e.1.tb

Upload: niki-yulianti

Post on 07-Mar-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

TB

TRANSCRIPT

E.1.PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULARLATAR BELAKANG MASALAHTuberkulosis (TB) dapat didefinisikan sebagai penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2008).Penyakit ini merupakan penyakit yang masih banyak dijumpai di negara berkembang, penularannya bisa melalui udara lewat batuk penderita TB, penderita menyebarkan kuman ke dalam udara dalam bentuk droplet (percikan dahak) yang dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Semua orang dapat terinfeksi apabila droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan, baik pada usia dewasa, anak-anak, laki-laki maupun perempuan (Siregar, 2003).Walaupun di Indonesia telah banyak kemajuan yang diperoleh, yakni pencapaian penemuan kasus baru 51,6% dari target global 70% dibandingkan pencapaian 20% pada tahun 2002 dan 37% pada tahun 2003, juga penyediaan obat-obat anti TB yang dijamin oleh pemerintah untuk sarana pelayanan kesehatan pemerintah mencukupi kebutuhan prakiraan kasus di seluruh Indonesia, TB tetap belum dapat diberantas bahkan diperkirakan jumlah penderita TB terus meningkat.Peningkatan jumlah penderita TB disebabkan oleh berbagai faktor, yakni kurangnya tingkat kepatuhan penderita untuk berobat dan meminum obat, harga obat yang mahal, timbulnya resistensi ganda, kurangnya daya tahan hospes terhadap mikobakteria, berkurangnya daya bakterisid obat yang ada, meningkatnya kasus HIV/AIDS dan krisis ekonomi.Meskipun berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, namun tanpa peran serta masyarakat tentunya tidak akan dicapai hasil yang optimal karena TB tidak hanya masalah kesehatan namun juga merupakan masalah sosial. Keberhasilan penanggulangan TB sangat bergantung pada tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat.Berdasarkan data dari Puskesmas Ngronggot pada bulan Januari-Juli 2011 didapatkan 30 orang penderita tuberkulosis dengan BTA positif dan foto rontgen negatif. Sedangkan data dari Puskesmas Ngronggot pada tahun 2010, didapatkan 61 orang penderita tuberkulosis, 57 orang diantaranya adalah BTA positif dan foto rontgen negatif, serta 4 orang lainnya dengan BTA negatif namun foto rontgen posiitf. Sebagai contoh kasus, kami mengambil Tn. W yang berusia 70 tahun bekerja sebagai buruh tani. Pasien datang ke Puskesmas Ngronggot dengan keluhan batuk berdahak sejak 2 bulan yang lalu. Setelah di anamnesa lebih lanjut, pasien memiliki dua faktor reisko yaitu riwayat kontak dengan tetangganya yang juga penderita TB serta kondisi rumah yang lembab dan ventilasi yang kurang. Strategi pengobatan untuk pasien ini dengan menggunakan strategi DOTS yang sesuai dengan Pedoman Penatalaksanaan Tuberkulosis Depkes Tahun 2006.Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD (International Union Against TB and Lung Diseases) telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif (cost-effective). Strategi ini dikembangkan dari berbagai studi, clinical trials, best practices, dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan strategi DOTS secara baik, disamping secara tepat merubah kasus menular menjadi tidak menular, juga mencegah berkembangnya MDR-TB (Multi Drug Resistance-TB).Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB dan dengan demikian menurunkan insidens TB di masyarakat. Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB.TUJUAN DAN TARGET KEGIATANTujuan Umum:Setelah dilakukan kunjungan rumah diharapkan mampu mengetahui cara-cara pencegahan dan penanganan tuberkulosis serta dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.Tujuan Khusus: Menjelaskan pengertian tuberkulosis Menjelaskan tentang gejala klinis tuberkulosis Menjelaskan tentang diagnosis tuberkulosis Menjelaskan tentang pengobatan tuberkulosis Menjelaskan tentang pengawas menelan obatTarget Kegiatan:Melakukan kunjungan rumah untuk menanggulangi/mencegah penularan.PERMASALAHAN DI KELUARGA DAN MASYARAKATPredisposing Factor (Menunjang)a.Pernah merokokb.Daya tahan tubuh menurunc.Pencahayaan rumah yang kurangd.Ventilasi yang kurange.Ada kontak dengan penderita TBEnabling Factora. Jarak antara rumah pasien dengan Puskesmas jauh ( 7 km)b. Tidak adanya transportasi pribadi

