Download - Sarana Berpikir Ilmiah
Sarana Berpikir Ilmiah
Perbedaan utama manusia dan binatang terletak pada kemampuan manusia unuk
mengambil jalan melingkar dalam mencapai tujuannya. Manusia disebut homo faber
(mahkluk yang membuat alat dan kemampuan membuat alat itu dimungkinkan oleh
pengetahuan). Sarana merupakan alat yang membantu mencapai suatu tujuan. Sarana ilmiah
mempunyai fungsi-fungsi dalam kegiatan ilmiah yang menyeluruh. Sarana ilmiah merupakan
kumpulan pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Sarana berpikir ilmiah
merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuan
berdasarkan metode ilmiah. Sarana berpikir ilmiah: bahasa, logika, matematika, dan
statistika.
BAHASA
Apakah sebenarnya bahasa? Bahasa dapat kita cirikan sebagai:
serangkaian bunyi èSebagai alat untuk komunikasi
lambang di mana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentuèRangkaian bunyi yang
kita kenal sebagai kata melambangkan suatu objek tertentu.
Menguasai bahasa berarti menguasai pengetahuan. Tanpa mempunyai kemampuan
berbahasa ini, maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dapat
dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa maka manusia tak mungkin mengembangkan
kebudyaannya. Bahasa memungkinkan manusia berfikir secara abstrak dimana obyek –
obyek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol – simbol bahasa yang bersifat
abstrak. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk
memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk
berpikir secara teratur dan sistematis. Adanya lambang – lambang ini memungkinkan
manusia dapat berfikir dan belajar dengan lebih baik. Inilah yang menyebabkan bahasa terus
berkembang yakni karena disebabkan pengalaman dan pemikiran manusia yang juga
berkembang. Jadi, dengan bahasa bukan saja manusia dapat berfikir secara teratur namun
dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Dengan adanya
bahasa maka manusia hidup dalam dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan simbolik
yang dinyatakan dengan bahasa.
Hubungan filsafat dengan bahasa
Menganalisis suatu makna kata untuk kemudian dikaji oleh filsafat.
Filsafat : memerlukan bahasa untuk mengungkapkan konsep-konsep.
Filsafat bahasa ini mempunyai kekhususannya, yaitu ungkapan-ungkapan bahasa yang
mempunyai arti.
MATEMATIKA
Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan
yang ingin kita sampaikan. Dalam hal ini dapat kita katakan bahwa matematika adalah bahasa
yang berusaha untuk menghilangkan sifat majemuk dan emosional dari bahasa verbal.
Lambang-lambang dari matematika dibuat secara artificial dan individual yang merupakan
perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang kita kaji.
Sifat Kuantitatif dari Matematika
Pernyataan matematik mempunyai sifat yang jelas, spesifik dan informatif dengan
tidak menimbulkan konotasi yang bersifat emosional. Matematika mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan bahasa verbal. Matematika mengembangkan bahasa numerik yang
memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran.
Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat kualitatif.
Hal ini menyebabkan penjelasan dan ramalan dalam bahasa verbal tidak bersifat eksak,
menyebabkan daya prediktif dan kontrol ilmu kurang cermat dan tepat. Untuk mengatasi
masalah ini matematika mengembangkan konsep pengukuran.
Sifat kuantitatif dari matematika ini meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari
ilmu. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif ke
kuantitatif,. Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untuk
meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari ilmu tersebut.
Matematika : Sarana Berfikir Deduktif
Matematika berfikir secara deduktif menemukan pengetahuan yang baru berdasarkan
premis-premis yang tertentu. Pengetahuan yang ditemukan ini merupakan konsekuensi dari
pernyataan-pernyataan ilmiah yang telah kita temukan sebelumnya. Meskipun “tak pernah
ada kejutan dalam logika” namun pengetahuan yang didapat secara deduktif ini sangat
berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan. Dari beberapa premis yang
telah diketahui kebenarannya dapat ditemukan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang
memperkaya perbendaharaan ilmiah.
Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu:
• Sistematika
Pada tahap ini ilmu menggolong-golongkan objek empiris ke dalam kategori-kategori
tertentu. Penggolongan ini memungkinkan untuk menemukan ciri-ciri yang bersifat umum
dari anggota-anggota yang menjadi kelompok tertentu. Ciri-ciri yang bersifat umum ini
merupakan pengetahuan bagi manusia dalam mengenali dunia fisik
• Komparatif
Pada tahap ini mulai mela=[;’kukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang
lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain, dan seterusnya. Kemudian mulai mencari
hubungan didasarkan perbandingan antara di berbagai objek yang dikaji.
• Kuantitatif
Pada tahap ini mencari hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan
melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari objek yang sedang diselidiki. Bahasa
verbal berfungsi baik dalam kedua tahap yang pertama namun dalam tahap ini maka
pengetahuan membutuhkan matematika. Lambang-lambang matematika bukan hanya saja
jelas namun juga eksak dengan mengandung informasi tentang objek tertentu dalam dimensi-
dimensi pengukuran.
Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara
konsisten berdasarkan logika deduktif. Tokohnya adalah Bertrand Russell dan Whitehead
serta Pierre devfermat (1601-1665). Tidak semua ahli filsafat setuju dengan pernyataan
bahwa matematika adalah pengetahuan yang bersifat deduktif. Tokohnya adalah Immanuel
Kant (1724-1804).
Peradapan Mesir kuno dan daerah-daerah sekitar seperti Babylonia dan Mesopotamia
Zaman ini matematika telah digunakan dalam perdagangan, pertanian, bangunan dan usaha
mengontrol alam seperti banjir. Aspek estetik dikembangkan dimana matematika
merupakann kegiatan intelektual dalam kegiatan berpikir yang kreatif. Hal yang sama juga
berlangsung di Babylonia dan Mesopotamia yang turut mengembangkan kegunaan praktis
dalam matematika.
Dalam peradapan Yunani inilah yang meletakkan dasar matematika sebagai cara
berpikir rasional dengan menetapkan berbagai langkah dan defenisi tertentu. Euclid pada 300
SM yang mengumpulkan semua pengetahuan ilmu ukur dalam bukunya Element.
Timur (Arab, India, Cina) tahun 1000. Zaman ini didapatkan angka nol dan cara
penggunaan desimal serta mengembangkan kegunaan praktis dari ilmu hitung dan aljabar
yang telah digunakan dalam transaksi pertukaran. Ditemukan diantaranya kalkulus
diferensial.
Sistem matematika sebagai ilmu non euclid yang sudah dikemukakan oleh Gauss
(1977-1855) dikembangkan oleh Lobachevskii (1973-1856), Bolyai (1802-1860) dan
Riemann (1826-1866). Yang menemukan kegunaannya pada waktu Einstein menyusun teori
Relativitas.
Beberapa Aliran dalam Filsafat Matematika
• Logistik
Immanuel Kant (1724-1804), matematika bersifat sintetik apriori dimana eksistensi
matematika bergantung dari pancaindera.
• Intuisionis
Jan brouwer (1881-1943), matematika cara berpikir logis yang salah atau benarnya
dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris.
• Formalis
Gottlob frege (1824-1925), menekankan pada aspek formal dari matematika sebagai
bahasa perlambang dan mengusahakan konsistensi dalam penggunaan matematika
sebagai bahasa lambang.
Perbedaan pandangan ini tidak melemahkan perkembangan matematika malah
sebaliknya dimana satu aliran memberi inspirasi kepada aliran-aliran lainnya dalam titik-titik
pertemuan yang disebut Black yang memperkukuh matematika sebagai sarana berpikir
deduktif.
Matematika dan Peradapan
Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradapan manusia itu
sendiri. Sekitar 3.500 SM bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol-simbol yang
melambangkan angka-angka.
