PEMANFAATAN KLIPING ONLINE DI
LINGKUNGAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK
INDONESIA (MARI)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh:
DIAH SISMAWATI
NIM : 1112025100053
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1440H / 2019M
LEⅣIBAR PERNYATAAN
saya yang bertanda tangan dibawah ini,saya:
Nama
NIM
Jurusan
:E)iah Sismawatl
:1112025100053
:1lmu Pcrpustakaan
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : "Pemanfaatan
Kliping Online Di Lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia
(MARI)" adalah benar merupakan karya sendiri dan tidak melakukan tindakan
plagiat dalam proses penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber
pengutipannya di dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-
undang, jika ternyata skripsi saya ini secara prinsip adalah hasil plagiat atau
jiplakan dari karya orang lain.
Demikian surat pemyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di
kemudian hari menjadi tanggung jawab saya.
08 NIci 2019
i
ABSTRAK
Diah Sismawati (1112025100053)
Pemanfaatan Kliping Online Di Lingkungan Mahkamah Agung Republik
Indonesia (MARI). Di bawah bimbingan Fahma Rianti, M. Hum. Program Studi
Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan kliping online dalam
memenuhi kebutuhan informasi oleh pegawai dilingkungan Mahkamah Agung RI.
Responden pada penelitian ini berjumlah 46 orang. Jenis penelitian adalah
penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis pemanfaatan
kliping online di lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI).
Penelitian ini menggunakan populasi secara keseluruhan yang berjumlah 46 orang
pegawai divisi humas yang lebih sering memanfaatkan kliping online. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 46 orang responden 100% sudah pernah
memanfaatkan kliping online, sebagian besar 27 orang responden 59%
menggunakan kliping online hanya kadang-kadang untuk pekerjaannya,
kebanyakan dari 27 orang responden 59% yang memanfaatkan kliping online
bertujuan untuk tugas kantor. Adapun dari keseluruhan 46 responden 100%
subjek yang paling sering dicari adalah subjek badan peradilan umum, sebagian
besar responden memanfaatkan kliping online dengan cara membacanya secara
online (tidak diunduh) sebanyak 32 responden 70%.
Kata Kunci: Pemanfaatan dan Kliping Online
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT penulis sampaikan atas segala limpahan
rahmat, taufik, hidayah dan karuniaNYA. Sholawat serta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW serta para keluarganya
dan sahabat-sahabatnya.
Alhamdulillah wa syukurillah „ala ni‟matillah berkat rahmat ALLAH
SWT akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi
Ilmu Perpustakaan dan juga guna memperoleh gelar sarjana S.IP di Fakultas Adab
dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis ingin mengucapkan rasa terima kasihnya kepada beberapa pihak
yang telah membantu dalam penyusunan skripsi yang telah berhasil disusun ini.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan tambahan semangat dan
motivasi serta bimbingan hingga akhirnya skripsi ini selesai dengan baik. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Saiful Umam, M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.
3. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora.
4. Ibu Fahma Rianti, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang
telah banyak memberi masukan yang membangun serta meluangkan
waktunya untuk memberi pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
iii
5. Bapak Ade Abdul Hak, M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbng dan memberi saran dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Bapak dan ibu Dosen Penguji skripsi yang banyak memberi masukan
pada skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah memberikan
ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik dibidang akademis, sosial, dan
keagamaan.
8. Kepada seluruh pihak Perpustakaan Mahkamah Agung RI antara lain:
Ibu Kiki, Ibu Dwi, Ibu Tika, Ibu Yuyun, Ibu Siti yang sudah menerima
dan membantu penulis dalam observasinya untuk penulisan skripsi ini.
9. Mamah ku tercinta dan adik ku tersayang yang selalu memberikan
dukungan doa dan kasih sayang kepada penulis hingga sampai detik ini
yang sekaligus menjadi penyemangat terbesar bagi penulis dalam
menyelesaikan studinya.
10. Keluarga besar Hj. Mariah Binti Mudjitabah yang selalu memberikan
motivasi, dorongan moral kepada penulis untuk menyelesaikan
studinya.
11. Teruntuk kekasih hatiku Umar Abdullah yang selalu mendoakan,
memberikan motivasi dan kasih sayangnya untuk penulis dalam
menyelesaikan studi ini.
12. Rebecca S. S,S.IP dan Humaidah, S,IP yang sudah banyak membantu
memberikan masukan serta motivasinya kepada penulis dalam
penulisan skripsi ini.
iv
13. IP-B 2012, teruntuk teman-teman seperjuangan selama 4 tahun: Dita,
Hilda, Irfan, Dwi, Ocha, Gusti, Tari, Gea, Riri, Alyasa, Raka, Andika,
Husnul, Nurul, April, Diaz, Ema, Widia, Ai, Nuriyah, Mia, Linda,
Dhiyah, Jane, Alkindi, Ahiz, yang selalu memberikan motivasinya
dalam penulisan skripsi.
14. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Adab dan
Humaniora, Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Adab dan
Humaniora (DEMA FAH), sebagai wadah untuk mengembangkan diri
dalam organisasi dan sosial.
15. Temen-temen KKN JINGGA selama sebulan lamanya kita
menyalurkan sekaligus mempraktekan ilmu kita di Desa Cipelang
Cijeruk Jawa Barat.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, hanya doa dan
ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah membalas
segala amal kebaikan kalian. Penulis mohon maaf jika ada kekeliruan terhadap
penulisan skripsi ini dan penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembacanya. Amin.
Jakarta, 02 Februari 2019
Diah Sismawati
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .........................................................................................................................i KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................................... v DAFTAR TABEL ......................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5
D. Manfaat penelitian .................................................................................................. 5
E. Definisi Istilah ........................................................................................................ 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN LITERATUR ................................................................................. 8 A. Perpustakaan Khusus.............................................................................................. 8
1. Pengertian Perpustakaan Khusus ........................................................................ 8
2. Tujuan Perpustakaan khusus ............................................................................ 10
3. Fungsi Perpustakaan Khusus ............................................................................ 12
4. Ciri-Ciri Perpustakaan Khusus ......................................................................... 14
5. Koleksi Perpustakaan Khusus .......................................................................... 15
6. Layanan Kemas Ulang Informasi ..................................................................... 16
7. Kliping ............................................................................................................. 17
B. Kebutuhan Informasi Pegawai ............................................................................. 18
1. Informasi .......................................................................................................... 18
2. Sumber-Sumber Informasi ............................................................................... 20
3. Kebutuhan Informasi ........................................................................................ 22
4. Jenis kebutuhan informasi ................................................................................ 25
C. Pemanfaatan Koleksi ............................................................................................ 26
1. Pengertian Pemanfaatan Koleksi ...................................................................... 26
2. Frekuensi Pemanfaatan Koleksi ....................................................................... 27
3. Kebutuhan Pemakai Koleksi Perpustakaan ...................................................... 28
4. Faktor-Faktor Pemanfaatan Koleksi ................................................................. 29
5. Cara memanfaatkan koleksi ............................................................................. 30
D. Penelitian Relevan ................................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................ 34 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ........................................................................... 34
1. Jenis Penelitian ................................................................................................. 34
2. Pendekatan Penelitian....................................................................................... 34
B. Sumber Data ......................................................................................................... 35
1. Data Primer ...................................................................................................... 35
2. Data Sekunder .................................................................................................. 35
C. Populasi dan Sempel ............................................................................................ 36
1. Populasi ............................................................................................................ 36
2. Sampel.............................................................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 37
vi
1. Kuesioner/ Angket............................................................................................ 37
2. Penelitian Pustaka (Library Research) ............................................................. 37
E. Teknik Analisis Data ............................................................................................ 38
1. Editing .............................................................................................................. 38
2. Tabulasi ............................................................................................................ 38
3. Analisis Data .................................................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN .................................................... 40 A. Profil Perpustakaan Mahkamah Agung RI ........................................................... 40
1. Sejarah Singkat Perpustakaan ........................................................................... 40
2. Visi Misi Perpustakaan ..................................................................................... 42
3. Struktur Organisasi Perpustakaan Mahkamah Agung RI.................................. 43
4. Layanan Perpustakaan Mahkamah Agung RI ................................................... 44
5. Koleksi Perpustakaan Mahkamah Agung RI .................................................... 46
B. Hasil Penelitian .................................................................................................... 47
1. Pelaksanaan Penelitian ..................................................................................... 47
2. Analisis Deskriptif data Responden.................................................................. 49
3. Analisis Deskriptif Data Penelitian .................................................................. 53
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 77 A. Kesimpulan .......................................................................................................... 77
B. Saran .................................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jenis kelamin responden ..................................................................................... 49
Tabel 2 Usia responden ................................................................................................... 50
Tabel 3 Pendidikan responden ......................................................................................... 51
Tabel 4 Divisi responden ................................................................................................ 52
Tabel 5 Koleksi berkala yang sering digunakan berdasarkan jenis .................................. 53
Tabel 6 Pengetahuam responden tentang adanya layanan kliping online ........................ 54
Tabel 7 Informasi kliping online ...................................................................................... 55
Tabel 8 Pemanfaatan kliping online ................................................................................. 56
Tabel 9 Seberapa sering menggunakan kliping online untuk pekerjaan ........................... 57
Tabel 10 Frekuensi responden menggunakan kliping online per bulan ........................... 58
Tabel 11 Frekuensi kunjungan ke perpustakaan MARI dalam satu minggu ..................... 59
Tabel 12 Tujuan responden dalam menggunakan kliping online ..................................... 60
Tabel 13 Subjek kliping online yang sering dicari responden .......................................... 61
Tabel 14 Kliping online memenuhi kebutuhan responden ............................................... 64
Tabel 15 Informasi yang didapat dari petugas layanan .................................................... 65
Tabel 16 Kemukhtahiran artikel dalam kliping online ..................................................... 66
Tabel 17 Kebutuhan informasi mengenai bidang yang diinginkan responden ................. 67
Tabel 18 Pengetahuan responden mengenai advance search kliping online ..................... 68
Tabel 19 Penggunaan advance search kliping online ....................................................... 69
Tabel 20 Cara pemanfaatan kliping online ....................................................................... 70
Tabel 21 Pendapat responden tentang pernah tidaknya gagal dalam menemukan subjek 72
Tabel 22 Tingkat seringnya terjadi kegagalan .................................................................. 72
Tabel 23 Penyebab kegagalan responden dalam mencari subjek yang dikehendaki ........ 73
Tabel 24 Peran pustakawan membantu dalam pencarian ................................................. 74
Tabel 25 Peran pustakawan dalam mensosialisasikan kliping online ............................... 75
Tabel 26 Peran pustakawan dalam membantu pemustaka ketika ada kendala ................. 76
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pengajuan Proposal
Lampiran 2 Surat Tugas Menjadi Pembimbing
Lampiran 3 Lembar Penggantian Judul Skripsi
Lampiran 4 Lembar Bimbingan
Lampiran 5 Printscreen Halaman Web Mahkamah Agung RI
Lampiran 6 Printscreen Halaman Web Perpustakaan Mahkamah Agung RI
Lampiran 7 Printscreen Tampilan Kliping Online Mahkamah Agung RI
Lampiran 8 Kuesioner
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan informasi diikuti dan diberdayakan sumbernya serta dikemas
menjadi bahan bacaan yang menarik dan bermanfaat merupakan modal kerja yang
baik bagi pembuatnya. Salah satu kemas ulang informasi yang mudah dibuat
adalah kliping. Kliping adalah guntingan artikel atau berita dari surat kabar,
majalah dan sebagainya yang dianggap penting untuk disimpan atau
didokumentasikan. Selain instansi, perorangan pun dapat membuat kliping untuk
kepentingan pribadi. Kehadiran kliping di berbagai instansi cukup membantu misi
instansi yang bersangkutan. Selain sebagai bahan dokumen kepentingan dinas,
perorangan pun dapat membuat kliping untuk kesenangan pribadi, umpamanya
seseorang berminat untuk tanaman langka, ikan hias, biografi, dan lain-lain.
Selanjutnya orang itu akan membuat kliping tentang hobinya.
Kliping dibuat karena diyakini akan menjadi informasi yang berharga.
Instansi pada umumnya membuat kliping yang mempunyai bobot ilmiah, dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari instansi dan dapat juga
dimanfaatkan pengguna lainnya.1
Kliping adalah salah satu koleksi perpustakaan. Perpustakaan merupakan
salah satu pusat informasi dimana biasanya bahan pustaka disimpan menurut tata
susunan tertentu, dan dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan potensi menuju
masa depan yang lebih baik serta tempat yang sering dijadikan rujukan dalam
mencari informasi.
1 Djunaidi, Temu Wicara Tentang Teori dan Praktek Kliping Koran (Jakarta: Yayasan
Memajukan Jasa Informasi (YASMIN), 2000). h. 1
2
Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun
gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya
yang biasa disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca,
bukan untuk dijual.2 Perpustakaan harus dipertahankan terus keberadaanya dan
diselenggarakan dengan baik agar selalu bisa memberikan informasi yang tepat
dan cepat kepada masyarakat disekitarnya. Perpustakaan menurut jenisnya dibagi
dalam beberapa jenis, salah satunya adalah perpustakaan khusus. Perpustakaan
khusus adalah perpustakaan yang berada pada suatu instansi atau lembaga
tertentu, baik pemerintah maupun swasta, dan sekaligus sebagai pengelola dan
penanggung jawabnya.3 Dengan demikian Perpustakaan Khusus merupakan salah
satu jenis perpustakaan yang menyimpan berbagai macam informasi bagi
masyarakat dan peneliti untuk menambah pengetahuan sebanyak-banyaknya dan
memperoleh jawaban atas suatu pertanyaan yang dibutuhkannya sesuai dengan
kebutuhan masing-masing.
Pada zaman sekarang kebutuhan masyarakat akan informasi sangatlah
banyak dan kompleks, masyarakat tidak cukup hanya mengandalkan buku-buku
saja dari beberapa koleksi yang ada di perpustakaan. Salah satunya adalah koleksi
terbitan berkala yang merupakan salah satu sumber referensi yang dapat
dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan informasi yang terbaru. Terbitan
berkala merupakan terbitan yang dipublikasikan secara berturut-turut dengan
tenggang waktu tertentu, koleksi terbitan berkala mempunyai peranan yang
penting dalam penyebaran informasi. Terbitan berkala merupakan salah satu
koleksi yang sangat penting didalam sebuah perpustakaan, karena terbitan berkala
2Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia, 1991) h. 5
3Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2006) h. 38
3
memuat berita-berita mengenai berbagai peristiwa yang terbaru dalam kehidupan
sehari-hari sehingga terbitan berkala ini menjadi media penyebaran informasi baru
yang efektif. Menyediakan informasi yang mutakhir merupakan bagian yang
penting dalam layanan perpustakaan, dan ini juga tergantung pada seberapa besar
kebijakan dari pengembangan koleksi di sebuah perpustakaan agar upaya
pengadaan tersebut dapat dilakukan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan
pemakai perpustakaan.
