dsakjdkajn

Upload: lana-adila

Post on 14-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ajksdnkajns

TRANSCRIPT

STEP 1Pemeriksaan rinoskopi anterior : pemeriksaan rongga hidung dari depan dengan menggunakan spekulum hidung, hal2 yang di lihat : mukosa, septum, konka, sekret dan massa

STEP 21. Anatomi , histologi dan fisiologi hidung 2. Bagaimana mekanisme pertahanan hidung ketika mengalami gangguan spt d skenario ?3. Bgaimana hidung anak tsb bisa berbau ?4. Mengapa anak tersebut mimisan ?5. Mengapa pda pemeriksaan hidung dalam didapatkan konka hiperemis -/+, sekret mukuserous -/+, benda asing -/+ ?6. Mengapa setelah di beri obat pilek keluhan reda tetapi setelah obat habis keluhan kembali muncul ?7. Macam2 gangguan penyakit yang mengenai organ hidung ? khususnya yg berhubungan dengan ingus dan mimisan8. Pemeriksaan selain yg di skenario ?9. Apakah medikamentosa yg diberikan?10. Apakah ada hub keluarnya biji jagung dengan keluhan yg diderita ?11. DD

STEP 31. Anatomi , histologi dan fisiologi hidung ANATOMI HIDUNGHidung dibagi atas:a. Hidung bagian luarb. Hidung bagian dalamc. Sinus paranasalisHidung bagian luarBentuk hidung bagian luar menyerupai piramid, puncaknya dikenal sebagai tip atau apex. Dari tip membentang ke atas dan di belakang disebut dorsum nasi, yang kemudian bersatu dengan os frontale membentuk radix nasi. Columella adalah bagian yang turun ke depan bawah tip ke bibir atas. Pada sisi kanan dan kiri, yang dibatasi dari lateral oleh alaenasi, dan dari inferior oleh alaris nasi.Rangka hidung bagian proximal dibentuk oleh rangka tulang, bagian distal oleh rangka tulang rawan, sehingga bagian proximal lebih kokoh dan sukar digerakkan. Kerangka tulang ini merupakan kesatuan dari os nasale dan processus frontalis maxillae. Bagian tulang rawan terdiri dari cartilago septi nasi, yang memegang peranan menentukan tinggi rendahnya hidung seseorang. Sedangkan puncak hidung (tip) dibentuk oleh septalangle dan cartila alaris mayor.

Gambar 1Kerangka tulang dan tulang rawan ini terikat erat satu sama lain oleh jaringan ikat yang kuat. Otot-otot tipis yang melapisi hidung bagian luar terdiri dari otot-otot dilatator dan otot-otot konstriktor. Kulit yang melapisi hidung bagian proximal lebih tipis dan lebih longgar hubungannya dengan jaringan ikat dan tulang di bawahnya; sedangkan di bagian distal lebih tebal dan lebih erat hubungannya dengan jaringan dan tulang rawan di bawahnya. Bagian distal ini juga banyak mengandung kelenjar-kelenjar sebaciuus. Vestibulumnasi termasuk hidung bagian luar, karena diisi oleh kulit dan mengandung kelenjar-kelenjar sebacious dan vibrisae.Hidung bagian dalamTerdiri dari cavum nasi yang berbentuk terowongan yang menyerupai piramid, dipisahkan menjadi dua bagian kiri dan kanan oleh septum nasi. Pintu depan dari cavum nasi disebut neres anterior, cavum nasi berhubungan langsung ke belakang dengan nasopharynx melalui choanae atau nares posterior. Cavum nasi itu terdiri dari dinding-dinding lateral, medial, atap dan dasar cavum nasi.a.Dinding lateral. Bagian ini merupakan bagian yang amat penting dan kompleks dari cavum nasi, karena ada hubungan langsung dengan sinus-paranasalis. Pada dinding ini terdapat tiga conchae nasalis, yakni conchae nasalis inferior, conchae nasalis media, dan conchae nasalis superior. Conchae nasalis inferior merupakan tulang yang berdiri sendiri, sedangkan conchae nasalis media dan conchae nasalis superior merupakan bagian dari tulang othmoidalis. Di antara ketiga conchae nasalis ini terbentuk celah-celah yang masing-masing kita kenal sebaai meatus nasi inferior, meatus nasi media yang letaknya antara conchae inferior dan conchae media, dan meatus superior yang letaknya antara conchae media dengan conchae superior.

Gambar 2Pada meatus inferior terdapat muara dari ductus nasolacrimalis yang menghubungkan saccus lacrimalis dengan cavum nasi. Pada meatus medius dimana terdapat hiatus semilunaris bermuara ketiga ostia dari sinus frontalis, ostium sinus ethmoidalis anterior dan ostium sinus maxillaris.Pada meatus nasi posterior terdapat ostia dari sinus paranasalis kelompok belakang, yakni ostium sinus othmoidalis posterior dan ostium dari sinus sphenoidalis. Atas dasar hubungan anatomis ini, maka setiap adanya kelainan pada meatus nasi medius, kita harus pikirkan kemungkinan hubungannya dengan kelainan dalam sinus paranasalis kelompok depan sedangkan kelainan pada meatus nasi superior kita harus pikirkan kemungkinan adanya kelainan dalam sinus paranasalis kelompok belakang.b.Dinding medial. Dinding medial cavum nasi adalah septum nasi yang membagi cavum nasi atas dua bagian yang kurang lebih sama besarnya. Septum ini dibentuk oleh lamina perpendicularis ossis ethmoidalis yang merupakan lempeng tulang yang tipis yang menempati bagian belakang atas dari septum nasi; cartilago septi nasi (cartilago quadrilateral) yang terletak di depan, dan vomer yang merupakan tulang yang terletak di belakang bawah dari septum nasi. Kerangka septum ini dilapisi oleh mukosa yang pada umumnya tebalnya tak teratur. Septum nasi pada seorang dewasa jarang yang benar-benar lurus, pada umumnya ada deviasi ringan, yang berupa obstruksi nasi (akan dibicarakan pada bagian patologi).

