edisi 11/tahun v/juni 2009

12

Upload: tabloid-komunika

Post on 30-Mar-2016

254 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

DARI INFORMASI TURUN KE PARTISIPASI. Sebagai komunitas informasi memiliki peranan penting dan strategis dalam upaya mewujudkan pelancaran arus informasi. Oleh karena itu, Kelompok Informasi Masyarakat perlu membekali diri dan aktif mengakses informasi melalui berbagai media informasi sehingga kaya akan informasi.

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009
Page 2: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

2w

ww

.bip

ne

ws

ro

om

.in

fokomunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Tabloid komunika. ISSN: 1979-3480. Diterbitkan oleh DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKAPengarah: Prof. Dr. Moh Nuh, DEA (Menteri Komunikasi dan Informatika). Penanggung jawab: Dr. Suprawoto, SH. M.Si. (Kepala Badan Informasi Publik) Pemimpin Redaksi: Drs. Bambang Wiswalujo, M.P.A.(Kepala Pusat Pengelolaan Pendapat Umum). Wakil Pemimpin Redaksi: Drs. Supomo, M.M. (Sekretaris Badan Informasi Publik); Drs. Ismail Cawidu, M.Si. (Kepala Pusat Informasi Politik Hukum dan Keamanan); Drs. Isa Anshary, M.Sc. (Kepala Pusat Informasi Perekonomian); Dr. Gati Gayatri, MA. (Kepala Pusat Informasi Kesejahteraan Rakyat). Sekretaris Redaksi: Mardianto Soemaryo. Redak-tur Pelaksana: M. Taufi q Hidayat. Redaksi: Drs. Lukman Hakim; Drs. Selamatta Sembiring, M.Si.; Drs. M. Abduh Sandiah; Dra. Asnah Sinaga. Reporter: Suminto Yuliarso; Lida Noor Meitania, SH, MH; Karina Liestya, S.Sos; Elpira Indasari N, S.Kom; Koresponden Daerah: Nursodik Gunarjo (Jawa Tengah), Supardi Ibrahim (Palu), Yaan Yoku (Jayapura). Fotografer: Fouri Gesang Sholeh, S.Sos. Desain/Ilustrasi: D. Ananta Hari Soedibyo (TA); Farida Dewi Maharani, Amd.Graf, S.E., Danang Firmansyah. Alamat Redaksi: Jalan Medan Merdeka Barat No. 9 Jakarta Telp/Faks. (021) 3521538, 3840841 e-mail: [email protected] atau [email protected]. Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi dari tulisan tersebut. Isi komunika dapat diperbanyak, dikutip dan disebarluaskan, sepanjang menyebutkan sumber aslinya.

Keberadaan kelompok sosial dalam masyarakat adalah sebuah dinamika yang tidak bisa tidak dihin-dari dengan cara apapun. Kelompok sosial adalah ekspresi dari kebutuhan sosial dan keberadaanya bisa langgeng ketika mampu memenuhi dan me-nerjemahkan kebutuhan sosial warga di sekitarnya. Sejarah membuktikan, begitu banyaknya kelompok yang dibentuk dan kemudian mati, sebagai akibat ketidakmampuan mengakomodasi kebutuhan dan menerjemahkan hal itu sesuai dengan konteks per-kembangan masyarakat.

Pernahkah ingat, di masa lalu ada kelompok tani sebagai penyambung lidah untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat, ketika itu disebut Ke-lompencapir; Kelompok Pendengar, Pembaca dan Pemirsa. Kelompok tersebut di masa lalu mampu menjadi jejaring penyampaian informasi mulai dari pusat kota sampai ke pelosok pedesaan. Melalui komunitas tersebut, petani maupun nelayan mudah memperoleh informasi tentang teknik pertanian maupun cara-cara penangkapan ikan yang baik dan benar. Pada jamannya, kegiatan komunitas ini ditampilkan di televisi dan radio. Melalui siaran itu, petani tidak hanya bisa mendapatkan pengetahuan tentang kemajuan teknologi pertanian, tapi masalah harga komoditas pertanian di pasaran lokal dan nasional.

Sejak reformasi bergulir, kelompok tersebut hi-lang, termasuk program dan kegiatannya. Sekarang muncul Kelompok Informasi Masyarakat (KIM). KIM mencoba hadir dalam pergulatan sosial masyarakat Indonesia. Ada yang memandang kehadiran KIM seolah penghidupan kembali kelompencapir yang pernah ada di masa lalu. Namun ada pula yang menilai pentingnya kehadiran KIM sebagai wadah untuk mengembangkan komunitas, khususnya berkaitan dengan pengelolaan informasi untuk peningkatan kualitas hidup mereka.

KIM memang bisa dimaknai sebagai revitalisasi atau reaktualisasi Kelompencapir yang disesuaikan dengan paradigma pembangunan dan pemerintahan dewasa ini. Demokratisasi menjadi ruh penggerak kelompok yang sudah mulai menjamur kembali di Indonesia. Bahkan sebagian besar KIM memulai pertumbuhan dari bawah, alami oleh, dari dan untuk

Menyelaraskan Peran KIMmasyarakat. KIM juga bukanlah suatu organisasi massa, di beberapa wilayah, KIM merupakan kum-pulan organisasi pembinaan masyarakat yang telah ada misalnya PKK, Karang Taruna, pengrajin dan sebagainya.

Dalam era demokratisasi, memang memung-kinkan warga masyarakat untuk melakukan ekspresi dan membentuk komunitas secara bebas. Akan tetapi, persoalan yang se-ring mengemuka adalah bagaimana memastikan agar komunitas itu dapat diterima dengan baik dan mengambil peran positif bagi pengembangan kuali-tas masyarakat. Persoalan yang sama juga bisa dialami KIM. Layaknya lembaga-lembaga yang lainnya, gerak langkah KIM potensial mengalami pasang surut seirama dengan kondisi dan keadaan masyarakat.

Pergulatan KIM adalah pergulatan pengelolaan informasi. Sejumlah pengalaman dan pengetahuan diklasifi kasi dalam karakter dan pola tertentu untuk dipertukarkan dan ditampilkan sebagai hal-hal yang lebih berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam realitasnya, informasi itu sangat beragam dan melimpah. Apalagi sejak kemajuan teknologi komunikasi yang berhasil melakukan kombinasi beberapa ragam teknologi komunikasi tradisional, ditambah komputer dan satelit, maka saat ini banyak media baru yang muncul. Implikasinya, jumlah informasi juga semakin banyak dan berlipat dan memungkinkan untuk diakses siapapun.

Jika KIM akan mengambil peran di masyarakat, tentu saja perlu memahami perubahan dahsyat dalam dunia teknologi komunikasi informasi. Bagaimanapun, akibat kemajuan komunikasi itu maka jumlah informasi makin meningkat, tetapi sekaligus juga meningkatkan jurang pemisah (gap) kepemilikan informasi antara orang kaya dan miskin. Boleh jadi aktor KIM mengambil salah satu peran untuk menjembatani keterbatasan informasi (lack of information) yang dimiliki masyarakat.

Adakah KIM bisa mengikis jurang informasi yang

hadir setiap saat? Banyak kapabilitas yang harus dimiliki KIM jika ingin memainkan peran ”jembatan informasi” masyarakat. Mulai dari kemampuan mengakses media, penyeleksian, pengelolaan, dan diseminasi informasi serta penyerapan aspirasi masyarakat.

Satu lagi yang harus dikembangkan pula yakni kemampuan untuk mengembangkan nilai

tambah informasi tersebut dalam berbagai bentuk sesuai dengan kepentingan warga masyarakat.Kapa-bilitas ini mungkin selaras dengan banyaknya tum-puan harapan kepada KIM. Betapa tidak, banyak

pihak berharap kelompok masyarakat ini mampu mengkomunikasikan aspirasi sesuai dengan kebutuhan mereka sekaligus menjadi pusat informasi dan komunikasi yang saling menguntungkan dengan pemangku kepentingan lainnya.

Selain kapabilitas dalam mengembangkan jembatan komunikasi perlu dikembangkan pula etika komunikasi, yakni suatu kondisi komunikasi yang menjamin sifat umum norma-norma yang dapat diterima dan menjamin otonomi warga melalui kemampuan emansipatoris. Fasilitasi komunikasi akan semakin langgeng jika masing-masing anggota masyarakat sadar akan pentingnya informasi, kesadaran untuk memiliki akses informasi serta kesadaran dan dengan sendirinya akan tergerak untuk menciptakan ruang publik informasi secara mandiri.

Etika bisa terwujud lewat visi. Oleh karena itu visi KIM harus jelas. Visi itu adalah arah kemana pandangan ditujukan. Karena KIM ini berorientasi untuk kepentingan sosial maka selayaknya visinya harus benar-benar diletakkan pada kepentingan publik yang luas. Dari visi itu, kemudian para aktor KIM menerjemahkan secara terukur dan transparan. Tantangan bersama adalah bagaimana mewujudkan arti penting kehadiran sebuah kelompok bagi masyarakat. Tentu memerlukan kesiapan yang sungguh-sungguh. Agar setelah terbentuk tidak malah menjadi beban bagi masyarakat. (m)

desa

in:

ahas

/dan

ang

fot

o: b

f-m

, im

ageb

ank

Perhatikan Nasib PRT Asal Indonesia

Bicara soal tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri bak buah simalakama. Di satu sisi pembantu Indonesia di Malaysia paling diminati, karena serumpun, sehingga masalah bahasa tidak menjadi kendala.

Tapi ironisnya gaji PRT Indonesia paling murah hanya sebesar 550 ringgit (Rp1,6 juta) per bulan, dibandingkan dengan pembantu asal Vietnam sebesar 750 ringgit (Rp2,1 juta) per bulan dan Filipina 1.400 ringgit (Rp4 juta) per bulan.

Pemerintah Vietnam dan Filipina menentukan sendiri standar gaji pembantu 1.400 ringgit. Seharusnya pemerintah Indonesia harus tegas dalam membela kepentingan TKI.

SayutiJakarta

Alutista Memprihatinkan

Prihatin dengan beberapa kecelakaan yang menimpa alat

angkut TNI kita akhir-akhir ini. Rentetan prist iwa tragis

sepanjang pertengahan tahun 2009 ini harusnya menjadikan kita untuk instrospeksi. Apa yang sebenarnya yang terjadi, dan harus segera diambil tindakan? Apalagi saat ini sedang hangatnya masalah perebutan Ambalat dengan Malaysia. Kejadian ini harus disikapi dengan bijak.

Semua pihak tentu sangat prihatin dengan keadaan alutista negara ini. Kecelakaan yang terjadi tersebut tidak bisa melulu menyalahkan cuaca sebagai penyebab kecelakaan tersebut.

Pemerintah harus menengok kemba l i a lokas i anggaran perawatan alutista dan tentu m e n g a w a s i m a n a j e m e n perawatan alutista. Mesin-mesin lama tersebut harus dibatasi masa penggunaanya, jangan melulu menggunakan mesin tua untuk menjaga negara sebesar Indonesia.

Lutfi Jakarta

Wallace, Penyingkap Kekayaan Alam Indonesia

Ada sebuah kisah menarik t en tang Wa l l a ce .Wa l l a ce ,

lengkapnya Alfred Russel Wallace, adalah ilmuwan dari Inggris yang menekuni bidang Biologi yang pernah menjelajahi Nusantara pada tahun 1854-1862.

Tujuannya adalah meneliti fauna yang ada d i Ma lay Archipelago (Nusantara) untuk dijadikan referensi pembelajaran tentang teori evolusi yang saat itu dibawa oleh Charles Darwin.

Da r i p e r j a l anannya d i Nusantara, dia menemukan garis yang membedakan tipe spesies hewan yang ada, memisahkan Nusantara menjadi 2 bagian. Garis itu membentang diantara Kalimantan-Bali dengan Sulawesi-Lombok. Wallace menyimpulkan bahwa di garis itu terdapat lautan yang sangat dalam (Laut Sulawesi dan Selat Lombok), sehingga hewan tidak dapat bermigrasi melintasi lautan itu.

Di Nusantara barat (Indo-Malayan region) dia menemukan beberapa spesies unggas dan mamalia. Beberapa koleksinya d i awe t k an dan s e ka rang menghiasi London’s Natural History Museum.

Saya tidak membahas masalah teori evolusi yang dibawanya, yang saya sadari bahwa Wallace menyingkapkan kekayaan alam di

Indonesia yang begitu besar.Oleh karena itu, adalah

kewajiban kita untuk bersama-sama menjaga dan melestarikan kekayaan alam yang ada di bumi Indonesia.

[email protected]

UU Pelayanan Publik

Setelah melalui proses berliku selama 4 tahun, akhirnya DPR mengesahkan RUU Pelayanan Publik menjadi undang-undang. Banyak pihak berharap bahwa dengan kehadiran ini pelayanan publik kepada masyarakat akan

semakin membaik.UU Pelayanan Publik antara

la in mengatur sanks i bagi pelaksana layanan publik yang merugikan publik seperti ganti rugi, sanksi perdata, pidana dan saksi administratif.

Permasalahannya sekarang, bagaimana integrasi adanya Komisi Pelayanan Publik yang telah ada di beberapa daerah? Selain persoalan utama bagaimana prosedur perl indungan atas pelanggaran terhadap hak-hak pelayanan publik yang jelas akan dikenai sanksi hukuman.

[email protected]

Banyak pihak berharap KIM mengkomunikasikan aspirasi

sekaligus menjadi pusat informasi dan komunikasi yang saling

menguntungkan...

Departemen Komunikasi dan Informatika (Depkominfo) meluncurkan Buku Panduan Keterbukaan Informasi Publik (KIP) yang diperuntukkan bagi petugas pengelola dan pemberi informasi di badan publik. Buku terbitan IRDI ini diluncurkan di Gedung Depkominfo, Jakarta, (3/6). Foto: divisi audiovisual

Page 3: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

s a

t u

k a

t a

i

n d

o n

e s

i a

3komunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Pendekatan yang manusiawi dan dialog harusnya lebih dikedepankan dalam menangani

masalah-masalah sosial dan segala hal yang berkaitan dengan kepentingan publik

Beberapa waktu la lu di beberapa media massa be rkembang desakan

kepada pemerintah untuk segera membubarkan Satuan Polisi Pa-mong Praja (Satpol PP). Ada ba-nyak penilaian miring terhadap institusi penegak hukum dan pemantau pelaksanaan peraturan daerah ini.

Rusdi Marpaung, Direktur Im-parsial, lembaga pemantau hak asasi manusia di Indonesia, menilai Satpol PP lebih mengutamakan penertiban secara paksa dan tidak sedikit mengarah pada kekerasan yang berlebihan. "Da-lam bekerja, mereka sangat minim mengedepankan diskusi, negosiasi, dan kompromi ketika berhadapan dengan masyarakat," katanya.

Pada bagian lain, Al Araf, koordinator peneliti Imparsial, mengatakan, pihaknya mereko-mendasikan pembubaran badan tersebut dengan tiga alasan. Pertama, watak militeristik Satpol PP yang tidak dapat dihilangkan karena telah diwariskan sebagai bagian dari semangat korps Satpol PP. Kedua, keberadaan Satpol PP tumpang tindih de-ngan tugas kepolisian yang juga melakukan fungsi Satpol PP. "Fungsi penyelenggaraan penga-manan harus dikembalikan kepada Kepolisian, tidak hanya skala nasional tapi hingga sudut wilayah Indonesia," katanya.

Ketiga, keberadaan Satpol PP juga menimbulkan tumpang tindih kewenangan penegakan hukum. "Fungsi penegakan hukum di ling-kungan pemerintahan seharusnya dilakukan oleh Polri dan institusi khusus seperi penyidik PNS," kata Al Araf.

Tentu permintaan itu wajar didengar lantaran perbedaan pandangan atas posisi dan peran

Satpol PP. Konflik yang kerap terjadi pun sering diekspos media massa berkaitan dengan penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang seolah-olah membenarkan aktivi-

tas PKL yang cenderungi tidak sesuai aturan.

Tapi bagaimanapun penataan harus dilakukan. "Mereka tidak dilarang untuk berusaha, namun kami menyediakan tempat yang nyaman dan aman, bagi ma-syarakat dan mereka sendiri," jelas Dra. Sularti, M.M. dari Kantor Satpol PP Pemkot Surakarta.

Pendekatan DialogBanyak kisah yang lebih

manusiawi dalam pendekatan yang dilakukan oleh Satpol PP dalam menjalankan amanat per-aturan daerah. Memang selalu ada pendapat pro-kontra dalam menangani PKL yang mengurangi hak publik dengan menempati trotoar, taman, lahan milik negara tanpa sesuai peruntukan.

