dtm
DESCRIPTION
dtmTRANSCRIPT
HIPOTALAMUS 2015
KARYA TULIS ILMIAH
DTM(DENTAL TREATMENT FOR MOM) : PERAWATAN DI BIDANG
KEDOKTERAN GIGI SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN
PREEKLAMSIA PADA IBU HAMIL
Ditulis oleh:
CHRISTIAN AGUNG PRASETYA (131610101080/ 2013)
AYU PRATIVIA YOENANDA (121610101080/ 2012)
SARAH MARSA TAMIMI (131610101068/ 2013)
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu program
pembangunan di Indonesia yang memiliki beberapa target pencapaian dalam
beberapa tujuan, diantaranya meningkatkan pendidikan, kesehatan, dan
perlindungan terhadap lingkungan serta menurunkan angka kemiskinan.
Dalam bidang kesehatan, salah satu fokus MDGs adalah peningkatan
kesehatan ibu. Setiap tahun sekitar 20.000 perempuan di Indonesia meninggal
akibat komplikasi dalam persalinan. Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 untuk Angka Kematian Ibu (AKI),
didapatkan hasil yang mengejutkan karena terjadi kenaikan yang sangat
signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup atau mengembalikan pada
kondisi tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu justru mengalami kemunduran
selama 15 tahun. Pada tahun 2007, AKI di Indonesia sebenarnya telah
mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup (BKKBN ,2013). Bahkan angka
tersebut bisa jauh lebih tinggi, terutama di daerah-daerah yang lebih miskin
dan terpencil. Target MDGs adalah untuk menurunkan rasio hingga tiga
perempatnya dariangka tahun 1990. Dengan asumsi bahwa rasio saat itu
adalah sekitar 450, target MDGs adalah sekitar 110.(MDGs, 2008)
Tingginya AKI di Indonesia memang disebabkan oleh banyak faktor dan
berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI tahun 2011 penyebab kematian
ibu disebabkan oleh perdarahan, preeklamsia, Infeksi, Partus lama, dan
Abortus serta penyebab lain-lain cukup besar, termasuk di dalamnya penyebab
penyakit non obstetrik. Salah satu penyebab AKI yang mempunyai prevalensi
yang tinggi adalah preeklamsia yang menyebabkan kematian ibu berkisar
1,5% sampai 25%, bahkan hal tersebut dapat menyebabkan kematian bayi.
Preeklamsia adalah gangguan hipertensi kehamilan yang bertanggung
jawab untuk ibu yang signifikan dan morbiditas dan mortalitas janin. Penyakit
ini ditandai dengan hipertensi, edema, dan proteinuria setelah minggu ke-20,
dan jika disertai kejang disebut eklampsia (Yusniar, 2004). Preeklamsia juga
berhubungan dengan respon sitokin yang abnormal jangka pendek pada ibu
dan janin, terkait dengan tingkat sirkulasi tinggi tumor necrosis Faktor (TNF-
α), interleukin (IL) -10, dan IL-6 (Freeman et al, 2004). Dengan demikian,
hasilnya adalah inflamasi kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan
preeklampsia dan komplikasi kehamilan lainnya seperti berat badan lahir
rendah atau prematur kelahiran. Faktor resiko preeklampsia meliputi diabetes
atau meningkat indeks massa tubuh, kehamilan ganda, usia ibu, penyakit
ginjal, hipertensi dan penyakit autoimun kronis (Moestello, 2002). Salah satu
faktor resiko lain dapat memicu terjadi preeklamsia adalah penyakit
periodontal. (Boggess, 2002).
Peningkatan prevalensi terjadinya penyakit periodontal memang lebih
tinggi pada masa kehamilan namun kehamilan tidak menyebabkan penyakit
periodontal, melainkan adanya faktor iritasi lokal yaitu plak yang dipicu
dengan perubahan hormonal sebagai faktor sistemik, sehingga menyebabkan
perubahan metabolisme jaringan(Melissa et al, 2012).
Pada penelitian terhadap 30 wanita hamil, penyakit periodontal secara
signifikan lebih tinggi kedalaman probing dan skor tingkat perlekatan klinis
antara wanita preeklampsia dibandingkan dengan wanita non-preeklampsia.
Pada cairan sulkus gingiva, terdapat PGE2, TNF-α, dan IL-1β yang secara
signifikan lebih tinggi pada kelompok preeklampsia (Oettinger, 2005).
Hubungan antara penyakit periodontal pada masa kehamilan dan risiko
preeklamsia memberikan suatu paradigma dengan dilakukan pencegahan
penyakit periodontal sebelum kehamilan atau pengobatan penyakit periodontal
selama kehamilan dapat mencegah preeklamsia.
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Daftar Pustaka
1. Peter Stalker. Kita Suarakan MDGs Demi Pencapaiannya di Indonesia. Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008.
2. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Jakarta: BKKBN.
3. Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak,
Kementerian Kesehatan R
4. Yusniar. Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia dan Eklampsia di RSUD
Labuang Baji Makassar (Skripsi). Makassar: Universitas Hasanuddin; 2004.
5. Mostello D, Catlin TK, Roman L, Holcombe WL Jr., Leet T: Preeclampsia in
the parous woman: who is at risk? Am J Obstet Gynecol 2002, 187(2):425-9.
6. Boggess KA, Lieff S, Murtha AP, Moss K, Beck J, Offenbacher S. Maternal
periodontal disease is associated with an increased risk for preeclampsia.
Obstet Gynecol. 2003;101:227–31.
7. Melissa, Permatasari N, dan Diah. Hubungan antara pengetahuan, sikap, dan
tindakan dengan terjadinya gingivitis kehamilan pada ibu hamil trimester ketiga
di rumah sakit bersalin pemkot Malang. Departemen Periodonsia PSPDG
FKUB. 2012.
8. Oettinger-Barak O, Barak S, Ohel G, Oettinger M, Kreutzer H, Peled M, et al.
Severe pregnancy complication (preeclampsia) is associated with greater
periodontal destruction. J Periodontol. 2005;76:134–7.
9. Freeman DJ, McManus F, Brown EA, et al. Short- and long-term changes in
plasma inflammatory markers associated with preeclampsia. Hypertension
2004; 44:708-714.