Gambar 4c.Atap. Atap cavum nasi merupakan bagian yang tertinggi dan tersempit, dari depan ke belakang terdiri dari os nasale, processus nasalis os frontalis, corpus ethmoidalis, corpus sphenoidalis. Lamina eribrosa dari ethmoid membentuk sebagian besar dari atap cavum nasi, atap dari cavum nasi ini hanya dibatasi oleh tulang yang tipis dengan fossa cranii anterior, sehingga kalau terdapat fraktur pada lamina eribrosa, akan terbuka jalan ke fossa cranii anterior dengan segala akibatnya.d.Dasar cavum nasi. Merupakan atap dari rongga mulut. 2/3 bagian depan dibentuk oleh pars palatina os maxillae, 1/3 belakang oleh pars horizontalis os palatina.Sinus ParanasalisSinus paranasalis adalah rongga-rongga berisi udara dalam tengkorak, yang dilapisi oleh lanjutan mukosa cavum nasi paranasalis pada kedua sisi kiri dan kanan. Untuk memudahkan pengertian dalam klinik, kita bagi sinus paranasalis dalam dua bagian atau kelompok, yakni kelompok depan dan kelompok belakang. Sinus paranasalis kelompok depan terdiri atas: sinus frontalis, sinus maxillaris dan sinus ethmoidalis anterior, kelompok belakang terdiri dari sinus ethmoidalis posterior dan sinus sphenoidalis. Ostia dari sinus paranasalis kelompok depan bermuara pada hiatus semilunaris dalam meatus nasi media; sedangkan kelompok belakang bermuara pada meatus nasi superior.Dari riwayat pembentukannya, hampir semua sinus paranasalis dimulai sebagai evaginasi (outpocketings) dari selaput lendir meatus nasi, kecuali sinus sphenoidalis sebagai hasil penguncupan (contriction) dari bagian posterior superior mukosa cavum nasi, pada bulan ke-3 dan ke-4 dari kehidupan fetus.Semua sinus-sinus ini melanjutkan perkembangannya sesudah lahir, tetapi sinus ethmoidalis telah mempunyai bentuk yang paling lengkap, diusul oleh sinus maxillaris, sedangkan sinus sphenoidalis masih amat kecil dan sinus frontalis masih belum terbentuk waktu bayi lahir. Sinus frontalis ini pembentukannya amat terlambat, kurang lebih pada umur 6 tahun dimulai dengan extensi langsung dari satu atau lebih sel-sel ethmoidalis anterior.a.Sinus Maxillaris. Disebut juga antrum high more merupakan sinus yang terbesar ukurannya, pada orang dewasa kurang lebih berukuran 15 cc dan terletak seluruhnya dalam tulang maxilla. Dinding depan sedikit cekung dan tipis kita kenal sebagai fossa canina. Di bagian atas tengah dari dinding depan kurang lebih 7 8 mm garis infra orbitalis terdapat foramen infra orbitalis dimana berjalan n. infra orbitalis yang memberi cabang-cabangnya menjadi n. dentalis anterior dan superior.Dinding atas atau atap dari sinus maxillaris merupakan dasar dari orbita pada dinding terdapat canalis infra orbitalis. Dinding belakang dan bawah bersatu, merupakan permukaan yang lengkung, n. dentalis posteriores yang merupakan cabang-cabang dari n. maxillaris berjalan dari atas melalui dinding belakang terus ke bawah ke gigi molar atas.Dinding medial atau dinding naso antral dibagi dalam dua segment, yakni segment depan bawah setinggi meatus nasi inferior dan segment belakang atas setinggi meatus nasi media, dimana bermuara ostium sinus maxillaris.Dasar sinus maxillaris, dibentuk oleh processus alveolaris dan palatum durum. Pada anak-anak dasar sinus maxillaris ini setinggi atau sedikit lebih tinggi dari dasar cavum nasi. Sedangkan pada orang dewasa dasar sinus maxillaris sedikit lebih rendah dari dasar cavum nasi sehingga dasar-dasar dari gigi atas kadang-kadang dapat masuk ke dalam sinus maxillaris. Atas dasar hubungan anatomis ini, maka sinusitis maxillaris dentogen lebih sering terdapat pada orang dewasa daripada anak-anak.b.Sinus Ethmoidalis. Terdiri dari 7 15 rongga-rongga yang dibatasi oleh dinding yang sangat tipis, yang bentuknya menyerupai sarang tawon, dan terletak di dalam massa lateral dari tulang ethmoid. Kalau pneumatisasi luas, maka sel-sel dari sinus ethmoidalis dapat masuk ke dalam tulang sekitarnya, misalnya ke tulang frontalis, maxillaris, dan sphonoidalis. Sinus ethmoidalis ini kita bagi dalam dua kelompok, yakni sinus ethmoidalis anterior dan posterior.Sinus ethmoidalis anterior bentuk sel-selnya lebih kecil, tetapi jumlahnya lebih banyak, sedangkan sinus ethmoidalis posterior sel-selnya lebih besar dan jumlahnya lebih sedikit.Sinus ethmoidalis anterior ostiumnya bermuara pada meatus nasi media, sedang sinus ethmoidalis posterior ostiumnya bermuara pada meatus nasi superior.Topografi. Batas atas terdapat fosa cranii anterior, yang hanya dipisahkan oleh tulang yang tipis dari sel ethmoid.Bilateral dipisahkan dengan orbita oleh lamina papiracea yang sangat tipi, sedangkan n. opticus bisa amat berdekatan dengan sel-sel sinus othmoidalis posterior.c.Sinus Frontalis. Sinus frontalis ini belum terbentuk waktu anak lahir, pembentukannya dimulai pada anak umur 6 tahun, yang dianggap sebagai extensi langsung dari satu atau lebih sel-sel othmoidalis anterior ke dalam os frontalis. Dalam perkembangannya sinus frontalis mempunyai berbagai bentuk, kurang lebih 5% dari orang dewasa yang tak mempunyai sinus frontalis. Kedua sinus ini kiri dan kanan biasanya tak simetris, kadang-kadang yang satu lebih besar dan overlapping ke sisi yang lain.Dinding belakang dan atap dari sinus frontalis berbatasan dengan fosa oranii anterior, sedangkan dasarnya dengan orbita.d.Sinus Sphenoidalis. Terletak di belakang atas cavum nasi di dalam corpus sphenoidalis. Kadang-kadang menempati sampai alas sphenoidalis dan processus pterigoideus dari os sphenoidalis. Ukuran rata-rata pada orang dewasa sebesar 7 cc, kiri kanan jarang simetris dipisahkan oleh septum yang sangat tupis dan kadang-kadang septum tak terbentuk dengan baik. Ostiumnya terletak pada dinding depan atas dari sinus dan bermuara pada meatus nasi superior.Topografi. Lateral terdapat sinus cavernosus, a. carotis interna dan n. opticus. Cranii terdapat hypophyso, chiasma opticus, traktus olfaktorius dan lobus frontalis cerebri.Anterior inferior berjalan syaraf-syaraf dan pembuluh darah yang keluar dari foramen sphenopalatina waktu menuju ke septum nasi.HistologiRongga hidung dilapisi oleh mukosa yang berbentuk columnar pseudostratified cilliated epithelium, yang kaya akan pembuluh darah, saluran limfe, syaraf-syaraf dan kelenjar-kelenjar. Mukosa ini secara langsung berhubungan dengan nasopharynx, sinus paranasalis. Ia secara tak langsung berhubungan dengan cavum tympani. Oleh karena itu mudah dipahami bagaimana penyebaran infeksi dari satu daerah ke daerah lain mudah terjadi. Mukosa cavum nasi ini dibagi dalam dua daerah, yakni daerah olfaktorius dan daerah respiratorius.Daerah olfaktorius terbatas pada bagian atas dari cavum nasi, yang ditempati oleh conchae superior dan bagian septum yang berhadapan. Bentuk epithel pada bagian ini adalah non-cilliated columnar epithelium, dan terdiri dari dua bentuk sel yang utama, yakni sel-sel penyokong dan sel-sel olfaktorius. Terdapat beberapa kelenjar-kelenjar serous yang dikenal ebagai kelenjar Bowmani yang berbentuk tubuler.Daerah respiratorius mengisi seluruh bagian yang terletak di bawah dari daerah olfaktorius.Kedua daerah ini histologis berbatas jelas, walaupun tak teratur. Pada bagian-bagian tertentu dari daerah respiratorius amat tebal, dan kaya akan pembuluh darah, terutama pada conchae inferior.Mukosa sinus paranasalis merupakan lanjutan dari mukosa cavum nasi, ukurannya lebih tipis dan mengandung lebih sedikit kelenjar-kelenjar, kecuali dekat pada ostium sinus paranasalis menuju ke ostia masing-masing.PersyarafanPersyarafan dari cavum nasi berasal dari cabang pertama dan cabang kedua dari n. trigeminus. Cabang pertama dari n. trigeminus yakni n. ophthalmicus membawa serabut-serabut afferent ke bagian depan dan bawah cavum nasi. Cabang kedua dari n. trigemanus yakni n. maxillaris membawa serabut-serabut afferent ke bawah dan belakang dari cavum nasi, dengan melalui ganglion sphenopalatina. Ganglion ini mempunyai arti klinik penting pada cavum nasi. Serabut-serabut offerent dari n. maxillaris juga menerima serabut-serabut parasympathis dari n. petrosius superfacialis mayus, dan seravi petrosus ini bersatu membentuk n. vidianus sebelum sampai pada ganglion sphenopalatina (lihat gambar).Letak dari ganglion di dalam fossa pterigopalatina berdekatan dengan foramen sphenoplatina, sehingga mudah dicapai dalam pemberian lokal anesthesia, karena foramen sphenopalatina letaknya tepat di belakang atas ujung belakang dari conchae media.Mukosa sinus paranalis menerima serabut-serabut sensoris melalui ostia sinus paranasalis masing-masing.VascularisasiA. Sphenopalatina cabang dari a. maxillaris interna mensuplai darah ke bagian belakang atas cavum nasi, kemudian berjalan ke depan septum nasi dan ke lateral ke conchae nasalis.A. Ethmoidalis anterior dan posterior merupakan cabang dari a. opthalnica yang berasal dari a. carotis internal yang memberi darah pada atap dari cavum nasi, sinus ethmoidalis dan sinus frontalis.A. Labialis superior merupakan cabang dari a. maxillaris externa, naik dari bibir atas ke bagian depan dari septum nasi dan vestibulum nasi.A. Palatina decedens cabang dari a. maxillaris interna yang melewati canalis incisivus beranastomose dengan a. sphenopalatina. Pembuluh-pembuluh ini beranastomose membentuk plexus Kieselbach yang terletak di anterior inferior septum nasi, yang juga disebut Littles area.A. Infra orbitalis dan dentalis superior, cabang dari a. maxillaris interna memberi darah ke sinus maxillaris. Cabang pharyngeal dari a. maxillaris interna memberi darah ke sinus sphenoidalis. Sedangkan sinus frontalis dan sinus ethmoidalis diperdarahi oleh a. ethmoidalis anterior dan posterior.Aliran LymfeGl. Submandibularis menampung aliran limfe dari hidung luar dan bagian depan cavum nasi.Gl. Cervicalis superior profunda menampung cairan lymfe dari cavum nasi bagian belakang, baik secara langsung atau melalui gl. retropharyngeal.Pengertian aliran lymfe ini penting untuk menerangkan pembesaran kelenjar regioner, hubungannya dengan infeksi pada hidung atau adanya keganasan pada hidung.

