dr m firdaus dr dedi budiman hakim dr irfan syauqi beik dr ... · pemerintah, dengan...

2
18 KAMIS, 27 JULI 2017 JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA Terselenggara atas kerja sama Harian Republika dan Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Tim Redaksi Iqtishodia: Dr Yusman Syaukat Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr Iman Sugema Deni Lubis MAg Salahuddin El Ayyubi MA D alam Berita Resmi Statistik BPS No 66/07/Th. XX tertanggal 17 Juli 2017 tentang profil kemiskinan di Indonesia, jumlah penduduk miskin per Maret 2017 bertambah sebanyak 6.900 jiwa, sehingga angka kemiskinan naik dari 27,76 juta jiwa per September 2016 menjadi 27,77 juta jiwa. Meskipun secara prosentase menurun, dari 10,70 persen menjadi 10,64 persen, namun kenaikan dari sisi jumlah absolut harus dijadikan sebagai warning terhadap efektivitas program pengen- tasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah. Angka kemiskinan ini diukur dari standar GK (Garis Kemiskinan) yang mencapai angka Rp 374.478,-/kapita/bulan. Dengan kata lain, seseo- rang disebut miskin ketika pendapatannya berada di bawah 0,9 dolar per hari. Dari sisi wilayah, jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami peningkatan, dari 10,49 juta jiwa pada September 2016 menjadi 10,67 juta jiwa pada Maret 2017, sementara pada periode yang sama, jumlah pen- duduk miskin di pedesaan turun dari 17,28 juta jiwa menjadi 17,10 juta jiwa. Ini menunjukkan tren peningkatan urban poverty di tanah air, yang perlu diantisipasi ke depannya. Untuk mengatasi problematika kemiskinan ini, diperlukan adanya integrasi yang lebih men- dalam antara program-program yang dijalankan pemerintah, dengan program-program yang dijalankan oleh para stakeholder lain, terutama institusi zakat resmi yang dikoordinasikan oleh BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), dan insti- tusi wakaf serta dana sosial keagamaan lainnya. Integrasi ini diharapkan dapat mengopti- malkan semua potensi domestik yang dimiliki bangsa ini dalam upaya mengurangi kemiskinan dan kesenjangan yang ada di negeri ini. Apalagi hari ini, 27 Juli 2017, Presiden akan memimpin prosesi grand launching Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) sekaligus melak- sanakan rapat Dewan Pengarah KNKS yang beliau pimpin langsung. Keberadaan KNKS ini diharapkan menjadi momentum yang tepat untuk memperkuat integrasi dan optimalisasi potensi keuangan komersial syariah dan keuangan sosial syariah (ZISWAF) dalam kebijakan perekonomian nasional. Untuk itu, agar upaya pengentasan kemiski- nan ini berjalan lebih baik dan lebih efektif, maka upaya integrasi antara instrumen zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF) sebagai instrumen keuangan sosial syariah, dengan program pen- gentasan kemiskinan pemerintah dapat dilakukan melalui penguatan koordinasi dan ker- jasama dalam dua hal, yaitu penyaluran dan penghimpunan zakat. Pada sisi penyaluran, kerjasama antara insti- tusi zakat dengan lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam menangani kemiski- nan menjadi sangat krusial. Hal ini bertujuan agar dana APBN dan dana zakat yang ada, dapat digu- nakan secara simultan, efektif dan efisien, sehingga dampaknya terhadap penurunan jumlah kemiskinan bisa semakin besar. Sebagai contoh, penguatan kerjasama antara BAZNAS dengan Kementerian Sosial, terutama dengan Direktorat Jenderal Pengelolaan Fakir Miskin (PFM) adalah hal yang sangat krusial. Kerja sama ini dilakukan karena obyek yang disasar adalah sama, yaitu fakir miskin. Dari per- spektif zakat, fakir miskin ini adalah dua ashnaf yang pertama disebut dalam QS 9 : 60, sehingga menjadi obyek utama BAZNAS dan LAZ. Se- mentara di sisi lain, Ditjen PFM juga memiliki basis data 92 juta jiwa yang menjadi sasaran pengelolaan program Kemensos secara lengkap. Dengan koordinasi yang tepat, maka paling tidak, dampak zakat akan dirasakan semakin besar dan semakin tepat sasaran. Sementara pada sisi penghimpunan, pemer- intah harus pro aktif dalam mendorong optimal- isasi penghimpunan zakat yang potensinya men- capai angka Rp 217 triliun. BAZNAS dan LAZ jangan dibiarkan sendirian dalam berjuang menghimpun dana ZIS dari masyarakat. Keberadaan Inpres baru yang diharapkan dapat memperbaiki Inpres No 3/2014 terkait penghim- punan zakat mudah-mudahan bisa segera direal- isasikan. Ini adalah salah satu cara kongkrit negara membantu penghimpunan zakat. Dengan potensi Rp 217 triliun, maka tentu hal ini akan sangat bermanfaat bagi negara, karena dana tersebut, jika terealisasi, dapat menjadi sumber alternatif yang dapat membantu meringankan beban defisit APBN. Paling tidak, kalau pun subsidi dikurangi, sebagai cara mengurangi defisit, maka dana zakat bisa digunakan sebagai substitusi bagi pengurangan subsidi untuk kelompok miskin. Cara lainnya adalah dengan mengoptimalkan lembaga negara lainnya, seperti BPS, dalam memetakan potensi zakat. BPS memiliki program Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dapat dimanfaatkan juga oleh BAZNAS dalam menghimpun data potensi zakat secara detil dan akurat. Tentu ini bisa terjadi ketika kedua institusi ini saling bekerjasama memperkuat satu dengan lainnya. Ini adalah sekedar contoh betapa koordi- nasi yang baik, pasti akan selalu menghasilkan dampak yang baik bagi kemaslahatan dan kema- juan bangsa. Karena itu, pemerintah jangan ragu untuk menjadikan zakat sebagai salah satu instrumen utama pengentasan kemiskinan. Wallaahu a’lam. Dr Irfan Syauqi Beik Kepala Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB Kerja Sama Pengentasan Kemiskinan TSAQOFI K abupaten Tangerang de- ngan sebutan kota seribu industri memiliki potensi kekayaan daerah yang cukup besar. Kabupaten Tangerang juga meru- pakan jumlah penduduk tertinggi di antara kabupaten/kota di Provinsi Banten. Namun, hal tersebut tidak diikuti dengan pertumbuhan kesejahteraan pen- duduknya. Jumlah penduduk miskin Kabupaten Tangerang mengalami pen- ingkatan setiap tahunnya. Angka kemis- kinan di Kabupaten Tangerang cukup tinggi dibandingkan kabupaten/kota lain yang ada di Provinsi Banten. Zakat sebagai ibadah harta yang wajib ditunaikan oleh setiap muslim menjadi solusi dalam mengatasi masalah kemiski- nan. Perintah zakat secara tegas terdapat dalam Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW. Kabupaten Tangerang dengan jum- lah penduduk tertinggi di Provinsi Ban- ten memiliki target penghimpunan dana zakat mencapai Rp 20 miliar setiap ta- hunnya. Namun, dana zakat yang mam- pu dihimpun hanya sekitar Rp 2 miliar per tahunnya. Padahal, dana zakat yang dihimpun mencapai target dapat diopti- malkan dalam mengurangi angka kemis- kinan di Kabupaten