Download - Presus Bedah Epididimo Orkitis
BAB I STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama Jenis Kelamin Umur Alamat No RM Bagian Ruang Tanggal Masuk RS
: Sdr. HA : Laki-laki : 20 tahun : Suruh : 10-11-18320 : Bedah : Cempaka : 25 November 2010
II.
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal 26 November 2010 secara autoanamnesis Keluhan Utama RPS : Buah zakar kanan nyeri dan membengkak. : Pasien datang ke RSUD Salatiga dengan keluhan buah zakar
kanan nyeri dan bengkak sejak 2 hari SMRS. Sejak + 1 bulan yang lalu, pasien menderita kencing nanah. Pasien mengaku sedang dalam pengobatan di puskesmas dekat rumahnya untuk mengatasi kencing nanahnya. Pasien mengeluh demam dan mual sejak buah zakarnya nyeri. Pasien juga mengeluh kemaluannya nyeri jika BAK. Riwayat trauma (-), riwayat hubungan seksual (+). BAB dalam batas normal.
RPD
: Pasien tidak pernah mengalami sakit serius sebelumnya, dan belum pernah
menderita hal seperti ini sebelumnya. RPK : Tidak ada anggota keluarga yang menderita hal serupa.
III.
ANAMNESIS SISTEM:a. Sistem cerebospinal b. Sistem cardiovaskular debar c. Sistem respiratorius d. Sistem GIT e. Sistem Urogenital : pasien tidak batuk dan tidak sesak nafas : mual (+), muntah(-), BAB dalam batas normal : BAK sakit, warna kuning, dan keluar nanah. Buah : pasien dalam keadaan sadar : pasien tidak mengeluh nyeri dada dan tidak berdebar-
zakar kanan nyeri dan membengkak. f. Sistem Integumentum : tidak ada keluhan pada kulit. g. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan anggota gerak, maupun kekuatan otot, tidak ada deformitas.
IV.
PEMERIKSAAN FISIK : Baik : Compos Mentis dan tidak tampak kesakitan : Eye 4, Verbal 5, Motorik 6 : TD = 115/80 mmHg N = 82 x/menit, regular, kuat angkat, isi penuh. R = 18 x/menit T = 37,5 C, axiller
Keadaan Umum Kesadaran GCS Vital Sign
Status Generalis 1. Pemeriksaan Kepala Bentuk Kepala Rambut dicabut. Nyeri Tekan : Tidak ada : Mesochepal, simetris. : Warna hitam, tidak mudah rontok, tidak mudah
2. Pemeriksaan Mata- Palpebra - Konjunctiva - Sklera - Pupil
: Tidak ada edema dan ptosis : Tidak anemis : Tidak Ikterik : Reflek cahaya kedua mata baik, pupil kanan dan kiri isokor 3mm
3. Pemeriksaan Telinga 4. Pemeriksaan Hidung
: Tidak ada otore, deformitas maupun nyeri tekan. : Tidak tampak adanya pernapasan cuping hidung, rinore maupun deformitas.
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
: Bibir tidak sianosis, tidak kering, tepi
tidak hiperemis, lidah tidak kotor, tidak terdapat karies pada gigi, tonsil tidak membesar6. Pemeriksaan Leher -
Trakea Kelenjar Tiroid Kelenjar Lymphonodi
: Tidak ada deviasi trakea : Tidak membesar : Tidak membesar, tidak ada nyeri tekan
-
-
JVP Massa
: tidak meningkat : Tidak tampak adanya massa
7.
Pemeriksaan Dada Paru-paru-
Inspeksi
: Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi, tidak
ada ketinggalan gerak, maupun deformitas, pernafasan thorakoabdominal.-
Palpasi
: Vocal Fremitus kanan=kiri, tidak ada ketinggalan gerak,
tidak ada nyeri tekan, krepitasi, maupun massa. -
Perkusi Auskultasi
: Sonor di semua lapang paru : Suara dasar vesikuler diseluruh lapang paru,
suara vesikuler kanan =kiri, tidak terdengar adanya suara tambahan. Jantung-
Inspeksi Palpasi
: Ictus Cordis tidak terlihat : Ictus Cordis teraba di SIC V 2cm medial dari LMC (S),
-
kuat angkat Perkusi :: SIC II LPS dex
kanan atas
kanan bawah : SIC V LPS dex kiri atas kiri bawah : SIC II LMC sin : SIC V LAA sin
Auskultasi
: Bunyi Jantung S1 lebih keras dari S2 Reguler,
tidak terdengar adanya bising.
