Suwandi 2012).

Kelopak bunga rosella (Hibicscus sabdariffa L) mengandung beberapa

senyawa flavonoid yakni antosianin. Flavonoid juga merupakan pemberi zat

warna merah, ungu dan biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam

tumbuhan. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada

seduhan kelopak bunga rosella dan bersifat antioksidan. Kadar antioksidan yang

tinggi pada kelopak rosella dapat menghambat radikal bebas. Penyakit yang dapat

diobati dengan bunga rosella antara lain kerusakan ginjal, diabetes, jantung

koroner, dan kanker (Kurniasih 2010).

Rosella juga memiliki kandungan vitamin C yang tinggi sehingga mampu

meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan berbagai penyakit, dapat

menghambat terakumulasinya radikal bebas penyebab penyakit kronis, membantu

penyerapan semua vitamin dan mineral sehingga membantu metabolisme tubuh

(Devi 2009 cit. Syahrul, Dewi dan Esmeralda 2011).

Kandungan lain yang terdapat pada rosella adalah vitamin A, vitamin B1,

B2, niasin, karoten, cathecin kaya akan mineral seperti kalsium, phosphor,

potassium dan zat besi. Tubuh manusia membutuhkan 22 asam amino dimana 18

diantaranya terpenuhi dari bunga rosella yang sangat penting untuk tubuh. Bunga

rosella banyak digunakan untuk mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan

yang disebabkan flu, dan rasa tidak enak di perut. Rosella digunakan untuk

Page 21: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

9

mengatasi bisul dan radang pada kulit, luka bakar, sariawan, dan infeksi herpes

zoster (Badan POM RI 2010).

Secara umum, komposisi kimia dari kelopak bunga rosella dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 2.1. Komposisi kimia kelopak bunga rosella per 100 g bahan

Kalori 44 kal

Air 86,2 g

Protein 1,6 g

Lemak 0,1 g

Karbohidrat 11,1 g

Serat 2,5 g

Abu 1,0 g

Kalsium 160 mg

Fosfor 60 mg

Besi 3,8 mg

Betakaroten 285 g

Vitamin C 214,68 mg

Thiamin 0,04 mg

Reboflavin 0,6 mg

Niasin 0,5 mg

Flavonoid 10 g

Polifenol 14 mg

Sumber dari buku khasiat dan manfaat rosella

(Maryani dan Kristiani 2005).

3. Manfaat Rosella

Masyarakat tradisional di berbagai negara telah memanfaatkan tanaman

rosella untuk mengatasi berbagai penyakit dan masalah kesehatan. Pemanfaatan

tanaman rosella ini berkaitan dengan fungsinya sebagai antiseptik, aprodisiak

(meningkatkan gairah seksual), astringen, demulcent (menetralisir asam lambung),

digesif (melancarkan pencernaan), diuretic, purgative, onthelmintic (anti cacing),

refrigerant (efek mendinginkan), resolvent, sedative, stomachic tonic, serta

Page 22: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

10

mengobati kanker, batuk, maag dan sakit buang air besar, darah tinggi, sariawan,

gusi berdarah dan mencegah penyakit hati (Hasibuan 2010).

Kelopak rosella mengandung antioksidan yang dapat menghambat

terakumulasinya radikal bebas penyebab pengakit kronis, seperti kerusakan ginjal,

diabetes, jantung koroner, dan kanker. Salah satu zat aktif dari antioksidan yang

berperan adalah antosianin. Antosianin merupakan pigmen tumbuhan yang

memberikan warna merah pada bunga rosella dan berperan mencegah kerusakan

sel akibat paparan sinar Ultra Violet berlebih. Salah satu khasiatnya adalah dapat

menghambat penggumpalan keping-keping sel darah, menghambat pertumbuhan

sel kanker bahkan mematikan sel kanker tersebut (Kurniasih 2010).

Zat lain yang tidak kalah penting adalah kandungan polifenol pada bunga

rosella. Polifenol merupakan senyawa kimia yang memiliki aktivitas sebagai

antivirus, antibakteri, antiinflamasi dan antioksidan. Menurut beberapa penelitian

kandungan polifenol mampu menghambat perkembangan bakteri Streptococcus

sanguis yang menjadi pemicu terbentuknya plak gigi dan pencetus gingivitis

(Suwandi 2012).

Pemanfaaatan kelopak bunga rosella sudah dikenal dan diteliti baik oleh

pakar kesehatan modern maupun pakar kesehatan tradisional di berbagai negara di

dunia. Kelopak bunga rosella diketahui mengandung zat penting yang diperlukan

oleh tubuh, termasuk arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan

sel tubuh serta menghambat pertumbuhan dari virus dan bakteri sehingga dapat

mencegah terjadinya infeksi (Kurniasih 2010).

Page 23: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

11

4. Larutan Teh Rosella dan Cara Penyajian

Larutan teh rosella merupakan olahan dari bunga rosella. Tidak ada

perbedaan kandungan zat dengan bunga rosella segar, yang membedakan hanya

kandungan airnya. Larutan teh rosella yang dihasilkan agar memilki kualitas yang

baik, waktu antara panen dan proses pengeringan diusahakan jangan terlalu lama

karena kelopak bunga yang telah dipanen masih mengandung kadar air yang

cukup tinggi sehingga akan cepat mengalami kerusakan setelah 2 hari. Kerusakan

yang terjadi akan menyebabkan mutu teh, aroma serta warnanya tidak baik.

Larutan teh rosella bila diseduh dengan air panas akan berwarna kemerahan dan

setelah diminum akan terasa manis asam dan memiliki rasa serta aroma yang khas

(Hasibuan 2010).

Gambar 2. Larutan teh rosella (sumber dari Amara 2012).

Menurut beberapa penelitian bahwa kelopak bunga rosella mempunyai

khasiat yang sangat banyak. Terutama digunakan untuk mencegah kanker dan

radang. Kandungan nutrisi yang paling menonjol dalam larutan teh rosella adalah

vitamin C. Kandungan vitamin C larutan teh rosella enam kali lipat lebih banyak

Page 24: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

12

daripada sebuah jeruk. Kandungan vitamin C dan beta karoten di dalamnya

berfungsi sebagai antioksidan yang kuat untuk menangkal radikal bebas dalam

tubuh (Kurniasih 2010).

Larutan teh rosella dapat dibuat dari kelopak bunga dan daunnya, tetapi

umumnya dibuat dari kelopak bunganya saja. Larutan teh dari kelopak bunga

rosella lebih memberikan sensasi aroma dan warna merah yang lebih menarik

dibandingkan larutan teh yang terbuat dari daunnya tetapi untuk mendapatkan rasa

dan aroma teh yang enak, daun dan kelopak bunga yang telah kering bisa

dicampur menjadi satu (Hasibuan 2010).

Menurut Kurniasih (2010), penggunaan kelopak bunga rosella yaitu

dengan cara menyeduh 3-5 kuntum bunga rosella yang sudah dikeringkan dengan

200 ml air panas, aduk sambil sedikit menekan kelopak bunganya hingga air

berwarna merah lalu disaring. Referensi lain menyebutkan, ambil 3 sampai 6

kelopak bunga rosella kering, seduh atau rebus dengan 300 cc air, tunggu 5

sampai 15 menit. Bunga rosella diaduk sesuai selera untuk mendapatkan warna

yang diinginkan (Avriza 2011).