Kepala Satpol PP Kota Medan Musaddad mengatakan, dalam penertiban PKL, tindakan pertama Satpol PP adalah peringatan lisan. Kedua, jika masih juga melanggar, warga diberi peringatan tertulis. ”Biasanya setelah diberi peringatan lisan dan tertulis, mereka relatif mau ditertibkan. Akhirnya kami jadi pihak yang capek sendiri. Tetapi daripada harus mengambil tindakan keras,” ujar Musaddad.

Monumen 45 Banjarsar i Surakarta, Solo Jawa Tengah seolah menjadi saksi atas upaya penataan lingkungan kota yang nyaman sesuai dengan per-aturan daerah dengan tetap me-manusiakan semua orang.

Pada awalnya sebagian PKL Monumen 45 Banjarsasi menolak rencana Pemkot Surakarta merelokasi tempat berjualan ke Pasar Klithikan Semanggi, Solo.

Para pedagang yang sebagian besar berjualan barang bekas bahkan sempat merencanakan aksi turun ke jalan. “Dulu kami takut kehilangan mata penca-

harian, kami takut setelah dire-lokasi ke tempat baru rejeki kami jadi sepi, tapi ternyata di sini jualannya juga lancar,” kilah Riyadi yang menjual dop

pelek (lampu neon, red) sambil melayani pembeli.

Untuk menambah keyakinan pedagang Pemerintah Kota Surakarta melakukan pendekatan budaya dan dialog kepada para PKL “Sebelum dilakukan relokasi PKL Monjari, Pemerintah kota mengundang PKL. Wakil dari PKL di sejumlah kawasan di Solo di ajak makan bersama dan berbincang ke Loji Gandrung yang merupakan rumah dinas walikota Surakarta,” kenang Sularti.

Setelah lebih dari 43 pertemuan selama 6 bulan, dialog akhirnya membuahkan hasil. Semakin banyak PKL yang menyetujui program relokasi. Tercatat 989 PKL Monumen 45 Banjarsari telah mendaftarkan diri untuk direlokasi ke kawasan Semanggi. Pemkot Surakarta juga telah menyediakan sarana angkutan untuk memindahkan dagangan PKL ke tempat yang baru.

Gunakan Budaya LokalWalikota Solo, Jokowi menge-

mukakan, ia pernah menolak permintaan Satpol PP yang meminta tambahan pentungan dan tameng. Jalan lain masih bisa dilakukan, yaitu pendekatan dan mengubah kesadaran kolektif jika ada kekeliruan yang dibuat. ”Yang terjadi di hampir semua daerah, maunya, kan, cari gampang, cepat, instan, sehari selesai,” kata Jokowi.

Salah satu hal menarik adalah waktu pelaksanaan relokasi. Event ini menjadi meriah sekaligus sebagai ajang perkenalan tempat berjualan mereka yang baru. Sekilas seperti kirab budaya, dengan membawa tumpeng, 989 orang pedagang yang telah menyetujui relokasi dikirab dari Monumen 45 Banjarsari menuju ke Pasar Klithikan, Semanggi

lengkap dengan kawalan pasukan dan kereta kuda dari Keraton Surakarta.

“Wah, pokoknya ramai Mas kami merasa di-uwongke (dihar-gai,red) , acara pindahannya wak-tu itu meriah,” kenang Riyadi, pedagang onderdil bekas yang mengaku lebih senang berdagang di kiosnya sekarang.

Selain mendapatkan layanan seperti itu, sebagian pedagang juga mendapatkan kemudahan ijin usaha. Sukri mengakui men-dapatkan kemudahan dengan diberikannya SIUP dan TDP (ijin berkaitan dengan usaha dagang) dari Pemkot Surakarta, "Jadi jika sebelumnya kami adalah PKL sekarang statusnya naik jadi pedagang pasar," katanya bangga.

Selama ini dengan pendekatan budaya Pemerintah Kota Surakarta telah berhasil mengubah cara pandang terhadap PKL. Berawal dari relokasi PKL di daerah Mo-numen 45 Banjarsari ke Pasar Klithikan Semanggi, Pembuatan Tenda Galabo di Gladak dan Pasar Windujenar, Pembuatan shelter di Manahan, pemberian gerobak yang bisa berpindah-pindah, dan juga rehab 37 pasar tradisional.

Untuk mendapatkan tempat jualan di Galabo sebelumnya me-reka harus membuat proposal ke Disperindag, setelah diseleksi Sekitar seratus pedagang yang mendapatkan ijin untuk berjualan. Karena keterbatasan tempat ter-masuk beruntung apabila PKL mendapatkan tempat berjualan di daerah ini mengingat banyak pedagang lain bahkan yang ber-asal dari luar wilayah Solo yang ikut mengajukan proposal untuk berjualan di lokasi tersebut.

Semuanya berjalan dengan aman dan damai. Dari jumlah total PKL di kota Surakarta pada pen-dataan tahun 2006 tercatat 5.817 PKL yang tersebar di wilayah Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kecamatan Banjar-sari, Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Jebres. Semakin mengerucut menjadi 3.880 PKL tahun 2007 setelah ada upaya relokasi dari Pemerintah Surakarta

dan diharapkan menurun pada tahun tahun berikutnya.

Menekan Laju PertumbuhanSetelah penataan, relokasi,

shelterisasi, dan penyediaan tenda serta gerobak saat ini Pemerintah Kota Surakarta tengah berupaya memastikan bahwa pertumbuhan PKL dalam angka nol. "Artinya tidak ada toleransi lagi bagi PKL baru," kata Sularti.

Di sinilah peran Satpol PP untuk memastikan tidak ada lagi pelanggaran. “Tugas kami adalah melakukan patroli dan penertiban apabila terjadi pelanggaran dan selama ini yang kami utamakan adalah dialog, apabila ada pelang-gar kami dekati dulu, kami buat surat peringatan sampai 3 kali, apabila PKL masih belum mengerti akan kami pindahkan. Semuanya kami lakukan dengan pendekatan dialog dan berlangsung damai,” jelas Sularti.

Secara khusus Sularti mene-gaskan bahwa pihaknya juga melibatkan peran lintas sektor lain seperti Disperindag Surakarta

yang menyiapkan gerobak untuk PKL, pengelolaan pasar, Dinas Tata kota, dan dinas lainnya serta pemerintah daerah di sekitar sekitar wilayah Surakarta.

“Kadang untuk PKL yang ber-asal dari luar daerah Solo kami sampai mengantarkan ke daerah asalnya, dengan bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten yang berbatasan dengan wila-yah Solo Seperti Kabupaten Karang-anyar dan Kabupaten Boyolali untuk memastikan tidak ada PKL yang kembali lagi ke Surakarta,” imbuhnya.

Disiplin InternalTak ada yang istimewa untuk

mendidik Satpol PP Surakarta untuk melakukan pendekatan dengan hati saat menertibkan pedagang kaki lima. Seperti halnya Satpol PP di daerah lain, mereka juga mendapat berbagai pelatihan seperti Kesamaptaan, penyidik pegawai negeri sipil (PPNS), dan perpajakan.

Hanya saja saat apel yang digelar setiap hari menjelang penertiban dan patroli, petugas penegak peraturan daerah itu mendapat arahan atau pesan moral. ’’Saat itu, kami selalu me-nekankan pentingnya nguwongke wong,’’ kata Kepala Satpol PP Surakarta, Drs Subagiyo MM.

Diakui Sularti, dalam jajaran petugas Satpol PP sendiri sudah tertanam konsep dan pemahaman bahwa setiap pelanggaran harus dihadapi dengan damai. “PKL kan juga warga masyarakat, Mas. Kami juga mengerti mereka cari makan untuk menghidupi keluarganya, kami beri pengertian kepada mereka kalau yang mereka lakukan mengganggu masyarakat lainnya, ngono ning ojo ngono, kita tetap bersikap tegas tapi dialog tetap yang utama,“ kata Agus yang telah bertugas selama 14 tahun di Satpol PP Surakarta.

Bahkan seolah ada kesepa-katan tak tertulis kata Agus bahwa kekerasan adalah jalan yang paling akhir. "Selama cara-cara damai dan dialog tanpa menggunakan kekerasan maka kekuatan otot apalagi tameng dan pentungan (tongkat) sudah tidak diperlukan," kata Agus yang juga dibenarkan oleh Sularti.

Satu pendekatan yang dinilai cukup berhasil adalah pendekatan hukum. "Setelah dialog buntu, ya memilih jalur hukum," kata Jokowi. Kisahnya, setelah melalui proses persidangan, pertengahan 2007, 12 pedagang di Solo divonis 1 bulan dengan masa percobaan 2 bulan. Mereka dinyatakan terbukti melanggar Pasal 19 Ayat (1) huruf (c) Perda No 6/2005 yang menyebutkan, kecuali izin wali kota, setiap orang/badan dilarang menggunakan badan jalan, bahu jalan, dan trotoar tidak sesuai dengan fungsinya. ”Dengan cara itu, mereka kapok,” kata Jokowi.

Terlepas dari itu semua, penting bagi masyarakat dan pemer intah untuk mel ihat kepentingan yang jauh lebih besar. Memang, keakraban antara Satpol PP dan warga tidak bisa tercipta dalam waktu sesaat.

Perlu waktu panjang dan komunikasi intensif dan lebih penting adalah semua harus diawali dari perlakuan sama seperti saudara. Ini juga menyangkut kebijakan yang nguwongke (menghargai, red) warga. Dan memang setiap kebijakan harus memperhatikan karakter asli manusia. (danangfi rman)

iP d k tSatpol PP Konflik yang kerap harian kami takut setelah dire

PKL yKecamPasar Ksari, KKecammengetahun relokas

Tak Harus Main TongkatMasih Ada Jalan Kemanusiaan

Page 4: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

4w

ww

.bip

ne

ws

ro

om

.in

fokomunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Mendulang Untung Dari Bitung

Kisah sukses WOC (World Ocean Conference) dan CTI Summit (Coral Triangel

Initiative), Mei 2009 lalu seolah diawali dengan kesungguhan upaya meneguhkan Indonesia sebagai negara maritim.

Pertengahan Agustus depan, Pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara menjadi tempat pelaksanaan Sail Bunaken, pa-rade kapal-kapal

perang dari berbagai negara dengan total peserta diperkirakan 8000 orang dari 121 negara.

Pelabuhan Samudera Bitung sejak dulu digagas agar mampu berakses langsung lewat direct container service ke negara-negara konsumen, minimal ke Singapura yang menjadi basis perdagangan internasional di ka-wasan ASEAN dan Asia Timur.

Secara geografi s letaknya jauh lebih dekat ke Jepang, Korea, Hongkong, dan Pantai Barat Amerika, ketimbang pelabuhan manapun yang kini berfungsi sebagai pelabuhan laut internasional di Indonesia. Di samping itu Pelabuhan Bitung masih didukung kedalaman laut yang membuat kapal-kapal kategori mother vessels berbobot mati di atas 50.000 ton bisa merapat ke dermaga.

Gagasan pengembangan Pelabuhan Bitung dilihat sebagai alternatif untuk meminimalkan biaya dan sekaligus pencapaian efi siensi. Pelabuhan Bitung ber-jarak sekitar 45 km dari Manado, Sulawesi Utara memiliki geografi s yang sangat menguntungkan sebagai pelabuhan alam yang terlindung oleh Pulau Lembeh memiliki panjang alur 9 mil, lebar

sisten dan berkesinambungan, oleh semua pihak yang terkait dengan kegiatan kepelabuhanan baik oleh operator pelabuhan maupun perusahaan pelayaran selaku pengguna jasa.

Semua kegiatan pelabuhan mendapat pengawasan ketat dari Administratur Pelabuhan (Adpel) selaku perpanjangan ta-ngan pemerintah pusat di daerah.

Kegiatan apapun di area pelabuhan telah didasari dengan aturan yang jelas yang dibakukan melalui prosedur tetap (protap) yang telah di-sosialisasikan kepada semua instansi terkait di pelabuhan.

Melalui layanan ini semua pihak memiliki hak dan kewajiban yang dilaksanakan secara bertanggungjawab, se-hingga dapat diyakini seluruh kegiatan yang ada di pelabuhan benar-benar merasa aman, nya-man dan lancar, serta dirasakan manfaatnya baik oleh operator maupun pengguna jasa, Ad-ministratur Pelabuhan Bitung, Drs Sukirman H Djafar.

Dikatakan, Pelabuhan Bitung sebagai salah satu pintu gerbang Provinsi Sulawesi Utara dan pusat kegiatan ekonomi yang berfungsi sebagai penyedia jasa mempunyai peranan penting dalam pengembangan Kawasan Timur Indonesia (KTI), khususnya Sulawesi Utara.

Kawasan IndustriSejak tahun 2004, Bitung telah

dikembangkan menjadi Kawasan

600 meter dengan kedalaman 16 meter dan luas kolam 4,32 hektar sehingga memungkinkan kapal ukuran besar bersandar dengan aman.

Penataan PelabuhanPemerintah telah menetapkan

Pelabuhan Bitung dan Makassar sebagai pelabuhan terbuka (ban-dar internasional) untuk wilayah

Indonesia timur. Kebijakan ini sejalan dengan upaya menata pelabuhan terbuka di Indonesia. Saat ini jumlah pelabuhan terbuka yang ada di Indonesia sebanyak 141 pelabuhan. Jumlah itu dianggap terlalu banyak.

Pemerintah kemudian akan menciutkan jumlah pelabuhan terbuka hanya tinggal 25 pelabuhan saja. Termasuk di antara 25 pelabuhan terbuka yang akan diumumkan adalah empat pelabuhan utama, yaitu Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, dan Pelabuhan Makassar.

Khusus untuk kawasan timur Indonesia, terdapat dua pelabuhan besar, yaitu Pelabuhan Makassar dan Pelabuhan Bitung.Sebagai pelabuhan kelas I yang terbuka untuk perdagangan domestik dan luar negeri yang di-program pemerintah sebagai hub port internasional sejak 2 Mei 2006 telah menerapkan prosedur pelayanan restricted area sesuai standar ISPS Code (Internatonal Ship and Port Fasility Security Code).

Standar pelayanan tersebut harus dilaksanakan secara kon-

Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Manado-Bitung yang berlokasi di Provinsi Sulawesi Utara. Program pembangunan kawasan industri itu tidak akan menyimpang dari fokus utama pengembangan Kapet Manado Bitung sebagai kawasan wisata.

Investasi melalui Kapet untuk PMDN tercatat sebanyak 12 proyek, sedangkan PMA 15 proyek. Tugas Badan Pengelola Kapet menjalin kerjasama de-ngan Pemerintah Daerah dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) untuk memberikan berbagai fasilitas termasuk insentif perpajakan.

Banyak investor yang tertarik dengan pengembangan kawasan Manado-Bitung, terutama de-ngan rencana pengembangan Pelabuhan Bitung yang dikelola PT Persero Pelabuhan Indonesia IV.

Sejak tahun 2004 lalu, pelabuhan ini dirancang untuk menangani 200.000 TEUS peti kemas per tahun. "Dengan adanya pelabuhan maka investor diharapkan tidak perlu khawatir dalam mengapalkan produknya untuk kemudian dilempar ke pasar domestik maupun luar negeri," Direktur Utama Pelindo IV Djarwo Surjanto.

Dia memaparkan Bitung meru-

pakan salah satu pelabuhan yang masuk dalam jalur pelayaran internasional di kawasan timur Indonesia (KTI).

Menurut Djarwo, terminal peti kemas di daerah itu berpotensi terus berkembang karena selama ini selalu menduduki posisi lima besar pelabuhan dengan arus peti kemas terbanyak di KTI selain Makassar, Samarinda, Balikpapan, dan Ambon. “Sekarang dermaga Bitung hanya cukup untuk satu kapal besar dan satu kecil. Ke depan kami akan kembangkan agar bisa untuk dua kapal besar,” ujarnya.

Djarwo mengungkapkan da-lam tahun-tahun mendatang di-harapkan terminal peti kemas Bitung sepenuhnya menjadi unit mandiri, terpisah dari Pelabuhan

Bitung. Mulai 1 Juli 2009, paparnya, secara operasional terminal peti kemas Bitung telah berfungsi independen.