8. Pemeriksaan Abdomen-
Inspeksi
: Tidak ada distensi, sikatrik, jahitan post operasi , darm
steifung, darm contour , jejas , maupun hematoma.-
Perkusi Palpasi
: tymphani, hati redup pada perut kanan atas, . : Supel, tak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan pada
McBurney point, hepar tidak teraba, lien tidak teraba.-
Auskultasi
: Peristaltik normal, bising usus normal, tidak
terdengar metallic sound. 9. Pemeriksaan Urogenital-
Inspeksi
: Skrotum kanan tampak membesar dan eritem, tak ada
nanah yang keluar dari uretra. Skrotum kanan tak tampak lebih tinggi daripada skrotum kiri. Palpasi : Nyeri tekan (+), skrotum kanan teraba edema
pada daerah testis, tak teraba funikulus spermatikus yang melilit. 10. Pemeriksaan Ekstremitas-
Superior
: Tidak ada deformitas, jari tabuh, sianosis maupun
oedem pada kedua tangan.-
Inferior
: Tidak ada deformitas , tidak ikterik, sianosis, maupun
oedem pada kedua kaki.
Status Lokalis : Skrotum dextra
-
Inspeksi
: Skrotum tampak membesar dan eritem, tak ada nanah
yang keluar dari uretra. Skrotum tak tampak lebih tinggi dari kontralateralnya. Palpasi : Nyeri tekan (+), skrotum kanan teraba edema
pada daerah testis, tak teraba funikulus spermatikus yang melilit.-
Pemeriksaan khusus : Prehn Sign (+) : Nyeri berkurang pada elevasi skrotum.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG-
Laboratorium darah rutin Laboratorium urin rutin
Hasil :
darah rutin tanggal 26/11/2010-
WBC RBC HGB MCV MCH
: 9,8 x 103 / L : 4,50 x 106 / L : 14,1 gr/dl : 9,5 : 31,3 pg -
-
Blood Lekosit Eritrosit
: negative : 20 30 lpb :tidak terbaca
Bakteri: positif
MCHC : 32,3 g PLT : 350 x 10 L
Urin rutin tanggal 26/11/2010 Warna : kuning
Kejernihan: jernih
VI.
DIAGNOSIS KERJA Epidimo-orkitis
VII.
DIAGNOSIS BANDING Torsio Testis
VIII. PLANNING
-
Bed rest Skrotum disangga Ceftriaxone 250 mg IM single dose, plus Doxycycline 100 mg PO 2 x 1 selama 10 14 hari.
-
Asam mefenamat PO 3 x 1 sampai nyeri hilang Pasien diminta untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangannya selama pengobatan dan menyarankan agar pasangannya turut diperiksakan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Epididimo orkitis Epididimo orkitis merupakan inflamasi akut yang terjadi pada testis dan epididimis yang memiliki ciri yaitu nyeri hebat dan terdapatnya pembengkakan di daerah belakang testis yang juga disertai skrotum yang bengkak dan merah. Inflamasi tersebut disebabkan oleh infeksi. Pada umumnya sumber infeksi tidak jelas, namun kadang kala disebabkan oleh penyebaran lokal dari uretra (infeksi menular seksual) atau vesika urinaria (infeksi saluran kemih).
2. Anatomi
TestisTestis merupakan gonad laki-laki yang dapat memproduksi sperma dan hormone reproduksi (testosterone). Testis berada didalam skrotum dan digantung oleh spermatic cord. Testis sebelah kiri cenderung lebih rendah. Permukaan testis dilapisi oleh lapisan visceral tunika vaginalis kecuali bagian testis yang menempel dengan epididimis dan spermatic cord. Testis mempunyai lapisan luar berupa fibrosa yang kuat yag disebut tunika albuginea. Tunika albuginea akan menebal membentuk mediastinum testis dan akan memanjang membentuk septa. Septa membatasi lobula yang berada didalam testis. Testis dibagi menjadi 200-300 lobula, yang masing-masing lobula tersebut berisi 1-3 tubula seminiferous. Setiap tubula mempunyai panjang sekitar 62 cm yang menggulung dan tersusun secara padat di dalam testis. Bagian posterior tubula terhubung dengan plexus yang masuk ke dalam rete testis yang kemudian akan penetrasi kedalam tunika albuginea di bagian atas testis. Setelah itu menuju bagian head epididimis yang dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen berfusi untuk membentuk satu tuba yang akan membentuk body dan tail epididimis.