Tangerang. BAZNAS Kabupaten Tangerang seba- gai lembaga resmi pengelola zakat dapat melakukan evaluasi secara berkala untuk mengetahui langkah-langkah yang akan dilakukan dalam usaha memperbaiki kondisi pengelolaan zakat oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang. Evaluasi kinerja pengelolaan zakat berdasarkan pada per- hitungan Indeks Zakat Nasional (IZN). Indeks Zakat Nasional (IZN) yang disu- sun oleh tim peneliti Pusat Kajian Stra- tegis (Puskas) BAZNAS merupakan se- buah indeks komposit untuk mengukur perkembangan kondisi perzakatan na- sional. Nilai IZN dapat merepresentasi kondisi dan perkembangan zakat di ting- kat kabupaten/kota, provinsi, dan na- sional. Hasil analisis dari nilai IZN dapat digunakan untuk memperbaiki kinerja BAZNAS dari sisi makro dan mikro. Hasil penelitian Berdasarkan hasil perhitungan In- deks Zakat Nasional (IZN) didapatkan nilai IZN sebesar 0.60 yang artinya kiner- ja BAZNAS Kabupaten Tangerang dikate- gorikan sudah cukup baik. Komponen IZN dibentuk oleh dua dimensi yaitu di- mensi makro dan dimensi mikro. Dimen- si makro terdiri atas tiga indikator yaitu indikator regulasi, dukungan APBD, da- tabase lembaga zakat. Indikator database lembaga zakat dijelaskan lebih rinci dengan jumlah lembaga zakat resmi, mu- zaki, dan mustahik, rasio muzaki indi- vidu, serta rasio muzaki badan usaha. Dari sisi regulasi, pelaksanaan zakat di Kabupaten Tangerang berdasarkan pa- da Perda Nomor 24 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah di Kabupaten Tangerang. Pada tahun 2016, alokasi APBD terhadap kebutuhan biaya operasional BAZNAS Kabupaten Tangerang sebesar 650 juta rupiah. Jumlah alokasi tersebut meningkat dari tahun 2015 yang hanya sebesar 450 juta rupiah pada tahun 2015. Alokasi APBD tersebut digunakan untuk membayar listrik, internet, memberikan insentif pada pengurus BAZNAS, dan lain-lain. Berda- sarkan rencana anggaran yang telah dibuat, biaya operasional yang dibutuhkan oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pelaksanaan pengelolaan zakat yaitu sekitar Rp 850 juta. Rasio alokasi APBD untuk zakat terhadap dana ope- rasional yang dibutuhkan oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang dalam pengelolaan zakat adalah sebesar 76 persen. Dari sisi lembaga zakat, BAZNAS Ka- bupaten tidak memiliki database jumlah lembaga zakat resmi, muzaki, dan mus- tahik. BAZNAS hanya memiliki Unit Pengumpul Zakat (UPZ) 29 kecamatan sebagai upaya untuk membantu dalam menghimpun dan menyalurkan dana zakat. Muzaki individu yang terdaftar di BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya 100 orang dari 827 015 rumah tangga. Jumlah muzaki yang hanya sedikit ter- daftar pada BAZNAS Kabupaten Tange- rang disebabkan kesadaran masyarakat dalam membayar zakat yang masih ren- dah. Sementara itu, muzaki badan usaha yang terdaftar di BAZNAS Kabupaten Tangerang hanya 40 badan usaha dari total 4.883 badan usaha yang terdapat di Kabupaten Tangerang. Berdasarkan kon- disi tersebut, nilai indeks dimensi makro BAZNAS Kabupaten Tangerang menda- patkan nilai 0.70 yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang secara makro termasuk kriteria yang baik (Good). Dimensi mikro terdiri atas dua indi- kator yaitu indikator kelembagaan dan dampak zakat. Indikator kelembagaan terdiri atas variabel penghimpunan, pen- gelolaan, penyaluran, dan pelaporan. Sementara, indikator dampak zakat terdiri atas variabel kesejahteraan mate- rial dan spiritual (Indeks Kesejahteraan CIBEST), pendidikan dan kesehatan (Modifikasi IPM), dan kemandirian. Dari sisi kelembagaan, pertumbuhan penghimpunan dana zakat oleh BAZNAS Kabupaten Tangerang meningkat 14.12 persen dari tahun 2015-2016. Dana zakat yang terhimpun tahun 2015 sebesar Rp 2,69 miliar dan meningkat sebesar Rp 442,29 juta sehingga pada tahun 2016 dana zakat yang terhimpun sebesar Rp 3,14 miliar. BAZNAS Kabupaten Tange- rang memiliki Standar Operasioanl Pro- sedur (SOP), rencana strategis, dan prog- ram kerja tahunan dalam melaksanakan pengelolaan zakat. Allocation to Collec- tion Ratio (ACR) BAZNAS Kabupaten Tangerang sebesar 100 persen yaitu dari total dana yang dihimpun tahun 2015 sebesar Rp 2,69 miliar mampu dialokasi- kan seluruhnya pada tahun 2016. Na- mun, laporan keuangan tersebut hanya teraudit secara internal. Indikator dampak zakat didapatkan berdasarkan hasil wawancara secara langsung menggunakan kuesioner kepa- da 100 responden mustahik yang menda- pat dana zakat dari BAZNAS Kabupaten Tangerang pada tahun 2016. Perhitungan indeks kesejahteraan CIBEST dilihat ber- dasarkan kemampuan material dan spir- itual mustahik. Rumah tangga yang se- jahtera sebelum mendapatkan dana zakat sebanyak 50 persen yang memiliki rata- rata pendapatan sebesar Rp 2,68 juta dan rata-rata skor spiritual 3,92. Namun setelah mendapatkan dana zakat menjadi 69 persen dengan rata-rata pendapatan yaitu Rp 2,97 juta dan rata-rata skor spir- itual 3,93, sehingga didapatkan indeks kesejahteraan CIBEST adalah 0.69. Hasil perhitungan indeks pendidikan dan kesehatan pada rumah tangga mus- tahik dengan menggunakan modifikasi IPM mendapatkan hasil 0.34 atau de- ngan presentase 34 persen yang artinya IPM masih rendah. Sementara itu, rata- rata keluarga mustahik di Kabupaten Tangerang memiliki pekerjaan yang tidak tetap (serabutan). Nilai indeks dimensi mikro adalah 0.53 yang artinya kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang dilihat dari sisi mikro termasuk kriteria yang cukup baik. BAZNAS Kabupaten Tange- rang diharapkan dapat meningkatkan kinerja dalam melaksanakan pengelolaan zakat berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan. Wallaahu a’lam. Rahma Suryaningtyas Alumnus S1 Ekonomi Syariah FEM IPB Dr Irfan Syauqi Beik Kepala Pusat Kajian Strategis BAZNAS dan CIBEST IPB Analisis Kinerja BAZNAS Kabupaten Tangerang No Dimensi Nilai Kategori 1 Makro 0.70 Baik 2 Mikro 0.53 Cukup baik 0.60 Cukup baik Nilai Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kabupaten Tangerang IZN = 0.40 (Indeks Dimensi Makro) + 0.60 (Indeks Dimensi Mikro) Tabel 1 Nilai Indeks Zakat Nasional BAZIS Kabupaten Tangerang Tabel 2 Detail Nilai Indeks Dimensi, Indikator, dan Variabel Penyusun IZN Dimensi Nilai Indeks Indikator Nilai Indeks Variabel Nilai Indeks Makro 0.70 Regulasi 1.00 Regulasi 1 Dukungan APBD 1.00 Dukungan APBD 1 Database Lembaga Zakat 0 Jumlah lembaga zakat resmi 0 Rasio muzaki individu 0 Rasio muzaki badan 0 Mikro 0.53 Kelembagaan 0.65 Penghimpunan 0.75 Pengelolaan 0.75 Penyaluran 0.75 Pelaporan 0.25 Dampak Zakat (X22) 0.45 Kesejahteraan material dan spiritual (Indeks Kesejahteraan CIBEST) 0.75 Pendidikan dan kesehatan (Modifikasi IPM) 0.25 Kemandirian 0.25 PRAYOGI/REPUBLIKA

