edisi_150

16
Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011 Urai data, ungkap fakta, saji berita 1 Statuta UNM Langgar Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011 www.profesi-unm.org

Upload: lpm-profesi-unm

Post on 31-Mar-2016

241 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

1

Statuta UNMLanggar

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi Edisi 150 Oktober Tahun XXXV 2011 www.profesi-unm.org

Page 2: Edisi_150

2 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Redaksi menerima opini, saran, dan kritikan terhadap Profesi, mahasiswa, atau birokrasi UNM. Tulisan Anda maksimal 3000

karakter. Redaksi berwenang memotong tulisan Anda tanpa merubah makna, mak-sud dan tujuan. Kirim tulisan Anda ke email: [email protected]

Saran dan kritikan ke: 085 256 881 844 atau 085 696 790 648

Dalam proses peliputan, wartawan PROFESI dibekali tanda pengenal atau surat tugas dan dilarang meminta atau menerima pemberian dalam bentuk apapun.

Pelindung: Arismunandar Penasihat: Sofyan Salam, Andi Ikhsan, Hamsu A. Gani, Nurdin Noni, Kamaruddin, Baliana Dewan Pembina: Abdullah Dola, Hazairin Sitepu, Mukhramal Aziz, Uslimin Pemimpin Umum: Rahmat Fadhli

Sekretaris: Yusrianti Hanike Bendahara: Parni Divisi Penerbitan: Isnaeni Dahlan (Pemimpin Redaksi) Divisi Penyiaran: Nurhasni (Station Manager) Divisi Online: Sahrul Alim (Kepala Divisi) Divisi Penelitian dan Pengembangan: Sitti Marlina (Kepala Litbang)

Tabloid Mahasiswa PROFESI diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makassar STT : 1635/SK/Ditjen PPG/1990. Pemimpin Umum/Penanggung Jawab : Rahmat Fadhli Pemimpin Redaksi: Isnaeni Dahlan Sekretaris: Yusrianti Hanike Benda-hara: Parni Redaktur: Asri Ismail Reporter: Sutrisno Zulkifli, Nurjanna Jamaluddin, Fahrizal Syam, Andini Ristyaningrum, Rukmana Mansyur, Sudarmi, Fotografer: Fajrianto Jalil, Muhammad Ilham Layouter/Grafis: Imam Rahmanto

Redaksi LPPM Profesi UNM : Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt I Rektorat Lama, Gunung Sari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Jl. Dg. Tata Raya, Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp. (0411) 887964, e-mail: [email protected], website: www.profesi-unm.org

EDITORIAL_

Persepsi

Nama di bawah ini tidak lagi tercatat sebagai Pengelola LPPM Profesi UNM

Hasbullah

085696970xxxAslm. Mintol profesi bntu tnyakan, knpa honor penari mkssr art the moment masih ad yg belum dpt? Atau mmg belum ad yg dikasih? Pdhl kmi sdh brtandat-ngn.Jawaban:Pratiwi, Wakil Bendahara Panitia Makassar Art Moment.Saat itu dana masih ada di pihak pariwisata. kalau persoalan tanda tangan, bukan hanya yang mau dikasi honor yang bertandatangan tetapi yang mau dikasi juga baju kaos misalnya.

Jawaban: Pembantu Rektor III UNM, Prof. Dr. Hamsu A.Gani,M.PdHarap bersabar sedikit karena sampai saat ini dananya belum cair dari Dinas Pendidikan Pemprov. Kami belum menerimanya.

081242709xxxAslmu’alaikum. Kpd PR 3, knpa beasiswa pemprov 2011 blum dicairkan? pdhl ini sdh mau masuk thn 2012. Trimksih.

Semua orang sama kedudukannya di depan hukum. Semua orang ber-hak mendapatkan pembelaan. Kita adalah sebuah negara demokrasi. Sebuah negara yang menciri-kan semua orang berhak mendapatkan pembe-laan. Hukum adalah panglima. Hukum ada-lah pengendali.

Skenario penjatuhan sanksi pemecatan terhadap mahasiswa UNM memang sangat santer terngiang di tel-inga kita akhir-akhir ini. Tidak terkecuali sivitas akademika, hampir seluruh lapisan masyarakat sudah tidak menganggap hal ini ber-ita baru lagi. Penjatuhan sanksi ini jelas sepihak. Bahkan, cacat hukum karena tidak sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam statuta UNM yang berlaku.

Birokrasi memang tak lagi mem-posisikan diri mereka sebagai seba-gai fasilitator. Bahkan, kran dialog telah tertutup untuk mahasiswanya. Beberapa kali, mahasiswa mencoba menuntut pencabutan Surat Kepu-tusan (SK) tersebut. Namun, jawa-bannya hanyalah ancaman Drop Out (DO) kepada mereka yang berani me-nentang kebijakan. Bungkam, itulah yang dilakukan mahasiswa. Namun itu hanya harmonis versi mereka ter-hadap seluruh kebijakan sepihaknya.

Padahal, jelas dalam peraturan kemahasiswaan pasal 38 dijelaskan, jika komisi disiplin akan memberikan sanksi, mereka harus memanggil atau menghadirkan mahasiswa yang disang-ka melakukan kesalahan. Pemanggilan sebagaimana yang dimaksud harus di-lakukan secara tertulis ke alamat ma-hasiswa yang disangka melakukan pe-langgaran. Inilah yang tidak dilakukan

pihak UNM, sebelum mengeluarkan Surat Keputusan (SK) tersebut.

Pemecatan terhadap salah se-orang mahasiswa baru hanya

karena memberikan state-ment yang pro terhadap kegiatan pekan penge-

nalan akademik Fakul-tas Bahasa dan Sastra

(pelana FBS) jelas sangat tidak rel-evan dengan alasan pemecatan yang ser-

ing mereka lontarkan. Pasalnya, pemecatan Sembi-

lan belas mahasiswa tersebut ada-lah akumulasi dari rentetan kesalahan sebelumnya. Seperti, penolakan DPP, beraktifitas malam di kampus dan bentuk aktifitas lain yang dilakukan para fungsionaris LK. Lantas, bagaima-na dengan Gusti, maba yang juga ikut terseret. Akumulasi darimana?

Kasus DO juga melanda maha-siswa Fakultas Ekonomi (FE). Karena melaksanakan tugasnya sebagai fun-sionaris LK yaitu melakukan demon-strasi atas penolakan DPP, mereka dikenakan sanksi pemecatan. Meski nama-nama sudah dikantongi pihak rektorat, namun sampai saat ini kom-dis juga belum melaksanakan prose-dur pemecatan sesuai dengan statuta yang menjadi pedoman UNM.

Sekiranya, masih ada hati nurani para orang tua kita untuk bertindak adil. Kasus-kasus pemecatan yang melanda kampus pencetak generasi pendidik sangat gampang dikeluarkan oleh mereka yang mengatasnamakan diri pendidik. Jangan sampai istilah, “mahasiswa kayak tukang becak saja berubah menjadi pegawai kayak tu-kang becak saja.” Kita mencoba melir-ik kejadian 11 September lalu, pegawai rektorat memukuli demonstran. (*)

Setop Obral DO!

atas kerja samanya dalam Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) 2011, yang dilaksanakan oleh Lembaga Penerbitan dan Penyiaran Profesi (LPPM) Profesi UNM pada tanggal 29 September - 2 Oktober 2011

Dengarkan terus...

Kami hadir dengan program acara yang lebih baru.

DESAIN SAMPUL: IMAM

Statuta UNMLanggar

Page 3: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

3 Mozaik

SEBAGAI ranah yang dihuni oleh para kaum intelektual, kampus setidaknya dapat menjadi kiblat demokrasi dalam dunia pen-didikan. Hak kebebasan berpendapat dan kemerdekaan berekspresi merupakan ses-uatu yang mutlak. Namun, ironisnya pada proses pengejewantahannya justru sangat kontras dengan makna demokrasi secara hakiki. Kebebasan berpendapat mahasiswa justru kerap dibelenggu dengan beragam intervesi. Akibatnya mahasiswa hanya se-bagai warga kampus yang manut dan takut untuk “melawan”.

Hal tersebut disampaikan oleh Presi-den BEM UNM, Ahmad Jamir saat dialog terbuka demokrasi dan dinamika politik kampus dengan fungsionaris lembaga ke-mahasiswaan UNM yang diadakan oleh UKM LKIMB di Gazebo Kampus UNM Gunung Sari, (23/09). Menurut Jamir, pada kondisi sekarang terjadi pristiwa yang san-gat luar biasa terhadap dinamika berpolitik

dan berdemokrasi dalam kampus. Hal ini, sambungnya, menandakan bahwa akan ter-jadi proses penghancuran demokrasi secara massiv dalam ranah kampus.

Ia menyebutkan secara tak sadar pa-ham demokrasi yang telah terbangun saat ini sudah terkontaminasi dengan paham lain. “Saya melihat sistem Neo NKK/BKK yang coba kembali dimasukkan dalam kam-pus. Hal inilah yang merusak mimbar ber-demokrasi dalam kampus kita,”ujarnya. Pa-dahal, lanjut mantan presiden FEMA FBS ini sistem demokrasi adalah sistem yang sangat ideal yang harus diterapkan dalam kampus.

Sementara itu, ketua umum LKIMB Takwir mengatakan dua hal yang harus ada dalam sitem demokrasi. Dua hal tersebut adalah kebebasan dan sifat kritis. “Dalam Islam juga disebutkan bahwa Islam sangat menghargai hak seseorang untuk mengelu-arkan pendapat,” ujarnya. (FDL)

Kampus, Masihkah Demokratis?

SETELAH menunggu selama 12 tahun, akhirnya Program Studi Ilmu Keolahra-gaan (Ilara) UNM mampu meraih akredi-tasi dengan peringkat B. Keberhasilan ini diraih berdasarkan hasil dari penilaian Badan Akreditasi Nasional tingkat Pegu-ruan Tinggi (BAN-PT) yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2011 lalu dengan pencapaian nilai 337 poin. Hal tersebut dikemukakan oleh Ketua Program Studi Ilmu Keolahragaan FIK UNM, Ichsani Basith, Sabtu (2/10). “Kita sangat bersyukur dengan pencapaian ini meski berjuang dan menunggu cukup lama,” ujarnya.

Sementara itu, Sekretaris Prodi Ilmu Keolahragaan Rusli mengatakan, ber-dasarkan penilaian tentang nilai, per-

ingkat, dan masa berlaku, Ilara berhak mengantongi izin akreditasi hingga 18 Agustus 2016 mendatang.

“Apa yang kita dapatkan saat ini menjadi sebuah bukti bahwa berusaha, bekerja dan berdoa secara bersama-sama akan memberikan hasil menggembirakan sepanjang kita menjaga konsistensi dan komitmen secara bersama-sama pula,” ungkap Rusli.

Salah seorang dosen Ilara Wahyudin menegaskan, hasil dari akreditasi yang dica-pai saat ini justru memberikan sinyal bahwa ke depan Prodi Ilara harus lebih baik dengan berusaha melakukan inovasi atau terobosan baru sehingga apa yang dicapai Prodi mam-pu berkorelasi positif dengan masyarakat dan juga bagi alumninya. (FDL)

Ilara Peroleh Akreditasi B Setelah 12 Tahun

SETELAH Arham Rahman maha-siswa Bahasa dan Sastra (FBS) men-juarai Pemilihan Peneliti Remaja Indo-nesia (PPRI) yang diadakan oleh LIPI, kini mahasiswa FBS kembali menjuarai ajang bergengsi tersebut. adalah Hikma-waty Sabar dan Akhmad Affandi. Mer-eka akhirnya dapat meraih juara dalam ajang tingkat nasional yang dilaksana-kan pada 2-4 Oktober lalu.

Dari 150 naskah yang terdaftar da-lam pemilihan ini, naskah penelitian mereka mampu menembus 15 besar. Hingga akhirnya naskah penelitian yang berjudul “Perilaku Sosial Politik Towani Tolotang (Potret Perjuangan Masyarakat Towani Tolotang)” mampu membawa mereka meraih juara III se Nasional.

Perilaku sosial-politik dan bentuk perjuangan eksistensial dalam memer-tahanankan eksistensi sebuah komuni-tas adat di kabupaten Sidrap, Towani Tolotang, ternyata mampu menarik perhatian kedua mahasisiwa tersebut. Menurut Akhmad Affandi, komunitas

adat Towani Tolotang masih tetap me-megang eksistensinya di tengah mod-ernsasi yang semakin kuat.

Dengan pencapaian yang telah diraih, Akhmad Affandi merasa bangga dengan apa yang telah digapainya. Mahasiswa yang baru menginjak semester III ini mengatakan bahwa pengorbanan waktu , tenaga, dan pikirannya selama ini tidak sia-sia. “Ini merupakan hasil kerja keras kami, saya berharap semoga semakin ban-yak mahasiswa UNM yang bisa menjuarai even nasional sehingga muncul pencitraan UNM yang lebih baik,” katanya.

Sementara itu, Hikmawaty Sabar mengaku senang dengan prestasi yang ia peroleh saat ini. Mahasiswa ekponen 07 ini mengungkapkan dirinya tak me-nyangka dapat menjadi juara di tingkat nasional. “Alhamdulillah, karena ini merupakan ajang yang paling bergengsi, penobatan khusus untuk peneliti remaja. Saya juga bangga bisa membawa nama UNM khususnya saya persembahkan un-tuk FBS,” tambahnya. (ART)

Mahasiswa FBS Kembali Juara Nasional

Snapshot

USIR DEMONSTRAN. Pegawai rektorat UNM terlibat baku hantam dengan mahasiswa yang tergabung dalam SOMASI (Solidaritas Masyarakat untuk Demokrasi). Mereka berusaha mengusir demonstran yang melakukan aksinya di depan gedung rektorat UNM. Para demonstran berunjuka rasa menuntut keadilan 19 mahasiswa UNM yang telah di-drop out Selasa (11/ 9) lalu.

FOTO: IYAN - PROFESI

Oleh: Andini Ristyaningrum

Di mana anak itu? Hati keras bicara sayu. Merentas buih-buih hati keras. Minta set-eguk. Insan unggas kota. Di hulur sejadah ikhlas selaut impian. Agar kocek kosong rasa nikmat. Sebait sajak “pengemis” Nas Nasuha ini adalah hembusan nafas yang mewakili kerongkongan insan kampus ungu UNM.

Beberapa bocah terlihat asyik bermain bola di lapangan yang tak lagi hijau. Dari sudut lapangan, terdengar sorakan “gol”. Keceriaan jelas tergambar dari raut wajah para bocah tersebut. Namun, tidak pada mantan para pengurus lembaga kemaha-siswaan (LK). Setidaknya begitulah peman-dangan yang tampak di kampus yang akhir-akhir ini naik daun karena “prestasinya” dalam membunyikan genderang pemecatan itu.

Sekitar tiga bulan terakhir, hampir tidak

ada lagi forum “diskusi semut” seperti yang biasa tampak di gazebo-gazebo, koridor-ko-ridor, atapun sudut-sudut kampus yang diju-luki kampus ungu itu. Padahal dari diskusi-diskusi tersebut lahir ide-ide kreatif.

