efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

Upload: nabila-rizkika

Post on 03-Apr-2018

347 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    1/34

    LAPORAN PENELITIAN

    EFEK KLINIS PENGGUNAAN MAHKOTA STAINLESS STEEL PADA

    GIGI MOLAR SULUNG TERHADAP KESEHATAN GUSI

    Oleh :

    Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA

    Meirina Gartika, drg., Sp.Ped

    Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped

    Dibiayai oleh Dana DIPA Universitas Padjadjaran

    Tahun Anggaran 2006-10-06 Berdasarkan DIPA No. 0151.0/23-04.0/XII/2006

    Tanggal 31 Desember 2005

    LEMBAGA PENELITIAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    Nopember 2006

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    2/34

    LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN

    LAPORAN AKHIR PENELITIAN SUMBER DANA DIPA

    TAHUN ANGGARAN 2006

    1. a. Judul penelitianb. Bidang Ilmuc. Katagori

    :

    ::

    Evaluasi Klinis Mahkota Stainless Steelpada Gigi Molar Sulung

    Kesehatan dan SeniI

    2. Ketua penelitia. Nama lengkap dan gelarb. Jenis kelaminc. Pangkat/Gol/NIPd. Jabatan fungsionale. Fakultasf. Bidang ilmu yang diteliti

    :

    ::

    ::

    :

    Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA

    PerempuanPenata Muda Tk I/III b/ 132 304 091

    Asisten ahliKedokteran Gigi

    Kesehatan dan seni

    3. Jumlah Tim Peneliti

    a. Nama Anggota Peneliti I

    b. Nama Anggota Peneliti II

    :

    :

    :

    3 orang

    Meirina Gartika NIP. 132 061 759

    Pangkat Lektor

    Inne Suherna Sasmita NIP. 131 873 124Pangkat Lektor

    4. Lokasi Penelitian : Klinik Kedokteran Gigi Anak FKG

    UNPAD

    5. Kerja sama dengan institusi lain : -

    6. Jangka Waktu Penelitian : 8 bulan

    7. Biaya Penelitian : Rp. 5.000.000

    Bandung, Nopember 2006

    Mengetahui :

    Dekan Fakultas Kedokteran Gigi

    Universitas Padjadjaran Ketua Peneliti

    Prof. DR. Eky S Soeria Soemantri, drg., Sp.OrtNIP. 130 675 653

    Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGANIP. 132 304 091

    Menyetujui :

    Ketua Lembaga Penelitian

    Universitas Padjadjaran

    Prof Dr. Johan S. Mansjhur, dr., SpPD-KE., SpKN

    NIP. 130 256 894

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    3/34

    i

    RINGKASAN

    Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi ekstrakoronal siap pakai yang

    terutama digunakan dalam restorasi gigi dengan kerusakan yang hebat, molar sulung

    yang telah dirawat pulpa, dan gigi sulung atau gigi tetap yang mengalami hipoplasia.

    Tujuan penelitian adalah untuk mengevaluasi secara klinis penggunaan

    mahkota stainless steel crownpada molar sulung terhadap kesehatan gusi. Sampel

    penelitian sebanyak 30 buah gigi dengan mahkota stainless steel crown. Penelitian

    dilakukan dengan mengukur indeks gingival, indices kebersihan mulut, dan adaptasi

    margin mahkota

    Hasil penelitian menunjukkan adanya efek penggunaan mahkota stainless

    steel crown terhadap kesehatan gusi. Hal ini terlihat pada tingginya insidensi

    gingivitis karena adanya adaptasi margin mahkota yang buruk dan tingkat kebersihan

    mulut yang buruk.

    Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan mahkota stainless steel crown

    dapat menimbulkan efek pada kesehatan gusi.

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    4/34

    ii

    ABSTRACT

    Stainless-steel crowns (SSCs) are preformed extracoronal restorations that

    are particularly useful in the restoration of grossly broken-down teeth, primary

    molars that have undergone pulp therapy, and hypoplastic primary or permanent

    teeth.

    The aim of this study is to evaluate clinically the use of stainless steel crown

    in primary molars on the gingival health. The samples were 30 teeth with stainless

    steel crown fitted on them. The study was carried out by measuring gingival index,

    oral hygiene index, and marginal adaptation of the crowns.

    Results showed that there was a significant effects of stainless steel crown

    usage on gingival health. This was due by the high incidence of gingivitis because of

    poorly adapted marginal crown and poor oral hygiene.

    It was concluded that stainless steell crown usage may effects the gingival

    health.