B. Gingivitis

1. Gingivitis

Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan

mikroorganisme yang membentuk suatu koloni pada permukaan gigi. Tanda-tanda

klinis dari gingivitis yaitu perubahan warna lebih merah dari normal, gingiva

bengkak dan berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit

pada gingiva (Cobb 2008).

Page 25: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

13

Peradangan gingiva tidak selalu disebabkan oleh akumulasi plak pada

permukaan gigi, tapi peradangan dapat disebabkan oleh non plak. Peradangan

gingiva yang tidak disebabkan oleh plak sering memperlihatkan gambaran klinis

yang khas. Keadaan ini dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, seperti infeksi

bakteri spesifik, infeksi virus atau jamur yang tidak berhubungan dengan plak dan

peradangan gingiva karena faktor genetik (Cobb 2008).

Gambar 3. Gingivitis (sumber dari Syria Al-baath University 2010).

.

Gingivitis jika tidak dirawat, peradangan dapat berlanjut ke jaringan

periodontal pendukung yang lebih dalam yaitu ligamentum periodontal,

sementum, dan tulang alveolar. Kerusakan pada jaringan pendukung akan

mengakibatkan gigi kehilangan penyangga, goyang dan mudah lepas.

Penyembuhan gingivitis dapat dilakukan dengan menghilangkan plak secara lebih

efektif melalui pembersihan mekanis seperti dengan sikat gigi, benang gigi dan

alat pembersih interdental lainnya (Carranza dkk. 2006).

Page 26: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

14

2. Klasifikasi Gingivitis

Gingivitis yang terjadi hanya berkaitan dengan plak merupakan hasil

interaksi antara bakteri dalam plak dan host. Penelitian epidemiologis

menunjukkan adanya hubungan langsung antara deposit plak dan keparahan

gingivitis. Interaksi tersebut dapat diperburuk oleh pengaruh faktor lokal,

sistemik, medikasi serta malnutrisi (Hartati, Rusmini dan Waluyo 2011).

Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor sistemik terjadi karena

adanya perubahan yang berkaitan dengan masa pubertas, siklus menstruasi,

kehamilan dan diskrasia darah. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor

sistemik sering ditemukannya hiperplasia pada gingiva serta perdarahan (Carranza

dkk. 2006).

Penyakit gingivitis yang dimodifikasi oleh medikasi semakin meningkat

prevalensinya karena peningkatan pengunaan obat-obatan seperti golongan

calcium channel blockers, β-blocker dan ACE-inhibitor. Salah satu efek samping

obat-obatan pada jaringan periodonsium yang paling sering adalah pembesaran

gingiva atau juga dikenal dengan hiperplasia gingiva. Patogenesis terjadinya

pembesaran gingiva yang disebabkan oleh obat-obatan ini sebagai akibat dari

terjadinya peningkatan produksi kolagen oleh fibroblast gingiva. Pembesaran

ukuran dari gingiva diperparah dengan buruknya oral hygiene seseorang

(Carranza dkk. 2006).

Salah satu penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi disebabkan

oleh defisiensi vitamin C. Defisiensi vitamin C menyebabkan terganggunya

proses pembentukan kolagen yang dibutuhkan oleh jaringan ikat, sehingga serat

kolagen akan menjadi lemah dan mudah hancur. Akibatnya terjadi gangguan

Page 27: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

15

kesehatan jaringan pada rongga mulut. Scurvy (scorbutic gingivitis) merupakan

suatu kumpulan manifestasi klinis yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C.

Tanda klinis dari scurvy seperti gingiva tampak mengkilat, padat, bengkak, dan

terjadi perdarahan gingiva (Desai dkk. 2009).

Lesi gingiva karena non-plak sering terjadi pada kelompok masyarakat

dengan sosial-ekonomi rendah dan pada individu dengan keadaan imun yang

rentan. Salah satunya adalah penyakit gingiva yang disebabkan oleh bakteri.

Bakteri yang sering menyebabkan penyakit gingiva adalah dengan Neisseria

gonorrhea, Treponema pallidum, jenis Streptococcus. Lesi gingiva yang

disebabkan oleh virus contohnya adalah gingivostomatitis herpes primer. Penyakit

ini ditandai dengan timbulnya panas secara tiba-tiba, timbulnya vesikel kecil dan

gingiva terasa sakit (Pindborg 2009).

Penyakit gingiva karena fungi relatif jarang terjadi pada individu dengan

imun yang baik namun sering terjadi pada individu dengan flora normal oral yang

terganggu oleh pengguna antibiotika spektrum luas jangka panjang. Infeksi oleh

candida yang penyebabnya juga sering ditemukan pada protesa, penggunaan

steroid topikal, aliran saliva menurun atau pH saliva menurun. Penyakit gingiva

karena genetik contohnya adalah fibromatosis gingiva turunan. Tanda klinis dari

penyakit ini adalah pembesaran gusi yang nyata sehingga penderita mengalami

kesulitan menutup bibirnya (Pindborg 2009).

Lesi gingiva yang disebabkan oleh reaksi alergi jarang terjadi. Lesi gingiva

ini bisa muncul akibat adanya reaksi alergi terhadap bahan restorasi gigi, bahan

pasta gigi, obat kumur, bahan tambahan yang ada pada permen karet maupun pada

makanan. Lesi gingiva juga dapat terjadi oleh karena adanya traumatik. Lesi

Page 28: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

16

traumatik dapat terjadi karena iatrogenik. Lesi traumatik ini dapat disebabkan oleh

faktor kimia, fisik dan termal (Clerehugh, Tugnait dan Genco 2009).

Menurut Clerehugh, Tugnait dan Genco (2009), gingivitis dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

I. Penyakit gingiva karena plak gigi (dental plaque induce)

A. Gingivitis yang hanya berkaitan dengan plak gigi

1. Tanpa faktor lokal lain

2. Disertai faktor lokal lain

B. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh faktor sistemik

1. Berkaitan dengan sistem endokrin

a. Gingivitis berkaitan dengan akil balik (puberty)

b. Gingivitis berkaitan dengan siklus menstruasi

c. Berkaitan dengan kehamilan (pregnancy)

1) Gingivitis

2) Granuloma piogenik

d. Gingivitis berkaitan dengan diabetes mellitus

2. Berkaitan dengan diskrasia darah (blood dyscrasias)

a. Gingivitis berkaitan dengan leukemia

C. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh obat-obatan (medications)

