dr m firdaus dr dedi budiman hakim dr irfan syauqi … · lomba dalam memanfaatkan momen-tum bulan...

2
20 KAMIS, 22 JUNI 2017 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Terselenggara atas kerja sama Harian Republika dan Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Tim Redaksi Iqtishodia: Dr Yusman Syaukat Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr Iman Sugema Deni Lubis MAg Salahuddin El Ayyubi MA S etiap muslim tentu menginginkan untuk meraih predikat takwa. Tidaklah meng- herankan jika kemudian kita berlomba- lomba dalam memanfaatkan momen- tum bulan Ramadhan ini dengan memperbanyak ibadah, seperti shalat sunnah dan membaca Alquran. Namun demikian, yang menjadi persoal- an, di tengah semangat beribadah ini, muncul paradoks amal yang justru bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri, sehingga berpotensi melemahkan upaya untuk meraih predikat takwa. Padahal takwa mensyaratkan adanya totalitas keyakinan dan ketundukan penuh terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya. Tidak mungkin takwa akan diraih manakala seseorang beriman hanya pada sebagian ajaran Islam, sementara pada ba- gian yang lain ia justru memiliki keragu-raguan. Diantara paradoks amal yang sering dilakukan umat Islam adalah pada aspek mu’a- malah, termasuk mu’amalah maaliyah atau ekonomi. Banyak di antara umat Islam yang masih belum meyakini kesempurnaan ajaran Islam yang mencakup seluruh bidang kehidupan. Padahal Alquran dan sunnah telah memberikan panduan yang lengkap dan komprehensif. Tetapi begitu masuk pada ayat-ayat yang membahas ekonomi, tidak semua umat kemudian langsung meyakini dan secara total beriman terhadap kebenaran ayat-ayat tersebut. Sebagai contoh, ayat-ayat tentang riba dimana Allah SWT telah menurunkan ayat tentang riba ini ke dalam empat tahap. Tahap pertama adalah diturunkannya QS 30:39, dimana Allah SWT membalikkan logika riba dengan zakat. Riba yang seolah-olah menambah harta di sisi manusia, tapi di sisi Allah justru malah men- gurangi harta. Sementara zakat yang seolah-olah mengurangi harta di sisi manusia, justru malah berlipat ganda nilainya di hadapan Allah SWT. Pada tahap kedua, Allah SWT menurunkan QS 4: 160-161 yang berisi ancaman azab yang pedih kepada mereka yang mempraktikkan riba, dilan- jutkan dengan tahap ketiga, yaitu QS 3:130, dimana Allah SWT mengharamkan sebagian dari riba, yaitu riba yang “ad-‘aafan mudhoo’afah” (berlipat ganda, dengan prosentase minimal 100 persen). Adapun pada tahap keempat, Allah SWT menurunkan QS 2:275-281 yang mengharamkan keseluruhan riba, berapapun prosentasenya, apakah 0,1 persen ataukah 1000 persen. Saking besarnya bahaya riba ini sampai-sampai Rasulullah SAW mengingatkan bahwa tidaklah seseorang yang banyak melakukan praktik riba kecuali akhir dari urusannya hartanya menjadi lebih sedikit (HR Ibnu Majah), dan satu dirham riba yang dimakan oleh seseorang dalam keadaan ia mengetahuinya lebih buruk dari 36 kali berzina (HR Ahmad). Pertanyaannya sekarang, apakah kita meyakini kebenaran ayat-ayat Alquran tentang riba dan mau untuk melaksanakannya dengan cara menjauhi riba? Kalau dalam diri kita masih terbersit keraguan, artinya kita belum meyakini sepenuhnya kebenaran Alquran. Maka, akankah kita meraih predikat takwa? Akankah Allah SWT sepenuhnya menerima dan mengampuni kita sementara dalam diri kita masih ada keraguan akan firman-Nya? Inilah paradoks yang sering kita lihat, dimana kita meyakini sebagian ayat dan meragukan sebagian ayat yang lain. Terlepas dari fakta bahwa untuk merubah dan mentransformasikan sistim ekonomi dan keuangan konvensional menjadi sistim syariah perlu proses dan waktu yang sangat lama, bisa sampai 4-5 generasi ke depan, namun paling tidak dalam diri kita harus muncul dulu keyakinan bahwa sistim bunga atau riba dalam perekonomi- an itu adalah keliru dan bertentangan dengan ketentuan Allah. Bahwa kita perlu secara berta- hap keluar dari sistim riba, itu adalah hal lain. Namun yang lebih esensial adalah, apakah kita yakin dengan perintah dan larangan Allah terse- but? Keyakinan inilah yang menunjukkan kualitas keimanan. Karena itu, berjuang dan berjihad dalam membangun sistim ekonomi yang bebas riba pada dasarnya adalah bagian dari refleksi keimanan yang paripurna terhadap ajaran Allah SWT. Setelah muncul keyakinan, baru kita berbicara mengenai tahapan-tahapan memper- baiki sistim perekonomian yang ada agar lebih sesuai tuntunan Allah. Mulai dari advokasi kebi- jakan agar regulasi yang ada bisa semakin mem- perkuat peran ekonomi syariah, kemudian penguatan pada aspek kelembagaan agar institusi-institusi ekonomi dan keuangan syariah bisa semakin profesional, transparan dan lebih baik, hingga pada edukasi publik dan sosialisasi berkelanjutan. Semuanya memerlukan ikhtiar yang optimal dan waktu yang sangat panjang. Namun jika tidak dilandasi keyakinan akan kebe- naran firman Allah, maka proses jihad ekonomi ini akan sangat berat. Karena itu, yang terpenting adalah yakin dulu. Proses akan mengikuti sesu- dahnya. Insya Allah. Wallaahu a’lam. Dr Irfan Syauqi Beik Kepala Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB Paradoks Amal dan Jihad Ekonomi TSAQOFI S ebagai ibu kota negara, Ja- karta berhadapan dengan masalah kemiskinan dan ke- senjangan pendapatan. Bah- kan jumlah penduduk mis- kin kota Jakarta cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah penduduk miskin mening- kat sebesar 8.900 jiwa lalu pada tahun 2014 meningkat empat kali lipat sebesar 37.090 jiwa, namun pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 44.120 jiwa. Pada tahun 2016 angka kemiskinan tersebut kembali meningkat sebesar 38.215 jiwa. Zakat merupakan rukun Islam ketiga yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim yang bertujuan bukan hanya untuk memperkuat keimanan kepada Allah SWT tetapi juga untuk mengatasi persoalan sosial ekonomi. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh BAZNAS dan IPB, diketahui bahwa potensi zakat Indonesia mencapai angka Rp 217 triliun. BAZNAS menyatakan bahwa potensi tersebut meningkat hingga mencapai angka Rp 280 trilyun pada tahun 2015. Akan tetapi penghimpunan yang tereal- isasi pada tahun 2015 baru sekitar Rp 4 triliun atau masih di bawah lima persen dari potensinya. Perbedaan antara poten- si zakat dan realisasi zakat menggam- barkan bahwa belum optimalnya kinerja pengelolaan zakat oleh Organisasi Penge- lola Zakat (OPZ). Selama ini, belum ada ukuran peni- laian resmi yang diakui secara nasional dalam menilai keberhasilan organisasi pengelolaan zakat. Namun sejak 13 De- sember 2016, Badan Amil Zakat Nasional telah resmi meluncurkan Indeks Zakat Nasional (IZN) sebagai parameter kinerja pengelolaan zakat secara nasional. Indeks yang disusun oleh Pusat Kajian Strategis BAZNAS ini berusaha untuk menilai dan mengevaluasi kinerja perzakatan yang terbagi ke dalam dua dimensi utama, yaitu dimensi makro dan mikro, yang didukung oleh sejumlah indikator dan variabel dengan kriteria tersendiri. Nilai IZN ini terletak antara 0 dan 1 dimana semakin mendekati angka 1 maka kinerja perzakatan akan semakin baik. Adapun kriteria penilaian indeks tersebut adalah: rentang 0.00-0.20 (berarti kinerja tidak baik), 0.21-0.40 (kinerja kurang baik), 0.41-0.60 (kinerja cukup baik), 0.61-0.80 (kinerja baik) dan 0.81-1.00 (kinerja sangat baik). DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki peluang yang besar dalam pengumpulan dana zakat. BAZIS Jakarta Selatan meru- pakan salah satu lembaga pengelola zakat yang didirikan oleh Pemprov DKI Ja- karta. Dalam dua tahun terakhir yaitu, tahun 2015 dan 2016 BAZIS Jakarta Se- latan mendapatkan posisi pertama dalam penghimpunan dana zakat dibandingkan dengan wilayah kota lainnya di Provinsi DKI Jakarta. Dana yang dihimpun pada tahun 2015 mencapai angka Rp 30,8 miliar dan pada tahun 2016 sebesar Rp 32,23 miliar. Hasil penelitian Berdasarkan perhitungan menggu- nakan Indeks Zakat Nasional, kinerja BAZIS Jakarta Selatan berada pada kat- egori cukup baik dengan nilai indeks sebesar 0.501 (lihat Tabel 1). Hal ini dida- patkan melalui perhitungan dua dimensi yang membentuk IZN yaitu makro dan mikro. Dalam dimensi makro, BAZIS Ja- karta Selatan mendapatkan nilai indeks sebesar 0.42475 yang berarti kinerja dari sisi makro cukup baik. Penilaian ini didasarkan pada analisis indikator reg- ulasi, dukungan APBD terhadap BAZIS Jakarta Selatan, dan database lembaga zakat resmi, muzakki dan mustahik. Dari sisi makro diketahui bahwa Jakarta Selatan tidak memiliki Peraturan Daerah (Perda) mengenai zakat, melain- kan hanya berupa Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 120 tahun 2002 tentang tata kerja BAZIS dan Keputusan Guber- nur DKI Jakarta No. 121 tahun 2002 tentang Pengelolaan Zakat Infaq dan Shadaqah. Kemudian terdapat alokasi dana APBD yang digunakan untuk biaya operasional lembaga BAZIS Jakarta Selatan, yaitu sebesar Rp 312 juta pada 2015 dan Rp 216 juta pada 2016. Selain itu, rasio jumlah muzaki yang memiliki Nomor Pokok Wajib Zakat (NPWZ) terhadap jumlah keseluruhan rumah tangga kota Jakarta Selatan men- capai angka 1.6 persen, dan rasio jumlah muzakki badan usaha terhadap jumlah seluruh badan usaha di Kota Jakarta Selatan kurang dari satu persen yakni hanya 0.2 persen. Dari perhitungan yang ada maka skor indeks untuk masing- masing regulasi, dukungan dana APBD, dan database pengelolaan zakat masing- masing mencapai angka 0, 1 dan 0,0825. Hasil perataan menunjukkan kinerja cukup baik. Selanjutnya dalam dimensi mikro, diperoleh nilai indeks sebesar 0.55, arti- nya kinerja BAZIS Jakarta Selatan dari sisi mikro cukup baik. Skor ini didapat melalui dua indikator yaitu, kelembagaan dan dampak zakat. Indikator kelemba- gaan mendapatkan nilai indeks sebesar 0.55, yang artinya kinerja dari sisi lem- baga cukup baik yang diperoleh dari em- pat variabel yaitu penghimpunan, penge- lolaan, penyaluran, dan pelaporan. Variabel penghimpunan mendap- atkan nilai indeks 0, karena kenaikan penghimpunan dari 2015 ke 2016 kurang dari 5 persen. Penghimpunan zakat hanya naik 4,64 persen. Variabel kedua yaitu pengelolaan mendapatkan nilai indeks 0.75, artinya kinerja dalam pen- gelolaan masuk kategori baik. Hal ini ter- lihat dari adanya program kerja tahunan, SOP penghimpunan dan penyaluran serta rencana strategis. Variabel ketiga yaitu penyaluran mendapatkan nilai indeks sebesar 1, artinya penyaluran yang dilakukan sangat baik. Dana ZIS yang dihimpun oleh BAZIS Jakarta Selatan pada tahun 2016 sebesar Rp 32,23 miliar sedangkan dana yang disalurkan sebesar Rp 30,07 miliar (rasio ACR atau per- bandingan jumlah dana yang disalurkan dibandingkan dengan dana yang dihim- pun lebih dari 90 persen). Variabel keempat yaitu pelaporan mendapatkan nilai indeks 0.5. Artinya, pelaporan yang dilakukan BAZIS Jakarta Selatan cukup baik. Hal ini terlihat dari adanya laporan keuangan berkala yang dipublikasikan melalui media cetak maupun elektronik yaitu pada website BAZIS Provinsi DKI Jakarta serta men- dapatkan opini “wajar” dari akuntan publik (Kantor Akuntan Publik Erimurni dan Kantor Akuntan Publik Drs Rishan- war). Indikator dampak zakat merupakan gabungan lima variabel yang melihat dampak secara ekonomi, spiritual, pen- didikan, kesehatan, dan kemandirian. Indikator dampak zakat mendapatkan nilai indeks sebesar 0.55 atau cukup baik, setelah dilakukan studi dan wawancara terhadap 100 orang penerima zakat dari BAZIS Jakarta Selatan. Skor IZN untuk variabel kesejahteraan CIBEST adalah 0.5, yang diperoleh berdasarkan nilai Indeks Kesejahteraan CIBEST (W) yang jatuh di antara rentang nilai 0.4-0.59. Nilai W menggambarkan persentase pen- ingkatan kondisi mustahik secara mate- rial dan spiritual setelah mendapatkan dana zakat. Variabel pendidikan dan kesehatan dilihat berdasarkan modifikasi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang men- capai angka 0.494. Modifikasi IPM pada nilai 0.494 tergolong pada klasifikasi cukup baik. Hal ini berarti responden dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh kesehatan dan pen- didikan cukup baik, sehingga skor IZN untuk variabel ini adalah 0,5. Variabel terakhir yaitu kemandirian mendapatkan nilai indeks 0.75, artinya kemandirian mustahik terbilang baik yang terlihat dari rata-rata rumah tangga mustahik memiliki salah satu pekerjaan tetap atau usaha/bisnis dan memiliki tabungan. Dalam hal ini dampak pem- berian dana zakat cukup signifikan de- ngan pemberian dana zakat melalui buku tabungan sehingga mustahik memiliki tabungan dengan rata-rata simpanan dibawah Rp 1 juta. Ke depan, BAZIS Jakarta Selatan diharapkan dapat meningkatkan kiner- janya, sehingga hasilnya diharapkan dapat menaikkan skor IZN hingga masuk dalam kategori baik, yaitu antara 0,61- 0,80. Tidak boleh hanya puas dengan kri- teria kinerja yang cukup baik seperti saat ini. Wallaahu a’lam. Nadhia Shalehanti Alumnus S1 Ekonomi Syariah FEM IPB Dr Irfan Syauqi Beik Staf Pengajar Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB dan Kepala Pusat Kajian Strategis BAZNAS Analisis Kinerja BAZIS Jakarta Selatan YASIN HABIBI/REPUBLIKA No Dimensi Nilai Kinerja 1 Makro 0.42475 Cukup baik 2 Mikro 0.55 Cukup baik Nilai Indeks Zakat Kota Jakarta Selatan IZN = (0.40x0.42475) + (0.60x0.55) = 0.501 Cukup baik Sumber: Data Primer dan Sekunder (2017) Tabel 1 Nilai Indeks Zakat Nasional BAZIS Kota Jakarta Selatan

