duatitiktigatitiksatu
DESCRIPTION
tekimTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta jiwa, seiring bertambahnya penduduk kebutuhan akan
kendaraan bermotor juga semakin bertambah. Dengan jumlah kendaraan bermotor
terutama mobil yang tergolong tinggi memberikan peluang muculnya usaha-usaha atau
jasa pencucian mobil bagi masyarakat.
Munculnya peluang usaha pencucian mobil dianggap dapat menguntungkan, karena
akan meningkatkan perekenomian serta meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak
usaha. Namun jika dilihat dari aspek lingkungan, menjamurnya jasa pencucian mobil di
kota-kota besar dapat memperburuk kualitas lingkungan karena kebanyakan dari usaha
pencucian mobil yang ada tidak mengolah terlebih dahulu limbah atau air hasil pencucian
mobil melainkan langsung dibuang ke saluran air atau ke badan air yang ada. apabila
limbah tersebut dibuang di badan air dalam jumlah besar dapat mengakibatkan kadar COD
dan surfaktan meningkat.
COD dan surfaktan akan membentuk sistem koloid stabil yang dapat membuat air
limbah menjadi keruh. Semakin meningkat COD dan surfaktan maka semakin keruh air
limbah tersebut. Selain COD dan surfaktan adanya debu (padatan) dan pengotor lainnya
juga meningkatkan kekeruhan air limbah.
Dalam beberapa pengukuran kadar COD dalam air limbah dari jasa pencucian
mobil berkisar antara 248 - 776 mg/l dimana menurut SK. Gub. Jatim no. 45 tahun 2002
tentang baku mutu limbah cair mensyaratkan kadar COD limbah yang dibuang ke badan
air kelas IV tidak boleh melebihi 600 mg/l, sehingga sangat perlu adanya pengolahan
terhadap air limbah pencucian mobil pada umumnya (Fadly, 2010).
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan,
sebagai berikut.
1. Bagaimana kombinasi optimum antara dosis koagulan dan flokulan yang cocok dan
sesuai untuk mengolah air limbah pencucian mobil?
2. Berapa dosis koagulan-flokulan yang efektif dan efisien dari air limbah setelah dan
sebelum pengendapan?
3. Apakah pengaruh perlakuan pengendapan diawal pengolahan terhadap optimasi
pengolahan air limbah pencucian mobil?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kombinasi optimum antara dosis koagulan dan flokulan untuk mengolah
air limbah pencucian mobil.
2. Menentukan dosis koagulan-flokulan yang efektif dan efisien dari air limbah setelah
dan sebelum dilakukan pengendapan.
3. Menentukan pengaruh perlakuan pengendapan awal pada pengolahan air limbah
pencucian mobil.
2.3.1.Jenis Pengadukan
Jenis pengadukan dalam pengolahan air dapat dikelompokkan berdasarkan
kecepatan pengadukan dan metode pengadukan. Berdasarkan kecepatannya, pengadukan
dibedakan menjadi pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Kecepatan pengadukan
dinyatakan dengan gradien kecepatan, yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai
(P).
Besarnya gradien kecepatan akan mempengaruhi waktu pengadukan yang
diperlukan. Makin besar nilai G, maka waktunya makin pendek. Untuk menyatakan kedua
parameter itu, maka digunakan bilangan Camp, yaitu hasil perkalian gradien kecepatan
dengan waktu pengadukan.
Berdasarkan metodanya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan mekanis,
pengadukan hidrolis, dan pengadukan pneumatis.
1. Pengadukan mekanis
Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat pengaduk
berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya pengadukan
mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk (impeller). Berdasarkan
pada bentuknya, telah dikenal tiga macam impeller, yaitu paddle (pedal), turbine,
dan propeller (baling-baling).
2. Pengadukan hidrolis
Pengadukan hidrolis adalah pengadukan yang memanfaatkan gerakan air sebagai
tenaga pengadukan. Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik yang dihasilkan
dari suatu aliran hidrolik. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial atau
adanya lompatan hidrolik dalam suatu aliran. Beberapa contoh pengadukan hidrolis adalah
terjunan, loncatan hidrolis, parshall flume, baffle basin (baffle channel), perforated wall,
gravel bed dan sebagainya.
3. Pengadukan pneumatis
Pengadukan pneumatis adalah pengadukan yang menggunakan udara (gas)
berbentuk gelembung yang dimasukkan ke dalam air sehingga menimbulkan gerakan
pengadukan pada air. Injeksi udara bertekanan ke dalam suatu badan air akan
menimbulkan turbulensi, akibat lepasnya gelembung udara ke permukaan air. Makin besar
tekanan udara, kecepatan gelembung udara yang dihasilkan makin besar dan diperoleh
turbulensi yang makin besar pula.
