edisi_11

4
Weekly News Profesi Edisi 11 / November / 2012 Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita Bersambung ke halaman 3... Hal ini terungkap kala sejumlah mahasiswa yang lulus jalur tersebut mengeluh- kan atas ketidakberpihakan birokrat FIS terhadap mer- eka. Padahal, mahasiswa baru tersebut sebelum masuk di UNM harus merogohkan ko- ceknya sebesar Rp5.350.000,- per mahasiswa, beda jauh dengan mahasiswa yang lu- lus jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang hanya mem- bayar sekitar Rp3 juta. Hanya saja, berdasarkan pengakuan beberapa maha- siswa tersebut fasilitas yang mereka dapatkan ternyata tidak sesuai yang mereka inginkan. Belum lagi, mer- eka harus “dilempar” jauh ke kampus FIS yang ada di Jalan Hasanuddin (Hasdin) untuk mengikuti proses perkuliahan. Berbeda dengan mahasiswa yang lulus SNMPTN tetap menikmati tempat perkuliah- an yang ada di Kampus UNM Gunung Sari. Sebut saja Hikmah, ma- hasiswa ini mengaku kecewa dengan tindakan yang diambil birokrat terhadapnya dan te- man-temannya. Menurutnya, kuliah di Hasdin membuat- nya harus mengeluarkan dana yang cukup banyak lagi. “Padahal kami sudah ngekost dekat gunsar, eh ternyata ditempatkan di sana (Hasdin, red), otomatis kita merogoh kocek yan lebih lagi. Jarak gunsar ke Hasdin itu jauh dan mengambil trans- portasi untuk ke sana susah,” tutur mahasiswa kelas B Pro- gram Studi (Prodi) Pendidi- kan Sejarah ini. Senada dengan Hikmah, nada kecewa juga dilontar- kan Ani. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS Terpadu ini mengatakan fasilitas yang didapat di tempat kuliahnya sangat tidak memadai. “Ru- angannya tidak sesuai den- gan pembayaran, ruangannya tidak ada lampunya. Jadi kita belajar dengan kondisi gelap,” terang Ani. Tak hanya itu, diakui Ani, beberapa dosen malah banyak yang lepas tanggungjawab. Beberapa diantara mereka, ternyata tidak mengerjakan ke- wajibannya sebagai pengajar. “Banyak dosen yang malas Kasus diskriminasi FIS, tampaknya mulai tercium, bak anak tiri dalam keluarganya, mahasiswa baru lulusan Jalur Mandiri alias Ujian Tulis Lokal (UTUL) mengaku kecewa dengan perlakuan birokrat terhadapnya. Pembayaran yang harus merogohkan kocek dalam-dalam ternyata berbanding terbalik dengan fasilitas yang mereka dapatkan. Anak Tiri FIS Tuntut Keadilan “Anak Tiri” UJIAN. Calon mahasiswa saat mengikuti ujian penerimaan mahasiswa baru UNM Jalur Mandiri 2012. FOTO : RIZKI ARMY PRATAMA-PROFESI

Upload: lpm-profesi-unm

Post on 13-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: edisi_11

Weekly News Profesi Edisi 11 / November / 2012Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

1

Bersambung ke halaman 3...

Hal ini terungkap kala sejumlah mahasiswa yang lulus jalur tersebut mengeluh-kan atas ketidakberpihakan birokrat FIS terhadap mer-eka. Padahal, mahasiswa baru tersebut sebelum masuk di UNM harus merogohkan ko-ceknya sebesar Rp5.350.000,- per mahasiswa, beda jauh dengan mahasiswa yang lu-lus jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) yang hanya mem-bayar sekitar Rp3 juta.

Hanya saja, berdasarkan pengakuan beberapa maha-

siswa tersebut fasilitas yang mereka dapatkan ternyata tidak sesuai yang mereka inginkan. Belum lagi, mer-eka harus “dilempar” jauh ke kampus FIS yang ada di Jalan Hasanuddin (Hasdin) untuk mengikuti proses perkuliahan. Berbeda dengan mahasiswa yang lulus SNMPTN tetap menikmati tempat perkuliah-an yang ada di Kampus UNM Gunung Sari.