Upload: dinhliem

Post on 17-Sep-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

20 KAMIS, 22 JUNI 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Terselenggara atas kerjasama Harian Republika dan Program Studi Ilmu EkonomiSyariah, Departemen IlmuEkonomi, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB

Tim Redaksi Iqtishodia:Dr Yusman SyaukatDr M FirdausDr Dedi Budiman HakimDr Irfan Syauqi BeikDr Iman SugemaDeni Lubis MAgSalahuddin El Ayyubi MA

Setiap muslim tentu menginginkan untukmeraih predikat takwa. Tidaklah meng -herankan jika kemudian kita berlomba-lomba dalam memanfaatkan momen-

tum bulan Ramadhan ini dengan memperbanyakibadah, seperti shalat sunnah dan membacaAlquran. Namun demikian, yang menjadi persoal -an, di tengah semangat beribadah ini, mun culpara doks amal yang justru bertentangan denganajaran Islam itu sendiri, sehingga berpo tensimelemahkan upaya untuk meraih predikat takwa.Padahal takwa mensyaratkan adanya to ta litaskeya kinan dan ketundukan penuh terha dapajaran Allah dan Rasul-Nya. Tidak mungkin takwaakan diraih manakala seseorang beriman hanyapada sebagian ajaran Islam, sementara pada ba -gian yang lain ia justru memiliki keragu-raguan.

