Download - LP Partus Normal
1. Pengertian
Persalinan normal memiliki beberapa pengertian yaitu:
a. Persalinan adalah proses dimulai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan
dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi dan plasenta (Asuhan
Intrapartum, 2003).
b. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan dimana janin
dan ketuban turun ke dalam jalan lahir dan didorong keluar melalui jalan lahir
(Sarwono Prawirohardjo, 2005).
c. Persalinan adalah serangkaian kajadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan 37-42 minggu lahir spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari
tubuh ibu.
1. Etiologi
Yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui dengan jelas, tetapi
banyak fakta yang memegang peranan dan bekerja sama sehingga terjadi persalinan.
Mulanya berupa kombinasi dari faktor hormon dan faktor mekanis.
Beberapa teori yang dikemukakan ialah :
a. Teori penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim sedangkan estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
b. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu, timbul
kontraksi otot-otot rahim.
c. Keregangan otot-otot rahim
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung, bila dindingnya
teregang karena isinya maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan tinja.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin
teregang otot-otot rahim sehingga otot-otot makin rentan.
1
d. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelanjar suprenal janin ternyata memegang peranan juga, selain
itu, di belakang serviks terletak ganglion servikale. Bila ganglion ini digeser
dan ditekan, oleh kepala janin, maka akan timbul kontraksi uterus
e. Teori prostagladin
Berdasarkan hasil percobaan menunjukkan prostagladin dari F2 atau E2 yang
diberikan secara intravena dan extra abdominal menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan adalah :
1) Kekuatan mendorong keluar/power
Power dibagi menjadi 2 yaitu:
a) Kekuatan primer: Kontraksi uterus involunter yang memadai dari
menandai dimulainya persalinan (his)
His ada 2 yaitu :
i. His pendahuluan/his palsu: Merupakan peningkatan dari
kontraksi dari Braxton hicks
ii. His persalinan: Merupakan his yang bersifat nyeri yang
mungkin disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot-otot saat
kontraksi, tekanan pada ganglia dalam cerviks dan segmen
bawah rahim oleh serabut-serabut otot yang berkontraksi,
cerviks yang meregang lurus atau regangan dan tarikan ada
peritoneum saat kontraksi, kontraksi rahim bersifat berkala
dan yang diperhatikan dalam his adalah:
Lamanya kontraksi: Kontraksi berlangsung 45 detik sampai
75 detik
Kekuatan kontraksi: Menimbulkan naiknya tekanan
intrauterin sampai 35 mmHg kekuatan kontraksi secara klinis
ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan
dinding rahim ke dalam
Interval antara dua kontraksi: Pada permulaan his timbul
sekali dalam 10 menit dan pada kala pengeluaran sekali
dalam 2 menit
Menurut faalnya, his dapat dibagi dalam :
2
His pembukaan: His yang menimbulkan pembukaan dari
serviks
His pengeluaran: His yang mendorong anak keluar dan
biasanya disertai dengan keinginan mengejan
His pelepasan uri: His yang melepaskan uri (Sarwono
Prawirohardjo,2005).
b) Kekuatan sekunder
Apabila serviks berdilatasi, maka dimulai untuk mendorong yang
memperbesar kekuatan kontraksi involunter (tenaga mengejan).
Tenaga mengejan merupakan tenaga yang mendorong anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding
perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra-abdominal.
Tenaga mengejan ini hanya efektif jika pembukaan sudah lengkap
dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
1) Faktor Janin/Kondisi Janin/Passenger
Janin bergerak disepanjang lahir merupakan akibat interalis
beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin, persentasi, letak,
sikap, posisi janin.
2) Faktor Jalan Lahir
Pada waktu partus akan terjadi perubahan-perubahan pada
uterus, serviks, vagina dari dasar panggul.