Sebut saja Hikmah, ma-hasiswa ini mengaku kecewa dengan tindakan yang diambil birokrat terhadapnya dan te-

man-temannya. Menurutnya, kuliah di Hasdin membuat-nya harus mengeluarkan dana yang cukup banyak lagi.

“Padahal kami sudah ngekost dekat gunsar, eh ternyata ditempatkan di sana (Hasdin, red), otomatis kita merogoh kocek yan lebih lagi. Jarak gunsar ke Hasdin itu jauh dan mengambil trans-portasi untuk ke sana susah,” tutur mahasiswa kelas B Pro-gram Studi (Prodi) Pendidi-kan Sejarah ini.

Senada dengan Hikmah, nada kecewa juga dilontar-

kan Ani. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS Terpadu ini mengatakan fasilitas yang didapat di tempat kuliahnya sangat tidak memadai. “Ru-angannya tidak sesuai den-gan pembayaran, ruangannya tidak ada lampunya. Jadi kita belajar dengan kondisi gelap,” terang Ani.

Tak hanya itu, diakui Ani, beberapa dosen malah banyak yang lepas tanggungjawab. Beberapa diantara mereka, ternyata tidak mengerjakan ke-wajibannya sebagai pengajar. “Banyak dosen yang malas

Kasus diskriminasi FIS, tampaknya mulai tercium, bak anak tiri dalam keluarganya, mahasiswa baru lulusan Jalur Mandiri alias Ujian Tulis Lokal (UTUL) mengaku kecewa dengan perlakuan birokrat terhadapnya. Pembayaran yang harus merogohkan kocek dalam-dalam ternyata berbanding terbalik dengan fasilitas yang mereka dapatkan.

Anak Tiri FISTuntut Keadilan“Anak Tiri”

UJIAN. Calon mahasiswa saat mengikuti ujian penerimaan mahasiswa baru UNM Jalur Mandiri 2012.FOTO : RIZKI ARMY PRATAMA-PROFESI

Page 2: edisi_11

Weekly News Profesi Edisi 11 / November / 2012

2

Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

Kampusianawww.profesi-unm.com

Profesi FM 107,9 MHz

+ “Anak Tiri” FIS Tuntut Keadilan - Anak tiri oh anak tiri... + Main Palak Calon Wisudawan - Jangan samakan dengan anak tiri..!

+ Mahasiswa FT Bakal Peroleh Gelar Asing - Asal kalau mau wisuda tidak ada palak...

Sudut

Dg. Lu’

JelAnG Wisuda (12/12) sejumlah ma-hasiswa mengeluh tentang ijazah yang tidak dapat diambilnya. Pungutan “liar” yang diberlakukan oleh birokrat kam-pus seakan menjerat “leher” para sarjana muda.

Salah satu korban pemalakan yang dilakukan oleh birokrat sebut saja Amir (samaran) mengaku tidak bisa mengam-bil ijazahnya karena “disita” oleh pihak fakultas. “Tidak ada mi kuliahku, ujian meja dan yang lain sudah semua, tapi ijazahku tidak bisa saya ambil karena tidak ada uangku bayar uang ramah ta-mah,” ungkapnya.

Amir menyayangkan sikap birokrat dari fakultasnya yang membuat kebi-jakan yang menyulitkan dirinya. “Masa kalau mau ambil ijazah, wajib bayar uang wisuda dan uang ramah tamah? Bukannya ramah tamah itu hanya acara biasa yang tidak wajib untuk diikuti wisudawan?,”keluhnya.

Menanggapi hal ini, Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Muharram mengatakan mahasiswa FMIPA yang

mendaftarkan diri untuk wisuda, diwa-jibkan untuk ikut ramah tamah fakultas. “Wajib, karena dia yang ikut,” tegasnya.

Muharram mengatakan, biaya ra-mah tamah untuk mahasiswa FMIPA diatur dan ditentukan oleh pihak juru-san. “Sistem ini sudah digunakan dan berlangsung tiga sampai empat tahun terakhir,”ungkapnya.