1. Penyakit gingiva yang dipengaruhi obat (drug)

a. Gingival enlargement yang dipengaruhi obat (drug)

b. Gingivitis yang dipengaruhi obat

1) Gingivitis berkaitan dengan kontrasepsi oral

Page 29: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

17

D. Penyakit gingiva yang dimodifikasi oleh malnutrisi

1. Gingivitis karena defisiensi vitamin C

II. Lesi gingiva karena non-plak (non-plak induce)

A. Penyakit gingiva karena bakteri spesifik

1. Lesi berkaitan dengan Neisseria gonorrhea

2. Lesi berkaitan dengan Treponema pallidum

3. Lesi berkaitan dengan spesies Streptococcus

B. Penyakit gingiva karena virus

1. Infeksi virus herpes

a. Gingivostomatitis herpes primer (primary herpetic

gingivostomatitis)

b. Herpes oral rekuren

c. Infeksi varicella-zoster

C. Penyakit gingiva karena jamur (fungi)

1. Infeksi spesies Candida

a. Candidosis gingiva menyeluruh (generalized gingival

candidosis)

b. Linear gingival erythema

c. Histoplasmosis

D. Lesi gingiva karena genetik

1. Fibromatosis gingiva turunan (hereditary gingival fibromatosis)

E. Kondisi sistemik yang bermanifestasi pada gingiva

1. Gangguan pada mukosa dan kulit (mucocutaneous disorders)

a. Lichen planus

Page 30: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

18

b. Pemphigoid

c. Pemphigus vulgaris

d. Erythema multiforme

e. Lupus erythematosus

f. Lesi akibat obat-obatn

2. Reaksi alergi

a. Bahan restorasi gigi

1) Air raksa (mercury)

2) Nickel

3) Akrilik

b. Reaksi terhadap bahan-bahan

1) Pasta gigi (toothpastes/dentrifices)

2) Obat kumur (mouthrinses/mouthwashes)

3) Bahan tambahan dalam permen karet (chewing gum

additives)

4) Makanan dan bahan-bahan tambahan (foods and additives)

F. Lesi traumatik

1. Jejas kimia (chemical injury)

2. Jejas fisik (physical injury)

3. Jejas suhu (thermal injury)

G. Reaksi tubuh terhadap benda asing (foreign body reactions)

H. Kelainan yang tidak memiliki spesifikasi (not otherwise specified)

Page 31: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

19

3. Etiologi Gingivitis

Penumpukan bakteri plak pada permukaan gigi merupakan penyebab

utama penyakit periodontal. Penyebab penyakit periodontal selain plak bisa

disebabkan oleh faktor non-plak. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis, bila

tidak terawat bisa berkembang menjadi periodontitis dimana terjadi kerusakan

jaringan periodontal berupa kerusakan gingiva, sementum, ligamen periodontal

dan tulang alveolar (Arndt dan Nagelberg 2010).

Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri pada jaringan keras gigi maupun

jaringan pendukungnya tergantung pada umur dan ketebalan plak. Umur plak

menentukan macam kuman dalam plak, sedangkan macam kuman dalam plak

menentukan penyakit yang ditimbulkan oleh plak (Putri, Herijulianti dan

Nurjannah 2010).

Plak muda terdiri dari bakteri yang dapat membentuk polisakarida

ekstraseluler termasuk diantaranya adalah Streptococcus mutans, Streptococcus

bovis, Streptococcus sanguis dan Streptococcus salivarius. Jenis Actinomyces juga

ditemukan pada plak muda. Plak tua adalah plak yang umurnya tujuh hari yang

ditandai dengan munculnya jenis bakteri Spirochaeta dan Vibrio. Peningkatan

paling menonjol pada pematangan plak ini ditandai dengan terus bertambahnya

Actinomyces naeslundi, bila dibiarkan berkembang biak beberapa hari akan

menimbulkan inflamasi gingiva (Putri, Herijulianti dan Nurjannah 2010).

Para ahli mengemukakan bahwa etiologi penyakit periodontal dapat

diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu faktor lokal dan faktor sistemik

(Kinoshita dan Wen 2008) :

Page 32: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

20

I. Faktor etiologi lokal

A. Faktor lokal pengiritasi

1. Faktor pencetus : plak

2. Faktor presdiposisi

a) Materia alba

b) Debris

c) Dental stain

d) Kalkulus

e) Karies

f) Merokok

g) Food impaction

h) Faulty dentistry

i) Kontrol plak inadekuat

j) Makanan berkonsistensi lunak dan melekat

k) Trauma mekanis

l) Trauma kimiawi

B. Faktor lokal fungsional

1. Unreplaced missing teeth

2. Maloklusi atau malposisi

3. Mouth breathing dan tongue thrusting

4. Traumatik oklusi

II. Faktor etiologi sistemik

A. Faktor endokrin

1. Pubertas

Page 33: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

21

2. Kehamilan

3. Menopause

B. Gangguan dan defisiensi nutrisi

1. Defisiensi vitamin

2. Defisiensi protein

C. Obat-obatan

1. Obat-obatan yang menyebabkan hiperplasia gingiva

2. Kontrasepsi hormonal

D. Faktor- faktor psikologis

E. Penyakit metabolisme

F. Gangguan dan penyakit hematologi

G. Penyakit-penyakit yang melemahkan (debilitating disease)

4. Mekanisme terjadinya Gingivitis

Penyakit periodontal secara klinis dimulai dengan adanya peradangan

jaringan gingiva di sekitar leher gigi dan warnanya menjadi lebih merah daripada

jaringan gingiva sehat. Peradangan jaringan gingiva ditandai juga dengan adanya

perdarahan spontan. Gingivitis jika tidak dirawat akan menimbulkan kerusakan

jaringan periodontal yang lebih dalam (Carranza dkk. 2006).

Menurut Cope (2011), proses terjadinya gingivitis dibagi menjadi 4 tahap

yaitu :

a. Lesi awal (initial lesion)

Bakteri adalah penyebab utama dari penyakit periodontal, namun pada

tahap ini hanya menyerang jaringan dalam batas normal dan hanya berpenetrasi

superfisial. Beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri cocci dan batang

Page 34: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

22

gram positif, lalu hari berikutnya organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau

bakteri gram negatif. Gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini.

b. Lesi dini (early lesion)

Tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi karena

proliferasi kapiler dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel sulkus menipis

atau terbentuk ulserasi. Perdarahan pada saat probing mulai terjadi pada tahap ini.

Ditemukan 70% jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar sel infiltrasi

seluler. Polimorfonuklear leukosit (PMN) keluar dari pembuluh darah sebagai

respons terhadap stimulus kemotaktik dari komponen plak, menembus lamina

dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus.

c. Lesi mapan (established lesion)

Tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis karena seluruh pembuluh

darah membengkak dan padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak

sehingga aliran darah menjadi lambat. Terlihat perubahan warna kebiruan pada

gingiva. Sel – sel darah merah keluar ke jaringan ikat dan terganggunya

hemoglobin menyebabkan warna daerah peradangan menjadi gelap. Aktivitas

kolagenolitik sangat meningkat karena kolagenase banyak terdapat di jaringan

gingiva yang diproduksi oleh beberapa bakteri oral maupun polimorfonuklear

leukosit.

d. Lesi lanjut (advanced lesion)

Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan karakteristik tahap

keempat yang disebut sebagai lesi advanced atau fase kerusakan periodontal.

Secara mikroskopis, terdapat fibrosis pada gingiva dan kerusakan jaringan akibat

imunopatologis. Secara umum pada tahap advanced, sel plasma berlanjut pada

Page 35: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

23

jaringan ikat, dan neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Gingivitis pada

tahap ini akan berlanjut pada pada individu yang rentan.

5. Karakterisitik Gingivitis

Menurut Carranza dkk. (2006) gingivitis merupakan tahap awal dari

penyakit periodontal, karakterisitik gingivitis dapat dilihat dari :

a. Perubahan warna gingiva

Warna gingiva ditentukan oleh beberapa faktor, termasuk jumlah dan

ukuran pembuluh darah, ketebalan epitel, keratinisasi, dan pigmen di dalam epitel.