Diantara paradoks amal yang seringdilakukan umat Islam adalah pada aspek mu’a-malah, termasuk mu’amalah maaliyah atauekonomi. Banyak di antara umat Islam yangmasih belum meyakini kesempurnaan ajaranIslam yang mencakup seluruh bidang kehidupan.Padahal Alquran dan sunnah telah memberikanpanduan yang lengkap dan komprehensif. Tetapibegitu masuk pada ayat-ayat yang membahasekonomi, tidak semua umat kemudian langsungmeyakini dan secara total beriman terhadapkebenaran ayat-ayat tersebut.

Sebagai contoh, ayat-ayat tentang ribadimana Allah SWT telah menurunkan ayattentang riba ini ke dalam empat tahap. Tahappertama adalah diturunkannya QS 30:39, dimanaAllah SWT membalikkan logika riba denganzakat. Riba yang seolah-olah menambah harta di

sisi manusia, tapi di sisi Allah justru malah men-gurangi harta. Sementara zakat yang seolah-olahmengurangi harta di sisi manusia, justru malahberlipat ganda nilainya di hadapan Allah SWT.

Pada tahap kedua, Allah SWT menurunkan QS4: 160-161 yang berisi ancaman azab yang pedihkepada mereka yang mempraktikkan riba, dilan-jutkan dengan tahap ketiga, yaitu QS 3:130,dimana Allah SWT mengharamkan sebagian daririba, yaitu riba yang “ad-‘aafan mudhoo’afah”(berlipat ganda, dengan prosentase minimal 100persen). Adapun pada tahap keempat, Allah SWTmenurunkan QS 2:275-281 yang mengharamkankeseluruhan riba, berapapun prosentasenya,apakah 0,1 persen ataukah 1000 persen. Sakingbesarnya bahaya riba ini sampai-sampaiRasulullah SAW mengingatkan bahwa tidaklahseseorang yang banyak melakukan praktik ribakecuali akhir dari urusannya hartanya menjadilebih sedikit (HR Ibnu Majah), dan satu dirhamriba yang dimakan oleh seseorang dalamkeadaan ia mengetahuinya lebih buruk dari 36kali berzina (HR Ahmad).

Pertanyaannya sekarang, apakah kitameyakini kebenaran ayat-ayat Alquran tentangriba dan mau untuk melaksanakannya dengancara menjauhi riba? Kalau dalam diri kita masihterbersit keraguan, artinya kita belum meyakinisepenuhnya kebenaran Alquran. Maka, akankahkita meraih predikat takwa? Akankah Allah SWTsepenuhnya menerima dan mengampuni kitasementara dalam diri kita masih ada keraguanakan firman-Nya? Inilah paradoks yang seringkita lihat, dimana kita meyakini sebagian ayat danmeragukan sebagian ayat yang lain.

Terlepas dari fakta bahwa untuk merubah danmentransformasikan sistim ekonomi dan keuangan konvensional menjadi sistim syariahperlu proses dan waktu yang sangat lama, bisasampai 4-5 generasi ke depan, namun palingtidak dalam diri kita harus muncul dulu keyakinanbahwa sistim bunga atau riba dalam perekonomi-an itu adalah keliru dan bertentangan denganketentuan Allah. Bahwa kita perlu secara berta-hap keluar dari sistim riba, itu adalah hal lain.Namun yang lebih esensial adalah, apakah kitayakin dengan perintah dan larangan Allah terse-but? Keyakinan inilah yang menunjukkan kualitaskeimanan. Karena itu, berjuang dan berjihaddalam membangun sistim ekonomi yang bebasriba pada dasarnya adalah bagian dari refleksikeimanan yang paripurna terhadap ajaran AllahSWT.

Setelah muncul keyakinan, baru kitaberbicara mengenai tahapan-tahapan memper-baiki sistim perekonomian yang ada agar lebihsesuai tuntunan Allah. Mulai dari advokasi kebi-jakan agar regulasi yang ada bisa semakin mem-perkuat peran ekonomi syariah, kemudian penguatan pada aspek kelembagaan agarinstitusi-institusi ekonomi dan keuangan syariahbisa semakin profesional, transparan dan lebihbaik, hingga pada edukasi publik dan sosialisasiberkelanjutan. Semuanya memerlukan ikhtiaryang optimal dan waktu yang sangat panjang.Namun jika tidak dilandasi keyakinan akan kebe-naran firman Allah, maka proses jihad ekonomiini akan sangat berat. Karena itu, yang terpentingadalah yakin dulu. Proses akan mengikuti sesu-dahnya. Insya Allah. Wallaahu a’lam. ■

Dr Irfan Syauqi BeikKepala Pusat Studi Bisnis

dan Ekonomi Syariah(CIBEST) IPB

ParadoksAmal dan

JihadEkonomi

TSAQOFI

Sebagai ibu kota negara, Ja -karta berhadapan denganmasalah kemiskinan dan ke -senjangan pendapatan. Bah -kan jumlah penduduk mis -kin kota Jakarta cenderung

mengalami peningkatan. Pada tahun2013 jumlah penduduk miskin mening -kat sebesar 8.900 jiwa lalu pada tahun2014 meningkat empat kali lipat sebesar37.090 jiwa, namun pada tahun 2015mengalami penurunan sebesar 44.120jiwa. Pada tahun 2016 angka kemiskinantersebut kembali meningkat sebesar38.215 jiwa.

Zakat merupakan rukun Islam ketigayang wajib dilaksanakan bagi setiapmuslim yang bertujuan bukan hanyauntuk memperkuat keimanan kepadaAllah SWT tetapi juga untuk mengatasipersoalan sosial ekonomi. Berdasarkanriset yang dilakukan oleh BAZNAS danIPB, diketahui bahwa potensi zakatIndonesia mencapai angka Rp 217 triliun.BAZNAS menyatakan bahwa potensitersebut meningkat hingga mencapaiangka Rp 280 trilyun pada tahun 2015.Akan tetapi penghimpunan yang tereal-isasi pada tahun 2015 baru sekitar Rp 4triliun atau masih di bawah lima persendari potensinya. Perbedaan antara poten -si zakat dan realisasi zakat menggam -barkan bahwa belum optimalnya kinerjapengelolaan zakat oleh Organisasi Penge -lola Zakat (OPZ).

