dwifungsimanusia
DESCRIPTION
hhhTRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat karunia,
rahmat, dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penulisan
makalah bertopik Hakikat Manusia Dalam Islam ini merupakan tugas pertama
mata kuliah Agama Islam.
Makalah ini berisikan tentang Dwi Fungsi Manusia dalam Islam yang
menjelaskan siapa itu manusia menurut Islam, Ekstensi dan Martabat manusia,
Tanggung jawab manusia kepada Allah sebagai hamba dan Khalifah.
Uraian dalam makalah ini dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
dipahami oleh khalayak umum. Mudah-mudahan makalah ini mampu
memberikan informasi yang bermanfaat bagi orang yang membutuhkannya.
Namun demikian, kami menyadari keterbatasan kami dalam penyusunan
makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
demi penyempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini, kami ucapkan terima kasih.
Purwokerto, 20 November 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
QS. Al Mu'minuun (23): 12-14 “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.”
Begitulah Allah menjelaskan proses penciptaan manusia. Mulanya
dikatakan hanya dengan kalimat kun fayakun - jadi, maka jadilah. Akan tetapi
Allah mengikutinya dengan penjelasan di ayat lain, bahwa kun fayakun itu adalah
sebuah proses: dari tanah, dibuat saripatinya, dijadikan sperma laki-laki dan ovum
perempuan, dipertemukan dalam rahim seorang wanita, kemudian berkembang
menjadi alaqah, mudghah, izhama, dan seterusnya sampai terlahir menjadi bayi.
“Katakanlah, “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup, dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Qs. Al-An’am [6]: 162)
Berdasarkan ayat di atas, kehidupan, ibadah bahkan kematian seorang manusia
adalah berasal dari Tuhan, oleh karena itu, dalam seluruh keadaan kehidupannya
manusia harus melakukan penghambaan kepada Tuhan.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.” (Qs. Al-Dzariyyat [56]: 56)
Ayat di atas menunjukkan bahwa tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk
ibadah dan penghambaan Tuhan, yaitu manusia harus menyerahkan dirinya untuk
melakukan penghambaan kepada Tuhan dan tidak menundukkan kepalanya
kecuali di hadapan-Nya.
Pada umumnya, sering kali kita sebagai manusia lupa akan hakikat kita
sebagai manusia, mengapa kita diciptakan, dan apa tujuan kita diciptakan oleh
Allah. Untuk itu disini penyusun membahas kembali hal tersebut yang mungkin
dapat berguna bagi khalayak pada umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.
1. 2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Siapakah Manusia?
2. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan makhluk lain?
3. Apa ekstensi dan Bagaimana martabat manusia?
4. Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan yang kami lakukan antara lain:
1. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah
Agama Islam.
2. Untuk memperdalam ilmu tentang Dwi fungsi manusia.
3. Untuk mengetahui siapakah manusia, persamaan dan perbedaan manusia
dengan makhluk lain, dan mengetahui tanggung jawab manusia sebagai
hamba dan khalifah Allah.
1.4Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah yang kami lakukan antara
lain:
1. Mempertebal keimanan kita sebagai muslim dengan memahami dengan
baik arti diciptakan nya manusia karena kita adalah manusia.
2. Memberikan informasi lebih lanjut kepada mahasiswa lain tentang Dwi
Fungsi Manusia sebagai hamba dan khalifah Allah.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Manusia
Siapakah Manusia?
Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah
laku intelektual dan sosial.
c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu
mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang
tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung
kemungkinan baik dan jahat.
Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan
sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya
tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Hakikat manusia menurut islam :
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia wajib
bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Manusia menurut pandangan al-Quran, al-Quran tidak menjelaskan asal-
usul kejadian manusia secara rinci. Dalam hal ini al-Quran hanya menjelaskan
mengenai prinsip-prinsipnya saja. Ayat-ayat mengenai hal tersebut terdapat dalam
surat Nuh 17, Ash-Shaffat 11, Al-Mukminuun 12-13, Ar-Rum 20, Ali Imran 59,
As-Sajdah 7-9, Al-Hijr 28, dan Al-Hajj 5.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti : Turab, Thien, Shal-shal, dan
Sualalah. Hal ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari
bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-
tahapan dalam proses selanjutnya, al-Quran tidak menjelaskan secara rinci.