Upload: phambao

Post on 13-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr ... · pemerintah, dengan program-program yang dijalankan oleh para stakeholderlain, terutama ... Kabupaten Tangerang juga

18 KAMIS, 27 JULI 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Terselenggara atas kerjasama Harian Republika dan Program Studi Ilmu EkonomiSyariah, Departemen IlmuEkonomi, Fakultas Ekonomidan Manajemen IPB

Tim Redaksi Iqtishodia:Dr Yusman SyaukatDr M FirdausDr Dedi Budiman HakimDr Irfan Syauqi BeikDr Iman SugemaDeni Lubis MAgSalahuddin El Ayyubi MA

Dalam Berita Resmi Statistik BPS No66/07/Th. XX tertanggal 17 Juli 2017tentang profil kemiskinan di Indonesia,jumlah penduduk miskin per Maret

2017 bertambah sebanyak 6.900 jiwa, sehinggaangka kemiskinan naik dari 27,76 juta jiwa perSeptember 2016 menjadi 27,77 juta jiwa.Meskipun secara prosentase menurun, dari 10,70persen menjadi 10,64 persen, namun kenaikandari sisi jumlah absolut harus dijadikan sebagaiwarning terhadap efektivitas program pengen-tasan kemiskinan yang dijalankan pemerintah.

Angka kemiskinan ini diukur dari standar GK(Garis Kemiskinan) yang mencapai angka Rp374.478,-/kapita/bulan. Dengan kata lain, seseo-rang disebut miskin ketika pendapatannya beradadi bawah 0,9 dolar per hari. Dari sisi wilayah,jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalamipeningkatan, dari 10,49 juta jiwa pada September2016 menjadi 10,67 juta jiwa pada Maret 2017,sementara pada periode yang sama, jumlah pen-duduk miskin di pedesaan turun dari 17,28 jutajiwa menjadi 17,10 juta jiwa. Ini menunjukkan trenpeningkatan urban poverty di tanah air, yangperlu diantisipasi ke depannya.

Untuk mengatasi problematika kemiskinanini, diperlukan adanya integrasi yang lebih men-dalam antara program-program yang dijalankanpemerintah, dengan program-program yangdijalankan oleh para stakeholder lain, terutamainstitusi zakat resmi yang dikoordinasikan olehBAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional), dan insti-tusi wakaf serta dana sosial keagamaan lainnya.