Selama ini, belum ada ukuran peni-laian resmi yang diakui secara nasionaldalam menilai keberhasilan organisasipengelolaan zakat. Namun sejak 13 De -sem ber 2016, Badan Amil Zakat Nasionaltelah resmi meluncurkan Indeks ZakatNasional (IZN) sebagai parameter kinerjapengelolaan zakat secara nasional. Indeksyang disusun oleh Pusat Kajian StrategisBAZNAS ini berusaha untuk menilai danmengevaluasi kinerja perzakatan yangterbagi ke dalam dua dimensi utama,yaitu dimensi makro dan mikro, yang

didukung oleh sejumlah indikator danvariabel dengan kriteria tersendiri.

Nilai IZN ini terletak antara 0 dan 1dimana semakin mendekati angka 1maka kinerja perzakatan akan semakinbaik. Adapun kriteria penilaian indekstersebut adalah: rentang 0.00-0.20(berarti kinerja tidak baik), 0.21-0.40(kinerja kurang baik), 0.41-0.60 (kinerjacukup baik), 0.61-0.80 (kinerja baik) dan0.81-1.00 (kinerja sangat baik).

DKI Jakarta sebagai ibukota memilikipeluang yang besar dalam pengumpulandana zakat. BAZIS Jakarta Selatan meru-pakan salah satu lembaga pengelola zakatyang didirikan oleh Pemprov DKI Ja -karta. Dalam dua tahun terakhir yaitu,ta hun 2015 dan 2016 BAZIS Jakarta Se -latan mendapatkan posisi pertama dalampenghimpunan dana zakat dibandingkandengan wilayah kota lainnya di ProvinsiDKI Jakarta. Dana yang dihimpun padatahun 2015 mencapai angka Rp 30,8miliar dan pada tahun 2016 sebesar Rp32,23 miliar.

Hasil penelitianBerdasarkan perhitungan menggu-

nakan Indeks Zakat Nasional, kinerjaBAZIS Jakarta Selatan berada pada kat-egori cukup baik dengan nilai indekssebesar 0.501 (lihat Tabel 1). Hal ini dida-patkan melalui perhitungan dua dimensiyang membentuk IZN yaitu makro dan

mikro. Dalam dimensi makro, BAZIS Ja -karta Selatan mendapatkan nilai indekssebesar 0.42475 yang berarti kinerja darisisi makro cukup baik. Penilaian inididasarkan pada analisis indikator reg-ulasi, dukungan APBD terhadap BAZISJakarta Selatan, dan database lembagazakat resmi, muzakki dan mustahik.

Dari sisi makro diketahui bahwaJakarta Selatan tidak memiliki PeraturanDaerah (Perda) mengenai zakat, melain -kan hanya berupa Keputusan GubernurDKI Jakarta No. 120 tahun 2002 tentangtata kerja BAZIS dan Keputusan Guber -nur DKI Jakarta No. 121 tahun 2002tentang Pengelolaan Zakat Infaq danShadaqah. Kemudian terdapat alokasidana APBD yang digunakan untuk biayaoperasional lembaga BAZIS JakartaSelatan, yaitu sebesar Rp 312 juta pada2015 dan Rp 216 juta pada 2016.

Selain itu, rasio jumlah muzaki yangmemiliki Nomor Pokok Wajib Zakat(NPWZ) terhadap jumlah keseluruhanrumah tangga kota Jakarta Selatan men-capai angka 1.6 persen, dan rasio jumlahmuzakki badan usaha terhadap jumlahseluruh badan usaha di Kota JakartaSelatan kurang dari satu persen yaknihanya 0.2 persen. Dari perhitungan yangada maka skor indeks untuk masing-masing regulasi, dukungan dana APBD,dan database pengelolaan zakat masing-masing mencapai angka 0, 1 dan 0,0825.Hasil perataan menunjukkan kinerja

cukup baik.Selanjutnya dalam dimensi mikro,

diperoleh nilai indeks sebesar 0.55, arti -nya kinerja BAZIS Jakarta Selatan darisisi mikro cukup baik. Skor ini didapatmelalui dua indikator yaitu, kelembagaandan dampak zakat. Indikator kelemba-gaan mendapatkan nilai indeks sebesar0.55, yang artinya kinerja dari sisi lem -baga cukup baik yang diperoleh dari em -pat variabel yaitu penghimpunan, penge -lolaan, penyaluran, dan pelaporan.

Variabel penghimpunan mendap-atkan nilai indeks 0, karena kenaikanpenghimpunan dari 2015 ke 2016 kurangdari 5 persen. Penghimpunan zakathanya naik 4,64 persen. Variabel keduayaitu pengelolaan mendapatkan nilaiindeks 0.75, artinya kinerja dalam pen-gelolaan masuk kategori baik. Hal ini ter-lihat dari adanya program kerja tahunan,SOP penghimpunan dan penyaluranserta rencana strategis. Variabel ketigayaitu penyaluran mendapatkan nilaiindeks sebesar 1, artinya penyaluran yangdilakukan sangat baik. Dana ZIS yangdihimpun oleh BAZIS Jakarta Selatanpada tahun 2016 sebesar Rp 32,23 miliarsedangkan dana yang disalurkan sebesarRp 30,07 miliar (rasio ACR atau per-bandingan jumlah dana yang disalurkandibandingkan dengan dana yang dihim-pun lebih dari 90 persen).