2.3.2. Pengadukan Cepat (Koagulasi)
Tujuan pengadukan cepat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan
turbulensi air sehingga dapat mendispersikan bahan kimia yang akan dilarutkan dalam air.
Secara umum, pengadukan cepat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien
kecepatan berkisar antara 100 hingga 1000 per detik selama 5 hingga 60 detik. Secara
spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud atau sasaran pengadukan cepat.
Untuk proses koagulasi-flokulasi:
a. Waktu detensi = 20 - 60 detik
b. G = 1000 - 700 detik-1
Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):
a. Waktu detensi = 20 - 60 detik
b. G = 1000 - 700 detik-1
Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dll)
a. Waktu detensi = 0,5 - 6 menit
b. G = 1000 - 700 detik-1
Pengadukan cepat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Pengadukan mekanis
2. Pengadukan hidrolis
3. Pengadukan pneumatis
Pengadukan mekanis merupakan satu metoda yang paling umum digunakan untuk
pengadukan cepat karena sangat efektif dan lebih fleksibel dalam operasi. Pengadukan
mekanis yang sering digunakan dalam pengadukan cepat menggunakan ketiga macam
impeller di atas. Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis adalah kedua
parameter pengadukan, yaitu G dan td.
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan cepat haruslah aliran
air yang menghasilkan energi hidrolik yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya
kehilangan energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan tujuan menghasilkan
turbulensi yang besar tersebut, maka jenis aliran yang sering digunakan sebagai
pengadukan cepat adalah terjunan, loncatan hidrolik, dan parshall flume. Aliran udara yang
digunakan untuk pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga
mampu menekan dan menggerakkan air.
2.3.3.Pengadukan Lambat (flokulasi)
Tujuan pengadukan lambat dalam pengolahan air adalah untuk menghasilkan
gerakan air secara perlahan sehingga terjadi kontak antar partikel untuk membentuk
gabungan partikel berukuran besar. Pengadukan lambat digunakan pada proses flokulasi,
untuk pembesaran inti gumpalan. Gradien kecepatan diturunkan secara perlahan-lahan agar
gumpalan yang telah terbentuk tidak pecah lagi dan berkesempatan bergabung dengan
yang lain membentuk gumpalan yang lebih besar. Penggabungan inti gumpalan sangat
tergantung pada karakteristik flok dan nilai gradien kecepatan. Secara umum, pengadukan
lambat adalah pengadukan yang dilakukan pada gradien kecepatan kurang dari 100 per
detik selama 10 hingga 60 menit. Secara spesifik, nilai G dan td bergantung pada maksud
atau sasaran pengadukan cepat.
Untuk proses koagulasi-flokulasi:
a. Waktu detensi = 15 - 45 menit
b. G = 10 - 75 detik-1
c. GT = 48.000 - 210.000
Untuk air sungai:
a. Waktu detensi = minimum 20 menit
b. G = 10 - 50 detik-1
Untuk air waduk/reservoir:
a. Waktu = 30 menit
b. G = 10 - 75 detik-1
Untuk air keruh:
a. Waktu dan G lebih rendah
Bila menggunakan garam besi sebagai koagulan:
b. G tidak lebih dari 50 detik-1
Untuk flokulator 3 kompartemen:
a. G kompartemen 1 : nilai terbesar
b. G kompartemen 2 : 40 % dari G kompartemen 1
c. G kompartemen 3 : nilai terkecil
Untuk penurunan kesadahan (pelarutan kapur/soda):
a. Waktu detensi = minimum 30 menit
b. G = 10 - 50 detik-1
Untuk presipitasi kimia (penurunan fosfat, logam berat, dll)
a. Waktu detensi = 15 - 30 menit
b. G = 20 - 75 detik-1
c. GT = 10.000 - 100.000
Pengadukan lambat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
1. Pengadukan mekanis
2. Pengadukan hidrolis
Pengadukan mekanis merupakan satu metoda yang umum digunakan untuk
pengadukan lambat. Pengaduk (disebut juga flokulator) mekanis yang sering digunakan
dalam pengadukan lambat adalah tipe paddle yang dimodifikasi hingga membentuk roda
(paddle wheel), baik dengan posisi horisontal maupun vertikal. Besarnya energi/tenaga
yang diterima oleh fluida akibat putaran paddle wheel tergantung pada gaya drag dan
kecepatan relatif fluida terhadap pedal.
