Download - Hipoglikemia (Idk)
HIPOGLIKEMIA
A. Definisi
Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah batas normal.
Secara klinis, hipoglikemia berarti penurunan kadar glukosa darah secara drastic dan
abnormal. Hipoglikemia dianggap telah terjadi bila kadar glukosa darah < 50 mg/ dL.
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pada diabetes melitus,
terutama karena terapi insulin. Dan hal tersebut merupakan salah satu penyebab tersering
terjadinya hipoglikemia.
Perlu diingat bahwa serangan hipoglikemia adalah berbahaya, bila sering terjadi
atau terjadi dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan kerusakan otak yang permanen
atau bahkan kematian.
B. Etiologi
Sekresi insulin yang berlebihan oleh pankreas
Dosis insulin atau obat antidiabetik oral yang terlalu tinggi yang diberikan dan/
dikonsumsi penderita diabetes melitus untuk menurunkan kadar glukosa
darahnya.
Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar pankreas.
Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa dihati.
C. Klasifikasi hipoglikemia
1. Hipoglikemia puasa simtomatik dengan hiperinsulinemia
a. Reaksi insulin
Pasien diabetes yang mendapat insulin merupakan kelompok terbesar dari
populasi pasien dengan hipoglikemia simtomatik. Hilangnya respon glukagon
terhadap hipoglikemia pada penderita diabetes mempersulit masalah, demikian
pula ketidakpekaan akan gejala-gejala hipoglikemia pada pasien-pasien tua,
pasien-pasien neuropati, dan pasien-pasien dengan episode hipoglikemia berulang
yang telah beradaptasi dengan kadar glukosa darah yang rendah tanpa memicu
alarm sistem otonom. Pada pasien dengan hipoglikemia puasa simtomatik dengan
hiperinsulinemia, reaksi insulin yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
efek hipoglikemia mungkin terjadi karena beberapa hal berikut:
Asupan makanan yang tidak memadai
Kuantitas makanan yang kurang atau lupa makan merupakan salah
satu penyebab hipoglikemia tersering pada pasien diabetes yang mendapat
insulin.
Aktivitas fisik
Pada orang yang non-diabetes peningkatan ambilan glukosa oleh
otot rangka dikompensasi oleh peningkatan produksi glukosa oleh hati.
Mekanisme ini terutama diperantarai oleh suatu penurunan kadar insulin
sirkulasi akibat pelepasan katekolamin pada latihan fisik yang
menghambat sekresi sel β. Mekanisme tersebut tidak terjadi pada orang
dengan diabetes melitus yang mendapat terapi insulin, dimana depot
subkutan terus menerus menghasilkan insulin terlebih lagi dipercepat
dengan lokasi injeksi berdekatan dengan kelompok otot yang beraktivitas.
Gangguan kontraregulasi glukosa pada diabetes
Kebanyakan pasien diabetes tergantung insulin mengalami
kehilangan respons glukagon terhadap hipoglikemia. Jadi mereka hanya
mengandalkan respons otonom adrenergenik untuk dapat pulih dari
hipoglikemia dan khususnya untuk mengenali gejala-gejala peringatan
hipoglikemia yang mengancam sebagai sinyal untuk menelan glukosa atau
jus buah.
b. Overdosis sulfonilurea
Setiap sulfonilurea memilki resiko menyebabkan hipoglikemia. Klorpopamid
dengan waktu paruh yang panjang (35 jam) adalah penyebab tersering golongan
ini. Pasien-pasien tua terutama mereka yang dengan gangguan fungsi ginjal dan
hati khususnya rentan terhadap hipoglikemia yang diinduksi sulfonilurea. Bila
pasien juga mendapat obat-obatan seperti warfarin, fenilbutazon, atau beberapa
sulfonamida, maka efek hipoglikemik dari sulfonilurea dapat nyata dan
memanjang.
c. Pemakaian insulin atau sulfonilurea secara sembunyi-sembunyi.