Variabel keempat yaitu pelaporanmendapatkan nilai indeks 0.5. Artinya,pelaporan yang dilakukan BAZIS JakartaSelatan cukup baik. Hal ini terlihat dariadanya laporan keuangan berkala yangdipublikasikan melalui media cetakmaupun elektronik yaitu pada websiteBAZIS Provinsi DKI Jakarta serta men-dapatkan opini “wajar” dari akuntanpublik (Kantor Akuntan Publik Erimurnidan Kantor Akuntan Publik Drs Rishan -war).

Indikator dampak zakat merupakangabungan lima variabel yang melihatdampak secara ekonomi, spiritual, pen-didikan, kesehatan, dan kemandirian.Indikator dampak zakat mendapatkannilai indeks sebesar 0.55 atau cukup baik,setelah dilakukan studi dan wawancaraterhadap 100 orang penerima zakat dariBAZIS Jakarta Selatan. Skor IZN untukvariabel kesejahteraan CIBEST adalah0.5, yang diperoleh berdasarkan nilaiIndeks Kesejahteraan CIBEST (W) yangjatuh di antara rentang nilai 0.4-0.59.Nilai W menggambarkan persentase pen-ingkatan kondisi mustahik secara mate-rial dan spiritual setelah mendapatkandana zakat.

Variabel pendidikan dan kesehatandilihat berdasarkan modifikasi IndeksPembangunan Manusia (IPM) yang men-capai angka 0.494. Modifikasi IPM padanilai 0.494 tergolong pada klasifikasicukup baik. Hal ini berarti respondendapat mengakses hasil pembangunandalam memperoleh kesehatan dan pen-didikan cukup baik, sehingga skor IZNuntuk variabel ini adalah 0,5.

Variabel terakhir yaitu kemandirianmendapatkan nilai indeks 0.75, artinyakemandirian mustahik terbilang baikyang terlihat dari rata-rata rumah tanggamustahik memiliki salah satu pekerjaantetap atau usaha/bisnis dan memilikitabungan. Dalam hal ini dampak pem-berian dana zakat cukup signifikan de -ngan pemberian dana zakat melalui bukutabungan sehingga mustahik memi likitabungan dengan rata-rata simpanandibawah Rp 1 juta.

Ke depan, BAZIS Jakarta Selatandiharapkan dapat meningkatkan kiner-janya, sehingga hasilnya diharapkandapat menaikkan skor IZN hingga masukdalam kategori baik, yaitu antara 0,61-0,80. Tidak boleh hanya puas dengan kri-teria kinerja yang cukup baik seperti saatini. Wallaahu a’lam. ■

Nadhia ShalehantiAlumnus S1 Ekonomi

Syariah FEM IPB

Dr Irfan SyauqiBeik

Staf Pengajar Departemen IlmuEkonomi Syariah

FEM IPB dan KepalaPusat Kajian Strategis

BAZNAS

Analisis Kinerja BAZIS Jakarta Selatan

YASIN HABIBI/REPUBLIKA

No Dimensi Nilai Kinerja

1 Makro 0.42475 Cukup baik

2 Mikro 0.55 Cukup baik

Nilai Indeks Zakat Kota Jakarta Selatan

IZN = (0.40x0.42475) + (0.60x0.55) = 0.501 Cukup baik

Sumber: Data Primer dan Sekunder (2017)

Tabel 1 Nilai Indeks Zakat Nasional BAZIS Kota Jakarta Selatan

Kesenjangan dan kemiski-nan merupakan perma -sa lahan yang dihadapiIn donesia dan terjadikarena tidak meratanyadistribusi harta. Zakat

merupakan salah satu instrumen pendis-tribusian harta dalam Islam, yang diter-apkan di Indonesia sebagai salah satucara mengatasi permasalahan tersebut.Pengelolaan zakat di Indonesia belumoptimal, terlihat dari penghimpunan za -kat Indonesia tahun 2015 yang masih dibawah lima persen dari total potensi nya.

Berdasarkan data BPS Provinsi JawaBarat tahun 2016, Kota Bandung meru-pakan daerah dengan pertumbuhan eko -nomi paling pesat jika dilihat berdasar kannilai PDRBnya. Walaupun pertumbuhanekonomi Kota Bandung telah maju, hal initidak selaras dengan optimalisasi penyer-apan dana zakatnya. Berdasarkan pub-likasi yang dilakukan oleh HumasPemerintah Kota Bandung, disebutkanbahwa potensi zakat yang dapat diperolehdari pegawai pemerintah kota dan BUMDmencapai 17.69 milyar rupiah, sementarayang terkumpul baru mencapai 5 milyarrupiah (Pemkot Bandung 2017).

Besarnya perbedaan antara potensizakat dengan realisasi zakat yang terkum -pul memperlihatkan belum optimalnyakegiatan pengumpulan dan pengelolaanzakat oleh organisasi pengelola zakat(OPZ). Dalam hal ini perlu adanya eval-uasi untuk melihat kinerja perzakatan.Indeks Zakat Nasional (IZN) merupakanalat ukur yang baru diterbitkan olehPusat Kajian Strategis BAZNAS yangberperan sebagai standar pengukuranuntuk menilai dan mengevaluasi kinerjaperzakatan, mencakup peran pemerintahdan masyarakat, kinerja lembaga zakat,dan juga pengaruh zakat terhadap kese-jahteraan mustahik baik di tingkat na -sional, provinsi bahkan sampai daerah.IZN menjadi penting karena Indonesiasebagai negara muslim terbesar belummemiliki alat ukur standar pengelolaanzakat nasional yang dapat mengukurkinerja dan perkembangan zakat nasio -nal. Penilaian kinerja berdasarkan IndeksZakat Nasional, yaitu: rentang 0.00-0.20(kinerja tidak baik), 0.21-0.40 (kinerjakurang baik), 0.41-0.60 (kinerja cukupbaik), 0.61-0.80 (kinerja baik), dan 0.81-1.00 (kinerja sangat baik).

