Download - lp wita fix
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN PEKERAWATAN PADA IBU PERSALINAN
NORMAL
PERSALINAN NORMAL
A DEFINISI
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan ( 37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tidak ada komplikasi baik pada ibu maupun janin (Saifuddin
2002 )
Persalinan adalah suatu proses yang dialami peristiwa normal namun apabila tidak
dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah amp Hidayat 2008) Persalinan
adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan
disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani 2009)
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo 2006)
B PENYEBABFAKTOR PREDISPOSISI
Penyebab persalinan belum pasti diketahuinamun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonalstruktur rahimsirkulasi rahimpengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi (Hafifah 2011)
1 Teori penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen Fungsi
progesterone sebagai penenang otot ndashotot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun
2 Teori placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah
yang menimbulkan kontraksi rahim
3 Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero-plasenta
4 Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss) Bila ganglion ini digeser
dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
5 Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser amniotomi pemecahan ketuban) oksitosin
drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus
C PATOFISIOLOGI
D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut
kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi
lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva 2011)
1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut
a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b Teratur
c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik
His Kala I
I Kontraksi bersifat simetris
II Fundal dominan
III Involunter
IV Intervalnya makin lama makin pendek
V Diikuti retraksi
VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat
menjalar ke daerah paha
His Kala II
I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )
II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah
III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium
IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala
2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)
Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai
dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada
daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet
3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan
merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada
pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan
Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya
terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta
menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot
uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami
degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus
frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus
dibangkitkan
4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks
a Perlunakan serviks
b Pendataran serviks
c Terjadi pembukaan serviks
KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu
1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai
membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis
servikalis
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase
a Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam
b Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase
1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam
cepat menjadi 9 cm
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran
yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik
untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis
2 Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan
perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh
badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam
Mekanisme persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua
kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala
diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada
kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi
belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah
panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit
persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul
Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero
posterior
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah
a Penurunan kepala
b Fleksi
c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d Ekstensi
e Ekspulsi
f Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu
a Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat di antara simpisis dan promontorium
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu
a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan
b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi utero-plasenta
4 Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss) Bila ganglion ini digeser
dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus
5 Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis servikalis
dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser amniotomi pemecahan ketuban) oksitosin
drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan perinfus
C PATOFISIOLOGI
D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut
kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi
lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva 2011)
1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut
a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b Teratur
c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik
His Kala I
I Kontraksi bersifat simetris
II Fundal dominan
III Involunter
IV Intervalnya makin lama makin pendek
V Diikuti retraksi
VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat
menjalar ke daerah paha
His Kala II
I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )
II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah
III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium
IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala
2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)
Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai
dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada
daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet
3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan
merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada
pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan
Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya
terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta
menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot
uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami
degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus
frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus
dibangkitkan
4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks
a Perlunakan serviks
b Pendataran serviks
c Terjadi pembukaan serviks
KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu
1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai
membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis
servikalis
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase
a Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam
b Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase
1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam
cepat menjadi 9 cm
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran
yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik
untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis
2 Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan
perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh
badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam
Mekanisme persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua
kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala
diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada
kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi
belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah
panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit
persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul
Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero
posterior
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah
a Penurunan kepala
b Fleksi
c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d Ekstensi
e Ekspulsi
f Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu
a Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat di antara simpisis dan promontorium
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu
a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan
b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
C PATOFISIOLOGI
D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut
kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi
lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva 2011)
1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut
a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b Teratur
c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik
His Kala I
I Kontraksi bersifat simetris
II Fundal dominan
III Involunter
IV Intervalnya makin lama makin pendek
V Diikuti retraksi
VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat
menjalar ke daerah paha
His Kala II
I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )
II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah
III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium
IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala
2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)
Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai
dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada
daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet
3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan
merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada
pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan
Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya
terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta
menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot
uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami
degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus
frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus
dibangkitkan
4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks
a Perlunakan serviks
b Pendataran serviks
c Terjadi pembukaan serviks
KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu
1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai
membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis
servikalis
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase
a Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam
b Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase
1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam
cepat menjadi 9 cm
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran
yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik
untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis
2 Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan
perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh
badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam
Mekanisme persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua
kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala
diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada
kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi
belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah
panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit
persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul
Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero
posterior
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah
a Penurunan kepala
b Fleksi
c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d Ekstensi
e Ekspulsi
f Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu
a Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat di antara simpisis dan promontorium
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu
a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan
b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
D TANDA-TANDA MULAINYA PERSALINAN
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah Lightening atau settling atau dropping yang
merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada primigravida Perut
kelihatan lebih melebar fundus uteri turun Perasaan sering-sering atau susah buang air kecil
karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin Perasaan sakit diperut dan
dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains) Servik menjadi
lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva 2011)
1 Timbulnya his persalinan adalah his pembukaan sebagai berikut
a Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b Teratur
c Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intensitasnya
d Kalau dibawa berjalan bertambah kuat
e Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaaan cervik
His Kala I
I Kontraksi bersifat simetris
II Fundal dominan
III Involunter
IV Intervalnya makin lama makin pendek
V Diikuti retraksi
VI Kontraksi menimbulkan rasa sakit pada pinggang pada daerah perut dan dapat
menjalar ke daerah paha
His Kala II
I His semakin kuat ( Durasi 2 ndash 3 menit durasi 50 ndash 100 detik )
II His menimbulkan putar paksi dalam penurunan kepala atau bagian terendah