Perubahan warna merupakan tanda klinis dari penyakit pada gingiva. Warna

gingiva normal adalah merah muda coral dan dihasilkan oleh vaskularitas

jaringan dan lapisan epitel. Gingiva menjadi memerah ketika vaskularisasi

meningkat atau derajat keratinisasi epitel mengalami reduksi atau menghilang.

Warna menjadi pucat ketika keratinisasi mengalami reduksi. Perubahan terjadi

pada papilla interdental dan margin gingiva, dan menyebar pada attached gingiva.

b. Perubahan konsistensi

Kondisi kronis maupun akut dapat menghasilkan perubahan pada

konsistensi gingiva normal. Perubahan destruktif atau edema dan fibrous terjadi

secara bersamaan, dan konsistensi gingiva ditentukan berdasarkan kondisi yang

dominan pada gingivitis kronis.

c. Perubahan tekstur jaringan gingiva

Permukaan gingiva normal seperti kulit jeruk yang biasa disebut sebagai

stippling. Stippling terbatas pada attached gingiva dan secara dominan terdapat

pada daerah subpapila, tetapi meluas sampai ke papilla interdental. Beberapa

peneliti menyimpulkan bahwa kehilangan stippling merupakan tanda awal dari

Page 36: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

24

terjadinya gingivitis. Tekstur permukaan yang halus juga dihasilkan oleh atropi

epitel pada gingivitis, dan permukaan yang rupture terjadi pada gingivitis kronis.

Hiperkeratosis dengan tekstur kasar, dan pertumbuhan gingiva secara berlebih

akibat obat akan menghasilkan permukaan yang berbentuk nodular pada gingiva.

d. Perubahan posisi gingiva

Salah satu gambaran pada penyakit gingiva adalah adanya lesi pada

gingiva. Lesi traumatik seperti lesi akibat kimia, fisik atau termal merupakan lesi

yang paling umum pada rongga mulut. Lesi akibat kimia seperti disebabkan oleh

aspirin, hidrogen peroksida, perak nitrat, fenol, dan bahan endodontik. Lesi karena

fisik termasuk bibir, rongga mulut, dan tindik pada lidah yang dapat menyebabkan

resesi gingiva. Lesi karena termal dapat berasal dari makanan dan minuman yang

panas. Gambaran umum untuk kasus akut, seperti epitelium yang nekrotik, erosi

atau ulserasi, dan eritema. Sedangkan pada kasus kronis, terjadi dalam bentuk

resesi gingiva.

e. Perubahan kontur gingiva

Perubahan pada kontur gingiva berhubungan dengan pembesaran

gingiva, tetapi perubahan tersebut dapat juga terjadi pada kondisi yang lain. Istilah

McCall festoon telah digunakan untuk menggambarkan penebalan pada gingiva

yang diamati pada gigi kaninus ketika resesi telah mencapai mucogingival

junction.

C. Skeling

Skeling adalah usaha untuk membersihkan plak, kalkulus serta derivat

lain pada permukaan gigi dengan menggunakan alat scaler. Kalkulus jika tidak

dibersihkan akan menyebabkan inflamasi gingiva (Carranza dkk. 2006).

Page 37: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

25

Skeling dapat digunakan dengan menggunakan alat manual atau dengan

alat ultrasonik. Alat manual yang umum dipakai adalah alat kuret, skeler sickle,

skeler hoe, skeler chisel dan skeler file. Skeler sickle adalah skeler kasar untuk

menyingkirkan kalkulus supragingiva, sedangkan alat yang digunakan untuk

menyingkirkan kalkulus subgingiva dan sementum nekrosis adalah skeler hoe,

chisel, dan file (Kawashima 2007).

Peralatan ultrasonik scaler merupakan suatu perangkat skeler yang terdiri

dari handpiece scaler dan tip scaler. Tip scaler dapat diganti sesuai dengan

kebutuhan dan saat dioperasikan ujung dari tip scaler akan bergetar dengan

frekuensi yang cepat dan halus yang akan menghancurkan karang gigi tanpa

merusak permukaan gigi. Alat ini juga mengeluarkan air dari ujung tip yang

berfungsi untuk mengirigasi, membersihkan debris dan mendinginkan area yang

dibersihkan (Kawashima 2007).

Page 38: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

26

Pur

P1

P2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian uji klinis (clinical

trial) dengan pendekatan pre test dan post test design group control (Pratiknya

2011).

Keterangan :

P = Populasi

Pur = Purposive

S = Sampel

P1 = Perlakuan kelompok 1 berkumur dengan larutan teh rosella

P2 = Perlakuan kelompok 2 berkumur dengan air putih (plasebo)

Q1 = Pengukuran indeks gingiva kelompok 1 sebelum diberi perlakuan

Q2 = Pengukuran indeks gingiva kelompok 1 setelah diberi perlakuan

Q3 = Pengukuran indeks gingiva kelompok 2 sebelum diberi perlakuan

Q4 = Pengukuran indeks gingiva kelompok 2 setelah diberi perlakuan

P

Q1

S

Q3

Q2

Q4

Page 39: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

27

B. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

mahasiswa/mahasiswi yang berada di lingkungan Universitas

Mahasaraswati Denpasar.

2. Teknik sampling: teknik sampling yang digunakan adalah purposive

sampling.

3. Besar sampel dan teknik pengambilan sampel

Besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Hidayat 2012) :

Dimana :

n = jumlah sampel

p = estimator proporsi populasi

d2 = tingkat kesalahan yang diperbolehkan

q = 1-P

Maka dari hasil perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel minimal

adalah berjumlah 98 orang yang menderita gingivitis. Tetapi dalam

penelitian diambil sebanyak 120 orang yang terbagi menjadi dua

kelompok yaitu 60 orang kelompok perlakuan dan 60 orang kelompok

kontrol.

n=

Page 40: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

28

Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan :

a. Kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah subyek laki-laki dan perempuan yang berusia 18-25 tahun,

dalam keadaan sehat baik sehat secara fisik ataupun mental, subyek

memiliki gigi indeks (11, 16, 26, 36, 31, 46), bersifat kooperatif,

tidak sedang hamil dan tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan

seperti antibiotik, antiinflamasi dan obat kumur yang mengandung

antiseptik dan antiinflamasi.

b. Kriteria eksklusi. Semua subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi

dikeluarkan dari subyek penelitian dan pasien menolak untuk

dijadikan sampel.

C. Identifikasi Variabel

1. Variabel pengaruh : larutan teh rosella

2. Variabel terpengaruh : gingivitis pascaskeling

3. Variabel tidak terkendali : asupan makanan dan minuman, cara

menyikat gigi dan pasta gigi yang

digunakan

D. Definisi Operasional

1. Larutan teh rosella adalah larutan yang dibuat dari bunga rosella kering

sebanyak 5 kuntum dengan berat ± 50mg diseduh dengan air panas

sebanyak 200 ml.

Page 41: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

29

2. Kumur- kumur dengan larutan teh rosella adalah berkumur dengan larutan

teh rosella sebanyak 30 ml selama 30 detik sampai larutan mengenai

seluruh permukaan gigi dan gingiva.