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    5/34

    iii

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    6/34

    iv

    DAFTAR ISI

    Halaman

    ABSTRAK .. i

    ABSTRACT . ii

    PRAKATA ...... iii

    DAFTAR ISI ... iv

    DAFTAR TABEL ... vi

    DAFTAR GAMBAR ...... xii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Penelitian .. 11.2 Identifikasi Masalah Penelitian .......... 11.3 Kerangka Pemikiran .. 21.4 Metodologi Penelitian .... 31.5 Waktu dan Lokasi Penelitian . 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Stainless Steel Crown... 42.2 Indikasi 5

    2.3 Prosedur Klinik................................................. 6

    2.3.1 Preparasi Gigi..................... .. 6

    2.3.2 Pemilihan Mahkota. 7

    2.3.3 Adaptasi Mahkota... 8

    2.3.4 Sementasi mahkota 10

    2.4 Evaluasi Keberhasilan........................................................... 11

    BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

    3.1 Tujuan Penelitian....................................................................... 12

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    7/34

    v

    3.2 Kegunaan Penelitian.................................................................. 12

    BAB IV METODE DAN BAHAN PENELITIAN

    4.1 Jenis Penelitian ... 134.2 Populasi dan Sampel Penelitian . 134.3 Variabel yang Diteliti . 13

    4.4 Definisi Operasional ....................... 13

    4.5 Bahan dan Alat Penelitian .. 14

    4.6 Prosedur Penelitian .... 14

    4.7 Teknik Penyajian Data .. 15

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil Penelitian 165.2 Pembahasan ......... 17

    BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan . 196.2 Saran 20

    DAFTAR PUSTAKA . 21

    LAMPIRAN 22

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    8/34

    vi

    DAFTAR TABEL

    No. Tabel Teks Halaman

    5.1 Efek adaptasi margin 17

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    9/34

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Mahkota stainless steel (SSC = stainless steel crowns) pertama kali

    digunakan di bidang Kedokteran Gigi Anak pada tahun 1950 yang ditujukan

    sebagai restorasi gigi sulung yang dengan kerusakan berat (Sharaf, 2004). Selain

    itu, ssc juga digunakan sebagai restorasi pilihan pada anak-anak dengan resiko

    tinggi karies (Cameron, 2003).

    Keunggulan dan durabilitas ssc bila dibandingkan dengan amalgam dan

    restorasi lainnya telah banyak diteliti. Braff pada tahun 1974 membandingkan ssc

    dengan restorasi kelas II amalgam. Penelitian ini menyimpulkan keunggulan ssc.

    Penelitian Dawson pada tahun 1981, juga mendukung pendapat Braff

    (Mathewson, 1995).

    Keunggulan-keunggulan ini menyebabkan ssc banyak digunakan. Namun,

    penelitian yang ditujukan untuk mengevaluasi secara klinis penggunaan ssc masih

    belum banyak dilakukan. Penempatan ssc yang tidak tepat dapat menimbulkan

    gangguan pada kesehatan gusi.

    Bedasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin melakukan penelitian

    tentang evaluasi klinis pada kesehatan gusi penggunaan ssc pada gigi molar

    sulung.

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    10/34

    2

    Bagaimanakah efek klinis penggunaan mahkota stainless steel pada gigi molar

    sulung terhadap kesehatan gusi ?

    1.3 Kerangka Pemikiran

    Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi ekstrakoronal siap pakai yang

    terutama digunakan dalam restorasi gigi dengan kerusakan yang hebat, molar

    sulung yang telah dirawat pulpa, dan gigi sulung atau gigi tetap yang mengalami

    hipoplasia. Selain itu juga diindikasikan dalam restorasi pada anak-anak dengan

    resiko tinggi mengalami karies terutama pada anak-anak yang menjalani

    perawatan di bawah anestesi umum. SSC merupakan restorasi yang dapat

    bertahan lama dan restorasi pilihan pada mulut dengan resiko tinggi karies

    (Cameron, 2003).

    Indikasi penggunaan ssc di bidang Kedokteran Gigi Anak adalah untuk

    restorasi molar sulung dengan kerusakan besar pada mahkota dan molar pertama

    permanen dengan defek perkembangan yang parah (Koch, 2001).

    SSC dibuat dari alloy yang mengandung 77% nikel, 15% kromium, dan

    7% besi. Campuran bahan-bahan ini menyebabkan ssc dapat beradaptasi dengan

    baik pada permukaan gigi (Mathewson, 1995).

    Adaptasi marginal merupakan bagian yang penting dari prosedur restorasi

    ssc. Ekstensi aksial ssc harus menyerupai dimensi dan kontur bentuk gigi aslinya.

    Margin ssc yang kurang beradaptasi dapat mempengaruhi kesehatan jaringan

    periodontal (Croll, 2003).

    Hubungan antara ssc dengan gingivitis belum banyak dijelaskan di

    literatur. Penelitian yang dilakukan Sharaf tahun 2003 menunjukkan bahwa

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    11/34

    3

    margin ssc yang kurang beradaptasi menunjukkan tanda-tanda gingivitis (Sharaf,

    2004).