III Menimbulkan crowning dan penipisan perinium
IV Adanya dorongan mengedan menyebabkan ekspulsi kepala
2 Keluarnya lendir berdarah dari jalan lahir (show)
Dengan pendataran dan pembukaan lendir dari kanalis cervikalis keluar disertai
dengan sedikit darah Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena penekanan pada
daerah serviks yang menyebabkan pembuluh darah disekitar serviks menjadi lecet
3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan
merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada
pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan
Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya
terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta
menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot
uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami
degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus
frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus
dibangkitkan
4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks
a Perlunakan serviks
b Pendataran serviks
c Terjadi pembukaan serviks
KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu
1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai
membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis
servikalis
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase
a Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam
b Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase
1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam
cepat menjadi 9 cm
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran
yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik
untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis
2 Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan
perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh
badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam
Mekanisme persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua
kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala
diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada
kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi
belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah
panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit
persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul
Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero
posterior
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah
a Penurunan kepala
b Fleksi
c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d Ekstensi
e Ekspulsi
f Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu
a Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat di antara simpisis dan promontorium
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu
a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan
b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
3 Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir
Hal ini terjadi kalau ketuban pecah atau selaput janin robek Ketuban itu pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dalam hal ini keluar cairan
merupakan tanda yang lambat sekali Tetapi kadan-kadang ketuban itu pecah pada
pembukaan kecil malahan kadang-kadang selaput robek sebelum persalinan
Sebab mulainya persalinan dapat dipengaruhi oleh beberapa sebab misalnya
terjadinya penurunan kadar estrogen dan progesteron yang disebabkan plasenta
menjadi tua pada kehamilan tua serta juga dapat akibat terjadi iskemia otot-otot
uterus sehingga terganggunya sirkulasi uteroplasenta sehingga plasenta mengalami
degenerasi Faktor lain misalnya tekanan pada ganglion servikale dari plexus
frankenhauser yang terdapat dibelakang serviks akibatnya kontraksi uterus
dibangkitkan
4 Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks
a Perlunakan serviks
b Pendataran serviks
c Terjadi pembukaan serviks
KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu
1 Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah servik mulai
membuka dan mendatar darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler kanalis
servikalis
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase
a Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat kurang dari 4cm dan berlangsung selama 8 Jam
b Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase
1) periode akselerasi berlangsung 2 jam pembukaan menjadi 4 cm
2) periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam pembukaan berlangsung 2 jam
cepat menjadi 9 cm
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran
yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik
untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis
2 Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan
perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh
badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam
Mekanisme persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua
kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala
diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada
kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi
belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah
panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit
persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul
Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero
posterior
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah
a Penurunan kepala
b Fleksi
c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d Ekstensi
e Ekspulsi
f Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu
a Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat di antara simpisis dan promontorium
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu
a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan
b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
3) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10
cm
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh uterus servik dan vagina menjadi saluran
yang continue selaput amnio ruptur kontraksi uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik
untuk setiap kontraksi kepala janin turun ke pelvis
2 Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama kira-kira 2-3 menit sekali kepala janin telah turun
dan masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara
reflek menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB
dengan tanda anus membuka Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan vulva membuka dan
perineum meregang Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh seluruh
badan janin Kala II pada primi 15-2 jam pada multi 05 jam
Mekanisme persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala ditemukan hampir sekitar 95 dari semua
kehamilanPresentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi abdomen dan kadangkala
diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher) Pada
kebanyakan kasus presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan dalam presentasi
belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan anterior
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu sedangkan ukuran-ukuran kepala
bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam panggul maka jelas bahwa kepala
harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang tengah
panggul dan pada pintu bawah panggul supaya anak dapat lahir Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul maka hal ini akan mempersulit
persalinan karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul
Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero
posterior
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah
a Penurunan kepala
b Fleksi
c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d Ekstensi
e Ekspulsi
f Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu
a Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat di antara simpisis dan promontorium
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu
a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan
b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
a Penurunan kepala
b Fleksi
c Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
d Ekstensi
e Ekspulsi
f Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan akan tetapi untuk lebih jelasnya akan
dibicarakan gerakan itu satu persatu
a Penurunan Kepala
Pada primigravida masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya sudah
terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan tetapi pada multigravida biasanya baru terjadi pada
permulaan persalinan Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang dan dengan fleksi yang ringan Masuknya kepala melewati pintu atas panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir
tepat di antara simpisis dan promontorium
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya Jika sutura sagitalis
agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke belakang mendekati promontorium maka
dikatakan kepala dalam keadaan asinklitismus ada 2 jenis asinklitismus yaitu
a Asinklitismus posterior Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang
lebih rendah dari os parietal depan
b Asinklitismus anterior Bila sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal
depan lebih rendah dari os parietal belakang
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal tetapi kalau berat
gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik dengan panggul yang berukuran normal
sekalipun
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan Hal ini
disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari
segmen bawah rahim sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik Keadaan ini menyebabkan
bayi terdorong ke dalam jalan lahir Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan cairan
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
intra uterine kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot abdomen dan melurusnya badan
anak
a Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan
promontorium
b Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os parietal belakang lebih rendah dari os parietal
depan
c Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan lebih rendah dari os
parietal belakang
b Fleksi
Pada awal persalinan kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan Dengan majunya
kepala biasanya fleksi juga bertambah Pada pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah
dada janin sehingga ubun-ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan
karena adanya tahanan dari dinding seviks dinding pelvis dan lantai pelvis Dengan adanya
fleksi diameter suboccipito bregmatika (95 cm) menggantikan diameter suboccipito frontalis
(11 cm) sampai di dasar panggul biasanya kepala janin berada dalam keadaan fleksi maksimal
c Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga
bagian terendah dari bagian depan janin memutar ke depan ke bawah simpisis Pada presentasi
belakang kepala bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang akan
memutar ke depan kearah simpisis Rotasi dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena rotasi dalam merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk
jalan lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah panggul
d Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil berada di bawah
simpisis maka terjadilah ekstensi dari kepala janin Hal ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir
pada pintu bawah panggul mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan
fleksi untuk melewatinya Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai dasar panggul
tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum dan dapat menembusnya
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan menjadi pusat pemutaran
(hypomochlion) maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas perineum ubun-ubun besar dahi
hidung mulut dan dagu bayi dengan gerakan ekstensi
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
e Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu kepala bayi memutar
kembali ke arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring Di dalam rongga panggul bahu
akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya sehingga di dasar panggul
setelah kepala bayi lahir bahu mengalami putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa
kromial) menempatkan diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul
Bersamaan dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala berhadapan
dengan tuber ischiadikum sepihak
f Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah simpisis dan menjadi
hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang Setelah kedua bahu bayi lahir selanjutnya seluruh
badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu jalan lahir
Dengan kontraksi yang efektif fleksi kepala yang adekuat dan janin dengan ukuran
yang rata-rata sebagian besar oksiput yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah
mencapai dasar panggul dan persalinan tidak begitu bertambah panjang Tetapi pada kira-kira 5-
10 kasus keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi Sebagai contoh kontraksi yang buruk
atau fleksi kepala yang salah atau keduanya rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak
terjadi sama sekali khususnya kalau janin besar
3 Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar uterus teraba keras dengan fundus
uteri sehingga pucat plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya Beberapa saat kemudian timbul his
dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisisfundus uteri seluruh proses
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc
4 Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir mengamati keadaan ibu
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum Dengan menjaga kondisi kontraksi dan
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin
E PEMERIKSAAN PENUNJANG
a USG
b Pemeriksaan Hb
F PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005) penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta
previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu
1 Kaji kondisi fisik klien
2 Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3 Menganjurkan klien istirahat
4 Mengobservasi perdarahan
5 Memeriksa tanda vital
6 Memeriksa kadar Hb
7 Berikan cairan pengganti intravena RL
8 Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih premature
PERSIAPAN PERSALINAN
1 Ibu
a Gurita 3 buah
b Baju tidur 3 buah
c Underware secukupnya
d Handuk 2 Buah
e Pembalut khusus 1 bungkus
f Under pad (dapat dibeli di apotik) 3 lembar
2 Bayi
a Popok dan gurita bayi 1-2 buah
b Baju bayi 1-2 buah
c Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born 1-2 buah
d Selimuttopi dan kaos kaki bayi
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
e Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
3 Penolong
a Memakai APD terdiri dari Sarung Tangan steril Masker Alas kaki celemek
b Menyiapkan tempat persalinan perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan berlangsung
Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau penerangan yang cukup Tempat tidur
dengan kasur yang dilapisi kain penutup yang bersih kain tebal dan pelapis anti bocor
Ruangan harus hangat (tetapi jangan pamas) harus rersedia meja atau permukaan yang bersih
dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan
c Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi
Memastikan bahwa rungan tersebut bersih hangat (minimal 25oC pencahayaan cukup dan
bebas dari tiupan angin
4 Alat
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup)
a 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
b Gunting tali pusat
c Benang tali pusat
d Kateter nelaton
e Gunting episiotomy
f Alat pemecah selaput ketuban
g 2 psang sarung tangan dtt
h Kasa atau kain kecil
i Gulungan kapas basah
j Tabung suntik 3 ml dengan jarum im sekali pakai
k Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
l 4 kain bersih
m 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
Bahan
a Partograf
b Termometer
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
c Pita pengukur
d Feteskop dopler
e Jam tangan detik
f Stetoskop
g Tensi meter
h Sarung tangan bersih
5 Obat-Obatan
Ibu
a 8 Ampul Oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 oksitosin 2ml Uml
b 20 ml Lidokain 1 tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2 tanpa Epinefrin
c 3 botol RL
d 2 Ampul metal ergometrin maleat ( disimpan dalam suhu 2-80C
Bayi
a Salep mata tetrasiklin
b Vit K 1 mg
8 KOMPLIKASI
Persalinan merupakan salah satu kejadian besar bagi seorang ibu Diperlukan segenap
kemampuan baik tenaga maupun pikiran guna melalui tahapan prosesnya Banyak ibu hamil
dapat melalui proses persalinan dengan lancar dan selamat Namun banyak pula persalinan
menyebabkan terjadinya komplikasi yang disebabkan oleh berbagai hal Berikut beberapa
komplikasi yang biasa terjadi pada persalinan
a Pendarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan dengan
jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir Ada dua jenis menurut waktunya yaitu perdarahan
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan perdarahan nifas Penyebab tersering adalah atoni
uteri yakni otot rahim tidak berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir
Normalnya setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga pembuluh
darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti Namun terjadi atoni uteri rahim tidak dapat
berkontraksi dengan baik sehingga pembuluh darah tetap terbuka Dengan demikian terjadilah
perdarahan postpartum Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya masih berada
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
dalam pengawasan ketat dokter Dalam dua jam pertama kondisi harus terus dipantau salah
satunya untuk mengetahui apakah terdapat perdarahan post partum Sementara itu perdarahan
masa nifas dapat terjadi ketika ibu sudah tidak berada di rumah sakit lagi Oleh karena itu harus
waspada terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum Beberapa hal yang menjadi
tanda dan gejalanya misalnya wajah tampak pucat nadi teraba cepat dan kecil kulit kaki dan
tangan dingin serta perdarahan melalui vagina yang terjadi berulang banyak dan menetap atau
perdarahan di vagina yang disertai bau busuk Jika mengalami hal seperti itu segera pergi ke
dokter atau rumah sakit terdekat Penanganan dilakukan tergantung penyebab dan banyaknya
perdarahan Perdarahan pada 24 jam pertama persalinan umumnya disebabkan oleh
robekantrauma jalan lahir adanya sisa plasenta ataupun atoni uteri Apabila penyebabnya adalah
atoni uteri penanganannya disesuaikan dengan derajat keparahannya Jika perdarahan tidak
banyak dokter akan memberikan uterotonika (obat perangsang kontraksi rahim) Bila perdarahan
belum berhenti dan bertambah banyak selanjutnya diberikan infus dan tranfusi darah lalu dokter
akan melakukan beberapa teknik (manufer) Dan bila belum tertolong juga maka usaha terakhir
adalah menghilangkan sumber perdarahan dengan dua cara yaitu mengikat pembuluh darah atau
mengangkat rahim (histerektomi)Perdarahan pada masa nifas umumnya disebabkan oleh infeksi
Jika perdarahan disertai infeksi maka selain pemberian uterotonika dokter akan memberikan
juga anti biotik yang adekuat
b Infeksi pasca persalinan post partum
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan Keadaan ini
ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang dilakukan pada dua kali pemeriksaan selang waktu
enam jam dalam 24 jam pertama setelah persalinan Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius
dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronhitis) maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah
infeksi pada rahim daerah sekitar rahim atau vagina Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah
persalinan Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko terjadinya
infeksi post partum antara lain anemia hipertensi pada kehamilan pemeriksaan pada vagina
berulang-ulang penundaan persalinan selama lebih dari enam jam setelah ketuban pecah
persalinan lama operasi caesar tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim dan terjadinya
perdarahan hebat setelah persalinan Gejalanya antara lain menggigil sakit kepala merasa tidak
enak badan wajah pucat denyut jantung cepat peningkatan sel darah putih rasa nyeri jika
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