3. Gingivitis adalah proses peradangan jaringan gingiva yang disebabkan

oleh mikroorganisme yang membentuk suatu koloni/plak gigi yang

melekat pada permukaan gigi. Pengukuran derajat peradangan gingiva

menggunakan indeks gingiva oleh Loe H dan Silness J tahun 1963.

4. Skeling adalah membersihkan karang gigi (kalkulus) dan plak serta derivat

lain pada permukaan gigi dengan menggunakan alat scaler.

5. Plasebo adalah zat atau obat tidak aktif yang tampak sama dan diberikan

dengan cara yang sama seperti obat aktif atau pengobatan yang diuji.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Universitas Mahasaraswati Denpasar pada

tanggal 18 September – 20 Oktober 2013 pukul 08.00 WITA – selesai.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah indeks gingiva oleh Loe dan

Silness. Indeks gingival diusulkan pada tahun 1963 sebagai metode untuk menilai

keparahan dan kuantitas gingivitis pada pasien. Menurut metode ini, bagian dari

fasial, mesial, distal dan lingual dinilai untuk peradangan dan diberi skor 0 sampai

3. Untuk menilai tingkat keparahan gingivitis dapat dilakukan dengan

menjalankan probe periodontal sepanjang dinding jaringan lunak dari celah

gingiva.

Page 42: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

30

Tabel 3.1 Skor peradangan pada gingiva

Gejala Klinis Perdarahan Peradangan Skor

Normal Tidak ada

perdarahan

Tidak ada

peradangan

0

Terdapat perubahan warna

dan pembengkakan yang

ringan

Tidak ada

perdarahan

Ringan 1

Kemerahan, hipertropi,

bengkak dan mengkilat

Perdarahan saat

probing

Sedang 2

Kemerahan yang jelas,

hipertropi dan ulserasi

Perdarahan

spontan

Berat 3

Indeks gingiva oleh Loe H dan Silness J tahun 1963 digunakan untuk

memeriksa keparahan gingivitis pada gigi molar pertama kanan atas, insisivus

pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisivus

pertama kanan bawah, dan premolar pertama kanan bawah.

Tabel 3.2 Kriteria indeks gingiva

Rata-rata indeks gingiva Keterangan

2,1-3,0 Peradangan berat

1,1-2,0 Peradangan sedang

01-1,0 Peradangan ringan

< 0,1 Tidak ada peradangan

Penilaian dan perhitungan skor indeks gingiva dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

Total Skor Gingiva

Indeks Gingiva =

Jumlah Indeks Gigi x Jumlah Permukaan yang diperiksa

Page 43: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

31

G. Alat dan Bahan

1. Alat : alat oral diagnose, neerbecken, alat skeling (scaler), periodontal

probe, lap dada, handscoon, masker, gelas kumur, alat tulis, form

penelitian dan informed consent.

2. Bahan : larutan teh rosella, air putih dan alkohol 70%.

H. Jalannya Penelitian

1. Alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Sebelum dilakukan penelitian, calon sampel diminta untuk mengisi dan

menandatangani inform consent untuk kesediaan menjadi sampel.

3. Menjelaskan jalannya penelitian kepada subjek penelitian dan menjelaskan

hal-hal yang harus dilakukan selama penelitian dilaksanakan.

4. Keadaan rongga mulut sampel diperiksa menggunakan alat oral diagnose.

5. Keadaan dari gingivitis diperiksa, kemudian dihitung indeks gingivanya

kemudian lakukan skeling. Skeling dilakukan oleh peneliti.

6. Sebagai kelompok perlakuan, sampel diinstruksikan berkumur dengan

larutan teh rosella sebanyak 30 ml selama 30 detik. Kelompok kontrol

diinstruksikan berkumur dengan air putih sebanyak 30 ml selama 30 detik.

7. Berikan instruksi kepada sampel untuk berkumur dengan larutan teh

rosella sebanyak 30 ml selama 30 detik setiap dua kali sehari selama 5

hari.

8. Setiap perubahan yang terjadi dicatat pada form penelitian.

Page 44: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

32

I. Analisis data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dimasukkan ke dalam tabel untuk

pengamatan dan pengkajian data. Data kemudian dianalisis dan diolah dengan

menggunakan SPSS.

1. Uji Normalitas dan Homogenitas

a. Uji Normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov.

b. Uji Homogenitas dengan menggunakan uji Levene’s Test.

2. Uji Efek Perlakuan

Bagi data yang berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan uji

statistik parametrik yaitu :

a. Paired sample t-test untuk analisis perbandingan pre test dan post test

pada masing-masing kelompok.

b. Independent sample t-test untuk analisis perbandingan kelompok

perlakuan atau kelompok kontrol.

Page 45: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dilakukan sebagai prasyarat sebelum melakukan uji

statistic parametric. Uji prasyarat yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji

normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji

homogenitas data dengan menggunakan uji Levene’s test.

Tabel 4.2 Rangkuman hasil uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-

smirnov

Berdasarkan hasil uji normalitas data didapatkan nilai signifikansi untuk

data sebelum perlakuan adalah 0,120. Nilai signifikansi untuk data setelah

perlakuan adalah 0,093. Nilai signifikansi untuk data sebelum kontrol adalah

0,058 sedangkan data setelah kontrol adalah 0,065. Hal ini menunjukkan bahwa

keempat nilai tersebut lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa data telah

berdistribusi normal sehingga data layak untuk dilanjutkan dengan uji statistic

parametric t-test.

Kelompok sampel N P Keterangan

Perlakuan Pre 60 0,120 Normal

Post 60 0,093 Normal

Kontrol Pre 60 0,058 Normal

Post 60 0,065 Normal

Page 46: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

34

Tabel 4.3 Rangkuman hasil uji homogenitas data menggunakan Levene’s test

Berdasarkan hasil uji homogenitas menghasilkan nilai Levene statistic

sebelum dan setelah perlakuan sebesar 1,159 dengan nilai signifikansi sebesar

0,284 dan nilai Levene statistic sebelum dan setelah kontrol sebesar 0,154 dengan

nilai signifikansi sebesar 0,696 melihat besarnya nilai p > 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data bersifat homogen.

B. Uji Efek Perlakuan

Dari analisis menggunakan t-test antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan, menghasilkan data yang menunjukkan hasil dari uji parametrik Paired

sample t-test, adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Rerata skor indeks gingiva sebelum dan setelah diberikan perlakuan

Kelompok sampel Levene statistic Sig

Perlakuan 1,159 0,284

Kontrol 0,154 0,696

t-test for

equality of

means

Pre Post Beda rerata t Sig

Kontrol 0,25 0,14 0,11 14,761 0,000

Perlakuan 0,26 0,08 0,18 26,621 0,000

Page 47: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

35

Berdasarkan pada tabel diatas ditemukan adanya perbedaan yang

signifikan pada penurunan gingivitis baik pada kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan, ini terlihat pada nilai p < 0,05.

Diagram 4.1 Penurunan skor indeks gingiva pada masing- masing kelompok

Tabel 4.5 Rangkuman hasil uji Independent Sample t-test

Berdasarkan hasil uji t nilai signifikansi diperoleh sebesar p < 0,05. Dari

hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara

skor indeks gingiva kelompok kontrol dengan skor indeks gingiva pada kelompok

perlakuan. Skor indeks gingiva pada kelompok perlakuan lebih rendah

dibandingkan dengan skor indeks gingiva pada kelompok kontrol.