`Hal ini mungkin terjadi dan dilakukan oleh pasien dengan gangguan
psikiatris yang berat ataupun yang ingin mendapat perhatian.
d. Hipoglikemia autoimun
Hipoglikemia autoimun itu terjadi akibat tingginya antibodi yang mampu
bereaksi dengan insulin endogen yang dapat menyebabkan hipoglikemia.
e. Hipoglikemia induksi pentamidin
Semakin sering pemakaian atau penggunaan pentamidin untuk pengobatan
infeksi pneumocystic carinii pada pasien-pasien AIDS, makin sering timbul
laporan kasus hipoglikemia induksi pentamidin. Penyebab hipoglikemia akut
tampaknya adalah efek litik obat pada sel-sel β, yang menimbulkan
hiperinsulinemia akut pada sekitar 10-20% pasien yang mendapat obat ini.
f. Tumor sel β pankreas
Hipoglikemia puasa spontan pada orang dewasa sehat paling sering
disebabkan oleh insulinoma. Insulinoma yaitu tumor pulau-pulau langerhans yang
menghasilkan insulin. 80% bersifat tunggal dan jinak, 10% ganas, sisanya mutipel
dengan mikro atau makroadenoma tersebar dijaringan pulau yang sehat. 99%
tumor ini beralokasi didalam pankreas dan kurang dari 1% pada jaringan pankreas
ektopik. Tumor-tumor ini dapat timbul pada segala usia 30-40an. Tidak ada
predileksi kelamin.
Temuan klinis
Tanda dan gejala terutama adalah tanda dan gejala neuroglikopenia
subakut dan bukan karena pelepasan adrenergik. Gambaran yang khas adalah
gangguan fungsi sistem saraf pusat yang berulang pada saat beraktivitas fisik
ataupun saat puasa. Sebagian besar pasien belajar untuk mengatasi ataupun
mencegah gejala dengan cara sering makan, akibatnya obesitas, tetapi pasien
ini yang dengan obesitas hanya 30%.
2. Hipoglikemi Puasa Simtomatik Tanpa Hiperinsulinemia
a. Keadaan Disertai rendahnya Produksi Glukosa
Berkurangnya glukoneogenesis dapat terjadi sebagai akibat langsung
kehilangan jaringan hati. Selain itu hal ini juga dapat terjadi pada keadaan dimana
suplai asam amino pada parenkim hati berkurang atau akibat dari gangguan
metabolisme karbohidrat bawaan yang mempengaruhi enzim-enzim
glikogenolitik atau glukoneogenesis.
b. Hipoglikemia Etanol
Peran alcohol sebagai factor resiko hipoglikemia adalah karena etanol
(golongan alkohol) dapat mengganggu glukoneogenesis dihati tetapi tidak
mempengaruhi glikogenolisis di hati. Hipoglikemi puasa yang di induksi etanol
dapat terjadi pada kadar etanol cukup rendah misalnya 45 mg/dl.
Pada pasien yang mengkonsumsi etanol tetapi tidak makan dapat terjadi
hipoglikemi puasa sesudah cadangan glikogen hati habis yaitu setelah 8-12 jam
puasa. Pasien pada umumnya datang dengan gejala neurologlikopenia, yang sulit
di bedakan dengan efek neurotoksis dari alkohol. Dalam keadaan ini dekstrosa
intravena harus segera diberikan, karena cadangan glikogen hati biasanya sudah
terkuras saat terjadi hipoglikemi.
Asupan makanan yang cukup selama mengkonsumsi alkohol akan mencegah
terjadinya hipoglikemi jenis ini.
c. Tumor Non-Pankreas
Sejumlah tumor non pankreas telah ditemukan dapat menyebabkan
hipoglikemia pada saat puasa. Tumor yang terbentuk pada umumnya besar dan
berasal dari mesenkim. Mekanisme bagaimana tumor non pankreas dapat
menimbulkan hipoglikemi tidak sepenuhnya jelas. Tidak satupun dari tumor-
tumor non pankreas dapat di buktikan mensekresikan insulin, jadi
hiperinsulinemia ektopik sejati sepertinya tidak ada. Pengobatan ditunjukan pada
tumor primer, dengan terapi penyokong pemberian nutrisi yang sering.