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradapan manusia. Penduduk
kota yang pertama adalah “makhluk yang berbicara” (talking animal), dan penduduk kota
yang kurun teknologi ini adalah “makhluk yang berhitung” (calculating animal) yang hidup
dalam jaringan angka-angka, bagi ilmu itu sendiri matematika meyebabkan perkembangan
yang sangat cepat. Tanpa matematika maka pengetahuan akan berhenti pada tahap kualitatif
yang tidak memungkinkan pada penalarannya lebih jauh.
Matematika sebagai suatu yamg imperatif : sebuah sarana untuk meningkatkan
kemampuan penalaran deduktif. Suatu bidang keilmuan, apapun juga bidang pengkajiannya
bila telah menginjak kedewasaan mau tidak mau akan bersifat kuantitatif.
Angka tidak bertujuan untuk menggantikan kata-kata, pengukuran sekedar unsur
menjelaskan persoalan yang menjadi pokok analisis utama. Teknik matematika yang tinggi
bukan merupaka penghalang untuk mengkomunikasikan pernyataan yang dikandungnya
dalam kalimat-kalimat yang sederhana.
Kebenaran yang merupakan fundasi dasar dari tiap pengetahuan, apakah itu ilmu,
filsafat atau agama semuanya mempunyai karakteristik yang sama: sederhana, jelas:
transparan bagai kristal kaca.
STATISTIKA
A. Konsep Statistika dan Berpikir Ilmiah
Teori Statistika didasari oleh teori peluang yang dikembangkan oleh Pascal dan Pierre
de Fermat (1601-1665)
Konsep lain yang timbul setelah berkembangnya teori statistika :
o Distribusi variabel
o Teori kekeliruan(Abraham Demoivre)
o Distribusi berlanjut(Thomas Simpson)
o Konsep regresi, korelasi, distribusi
50 ahun belakangan, statistika berkembang pesat. Perkembangan Teori statistika :
Penelitian ilmiah ->teknik statistika yang cermat dan teliti
Di Indonesia,penggunaan pendidikan statistika dlm bidang penelitian(kegiatan
akademik ataupun pengambilan keputusan)
Pemberian landasan tentang hakikat dan peranan statistika pada pengajaran
filsafat ilmu di perguruan tinggi terutama program pasca sarjana
B. Statistika dan Cara Berpikir Induktif
• Adanya pengujian ilmu (bersifat faktual),mengharuskan untuk menarik
kesimpulan bersifat umum->berdasr logika induktif
• Pengujian-> proses pengumpulan fakta yang relevan dg hipotesis yang diajukan
• Penyusunan hipotesis menggunkan logika deduktif
Perbedaan Logika Deduktif dan Induktif
Logika deduktif :
berpaling pd.matematika
Kesimpulan ->benar,premis ->benar,prosedur penarikan kesimpulan ->sah
Logika Induktif :
berpaling pd.statistika
Premis-> benar,prosedur penarikan kesimpulan->benar,kesimpulan->belum tentu
benar,peluang untuk benar
Logika induktif, memiliki kerugian :dalam pelaksanaannya butuh tenaga,biaya,dan
waktu banyak, contohnya : sensus
Tetapi dengan Statistika ->pengukuran terhadap sebagian saja, tetapi tidak seteliti
kesimpulan yang ditarik
Manfaat lain statistika :
mengetahui kausalita antara 2 faktor/lebih bersifat kebetulan/memang benar-
benar terkait hubungan bersifat empiris
meningkatkan ketelitian pengamatan
C. Karakteristik Berpikir Induktif
Logika induktif tidak memberi kepastian ,hanya tingkat peluang
Statistika->kesimpulan secara induktif
Menurut bidang pengkajian,statistika dibagi menjadi :
Statistika teoretis-> pengetahuan yang mengkaji dasar teori statistika (teori penarikan
contoh,distribusi,penaksiran,dan peluang)
Statistika terapan ->penggunaan statistika teoretis disesuaikan dengan bidang tempat
penerapannya
Contoh : penerapan teknik penarikan kesimpulan,yaitu : bagaimana cara mengambil
sebagian populasi,cara menghitung rentangan kekeliruan tingkat peluang,menghitung
harga rata-rata