    Menurut Durr (1982), plak subgingiva yang tidak terdeteksi dapat

    berakumulasi dalam rongga antara margin mahkota dan gigi yang dapat mengarah

    pada inflamasi gingival.

    1.4 Metode Penelitian

    Jenis Penelitian adalah uji klinis evaluasi perawatan restorasi stainless

    steel crown terhadap kesehatan gusi.

    1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Klinik Kedokteran Gigi Anak FKG/RSGM

    Universitas Padjadjaran April sampai bulan September 2006.

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    12/34

    4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Stainless Steel Crown

    Stainless-steel crown (SSC) adalah restorasi ekstrakoronal siap pakai yang

    sering juga disebut sebagai chrome steel crown (Matthewson, 1995). Pertama kali

    digunakan dalam kedokteran gigi anak oleh Humphrey pada tahun 1950 (Sharaf,

    2005; Welburry, 2001). Sejak saat itu, SSC menjadi teknik restoratif pilihan untuk

    perawatan gigi sulung dengan kerusakan yang hebat (Sharaf, 2005).

    Bahan yang digunakan pada SSC adalah alloy yang mengandung 18%

    kromium dan 8% nikel (disebut juga 18-8 alloy) dengan kandungan karbon

    sebesar 0,8 % sampai 20%. Kandungan kromium yang tinggi ini mengurangi

    korosi (Matthewson, 1995).

    SSC biasanya dipertimbangkan bila gigi sulung posterior, terutama molar

    pertama memerlukan restorasi karena mahkota ini jauh lebih baik dari pada

    restorasi lainnya dan hampir tidak perlu diganti hingga gigi tersebut tanggal

    (Welburry, 1995). Keunggulan dan durabilitas SSC bila dibandingkan dengan

    amalgam dan restorasi lainnya telah banyak diteliti. Braff pada tahun 1974

    membandingkan SSC dengan restorasi kelas II amalgam. Penelitian ini

    menyimpulkan keunggulan SSC. Penelitian Dawson pada tahun 1981, juga

    mendukung pendapat Braff (Matthewson, 1995).

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    13/34

    5

    Keunggulan-keunggulan ini menyebabkan SSC banyak digunakan.

    Namun, disamping keunggulan, terdapat pula kekurangan SSC yang berkaitan

    dengan kesalahan prosedur klinik. Penempatan SSC yang tidak tepat dapat

    menimbulkan beberapa gangguan antara lain pada kesehatan gusi dan tulang

    pendukung (Sharaf, 1995).

    2.2 Indikasi

    Terdapat dua indikasi utama penggunaan SSC dalam kedokteran gigi anak,

    yaitu untuk molar sulung dengan kerusakan yang hebat dan molar pertama

    permanen dengan defek perkembangan yang parah (Raadal, 2001). Pada kasus

    pertama, SSC digunakan sebagai restorasi alternatif dibandingkan dengan

    restorasi yang diketahui memiliki prognosis buruk dan memerlukan perbaikan

    secara berkala. Jika digunakan dengan tepat, SSC memberikan resiko komplikasi

    yang rendah hingga molar sulung tersebut tanggal. Pada molar permanen dengan

    kerusakan pada seluruh permukaan mahkota karena defek perkembangan, SSC

    digunakan sebagai retorasi sementara hingga mahkota yang lebih permanent dapat

    dibuat (Raadal, 2001)

    Secara terperinci, indikasi penggunaan SSC adalah gigi sulung atau

    permanen dengan lesi karies yang luas atau gigi sulung dengan karies di tiga

    permukaan, molar sulung yang telah dirawat pulpa, gigi sulung atau permanen

    dengan defek pada email atau dentin (seperti hipoplasia email, amelogenesis

    imperfekta, atau dentinogenesis imperfekta), gigi-gigi pada anak dengan resiko

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    14/34

    6

    tinggi karies atau rampan karies, gigi yang digunakan sebagai pejangkar space

    maintainer, serta pasien handicapped dengan kebersihan mulut yang buruk

    (Matthewson, 1995; Drummond, 2003; Sim,1991).

    2.3 Prosedur Klinik

    Tanpa melihat apakah gigi yang akan direstorasi vital atau non vital,

    anestesi lokal harus digunakan ketika menempatkan SSC karena manipulasi pada

    jaringan lunak (Drummond, 2003).

    Adaptasi marginal merupakan bagian penting dari prosedur restoratif SSC.

    Ekstensi aksial dari SSC harus mereplikasi semirip mungkin dimensi dan kontur

    bentuk gigi asli. Margin SSC yang beradaptasi buruk dapat mempengaruhi

    kesehatan jaringan periodontal dan mengganggu erupsi gigi yang berdekatan

    (Croll , 2003).