Vaskularisasi:
a. Arteri : berasal dari abdominal aorta yang akan bercabang menjadi arteri testicular. Arteri tersebut akan bercabang dan berhubungan dengan arteri duktus deferen. b. Vena : membentuk pampiniform plexus dari bagian anterior duktus deferens dan mengelilingi testis. Pampiniform plexus berfungsi sebagai
thermoregulatory, yaitu penjaga temperatur testis agar konstan. Vena testicular kanan akan menuju vena kava inferior, sedangkan vena testicular kiri akan masuk ke vena renal kiri. Epididimis Merupakan struktur perpanjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal dari testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis dibentuk oleh duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi lebih kecil ketika melalui bagian atas epididimis (head of epididimis). Epididimis berfungsi sebagai tempat pematangan, penyimpanan dan sekresi. Epididimis terbagi menjadi 3 bagian yaitu: a. Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 1214 duktus eferen. b. Body of epididymis. c. Tail of Epididymis : bagian epididimis yang akan menu vas deferens. Duktus Deferens
Merupakan perpanjangan saluran epididimis. Duktus deferens: a. Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan struktur yang kuat. b. Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis c. Merupakan komponen utama spermatic cord d. Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal e. Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus ejakulatori. f. Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla. Vaskularisasi: 1. Arteri : berasal dari arteri vesical superior yang akhirnya akan menyatu dengan arteri testicular. 2. Vena : berasal dari vena testicular, termasuk plexus pampiniform. Bagian ujungnya menuju vena vesicular plexus atau vena prostatic plexus.
3. Etiologi Pada penderita dibawah 35 tahun penyebab tersering adalah karena infeksi menular seksual dimana patogennya adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Sedangkan pada penderita diatas 35 tahun penyebab tersering adalah
organisme Gram Negatif non menular seksual dari infeksi saluran kemih. Penyebab lainnya dapat akibat instrumentasi atau kateterisasi. Penderita dengan organisme Gram negative biasanya memiliki abnormalitas pada saluran kemih secara anatomis ataupun fungsional. Orchitis dapat terjadi akibat komplikasi dari mumps dan mencapai 40% pada pasien post pubertas yang belum mendapatkan imunisasi sebelumnya.
4. Patofisiologi
Epididimitis seringkali terjadi akibat penyeberan organisme secara retrograde dari vas deferens dan jarang terjadi secara hematogen. Infeksi bakteri menyebabkan infiltrasi sel-sel darah putih ke dalam jaringan ikat epididimis dan terjadinya kongesti dan edema. Inflamasi ini dapat menyebar ke tubulus-tubulus yang beresiko untuk terjadi pembentukan abses dan nekrosis epididimis. Organisme penyebab epididimitis sebanyak 80% dapat teridentifikasi dan beragam berdasarkan umur. Pada masa prapubertas patogen prnyebab bakteriuria adalah E.Coli. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui abnormalitas urogenital yang terjadi pada 50% pasien. Pada usia < 35 tahun, patogen penyebab epididimitis terbanyak adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Pada pasien homoseksual < 35 tahun, bacteria koliform lebih sering didapatkan.
5. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis epididimo orkitis dibagi menjadi gejala dan tanda:
1. Gejala a. Pasien mengalami nyeri dan pembengkakan skrotum unilateral yang terjadi secara akut.b. Pada epididimo orkitis karena infeksi menular seksual, maka didapatkan
gejala-gejala uretritis atau adanya discharge uretra. Namun biasanya uretritis asimptomatik. c. Pada pasien epididimo orkitis karena uropatogen terdapat gejala-gejala ISK (infeksi saluran kemih) atau riwayat bakteriuria.d. Nausea, demam, menggigil
e. Torsio testis merupakan diagnosis banding terpenting dari epididimo orkitis. Diagnosis ini harus diperhatikan pada seluruh pasien dan harus segera disingkirkan karena harus segera dioperasi dalam waktu 6 jam. f. Torsio testis sering terjadi pada pria dibawah 20 tahun, namun dapat terjadi pada semua umur. 2. Tanda a. Nyeri tekan pada sisi yang sakit. b. Pembengkakan epididimis yang dapat diraba mulai dari ekor di kutub bawah testis dan menyebar ke daerah kepala di kutub atas testis +/keterlibatan testis. c. Dapat tampak: i. Discharge uretra ii. Hidrokel sekunderiii. Eritema dan/atau edema skrotum yang sakit
iv. Pyrexia d. Prehn Sign: Pemeriksaan ini dilakukan untuk membedakan epididimitis dari torsio testis. Elevasi skrotum dapat mengurangi nyeri pada epididimitis namun tidak pada torsio testis. Namun pemeriksaan ini tidak dapat diandalkan untuk membedakan epididimitis dari torsio testis.
6. Diagnosis Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis yang menunjukkan gejala dan tandatanda epididimo-orkitis, yaitu nyeri hebat dan pembengkakan di daerah belakang testis hingga testis disertai skrotum yang bengkak dan berwarna merah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada sisi yang sakit, teraba epididimis yang edema dari ekor hingga kepala epididimis. Salah satu pemeriksaan yang penting adalah Prehn Sign untuk menyingkirkan diagnosis banding torsio testis. Meskipun Prehn Sign bukan patokan pasti untuk diagnosis torsio testis, namun dalam praktek klinik dimana tidak terdapat alat Doppler, pemeriksaan ini dapat membantu untuk menetapkan dilakukan eksplorasi testis dengan segera atau tidak. Menurut 2010 United Kingdom national guideline for the management of epididymo-orchitis, ada beberapa lamgkah yang dilakukan untuk diagnosis:a. Apusan Gram dari uretra. Pemeriksaan ini dilakukan meskipun gejala uretra
tidak ada. Pemeriksaan mikroskopis untuk diagnosis uretritis (> 5 PMNLs per lapang pandang besar x 1000) dan diagnosis untuk gonorrhea (Gram negative intracellular diplococci).b. Pemeriksaan mikroskopis dan kultur mid-stream urin untuk mengetahui
adanya bakteri. c. Pada torsio testis pemeriksaan diatas tidak menunjukkan adanya uretritis ataupun ISK.d. Jika memungkinkan, colour Doppler ultrasound dapat digunakan untuk
memeriksa aliran darah arteri. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan antara epididimo-orkitis dan torsio spermatic cord. Pada torsio, aliran darah tidak mengalir ke dalam testis, sedangkan pada epididimo-orkitis aliran darah meningkat.
Diagnosis banding dari Akut Skrotum Condition Typical presentation Examination findings Epididymitis Gradual onset of pain that occasionally radiates to the lower abdomen; symptoms of lower urinary tract infection Localized epididymal tenderness that progresses to testicular swelling and tenderness; normal cremasteric reflex; pain relief with testicular elevation (Prehn sign) Testicular swelling and tenderness; normal cremasteric reflex High-riding transversely oriented testis; abnormal cremasteric reflex; pain with testicular elevation
Ultrasound findings Enlarged, thickened epididymis with increased blood flow on color Doppler
Orchitis
Abrupt onset of testicular pain
Testicular torsion
Acute onset of pain, usually severe
Testicular masses or swollen testicles with hypoechoic and hypervascular areas Normal-appearing testis with decreased blood flow on color Doppler
7. Diagnosis Banding Epididimo-orkitis memiliki beberapa diagnosis banding yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Torsio Testis
Torsio testis adalah terpeluntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya gangguan aliran darah pada testis. Torsio testis terjadi akibat tunika alnuginea yang tidak menempel pada muskulus dartos (torsio testis ekstravaginal)
atau tunika vaginalis yang menempel pada semua permukaan testis (torsio testis intravaginal) sehingga testis dan epididimis dapat bergerak bebas di dalam kantung tunika vaginalis. Gejala yang dikeluhkan adalah nyeri hebat di daerah skrotum, mendadak, dan diikuti pembengkakan pada testis. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut bagian bawah. Pada pemeriksaan fisik, testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal daripada testis sisi kontralateral. Kadang-kadang pada torsio testis yang barusaja terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Keadaan ini biasanya tidak disertai demam. Pada Prehn Sign, pasien dengan torsio testis tidak berkurang nyerinya pada elevasi skrotum.
8. Penatalaksanaan Non Farmakologi -
Istirahat yang cukup Pasien disarankan untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangannya selama pengobatan dan menyarankan agar pasangannya turut diperiksakan.
-
Skrotum disangga Skrotum dapat dikompres memakai air dingin dan air hangat.
Farmakologi Untuk epididimo-orkitis karena infeksi menular seksual:
-
Ceftriaxone 250 mg IM single dose, plus Doxycycline 100 mg PO 2 x 1 selama 10 14 hari.
-
Asam mefenamat PO 3 x 1 sampai nyeri hilang
Unruk epididimo-orkitis karena infeksi bakteri enterik: Ofloxacin 200 mg PO 2 x 1 selama 14 hari Ciprofloxacin 500 mg PO 2 x 1 selama 10 hari.
PRESENTASI KASUS
EPIDIDIMO ORKITISDisusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Bedah
Disusun oleh: PUSPO EDI HAPSARI 20050310172
Dokter Pembimbing:
Dr. ANDIK NURCAHYONO, Sp. B
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA SMF BAGIAN ILMU BEDAH RSUD SALATIGA 2010 Daftar Pustaka
Brooks, GF. 1996. Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. EGC Jakarta: 281-284. Jong, WD. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd Edition. EGC. Jakarta: 753 Seisyuhada. 2010. Anatomi Internal Genitalia Pria. http://seisyuhada.wordpress.com/2010/03/18/anatomi-internal-genital-pria/ Street, E., Joyce, A. dan Wilson, J. 2010 United Kingdom National Guideline for the Management of Epididymo-Orchitis. Clinical Effectiveness Group, British Association for Sexual Health and HIV. Tubridy, C dan Sinert, RH. 2009. Epididymitis. http://emedicine.medscape.com/article/777181overview