Integrasi ini diharapkan dapat mengopti-malkan semua potensi domestik yang dimilikibangsa ini dalam upaya mengurangi kemiskinandan kesenjangan yang ada di negeri ini. Apalagihari ini, 27 Juli 2017, Presiden akan memimpin

prosesi grand launching Komite NasionalKeuangan Syariah (KNKS) sekaligus melak-sanakan rapat Dewan Pengarah KNKS yangbeliau pimpin langsung. Keberadaan KNKS inidiharapkan menjadi momentum yang tepat untukmemperkuat integrasi dan optimalisasi potensikeuangan komersial syariah dan keuangan sosialsyariah (ZISWAF) dalam kebijakan perekonomiannasional.

Untuk itu, agar upaya pengentasan kemiski-nan ini berjalan lebih baik dan lebih efektif, makaupaya integrasi antara instrumen zakat, infak,sedekah dan wakaf (ZISWAF) sebagai instrumenkeuangan sosial syariah, dengan program pen-gentasan kemiskinan pemerintah dapatdilakukan melalui penguatan koordinasi dan ker-jasama dalam dua hal, yaitu penyaluran danpenghimpunan zakat.

Pada sisi penyaluran, kerjasama antara insti-tusi zakat dengan lembaga pemerintah yangbertanggung jawab dalam menangani kemiski-nan menjadi sangat krusial. Hal ini bertujuan agardana APBN dan dana zakat yang ada, dapat digu-nakan secara simultan, efektif dan efisien,sehingga dampaknya terhadap penurunanjumlah kemiskinan bisa semakin besar.

Sebagai contoh, penguatan kerjasama antaraBAZNAS dengan Kementerian Sosial, terutamadengan Direktorat Jenderal Pengelolaan FakirMiskin (PFM) adalah hal yang sangat krusial.Kerja sama ini dilakukan karena obyek yangdisasar adalah sama, yaitu fakir miskin. Dari per-spektif zakat, fakir miskin ini adalah dua ashnafyang pertama disebut dalam QS 9 : 60, sehinggamenjadi obyek utama BAZNAS dan LAZ. Se -mentara di sisi lain, Ditjen PFM juga memilikibasis data 92 juta jiwa yang menjadi sasaranpenge lolaan program Kemensos secara lengkap.

Dengan koordinasi yang tepat, maka paling tidak,dampak zakat akan dirasakan semakin besar dansemakin tepat sasaran.

Sementara pada sisi penghimpunan, pemer-intah harus pro aktif dalam mendorong optimal-isasi penghimpunan zakat yang potensinya men-capai angka Rp 217 triliun. BAZNAS dan LAZjangan dibiarkan sendirian dalam berjuangmenghimpun dana ZIS dari masyarakat.Keberadaan Inpres baru yang diharapkan dapatmemperbaiki Inpres No 3/2014 terkait penghim-punan zakat mudah-mudahan bisa segera direal-isasikan. Ini adalah salah satu cara kongkritnegara membantu penghimpunan zakat. Denganpotensi Rp 217 triliun, maka tentu hal ini akansangat bermanfaat bagi negara, karena danatersebut, jika terealisasi, dapat menjadi sumberalternatif yang dapat membantu meringankanbeban defisit APBN. Paling tidak, kalau punsubsidi dikurangi, sebagai cara mengurangidefisit, maka dana zakat bisa digunakan sebagaisubstitusi bagi pengurangan subsidi untukkelompok miskin.

Cara lainnya adalah dengan mengoptimalkanlembaga negara lainnya, seperti BPS, dalammemetakan potensi zakat. BPS memiliki programSurvey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yangdapat dimanfaatkan juga oleh BAZNAS dalammenghimpun data potensi zakat secara detil danakurat. Tentu ini bisa terjadi ketika kedua institusiini saling bekerjasama memperkuat satu denganlainnya. Ini adalah sekedar contoh betapa koordi-nasi yang baik, pasti akan selalu menghasilkandampak yang baik bagi kemaslahatan dan kema-juan bangsa. Karena itu, pemerintah jangan raguuntuk menjadikan zakat sebagai salah satuinstrumen utama pengentasan kemiskinan.Wallaahu a’lam. ■

Dr Irfan Syauqi BeikKepala Pusat Studi Bisnis

dan Ekonomi Syariah(CIBEST) IPB

Kerja SamaPengentasanKemiskinan

TSAQOFI

Kabupaten Tangerang de -ngan sebutan kota seribuindustri memiliki potensikekayaan daerah yangcukup besar. KabupatenTangerang juga meru-

pakan jumlah penduduk tertinggi diantara kabupaten/kota di ProvinsiBanten. Namun, hal tersebut tidak diikutidengan pertumbuhan kesejahteraan pen-duduknya. Jumlah penduduk miskinKabupaten Tangerang mengalami pen-ingkatan setiap tahunnya. Angka kemis -kinan di Kabupaten Tangerang cukuptinggi dibandingkan kabupaten/kota lainyang ada di Provinsi Banten.

Zakat sebagai ibadah harta yang wajibditunaikan oleh setiap muslim menjadisolusi dalam mengatasi masalah kemiski-nan. Perintah zakat secara tegas terdapatdalam Al-Quran dan Hadist RasulullahSAW. Kabupaten Tangerang dengan jum -lah penduduk tertinggi di Provinsi Ban -ten memiliki target penghimpunan danazakat mencapai Rp 20 miliar setiap ta -hun nya. Namun, dana zakat yang mam -pu dihimpun hanya sekitar Rp 2 miliarper tahunnya. Padahal, dana zakat yangdihimpun mencapai target dapat diopti-malkan dalam mengurangi angka kemis -kinan di Kabupaten Tangerang.