Perpustakaan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) adalah salah
satu perpustakaan khusus yang berada di lingkungan Mahkamah Agung Republik
Indonesia yang memprioritaskan sebagian besar koleksinya di bidang hukum dan
perundang-undangan. Perpustakaan Mahkamah Agung Republik Indonesia
(MARI) bertujuan untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas para Hakim
maupun para pencari informasi secara cepat, tepat, dan akurat. Perpustakaan
Mahkamah Agung RI mempunyai visi yaitu, mewujudkan pelayanan prima
berbasis teknologi informatika yang berorientasi kepada kepuasan pemustaka.4
Salah satu koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan MARI adalah kliping.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis, Perpustakaan MARI
menerbitkan kliping sejak tahun 1990 yang diterbitkan setiap 2 bulan sekali dan
dibagikan kepada pegawai eselon II MARI. Selama penerbitan tersebut,
perpustakaan belum pernah melakukan evaluasi pemanfaatan kliping yaitu
mengukur sejauh mana kliping tersebut dimanfaatkan oleh pegawai yang
menerimanya. Sedangkan perpustakaan sudah melakukan upaya dalam memenuhi
kebutuhan informasi pegawai di Lingkungan Hukum dan Peradilan MARI.
4 Mahkamah Agung Republik Indonesia, “Mahkamah Agung Republik Indonesia” diakses
pada tanggal 5 Maret 2016 melalui http://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/hal-tentang-
kami.html,
4
Tujuan pertama kali kliping ini dibentuk adalah ingin mendokumentasikan
informasi peristiwa-peritiwa hukum di Mahkamah Agung Republik Indonesia
(MARI). Dalam hal ini selaras dengan tugas pokok dan fungsi bagian
Perpustakaan dan Layanan Informasi, Biro Hukum dan Humas Badan Urusan
Administrasi Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI). Oleh karena itu
kami masih memandang perlu untuk diterbitkannya kliping Mahkamah Agung
secara teratur dan berkesinambungan.
Dari awal di terbitkan kliping ini sudah dibuat menjadi buku. Kemudian
kliping ini berkembang menjadi kliping online pada tahun 2017. Sumber kliping
online ini diambil dari berbagai macam Surat Kabar yang ada di Indonesia seperti
Kompas, Republika, Media Indonesia, Jawa Post, Sindo, Suara Karya, Suara
Pembaruan, Indopos, Rakyat Merdeka, Tempo. Kliping online tersbut dibuat
melalui vendor dari luar. Tujuan Kliping ini di onlinekan agar beritanya lebih
cepat sampai kepada para pembacanya. Kliping online juga lebih praktis dalam
penyimpanannya dan lebih mudah untuk di akses.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mendalami penelitian
dalam pembuatan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Kliping Online Di
Lingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang penulis
ambil, maka dalam penelitian ini peniliti hanya meneliti tentang Pemanfaatan
Kliping online di lingkungan MARI.
5
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana Pemanfaatan Kliping Online di Lingkungan MARI?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menganalisa lebih detail
mengenai Pemanfaatan Kliping Online di Lingkungan Mahkamah Agung RI,
sebagaimana yang ingin diketahui sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemanfaatan kliping online dalam memenuhi kebutuhan
informasi oleh pegawai di lingkungan MARI.
D. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan penulis tentang pemanfaatan kliping
online di MARI lingkungan peradilan studi kasus Perpustakaan Mahkamah
Agung Republik Indonesia adalah:
1. Untuk mengevaluasi pemanfaatan koleksi kliping atau layanan.
2. Sebagai masukan bagi perpustakaan untuk lebih meningkatkan pemanfaatan
kliping yang sudah tersedia di Perpustakaan MARI oleh pegawai.
3. Perbaikan dalam penyediaan kliping.
4. Sebagai pengalaman menulis ketika terjun langsung ke lapangan yang selama
ini hanya mempelajari teori dari dunia perkuliahan.
5. Memberikan sumbangsih, buah pikiran dan masukan kepada Perpustakaan
6
Mahkamah Agung Republik Indonesia dalam hal Pemanfaatan Kliping online
di lingkungan MARI.
E. Definisi Istilah
Beberapa istilah di bawah berkaitan dengan penelitian ini agar mudah
dipahami.
1. Kliping berasal dari bahasa inggris clipping yang artinya guntingan. Kliping
adalah guntingan artikel atau berita dari koran, majalah, dan sebagainya yang
dianggap penting untuk disimpan dan didokumentasikan 5
2. Perpustakaan khusus adalah Perpustakaan yang berada di dalam naungan
sebuah lembaga/instansi pemerintahan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan ini,
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini berisi landasan teori terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan objek yang diteliti seperti definisi perpustakaan khusus,
terbitan berkala, dan pengolahan kliping, penelitian relevan.
5 Djunaidi, Temu Wicara Tentang Teori dan Praktek Kliping Koran (Jakarta: Yayasan
Memajukan Jasa Informasi (YASMIN), 2000). h.1
7
Bab III Metodologi Penelitian
Bab ini berisi metodologi penelitian yang berkaitan dengan jenis
dan pendekatan penelitian, sumber data, informan, teknik
pengolahan data, teknik analisis data, tempat, dan waktu penelitian.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini merupakan bab inti yang menguraikan tentang pemanfaatan
kliping online di lingkungan MARI di Perpustakaan Mahkamah
Agung.
Bab V Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini.
Penulis juga mencoba memberikan saran yang membangun untuk
Perpustakaan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
8
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
A. Perpustakaan Khusus
1. Pengertian Perpustakaan Khusus
Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada di suatu instansi,
lembaga, mesjid, rumah sakit, dan lain sebagainya. Perpustakaan khusus
berada dibawah naungan kelembagaan suatu negara maupun swasta.
Perpustakaan khusus juga biasa disebut dengan perpustakaan kedinasan.
Perpustakaan khusus merupakan tempat penelitian dan pengembangan,
pusat kajian, serta penunjang pendidikan pelatihan sumber daya manusia atau
pegawai. Dalam hal tertentu orang luar, dapat diperbolehkan menggunakan
perpustakaan, misalnya untuk suatu penelitian, setelah mendapat izin atau
rekomendasi dari pejabat yang berwenang atau berkepentingan. Perpustakaan
tersebut disebut perpustakaan khusus, karena kekhususan koleksi, pemakai,
tempatnya, dan pengelolanya. Istilah perpustakaan kedinasan, karena tugas dan
fungsinya dikaitkan dengan tugas-tugas kedinasan lembaga induknya yang
harus difasilitasi dan ditunjang agar berlangsung baik.6
Dengan kata lain perpustakaan adalah salah satu alat yang vital dalam
setiap program pendidikan, pengajaran, dan penelitian (research) bagi setiap
lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan, sering terdengar suara-suara
pendidik yang mengatakan bahwa perpustakaan adalah inti setiap program dan
pengajaran atau dalam bahasa asingnya “the heart of the educational
programs”.
6 Sutarno NS. Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Sagung Seto, 2006) h. 50
9
Menurut Sulistyo-Basuki dalam buku Pengantar Ilmu Perpustakaan
menjelaskan bahwa :
“Perpustakaan Khusus dapat merupakan perpustakaan sebuah
departement, lembaga negara, lembaga penelitian, organisasi massa,
militer, industri, maupun perusahaan swasta”.
Sedangkan menurut Hernandono Dalam bukunya perpustakaan dan
kepustakawanan menjelaskan perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang
memiliki kekhususan tertentu, misalnya dilihat dari tugas dan fungsinya,
koleksi serta pemakaiannya.7
Dalam buku etika kepustakawanan dijelaskan bahwa perpustakaan
khusus termasuk didalamnya perpustakaan kedinasan adalah perpustakaan
yang diselenggarakan oleh lembaga/instansi pemerintah dan swasta.
Perpustakaan khusus berada di lingkungan suatu lembaga tertentu. Tugas
pokoknya adalah memberikan layanan informasi kepada anggota atau staf
lembaga dimana perpustakaan bernaung. Tujuan utamanya adalah untuk
mendukung tujuan organisasi. Umumnya layanan bersifat tertutup dan hanya
melayani anggota organisasi.8
Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa
perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada dibawah naungan
khusus lembaga tertentu misal sebuah instansi, lembaga pemerintah, rumah
sakit, mesjid dan lain sebagainya.
7 Hernandono. Perpustakaan dan Kepustakawanan (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999) h.
18 8 Rachman Hermawan dan Zulfikar Zen. Etika Pustakawan (Jakarta: Sagung Seto 2010), h.
40
10
2. Tujuan Perpustakaan khusus
Sebagai pusat informasi di sebuah lembaga pemerintahan, perpustakaan
khusus berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan informasi
penggunanya. Fungsi perpustakaan merupakan salah satu kegiatan yang
dijalankan secara berkala dan menyeluruh oleh sebuah perpustakaan guna
mewujudkan visi dan misi perpustakaan tersebut. Perpustakaan khusus dan
bersama-sama unit lainnya, tentu saja dengan peran yang berbeda-beda
bertugas membantu lembaga instansinya masing-masing.
Perpustakaan khusus memiliki tujuan khusus yaitu mengembangkan
keterampilan karyawan untuk belajar mandiri, memupuk minat dan bakat pada
umumnya dan minat baca karyawan pada khususnya; memotivasi karyawan
untuk dapat memelihara dan memanfaatkan bahan pustaka secara efektif dan
efisien; dan mengembangkan kemampuan karyawan untuk mencari,
menemukan, mengelola dan memanfaatkan informasi yang tersedia di
perpustakaan khusus.9
Menurut Martono, tujuan perpustakaan khusus adalah untuk
memperlanacar kegiatan pelaksanaan program lembaga kedinasan. Dengan
demikian, tujuan perpustakaan khusus, lazimnya sama yaitu membantu tugas
badan induk tempat perpustakaan bernaung. Akibatnya, tugas masing-masing
perpustakaan khusus akan berbeda karena perpustakaan tersebut bertanggung
jawab kepada lembaga induknya.10
Menurut Hasugian, tujuan perpustakaan khusus adalah perpustakaan
yang hanya menyediakan koleksi khusus yang berkaitan dengan misi dan
9 Mudjito, Pembinaan Minat Baca (Jakarta: Universitas Terbuka, 2001), h. 22.
10 Undang Sudarsana dan Bastiano, Pembinaan Minat Baca, ed. 3 (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 27.
11
tujuan organisasi atau lembaga yang memilikinya dan biasanya memberikan
pelayanan yang khusus kepada staf organisasi atau lembaganya saja.11
Selain
itu perpustakaan khusus juga melayani untuk para pengguna yang
membutuhkan informasi sesuai dengan bidang perpustakaan tersebut menaung.
Tujuan perpustakaan khusus lazimnya sama, akan tetapi secara umum
menurut bapak sulistyo basuki adalah untuk membantu tugas badan induk
tempat perpustakaan bernaung.12
Pembagian tugas lebih lanjut dari masing-
masing perpustakaan akan berbeda sebagai contoh, perpustakaan industri dan
badan komersial bertujuan untuk mambantu badan induk mengehemat waktu
dan uang. Ungkapan menghemat waktu dan uang dapat dijelaskan lebih lanjut
sebagai berikut:
a. Pembuatan dan penyebaran buletin berisi informasi yang relevan dengan
produk perusahaan, misalnya produk baru.
b. Sirkulasi bahan pustaka pada staf utama sesuai dengan minat mereka.
c. Penyediaan koleksi yang dirancang untuk memungkinkan tujuan nomor dan
2 tercapai serta mengembangkan koleksi sebagai basis penelitian, dan
d. Menyediakan staf yang mempu melakukan penelusuran literatur bagi tim
penelitian maupun pihak manajemen. Banyak perpustakaan industri mulai
menggunakan komputer untuk keperluan penelusuran bahan pustaka dan
paten.
Dari beberapa penjelasan dapat disimpulkan tujuan diadakannya
perpustakaan khusus bukan hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan
bahan-bahan pustaka tetapi dengan adanya perpustakaan khusus diharapkan
11
Jonner Hasugian, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Medan: USU Press,
2009), h. 82. 12
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Gramedia, 1991) h.
12
dapat membantu lembaga maupun instansi induknya dalam memenuhi
kebutuhan informasi mereka. Oleh sebab itu segala bahan pustaka yang
tersedia di perpustakaan khusus diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
informasi bagi penggunanya.
3. Fungsi Perpustakaan Khusus
Ditinjau dari tujuannya, perpustakaan khusus memang berfungsi
sebagai pusat dan sumber informasi bagi pemustaka. Baik ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan instansi induknya atau tidak. Perpustakan khusus juga
mempunyai fungsi lain, yaitu sebagai mediator bagi pemustaka perpustakaan
yang ingin mendapatkan informasi.
Menurut Sutarno NS, fungsi perpustakaan khusus adalah menyediakan
sumber-sumber informasi dan mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan
organisasi yang menaungi perpustakaan. Selain itu, perpustakaan khusus juga
berfungsi sebagai tempat penelitian dan pengembangan, pusat kajian, serta
penunjang pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia atau pegawai.13
Menurut Undang dan Bastiano, dalam menjalankan tugasnya,
perpustakaan khusus mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Untuk menjalankan managament information system maka
fungsinya adalah mengumpul (collection), pengamatan, perawatan
atau pemeliharaan (collation), evaluasi (evaluation), penyimpanan
yang teratur dan terorganisasikan dengan baik (organized storage),
pencarian kembali dengan sistematis (systematic retrieval) dan
13
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.
50.
13
penyebaran (dissemination) informasi, ilmu, dan teknologi dengan
memanfaatkan hasil teknologi mutakhir.
b. Untuk menyelenggarakan koordinasi antar perpustakaan pusat
informasi dan dokumentasi di badan lingkungan yang bersangkutan
maka fungsinya adalah:
1) Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan tenaga
koleksi (buku dan terutama bahan bukan cetakan), gedung
atau ruang serta perabot (perlengkapan) pemakai dan
hubungan kerja sama internal;
2) Mengadakan sistem jaringan jaringan dokumentasi dan
informasi baik secara intern maupun eksternal.
c. Untuk menyelenggarakan tugas sebagai depository library badan
yang bersangkutan maka fungsinya adalah:
1) Mengumpulkan, menerima dan mengolah semua jenis
bahan pustaka baik yang terbitan dalam lingkungan badan
maupun yang berkaitan dengan ruang lingkup tugas dan
fungsi yang berupa buku atau bahan lain (monograph),
survei, report dan sebagainya;
2) Sebagai clearing house untuk dokumen atau arsip badan
yang bersangkutan.14
Dari beberapa sumber yang menjelaskan fungsi dari perpustakaan
khusus dapat disimpulkan bahwa perpustakaan khusus memiliki fungsi
mengumpulkan, mengelola, dan menyimpan informasi yang terkait pada
14
Undang Sudarsana dan Bastiano, Pembinaan Minat Baca,ed. 3 (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 26.
14
bidang induknya serta mendukung dan membantu lembaga induk yang telah
menaungi perpustakaan tersebut.
4. Ciri-Ciri Perpustakaan Khusus
Adapun ciri utama perpustakaan khusus ialah:
a. Memiliki buku yang terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja.
Misalnya perpustakaan yang membatasi pada suatu objek (contoh pertanian
kering), subjek yang luas (biologi dan pertanian), maupun berorientasi ke
misi (misalnya pengangkutan).
b. Keanggotaan perpustakaan terbatas pada sejumlah anggota yang ditentukan
oleh kebijakan perpustakaan atau kebijakan badan induk tempat
perpustakaan tersebut.
c. Peran utama pustakawan ialah melakukan penelitian kepustakaan untuk
anggota. Dalam melakukan penelitian untuk anggota, sering dipersoalkan
seberapa jauh pustakawan harus mekakukan penelitian. Ada yang
berpendapat pustakawan hanya melakukan penelusuran literatur, ada pula
yang berpendapat pustakawan terbatas pada pemberian petunjuk umum
mengenai penggunaan sarana bibliografi artinya sarana grafis maupun
elektronik untuk menelusur permintaan anggota perpustakaan.
d. Tekanan koleksi bukan pada buku (dalam arti sempit) melainkan pada
majalah, pamflet, paten, laporan penelitian, abstrak, atau indeks karena jenis
tersebut umumnya informasinya lebih mutkhir dibanding buku.
e. Jasa yang diberikan lebih mengarah kepada minat anggota perorangan.