Hasil penelitianBerdasarkan perhitungan Indeks

Zakat Nasional (IZN), pengelolaan zakatdi Kota Bandung masih dikatakan kurangbaik dengan nilai indeks 0,355. Kinerjaza kat Kota Bandung dari sisi makromemiliki nilai 0.047 yang artinya du -

kung an pemerintah terkait penerbitanPerda Zakat, dukungan APBD, databaselembaga zakat, serta rasio muzaki indi-vidu dan rasio muzaki badan terhadappenge lolaan zakat di Kota Bandung ma -sih belum optimal. Dari sisi mikro, ki -nerja zakat Kota Bandung cukup baikdengan nilai 0.56. Secara keseluruhan,indikator kelembagaan memiliki nilaiindeks 0.5 yang artinya kinerja zakat dikota bandung terkait penghimpunan,pengelolaan, penyaluran, dan pelaporandinilai cukup baik. Indikator dampak za -kat memiliki nilai indeks 0.6 yang artinyakinerja zakat kota Bandung terkait dam -pak zakat terhadap material, spiritual,pendidikan, kesehatan dan kemandirianmustahik sudah baik.

Nilai indeks regulasi dan alokasi APBDuntuk pengelolaan zakat di Kota Bandungberdasarkan IZN adalah 0.00, karena pen-gadaan regulasi tentang penge lolaan zakatdi Kota Bandung baru men capai tahapinstruksi walikota yaitu Instruksi WalikotaBandung Nomor 001 Tahun 2017 TentangPerintah Aparatur BUMD untuk memba-yar zakat profesi yang berlaku per tanggal17 Januari 2017. Ti dak adanya regulasiberupa perda ini me nyebabkan belumadanya alokasi APBD untuk pengelolaanzakat di Kota Bandung.

Jumlah muzaki yang terdaftar atauyang memiliki NPWZ terhadap rumahtangga di Kota Bandung <1 persen atau,

dari 657.769 rumah tangga yang ada diKota Bandung, muzaki individu yangterdaftar hanya 4.398 Jiwa. Muzaki yangmembayar zakat di BAZNAS Kota Ban -dung saat ini baru mencakup pegawaiBUMD yang menyalurkan zakatnyamelalui UPZ SKPD. Sehingga nilai indeksyang diperoleh hanya 0.165.

Adapun zakat PNS tahun 2015 yangberhasil dihimpun adalah sebesar Rp 4,56miliar dan pada tahun 2016 naik se besar5.4 persen menjadi Rp 4,81 miliar. Penge -lolaan zakat di kota Ban dung telah memi-liki SOP, program kerja, dan ren ca nastrategis pengelolaan zakat. Pada pelak-sanaan penyaluran dana zakat terdapatprogram ekonomi yang disalurkan se tiapbulan. Selain program ekonomi ter dapatpula program sosial, serta prog ram dak -wah yang disalurkan setiap bu lan.

Walaupun penyaluran dana zakatdilakukan setiap bulan, dana zakat yangdisalurkan pada tahun 2016 hanya 45persen dari total penghimpunan tahun2016. Kinerja BAZNAS Kota Bandungterkait pelaporan dana zakat kurang baik.Hal tersebut dikarenakan, laporan ke -uangan BAZNAS Kota Bandung tidak di -publikasikan, tidak teraudit secara ekster-nal dan tidak memiliki laporan audit sya -riah. Berdasarkan wawancara yang dila -kukan, publikasi laporan keuangan be -lum terlaksana dengan maksimal. Halter sebut menyebabkan nilai indeks ke -

lem bagaan BAZNAS Kota Bandunghanya 0.50.

Analisis dampak zakat dihitung meng-gunakan metode CIBEST dan modifikasiIPM dengan mewawancarai 100 keluargamustahik yang menerima zakat dariBAZNAS Kota Bandung selama tahun2016. Nilai indikator dampak zakat adala0.60. Perhitungan dengan metodeCIBEST memperlihatkan bahwa indekskesejahteraan meningkat sebesar 15.25persen. Hal tersebut menunjukan bahwapendayagunaan zakat Kota Bandungdapat meningkatkan kesejahteraan mus-tahik sebesar 15.25 persen. Nilai indekskemiskinan materiil berkurang 21.73persen, yang artinya kemiskinan materiildapat ditekan sebanyak 21.73 persen. Padaindeks kemiskinan spiritual berkurangsebanyak 15.38 persen yang artinya indekskemiskinan spiritual dapat di tekan se -banyak 2 persen. Selanjutnya indekskemiskinan absolut perubahannya sebesar40 persen yang artinya kemiskinan abso -lut dapat ditekan sebanyak 40 persen.

Berdasarkan perhitungan yang telahdilakukan, nilai modifikasi IPM mustahikKota Bandung adalah 49.40 persen. Nilaitersebut tergolong pada klasifikasi cukupbaik. Hal ini berarti responden dapatmeng akses hasil pembangunan dalammemperoleh kesehatan dan pendidikandengan cukup baik. Dalam hal ini, dam -pak zakat terhadap IPM tidak signifikankarena tidak ada perubahan nilai IPMsebelum dan setelah mendapatkan danazakat. Hal ini karena dana zakat yang dis-alurkan kepada mustahik sifatnya kon-disional dan tidak bersifat kontinu.

Nilai variabel kemandirian mustahikyang diteliti adalah 0.50 yang artinyadampak zakat terhadap kemandirianmustahik cukup baik. Hal ini terjadikarena mayoritas responden memilikipekerjaan atau usaha namun tidak memi-liki tabungan. Dari 100 rumah tanggamustahik hanya satu rumah tangga yangmemiliki tabungan diatas Rp 5 juta, 9rumah tangga memiliki tabungan antaraRp 2 juta – 5 juta, 12 rumah tangga me -mi liki tabungan kurang dari Rp 1 juta.Sementara itu, 78 rumah tangga tidakmemiliki tabungan.