“Kalau ada yang protes, tidak usah ikut wisuda kalau begitu,” Ancamnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Pembantu Dekan I Fakultas Psikologi (FPsi), Eva Meizara Puspita Dewi, men-gatakan mahasiswanya harus mengikuti ramah tamah terlebih dahulu jika mereka ingin mengambil ijazah mereka. “Harus ikut ramah tamah dulu, ini bertujuan agar orang tua mahasiswa bisa bertemu den-gan dosen-dosen dan pihak fakultas,” ungkapnya.

Untuk biaya ramah tamah, Eva men-gungkapkan ditentukan oleh wisudawan FPsi sendiri. Menurutnya dua minggu sebelum wisuda akan dilaksanakan per-temuan dengan wisudawan untuk mem-bahas prosesi ramah tamah. “Lokasi

Main PalakWisudawan

SudAh sekitar empat bulan maha-siswa baru Fakultas Ilmu Sosial (FIS) mengenyam pendidikan di UNM. Tentunya, segala pembayaran yang dibebankan kepada mereka sudah ter-lunasi, termasuk pembayaran jaket Almamater. Namun sayang, hingga saat ini maba tersebut belum jua me-meroleh almamater. Berbeda dengan maba yang ada di fakultas lainnya.

Sebut Saja Rezki, maba FIS ini mengaku kecewa dengan kinerja pihak fakultas untuk pengadaan almamater yang diperuntukkan untuk maba belum juga ada. Apalagi, menurutnya jaket kebanggaan UNM tersebut rencananya akan digunakan dalam kegiatan pene-

litian. “Kami mau mengikuti pene-litian, alangkah baiknya jika kita me-makai almamater pada saat penelitian, masa kita harus pinjam?,” keluhnya.

Menanggapi hal ini, pembantu dekan bidang kemahasiswaan FIS, Ju-madi mengatakan untuk pembagian almamater masih dalam proses. "Seka-rang itu sudah jadi 400 almamater, tapi saya belum bisa bagi, karena pasti ada prodi yang tidak kebagian,” paparnya.

Jumadi menjanjikan, pembagian almamater akan diselesaikan akhir November ini. "Sudah dua bulan yang lalu kami, Insyaallah akhir bulan ini, semua almamater akan kami serah-kan ke setiap prodi,” bebernya. (Yas)

Maba FIS Minta Almamater

ditentukan oleh wisudawan sendiri, be-gitupun biaya yang mereka harus bayar, kalau di fakultas lainkan banyak untung-nya, kalau kami tidak ada sepeserpun. Bahkan pihak fakultas pernah mengang-gung kekurangan dana hingga satu juta,” ungkapnya

Namun, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK), Kamaruddin malah “mengharamkan” terkait pembayaran ijazah dan ramah ta-mah. Ia mengatakan, tidak ada peraturan yang mewajibkan mahasiswa untuk membayar uang ramah tamah dan jika ingin mengambil ijazah. “Tidak ada yang seperti itu, mengada-ada namanya itu,” tegasnya.

Lanjut Kamaruddin, bagi mahasiswa yang telah lulus dan ingin mengambil ijazah cukup membayar Rp375 ribu. “Kalau sudah mi bayar 375 ribu sudah bisa ambil ijazahnya, fakultas itu yang memanfaatkan momen. 375 ribu itu su-dah termasuk biaya wisuda, ramah tamah dan sebagainya,” ungkapnya.

Sementara itu, Pembantu Rektor bidang Akademik (PR I), Sofyan Salam malah tidak ingin memberikan komen-tar sedikitpun perihal “pungutan liar” yang dilakukan pihak fakultas terhadap sarjana muda UNM. “Jangan Dulu,” elaknya saat dimintai keterangan oleh Profesi. (Yas)

Page 3: edisi_11

Weekly News Profesi Edisi 11 / November / 2012Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

3Kilas LK LPPM Profesi UNM

Sambungan dari halaman 1...

@Profesi_Online

datang dan sering terlambat,” tandasnya.