    2.3.1 Preparasi Gigi

    Prosedur klinik diawali dengan penumpatan restorasi gigi dengan

    menggunakan semen ionomer kaca tipe restoratif sebelum preparasi untuk SSC

    (Gambar 1 A dan B). Setelah itu permukaan oklusal yang pertama dikurangi

    sekitar 1,5 mm dengan menggunakan bor diamond tapered. Reduksi oklusal yang

    merata akan mengurangi resiko prematur kontak pada saat penempatan SSC

    (Gambar 2). Dengan menggunakan bor diamond tapered yang panjang,

    permukaan interproksimal mesial dan distal dipotong. Pengurangan dilakukan

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    15/34

    7

    hingga sonde dapat dilewatkan melalui daerah kontak (Gambar 2). Pengurangan

    daerah bukolingual hanya dilakukan seminimal mungkin karena daerah ini

    merupakan daerah retensi (Gambar 1 C) (Matthewson, 1995; Drummond, 2003).

    Gambar 1. A Gigi setelah pulpotomi. B. Sebelum preparasi untuk SSC,

    gigi dibentuk kembali dengan GIC. C. Gigi telah dipreparasi

    bagian interproksimal untuk menghilangkan daerah kontak

    dan ketinggian oklusal telah dikurang 1,5 mm. D. SSC yang

    telah selesai ditempatkan. (Drummond, 2003)

    2.3.2 Pemilihan Mahkota

    Tiga pertimbangan utama dalam memilih SSC yang tepat adalah diameter

    mesiodistal yang tepat, ketinggian oklusal yang tepat, dan resistensi yang ringan

    saat penempatan mahkota (Matthewson, 1995). Ukuran SSC dipilih dengan

    mengukur lebar mesiodistal. Mahkota yang terlalu besar akan rotasi pada

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    16/34

    8

    preparasi gigi dan akan memakan waktu lama pada saat adaptasi mahkota

    (Matthewson, 1995; Drummond, 2003).

    Gambar 2. Preparasi koronal dan proksimal yang diperlukan untuk

    penempatan SSC. (Drummond, 2003)

    2.3.3 Adaptasi Mahkota

    Mahkota yang telah dipilih diuji coba pada gigi. Mahkota harus sedikit

    longgar dengan kelebihan 2 hingga 3 mm pada daerah gingival. Kemudian dengan

    scaler, dibuat goresan sekeliling margin gingival mahkota. Garis goresan ini

    menunjukkan garis gingival dan kontur gingival. Lepaskan mahkota dari gigi yang

    telah dipreparasi. Mahkota dipotong 1 mm di bawah garis goresan dengan

    menggunakan gunting crown and bridge. (Gambar 3 A). Mahkota diuji coba

    kembali sebelum sementasi. Penting untuk diperhatikan bahwa tepi mahkota harus

    berada tidak lebih dari 1 mm subgingival. Jika terdapat daerah pucat pada gingiva

    akibat tekanan tepi mahkota, maka harus dilakukan pengurangan kembali

    (Matthewson, 1995; Drummond, 2003).

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    17/34

    9

    Dengan crimping pliertepi SSC dibengkokkan sedikit ke dalam sekeliling

    tepi mahkota. (Gambar 3B dan C). Mahkota dipasang kembali pada gigi. Adaptasi

    dapat diperiksa dengan menggunakan sonde pada semua tepi mahkota. Jika

    terdapat daerah tepi yang terbuka, maka daerah tersebut harus dibentuk kembali

    dengan plier (Gambar 3 D). Penyelesaian terakhir dilakukan dengan

    menghaluskan tepi SSC dengan batu putih dan dipoles dengan rubber wheel.

    Selanjutnya sementasi SSC dengan semen ionomer kaca, semen seng-fosfat, atau

    polikarboksilat (Matthewson, 1995; Drummond, 2003).

    Gambar 3. A. Pengurangan 1 mm di bawah garis goresan. B. Pembentukan

    kontur mahkota denganplierno. 114. C. Pembentukan tepi mahkotadengan crown crimping plier. D. Pemeriksaan tepi mahkota untuk

    adaptasi. (Matthewson, 1995)

    A B

    C D

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    18/34

    10

    2.3.4 Sementasi Mahkota

    Sebelum sementasi mahkota daerah kontak diaplikasikan vaselin untuk

    memudahkan pembuangan kelebihan semen setelah sementasi. Kuadran gigi yang

    akan direstorasi diisolasi dengan cotton roll. Semen yang telah dimanipulasi

    sesuai dengan jenis yang digunakan, diaplikasikan pada mahkota (Gambar 4A).