Manusia yang sekarang ini, prosesnya dapat diamati meskipun secara bersusah
payah. Berdasarkan pengamatan yang mendalam dapat diketahui bahwa manusia
dilahirkan ibu dari rahimnya yang proses penciptaannya dimulai sejak pertemuan
antara spermatozoa dengan ovum.
Dalam penciptaannya manusia dibekali dengan beberapa unsure sebagai
kelengkapan dalam menunjang tugasnya. Unsur-unsur tersebut ialah : jasad ( al-
Anbiya’ : 8, Shad : 34 ). Ruh (al-Hijr 29, As-Sajadah 9, Al-anbiya’ :91 dan lain-
lain); Nafs (al-Baqarah 48, Ali Imran 185 dan lain-lain ) ; Aqal ( al-Baqarah 76,
al-Anfal 22, al-Mulk 10 dan lain-lain); dan Qolb ( Ali Imran 159, Al-Ara’f 179,
Shaffat 84 dan lain-lain ). Jasad adalah bentuk lahiriah manusia, Ruh adalah daya
hidup, Nafs adalah jiwa , Aqal adalah daya fakir, dan Qolb adalah daya rasa. Di
samping itu manusia juga disertai dengan sifat-sifat yang negatif seperti lemah
( an-Nisa 28 ), suka berkeluh kesah ( al-Ma’arif 19 ), suka bernuat zalim dan
ingkar ( ibrahim 34), suka membantah ( al-kahfi 54 ), suka melampaui batas
( al-‘Alaq 6 ) suka terburu nafsu ( al-Isra 11 ) dan lain sebagainya. Hal itu semua
merupakan produk dari nafs , sedang yang dapat mengendalikan kecenderungan
negatif adalah aqal dan qolb. Tetapi jika hanya dengan aqal dan qolb,
kecenderungan tersebut belum sepenuhnya dapat terkendali, karena subyektif.
Yang dapat mengendalikan adalah wahyu, yaitu ilmu yang obyektif dari Allah.
Kemampuan seseorang untuk dapat menetralisasi kecenderungan negatif tersebut
( karena tidak mungkin dihilangkan sama sekali ) ditentukan oleh kemauan dan
kemampuan dalam menyerap dan membudayakan wahyu.
Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain
Persamaan dan perbedaan manusia dengan makhluk lain
Dibanding makhluk lainnya manusai mempunyai kelebihan-kelebihan. Kelebihan-
kelebihan itu membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia
adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat,
dilaut, maupun diudara. Sedangkan binatang bergerak diruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut, namun tetap saja
mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melampaui manusia. Mengenai kelebihan
manusia atas makhluk lain dijelaskan surat al-Isra’ ayat 70.
Disamping itu, manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami
ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu
manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-
baiknya (at-Tiin : 95:4). Namun demikian, manusia akan tetap bermartabat mulia
kalau mereka sebagai khalifah ( makhluk alternatif ) tetap hidup dengan ajaran
Allah ( QS. Al-An’am : 165). Karena ilmunya itulah manusia dilebihkan ( bisa
dibedakan ) dengan makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengan ilmu selain ilmu
Allah, manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan demikian manusia
disamakan dengan binatang, “mereka itu seperti binatang ( ulaaika kal an’aam ),
bahkan lebih buruk dari binatang ( bal hum adhal ). Dalam keadaan demikian
manusia bermartabat rendah ( at-Tiin : 4 ).
Ekstensi dan Martabat Manusia
Tujuan Penciptaan Manusia.
Tugas, misi, bahkan tujuan dari penciptaan manusia adalah ibadah kepada
Allah swt.
“Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-
Ku." (QS.Adz-Dzaariyaat, 51: 56).
“Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan untuk beribadah kepada Allah
dengan memurnikan pengabdian kepada-Nya.” (Qs. Al Bayyinah, 98: 5)
Ibadah dengan segala maknanya yang utuh dan luas. Manusia tidak akan
mampu mewujudkan kemanusiaan, kebahagiaan, kemerdekaan, dan
kemuliaannya, melainkan dengan memurnikan pengabdian kepada Allah swt.
Kemuliaan manusia terletak pada kerendahannya kepada Tuhannya. Seorang
Muslim adalah seorang hamba yang merdeka saat ia melantunkan, “Hanya kepada
Engkau kami mengabdi dan banya kepada Engkau kami memohon pertolongan.”
Ibadah memenuhi seluruh relung kehidupannya siang dan malam.