Pd II FIS: Kelas B Tutup Saja

Menanggapi hal itu, Pem-bantu Dekan II FIS, Suryani Mursalim malah mengancam kepada mahasiswa kelas B yang ditempati para maha-siswa lulusan UTUL jika ma-sih sering mengeluh, maka ke-las tersebut bakal dibubarkan. “Jika mereka masih menge-luh, kalau bisa kelas B ditutup

saja. Untung ada Hasdin yang digunakan, kalau tidak dia ti-dak ada di UNM,” cetusnya.

Lanjut Suryani, masalah keterlambatan dosen masuk mengajar itu hal yang biasa. Pas-alnya, memang jarak tempuh ke-sana jauh. “Kalau masalah dosen terlambat, wajar karena Hasdin jauh dan untuk ke sananya susah. Tapi, ada juga mahasiswa saya sudah di dalam mengajar, dia baru datang. Kalau masalah do-sennya jarang masuk, silahkan

laporkan,” pintanya.Lain halnya dengan Ma-

haruddin Pangewa. Ketua Prodi Pendidikan IPS Terpadu ini mengeluarkan pernyataan yang mengagetkan. Menurut-nya, mahasiswa UTUL terse-but hanya kuliah di negeri tapi pembayarannya seperti swasta. “ Pembayarannya ma-hal karena dosen yang menga-jar dibayar, begitupun dengan ruangannya dibayar juga. Jadi wajar kalau biaya yang dikelu-

arkan mahal karena tidak dibi-ayai pemerintah,” terangnya.

“Untung mereka diterima di UNM, karena pada hakikat-nya kelas B itu tidak lulus tapi dengan adanya kebijakan uni-versitas, dan adanya perminta-an orang tua mahasiswa, maka kami membuka kelas B dan se-belum penerimaan mahasiswa baru, sudah ada perjanjian se-belumnya untuk bersedia” tam-bahnya. (Pr14)

“Anak Tiri” FIS Tuntut Keadilan

SeBuAh gembarakan yang dilakukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP). Lem-baga kemahasiswaan itu mendeklarasi-kan Komunitas Advokasi Mahasiswa di Kampus Tidung FIP, Selasa (20/11) lalu.

Menurut Presiden BEM FIP, Harun, komunitas yang berada di bawah koordinasi Kementerian Sosial Politik (Sospol) BEM FIP ini bertujuan sebagai wadah yang meng-himpun mahasiswa di FIP dalam membahas isu atau wacana kontemporer. “Banyak wa-cana yang saat ini marak diperbincangkan,

namun kita kurang mendalam dalam peng-kajiannya. Komunitas ini dibentuk sebagai sarana bagi mahasiswa melakukan diskusi ataupun dialog untuk mendalami setiap wa-cana yang ada sehingga pendalaman dan pelebaran isunya lebih baik,” terangnya.

Lebih lanjut, Harun juga menyatakan komunitas yang telah beranggotakan 60-an mahasiswa ini juga sebagai sarana meng-galang massa sebelum melakukan aksi. “Ini juga sebagai penggalang massa yang lebih banyak dan karenanya kita juga lebih matang sebelum aksi,” ungkapnya. (Mus)

hIMPunAn Mahasisiwa Jurusan Sosiologi men-gadakan Pekan Olahraga Sosiologi (Polarasio), yang dilangsungkan di area kampus UNM gunung sari. Kegiatan ini diseleng-garakan mulai dari 22-27 November 2012. Ke-giatan yang bertemakan, “Kembangkan Kreativitas, Semangat Olahraga, dan Solidaritas”, dilangsung-kan untuk mempererat tali silaturrahmi antara maha-siswa sosiologi.

Dalam acara ini mem-perlombakan, pertandi-ngan futsal, sendal sosial, catur, sepak takraw dan lomba lari. Peserta dalam setiap pertandingan yang diperlombakan yakni para mahasiswa yang menjadi perwakilan setiap angkatan yang masih ada di Jurusan Sosiologi. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari milad HMJ Sosiologi pada 15 Desember mendatang.