    Pemasangan mahkota biasanya pertama dilakukan pada sisi lingual kemudian sisi

    bukal. Mahkota harus dipastikan masuk dengan tepat (Gambar 4B). Jika gigi

    diisolasi dengan cotton roll, tutupi mahkota dengan foil kering agar mahkota gigi

    tetap bebas kelembaban sampai semen mengeras (Gambar 4C). Setelah semen

    mengeras, kelebihan semen dibuang dengan scaleratau sonde (Gambar 4D)

    Gambar 4. A. Pengisian mahkota dengan semen. B. Penempatan mahkota dari

    sisi lingual ke sisi bukal. C. Mahkota dibiarkan dalam keadaankering. D. Pembuangan kelebihan semen dengan scaler.

    (Matthewson, 1995)

    A B

    C D

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    19/34

    11

    2.4 Evaluasi Keberhasilan

    Keberhasilan penggunaan SSC ditentukan oleh pembuangan karies serta

    perawatan pulpa yang tepat bila diperlukan, reduksi optimal dari struktur gigi

    untuk mendapatkan retensi mahkota yang adekuat, tidak adanya kerusakan pada

    gigi yang bersebelahan setelah pembebasan kontak interproksimal, pemilihan

    ukuran mahkota yang tepat untuk mempertahankan panjang lengkung rahang,

    adaptasi marginal dan kesehatan gingiva yang akurat, oklusi fungsional yang baik,

    dan prosedur sementasi yang optimal (Matthewson, 1995).

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    20/34

    12

    BAB III

    TUJUAN PENELITIAN

    3.1Tujuan PenelitianTujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi secara klinis penggunaan

    mahkota stainless steel pada molar sulung terhadap kesehatan gusi.

    3.2Manfaat PenelitianHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efek

    klinis terhadap kesehatan gusi penggunaan mahkota stainless steel pada molar

    sulung.

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    21/34

    13

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Jenis Penelitian

    Jenis penelitian ini adalah uji klinis.

    4.2 Populasi dan Sampel

    Populasi adalah anak-anak yang datang ke klinik Kedokteran Gigi Anak FKG

    UNPAD. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposif sampling dengan kriteria

    sebagai berikut :

    1. Usia 3 12 tahun2. Tidak memiliki penyakit sistemik3. Tidak sedang minum antibiotik4. Paling sedikit memiliki satu gigi molar sulung yang direstorasi dengan ssc

    3.3Variabel penelitian1. Mahkota stainless steel

    2. Kesehatan gusi

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    22/34

    14

    4.4 Definisi Operasional

    1.

    Mahkota stainless steel adalah bahan restorasi gigi siap pakai yang terbuat

    dari logam dengan ukuran yang dapat disesuaikan dengan gigi yang akan

    direstorasi.

    2. Efek klinis adalah hasil yang diharapkan terlihat karena pemakaian mahkotastainless steel terhadap kesehatan gusi yang dilihat dari indeks oral hygiene

    dan gingival indeks.

    4.5 Alat dan Bahan Penelitian

    Alat dan bahan yang digunakan adalah kaca mulut, sonde, pinset, gelas

    kumur, disclosing gel, kartu status, mahkota stainless steel, semen glass ionomer.

    4.6 Prosedur Penelitian

    1. Gigi yang akan direstorasi dengan ssc dipreparasi.2. SSC disemen dengan menggunakan semen glass ionomer.3. Setiap subjek diberi instruksi pemeliharaan gigi4. Setiap subjek diperiksa kembali indeks oral hygiene dan indeks gingival

    setelah pemakaian 1 bulan

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    23/34

    15

    4.7 Teknik Analisis Data

    Data yang didapat akan dimasukkan ke dalam tabel dan dianalisis dengan

    menggunakan uji Chi square dengan taraf signifikansi 0,05.

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    24/34

    16

    BAB V

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Hasil

    Sample penelitian ini terdiri dari 30 buah SSC. Grafik 1 menunjukkan

    distribusi sampel berdasarkan jenis gigi. Tabel 1 menunjukkan efek adaptasi

    margin dan tingkat kebersihan mulut terhadap kesehatan gusi. Adaptasi margin

    dan tingkat kebersihan mulut menunjukkan efek yang signifikan terhadap

    indeks gingival.