Dengan ibadah, manusia akan mencapai kepeloporan dan kepemimpinan.
Imam Hasan Al Banna saat mengatakan, “Jadilah kalian para hamba Allah
sebelum menjadi pemimpin. Ibadah akan mengantarkan kalian pada sebaik-baik
kepemimpinan.” Dengan demikian manusia tidak akan melepaskan pengabdian
kepada Allah selamanya. Walaupun mereka meletakkan matahari di tangan kanan
dan rembulan di tangan kiri, manusia tidak akan menanggalkan kemerdekaannya.
Sebab siapa yang beribadah kepada Allah dengan sebenar-benar pengabdian maka
segala sesuatu akan takut olehnya dan akan menjadi kuat dengan kekuatan Allah.
Ia tidak akan congkak tapi juga tidak rela dihinakan makhluk seraya ia
melantunkan, “Hanya kepada Engkau kami mengabdi dan banya kepada Engkau
kami memohon pertolongan.”
“Dan ingatlah, (hai para Muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi
tertindas di muka bumi (Makkah), kamu takut orang-orang (Makkah) akan
menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan
dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezeki
dari yang baik-baik agar kamu bersyukur." (Qs. Al Anfaal, 8: 26)
Namun demikian, yang ingin kami tegaskan di sini adalah bahwa manusia
tidak boleh mengandalkan “modal dengkul” melainkan harus bertumpu pada tiga
faktor: akal, tubuh, dan hati. Panji kepeloporan ditegakkan di atas ketangguhan
jiwa dan kelurusan hati. Tercapainya ketiga hal itu, baik buruknya akan
terefleksikan pada sifat-sifat jiwa manusia. Kebaikan tidak akan terwujud kecuali
jika yang menjadi ghayah (tujuan) adalah Allah semata.
Fungsi dan Peranan Yang Diberikan Allah Kepada Manusia
Fungsi Manusia ada dua, yaitu manusia sebagai khalifah Allah dan
Manusia sebagai hamba Allah. Manusia sebagai Khalifah adalah manusia yang
dapat menjadi pemimpin di bumi ini serta dapat menjaga dan melestarikan seluruh
isi bumi dan yang ada di permukaannya. Sedangkan manusia sebagai hamba Allah
adalah manusia yang melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangan
Allah dengan selalu bersyukur kepada Allah.
Fungsi Peranan dan Fungsi Manusia sebagai Khalifah
Dari sekian banyaknya makhluk ciptaan Allah, hanya ada satu golongan
makhluk ciptaan yang sempurna. Yang mempunyai akal pikiran, akhlak dan
pengetahuan, bahkan lebih mulia dibanding makhluk ciptaan Allah yang lain.
Tidak lain dan tidak bukan, yaitu manusia. Allah berfirman dalam QS. Al-Isra:70
yang artinya:
“Dan sungguh Kami telah muliakan keturunan Adam, dan Kami angkat mereka di
daratan dan di lautan dan Kami beri rezeki dari yang baik-baik, dan Kami
lebihkan mereka dari kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan dengan
kelebihan yang sempurna.”
Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kesempurnaan
tersebut Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Pengertian
khalifah disini adalah penguasa atau pengganti Allah yang mengatur segala
sesuatu yang terkandung di bumi. Agar bisa dimanfaatkan untuk kepentingan
umat manusia. Dalam QS. Al-Baqarah:30 Allah berfirman,
“Dan ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepaada malaikat, “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan khalifah di muka bumi.” Mereka berkata,”Mengapa Engkau
hendak menjadikan khalifah di muka bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan memuji dan mensucikan Engkau?” Rabb berfirman, “Sesungguhnya aku
lebih mengetahui yang tidak kamu ketahui.”
Dengan demikian, Allah telah memilih manusia untuk dijadikan khalifah
di muka bumi. Walaupun manusia itu dikenal sebagai perusak yang akan selalu
menumpahkan darah di muka bumi, Dibanding malaikat yang selalu memuji,
bertasbih, kepada Allah Sang Pencipta. Semua ini hanya Allah lah yang tahu,
kehendak Allah tak terbatas, meliputi langit, bumi dan seluruh alam semesta.