FISIOLOGI HIDUNGBoies membagi fungsi hidung dalam fungsi Primer dan fungsi Sekunder.Fungsi PrimerFungsi primer adalah air conditioning dan penciuman.a. Air conditioningRongga hidung dapat dipandang sebagai air conditioning dari paru-paru, yang mengatur aliran udara, temperatur, kelembaban dan pembersihan udara sebelum masuk ke paru-paru, agar pertukaran O2 dan CO2 dapat berlangsung dengan aman di dalam alveoli paru-paru.1) Aliran udara. Aliran udara yang masuk dalam hidung dalam bentuk parabolik yang naik setinggi conchae media kemudian turun ke nasopharynx. Pada umumnya udara yang mengalir itu melalui bidang vertikal dari hidung dan sebagian melalui meatus nasi (lihat gambar).

Aliran udara ini amat halus dengan putaran dan gesekan yang minimal. Sedangkan udara yang diexpirasi, sebagian kecil terpecah dalam bentuk putaran, kemudian keluar melalui vestibulum.Arah udara yang keluar dan masuk ke dalam sinus paranasalis, arahnya terbalik dengan aliran udara dan mengalir dalam cavum nasi.2) Pengaturan kelembaban. Udara dalam cavum nasi itu diproses sedemikian rupa, sehingga kelembaban sesuai dengan kebutuhan tubuh.Perjalanan udara dalam cavum nasi hanya 1 sekond, pada waktu yang singkat ini kelembaban relatif dari udara setibanya di nasopharynx kurang lebih 75% - 80% dikatakan bahwa jumlah air yang diuapkan dalam cavum nasi kurang lebih 1.000 cc per 24 jam; ini berarti sekitar 1/25 ccc per satu kali respirasi. Tentu saja jumlah udara yang diuapkan berbanding terbalik dengan kelembaban udara di luar. Misalnya pada waktu musim panas dengan udara yang basah dan lembab, maka udara yang menguap dalam cavum nasi relatif kecil, bila dibandingkan dengan musim dingin dengan udara yang sangat kering, dimana terjadi penguapan yang lebih besar. Penguapan ini terjadi pada permukaan musoca blanket yang melapisi seluruh cavum nasi.3) Pengaturan temperatur. Pengaturan temperatur terjadi bersamaan dengan pengaturan kelembaban. Panas yang dibutuhkan bersumber dari penyebaran aliran darah yang cepat dari jaringan sub epithelial pada conchae dan septum nasi. Temperatur pada conchae inferior kurang lebih 320C, dibanding dengan 360 sampai 370C pada nasopharynx.Coba saudara bayangkan sebentar, bila pada musim dingin, dimana udara beberapa derajat di bawah nol dan kering, dengan tekanan relatif yang tak lebih dari 5%, kemudian hanya dalam detik dalam cavum nasi, dapat diubah menjadi sama dengan temperatur badan dan pada waktu yang bersamaan tekanan relatif harus kurang lebih 75% atau 80%.4) Pembersihan udara (lihat fungsi sekunder hidung)Pembersihan udara dalam hidung dilakukan oleh vibrisae mucous blanket cillia dan enzym lyzozym.Benda-benda asing akan bersentuhan dengan sekret dan melekat pada mucous blanket, dan terjadi reaksi. Kemungkinan ada suatu potensial elektris pada permukaan dari mukosa hidung, menyebabkan adsobsi dari kuman-kuman dan benda asing lainnya. Pada pokoknya semua benda-benda asing akan diubah dalam mucous blanket. Bila sesuatu benda terlalu merangsang, maka akan dilemparkan keluar melalui reflex bersin.b.Indera PenciumanDalam bidang klinik fungsi ini relatif kurang penting bila dibandingkan dengan fungsi pertama. Pada binatang fungsi penciuman ini amat penting, karena ketajaman penciuman dipakai untuk mempertahankan diri dan untuk mencari makanan. Walaupun demikian menurut McKenzie vanili dalam jumlah 0,000000005 ml udara masih tercium oleh manusia. Proses bagaimana sesuatu bau dapat dicium, sampai sekarang belum jelas.Ada dua teori yang dikemukakan mengenai hal ini:1) Chemical Theory, yang mengatakan bahwa partikel-partikel disebar dengan jalan difusi melalui udara, kemudian terjadi reaksi kimia waktu tiba pada permukaan epithel olfaktorius.2) Theory Undulasi, yang mengatakan bahwa ada satu gelombang energi yang menyerupai cahaya merangsang ujung syaraf olfaktorius.Pavlov mengadakan percobaan pada binatang, dan berkesimpulan bahwa indera penciuman diperlengkapi dengan stimulus untuk reflex sekresi cairan lambung.Sel penciuman adalah sel syaraf bipolar yang termasuk dalam susunan syaraf pusat yang sampai pada permukaan tubuh, yang terdapat di daerah olfaktorius yang terbentang di atas dari conchae media sampai ke atap dan daerah septum yang berhadapan. Axon dari senso colls dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk serat syaraf yang melalui lamina cribrosa ke dalam bulbus olfaktorius. Axon dari sel-sel ini membentuk traktus olfaktorius yang menuju ke otak. Jadi kalau ada gangguan dalam fungsi penciuman yang disebut hyposmia atau anosmia hal ini dapat disebabkan adanya proses degeneratif pada ujung-ujung syaraf atau karena gangguan transmisi dari partikel-partikel bau-bauan terhalang tak sampai pada area olfaktorius. Juga dapat disebabkan adanya tumor yang dapat menekan bulbus olfaktorius atau traktus olfaktorius sehingga transmisi ke otak terhalang.Fungsi SekunderFungsi ini terutama memberikan perlindungan, untuk mempersiapkan udara sebelum masuk ke dalam paru-paru, harus bebas dari segala kotoran yang tertimbun pada permukaan mukosa hidung, bakteri-bakteri, virus-virus dan bahan-bahan patologik lainnya. Pada pokoknya udara inspirasi harus