N T Df p

Setelah kontrol 60 4.953 118 0.000

Setelah perlakuan 60 4.953 113.010 0.000

Page 48: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

36

BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kedua kelompok analisis

uji statistik menggunakan independent t-test menunjukkan signifikansi (p < 0,05).

Hasil analisis terhadap rerata skor indeks gingiva didapatkan penurunan yang

signifikan pada kelompok yang berkumur dengan air putih dan pada kelompok

yang berkumur dengan larutan teh rosella pascaskeling. Hasil dari kedua

kelompok tersebut menunjukkan keefektifannya dalam mempercepat

penyembuhan gingivitis pascaskeling namun berkumur dengan larutan teh rosella

pascaskeling lebih berpengaruh mempercepat penyembuhan gingivitis

dibandingkan berkumur dengan air putih.

Pada kelompok perlakuan yang berkumur dengan larutan teh rosella

menghasilkan rerata penurunan skor indeks gingiva yang lebih besar dari

kelompok kontrol yang berkumur dengan air. Terjadinya penurunan skor indeks

gingiva mungkin disebabkan oleh karena larutan teh rosella mengandung

polifenol yang menurut beberapa penelitian memiliki aktivitas antibakteri dengan

cara menghambat perkembangan bakteri Streptococcus sanguis yang menjadi

pemicu terbentuknya plak gigi dan pencetus gingivitis. Adanya efek antibakteri

dari larutan teh rosella dapat menekan bakteri plak dan produknya sehingga dapat

menurunkan rerata skor indeks gingiva. Selain itu di dalam larutan teh rosella

terdapat kandungan flavonoid yang merupakan jumlah terbesar dalam polifenol

yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri. Oleh karena

membran sel dari bakteri tersusun atas protein dan lipid, maka kehadiran polifenol

Page 49: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

37

yang merupakan senyawa toksik mengakibatkan struktur tiga dimensi protein

terganggu sehingga menyebabkan protein pada bakteri terdenaturasi dan tidak

dapat melakukan fungsinya (Suwandi 2012). Larutan teh rosella juga mengandung

vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan

membantu penyerapan semua vitamin dan mineral sehingga membantu

mempercepat proses penyembuhan. Penelitian ini juga didukung dengan

penelitian yang telah dilakukan oleh Suwandi (2012) yang menyebutkan bahwa

ekstrak bunga rosella memiliki khasiat sebagai antiinflamasi, antibakteri dan

astringent.

Penelitian lain tentang kemampuan ekstrak rosella sebagai antiinflamasi

pada tikus pernah dilakukan. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak rosella dengan

dosis 500 mg/kg BB mempunyai kemampuan sebagai antiinflamasi. Penelitian

sebelumnya telah dilakukan untuk mengkaji potensi tentang antioksidan dan daya

hambat aktivitas siklooksigenase bunga rosella secara in vitro. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa kandungan ekstrak bunga rosella dengan pelarut

senyawa ethyl acetat dan metanol, mampu menghambat enzim siklooksigenase

(Ali dkk. 2011).

Bunga rosella dikenal sebagai tanaman yang memiliki banyak khasiat,

salah satunya sebagai antibakteri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Rostinawati (2009) yang menyebutkan bahwa bunga rosella juga memiliki

aktivitas dan daya hambat antibakteri terhadap Escherichia coli, Salonella typhi

dan Saphylococcus aureus. Penelitian yang serupa mengenai ekstrak bunga rosella

juga dilakukan oleh Harianto (2013) menyebutkan bahwa ekstrak bunga rosella

yang digunakan sebagai obat kumur mampu menghambat pertumbuhan plak.

Page 50: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

38

Selain itu penelitian lain yang dilakukan oleh Hamdani (2013) menyebutkan

bahwa air rebusan bunga rosella mampu menghambat koloni bakteri pada sikat

gigi.

Penyebab utama gingivitis adalah plak gigi yang merupakan substansi

berstruktur lunak, berwarna kuning keabu-abuan dan melekat erat pada

permukaan gigi. Plak mengandung makrofag, matriks ekstraseluler, sisa makanan

serta bakteri yang melekat pada gigi. Semua bakteri plak ikut berperan

membentuk patogenesis dari flora subgingiva, yang dapat memperbesar

kemampuan bakteri untuk berkolonisasi dan menyerang pertahanan host serta

merangsang inflamasi dan kerusakan jaringan periodontal (Huis. 1993 cit

Nirmaladewi, Handajani dan Tandelilin 2011).

Kontrol plak yang efektif adalah dasar dari pencegahan dan pengobatan

hampir semua keadaan inflamasi pada jaringan periodontal. Pengaruh negatif plak

terhadap gigi dan jaringan penyangga dapat diminimalkan dengan cara

pembersihan secara mekanis dengan sikat gigi, benang gigi serta berkumur

dengan obat kumur (Hoag dan Pawlak. 1990 cit Nirmaladewi, Handajani dan

Tandelilin 2011).

Pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, keduanya terjadi

penurunan indeks gingiva pascaskeling, hal ini disebabkan oleh karena kalkulus

yang merupakan faktor predisposisi penyebab gingivitis pada kedua kelompok

telah dihilangkan melalui proses skeling. Kalkulus mempunyai permukaan yang

kasar sehingga sisa-sisa makanan dan bakteri mudah melekat dan berkembang

biak yang mengakibatkan terjadinya penebalan dari kalkulus tersebut. Jika

Page 51: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

39

kalkulus ini tidak dihilangkan akan memicu timbulnya peradangan pada gingiva

(Carranza dkk. 2006).

Hal lain yang mendukung karena adanya efek mekanik dari gerakan

berkumur. Gerakan berkumur dapat menggerakkan otot pipi sehingga bahan

kumur yang digunakan secara mekanis dapat melepaskan partikel partikel debris

yang banyak mengandung bakteri (Suryanto dkk. 2011).

Berkumur merupakan salah satu cara membersihkan gigi dan mulut yang

sering dilakukan setelah menyikat gigi. Berkumur dapat dilakukan secara efisien

apabila disertai dengan kemauan yang besar, kesediaan meluangkan waktu, cara

berkumur yang baik dan fungsi yang normal dari otot-otot bibir, lidah dan pipi.

Berkumur dengan obat kumur yang mengandung antiseptik diperlukan untuk

membantu menghilangkan peradangan dan menurunkan konsentrasi bakteri pada

plak gigi (Ariadna dan Hani. 2000 cit Nirmaladewi, Handajani dan Tandelilin

2011).

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Ketaatan

subjek dalam pemakaian obat kumur tidak menutup kemungkinan mempengaruhi

hasil penelitian. Selain itu dipengaruhi pula oleh pola makan dan minum sehari-

hari dan kebiasaan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut yang tidak dapat

dikendalikan dalam penelitian ini.