Selain itu Allah hanya meridhoi bahwa kehalifahan itu dipegang oleh hamba-Nya
yang shalih, yang dapat mengemban tugasnya dengan baik. Dijelaskan pula dalam
surat
55. dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu
apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka
mereka Itulah orang-orang yang fasik.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi, memunyai peranan penting yang
dijalankan samapai akhir zaman ataupun kiamat, dan peranan penting ini pun
sebagai bagian dari fungsi manusia sebagai khalifah, diantaranya :
1. Memakmurkan Bumi (al'imarah)
Berupa pembangunan materi, dengan memanfaatkan kekayaan alam yang
telah disediakan Allah di muka bumi tercinta ini dengan arahan dan syariat yang
lurus, yaitu berdasarkan Al-Quran (hikmah) dan As-Sunah (hadist). Khalifah pun
berupaya untuk menjadikan umatnya atau manusia pada zamannya yang bermoral
dan memiliki peradaban yang baik.
2. Memelihara Bumi (arri'ayah)
Khalifah dalam menjalankan tugasnya harus memilki tujuan yaitu dengan
menciptakan akidah dan akhlakulkarimah. Selain menciptakan juga agar
selalu terpeliharanya akidah dan akhlakulkarimah tersebut. Menjaga bumi dari
kerusakan atau kehancuran alam, baik itu yang disebabkan alam sendiri maupun
oleh tangan-tangan jahil para manusia.
3. Perlindungan
Khalifah memiliki fungsi untuk melindungi bumi dan seisinya, yang
terkandung atas lima pokok kehidupan yaitu, agama (aqidah), jiwa manusia,harta
kekayaan,akal pikiran, dan keturunan (kehormatan). Tugas yang ketiga ini sangat
berat diembannya, dan apabila dapat dilaksanakan, jika seorang khalifah tersebut
dapat menunjukkan suatu kebenaran sebagai kebenaran dan dapat menegakkan di
tengah-tengah kehidupan umat manusia. Serta dapat menunjukkan kepada umat
manusia, bahwa kebatilan adalah kebatilan dan dapat mengajak seluruh umat
manusia untuk menumbangkannya bersama demi mencapai tujuan bersama yang
diharapkan.
Selain fungsi khalifah di muka bumi, manusia juga mempunyai tujuan
hidup di bumi sebagai khalifah. Ada 3 hal yang menjadi tujuan penciptaan
manusia sebagai kahlifah di muka bumi, di antaranya:
1. Manusia diciptakan untuk beribadah hanya kepada Allah Azza wa Jalla.
Hal ini terdapat dalam QS. Adz-Dzariyat(51):56,
“Dan Aku (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepadaKu.”
Berarti, semua kehidupan yang dilakukan oleh manusia itu, dalam rangka
peribadahannya kepada Sang Pencipta, dan juga ketaatannya yang dapat
membimbingnya ke surganya Allah. Karena itulah, jika kita dalam setiap
melakukan aktivitas selalu merujuk pada konsep peribadahan kepada Allah, akan
selalu berdasarkan kepada keikhlasan yang menjadi penyempurna suatu amal
perbuatan.
2. Manusia diciptakan untuk mempersembahkan amal-amal terbaik dalam
rangka ketaatan kepada Allah.
Inilah proses penghambaan kepada Allah swt. Seorang hamba dituntut
untuk memberi yang terbaik kepada Sang Khalik. Dalam QS Al Mulk, 67:2, Allah
berfirman,
“(Dialah Allah) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
Jadi, manusia sepatutnya memiliki amal yang sholeh dan berlomba-lomba dalam
kebaikan.
3. Manusia diciptakan menjadi khalifah di muka bumi.
Amanah ini diberikan hanya kepada manusia, kekhalifahan ini adalah
suatu amanah yang berat. Menjadi khalifah manusia berkedudukan sebagai “wakil
Allah”, yang bertugas mengatur atau pun mengelola alam raya sebaik mungkin.
Sesuai keinginan Allah yang memberikan amanah kepada setiap manusia serta
yang diwakili.