    4 4

    2

    5

    4

    5

    4

    2

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    6

    1 2 3 4 5 6 7 8

    gigi

    frekuensi

    Grafik 1. Distribusi stainless steel crown

    55 54 64 65 74 84 8575

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    25/34

    17

    Tabel 1. Efek adaptasi margin dan tingkat kebersihan mulut terhadap indeks

    gingiva. N = 30

    Gingival indeks

    Parameter N 0, n (%) 1, n (%) 2, n(%) 3, n(%) Nilai p

    Adaptasi margin

    Baik

    Buruk

    25

    5

    1(4)

    -

    12(48)

    1(20)

    9(36)

    3(60)

    3(12)

    1(20)

    0,027*

    OH

    BaikSedang

    Buruk

    109

    11

    -1(11,1)

    -

    4(40)3(33,3)

    3(27,3)

    2(20)5(55,6)

    2(18,2)

    4(40)-

    6(54,5)

    0,00*

    Waktu1 bulan3 bulan

    6 bulan

    301(3,3)

    1(3,3)

    15(50)10(33,3)

    10(33,3)

    10(33,3)15(50)

    9(30)

    4(13,3)5(16,7)

    10(33,3)

    0,448

    * signifikan

    5.1 Pembahasan

    Hubungan antara penggunaan SSC dengan gingivitis belum pernah

    diteliti, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa SSC yang tidak beradaptasi

    dengan baik menunjukkan adanya tanda-tanda gingivitis. Hal tersebut diperkuat

    dengan hasil penelitian Sharaf yang menunjukkan bahwa sekitar 45% SSC yang

    beradaptasi baik tidak menunjukkan adanya gingivitis (Sharaf, 2004).

    Akumulasi plak dapat menimbulkan gingivitis. Hal tersebut terlihat dari

    hasil penelitian bahwa anak-anak yang mempunyai oral hygiene yang buruk

    seluruhnya menunjukkan tanda-tanda gingivitis. Plak dianggap sebagai faktor

    etiologi terpenting penyakit jaringan periodontal, termasuk gingivitis, karena

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    26/34

    18

    plak mengandung sejumlah bakteri patogen dengan produk-produk

    metabolisme yang melekat erat pada permukaan gigi dan gusi (Manson, 1995).

    Perlekatan plak pada permukaan gigi dapat lebih terbantu dengan

    adanya adaptasi margin SSC yang buruk. Hal tersebut dapat memperparah

    gingivitis yang timbul. Penelitian yang dilakukan oleh Webber, Durr, dan

    Machen pada tahun 2001, menunjukkan tidak adanya hubungan antara

    peningkatan akumulasi plak supragingival dengan pemakaian SSC. Namun

    mahkota dengan tepi yang kurang baik atau mahkota dengan semen berlebih

    dapat menimbulkan peningkatan akumulasi plak (Sharaf, 2004).

    Henderson, Myers, dan Checcio melaporkan tingginya insidensi

    gingivitis sekitar mahkota yang tidak beradaptasi dengan baik. Hal tersebut

    disebabkan karena kegagalan untuk mempertahankan daerah yang bersih

    sekeliling mahkota. Selain itu, Durr juga melaporkan bahwa plak subgingival

    yang tidak terdeteksi dapat berakumulasi dalam ruangan antara margin mahkota

    dan gigi yang selanjutnya dapat menimbulkan inflamasi gingiva (Sharaf, 2004).

    Individu dengan kebersihan mulut yang buruk menunjukkan degenerasi

    jaringan yang mencolok. Hal tersebut membuat gingiva sangat rentan terhadap

    iritasi yang berasal dari mahkota yang kurang baik beradaptasi. Inflkamasi

    inisial karena iritasi lokal dapat terjadi setelah penempatan SSC. Inflamasi

    tersbut dapat mereda seiring dengan waktu saat jaringan dapat beradaptasi

    dengan iritasi lokal (Sharaf, 2004). Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya

    efek signifikan antara waktu dengan kejadian gingivitis.

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    27/34

    19

    BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    1. Penggunaan restorasi ssc dapat menimbulkan efek pada kesehatan gusi2. Adaptasi margin ssc yang buruk memberikan efek berupa gingivitis3. Tingkat kebersihan mulut juga memberikan efek pada kesehatan gusi. Makin

    rendah tingkat kebersihan mulut, makin besar kemungkinan timbulnya

    gingivitis

    6.2 Saran

    1. Perawatan restorasi ssc sebaiknya mengikuti prosedur kerja yang baik2. Diperlukan keterampilan klinis yang baik dari dokter gigi dalam hal

    penempatan restorasi SSC.

    3. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai parameter lain dari restorasi sscterhadap kesehatan gusi

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    28/34

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    Croll, TP, dkk. Marginal Adaptation of Stainless Steel Crowns. Journal of

    Pediatric Dentistry. 200; 25 : 3 ; 249 -252

    Drummond, B. Dental Caries and restorative Paediatric Dentistry. Dalam :Handbook of Pediatric Dentistry. Editor Cameron, AC. Sydney : Mosby.

    2003. hal 51, 59 60.

    Mathewson, RJ. Fundamentals of Pediatric Dentistry. Edisi ke-3. Missouri :

    Quintessence Publishing Co, Inc. 1995. hal 233 256.