dipersiapkan dulu secara aman sebelum masuk dalam paru-paru. Yang memegang peranan dalam mekanisme pembersihan ini adalah selimut lendir (mucous blanket), cilia dan enzym lysozym.Mucous blanket adalah suatu zat yang terdapat pada permukaan mukosa hidung, yang membentuk satu lapisan yang menyeluruh pada setiap ruangan hidung, sinus paranasalis, tuba auditivae, pharynx dan seluruh cabang-cabang bronchus.Mucous blanket ini terus bergerak didorong oleh cilia dan amat lengket, sehingga partikel-partikel dengan sentuhan yang ringan saja dapat melekat dengan baik.pH dari mucous blanket kurang lebih (7) atau netral, dan dijaga selalu konstant. Hal ini penting, karena cilia tak dapat berfungsi baik dalam pH terlalu banyak menyimpang dari 7.Di dalam mucous blanket ini juga terdapat lysozym sejenis enzym yang pertama kali ditemukan oleh Flemming, penemu penicillin, yang mempunyai sifat bakterialitis, artinya dapat membunuh bakteri dan menghancurkannya. Aktivitas ini begitu menakjubkan, sehingga dapat dikatakan bahagian belakang dari hidung, atau pada choanae praktis steril.Mucous blanket dalam hidung dan sinus paranasalis didorong ke nasopharynx oleh cilia, dan diperbaharui oleh kelenjar-kelenjar sekurang-kurangnya 2 sampai 3 kali setiap jam. Pergerakan cilia adalah fungsi primitif, pergerakan ini adalah pergerakan otomatis, artinya tak bergantung dari impuls syaraf. Beberapa peneliti mengemukakan, bahwa acetylcholine mungkin berperanan mengontrol pergerakan cilia.Di atas telah disinggung, bahwa nilai konstant dari pH penting untuk dijaga agar pergerakan cilia terjamin, sehingga mekanisme pembersihan diri dari hidung tetap berjalan sempurna.Faktor-faktor yang dapat meruak pergerakan cilia:a. Exposed terhadap udara yang kering, misalnya pada central heating yang berlebihan.b. Penyimpangan setempat dari aliran udara, atau gangguan turbulensi udara setempat dalam hidung, dapat menyebabkan pengeringan setempat sehingga terjadi stase dari cilia.c. Obat-obatan, misalnya cocain suatu anasthetikum dan vasokonstriktor yang baik, tetapi kalau dipakai lama dapat mengganggu pergerakan cilia. Adrenalin juga mempunyai efek yang sama.d. Panas yang berlebihan atau dingin yang berlebihan.e. Cairan hypotonik atau hypertonik.f. Keasaman.Di samping fungsi primer dan sekunder kita kenal juga fungsi lain dari hidung yang mencakup phonasi dan Gustatorius.a.PhonasiFungsi ini penting dalam mengeluarkan suara. Seperti kita ketahui intialtones dihasilkan oleh getaran pita suara atau chorda vokalis, sedangkan over tones dihasilkan oleh hidung dan sinus paranasalis. Misalnya kalau ada penyumbatan hidung dan sinus paranasalis suara akan berubah jadi sengau.b.GustatoriusFungsi pengecapan juga dipengaruhi oleh hidung, hal ini kita dapat saksikan bila ada obstruksi nasi, maka aroma dari makanan akan hilang.Fungsi Sinus ParanasalisFungi sinus paranasalis belum jelas, ada beberapa teori yang dikemukakan antara lain:a. Air conditioning. Sinus paranasalis memperluas permukaan untuk fungsi primer dari hidung, walaupun peranannya hanya sedikit bila dibandingkan dengan mukosa cavum nasi.b. Berperanan untuk mengatur resonansi suara, sekarang dianggap peranan ini kurang penting.

ANATOMINasus Externus:

Cavum nasi:

Vaskularisasi cavum nasi:

Innervasi Cavum nasi:

Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris dari n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris, yang berasal dan n.oftalmikus (N.V-I).Nervus olfaktorius turun melalui lamina kribrosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada rnukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.Vokshoor A, McGregor J, Anatomy of Olfactory System, 2008, Available fromAnatomi hidung

NASUS EXTERNUSAdalah bagian dari hidung yang tampak pada wajah dan cavitas nasi ( rongga hidung).Bagian-bagian: radix nasi dorsum nasi apex nasi nares ( dibatasi oleh pars mobile septi nasi di sebelah medial dan alae nasi di sebelah lateral )Kerangka nasus externus: di sebelah superior : os nasale, os frontal, dan os maxilla di sebelah inferior : rawan hyaline (= cartilage nasi)Vascularisasi: cabang a. maxillaries dan cabang a. opthalmicaInnervasi: n. nasalis externus, n. infratrochlearis ( serabut sensible)CAVITAS NASI= rongga hidungCavitas nasi terbagi 2 kanan kiri oleh Septum NasiDimulai dari nares anterior sampai choanae di sebelah posteriorCavitas nasi mempunyai struktur1. Atap Dibentuk oleh: os nasale, os frontal, os ethmoid dan corpus os sphenoidale 2. Dasar Memisahkan cavitas nasi dan cavitas oris3. Dinding lateral Dibentuk oleh: os nasal, os maxilla, os lacrimal, os ethmoidal, concha nasalis inferior dan os sphenoid4. Dinding medialBatas-batas:Superior: sinus frontalis, fossa cranii anterior, sinus sphenoidalis, fossa cranii mediaInferior : cavum orisPosterior : nasopharinxLateral: nasus externusLateral belakang : orbitaLubang lubang penghubung yang terdapat dalam cavum nasi:1. Appertura piriformis2. choanae3. nares4. lubang lain: ostium sinus maxillariesostium sinus frontalisostium sinus sphenoidalisostium sinus ethmoidalismuara ductus nasolacrimal Pembagian daerah cavitas nasi1. vestibulum nasi2. regio respiratoria3. regio olfactoria