BAZNAS Kabupaten Tangerang seba -gai lembaga resmi pengelola zakat dapatmelakukan evaluasi secara berkala untukmengetahui langkah-langkah yang akandilakukan dalam usaha memperbaikikondisi pengelolaan zakat oleh BAZNASKabupaten Tangerang. Evaluasi kinerjapengelolaan zakat berdasarkan pada per-hitungan Indeks Zakat Nasional (IZN).Indeks Zakat Nasional (IZN) yang disu -sun oleh tim peneliti Pusat Kajian Stra -tegis (Puskas) BAZNAS merupakan se -buah indeks komposit untuk mengukurperkembangan kondisi perzakatan na -sional. Nilai IZN dapat merepresentasikon disi dan perkembangan zakat di ting -kat kabupaten/kota, provinsi, dan na -sional. Hasil analisis dari nilai IZN dapatdigunakan untuk memperbaiki kinerjaBAZNAS dari sisi makro dan mikro.

Hasil penelitianBerdasarkan hasil perhitungan In -

deks Zakat Nasional (IZN) didapatkanni lai IZN sebesar 0.60 yang artinya kiner -ja BAZNAS Kabupaten Tangerang dikate -gorikan sudah cukup baik. KomponenIZN dibentuk oleh dua dimensi yaitu di -mensi makro dan dimensi mikro. Dimen -si makro terdiri atas tiga indikator yaituin dikator regulasi, dukungan APBD, da -ta base lembaga zakat. Indikator databaselembaga zakat dijelaskan lebih rincidengan jumlah lembaga zakat resmi, mu -zaki, dan mustahik, rasio muzaki indi-vidu, serta rasio muzaki badan usaha.

Dari sisi regulasi, pelaksanaan zakatdi Kabupaten Tangerang berdasarkan pa -da Perda Nomor 24 Tahun 2004 ten tangPengelolaan Zakat, Infaq, dan Shadaqahdi Kabupaten Tangerang. Pada tahun2016, alokasi APBD terhadap kebutuhanbiaya operasional BAZNAS KabupatenTangerang sebesar 650 juta rupiah.Jumlah alokasi tersebut mening kat daritahun 2015 yang hanya sebesar 450 jutarupiah pada tahun 2015. Alokasi APBD

tersebut digunakan untuk membayarlistrik, internet, memberikan insentif padapengurus BAZNAS, dan lain-lain. Berda -sar kan rencana anggaran yang telahdibuat, biaya operasional yang dibutuhkanoleh BAZNAS Kabupaten Tange rangdalam pelaksanaan pengelolaan za katyaitu sekitar Rp 850 juta. Rasio alo kasiAPBD untuk zakat terhadap dana ope -rasional yang dibutuhkan oleh BAZNASKabupaten Tangerang dalam pe nge lolaanzakat adalah sebesar 76 persen.

Dari sisi lembaga zakat, BAZNAS Ka -bupaten tidak memiliki database jum lahlembaga zakat resmi, muzaki, dan mus-tahik. BAZNAS hanya memiliki UnitPengumpul Zakat (UPZ) 29 kecamatansebagai upaya untuk membantu dalammenghimpun dan menyalurkan danazakat. Muzaki individu yang terdaftar diBAZNAS Kabupaten Tangerang hanya100 orang dari 827 015 rumah tangga.Jumlah muzaki yang hanya sedikit ter -daftar pada BAZNAS Kabupaten Tange -rang disebabkan kesadaran masyarakatdalam membayar zakat yang masih ren -dah. Sementara itu, muzaki badan usahayang terdaftar di BAZNAS KabupatenTangerang hanya 40 badan usaha daritotal 4.883 badan usaha yang terdapat diKabupaten Tangerang. Berdasarkan kon -disi tersebut, nilai indeks dimensi makroBAZNAS Kabupaten Tangerang menda-patkan nilai 0.70 yang artinya kinerjaBAZNAS Kabupaten Tangerang secaramakro termasuk kriteria yang baik(Good).

Dimensi mikro terdiri atas dua indi -ka tor yaitu indikator kelembagaan dandampak zakat. Indikator kelembagaanterdiri atas variabel penghimpunan, pen-gelolaan, penyaluran, dan pelaporan.Sementara, indikator dampak zakatterdiri atas variabel kesejahteraan mate-rial dan spiritual (Indeks KesejahteraanCIBEST), pendidikan dan kesehatan(Modifikasi IPM), dan kemandirian.

Dari sisi kelembagaan, pertumbuhanpenghimpunan dana zakat oleh BAZNASKabupaten Tangerang meningkat 14.12persen dari tahun 2015-2016. Dana zakat

yang terhimpun tahun 2015 sebesar Rp2,69 miliar dan meningkat sebesar Rp442,29 juta sehingga pada tahun 2016dana zakat yang terhimpun sebesar Rp3,14 miliar. BAZNAS Kabupaten Tange -rang memiliki Standar Operasioanl Pro -sedur (SOP), rencana strategis, dan prog -ram ker ja tahunan dalam melaksanakanpengelolaan zakat. Allocation to Collec -tion Ratio (ACR) BAZNAS KabupatenTange rang sebesar 100 persen yaitu daritotal dana yang dihimpun tahun 2015sebesar Rp 2,69 miliar mampu dialokasi -kan seluruhnya pada tahun 2016. Na -mun, laporan ke uang an tersebut hanyateraudit secara internal.

Indikator dampak zakat didapatkanberdasarkan hasil wawancara secaralangsung menggunakan kuesioner kepa -da 100 responden mustahik yang menda -pat dana zakat dari BAZNAS Kabu patenTangerang pada tahun 2016. Perhitunganindeks kesejahteraan CIBEST dilihat ber -dasarkan kemampuan material dan spir-itual mustahik. Rumah tangga yang se -jah tera sebelum mendapatkan dana zakatsebanyak 50 persen yang memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp 2,68 jutadan rata-rata skor spiritual 3,92. Namunsetelah mendapatkan dana zakat menjadi69 persen dengan rata-rata pendapatanyaitu Rp 2,97 juta dan rata-rata skor spir-itual 3,93, sehingga didapatkan indekskesejahteraan CIBEST adalah 0.69.