bagian perut ditekan dan cairan yang keluar dari rahim berbau busuk Jika infeksi menyerang
jaringan disekeliling rahim maka nyeri dan demamnya lebih hebat
c Ruptur UteriSecara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat
keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar
pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan
dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul
adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal
jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi
keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang
banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada
pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan
bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan
darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan
yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi
berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat
ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko
terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang
ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
d Trauma PerineumParineum adalah otot kulit dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus Trauma
perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses persalinan Hal ini karena desakan
kepala atau bagian tubuh janin secara tiba-tiba sehingga kulit dan jaringan perineum robek
Berdasapkan tingkat keparahannya trauma perineum dibagi menjadi derajat satu hingga empat
Trauma derajat satu ditandai adanya luka pada lapisan kulit dan lapisan mukosa saluran vagina
Perdarahannya biasanya sedikit Trauma derajat dua luka sudah mencapai otot Trauma derajat
tiga dan empat meliputi daerah yang lebih luas bahkan pada derajat empat telah mencapai otot-
otot anus sehingga pendarahannya pun lebih banyak
Trauma parineum lebih sering terjadi pada keadaan-keadaan seperti ukuran janin terlalu
besar proses persalinan yang lama serta penggunaan alat bantu persalinan (misal forsep)
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
Adanya luka pada jalan lahir tentu saja menimbulkan rasa nyeri yang bertahan selama beberapa
minggu setelah melahirkan Anda dapat pula mengeluhkan nyeri ketika berhubungan intim
Saat persalinan terkadang dokter melakukan episiotomi yaitu menggunting perineum untuk
mengurangi trauma yang berlebihan pada daerah perineum dan mencegah robekan perineum
yang tidak beraturan Dengan episiotomi perineum digunting agar jalan lahir lebih luas dengan
demikian perlukaan yang terjadi dapat diminimalkan
II KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 KALA I (fase laten dan aktif)
a Pengakajian
1) Integritas ego
Klien tampak tenang atau cemas
2) Nyeri atau ketidaknyamanan
Kontraksi regular terjadi peningkatan frekuensi durasi atau keparahan
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-10 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau terdiri dari flek lendir
b Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas bd krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut bd kontraksi uterus
3) Kekurangan cairan bd masukan dan peningkatan kehilangan cairan melalui pernafasan mulut
4) koping individu tidak efektif bd ketidakadekuatan system pendukung
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Ansietas bd krisis situasi
kebutuhan tidak terpenuhi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
helliphellipdiharapkan ansietas
pasien berkurang dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
1 Orientasikan klien pada
lingkungan staf dan prosedur
2 Berikan informasi tentang
perubahan psikologis dan
fisiologis pada persalinan
3 Kaji tingkat dan penyebab
ansietas
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
mengungkapkan perasaan
cemasnya
o Lingkungan sekitar pasien
tenang dan kondusif
4 Pantau tekanan darah dan
nadi sesuai indikasi
5Anjurkan klien
mengungkapkan perasaannya
6 Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman untuk
pasien
2 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
nyeri terkontrol dengan
criteria hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan
kontrol nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
6 Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien berkemih
1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan yang
tenang
4 kekurangan cairan bd
masukan dan peningkatan
kehilangan cairan melalui
pernafasan mulut
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang dengan
kriterian hasil
1 Pantau masukan dan
haluaran
2 Pantau suhu setiap 4 jam
atau lebih sering bila suhu
tinggi pantau tanda-tanda
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
o TTV dbn
o Input dan output cairan
seimbang
o Turgor kulit baik
vital DJJ sesuai indikasi
3 Kaji produksi mucus dan
turgor kulit
4Kolaborasi pemberian
cairan parenteral
4 koping individu tidak efektif
bd ketidakadekuatan system
pendukung
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
koping pasien efektif
dengan criteria hasil
o Pasien dapat
mengungkapkan
perasaannya
1 Tentukan pemahaman dan
harapan terhadap proses
persalinan
2 Anjurkan mengungkapkan
perasaan
3 Beri anjuran kuat thd
mekanisme koping positif dan
4 Bantu relaksasi
2 KALA II
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
- Melaporkan kelelahan
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri teknik relaksasi
- Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri ketidaknyamanan
- Dapat merintih menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 15 ndash 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm)
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian presentasi
2) Perubahan eliminasi urin bd perubahan masukan dan kompresi mekanik kandung kemih
3) Risiko infeksi
4) Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan luka epiostomi
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut berhubungan
dengan tekanan mekanik dari
bagian presentasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o TTV dbn
o Pasien dapat
mendemonstrasikan kontrol
nyeri
1Kaji derajat
ketidaknyamanan secara
verbal dan nonverbal
2 Pantau dilatasi servik
3 Pantau tanda vital dan
DJJ
4 Bantu penggunaan teknik
pernapasan dan relaksasi
5Bantu tindakan
kenyamanan spt
Gosok punggung kaki
7Anjurkan pasien
berkemih 1-2 jam
8Berikan informasi tentang
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
ketersediaan analgesic
9 Dukung keputusan klien
menggunakan
obat-obatantidak
10 Berikan lingkungan
yang tenang
2 Perubahan eliminasi urin bd
perubahan masukan dan
kompresi mekanik kandung
kemih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
eliminasi urine pasien
normal dengan criteria
hasil
o Cairan seimbang
o Berkemih teratur
1 Palpasi di atas simpisis
pubis
2 Monitor masukan dan
haluaran
3 Anjurkan upaya
berkemih sedikitnya 1-2
jam