SINUS PARANASALISMerupakan rongga-rongga yang terletak di sekitar hidung, tepatnya di dalam maxilla, os frontal, os sphenoid dan os ethmoid. Sinus merupakan evaginasi/ penonjolan dari cavitas nasi.Macam-macam sinus paranasalis:1. sinus frontalSinus yang terdapat di os frontal. Sinus ini sering meluas sampai ke atap orbitaBermuara pada meatus nasi medius melalui ductus frontonasalis2. sinus maxillariesmerupakan sinus paranasalis terbesar, terdapat di corpus maxilla, berbentuk seperti pyramida berbaring, dimana apexnya di sebelah lateralLantai atau dasarnya - 1 cm lebih rendah dari lantai cavitas nasiMuaranya terdapat pada meatus nasi medius, yaitu pada hiatus semilunaris3. sinus sphenoidalisTerdapat di dalam corpus sphenoidale dan dapat meluas ke os occipitalBermuara pada recessus sphenoethmoidalis4. sinus ethmoidalisTerdiri dari beberapa ruangan ( 4-17), sehingga menyerupai sarang lebah.Terletak di dalam labyrinthus ethmoidalis, diantar orbita dan cavitas nasiHistologi Cavum nasi:

1. Alat PenciumanNervus olfaktorius atau saraf kranial melayani ujung organ pencium. Serabut-serabut saraf ini timbul pada bagian atas selaput lender hidung, yang dikenal sebagai bagian olfaktorik hidung. Nervus olfaktorius dilapisi sel-sel yang sangat khusus, yang mengeluarkan fibril-fibril halus untuk berjalin dengan serabut-serabut dari bulbus olfaktorius. Bulbus olfaktorius pada hakekatnya merupakan bagian dari otak yang terpencil, adalah bagian yang berbentuk bulbus (membesar) dari saraf olfaktorius yang terletak di atas lempeng kribiformis tulang ethmoid. Dari bulbus olfaktorius, perasaan bergerak melalui traktus olfaktorius dengan perantaraan beberapa stasiun penghubung, hingga mencapai daerah penerimaan akhir dalam pusat olfaktori pada lobus temporalis otak, dimana perasaan itu ditafsirkan (Pearce, 2002).

2. Saluran PernapasanRongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput lender semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke rongga hidung. Daerah pernapasan dilapisi dengan epithelium silinder dan sel epitel berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender. Sekresi dari sel itu membuat permukaan nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan konka selaput lender ini paling tebal, yang diuraikan di bawah. Adanya tiga tulang kerang (konkhae) yang diselaputi epithelium pernapasan dan menjorok dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lendir tersebut. Sewaktu udara melalui hidung, udara disaring oleh bulu-bulu yang terdapat di dalam vestibulum, dan arena kontak dengan permukaan lender yang dilaluinya maka udara menjadi hangat, dan oleh penguapan air dari permukaan selaput lender menjadi lembab (Pearce, 2002).

3. ResonatorRuang atas rongga untuk resonansi suara yang dihasilkan laring, agar memenuhi keinginan menjadi suara hidung yang diperlukan. Bila ada gangguan resonansi, maka udara menjadi sengau yang disebut nasolalia (Bambang, 1991).

4 Regulator atau Pengatur (Bambang, 1991)Konka adalah bangunan di rongga hidung yang berfungsi untuk mengatur udara yang masuk, suhu udara dan kelembaban udara.

5. Protektor Atau PerlindunganHidung untuk perlindungan dan pencegahan (terutama partikel debu) ditangkap oleh rambut untuk pertikel yang lebih kecil, bakteri dan lain-lain melekat pada mukosa. Silia selanjutnya membawa kebelakang nasofaring, kemudian ditelan (Bambang, 1991).

Fungsi hidung adalah :1. Jalan napas2. alat pengatur kondisi udara (air conditioning)3. penyaring udara4. sebagai indra penghidu5. untuk resonansi suara6. turut membantu proses bicara7. refleks nasalSebagai Jalan Napas ;Inspirasi udara masuk melalui nares anterior naik ke atas setinggi konka media turun ke bawah (nasofaring) aliran udara berbentuk lengkungan atau arkus.Ekspirasi udara masuk melalui koana mengikuti jalan yang sama dengan inspirasi tetapi bagian depan aliran udara memecah sebagian melalui nares anterior da sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.Pengatur Kondisi Udara ;Untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke alveolus paru.Cara: a. Mengatur kelembaban udara . fungsi ini dilakukan oleh palut lender(mucous blanket). Pada musim panas, udara hamper jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi keadaan sebaliknya.b. Mengatur suhu. Karena banyak pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang lebih 37 derajat celcius.Sebagai Penyaring dan Pelindung.Berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan dilakukan oleh : a. rambut padavestibulum nasi, b.silia , c.palut lender (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lender dan partikel besar akan dikeluarkan oleh refleks bersin. Faktor lain : enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, yang disebut lysozyme.Indra PenghiduYaitu dengan adanya mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior, dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lender atau bila menarik napas dengan kuat.Resonansi Suara.Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan hidungakan menyebabkan resonansi berkurang atauhilang, sehingga terdengar suara sengau.Proses BerbicaraHidung membantu pembentukan kata-kata. Kata dibentuk olh lida, bibir, dan palatum molle. Pada pembentukan konsonen nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turununtuk aliran udara.Refleks NasalContoh :iritasi mukosahidungmenyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pancreasBuku Ajar Ilmu Kesehatan THT, FK UI

Sensasi penghidu diperantarai oleh stimulasi sel reseptor olfaktorius oleh zat - zat kimia yang mudah menguap. Untuk dapat menstimulasi reseptor olfaktorius, molekul yang terdapat dalam udara harus mengalir melalui rongga hidung dengan arus udara yang cukup turbulen dan bersentuhan dengan reseptor. Faktor-faktor yang menentukan efektivitas stimulasi bau meliputi durasi, volume dan kecepatan menghirup. Tiap sel reseptor olfaktorius merupakan neuron bipolar sensorik utama.James BS, Ballengers Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 2002, BC Decker : HamiltonAdams, Boeis, Higler, Buku Ajar Penyakit THT BOIES, Edisi ke 6, 1997,Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Probst R, Grevers G, Iro H, Basic Otorhinolaryngology, 2006, Thieme : NewYork

Dalam rongga hidung rata-rata terdapat lebih dari 100 juta reseptor. Neuron olfaktorius bersifat unik karena secara terus menerus dihasilkan oleh sel-sel basal yang terletak dibawahnya. Sel-sel reseptor baru dihasilkan kurang lebih setiap 30-60 hari.James BS, Ballengers Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 2002, BC Decker : HamiltonBailey BJ, Healy GB, Johnson JT, Head and Neck Surgery Otolaryngology, 3rdEdition, 2001, Lippincott Williams & Wilkins Publisher

Pada inspirasi dalam, molekul udara lebih banyak menyentuh mukosa olfaktorius sehingga sensasi bau bisa tercium. Terdapat beberapa syarat zat-zat yang dapat menyebabkan perangsangan penghidu yaitu zat-zat harus mudah menguap supaya mudah masuk ke dalam kavum nasi, zat-zat harus sedikit larut dalam air supaya mudah melalui mukus dan zat-zat harus mudah larut dalam lemak karena sel-sel rambut olfaktoria dan ujung luar sel-sel olfaktoria terdiri dari zat lemak.Adams, Boeis, Higler, Buku Ajar Penyakit THT BOIES, Edisi ke 6, 1997,Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Probst R, Grevers G, Iro H, Basic Otorhinolaryngology, 2006, Thieme : NewYork