Karena itu perpustakaan khusus menyediakan jasa yang sangat berorientasi
15
kepemakainya dibandingkan jenis perpustakaan lain. Jasa yang
diselenggarakan misalnya pemencaran informasi terpilih atau pengiriman
fotokopi artikel sesuai dengan minat pemakai.
5. Koleksi Perpustakaan Khusus
Koleksi perpustakaan khusus difokuskan pada koleksi mutakhir di dalam
subjek yang menjadi tujuan perpustakaan tersebut dan juga untuk mendukung
badan induknya. Koleksi suatu perpustakaan khusus adalah tidak terletak dalam
banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan lainnya melainkan ditekankan
kepada kualitas koleksinya, agar dapat mendukung jasa penyebaran informasi
mutakhir serta penelusuran informasi.15
Perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki sekurang-kurangnya
jenis koleksi meliputi:
1. Buku yang terkait di bidangnya;
2. Serial
3. Koleksi referensi
4. laporan
Koleksi dasar perpustakaan khusus terdiri dari:
1. perpustakaan khusus instansi pemerintah memiliki koleksi buku
sekurang-kurangnya 1.000 judul dalam bidang kekhususannya.
2. Sekurang-kurangnya 80% koleksinya terdiri dari subyek/disiplin
ilmu tertentu sesuai dengan kebutuhan instansi induknya.
3. Perpustakaan menyediakan koleksi terbitan dari dan tentang
15 Panduan Koleksi Perpustakaan Khusus, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1992).
16
instansi induknya.
4. Perpustakaan melanggan minimal 10 judul majalah yang berkaitan
dengan kekhususan instansi induknya.
6. Layanan Kemas Ulang Informasi
Kemas ulang informasi merupakan kegiatan mengemas kembali atau
mentransfer dari satu bentuk ke bentuk lain dalam kemasan yang lebih menarik
untuk memfasilitasi interaktivitas pengguna dalam menerapkan informasi, dan
pelayanan ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi spesifik.
Tujuannya adalah untuk menghemat waktu pengguna. Kemas ulang bisa
dilakukan melalui berbagai bentuk dan berbagai bahasa.16
Kemas ulang informasi memainkan peranan penting dalam inovasi
produk dan pelayanan. Kemas ulang merujuk pada penyajian informasi dalam
format yang mudah digunakan oleh pemustaka, meningkatkan penerimaan dan
pemanfaatan pelayanan dan produksi informasi. Pelayanan informasi membantu
pemustaka untuk mengatasi ledakan informasi dan mengungkap inovasi yang
tersembunyi. Pengemasan memberikan keunggulan pesaing pada akses yang lebih
cepat, efisien, dan handal yang akhirnya divisualkan sebagai sarana penting atau
dukungan untuk proses perumusan keputusan ditingkat lembaga.
Kemas ulang informasi merupakan sebuah proses sistematis dari
pemberian nilai tambah pada informasi apabila penambahan nilai termasuk
analisis dan sitesis informasi, penyuntingan dan menerjemahkan dokumen. Kemas
ulang informasi juga menjamin kemutakhiran, ketepatan, akurasi, kelengkapan,
16 Rosa Widyawan. Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi (Jakarta: Media Kampus Indonesia
2014), h.45
17
pemahaman yang mudah, kenyamanan pengguna, dan penyesuaian informasi
untuk memenuhi kebutuhan pemustaka.17
Untuk memberikan nilai tambah pada produk informasi, pustakawan harus
memahami masalah akses informasi yang sering mereka hadapi. Kemas ulang
informasi dapat menambah nilai atau pelayanan yang tidak tersedia di lain tempat.
Konsekuensinya, pustakawan perlu mempertimbangkan tingkat pendidikan atau
pengetahuan tentang subjek agar tidak menghambat penyampaian informasi.
Dalam konteks kemas ulang informasi harus mampu menafsirkan, mengemas
kembali, dan menerapkan informasi pada situasi pengguna dan membantu
masyarakat untuk mengaplikasikan informasi yang didapatkannya.18
Dalam kehidupan sehari hari saat ini, kemas ulang kembali informasi
menjadi kegiatan penting karena jutaan informasi di produksi manusia setiap
menit dengan kemajuan teknologi komputer dan telekomunikasi, bahkan dengan
kemas ulang informasi para pemustaka mendapat kemudahan untuk lebih
memahami informasi yang melimpah itu.19
7. Kliping
Kliping berasal dari bahasa inggris clipping yang artinya guntingan.
Kliping adalah guntingan artikel atau berita dari koran, majalah dan sebagainya
17
Rosa Widyawan. Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi (Jakarta: Media Kampus Indonesia
2014), h.145 18 Rosa Widyawan. Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi (Jakarta: Media Kampus Indonesia
2014), h. 53
19 Rosa Widyawan. Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi (Jakarta: Media Kampus Indonesia
2014), h. 53-54
18
yang dianggap penting untuk disimpan dan didokumentasikan. 20
Selain instansi,
perorangan pun dapat membuat kliping untuk kepentingan pribadi. Kehadiran
kliping di berbagai instansi cukup membantu misi instansi yang bersangkutan.
Kliping dibuat karna diyakini akan menjadi informasi yang berharga.
Instansi pada umumnya membuat kliping yang mempunyai bobot ilmiah, dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari instansi dan dapat juga
dimanfaatkan pengguna lainnya.21
Kliping adalah salah satu koleksi perpustakaan. Perpustakaan merupakan
salah satu pusat informasi dimana biasanya bahan pustaka disimpan menurut tata
susunan tertentu, dan dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan potensi menuju
masa depan yang lebih baik serta tempat yang sering dijadikan rujukan dalam
mencari informasi.
B. Kebutuhan Informasi Pegawai
1. Informasi
Pada hakikatnya, informasi dapat disampaikan melalui langsung
maupun tidak, baik secara individu maupun kelompok. Informasi diperoleh
dari berbagai macam cara dan dapat menggunakan media untuk penyampaian
informasi.
Informasi adalah data yang mempunyai makna dan disajikan dalam
suatu konteks. Misalnya, seseorang menuliskan 23.500. Deretan angka ini
20 Djunaidi, Temu Wicara Tentang Teori dan Praktek Kliping Koran (Jakarta: Yayasan
Memajukan Jasa Informasi (YASMIN), 2000). h. 1 21
Djunaidi, Temu Wicara Tentang Teori dan Praktek Kliping Koran (Jakarta: Yayasan
Memajukan Jasa Informasi (YASMIN), 2000). h. 1
19
adalah data karena kita tidak tahu alasan atau konteksnya. 22
Kata informasi adalah pengetahuan atau ilmu yang dikomunikasikan
atau disebarluaskan. Ilmu informasi adalah disiplin ilmu yang mempelajari
susunan dan kualitas informasi ilmiah dan mempelajari peraturan-peraturan
atau kaidah teori, sejarah, metodologi.23
Informasi adalah masukan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti
gagasan dan pengalaman seseorang, kegiatan operasional, pendapat
masyarakat, hasil penelitian atau pengamatan, dan lain-lain.24
Informasi adalah bersifat lisan (Informal), tertulis (Formal) atau bersifat
tabulat (data atau statistik).25
Informasi merupakan hal yang esensial bagi
setiap orang dalam berbagai keperluan dan kepentingan. Namun tingkat dan
tips informasi yang dibutuhkan tersebut tergantung pada individu. Seseorang
yang professional seperti guru, ilmuan, membutuhkan lebih banyak data dan
fakta dari pada masyarakat pemakai lainnya.26
Maka dari semua penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa
informasi dapat kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari
data dan dari observasi terhadap dunia sekitar kita serta meneruskannya
melalui komunikasi.
22
Rosa Widyawan. Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi (Jakarta: Media Kampus Indonesia
2014), h. 2 23
Kosan Rimbarawa, Dasar-dasar Organisasi Informasi (Jakarta: Hakaeser, 2006), h. 1 24
Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius
1992), h. 41 25
Utari Budiharjo, “Kebutuhan Pemakai dan Jasa Informasi” Majalah Ikatan Pustakawan
Indonesia. Thn. IV, No.1(Jan-Feb-Mar, 1983), h. 105 26
Norman Hasibuan, “Peranan Perpustakaan bagi Keluarga Sejahtera dalam rangka
Penanggulangan Kemiskinan” Al-Maktabah, Vol.3 No.2, (Oktober, 2001), h. 158
20
2. Sumber-Sumber Informasi
Informasi tidak dapat lepas dari sumber-sumbernya. Sumber informasi
adalah masukan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti kegiatan-kegiatan
operasional, gagasan-gagasan atau pendapat masyarakat, data yang diperoleh
dari kegiatan-kegiatan penelitian, data ilmiah berupa teori, dalil, hipotesa ilmu
pengetahuan, pengalaman dan penemuan baru.
Sumber-sumber informasi dibedakan menjadi 4 yaitu:
a. Sumber primer
Sumber informasi primer adalah karangan asli yang ditulis secara
lengkap meliputi:
1) Monografi
Monografi merupakan buku teks, yang dapat merupakan karya pengarang
tunggal, pengarang ganda, editor, terjemahan, saduran dan karya bersama
antara seniman dan penulis naskah. Monografi dapat berseri, berjilid,
dengan objek bahas yang sama.
2) Artikel majalah
Artikel majalah yang penting berupa hasil penelitian yang kadang-
kadang dilengkapi dengan abstrak atau intisari yang dibuat oleh
pengarangnya.
3) Hasil penelitian
Hasil penelitian merupakan hasil penelitian baru yang didasarkan pada
suatu hipotesis yang dikaji kebenarannya. Suatu hasil penelitian dapat
merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya.
4) Langsung atau reportase
21
Dapat berupa hasil wawancara dengan seseorang, laporan pandangan
mata, skripsi, tesis, disertasi.
b. Sumber sekunder
Sumber sekunder adalah segala jenis ringkasan sumber primer dan
merupakan alat bantu untuk menemukan sumber primer. Contoh
1) Ensiklopedi
2) Kamus
3) Bibliografi
4) Kumpulan indeks
5) Kumpulan abstrak
6) Sumber biografi
7) Katalog perpustakaan, dan lain-lain
c. Sumber tersier
Sumber tersier adalah ringkasan sumber sekunder, contohnya
1) Indeks abstrak
Kumpulan abstrak yang diterbitkan dalam kelompok majalah misalnya,
biasanya dilengkapi dengan indeks abstrak digunakan sebagai alat untuk
menemukan abstrak dengan cepat.
2) Bibliografi dari bibliografi
Daftar bibliografi-bibliografi yang diterbitkan dalam bentuk majalah
misalnya, dapat digunakan sebagai alat untuk menemukan bibliografi
tertentu dengan cepat.27
d. Internet
27
Soatminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan. (Yogyakarta: Kanisius
1992), h. 45
22
Internet merupakan salah satu sumber informasi yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat, dengan mengakses internet seseorang akan
dengan mudah mendapat informasi yang diinginkan. Informasi yang mereka
inginkan bisa didapatkan dengan mengunjungi situs-situs pada internet
berbantukan mesin pencari informasi. Definisi intenet adalah jantung era
informasi. Disebut “induk dari semua jaringan” karena internet (“net” atau
“jaringan”) adalah jaringan komputer di seluruh dunia yang
menghubungkan ratusan bahkan ribuan jaringan yang lebih kecil, misalnya
jaringan pendidikan, komersial, nirlaba dan militer, bahkan jaringan
individual.28
3. Kebutuhan Informasi
Dalam kebutuhan sehari-hari semua orang pasti akan membutuhkan
informasi, apapun jenis pekerjaannya. Kebutuhan informasi sebagai bagian dari
tuntutan kehidupan, penunjang kegiatan, dan pemenuhan kebutuhan. Informasi
dibutuhkan karena bisa berfungsi banyak bagi kehidupan manusia.
Definisi Kebutuhan informasi terdapat berbagai pendapat. Diantara
pendapat itu menurut Sulistyo Basuki kebutuhan informasi adalah informasi
yang diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah,
pendidikan dan lain-lain.29
Kebutuhan informasi merupakan perpaduan dari 2 suku kata, yaitu
kebutuhan informasi. Kebutuhan adalah keadaan dimana manusia merasakan
28 Wiliams Brian K, Using Information Technologi:Pengenalan Praktis Dunia Komputer
dan Komunikasi, (Yogyakarta: ANDI 2007), h. 17 29
Sulistyo Basuki, Pengantar Dokumentasi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h. 393.
23
suatu kekurangan dan berupaya untuk memenuhi kekurangan tersebut.30
Sedangkan informasi yang bahasa latinnya “informare” adalah membuat
berbentuk, membentuk melalui pendidikan, pesan dan keterangan. Selain itu
kata “information” dalam bahasa (Inggris) dewasa ini juga diartikan sebagai
penambahan pengetahuan dipihak penerima, penerima informasi berupa
mahluk hidup maupun mesin.31
Kebutuhan informasi adalah informasi yang diperlukan seseorang untuk
melengkapi atau mencapai suatu tujuan. Timbulnya kebutuhan seseorang tetap
dipengaruhi oleh kondisi fisiologis, situasi dan kognisinya. Orang yang
memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung membutuhkan informasi yang
lebih banyak dibandingkan orang dengan pendidikan rendah. Karena biasanya
orang dengan pendidikan tinggi akan lebih banyak membandingkan dan
menelaah informasi yang didapatkannya dengan sumber informasi lain yang
sejenis.
Kebutuhan informasi (perlu informasi) adalah situasi faktual dimana
terdapat koneksi tak terpisahkan dari „informasi‟ dan „kebutuhan‟. Informasi
berasal dan dihasilkan karena terdapat kebutuhan atau kepentingan. Artinya
terdapat makna yang tidak terpisahkan dari kata kebutuhan dan informasi,
terciptanya informasi didasari oleh kebutuhan si pengguna akan sebuah data,
dokumen, atau penjelasan akan sesuatu yang disebut informasi.32
Selanjutnya dikaitkan dengan lingkungan yang mendorong timbulnya
30
Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1982) jil.3, h.
1707 31
Hasan Shadily, Ensiklopedi Indonesia (Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1982) jil.3, h.
1446 32 Prasad. “Articulo: Information Need And User”, Varanasi 221 005 , no. 8. (April-Juni
2000). h. 8
24
kebutuhan, khususnya yang berkaitan dengan seseorang yang dihadapkan
dengan berbagai media penampung informasi (sumber-sumber informasi),
dalam buku Pawit M Yusuf tahun 2010, katz dan Hass kebutuhan manusia
yang dikemukakan sebagai berikut:
a. Kebutuhan kognitif.
Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memperkuat atau
menambah informasi, pengetahuan dan pemahaman seseorang akan
lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk
memahami dan menguasai lingkungannya. Hal ini memang benar bahwa
orang menurut pandangan psikologis kognitif mempunyai kecenderungan
untuk mengerti dan menguasai lingkungannya. Disamping itu kebutuhan ini
juga dapat memberi kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan
seseorang.
b. Kebutuhan afektif
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal yang dapat
menyenangkan dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media
baik dalam bentuk cetak maupun dalam bentuk rekaman elektronik juga
sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan.
c. Kebutuhan integrasi personal (personal intergrative needs)
Ini sering dikaitkan dengan penguatan kredibillitas, kepercayaan, stabilitas,
dan status individu kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang
untuk mencari harga diri.
d. Kebutuhan integrasi sosial
Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan hubungan keluarga, teman dan
25
orang lain di dunia. Kebutuhan informasi didasari oleh hasrat seseorang
untuk bergabung dan berkelompok
e. Kebutuhan berkhayal (Escapist Needs)
Ini dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melahirkan diri,
melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan
(diversion).33
Banyak kebutuhan yang menuntut untuk dilengkapi termaksud
kebutuhan seseorang akan informasi yang bisa didapatkan dengan berbagai
cara. Kebutuhan informasi bisa dipenuhi jika seseorang dapat memaksimalkan
fungsi dari fasilitas-fasilitas pencarian informasi, termaksud dengan
penggunaan perpustakaan sebagai pusat dari informasi, karena perpustakaan
memiliki beragam informasi yang disimpan dalam bentuk koleksi seperti buku,
jurnal, kaset, dvd, dan lain-lain. Selain perpustakaan dengan mengakses situs-
situs informasi yang dapat dipertanggung jawabkan yang mudah di akses
dengan alat-alat canggih seperti handphone, laptop, tab dan lain-lain, pencari
informasi juga dapat mendapatkan informasi yang diinginkannya.
4. Jenis kebutuhan informasi
Kebutuhan informasi seseorang selalu berubah seiring dengan waktu
dan memiliki jenis kebutuhan yang berbeda.
Menurut Guha ada empat jenis kebutuhan terhadap informasi yaitu:
a. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna
informasi yang sifatnya mutakhir.
33
Pawit M. Yusup, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi : Information Retrival.
(Jakarta: Kencana, 2010). h. 81
26
b. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna
yang diperlukan sehari-hari yang sifatnya spesifik dan cepat.
c. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna
akan informasi yang mendalam, spesifik dan lengkap.
d. Cathching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan
informasi yang cepat, ringkas tetapi juga lengkap.34
C. Pemanfaatan Koleksi
1. Pengertian Pemanfaatan Koleksi
Pemanfaatan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berati suatu proses
atau perbuatan memanfaatkan atau menggunakan sesuatu. Dapat disimpulkan
bahwa pemanfaatan adalah proses atau cara, perbuatan memanfaatkan sesuatu
yang kita butuhkan.35
Koleksi merupakan seperangkat sumber informasi (resources) yang
disediakan oleh pemakai tertentu. Koleksi merupakan suatu kumpulan bahan-
bahan tercetak, bahan audio visual, maupun bahan-bahan elektronik.36
Pemanfaatan koleksi adalah bahan pustaka yang disediakan harus dibaca
dan dipergunakan oleh kelompok masyarakat yang menjadi target untuk
memakainya dan bentuk nyatanya pemanfaatan koleksi bahan pustaka ialah
dibaca, dipinjam, diteliti, dikaji, dianalisis , dikembangkan untuk berbagai
34
Encang Saepudin, Perilaku Pencarian Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi (Bagian
1). Diakses pada tanggal 6 Februari 2017 jam 13.40 dari http://encangsaepudin.wordpress.com 35 Alwi Hasan, dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Deparment Pendidikan
Nasional Balai Pustaka, 2005), h. 711. 36
Sudarnoto Abdul Hakim, ed, perpustakaan dan Pendidikan (Jakarta: Fakultas Adab
dan Humaniora, 2005), h. 15.
27
keperluan.37
Jadi dari beberapa pengertian diatas dapat saya simpulkan bahwa
pemanfaatan koleksi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemustaka
dalam memanfaatkan koleksi dengan cara dipinjam, dibaca, diteliti, dianalisis
dan dikembangkan untuk berbagai keperluan.
Pemanfaatan koleksi dapat diketahui dari seberapa banyak jumlah maupun
jenis bahan pustaka yang terpakai. Keterpakaian berhubungan dengan masalah
kebutuhan atau permintaan.
Analisis terhadap pemanfaatan koleksi dapat digunakan untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan koleksi. Selanjutnya hasil analisis ini dapat pula
digunakan untuk meningkatkan relevansi koleksi terhadap kebutuhan
pemustaka. Pemanfaatan koleksi perpstakaan juga berkaitan erat dengan
aktifitas pengadaan, sebab ketepatan antara koleksi dengan minat pemustaka
adalah tanggung jawab perpustakaan dalam proses pemilihan dan pengadaan
koleksi untuk perpustakaan.38
2. Frekuensi Pemanfaatan Koleksi
Setiap pemustaka memiliki frekuensi pemanfaatan koleksi buku yang
berbeda-beda. Hal ini bergantung pada kebutuhan informasi, waktu dan
kesempatan yang mereka miliki. Oleh karena itu, frekuensi pemanfaatan
merupakan indikator untuk mengetahui sejauh mana pemustaka memanfaatkan
koleksi buku di perpustakaan.
37 Dady P, Rachmawan, Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Profesi
dan Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2010), h. 191. 38
Lancester F.W., If You Want to Evaluate Your Library, (London: The Library
Association, 1988), h.33
28
Ketersediaan koleksi buku pada perpustakaan juga mempengaruhi tingkat
pemanfaatan. Perpustakaan khusus yang memiliki koleksi yang tersedia dengan
baik dan lengkap cenderung akan sering dimanfaatkan oleh pengguna. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, kata “frekuensi” memiliki arti
“kekerapan”.39
Frekuensi pemanfaatan memiliki makna yaitu kekerapan
pengguna.
Kemudian apabila dilihat dari bidang Ilmu Perpustakaan frekuensi
pemanfaatan koleksi buku berarti kekerapan penggunaan koleksi buku oleh
pemustaka dalam memenuhi kebutuhan informasinya.
3. Kebutuhan Pemakai Koleksi Perpustakaan
Pendirian suatu perpustakaan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
informasi pemustaka. Kebutuhan akan informasi yang timbul dalam diri
seseorang karena adanya rasa ingin tahu. Keingintahuan inilah yang
mendorong seseorang memenuhi kepuasan rasa ingin tahunya yang
diwujudkan dalam bentuk kebutuhan. Agar perpustakaan dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya, perpustakaan harus mengetahui dan mengenal
pemustakanya terlebih dahulu.
Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok
orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan
perpustakaan.40
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemustaka adalah
orang yang pernah datang ke perpustakaan dan memerlukan informasi dari
perpustakaan tersebut, baik informasi tercetak seperti informasi yang terdapat
39 Departmen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), h.399 40 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.
29
dalam buku, jurnal, majalah, buletin, surat kabar, dan informasi lainnya.
Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan pemustakanya,
hendaknya perpustakaan dapat mengindentifikasi akan kebutuhan para
pemustakanya. Pemustaka akan datang ke perpustakaan karena termotivasi
untuk memenuhi kebutuhannya.
Untuk dapat menyediakan bahan pustaka yang sesuai, pustakawan harus
mengenal pemakai perpustakaan dengan cara mengetahui berbagai kebutuhan
mereka. Jika pustakawan dapat mengetahui secara lebih pasti tentang minat
dan kecenderungan pemustaka, maka dalam proses pengadaan koleksi bahan
pustaka dapat lebih mengenai sasaran, yakni memenuhi apa yang dikehendaki
pemustaka.41
4. Faktor-Faktor Pemanfaatan Koleksi
Menurut Handoko dalam Budi Prawati, faktor-faktor pemanfaaatan
koleksi meliputi faktor dan internal.42
a. Faktor internal meliputi:
1. Kebutuhan akan informasi.
2. Motif atau alasan dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.
3. Minat kecendrungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
b. Faktor eksternal meliputi:
1. Kelengkapan koleksi
2. Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna
41 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Samitra
Media Utama, 2004), h. 148 42 Budi Prawati, “Keterpakaian Koleksi Majalah Ilmiah Pusat Perpustakaan dan
Penyebaran Teknologi Pertanian Oleh Peneliti Badan Litbang Pertanian”, Jurnal Perpustakaan
Pertanian V , Vol.1, No.12 (2003), h. 54.
30
3. Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali,
5. Cara memanfaatkan koleksi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Pemanfaatan
mengandung arti proses, cara, dan tindakan”. Memanfaatkan koleksi perpustakaan
dapat berarti membaca koleksi diruang baca perpustakaan (in-library use) dan
meminjam koleksi dari bagian sirkulasi perpustakaan (out-library-use).43
Menurut Lancaster membatasi pengertian di ruang baca dengan bentuk
pertanyaan, yaitu:44
a. Jika koleksi diambil dari rak, dan dikembalikan lagi, apakah koleksi itu
sudah dimanfaatkan?
b. Jika koleksi diambil dari rak dan sebagian dibaca, apakah koleksi itu sudah
dimanfaatkan?
c. Jika koleksi ada diatas meja atau ruang baca dan dibaca sekilas, apakah
koleksi itu sudah dimanfaatkan?
Dari pendapat diatas dapat di ketahui pemanfaatan koleksi perpustakaan di
lakukan di dalam perpustakaan dengan membacanya atau diluar perpustakaan
dengan meminjam untuk dibawa pulang.
Pemustaka dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan beberapa cara yaitu
membaca, meminjam dan memfotokopi koleksi perpustakaan.45
1. Membaca koleksi perpustakaan
Dalam kaitanya dengan pemanfaatan koleksi dengan membaca di
perpustakaan, maka perpustakaan menyediakan ruangan yang dapat
43 Petter Salim, Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, h. 646 44 Lancaster, fw, If You Want to Evaluate Your Library (Illionis: Thomson-shore, 1993),
h.77. 45
Hari Santoso, “Promosi Sebagai Media Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah,”(Jurnal
Perpustakaan Sekolah, tahun 1-no 1 april 2007), h. 3.
31
digunakan pemustaka untuk membaca dan belajar. Luas ruangan
tergantung dari jumlah pemustaka yang datang.
2. Meminjam koleksi perpustakaan
Pada layanan sirkulasi, koleksi yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang
memiliki pengecualian pada koleksi referensi yang pemakaiannya hanya
boleh di dalam perpustakaan.
3. Memfotokopi koleksi perpustakaan
Memfotokopi koleksi perpustakaan berarti membuat salinan dari suatu
koleksi perpustakaan dengan mempergunakan mesin fotokopi.
D. Penelitian Relevan
Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu peneliti melakukan
tinjauan pustaka untuk melihat dan mencari judul skripsi yang ada di
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menemukan skripsi
yang membahas tema serupa, yaitu:
Pertama, berjudul “Pemanfaatan Koleksi Terbitan Berkala Oleh Mahasiswa
Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta”, yang disusun oleh Rani Rahmawati, program studi Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
mengetahui kualitas layanan koleksi terbitan berkala tercetak dan pemanfaatannya
oleh mahasiswa Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta. Penelitian di atas
berkaitan dengan yang peneliti lakukan. Perbedaannya, penelitian ini lebih
membahas kepada kualitas layanan koleksi terbitan berkala. Hasil penelitian ini
32
adalah kualitas layanan koleksi terbitan berkala di Perpustakaan SPs UIN Jakarta
sudah baik. Dilihat dari koleksi terbitan berkala yang tersedia sudah relevan,
beragam, dan berkualitas, namun mahasiswa menyatakan koleksi yang tersedia
kurang up to date. Pustakawan memiliki keterampilan, sikap ramah, dan tanggap
ketika melayani kebutuhan informasi mahasiswa. Dari segi pemanfaatan koleksi
terbitan berkala masih tergolong rendah, responden lebih sering
memanfaatkannya untuk menambah wawasan dan mengisi waktu luang
dibandingkan untuk keperluan penulisan karya ilmiah mereka.
Kedua, berjudul “Pemanfaaatan Kliping Koran Digital dalam Memenuhi
Kebutuhan Informasi Karyawan”, yang disusun oleh Nitia Perwita Sari dari
Universitas Padjajaran Bandung pada tahun 2010. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kebijakan, mekanisme, dan kendala dalam pemanfaatan kliping koran
digital dalam memenuhi kebutuhan informasi karyawan Bank Indonesia.
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Riset bank Indonesia. Penelitian di atas
berkaitan dengan yang peneliti lakukan. Perbedaannya, penelitian ini sama-sama
meneliti kliping berbasis digital. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kliping
koran digital di Bank Indonesia sudah dimanfaatkan, hampir seluruh responden
merasakan manfaat dari informasi yang tersedia di kliping koran digital dan
membantu menyelesaikan masalah pekerjaan yang mereka hadapi.
Ketiga, berjudul “Pemanfaatan Kliping Surat Kabar Di Perpustakaan
Nasional RI Dan Tinjauannya Menurut Islam”, yang disusun oleh Dwi
Handari, program studi Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Yarsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
kliping surat kabar di Perpustakaan Nasional RI, untuk mengetahui tujuan
33
pengguna memanfaatkan kliping surat kabar, untuk mengetahui subjek apa saja
yang banyak dicari dalam kliping surat kabar serta bagaimana pandangan islam
tentang pemanfaatan kliping surat kabar. Penelitian diatas berkaitan dengan yang
peneliti lakukan. Perbedaannya, penelitian ini dilaksanakan di Perpustakaan
Nasional RI dan lebih ditekankan tinjauannya menurut islam. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan kliping hanya 14,28% atau 6
responden. Responden ynag memanfaatkan kliping sebagian besar adalah
mahasiswa. Kurangnya pengetahuan pengguna tentang sarana penelusuran yang
ada, dari jawaban resonden sekitar 34,59% atau 14 responden yang mengetahui
fungsi sarana penelusuran. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kliping surat
kabar di Perpustakaan Nasional RI belum banyak dimanfaatkan oleh pengguna
karena koleksi kliping surat kabar yang tersedia kurang mutakhir, subjek yang ada
belum memenuhi kebutuhan pengguna dan kurangnya sarana penelusuran.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deksriptif.
Penelitian dekriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa
adanya pada saat penelitian dilakukan.46
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan mendeskripsikan gambaran tentang pemanfaatan kliping
online di lingkungan MARI.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme yang digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sempel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random atau acak, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat statistik.47
Dalam penelitian ini
akan membahas tentang pemanfaatan kliping online yang terdapat di
Perpustakaan Mahkamah Agung Republik Indonesia, unuk teknik
pengumpulan data diambil dengan menggunakan cara menyebarkan kuesioner
kepada pegawai di lingkungan MARI.
46
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 234 47
Sugiyono, Metode Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2007) h. 14
35
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa melalui perantara
atau data yang langsung dari sumbernya.48
Data ini diperoleh langsung dari
lokasi penelitian, yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada pegawai di
lingkungan MARI. Selain itu peneliti melakukan observasi dengan melakukan
penelitian langsung di lokasi penelitian untuk memperoleh data-data yang
diperlukan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari
sumbernya. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen (laporan,
karya tulis orang lain, koran, majalah). Atau seseorang mendapat informasi
dari “orang lain”.49
Data sekunder penulis peroleh dari data dan dokumen
mengenai Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Perpustakaan Mahkamah
Agung Republik Indonesia. Penulis melakukan studi kepustakaan melalui
buku, jurnal dan dokumen yang terkait dengan pemanfaatan kliping online di
lingkungan MARI.
48
M Muslich, Metode Kuantitatif, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Uniersitas
Indonesia, 1993), h. 86 49
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.
169
36
C. Populasi dan Sempel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.50
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf bidang humas di
lingkungan MARI baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah keseluruhan
humas di lingkungan MARI adalah 46 pegawai.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.51
Pada penelitian ini, penulis menggunakan keseluruhan populasi
yang dinamakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.52
Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
Berdasarkan teori diatas, penelitian ini memakai sampel jenuh artinya
dikarenakan jika menggunakan sampel arikunto populasi harus lebih dari
seratus populasi, tetapi untuk penelitian ini populasi hanya 46 orang, sehingga
harus digunakan sampel jenuh.