Dari penjelasan-penjelasan tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa
manusia dituntut untuk mengembangkan potensi yang ada. Menjalankan fungsi
dan tujuan yang diberikan dengan baik. Dan hal itu merupakan amanah yang tidak
bisa dikatakan mudah untuk dijalaninya. Mengajak kepada setiap umat tertuju
pada satu dzat, yaitu Allah swt, yang senantiasa memberikan perlindungan-Nya
kepada setiap hamba yang selalu patuh pada perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya. Dengan berpedoman pada Al Quran dan As Sunah, serta
menegakkan syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Manusia Sebagai Hamba Allah
Posisi manusia di alam atau kehidupan dunia ini, juga merupakan tujuan
penciptaan manusia oleh Allah SWT, adalah sebagai hamba (‘abid). Sebagai
hamba, tugas utama manusia adalah mengabdi (beribadah) kepada Sang Khaliq;
menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Hubungan manusia dengan Allah SWT bagaikan hubungan seorang hamba
(budak) dengan tuannya. Si hamba harus senantiasa patuh, tunduk, dan taat atas
segala perintah tuannya. Demikianlah, karena posisinya sebagai ‘abid, kewajiban
manusia di bumi ini adalah beribadah kepada Allah dengan ikhlas sepenuh hati
(Q.S. 2:21, 98:5, 52:56). Ibadah berakar kata ‘abada yang artinya mengabdikan
diri, menghambakan diri. Ibadah dalam arti sempit ialah aktivitas keagamaan
ritual seperti shalat, puasa, dan haji.
Dalam arti luas, ibadah adalah melaksanakan hidup sesuai dengan syariat
Islam; aktivitas ekonomi –seperti berdagang, politik, seni, dan lainnya sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Semua perbuatan baik yang mendatangkan manfaat bagi
diri dan orang lain adalah ibadah atau amal saleh.
Seorang Muslim harus memahami benar posisinnya di hadapan Allah sebagai
‘abid ini. Pemahamannya itu harus terwujudkan dalam perilaku Islami, karena
secara ideal, seseorang yang mengaku Muslim, dirinya telah benar-benar ter-
shibghah (tercelup) kedalam “celupan Allah”, yakni syariat Islam.
Muslim yang sudah ter-shibgah, segala perilaku kesehariannya
berpedoman pada ajaran Islam, setiap gerak langkah dan perbuatannya
“dikendalikan” oleh syariat Islam, sehingga ia selalu berbuat kebaikan dalam
segala hal.
Kedudukan Manusia Sebagai Hamba
Kedudukan manusia yang paling utama adalah sebagai Abdullah yang
artinya sebagai Hamba Allah. Oleh karena itu, sebagai hamba Allah maka
manusia harus menuruti kemauan Allah, yang tidak boleh membangkan kepada-
Nya. Dalam hal ini, manusia mempunyai dua tugas yaitu: pertama ia harus
beribadah kepada Allah baik dalam pengertian sempit (sholat, puasa, haji, dsb.)
maupun luas (melaksanakan semua aktifitas baik dalam hubungan dengan secara
vertikal kepada Allah SWT maupun bermuamalah dengan sesama manusia untuk
memperoleh keridoan Allah sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT dan
Hadist). Kedua, sebagai khalifatullahi.
Selain itu, manusia bertugas sebagai ‘abdullah yaitu bisa dikaitkan dengan
proses kejadian manusia yang telah dikemukakan terdahulu. Dari uraian terdahulu
dapat difahami bahwa pada dasarnya manusia terdiri atas dua substansi, yaitu
jasad/materi dan roh/immateri. Jasad manusia berasal dari alam materi (saripati
yang berasal dari tanah), sehingga eksistensinya mesti tunduk kepada aturan-
aturan atau hukum Allah yang berlaku di alam materi (Sunnatullah). Sedangkan
roh-roh manusia, sejak berada di alam arwah, sudah mengambil kesaksian di
hadapan Tuhannya, bahwa mereka mengakui Allah sebagai Tuhannya dan
bersedia tunduk dan patuh kepadaNya (Q.S. al-A’raf: 172).
“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"
Karena itulah, kalau manusia mau konsisten terhadap eksistensi dirinya
atau naturnya, maka salah satu tugas hidup yang harus dilaksanakannya adalah
’abdullah (hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan dan
KehendakNya serta hanya mengabdi kepadaNya).
Kedudukan Manusia Dalam Pandangan Al-Qur'an
1). Makhluk termulia (Al-Israa':70)
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang
telah Kami ciptakan. (QS. 17:70)
2). Makhluk yang paling indah bentuk kejadiannya.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya. (QS. 95:4)
3). Makhluk yang diberikan kebebasan memilih dan bisa membedakan antara
yang baik dan yang buruk.
..dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan
kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan, sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya. (QS. 91:7-10)
4). Makhluk yang diberi kemampuan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan
dibekali dengan alat-alat yang mendukungnya dalam meraih iptek itu:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang
Paling Pemurah, (96:1-3)”
Alat-alat tersebut adalah:
a. Pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. 16:78)
b. Lisan.
Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah
bibir. (QS. 90:8-9)
c. Pena.
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, berkat nikmat Rabbmu kamu
(Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.
(QS.Al-Qalam (68) :1-2)
5). Khalifah Allah SWT
6). Makhluk yang diberikan beban untuk beribadah kepada Allah SWT semata,
ibadah yang mencakup ibadah ritual dan seluruh aspek kehidupan manusia.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. 51 (Adz Dzaariyaat: 56)
Pembagian Manusia Sebagai Hamba
1. Golongan yang tidak tahu atau tidak sedar yang mereka itu hamba Allah.
Mereka ini adalah golongan yang tidak tahu, tidak sedar atau tidak
mengambil tahu apakah dirinya hamba Allah atau tidak kerana mereka tidak
beriman dengan Al Quran dan As Sunnah. Begitu juga mereka mentadbir
kehidupan di dunia ini,tidak dengan syariat Tuhan tetapi dengan ideologi yang
mereka buat sendiri.
2. Golongan yang tahu bahawa mereka adalah hamba Allah di bumi tetapi
rasa kehambaannya tidak ada atau tidak wujud.
Golongan ini tahu dan sedar bahwa mereka adalah hamba Allah di bumi tetapi
kerana jahil, lemah melawan hawa nafsu,cinta dunianya begitu kuat, kepentingan
peribadinya terlalu banyak, maka orang yang demikian rasa kehambaannya
kepada Allah begitu lemah. Sebab itulah pengabdiannya kepada Allah lemah.
Boleh jadi langsung tiada. Mereka ini adalah golongan umat Islam yang fasik atau
zalim dan ditakuti kalau dibiarkan terus boleh membawa kepada kekufuran.
3. Golongan yang merasa kehambaan kepada Allah di bumi.
Rasa kehambaannya kepada Allah itu kuat. Oleh itu mereka dapat
melahirkan sifat-sifat kehambaan serta memperhambakan diri kepada Allah
dengan membaiki yang fardhu dan sunat dengan sungguh-sungguh. Mereka juga
dapat bertanggungjawab sebagai hamba-Nya di bumi sesuai dengan kedudukan
dan kemampuan masing-masing. Mereka boleh dibagikan kepada beberapa
bahagian pula yaitu:
a. Golongan yang sederhana (golongan ashabul yamin)
b. Golongan muqarrobin
c. Golongan as siddiqin
4. Golongan yang sifat kehambaannya dan memperhambakan diri kepada
Allah lebih menonjol daripada kekhalifahannya kepada Allah.
Maksudnya mereka yang dari golongan orang soleh tadi, ada di kalangan
mereka, penumpuannya kepada beribadah kepada Allah lebih nampak dan
menonjol dengan menghabiskan masa beribadah, memperbanyakkan fadhoilul
‘amal, berzikir, membaca Al Quran, bertasbih, berselawat dan mengerjakan
amalan-amalan sunat sama ada sembah yang sunat mahupun puasa sunat.
Golongan ini dikatakan abid yang baik.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah
1. Tanggung jawab Abdullah terhadap dirinya adalah memelihara iman yang
dimiliki dan bersifat fluktuatif ( naik-turun ), yang dalam istilah hadist Nabi SAW
dikatakan yazidu wayanqusu (terkadang bertambah atau menguat dan terkadang
berkurang atau melemah).
2. Tanggung jawab terhadap keluarga merupakan lanjutan dari tanggungjawab
terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, dalam al-Qur’an dinyatakan dengan quu
anfusakum waahliikum naaran (jagalah dirimu dan keluargamu, dengan iman dari
neraka).
3. Allah dengan ajaranNya Al-Qur’an menurut sunah rosul, memerintahkan
hambaNya atau Abdullah untuk berlaku adil dan ikhsan. Oleh karena itu,
tanggung jawab hamba Allah adlah menegakkan keadilanl, baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap keluarga. Dengan berpedoman dengan ajaran Allah,
seorang hamba berupaya mencegah kekejian moral dan kenungkaran yang
mengancam diri dan keluarganya. Oleh karena itu, Abdullah harus senantiasa
melaksanakan solat dalam rangka menghindarkan diri dari kekejian dan
kemungkaran (Fakhsyaa’iwalmunkar). Hamba-hamba Allah sebagai bagian dari
ummah yang senantiasa berbuat kebajikan juga diperintah untuk mengajak yang
lain berbuat ma’ruf dan mencegah kemungkaran (Al-Imran : 2: 103). Demikianlah
tanggung jawab hamba Allah yang senantiasa tunduk dan patuh terhadap ajaran
Allah menurut Sunnah Rasul.
Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah dan Khalifah Allah
Maksud manusia diciptakan ialah antara lain untuk mengabdi kepada
ALLAH SWT.manusia diwajibkan untuk beribadah kepada penciptanya,dalam
arti selalu tunduk dan taat kepada perintah-nya.
Tanggungjawab manusia sebagai hamba Allah ialah patuh, taat dan tunduk
kepadaNya.
Kedudukan manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dengan fungsinya
untuk taat, patuh dan mengimarahkan bumi Allah ini ialah satu amanah yang
mesti dilaksanakan sepenuhnya. Segala tuntutan agama dan kewajiban yang
ditetapkan hendaklah dipikul dan dilaksanakan seperti yang dikehendaki tanpa
lalai, ragu dan sambil lewa. Jika ini dilaksanakan, maka seseorang itu telah
menunaikan amanahnya kepada Allah SWT seperti mana firmanNya :
27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah
dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat
yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Sebagai hamba Allah manusia adalah kecil dan tidak memiliki
kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan
berpasrah diri kepada-Nya.
Sebagai hamba Allah, manusia harus melaksanakan ketentuan-ketentuan-
Nya. Untuk itu, manusia dilengkapi dengan kesadaran moral yang selalu harus
dirawat, jika manusia tidak ingin terjatuh ke dalam kedudukan yang rendah.
Amanah ini bermula daripada kedudukan manusia sebagai hamba Allah
Subhanahu wa Ta‘ala dan berfungsi sebagai khalifah-Nya. Tanggungjawab
manusia sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta‘ala ialah patuh, taat dan tunduk
kepada-Nya. Tangungjawab manusia sebagai khalifah pula ialah membangun,
memakmur dan melaksanakan islah di bumi Allah ini.
Kedudukan manusia sebagai hamba dan khalifah dengan fungsinya untuk
patuh, taat dan mengimarahkan bumi Allah ini ialah suatu amanah yang wajib
dilaksanakan secara menyeluruh. Segala tuntutan agama dan kewajipan yang
ditetapkan hendaklah dipikul dan dilaksanakan seperti yang dikehendaki tanpa
lalai, ragu dan sambil lewa.
Maka puncak amanah dan tanggungjawab insan ialah amanah dan
tanggungjawabnya kepada Allah. Amanah kepada Allah Subhanahu wa Ta‘ala
ialah berusaha memenuhi matlamat manusia itu diciptakan iaitu beribadat
kepada-Nya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta‘ala:
56. dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku. (Surah az-Zariyat: 56)
BAB III
PENUTUP
1.5 Kesimpulan
Sebagai umat Islam, kita tidak perlu ragu lagi jika seseorang menanyakan
apa hakikat manusia itu. Apa tujuan penciptaan manusia, Allah yang menciptakan
seluruh alam semesta dan isinya, terutama manusia, makhluk yang paling
sempurna yang diciptakan oleh Allah, yaitu beribadah, kemudian menjadi
khalifah, dan yang paling penting adalah bersyukur.
Kita sebagai manusia ciptaan-Nya wajib beriman kepada Allah dan jangan
sekalipun ragu akan kebesaran-Nya terlebih lagi sampai menyekutukan-Nya.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Segala sesuatu yang kita
kerjakan di dunia ini pasti akan mendapat balasan di akhirat nanti. Untuk itu, kita
harus mulai bisa mengelola diri kita sendiri agar mendapat tempat terbaik di sisi
Allah. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penyusun berharap
kepada pembaca agar dihari kemudian dapat mengembangkan atau bahkan
memperbaiki beberapa kekurangan yang ada dalam makalah ini, kritik dan saran
yang membangun sangat diharapkan oleh penyusun.
DAFTAR PUSTAKA
Bucaile, Maurice. 1998.Asal-usul Manusia Menurut Bible, al Qur’an dan Sains.
Bandung: Mizan