Page 52: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

40

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

kecepatan penyembuhan gingivitis pasca skeling antara kelompok perlakuan

dengan kelompok kontrol (p < 0,05). Jadi dapat disimpulkan bahwa berkumur

dengan teh rosella lebih efektif mempercepat penyembuhan gingivitis

pascaskeling.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat

diajukan adalah sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas

penggunaan teh rosella dalam mempercepat penyembuhan gingivitis

pascaskeling dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dengan metode

yang berbeda.

2. Disarankan apabila penelitian ini dilanjutkan diharapkan peneliti bisa lebih

mengontrol variabel tidak terkendali yang dapat mempengaruhi hasil

penelitian.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas bunga rosella

dalam bentuk sediaan lain.

Page 53: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

41

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Badreldin, H., Wabel, N., dan Blunden, G. 2011. „Phytochemical, Pharmacological

and Toxicological Aspects of Hibiscus sabdariffa L‟, Phytother

Research, vol. 19, hal. 369 – 375

Ariadna, A. D., dan Hani, S. 2000. „Penelaahan Penggunaan Antimikroba dan

Antiseptik pada Terapi Penyakit Periodontal‟, JKGUI, vol. 7, no. 3, hal.

20-25.

Arndt, H., dan Nagelberg, R . 2010, „It‟s time to revisit gingivitis‟, RDH, vol. 30,

no. 5, hlm. 56-59.

Avriza, H. 2011, Dasyatnya Bunga-Bunga Berkhasiat Obat di Sekitar Kita,

Araska., Yogyakarta.

Cobb, C. M. 2008, ‘ Microbes, Inflammation, Scaling and Root Planing, and the

Periodontal Condition ‟, Journal of Dental Hygiene, vol.82, no. 9, hlm.

4-9.

Cope, G. 2011, „Gingivitis: symptoms, causes and treatment‟, J Dental Nursing,

vol. 7, no. 8, hlm. 436-439.

Clerehugh, V., Genco, R. J., dan Tugnait, A. 2009, Periodontology at a glance,

Wiley Blackwell., Chichester UK.

Desai, V. D., Hegde, S., Bailoor, D. N., dan Patil, N. 2009, „ Scurvy Extinct?

Think Again!‟, International Journal of Clinical Pediatric Dentistry, vol.

2, no. 3, hlm. 39-42.

Devi, M. 2009, Dahsyatnya khasiat rosella, Cemerlang Publishing., Yogyakarta.

Dewi, T. P., Syahrul, D., dan Esmeralda, H. S. 2011, „Pengaruh berkumur

seduhan bunga rosella terhadap akumulasi plak‟, J Interdental, vol. 8, no.

3, hlm. 71-77.

Direktorat BPOM RI 2010, Serial Data Ilmiah Terkini Tanaman Obat Rosella

(Hibiscus sabdariffa. L), Badan POM RI, Jakarta.

Gager, J., Chin, K. L., Malekian, F., Berhane, M., dan Qi, Y. 2005, „Biological

Characteristics, Nutritional and Medicinal Value of Roselle‟, Hibiscus

Sabdariffa’ Circular UFNR, no. 604.

Page 54: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

42

Hartati, Rusmini, dan Waluyo, B. T. 2011, „Analisis Faktor-Faktor Yang

Berhubungan dengan Kejadian Gingivitis pada Ibu Hamil di Wilayah

Kerja Puskesmas Talang Tegal‟, Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan,

vol. 7, no. 3, hlm. 170-189.

Hartiati, A., Mulyani, S., dan Pusparini, D. 2009, „Pengaruh preparasi bahan baku

rosella dan waktu pemasakan terhadap aktivitas antioksidan sirup bunga

rosella (Hisbiscus sabdariffa L.)‟, J Agrotekno, vol. 15, no. 1, hlm. 20-24.

Hasibuan, D. 2010, Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Penstabil Terhadap

Mutu Selai Rosella, Skripsi, Universitas Sumatera Utara Medan, Medan.

Harianto, M. 2013, Manfaat ekstrak bunga rosella (hibiscus sabdariffa) sebagai

obat kumur dalam menghambat pertumbuhan plak pada mahasiswa FKG

USU angkatan 2012, Skripsi, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Hamdani. 2013, Daya hambat air rebusan bunga rosella (Hibiscus sabdariffa. L)

terhadap koloni bakteri pada sikat gigi, Skripsi, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Hidayat, A, Juni 20-last update, Menghitung Besar Sampel Penelitian

[Homepage of Statistikian Blogspot], [Online]. Available:

http://statistikian.blogspot.com/2012/08/menghitung-besar-sampel

penelitian.html [01 mei 2013]

Huis. 1984, Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Gadjah Mada University Press.,

Yogyakarta.

Hoag, P.M., dan Pawlak, E.A. 1990, Essential of Periodontics, Ed. Ke - 4, The

Mosby Company., Philadelphia.

Inna, M., Atmania, N., dan Prismasari, S. 2010, „Potential Use of Cinnamomum

burmanii Essential Oil-based Chewing Gum as Oral Antibiofilm Agent‟

Journal of Dentistry Indonesia, vol. 17, no. 3, hlm. 80-86.

Kawashima, H., Sato, S., Kishida, M., dan Ito, K. 2007. „A Comparison Of Root

Surface Instrumentation Using Two Piezoelectric Ultrasonic Scalers And

A Hand Scaler In Vivo‟, J Periodont Res vol. 42, hlm. 90–95.

Kurniasih. 2010, Mengenal Tanaman Rosella, Dalam Budidaya Mahkota Dewa

dan Rosella, Pustaka Baru Press., Yogyakarta.

Kinoshita, S., dan Wen, C. 2008, Etiologic Factors in Periodontal Disease, Dalam

Color Atlas of Periodontics, Ishiyaku EuroAmerica Inc., Tokyo.

Page 55: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

43

Maryani, H., dan Kristiana, L. 2005, Pemanfaatan Rosela, Dalam Khasiat dan

Manfaat Rosela, AgroMedia Pustaka., Jakarta.

Newman, M. G., Takei, H. H., dan Klokkevold, P. R. 2006, Phase I Periodontal

Therapy, Dalam Carranza’s Clinical Periodontology, Carranza et al.

(ed), Ed. Ke-10, Saunders Co., St.Louis.

Nirmaladewi, A., Handajani, J., dan Tandelilin, RTC. 2011, „Status saliva dan

gingivitis pada penderita gingivitis setelah kumur epigalocatechingallate

(EGCG) dari ekstrak teh hijau (Camellia sinensis)’, J Traditional

Medicine, vol. 15, hlm. 864-866.

Pratiknya, A. W. 2011, Dasar - Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan

Kesehatan, RajaGrafindo Persada., Jakarta.

Pindborg, J. J. 2009, Atlas Penyakit Mukosa Mulut, Wangsaraharja, Binarupa

Aksara., Jakarta.

Putri, M. H., Herijulianti, E., dan Nurjannah, N. 2010, Ilmu Pencegahan Penyakit

Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, EGC Penerbit Buku

Kedokteran., Jakarta.

Rateitschak, E. M., Wolf, H. F., dan Hassel, T. M. 2005, Plaque Indices,

Epidemiology and Indices, and Gingival indices, Dalam Color Atlas of

Dental Medicine, Periodontology 3rd Ed, Thieme Medical Publishers.,

New York.