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat berbeda
dengan pengadukan cepat. Pada pengadukan lambat, energi hidrolik yang diharapkan
cukup kecil dengan tujuan menghasilkan gerakan air yang mendorong kontak antar partikel
tanpa menyebabkan pecahnya gabungan partikel yang yelah terbentuk. Jenis aliran yang
sering digunakan sebagai pengadukan lambat adalah baffle channel.
Flokulator umumnya dibuat secara seri seiring penurunan nilai G agar diperoleh
pencampuran sempurna, yaitu partikel dapat saling berkontak, sehingga diperoleh hasil
akhir yang memuaskan. Total waktu detensi yang diperlukan untuk flokulator secara seri
maksimum 45 menit.
2.3.3.Koagulan Primer
1. Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan
kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut
dalam alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan.
Penggunaan tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas
oleh operator water treatment. Namun ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok
dalam bentuk padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.
2. Sodium aluminate ( NaAlO2 )
Digunakan dalam kondisi khusus karena harganya yang relatif mahal. Biasanya
digunakan sebagai koagulan sekunder untuk menghilangkan warna dan dalam proses
pelunakan air dengan lime soda ash.
3. Ferro Sulfat ( FeSO4.7H2O )
Dikenal sebagai Copperas, bentuk umumnya adalah granular. Ferro sulfat dan lime
sangat efektif untuk proses penjernihan air dengan pH tinggi (pH > 10).
4. Chlorinated copperas.
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi ferro sulfat. Keuntungan
penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.
5. Ferri sulfat ( Fe2(SO4)3)
Mampu untuk menghilangkan warna pada pH rendah dan tinggi serta dapat
menghilangkan Fe dan Mn.
6. Ferri Klorida ( FeCl3.6H2O)
Dalam pengolahan air penggunaannya terbatas karena bersifat korosif dan tidak
tahan untuk penyimpanan yang terlalu lama.
2.3.4 Koagulan Sekunder
Kesulitan pada saat proses koagulasi kadang-kadang terjadi karena lamanya waktu
pengendapan dan flok yang terbentuk lunak sehingga akan mempersulit proses pemisahan.
Koagulan aid menguntungkan proses koagulasi dengan mempersingkat waktu
pengendapan dan memperkeras flok yang terbentuk. Jadi definisi koagulan aids adalah
koagulan sekunder yang ditambahkan setelah koagulan primer atau utama bertujuan untuk
mempercepat pengendapan, pembentukan dan pengerasan flok.
Jenis koagulan aid diantaranya:
1. PAC ( poly alumunium chloride )
Polimer alumunium merupakan jenis baru sebagai hasil riset dan pengembangan
teknologi air sebagai dasarnya adalah alumunium yang berhubungan dengan unsur lain
membentuk unit berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang, pada
PAC unit berulangnya adalah Al-OH.
Rumus empirisnya adalah Aln(OH)mCl3n-m
Dimana : n = 2 2,7 <> 0
Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan menjembatani
partikel-partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung efisien. Namun terdapat kendala
dalam menggunakan PAC sebagai koagulan aids yaitu perlu pengarahan dalam
pemakaiannya karena bersifat higroskopis.
2. Karbon aktif
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi. Pori-pori
arang biasanya diisi oleh hidrokarbon dan zat-zat organik lainnya yang terdiri dari
persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap dalam arang dan membuka
permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga luas permukaan yang
aktif bertambah besar.
Efisiensi adsorbsi karbon aktif tergantung dari perbedaan muatan listrik antara
arang dengan zat atau ion yang diserap. Bahan yang bermuatan listrik positif akan diserap
lebih efektif oleh arang aktif dalam larutan yang bersifat basa. Jumlah karbon aktif yang
digunakan untuk menyerap warna berpengaruh terhadap jumlah warna yang diserap.
3. Activated silica
Merupakan sodium silikat yang telah direaksikan dengan asam sulfur, alumunium
sulfat, karbon dioksida, atau klorida. Sebagai koagulan aid, activated silica memberikan
keuntungan antara lain meningkatkan laju reaksi kimia, menurunkan dosis koagulan,
memperluas jangkauan pH optimum dan mempercepat serta memperkeras flok yang
terbentuk. Umumnya digunakan dengan koagulan alumunium dengan dosis 7 – 11% dari
dosis alum.
4. Bentonic clay
Digunakan pada pengolahan air yang mengandung zat warna tinggi, kekeruhan
rendah dan mineral yang rendah.