Wajah-wajah ceria, suara petikan gitar, dan gelak tawa yang santer terdengar di gedung bernama DB kini tak lagi terden-gar. Gedung yang dihuni oleh tujuh LK itu seperti tak berpenghuni lagi. Gedung DB yang sudah lama “terpaksa” ditinggal oleh para penghuninya. Ya, terpaksa karena di-paksa.

Setidaknya sore itu (13/10), lebih ber-beda dari beberapa waktu sebelumnya, pasca pembekuan LK di kampus ungu itu. Kini, pukulan gendang terdengar lagi dan tarian gemulai para LK yang aktif di lembaga kes-enian kampus juga mulai terlihat lagi. Suara-suara itulah yang telah lama dirindukan.

“Kampus sudah menjadi bagian dari hidup kami, setidaknya LK khususnya me-

nandakan bahwa kita memiliki rumah,” ung-kapnya sembari menghisap rokok di tangan kanannya. Mimin, lelaki ini akrab disapa, ia adalah salah seorang mahasiswa jurusan Bahasa Jerman, salah satu fungsionaris LK yang dulu menghuni gedung DB.

Sesekali ia tersenyum, namun tampak jelas kekecewaan yang tergambar dari se-

nyumnya. Ia kembali menghisap rokok di tangannya. “Pasca dis-egelnya sekretariat, lembaga kema-hasiswaan seperti ikut terkubur di dalamnya. Kegiatan kelembagaan betul-betul lumpuh,” terang ma-hasiswa yang pernah aktif di Him-punan Mahasiswa Bahasa Asing/Jerman (Himabara) ini.

Di sudut lain, Afdal Kusumanegara sedang duduk di koridor. Tampak di tasnya dua buah atribut lembaga yang disu-

lap jadi gantungan tas. “Daripada hanya digantung dirumah, mendingan saya jadikan gantungan tas,” tutur mantan ketua Himpunanan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMAPRODI PBSI). Tentu bahasa seder-hana tersebut menyirat makna yang luar biasa, bahwa hidup matinya lembaga FBS bergantung pada birokrasi. (*)

FBS Pasca SK DO dan Pembekuan LK

Ketika Napas Tak Lagi Berhembus

SEPI. Suasana di Fakultas Bahasa dan Sastra UNM tampak sepi pasca diberlakukannya SK pembekuan LK.

FOTO: IYAN - PROFESI

Page 4: Edisi_150

4 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Lensa Orange

Kami Ditindas, Kami MELAWAN!

PROTES. Presiden Federasi Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FEMA FBS) berorasi di depan gedung FBS. Aksi inilah yang kemudian berujung pada penangkapan 5 maha-siswa oleh aparat kepolisian (22/9).

KERANDA UNTUK PIMPINAN. Beberapa mahasiswa memba-wa keranda mayat sebagai simbol matinya demokrasi di UNM. Aksi ini terkait keputusan DO 19 mahasiswa, (19/9).

TANGKAP. Salah satu demosntran yang tergabung dalam SOMASI diamankan dari amukan birokrasi UNM saat aksi menuntut pencabutan SK DO maha-siswa, (11/10).

MENGAWASI. Dekan FBS Kisman Salija memper-hatikan proses penangkapan mahasiswa FBS yang diduga provokator dalam aksi demonstrasi di depan gedung FBS, (22/9).

Foto: Fajrianto jalil & nurjannah j

REKAM. Dekan FBS, Kisman Salija sedang merekam ma-hasiswa yang demo di depan gedung Fakultas FBS.

Page 5: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

5 Reportase Utama

BAB IXKOMISI DISIPLIN

Poin yang dilanggar UNM

Pasal 38......3. Komisi disiplin mempunyai tugas dan wewenang

a. Menegakkan peraturan kemahasiswaanb. memanggil atau menghadirkan mahasiswa yang disangka

melakukan pelanggarand. pelanggaran peraturan kemahaasiswaan sebanyak-ban-

yaknya 2 kalie. pemanggilan sebagaimana yang dimaksud dalam angka

huruf d di atas dilakukan secara tertulis ke alamat maha-siswa yang disangka melakukan pelanggaran

f. memanggil atau menghadirkan saksi

GRAFIS: IMAM - PROFESI

Cacat Prosedural Tanpa pemanggilan, Komisi Disiplin (Komdis) Universitas Negeri Makassar (UNM) tiba-tiba menjatuhkan vonis terhadap 19 mahasiswa. Statuta diabaikan, pemecatan pun menjadi harga mati, tak ada kata kompromi, meski arus protes membahana di

seantero Makassar. Ironis!

Drop Out Mahasiswa UNM

DO

PERTANNGAL 5 September 2011, Rektor Universitas Negeri Makassar (UNM), Arismunandar menandatangani Surat Keputusan Drop Out (SK DO) dengan nomor 2190/UNM36/KM/2011. Sampai saat ini alasan pemecatan 19 ma-hasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) tersebut masih dianggap berbelit-belit. Pasalnya, alasan pemecatan tidak sesuai prosedur dan melanggar statuta UNM.

Anggota Lembaga Badan Hukum (LBH) Makassar, Irham selaku pendamp-ing mahasiswa mengungkapkan, birokrasi UNM melanggar statutanya sendiri. Menurutnya, sebelum ada keputusan, mestinya komdis melakukan pemang-gilan terhadap mahasiswa yang dianggap melanggar. “Jelas mereka sendiri yang melakukan pelanggaran, sesuai dengan yang tertuang pada pasal 38 tentang pera-turan kemahasiswaan, ” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, ketua komi-si E DPRD Sulawesi Selatan Andi Yagkin Padjalangi tetap mengharapkan keputusan rektorat bisa ditinjau kembal i demi mem-pertimbangkan kelanjutan pendidikan para mahasiswa yang dipecat. “Dewan sudah memberikan saran dan masukan sebagai wakil rakyat. Namun, semuanya kembali lagi kepada pihak kampus untuk mengkaji lebih jauh tentang keputusan DO itu,” tandasnya.

Prof. Rifdan, selaku wakil komdis UNM mengungkapkan, pihaknya tidak melakukan panggilan kepada 19 maha-siswa tersebut lantaran Dekan FBS Kis-man Salija mengakui sudah mengkomu-nikasikan hal tersebut kepada mahasiswa yang akan dipecat.

Dekan FBS, Kisman yang dikonfirma-si menjawab dengan sedikit melenceng. Ia mengungkapkan, pemecatan tersebut lantaran mahasiswa yang tergabung dalam lembaga melarang mahasiswa menyele-saikan studinya selama bergabung dalam lembaga. “Saat itu saya dipaksa menan-datanngani berkas yang isinya tidak boleh menyelaesaikan studi selama berorganisa-si, itu kan tidak masuk akal,” pungkasnya.

Yuliatri Violta, salah satu mahasiswa DO menganggap alasan yang dilontarkan Kisman tersebut hanya mengada-ada saja. Ia menilai alasan dosen bahasa inggris itu kian berkelok. “Alasan yang dilon-tarkan samasekali tidak relevan dengan persoalan,”ungkap Yuli. Lanjut Yuli, mes-tinya kalau alasan seperti itu, kenapa dari dulu tidak disetujui. “Saya tidak mengerti, ayahanda dekan mungkin sudah merasa dipojokkan sehingga alasan-alasan yang dikeluarkan tidak nyambung,” ungkap gadis eksponen 09 tersebut.

Pihak LBH, Irham juga kembali mengkritisi alasan Kisman. Menurutnya, pembatasan untuk berorganisasi lagi-lagi melanggar hak setiap hak setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan di luar jalur informal. “Ingat, pengetahuan diper-oleh bukan hanya dari lembaga formal tetapi juga melalui lembaga informal. Nah, melalui kegiatan ekstrakulikuler inilah mahasiswa bisa mendapatkan itu,” terangnya.

Sementara itu, pembantu dekan bidang kemahasiswaan FBS, Syukur Saud mengakui, memang tidak ada pemang-gilan kepada 19 mahasiswa tersebut. “kalau mereka mengaggap proses DO

tidak sesuai prosedur, silahkan bawa ke ranah hukum. Biar mereka melapor, tetap saja sama hasilnya karena mereka punya banyak kesalahan,” tukasnya.

Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementrian Pendidikan Nasional, Ibnu Hamad menilai pemecatan ini tidak memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kementrian enggan ikut campur. Ia akan turun tangan jika kasus pemecatan mahasiswa dilatari dua hal. Yakni faktor akademik dan ekonomi.

Ibnu mencontohkan, jika terdapat mahasiswa yang secara akademik tidak memenuhi persyaratan, maka kampus ber-hak akan mengeluarkan mahasiswa terse-but. “Misalnya IPKnya beradadi bawah 2,0 berturut-turut selama waktu tertentu, itu bisa do DO,” ujar melalui sambungan selular, jumat (16/9).

Kedua, faktor ekonomi berkaitan dengan kemapumpuan mahasiswa untuk membiayai kuliah. Ibnu menyatakan, kementrian menjamin tidak boleh ada mahasiswa yang dikeluarkan dengan alasan keterbatasan ekonomi. “Itu tidak boleh,” katanya. Kasus-kasus yang terkait kedua faktor itulah yang bisa diintervensi oleh kementrian jika memang ada keke-liruan pengambilan keputusan oleh pihak kampus UNM.

Sedang untuk kasus seperti yang dijumpai di UNM, kementrian tidak akan ikut campur, “Ini lagi-lagi terkait urusan internal kampus UNM. Karena ekonomi bukan, akademik juga bukan,” ujarnya.

Sementara itu, Sofyan Salam pem-bantu rektor bidang akademik mengung-kapkan, alasan pemecatan tersebut sudah

sesuai statuta UNM yang dipedomani.Menurutnya, alasan pemecatan ini

lantaran mahasiswa melaksanakan Pe-nyambutan Mahasiswa Baru (PMB) tanpa ada koordinasi dengan pihak birokrasi. “SK pemecatan dilakukan setelah pihak fakultas dan universitas melakukan beber-apa kali rapat yang dipimpin ketua komisi disiplin tingkat fakultas hingga komisi disiplin tingkat universitas”, ujarnya.

Ibnu menambahkan, prosedur dasar ospek yang ditetapkan kementrian yakni dikaitkan dengan pendidikan karakter. Calon mahasiswa diperkenalkan dengan lingkungan kampus, teman-teman baru, dan berperilaku sebagai mahasiswa. Calon mahasiswa juga diajarkan untuk saling menghargai, semangat mencintai ilmu, inovatif kreatif, dan cara mencapai prestasi kuliah. “kalau tiba-tiba mungkin rektorat UNM memandang ospek terdapat kekerasan, ya itu sepenuhnya kleputusan rektorat.” Ujarnya.

Nahrul Hayat, salah satu mahasiswa DO lainnya, sekaligus panitia PMB men-gungkapkan, dalam PMB tersebut sangat jauh dari kekerasan. Ia menuturkan, penyambuatn kala itu bernama pelana. Konten penyambutannya adalah penge-nalan akademik seperti pengisian KRS (Kartu Rencana Studi), lembaga-lembaga kemahasiswaan, istilah-istilah dalam kampus dan sebagainya. “PMB yang kami laksanakan asaat itu murni perkenalan akademik. Tidak ada perpeloncoan, pe-melakan,” tegas Nahrul saat diwawancarai langsung dalam acara bincang karebosi. (12/10)

Page 6: Edisi_150

6 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Reportase Utama

TERLEPAS dari kasus FBS. Sebelum-nya, kasus DO di fakultas lain juga sempat santer didendangkan.

Adalah Fakultas Ekonomi (FE). Hanya lantaran mahasiswa menuntut transparansi Dana Penunjang Pendidikan (DPP), sejum-lah mahasiswa di fakultas tersebut bakal terancam didepak dari kampus orange ini.

Birokrasi sebagai orangtua bukannya menjawab tuntutan anaknya itu. Ia justru menutup kran dialog dengan mereka. Iron-inya, segala aktivitas akademik di fakultas tersebut juga diboikot. Tak lama kemudian, perang spanduk antara birokrasi dan maha-siswa yang menuntut nilai yang tak kunjung keluar, turut meramaikan fakultas itu,(10/6).

Masalah tersebut akhirnya berbuntut pada kebijakan bakal mendepak sembilan nama mahasiswa FE yang dianggap melaku-kan profokasi. Bedanya dengan kasus di FBS, kasus ini masih dalam tahap menunggu legitimasi pimpinan FE. Nama-nama terse-but sudah berada di tangan Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan, Hamsu A. Gani.

Pembantu Dekan Bidang Kemaha-siswaan, Chalid Imran mengungkapkan, SK DO sementara diproses. Ia sudah me-nembuskan nama-nama kepada PR III. Ia mengungkapkan, setelah dekan baru, Prof Munarfah dilantik Januari mendatang, SK tersebut langsung dikeluarkan. “Sementara dalam proses, tinggal menunggu waktu. Setelah pelantikan pimpinan baru FE, maka masalah itu akan dikawal oleh dekan yang baru,” ungkap pria yang dua bulan lagi me-lepas jabatannya itu, (7/10).

Pembantu Rektor III UNM Hamsu A Gani mengungkapkan SK pencabutan bisa saja dianulir asal ada restu dari pihak fakul-tas. Pihak Universitas kata Hamsu tak memi-liki wewenang untuk mengintervensi pihak fakultas dalam hal pengambilan keputusan. Olehnya, Hamsu menyarankan agar sebelum SK DO dikeluarkan, mahasiswa sebaiknya melakukan upaya konsolidasi. “Kalau perlu kalian pergi minta maaf dirumahnya pak de-kanmu,” sarannya.

Meskipun FE dilanda permasalahan yang sama dengan FBS, akan tetapi Chalid menyayangkan mengenai pembekuan yang dilakukan oleh pihak birokrasi FBS. “Tidak semestinya kita membekukan LK. Cuku-plah diorganisir, karena LK kan merupakan bagian dari kemahasiswaan di fakultas,” un-gkapnya. Lanjutnya, banyaknya LK di FBS sebaiknya dirampingkan saja tanpa perlu dibekukan. (*)

Keputusan Dekan FBS PrematurGUSTI Ketut Satya hanya bisa mengelus dadanya dalam-dalam. Pria asal Mangku-tana, Luwu Timur ini terpaksa harus rela mengangkat kopernya lebih awal tanpa sempat merasakan manisnya mengecap dunia pendidikan di perguruan tinggi negeri yang diidam-idamkannya. Mahasiswa baru jurusan Bahasa Indonesia ini tak habis pikir, lantaran hanya ingin mendapatkan haknya mengenal kampus dan senior-seniornya, dirinya terpaksa harus membayar mahal dengan Surat Keputusan Drop Out (SK DO) yang menimpanya. Nama Gusti tercantum pada urutan ke delapan.