Zat-zat yang ikut dalam udara inspirasi akan larut dalam lapisan mukus yang berada pada permukaan membran. Molekul bau yang larut dalam mukus akan terikat oleh protein spesifik (G-PCR). G-protein ini akan terstimulasi dan mengaktivasi enzim Adenyl Siklase. Aktivasi enzim Adenyl Siklase mempercepat konversi ATP kepada cAMP. Aksi cAMP akan membuka saluran ion Ca++, sehingga ion Ca++masuk ke dalam silia menyebabkan membran semakin positif, terjadi depolarisasi hingga menghasilkan aksi potensial. Aksi potensial pada akson-akson sel reseptor menghantar sinyal listrik ke glomeruli (bulbus olfaktorius). Di dalam glomerulus, akson mengadakan kontak dengan dendrit sel-sel mitral. Akson sel-sel mitral kemudiannya menghantar sinyal ke korteks piriformis (area untuk mengidentifikasi bau), medial amigdala dan korteks enthoris (berhubungan dengan memori).James BS, Ballengers Manual of Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, 2002, BC Decker : Hamilton

2. Bagaimana mekanisme pertahanan hidung ketika mengalami gangguan spt d skenario ?

Dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi reaksi yang secara garis besar terdiri dari:1. Respon primer Terjadi proses eliminasi dan fagositosis antigen (Ag). Reaksi ini bersifat non spesifik dan dapat berakhir sampai disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.2. Respon sekunder Reaksi yang terjadi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi pada tahap ini, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada defek dari sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.3. Respon tersier Reaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.

Alergen inhalanRx. Hipersensitivitas tipe I & IV Keluarnya mediator inflamasi, ex: histamine, bradikinin, leukotrien dllMerangsang reseptor pd ujung saraf vidianus (nervus pd mucosa hidung)Hipersekresi kelenjar mucosa & sel goblet permeabilitas pembuluh darahRasa gatal & bersin-bersinTerbentuk rinore (ingus)Vasodilatasi sinusoidEdemaHidung tersumbatBerlanjutPenambahan jenis dan jml sel inflamasi, ex: eosinofil, limfosit, neutrofil, basofil, dan sitokin.Ingus kental & berwarna kuning

Patofisiologi:

Tahap sensitisasi Makrofag / monosit berperan sebagai APC (Antigen Presenting Cell) menangkap allergen di mukosa hidung Antigen membentuk fragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA II membentuk kompleks peptide MHC kelas II, kemudian dipresentasikan pd sel T helper(Th 0) Aktivasi sitokin seperti IL 1 oleh APC, untuk aktivasi Th0 menjadi Th 1 dan Th 2 Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, IL13 IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga limfosit B aktif dan memproduksi IgE Ig E di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor Ig E dipermukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) proses sensitisasi Bila mukosa tersensitasi, terpapar dengan allergen yang sama, maka kedua rantai Ig E akan mengikat allergen spesifikdegranulasi mastosit basofilprediators mediator terlepas, terutama histamine dan lainnya (PGD2, Lt D4, PAF, bradikinin)reaksi alergi fase cepat Histamin merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga gatal dan bersin2 Histamin menyebabkan sel goblet dan mukosa hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkatrinorrhea Vasodilatasi sinusoidhidung tersumbat Histamine merangsang mukosa hidung ICAM 1 Pada IPAR, sel mastoid akan melepas molekul kemotaktikakumulasi eosinofil dan neutrofil di jaringan target (berlanjut 6-8 jam pasca paparan). Pd fase ini, factor non spesifik dpt memperberat gejala seperti asap rokok, bau yg merangsang, perubahan cuaca, kelembaban yang tinggi Tahap provokasi/ reaksi alergiImmediate Phase Allergic Reactionsejak kontak allergen sampai 1 jamLate phase allergic reaction, berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dapat berlangsung sampai 24-48 jam

3. Bgaimana hidung anak tsb bisa berbau ?Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan bertahun-tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda mati yang masuk ke hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung dengan kemungkinan menjadi nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis. Tertahannya sekresi mukus, benda asing yang membusuk serta ulserasi dapat menyebabkan sekret berbau busuk.Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila terbenam di jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium fosfat dan karbonat yang demikian akan menjadi sebuah rhinolith. Terkadang proses ini dapat terjadi di area mukopus bahkan bekuan darah yang sering disebut nidus. Rhinolith endogen yang terbentuk dari inti darah atau mukus jarang terjadi pasa usia dibawah 4 tahun, sedangkan rhinolith eksogen yang terbentuk dari benda asing yang diselimuti oleh garam dapat terjadi pada usia berapapun. Rhinolith umumnya terletak di dasar hidung bersifat radioopak, single, sferis ireguler namun dapat menunjukkan pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di rongga hidung. Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan parah dari septum hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung berbagai jenis logam berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium. Pembebasan zat ini menyebabkan berbagai jenis lesi tergantung pada lokalisasi dengan reaksi jaringan lokal serta nekrosis. Sebagai hasilnya terbentuk perforasi septum, sinekia, penyempitan dan stenosis dari rongga hidung.Benda asing hidup dapat menginisiasi proses inflamasi dari infeksi lokal ringan sampai kerusakan tulang hidung.

4. Mengapa anak tersebut mimisan ?

EpistkasisAnteriorPosteriorPlexus KiesselbachAnastomosis: a. Ethmoidalis anterior, a. sfeno-palatina, a. palatine ascendens, a. labialis superiora. Sfeno-palatina & a. Ethmoidalis posterior

Pemeriksaan arteri kecil dan sedang pada orang yang berusia menengah dan lanjut, terlihat perubahan progresif dari otot pembuluh darah tunika media menjadi jaringan kolagen. Perubahan tersebut bervariasi dari fibrosis interstitial sampai perubahan yang komplet menjadi jaringan parut. Perubahan tersebut memperlihatkan gagalnya kontraksi pembuluh darah karena hilangnya otot tunika media sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak dan lama. Pada orang yang lebih muda, pemeriksaan di lokasi perdarahan setelah terjadinya epistaksis memperlihatkan area yang tipis dan lemah. Kelemahan dinding pembuluh darah ini disebabkan oleh iskemia lokal atau trauma.Berdasarkan lokasinya epistaksis dapat dibagi atas beberapa bagian, yaitu:1. Epistaksis anterior Merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai terutama pada anak-anak dan biasanya dapat berhenti sendiri.2 Perdarahan pada lokasi ini bersumber dari pleksus Kiesselbach (little area), yaitu anastomosis dari beberapa pembuluh darah di septum bagian anterior tepat di ujung postero superior vestibulum nasi. Perdarahan juga dapat berasal dari bagian depan konkha inferior. Mukosa pada daerah ini sangat rapuh dan melekat erat pada tulang rawan dibawahnya. Daerah ini terbuka terhadap efek pengeringan udara inspirasi dan trauma. Akibatnya terjadi ulkus, ruptur atau kondisi patologik lainnya dan selanjutnya akan menimbulkan perdarahan . 2. Epistaksis posterior Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan biasanya hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi, arteriosklerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler. Thornton (2005) melaporkan 81% epistaksis posterior berasal dari dinding nasal lateral.ETIOLOGIEpistaksis dapat terjadi setelah trauma ringan misalnya mengeluarkan ingus dengan kuat, bersin, mengorek hidung atau akibat trauma yang hebat seperti kecelakaan lalulintas. Disamping itu juga dapat desebabkan oleh iritasi gas yang merangsang, benda asing dan trauma pada pembedahan. Infeksi hidung dan sinus paranasal seperti rinitis, sinusitis serta granuloma spesifik seperti lupus, sifilis dan lepra dapat juga menimbulkan epistaksis. Epistaksis berat dapat terjadi pada tumor sepertihemangioma, karsinoma dan angiofibroma. Tiwari (2005) melaporkan melanoma pada hidung sebagai penyebab pistaksis yang tidak biasa. Hipertensi dan kelainan pembuluh darah seperti yang dijumpai pada arterioskelerosis sering menyebabkan epistaksis hebat, sering kambuh dan prognosisnya tidak baik. Gangguan endokrin pada wanita hamil dan menopause, kelainan darah pada hemofilia dan leukemia serta infeksi sistemik pada demam berdarah, tifoid dan morbili sering juga menyebabkan epistaksis. Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis adalah Rendu-Osler-Weber disease. Disamping itu epistaksis dapat terjadi pada penyelam yang merupakan akibat perubahan tekanan atmosfer.Watkinson JC. Epistaxis. Dalam: Mackay IS, Bull TR. Scott Browns Otolaryngology. Volume 4 (Rhinonology). Ed. 6 th. Oxford: Butterwort - Heinemann, 1997: 119.Nuty WN, Endang M. Perdarahan hidung dan gangguan penghidu, Epistaksis. Dalam: Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Edisi 3. Jakarta, Balai Penerbit FK UI, 1998: 127 31.