Maka sampel penelitian ini adalah seluruh humas di Lingkungan MARI
50
Sugiyono, Metode Pedekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007)
h. 117
51
Sugiyono, Metode Pedekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2007)
h. 118 52
Sugiyono, Metode Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2007) h.61.
37
baik laki-laki maupun perempuan, dengan jumlah sampel 46 orang.
D. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengambilan data yang digunakan penulis untuk
mendapatkan informasi atau data-data penelitian adalah:
1. Kuesioner/ Angket
Kuesioner atau angket merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan
data secara tidak langsung. Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga
disebut angket berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab
oleh responden.53
Pertanyaan yang akan diberikan pada kuesioner ini adalah
pertanyaan menyangkut fakta dan pendapat responden sedangkan jenis
pertanyaan yang digunakan ada penelitian ini adalah pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup yakni dimana responden diminta menjawab
pertanyaan dan menjawab dengan memilih dari sejumlah alternatif (pilihan
ganda).
2. Penelitian Pustaka (Library Research)
Kepustakaan merupakan bahan utama penelitian data sekunder.54
Penelitian ini memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang
diteliti melalui buku, skripsi, internet, dan perangkat lain yang berkaitan
dengan kinerja individual.
53
54
Nur Indrianto, dan Bambang Supomo, Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen, (Yogyakarta: BPFE, 2004), h. 150
38
E. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh maka langkah selanjutnya adalah mengolah data
melalui beberapa tahap yaitu:
1. Editing
Editing merupakan proses pemeriksaan data dan meneliti data yang
telah ada dalam kuesioner, melalui tahap pemeriksaan data ini diharapkan
dapat meningkatkan kualitas data yang hendak diolah dan dianalisis.55
2. Tabulasi
Data yang telah disusun dan dihitung, selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel. Pembuatan tabel tersebut dilakukan dengan cara tabulasi
langsung karena data langsung dipindahkan dari kuesioner ke kerangka tabel
yang telah disiapkan tanpa proses perantara.
3. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses lanjutan dari proses pengolahan
data untuk melihat bagaimana menginterpretasikan data, kemudian
menganalisis data dari hasil yang sudah ada pada tahap hasil pengolahan data.
Data-data yang diterima melalui kuesioner ini kemudian diolah dengan
menggunakan tehnik perhitungan presentase dengan menggunakan rumus:
P = F/N x 100%
Dimana ; P : Angka presentase untuk setiap kategori
F : Frekuensi data yang akan dihitung presentasenya
N : Jumlah frekuensi/banyaknya individu
Setelah semua data yang sudah dihitung dengan menggunakan rumus
55
Bagong Suyanto dan Sutinah, ed., Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan (Jakarta: Kencana, 2007), h. 93.
39
yang dijelaskan pada teknik perhitungan analisis data sebelumnya. Hasil yang
diperoleh dalam bentuk presentase kemudian data disajikan dalam bentuk tabel
dan diuraikan dalam bentuk gambar serta dideskripsikan dengan menggunakan
parameter yang berpedoman pada penafsiran menurut Wasito, nilai
presentasenya yaitu:
a. 0% = Tidak ada satupun
b. 1% - 25% = Sebagian kecil
c. 26% - 49% = Hampir setengahnya
d. 50% = Setengahnya
e. 51% - 75% = Sebagian Besar
f. 76% - 99% = Pada Umumnya
g. 100% = Seluruhnya56
Setelah menghitung presentase data selesai dikerjakan, maka analisis
data bisa dilakukan, yaitu proses penyederhanaan dan penyajian data kedalam
kelompok dan menginterpretasikan data tersebut serta memberikan penjelasan
atau penafsiran terhadap presentase yang sudah dihitung atau nilai dari hasil
yang telah diperoleh, hal ini dimaksud agar data mudah dimengerti dan dibaca.
56
Hermawan Wasito. Pengantar Metodelogi Penelitian: Buku Panduan Mahasiswa
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 11
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Perpustakaan Mahkamah Agung RI
1. Sejarah Singkat Perpustakaan
Berdasarkan Undang-undang No.43 Tahun 2007 tentang
Perpustakaan, bahwa Perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang
diperuntukkan secara terbatas bagi Pemustaka di lingkungan lembaga
pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan, keagamaan,
rumah ibadah, atau organisasi lain.
Perpustakaan Mahkamah Agung RI termasuk jenis
Perpustakaan Khusus, dimana koleksi yang dimiliki sebagian besar
merupakan koleksi dalam bidang ilmu hukum dan peraturan
perundang-undangan, disamping koleksi umum seperti koleksi dalam
bidang ilmu sosial dan humaniora sebagai pelengkap koleksi
perpustakaan.
Perpustakaan Mahkamah Agung RI bertujuan untuk membantu
kelancaran pelaksanaan tugas bagi para Hakim Agung, Hakim, dan
para pencari informasi secara cepat, tepat dan akurat dalam
menemukan kembali informasi yang dibutuhkan dengan
memanfaatkan teknologi informasi yang menjadi faktor terlaksananya
kecepatan dalam penyajian informasi.
Berawal dari kumpulan buku-buku yang dikelola secara
sederhana dan manual untuk memenuhi kebutuhan literatur bagi para
41
Hakim dalam melaksanakan tugasnya, maka sekitar tahun 1972
dibentuklah Bagian Perpustakaan yang secara struktural berada di
bawah Biro Pembinaan Mahkamah Agung RI.
Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 75 Tahun 1985
tanggal 21 November 1985 tentang Organisasi
Kepaniteraan/Sekretariat Jenderal Mahkamah Agung RI yang tertuang
dalam Keputusan Panitera atau Sekretaris Mahkamah Agung RI
Nomor: MA/PANSEK/02/1986, di mana Perpustakaan merupakan
salah satu seksi yang berada di bawah Direktorat Hukum dan
Peradilan. Perpustakaan telah dikelola dengan menggunakan sistem
DDC (Dewey Decimal Classification), namun karena keterbatasan
tenaga infrastruktur, Perpustakaan Mahkamah Agung RI belum
terkelola dengan baik.
Dengan adanya pengembangan Struktur Organisasi Mahkamah
Agung RI, Perpustakaan merupakan Bagian dari Biro Hukum dan
Hubungan Masyarakat, Badan Urusan Administrasi sesuai Keputusan
Sekretaris Mahkamah Agung RI Nomor: MA/SEK/07/SK/III/2006
tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Mahkamah Agung RI.
Dengan adanya perubahan struktur organisasi, Bagian Perpustakaan
dan Layanan Informasi mempunyai 3 (tiga) Sub Bagian, yaitu: Sub
Bagian Perpustakaan, Sub Bagian Penerbitan, dan Sub Bagian Data
dan Layanan Informasi yang telah melaksanakan kegiatan penataan
kembali Perpustakaan Mahkamah Agung RI bekerja sama dengan
Perpustakaan Nasional RI, serta membuat database koleksi
42
perpustakaan sehingga mudah dalam pencarian koleksi melalui Online
Public Access Catalog (OPAC).
Sejalan dengan perkembangan Iptek khususnya teknologi
informasi menjelang awal abad ke-21, banyak mempengaruhi
keberadaan dan perkembangan perpustakaan sebagai lembaga yang
mengelola sumber informasi dan pelestarian bahan pustaka dalam
melakukan layanan jasa informasi yang optimal dan profesional.
Perpustakaan Mahkamah Agung RI sebagai satuan kerja yang
mengelola serta menyiapkan data untuk layanan informasi telah
dikelola secara baik sesuai standar, dan secara bertahap selalu
melakukan inovasi-inovasi yang berorientasi kepada kepuasan
Pemustaka.
2. Visi Misi Perpustakaan
a. Visi
Mewujudkan pengelolaan, pengembangan dan pembinaan
Perpustakaan Pengadilan serta layanan Informasi melalui kebijakan
Mahkamah Agung melalui sarana elektronika maupun sarana
dokumentasi.
b. Misi
Mewujudkan pengadaan bahan pustaka serta menyiapkan
bahan pembinaan dan pengembangan Perpustakaan Pengadilan.
Mewujudkan penerbitan, reproduksi, penjilidan serta
penyebarluasan bahan pustaka dan bahan hukum lainnya baik
43
melalui media cetak maupun media elektronik.
Mewujudkan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian
data hukum dan perundang-undangan serta bahan hukum lainnya.
3. Struktur Organisasi Perpustakaan Mahkamah Agung RI
BADAN URUSAN ADMINISTRASI
Dr. Drs. H. ACO NUR, MH.
BIRO HUKUM DAN HUMAS
Dr. RIDWAN MANSYUR, SH., MH.
BAGIAN PERPUSTAKAAN DAN
LAYANAN INFORMASI
M.E.R. HERKI ARTANI R., SH., MH
KELOMPOK FUNGSIONAL
SUB BAGIAN
PENERBITAN
HIDAYAT, SH.
SUB BAGIAN
PERPUSTAKAAN
WAHYU SUANGGORO,
SH.
SUB BAGIAN DATA DAN
LAYANAN INFORMASI
DEWA NYOMAN
SWASTIKA, SH., M.Si.
44
4. Layanan Perpustakaan Mahkamah Agung RI
a. Sistem pelayanan
Adapun sistem pelayanan yang dilaksanakan di Perpustakaan
Mahkamah Agung RI yaitu dengan sistem layanan terbuka (Open
Access) dimana pengguna diperbolehkan mengambil sendiri bahan
perpustakaan yang dibutuhkannya namun tidak diperkenankan
menyimpan kembali bahan perpustakaan, tujuannya adalah agar tidak
salah dalam penempatan kembali bahan perpustakaan pada rak.
b. Waktu pelayanan :
Senin - Kamis
Pukul. 08.00-16.30 WIB
Istirahat pkl. 12.00-13.00 WIB
Jum‟at
Pukul. 08.00-17.00 WIB
Istirahat pkl. 11.30-13.00 WIB
c. Perpustakaan Mahkamah Agung RI memberikan layanan bagi
pemustaka diantaranya adalah:
1. Keanggotaan
Pendaftaran anggota
Syarat untuk menjadi anggota Perpustakaan Mahkamah
Agung
RI antara lain:
- Pegawai Mahkamah Agung RI
- Mengisi Formulir
45
- Menyerahkan foto copy KTP dan pas foto 2 X 3
sebanyak 2 lembar
Pembuatan kartu anggota
2. Pengunjung
Pegawai Mahkamah Agung RI
Masyarakat umum (mahasiswa, praktisi, dan peneliti)
3. Sirkulasi (peminjaman dan pengembalian koleksi)
Layanan sirkulasi adalah kegiatan peredaran koleksi
perpustakaan meliputi kegiatan peminjaman dan pengembalian
bahan perpustakaan.
Peraturan-peraturan peminjaman pada Perpustakaan
Mahkamah Agung RI:
- Yang diperbolehkan meminjam buku adalah
Pegawai Mahkamah Agung RI yang telah memiliki
kartu anggota perpustakaan.
- Buku yang dapat dipinjam sebanyak (dua) buku.
- Waktu peminjaman 1 (satu) minggu.
- Perpanjangan dapat dilakukan 2 (dua) kali waktu
peminjaman.
4. Layanan Penggandaan (print out dan fotocopy)
Penggandaan (print out dan fotocopy) bahan perpustakaan
dapat diterima oleh pemustaka baik anggota perpustakaan
maupun bukan anggota (masyarakat umum).
46
5. Layanan referensi
Layanan referensi diberikan untuk membantu pemustaka yang
ingin menemukan informasi secara cepat dan tepat dari koleksi
yang ada di perpustakaan.
Sumber informasi yang bersifat referensi adalah buku
pegangan (handbook/9, ensiklopedia, direktori, statistik,
kamus, katalog, bibliografi, katalog induk, yurisprudensi, dan
literatur lainnya.
6. Layanan Internet
Perpustakaan Mahkamah Agung RI kini telah menyediakan
fasilitas internet untuk memudahkan pemustaka dalam mencari
informasi/koleksi yang berada di perpustakaan melalui OPAC
(Online Public Access Catalog) ataupun informasi yang tidak
ditemukan di Perpustakaan.
5. Koleksi Perpustakaan Mahkamah Agung RI
1. Koleksi Umum
Koleksi berupa buku-buku teks dari berbagai disiplin ilmu,
terutama dalam bidang hukum.
Jumlah koleksi umum sampai dengan agustus 2015 adalah 37.976
eksemplar.
2. Koleksi Referensi Atau Majalah
Koleksi Pepustakaan berupa Majalah Hukum, Surat Kabar,
Ensiklopedia, Kamus, Tesis, Karya Imiah, Peraturan Perundang-
47
undangan dan yang diterbitkan secara berkala oleh Mahkamah
Agung RI, seperti: SEMA, PERMA, Yurisprudensi, Varia
Peradilan, Mimbar Hukum, dan lainnya.
Sampai pada Agustus 2015 jumlah koleksi referensi atau majalah
adalah sejumlah 15.660 eksemplar.
3. Koleksi Audio Visual
Koleksi audio visual yang dimiliki Perpustakaan Mahkamah
Agung RI sampai saat ini berjumlah 4.040 buah yang meliputi
Mikrofis Staatsblad, Mikrofis Majalah Hukum, dan CDROM.
4. Koleksi Digital
Koleksi berupa buku-buku teks dari berbagai disiplin ilmu,
terutama dalam bidang hukum yang di alih mediakan.
Jumlah koleksi DIGITAL sampai dengan Agustus 2015 adalah 44
eksemplar.
5. Koleksi Grafik
B. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Penelitian
Kuesioner sebanyak 46 di bagikan kepada Pegawai Negeri MARI
bagian Biro Hukum dan Humas baik yang baru menggunakan kliping
pertama kali maupun yang sudah sering kali menggunakan kliping.
Dari jawaban kuesioner diharapkan dapat diketahui beberapa hal
berikut:
48
1. Identitas responden, yaitu pengunjung kliping online
Perpustakaan. Dari sini akan diketahui apakah pengunjung
yang membutuhkan kliping online itu datang dari semua
disiplin ilmu ataukah khusus.
2. Kebutuhan responden, apakah meliputi semua bidang masalah
seperti layaknya pengunjung perpustakaan umum ataukah
terbatas.
3. Pilihan sumber oleh responden, apakah mereka mempunyai
pilihan tertentu, ataukah semua sumber (surat kabar, buletin,
tabloid yang di kliping-kan secara online) yang memuat berita
atau tulisan yang dicari.
Dalam bab IV ini akan dipaparkan hasil-hasil yang telah
dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang disebarkan kepada responden yang terpilih sebagai
sampel. Masalah yang diteliti adalah Pemanfaatan Kliping Online
di Mahkamah Agung RI.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan bagian
biro hukum dan humas yang memang membutuhkan informasi-
informasi terkait bidangnya di kliping online tersebut yang
berjumlah 46 orang pegawai.
Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner
yang dilaksanakan pada tanggal 20 November 2019 Sampai
dengan 10 Desember 2019. Kuesioner tersebut dianalisis dengan
metode deskriptif, yaitu peneliti menguraikan data yang diperoleh
49
dengan menyusunnya ke dalam tabel-tabel, kemudian dianalisis
dan dipresentasikan secara deskriptif.
2. Analisis Deskriptif data Responden
Dalam bagian ini, penulis akan menguraikan identitas responden
berdasarkan jenis kelamin, usia, dan pendidikan. Adapun
pengelompokkan responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 1
Jenis Kelamin Responden
No. Jenis Kelamin Responden F %
1. Laki-Laki 27 59%
2. Perempuan 19 41%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 46 responden sebagian
besar responden berjenis kelamin laki-laki jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah responden perempuan yang berjenis
kelamin perempuan.