    Raadal, M. The caries Lesion and Its Management in Children and Adolescents.

    Dalam : Pediatric Dentistry, a Clinical Approach. Editor Koch, G.

    Coppenhagen : Munksgaard. 2001. h 195 197.

    Sharaf, AA.A Clinical and Radiographic Evaluation of Stainless Steel Crowns for

    Primary Molars. Pada www.sciencedirect.com. Diakses 13 Mei 2005.

    Sim, JM. Operative Dentistry for Children. Dalam : Clinical Pedodontics. Editor

    Finn, SB. Edisi ke-4. Philadelphia : WB Saunders Co. 1991. h 163 164

    Welbury, RR. Operative Treatment of Dental Caries. Dalam: Paediatric

    Dentistry. Editor Welbury, RR. Edisi ke-2. New York : Oxford UniversityPress, Inc. 2001. hal 140, 146-147.

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    29/34

    21

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA

    NIP : 132 304 091

    Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk. I / IIIb

    Jabatan Fungsional : Asisten Ahli

    Jabatan Struktural : -

    Unit Kerja : Bag. Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad

    Alamat : Kopo Permai II 27 A 8 Bandung

    Telp. 5405129, HP. 08122092334

    Alamat Kantor : Jl. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung

    Riwayat Pendidikan : 1997 lulus Dokter Gigi FKG Unpad

    2005 Lulus Sp.KGA FKG Unpad

    Riwayat Pekerjaan : 1997 2000 Pegawai Tidak Tetap di Sumatera Barat

    2003 sekarang staf pengajar di Bagian IKGA FKG

    Unpad

    Pengalaman Penelitian :

    1. Pengaruh Konsentrasi Penetap pada Waktu Penjernihan Film Rontgen Gigi(1995).

    2. Perbandingan Efek Obat Kumur Chlorhexidine dengan Povidone IodineTerhadap Mukositis Oral Penderita Leukemia pada Anak (2005)

    3. Evaluasi Keberhasilan Perawatan Pulpektomi Non Vital pada Gigi AnteriorSulung dengan Bahan Pengisi Kalsium Hidroksida (Penelitian DIKS TA

    2005).

    4. Gambaran Elektromyogram otot Maseter pada Pengunyahan Satu Sisi(Penelitian DIKS 2005)

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    30/34

    22

    5. Pola Erupsi Gigi Permanen Ditinjau dari Usia Kronologis pada ANak usia 6sampai 12 Tahun di Kabupaten Sumedang (Penelitian DIPA PNBP 2006)

    Bandung, Nopember 2006

    (Arlette Suzy Puspa Pertiwi, drg., Sp.KGA)

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    31/34

    23

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Meirina Gartika, drg., Sp.Ped

    NIP : 132 061 759

    Pangkat/Golongan : Penata / IIIc

    Jabatan Fungsional : Lektor

    Jabatan Struktural : -

    Unit Kerja : Bag. Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad

    Alamat : Jl. Ters. Babakan Jeruk I No. 175 B Bandung

    Telp. 2018463

    Alamat Kantor : Jl. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung

    Riwayat Pendidikan : 1991 lulus Dokter Gigi FKG Unpad

    2000 Lulus Sp.KGA FKG Unpad

    Riwayat Pekerjaan : 1992 sekarang staf pengajar di Bagian IKGA FKG

    Unpad

    Pengalaman Penelitian :

    1. Pola Persistensi Gigi Anterior Sulung pada Periode Geligi Campuran AnakSekolah Dasar di Kecamatan Coblong Kotamadya bandung (1994/1995)

    2. Daya Antibakteri Cresophene dan Oxpara Cair terhadap Streptococcusviridans (Isolat Nekrosis Gigi Sulung) ( 1997/1998).

    3. Efektivitas Gel Acidulated Phosphate Fluoride sebagai Bahan Anti Kariesterhadap Streptococcus viridans (1997/1998).

    4. Evaluasi Penambalan Kelas I Glass Ionomer dibandingkan dengan Amalgampada Anak Tunagrahita (Penelitian DIKS 2000/2001).

    5. Perbedaan Gambaran Maloklusi Gigi pada Anak Tunagrahita di SLB-Cdengan Murid-murid SDN Umur 7 12 tahun di Kota Bandung (Penelitian

    Dosen Muda 2001/2002).

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    32/34

    24

    6. Daya Anti Bakteri Bahan Pengisi Saluran Akar Formokresol dan Calcylterhadap Streptococcus viridans (Penelitian Dosen Muda 2001/2002).

    7. Perbedaan Tingkah Laku Anak Kelas I Sekolah Dasar Bandung TerhadapPerawatan Gigi dengan Penggunaan Bor dan Atraumatic Restorative

    Treatment (Penelitian DIKS 2001/2002).