Ke depan diharapkan dukungan Pe -me rintah Kota Bandung dapat ditingkat -kan sehingga nilai kinerja makronyamenjadi lebih baik. Rendahnya kiner jamakro dapat diimbangi dari sisi mikrodimana kinerja kelembagaan BAZNASKota Bandung dan dampak penyaluranzakatnya sudah cukup baik. Wallaahua’lam. ■

Sebagai seorang Muslim tentusa ja kita mempercayai denganse penuh hati bahwasannya se -tiap perbuatan yang telah kita

lakukan di dunia akan mendapat balas -an yang setimpal di akherat kelak. Da -lam Alquran Surat Al Hasyr ayat 18 me -nye butkan bahwasannya manusia di pe -rintahkan untuk bertakwa kepada Allahswt dan senantiasa memperhati kan apayang telah diperbuatnya untuk hari esokatau masa depan. Secara ti dak langsungayat ini bermakna bahwa kita sebagaimanusia memi liki keterba tasan waktu didunia, sehingga harus kita manfaatkansebaik mungkin untuk mendapatkantem pat terbaik di sisi-Nya. Oleh karenaitu untuk memper siap kan hari esok,ten tu saja kita harus melakukanamalan-amalan baik ketika hidup didunia untuk bekal menjalani kehidupandi akherat.

Salah satu amalan yang dapat kitala kukan yaitu dengan ta’awun atau sa -ling tolong menolong dalam hal kebaik -an. Ta’awun atau tolong menolong me -

rupa kan suatu ibadah yang telah dipe -rin tah kan oleh Allah swt. Tertera dalamAl quran Surat Almaidah ayat 2 bahwas -an nya Allah telah meme rintahkan padaumatnya untuk sesantiasa berperilakutolong menolong dalam kebaikan. Dije -las kan pula dalam sebuah Hadits Nabisaw. bahwa apabila se se orang me no- long dengan memberikan pertolonganse cara ikhlas, maka Allah swt akanmem berikan balasannya yang setimpaldi akhirat.

Islam menggambarkan sesamaMus lim seperti satu kesatuan tubuhyang merasakan sakit jika salah satu ba -giannya terluka, sehingga sudah men -jadi kewajiban bagi seorang Muslim un -tuk me nolong saudaranya yang sedangda lam kesusahan. Konsep saling mem-bantu atau tolong menolong ini sejalande ngan core business asuransi syariahyang dapat mendorong seseorang untukmenyumbangkan uangnya dengan tu -juan saling tolong menolong antar sesa -ma. Adanya sistem ini akan memuncul -kan tanggungjawab bersama untuk

mem bantu sesama anggota dalam halkeuangan.

Asuransi syariah merupakan usahasaling melindungi dan tolong menolongdi antara sejumlah pihak melalui inves-tasi dalam bentuk aset atau dana ta baru’yang memberikan pola pengembalianun tuk menghadapi risiko tertentu. Da -lam hal ini anggota atau peserta asuran-si syariah secara bersama-sama me -nye tujui untuk menjaminkan diri merekaterhadap kerugian ataupun kerusakanyang terjadi. Peserta asuransi syariahdiwajibkan untuk membayar premi yangterdiri dari dana tabarru’ (dana yang ma -suk akun akad tabarru’) dan dana tijari(dana yang masuk akun akad tijarah).Dana tabaru’ merupakan dana yang di -tujukan untuk tolong menolong antar se -sama peserta asuransi, sehingga danainilah yang nantinya akan digunakan un -tuk membayar santunan jika ada pesertayang mengalami musibah sesuai denganakad tabarru yang disepakati. Sedang -kan dana tijari merupakan dana yangditujukan untuk kegiatan komersil dan

berorientasi profit yang nantinya akan dibagi oleh kedua belah pihak (peserta danperusahaan asuransi syariah).

Konsep akad tabarru’ dalam asu -ransi syariah menjadi core dan motivasiuntuk saling tolong menolong dalam halkebaikan. Terlebih lagi di bulan suciramadhan, bulan yang penuh berkahdan ampunan sudah menjadi keharusanuntuk kita saling berlomba dalam ber -buat kebaikan. Perilaku tolong meno-long sangat dianjurkan dalam AgamaIslam. Hal ini dikarenakan saling tolongmenolong akan dapat memberikankeringanan diantara satu dengan yanglain. Selain itu akan mampu memper-erat kasih sayang antar sesama sertasikap saling menghormati. Oleh karenaitu hendaklah setiap orang berbuat to -long menolong terlebih dahulu sebelumorang lain berbuat kebaikan kepadanya.Semangat tolong menolong yang telahdiinisiasi oleh asuransi syariah bukanuntuk memperoleh keuntungan duniawimelainkan untuk mendapat ridho dariAllah swt. Wallaahu a’lam. ■

TAMKINIA

Dr Jaenal EffendiKetua Program StudiEkonomi Syariah FEM

IPB

Ramadhan dan Ceruk Bisnis Asuransi Syariah

21 KAMIS, 22 JUNI 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Prof Dr KH DidinHafidhuddin

Guru Besar IPB danDirektur Pascasarjana

UIKA Bogor

Khalifah MuhamadAli

Staf Pengajar Departe-men Ilmu EkonomiSyariah FEM IPB

HidayaneuFarchatunnisa

Alumnus S1 EkonomiSyariah FEM IPB

Analisis Kinerja Baznas Kota Bandung

PERHITUNGAN DAN ANALISIS NILAI INDEKS SETIAP VARIABEL, INDIKATOR, DAN DIMENSI

PRAYOGI/REPUBLIKA