Kemudian pengelompokkan responden bedasarkan usia
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
50
Tabel 2
Usia Responden
No. Usia Responden F %
1. 18 - 19 tahun 0 0%
2. 20 - 30 tahun 2 4%
3. 31 - 40 tahun keatas 44 96%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 2 di atas menunjukkan usia responden. Dari keseluruhan
responden sebagian besar responden berusia 31 - 40 tahun, yaitu
sekitar 44 orang (96%) kemudian responden berusia 20-30 tahun
keatas sekitar 2 orang (4%), sementara responden berusia 18-19 tahun
atau kurang tidak ada.
Data di atas menunjukkan dari 46 orang responden, 44 orang
(96%) merupakan sebagian besar responden yang memiliki usia antara
31 - 40 tahun keatas, hal ini dapat dipahami karena pada usia tersebut
merupakan usia yang sudah matang dan masih bisa dibilang usia
produktif dalam mencari informasi dan menambah wawasan. Hal ini
juga berkaitan dengan latar belakang pendidikan responden yang
sebagian besar merupakan sarjana, seperti terlihat pada tabel 3 berikut:
51
Tabel 3
Pendidikan Responden
No. Pendidikan Responden F %
1. SLTA 4 9%
2. D3 4 9%
3. S1 19 41%
4. S2 18 39%
5. S3 1 2%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 3 menunjukkan pendidikan responden. Dari keseluruhan
responden lulusan SLTA sebanyak 4 orang (9%), lulusan D3 sebanyak
4 orang (9%), lulusan S1 sebanyak 19 orang (41%), lulusan S2
sebanyak 18 orang (39%), sedangkan lulusan S3 hanya 1 orang (2%).
Data di atas menunjukkan dari 46 responden, sebagian besar
pendidikan responden S1 ada 19 orang, S2 ada 18, hal ini dapat
dipahami bahwa untuk memasuki jenjang karir itu memerlukan skill,
pengalaman, dan juga pendidikan yang tinggi.
Kemudian di bawah ini dapat kita lihat pengelompokkan
berdasarkan divisi responden sebagai berikut:
52
Tabel 4
Divisi Responden
No. Divisi Responden F %
1. Biro Hukum dan Humas 1 2%
2. Hubungan Antar Lembaga 13 28%
3. Perundang-undangan 6 14%
4. Pengembangan sistem Informatika 7 15%
5. Perpustakaan dan Layanan Informasi 14 30%
6. Pemeliharaan sarana Informatika 5 11%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 4 di atas menunjukkan divisi responden. dari keseluruhan
responden divisi biro hukum dan humas hanya ada 1 orang (2%), divisi
hubungan antar lembaga sebanyak 13 orang (28%), divisi perundang-
undangan sebanyak 6 orang (14%), divisi pengembangan sistem
informatika sebanyak 7 orang (15%), divisi perpustakaan dan layanan
informasi sebanyak 14 orang (30%), dan untuk divisi pemeliharaan
sarana informatika sebanyak 5 orang (11%).
Data di atas menunjukkan dari 46 responden, sebagian besar divisi
perpustakaan dan layanan informasi sebanyak 14 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa pentingnya perpustakaan dan layanan informasi
di suatu perusahaan, lembaga, kantor dan sejenisnya yang
membutuhkan banyak orang untuk mengolah dan memanagement
perpustakaan tersebut.
53
3. Analisis Deskriptif Data Penelitian
Analisis data penelitian diperoleh dari hasil pengisian kuesioner
yang disusun berdasarkan jawaban responden. Penyebaran data
penelitian terbagi menjadi beberapa bagian yaitu pengetahuan koleksi,
frekuensi kunjungan responden, tujuan responden memanfaatkan
kliping online, cara penelurusan dan penggunaan dalam memanfaatkan
kliping online, kendala dalam memanfaatkan kliping online, peran
pustakawan.
Adapun koleksi berkala yang sering di gunakan berdasarkan jenis
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 5
Koleksi berkala yang sering di gunakan berdasarkan jenis
No. Pengetahuan Koleksi F %
1. Kliping Online 17 37%
2 Majalah 9 20%
3. Surat Kabar 20 43%
4. Lainnya 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 5 di atas menunjukkan koleksi yang sering digunakan
responden berdasarkan jenisnya. Dari data di atas menyatakan
sebagian besar responden yg lebih sering menggunakan surat kabar
sebanyak 20 orang (43%), selanjutnya yang menggunakan kliping
online sebanyak 17 orang (37%), sedangkan yang menggunakan
54
majalah sebanyak 9 orang (20%).
Data diatas sebagian besar responden menunjukkan bahwa koleksi
yang paling sering digunakan bedasarkan jenisnya adalah surat kabar
dibandingkan dengan kliping online. Hal ini menunjukkan bahwa
responden masih sangat senang membaca surat kabar dikarenakan
faktor usia responden yang kebanyakan di atas 35 tahun.
Setelah penjabaran ini dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hal ini
sesuai dengan definisi koleksi perpustakaan khusus adalah tidak
terletak dalam banyaknya jumlah bahan pustaka atau jenis terbitan
lainnya melainkan ditekankan kepada kualitas koleksinya. Agar dapat
mendukung jasa penyebaran informasi mutakhir serta penelusuran
informasi.57
Untuk mengetahui responden yang mengetahui adanya kliping
online dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 6
Pengetahuan responden tentang adanya Layanan kliping
online
No. Pengetahuan Responden F %
1. Ya 46 100%
2. Tidak 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 6 di atas menunjukkan responden mengetahui adanya kliping
57 Panduan Koleksi Perpustakaan Khusus, (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1992).
55
online di layanan koleksi berkala mutakhir. Dari data di atas bahwa
seluruh responden 46 orang (100%) sudah mengetahui adanya layanan
kliping online.
Hal ini mengidentifikasi informasi keberadaan atau ketersediaan
kliping online cukup baik. Informasi tentang adanya kliping online
dalam suatu perpustakaan dapat melalui berbagai cara atau sumber.
Adapun informasi yang diperoleh para responden berasal dari tiga
sumber dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 7
Informasi Kliping Online
No. Sumber Informasi F %
1. Teman 3 6%
2. Petugas Layanan 32 70%
3. Browser 11 24%
4. Lainnya 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 7 di atas menunjukkan dari siapa responden mengetahui
keberadaan kliping online di layanan koleksi berkala mutakhir. Data
menunjukkan bahwa sebagian besar responden 32 orang (70%)
mengetahui dari petugas layanan, 11 orang (24%) menyatakan
mengetahui dari browser, sedangkan sisanya 3 orang (6%) dari teman.
Dari data di atas dapat diketahui bahwa petugas layanan sudah
memahami tugasnya dalam mensosialisasikan atau mempromosikan
56
koleksi yang dimiliki perpustakaan. Namun demikian diperlukan suatu
upaya untuk lebih mempromosikan lagi layanan kliping online melalui
brosur maupun internet.
Setelah penjabaran tabel di atas dapat dilihat bahwa hal ini sesuai
dengan definisi Informasi adalah masukan yang diperoleh dari
berbagai sumber seperti gagasan dan pengalaman seseorang, kegiatan
operasional, pendapat masyarakat, hasil penelitian atau pengamatan,
dan lain-lain.58
Untuk mengetahui responden yang menggunakan kliping online
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 8
Pemanfaatan kliping online
No. Pernah memanfaatkan F %
1. Iya 46 100%
2. Tidak 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 8 menunjukkan responden pernah memanfaatkan kliping
online. Data tersebut menunjukkan seluruh responden 46 orang
(100%) pernah memanfaatkan kliping online.
Setelah penjabaran tabel di atas dapat dilihat bahwa hal ini
sesuai dengan definisi pemanfaatan koleksi adalah bahan pustaka yang
disediakan harus dibaca dan dipergunakan oleh kelompok masyarakat
58
Soetminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan (Yogyakarta: Kanisius
1992), h. 41
57
yang menjadi target untuk memakainya dan bentuk nyatanya
pemanfaatan koleksi bahan pustaka ialah dibaca, dipinjam, diteliti,
dikaji, dianalisis , dikembangkan untuk berbagai keperluan.59
Untuk mengetahui seberapa sering responden menggunakan
kliping online untuk pekerjaannya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 9
Seberapa Sering Memanfaatkan Kliping Online Untuk
Pekerjaan
No.
Frekuensi Responden Kliping Online Untuk
Pekerjaan
F %
1. Sering 19 41%
2. Kadang-Kadang 27 59%
3. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 9 di atas menunjukkan frekuensi responden seberapa sering
mereka dalam memanfaatkan kliping online untuk pekerjaan. Dari
hasil jawaban responden terlihat bahwa sebagian besar responden yaitu
27 orang (59%) memanfaatkan kliping online hanya kadang-kadang
untuk pekerjaannya, sedangkan 19 orang (41%) yang sering
memanfaatkan kliping online untuk pekerjaannya.
Dari data ini terlihat kliping online belum banyak dimanfaatkan
oleh keseluruhan responden untuk menunjang pekerjaannya. Di
59
Dady P, Rachmawan, Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Profesi
dan Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2010), h. 191.
58
samping itu, setelah tabel ini dapat dilihat frekuensi responden dalam
menggunakan kliping online setiap bulannya seperti tampak pada tabel
di bawah ini:
Tabel 10
Frekuensi Responden Memanfaatkan Kliping Online Per
Bulan
No. Frekuensi Responden F %
1. 1-2 Kali/Bulan 21 45%
2. 3-4 Kali/Bulan 22 48%
3. Lebih dari 4 Kali/Bulan 3 7%
4. Lainnya 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 10 menunjukkan frekuensi responden dalam memanfaatkan
kliping online perbulan. Dari hasil jawaban responden terlihat bahwa
sebagian besar responden yaitu 22 orang (48%) yang frekuensi
pemanfaatanya mencapai 3-4 kali datang dalam sebulan, 21 orang (45%)
yang frekuensinya 1-2 kali datang dalam sebulan, dan hanya 3 orang (7%)
yang frekuensinya lebih dari 4 kali datang dalam sebulan.
Dari data ini terlihat kliping online frekuensi pemanfaatannya
masih jarang digunakan perbulan oleh keseluruhan responden. Di samping
itu, koleksi kliping online yang ada belum sepenuhnya dapat memenuhi
kebutuhan informasi yang aktual. Topik dan isi kliping online yang ada
kurang menarik perhatian bagi pembacanya.
59
Adapun frekuensi kunjungan yang dilakukan oleh para responden
dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 11
Frekuensi Kunjungan ke Perpustakaan Mahkamah Agung RI
Dalam Satu Minggu
No. Frekuensi Kunjungan Responden F %
1. Satu Kali 32 70%
2. Dua Kali 11 24%
3. Tiga Kali 3 6%
4. Lebih dari Tiga Kali 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan frekuensi kunjungan responden
ke Perpustakaan Mahkamah Agung RI dalam 1 minggu. Dari
keseluruhan responden, 32 orang (70%) menyatakan berkunjung ke
Perpustakaan Mahkamah Agung RI 1 kali dalam seminggu, 11 orang
(24%) menyatakan berkunjung ke Perpustakaan Mahkamah Agung RI
2 kali dalam 1 minggu, 3 orang (6%) menyatakan berkunjung ke
Perpustakaan Mahkamah Agung RI 3 kali dalam 1 minggu.
Data di atas menunjukkan jawaban responden yang sangat
beragam, namun demikian dari perbandingan tersebut terungkap
bahwa hampir setengahnya yaitu 32 orang (70%) menyatakan
berkunjung ke Perpustakaan Makamah Agung RI 1 kali dalam 1
minggu. Hal ini menggambarkan sebagian responden belum banyak
60
yang memanfaatkan perpustakaan sehingga diperlukan suatu upaya
dari perpustakaan Mahkamah Agung RI untuk meningkatkan layanan
perpustakaan baik dalam bentuk promosi maupun penyediaan koleksi
yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
Di bawah ini penulis menyertakan tujuan dari para responden
memanfaatkan koleksi kliping online dalam memenuhi kebutuhannya
adalah sebagai berikut:
Tabel 12
Tujuan Responden Dalam Memanfaatkan Kliping Online
No. Tujuan Responden F %
1. Thesis 0 0%
2. Karya Tulis 19 41%
3. Tugas Kantor (Perusahaan) 27 59%
4. Lainnya… 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Pada tabel 12 di atas dapat diketahui tujuan responden
memanfaatkan kliping online. Dari keseluruhan responden sebagian besar
responden bertujuan untuk tugas kantor (perusahaan) yaitu 27 orang
(59%), dan sebagian kecil lainnya mempunyai tujuan yang beragam yaitu
19 orang (41%) dengan tujuan untuk karya tulisnya.
Data di atas menunjukkan responden sebagian besar adalah
pekerja. Hal ini menggambarkan responden menggunakan kliping online
untuk menyelesaikan tugas kantornya (perusahaan).
61
Setelah penjabaran dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hal ini
sesuai dengan definisi tujuan perpustakaan khusus adalah untuk
memperlancar kegiatan pelaksanaan program lembaga kedinasan. Dengan
demikian, tujuan perpustakaan khusus, lazimnya sama yaitu membantu
tugas badan induk tempat perpustakaan bernaung. Akibatnya, tugas
masing-masing perpustakaan khusus akan berbeda karena perpustakaan
tersebut bertanggung jawab kepada lembaga induknya.60
Tidak semua subyek kliping online yang dimiliki oleh
Perpustakaan Mahkamah Agung RI diminati oleh para responden, hanya
beberapa subyek yang diinginkan oleh mereka, seperti tampak dalam tabel
berikut ini:
Tabel 13
Subyek Kliping Online Yang Sering di Cari Responden
No. Subyek Kliping Online F %
1. Badan Pengawasan 0 0%
2. Badan Peradilan Agama 0 0%
3. Badan Peradilan Militer TUN 0 0%
4. Badan Peradilan Umum 46 100%
5. Badan Urusan Administrasi 0 0%
6. Balitbangdiklatkumdil 0 0%
7. Hak Kekayaan Intelektual 0 0%
8. Hakim Ad Hoc 0 0%
60
Undang Sudarsana dan Bastiano, Pembinaan Minat Baca, ed.3 (Jakarta: Universitas
Terbuka, 2008), h. 27.
62
9. Bisnis 0 0%
10. Kamar Agama 0 0%
11. Kamar Militer 0 0%
12. Kamar Perdata 0 0%
13. Kamar Pidana 0 0%
14. Kamar TUN 0 0%
15. Kepailitan dan PKPU 0 0%
16. Kepaniteraan MA 0 0%
17. Kesekretariatan 0 0%
18. Ketua Mahkamah Agung 0 0%
19. Ketua Pengadilan Agama 0 0%
20. Ketua Pengadilan Militer 0 0%
21. Ketua Pengadilan Niaga 0 0%
22. Ketua PTUN 0 0%
23. Lembaga Penjamin Simpanan 0 0%
24. Mediasi di Pengadilan 0 0%
25. Panitera Muda Perdata Khusus 0 0%
26. Panitera Muda Perkara Perdata 0 0%
27.