    8. Prevalensi Karies dan Indeks def-t/DMF-T pada Anak Autis di Agca CenterBandung (Penelitian DIKS 2001/2002)

    9. Evaluasi Keberhasilan Perawatan Pulpotomi Formokresol Satu KaliKunjungan pada Pulpa Vital Gigi Molar Sulung (Penelitian DIKS TA 2003).

    10.Perbedaan Kondisi Gusi dan Tingkat Kebersihan Mulut pada Anak-anakSekolah Dasar dengan Program UKGS dan tanpa Program UKGS di kota

    Bandung (Penelitian DIKS TA 2003).

    11.Perbedaan Keberhasilan secara Klinis Perawatan Pulpotomi Formokresoldibandingkan dengan Okspara pada Pulpa Non Vital Gigi Molar Sulung

    (Penelitian DIKS TA 2004).

    12.Perbedaan Prevalensi Karies pada Anak Sekolah Dasar dengan ProgramUKGS dan tanpa UKGS di Kota Bandung (Penelitian DIKS TA 2004).

    13.Evaluasi Keberhasilan Perawatan Pulpektomi Non Vital pada Gigi AnteriorSulung dengan Bahan Pengisi Kalsium Hidroksida (Penelitian DIKS TA

    2005).

    Bandung, Nopember 2006

    (Meirina Gartika, drg. Sp.Ped).

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    33/34

    25

    RIWAYAT HIDUP

    Nama : Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped

    NIP : 131 873 124

    Pangkat/Golongan : Penata / IIIc

    Jabatan Fungsional : Lektor

    Jabatan Struktural : -

    Unit Kerja : Bag. Kedokteran Gigi Anak FKG Unpad

    Alamat : Jl. Terasana 136

    Telp. 4266647, HP. 0811227991

    Alamat Kantor : Jl. Sekeloa Selatan No. 1 Bandung

    Riwayat Pendidikan : 1988 lulus Dokter Gigi FKG Unpad

    2000 Lulus Sp.KGA FKG Unpad

    Riwayat Pekerjaan : 1990 sekarang staf pengajar di Bagian IKGA FKG

    Unpad

    Pengalaman Penelitian :

    1. Pola Bentuk Wajah selama periode Geligi Campuran pada Anak di KabupatenBandung (1991/1992)

    2. Frekuensi Premature Loss Gigi Molar Sulung ke Dua pada Anak-anakSekolah dasar usia 6 tahun sampai 8 tahun di Kodya Bandung (1992/1993)

    3. Gambaran Pola Oklusi selama Periode Gigi Sulung pada Anak-anak usia 30 84 bulan di kabupaten Bandung (1992 1993)

    4. Erupsi Gigi Molar Pertama tetap pada Murid Taman Kanak-kanak ditinjaudari Umur Kornologis di Kecamatan Ujung Berung (1994-1995)

    5. Daya Antibakteri Cresophene dan Oxpara Cair terhadap Streptococcusviridans (Isolat Nekrosis Gigi Sulung) ( 1997/1998).

  • 7/29/2019 efek_klinis_penggunaan_mahkota_satinless.pdf

    34/34

    6. Efektivitas Gel Acidulated Phosphate Fluoride sebagai Bahan Anti Kariesterhadap Streptococcus viridans (1997/1998).

    7. Daya Anti Bakteri Bahan Pengisi Saluran Akar Formokresol dan Calcylterhadap Streptococcus viridans (Penelitian Dosen Muda 2001/2002).

    8. Perbedaan Gambaran Maloklusi Gigi pada Anak Tunagrahita di SLB-Cdengan Murid-murid SDN Umur 7 12 tahun di Kota Bandung (Penelitian

    Dosen Muda 2001/2002).

    9. Pengaruh Pola Menyusui Air Susu Ibu (ASI) terhadap Frekuensi NursingMouth Caries pada Anak-anak Usia 24 60 bulan di Posyandu Kecamatan

    Cicendo Kota bandung (2002-2003)

    10.Perbandingan Uji Daya Antibakteri Chlorhexidine, Povidone Iodine, danCetylpyridium Chloride sebagai Obat Kumur Terhadap Streptococcus mutans

    Isolat Plak Supragingiva (2003)

    11.Evaluasi Keberhasilan Pendidikan Penyikatan Gigi Murid Taman Kanak-kanak di Kecamatan Ujung berung Kota Bandung (2004)

    12.Keberhasilan Aplikasi Opikal Dental Varnish pada Pasie Anak usia 6 9tahun yang datang Ke klinik Pedodontia FKG UNPAD

    Bandung, Nopember 2006

    (Inne Suherna Sasmita, drg., Sp.Ped)