Kala itu, Gusti tengah asyik menikmati suasana penyambutan mahasiswa baru di ruang DG 102 FBS. Namun, tiba-tiba beber-apa orang yang sama sekali tak dikenalinya

datang memasuki ruangan memerintahkan agar seluruh mahasiswa untuk keluar. Gusti yang merasa “nyaman” dengan PMB sontak membela, namun apa daya pria yang ada di-hadapinnya itu adalah “tuhan” di universitas ini. Adalah Pembantu Rektor I UNM, Sofyan Salam yang memupus harapan pria berdarah Bali ini. “Kembalikan saja uang SPPnya ini anak,” ungkapnya merobek asa Gusti. Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, trauma masih jelas menghantui pria yang memiliki cita-cita menjadi guru ini.”Sebenarnya kak, saya tidak mau ikut campur lagi persoalan itu, saat ini saya sudah di kampung. Saya sakit,”ujarnya sendu.

Kejadian naas itu, tak hanya terjadi pada Gusti. Jusmawandi, mahasiswa jurusan ba-hasa Jerman eksponen 09, turut terjerumus

dalam keputusan sepihak birokrasi kampus orange ini. Di lokasi kejadian, Wandi sibuk memenuhi kerja kepanitiaan. Tiba-tiba keg-aduhan terjadi, Ia tampak bingung. Terli-hat, beberapa jajaran birokrasi universitas datang “menendang” seluruh maba saat itu untuk keluar. Rasa amarah diakui Wandi, namun ia mencoba diam memendam. “Jelas saya marah, tapi mereka kan orangtua ta ji juga,” ungkapnya

Tetapi, beberapa hari kemudian, ia menerima amplop putih yang ditujukan kepada dirinya. Surat itu mencantumkan nama-nama yang ia kenal. Hingga di uru-tan paling akhir sebuah nama menanggal-kan cita-citanya. Jusmawandi, ikut tercatat dalam SK DO itu. Ia juga mengaku kecewa laiknya Gusti. (*)

Tetap Berkarya Meski DibekukanMelodi petikan gitar, teriakan puisi

Sembilu, dan lantunan sebuah lagu perempuan berkerudung kuning, kamis itu (29/09) memecah ruang senat lt.III

UNM. Rektor UNM lengkap dengan jajarannya duduk di koridor terdepan.

Hamsu A. Gani, kala itu tak mampu menahan tangis hingga mengurai air

mata.

Seorang pria diantara pelantun itu bercerita saat ia bertemu ibundanya di kampung. Baju yang dikenakannya masih sama saat ia kembali ke kampung halamannya.

“Lebih baik Ibu tetap memakai baju ini daripada kau menderita mengejar cita-citamu Nak,” ungkapnya memen-dam tangis. Hasrul, Kepala Suku Beng-kel Sastra (Bestra), mengurai cerita itu di sela pertunjukkannya.

Meski LK-nya tak lagi dianggap birokrasi, Bestra tetap melakukan per-tunjukkan. SK pembekuan tertanggal 26 Agustus 2011 itu jelas sudah bera-da di tangan mereka. Walau birokrasi mengeluarkan kebijakan penutupan sekretariat, memblokir kegiatan maha-siswa dan mengancam aktifitas kelem-bagaan.

Namun, hal tersebut tak men-ciutkan semangat mereka untuk tetap berkarya. “Lembaga kami, Pengurus

kami memang dibekukan, tapi hati teman-teman kami masih hidup, karya akan terus kami torehkan buat UNM,” tutur lelaki berambut ikal ini. Hal itu pun dibuktikan saat Bestra masih tampil dalam pembukaan Diklat dan Perekrutan anggota baru LPPM Profesi Kamis lalu, (29/09). Para peserta ikut terenyuh menyaksikan pertunjukkan musikalisasi lembaga yang merayakan hari lahirnya 30 September lalu. ”Per-tunjukkannya sangat luar biasa, saya

sampai meneteskan air mata,” ujar An-dini.

Sementara itu, Dekan FBS, Kisman Salija, malah membantah adanya pem-bekuan lembaga itu. Menurutnya, mer-eka hanya melakukan pembenahan pada pengurus lembaga bukan menghenti-kan kerja lembaga “Kami hanya mem-bekukan pengurusnya untuk sementara hingga pembenahan sekretariat mereka selesai,” jelas pria berdarah Enrekang ini. (*)

TIM REPORTASE UTAMA

Koordinator : Imam RahmantoReporter : Yusrianti Hanike, Isnaeni Dahlan

SUDUT

+ DO Cacat Prosedur

+ Ilara Peroleh Akreditasi B Setelah 12 Tahun

+ Menara-menara Gagal AMDAL

+ Tellu Cappa “Kagetkan” BLHD

Dg. Tata

- Trus kenapa dipecat?

- Alhamdulillah ya......

- Awas, sanksi mengintai...

- Astahgafirullah....

POLA pemecatan mahasiswa yang di-lakukan oleh birokrasi UNM diduga se-bagai pola yang mirip Normalisasi Ke-hidupan Kampus (NKK). NKK yakni akronim yang menjadi momok bagi ak-tivis Gerakan Mahasiswa tahun 1980-an. Istilah tersebut mengacu pada kebijakan keras rezim Presiden Soeharto pada ta-hun 1978 melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef untuk membungkam aksi kritis mahasiswa ter-hadap jalannya pembangunan dan kebi-jaksanaan pemerintah saat itu

Basir, Presiden BEM UNM peri-ode 2003-2004, menduga kebijakan yang kini dilakukan birokrasi UNM mirip dengan pola NKK. Melihat prose-dur yang dilakukan birokrasi dinilai

diktator, “Semakin menjadi-jadi itu rektormu,”ungkapnya.

Tambahnya, Rektorat sangat arogan menanggapi aksi mahasiswa. Contohnya saja, pemanggilan mahasiswa yang ber-masalah tidak dilakukan,padahal di za-man dirinya memimpin, sekeras-keras-nya birokrasi tetap melakukan komdis di tingkat fakultas. Setelah itu kemudian, dibawa ke tingkat universitas, ”Ini jelas melanggar statuta,” terangnya.

Hanya saja, perbedaan utama yakni cara mahasiswa menanggapi persoalan tersebut. Krisis paradigma diakui melan-da aktivis yang ada di UNM. Tak hanya itu, orientasi murni tak lagi dipegang, belum lagi politik praktis yang mera-jalela. Alhasil, penguasa akan semakin

berkuasa.Selain itu, menurutnya Bentrok yang

ada di UNM Selasa lalu, sebagai bukti kurang solidaritas internal UNM(12/10). Semestinya, aksi kemarin tidak didomi-nasi oleh universitas luar tetapi dari UNM sendiri,”Mengapa misalnya bukan Mipa, teknik atau fakultas lain yang gen-car, tidak ada ketegangan sosial,” sesal-nya.

Senada dengan hal tersebut, Irfan Palippui, demisioner presiden BEM UNM mengakui kebijakan rektor yang tidak prosedural,”Rektor gagal,” terang-nya. Namun, demikian menurutnya keg-agalan tersebut tak lain atas sifat kritis mahasiswa yang lemah, dibanding den-gan aktifis terdahulu. (*)

UNM Adopsi NKK Jilid II

FOTO: IYAN - PROFESITAMPIL. Salah satu penampilan Bestra saat pembukaan acara DJMTD 2011 yang diadakan oleh LPPM Pro-fesi UNM di depan rektor beserta jajarannya.

SK DO FE Dapat Dianulir

Page 7: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

7

GRAFIS: IMAM - PROFESISumber: Litbang Profesi dan sampel diambil dari 225 mahasiswa seluruh fakultas di UNM.

Menurut anda pentingkah LK kemaha-siswaan di kampus UNM?

Apakah Anda Pengurus LK?

Secara pribadi, Apakah LK berperan terhadap Anda?

Apakah LK membantu memperbaiki sistem/kebijakan yang dikeluarkan birokrasi?

Apakah Anda setuju jika LK dibekukan?

Pantaskah menurut Anda jika pengurus LK di drop out lantaran menuntut transparansi DPP?

Setujukah Anda diadakannya Ospek atau Penyambutan mahasiswa baru?

Pantaskah menurut Anda jika pelaksana Ospek/PMB di pecat(drop out)?

YA

YA

YA

YA

YA

YA

YA

YA

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

TIDAK

93.3%

61.3%38.7%

74.7%25.3%

81.3%18.7%

93.8%

90.2%9.8%

75.1%24.9%

16.9%83.1%

6.2%

6.7%

POLLING PEMBACA

Reportase Utama

Jajak Pendapat Profesi

Oleh : Sitti Marlina

LK Masih Sangat DibutuhkanGRAFIS: ARUL - PROFESI

MASIH teringat jelas bagaimana demonstrasi oleh Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi pada 8-9 Juni lalu. Aksi menuntut transparansi Dana Penunjang Pendidikan (DPP) dan nilai cepat keluar berujung ancaman DO bagi 9 mahasiswa FE. Hingga berita ini diterbitkan, SK DO untuk 9 mahasiswa terse-but masih dalam proses. Pernyataan dari birokrasi bahwa mer-eka tinggal menunggu waktu untuk menanggalkan almamater UNM pun kian menampakkan hasil akhir.

Kurang lebih tiga bulan setelah kasus FE, giliran mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra yang terjungkal. Sebanyak 19 maha-siswa di DO karena pelaksanaan PMB di Fakultas ungu terse-but. Lembaga Kemahasiswaan pun tak berkutik, pembekuan lembaga jadi amunisi untuk mematikan pergerakan mereka. Se-gala upaya dilakukan mahasiswa untuk bertahan. Bagaimanakah babak akhir dari drama ini? Akankah mahasiswa akan kembali merasakan nikmatnya berlembaga? Dan seperti apa mahasiswa UNM menanggapi obral DO di kampus pencetak Generasi Oemar Bakrie ini? Berdasarkan hal tersebut Divisi Litbang LPPM Profesi UNM melakukan jajak pendapat kepada 225 mahasiswa UNM.

Dari 225 koresponden, 93,3 persen dari semua koresponden yang terdiri dari pengurus LK dan mahasiswa biasa, menyatakan bahwa LK sangat berperan penting dalam kampus dan sisanya sebesar 6,6 persen memilih tidak penting. Koresponden terdiri dari pengurus LK baik tingkat jurusan, fakultas hingga universi-tas sebesar 61,3 persen dan mahasiswa biasa 38,7 persen.

Melihat ini bisa dikatakan LK punya peran penting ke-pada pengurus dan mahasiswa pada umumnya. Bahkan mahasiswa men-gaku bahwa LK mempengaruhi kebijakan yang d i k e l u a r k a n birokrasi sebe-sar 81,3 persen dan sisanya sebe-sar 18,6 persen men-gaku LK tidak mem-pengaruhi. Tak hanya itu mahasiswa secara pribadi terbantu dengan adanya LK

sebesar 74,6 persen, karena pengembangan wawasan, minat, bakat, dan pengetahuan di luar bangku kuliah.

Tak Mesti DipecatMenilik kasus yang menimpa mahasiswa FE, 90,2 persen

menyatakan mahasiswa yang menuntut transparansi DPP tidak pantas dipecat, apatah lagi jika tak seimbang antara yang diba-yarkan dengan fasilitas yang ada. Bercermin dengan kasus FE yang membayar DPP, tidak ada balance antara kewajiban dan hak. Nilai tak kunjung lengkap, dan fasilitas perkuliahan yang tak efektif. Bahkan dalam satu ruangan mesti menampung hingga 100 mahasiswa karena terbatasnya ruangan kuliah.

Begitupun di FBS, karena tidak mematuhi titah sang pimpinan 19 mahasiswa didepak. Padahal jika dibuka kran un-tuk saling membuka hati, saling melihat nilai-nilai baik yang

tersembunyi tak mesti dengan jalan mendepak.Koresponden sebanyak 83,3 persen tidak setuju jika mahasiswa yang men-jadi pelaksana PMB di FBS di DO. Apatah lagi dengan pem-bekuan lembaga mahasiswa. 93,3 persen menyatakan tidak setuju. Ini menunjukkan bahwa animo berlembaga mahasiswa masih sangat besar.

Terkait dengan PMB, sebesar 75,1 persen setuju den-gan pelaksanaannya jika masih sesuai dengan koridornya. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa PMB direstui selama tidak berkutat dengan perpoloncoan dan kekerasan. Saatnya kita saling percaya dan mempercayai. Birokrasi percayakanlah kepada LK untuk pelaksana pengembangan minat dan bakat di luar bangku kuliah, dan LK hendaknya menjaga kepercayaan yang diberikan hingga tercipta suasana yang kondusif di kam-pus pencetak guru ini. (*)

Page 8: Edisi_150

8 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Inovasi

PROGRAM beasiswa untuk melanjutkan studi S2,S3, ataupun pertukaran maha-siswa di luar maupun di dalam negeri kini semakin meningkat jumlahnya. Tentunya juga dari segi pelayanan untuk mendapat-kan persyaratan tersebut pun harus diting-katkan, seperti halnya, skor TOEFL yang mesti ada.

Menurut ketua Center for Language Services (CLS) Muh. Hasbi, pihaknya telah melakukan kerjasama dengan The Indone-sian International Education Foundation (IIEF) “Sekarang kita sudah buka pelayanan untuk mendapatkan TOEFL ITP, dan sudah melakukan kerjasama dengan IIEF,” terang dosen bahasa inggris ini. CLS menawarkan bagi siapapun yang ingin mendapatkan skor TOEFL ITP baik itu mahasiswa UNM atau-pun dari luar UNM. “Jadi siapa saja yang mau, dapat mendaftar langsung di CLS,” lanjutnya.

Menurut darah keturunan Bone ini CLS telah mengeluarkan beberapa program TOEFL diantaranya ; TOEFL ITP, TOEFL Prediksi, TOEFL Preparation, dan TOEFL for Quality Control, yang tiap bulannya dis-elenggarakan, bahkan ada yang diadakan setiap minggunya.

Bukan hanya program TOEFL yang ditawarkan, selain itu CLS juga menawar-kan Berbagai macam program yang bisa menunjang kemampuan bahasa asing (ing-gris), seperti in-House Training, General English dan Translation.

Sementara itu, menurut Rahmiana Rah-man salah satu peserta TOEFL ITP, beberapa waktu lalu,mengatakan bahwa, salah satu cara untuk mengukur kemanpuan bahasa inggris kita dengan adanya TOEFL ITP. “segala sesuatu butuh ukuran, termasuk ke-manpuan berbahasa inggris, nah disitu ITP TOEFL menjadi alat ukurnya” terang alum-nus FBS ini.

Meski demikian, menurut Rahmiana, TOEFL ITP tidaklah sepenuhnya meng-

gambarkan kemampuan seseorang karna kemampuan speaking belum tercover di dalamnya.

Dengan adanya pelayanan ini, sekiranya CLS dapat berguna bagi civitas akademika Universitas Negri Makassar pada hususnya dan seliuruh elemen pada umumnya “Hara-pan saya kedepannya, CLS akan di kenal oleh instansi-instansi baik yang ada di ling-kup UNM maupun yang ada diluar UNM” harapnya. (HAM)

Mimpi ke Luar Negeri Kian Nyata UPAYA untuk mengembangkan Univer-

sitas Negeri Makassar (UNM) menjadi Universitas yang terkemuka ialah harus terus memunculkan ide-ide yang cemer-lang. Seiring dengan hal tersebut, pihak rektorat sedang menggodok program Duta Kerjasama Internasional. Program ini dimaksudkan untuk memepermudah penanganan tamu UNM hingga mereka pulang.