3
2. Pathofisiologi
Kehamilan (37-42 minggu)
Tanda-tanda permulaan persalinan(kala pendahuluan)
Tanda-tanda inpartu
Kala I Kala II Kala III Kala IV
4
Peningkatan tegangan pada dinding di uterus
Penurunan kadar progresteron, peningkatan kadar oxytocin, keregangan otot – otot
rahim, pengaruh janin, prostaglandin yang diberikan secara intravena, plasenta tua
Menekan pembuluh darah disekitar uterus
Metabolisme anaerob
Kontraksi uterus
Dorong kuat pada janin ke arah serviks dan perinium
Terjadi peregangan yang sangat besar di daerah
serviks&perinium
Resiko Kerusakan Integritas Kulit (Ibu)
Episiotomi Robekan jalan lahir
Terjadi luka
Iritasi mekanik pada saraf dan jaringan
Pelepasan neurotransmitter nyeri
Substansi P, serotonin, prostaglandin keluar
Dorongan fetus ke uterus dan serviks
regangan pada uterus dan serviks ↑
Perangansangan reseptor nyeri pada uterus dan serviks
Nyeri
5
Penumpukan asam laktat, implus melewati serabut saraf C dan Delta A
Substansia galatinosa
Corteks cerebri
Nyeri perut bagian bawah, menyebar ke daerah punggung dan paha
Nyeri
Kurang informasi mengenai
berapa lama nyeri, cara mengatasi nyeri dan cemas ibuKurang
Pengetahuan
Masuk ke serabut saraf afferen
Diterima di kornu dorsalis medulla spinalis
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
6
Kala III
(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)
Terlepasnya plasenta dari endometrium
Kurang informasi tentang proses fisiologis
Kurang Pengetahuan
Janin plasenta lahirDiikuti oleh pengeluaran sisa plasenta
Kesulitan dengan pelepasan plasenta
Trauma Jaringan
Terputusnya klien kontinuitas jaringan Teknik pelepasan dan
pengeluaran uri yang tidak tepat
Keluarnya darah (normal 150-300 cc)
Perubahan peran dan tanggung jawab pada
keluarga
Risiko Cedera Maternal
Nyeri
Pelepasan neurotransmitter nyeri di korteks serebral
Plasenta yang tidak lengkap & sisa plasenta yang masih tertahan di uterus Risiko
Infeksi
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda-tanda permulaan terjadinya persalinan
1) Turunnya kepala masuk pintu atas panggul pada primigravida minggu
ke- 36.
2) Timbul perasaan sesak dibagian bawah, di atas simpisis pubis dan sering-
sering ingin kencing atau susah kencing (polaisuria) karena kandung
kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
3) Perut kelihatan lebih melebar karena fundus uteri turun.
4) Terjadinya perasaan sakit di daerah perut dan pinggang karena kontraksi
ringan otot rahim dan tertekannya fleksus yang terletak disekitar serviks
(tanda persalinan palsu fase labour).
5) Terjadinya perlukaan serviks yang mulai mendatar dan sekresinya bila
bertambah bercampur darah (bloody show).
b. Tanda-tanda inpartu
1) Rasa sakit karena adanya his yang menjadi lebih kuat, sering teratur.
2) Pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada serviks.
3) Dapat disertai pecahnya ketuban dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam serviks mengalami perubahan dengan terjadi
perlukaan serviks, pendataran serviks, pembukaan serviks.
4. Penatalaksanaan
a. Penanganan umum:
1) Konfirmasi usia kehamilan,kalau ada dengan USG
2) Lakikan pemeriksaan inspekulo untuk menilai cairan yang keluar (jumlah,
warna, bau) dan membedakannya dengan urin. Dengan pemeriksaan tes
lakmus,bila kertas lakmus biru menunjukkan air ketuban (basa), dan bila
kertas lakmus merah menunjukkan cairan urine (asam)
3) Jika ibu mengeluh perdarahan pada akhir kehamilan (setelah 32 minggu),
jangan melakukan menit pemeriksaan dalam secara digital
4) Tentukan ada tidaknya infeksi
5) Tentukan tanda-tanda inpartus
7
b. Penanganan khusus
Konfirmasi diagnosis:
1) Bau cairan ketuban yang khas
2) Jika keluarnya cairan ketuban sedikit-sedikit, tampung cairan yang keluar
dan nilai 1 jam kemudian
3) Dengan speculum DTT, lakukan pemeriksaan inspekulo, nilai apakah cairan
keluar melalui ostium uteri atau terkumpul di forniks posterior.
(Prawirohardjo, 2002)
c. Penanganan konservatif:
1) Rawat di rumah sakit
2) Berikan antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau erittromisin bila tidak tahan
ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari
3) Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi
4) Jika usia kehamilan 32 -37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,tes busa
negative; beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kkesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu
5) Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu,tidak ada infeksi, berikan
tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam
6) Jika usia kehamilan 32 -37minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan
induksi
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi intra uterin).
Klien dianjurkan pada posisi trendelenburg untuk menghindari prolap
tali pusat.
d. Penanganan aktif
1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprotal 50 μg intravaginal tiap 6 jam maksimal
4 kali
2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan
diakhiri:
a) Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks kemudian
induksi, jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea
b) Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.
