efek getaran pada tangan

7
Efek Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration) Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan patofisiologinya. Efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan (HVAS) yang terdiri atas: a) Efek vaskuler -Pemucatan pada episodik buku jari ujung yang bertambah parah pada suhu dingin (fenomena Raynoud). b) Efek Neurologik -buku jari ujung mengalami kesemutan dan baal. Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah, gangren. Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada tangan berupa : a) Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini mirip dengan Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan kelainan gizi. Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar 30- 40 Hz. b) Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang (J.F.Gabriel, 1996:97). Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas kerja terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja,

Upload: erma-permata-braga-saputraa

Post on 09-Nov-2015

254 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

efek getaran pada tangan

TRANSCRIPT

Efek Getaran Lengan Tangan (hand arm vibration)Efeknya lebih mudah di jelaskan dari pada menguraikan patofisiologinya. Efek ini disebut sebagai sindrom getaran lengan (HVAS) yang terdiri atas:a) Efek vaskuler -Pemucatan pada episodik buku jari ujung yang bertambah parah pada suhu dingin (fenomena Raynoud).b) Efek Neurologik -buku jari ujung mengalami kesemutan dan baal.Efek bersifat progresif apabila ada pemanjanan terhadap alat bergetar berlanjut dan dapat menyebabkan dalam kasus yang parah, gangren. Alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut disalurkan pada tangan, getaran-getaran dalam waktu singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan menimbulkan kelainan pada tangan berupa :a) Kelainan pada persyarafan dan peredaran darah. Gejala kelainan ini mirip dengan Phenomena Raynoud yaitu keadaan pucat dan biru dari anggota badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan pembuluh darah tepi dan kelainan gizi. Phenomena Raynoud ini terjadi pada frekuensi sekitar 30-40 Hz.b) Kerusakan-kerusakan pada persendian dan tulang (J.F.Gabriel, 1996:97). Pada kebanyakan tenaga kerja, tingkat akhir dari penyakit masih memungkinkan mereka bekerja dengan alat-alat yang bergetar. Namun pada berbagai hal, penyakit demikian memburuk, sehingga kapasitas kerja terganggu dan tenaga kerja harus menghentikan pekerjaannya. Dari sudut cacat kerja, perasaan nyeri kurang pentingnya dibanding dengan hilangnya perasaan tangan dan tidak dapat digunakan sebagai mestinya. Hal ini terutama berat bagi pekerjaan dengan tangan kanan yang memerlukan ketelitian terutama dengan alat kecil yang berputar. Otot-otot yang menjadi lemah biasanya abduktor jari kelingking, otot-otot interossea dan fleksin dari jari-jari (Sumamur, 1996:80).Diagnosa awal berdasarkan riwayat gejala yang khas, seperti kesemutan dan gangguan rasa pada jari-jari yang terpajan getaran. Gejala ini menetap dan bertambah berat dalam waktu yang lama. Gejala berikutnya adalah jari memucat dengan adanya pajanan kronis. Untuk memastikan diagnosis dan menetapkan tingkat keparahan, diperlukan beberapa tes neurologist dan tes vaskuler. Cara menentukan derajat penyakit ditingkat internasional dengan menggunakan klasifikasi Stockholm.

Tabel 2 . Klasifikasi sindrom getaran sistem StockholmStadiumDerajatDeskripsi

I. Gejala vaskuler

1RinganTerjadi pemucatan pada suhu atau lebih ujung-ujung jari

2SedangPemucatan pada ujung dan ruas jari tengah, pada satu jari atau lebih

3BeratTerjadi pemucatan pada semua ruas jari

4Sangat beratSeperti gambaran 3 dengan perubahan kulit (kulit trophic)