Hasil perhitungan indeks pendidikandan kesehatan pada rumah tangga mus-tahik dengan menggunakan modifikasiIPM mendapatkan hasil 0.34 atau de -ngan presentase 34 persen yang artinyaIPM masih rendah. Sementara itu, rata-rata keluarga mustahik di KabupatenTangerang memiliki pekerjaan yang tidaktetap (serabutan). Nilai indeks dimensimikro adalah 0.53 yang artinya kinerjaBAZNAS Kabupaten Tangerang dilihatdari sisi mikro termasuk kriteria yangcukup baik. BAZNAS Kabupaten Tange -rang diharapkan dapat meningkatkankinerja dalam melaksanakan pengelolaanzakat berdasarkan hasil evaluasi yangtelah dilakukan. Wallaahu a’lam. ■

RahmaSuryaningtyas

Alumnus S1 EkonomiSyariah FEM IPB

Dr Irfan SyauqiBeik

Kepala Pusat KajianStrategis BAZNAS dan

CIBEST IPB

Analisis Kinerja BAZNASKabupaten Tangerang

No Dimensi Nilai Kategori

1 Makro 0.70 Baik

2 Mikro 0.53 Cukup baik

0.60 Cukup baikNilai Indeks Zakat Nasional BAZNAS Kabupaten TangerangIZN = 0.40 (Indeks Dimensi Makro) + 0.60 (Indeks Dimensi

Mikro)

Tabel 1 Nilai Indeks Zakat Nasional BAZIS Kabupaten Tangerang

Tabel 2 Detail Nilai Indeks Dimensi, Indikator, dan Variabel Penyusun IZN

Dimensi Nilai Indeks Indikator Nilai Indeks Variabel Nilai Indeks Makro 0.70 Regulasi 1.00 Regulasi 1

Dukungan APBD 1.00 Dukungan APBD 1Database Lembaga Zakat 0 Jumlah lembaga zakat resmi 0

Rasio muzaki individu 0Rasio muzaki badan 0

Mikro 0.53 Kelembagaan 0.65 Penghimpunan 0.75Pengelolaan 0.75Penyaluran 0.75Pelaporan 0.25

Dampak Zakat (X22) 0.45 Kesejahteraan material dan

spiritual (Indeks Kesejahteraan CIBEST) 0.75

Pendidikan dan kesehatan (Modifikasi IPM) 0.25

Kemandirian 0.25

PRAYOGI/REPUBLIKA

Page 2: Dr M Firdaus Dr Dedi Budiman Hakim Dr Irfan Syauqi Beik Dr ... · pemerintah, dengan program-program yang dijalankan oleh para stakeholderlain, terutama ... Kabupaten Tangerang juga

Di antara tujuan pendiri-an perbankan syariahadalah bukan hanyauntuk keuntungan per -usahaan tetapi juga ber -orientasi untuk men -

ciptakan kesejahteraan di masyar akatdan akhirnya dapat meningkatkan per-tumbuhan ekonomi negara. Peneli tianini mencoba mengukur dampak industriperbankan syariah terhadap pertum-buhan ekonomi nasional.

Hasil penelitianDiantara faktor yang memengaruhi

pertumbuhan ekonomi adalah total pem-biayaan perbankan syariah, dimana iamemiliki hubungan positif terhadap GDPriil dalam jangka panjang, dan signifikansecara statistik. Artinya, pada saat terjadipeningkatan penyaluran pembiayaansyariah, maka akan terjadi peningkatanterhadap GDP riil. Ketika total pembi-ayaan yang disalurkan naik, maka akanmeningkatkan modal yang akan meng-gerakkan sektor riil.

Selanjutnya, variabel DPK (DanaPihak Ketiga) memiliki hubungan negatifterhadap GDP riil dalam jangka panjangdan signifikan secara statistik. Ini me -nun jukkan adanya fenomena displacecommercial risk. Artinya, ketika nilaisuku bunga DPK pada perbankan kon-vensional meningkat, maka nasabah akanmemilih untuk memindahkan tabungan-nya pada perbankan konvensional, di -ban ding tetap memilih untuk menyim-pan tabungan pada perbankan syariah.

Kemudian variabel perdagangan in -ternasional memiliki hubungan positif ter-hadap GDP riil. Pada saat terjadi pen-ingkatan perdagangan internasional, akanterjadi peningkatan terhadap GDP riil.Alasannya, ekspor merupakan penggerakperekonomian. Meningkatnya volumeekspor akan berdampak terhadap pen-ingkatan penerimaan devisa yang akanmendorong perekonomian untuk tumbuh.Sementara pada sisi impor, meningkatnyaimpor secara tidak langsung mengaki-batkan peningkatan konsumsi, yang padaakhirnya akan menyebabkan peningkatanpada pertumbuhan ekonomi.

Respon terhadap guncangan variabelHasil penelitian berdasarkan analisis

IRF (Impulse Response Function) me -nun jukkan bahwa guncangan pada vari-abel total pembiayaan sebesar satustandar deviasi pada bulan pertamabelum memberikan dampak terhadapGDP riil. Pada bulan kedua guncanganpada variabel total pembiayaan diresponsecara positif oleh GDP riil sebesar 0.11persen. Respon GDP riil terhadap gun-cangan yang diberikan total pembiayaanmengalami fluktuasi pada awal periodedan mulai mencapai keseimbangan padabulan ke-45 dengan merespon secarapositif sebesar 0.13 persen.

Guncangan DPK sebesar satu standardeviasi pada bulan pertama belum mem-berikan dampak terhadap GDP riil. Padabulan kedua dan ketiga guncangan padavariabel DPK direspon secara negatif olehGDP riil sebesar 0.016 persen. Kemudianpada bulan keempat hingga keenam dire-spon secara positif oleh GDP riil dankembali di respon secara negatif padabulan ketujuh hingga kesebelas. ResponGDP riil terhadap guncangan yangdiberikan DPK mengalami fluktuasi padaperiode awal dan mulai mencapai kese-imbangan pada bulan ke-37 denganmerespon cepat secara negatif sebesar0.004 persen.