(prawirohardjo, 2002)
8
5. Kemungkinan Data Fokus
a. Wawancara
Identitas klien, keluhan utama, keluhan sejak kunjungan terakhir, tanda-tanda
persalinan, pengeluaran pervaginam, masalah-masalah khusus, riwayat
kehamilan sekarang, riwayat obstektrik, riwayat persalinan.
b. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
KU : Kesadaran, GCS, posisi tubuh, TB dan BB.Vital sign : TD: 110/70 mmHg
HR: 60 - 120 x/menitRR: 16 – 20 x/menit; S: 36,5-37,50C
Kepala : bentuk kepala, warna rambut, periksa kesemetrisan.Mata: Periksa pupil, sclera, conjungtivaTelinga: lengkap, simetris, kebersihan, fleksibilitas pinaHidung: : keutuhan, penggunaan otot acsesoris pernafasan, kebersihan, pasase udaraMulut: keutuhan, ada tidaknya kelainan, simetris, mucosa bibir, warna bibir, ada tidaknya stomatitis.
Leher : P: pvj, kelenjar limfe, tiroid, deviasi trakeaDada : I: bentuk, retraksi dinding dada, pergerakan dada, payudara, adanya
ASI atau tidak, jenis pernafasan.P: taktil fremitus, ictus cordisP: bunyi paru, bunyi jantungA: suara paru, bunyi tambahan, heart rate.
Abdomen : I: bentuk perut, warna kulitA: bising usus diseluruh regioP: hepar, CRT, turgor kulit, tinggi fundus uteriP: timpani
Anus, rektum dan genitalia
: Ada tidaknya perdarahan, lochea, adanya episiotomi atau tidak, BAB dan BAK pertama
Ekstremitas : P: akral, pergerakan sendi, kekuatan ototPunggung : I: kesimetrisan
c. Pemeriksaan Penunjang/diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap :
1) Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
2) Golangan darah = A,B,AB & O
3) Faktor RH = +/-
4) Waktu pembekuan
9
5) Urine (Protein Urine, Urine reduksi)
6. Analisa Data
Data EtiologiMasalah
KeperawatanKALA I
DS:
1. Pasien mengeluh nyeri
dengan skala nyeri >3 (0-5)
2.
DO:
1. Ibu tampak meringgis
2. Ibu berteriak kesakitan
3. Ibu tampak memegang
benda disekitarnya dengan
erat
Penurunan kadar progresteron, peningkatan kadar oxytocin, keregangan
otot – otot rahim, pengaruh janin, prostaglandin yang diberikan secara
intravena, plasenta tua
Peningkatan tegangan pada dinding di uterus
Menekan pembuluh darah disekitar uterus
Metabolisme anaerob
Penumpukan asam laktat, implus melewati serabut saraf C dan Delta A
Substansia galatinosa
Corteks serebri
Nyeri perut bagian bawah, menyebar ke daerah punggung dan paha
Nyeri
Nyeri berhubungan
dengan peningkatan
tekanan pembuluh darah
disekitar uterus
DS:
1. Pasien mengeluh tidak tau
cara mengedan
2. Keluarga selalu menanyakan
kondisi pasien
DO:
1. Pasien dan keluarga tampak
cemas
2. Pasien tampak gelisah
3. pasien tampak tidak mampu
mempraktekkan cara
mengedan dengan baik dan
benar.
Penurunan kadar progresteron, peningkatan kadar oxytocin, keregangan
otot – otot rahim, pengaruh janin, prostaglandin yang diberikan secara
intravena, plasenta tua
Peningkatan tegangan pada dinding di uterus
Menekan pembuluh darah disekitar uterus
Metabolisme anaerob
Penumpukan asam laktat, implus melewati serabut saraf C dan Delta A
Substansia galatinosa
Corteks serebri
Nyeri perut bagian bawah, menyebar ke daerah punggung dan paha
Kurang informasi mengenai berapa lama
Kurang Pengetahuan
berhubungan dengan
Kurang informasi
mengenai berapa lama
nyeri, cara mengatasi
nyeri dan cemas ibu.
10
nyeri, cara mengatasi nyeri dan cemas ibu
Kurang pengetahuan
KALA II
DS:
1. Pasien mengeluh nyeri
dengan skala nyeri >3 (0-5)
DO:
1. Ibu tampak meringgis
2. Ibu berteriak kesakitan
3. Ibu tampak memegang
benda disekitarnya dengan
erat
Kontraksi uterus
Dorongan fetus ke uterus dan serviks
regangan pada uterus dan serviks ↑
Perangansangan reseptor nyeri pada
uterus dan serviks
Nyeri
Nyeri berhubungan
dengan rangsangan pada
uterus dan serviks
meningkat.