II. Gejala Sensorik

SN 0Tidak ada gejala

SN 1Rasa baal yang hilang timbul atau menetap dengan atau tanpa rasa nyeri

SN 2Seperti pada SN 1 disertai gangguan saraf sensorik

SN 3Seperti pada SN 2 dengan diskriminasi dan gangguan ketangkasan

Sumber : Taylor W.A (1997)Catatan : SN = Sensorineural

Penyakit Akibat Paparan Getaran Lengan Tangana) Angioneurosis jari-jari tanganFenomenon Raynaud (jari-jari putih) adalah syndrome akibat getaran yang paling sering di wilayah-wilayah dunia yang dingin. Gejala-gejala nonspesifik pertama adalah akroparestesia pada tangan dan perasaan kebal di jari-jari tangan pada waktu kerja atau sebentar sesudahnya. Pada stadium ini, selain gangguan kepekaan terhadap getaran, tidak ditemukan perubahan objektif lainnya. Pada fase berikutnya, diamati kepucatan paroksismal sporadik pada ujung-ujung jari tangan. Paroksisme disebabkan oleh spasme lokal arteriol dan kapiler, serta dicetuskan oleh paparan terhadap suhu dingin lokal atau umum. Biasannya terjadi pada musim dingin dan sepenuhnya pulih kembali 15-30 menit setelah tangan dihangatkan. Selama paroksisme, kepekaan nyeri taktil sangat berkurang. Fase ini menimbulkan kesulitan diagnostik yang besar, karena penyakit yang dilaporkan tidak selalu dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan di ruang konsultasi dokter. Observasi secara langsung suatu serangan di tempat kerja mempermudah diagnosanya (Wijaya.C, 175-176).Stadium lebih lanjut dari penyakit ini ditandai dengan kepucatan paroksismal, tidak hanya pada ujung-ujung jari, tetapi menyebar pada hamper seluruh jari namun jarang mengenai ibu jari. Parokisme dapat diprovokasi oleh suhu yang sedikit dingin, bahkan dapat timbul gejala pada suhu lingkungan. Pada stadium yang lebih lanjut, angiospasme diganti oleh paresis dinding pembuluh darah kecil yang mengakibatkan akrosianosis. Gejala-gejala yang menonjol adalah rasa kebal ditangan, gangguan kecepatan jari, dan gangguan sensitivitas. Juga dapat timbul perubahan-perubahan tonus lokal. Berbeda dengan endarteritis obliterans, nekrosis sangat jarang terjadi. Uji diagnosik yang paling umum digunakan adalah induksi paroksisme jari dengan air dingin. Baik tangan maupun lengan bawah (sampai ke siku) direndam selama 10 menit dalam air yang didinginkan dengan kubus-kubus es (Beberapa dokter menambah rasa dingin dengan meletakan handuk basah pada bahu). Hendaknya dijelaskan bahwa metode ini lebih jarang menginduksi parokisme jari tangan dibandingkan getaran pada situasi kerja yang nyata. Kadang kala hanya dapat terlihat pengembalian darah ke kapiler yang melambat seperti : ujung jari didistal kuku perlu ditekan sebentar dan dicatat waktu yang diperlukan oleh darah untuk kembali ke titik anoksemik. Metode pemeriksaan laboratorium yang dapat diterapkan pada pemeriksaan pencegahan meliputi plestimografi jari (gangguan gelombang denyut akibat dingin), mikroskopi kapiler dan pengukuran suhu kulit (termometer kontak atau termografi). Mungkin terdapat penurunan suhu kulit permulaan atau terlambatnya pemulihan suhu jari normal setelah tes air dingin (Darmanto Djojodibroto, 1995:137).b) Gangguan tulang, sendi dan otot Patologi osteoartikular sering kali terbatas pada tulang-tulang karpal (khususnya lunata dan navikularis), sendi radioulnaris dan sendi siku. Gejala subjektif biasanya ringan tetapi pada stadium yang lanjut gangguan fungsionaldapat cukup berarti. Perubahan radiogram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal, radioulnaris dan siku, serta pseudokista (terutama pada tulang-tulang karpal, yang dapat pula memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trabekula yang menebal dan menjadi jarang). Otot dan tendon disekitar sendi tersebut biasanya juga terlibat, gejala subyektif (nyeri) yang disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan radiogram yang jelas (Wijaya.C, 176).c) Neuropati Kerusakan saraf yang disebabkan getaran meliputi persyarafan otonom perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli mengemukakan efek-efek pada syaraf perifer (ulnaris, medianus, radialis). Ahli lainya menganggap trauma saraf umumnya sekunder dari iskemik berulang (pada angioneurosis), atau suatu factor tambahan sering kali neuropati kompresif misalnya, perubahan osteoartikuler disekitar batang saraf tersebut (Darmanto Djojodibroto, 1995:139). Terkenanya serat-serat sensoris menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan seratserat motorik, gangguan ketangkasan dan akhirnya atrofi. pengukuran kecepatan konduksi saraf adalah pemeriksaan terpilih. Suatu bentuk campuran menggabungkan gangguan otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf perifer (Wijaya.C, 176).