Guncangan PMTB (PembentukanModal Tetap Bruto) sebesar satu standardeviasi pada bulan pertama belum mem-

berikan dampak terhadap GDP riil. Padabulan kedua hingga kelima guncanganpada variabel PMTB direspon secaranegatif oleh GDP riil sebesar 0.013 per -sen. Kemudian pada bulan kelima dire-spon cepat secara positif oleh GDP riil.Respon GDP riil terhadap guncangan yangdiberikan PMTB mulai mencapai keseim-bangan pada bulan ke-44 dengan mere-spon secara positif sebesar 0.05 persen.

Guncangan perdagangan interna-sional sebesar satu standar deviasi padabulan pertama belum memberikan dam -pak terhadap GDP riil. Pada bulan keduaguncangan pada variabel perdaganganinternasional direspon secara negatif olehGDP riil sebesar 0.011 persen. Kemudianpada bulan ketiga direspon cepat secarapositif oleh GDP riil. Respon GDP riil ter-hadap guncangan yang diberikan perda-gangan internasional mulai mencapaikeseimbangan pada bulan ke-41 denganmerespon secara positif sebesar 0.038persen.

Analisis berdasarkan FEVD FEVD (Forecast Error Variance De -

com position) memiliki keunggulan dalammenjelaskan sejauh mana peranan suatuvariabel ekonomi dalam menjelaskan vari-abel ekonomi lainnya ketika terjadi

perubahan atau guncangan dalam sistemVAR. Hal ini bertujuan untuk menjelaskankontribusi dari masing-masing variabelterhadap guncangan terhadap variabelendogen utama yang diamati. Padapenelitian ini, FEVD juga bertujuan untukmenjelaskan seberapa besar persentasekontribusi masing-masing guncanganvariabel total pembiayaan, DPK, danperdagangan internasional dalam me -mengaruhi pertumbuhan GDP.

Pada bulan pertama, GDP hanya di -pengaruhi oleh dirinya sendiri. GDP yangdipengaruhi oleh guncangan lain barudirespon pada bulan kedua. Pada akhirperiode pengamatan, kontribusi tiga be -sar variabel amatan yang menjelaskankeragaman GDP adalah pembiayaan per-bankan syariah, perdagangan interna-sional, dan PMTB (Pembentukan ModalTetap Bruto).

Kontribusi terbesar pertama dalammenjelaskan keragaman GDP yaitu totalpembiayaan perbankan syariah. Hal ituberarti terdapat indikasi bahwa pembi-ayaan dalam jangka panjang akan terusmemengaruhi GDP dengan kontribusisemakin meningkat. Penyaluran pembi-ayaan yang tinggi akan meningkatkanakumulasi modal, bila akumulasi modalyang terbentuk lebih dari depresiasi

modal maka akan terjadi pertumbuhanoutput. Kontribusi pembiayaan per-bankan syariah terus mengalami pen-ingkatan dalam menjelaskan keragamanGDP. Pengaruh pembiayaan pada akhirperiode pengamatan dalam menjelaskankeragaman GDP mencapai 52.7 persen.

Kontribusi terbesar kedua dalammenjelaskan keragaman GDP yaituperdagangan internasional. Hal iniberarti ketika terjadi peningkatan per-mintaan ekpor dan impor atas suatuproduk, maka secara langsung akanmeningkatkan performa pembiayaanperbankan syariah. Peningkatan ini jugameningkatkan aktivitas perekonomiandan pertumbuhan ekonomi. Kontribusiperdagangan internasional dengan dom-inasi pengaruh sebesar 5.03 persen padaakhir periode pengamatan.

Kontribusi terbesar ketiga dalam men-jelaskan keragaman GDP yaitu PMTB(Pembentukan Modal Tetap Bruto).PMTB yang merupakan investasi dalamben tuk peralatan modal dapat mening -kat kan pertumbuhan ekonomi. Namuntidak merupakan satu-satunya faktorpenentu karena terdapat komponen inves-tasi lainnya. Hal ini terbukti dengan kon-tribusi PMTB terhadap GDP berada padaurutan ketiga namun memiliki hubunganyang tidak signifikan. Kontribusi PMTBterus mengalami peningkatan dalam men-jelaskan keragaman GDP. Pengaruh dom-inasi PMTB dalam menjelaskan keraga-man GDP mencapai 0.14 persen padaperiode akhir pengamatan.

Rekomendasi kebijakanPeran perbankan syariah semakin

signifikan dalam memengaruhi pertum -buh an ekonomi di Indonesia. Peranterse but dapat dilihat dari kemampuanperbankan syariah dalam memobilisasita bungan melalui pembiayaan. Maka dariitu untuk meningkatkan pertumbuhanekonomi, bank syariah harus lebih aktifdalam me ningkatkan proporsi pembia -yaan pada sektor-sektor yang dapatmeng gerakkan perekonomian riil. Kemu -dian pada DPK yang berpengaruh negatifterhadap pertumbuhan ekonomi, banksyariah harus bekerja sama dengan otori-tas moneter untuk meningkatkan kinerjaperbankan syariah sehingga dapat ber-saing dengan perbankan konvensional.Wallaahu a’lam. ■

I ndonesia merupakan negara yangmemiliki potensi kekayaan alamyang cukup melimpah, baik sum-berdaya alam di wilayah daratan

yang berupa hasil tambang, pertanian,perkebunan, peternakan, hutan maupunsumberdaya lautnya. Ditambah lagi per-tumbuhan ekonomi Indonesia menun-jukkan sentimen yang cukup baik diten-gah gejolak perekonomian global yangterjadi. Terbukti pada akhir tahun 2016ekonomi Indonesia mengalami pertum-buhan sebesar 5,02 persen. Meskipundemikian hal ini tidak berpengaruh nyatabagi angka kemiskinan yang terbilangma sih cukup tinggi yaitu sebesar 27,7juta jiwa penduduk Indonesia masihhidup dibawah garis kemiskinan. Selainitu 61 persen dari total jumlah pendudukmiskin tersebut mendiami wilayah pede -saan yang mayoritas adalah petani ataubahkan buruh tani. Cukup ironis me -mang mengingat potensi sumberdayaalam yang dimiliki Indonesia sangatmelimpah akan tetapi masih banyakmasyarakatnya yang hidup di bawahgaris kemiskinan.