Panitera Muda Perkara Perdata
Agama
0 0%
28. Panitera Muda Perkara Pidana 0 0%
29. Panitera Muda Perkara Pidana
Militer TUM
0 0%
63
30. Panitera Muda Perkara TUN 0 0%
31. Panitera Muda Pidana Khusus 0 0%
32. Panitera Muda Tim 0 0%
33. Panitera Pengganti 0 0%
34. Pengadilan Militer Pertempuran 0 0%
35. Pengadilan Militer Tinggi 0 0%
36. Pengadilan Militer Utama 0 0%
37. Peninjauan Kembali 0 0%
38. Permohonan Grasi 0 0%
39. Permohonan Hak Uji Materil 0 0%
40. Permohonan Kasasi 0 0%
41. Putusan Pengadilan Agama 0 0%
42. Putusan Pengadilan Militer 0 0%
43. Putusan Pengadilan Niaga 0 0%
44. Putusan Pengadilan TUN 0 0%
45. Rapat Kerja Nasional 0 0%
46. Sekretari MA 0 0%
47. Sengketa Kewenangan Mengadili 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 13 di atas menunjukkan subjek yang sering di cari oleh
responden dalam kliping online. Dari data tersebut subjek badan peradilan
umum sebanyak 46 orang (100%).
Hal ini menunjukkan bahwa seluruh responden paling sering
64
mencari subjek badan peradilan umum yang ada di kliping online.
Berdasarkan wawancara dan observasi di tempat penelitian, hasil
tersebut dapat diasumsikan bahwa memang tugas dan fungsi divisi humas
di Mahkamah Agung RI ada di subjek badan peradilan umum.
Dari informasi yang didapatkan kadang kala ditemukan tidak
sesuai dengan kebutuhan informasi mereka. Hal ini dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 14
Kliping Online Memenuhi Kebutuhan Responden
No.
Memenuhi Kebutuhan
Responden
F %
1. Ya Memenuhi 25 54%
2. Sebagian Memenuhi 21 46%
3. Tidak Memenuhi 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 14 menunjukkan apakah kliping online sudah memenuhi
kebutuhan responden. Dari keseluruhan responden sebanyak 25 orang
(54%) menyatakan memenuhi, dan 21 orang (46%) menyatakan hanya
sebagian memenuhi.
Upaya untuk lebih meningkatkan layanan kliping online baik
dalam bentuk kemasan kliping maupun dari segi isi, subjek, dan topik
yang disampaikan berkaitan dengan kebutuhan responden.
Responden biasanya datang ke perpustakaan sudah mempunyai
65
bahan atau informasi apa yang akan dicari. Namun tidak semua
responden demikian, ada juga yang tidak mempunyai bahan tentang
informasi yang akan dicari. Bila demikian, hal ini dapat ditanyakan
langsung kepada petugas layanan berkenaan dengan Kliping online.
Setelah penjabaran dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hal ini
sesuai dengan definisi kebutuhan informasi adalah informasi yang
diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah,
pendidikan dan lain-lain.61
Adapun jumlah responden yang mendapatkan infomasi dari
petugas layanan dan tidak dari petugas layanan dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
Tabel 15
Informasi yang didapat dari petugas layanan
No. Layanan Kliping Online F %
1. Ya 46 100%
2. Tidak 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa responden mendapatkan
informasi tentang kliping online dari petugas layanan. Dari data di atas 46
orang (100%) menyatakan petugas layanan memberikan informasi tentang
kliping online kepada responden.
Dari jawaban responden tersebut di atas menggambarkan bahwa
61 Sulistyo Basuki, Pengantar dokumentasi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h.393
66
peranan petugas layanan dalam memberikan informasi mengenai kliping
online mendapat penilaian yang positif dari responden sebagai komunikan
yang proaktif.
Infromasi yang mutakhir atau up to date sangat diperlukan untuk
menarik minat berkunjung. Jika informasi yang tersedia mutakhir biasanya
pengunjung merasa puas dengan informasi yang tersedia dan juga
sebaliknya jika informasi tidak mutakhir biasanya pengunjung tidak
merasa puas. Adapun kemutakhiran kliping online setelah diadakan
penelitian tentang kemutakhiran dari kliping online yang ada responden
menjawab seperti tampak dalam tabel berikut ini:
Tabel 16
Kemutakhiran Artikel Dalam Kliping Online
No.
Kemutakhiran Kliping
Online
F %
1. Sangat mutakhir 36 79
2. Kurang mutakhir 10 21%
3. Tidak mutakhir 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 16 menunjukkan kemutakhiran artikel dalam kliping online
sebagian besar responden menyatakan 36 orang (79%) menyatakan artikel
kliping online yang ada di layanan koleksi berkala mutakhir, sementara 10
orang (21%) menyatakan tidak mutakhir.
Data di atas memperlihatkan kliping online di layanan koleksi
67
berkala mutakhir menurut responden sudah sangat mutakhir. Hal ini dapat
di pahami karena kliping online sudah up to date dan sesuai dengan
kebutuhan informasi responden.
Adapun jawaban para responden berkenaan dengan terpenuhinya
kebutuhan informasi mengenai bidang yang diinginkan tersedia dalam
kliping online seperti tampak dalam tabel berikut ini :
Tabel 17
Kebutuhan Informasi Mengenai Bidang yang Di Inginkan
Responden
No.
Kebutuhan Informasi
Responden
F %
1. Ya 45 98%
2. Tidak 1 2%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 17 menunjukkan terpenuhinya kebutuhan informasi
responden terhadap apa yang diinginkannya. Dapat dilihat tabel di atas
bahwa sebagian besar 45 orang (98%) sudah dapat memenuhi kebutuhan
informasi yang diinginkannya, sedangkan 1 orang (2%) responden belum
terpenuhi kebutuhan informasi yang diinginkannya.
Data di atas memperlihatkan layanan kliping online di
Perpustakaan Mahkamah Agung RI sudah banyak memberikan informasi
mengenai bidang yang diinginkan oleh penggunanya sesuai dengan
kebutuhan.
68
Setelah penjabaran dari tabel di atas dapat dilihat bahwa hal ini
sesuai dengan definisi kebutuhan informasi adalah informasi yang
diinginkan seseorang untuk pekerjaan, penelitian, kepuasan rohaniah,
pendidikan dan lain-lain.62
Dalam memanfaatkan kliping online responden pasti
membutuhkan cara penelusuran dan penggunaannya. Untuk mengetahui
responden mengenai advance search kliping online dapat kita lihat dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 18
Pengetahuan Responden Mengenai Advance Search Kliping
Online
No.
Pengetahuan Advance
Search
F %
1. Ya 39 85%
2. Tidak 7 15%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 18 menunjukkan pengetahuan responden mengenai advance
search kliping online. Dapat dilihat dari tabel di atas sebagian besar 39
orang (85%) sudah mengetahui advance search kliping online, sedangkan
7 orang (15%) tidak mengetahui advance search kliping online.
Data di atas memperlihatkan pengetahuan responden mengenai
advance search kliping online sudah banyak yang mengetahuinya. Jadi
62 Sulistyo Basuki, Pengantar dokumentasi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004), h.393
69
responden dapat dengan mudah menemukan informasi yang di
butuhkannya menggunakan advance search tersebut.
Dalam penelusurannya responden juga tentunya pernah
menggunakan advance search tersebut untuk menemukan informasi yang
dibutuhkan. Untuk melihat responden dalam menggunakan advance
search dapat kita lihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 19
Penggunaan Advance Search Kliping Online
No.
Penggunaan Advance Search Oleh
Responden
F %
1. Ya Pernah 39 85%
2. Tidak Pernah 7 15%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 19 menunjukkan penggunaan advance search oleh
responden. Dapat dilihat dari tabel di atas sebagian besar 39 orang (85%)
sudah pernah menggunakan advance search kliping online, sedangkan 7
orang (15%) tidak pernah menggunakan advance search kliping online.
Data di atas memperlihatkan bahwa responden sudah banyak yang
menggunakan advance search kliping online sesuai kebutuhannya.
Dengan begitu responden dapat dengan mudah melakukan pencarian
informasinya.
Dalam menggunakan kliping online tentunya responden sangat
beraneka ragam caranya. Untuk dapat melihat responden dalam melakukan
70
cara pemanfaatan kliping online tersebut dapat kita lihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 20
Cara Pemanfaatan Kliping Online
No.
Cara Pemanfaatan kliping
Online
F %
1. Dibaca 32 70%
2. Diunduh 14 30%
3. Dicetak 0 0%
4. Dicatat Kembali 0 0%
5. Diberi Tanda 0 0%
6. Dibuat ringkasan “summary” 0 0%
7. Lainnya 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 20 menunjukkan cara responden dalam memanfaatkan
kliping online. Dapat dilihat dari tabel di atas sebagian besar 32 orang
(70%) membaca kliping online, sedangkan 14 orang (30%) yang
mengunduh kliping online.
Data di atas memperlihatkan bahwa kliping online sudah banyak
dibaca oleh responden. Hal ini sudah dapat dipahami bahwa responden
sudah memanfaatkan kliping online dengan cara membaca.
Pemustaka dapat memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan
beberapa cara yaitu membaca, meminjam dan memfotokopi koleksi
71
perpustakaan.63
1. Membaca koleksi perpustakaan
Dalam kaitanya dengan pemanfaatan koleksi dengan membaca di
perpustakaan, maka perpustakaan menyediakan ruangan yang dapat
digunakan pemustaka untuk membaca dan belajar. Luas ruangan
tergantung dari jumlah pemustaka yang datang.
2. Meminjam koleksi perpustakaan
Pada layanan sirkulasi, koleksi yang dapat dipinjam untuk dibawa pulang
memiliki pengecualian pada koleksi referensi yang pemakaiannya hanya
boleh di dalam perpustakaan.
3. Memfotokopi koleksi perpustakaan
Memfotokopi koleksi perpustakaan berarti membuat salinan dari suatu
koleksi perpustakaan dengan mempergunakan mesin fotokopi.
Untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi responden, kliping
online dibuat berdasarkan subjek-subjek tertentu. Hal ini diharapkan dapat
mempermudah dalam pencarian informasi yang dibutuhkan. Namun tidak
semua subjek yang tersedia sesuai dengan kebutuhan para respnden. Hal
ini dapat kita lihat dalam tabel berikut ini:
63
Hari Santoso, “Promosi Sebagai Media Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah,”(Jurnal
Perpustakaan Sekolah, tahun 1-no 1 april 2007), h. 3.
72
Tabel 21
Pendapat Responden Tentang Pernah Tidaknya Gagal Dalam
Menemukan Subjek Yang Dikehendaki
No. Pernah Tidaknya Gagal F %
1. Ya, Pernah 46 100%
2. Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 21 menunjukkan responden gagal dalam menemukan subjek
yang dikehendaki. Dari tabel tersebut terlihat semua responden pernah
gagal dalam menemukan subjek yang dikehendakinya sebanyak 46 orang
(100%).
Data di atas menunjukkan bahwa semua responden pernah gagal
dalam menemukan subjek yang dikehendakinya. Hal ini menunjukkan
seberapa sering kegagalan itu terjadi dalam menemukan subjek yang
mereka kehendaki seperti terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 22
Tingkat Seringnya Terjadi Kegagalan
No.
Tingkat Seringnya Terjadi
Kegagalan
F %
1. Sangat Sering 0 0%
2. Cukup Sering 11 24%
3. Jarang 35 76%
Jumlah 46 100%
73
N = 46
Tabel 22 menunjukkan sebagian responden jarang menemukan
kegagalan sebanyak 35 orang (76%), sedangkan 11 orang (24%) cukup
sering menemukan kegagalan.
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden jarang
mengalami kegagalan saat menemukan subjek yang dikehendaki. Dalam
kegagalannya mencari subjek yang dikehendaki berdasarkan penyebabnya
dapat kita lihat tabel berikut ini:
Tabel 23
Penyebab Kegagalan Responden Dalam Mencari Subjek Yang Di Kehendaki
No. Penyebab Kegagalan F %
1. Tidak tahu cara penelusurannya 13 28%
2.
Tidak ada bimbingan dari petugas
layanan
0 0%
3. Subjek yang dikehendaki tidak ada 33 72%
4. Lainnya 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 23 menunjukkan responden gagal menemukan subjek yang
dicari. Dari tabel di atas responden sebanyak 33 orang (72%) menyatakan
subjek yang dicari tidak ada, 13 orang (28%) menyatakan responden tidak
tahu cara penelusuran.
Dalam hal ini memang mudah dipahami karena kliping online yang
ada belum mencakup semua subjek. Sehingga disaat responden
74
membutuhkannya tidak dapat ditemukan karena memang subjek tersebut
belum tersedia.
Dalam mencari informasi tentunya pustakawan memiliki peran
yang sangat penting di dalamnya. Dibawah ini dapat kita lihat peran
pustakawan dalam membantu pencarian pemustaka berdasarkan tabel
berikut ini :
Tabel 24
Peran Pustakawan Membantu Dalam Pencarian
No. Pustakawan Membantu F %
1. Selalu, membantu 45 98%
2. Kadang-kadang membantu 1 2%
3. Tidak membantu 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 24 menunjukkan pustakawan selalu membantu responden
dalam mencari informasi. Dari tabel diatas responden sebanyak 45 orang
(98%) menyatakan pustakawan selalu membantu dalam pencarian
informasi, sedangkan 1 orang (2%) menyatakan pustakawan kadang-
kadang membantu dalam pencarian informasi.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa semua pustakawan sudah banyak
membantu dalam pencarian informasi pemustakanya. Di samping
pustakawan membantu dalam pencarian informasi, pustakawan juga
mensosialisasikan atau mengedukasi kliping online tersebut dapat kita
lihat di tabel berikut ini:
75
Tabel 25
Peran Pustakawan Dalam Mensosialisasikan Kliping Online
No. Pustakawan Mensosialisasikan F %
1. Ya, mensosialisasikan 46 100%
2. Tidak mensosialisasikan 0 0%
3 Tidak tahu 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 25 menunjukkan pustakawan dalam mensosialisasikan atau
mengedukasi kliping online. Dari tabel di atas seluruh responden sebanyak
46 orang (100%) menyatakan bahwa pustakawan mensosialisasikan
kliping online.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa semua pustakawan turut serta
ikut dalam mensosialisasikan atau mengedukasi kliping online. Disamping
itu pustakawan juga membantu ketika pemustaka ada kendala dalam
memanfaatkan kliping online. Hal tersebut dapat kita lihat di tabel berikut
ini:
76
Tabel 26
Peran Pustakawan Dalam Membantu Pemustaka Ketika Ada Kendala
Dalam Memanfaatkan Kliping Online
No.
Pustakawan Membantu Pemustaka
Ketika Ada Kendala
F %
1. Ya, Membantu 46 100%
2. Tidak Membantu 0 0%
Jumlah 46 100%
N = 46
Tabel 26 menunjukkan pustakawan dalam membantu
pemustakanya ketika ada kendala yang sedang dihadapi dalam
memanfaatkan kliping online. Dari tabel di atas seluruh responden 46
orang (100%) menyatakan bahwa Ya pustakawan membantu pemustaka
ketika ada kendala.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa semua pustakawan membantu
para pemustakanya ketika ada kendala dalam memanfaatkan kliping
online.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam bab terakhir ini, akan dikemukakan mengenai kesimpulan
hasil penelitian yang telah diperoleh dari analisi data. Selain kesimpulan,
dalam bab ini juga akan diutarakan saran dari peneliti kepada pihak terkait
dalam penelitian sebagai bahan masukan. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh penulis terhadap pemanfaatan kliping online di
layanan koleksi berkala mutakhir Perpustakaan Mahkamah Agung RI
dapat diperoleh kesimpulan bahwa dari penelitian terhadap 46 kuesioner,
diperoleh hasil penelitian pemanfaatan kliping online di lingkungan MARI
yaitu:
1. Data menunjukkan seluruh responden 46 orang (100%) sudah
pernah memanfaatkan kliping online.