4 Posisikan klien tegak dan
cucurkan air hangat di atas
perineum
5 Ukur suhu dan nadi kaji
adanya peningkatan
6 Kaji kekeringan kulit dan
membrane mukosa
3 Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan infeksi
maternal dapat terkontrol
dengan criteria hasil
o TTV dbn
o Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
1 Kaji sekresi vagina
pantau tanda-tanda vital
2Tekankan pentingnya
mencuci tangan yang baik
3 Gunakan teknik aseptic
saat pemeriksaan vagina
4Lakukan perawatan
perineal setelah eliminasi
4 kerusakan integritas kulit bd Setelah asuhan keperawatan 1 Bantu klien dan pasangan
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
luka epiostomi selamahellipdiharapkan
integritas kulit terkontrol
dengan criteria hasil
o Luka perineum tertutup
(epiostomi)
pada posisi tepat
2 Bantu klien sesuai
kebutuhan
3 Kolaborasi epiostomi
garis tengah atau medic
lateral
4 Kolaborasi terhadap
pemantauan kandung kemih
dan kateterisasi
3 KALA III
a Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali normal dengan cepat
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 ndash 300 ml
4) Nyeri ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
- Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
- Tali pusat memanjang pada muara vagina
b Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan bd pengeluaran keringat berlebih
2) Nyeri akut bd trauma jaringan setelah melahirkan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 kekurangan volume cairan
bd pengeluaran keringat
berlebih
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan
cairan seimbang denngan
criteria hasil
o TTV dbn
o Darah yang keluar plusmn 200 ndash
300 cc
1 Observasi intake cairan
2 Kaji tanda vital dan
status mukosa pasien
3 Palpasi uterus
4 Anjurkan pasien
minum yang adekuat
5 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
2 Nyeri akut bd trauma
jaringan setelah melahirkan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Instruksikan klien
untuk mendorong pada
kontraksi
2 Anjurkan tehnik
distraksi dan
relaksasi nafas
dalam
3 Kaji TTV pasien
4 Massase uterus
dengan perlahan
setelah pengeluaran
plasenta
5 Kolaborasi
perbaikan
episiotomy
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
4 KALA IV
a Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
2) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70xmenit) TD bervariasi mungkin lebih rendah pada respon
terhadap analgesiaanastesia atau meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKKedema
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml untuk
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
Mulai mengenai kondisi bayi bahagia
4) Eliminasi
Haemoroid kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
5) Makanancairan
Mengeluh haus lapar atau mual
6) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi spinal
7) Nyeriketidaknyamanan
Melaporkan nyeri missal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan episiotomy kandung
kemih penuh perasaan dingin atau otot tremor
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus perineum bebas dan
kemerahan edema ekimosis striae mungkin pada abdomen paha dan payudara
b Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut bd trauma jaringan
2) Kekurangan volume cairan
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
c Intervensi
NODIAGNOSA
KEPERAWATANNOC NIC
1 Nyeri akut bd trauma
jaringan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan nyeri
terkontrol dengan criteria
hasil
o Pasien dapat control nyeri
1 Kaji sifat dan derajat
ketidaknyamanan
2 Beri informasi yang tepat
tentang perawatan selama
periode pascapartum
3 Lakukan tindakan
kenyamanan
4 Anjurkan penggunaan
teknik relaksasi
5 Beri analgesic sesuai
kemampuan
2 Kekurangan volume cairan
bd kelelahanketegangan
miometri
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan
selamahellipdiharapkan cairan
simbang dengan criteria
hasil
o TD dbn
o Jumlah dan warna lokhea
dbn
1 Tempatkan klien pada
posisi rekumben
2 Kaji hal yang
memperberat kejadian
intrapartal
3 Kaji masukan dan
haluaran
4 Kaji tekanan darah dan
nadi
6 Kaji status mukosa
pasien
7 Kaji jumlah warna dan
sifat aliran lokhea
8 Kolaborasi pemberian
cairan parentral
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-
DAFTAR PUSTAKA
Depkes(2008) Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal Jakarta USAID
FKUI (2000) Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Jakarta Media Aesculapius
Gary dkk (2006) Obstetri Williams Edisi 21 Jakarta EGC
Hafifah (2011) Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal Dimuat
dalam httpDMATERNITY20NURSINGLP20PERSALINANlaporan-
pendahuluan-pada-pasien-denganhtml (Diakses tanggal 18 Maret 2012)
Mc Closky amp Bulechek (2000) Nursing Intervention Classification (NIC) United States of
America Mosby
Meidian JM (2000) Nursing Outcomes Classification (NOC) United States of America
Mosby
Mitayani (2009) Asuhan Keperawatan Maternitas Jakarta EGC
Wiknjosostro (2002) Ilmu Kebidanan Edisi III Jakarta Yayasan Bima pustaka Sarwana
Prawirohardjo
Prawirohardjo Sarwono 2006 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP ndash SP
Saifudin Abdul B 2002 Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal amp Neonatal
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Bidanku2015 Mengenal Komplikasi Persalinan (online) httpbidankucommengenal-
komplikasi-pada-persalinan diakses 22 Oktober 2015
- c Ruptur Uteri
- Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak utuh Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya Selain itu kehamilan dengan janin yang terlalu besar kehamilan dengan peregangan rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan kembar dapat pula menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek Gejala yang sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang tidak normal Pada keadaan awal jika segera diketahui dan ditangani dapat tidak menimbulkan gejala dan tidak mempengaruhi keadaan ibu dan janin Namun jika robekan yang luas dan menyebabkan perdarahan yang banyak dokter akan segera melakukan operasi segera untuk melahirkan bayi sampai pada pengangkatan rahim Hal ini bertujuan agar ibu tidak kehilangan darah terlalu banyak dan bayipun dapat diselamatkan Perdarahan hebat juga memerlukan trafusi darah dan pertolongan darurat lainnya sampai pada dibutuhkannya fasilitas ICU dan NICU Apabila terjadi perdarahan yang hebat dalam perut ibu hal ini mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu Jika ibu memiliki riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya disarankan untuk tidak hamil lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang Namun jika Anda hamil lagi diperlukan pengawasan yang ketet selama kehamilan kemudian bayi akan dilahirkan dengan cara caesar
-