5. Mengapa pda pemeriksaan hidung dalam didapatkan konka hiperemis -/+, sekret mukuserous -/+, benda asing -/+ ? Konka hiperemis -/+ inflamasiWarna konka infeksi dan inflamasi ??????????????

Sekret mukoserous -/+ jika adakorpus alienum ( biji jagung ) pemadatan rx inflamasi obstruksi terjadi karena mukus stagnan lalu mengakibatkan pengendpan garam2 mineral (kalsium) hidung bau mimisan jika makin parah

Macam2 mukus dan sebabnya ???

benda asing -/+

6. Mengapa setelah di beri obat pilek keluhan reda tetapi setelah obat habis keluhan kembali muncul ?Kandungan Ultra Flu:Paracetamol 600 mg,Klorfeniramina maleat 2 mg,Fenilpropanolamin HCl 15 mg,

Parasetamolmempunyai daya kerja analgetik dan antipiretik sama dengan asetosal, meskipun secara kimia tidak berkaitan. Tidak seperti Asetosal, Parasetamol tidak mempunyai daya kerja antiradang, dan tidak menimbulkan iritasi dan pendarahan lambung. Sebagai obat antipiretika, dapat digunakan baik Asetosal, Salsilamid maupun Parasetamol.Efek anti-inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu Parasetamol tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah (Mahar Mardjono, 1971). Klorfeniramin maleat adalah turunan alkilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapetik (batas keamanan) cukup besar dengan efek samping dan toksisitas yang relatif rendah (Siswandono, 1995).Klorfeniramin maleat merupakan obat golongan antihistamin penghambat reseptor H1(AH1) (Siswandono, 1995).Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono, 1995). Fenilpropanolamin hidroklorida Merupakan senyawa adrenergik yaitu adrenomimetik yang berefek campuran yang dapat menimbulkan efek melalui pengaktifan adrenoseptor dan melepaskan katekolamin dari tempat penyimpanan atau menghambat pemasukan katekolamin. Tempat kerja beberapa senyawa adrenomimetik adalah pada ujung saraf simpatetik (Siswandono, 1995).

7. Apakah ada hub keluarnya biji jagung dengan keluhan yg diderita ?

jika adakorpus alienum ( biji jagung ) pemadatan rx inflamasi obstruksi terjadi karena mukus stagnan lalu mengakibatkan pengendpan garam2 mineral (kalsium) hidung bau mimisan jika makin parah

8. Macam2 gangguan penyakit yang mengenai organ hidung ? khususnya yg berhubungan dengan ingus dan mimisan Rinitis Sinusitis 9. Pemeriksaan selain yg di skenario ?10. Apakah medikamentosa yg diberikan?11. DD

DefinisiBenda asing di hidung adalah benda yang berasal dari luar atau dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada pada hidung.

EpidemiologiKasus benda asing di hidung paling sering terjadi pada anak, terutama pada usia 1 - 4 tahun. Pada usia ini anak cenderung mengeksplorasi tubuhnya, terutama daerah yang berlubang, termasuk hidung. Mereka dapat pula memasukkan benda asing sebagai upaya mengeluarkan sekret atau benda asing yang sebelumnya ada di hidung, atau untuk mengurangi rasa gatal atau perih akibat iritasi yang sebelumnya sudah terjadi. Benda asing yang tersering ditemukan yaitu sisa makanan, permen, manik-manik dan kertasFaktor PredisposisiFaktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing di hidung antara lain faktor personal (umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial dan tempat tinggal), kegagalan mekanisme proteksi normal (keadaan tidur, kesadaran menurun, alkoholisme dan epilepsi), ukuran, bentuk serta sifat benda asing serta faktor kecerobohan.Klasifikasi Benda AsingBerdasarkan asalnya, benda asing digolongkan menjadi dua golongan :1. Benda asing eksogen, yaitu yang berasal dari luar tubuh, biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuhan-tumbuhan), tulang (yang berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu, kapur barus (naftalen) dan lain-lain. Benda asing eksogen cair dibagi dalam benda cair yang bersifat iritatif, seperti zat kimia, dan benda cair noniritatif, yaitu cairan dengan pH 7,4. 2. Benda asing endogen, yaitu yang berasal dari dalam tubuh. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri. Cairan amnion, mekonium dapat masuk ke dalam saluran napas bayi pada saat proses persalinan.Berdasarkan konsistensinya benda asing dapat juga digolongkan menjadi benda asing yang lunak seperti kertas, kain, penghapus, sayuran, dan yang keras seperti kancing baju, manik-manik, baterai dan lain-lain.Pembagian yang lain yaitu :1. Benda asing hidup, yang pernah ditemukan yaitu larva lalat, lintah, dan cacing.2. Benda asing mati, yang tersering yaitu manik-manik, baterai logam, kancing baju. Kapur barus merupakan kasus yang jarang namun mengandung naftalen yang bersifat sangat mengiritasi. Kasus baterai logam di hidung juga harus diperlakukan sebagai kasus gawat darurat yang harus dikeluarkan segera, karena kandungan zat kimianya yang dapat bereaksi terhadap mukosa hidung.

Gambar . Manik-manik di bawah konka inferior2.6. PatofisiologiBenda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak, karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang ditemukan dan dapat dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau dimasukkan oleh anak lain.3 Benda yang dimasukkan ke dalam hidung anak biasanya benda yang lembut. Benda tersebut masuk ke hidung saat anak mencoba untuk mencium sesuatu. Anak sering menaruh benda ke dalam hidung karena perasaan bosan, ingin tahu atau meniru anak lainBenda asing hidung dapat ditemukan di setiap bagian rongga hidung, sebagian besar ditemukan di dasar hidung tepat dibawah konka inferior. Lokasi lainnya ada di depan dari konka media. Benda-benda kecil yang masuk kebagian anterior rongga hidung dapat dengan mudah dikeluarkan dari hidung. Benda asing yang berada di rongga hidung dalam waktu yang cukup lama serta benda hidup dapat menimbulkan berbagai kesulitan dalam mengeluarkan benda asing.