2. Tujuan responden memanfaatkan kliping online sebagian besarnya
untuk menyelesaikan tugas kantor sebanyak 27 repsonden (59%).
3. Dari keseluruhan 46 responden 100% subjek yang paling sering
dicari adalah subjek badan peradilan umum.
4. Sebagian besar responden memanfaatkan kliping online dengan
cara membacanya secara online (tidak di unduh) sebanyak 32
responden (70%).
78
B. Saran
Saran - saran yang berikan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Perlu adanya kerjasama antar perusahaan, kantor, ataupun lembaga yan
berkaitan dengan hukum untuk mengembangkan kliping online
tersebut
2. Promosinya lebih di tingkatkan lagi agar responden lebih sering
memanfaatkan kliping online.
3. Perlu diadakan edukasi advance search dalam kliping online untuk
mengurangi kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam pencarian
informasi.
79
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
Basrowi, dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Brian K, Williams. Using Information Tecnology: Pengenalan Praktis Dunia
Komputer & Komunikasi. Yogyakarta: ANDI, 2007.
Budiharjo, Utari. “Kebutuhan Pemakai dan Jasa Informasi.” Majalah Ikatan
Pustakawan Indonesia, 1983.
Departemen Pendidikan Nasional. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa.” Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Djunaidi. Temu Wicara Tentang Teori dan Praktek Kliping Koran. Jakarta:
Yayasan Memajukan Jasa Informasi (YASMIN), 2000.
Hakim, Sudarnoto Abdul. Perpustakaan dan Pendidikan. Jakarta: Fakultas Adab
dan Humaniora, 2005.
Hasan, Alwi dkk. “Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Jakarta: Deparment
Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2005.
Hasibuan, Norman. “Peranan Perpustakaan Bagi Keluarga Sejahtera dalam
Rangka Penanggulangan Kemiskinan.” Al-Maktabah 13, no. 2 (Oktober
2001): 2001.
Hasugian, Joner. Dasar-dasar Ilmu Perputakaan dan Informasi. Medan: USU
Press, 2009.
Hermawan, Rachman, dan Zulfikar Zen. Etika Pustakawan. Jakarta: Sagung Seto,
2010.
Hernandono. Perpustakaan & Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka,
1999.
Indrianto, Nur, dan Bambang Supomo. Metodelogi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE, 2004.
Lancester F.W. If You Want to Evaluate Your Library. Illionis: Thomson-Shore,
1993.
———. If You Want to Evaluate Your Library. London: The Library Association,
1988.
80
M. Muslich. Metode Kunatitatif. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1993.
Mahkamah Agung Republik Indonesia. “Mahkamah Agung Republik Indonesia.”
Diakses 5 Maret 2016. http://perpustakaan.mahkamahagung.go.id/hal-
tentang-kami.html,.
Mudjito. Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Universitas Terbuka, 2001.
Perpustakaan Nasional RI. Panduan Koleksi Perpustakaan Khusus. Jakarta:
Perpustakaan Nasional RI, 1992.
Prasad. “Articulo: Information Need And User.” Varanasi 5, no. 8 (Juni 2000): 8.
Prawati, Budi. “Keterpakaian Koleksi Majalah Ilmiah Pusat Perpustakaan dan
Penyebaran Teknologi Pertanian Oleh Peneliti Badan Litbang Pertanian.”
Jurnal Perpustakaan Pertanian V 1, no. 12 (2003): 54.
Rachmawan, Dady P. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap
Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2010.
Rimbarawa, Kosam. Dasar-dasar Organisasi Informasi. Jakarta: Hakaeser, 2006.
Saepudin, Encang. “Perilaku Pencarian Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi
(Bagian 1).” Diakses 6 Februari 2017. http://encangsaepudin.wordpress.com.
Salim, Peter, dan Yenny Salim. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,”
t.t.
Santoso, Hari. “Promosi Sebagai Media Pemberdayaan Perpustakaan Sekolah.”
Jurnal Perpustakaan Sekolah 1, no. 1 (April 2007): 3.
Shadily, Hasan. “Ensiklopedia Indonesia.” Jakarta: Ichtiar Baru-Van Hoeve,
1982.
Soetminah. Perpustakaan, Kepustakawan dan Pustakawan. Yogyakarta: Kanisius,
1992.
Sudarsana, Undang, dan Bastiano. Pembinaan Minat Baca. 3 ed. Jakarta:
Universitas Terbuka, 2008.
Sugiyono. Metode Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta, 2007.
Sulistyo Basuki. Pengantar Dokumentasi. Bandung: Rekayasa Sains, 2004.
81
———. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia, 1991.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
———. Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Samitra
Media Utama, 2004.
———. Perpustakaan & Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
———. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Suyatno, Bagong, dan Sutinah. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Kencana, 2007.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Akademik Strata I 2012/2013. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 Tentang
Perpustakaan (t.t.).
Warsito, Hermawan. Pengantar Metodelogi Penelitian: Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992.
Widyawan, Rosa. Agar Informasi Menjadi Lebih Seksi. Jakarta: Media Kampus
Indonesia, 2014.
Yusup, Pawit M. Teori dan Praktik Penelusuran Informasi : Information Retrival.
Jakarta: Kencana, 2010.
Lampiran 5 Printscreen Halaman Web Mahkamah Agung RI
No Gambar & Keterangan
1.
2.
Gambar 1 & 2 : Halaman depan web mahkamahagung.go.id/id
Lampiran 6 Printscreen Halaman Web Perpustakaan Mahkamah Agung RI
No Gambar & Keterangan
3.
4.
Gambar 3 & 4 : Halaman depan web Perpustakaan MARI
perpustakaan.mahkamahagung.go.id
Lampiran 7 Printscreen Tampilan Kliping Online Mahkamah Agung RI
No Gambar & Keterangan
5.
6.
Gambar 5 : Arsip Kliping Online dari 2016
Gambar 6 : Tampilan Kliping Online MARI
Lampiran 8 Kuesioner
KUESIONER
PETUNJUK PENGISIAN
1. Bacalah dengan teliti pertanyaan yang akan dijawab
2. Pilihlah dan beri tanda (X) pada salah satu jawaban yang anda anggap
benar
3. Saya harap anda menjawab semua pertanyaan
4. Terima kasih dan selamat mengisi
I. Data Responden
01. Jenis kelamin anda ?
( ) Laki – laki
( ) Perempuan
02. Berapa usia anda saat ini ?
( ) 18 - 19 tahun
( ) 20 - 30 tahun
( ) 31 - 40 tahun lebih
03. Pendidikan Terakhir anda saat ini ?
( ) SLTA
( ) D3
( ) S1
( ) S2
( ) S3
04. Divisi/sub divisi anda saat ini ? ......
II. Pengetahuan Koleksi
05. Koleksi apa saja yang sering anda gunakan pada layanan Koleksi
Berkala Mutakhir ?
( ) Kliping online
( ) Majalah
( ) Surat kabar
( ) Lainnya (sebutkan).........
06. Apakah anda mengetahui adanya kliping online di Perpustakaan
MARI?
( ) Ya
( ) Tidak
07. Bila iya, dari siapa anda mengetahui adanya kliping online?
( ) Teman
( ) Petugas Layanan
( ) Brosur
( ) Lainnya (sebutkan).........
08. Apakah anda pernah menggunakan kliping online?
( ) Ya
( ) Tidak
II. Frekuensi kunjungan ke Perpustakaan Mahkamah Agung RI
09. Seberapa seringkah anda menggunakan kliping online untuk
pekerjaan?
( ) Sering
( ) Kadang - kadang
( ) Tidak pernah
10. seberapa sering frekuensi anda dalam menggunakan kliping online
sbulan?
( ) 1-2 kali/bulan
( ) 3-4 kali/bulan
( ) lebih dari 4 kali/bulan
( ) lainnya (sebutkan) ..........
11. Berapa kali dalam seminggu anda datang ke Perpustakaan ?
( ) Satu kali
( ) Dua kali
( ) Tiga kali
( ) Lebih dari tiga kali
IV. Tujuan memanfaatkan kliping online
12. Untuk tujuan apa anda menggunakan kliping online?
( ) Thesis
( ) Karya tulis
( ) Tugas kantor (perusahaan)
( ) dan lain-lain (sebutkan) *mohon dijelaskan lebih rinci untuk apa
biasanya kliping online anda gunakan...
13. Subjek apa saja yang paling sering anda cari dalam kliping online ?
( ) Badan Pengawasan
( ) Badan Peradilan Agama
( ) Badan Peradilan Militer TUN
( ) Badan Peradilan Umum
( ) Badan Urusan Administrasi
( ) Balitbangdiklatkumdil
( ) Hak Kekayaan Intelektual
( ) Hakim Ad Hoc
( ) Bisnis
( ) Kamar Agama
( ) Kamar Militer
( ) Kamar Perdata
( ) Kamar Pidana
( ) Kamar TUN
( ) Kepailitan dan PKPU
( ) Kepaniteraan MA
( ) Kesekretariatan
( ) Ketua Mahkamah Agung
( ) Ketua Pengadilan Agama
( ) Ketua Pengadilan Militer
( ) Ketua Pengadilan Niaga
( ) Ketua PTUN
( ) Lembaga Penjamin Simpanan
( ) Mediasi di Pengadilan
( ) Panitera Muda Perdata Khusus
( ) Panitera Muda Perkara Perdata
( ) Panitera Muda Perkara Perdata Agama
( ) Panitera Muda Perkara Pidana
( ) Panitera Muda Perkara Pidana Militer TUM
( ) Panitera Muda Perkara TUN
( ) Panitera Muda Pidana Khusus
( ) Panitera Muda Tim
( ) Panitera Pengganti
( ) Pengadilan militer Pertempuran
( ) Pengadilan Militer Tinggi
( ) Pengadilan Militer Utama
( ) Peninjauan Kembali
( ) Permohonan Grasi
( ) Permohonan Hak Uji Materil
( ) Permohonan Kasasi
( ) Putusan Pengadilan Agama
( ) Putusan Pengadilan Militer
( ) Putusan Pengadilan Niaga
( ) Putusan Pengadilan TUN
( ) Rapat Kerja Nasional
( ) Sekretaris MA
( ) Sengketa Kewenangan Mengadili
14. Apakah kliping online yang ada di Perpustakaan Mahkamah Agung RI
sudah memenuhi kebutuhan yang anda inginkan ?
( ) Ya, memenuhi
( ) Sebagian memenuhi
( ) Tidak memenuhi
15. Apakah petugas layanan memberikan informasi tentang kliping online
yang ada ?
( ) Ya
( ) Tidak
16. Bagaimana kemutakhiran artikel yang ada dalam kliping surat kabar ?
( ) Sangat mutakhir
( ) Kurang mutakhir
( ) Tidak mutakhir
17. Apakah kliping online di Perpustakaan Mahkamah Agung RI banyak
memberikan informasi mengenai bidang yang anda inginkan ?
( ) Ya
( ) Tidak
V. Cara Penelusuran dan Penggunaan dalam memanfaatkan kliping online
18. Tahukah anda mengenai advance search kliping online?
( ) Ya
( ) Tidak
19. Pernahkah anda menggunakan advance search?
( ) Ya pernah
( ) Tidak pernah
20. Bagaimana cara pemanfaatan kliping online yg anda lakukan?
( ) Dibaca
( ) Diunduh
( ) Dicetak
( ) Dicatat kembali
( ) Diberi tanda
( ) Dibuat ringkasan “summary”
( ) Lainnya (sebutkan).............
VI. Kendala dalam memanfaatkan kliping online
21. Pernahkah anda gagal menemukan subjek-subjek yang di kehendaki?
( ) Ya, pernah
( ) Tidak pernah
22. Jika pernah, seberapa sering kegagalan itu terjadi?
( ) Sangat sering
( ) Cukup sering
( ) Jarang
23. Menurut anda, apa penyebab kegagalan anda dalam mencari subjek
yang dikehendaki?
( ) Tidak tahu cara penelusurannya
( ) Tidak ada bimbingan dari petugas layanan
( ) Subjek yang dikehendaki tidak ada
( ) Lainnya (sebutkan) ..........
VII. Peran Pustakawan
24. Apakah pustakawan membantu dalam pencarian pemustaka?
( ) Selalu, Membantu
( ) Kadang-kadang membantu
( ) Tidak membantu
25. Apakah pustakawan mensosialisasikan atau mengedukasi terkait
kliping online?
( ) Ya, mensosialisasikan
( ) Tidak mensosialisasikan
( ) Tidak tahu
26. Apakah pustakawan membantu ketika pemustaka ada kendala dalam
memanfaatkan kliping online?
( ) Ya, membantu
( ) Tidak membantu
Terima kasih Sudah Membantu Peneliti Mengisi Kuesioner
BIODATA PENULIS
DIAH SISMAWATI. Lahir di Jakarta, 28 Agustus 1994.
Anak pertama dari 2 bersaudara yang menjadi tulang
punggung keluarga. Putri dari ibunda Ma’wah. Penulis
berasal dari suku betawi Rawa Belong Jakarta Barat yang
sekarang bertempat tinggal di Jl. Sumatera Gang. H.M
Bakri Kel: Jombang Kec: Ciputat Kota: Tangerang
Selatan 15414. Sekolah yang ditempuh pertama kali TK
Asia Jakarta barat, Sekolah Dasar SDN Sukabumi Utara
01 Pagi selama 6 tahun lalu meneruskan Madrasah
Tsanawiyah (MTS) di Pondok Pesantren Al-Washillah Jakarta selama 3 tahun dan
melanjutkan kembali Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Pondok Pesantren
Al-Washillah Jakarta selama 3 tahun. Penulis juga aktif di kegiatan Extrakulikuler
PMR dan Taekwondo. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada program
studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2012). Penulis menyelesaikan kuliah
dengan menulis skripsi yang berjudul “Pemanfaatan Kliping Online di
Lingkungan Mahkamah Agung RI”. Selama di Universitas, penulis aktif di
beberapa organisasi, seperti organisasi external kampus yaitu Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas Adab dan Humaniora sejak 2012
dan juga organisasi internal kampus seperti Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ)
di bidang Kemahasiswaan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di bidang
Litbang, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) di bidang Bendahara Umum.
Disamping itu penulis juga pernah mengikuti Latihan Khusus KOHATI Se-
Nasional Cabang Purwokerto pada tahun 2016. Selain itu semasa kuliah penulis
juga mendapatkan beasiswa DIPA dan Yayasan Beasiswa Jakarta (YBJ). Penulis
pernah menjaga toko kebutuhan anak-anak di Pamulang Square selama 1 bulan
mengisi liburan semester. Penulis juga pernah menjaga toko kerudungan di Point
Square Lebak Bulus selama 1 bulan mengisi liburan semester. Penulis juga
pekerja freelancer di Kompas Gramedia bagian Litbang Harian Kompas sebagai
interviewer polling, tenaga lapangan, dan juga sebagai korlap (koordinator
lapangan), di bagian Strategic Management Office (SMO) yang sekarang sudah
ganti nama menjadi Marketing Kompas sebagai interviewer polling, lapangan,
koding, input data sampai saat ini. Di SMRC Saiful Mujani penulis juga pernah
menjadi interviewer tenaga lapangan. Kemudian penulis melakukan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di Perpustakaan Mahkamah Konstitusi selama 1 bulan. Penulis
juga melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang kami beri nama KKN JINGGA
selama 1 bulan di Desa Cipelang, Kec. Cijeruk Kab. Bogor.