Arfan Rahman, se-laku Ketua Umum me-

ngatakan, selain menja-lin keakraban bagi para mahasiswa, kegiatan ini juga untuk kembali me-negaskan bahwa Lembaga Kemahasiswaan masih mampu untuk memuncul-kan kegitan-kegiatan yang bernilai positif. “Ini meru-pakan bentuk kreativitas kami, dan ingin tetap men-jaga eksistensi LK sebagai wadah bagi para maha-siswa untuk berkreati-vitas,” ujar mahasiswa ekponen ’10 ini. (Tri)

unIT Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Suka Rela (KSR) Universi-tas Negeri Makassar (UNM) men-gadakan kegiatan bakti sosial. Ke-giatan yang dilaksanakan selama lima hari yakni 14-19 November lalu di Desa Labessi Kecamatan Mario Riwau Kabupaten Soppeng.

Pertimbangan dipilihnya Desa Labessi sebagai tempat pelaksa-naan Baksos menurut ketua panitia Muhammad Reski, Desa Labessi dianggap paling stategis dari segi akses dibanding desa-desa lain di Kabupaten Soppeng.

“Kami pilih Desa Labessi se-bagai tempat pelaksanaan Baksos, mengingat desa ini yang paling stategis dari berbagai akses diband-ing yang lain”, tutur Muhammad Reski, sehari sebelum keberangka-tan (Rabu/14/11) lalu.

Salah satu anggota KSR UNM Erliyana mengatakan, ada beberapa program kerja yang dilaksanakan se-lama pelaksanaan baksos, diantaran-ya, Go Green (Penanaman Pohon), Penyuluhan HIV/AIDS, Pelatihan PMR, Sosialisasi Kesehatan Gratis dan Pemeriksaan Golongan Darah.

“Baksos ini tidak hanya meli-batkan para panitia dan anggota saja, tetapi beberapa alumni dari UKM KSR UNM,”, ungkap Erli-yana. (Pr08).

BEM FIP BentukKomunitas Advokasi

Jalin Kebersamaan Lewat Sportivitas

KSR Baksosdi Soppeng

Polarasio HMJ Sosiologi

Page 4: edisi_11

Weekly News Profesi Edisi 11 / November / 2012

4

Urai Data, Ungkap Fakta, Saji Berita

Weekly NewsPemimpin Umum: Sahrul Alim, Pemimpin Redaksi: Asri Ismail, Sekretaris: Fajrianto Jalil, Bendahara: Nurjanna Jamaluddin, Redaktur : Sutrisno Zulkifli, Rukmana Mansyur, Muhammad Ilham, Kepala Online: Imam Rahmanto, Kepala Penyiaran: Andini Ristiyaningrum, Kepala Litbang: Fahrizal Syam, Layouter dan Desainer Grafis: Khaerul Mustaan, Fotografer: Rizki Army Pratama, Reporter: Nurlaela, Indrayanti.

Lintas UNM

editorial

Redaksi LPPM Profesi UNM: Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt.I, Kampus Gunungsari Universitas Negeri Makassar (UNM) atau Kompleks Hartaco Indah Blok IV AB No.1, Telp.(0411) 887964, e-mail: [email protected], Website: www.profesi-unm.com.

SATu lagi media lahir yang menjadi alat informasi dan publikasi baru Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta-huan Alam (FMIPA). Namanya ‘Buletin FMIPA’, me-dia cetak ini merupakan inisiasi dari Bidang Kerjasama dan Pengembangan (Kersbang) FMIPA.

Koordinator Kersbang, Suwardi Anas men-gatakan buletin tersebut sudah pernah terbit bulan September lalu. Buletin ini, memuat informasi dan publikasi mengenai kegiatan-kegiatan yang dis-elenggarakan di fakultas.

“FMIPA membutuhkan media lokal untuk menginformasikan dan mempublikasikan kepada sivitas akademika mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan di FMIPA tiap bulan,” ujar Dosen Matematika ini.

Sama hal dengan Rahmat, mahasiswa yang ber-profesi sebagai Redaktur ini mengatakan buletin terse-but digarap mahasiswa. “Buletin FMIPA ini mulai terbit pada bulan September dan digarap sendiri oleh mahasiswa. Mulai dari pencarian berita hingga per-cetakan yang tentunya didukung oleh Koordinator Kersbang dan Pimpinan FMIPA,” ungkapnya.

Ia juga berencana akan mengubah tampilan buletin tersebut menjadi tabloid. “Kedepan buletin bulanan ini akan dijadikan tabloid bulanan FMIPA sesuai dengan intruksi Pimpinan FMIPA,” janjinya. (*)

JIKA tidak ada aral melin-tang, mahasiswa Fakultas Teknik (FT) Universitas Negeri Makassar (UNM) dalam waktu dekat ini akan dapat memeroleh dua gelar sarjana sekaligus dari universi-tas yang berbeda. Gelar pertama diperoleh dari UNM dan gelar kedua diperoleh dari Univer-site de Bretagne-Sud (UBS), Perancis.

Itu setelah Dekan Fakultas Teknik UBS, Gilles Ausias bertandang ke UNM, Senin-Selasa (19-20/11). Ia juga telah me-ngunjungi FT untuk melihat penelitian dan peralatan yang digunakan di laboratorium FT UNM.

Hasilnya, UNM dan UBS akan menyepakati tiga kerja sama. Antara lain, Colabora-tion resource antara professor

FT UNM dengan professor dari UBS, Dosen FT UNM dapat melanjutkan kuliah di UBS, dan world class program/join degree dimana mahasiswa program sarjana FT yang berkompeten bisa sambil kuliah di UBS hingga me-meroleh dua gelas sarjana sekaligus dari UNM dan UBS. “Dananya disiapkan oleh UBS dan Dikti,” ungkap Husain Syam.

Dekan dua periode ini juga mengungkapkan, Gilles Aus-ias bahkan mengaku terkesan dengan penelitian dan peralatan laboratorium di FT. “Bahkan beliau (Gilles Ausias, Red) men-gaku selama ini belum pernah menemukan hasil penelitian seperti di FT UNM yaitu rumput laut dan bahan bangunan bio polimer,” ungkapnya. (Mus)

Mahasiswa FT Bakal Peroleh Gelar Asing

FMIPA LahirkanMedia Baru

Miris, mungkin kata itulah yang ter-ungkap dari mulut

kita saat mendengar ternyata mahasiswa UTUL hanyalah embrio yang tidak pernah diharapkan kelahirannya. Padahal, mereka juga meru-pakan generasi UNM yang saat ini menjalani proses untuk menjadi orang yang mungkin tak kalah hebatnya dengan mahasiswa yang ter-lahir dari jalur SNMPTN.

Walau beda rahim, na-

mun kehadirannya di kam-pus orange ini tidak boleh disepelehkan. Apalagi, den-gan membeda-bedakan mer-eka dengan mahasiswa yang lulus pada jalur formal. Ter-lebih, dengan memberikan “makan” yang berbeda pula. Bukankah hingga saat ini mereka masih selalu mengi-kuti prosedur dengan baik. Semisal, membayar SPP dan lain sebagainya. Lantas, ke-napa mesti ada difrensiasi diantara mereka? Ironi.

Seharusnya UNM sa-dar, tak ada jaminan bahwa mahasiswa jalur SNMPTN akan jauh lebih berkualitas dibandingkan dengan ma-hasiswa UTUL. Sebab, ada proses yang akan membuk-tikan persoalan kepantasan mereka nantinya. Ini hanya persoalan rejeki yang berlaku pada saat itu, sehingga mer-eka pernah dinyatakan gagal dalam SNMPTN. Semoga bi-rokrasi UNM tersadar bahwa ada Tuhan si pemegang kunci

keberhasilan seseorang.Maka, mari kita berbe-

nah, jika kita sudah memu-tuskan sesuatu, misalnya membuka jalur UTUL untuk menambah jumlah mahasiswa UNM, maka janganlah men-coba membuat sekat diantara mereka. Jika seperti ini, jelas ini adalah bentuk diskrimi-nasi terhadap mereka, padahal mereka membayar dengan biaya selangit untuk masuk kampus pencetak tenaga pen-didik ini.(*)

Mahasiswa Jalur Mandiri Milik UNM Juga