Gambar. Lokasi benda asing yang masuk ke rongga hidung (IT= inferior turbinate, MT= middle turbinate, SS= sphenoid sinus, ST= superior turbinate).

Benda asing yang masuk ke rongga postnasal dapat teraspirasi dan terdorong ke belakang saat usaha pengeluaran sehingga menimbulkan obstruksi jalan nafas akut. Benda asing di hidung juga berpengaruh dalam membawa organisme penyebab penyakit difteri dan penyakit infeksi lainnya. Oleh karena itu, benda asing hidung dapat menyebabkan masalah yang nyata dan jangan dianggap remeh. Beberapa benda asing yang masuk kedalam rongga hidung dapat bertahan bertahun-tahun tanpa adanya perubahan mukosa, namun sebagian besar benda mati yang masuk ke hidung dapat menimbulkan pembengkakan mukosa hidung dengan kemungkinan menjadi nekrosis, ulserasi, erosi mukosa, dan epistaksis. Tertahannya sekresi mukus, benda asing yang membusuk serta ulserasi dapat menyebabkan sekret berbau busuk.Sebuah benda asing dapat menjadi inti peradangan yang nyata bila terbenam di jaringan granulasi dengan menerima lapisan kalsium, magnesium fosfat dan karbonat yang demikian akan menjadi sebuah rhinolith. Terkadang proses ini dapat terjadi di area mukopus bahkan bekuan darah yang sering disebut nidus. Rhinolith endogen yang terbentuk dari inti darah atau mukus jarang terjadi pasa usia dibawah 4 tahun, sedangkan rhinolith eksogen yang terbentuk dari benda asing yang diselimuti oleh garam dapat terjadi pada usia berapapun. Rhinolith umumnya terletak di dasar hidung bersifat radioopak, single, sferis ireguler namun dapat menunjukkan pemanjangan sesuai dengan arah tumbuh di rongga hidung. Benda-benda erosif seperti baterai dapat mengakibatkan kerusakan parah dari septum hidung. Hal ini dapat terjadi karena benda erosif ini mengandung berbagai jenis logam berat seperti merkuri, seng, perak, nikel, kadmium, dan lithium. Pembebasan zat ini menyebabkan berbagai jenis lesi tergantung pada lokalisasi dengan reaksi jaringan lokal serta nekrosis. Sebagai hasilnya terbentuk perforasi septum, sinekia, penyempitan dan stenosis dari rongga hidung.Benda asing hidup dapat menginisiasi proses inflamasi dari infeksi lokal ringan sampai kerusakan tulang hidung.

Manifestasi klinisBenda asing di hidung pada anak sering luput dari perhatian orang tua karena tidak ada gejala dan bertahan untuk waktu yang lama. Dapat timbul rinolit di sekitar benda asing. Gangguan umumnya terjadi pada sisi rongga hidung yang terdapat benda asing. Gejala yang paling sering adalah hidung tersumbat, rinore unilateral dengan cairan kental dan berbau. Kadang-kadang terdapat rasa nyeri, demam, epistaksis dan bersin. Pada pemeriksaan, tampak edema dengan inflamasi mukosa hidung unilateral dan dapat terjadi ulserasi. Benda asing biasanya tertutup oleh mukopus, sehingga sering disangka sinusitis. Benda asing seperti karet busa, sangat cepat menimbulkan sekret yang berbau busuk.

Gambar 6. Vestibulitis unilateral akibat benda asing hidung.

Benda asing hidup dapat menimbulkan gejala bilateral seperti hidung tersumbat, sakit kepala, sekret serosanguinous, demam. Rhinolith umumnya bergejala dan menimbulkan obstruksi nasal bila rhinolith membesar. Pemeriksaan didaptkan massa ireguler keabuan, terletak di sepanjang dasar hidung.12 2.7. Diagnosis bandingDiagnosis banding untuk obstruksi hidung unilateral antara lain:1. Sinusitis2. Polip3. Tumor4. Upper respiratory infection (URI)5. Atresia koana unilateral6. Tumor hidung7. Abses 8. Hematoma septumKeluhan hidung bau dapat ditemukan juga pada rhinitis atrofi, sinusitis dan tumor. Perlu juga dipertimbangkan adanya masalah psikis bila ternyata tidak ditemukan kelainan pada hidung pasien.10

2.8. Penegakkan DiagnosisDiagnosis klinis benda asing di saluran napas ditegakkan berdasarkan anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul "choking" (rasa tercekik), gejala, tanda, pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti benda asing di saluran napas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi atas indikasi diagnostik dan terapi.

Gambar . Rinolith pada pemeriksaan CT scan

Gambar . Rinolith yang tampak pada pemeriksaan endoskopi

2.9. PenatalaksanaanUntuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di saluran napas diatasi dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang apling aman, dengan trauma yang minimum. Kebanyakan pasien dengan aspirasi benda asing yang datang ke ahli THT telah melalui fase akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.3Penatalaksanaan benda asing di hidung pada anak-anak cukup sulit karena biasanya pasien anak-anak sulit untuk koopertif. Hal ini disebabkan oleh ketakutan anak-anak yang berlebihan serta diperparah dengan ketakutan mereka akibat nyeri yang ditimbulkan saat mengeluarkan benda asing di hidung sebelumnya baik oleh orang tua maupun tenaga kesehatan. Terdapat beberapa metode dalam mengeluarkan benda asing di hidung, seperti metode wax hook, menggunakan forgarty catheter, suction, metode tekanan positif, maupun dengan metodeParentsKiss.14 Gambar 9. Pengunaan Forgarty Catheter

Cara mengeluarkan benda asing dari dalam hidung ialah dengan memakai pengait (haak) yang dimasukkan ke dalam hidung dib again atas, menyusuri atap kavum nasi sampai menyentuh nasofaring. Setelah itu pengait diturunkan sedikit dan ditarik ke depan. Dengan cara ini benda asing itu akan ikut terbawa ke luar. Dapat pula menggunakan forsep aligator, cunam Nortman atau wire loop. Bila benda asing berbentuk bulat, maka sebaiknya digunakan pengait yang ujungnya tumpul.3

Gambar 10. Mengeluarkan benda asing dengan forsep aligator

Tidaklah bijaksana bila mendorong benda asing dari hidung kearah nasofaring dengan maksud supaya masuk ke dalam mulut. Dengan cara itu benda asing dapat terus masuk ke laring dan saluran napas bagian bawah, yang menyebabkan sesak napas, sehingga menimbulkan keadan yang gawat.3Pemberian antibiotika sistemik selama 5-7 hari hanya diberikan pada kasus benda asing hidung yang telah menimbulkan infeksi hidung maupun sinus.3

2.10. KomplikasiPerdarahan merupakan komplikasi yang paling sering terjadi, meskipun hal ini hanya bersifat minimal dan hilang dengan tampon sederhana. Selain itu benda asing pada hidung juga dapat menyebabkan iritasi dan reaksi inflamasi.12 Beberapa komplikasi benda asing pada hidung yang telah dilaporkan, antara lain: Sinusitis Otitis Media Akut Perforasi septum nasi Selulitis periorbital Meningitis, Epiglotitis akut Difteria Tetanus

Gambar 11. Komplikasi Akibat Benda Asing di Hidung

STEP 4