DS:
1. –
DO:
1. Klien tampak mengeluh
perih
2. Tampak daerah perineum
kemerahan
3. Klien tampak kesakitan
Kontraksi uterus
Dorong kuat pada janin ke arah serviks
dan perinium
Terjadi peregangan yang sangat besar di
daerah serviks&perinium
Resiko Kerusakan Integritas Kulit (Ibu)
Resiko kerusakan
integritas kulit
berhubungan dengan
terjadinya peregangan
yang sangat besar di
daerah seviks dan
perineum.
KALA IIIDS:
1. Pasien mengeluh nyeri
dengan skala nyeri >3 (0-5)
DO:
1. Ibu tampak meringgis
2. Ibu berteriak kesakitan
3. Ibu tampak memegang
benda disekitarnya dengan
erat
Kala III(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)
Terlepasnya plasenta dari endometrium
Trauma jaringan
Terputusnya kontinuitas jaringan
Nyeri
Nyeri berhubungan
dengan terputusnya
kontinuitas jaringan
DS:
1. –
DO:
1. Klien tampak menjalani
Kala III(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)
Terlepasnya plasenta dari endometrium
Diikuti oleh pengeluaran sisa plasenta
Resiko Infeksi
berhubungan dengan
Plasenta yang tidak
lengkap & sisa plasenta
11
proses bersalin
2. Nadi meningkat
3. Suhu tubuh meningkat
4. Hasil lab: Leukosit
Plasenta yang tidak lengkap & sisa plasenta yang masih tertahan di uterus
Resiko Infeksi
yang masih tertahan di
uterus.
DS:
1. Klien mengatakan pusing
DO:
1. Klien tampak pucat
2. Darah keluar lebih dari 300
cc
3. Nadi menurun
4. Klien tampak pucat
Kala III(Pelepasan dan Pengeluaran Uri)
Terlepasnya plasenta dari endometrium
Diikuti oleh pengeluaran sisa plasenta
Keluarnya darah (normal 150-300 cc)
Resiko kekurangan volume cairan
Risiko Kekurangan
Volume Cairan
berhubungan dengan
keluarnya darah yang
berlebihan
KALA IV
DS:
1. Pasien mengeluh nyeri
dengan skala nyeri >3 (0-5)
DO:
1. Ibu tampak meringgis
2. Ibu berteriak kesakitan
3. Ibu tampak memegang
benda disekitarnya dengan
erat
Partus kala IV
Epistomi robekan jalan lahir
Terjadi luka
Iritasi mekanik pada saraf dan jaringan
Pelepasan neurotransmitter nyeri
Substansi P, serotonin, prostaglandin keluar
Masuk ke serabut saraf afferen
Diterima di kornu dorsalis medulla spinalis
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri
Nyeri berhubungan
dengan terputusnya
kontuinitas jaringan
DS:
1. Klien mengatakan pusing
DO:
1. Klien tampak pucat
2. Darah keluar lebih dari 500
cc
3. Nadi menurun
4. Klien tampak pucat
Atonia uteri
Kontraksi uterus menurun
Rest plasenta
Perdarahan ( > 500 cc )
Risiko Kekurangan Volume Cairan
Risiko kekeurangan
cairan berhubungan
dengan perdarahan
12
7. Diagnosa Keperawatan
Kala I:
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah disekitar uterus.
b. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan Kurang informasi mengenai berapa lama nyeri, cara
mengatasi nyeri dan cemas ibu.
Kala II:
a. Nyeri berhubungan dengan rangsangan pada uterus dan serviks meningkat.
b. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan terjadinya peregangan yang sangat
besar di daerah seviks dan perineum.
Kala III:
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Resiko Infeksi berhubungan dengan Plasenta yang tidak lengkap & sisa plasenta yang masih
tertahan di uterus.
c. Risiko Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
Kala IV:
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontuinitas jaringan
b. Risiko kekeurangan cairan berhubungan dengan perdarahan
13
8. Intervensi Keperawatan
NoDiagnosa
KeperawatanTujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Nyeri berhubungan
dengan kontraksi
rahim & terputusnya
kontuinitas jaringan
Umum
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam nyeri
berkurang atau hilang.
Khusus
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 4 x 7 jam
diharapkan nyeri yang dirasakan oleh
pasien dapat berkurang atau hilang.
dengan,
Kriteria Hasil :
1. Ungkapan verbal klien bahwa
nyeri berkurang atau hilang,
dengan skala nyeri 0 (0-5).
2. TTV dalam batas normal 120-
110/80-90 mmHg.
1. Observasi skala nyeri dng skala
nyeri (0 – 5), intensitas &
lokasi.