Rostinawati, T. 2009, Aktivitas antibakteri ekstrak etanol ,bunga Rosella

(Hibiscus sabdariffa L) terhadap Escheria coli, Salmonella typhi dan

Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar, Tesis, Universitas

Padjadjaran, Jatinangor.

Suryanto, C. E., Djamil, M. S., Elias, S., dan Jenie, I. 2011. „Aspartate

Aminotransferase Activity after Gargling with Green Tea and

Chlorhexidine Gluconate‟, Journal of Dentistry Indonesia,vol. 18, no. 3,

hal. 77-80.

Suwandi, T. 2012, Pengembangan Potensi Antibakteri Kelopak Bunga Hibiscus

sabdariffa L. (Rosella) Terhadap Streptococcus sanguinis Penginduksi

Gingivitis Menuju Obat Herbal Terstandar, Tesis, Universitas Indonesia,

Jakarta.

Tjahja, N. I., dan Lely, S. 2005, „Hubungan Kebersihan Gigi dan Mulut dengan

Pengetahuan dan Sikap Responden di Beberapa Puskesmas di Propinsi

Jawa Barat‟ Media Litbang Kesehatan, vol. 15, no. 4, hlm. 1-7.

Page 56: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

44

Tichy, J., dan Novak, J. 1998, „Extraction, assay, and analysis of antimicrobials

from plants with activity against dental pathogens (Streptococcus sp.)‟, J

Altern Complement Med, vol. 4, no. 1, hal. 39-45.

Trijono, S. 2012, Pemberian Ekstrak Kelopak Bunga Rosela Menurunkan

Malondialdehid Pada Tikus yang Diberi Minyak Jelantah, Tesis,

Universitas Udayana Denpasar, Denpasar.

Zubardiah, L., Nurul, D., dan Auerkari, E. I. 2012, ‘Effectiveness of lawsonia

inermis linneaus leaves infusion in gingivitis healing‟, J Dentika, vol.

17, no. 2, hlm. 80-88.

Page 57: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

45

LAMPIRAN

Page 58: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

46

FOTO-FOTO PENELITIAN

Pengukuran skor indeks gingival Pengukuran skor indeks gingival

Proses Skeling Berkumur dengan air putih

Berkumur dengan larutan teh rosella Setelah diberi perlakuan

Page 59: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

47

GAMBAR ALAT DAN BAHAN

ALAT - ALAT

BAHAN

Page 60: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

48

INFORMED CONSENT

(PERJANJIAN KESEPAKATAN)

Berkaitan dengan penelitian untuk kebutuhan penyusunan skripsi mahasiswa

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Mahasaraswati Denpasar, maka saya yang

bertandatangan di bawah ini ( seperti daftar nama berikut ), setelah mendapatkan

penjelasan, dengan ini menyatakan BERSEDIA dan TIDAK KEBERATAN dilibatkan

sebagai SUBJEK dalam Penelitian ini,

Judul Penelitian : EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH ROSELLA

(hibiscus sabdariffa. L) PASCASKELING TERHADAP

PENURUNAN PERADANGAN GINGIVA

Peneliti : Ni Made Ista Prestiyanti

NPM : 10.8.03.81.41.1.5.018

Saya memahami dan dapat menerima segala akibat penelitian ini dan tidak

akan melakukan tuntutan dalam bentuk apapun terhadap akibat yang

ditimbulkannya.

No NAMA UMUR L/P TANDA TANGAN

Page 61: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

49

FORM PENELITIAN

NAMA :

ALAMAT :

JENIS KELAMIN : L/P

UMUR :

I. INDEKS GINGIVA SEBELUM PERLAKUAN

II. KONTROL I

III. KONTROL II

Gigi yang

diperiksa

Permukaan yang diperiksa

Bukal Lingual Mesial Distal

Molar 1 RA Kanan

I2 RA Kanan

P1 RA Kanan

Molar 1 RB Kiri

I2 RB Kiri

P1 RB Kiri

INDEKS GINGIVA

Gigi yang

diperiksa

Permukaan yang diperiksa

Bukal Lingual Mesial Distal

Molar 1 RA Kanan

I2 RA Kanan

P1 RA Kanan

Molar 1 RB Kiri

I2 RB Kiri

P1 RB Kiri

INDEKS GINGIVA

Gigi yang

diperiksa

Permukaan yang diperiksa

Bukal Lingual Mesial Distal

Molar 1 RA Kanan

I2 RA Kanan

P1 RA Kanan

Molar 1 RB Kiri

I2 RB Kiri

P1 RB Kiri

INDEKS GINGIVA

Page 62: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

50

HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN UJI LEVENE’S TEST

Oneway (Homogenitas Data)

Test of Homogeneity of Variances

Hari_ke_5

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.159 1 118 .284

Test of Homogeneity of Variances

Hari_ke_1

Levene Statistic df1 df2 Sig.

0.154 1 118 .696

ANOVA

Hari_ke_5

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .113 1 .113 24.530 .000

Within Groups .546 118 .005

Total .659 119

Page 63: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

51

HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN UJI KOLMOGOROV-SMIRNOV TEST

NPar Tests (Normalitas Data)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pre_Hasil_Uji

Hari_ke_5_Uji Pre_Kontrol Hari_ke_5_Kontrol

N 60 60 60 60

Normal Parametersa,,b

Mean .2670 .0815 .2512 .1430

Std. Deviation .09210 .06045 .09480 .07482

Most Extreme Differences

Absolute .153 .160 .172 .169

Positive .132 .160 .172 .169

Negative -.153 -.139 -.096 -.114

Kolmogorov-Smirnov Z 1.185 1.239 1.329 1.309

Asymp. Sig. (2-tailed) .120 .093 .058 .065

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Page 64: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

52

HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN UJI INDEPENDENT T-TEST

Independent T-Test

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Hari_ke_5 Kontrol 60 .14300 .074817 .009659

Uji 60 .08150 .060445 .007803

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of the

Difference

F Sig. T df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Differenc

e Lower Upper

Hari_ke_5 Equal variances assumed

1.159 .284 4.953 118 .000 .061500 .012417 .036910 .086090

Equal variances not assumed

4.953 113.010 .000 .061500 .012417 .036899 .086101

Page 65: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

53

HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN UJI PAIRED T-TEST UNTUK KELOMPOK PERLAKUAN

Paired T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_Hasil_Uji .2670 60 .09210 .01189

Hari_ke_5_Uji .0815 60 .06045 .00780

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_Hasil_Uji & Hari_ke_5_Uji 60 .828 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_Hasil_Uji - Hari_ke_5_Uji

.18550 .05398 .00697 .17156 .19944 26.621

59 .000

Page 66: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

54

HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN UJI PAIRED T-TEST UNTUK KELOMPOK KONTROL

Paired T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Pre_Kontrol .2512 60 .09480 .01224

Hari_ke_5_Kontrol .1430 60 .07482 .00966

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_Kontrol & Hari_ke_5_Kontrol

60 .801 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean Std.

Deviation Std. Error

Mean

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair 1 Pre_Kontrol - Hari_ke_5_Kontrol

.10817 .05676 .00733 .09350 .12283 14.761 59 .000

Page 67: EFEKTIFITAS BERKUMUR DENGAN LARUTAN TEH …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/10/efektifitas... · adalah uji paired sample t-test untuk ... tumbuhan juga telah digunakan

lv