Selain itu, tujuan diadakannya Duta Kerjasama Internasional ini, diharapkan mahasiswa mendapat keterampilan ten-tang kerja-kerja di bidang pengemban-gan kerjasama antar instansi.

Menurut pembantu rektor bidang kerjasama, Nurdin Noni, saat ini ia se-mentara mempersiapkan rekrutmen dan pelatihan untuk hal tersebut. Program Duta ini nantinya dikelola oleh maha-siswa yang terpilih, setelah lulus lewat melalu rekruitmen akan diberi dana pembinaan oleh Universitas. "Jadi se-mua tamu yang akan melakukan kerjasa-ma dengan UNM mulai dari kedatangan tamu hingga mereka pulang, Duta Ker-jasama inilah yang menanganinya." Un-gkap Nurdin.

Kemampuan bahasa asing yang di-tekankan oleh orang berdarah Barru ini. Menurutnya, skill yang paling pertama yang mesti digunakan oleh Duta Ker-jasama Internasional ini. Ketika bertemu tamu adalah kemampuan bahasa asing-nya, baik tamu yang datang dari dalam negeri terlebih-lebih dari luar negeri. "jadi kemampuan berbahasa asing tentu-nya sangat perlu," Ujar Nurdin, ia juga menambahkan bagi mahasiswa yang nantinya terpilih menjadi Duta Kerjasa-ma Internasional, selayaknya mengeta-hui bahasa asing lainnya. "Bukan hanya bahasa Inggris yang mesti diketahui tapi bahasa asing lainnya juga yang mesti tetap ada apakah itu bahasa Inggris , bahasa Arab dan lain sebagainya." lan-jutnya.

Disamping itu Nurdin Noni juga mengharapkan, mahasiswa yang ber-gabung nantinya adalah orang-orang yang siap pakai dan memiliki jaringan yang luas agar mempermudah mereka mendapatkan pekerjaan setelah menye-lesaikan studinya di UNM, "saya harap mahasiswa ini nanti langsung siap di pakai di instansi." harapnya. (HAM)

UNM Mediasi Calon Duta Kerjasama

BAGI mahasiswa UNM yang ingin melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), pihak universitas melalui Lem-baga Pengabdian Masyarakat (LPM) membuka pendaftaran KKN Pengen-tasan Buta Aksara (PBA). Kegiatan yang bekerjasama dengan pemerintah Provinsi Sulsel ini memberikan kerin-ganan pada mahasiswa berupa peng-gratisan biaya pendaftaran.

Ketua LPM UNM Ardi men-gatakan, selain digratiskan, mahasiswa juga akan diberi dana sebesar Rp400 ribu per bulan selama 2 bulan menjalani KKN.

Kerjasama dengan pemprov ini membutuhkan kuota 200 orang yang nantinya akan disebar di beberapa kabu-

paten seperti Bone, Wajo, Bantaeng, Je-neponto, dan Maros. Meski kuota tidak terlalu banyak, namun menurut Ardi, pihak LPM masih sangat kekurangan peserta. “Kami masih membuka pendaf-taran dan semoga program ini mendapat respon yang baik dari mahasiswa,” harapnya. Dosen FT ini menambahkan, pemberangkatan KKN PBA rencanaya dilaksanakan di akhir bulan oktober.

Salah satu mahasiswa jurusan ba-hasa Indonesia, Miranda mengungkap-kan keantusiasannya mengikuti KKN PBA yang secara mendadak diadakan ini. Menurutnya, momen ini sangat tepat untuk mahasiswa yang terlambat mengikuti KKN regular atau yang akan melaksanakan KKN. (FAJ)

KKN PBA, Gratis Plus Digaji

TES TOEFL. Sejumlah mahasiswa FBS UNM sedang mengerjakan soal TOEFL yang diadakan oleh Center for Language Services.

FOTO: ELLANG - PROFESI

UNIVERSITAS Negeri Makassar kem-bali menerima angin segar dari Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk India, Andi Gha-lib. Kedatangan Dubes kali ini bermak-sud membuka jalan kepada UNM untuk melakukan kerjasama dalam pengemban-gan percepatan pendidikan, khususya di bidang ICT.

Menurut Andi Ghalib Universitas yang ada di India yang di tunjang oleh ICT yang baik, itu sangat pesat perkembangannya. Oleh sebab itu Ghalib sangat yakin dengan adanya kerjasama antara UNM dan India,

akan memacu laju perkembangan percepa-tan pendidikan di kawasan Timur Indone-sia.

Menurut Andi Ghalib untuk kawasan Indonesia Timur Universitas Negeri Makassar paling strategis dalam melakukan pengembangan pendidikan, karena wilayah Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Kalimantan, Papua, mereka akan datang ke Makassar untuk menambah ilmu. Disamping itu dubes Indonesia ini me-nyampaikan bahwa India sekarang ini telah menggencarkan kerjasama dibidang IT.

Dengan adanya dukungan ICT di UNM, mantan wakil gubernur Sulsel ini yakin Makassar dapat menjadi gerbang pendidi-kan di wilayah Indonesia Timur. Disamping itu dia melihat prosfektif yang cukup bagus di kampus Oemar Bakri ini. "Saya melihat di UNM ini memiliki prosfektif yang cukup bagus." ungkapnya.

Sementara itu Rektor UNM, Arismu-nandar menyambut positif tawaran Dubes RI untuk India. “Semoga dalam waktu dekat ini UNM juga bisa jalan-jalan ke In-dia,” selorohnya. (HAM)

Dubes Tawarkan Kerjasama UNM dengan India

Page 9: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

9 Reportase Khusus

Menara-menara Gagal AMDAL

UNM kian berbenah. Sejumlah gedung pencakar

langit telah ditancapkan. Namun, ditengah ingar bingar

pembangunan menuju the world class university, satu

hal yang kerap dilupakan, Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan (AMDAL).

Belum rampung rasanya menara phinisi yang memakan banyak biaya, Universitas Negeri Makassar (UNM) kembali gencar membangun berbagai gedung. Lihat saja, Menara Tellu Cappa Pascasarjana yang su-dah dalam tahap pembangunan. Menara yang rencana berlantai 12 ini, tentu tidak memakan dana sedikit.

Menurut pengakuan direktur PPs Jasrud-din, diperkirakan gedung ini menelan dana sebanyak Rp 90 miliar. Padahal, gedung baru yang berlantai lima yang ada di Pascasarjana belum juga selesai. Gedung yang konsepnya mirip dengan menara pinisi ini juga akan dibangun aula yang menampung 2.500-3000 mahasiswa yang akan di jadikan sebagai peng-ganti Auditorium Amanagappa.

Tak hanya itu, beberapa Fakultas yang ada di UNM juga akan membangun gedung bertingkat. Misalnya, di Fakultas Matema-tika dan Ilmu Pengetahuan Alam ( FMIPA) akan dibangun gedung berlantai 13, di Fakul-tas Ekonomi( FE) berlantai 12, sementara di Fakultas Ilmu Sosial( FIS) direncanakan ber-lantai tujuh.

Terkait dengan dana yang akan diguna-kan, di FMIPA menurut pengakuan dari dekan, Hamsah Upu gedung tersebut akan menelan dana berkisar Rp 100 miliar, di FE rencana akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 152 miliar. Namun, dan di FIS sendiri belum mau menyebutkan jumlah dana yang nantinya akan digunakan.

Ditambah lagi, Fakultas Teknik ( FT) dan Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) juga rencana bangun gedung baru.

Kurangnya ruang perkuliahan menjadi ala-san bersama. Menurut pengakuan, Amiruddin pembangunan tersebut sengaja di usahakan ada karena di FIS lahannya sempit ditambah lagi jumlah mahasiswa yang banyak. Argu-men yang sama juga dilontarkan oleh Sala-mun Pasda, Dekan Fakultas Ekonomi.

Jasruddin selaku Direktur PPs, mengaku pembangunan ini dilaksanakan karena Pas-casarjana masih membutuhkan ruang perku-liahan, menambah program pendidikan mer-eka yang saat ini hanya berjumlah 12 program untuk S2 dan 7 program untuk S3. “Jika sudah selesai nantinya pasca sarjana akan membuka program untuk semua jurusan yang ada di UNM yang saat ini telah direkomendasikan” tuturnya.

Arismunandar, mengatakan adanya pem-bangunan ini karena munculnya berbagai hal yang mendesak, misalnya semakin banyaknya jumlah mahasiswa dan Program studi yang ada di UNM. “Kita melihat bahwa kebutuhan ruang-ruang bagi mahasiswa seiring dengan semakin banyaknya jumlah mahasiswa dan prodi,” terangnya. Tambahnya, mengingat pentingnya peningkatan pelayanan bagi ma-

hasiswa sebagai suatu stackholder.Menanggapi hal itu, Dekan Fakultas Seni

dan Desain (FSD) Karta Jayadi, mengatakan secara fisik ini merupakan lonjatan yang luar biasa. Tapi pembangunan fisik itupun harus sejalan dengan aspek-aspek lainnya, seperti sumber daya manusia (SDM), begitupula dengan administrasinya. “Memalukan sekali ketika simbol-simbol fisik itu muncul tapi sim-bol-simbol administrasi tidak sejalan, jangan membangun artificial-nya sajalah,” ungkapnya.

Tambahnya, jangan sampai UNM mem-bangun lantai 17 tapi banyak kebocoran di dalamnya. Maka, pembangunan itu harus me-nyeluruh jangan sampai menimbulkan kecem-buruan yang luar biasa.

“Apakah tidak malu, kalau Pascasarjana mewah sementara S1nya jelek. Padahal, pas-casarjana tidak ada dosennya,” Pungkasnya.

Lebih Jauh, Karta Jayadi selaku dekan FSD, mengaku kecewa dengan pihak birokrasi terkait tidak adanya pembangunan di FSD. “Di FSD tidak ada pembangunan karena seakan-akan FSD bukan bagian dari UNM, padahal FSD itu UNM sendiri,” tutupnya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Teknik, Husain Syam juga mengeluhkan pembangu-nan berbagai gedung di UNM. Menurutnya perbaikan ruangan perkuliahan harus lebih diprioritaskan dibanding membuat gedug su-permegah yang tak substansial. “Lebih baik itu ruang kelas dulu diperbaiki, baru nanti gedung-gedung yang dibangun,” tutur pria berdarah Polman ini. Lanjut Husain, kalau toh misalnya gedung-gedung tersebut sudah jadi, apakah seluruh mahasiswa akan menikmati fasilitas gedung supermegah itu. “Kalau menurut saya kita benahi yang lebih substan-sial dululah,” tegasnya.(*)

TIM REPORTASE KHUSUS

Koordinator : Asri IsmailReporter : Sudarmi, Fahrizal

Syam

Sumber: Litbang Profesi GRAFIS: IMAM - PROFESI

GEDUNG-GEDUNGBARU UNM

Menara Tellu Cappa (PPs)

Gedung 13 Lantai FMIPA

Gedung 12 Lantai FE

Gedung 7 Lantai FIS

-Rp90 Miliar

-Rp100 Miliar

-Rp152 Miliar

-belum diketahui

FIP beserta FT berencana akan membangun gedung serupa.

FOTO: IYAN - PROFESI

Page 10: Edisi_150

10 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

FOTO: IYAN - PROFESI

DIBANGUN. Seorang pekerja sedang melintas di depan gedung phinisi UNM yang sementara dibangun. Gedung phinisi ini disinyalir masih belum memenuhi syarat izin pem-bangunan oleh pihak BLHD.

Reportase Khusus

PEMBANGUNAN gedung berlantai 12 yang diberi nama Menara Tellu Cappa Sem-pat mengagetkan pihak Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) kota Makassar. Saat ditemui rabu(12/10), Surono tampak kaget ketika mengetahui ada pembangunan yang dilakukan oleh UNM. Pasalnya, sejauh ini belum ada laporan yang sampai pada dirinya tentang pembangunan yang namanya dia-dopsi dari bahasa bugis tersebut. “Sekarang ini belum ada laporan mengenai pemban-gunan itu,” tutur Kabid Tata dan Pentaatan Lingkungan tersebut.

Bangunan yang sejak 17 September

2011 dilakukan pemancangan tiang pertama ini dinilai Surono telah melanggar aturan dalam pembangunan. Penyebabnya karena izin belum diberikan untuk pihak yang ber-tanggung jawab mengenai pembangunan itu. “Bagaimana caranya bisa memberikan AM-DAL, informasi tentang itu saja belum sam-pai ke kita,” tegasnya.

Lanjutnya, bangunan yang tidak memi-liki AMDAL akan diberikan sanksi seperti yang tertuang dalam Undang-undang No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelo-laan Lingkungan Hidup.

Padahal, Direktur PPs, Jasruddin ke-

tika diwawancarai mengatakan Menara Tellu Cappa telah mengantongi izin AMDAL. “Izin AMDAL sudah ada, kan tidak mungkin bangunan ini kami kerjakan kalau belum ada AMDALnya,” ungkap guru besar Fisika ini.

Sementara Ridwan sebagai Sub bidang Standarisasi Lingkungan LBHD Pemerintah Kota, mengatakan kalau belum ada AMDAL tidak diperbolehkan ada bangunan. “AMDAL baru bisa selesai ketika Surat Keputusan Ke-layakan Lingkungan (SKKL) sudah ditanda tangani. Dan itu tidak gampang, dibutuhkan waktu minimal enam bulan untuk mereal-isasikannya,” terangnya. (*)

MARAKNYA pembangunan yang ada di UNM, berimbas terhadap kehadiran Peda-gang Kaki Lima (PKL) yang berada diruas jalan tempat dibangunnya Menara Pinisi dan Tellu Cappa. Tentunya mereka yang sudah bertahun-tahun menggantungkan nasib se-bagai penjual, akan digusur kerena dinggap mengganggu keindahan menara tersebut.

Nasaruddin, salah satu pedagang yang turut berjualan ditempat tersebut, mengaku hanya pasrah dengan keputusan yang nantin-ya akan diambil oleh birokrasi UNM. “Seka-rang saya hanya harap-harap cemas,” tutur pria 56 tahun ini.

Daeng Bollo, juga salah satu pedagang

turut khwatir dengan keaadan yang nantinya akan menimpa dirinya. “Saya sudah tidak tahu mau apalagi, apabila tempat ini benar-benar digusur,” ceritanya.

Namun, Jika berdasarkan aturan, para PKL ini tentunya harus meninggalkan loka-si berjualan mereka saat ini karena masuk dalam kawasan pembangunan menara Tellu Cappa. Menurut Jasruddin, para PKL terse-but akan diurus oleh Universitas. “Pemin-dahan PKL akan tetap diurus oleh Univer-sitas” tuturnya.

Rektor UNM sendiri mengaku belum memikirkan solusi mengenai hal tersebut.