Dukungan PemdaTekad pemerintah mewu-

judkan Pelabuhan Bitung se-bagai Pelabuhan Internasional, mendapat dukungan luas dari semua pihak terutama Pemerintah Kota Bitung dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara. Tentu sebagai pelabuhan internasional, kata Sukirman, harus mampu pula menyuguhkankan pelayanan di semua lini dengan tingkat pe-layanan bertaraf kelas dunia.

Untuk mencapai hal itu, te-lah dilakukan berbagai langkah pengembangan baik pada fasilitas pelabuhan yang didukung dengan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Tanpa dukungan ini tidak akan mampu bersaing dengan pelabuhan kelas dunia lainnya dalam mengoperasikan semua peralatan pelabuhan yang semakin canggih, katanya.

Dari hasil evaluasi perkem-bangan bongkar muat di Pelabuhan Bitung dalam lima tahun terakhir menunjukkan angka kenaikan ra-ta-rata 38,20 persen per tahun, maka harus diimbangi dengan pengembangan pelabuhan secara berkesinambungan.

Untuk itu saat ini pemerintah sedang melakukan pengem-bangan pada fasitas terminal peti kemas dengan membangun tambahan dermaga seluas 40,2 x 26 meter yang dilengkapi de-ngan fasilitas bongkar-muat moderen. Dengan penambahan ini Terminal Petikemas Bitung dapat dijadikan gerbang ekspor ke manca negara.

Untuk menjaga kesinambung-an pelayanan kepada pengguna jasa Adpel melakukan berbagai langkah antara lain dengan menjaga lingkungan organisasi sebagai upaya berfungsinya pengawasan melekat (waskat) pada seluruh instansi yang ada dalam menangkal adanya pu-ngutan liar di seluruh wilayah kerja baik di darat maupun di perairan.

Sedangkan pelayanan umum kepada pengguna jasa secara terus-menerus didorong melalui manajemen tebuka, sehingga semua kegaiatan pelayanan jadi transparan, efektif, efi sien melalui prosedur yang jelas dan tidak berbelit-belit.

(m/berbagai sumber)

Pelabuhan Bitung seba-gai salah satu pintu gerbang Provinsi Sulawesi Utara dan pusat kegiatan ekonomi penye-dia jasa mempunyai peranan penting dalam pengemban-gan Kawasan Timur Indonesia (KTI)

Page 5: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

s a

t u

k a

t a

i

n d

o n

e s

i a

5komunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Kendati hanya terpisah sepan-dangan mata, namun kondisi kehidupan warga Surabaya dan Madura ibarat langit dengan bumi. Surabaya boleh dikatakan cukup maju dalam berbagai bidang, sementara Madura sejak dahulu sampai sekarang masih “begitu-begitu” saja. Lebih-lebih soal ekonomi, Madura nyata-nyata tertinggal jauh di belakang. “Di Madura hidup susah, ta’ de pese’ (tidak ada uang—red), makanya

saya lari ke Sorbeje (Surabaya—red),” ujar Salam dengan dialek Maduranya yang kental.

Lelaki kelahiran Labang, Kabupaten Bangkalan, Jatim, ini mengaku terpaksa hijrah ke Surabaya lantaran di Madura sudah ‘mati kutu’ mengatasi kesulitan ekonomi yang melanda keluarganya. Usaha warung nasi yang ia buka di alun-alun Bangkalan pada tahun 80-an bangkrut karena sepi pembeli. Sementara untuk kembali bertani ia gamang, karena tanah di daerahnya terkenal tandus. “Jangankan padi atau palawija seperti ubi kayu, alang-alang saja males tumbuh di sana,” kata bapak enam anak ini.

Kemiskinanlah yang mengan-tarkan lelaki yang tak tamat SD ini ke tengah hiruk-pikuk kota Surabaya. Dalam pandangannya, pindah ke kota adalah jalan ter-baik untuk mengubah nasib ke-

luarganya. “Orang-orang di desa saya banyak yang cari kerja di Surabaya. Saya lihat mereka bisa bertahan hidup, meskipun jarang yang bisa berhasil atau jadi orang kaya,” tuturnya.

Di Kota Pahlawan ia membuka warung nasi dan kopi di depan kantor Majalah Berbahasa Jawa “Panjebar Semangat” di kawasan Bubutan. Dari warung tempel berukuran 2,5 x 2,5 meter itulah Salam bersama keluarganya

menyambung hidup. Tapi sama seperti kebanyakan perantau asal Madura lainnya, 20 tahun lebih hidup di kota tak membuatnya menjadi kaya. “Dari dulu saya tetap begini-begini saja. Cuma bersyukur karena masih bisa makan teratur,” kata lelaki berkulit legam ini pasrah.

Ditanya tentang pendidikan anak-anaknya, Salam mengangkat bahu. Ternyata, tak satupun dari enam anaknya sempat mengenyam bangku pendidikan. “Jangankan untuk sekolah, bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari saja untung,” kilahnya.

Zona Ekonomi-Industri BaruBerdiri di depan jembatan

sepanjang 5.438 meter yang menjulur tepat menuju kampung halamannya, membuat semangat hidup Salam kembali menyala. Binar matanya sangat jelas membersitkan harapan bahwa

jembatan itu akan mengubah wajah kampung halamannya menjadi lebih maju. Ia yang sebelumnya tak pernah berpikir pulang kampung, tiba-tiba kepengin pulang ke Labang dan membuka usaha di sana. “Engko’ pengen mole Labang beih, Cong (Aku ingin pulang ke Labang saja, Cong—red). Kelihatannya nanti ke depan di sana akan lebih makmur. Engko’ yakin, mon bedhe na (kalau keberadaan—red) jembatan Suramadu ini akan membuat Pulau Madura jadi makmur,” kata Salam pada anaknya, Kacong (22).

Harapan Salam memang bisa jadi akan menjadi kenyataan. Saat ini, pembangunan jembatan Suramadu telah tuntas seratus persen. Rambu-rambu, marka ja-lan, dan pembangunan loket tiket Tol Suramadu pun telah berfungsi pasca diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu (10/6) lalu.

Dalam peresmian, Presiden menyatakan Jembatan akan membuat kesejahteraan warga Madura meningkat. Namun Pre-siden juga mengingatkan agar aspek resligius dan Islami dan adat jangan sampai berubah. Presiden Yudhoyono juga me-minta agar operator jembatan tol Suramadu dapat melayani secara cepat, murah dan aman. "Gubernur kami ingatkan agar memanfaatkan kelancaran transportasi Suramadu untuk percepatan wilayah," katanya.

Sebelumnya, saat meninjau persiapan akhir pembangunan Jembatan Suramadu di Surabaya, Presiden menyatakan kehadiran jembatan Suramadu diharapkan menjadi titik awal pengembangan zona perekonomian baru di Jawa Timur. “Jembatan Suramadu ju-ga bisa dijadikan sarana bagi masyarakat Jawa Timur untuk meningkatkan pertumbuhan di

bidang jasa dan pariwisata. Ka-wasan ini akan menjadi kawasan yang sangat dinamis. Wilayah itu tentunya akan menjadi zona perekonomian,di situ pula akan tumbuh new economy industry,” kata Presiden.

Sementara itu, Staf Ahli Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bapenas) Ngakan Putu Miharjana, dalam sebuah diskusi di Jakarta menyatakan, Jembatan Suramadu akan mempercepat perkembangan perekonomian di Madura yang selama ini terisolasi. Namun, infrastruktur tidak menciptakan ekonomi, hanya membantu mempercepat supaya potensi bisa direalisasikan. Terutama terkait transportasi seperti adanya jembatan akan menurunkan biaya transport, meningkatkan produktifi tas, dan pergerakan ekonomi di daerah itu lebih murah. Selain itu, bisa membantu untuk menggali potensi-potensi lokal dari Sura-baya ke Madura begitu juga se-baliknya.

Menurut Miharjana, potensi Madura yang besar di sektor perkebunan adalah tembakau dan sumber daya alam seperti minyak gas. Pemanfaatan lahan untuk wilayah industri akan terjadi, karena di Surabaya sangat padat dan harganya mahal sehingga kalau dibentuk daerah kawasan industri sudah sulit. "Sehingga perkembangan industri itu bisa mengalir ke Madura dengan terbentuk kawasan industri," katanya.

Peran Masyarakat MaduraSesepuh Masyarakat Madura

yang juga mantan Gubernur Jawa Timur, Mohammad Noer, menyatakan dengan adanya jembatan Suramadu, diharapkan banyak investor yang mau membangun Madura. Di Madura, banyak kekayaan alam, misalnya tambang dan pariwisata yang belum digarap secara optimal. “Untuk industri, nanti terserah investor mau menggarap apa. Pariwisata, di ujung timur pantai Sumenep ada gurun pasir

yang bagus sekali. Tapi, dalam pembangunan ini, janganlah orang Madura hanya menjadi penonton. Mereka secara aktif harus ikut berperan,” ujar lelaki 91 tahun ini.

Agar ada generasi dari ma-syarakat Madura yang bisa terlibat dalam pembangunan nanti, melalui yayasan pendidikannya, M Noer bekerja sama dengan Institut Teknologi Surabaya (ITS) menampung 30 anak dari empat kabupaten di Madura yakni Bang-kalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. “Mereka akan dididik dan diharapkan bisa membangun Madura nantinya,” ujarnya.

Ia mengingatkan, pemba-ngunan industri di Madura sebaiknya bukan digunakan sebagai kawasan real estate sebagaimana di Batam. Ia ber-harap, pembangunan industri di Madura nanti, dibuat seperti di kawasan industri Rungkut Surabaya. Berbeda dengan Batam, di Rungkut tidak dibuat otorita, sehingga pemerintah setempat memiliki kewenangan untuk mengaturnya,” katanya.

Manfaat bagi warga setempat, itulah yang ditekankan M Noer terkait dengan pembangunan Jembatan Suramadu. Madu dari Jembatan Suramadu memang seharusnya dinikmati oleh masyarakat di Jawa Timur, khususnya masyarakat Madura yang sangat tertinggal di bidang ekonomi. Jangan sampai keun-tungan dari kemajuan ekonomi justru dinikmati oleh orang lain, sementara warga setempat hanya kebagian residunya.

Seperti harapan Salam saat pulang kampung, ia hanya ingin keberadaan Jembataan Suramadu membuat warga Madura lebih gampang mencari rejeki di daerah sendiri. “Semoga saja nanti ekonomi Madura tidak dimonopoli oleh orang-orang dari luar Madura. Sebab kalau itu yang terjadi, ada Jembatan Suramadu atau tidak, bagi kami padhe beih (sama saja—red),” pungkasnya. (gun)

ya lari ke Sorbeje (Surabaya— menyambung hidup. Tapi sama Dalam peresmian, Presiden

baliknya.Menurut

Madura yanperkebunan asumber daya gas. Pemanf

Berharap Madu Suramadu

Salam (66) memandang jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) yang terbentang megah di hadapannya dengan pandangan takjub. Ia yang berdiri persis di

ujung jembatan sisi Surabaya seolah tak percaya, pulau kelahirannya, Madura, yang dulu hanya bisa dicapai

30-45 menit dengan kapal ferry dari Surabaya, kini bisa dijangkau hanya dalam waktu 10 menit dengan mobil. Bukan saja lebih cepat, namun ongkosnya juga lebih

murah. Ia berharap, seiring dengan semakin lancarnya transportasi, perekonomian warga di Pulau Garam akan

berkembang lebih pesat.

Jembatan Suramadu saat ini tercatat sebagai jembatan terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan ini menghubungkan pulau Jawa (di Surabaya) dan pulau Madura (di Bangkalan).

Konstruksi Jembatan Sura-madu pada dasarnya merupakan gabungan dari tiga jenis jembatan dengan panjang keseluruhan sepanjang 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Ada juga lajur khusus bagi pengendara sepeda motor di setiap sisi terluar jembatan.

Jalan layang atau causeway dibangun untuk menghubungkan konstruksi jembatan dengan jalan darat melalui perairan dang-kal di kedua sisi. Jalan layang ini terdiri dari 36 bentang sepanjang 1.458 meter pada sisi Surabaya dan 45 bentang sepanjang 1.818 meter pada sisi Madura. Jalan layang ini menggunakan konstruksi pe-nyangga PCI dengan panjang 40 meter tiap bentang yang disangga pondasi pipa baja berdiameter 60 cm

Jembatan penghubung atau approach bridge menghubungkan jembatan utama dengan jalan layang dengan panjang masing-masing 672 meter.

Jembatan utama atau main bridge terdiri dari tiga bagian yaitu dua bentang samping sepanjang 192 meter dan satu bentang utama sepanjang

434 meter. Jembatan utama ini menggunakan konstruksi cable stayed yang ditopang oleh menara kembar setinggi 140 meter. Lantai jembatan menggunakan konstruksi komposit setebal 2,4 meter.

Untuk mengakomodasi pelayar-an kapal laut yang melintasi selat Madura, jembatan ini memberikan ruang bebas setinggi 35 meter dari permukaan laut. Dengan demikian, kapal-kapal besar dan

kapal nelayan leluasa berlayar di bawahnya. Selain itu juga dirancang tahan gempa dan cuaca serta kuat menopang lalu-lintas hingga 100 tahun. Jembatan ini dibangun dalam enam tahun. Peletakan batu

pertama dilakukan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 10 Juni 2009. (g-berbagai sumber)

Page 6: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

6w

ww

.bip

ne

ws

ro

om

.in

fokomunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Ada yang berlagak sebagai nyamuk. Terbang me-ngelilingi sekelompok ibu

yang sedang menyampaikan in fo rmas i tentang demam berdarah . Ada juga yang melontarkan humor dan bilang ke nyamuk untuk tidak menggigit sembarangan. "Aku bisa besar karena sampeyan (jawa=anda, red) lupa melakukan 3 M," tukas sang nyamuk.

Itu adalah salah satu fragmen yang ditampilkan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) Le Ollena asal Kota Probolinggo. Kelompok ini berhasil menjadi yang terbaik pada Lomba Cerdik Komunikatif se-Bakorwil III Malang. Satu langkah sebelum ikut dalam ajang grand final dalam Pekan Informasi Nasional 2009 lalu.

”Dalam menyampaikan infor-masi ke masyarakat, kita ya seperti ini mencari sesuatu cara yang cepat dimengerti masyarakat, kalau perlu melawak kita siap melakukannya juga, asal informasi ini sampai ke sasaran,” tutur Ketua KIM Le Ollena Puguh PS. Semua peragaan dan cara berkomunikasi bukan dipelajari sesaat sebelum lomba, tetapi sudah merupakan keseharian mereka ketika berso-sialisasi pada anggotanya maupun pada masyarakat.

Puguh mengatakan, kelom-poknya juga menyiapkan ma-teri latihan yang disesuaikan dengan informasi terbaru yang berkembang di masyarakat.”Kami browsing di internet, mencari di koran, dan majalah tentang informasi terbaru, kita akan mem-buat itu sebagai bahan latihan,” ujarnya.

Salah satu dewan juri Lomba Cerdik Komunikatif Suko Widodo mengatakan, penampilan KIM Le Ollena sangat atraktif dan kreatif. Bahkan dari seluruh kabupaten/kota di Bakorwil Bajonegoro dan Malang yang telah menyelesaikan lomba, tidak ada satu peserta yang sekreatif mereka. ”Mereka sangat kompak, selain itu mereka juga berani memperagakan sesuatu hal yang unik, seperti pada lomba tadi, mereka menyampaikan in-formasi tentang bahaya demam berdarah ke masyarakat. Selain berdialog, ada satu peserta yang memeragakan nyamuk dan ada peserta lainnya yang mengambar ilustrasi, bagi saya itu sangat me-narik,” katanya.

Penyebar Informasi MandiriDari Bandung, ada pula kisah

kelompok informasi masyarakat yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

KIM Kelurahan Sukabungah, menurut Kepala Badan Komunikasi dan Informatika Kota Bandung, drg. Bulgan Alamin berawal dari media lentera, yang berisi berbagai informasi untuk masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi yang ada, ketua RT kemudian dilatih Pemerintah Kota Bandung untuk dapat mengenal internet. "Meskipun pelatihannya bisa disebut sederhana, hanya

dengan enam langkah, seperti membuka , mengh idupkan komputer kemudian d iber i password lalu masuk internet dan kemudian mencari informasi yang dibutuhkan. Tapi sekarang masyarakat bisa memanfaatkan keterampilan itu untuk mencari informasi dan menjual sebagian produk komunitas mereka melalui jaringan internet," ungkap Bulgan Alamin.

Dua contoh kegiatan KIM dan berbagai kegiatan KIM yang ada di beberapa daerah merupakan pra-karsa masyarakat, pemerintah hanya sebagai fasilitator, sehingga dapat dikatakan kegiatan KIM dari, oleh dan untuk masyarakat itu sendiri.

”Pemerintah Kota Bandung hanya memfasilitasi saja, dan member ikan arahan dalam tiga hal yaitu e-Gov yang ber-kaitan dengan masalah yang ada di masyarakat itu sendiri, seperti data kependudukan, data infrastruktrur, sekolah, sungai dan lainnya. Kemudian e-Bussines, berkaitan dengan produk yang bisa ditawarkan oleh masyarakat, meskipun ketika transaksi melalui RT atau RW nya. Dan yang terakhir adalah e-Community yaitu berkembangnya aktivitas masyarakat yang membutuhkan informasi di Warung Informasi Kelurahan Sukabungah,” jelas Bulgan Alamin.

Dikenal di Negeri JiranBagi Dato. H. Abd. Murat,

pejabat Kementerian Penerangan Malaysia yang pernah berkunjung ke KIM Sukabungah, Bandung akhir tahun lalu, KIM yang ada di

Indonesia konsep dan falsafahnya serupa dengan Komuniti Bestari di Malaysia. "Komuniti Berstari kini berjumlah 1094 komuniti. Asalnya bernama Kumpulan Pendengar, Penonton, dan Pembaca. Mungkin K3P ini kalau di Indonesia adalah Kelompencapir, yang sekarang telah berubah nama menjadi Kelompok Informasi Masyarakat,” jelasnya.

KIM dan Komuniti Bestari menurut Murat mempunyai nilai yang sama. Lebih lanjut, Murat

menekankan bahwa hal yang lebih penting adalah bagaimana meningkatkan kerjasama di antara kedua negara dengan melibatkan unsur masyarakat yang tergabung dalam KIM itu sendiri. ”Saya undang, KIM Sukabungah ini untuk melawat ke Negeri Malaysia, supaya kita bisa saling bertukar pengetahuan dan dapat meningkatkan kerjasama kita,” ujarnya.

Dari Komunitas Untuk Komunitas

Ketua KIM Cokro Manunggal, Kecamatan Gedangsari, Kab. Gunungkidul, DI Yogyakarta, Cokro Suharjo mengatakan bahwa KIM sangat diperlukan karena banyak informasi yang bisa membuat bingung masyarakat, khususnya di Desa Hargomulyo, Gunungkidul.

"Dengan KIM, sekarang infor-masi tentang kebijakan pemerintah khususnya Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dapat terakses hing-ga ke tingkat bawah, apalagi informasi yang menyangkut ke-pentingan masyarakat umum. Ma-syarakat bisa tahu informasi yang jelas dan tepat," kata Cokro.

KIM Cokro Manunggal ber-anggotakan 228 orang dari 14 dusun di Desa Hargomulyo dan Desa Watu Gajah. KIM yang

Sebagai komunitas informasi memiliki peranan penting dan strategis dalam upaya

mewujudkan pelancaran arus informasi. Oleh karena itu, Kelompok Informasi Masyarakat perlu membekali diri dan aktif mengakses

informasi melalui berbagai media informasi sehingga kaya akan informasi.

merupakan perubahan dari Paguyuban Seni Cokro ini memiliki visi “Mewujudkan Masyarakat Hargomulyo khususnya dan Masyarakat Gedangsari pada umumnya Sadar Informasi dan Komunikasi yang Sehat dan Bermartabat”.

KIM ini, kata Cokro Suharjo, telah menghasilkan beberapa hal positif. Seperti menghidupkan kembali kelompok-kelompok tani dan ternak yang semula pasif. Bersama Dinas Pertanian telah

membimbing 6 (enam) kelompok tani dalam bentuk penguatan modal serta alih tehnologi di bidang pertanian untuk pembuatan pupuk organik dan fermentasi jerami basah.

Selain itu kerjasama juga dilakukan dengan Kantor Capil dan Pemerintah Desa Hargomulyo untuk pembuatan akta kelahiran secara massal dengan biaya murah, "Tentu t idak lupa

mensosialisasikan kebijakan-kebijakan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul," imbuh Cokro.

Hal senada disampaikan Sa-djak Sunardi, Ketua II KPIKM (Kelompok Peduli Informasi dan Komunikasi Masyarakat) Se-dyo Mulyo, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. "Selain melakukan serap dan distribusi informasi, juga ada usaha ekonomi pro-duktif dan kegiatan sosial buda-ya. KPIKM Sedyo Mulyo juga berupaya responsif dan proaktif dalam menyerap, memilih dan memilah informasi serta pesan-pesan pembangunan baik dari media massa maupun tatap muka langsung," jelas Sunardi.

Ada yang menarik dari KPIKM Sedyo Mulyo. Kelompok ini, me-nurut Sunardi juga menggalang dana sosial yang diprioritaskan bagi anggota serta mencarikan

solusi bagi masyarakat dari ka-langan keluarga miskin yang mendapatkan kesusahan atau musibah.

Ketua KIM Candra Kirana, Jember Jawa Timur, Ny Bungah Koesnan yang berasal dar i Desa Sumbere jo, Ambulu , menyampaikan bahwa pihak KIM selalu mengambil informasi, baik elektronik maupun dari media cetak yang dilakukan setiap hari.

Tapi yang paling menonjol di Candra Kirana yaitu pemberdayaan

anggotanya dalam dunia usaha. Seperti simpan pinjam dan bidang KUR. Dengan begitu, KIM dapat membantu masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan modal usahanya.

Kembangkan KemampuanMemang keberadaan KIM

da l am masya ra ka t h a r u s memil iki kemampuan lebih. "Jangan sampai KIM seperti guru sejarah yang tahu sejarah sepuluh bahkan seratus tahun yang lalu tanpa mengalaminya sendiri, jangan pula KIM seperti guru Geografi yang tahu gunung tertinggi dan laut terdalam tapi belum tentu pernah mendatangi tempat tersebut. KIM haruslah tidak hanya tahu namun juga mengalaminya sendiri, sehingga dapat memberikan informasi dengan lebih jelas dan tepat," tegas Menteri Komunikasi dan Informatika Muhammad Nuh.

Tentu saja upaya menjalankan fungsi KIM di tengah masyarakat, bukan tanpa hambatan. Bagi Cokro Suharjo daerah Gunungkidul yang hampir 70% tingkat pendidikan masyarakatnya rendah, hanya setingkat SD-SMP serta kondisi geografi s yang bergunung-gunung merupakan kendala tersendiri. "Kadang memerlukan jalan kaki sejauh 500 meter hingga 1 km, dan hambatan yang terakhir adalah kurang jelasnya dasar hukum KIM," katanya.

Namun meskipun hambatan ada, Cokro Suharjo tetap menilai bahwa keberadaan KIM dalam ka i tannya dengan layanan informasi masyarakat sangat penting dan dibutuhkan, dan perlu

ngan enam langkah, seperti menekankan bahwa hal yang membimbing 6 (enam) kelompok anggotanya dalam dunia usaha. dengan enam langkah seperti menekankan bahwa hal yang membimbing 6 (enam) kelompok anggotanya dalam dunia usaha

Dari Informasi Dari Informasi Turun Ke PartisipasiTurun Ke Partisipasi

Page 7: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

s a

t u

k a

t a

i

n d

o n

e s

i a

7komunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

dikembangkan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Melalui KIM, Cokro Suharjo mengharapkan keterbukaan dan kebebasan informasi dapat dipergunakan untuk kemaslahatan masyarakat dan kehidupan ber-bangsa.

Menurut Menteri Nuh sebagai agen sosial transformasi, KIM harus mempunyai satu modal utama yakni pola fakir. "Pola fakir tersebut ada lima macam, yakni keahlian, menggabungkan beberapa keahlian, kreatif, saling menghargai dan etika. Pola fi kir ini yang harus dimiliki oleh anggota KIM," tambahnya.

Butuh PemberdayaanKIM yang banyak dikenal dan

berkembang adalah kelompok dengan keg iatan mencar i , mengumpulkan, menyaring dan memilah informasi dari berbagai sumber seperti dari radio, televisi, buku, majalah, koran, maupun internet. Informasi yang telah disaring dan dipilah tersebut kemudian digunakan untuk mengembangkan berbagai usaha, seperti bidang sosial, ekonomi dan budaya.

Kepala Dinas Perhubungan dan Kominfo DI Yogyakarta, Mulyadi Hadikusumo mengatakan memang KIM memiliki peran penting dan strategis dalam upaya mewujudkan pelancaran arus informasi di pedesaan.

"Dengan penguasaan in-formasi, KIM akan menjadi sumber informasi dan tempat bertanya bagi warga sekitar yang pada gilirannya mampu menye-

barluaskan informasi secara gamblang kepada keluarga, te-tangga, dan warga sekaligus memberikan kepastian informasi kepada masyarakat," katanya.

Pemerintah juga dapat mem-berdayakan peran KIM sebagai saluran komunikasi dan diseminasi informasi yang efektif bagi masyarakat. Untuk itu, menurut Mulyadi, KIM perlu membekali diri dan aktif mengakses informasi melalui berbagai media informasi sehingga kaya akan informasi.

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur, Drs Sudjono MM, menilai pola pemberdayaan KIM harus diarahkan dalam bentuk penguatan agar KIM bisa melakukan aktivitas sesuai dengan fungsi umum KIM dan fungsi kontekstual sesuai kebutuhan masyarakat. "Dalam melakukan pola pemberdayaan, tentunya melibatkan pelbagai elemen sosial meliputi pemerintah, swasta, media massa, dan lembaga masyarakat," jelasnya.

Menurut Sudjono, pemerintah, baik dari pemerintah provinsi, kab atau kota dapat berperan dalam memfasilitasi pengembangan dan pemberdayaan melalui aktifi tas yang disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan daerah masing-masing.

Bagi kalangan swasta, lanjut Sudjono salah satu peran yang dapat diambil, yakni dengan memfasilitasi aktivitas dalam aspek-aspek pengembangan usaha meliputi kemitraan usaha, dukungan modal, pengembangan SDM, dan pemasaran hasi l

produksi.Sementara media massa dapat

membantu melalui pemberian informasi yang berkualitas yang disampaikan pada masyarakat disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik masyarakat. "Sedangkan untuk lembaga masyarakat dapat melakukan upaya sebagai agen pemba-ha ru dan i nova to r da l am rangka mengembangkan dan memberdayakan KIM," papar Sudjono.

Akan tetapi, intervensi pe-merintah yang terlalu besar dalam jaringan KIM disinyalir dapat mendangkalkan ekspresi ma-syarakat. "Intervensi pemerintah dengan berbagai otoritas terhadap KIM dan berbagai jaringan ko-munikasi sosial di masyarakat daerah juga berpotensi membuat daerah merasa tidak otonom atau terdominasi," kata Ketua Jurusan Komunikasi Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Budhy K Zaman.

Hal yang berbeda dinyatakan oleh Direktur Pusat Kaj ian Komunikasi Surabaya, Suko Widodo. Menurutnya intervensi bisa dilakukan dengan tujuan kebaikan. “Tapi jangan langsung melakukan intervensi pada kebutuhan riil masyarakat. Jika pun memang intervensi itu harus di lakukan maka dasar awal yang harus diletakkan adalah bagaimana memahami situasi dan kondisi masyarakat dengan tepat dan baik,” jelasnya.

Namun Budhy dan Suko Widodo dalam kesempatan yang terpisah sepakat bahwa KIM

penting mempertimbangkan peran sebagai local genius dalam pemecahan masalah masyarakat setempat. "Hal itu, pada tahapan awal bisa dilakukan dengan me-ningkatkan rasa memiliki (self belonging) sebagai anggota KIM dan meningkatkan kemampuan sebagai pelayan informasi kepada masyarakat," jelasnya.

Sejalan dengan kebutuhan itu, Sudjono menambahkan ada dua pendekatan yang bisa d iambi l yakni memperkuat kelembagaan KIM sebagai pusat informasi dan meningkatkan kemampuan pengelola KIM sebagai pengumpul, pengelola, dan penyebar informasi.

"Kemampuan KIM ini akan dapat dikembangkan dengan mengembangkan jaringan kerja dan mengembangkan struktur organisasi horisontal yang lebih mengutamakan kerjasama dengan masyarakat," tutur Sudjono.

Ia menambahkan, dengan pemberdayaan KIM peranan KIM ke depan benar-benar dapat digunakan sebagai wadah penggerak part is ipasi akt i f masyarakat dalam hal penyampai informasi dan penyalur aspirasi masyarakat.

Bekal Hidup di Era InformasiInformasi kini telah menjadi

kebutuhan dasar dan hak dasar. Sama pen t i ngnya dengan sandang, pangan, papan. Pa-salnya tanpa informasi dan pengetahuan sebagaimana di-nyatakan oleh Amartya Sen, seorang manusia akan terpuruk dalam ketidakberdayaan dan

kemiskinan.Saat sekarang ini memang KIM

dibutuhkan, kata Suko Widodo. "Masyarakat bisa interaksi sesama komunitas, saling tukar menukar informasi, Bisa memilih, memilah, m e n g o l a h , m e r u m u s k a n , memutuskan informasi mana yang bisa dimanfaatkan," jelasnya.

Perubahan ke arah masyarakat informasi tentu saja t idak mudah karena berkaitan dengan perubahan budaya, tetapi mau tidak mau masyarakat harus sudah dipersiapkan mulai sekarang.

"Bekal yang paling baik adalah melek informasi. Bukan sekedar melek huruf tetapi bagaimana agar masyarakat memahami informasi yang diterima dan mampu menggunakannya dalam kehidupan keseharian," jelas Suko Widodo.

Di sinilah peran KIM diuji, bisa memberikan pemahaman sekaligus mendorong partisipasi warga untuk mengakses informasi dari berbagai sumber. Di tengah perubahan transis i menuju demokrasi, tampaknya KIM bisa mengambil peluang peran penting.

Tentu sebagai sebuah wahana informasi bagi masyarakat, tantangan KIM tidak sekadar meningkatkan partisipasi melalui melek informasi.

Arus tekanan global perlu peny ikapan cerdas , tanpa kehilangan kearifan lokal (local wisdom). Semangat menjaga nilai lokal akan menjadi kunci dalam mengatasi arus perubahan yang akan terus berlangsung.

(m)

Aneka makanan ringan atau cemilan

sehat seperti kerupuk rajungan, kerupuk

tulang ikan, telor asing bakar, kembang gula,

dan kue ulat sutra ditawarkan Kelompok Informasi Masyarakat

Le Ollena Kota Probolinggo pada Pekan

Informasi 2009 yang digelar di GOR Ken Arok

akhir Mei lalu.

Banderol yang dipasang pada aneka makanan ini bervariatif mulai dari harga Rp 5.500,00 hingga Rp 45 ribu. ”Kami jamin produk kami sehat, enak, dan gak bikin kantong bolong,” kata Yuk Kota Probolinggo Tantri Rahayu, Minggu (31/5).

Menurutnya, KIM Le Ollena sangat kreatif mereka berani mengelola limbah ikan seperti duri, buntut, dan sirip ikan menjadi camilan yang sehat serta lezat untuk dikonsumsi. ”Kalau makan ikan biasanya kita membuang duri, sirip, dan buntutnya, KIM kami menangkap fenomena ini sebagai kesempatan untuk memanfaatkan limbahnya menjadi sesuatu yang ber-manfaat,” katanya.

KIM saat in i tengah d i kembangkan men jad i

salah satu pendorong kegiatan ekonomi masyarakat melalui informasi. Ada kisah KIM Pamotan, Bojonegoro. Fokus kegiatan KIM ini meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengakses informasi dengan mendirikan warnet yang dikelola oleh 15 orang. Masyarakat banyak meminta bantuan untuk bisa mengakses internet mengenai pendaftaran sekolah atau kelulusan ujian nasional. Tidak hanya itu, mereka juga berusaha memberdayakan masyarakat dengan mencari bahan produk dengan harga murah namun dikembangkan sehingga mempunyai daya beli tinggi.

Sementara KIM Margosuryo Kota Mojokerto, memfokuskan kelompoknya untuk bergerak di bidang alas kaki, yakni sepatu dan sandal atau alas kaki. Mereka aktif mengikuti pameran yang

digelar di daerah-daerah. Mereka juga membuat alat pengamanan sepeda motor, dan helm. Caranya mereka melihat desain baru yang terbit di internet, selanjutnya ia kembangkan lagi sesuai desain yang mereka idekan. Pemasran dilakukan mellaui internet dan dibantu tabloid yang dikelola Dinas Kominfo Kota Mojokerto.

Beda l ag i dengan K IM Wijaya, Desa Bejijong, Tro-wulan, Kabupaten Mojokerto, memfokuskan untuk pengem-bangan pengarajin kuningan yang dikelola sekita 50 orang. Mereka menggunakan internet untuk pemasarannya. Link web ini selain utnuk pemasaran juga untuk menginformasikan eksistensi KIM ini sehingga ke luar negeri.

Tidak jarang mereka mendapat pemesanan dari Amerika Seri-kat, dan kini menyusul dari Australia. Namun mereka juga

Gerakkan Ekonomi Masyarakat

Dari Informasi Turun Ke Partisipasi memanfaatkan wisatawan yang

datang ke Trowulan untuk memasarkan produknya.

Berdamai Dengan Era GlobalMemang penguasaan dan

pemanfaatan teknologi informasi sudah banyak dilakukan secara luas oleh banyak kalangan. In-formasi diposisikan sebagai mata yang dapat digunakan untuk me-lihat segalanya.

Terbentuknya kelompok in-formasi masyarakat (KIM) yang tersebar di seluruh nusantara bisa dimaknai sebagai upaya adaptasi terhadap pesatnya perkembagan informasi. Mereka terdiri dari kelompok-kelompok masyarakat yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa yang sebagian besar telah banyak memperoleh banyak prestasi baik di tingkat provinsi maupun nasional.

"Kelompok ini diharapkan mampu saling mengisi atau membantu antar kelompok yang ada di masyarakat serta mengembangkan peran bersama anggota masyarakat yang lain dalam menghadapi tantangan global," jelas Wiwik salah satu pegiat KIM dari Kabupaten Kediri.

Bagi Wiwik, KIM tidak hanya bermanfaat dalam memberikan pencerahan informasi kepada masyarakat, "Ada beberapa produk unggulan yang dikelola oleh beberapa kelompok yang tergabung dalam KIM. Produk ini akhirnya bisa dijual dengan nilai lebih melalui kolaborasi dengan media internet," ungkapnya.

Perlu StrategiNamun Wiwik mengakui upaya

menumbuhkan kemampuan KIM

dalam mengelola informasi harus dilakukan secara berkala dan berjenjang dengan pola terpadu. "Tidak hanya melibatkan instansi atau lembaga pemerintah, tapi juga kalangan pengusaha dan pendidikan. Pembinaan tersebut akan lebih mantap jika dikembangkan dalam bentuk pembinaan tentang pemanfaatan dan penggunaan multi media dan forum sarasehan. Selain itu juga perlu diadakan pula pengelolaan di tingkat kecamatan hingga kelurahan yang nantinya akan dibentuk Pos Informasi Masyarakat (PIM) sebagai wadah untuk koordinasi di tingkat kelurahan, serta Balai Informasi Masyarakat (BIM) sebagai wadah untuk koordinasi di tingkat Kecamatan," ungkapnya menjelaskan beberapa penca-paian di Kabupaten Kediri.

Menurut dosen Komunikasi Universitas Airlangga Surabaya, Suko Widodo, sebenarnya KIM tak harus dipaksakan untuk memiliki produk unggulan. "Esensi KIM adalah wahana informasi bagi masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kualias SDM dan kemampuan mengembangkan daya tanggap, serap, dan nalar serta produktif dalam mengikuti dinamika informasi adalah hal mutlak yang harus dimiliki," jelasnya.

Sementara itu, dalam aspek organisasi KIM juga harus se-nantiasa meningkatkan ke-mampuan dan pengetahuan dalam praktek sesuai dengan tuntutan menajemen informasi yang ada. (m)

Page 8: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

8w

ww

.bip

ne

ws

ro

om

.in

fokomunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Drs. Suko Widodo, MAPengamat KomunikasiUniversitas Airlangga Surabaya

Banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat akibat perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Perubahan tersebut membentuk sistem dan pranata kehidupan yang mempunyai dampak yang sangat hebat dalam perubahan pola pikir dan pola tindak masyarakat.

Perubahan-perubahan ini menyebabkan menjamurnya lembaga part is ipas i masyarakat kelompok-kelompok komunikasi dalam segala bentuknya sebagai fenomena terwujudnya pranata informasi baru di dalam masyarakat.

Kelompok-kelompok Komunikasi sebagai komunitas kelembgaan partisipasi masyarakat, tumbuh sejak era tahun 1970 an dan tersebar di seluruh kawasan. Keberadaan komunitas ini bukan hanya bergerak di bidang sosial kemasyarakatan, namun mereka sangatlah memberi banyak kontribusi sangat besar dalam meningkatkan kualitas dan produktifi tas masyarakat serta lingkungannya.

"Masyarakat memiliki insting untuk mencari informasi. Yang diperlukan sebenarnya adalah cara pandang dan kebijakan untuk mendorong tumbuhnya wahana komunikasi di mana masyarakat dapat mengakses beragam informasi dan mendiskusikan informasi tersebut," kata Suko Widodo yang ditemui di salah satu tempat beraktivitasnya Pusat Kajian Komunikasi Surabaya di kawasan Kertajaya, Surabaya belum lama ini.

Belum lama ini ia juga menjadi salah satu juri Lomba Cerdik Komunikatif dalam Pekan Informasi 2009 yang fi nalnya digelar di Malang, Jawa Timur. Berikut hasil bincang-bincang dua babak dengan pengajar Universitas Airlangga Surabaya ini sewaktu bertemu di Malang dan Surabaya.

Bagaimana anda melihat Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)?

Dalam kehidupan masyarakat pastilah ada kekuatan sosial yang dapat digerakkan menjadi sebuah kekuatan. Ada unsur yang dalam sosilogi disebut sebagai ”gregariousness”, yaitu naluri manusia sebagai makhluk sosial untuk selalu memerlukan dan membutuhkan orang lain.

Manusia normal pastilah tidak mungkin kuat hidup sendirian. Oleh karena itu, sebuah ”ruang publik” senantiasa dibutuhkan. Ruang publik inilah sejatinya essensi dari KIM ini. Kelompok ini dapat menjadi ruang bagi kepentingan masyarakat dalam melakukan hubungan antar individu dalam sebuah wilayah.

Bagaimana dengan pandangan negatif terhadap KIM?

Dalam era transisi menuju masyarakat demokrasi, memang memungkinkan warga masyarakat untuk melakukan ekspresi secara bebas. Persoalannya ekspresi yang bagaimana agar dapat diterima dengan baik, agar eksistensinya dapat mengambil peran positif, tentu memerlukan kesiapan yang sungguh-sungguh. Agar setelah terbentuk tidak malah menjadi cemoohan atau beban bagi masyarakat.

KIM sendiri mencoba hadir dalam pergulatan sosial. Banyak orang sudah nyinyir dan mengatakan ini adalah penghidupan kembali kelompencapir dalam rejim orde baru. Dengan begitu, dari awal KIM sudah mendapat ”tantangan” opini publik yang cenderung bernada miring. Maka itu, jika pun KIM ini dirasakan penting, yang jadi soal bagaimana arti penting itu

dapat ditampilkan secara dengan bijak.

Pandangan anda terhadap opini negatif itu?

Jika kemudian kini muncul KIM, maka perlu ada kritisi, “apakah ini penjelmaan dari kelompencapir?”. Jika ini yang menjadi niatan, maka hentikan saja! Karena ini sama saja dengan mengulang sejarah buruk dimana masyarakat menjadi agen dari negara.

Tetapi manakala kehadiran KIM dalam posisi sebagai sebuah ranah kemerdekaan bagi publik untuk mengembangkan diri melalui akses informasi, maka kebijakan itu layak; sekali lagi layak untuk didorong.

Mengapa KIM dengan pengertian itu diperlukan?

Indikasi rendahnya kesadaran bermedia (media literasi) masyarakat terlihat dari belum banyaknya institusi yang bergerak dalam “pengawasan informasi”, rendahnya anggaran pemerintah untuk bidang informasi dan komunikasi, serta sedikitnya kesadaran publik akan plus-minusnya dampak informasi.

Pada posisi demikian, maka semestinya pemerintah mengambil peran dalam penyediaan informasi yang cukup bagi masyarakatnya. Pemer intah harus membangun sebuah program komunikasi yang b isa menyediakan informasi kepada publik, menyebarluaskannya, serta mengajak masyarakat untuk melek informasi (well-informed).

B u k a n k a h s e k a r a n g b a n y a k berkembang media massa dengan muatan informasinya?

Memang, tapi yang lebih banyak

adalah informasi komersial atau hanya untuk kepent ingan para kapital. Serapan informasi komersial yang (maaf) kurang memberi nilai positif bagi kita, bukanlah sesuatu yang aneh. Ini karena para perancang program komunikasi massa mengetahui se luk beluk mengelola informasi untuk dijadikan sebuah komoditas yang memiliki nilai jual tinggi.

L ihat lah, banyak ibu yang l eb ih mengetahu i kehidupan para selebritis, ketimbang kehidupan tetangga sebelahnya. Anak muda, lebih mengagumi dan mengidolakan art is yang sejat inya t idak dikenalinya secara langsung,

ketimbang kawan sekelasnya di sekolah. Persoalannya, sebagaimana dikritisi

oleh kalangan akademisi komunikasi, informasi “sampah” semacam itu justru kan membodohkan intelektual masyarakat dan menjadikan lemahnya kreativitas masyarakat.

Posisi KIM sendiri?KIM ini adalah sebuah kelompok yang

bergerak dalam dunia komunikasi informasi. Sebuah bidang aktivitas yang mengelola informasi. Tentu akan sangat positif jika KIM menjadi wahana bagi masyarakat yang membutuhkan informasi.

Minimal KIM adalah partner lembaga infokom. Tetapi yang jauh lebih mulia adalah pemerintah telah mulai mengawali bagaimana masyarakat memperoleh haknya atas informasi publik. Informasi yang lazimnya hanya dimiliki negara (dulu) dan hanya dikuasasi lembaga komersial (saat ini); selayaknyalah juga bisa memberikan kemanfaatan bagi masyarakat.

Kontribusi KIM dalam pengamatan anda?

Jika KIM akan mengambil peran, maka juga perlu memahami perubahan yang terjadi dalam dunia teknologi komunikasi informasi. Akibat kemajuan komunikasi itu maka jumlah informasi makin meningkat, tetapi sekaligus juga meningkatkan jurang pemisah (gap) kepemilikan informasi antara orang kaya dan miskin. Boleh jadi aktor KIM mengambil salah satu peran untuk menjembatani keterbatasan informasi (lack of information) yang dimiliki masyarakat.

Bisa dijelaskan?Dalam masyarakat juga selalu ada

”kelebihan-kelebihan” yang dimiliki oleh anggota masyarakat. Nah, disinilah KIM dapat mengajak orang yang berkelebihan itu dalam usaha mengabdikan kepada masyarakat. Kelebihan tidaklah selalu

dalam bentuk materi, tetapi juga dapat

berupa kemauan dan pikiran. Justru k e kua t a n n on -materi itu lazimnya menjadi penggerak

yang luar biasa dari sebuah kehadiran

o r g a n i s a s i sosial.

Biarkan Masyarakat Memilih dan Memiliki

Keberadaan KIM dengan segala dinamikanya bisa menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi terwujudnya pranata informasi baru di kalangan masyarakat, sehingga nantinya akan terbangun masyarakat madani yang sehat, dinamis, dan berdaya. Yang jadi soal bagaimana kemudian ruang itu diisi oleh ”obyek informasi” yang dapat mengikat anggota masyarakat setempat.

Menurut anda, bagaimana idealnya proses dalam KIM?

Inilah yang harus kita gagas bersama. Paling awal yang harus kita bangun, sebagaimana disebutkan diatas adalah menempatkan paradigma masyarakat sebagai konsumen yang berdaya dan syukur-syukur juga berkesempatan sebagai produsen informasi.

Dengan demikian kunci yang harus kita pegang adalah bagaimana membuat masyarakat berdaya atas informasi. Masyarakat tidak sekedar sebagai pendengar radio, pembaca koran dan pemirsa televisi. Tetapi juga sebagai khalayak yang aktif dan dalam tataran tertentu bisa menjadi produsen informasi.

Sebagai khalayak aktif, maka mereka harus bisa memilah dan mengkritisi informasi, atau bahkan bersikap atas informasi. Menjadi produsen informasi, maka masyarakat bisa memiliki lembaga produksi informasi, seperti membuat koran komunitas, radio komunitas atau bahkan televisi komunitas.

Konsep pemberdayaan?Yang penting KIM itu jangan dibentuk;

tapi biarkan terbentuk! Oleh karena itu, yang terpenting bagaimana kita bisa memfasilitasi masyarakat. Posisi pemerintah tetap saja sebagai fasilitasi tanpa garansi.

Pada konteks penyiaran (televisi dan radio), bisa saja pemerintah memberikan alokasi frekuensi kepada masyarakat. Kalau untuk koran/ majalah, pemerintah bisa menyediakan fasilitas peralatan komunikasi, seperti line telepon, komputer, faksimil, training-training dan lain sebagainya.

Bagaimana anda melihat masa depan KIM?

Bemodalkan aspek sosial tadi, maka K IM l amba t l a un a kan

menjadi sebuah pranata yang dapa t d i t e r ima masyarakatnya. Bahkan dapat menjadi panutan

dalam pembentukan nilai sosial bagi lingkungannya.

Memang kalimat ini seperti idealis, tetapi tidak berarti tidak dapat diwujudkan. Karenanya, sekalipun visi sosial menjadi sandaran utama dari KIM, jangan melupakan aspek urgensi nyata yang diperlukan anggota KIM.

Dalam artian, kepentingan kepada KIM dikembangkan tidak hanya pada

aspek sosial, tetapi bisa lebih dari itu.

Adakah saran bagi KIM agar tetap bisa bertahan?

Kelompok sosial yang eksis, lazimnya terbentuk karena kemampuannya menterjemahkan kebutuhan sosial dan kemudian mampu memenuhi kebutuhan itu. Sejarah membuktikan, begitu banyaknya kelompok yang dibentuk dan kemudian mati, sebagai akibat ketidakjeliannya menangkap apa yang diinginkan masyarakat.

Oleh karenanya, ihwal awal yang perlu dikaji adalah bagaimana kita mampu melakukan penaksiran kebutuhan (need assessment) masyarakat. Jangan sebaliknya, kita melakukan “intervensi” pada kebutuhan riil masyarakat. Jika pun memang intervensi itu memang sesuatu yang harus dilakukan (karena tujuan kebaikan), maka dasar awal yang harus diletakkan adalah memahami situasi dan kondisi masyarakat. (mth)

Page 9: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

s a

t u

k a

t a

i

n d

o n

e s

i a

9komunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Selain masalah jangkauan pelayanan, persoalan pe-nyediaan air minum di

Indonesia juga menghadapi ma-salah kualitas pelayanan. Pada umumnya, air yang diterima ma-syarakat belum memenuhi standar kualitas air minum. Tingkat konsumsi air minum pun masih rendah, yakni kurang lebih baru mencapai 14 meter kubik per bulan per rumahtangga. Namun secara nyata tingkat kehilangan air penyelenggaraan layanan air minum pun sangat tinggi, yakni mencapai 40 persen pada 2002 dan 37 persen pada 2004.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Meskipun dirancang sebagai salah satu sumber penerimaan peme-rintahan daerah, namun dalam perkembangannya PDAM justru cenderung membebani keuangan daerah. Persoalan utama adalah masih terjadinya inefi siensi dalam penyelenggaraan layanan.

Penelitian Setyawan dan Ri-yardi (2000) terhadap kinerja BUMD secara keseluruhan me-nunjukkan inefi siensi manajemen. Sumbangan yang diberikan ter-hadap APBD tidak sebanding de-ngan aset yang dimiliki. Rata-rata sumbangan BUMD di Indonesia terhadap PAD kurang dari 1 persen (Budisatrio, 2002).

Penyebabnya mungkin bisa dilacak dari riset yang dilakukan Pusat Studi Kawasan dan Center of Population and Policy Studies Universitas Gadjah Mada tahun 2001. Tarigan (2003) menyebut perkembangan budaya negatif dalam pelayanan publik di Indo-nesia, seperti mendahulukan ke-pentingan pribadi, golongan atau kelompok, adanya perilaku malas

dalam mengambil inisiatif, selalu menunggu perintah atasan, acuh terhadap keluhan masyarakat dan lamban dalam memberikan pelayanan sebagai beberapa penyebab.

Apapun penyebabnya, kenya-taan menunjukkan bahwa dengan kualitas pelayanan sedemikian, salah satu akibat yang dialami masyarakat adalah cakupan pe-layanan air minum bagi para rumahtangga di perkotaan ma-upun pedesaan sampai saat ini masih belum optimal. Dari to-tal penduduk Indonesia yang diperkirakan mencapai 213 juta jiwa, kurang lebih baru 41 juta jiwa (47 persen) penduduk yang dapat terlayani air minum perpi-paan yang diselenggarakan sekitar 328 PDAM. Dari jumlah tersebut, sebagian besar, 33 juta jiwa (39 persen) adalah mereka yang tinggal di perkotaan, sedangkan sisanya, 9 juta jiwa (9 persen), tinggal di pedesaan.

Capai MDGsUntuk mengatasi rendahnya

cakupan pelayanan air minum, pemerintah tengah menyiapkan program 10 juta sambungan baru air bersih. Program yang ditujukan untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) ini diharapkan dapat terealisir pada tahun 2015.

Program ini mencakup (i) penyediaan dan pengambilan air baku, (ii) instalasi pengolahan air minum, dan (iii) distribusi air minum ke rumah tangga, yang keseluruhannya menjadi tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dan dilaksanakan PDAM, dengan nilai investasi diperkirakan sekitar 86 triliun rupiah.

Sebagai langkah awal, PDAM

dijadwalkan untuk melaksanakan Start-Up Program untuk menam-bah 1 juta sambungan rumah pada periode 2009-2010. Dengan 1 juta sambungan rumah diharap-kan sekitar 5 juta jiwa akan terlayani.

Memang tantangan terbesar program 10 juta sambungan baru air bersih adalah masalah pendanaan. Untuk itu pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum (dalam hal ini Ditjen Cipta Karya) akan memfasilitasi dan menjamin pinjaman ke perbankan nasional.

Pemerintah juga tengah me-nyiapkan beberapa alternatif pem-berian jaminan atas pinjaman PDAM, pemberian subsidi bunga (BI rate), jaminan ketersedian air baku sebesar Rp 7,1 triliun

selama 5 tahun dan bantuan teknis penyusunan proposal pinjaman pada perbankan serta penyusunan business plan untuk restrukturisasi utang PDAM.

Crash Program Target awal yang dipatok

pemerintah adalah PDAM dapat membuat 1,5 juta sambungan baru. Melalui sambungan baru tahap awal ini diharapkan

PDAM dapat melayani kebutuhan air minum 5 juta penduduk, saat ini 7,1 juta unit layanan.

Dalam crash pro-gram ini pemerintah telah menetapkan 19 PDAM yang dinilainya sehat dan likuid un-tuk menjadi contoh mewujudkan program pemerintah 10 juta sambungan baru secara nasional. Ke-19 PDAM tersebut di antaranya Mataram, Mojokerto, Surabaya, Palembang, Kabupaten dan Kota Bandung, Padang, Bo-gor, Ciamis, Bekasi, Tangerang, Serang, Me-dan, Pemalang, Garut, Banjarmasin, dan Lom-bok.

Dari 19 PDAM per-contohan ditargetkan membuat sambungan baru sebanyak 825 ribu sambungan baru dalam waktu lima tahun dan sebagian investasinya ditanggung perbankan. Dari 19 PDAM per-contohan 12 PDAM telah mengajukan pinjaman ke perbankan untuk investasi, sedangkan selebihnya mengguna-kan modal sendiri.

Beberapa bank yang telah menyutujui

pemberian pendanaan diantaranya, Bank BNI, Bank Man-diri, dan Asosiasi Bank Daerah (Asbanda). Dana yang disiapkan perbankan mencapai Rp 4,49 triliun, sedangkan total kebutuhan investasi 19 PDAM mencapai sekitar Rp 10,2 triliun.

Selain perbankan, juga di-lakukan penyertaan modal peme-rintah (PMP) dari APBN, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta equity dari PDAM.

Untuk menopang keuang-an PDAM, pemerintah juga me-rencanakan akan memberikan subsisi selisih bunga yang diam-bilkan dari APBN. Besaran subsidi selisih bunga sekitar 3-4 persen. Sebagian utang yang dibayarkan PDAM akan dikurangi dengan dengan tingkat suku bunga

BI rate. Sedangkan bagi PDAM yang lancar ditambah dengan pengu-rangan 2 persen setelah dikurangi bunga BI rate.

Untuk mempermudah PDAM dalam mengakses pendanaan dari eksternal, pemerintah telah mengambil satu kebijakan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 120/PMK.05/2008 tanggal 19 Agustus 2008 tentang Penyelesaian Piutang

Negara pada PDAM. PMK ini merupakan bantuan pemerintah mempercepat restrukturisasi utang dan peningkatan kemampuan manajerial PDAM.

Skema pemberian insentif seperti yang tertuang pada PMK ter-sebut dalam bentuk pen-jadwalan kembali seluruh tunggakan pokok per cut off-date untuk PDAM yang menunjukkan kinerja ku-rang sehat atau sakit. Sementara itu, untuk PDAM yang berkinerja sehat akan mendapatkan kom-binasi antara penghapusan seba-gian tunggakan non-pokok dan penghapusan melalui debt swap to invesment.

Dalam PMK tersebut, PDAM diwajibkan membuat rencana kerja bisnis lima tahun ke depan (2008-2012). Dalam rencana ter-sebut harus ditetapkan target pencapaian kinerja PDAM sampai dengan tahun 2012, seperti penurunan angka kebocoran air, penurunan kapasitas belum ter-manfaatkan, full-recovery tarif, serta mekanisme pengangkatan direksi PDAM yang harus mela-lui proses uji kelayakan dan kepa-tutan (fi t and proper test).

Sebagaimana diketahui bahwa dari total 328 PDAM di Indonesia, jumlah PDAM yang meminjam dari Departemen Keuangan mencapai sebanyak 205. Adapun gambaran posisi utang tersebut yang me-nunggak utang 175 PDAM, 6 PDAM di antaranya di atas 100 miliar. Kemacetan pembayaran kembali utang PDAM ini terjadi sejak krisis multidimensi tahun 1997. Dari tunggakan tersebut yang telah jatuh tempo per 30 Juni 2008 mencapai sebesar Rp 4,65 triliun terdiri atas Rp 1,5 triliun utang pokok dan Rp 3,15 triliun non-pokok (bunga dan denda).

Menurut rencana total utang akan di-rescheduling sesuai kemampuan PDAM. Namun

demikian untuk mendapatkan rescheduling, PDAM dipersyaratkan untuk membuat business plan. Sedangkan untuk utang non-pokok tidak akan ditagih oleh Departemen Keuangan, tetapi jumlah utang tersebut harus digunakan oleh PDAM untuk menyehatkan diri, mengembangkan pelayanan, menurunkan tingkat kehilangan air secara konkret sebesar 2 persen sampai 5 persen setiap tahun, perbaikan rasio karyawan menjadi setidaknya 5:1.000, meningkatkan efi siensi penagihan, mengembangkan cakupan pelayanan mengikuti MDGs, menjamin manajemen yang kompeten, dan yang tidak diperbolehkan menjual air di bawah harga pokok.

Beberapa Catatan Untuk mendukung program

percepatan ini, kini pemerintah tengah menyiapkan Peraturan Presiden tentang Penugasan kepada Kepala Daerah Untuk Me-lakukan Program Percepatan Peningkatan Pelayanan Air Mi-num Sepuluh Juta Sambungan Rumah dan Perpres tentang Pemberian Jaminan Pemerintah Pusat dan Subsidi Bunga kepada PDAM Dalam Rangka Percepatan Pe-ningkatan Pelayanan Air Minum, Pemerintah bersedia untuk mem-berikan dukungan berupa: (i) jaminan atas Utang PDAM kepada Perbankan, sebesar 70% (tujuh puluh perseratus) dari seluruh kewajiban yang harus dibayarkan PDAM kepada Perbankan, dan (ii) subsidi atas bunga yang dibebankan Perbankan, sebesar BI rate ditambah paling tinggi 5 persen.

Dukungan pemerintah mungkin tidak akan diberikan kepada PDAM secara otomatis, namun hanya akan diberikan kepada PDAM yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Pemberlakuan persyaratan ini dimaksudkan untuk mendorong perbaikan kinerja PDAM dalam rangka melakukan transaksi kredit dengan perbankan nasional.

Diluar program 10 juta sambangan baru di atas, se-sungguhnya dalam jangka pan-jang yang perlu dipikirkan adalah bagaimana menjadikan PDAM sebagai suatu entitas bisnis yang murni, bukan lagi sebagai kepanjangan tangan pemerintah daerah.

Harus diakui bahwa selama ini PDAM memang telah menjadi suatu entitas bisnis, namun dalam perjalanannya lebih banyak dikendalikan oleh pemerintah daerah. Akibatnya PDAM tidak dapat berkembang sebagaimana semestinya, ibarat kepala dilepas tapi ekor dipegangi.

Sepanjang status PDAM tidak diubah, maka jangan terlalu banyak berharap PDAM akan mampu meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Tingginya tingkat kebocoran PDAM menjadi bukti bahwa manajemen PDAM tidak care terhadap bisnis yang digelutinya.

Apabila status entitas bisnis telah digenggam sepenuhnya oleh PDAM, tentunya bukan hanya tingkat kebocoran yang mampu ditekan, akan tetapi peningkatan pelayanan akan menjadi prioritas dalam trangka mengeruk keun-tungan. Untuk itu sebaiknya perlu segera dibuat UU BUMD yang tidak lagi memandulkan fungsi PDAM dan BUMD secara umum.***

Makmun dan Widodo RamadiyantoPeneliti pada Badan Kebijakan Fiskal, Departemen Keuangan

Untuk mengatasi rendah-nya cakupan pelayanan air minum, pemerintah tengah menyiapkan program 10 juta sambungan baru air bersih. Program yang ditujukan untuk mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) ini diharapkan dapat terealisir pada tahun 2015.

Crash Program 10 Juta Sambungan Air Minum

Page 10: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

10w

ww

.bip

ne

ws

ro

om

.in

fokomunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

Nangroe Aceh DarussalamWujudkan Aceh Green

Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mengajak masyarakat mendukung visi Pemerintah NAD untuk mewujudkan ”Aceh Green” dalam setiap langkah kehidupan yaitu dengan menanam 10.000 pohon pada peringatan Hari Bumi yang lalu di hulu hingga pesisir dengan harapan himbauan one man one tree bisa terwujud dan hutan Aceh kembali menjadi paru-paru dunia ”Untuk itu, jangan kita wariskan bumi yang hancur dan kering kerontang kepada anak cucu kita,” kata Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pada peringatan Hari Lingkungan Hidup di Halaman Kantor Gubernur di Banda Aceh, Jum’at (5/6). (nining)

Sumatera UtaraMembangun Kerjasama Honggaria-Sumut

Ekspor kakao dan kopi milik petani di Sumatera Utara ke depan bisa langsung menembus pasar Eropa, yang fi nalisasinya akan dimatangkan pada akhir tahun ini melalui kerja sama perdagangan Government to Government (G to G) antara Hongaria dan Indonesia. “Selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan nota kesepahaman dalam wadah provinsi kembar (Sister Province) antara Pemprov Sumut dengan Provinsi Bekes,” kata Wagub Sumut H Gatot Pujo Nugroho, Selasa (2/6).

Wagub mengaku, kerja sama perdagangan itu merupakan inisiatif Dubes RI di Hongaria, Mangasi Sihombing, beberapa waktu lalu. Selain dengan Hongaria, Sumut juga sudah menjalin kerja sama serupa dengan Provinsi Guangdong, China, dan Pulau Penang, Malaysia.

Menurut Gatot Kerja sama provinsi kembar ini merupakan yang pertama di dunia yang dilakukan Hongaria dengan pemerintah di luar dataran Eropa. Karenanya, momentum kerja sama ini diharapkan bisa lebih memacu peningkatan ekonomi kerakyatan di Sumut. Kesepakatan kerjasama tersebut meliputi antaralain bidang perdagangan, perikanan, perikanan, pendidikan dan olahraga.

Di bidang perdagangan, pihak Hongaria siap memberikan pelatihan keterampilan, seperti technical assistance technology, atau proses packaging. “Selain itu Karena dengan kerja sama ini, ekspor pertanian Sumut ke Eropa tidak lagi melalui perantara pihak ketiga, sehingga 100 persen keuntungannya kita yang terima,” kata Wagub. (rZ)

Jawa BaratKabupaten Bekasi Masih Jadi Incaran Investasi Asing

Kabupaten Bekasi masih menjadi incaran bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya dan nilai investasi yang sudah tertanam di daerah tersebut hingga saat ini mencapai Rp3,28 triliun atau 34% dari total investasi yang masuk ke Provinsi Jawa Barat.

Kepala Badan Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Jabar, Iwa Kartiwa, mengemukakan bahwa investor asing yang menanamkan modalnya belum merata di seluruh wilayah Jawa Barat, melainkan masih terpusat di 14 kota/kabupaten yang mereka nilai sebagai lebih menjanjikan.

“Berdasarkan data yang diterima terhitung kuartal I 2009 dengan periode yang sama jumlah investasi asing yang terealisasi di Jabar hanya mencapai 40,4% atau Rp8,96 triliun,” katanya di Bandung, Selasa (9/6).

Jumlah proyek tercatat mengalami penurunan hingga 24% dari sebelumnya 108 proyek, dan jika dihitung nominal penurunan mencapai Rp 4,1 triliun.

Masalah krisis ekonomi yang melanda sebagian besar negara-negara di dunia, disebutnya masih mempengaruhi datangnya investasi asing ke Indonesia, khususnya Jawa Barat.

Iwan juga mengatakan, dari sekitar 50 sektor industri yang ada di Kabupaten Bekasi, sektor elektronik, mesin dan industri logam masih menjadi primadona bagi para investor. (www.jabar.go.id)

Jawa TengahPendaftaran Siswa Baru Secara Online

Sebanyak 84 sekolah, yang terdiri dari 56 SMP (26 SMP negeri dan 30 SMP swasta) dan 28 SMA (6 SMA negeri dan 22 SMA swasta) dipastikan ikut dalam pelaksanaan Pendaftaran Peserta DIdik Baru (PPDB) online 2009.

PPDB online tahun lalu diikuti 27 SMP negeri dan 8 SMA negeri, sementara sekolah swasta terdiri dari 25 SMP swasta dan 19 SMA swasta. “Kalau dilihat dari SMP swasta memang ada peningkatan, sekarang 30 sekolah. SMA juga meningkat sedikit menjadi 22 sekolah,” Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Solo, Drs. Amsori, M.Pd. seperti dikutip siaran pers Seksi Pelayanan Informasi Monumen Pers Nasional (MPN) Solo yang diterima di Jakarta, Jumat (5/6). Sementara untuk sekolah negeri ada penurunan peserta karena telah menjadi Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI). (toeb)

Departemen KehutananSebar Bibit Pohon Lewat Pesawat Terbang

Departemen Kehutanan tetap akan melakukan penyebaran bibit pohon dengan menggunakan pesawat terbang sebagai salah satu upaya untuk menjangkau tempat yang sulit dilakukan penanaman pohon secara manual.

Menteri Kehuatan MS Kaban mengharapkan langkah tersebut bisa menekan jumlah lahan kritis di Indonesia yang kini tersisa sekitar 1,08 juta hektare lagi, sedangkan kegiatan penyebaran bibit pohon tersebut dijadwalkan akan dilakukan pada akhir tahun 2009 ini.

"Pembenihan dengan cara disebar menggunakan pesawat terbang ini akan tetap dilakukan, siapa pun presidennya nanti karena ini telah menjadi komitmen bersama," katanya di Bandung , Kamis (11/6).

Lahan kritis di Indonesia saat ini, menurutnya, telah hilang separuhnya dibanding kondisi beberapa tahun lalu yang mencapai 2,8 juta hektar, seiring dengan gencarnya kampanye dan gerakan penghijauan kembali seperti gerhan, kecil menananam dewasa memanen, dan one man one tree.

Untuk mempercepat penghijauan, Departemen Kehutanan mulai tahun depan tidak akan lagi bertumpu pada dana reboisasi. Dephut akan menggenjot pendapatan dari hasil hutan, seperti jasa lingkungan dan ekowisata. Bila dikelola secara besar, maka jasa lingkungan dan ekowisata mampu menghasilkan pendapatan yang besar. (www.jabar.go.id)

Departemen PertanianKerjasama Pengembangan Benih Kapas Hibrida

Indonesia kerjasama dengan Republik Rakyat Cina (RRC) mengembangkan benih kapas hibrida di tujuh propinsi di Indonesai, dan kerjasama ini sudah dimulai sejak dua tahun lalu dalam proses uji coba tanaman kapas.

“Selanjutnya pada tahun ketiga sudah dilakukan penanaman secara komersial sekaligus alih teknologi pengembangan benih kapas,” kata Dirjen Perkebunan Deptan Achmad Manggabarani menjelaskan di Jakarta, Jumat (12/6).

Pada tahap awal Indonesia mengimpor sebanyak 40 ton benih kapas dari Hubei Provincial Seed Group dari RRC yang akan ditanam di Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Bali, NTT dan NTB masing masing setiap propinsi seluas 10 hektar.

Diharapkan jika pembenihan ini berhasil, produksi kapas dalam negeri akan menginkat 5-6 persen. Saat ini pemerintah memberikan subsidi benih dan pupuk serta mematok harga pembelian dari pengusaha sebesar Rp. 4000 /kg. Dengan patokan harga ini diharapkan dapat meningkatkan minat petani untuk menanam kapas.

Menurutnya, dengan diproduksinya benih kapas tersebut di Indonesia maka akan mengurangi biaya produksi. karena ongkos kirim impor dari RRC sangat tinggi. (Bhr)

Badan Pertanahan NasionalLarasita Deteksi Tanah Bermasalah

Kantor Pertanahan Bergerak, LARASITA (Layanan Rakyat untuk Sertifi kasi Tanah), mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sama dengan tupoksi yang berlaku pada Kantor Pertanahan.

”LARASITA bertugas melakukan pendeteksian awal atas tanah-tanah terlantar dan tanah-tanah yang diindikasikan bermasalah,” kata Kepala Humas BPN (Badan Pertanahan Nasional) Bimbim Bismobroto, SH di Jakarta, Senin (15/6). Selin itu LARASITA juga memfasilitasi penyelesaian tanah bermasalah dan mempercepat legalisasi aset tanah masyarakat.

Bimbim menambahkan pengembangan pola pengelolaan pertanahan yang disebut LARASITA telah diatur dalam Peraturan Kepala BPN No.18 tahun 2009 tentang LARASITA.

Peraturan Kepala BPN tersebut antara lain menyebutkan bahwa pengembangan pola pengelolaan pertanahan selain dilakukan untuk memberi keadilan

bagi masyarakat dalam memudahkan pengurusan pertanahan, juga mempercepat proses pengurusan pertanahan, meningkatkan cakupan wilayah pengurusan pertanahan serta untuk menjamin pengurusan pertanahan tanpa perantara di lingkungan BPB.

Selain itu, juga menyiapkan masyarakat dalam pelaksanaan reforma agraria (pembaruan agraria nasional) , melaksanakan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan, serta menyambungkan program BPN dengan aspirasi yang berkembang di masyarakat.

LARASITA yang telah diujicoba pelaksanaannya di beberapa kabupaten/kota setelah dilakukan evaluasi, kemudian disimpulkan dapat dilaksanakan di seluruh Indonesia. (mnr)

Badan Pengkajian dan Penerapan TeknologiKembangkan Aplikasi Pembuat Risalah Rapat Otomatis

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah mengembangkan sebuah aplikasi pembuat risalah rapat secara otomatis dengan memanfaatkan teknologi pengenal wicara dengan membuat perisalah.

“Dengan perisalah, setiap kata yang diucapkan peserta rapat akan ditranskripsikan menjadi tulisan secara otomatis, runut sesuai jam, menit dan detiknya, sehingga dengan mudah diketahui kapan, siapa dan berbicara apa secara realtime,” kata Koordinator Pusat Sumber Daya Open Source BPPT Oskar Riandi, M.Sc pada siaran iptek voice di Kemeneg Ristek, Jakarta, Jumat (5/6).

Ia menjelaskan, perisalah tersebut merupakan perangkat lunak sebagai salah satu sistem pengenal wicara bahasa Indonesia pertama di dunia yang digunakan untuk melakukan transkripsi rapat secara otomatis.

Perisalah memiliki fi tur (kemampuan untuk melakukan aplikasi) menampilkan ucapan peserta sehingga mudah diketahui kapan, siapa dan berbicara apa dalam rapat. Fitur edit on the fl y memungkinkan notulis melakukan editing/koreksi ketika rapat atau transkripsi oleh sistem sedang berlansung sehingga dapat meningkatkan kecepatan dan keakuratan risalah rapat.

Perisalah memiliki 4 fungsi utama, yaitu sebagai sistem pengenal wicara bahasa Indonesia, sebagai sistem perisalah rapat otomatis, sebagai pengikhtisar/peringkas dokumen secara otomatis, dan sebagai pengelola arsip rapat.

Riset perisalah tersebut baru dimulai bulan Januari 2009, dan saat ini prototypenya sudah selesai tinggal bagaimana pengembangannya nanti. (Gs)

Departemen PerindustrianGelar Pekan Produk Kreatif 2009

Untuk mengapresiasiakan karya-karya terbaik dari bangsa sendiri, 14 kementerian dan instansi pemerintah lainnya yang terkait pengembangan terkait pengembangan ekonomi kreatif akan menyelenggarakan Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) 2009 di Jakarta Convention Center (JCC) 25 – 28 Juni 2009.

"Tujuan PPKI adalah mengapresiasikan karya-karya terbaik bangsa sendiri sebagai kekuatan ekonomi baru Indonesia ke depan,” kata Dirjen Industri Kecil dan Menengah, Departemen Perindustrian, Fauzi Aziz, Jakarta, Rabu (10/6).

Kegiatan itu dilaksanakan untuk ketiga kalinya setelah yang pertama tahun 2007 dan kedua pada 2008. Untuk tahun 2009, fokus khususnya adalah ekonomi kreatif yang berbasis iptek, yaitu berupa karya-karya animasi terbaik dari anak bangsa, baik yang bersumber dari berbagai universitas, masyarakat, bahkan dari SMK.

Selain itu, juga akan ditampilkan karya-karya berupa software, fi lm, musik, kerajinan, fashion, desain, arsitektur, seni budaya, tari-tarian daerah, dan karya kreatif kuliner.

Target yang diharapkan adalah menyadarkan masyarakat Indonesia, bahwa Indonesia masih mempunyai kekuatan yang belum tergarap secara baik yaitu yang berbasis ekonomi kreatif. (Gs)

LINTAS DAERAH LINTAS LEMBAGA

Bukan sekadar Taman Nasi-onal saja, Gunung Palung kini menjadi kebanggaan warga Ka-bupaten Kayong Utara (KKU), Ka-limantan Barat yang baru berusia dua tahun.

Sebagai daerah baru pe-ngembangan Kabupaten Keta-pang, KKU menyusun program pengembangan daerah termasuk pariwisata. Salah satu unggulan-nya adalah Gunung Palung.

Semula Gunung Palung ada-lah kawasan cagar alam seluas 30 ribu hektar, diperluas hingga 90 ribu tahun 1981. Berdasarkan Surat Menteri Kehutanan No.448/Menhut VI/1990, kawasan ini di-jadikan Taman Nasional, dan se-

Gunung Palung, Harapan Dunia

jak tahun 1998 dikelola oleh Unit Taman Nasional Gunung Palung.

Penting bagi duniaTaman Nasional ini punya po-

sisi penting karena sangat kaya keanekaragaman hayati dan memiliki hutan Dipterocarp da-taran rendah terkaya di dunia. Ekosistemnya terbilang lengkap, mulai hutan pantai, mangrove (payau), hutan rawa gambut, hu-tan dataran rendah, hingga veg-etasi hutan puncak pegunungan (k.l. 1.700m).

Selain itu aneka ragam sat-wa terdapat di Gunung Palung, antara lain orang hutan (Pongo Pygmaeus), klampiau (Hylobates

moloch), bekantan (Nasalis larva-tus), kelasi (Presbytis rubicunda), beruang madu (Helarctos malay-anus), dan masih banyak lagi, semuanya berjumlah sekitar 71 mamalia dan 250 jenis burung.

Taman Nasional Gunung Pa-lung juga memiliki 200 jenis ang-grek lebih, di antaranya anggrek raksasa (Gramatophyllum Sp), anggrek medusa (Bulbophyllum Medusa), anggrek hitam (Coelog-yne Pondiwata).

Sementara di sekitar ka-wasan ini juga terdapat potensi bidang seni-budaya. Selain pen-duduk asli Dayak, di kawasan ini terdapat komunitas asal Bali di Desa Sedahan Jaya, yang masih memegang adat-istiadat budaya asalnya. Mereka tetap mengem-bangkan seni ukir dan wisatawan diajak berpartisipasi dalam pro-ses pembuatannya.(Adji Subela)

Page 11: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

s a

t u

k a

t a

i

n d

o n

e s

i a

11komunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

manusia, kata Richard Brodie, informasi bisa berkembang biak bahkan mengalami evolusi. Dalam buku Virus of the Mind - The New Science of the Meme, ia menuliskannya sebagai meme (diambil dari istilah memetics).

Sukses evalusi informasi ala meme digambarkan sebagai sukses evolusi genetik. Ada tiga hal yang berlaku, yakni memperpanjang usia kehidupan informasi agar masih bisa diakses oleh siapapun (longevity), menyebar luas tanpa batas (fecundity), dan membuat duplikasi dan bereinkarnasi tanpa bisa dibedakan dengan informasi aslinya (copyin g fi delity).

Walhasil, dalam dunia meme, kita tak bisa melacak dengan jelas asal muasal informasi. Padahal ada satu konsekuensi bawaan: sang meme tak peduli apakah informasi yang disebarkan bermanfaat atau tidak. Konon, informasi itu pun bisa berdiri sendiri dan hi-dup untuk memengaruhi para konsumennya.

Karakteristik meme digunakan oleh para kaum kaum globalis

untuk menundukkan dunia seba-gaimana tengara Thomas L. Fried-man. Ia pernah menjelaskan ba-gaimana virus anti-nasionalisme, amnesia sejarah dan perusak tra-disi disusupkan melalui microchips pada j a r i n g a n

elektronik. Mirip virus HIV/AIDS yang mengge-rogoti kekebalan tubuh manusia. Friedman menyebutnya Microchips Immune Deficiency Syndrome (MIDS) yang menyerang otak atau akal budi manusia.

Adalah televisi, radio, internet dan telepon seluler yang disebut

sebagai penghantar MIDS, sarana yang digunakan virus akal budi itu untuk menyebarluaskan diri dan menduplikasi meme. Akibat yang bisa disaksikan saat ini adalah nyaris semua hal yang

terjadi di Barat ditiru dan dipraktikkan di sini, di

Indonesia. Namun Brodie

tidak membiar-kan informasi sedemikian b e r k u a s a u n t u k m e m e -n g a r u h i manusia. M a n u s i a p u n y a

akal budi, kata Brodie.

Bukan seka-d a r p i k i r a n

(thinking) tapi j uga pemik i ran

(thought), rasa (feel-ing), dan terlebih otak

(brain).Tampaknya hal inilah yang

coba dikenalkan Brodie dalam pertanyaan retoris "What a waste it is to lose one's mind or not to have a mind is very wasteful?". Brodie ingin menunjukkan adanya pilihan apakah informasi akan

dibiarkan sebagai virus yang merusak akal budi atau tidak.

Di kalangan pekerja media sudah jamak berkembang ke-yakinan, bahwa setiap informasi merupakan produk seleksi orang-orang media (gatekeeper). Sering mereka berdalih bahwa apa yang dianggap penting, media juga mempunyai arti penting bagi masyarakat. Pada-hal, fenomena sosial yang di-transformasikan melalui media cenderung mengalami reduksi, sehingga kehilangan substansi. Fakta sekadar menjadi bingkai sensasi.

Jika realitas informasi di media massa hasil seleksi. Tentu patut dipertanyakan perilaku sebagian pengambil keputusan yang merasa cukup hanya mene-ngok media untuk mengetahui apa yang terjadi di masyarakat. Meski masih terbuka peluang bahwa isi media akan selalu berpihak kepada kepentingan masyarakat. Namun masyarakat yang mana, itu persoalan lain.

Tapi ada satu penawar bagi setiap pengambil keputusan yang berkaca dari realitas di media.Satu obatnya adalah kembali ke akal budi. Sebab, menyia-nyiakan akalbudi adalah perbuatan yang mengerikan.(m)

Jika anda melihat, mendengar dan memiliki kisah unik dari seluruh nusan-tara untuk dituliskan dan ingin berbagi dalam rubrik keliling nusantara, si-lahkan kirimkan naskah kepada redaksi komunika melalui surat ke alamat redaksi atau melalui e-mail:

[email protected] atau [email protected]

Ubah Citra Jember

Potensi sumber daya alam Jember yang sangat luar biasa belum banyak dimanfaatkan dan diketahui oleh para investor. Kondisi ini mendorong Bupati Jember, MZA Djalal mengundang para pengusaha dan perbankan di wilayah ini untuk menanamkan investasinya mulai sekarang.

“Kami ajak para pengusaha dan berduit jangan menunda waktu untuk menanamkan investasinya di Kabupaten Jember, menyesal kalau tidak dimulai dari sekarang,“ ajak Djalal di hadapan para pengusaha dan bankir di Jember yang secara khusus diundang untuk memikirkan dan memajukan Jember.

Menurut Djalal, apabila potensi dan peluang yang baik ini tidak dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha Jember sendiri, maka sangat disayangkan bila nantinya ada investor luar Jember yang masuk di wilayah ini. “Lagi pula soal perijinan jangan diragukan lagi, tergantung para pengusaha minta waktu berapa hari? Pasti dilayani dengan baik,” tegasnya.

Potensi yang dimaksud Bupati Jember MZA Djalal antara lain tanaman tembakau yang hampir tersebar di seluruh wilayah ini ditambah dengan banyaknya tambang baik, kapur maupun pasir besi yang sampai saat ini masih belum tereksplorasi dengan baik. “Namun sudah ada pengusaha yang tertarik akan mendirikan pabrik semen dan mudah-mudahan tidak lama lagi impian mendirikan pabrik itu akan terwujud,“ yakinnya.

Bahkan, Bupati Djalal berani "menjual" Jember kepada inves-tor yang ingin menanamkan inves-tasinya dengan serius di wilayah ini. “Yang penting para investor serius dan ingin menanamkan modalnya, akan kami bantu sepe-nuhnya termasuk pengurusan perijinannnya, “janjinya.

Sementara itu dunia per-bankan Jember menyambut positif ajakan Bupati Jember, bahkan siap membantu para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. “Yang pasti modal para investor akan dijamin aman apabila bergabung dengan Perbankan di wilayah ini”, tegas Rasyid Kepala Kantor Bank Indonesia Jember.

(mc-humas/jbr)

Dilatih Jadi Teknisi Siap Pakai

Kenda t i mem i l i k i k e t e r b a t a s an f i s i k , sebanyak 20 penyandang cacat tubuh (tuna daksa) bisa berkompetisi dengan manusia normal. Bahkan, kini telah mampu bersaing di dunia kerja. Setelah mendapatkan pelatihan intensif teknik servis komputer dan telepon seluler (HP) di Lingkungan Pondok Sosial (Liposos), selama 25 hari.

Keterbatasan seolah t i d a k l a g i m e n j a d i pengha lang bag i 20 peserta pelatihan dan pendidikan servis komputer dan HP, yang terdir i atas penyandang tuna daksa. Setidaknya, kemampuannya telah teruji dalam pelatihan yang digelar oleh Dinas Sosial Kabupaten Jember selama hampir sebulan itu.

Dengan bekal kemampuan dalam mereparasi perangkat keras teknologi komputer dan telepon seluluer yang kini menjadi alat operasi teknologi informasi itu, akan sangat membantu penyandang cacat untuk hidup mandiri, dan tidak lagi bergantung pada orang lain.

“Ini akan menepis pandangan miring masyarakat, yang selama ini mengatakan bahwa penyandang cacat hidupnya bergantung pada

orang lain. Karena sebenarnya mereka mampu bekerja de-ngan keahlian yang telah dida-patkannya,” kata Kepala Dinas Sos ia l Kabupaten Jember, Suhanan, dalam acara Penutupan Pe la t i han dan Pend id i kan Kewirausahaan Penyandang Cacat yang dilaksanakan mulai 13 Mei-4 Juni.