2. Ajarkan tehnik relaksasi &
menarik napas panjang.
3. Berikan penjelasan tentang
penyebab nyeri & kapan
hilangnya.
4. Ajarkan cara mengedan yang
benar jika pembukaan sudah
lengkap
5. Anjurkan pasien untuk istirahat
miring kiri jika tdk sedang
kontraksi .
1. Mengetahui tingkat nyeri &
ketergantungan klien serta
kualitas nyeri.
2. Meningkatkan relaksasi &
rasa nyaman, dan dapat
mengurangi rasa nyeri.
3. Meningkatkan pengetahuan
sehingga mengurangi
kecemasan,klien menjadi
kooperatif
4. Mengurangi kelelahan &
mempercepat proses
persalinan.
5. Mengurangi penekanan vena
cava, meminimalkan hipoksia
jaringan.
2 Resiko infeksi
berhubungan dengan
pemajanan
mikroorganisme.
Umum
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 1x24 jam tidak terjadi
infeksi pada pasien.
1. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan.
2. Monitor TTV setiap 4 jam
sekali
1. Mencegah penularan
mikroorganisme
2. Kenaikan TTV pertanda
adanya infeksi
14
Khusus
Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 x7 jam
diharapkan resiko infeksi pada pasien
tidak terjadi. dengan,
Kriteria Hasil :
1. Tekanan darah dalam batas
normal 110-120/70-80 mmHg.
2. Nadi : 100-120x/mnt
3. Suhu : 36,5-37,5 O C
4. RR : 40-60 x/menit
5. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
(rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi
laesa)
6. jumlah leukosit dalam batas
normal.
3. Observasi TTV & tanda-tanda
infeksi
4. Lakukan pemeriksaan vagina
awal: ulangi bila kontraksi atau
perilaku klien menandakan
kemajuan persalinan
5. Anjurkan klien untuk segera
mobilisasi (duduk,berdiri &
jalan serta menyusui bayinya)
6. Batasi pengunjung
3. Deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya
infeksi sehingga segera
diatasi.
4. Pengulangan pemeriksaan
vagina berperan dalam insisen
infeksi asenden.
5. Mencegah sisa
perdarahan/kotoran
membendung dng mobilisasi
sisa kotoran dpt keluar
sehingga mempercepat proses
penyembuhan disamping itu
mem-perlancar sirkulasi darah
keluka.Mencegah infeksi
6. Mencegah penularan
mikroorganisme dari
lingkungan luar.
3 Risiko Kekurangan
Volume Cairan
berhubungan dengan
Umum:
Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
1. Pantau turgor kulit setiap giliran
jaga
2. Periksa memberan mukosa
1. Turgor kulit buruk merupakan
suatu tanda dehidrasi
2. Membran mukosa yang kering
15
perdarahan diharapkan tidak terjadi tanda-tanda
risiko kekurangan volume cairan tidak
terjadi.
Khusus
Setelah melakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 7 jam
diharapkan tidak tampak risiko
terjadinya kekurangan volume cairan
pada pasien. dengan,
Kriteria Hasil:
1. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
2. Asupan cairan pasien melebihi
haluaran
3. Pasien menyatakan pemahaman
tentang perlunya mempertahankan
asupan cairan yang adekuat
mulut setiap giliran jaga
3. Pantau TTV tiap 4 jam
4. Berikan dan pantau cairan
parenteral, sesuai anjuran
5. Tentukan cairan/minuman
kesukaan pasien
6. Anjurkan pasien cara
mempertahankan asupan cairan
yang benar, termasuk mencatat
berat badan tiap hari, mengukur
asupan dan haluaran, dan
mengenali tanda-tanda dehidrasi
merupakan suatu tanda
dehidrasi
3. Takikardia, hipotensi,
disspnea, atau demam dapat
mengidentifikasikan defisit
volume cairan
4. Untuk mengembalikan
kehilangan cairan
5. Meningkatkan asupan
6. Tindakan ini dapat mendorong
partisipasi pasien dan
memberi asuhan dalam
perawatan dan meningkatkan
kontrol pasien.
16
REFERENSI
Hamilton, Marry. 2002. Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas edisi ke VI. Jakarta: EGC
Saifudin, A. B. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Material dan Neonatal. Edisi ke I, Cetakan ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sarwono, Prawirohardjo. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan edisi 1 cetakan 2. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Tucker, Martin. 2003. Standar Perawatan Pasien Edisi 5 Volume IV. Jakarta:EGC
Taylor G, M. 2010. Diagnosis Keperawatan: dengan rencana asuhan. Edisi 10.
Jakarta. EGC
17