Holystic AnalysisHost:Perilaku pasien yang tidak sehat dengan tidak menghiraukan tentang kesehatan diri seperti jarang menjemur tempat tidur dan bantal serta adanya kontak dengan penderita TB terus-menerus.Agent:Bakteri Mycobacterium TuberculosisEnvironment:Secara umum rumah Tn. W dilihat tidak memenuhi kriteria rumah sehat. Walaupun dinding rumahnya tembok dan sebagian lantainya dari keramik namun pencahayaan dan ventilasi serta penataan rumah masih kurang.PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN INTERVENSIProgram Pencegahan Penyakit MenularDilakukan kunjungan rumah dengan metode wawancara serta menjelaskan:Menerangkan Tentang Cara Penularan Tuberkulosis: Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitarr 3000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.Menerangkan Tentang Risiko Penularan Tuberkulosis: Risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB paru dengan BTA negatif. Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi uberkulin negatif menjadi positif.Menerangkan Tentang Risiko Menjadi Sakit Tuberkulosis: Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk). HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian.PELAKSANAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULARDilakukan kunjungan rumah dengan menjelaskan:1.Pengertian TuberkulosisTuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (TB ekstra paru).

2.Gejala Klinis TuberkulosisGejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan.Gejala-gejala tersebut di atas dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain TB, seperti asma, kanker paru, dan lain-lain. Namun mengingat prevalensi TB di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) dengan gejala tersebut di atas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan, dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.P (pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.3.Diagnosis Tuberkulosis Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu-pagi-sewaktu (SPS). Diagnosis TB paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto thoraks, biakan, dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis.Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto thoraks. Namun pada kondisi tertentu pemeriksaan foto thoraks perlu dilakukan sesuai dengan indikasi sebagai berikut: Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non-OAT. Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak napas berat yang meemerlukan penanganan khusus dan pasien yang mengalami hemoptisis berat.4.Pengobatan TuberkulosisPengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut: OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO). Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan. Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Sedangkan pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu yang lebih lama dengan tujuan untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.5.Pengawas Menelan ObatDikarenakan pengobatan TB dalam jangka waktu yang cukup lama, maka untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).Persyaratan PMO: Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui baik oleh petugas kesehatan maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien. Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien. Seseorang yang bersedia membantu pasien. Seseorang yang bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama pasien.Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.Tugas PMO: Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan. Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur. Mengingatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah ditentukan. Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan.

MONITORING DAN EVALUASIIntervensi PromotifHealth EducationPasien dan keluarganya diberi edukasi mengenai penyakit TBC, bahaya, dan cara pencegahan penyakit, komplikasi, serta perawatan pasien saat sakit. Turut dijelaskan juga tentang keteraturan minum obat sampai tuntas dan harus selalu diawasi untuk menghindari pasien lupa minum obat dan kemungkinan pasien bosan dengan pengobatan dalam jangka waktu yang cukup lama.GiziPemberian makanan yang bergizi mencakup 4 sehat 5 sempurna, sesuai dengan kemampuan ekonomi pasien untuk meningkatkan kesehatan maupun daya tahan tubuh pasien. Sebagai contoh nasi, tahu, tempe, ayam, telur, sayur hijau, buah, dan susu.Rumah SehatDiberikan penjelasan tentang hubungan antara kondisi rumah dengan kesehatan tubuh. Diterangkan juga tentang ciri-ciri rumah sehat yang perlu diikuti oleh pasien, yaitu: Ventilasi: Perlu diupayakan untuk membuat ventilasi berupa jendela yang dapat dibuka dan ditutup. Pencahayaan: Dengan membuat jendela, maka pencahayaan akan lebih baik. Jumlah lampu untuk penerangan di rumah minimal satu buah lampu untuk setiap ruangan. Kelembaban: Membuat jendela akan mengurangi kelembaban di dalam rumah. Sanitasi: Kebersihan per orang perlu ditingkatkan lagi, seperti kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.Intervensi Preventif1. Menyarankan pasien untuk menambah ventilasi dan pencahayaan.2. Menyarankan pasien untuk menutup mulut saat batuk.3. Menyarankan pasien untuk tidak membuang dahak di sembarang tempat.Intervensi KuratifPengobatan pada pasien adalah OAT kategori satu dengan strategi DOTS. Tablet 4FDC mengandung 4 macam obat yaitu: 75 mg Isoniazid (INH), 150 mg Rifampicin, 400 mg Pirazinamide, dan 275 mg Ethambutol, sedangkan tablet 2 FDC mengandung 2 macam obat yaitu: 150 mg Isoniazid (INH) dan 150 mg Rifampicin. Obat 4FDC dan 2FDC ini pemberiannya disesuaikan dengan berat badan pasien. Pasien mempunyai berat badan 43 kg sehingga obat yang diberikan terdiri dari 3 tablet 4FDC untuk tahap intensif tiap hari selama 56 hari dan 3 tablet 2FDC untuk tahap lanjutan 3 kali seminggu selama 16 minggu. Sesuai dengan strategi DOTS, pada pasien ini PMOnya adalah anak kandung dari Tn. W, yaitu Ny. M.Intervensi Rehabilitatif1. Perbaikan gizi pasien2. Fisioterapi napas