Selain kemiskinan, permasalahanpokok yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang yaitu adanya ketim-pangan pendapatan karena tifdak ba -lance-nya distribusi pendapatan antaramasyarakat yang berpenghasilan tinggidengan masyarakat yang berpenghasi-

lan rendah. Pertumbuhan ekonomi tidakakan banyak bermanfaat ter hadap pen-ingkatan kesejahteraan masya rakatapa bila distribusi hasil pembangunantidak merata. Hal ini tentu saja akan me -nimbulkan berbagai masalah baru dimasyarakat seperti munculnya kecem-buruan sosial, meningkatnya tindak kri -minal dan lain sebagainya sebagaimanayang telah terjadi pada negara timur te -ngah saat ini. Di Indonesia tingkat ketim-pangan pendapatan terbilang masih cu -kup besar, dimana gini ratio masih berk-isar pada angka 0,39 pada akhir tahun2016. Hal ini mengindikasikan bahwater da pat kesenjangan pendapatan yangcukup lebar antara kalangan masyara -kat berpenghasilan tinggi dengan mere -ka yang memiliki penghasilan rendah.

Bagaimana kira-kira arus baruekonomi yang semestinya bisaditawarkan? Sebagai seorang muslimtentu kita telah memahami bahwasan-nya harta tidak boleh berputar dikalan-gan tertentu saja (QS 59 : 7). Jika kitaresapi makna ayat tersebut menga-jarkan bahwa dalam Islam kita dian-jurkan untuk berbuat adil dalam segalahal, termasuk dalam ekonomi. Islammengajarkan kita untuk zakat, infak dansedekah karena dalam harta yang kitamiliki sesungguhnya terdapat “bagian”yang menjadi hak orang lain yaitukelompok fakir miskin yang harus kita

keluarkan. Hal yang tidak kalah pent-ingnya lagi adalah aktifitas ekonomi riilyang harus digenjot oleh berbagaielemen yang ada di masyarakat. Sektorkeuangan tidak mungkin bisa bergerakmanakala tidak ada aktifitas ekonominyata masyarakat karena demand yangrendah. Selain itu munculnya sistemekonomi syariah yang menginisiasikonsep profit and loss sharing (PLS) jugamerupakan solusi atas ketidakadilansistem bunga yang telah berkembangselama ini. Adanya sistem ekonomisyariah yang menitikberatkan padasistem ekonomi yang berkeadilan inidianggap sesuai untuk menciptakanarus baru perekonomian di Indonesia.

Arus baru ekonomi Indonesia meru-pakan sebuah langkah yang harusdilakukan oleh pemerintah mengingatberbagai urgensi yang telah dijelaskansebelumnya. Langkah tersebut menitikberatkan pada pembangunan dan pem-berdayaan ekonomi umat terutama pe -la ku UMKM, sehingga diharapkan parapelaku ini memiliki budaya entrepre-neurship yang nantinya akan mening -katkan pendapatan dan pada akhirnyaakan meningkatkan kesejahteraan umattermasuk mendorongnya sektor Ke -uang an Syariah yang sampai saat iniber tengger di angka 5 persen. Denganadanya sinergi dari berbagai pihak ter-masuk pemerintah, otoritas, pondok

pesantren, ormas Islam, koperasi danUMKM diharapkan program tersebutakan dapat berjalan dengan baik.Sehing ga dapat menciptakan pertum-buhan ekonomi yang bermanfaat bagirakyat miskin.

Keseriusan pemerintah dengantelah diinisiasinya pembentukan KomiteNasional Keuangan Syariah (KNKS)diharapkan sebagai motor penggerakarus baru sistem ekonomi yangberkeadilan. Arus baru ini tidak akanmungkin terjadi ketika beberapa halpenting dalam pengembangan ekonomidan keuangan syariah tidak diper-hatikan; antara lain; (i) segera disusun-nya strategi pencanangan nasionalberikut roadmap pengembanganEkonomi dan Keuangan Syariah, (ii) per-lunya poticall will dari berbagai pihakkhususnya pemerintah secara serius,(iii) pembentukan badan khusus yangmengkoordinasikan berbagai kementer-ian atau otoritas dalam meng-akselerasiarus baru ekonomi yang berkeadilan, (iv)strategi dan penyusunan berbagaiprogram yang mengarah kepada per-cepatan terimplementasikannyaekonomi dan keuangan syariah, (v)keyakinan dan tekad yang kuat bahwaIndonesia mampu menjadi poros barudalam pengembangan ekonomi dankeuangan syariah internasional. Wallahua’lam. ■

TAMKINIA

Dr Jaenal EffendiKetua Program StudiEkonomi Syariah FEM

IPB

“Arus Baru Ekonomi yang Berkeadilan”

19 KAMIS, 27 JULI 2017JURNAL EKONOMI ISLAM REPUBLIKA

Salahuddin ElAyyubi

Sekretaris Prodi IlmuEkonomi Syariah FEM

IPB

Dr. LukytawatiAnggraeni

Ketua Program Mag-ister Ilmu Ekonomi

FEM IPB

Almira DyahMahiswari

Mahasiswa S1Ekonomi Syariah FEM

IPB

R REKOTOMOANTARA

Pengaruh Perbankan SyariahTerhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia