Download - PENGELOLAAN SENTRLISASI OBAT makalah.docx
PENGELOLAAN SENTRLISASI OBAT
Disusun guna memenuhi Tugas Manajemen Keperawatan Semester III
yang di ampu oleh Ibu Kurnia Yuliastuti
Disusun oleh :
1. Riska Yuliyati (09.782)
2. Riski Setiawan (09.783)
3. Roy Yonis Septiyanto (09.784)
4. Siti Tri Budiarti (09.785)
5. Soleh Ahmad Ridwan (09.786)
6. Suci Ayu Wulandari (09.787)
7. Titi Hardiyanti (09.788)
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
2009-2010
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengelolaan Sentralisasi
Obat” untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak atas dukungannya sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan
baik.
Dalam makalah ini di bahas tentang pengertian,manfaat dan pengelolaan sentralisasi obat
dalam keperawatan. Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui tentang pemberian obat dan cara
pengelolaan obat dalam keperawatan dan mampu menerapkan dalam profesinya.
Kami sebagai penyaji menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
makalah ini. Kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan dalam upaya
memperbaiki isi makalah ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ungaran, 1 September 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyampaian obat dari apoteker ke pasien adalah bagian terakhir distribusi obat. Di apotek,
proses penyampaian ini dapat dilakukan langsung dari apoteker ke pasien. Namun, hal ini tidak
dapat terjadi di rumah sakit terhadap pasien rawat inap karena jarak yang jauh antara penderita
yang berada di ruangan dan apoteker yang ada di instalasi farmasi. Selain itu, masih ada perawat
yang bertanggung jawab menerima dan melaksanakan konsumsi obat untuk pasien.
IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman di rumah sakit. Tanggung jawab
ini meliputi seleksi, pengadaan, penyimpanan, penyiapan obat untuk dikonsumsi dan distribusi
obat ke daerah perawatan penderita. Berkaitan dengan tanggung jawab penyampaian dan
distribusi obat dari IFRS ke daerah perawatan pasien maka dibuat sistem distribusi obat.
Sistem distribusi obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan disiapkan
oleh IFRS, dihantarkan kepada perawat, dokter atau profesional pelayanan kesehatan lain untuk
diberikan kepada penderita. Sistem pendistribusian obat yang dibuat harus mempertimbangkan
efisiensi penggunaan sarana, personel, waktu dan mencegah kesalahan atau kekeliruan. Sistem
ini melibatkan sejumlah prosedur, personel dan fasilitas.
Sistem distribusi obat di rumah sakit adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur, dan
jaminan mutu yang serasi, terpadu dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian
sediaan obat dan informasinya kepada penderita. Sistem distribusi obat di rumah sakit mencakup
penghantaran sediaan obat yang telah didispensing IFRS ke daerah tempat perawatan penderita
dengan keamanan dan ketepatan obat, ketepatan penderita, ketepatan jadwal, tanggal, waktu,
metode pemberian, keutuhan mutu obat dan ketepatan personel pemberi obat.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
a. Meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama dalam pemberian obat
b. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara moral
c. Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efesien.
2) Tujuan Khusus
a. Menyeragamkan pengelolaan obat.
b. Mengamankan obat – obat yang dikelola.
c. Mengupayakan ketepatan pemberian obat dengan prinsip enam benar.
C. Sistematika Penulisan
Metode penulisan dilakukan dengan menggunakan studi literature yang diambil dari buku
atau internet yang berkaitan dengan pengelolaan sentralisasi obat. Pada makalah ini penulis
mencoba menjelaskan pengelolaan sentralisasi obat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pengelolaan obat
Tehnik pengelolaan obat kontrol penuh ( sentralisasi) adalah pengelolaan obat dimana
seluruh obat yang akan diberikan pada pasien diserahkan sepenuhnya pada perawat.
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
(http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2010/02/distribusi-obat.html)
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu
tempat yaitu instalasi farmasi. Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap
unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai
langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS,
kemudian resep itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang baik dan obat
disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita tertentu.”
http://nursingbegin.com/penentuan-model-asuhan-keperawatan-profesional-makp/
B. Sistem Distribusi Obat Dosis Unit
Sistem ini mulai diperkenalkan sejak 20 tahun yang lalu, namun penerapannya masih
lambat karena memerlukan biaya awal yang besar dan juga memerlukan peningkatan jumlah
apoteker yang besar. Padahal ada dua kegunaan utama dari sistem ini, yaitu mengurangi
kesalahan obat dan mengurangi keterlibatan perawat dalam penyiapan obat.
Istilah “dosis unit “ berkaitan dengan jenis kemasan dan juga sistem untuk mendistribusikan
kemasan itu. Obat dosis unit adalah obat yang disorder oleh dokter untuk penderita, terdiri
dari satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal
dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Penderita hanya membayar
obat yang dikonsumsi saja.
Distribusi obat dosis unit adalah tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
dengan kerjasama dengan staf medic, perawat, pimpinan rumah sakit dan staf administrative.
Maka diperlukan suatu panitia perencana untuk mengembangkan sistem ini yang sebaliknya
dipimpin oleh apoteker yang menjelaskan tentang konsep sistem ini.
Sistem distribusi dosis unit merupakan metode dispensing dan pengendalian obat yang
dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk,
tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Dasar dari semua sistem dosis unit adalah
obat dikandung dalam kemasan unit tunggal di-dispensing dalam bentuk siap konsumsi; dan
untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, dihantarkan kea tau tersedia
pada ruang perawatan pada setiap waktu.
Metode pengoperasian sistem distribusi dosis unit ada tiga macam, yaitu :
1. Sentralisasi
Dilakukan oleh IFRS sentral ke semua daerah perawatan penderita rawat tinggal di rumah
sakit secara keseluruhan. Kemungkinan di rumah sakit tersebut hanya ada satu IFRS tanpa
adanya cabang IFRS di beberapa daerah perawatan penderita.
Tehnik Pengelolaan Obat Kontrol Penuh ( Sentralisasi)
1) Penerimaan obat :
a. Obat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
dengan menerima lembar serah terima obat.
b. Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaan dalam kartu
kontrol dan diketahui oleh keluarga / klien dalam buku masuk obat. Keluarga atau
klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan/ bilamana obat tersebut akan habis.
c. Klien/ keluarga untuk selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum
beserta sediaan obat
d. Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat
2) Pembagian obat
a. Obat yang diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat.
b. Obat – obat yang telah disiapkan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan
memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar pemberian obat, dengan
terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi di instruksi dokter dan kartu obat yang ada
pada klien
c. Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah
obat dan efek samping.
d. Sediaan obat yang ada selanjutnya dicek tiap pagi oleh kepala ruangan/ petugas yang
ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat yang hampir habis
diinformasikan pada keluarga dan kemudian dimintakan kepada dokter penanggung
jawab pasien.
3) Penambahan obat baru
a. Informasi ini akan dimasukkan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan
perubahan dalam kartu sediaan obat.
b. Obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk
obat dan selanjutnya diinformasikan pada keluarga dengan kartu khusus obat.
4) Obat Khusus
a. Sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan rute pemberian obat yang
cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar.
b. Pemberian obat khusus menggunakan kartu khusus.
c. Informasi yang diberikan kepada keluarga/ klien : nama obat, kegunaan, waktu
pemberian, efek samping, penanggung jawab obat, dan wadah obat. Usahakan
terdapat saksi dari keluarga saat pemberian obat.
Keuntungan sistem ini adalah:
a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi informasi
kepada perawat berkaitan dengan obat pasien,
b. Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien,
c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan,
d. Mempermudah penagihan biaya pasien.
Ketebatasan
a. Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi obat
ke pasien yang cukup tinggi
b. Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat
c. Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan cepat
d. Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan
komunikasi.
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A dan B karena
memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara Instalasi Farmasi
Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.
2. Desentralisasi
Dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di rumah sakit. Pada dasarnya sistem ini sama
dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap diruangan, hanya saja sistem distribusi obat
desentralisai ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan
pengendalian oleh IFRS sentral
1) Penerimaan dan pencatatan obat
a. Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan pada perawat.
b. Obat yang diserahkan dicatat dalam buku masuk obat.
c. Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada keluarga / pasien.
d. Penyuluhan tentang : rute pemberian obat, waktu pemberian, tujuan, efek samping.
e. Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga / pasien dan menandatangani
lembar penyuluhan.
2) Pemberian obat
a. Perawat melakukan kontroling terhadap pemberian obat.
b. Dicek apakah ada efek samping, pengecekan setiap pagi hari untuk menentukan obat
benar – benar diminum sesuai dosis.
c. Obat yang tidak sesuai/ berkurang dengan perhitungan diklarifikasi dengan keluarga.
3) Penambahan obat
a. Penambahan obat dicatat dalam buku masuk obat.
b. Melakukan penyuluhan obat baru sebelum diserahkan pada pasien.
4) Obat khusus
a. Penyuluhan obat khusus diberikan oleh perawat primer.
b. Pemberian obat khusus sebaiknya oleh perawat.
5) Alur Distribusi Obat Desentralisasi
Faktor-faktor yang menjadi dasar untuk mengadakan pelayanan :
a. Kebutuhan pasien
Penggunaan obat di rumah sakit dapat mempengaruhi keadaan pasien, ketidaktepatan
penggunaan antibiotic, mencakup ketidaktepatan dosis, interaksi obat yang
merugikan, duplikasi penggunaan, kombinasi antagonis, dan ketidaktepatan durasi
penggunaan. Dalam hal ini pasien adalah objek yang paling merasakan dampak
negaatif dari ketidaksesuaian pemberian obat tersebut. Sistem distribusi obat
sentralisasi untuk pasien rawat inap yang dispensing dari IFRS sentral, seringkali
mengakibatkan meningkatnya biaya yang dikeluarkan pasien.
b. Kebutuhan perawat
Perawat memiliki peranan penting dalam sistem distribusi obat di rumah sakit. Perawat
dapat mengorder obat dari IFRS, menyiapkan dan merekonstitusi dosis untuk konsumsi,
pemberian obat, merekam tiap obat yang dikonsumsi, juga memelihara rekaman obat
yang terkendali yang diterima dan digunakan serta memelihara persediaan obat diruang.
Pelayanan IFRS sentralisai di rumah sakit seringkali menimbulkan banyak pertanyaan
yang berkaitan dengan obat dan dukungan informasi obat kepada perawat jika
diperlukan. Sistem distribusi obat untuk penderita rawat tinggal menggunakan efisiensi
perawat dibandingkan dengan sistem distribusi obat sentralisasi.
c. Kebutuhan dokter
Dokter mendiagnosis masalah medikbagi pasien dan menulis suatu rencana terapi.
Komplikasi obat menggambaarkan kebutuhan dokter akan informasi umum obat dan
informasi klinik obat tertentu. Apoteker yang praktek ditempat perawatan dapat
memberi pengetahuan dan pengalaman klinik obat untuk membantu dokter mengelola
terapi obat penderita mereka.
d. Kebutuhan apoteker
Tugas apoteker dalam suatu sistem distribusi obat sentralisai mungkin disdominasi oleh
tugas menyiapkan, dispensing, dan memberikan partisipasi minimal dalam pelayanan
klinikdalam lingkup minimal, tidak melayani secara memadai atau tidak memenuhi
kebutuhan pasien, dokter dan perawat yang berkaitan dengan obat.
Dalam lingkungan desentralisasi, apoteker dapat menghubungkan secara langsung,
kebutuhan terapi obat pasien sebagai hasil dari berbagai kemudahan pencapaian pasien,
perawat, dokter dan rekaman medic. Apoteker dapat mengembangkan keahlian dalam
perawatan pasien tertentu. Dengan demikian pengalaman apoteker dalam terapi pasien
dapat bertambah.
Evaluasi penggunaan obat
Program evaluasi penggunaan obat adalah suatu proses jaminan mutu yang disahkan
rumah sakit, dilakukan terus menerus, terstruktur, ditujukan guna memastikan bahwa
pemberian obat diberikan secara aman dan efektif.
Tanggungjawab farmasis dalam kaitannya distribusi obat di satelit farmasi :
1. Dispensing dosis awal pada permintaan baru dan larutan intravena.
2. Mendistribusikan I. V admixture yang disiapkan oleh farmasis sentral
3. Memeriksa permintaan obat dengan melihat Medication Administration Records
4. Menulis nama generic obat di MAR
5. Memecah masalah yang berkaitan dengan distribusi
Keuntungan
1. Obat dapat segera tersedia untuk diberikan kepada pasien
2. Pengendalian obat dan akuntabilitas semua baik
3. Apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan dokter dan perawat
4. Sistem distribusi obat berorientasi pasien berpeluang diterapkan untuk penyerahan
obat kepada pasien melalui perawat
5. Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan
penderita secara efisien
6. Informasi obat dari apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
7. Waktu kerja perawat dalam distribusi dan penyiapan obat untuk digunakan pasien
berkurang, karena tugas ini telah diambil alih oleh personel IFRS desentralisasi
8. Spesialisasi terapi obat bagi apoteker dalam bidang perawatan pasien lebih efektif
sebagai hasil pengalaman klinik terfokus
9. Pelayanan klinik apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan diberikan
secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita khusus yang diminta
dokter, heparin dan antikoagulan oral, digoksin, aminofilin, aminoglikosida dan
dukungan nutrisi
10. Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik dan studi usemen mutu terapi obat
Keterbatasan
1. Semua apoteker klinik harus cakap sebagai penyedia untuk bekerja secara efektif
dengan asisten apoteker dan teknisi lain
2. Apoteker biasanya bertanggungjawab untuk pelayanan, distribusi dan pelayanan klinik.
Waktu yang mereka gunakan dalam kegiatan yang bukan distribusi obat tergantung
pada ketersediaan asisten apoteker yang bermutu dan kemampuan teknisi tersebut
untuk secara efektif mengorganisasikan waktu guna memenuhi tanggungjawab mereka
3. Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena likasi IFRS
cabang yang banyak untuk obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis.
4. Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena anggota staf
berpraktek dalam lokasi fisik yang banyak
5. Lebih banyak alat yang diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi obat, laminar
air flow, lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik
6. Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat dapat melebihi
kapasitas ruangan dan personal dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil
3. Kombinasi sentralisasi dan desentralisasi
Keuntungan
1. Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan penderita membayar hanya
obat yang dikonsumsi saja
2. Semua dosis yang diperlukan pada pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS. Jadi
perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung penderita.
3. Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasikan resep/ dokter dan
membuat profil pengobatan penderita (p3) oleh apoteker dan perawat memeriksa obat
yang disiapkan IFRS sebelum dikonsumsi. Dengan kata lain, sistem ini mengurangi
kesalahan obat
4. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan pekerjaan menulis di
unit perawatan dan IFRS
5. Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita
6. Penyiapan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh IFRS
7. Meningkatkan penggunaan personal professional dan nonprofessional yang lebih
efisien
8. Mengurangi kehilangan pendapatan
9. Menghemat ruangan di unit perawatan dengan meniadakan persediaan ruah obat-
obatan
10 Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
11. Memerlukan cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak
dari dokter menulis resep / order sampai penderita menerima dosis unit
12.Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat, kekuatan,
nomor kendali dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsi pada penderita.
Hal ini mengurangi kesempatan salah obat juga membantu daalam penelusuran
kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat
13. Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik
14. Apoteker dapat dating ke unit perawat/ ruang penderita untuk melakukan konsultasi
obat, membantu memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan
untuk perawatan yang lebih baik lagi
15. Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat
16. Pening katan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh
18. Penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi dan otomastisasi
C. Sistem Distribusi Obat Bagi Pasien Rawat Inap
Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan empat sistem, yaitu:
1. Sistem Distribusi Obat Resep Individual
Resep individual adalah order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita,
sedangkan sentralisasi adalah semua order/ resep tersebut yang disiapkan dan
didistribusikan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) sentral.
Sistem distribusi obat resep individual adalah tatanan kegiatan pengantaran
sediaan obat oleh IFRS sentral sesuai dengan yang ditulis pada order/resep atas nama
penderita rawat tinggal tertentu melalui perawat ke ruang penderita tersebut. Dalam
sistem ini obat diberikan kepada pasien berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter.
Dalam sistem ini, semua obat yang diperlukan untuk pengobatan di-dispensing
dari IFRS. Resep orisinal oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian diproses sesuai
dengan kaidah cara dispensing yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada
penderita tertentu.
Sistem ini mirip dengan dispensing untuk pasien rawat jalan /outpatient. Interval
dispensing pada sistem ini dapat dibatasi misalnya, pengobatan pasien untuk seorang
pasien untuk 3 hari telah dikirim jika terapi berlanjut sampai lebih dari 3 hari, tempat obat
yang kosong kembali ke IFRS untuk di-refill. Biasanya obat yang disediakan oleh IFRS
dalam bentuk persediaan misalnya untuk 2-5 hari.
Keuntungan sistem obat resep individual:
1. Semua resep / order dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi
keterangan atau informasi kepada perawat berkaitan dengan obat penderita.
2. Memberi kesempatan interaksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-pasien
3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan
4. Mempermudah penagihan biaya obat penderita
Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual
1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita
2. Jumlah kebutuhan personal IFRS meningkat
3. Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di
ruang pada waktu konsumsi obat
4. Terjadinya kesalahan obat karena kurang pemeriksaan pada waktu konsumsi obat.
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit-rumah sakit yang besar, seperti kelas A dan B
karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara IFRS dengan perawatan
pasien sangat jauh. Sistem ini biasanya digunakan di rumah sakit-rumah sakit kecil atau swasta
karena memberikan metode yang sesuai dalam penerapan keseluruhan biaya pengobatan dan
memberikan layanan kepada pasien secara individual.
2. Sistem Distribusi Obat Persediaan Tetap Diruang ( Total Floor Stock )
Dalam sistem ini, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dalam ruang
penyimpanan obat di ruang tersebut. Persediaan obat diruang dipasok oleh IFRS. Obat yang
didispensing dalam sistem ini terdiri atas obat penggunaan umum yang biayanya dibebankan
pada biaya paket perawatan menyeluruh dan resep obat yang harus dibayar sebagai biaya obat.
Obat penggunaan umum ini terdiri atas obat yang tertera dalam daftar yang telah ditetapkan PFT
dan IFRS yang tersedia di unit perawat, misalnya kapas pembersih luka, larutan antiseptic dan
obat tidur.
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah tatanan kegiatan penghantaran
sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter pada resep obat, yang disiapkan dari persediaan di
ruang oleh perawat dan dengan mengambil dosis/ unit obat dari wadah persediaan yang langsung
diberikan kepada penderita di ruang itu.
Keuntungan
1. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
2. Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
3. Pengurangan penyalinan kembali resep obat
4. Pengurangan jumlah personel IFRS
Keterbatasan
1. Kesalahan obat sangat meningkat karena resep obat tidak dikaji langsung oleh apoteker
2. Persediaan obat di unit perawat meningkat dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas
3. Pencurian obat meningkat
4. Meningkatnya bahaya karena kerusakan
5. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat
6. Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
Alur sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah dokter menulis resep kemudian
diberikan kepada perawat untuk diinterpretasikan kemudian perawat menyiapkan semua obat
yang diperlukan dari persediaan obat yang ada di ruangan sesuai resep dokter untuk diberikan
kepada pasien, termasuk pencampuran sediaan intravena. Persediaan obat di ruangan
dikendalikan oleh instalasi farmasi.
3. Sistem Distribusi Obat Kombinasi Resep Individual Dan Persediaan diruang
Rumah sakit yang menerapkan sistem ini, selain menerapkan sistem distribusi resep/order
individual sentralisasi, juga menerapkan distribusi persediaan di ruangan yang terbatas. Sistem
ini merupakan perpaduan sistem distribusi obat resep individual berdasarkan permintaan dokter
yang disiapkan dan distribusikan oleh instalasi farmasi sentral dan sebagian lagi siapkan dari
persediaan obat yang terdapat di ruangan perawatan pasien. Obat yang disediakan di ruangan
perawatan pasien merupakan obat yang sering diperlukan oleh banyak pasien, setiap hari
diperlukan dan harga obat relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas. Jenis dan jumlah
obat yang masuk dalam persediaan obat di ruangan, ditetapkan oleh PFT dengan pertimbangan
dan masukan dari IFRS dan Bagian Pelayanan Keperawatan. Sistem kombinasi ini bertujuan
untuk mengurangi beban kerja IFRS.
Keuntungan
1. Semua resep / order individual dikaji langsung oleh apoteker
2. Adanya kesempatan berinteraksi profesional antara apoteker-dokter-perawat-penderita
3. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia bagi penderita (obat persediaan di ruang)
4. Beban IFRS dapat berkurang
5. Mengurangi terjadinya kesalahan terapi obat
Keterbatasan
1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai kepada penderita (obat resep individual)
2. Kesalahan obat pemberian obat yang disiapkan dari persediaan ruang dapat terjadi.
3. Membutuhkan tempat yang cukup untuk tempat penyimpanan obat
Alur sistem distribusi obat kombinasi persediaan di ruang dan resep individual adalah
dokter menulis resep untuk pasien dan resep tersebut diinterpretasikan oleh apoteker dan
perawat. Pengendalian oleh apoteker dilakukan untuk resep yang persediaan obatnya disiapkan
di instalasi farmasi. Obat kemudian diserahkan ke ruang perawatan pasien sewaktu pasien
minum obat. Pengendalian obat yang tersedia di ruang perawatan dilakukan oleh perawat dan
apoteker. Obat disiapkan kepada pasien oleh perawat.
D. Perancanaan Distribusi Obat Pada Pasien Rawat Tinggal
Perencanaan suatu sistem distribusi obat bagi penderita rawat tinggal di suatu rumah
sakit dilakukan oleh PFT, IFRS, perawat dan unit lain jika diperlukan. Tim yang dibentuk
mengadakan peninjauan luas dari semua sistem distribusi obat yang ada dan kondisi rumah
sakit. Tim mempelajari keuntungan dan keterbatasan suatu sistem distribusi obat berkaitan
dengan kondisi rumah sakit secara menyeluruh. Kemudan tim memilih salah satu dari sistem
distribusi obat untuk selanjutnya dilakukan studi penerapan sistem distribusi obat yang dipilih
itu lebih mendalam.Mendesain suatu sistem distribusi obat di rumah sakit memerlukan analisis
sistematik dari rasio manfaat-biaya dan perencanaan operasional. setelah sistem diterapkan,
pemantauan unjuk kerja dari evaluasi mutu pelayanan tetap diperlukan untuk memastikan
bahwa sistem berfungsi sesuai dengan harapan.
Dalam mendesain atau mendesain kembali suatu sistem distribusi obat, perlu dilakukan
beberapa tahapan penting :
1. Menetapkan lokasi dan jumlah semua ruangan perawatan penderita dan buat petanya. dalam
hal ini, perlu dipertimbangkan faktor-faktor sesperti faktor geografis, tata ruang, populasi
penderita, ketersediaan ruangan penyimpanan obat, ruangan pelayanan obat penderita,
ketersediaan staf, fasilitas transpor obat dari IFRS ke tiap ruangan penderita, hambatan
politik, dan hambatan sumber lain.
2. Memilih suatu metode mendistribusikan obat ke unit pengguna.
3. Mengembangkan perangkat rute penghantaran yang mungkin dan ekonomis, serta menyusun
suatu jadwal penghantaran yang praktis melayani tiap rute tersebut.
Spesifikasi pelayanan obat dengan menetapkan pelayanan yang diberikan. Spesifikasi
pelayanan obat harus mengandung suatu pernyataan yang lengkap dan tepat dari pelayanan
yang diberikan, meliputi :
1. suatu uraian yang jelas dari karakteristik pelayanan yang menjadi sasaran evaluasi.
2. suatu standar untuk penerimaan dari tiap karakteristik pelayanan.
Spesifikasi penghantaran pelayanan obat harus mengandung :
1. prosedur penghantaran pelayanan
2. metode yang digunakan dalam proses penghantaran pelayanan
3. uraian dari karakteristik penghantaran pelayanan
4. standar untuk penerimaan dari karakteristik penghantaran pelayanan
5. persyaratan sumber untuk memenuhi spesifikasi pelayanan
6. persyaratan personel, jumlah, dan keterampilan.
Spesifikasi pengendalian mutu pelayanan obat menetapkan prosedur untuk mengevaluasi
dan mengendalikan karakteristik pelayanan dan karakteristik penghantaran pelayanan.
Spesifikasi pengendalian mutu pelayanan obat harus memungkinkan pengendalian yang efektif
dari tiap proses pelayanan untuk memastikan bahwa pelayanan secara konsisten memuaskan
spesifikasi pelayanan dan konsumen.
Desain pengendalian mutu dan pelayanan obat :
1. mengidentifikasi kegiatan kunci dari tiap proses yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap mutu pelayanan.
2. menganalisis kegiatan, dengan mengukur dan pengendalian akan memastikan mutu
pelayanan.
3. menetapkan metode untuk mengevaluasi karakteristik yang dipilih.
4. menetapkan sarana untuk mengendalikan karakteristik dalam batas yang ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tujuan pengelolaan obat adalah terciptanya sistem pengadaan yang efesien sehingga dapat
menjamin ketersediaan obat yang tepat, jumlah yang cukup, harga wajar dan dengan standar
kualitas yang telah dikenal dari sumber resmi dan dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu
juga terbentuknya sistem penyimpanan dan pengamanan persediaan yang menjamin
perpindahan obat dari sumber pemasok sampai ke pengguna dengan prinsip cost effectiveness
dan terpercaya, terhindar dari pemborosan, kerusakan dan kehilangan, serta menjamin
stabilitas/kualitas obat Metode pengoperasian sistem distribusi dosis unit ada tiga macam, yaitu:
1. Sentralisasi
2. Desentralisasi
3. Kombinasi sentralisasi dan desentralisasi
Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan empat sistem, yaitu:
1. Sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap
2. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang
3. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan lengkap di ruang
4. Sistem distribusi obat dosis unit.
B. Saran
Pengelolaan obat diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kepada klien, terutama
dalam pemberian obat.Sehingga pasien dapat mendapat pelayanan asuhan keperawatan yang
sesui dengan standar dan dapat mempercepat proses penyembuhan klien.Selain itu juga
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat secara hukum maupun secara
moral.Mempermudah pengelolaan obat secara efektif dan efesien.
DAFTAR PUSTAKA
http://materikuliahprofesiapoteker.blogspot.com/2010/02/distribusi-obat.html , diperoleh tanggal 27 agustus 2010.
http://nursingbegin.com/penentuan-model-asuhan-keperawatan-profesional-makp/, diperoleh taggal 27 agustus 2010.
http://farmasi-istn.blogspot.com/2007/11/pengelolaan-obat.html , diperoleh tanggal 27 agustus 2010.
http://www.dechacare.com/Petunjuk-Penyimpanan-Obat-I35.html , diperoleh tanggal 27 agustus 2010.
http://www.kesehatanseorang.co.cc/2010/02/supervisi-keperawatan-pengelolaan-obat.html , diperoleh tanggal 27 agustus 2010.