Wacana ini justru membuat para maha-

siswa sontak marah. Mengingat keberadaan PKL tersebut adalah hasil perjuangan para ak-tifis-aktif kampus itu. Sutrisno yang juga salah satu aktifis kampus, sangat menyesalkan atas rencana penggusuran PKL tersebut. Menurut-nya itu adalah keputusan gegabah. “ Birokrasi harus pikir matang-matang dulu sebelum ber-tindaklah,” pintanya.

Karta Jayadi yang juga tidak setuju den-gan penggusuran PKL, mengatakan apa-bila PKL digusur justru akan menimbulkan dampak sosial. “ Kalau bisa pedagang-ped-agang itu dibuatkan semacam pusat jajanan serba ada (Pujisera) yang ada di lantai satu Pinisi,” harapnya. (*)

Tellu Cappa “Kagetkan” BLHD

Pencakar Langit Bakal Gusur PKL

UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LEMBAGA HIDUP

Pasal 76(1) Menteri, gubernur, atau bupati/walikota mener-

apkan sanksi administratif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pen-gawasan ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan.

(2) Sanksi administratif terdiri atas:a. teguran tertulis;b. paksaan pemerintah;c. pembekuan izin lingkungan; ataud. pencabutan izin lingkungan.

Pasal 80(1) Paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud da-

lam Pasal 76 ayat (2) huruf b berupa:a. penghentian sementara kegiatan produksi;b. pemindahan sarana produksi;c. penutupan saluran pembuangan air limbah

atau emisi;d. pembongkaran;e. penyitaan terhadap barang atau alat yang ber-

potensi menimbulkan pelanggaran;f. penghentian sementara seluruh kegiatan; ataug. tindakan lain yang bertujuan untuk menghen-

tikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.

(2) Pengenaan paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului teguran apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan:a. ancaman yang sangat serius bagi manusia

dan lingkungan hidup;b. dampak yang lebih besar dan lebih luas jika

tidak segera dihentikan pencemaran dan/atau perusakannya; dan/atau

c. kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan pencema-ran dan/atau perusakannya.

Pasal 81Setiap penanggung jawab usaha dan/atau keg-

iatan yang tidak melaksanakan paksaan pemerintah dapat dikenai denda atas setiap keterlambatan pelak-sanaan sanksi paksaan pemerintah.

GRAFIS: IMAM - PROFESI

PELAKSANA proyek pembangunan ge-dung pencakar langit di Universitas Neg-eri Makassar (UNM) terancam pidana. Pasalnya, dua gedung monumental yang mulai beranjak tinggi tidak mengantongi izin analisis menganai dampak lingkungan (AMDAL).

“Dua bangunan pencakar langit UNM (Menara Phinisi dan Menara Tellu Cappa -red) belum memiliki AMDAL, seharusnya itu ada sebelum pembangunan dimulai,” tegas Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Pentaatan Lingkungan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Makassar, Surono, pekan lalu.

Petinggi UNM hanya pernah melaku-kan rapat komisi membahas kerangka ac-uan AMDAL dengan BLHD (2/10) tahun 2009. Saat itu, kerangka acuan AMDAL yang diajukan UNM dinilai keliru. BLHD pun memberikan waktu untuk memperbai-ki selama 30 hari. Namun, pihak kampus ‘Orange’ mengabaikan petunjuk instansi yang berwenang menerbitkan izin AMDAL itu. “Pihak UNM diberikan waktu 30 hari, tetapi tak pernah datang lagi, meski dua ta-hun telah berlalu,” ungkapnya.

Dia pun mengaku heran, gedung pen-cakar langit UNM telah berdiri kokoh tanpa mengantongi AMDAL. Padahal, surat yang dikeluarkan BLHD menjadi barang wajib sebelum semen dan batu-bata disulap men-jadi bangunan. Jika tidak dituntaskan dalam waktu tiga tahun, maka bangunan kebang-gaan kampus eks IKIP dianggap kedalu-arsa.

Menurut Surono, istilah kedaluarsa me-nandakan sebuah bangunan berpotensi men-camarkan lingkungan. Saat itu juga, Badan Pengawas Pencemaran Lingkungan akan melakukan evaluasi. “Jika sudah diang-gap kedaluarsa, maka aparat kepolisian juga sudah bisa melakukan penyelidikan

terkait dugaan pelanggaran perizinan,” pungkasnya.

Senada aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel, Kurniawan Sabar me-negasakan, pembangunan menara Phinisi sejak awal telah bermasalah. Dia mencon-tohkan, copy-paste berkas tambang batu bara yang dilakukan sebagai salah satu syarat administratif untuk memperoleh AMDAL.

Menara Phinisi juga dipastikan tidak memi-liki izin mendirikan bangunan (IMB). “Jika AMDAL-nya tidak ada maka IMB-nya juga pasti tidak ada. Bagaimana bisa menbangun, padahal IMB baru ada ketika izin AMDAL juga ada,” terang mantan Presiden BEM UNM periode 2007/2008 itu.

Di tempat terpisah, Rektor UNM, Ar-simunandar membantah tudingan BLHD

Kota Makassar yang menganggap menara Phinsi dan menara Tellu Cappa tidak men-gantongi izin AMDAL. Guru besar Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) ini mengaku, pelak-sana pembangunan gedung di UNM ini sudah melalui tahapan administratif. “Jadi semestinya AMDAL pasti ada, karena itu prosedur dalam pembangunan gedung,” kilahnya. (*)

Gedung Pencakar Langit Tanpa AMDAL

Pelaksana ProyekTerancam Pidana

Page 11: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

11 Laporan Perjalanan

CUACA dingin. Gerimis menyambut ketika peserta Pelatihan Jurnalistik Mahsiswa Ting-kat Lanjut (PJMTL) Salam Ulos memasuki daerah itu. Jalannya berkelok. Bau kotoran sapi menyengat. Rumah-rumah penduduk di sekitar tampak tak beraturan. Warga yang tampak hanya tiga orang. Sembari meng-abadikan pemandangan di sekitar, sebagian peserta tampak sibuk dengan pikirannya mencari angle yang bagus. Kamis, 29 Sep-tember. Jam menunjukkan kurang lebih pu-kul 14.00 WIB. Ini merupakan rangkaian acara yang ke-sembilan. Peserta ditantang untuk turun langsung ke lapangan.

Sebelum peserta berpencar, panitia memberikan beberapa petuah sebagai pe-gangan selama berada di daerah tersebut. Se-lang beberapa menit, peserta yang lain sudah berpencar. Saya tinggal mematung di depan sebuah perumahan yang berlabel Tourist In-formation. Sekira sepuluh menit berdiam di situ, belum ada orang yang tampak. Akhirnya saya putuskan untuk menjajaki daerah itu se-mampu saya. Saya terus melangkah sampai akhirnya saya tertarik pada sebuah bangunan yang tampak reyot. Terlihat begitu angkuh. Tak ada rekanan sepadan di sampingnya. At-apnya terbuat dari ijuk, dindingnya tersusun dari papan tanpa paku. Orang memberinya nama Gerga. Gerga adalah rumah adat di desa Lingga.

Terdapat ukiran dengan ornamen cicak yang berjejer di dindingnya. Sebagian at-apnya berjatuhan. Jika diperkirakan, hanya menghitung bulan bangunan itu tak beratap lagi. Namun, tiang-tiangnya yang terbuat dari kayu berkualitas menyiratkan bangunan

itu sebenarnya begitu kokoh andai dirawat. Sejenak mengintip dari luar, bangun-

annya berukuran tak lebih dari 9x12 meter. Pintunya dua dilengkapi dengan delapan jendela. Bangunan itu ditopang dengan dua puluh batang tiang. Orang-orang mena-mainya rumah adat Karo tapi lebih sering menyebutnya gerga. Namun sejak tahun 90-an, masyarakat Karo tak peduli lagi un-tuk menghuninya. Karena selain penhun-inya malas bergotong royong, pemerintah juga tampaknya ogah memperbaiki yang rumah yang disebut-sebut icon desa terse-but. Hingga saat itu, yang ada hanyalah dua ekor sapi yang sedang menikmati istirahat di kolom bawah.

Seorang ibu sedang mengambil kayu bakar di samping rumah adat tersebut. Ia mengenakan jaket merah. Matanya agak kecoklatan. Rambutnya pendek. Bibirnya merah. Ia baru saja usai memakan daun sirih. Namanya Mamak Kasianna.

Mamak Kasianna adalah warga desa Lingga. Kasianna berumur 61 tahun. Ia su-dah ditinggal suaminya sejak sebelas tahun silam dengan anak sebelas orang. Saat ini, anaknya tinggal dua yang hidup bersamanya. Yang lainnya sudah tersebar di luar kota. Ada yang tinggal di Jakarta dan Medan. Kesem-bilan anaknya tersebut masing-masing sudah memiliki keluarga.

Dulu ia tinggal di rumah adat tersebut bersama ibunya. Yang ketika itu ada delapan kepala keluarga yang menghuninya. Ibunya pun mengakhiri hayatnya di rumah tersebut ketika usianya mencapai 102 tahun. Ia men-inggal sekira 30 tahun lalu. Sejak mendiang

ibunya, rumah tersebut mulai tak terawat lagi. Sampai akhirnya atapnya jatuh satu persatu. Penghuninya pun pelan-pelan meninggalkan rumah tersebut. Hingga yang tinggal hanya keluarga Mamak Kasianna.

Karena semakin reyot dan tak mam-pu memperbaikinya lagi. Ia pun akhirnya memilih membangun rumah alternative di samping rumah adat tersebut. Namun, di benaknya masih berharap akan ada secuil kepedulian pemerintah untuk membangun kembali rumah itu. “Bagaimana bisa tinggal di situ, sudah mau roboh begitu,” keluhnya sambil menunjuk-nunjuk atap rumah adat tersebut. Mamak Kasianna belum bisa rela meninggalkan rumah tersebut. Ia telah mele-wati hidupnya berpuluh-puluh tahun di sana. “Banyak suka duka yang tak bisa aku lupa-kan di situ,” ujarnya

Setelah menyelami tutur dari Mamak Ka-sianna, saya terdorong untuk mengetahui lebih jauh tentang rumah adat di desa tersebut. Dengan bantuan Nd. Palem, saya akhirnya bertemu dengan Tersek Ginting. Pemandu Wisata desa Lingga.

Tersek juga menutur-kan, sekitar tahun 1975, gerga berjumlah dua pu-luh delapan. Hal itu mem-buat desa Lingga menjadi desa yang menarik untuk di kunjungi. Setiap akhir pekan, desa Lingga dira-

maikan dengan pengunjung. Turis-turis mencanegara pun tidak pernah absen da-lam seminggu. “Dulu kalau hari-hari libur, selalu ramai,” tukas pria yang menjadi pe-mandu wisata Lingga kurang lebih sepuluh tahun tersebut.

Sayangnya, pemerintah sepertinya kurang peduli dengan peluang ini. Tersek pernah menyarankan kepada pemerintah setempat agar wisata tersebut dibenahi. Na-mun, tak mendapat gubris. Akhirnya sampai saat ini Gerga yang ada tinggal dua. Itupun kurang mendapat perhatian. Sehingga turis-turis pun berkurang dan dikhawatirkan wisata Lingga nanti hanya menjadi kenangan. “Ka-lau pemerintah tetap tak member perhatian, saya pun khawatir desa ini sebentar lagi tidak menjadi apa-apa,” sesal Tersek. (*)

Laporan perjalanan PJMTL Medan 2011

Don’t Tell It, But Show!

Wisata Lingga Terabaikan

Oleh: Isnaeni Dahlan

MAYAT Ruslan sudah tertelungkup di ko-lam ikan nila di belakang sebuah rumah desa Tanjung, sekitar seperempat jam. Be-berapa serdadu bilang kejadiannya baru saja. Tapi mayat pria yang seluruh rambut-nya memutih itu sudah kaku. Rahangnya sulit dirapatkan. Tubuhnya bengkak. Saya kira kejadiannya sudah lebih dari sejam.

Satu regu serdadu sudah ada di sana bergerombol di simpang jalan desa sejak kejadian. Mereka enggan mengurusi jenaz-ah itu. Mereka cerita kalau Ruslan sudah dua kali hendak melarikan diri. Saat men-coba peruntungannya kali ketiga, di hari yang sama, dia berhasil ditembak mati. Se-orang serdadu membalikkan mayat itu. Ada sebutir peluru bersarang di perutnya. Menu-rut seorang prajurit, Ruslan memang “target operasi.” Saat ditangkap di rumahnya dan hendak digiring ke pos tentara terdekat, Ruslan melarikan diri meski ada tembakan peringatan.

Yang mengherankan, tak ada bekas ika-tan di pergelangan tangan Ruslan. Kenapa tak ada inisiatif mengikatnya setelah perco-baan melarikan diri kali pertama? Berapa jauh sih larinya kakek yang berumur 51 ta-hun di area persawahan sehingga serdadu-serdadu muda itu tak dapat mengejarnya. Di taksir, dari tempat Ruslan melarikan diri hingga tertembak, dia hanya sanggup ber-lari sekitar 30 meter. Okelah kalau harus ditembak, tapi kenapa bukan dilumpuhkan saja? Tembak di paha saja. Tidak adakah

serdadu yang bisa menembak tepat sasaran dalam jarak 30 meter?

Demikian inti cerita Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan. Sebuah tulisan sastra dalam bentuk narasi itu sebanyak 61 halaman den-gan ukuran 13,5 x w20 centimeter. Tulisan tersebut dibahas untuk lebih mendalami cara menyajikan berita dalam bentuk narasi. Sesi kali itu dibimbing oleh Fahri Salam setelah materi sebelumnya dibimbing Budi Seti-yono. Keduanya merupakan penulis lepas serta instruktur pada yayasan pantau.

“Ada yang tahu apa perbedaan straight news dengan feature news?” tanya Fahri Salam sebelum memulai materi feature. Sontak sebagian besar peserta angkat tangan hendak menjawab. Fahri kemudian meny-impulkan, dalam membuat feature yang pal-ing penting adalah fokus. Jangan memotong alur cerita, hindari penulisan berbau mistik, jangan lebay, gunakan logika waktu dan yang paling penting adalah maksimalkan panca indera”. Terang Pria asal Indamayu tersebut. Materi tersebut marupakan materi ketiga. Selama empat hari kami digodok ba-gaimana menulis profil, narasi, dan meriset. Intinya, don’t tell it but show it!”. Ulang Fahri hampir di setiap materinya.

Berkat godokannya tersebut, panitia sukses memediasi peserta yang ingin menda-lami cara menulis feature. Kegiatan ini ber-tema seminggu dalam jurnalisme profesional (Salam Ulos). Dihelat di Berastagi, Medan. Mulai 27 September hingga 1 Oktober.

Sebelumnya Peserta ada 20 orang yang lulus seleksi untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pers Suara Universitas Suara Usu (USU) ini. Namun satu orang batal hadir. Sehingga peserta hanya 19 orang. Masing-masing adalah Isnaeni Dahlan (LPPM Pro-fesi UNM), Abdul Rahman (Identitas UN-HAS), Arif Suhandha (UIN Maliki Malang), Robertus Roy Setiawan, Muhammad Adib (LPM Balairung UGM), Sammy Khalifah (LPM Detak USK), Riki Ariyanto (LPM UIN Suska Riau), Nurul Fitria (LPM Ba-

hana Universitas Riau), Mukhlasyn (LPM Inovasi UIN Malang), Muhammad Hamzah (LPM Sumber Post IAIN AR), Muhammad Fanshoby (LPM Institut LPM Jakarta), Mu-hammad Rahim (LPM Idealita STAIN Ba-tusangkar), Lina Praticia W. (LPM Kanaka Udayana Bali), Gilang Herlindo (LPM Ga-gasan UIN Riau), Dewi Ananda (LPM Ori-entasi Mercu Buana), Artinah (LPM Idealita STAIN Batusangkar), Dwi Novi N. (LPM Dinamika STAIN SU), Evi Winda S. (LPM Aklamasi UI Riau) dan Husnul Khatimah (LPM Sumber Post IAIN Raniry,Aceh).(*)

BERSAMA PANITIA. Seluruh peserta berfoto bersama panitia usai penutupan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Lanjut di Berastagi, Medan. (1/10)

FOTO: DOK. PRIBADI

TANTANGAN. Peserta PJMTL berpose bersama Pemateri (Budi Setiyono dan Fahri Salam) di depan salah satu Gerga, sebelum melaksanakan latihan pelipu-tan di wisata Lingga.

FOTO: DOK. PRIBADI

Page 12: Edisi_150

12 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Advertorial

Dalam waktu tidak lama lagi, kota Makassar akan menyandang predikat sebagai kota pertama di Indonesia

yang memiliki angkutan Massal Monorel di Indonesia. Setelah beberapa waktu lalu ibukota Jakarta gagal mewujudkan pemban-gunan monorel, Pemerintah Kota Makassar malah memperlihatkan kemajuan dengan menggandeng Kalla Group untuk menghad-irkan moda transportasi modern ini.

Saat berlangsung Ekspose rencana pembangunan monorel Makassar di kantor Walikota Makassar beberapa waktu lalu, Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajud-din berkeyakinan bahwa pada tahun 2014 mendatang, Monorel akan beroperasi di Makassar. “Insya Allah, semoga semua tahapan berjalan lancar, “ ujar Ilham dengan optimis.

Pembangunan monorel di Kota Makas-sar di awali dengan penanda tanganan Nota Kesepahaman antara Pemkot Makassar den-gan Kallla Group yang merupakan investor yang akan membangun monorel di Makas-sar. Menurut Ilham monorel adalah solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan di kota besar seperti Makassar. “ Selain murah, monorel juga sangat efisien, beberapa nega-ra maju di jepang serta di Eropa juga meng-gunakannya “ ujar Ketua Nasdem Sulsel ini . Ilham menjelaskan bahwa monorel hanya membutuhkan median jalan satu meter saja. “ Bandingkan dengan kereta api yang membutuhkan lahan minimal lima meter, serta subway yang harus menggali di bawah tanah “ katanya.

Mungkin masih banyak di antara kita yang bertanya tentang seperti apa monorel itu. Monorel adalah sebuah metro atau rel dengan jalur yang terdiri dari rel tunggal, berlainan dengan rel tradisional yang memi-liki dua rel paralel Biasanya rel terbuat dari beton dan roda keretanya terbuat dari karet, sehingga tidak sebising kereta kon-vensional. Sejumlah negara maju seperti jepang dan Negara – Negara di Eropa lebih dulu telah membangun Monorel untuk meretas persoalan kemacetan di neraganya masing – masing. Monorel Membutuh-

kan ruang yang kecil baik ruang vertikal maupun horizontal. Lebar yang diperlukan adalah selebar kereta dan karena dibuat di atas jalan, hanya membutuhkan ruang untuk tiang penyangga. Sejumlah kelebihan Monorel yakni Bisa menanjak, menurun, dan berbelok lebih cepat dibanding kereta biasa. Selain itu lebih aman karena dengan kereta yang memegang rel, risiko terguling jauh lebih kecil. Resiko menabrak pejalan kaki pun sangat minim.

Dalam Ekspose yang di ikuti oleh sejumlah pejabat tekhnis pemkot Makassar serta Perwakilan Kalla Group, di papar-kan tentang beberapa perbedaan monorel dengan moda transportasi massal lainnya. “ Monorel tidak mengeluarkan suara bising, ramah lingkungan, serta mempunyai jarak terminal pemberhentian yang relatif pendek “ ujar Solihin Kalla, Direktur pengemban-gan Kalla Group.

Solihin yang juga merupakan putra bungsu Mantan wakil presiden Yusuf Kalla ini menjelaskan, bahwa pihaknya tertarik untuk melakukan investasi di kota Makas-sar mengingat kota ini merupakan salah satu kota terbesar, tersibuk sekaligus termacet di Indonesia. Yang menarik dalam penjelasan Solihin, bahwa hampir seratus persen pem-bangunan konstruksi monorel di Makassar akan menggunakan potensi lokal di Indo-nesia, baik itu armada, konstruksi beton maupun tekhnisi semuanya dikerjakan oleh tenaga – tenaga terbaik dari Indonesia.

Sementara itu, terkait dengan ke-beradaan angkutan kota yang sudah ada, seperti pete – pete, becak serta bentor, Ilham berjanji tetap akan dipertahankan. “ Angkutan kota yang sudah ada tetap akan di berdayakan, bahwa akan dijadikan sebagai feeder untuk menunjang monorer “ kata Ilham.

Sejumlah hal masih akan dibicarakan dan disepakati secara bersama seperti pe-nentuan kerjasama konsesi, penentuan rute serta penentuan tarif. “ Kedepan hal yang sangat di butuhkan adalah pembentukan Badan Transportasi Massal yang akan men-jalankan berbagai jenis regulasi transportasi

di Makassar “ ujar Dani Pamanto, staf ahli perencana kota Makassar.

Terkait soal tarif, Dani menjelaskan bah-wa kemampuan rata – rata warga Makas-sar untuk kebutuhan terportasi berkisar tujuh ribu hingga sepuluh ribu rupiah setiap harinya. “ Ini juga sangat perlu diperhatikan saat MOU nanti, apakah pemerintah perlu mengeluarkan subsidi untuk tarif atau solusi lainnya agar masyarakat tidak begitu terbe-bani “ lanjut Dani.

Sepertinya, jika melihat perkembangan diatas, kita akan semakin yakin bahwa kota Makassar betul – betul tengah dalam “ on the righ track” untuk kembali sebagai kota dunia seperti abad 16 yang lalu. Sebagai warga kota Makassar, kita patut berbangga dan memberi dukungan atas semua proses ini. Semuga Tuhan memberi berkah atas semua yang kita lakukan. Amien. (*)

Makassar Akan Miliki Monorel Pertama di Indonesia

Ilham Arief SirajuddinWalikota Makassar

Ilustrasi Monorel: Ilham Arief Sirajuddin melakukan lompatan panjang untuk menjadikan Makassar sebagai kota dunia.

Page 13: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

13

“It was really fun and exciting! Banyak pelajaran

jurnalistik yang saya dapatkan. Panitianya juga baik dan ramah. I was enjoying that event.”

SALAH satu agenda penting dalam Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar 2011 ini adalah praktek investigasi langsung yang dilakukan oleh para peserta. Praktek investigasi ini diharapkan dapat melatih kemampuan para peserta diklat ketika turun ke lapangan untuk melakukan peli-putan, sebagaimana jurnalis sungguhnya. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, para calon jurnalis kampus mencoba untuk mewawancarai narasumber yang mereka temui dengan profesi yang berbeda-beda. Mulai dari tukang parkir, tukang becak sampai para wanita penghibur pun coba mereka wawancarai untuk sekadar menda-patkan informasi yang mereka butuhkan.

Banyak hal yang mereka dapatkan, mulai dari menghadapi narasumber yang tak mau diwawancarai, bahkan dijahili oleh narasumbernya. Namun itu semua tak membuat nyali mereka ciut, semangat mer-eka sebagai calon jurnalis kampus yang pantang menyerah membuat mereka tetap berusaha keras.

Semangat mereka tak hanya diuji

sampai di situ, masih ada hal yang jauh lebih penting yang harus mereka kerja-kan. Semua hasil dari diklat mereka harus mereka implementasikan ke dalam sebuah buletin. Dalm waktu kurang dari 4 jam,

para peserta diwajibkan untuk membuat sebuah buletin bersama teman kelom-pok mereka. Kesabaran mereka kembali diuji ketika harus membuat buletin hanya dengan menggunakan sebuah lilin kecil. Di tengah cahaya remang-remang itulah mereka harus berjuang keras, meneteskan

keringat mereka untuk membuat suatu karya dari apa yang telah mereka pelajari. Bukan suatu perkara mudah, ditengah keg-elapan dan rasa lelah yang tak bisa ditahan lagi membuat sebagian peserta tak mampu bertahan, pada akhirnya mereka tertidur.

Deadline yang diberikan oleh panitia pun berusaha ditepati oleh para peserta, hingga akhirnya semua dapat menyelesai-kan buletin mereka tepat waktu. Semangat-lah yang membantu mereka meyelesaikan tugasnya. Perjuangan belum selesai, mereka harus mempertanggungjawabkan apa yang telah mereka buat. Tanjung bayang menjadi tempat eksekusi bagi mereka. Disinilah kesabaran mereka mencapai klimaks, mer-eka harus mempertahankan buletin mereka dari kritikan para eksekutor. Banyak yang mampu bertahan, namun ada juga yang hanya bisa terdiam. Pada akhirnya semua karya mereka di bredel. Namun dibalik itu , ada hal penting yang telah meraka pelajari, keberanian dan semangat seorang jurna-lis adalah hal yang sangat penting karena jurnalis harus tahu dan berani. (*)

Suplemen

Benih Baru Jurnalis KampusLaporan DJMTD 2011

PADA umumnya menulis merupakan hal yang biasa dilakukan oleh setiap orang. Namun tidak semua orang mampu menulis layaknya seorang jurnalis. Seorang jurnalis dituntut untuk selalu bersikap militan dalam mengemban tugas kejurnalistikan-nya, di samping harus menuangkan hasil peliputannya dalam sebuah tulisan.

Permasalahannya kemudian, kurang-nya keberanian seorang jurnalis dalam menulis membuatnya tak mampu meng-hasilkan tulisan-tulisan yang mampu memberikan semangat kepada pemba-canya. Ditambah lagi dengan pengetahuan yang minim akan isu yang ditulisnya semakin mempertegas sikap militansi yang kurang dari seorang jurnalis.

Maka dari itu, LPPM Profesi kembali menggelar Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD) 2011. Diklat ini merupakah langkah awal LPPM Profesi UNM untuk memperkenalkan dunia jur-nalistik kepada mahasiswa, khususnya pers kampus. Agenda tahunan ini juga untuk menjaring calon-calon jurnalis kampus yang siap melanjutkan estafet di LPPM Profesi. Diklat yang dilaksanakan pada tanggal 29 september - 2 oktober yang lalu

ini diikuti oleh 71 maha-siswa dari Sembilan fakultas yang ada di UNM, dan juga beberapa peserta dari luar UNM di-antaranya dari Unhas, Un-ismuh, UMI, Stikes Panakukang, dan satu universitas dari luar sulsel yaitu mah-siswa dari Universitas Negeri Semarang.

Selama empat hari, peserta menerima berbagai materi kewartawanan dari praktisi media, juga tentang investigasi berita, dan juga kunjungan ke beberapa media lokal di Makassar. Rahmat Fadhli selaku Pimpi-nan Umum LPPM Profesi mengatakan, kegiatan ini menjadi bukti bahwa banyak

mahasiswa yang nantinya akan menjadi orang-orang yang siap mencari fakta dalam setiap kejadian. Selain itu, kader-kader tersebut juga akan berhubungan langsung dengan orang-orang dari berbagai kondisi sosial, masyarakat UNM khususnya. “Kami berharap kegiatan ini dapat memberi manfaat dan mencipta-kan jurnalis-jurnalis kampus yang handal,” katanya. (*)

MENURUT Rektor UNM Arismunandar, ada hal langka dalam acara yang digelar oleh LPPM Profesi UNM. Ia mengung-kapkan, tidak biasanya sebuah acara di UNM yang digelar oleh mahasiswa mampu menghadirkan seluruh pejabat teras UNM. “Ini merupakan hal yang tidak biasa, karena Rektor dan seluruh Pembantu Rektor dapat hadir dalam acara pembukaan DJMTD Pro-fesi,” tuturnya.

Selain dihadiri oleh pimpinan universi-tas, acara pembukaan DJMTD yang digelar Profesi tersebut juga dihadiri oleh beberapa pejabat penting di UNM dan fungsionaris LembagaKemahasiswaan se-UNM. (*)

UNTUK lebih mengenal proses kejurnalis-tikan, peserta diajak untuk merasakan lang-sung suasana peliputan di lapangan dengan praktek investigasi. Dibagi dalam beberapa

BANYAK hal lucu yang terjadi selama pelaksanaan DJMTD, salah satunya yaitu ketika para peserta ditugaskan melakukan peliputan yang telah disetting sebelum oleh steering Committe. Beberapa dian-tara Steering Committe ada yang menjadi sosok Rektor beserta jajarannya.

Nah, ketika para peserta hendak melakukan wawancara, mereka terus mendekati narasumber yang mereka ingin wawancarai. Salah seorang peserta yang ingin mewawancarai PR 1 harus rela “gig-it jari”. Pasalnya jawaban yang dilontar-kan sangat irit. tak ayal beberapa peserta harus puas dengan jawaban yang seadan-

Mengintip Pekerjaan Sang “Kuli Tinta”

PR I Pelit Bicara, PR II “Kabur”

Peserta Nyasar

Dihadiri Seluruh Pejabat UNM

ya. Tak sampai disitu, saat wawancara tengah berlangsung, PR 1 “bayangan” tersebut memutuskan pergi ketika wawancara belum selesai. Lain halnya dengan Pembantu Rektor 2, sang PR 2 yang telah ditunggu oleh banyak peserta yang ingin wawancara malah seharian tak menampakkan batang hidungnya, tak ayal ini membuat peserta sedikit gusar. Mereka mencoba menghubungi via telepon tetapi tak ditanggapi. Alhasil wawancara mereka pun gagal total. (*)

kelompok dan tempat tugas, peserta ke-mudian mulai meliput layaknya seorang jurnalis sesungguhnya. Akan tetapi, tanpa diduga, dua orang peserta peliputan dinya-takan hilang sebelum sampai di lapangan.

Panitia dan peserta lain sempat dibuat panik sesaat sebelum memulai tugas peliputan. Akan tetapi, setelah ditelusuri, kedua peserta tersebut ternyata kesasar. Menurut pengakuan Saiful, salah satu peserta yang kesasar, mereka terpisah den-gan teman kelompoknya usai melakukan kunjungan media di gedung Graha Pena. “Kami sempat kebingungan, dan naik bus yang salah. Akhirnya kami diturunkan panitia di sekitar jl. Penghibur, padahal kami seharusnya bertugas di sekitar jalan Nusantara,” sesal mahasiswa dari Fakultas Ekonomi ini. (*)

SERBA-SERBI

KATA MEREKA

FOTO: IYAN - PROFESIGELAP. Peserta DJMTD mengerjakan buletin dengan suasana yang hanya diterangi oleh cahaya lilin.

FOTO: IYAN - PROFESI

LAPORAN DJMTD:Fahrizal Syam, Imam Rahmanto

Nur Inayah - Peserta DJMTDMahasiswi jurusan Psikologi

UNM

Surya - Peserta DJMTDMahasiswa jurusan Psikologi Universitas Negeri Semarang

Hasbullah - Peserta DJMTDMahasiswa jurusan Teknik

Elektro Unismuh

Asriyanti - Peserta DJMTDMahasiswi STIKES

Panakukang

Fitriani R - Peserta DJMTDMahasiswa jurusan Bahasa Inggris UNM

Ramlawati - Peserta DJMTDMahasiswi jurusan Adminis-trasi Negara Unhas

“Bagus. Bangkikan minat dan potensi mahasiswa di

bidang jurnalistik”

“Keren abis! Baru aku temukan hal yang luar

biasa. Sedikit kata saja yang mampu mewakili pengalaman yang sangat luar biasa ini. Super

sekali!”

“Program ini sangat ber-nilai positif bagi saya prib-adi karena pada dasarnya saya adalah orang

awam yang selalu ingin belajar jurnalistik.”

“Moment yang tidak akan pernah saya lupakan. Dunia perawat yang saya geluti sangat berbanding terbalik dengan dunia jurnalistik. Tapi satu kesa-maan, yaitu tugas mulia.”

“Acaranya bagus, terus seru, asyik. Materinya bagus un-

tuk pemula yang mau serius di bidang jurnalistik. Apalagi ada eksplorasi dalam bentuk tugas.”

Page 14: Edisi_150

14 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

BUKAN rahasia lagi jika sebagian besar masyarakat dunia selama ini selalu membesar-besarkan Amerika. Namun, tidak sedikit juga di antara mereka yang mengecam negeri paman sam itu karena perlakuannya terhadap umat Muslim. Pasalnya keberadaan umat muslim di negeri adikuasa itu justru hanya dianggap sebagai tamu bahkan orang asing.

Namun, pasca tragedi 11 September 2001 (runtuhnya gedung WTC), umat Muslim di Amerika justru meningkat pesat. Apa yang telah dilakukan umat Muslim di sana dalam memperbaiki citra Is-lam? Berikut jawaban Muhammad Syamsi Ali Phd, asal Indonesia yang menjadi Chairman Moeslim Fondation of Amerika dengan war-tawan Profesi Isnaeni Dahlan usai menjadi pembicara dalam seminar internasional beberapa waktu lalu.

Bagaimana pandangan Anda tentang Amerika?

Amerika dikenal sebagai Nega-ra adidaya. Namun sebenarnya kitalah yang terlalu membesar-besarkannya. Sebenar nya Amerika sendiri baru bang-kit menjadi Negara Adidaya. Amerika juga masih mencari jati diri. Memang, secara militer sudah mencapai adidaya. Hal itu, juga bisa dicapai Indonesia apabila memiliki ketegasan dalam pemerintahan.

Menurut anda, bagaimana paradigma masyarakat Amerika ter-hadap Islam?

Menge-nai pandangan Amerika tentang Islam, terdapat dua sudut pandang yang

berbeda. Ada di antara mereka berhati-hati, curiga, bahkan mereka cenderung sinis ke-tika melihat umat Islam. Hal itu disebabkan karena mereka mengganggap umat muslim banyak yang menjadi radikal. Namun tak sedikit juga di antara mereka yang justru menerima dengan penuh keramahan. Bah-kan keramahan mereka bisa saja lebih baik dari yang kita duga.

Paradigma anda sendiri terhadap umat Muslim di Indonesia?

Saya kira masih dalam proses pem-bangunan dan masih dalam tahap pembe-nahan diri. Umat Muslim Indonesia saat ini harus menyadari bahwa kita sudah hidup dalam dunia global dimana kalau kita sudah masuk dalam dunia itu berarti apapun yang kita lakukan akan mudah ditangkap oleh masyarakat lain. Oleh karena itu, baik atau buruk yang dilakukan umat Muslim sangat memberikan dampak kepada komunitas umat muslim yang lain. Jadi penting sekali umat

Muslim saat ini membenahi diri. Dan bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Negara lain.

Apa yang perlu dibenahi?Untuk menjawab itu. Saya

punya cerita begini. Ada seorang lelaki yang telah saya islamkan di Amerika. Dia menangis. Saya menanyakan, kenapa ia men-gangis. Katanya ia menangis

lantaran bahagia bercampur sedih. Bahagianya,

karena ia sudah masuk Islam.

Sedihnya, karena ia

mestinya sudah meme-luk

agama Islam sejak empat tahun silam kala itu. Namun, hanya karena ia pernah sekali terlambat tutup tokonya lalu ia dipukuli oleh umat Islam. Sehingga ia menunda rencananya masuk Islam. Bahkan, ia juga menganggap bahwa Islam itu kasar.

Jadi apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki citra Islam?

Tantangan terbesar ada pada orang muslim. Apakah kita mampu menjadi magnet bagi nonmuslim. Jadi kalau kami sendiri saat ini di Amerika sedang men-dorong agar umat Muslim menjadi bagian integral di Amerika. Artinya bahwa kita berusaha agar umat Muslim tidak lagi dianggap sebagai warga asing.

Caranya?Yang paling penting adalah menun-

jukkan apapun yang kita lakukan tidak mengecewakan orang-orang di Amerika. Jadi konkretnya jangan menjadi ancaman bagi masyarakat lain. Saat ini kami juga umat Muslim di Amerika sedang mem-bangun jaringan untuk menduduki semua sektor di Amerika. Jadi kita membangun kepercayaan mereka terhadap kita bahwa kita bisa terdepan.

Langkah yang bisa ditempuh untuk mewujudkan hal itu?

Kenapa orang-orang besar di Amerika didominasi oleh orang-orang yang berasal dari timur tengah. Karena hampir semua buku-bukunya itu berasal dari sana. Seka-rang belum ada chiliders dari Indonesia yang bisa mencapai hal itu. Sekarang kita berusaha agar ada tokoh dari Indonesia yang berada pada level internasional. Kita akan membangun kepercayaan dunia bahwa kita orang-orang Indonesia pada umumnya dan Muslim pada khususnya bisa jadi pemimpin.

Tanggapan anda, terhadap hadirnya organisasi-organisasi Islam di kalan-gan mahasiswa?

Sampai saat ini mahasiswa masih sering mengedepankan emosional. Bu-kan hanya di kalangan ormas (organisasi mahasiswa), hampir semua mahasiswa masih sering bertindak tanpa mempertim-bangkannya matang-matang. Di Indonesia sendiri, mahasiswa masih dalam kategori yang labil. Mereka masih didominasi oleh perasaan yang selalu benar. Intinya, kurang penghargaan juga terhadap umat lain.

Apa saran anda buat mereka?Selalulah membuka wawasan. Dan

biasanya pengalaman itu adalah guru yang terbaik. Alangkah lebih bagusnya kalau mereka membuat program-program yang terarah. Menjadikan organisasi sebagai wa-dah untuk melahirkan pemimpin-pemimpin yang berskala internasional.

Anggapan anda terhadap bantuan-bantuan Amerika kepada Indonesia?

Tergantung bagaimana kita mem-persepsikan. Tapi kita tidak perlu negative thinking. Pada bantuan tersebut, saya kira kita perlu terima dengan reservasi bahwa kita punya. Kami juga di Amerika menjalin kerjasama dengan Yahudi. Kami punya pondasi. Intinya, terima saja dan kita tidak perlu menjadi budak. (*)

Islam Bukan Agama Radikal

BIODATANama : Muhammad Syamsi Ali, MALahir : Bulukumba, 5 Oktober 1967

Jabatan : Imam Masjid Islamic Center of New York

Penghargaan:- Peraih Gelar BA dalam tafsir dari International

Islamic University (1992)- Menjadi A Prayer of Amerika (2004)- Tokoh Agama paling berpengaruh di New York

(2006)- Penerima Inferfaith ICLI (2008)- Chairman Moeslim Foundation of Amerika (2008)- Peraih Ellis Island Medal of Honor Award(2009)

Wawancara Khusus

FOTO: IYAN - PROFESI

Page 15: Edisi_150

Tabloid Mahasiswa UNM Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

15

KEMELUT anggaran sebesar Rp20 juta dari Pemerintah Kota Makassar untuk kegia-tan Advance Training Nasional BEM UNM beberapa waktu lalu kini mulai terkuak. In-dikasinya, aroma “mark up” anggaran sedang menggerogoti tubuh lembaga eksekutif itu.

Pasca dinyatakan “raib” seminggu sebe-lum kegiatan, panitia pelaksana yang me-naruh curiga kemudian melakukan penulu-suran ke kantor Pemerintah kota Makassar seminggu setelah kegiatan Advanced Train-ing digelar. Ajudan walikota yang ditemui saat itu membantah jika proposal tersebut raib. Pihaknya kemudian mengarahkan ke dinas pendidikan kota.

Ketua Panitia pelaksana Safriadi menga-takan, dirinya bersama rekannya Suparmin yang melakukan kroschek di dinas pendidi-kan kota Makassar saat itu menemukan surat yang telah bertanda tangan atas nama Ketua BEM UNM 2011, Andi Busran Abbas.

Selain itu, kata Safriadi, pihaknya juga menemukan surat keterangan domisili dan surat pernyataan bermaterai yang bertanda tangan atas nama yang sama. Meski bukti-bukti menunjuk pada seseorang, Safriadi belum bisa memastikan pelaku sebenarnya, “Saya tidak mau menuduh siapapun sebe-lum masalah ini benar-benar jelas,” ungkap-nya.

Sementara itu, Busran Abbas saat dikon-firmasi tidak mau berkomentar banyak terkait

temuan ini, ia mengaku tidak peduli terhadap tuduhan-tuduhan yang akan ditujukan kepada dirinya. ”Terserah bagaimana, nanti kita lihat saja,” ujar mahasiswa fakultas pendidikan ini menutup pembicaraan.

Meski demikian, Safriadi mengaku kecewa terhadap sikap Busran yang sulit dikonfirmasi terkait dana tersebut. “Kami sudah beberapa kali mengundang untuk membicarakannya, tapi yang bersangkutan tak ada respon,” terangnya. Ia juga menyayangkan kedatan-gan Busran yang tiba-tiba ke Pemkot dan menghalangi pencairan dana itu.

Hal senada dibenarkan Bendahara SK-PKD Pemkot Makassar, Eda. Ia mengung-kapkan, sebelumnya Busran sempat men-datangi Pemkot dan meminta agar dana tersebut dihanguskan saja.”Kemarin dia datang dan menyarankan kalau itu dana tidak usah dicairkan, lebih baik dihangus-kan,” bebernya Eda saat ditemui di ruang kerjanya.

Akibatnya, pihak pemkot yang men-cium perseteruan antar pengurus BEM yang telah demisioner tersebut terpaksa harus menunda pencairan. Ia menerangkan pihaknya tidak berani mencairkan dana

tersebut sebelum ada perintah langsung dari Walikota mes-ki kelengkapan berkas telah

dipenuhi, “Nanti bulan oktober baru bisa dicairkan”, terang-nya.

Presiden BEM ter-pilih, Ahmad Jamir,

juga mengakui adanya riak yang

menyentuh nama baik BEM UNM saat ini. Meski

sepenuhnya be-lum memiliki wewenang

penuh karena tersandung masalah pelan-tikan, Jamir telah beberapa kali mencoba mengkomunikasikan hal ini bersama pen-gurus BEM sekarang dan BEM periode lalu. Namun menurut pengakuannya, hal tersebut belum bisa diselesaikan secara in-ternal. “Kami sudah mencoba memediasi tapi sepertinya memang sulit,” ujar ek-sponen ‘06 ini yang akrab disapa Ahyar.

Ahyar juga menyarankan agar sisa dana tersebut sebaiknya dikembalikan saja ke Pemkot setelah mengganti kerugian panitia advanced , “Daripada dana ini meninggal-kan masalah, lebih baik dikembalikan saja, kami dari pengurus BEM sekarang juga tidak mengharapkan sepeserpun dari dana itu” jelasnya. (FAJ)

Profesiana

SIAPAPUN jika lulus di jurusan yang dii-dam-idamkan tentu tak terkira bahagianya. Namun, apa jadinya jika jurusan yang sangat kita dambakan itu justru “direbut” oleh orang lain. Kecewa, itu mutlak!

Tragedi ini dapat dijumpai di jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Re-kreasi (Penjaskesrek) FIK UNM. Lantaran kouta di jurusan tersebut terlalu sesak, ratusan mahasiswa baru terpaksa harus “ditendang” ke Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Penjaskesrek. Pasalnya, kouta yang disediakan dijurusan tersebut hanya 166, se-mentara peminatnya sebanyak 300 orang.

Mereka kembali diharuskan mengikuti seleksi ulang untuk bergabung di jurusan favorit itu. Meskipun pada dasarnya mer-eka semua telah dinyatakan lulus lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), ujian tulis lokal (Utul), dan PMJK di Penjaskesrek.

"Seleksi ulang diselenggarakan pada saat kuliah perdana selama dua hari meliputi tes tinggi badan, lari, sprint, dan tes lompat ting-gi," ungkap Arfandi, mahasiswa baru yang tergusur ke jurusan PGSD.

Ia mengatakan keputusan tersebut dinilai kurang menguntungkan dirinya. Mahasiswa asal Polewali Mandar ini mengaku sangat kecewa impiannya untuk kuliah di jurusan Penjaskesrek terpaksa harus pupus. Apalagi, dirinya bersama ratusan teman-temannya yang lain baru menge-tahuinya setelah berstatus sebagai mahasiswa. "Kami mengetahui akan ada pengurangan jumlah mahasiswa nanti pada saat kuliah. Ala-sannya, karena jurusan tersebut dinilai terlalu gemuk, sementara jurusan PGSD Penjaskesrek masih minim mahasiswa," terangnya.

Padahal, lanjut Arfandi dirinya mengi-kuti seleksi di UNM bukan tujuannya untuk menjadi mahasiswa yang akan melahirkan-nya menjadi guru SD. “Kedua orang tua saya

adalah guru SD, seharusnya saya juga tidak mengikuti jejak mereka lagi,”ungkapnya.

Arfandi menambahkan, harusnya kuota mahasiswa Jurusan Penjaskesrek jauh hari telah ditetapkan sebelum penerimaan maha-siswa baru sehingga tidak menimbulkan po-lemik. "Kalau begini kan kita kecewa, ini kan tidak profesional," sesalnya.

Sementara Ai (samaran), mengatakan sebelumnya pihak dosen juga langsung mem-berikan pilihan ke Maba untuk pindah juru-san.Namun,bagi mahasiswa yang tak ingin pindah maka mereka harus melakukan tes yang dosen tawarkan.

Saat dikonfirmasi, Dekan FIK Arifuddin Usman mengatakan, keputusan pengurangan mahasiswa jurusan Penjaskesrek dengan me-mindahkan ke PGSD Penjaskesrek ini karena adanya kesalahan sistem pada saat peneri-maan mahasiswa baru. Arifuddin menegaskan bahwa hal ini telah diketahui oleh pihak uni-

versitas. “Telah ada pembicaraan sebelumnya dengan pihak universitas, dan disetujui pada saat itu”, tegasnya. "Jadi memang PGSD tidak dimasukkan dalam penerimaan mahasiswa karena jurusan ini sudah termasuk konsentrasi jurusan Penjaskesrek," tegasnya.

Di tempat berbeda, Ketua Jurusan Penjas Kesrek, Kasman mengatakan masalah terse-but bukan kebijakan jurusan, akan tetapi kebi-jakan Pembantu Dekan. “Pihak jurusan hanya menerima instruksi langsung dari fakultas un-tuk melakukan penjaringan ini,”ungkapnya.

Namun, dilain pihak, Pembantu Dekan bidang Akademik Baharuddin, mengung-kapkan alasan kebijakan yang dilakukan ini merupakan hak prerogratif oleh jurusan masing-masing, yakni Jurusan Penjaskesrek dan PGSD Olahraga. “Tanya saja langsung ke jurusan masing-masing, ini bukan kebijakan saya”, ungkapnya. Jika sudah begini, siapa yang benar? (ISD/TRI/RUL)

ADA yang terlupa oleh birokrasi Fakul-tas Bahasa dan Sastra (FBS) beberapa waktu lalu saat mengeluarkan Surat Keputusan (SK) pembekuan Lembaga Kemahasiswaan yang ada di Fakultas tersebut. Sesuai dengan keputusan rapat senat di Fakultas Saraswati itu bahwa semua lembaga kemahasiswaan tanpa terkecuali harus dibekukan. Syahdan, keluarlah SK pembekuan lembaga yang sudah sejak lama dinanti-nantikan oleh para birokrasi di fakultas tersebut. Tercatat sebanyak 23 dari 24 LK akh-irnya dibekukan. SK tersebut kemudian ditembuskan ke seluruh jajaran pimpi-nan yang ada di UNM.

Namun, belakangan hari SK yang telah disahkan secara hukum itu justru menjadi polemik dan santer diperbin-cangkan oleh civitas kampus di FBS. Pasalnya, ada satu Lembaga kemaha-siswaan yang luput dari incaran anggota senat fakultas ungu itu. Adalah “Len-tera” nama lembaga kesenian di jurusan Bahasa Inggris yang merupakan lem-baga paling bungsu di fakultas terse-but. Lembaga itu baru didirikan sejak setahun lalu yang merupakan peralihan dari lembaga kesenian Frame Theatre. “Mungkin karena lentera merupakan lembaga yang masih baru, makanya pihak birokrasi tidak tahu-menahu soal itu,” ujar Arif Rahman Ketua Departe-men Penelitian dan Pengkajian Budaya Lentera.

Menariknya, saat dikonfirmasi, Pembantu Dekan III FBS Syukur Saud mengakui jika pihaknya saat itu memang melakukan tindakan kecerobohan. Ia mengatakan persoalan tersebut hanya ke-salahan teknis yang dilakukan pihaknya. Meski demikian, walau tak tercantum dalam SK, menurut dosen bahasa Jer-man ini Lentera “terpaksa” dibekukan meskipun secara yuridis nama lembaga tersebut tidak dicantumkan.

“Meskipun tidak tercatat di SK, LK Lentera tetap kami bekukan, ini hanya kesalahan teknis. Ini karena Lentera belum begitu kami kenal, jadi nama Lentera tetap di-include-kan sebagai L K yang dibekukan di FBS,” tuturnya. (NJA/RMA)

Penjaskesrek “Tendang” Ratusan Maba

Si Bungsu yang Terlupakan

Saling Umpet, Main Umpat

NASIB Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (Maperwa) sampai sekarang kini masih terkatung-katung. Lembaga tertinggi di UNM itu kini harus ikhlas menerima kenyataan yang menimpanya. Pasalnya, pasca terbentuknya struktrur pengurus Juli lalu, mereka belum mendapat kejelasan tentang pelantikannya.

Ketua BEM UNM Ahmad Jamir (13/10), mengaku bingung dengan tindakan birokrasi yang tak kunjung menghampirinya. Menurut-nya, birokrasi ketika ditemui hanya menyuruh agar BEM dan Maperwa bersabar. “Kami sering mengkomunikasikan hal ini ke birokrasi tapi mereka hanya menyuruh kami untuk ber-sabar dan bersabar,” tutur mahasiswa jurusan bahasa Inggris ini.

Senada dengan Ahmad Jamir, Ketua Maperwa Hendrik Setiawan, juga mengaku

kecewa terhadap prilaku birokrasi yang eng-gan mengukuhkan mereka sebagai pengurus baru di BEM dan Maperwa. “Hampir setiap hari kami melakukan komunikasi dengan PR III, tapi jawabannya tetap sama saja,” ucapnya. Hendrik mengatakan, PR III hanya men-gatakan tunggu saja sampai suasana UNM kembali kondusif.

Menanggapi hal itu, Pembantu Rektor III Hamsu A Gani mengatakan, pihaknya memang belum punya niat untuk melantik lembaga Eksekutif dan Legislatif tersebut. “Sampai sekarang kami belum punya niat untuk melantik mereka,” ujarnya. Alasan-nya, menurut Hamsu karena BEM-Maperwa belum bisa membuktikan bahwa pihaknya memang pantas dilantik sebagai pengurus lembaga kemahasiswaan. “Saya melihat me-mang ada kecenderungan dalam setiap aksi

yang dilakukan oleh mereka pada prinsip-nya selalu lawan dan lawan,” ungkap dosen FT ini. Olehnya, Hamsu mengatakan sangat rasional memang ketika BEM-Maperwa hingga kini masih belum dilantik secara yuridis.

Jika kondisi ini terus berlanjut, Ahmad Jamir mengaku siap mencopot jabatannya apabila birokrasi tetap bersikukuh untuk tidak melantiknya. “BEM siap bubar kalau memang itu maunya,” tegasnya. Maperwa juga beren-cana mengikuti jejak yang akan diambil oleh BEM. “Kami juga siap bubar jika memang birokrasi belum juga memberi kejelasan ten-tang ini,” tambah Hendrik. Persoalan ini, kata Hendrik juga telah ditembuskan ke Rektor UNM Arismunandar, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan Direktorat Pendidi-kan Tinggi (Dikti). (ASR)

Tak Dilantik, Siap Angkat Koper

Page 16: Edisi_150

16 Tabloid Mahasiswa UNM

Profesi edisi 150Oktober Tahun XXXV 2011

Urai data, ungkap fakta, saji berita

Persona

SIAPA nyana seorang mahasiswa UNM juga mampu berlaga di ajang kompetisi nasional sekelas Duta Putri Pariwisata Indonesia.

Adalah Yunita Haruna, mahasiswa Jurusan Sastra Inggris Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (FBS UNM) dapat membuktikan kapa-sitasnya sebagai pemenang dalam Duta Putri Pariwisata Sulsel tahun ini.

Dara kelahiran Ujung Pandang, 5 Oktober 1990 ini menyingkirkan pe-saingnya dari sejumlah Duta Putri Pari-wisata kabupaten di Sulsel.

Anak tunggal dari pasangan Haruna dan Yuniar ini juga memang tergolong anak yang sangat mandiri. Terbukti, di sela-sela kesibukan kuliahnya, dia masih meluangkan waktunya menjadi peny-iar radio di salah satu radio swasta di Makassar. Berbicara soal prestasi, ma-hasiswa yang sejak kecil punya hobby modeling ini telah menorehkan ber-jubel penghargaan. Di antaranya, pernah meraih Juara Harapan II Putri Indonesia Sulawesi Selatan 2010, Juara Top Model Remaja Fajar 2011 dan saat ini menyan-dang predikat sebagai Putri Pariwisata Sulawesi Selatan 2011.

Karena ketertarikan dan kecintaan-nya terhadap tempat-tempat wisata, mahasiswa berdarah Soppeng ini memu-tuskan untuk mengikuti ajang bergensi menjadi Putri Pariwisata. Dan Yunita berhasil memenangkan ajang tersebut. “Dalam diri saya ada kecintaan terhadap kepariwisataan, kebudayaan kearifan lokal Sul-Sel, maka saya mencoba ikut ajang Putri Pariwisata, dan Alhamdulil-lah saya berhasil,” ungkap anak dari dosen Fakultas Teknik ini.

Menurut Yunita, potensi pariwisata kota Makassar sudah lengkap, hanya perlu pembenahan dengan sarana dan prasarana dan butuh sedikit sentuhan Sumber Daya Manusia (SDM). Yunita berharap dia bisa mengharumkan nama Sul-Sel dengan kembali menjadi peme-nang Putri Pariwisata Indonesia 2011.

Yunita juga ingin memperkenalkan dialeg Makassar pada putri-putri dari daerah lain di Indonesia. Perempuan berparas cantik ini berpesan agar rekan-rekan mahasiswa untuk tidak melupakan bahasa daerah mereka. Selain itu, Yunita ingin menjadikan dialeg Makassar seba-gai trend di luar Sulawesi Selatan.

Walaupun tidak terpilih sebagai Pu-tri Pariwisata Indonesia 2011, namun Yunita tetap bangga bisa menjadi Putri Pariwisata dari Sul-Sel dan berdiri di panggung kebanggaan malam itu dengan para putri pariwisata lainnya. (NJA)

PROFESI mengajarkan banyak hal dalam hidup. Begitu kata pemilik nama lengkap Ade Fitriani ini. Baginya, lembaga kuli tinta ini telah membuat-nya menjadi perempuan yang lebih berani, kuat dan mampu memanage waktu dengan baik.

“Di lembaga ini, saya menemukan kelu-arga yang selalu hadir disaat saya sepi dan ba-hagia. Sebuah keluarga yang membuatku selalu merindukan profesi,” tutur peraih juara 1 Olimpiade Kimia Ting-kat SMA se- Kabupaten Pangkep 2005 ini.

Bahkan, mantan Ben-dahara lembaga penerbitan

dan penyiaran mahasiswa (LPPM) Profesi Universitas Negeri Makas-sar (UNM) ini mengaku, sulit mendapatkan pengalaman selama bergelut didunia pers kampus eks IKIP lewat bangku kuliah.

Betapa tidak, buah cinta dari pasangan Haseng Ganing dan Rampeat Dolo ini, dengan sabar telah menekuni dunia jurnalis selama tiga tahun. Mulai dari magang, pengelola sampai maha-siswa eksponen 2006 ini, dipercaya memegang jabatan penting sebagai pengatur sirkulasi keuangan lem-baga pada periode 2009-2010 lalu.

Pengalaman menekuni dunia pers kampus, baginya bukan hanya sebatas pelepas waktu luang se-mata. Lebih dari itu, darah asli Pangkep ini mengaku telah menda-patkan banyak pelajaran. Mulai dari pengembangan bakat menulis

hingga aktif bercuap-cuap di bela-kang layar 107,05 (sekarang 107.9 MHz) profesi FM. “Dari sini saya juga bisa belajar menjadi seorang penyiar yang. Bahkan bertemu dengan orang-orang yang hebat dan terkenal dibidang jurnalis,” terang mahasiswa jurusan Kimia ini.

Selain aktivitasnya sebagai pencari berita, perempuan yang akrab disapa Ade ini, tidak lantas membuat kewajibannya seba-gai mahasiswa, untuk menekuni studinya di ruang kuliah. Buktinya, tidak berselang lama setelah masa pengurusan di Profesi usai, gelar sarjana langsung disandangnya.

Selama menjadi mahasiswa di kampus pencetak guru ini, perem-puan yang usianya genap 23 tahun pada 9 Mei lalu ini, juga aktif di beberapa lembaga lain diluar Pro-fesi. (SNI)

Yunita Haruna, Putri Pariwisata SulSel 2011Temukan Keluarga

Baru

KEBERADAAN Masjid Nurul Ilmi Uni-versitas Negeri Makassar (UNM) kini tak lagi menjadi bagian integral UNM saja. Bu-kan hanya dari kalangan mahasiswa dan masyarakat kompleks UNM, tapi jamaah yang bertempat tinggal disekitar lokasi mesjid tersebut kini semua datang berbon-dong-bondong untuk beribadah.

Jika hari Jumat tiba, “telat” sedikit dapat dipastikan anda tak akan mendapatkan ru-ang yang cukup untuk beribadah.

Masjid yang terletak di Kampus UNM Gunung Sari ini pertama kali dibangun 2 Mei 1986. Nama Masjid Nurul Ilmi berasal dari bahasa Arab yang artinya “Cahaya Ilmu”. “Maknanya, yang beribadah di masjid ini adalah orang-orang yang menuntut ilmu dan yang membangunnya adalah orang-orang

yang bekerja di bidang pendidikan,” jelas Muhammad Amin Rum selaku sekretaris pengurus Masjid.

Sesuai dengan namanya, maka banyak mahasiswa UNM yang memanfaatkan Nurul Ilmi sebagai tempat menuntut ilmu selain kampus. Masjid yang dulunya hanya berasal dari dinding bambu dan atap seng bekas ini kini seringkali dijadikan mahasiswa sebagai tempat berdiskusi dan melaksanakan kajian-kajiaan tertentu.

Menurut Amin Rum, ketika masih berupa Masjid Bambu, air hujan sering mer-embes masuk ke dalam ruangannya. Oleh karena itu, lanjutnya, muncullah inisiatif membentuk panitia demi membangun masjid di samping kampus.

“Meskipun ada larangan membangun

masjid di kampus oleh menteri IPK Daud Yusuf, tapi kami tetap berusaha memban-gunnya. Malah secara sembunyi-sembunyi” kenang pria paruh baya ini.

Menunggu DipugarMelihat kondisi Masjid dengan jamaah

yang semakin banyak, maka panitia masjid berencana untuk memperbesar Nurul Ilmi. Hal ini diungkapkan oleh Amin setelah mendapat keterangan dari Pembantu Rektor II UNM Andi Ikhsan. “Rencananya nanti akan diban-gun dua lantai. Soal bentuknya, saya belum tahu pasti bagaimana,” ujar Ikhsan.

Akan tetapi, lanjutnya untuk saat ini pembangunannya harus menunggu setelah pembangunan gedung 12 lantai Fakultas Ekonomi selesai. (SUD)

Tak Sekadar Milik Civitas KampusMasjid Nurul Ilmi UNM, Gunung Sari

FOTO: IYAN - PROFESIKECIL. Masjid yang dibangun di UNM ini sudah tidak lagi mampu memuat jamaah yang membludak ketika shalat Jumat tiba. Pembangunannya pun harus menunggu rampung-nya rencana gedung FE 12 lantai.

Perkenalkan Dialeg Makassar

FOTO: FADHLI - PROFESI

Ade Fitriani, S.Si - Bendahara Umum LPPM Profesi UNM (2009-2010)