Ia mengatakan, pelatihan teknik servis telepon seluler dan komputer merupakan upaya Dinas Sosial guna melakukan rehabilitasi dan melatih penyandang cacat supaya mampu bersaing di dunia kerja, sebagaimana orang normal pada umumnya.

“Sekarang anda tidak perlu merasa rendah diri, karena wa l a up un a nd a m em i l i k i keterbatasan dari sisi fi sik. Tapi, secara kemampuan otak dan keahlian tingkatan anda sama

dengan manusia normal pada umumnya,” ungkapnya, ketika memberikan motivasi pada para penca.

Suhanan mengatakan, setelah pelatihan pada 2 Kelompok Usaha Belajar (Kube) yang tiap Kube terdiri atas 10 orang itu berakhir. Rencananya , D insos akan memberikan bantuan peralatan lengkap servis telepon seluler dan komputer pada kedua Kube penyandang cacat itu.

Untuk menunjang proses kemandirian 2 Kube penyandang cacat yang telah lulus pelatihan ini, dalam waktu dekat Dinsos akan member ikan bantuan seperangkat alat servis telepon

seluler dan komputer. Dengan bantuan alat tersebut diharapkan penyandang cacat bisa bekerja dalam bentuk kelompok usaha bersama. “Pera la tan yang diberikan oleh Dinsos nanti harus digunakan untuk bekerja secara kelompok, kalau tidak nanti akan saya ambil lagi,” kelakarnya guna menyegarkan suasana.

B a h k a n , D i n s o s a k a n memberikan fasi l i tas ruang perbengkelaan di Liposos untuk sementara waktu, jika tidak ada tempat untuk membuka usaha. “Bila ke depan 2 Kube ini tidak memiliki tempat untuk membuka usaha sampaikan saja ke Dinsos. Nanti saya akan memberikan fasilitas tempat bengkel untuk sementara waktu,” ujarnya pada para penca yang hadir.

L e b i h j a u h p i h a k n y a menyatakan, penyandang cacat

yang sudah dilatih oleh Dinsos itu siap terjun ke dunia kerja. Setiap 2 minggu sekali, penca itu akan mengikuti kegiatan rutinitas yang dihadiri oleh para teknisi telepon seluler di Jember. Guna membahas teknologi t e rba ru dan tuka r-menuka r i n fo rmas i seputar teknik servis telepon seluler.

Dengan demikian, k e m a m p u a n d a n keberadaannya telah diakui oleh para teknisi telepon seluler di Jember. “Harapan kami, nantinya mereka mampu bersaing

di dunia kerja, dan hasil karyanya bisa dihargai sebagai nilai plus oleh masyarakat secara luas,” tandasnya.(mc-humas/jbr)

Krida Pertanian di Poso

Hari Krida Pertanian ke-37 tahun 2009 diperingati dalam

upacara bendera di halaman Kantor Bupati Poso, Senin (22/6). Acara dihadiri Asisten Setdakab Poso, Kepala Dinas, Badan, Kantor, Bagian di lingkungan Pemerintah Kabupaten Poso serta seluruh Pegawai.

Dalam sambutan Menteri Pertanian Republik Indonesia Anton Apriantono yang dibacakan Wakil Bupati Poso Abdul Muthalib Rimi, Hari Krida Pertanian tahun ini merupakan penghargaan kepada seluruh insan Pertanian; Khususnya para petani dan nelayan yang berada tersebar di seluruh pelosok negeri.

L a n j u t , W a b u b P o s o mengatakan, Peringatan Hari Krida Pertanian pada hakekatnya merupakan hari untuk bersyukur, hari berbangga hati, dan sekaligus hari mawas dir i, serta hari dharma bakti bagi segenap insan pertanian.

Rimmi juga menegaskan, bahwa ditengah situasi krisis pangan yang melanda dunia, sektor pertanian ternyata mampu tetap memelihara komitmen dalam menghasilkan berbagai kebutuhan pokok bagi penduduk Indonesia.

Selain itu juga dalam rangkaian peringatan Hari Krida Pertanian akan diselenggarakan selama sebulan, dilaksanakan berbagai kegiatan kegiatan bhakti Krida, bazaar, bhakti sosial, olah raga, seminar dan diskusi, pemberian penghargaan kepada insan pertanian berprestasi, acara puncak peringatan HKP; dan upacara penutupan HKP 2009. Kegiatan-kegiatan semacam ini dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen pemangku kepent ingan pembangunan pertanian.

Diakhir sambutannya Wakil Bupati Poso berpesan kepada seluruh insan pertanian agar terus digelorakan untuk menyongsong berbagai tugas dan tanggung jawab dalam pembangunan pertanian kedepan. /*ham

Saat ini informasi sudah bukan barang as ing lag i . Hampir setiap hari limpahan informasi dapat ditemukan di mana pun. Masyarakat begitu mudah memperoleh informasi dari berbagai sumber. Diantara ribuan informasi yang ada dan ditampilkan oleh media ada yang sengaja dipertahankan, disebarluaskan dan juga ada yang tinggal disampaikan apa adanya tanpa dikurangi atau dilebih-lebihkan.

A k a n t e t a p i , l u b e r a n informasi di layar televisi, teks surat kabar, atau kata-kata radio sering kali bersifat kontradiktif dengan pemahaman, ni la i , pola pikir (mind-set), maupun tradisi keseharian masyarakat. Bahkan, kontrol atas informasi yang kontradiktif ini terkadang tidak dimiliki sepenuhnya oleh masyarakat sebagai konsumen informasi.

Meskipun demikian, siapapun tak akan bisa melepaskan diri dari paparan informasi yang ada. Layaknya gen dalam sel hiudp

Memecrochips padar i n g a n

ektronik. rip virus HIV/DS yang mengge-

terjadi di Barat ddipraktikkan d

Indonesia. Namu

tidak mkan insedeb eumn gmMM ap

aakakkata

BBukadd a r p

((thinkinjjuga pem

((thought), rastting), dan terleb

(brain).

Page 12: Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

12w

ww

.bip

ne

ws

ro

om

.in

fokomunika Edisi 11/Tahun V/Juni 2009

berkembangnya persepsi bahwa mereka yang menjadi pemakai itu harus dimusuhi, diburu, dan dihukum. "Padahal, seharusnya mereka didekati, dibina, lalu dicarikan solusi. Sebab, semua orang tahu bahwa walau mereka dipenjarakan, tapi ketika mereka sakaw, maka tak ada lagi akal sehat. Itu sebabnya, bila mereka keluar dari bilik jeruji besi, mereka sangat mudah untuk kembali menjadi pemakai," tandasnya.

Gerakan menjadikan posisi pemakai sebagai korban memang sedang bergulir. Hasilnya, tak sedikit orang tua yang tak malu-malu lagi mengakui keterlibatan anaknya dan kemudian mencari solusi. Sebab, pada dasarnya, mereka yang menjadi korban adalah mereka yang butuh perhatian dan kasih sayang yang berlebih.

Sebagaimana k isah Rony Patinasarani yang pernah berujar lantang di sebuah tayangan teve swasta pada awal pekan kedua Januari 2004, tanpa malu malu mengungkap tindakan yang harus dilakukan pada dua anaknya yang terlibat sebagai pengguna narkoba. "Saya harus harus membelikan anak-anak saya narkoba sebab de-ngan cara itu, kami bisa melihat anak-anak kami tenang dan tidak tersiksa. Dan justru pendekatan kemanusian dan kasih sayang itu, membantu anak-anak kami mampu keluar dari jeratan narkoba,” ujar to-koh persepakbolaaan nasional ini.

Jalan Rehabilitasi TerbukaBak gayung bersambut, Mahka-

mah Agung (MA) memutuskan vo-nis dalam bentuk rehabilitasi bagi pengguna narkoba, sehingga vonis penjara yang diterapkan selama ini tidak akan berlaku lagi. “Itu keputusan MA yang baru, kami

buruk (harm reduction) masih dianggap ilegal," jelas Hadi.

Menakar Efektifi tasTak banyak yang tahu, bahwa

sejak tahun 2007 lalu ada si Jimmy, ikon komunikasi kesehatan untuk para penasun. Jimmy digambarkan dalam bentuk komikal yang me-narik perhatian, sehingga para penasun mudah mengerti pesan-pesan yang disampaikan melalui media Komunikasi, Informasi dan edukasi (KIE). Nama Jimmy digunakan karena perilaku penasun yang sering menggunakan istilah asing. "Diharapkan penggunaan nama Jimmy akan mempererat hubungan emosional antara Jimmy dengan target sasarannya," jelas Agus Triwahyuono, aktivis LSM Pengurangan Dampak AIDS di In-donesia.

Riset yang pernah dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta, sebanyak 48% mengatakan jarum adalah hal yang sering dihubungkan dengan Jimmy. Ada 46 persen responden tertarik untuk menggunakan jarum steril agar tidak tertular HIV.

Dari riset yang sama, responden yang kebanyakan berumur antara 26 hingga 30 tahun, menyatakan menggunakan narkoba lebih dari lima tahun. Semua responden pernah menerima paket jarum steril dari LSM. "Sekitar 90 persen mengatakan bahwa yang pertama kali menwarkan narkoba adalah temannya," kata Oktavery Kamil, dari Lembaga Penelitian Unika Atma Jaya.

Heroin dan ganja adalah je-nis narkoba yang paling sering digunakan untuk pertama kali. Heroin yang digunakan dengan cara disuntik. Sekitar 53 persen responden berkeinginan berhenti menggunakan narkoba. Sementara 45 persen responden masih berbagi jarum dalam satu tahun terakhir.

Kepala Pusat Cegah Lakhar Badan Narkotika Nasional, Anang Iskandar, mengatakan sebagian besar pengguna narkoba di Indo-nesia dari kalangan pelajar dan

Di Indonesia, pengguna nar-koba, khususnya mereka yang menggunakan jarum

suntik memiliki risiko besar tertular virus HIV/AIDS. Bahkan data Global Fund menggambarkan bahwa sekitar 90 persen resiko penularan virus berbahaya tersebut berasal dari kalangan ini. "Tingginya resiko pe-nularan HIV/AIDS melalui jarum suntik karena penggunaannya secara bersamaan dengan sesa-ma pemakai, sehingga cepat menimbulkan penularan virus melalui darah," kata Offi cer Project Global Fund Dinas Kesehatan Su-matera Utara, Andi Ilham Lubis, di Medan, awal tahun ini.

Untuk memutus mata rantai penularan virus HIV dengan menggunakan jarum suntik itu, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati HIV/AIDS telah menjalankan program Needle Exchange Program (NEP) atau program pertukaran jarum suntik kepada pengguna narkoba di bawah pengawasannya.

"Program ini sudah ada di tahun 2005 dan untuk perubahan perilaku pengguna yang sering menggunakan satu jarum suntik secara bersamaan. Namun, ini bukan malah menyuruh mereka tetap menjadi pemakai, tapi hal tersebut salah satu pencegahan penularan HIV," katanya.

Masalah yang sering dihadapi petugas lapangan seperti Hadi adalah ketertutupan penasun. "Penasun memang tidak mudah terbuka tentang statusnya karena takut diketahui polisi dan masyarakat sekitarnya. Karena itu, penasun pun curiga dan menganggap pekerja lapangan bekerja sama dengan polisi," ungkap Hadi.

Sebaliknya, selain persoalan ketertutupan k l ien, peker ja lapangan juga sering berbenturan dengan polisi saat menjangkau penasun. "Sebab ada aparat yang menganggap petugas lapangan bagian dari komunitas penasun. Masalah ini paling terasa saat program pengurangan dampak

mahasiswa. “Dari hasil penelitian kami dengan Puslitkes Universitas Indonesia tahun 2006 hingga 2007, dari 3,2 juta pengguna narkoba di Indonesia, 1,1 juta di antaranya pelajar dan Mahasiswa,” kata Anang Iskandar, usai Temu Kader Penyuluh Pencegahan Pembe-rantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di lingkungan Pendidikan, di Pontianak, Senin.

Ia mengatakan, yang lebih mengejutkan lagi, dari 1,1 juta pengguna narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiswa, 40 persen di antara pelajar SLTP, 35 persen pelajar SLTA, dan 25 persen mahasiswa. “Oleh karena itu pola penyuluhan kita saat ini lebih memfokuskan kepada kalangan pelajar karena di usia mereka sangat rawan dan menjadi sasaran peredaran narkoba,” ujarnya.

Ia berharap, seluruh kader penyuluh di lingkungan pendidikan dan penyuluh P4GN setiap pro-vinsi lebih giat lagi melakukan penyuluhan tentang bahaya narko-ba bagi penggunanya dengan memperkuat daya tahan mereka melalui pemahaman tentang bahaya narkoba. Tak terkecuali dengan program sebagaimana kampanye Jimmy itu.

Menjadikan KorbanBukan berarti upaya NEP ini bisa

berjalan mulus. Pasalnya menurut Agus Triwahyuono, kebanyakan klinik atau LSM yang menyediakan jarum suntik bagi pengguna narkoba sering dicurigai sebagai salah satu jalur distribusi narkoba. "Mungkin ketika di klinik para penasun tidak apa-apa, namun ada beberapa yang keluar dari klinik malah ditangkap aparat hukum karena dituduh menjadi pengguna atau bahkan p e n g e d a r, " ungkapnya.

H a l i n i m e n u r u t Agus leb ih d isebabkan karena masih

Namanya Hadi. Usianya terbilang muda, tak sampai kepala dua. Perawakannya kurus dengan mata agak cekung. "Saya mantan pengguna (narkoba,red), tapi sekarang saya

jadi pendamping bagi penasun (pengguna narkoba suntik,red) yang mengidap HIV/AIDS," ungkapnya dalam sebuah diskusi di Jakarta jelang akhir tahun lalu. Bagi Hadi mendampingi

penderita HIV/AIDS dari kalangan penasun adalah sebuah tantangan tersendiri. Konon, ia pernah diusir berkali-kali oleh keluarga penasun karena dikira sebagai bandar narkoba dan

orang yang menjerumuskan anggota keluarga mereka menjadi pecandu narkoba. "Tapi itulah tantangan sebagai petugas lapangan," kilahnya.

menyambut gembira kare-na keputusan itu penting untuk menghindarkan pengguna untuk terjerumus lebih dalam,” kata Sekretaris Umum Badan Narkotika Provinsi (BNP) Jatim, AKBP Drs. Soubar Isman SH dalam sebuah kesempatan.

Menurut dia, UU Psikotropika selama ini mengganjar pengguna dengan empat tahun penjara untuk pengguna psikotropika golongan I, dua tahun penjara untuk pengguna psikotropika golongan II, dan satu tahun penjara untuk pengguna psikotropika golongan III.

“Hal itu justru membuat peng-guna menjadi pecandu dan bahkan 99 persen pengguna akhirnya menjadi pengedar juga, karena itu keputusan MA akan menghukum pengguna dengan vonis PRM atau program rumatan metadon untuk proses penyembuhan,” katanya.

Ia menyatakan ketergantungan terhadap narkoba itu harus disem-buhkan secara cepat, karena nar-koba memiliki sifat jelek yakni menjerat penggunanya untuk terus menggunakan dan sulit untuk melepaskan diri dari kecanduan itu.

“Paling tidak, keputusan MA itu akan mendorong keberanian majelis hakim di pengadilan untuk menjatuhkan vonis rehabilitasi bagi pengguna, tapi menjatuhkan vonis yang berat bagi pengedar dan bandar,” katanya.

Bagi Hadi dan kawan-kawannya di LSM hal itu sangat ditunggu, sebagai bagian dari dukungan terhadap upaya penyadaran para penasun. "Dengan mengenjadikan para penasun menjadi korban, tentu program NEP akan bisa berjalan dengan baik ke depan dan reduksi pengguna narkoba di Indonesia," pungkas Agus Triwahyono.

(ides)

p

kurus denjadi pe

ungkapnpende

pala dua. Perawred), tapi sekarg mengidap HIBagi Hadi mend

erita HIV/AIDS dari kalangan penasun adalah sebuah tantangan tersendiri. K

sampai kepa (narkoba,retik,red) yangtahun lalu. B

erita HIV/AIDS dari kalangan penasun adalah sebuah tantanga

Namanya Hadi. Usianya terbilang muda, tak ngan mata agak cekung. "Saya mantan pengguna endamping bagi penasun (pengguna narkoba suntnya dalam sebuah diskusi di Jakarta jelang akhir t

erita HIV/AIDS dari kalangan penasun adalah sebu