3. Hipoglikemi Tidak Puasa
Hipoglikemi reaktif dapat diklasifikasikan sebagai hipoglikemi dini ( 2-3 jam
setelah makan ) atau juga tertunda ( 3-5 jam setelah makan ).
a. Hipoglikemi dini terjadi bila mana ada pelepasan karbohidrat yang di telan
secara cepat ke dalam usus halus yang kemudian diikuti oleh absorpsi cepat
glukosa dan hiperinsulinemia.
b. Hipoglikemi tertunda disebabkan oleh tertundanya pelepasan insulin awal,
yang selanjutanya akan semakin parahnya hiperglikemi.
Hipoglikemi Pencernaan Pasca Gasterektomi
Hipoglikemi reaktif setelah gasterektomi merupakan suatu
konsekuensi dari hiperinsulinemia. Hal tersebut terjadi karena
pengosongan makanan dari lambung yang berlangsung secara cepat
menyebabkan stimulasi refleks vagus yang berlebihan dan produksi
berlebihan dari hormon saluran cerna sitotropik.
Hipoglikemia percernaan pasca gasterektomi akan menyebabkan
hiperinsulinemia arterial dengan konsekuensi hipoglikemi akut.
Gejalanya disebabkan oleh hiperaktivitas andregenik sebagai respon dari
glukosa plasma yang menurun cepat.
Penanganannya dilakukan dengan memberikan porsi kecil makanan
yang terdiri dari bahan karbohidrat yang tidak cepat di asimilasi dan
lemak / protein yang lebih lambat untuk di absorpsi. Bisa juga dengan
memberikan obat antikolinergik seperti propantelin 15 mg peroral 4 x
sehari à dapat mengurangi aktivitas vagus.
Hipoglikemia Pencernaan Fungsional
Hipoglikemi reaktif dini tipe pencernaan yang sebelumnya tidak
menjalani pembedahan di golongkan sebagai fungsional. Keadaan ini
sering di sertai rasa lelah yang bersifat kronis, perasaan cemas, iritabilitas,
kelemahan, konsentrasi yang buruk, nyeri kepala, perasaan lapar sesudah
makan, dan tremor. Pada hipoglikemi pencernaan fungsional tidak
memiliki cara yang dapat benar-benar diandalkan dalam
mendioagnosisnya.
Hipoglikemi Tertunda
Kondisi ini di sebabkan oleh tertundanya pelepasan insulin dini dari sel
B pankreas yang menyebabkan semakin parahnya hiperglikemi. Sebagai
respon terhadap hiperglikemi, maka respon pelepasan insulin yang
berlebihan akan menyebabkan suatu keadaan hipoglikemia tertunda 4-5
jam sesudah makan.
Pada pasien yang obesitas, pengobatan ditunjukan pada pengurangan
BB mencapai berat ideal. Pasien juga dianjurkan dengan pemberian
makanan dalam porsi kecil kaya dengan serat-serat gizi dan melakukan
evaluasi berkala.
D. Diagnosis
Diagnosis untuk pasien hipoglikemia dilakukan dengan pemeriksaan kadar gula
darah. Hipoglikemia sudah terjadi pada kadar glukosa darah < 50 mg/dl, dan pasien
mungkin datang dalam keadaan tidak sadar apabila kadar glukosa darah <40 mg/dl.
E. Penatalaksanaan
Semua manifestasi hipoglikemia cepat dihilangkan oleh pemberian glukosa.
Untuk mempercepat absorpsi, glukosa atau gula sederhana harus diberikan dalam bentuk
cair.
Pada kasus hipoglikemia ringan dengan penderita yang sadar dan dapat menelan,
dapat diberikan tablet dekstrosa, gel glukosa, atau minuman atau makanan yang
mengandung gula.
Jika hipoglikemia yang lebih berat terjadi, bahkan sampai menimbulkan
ketidaksadaran atau stupor, terapi pilihannya adalah memberikan 20-50 ml larutan
glukosa 50% melalui infuse intravena selama lebih dari 2-3 menit. Keuntungan
pemberian infus intravena adalah menghasilkan kerja obat yang cepat dibandingkan cara-
cara pemberian lain. Sedangkan kerugiannya yaitu obat yang diberikan lewat intravena
tidak dapat dikeluarkan dari sirkulasi seperti yang dapat dilakukan apabila obat diberikan
secara per oral, misalnya dengan cara dimuntahkan. Namun, jika terapi intravena tidak
tersedia, suntikan 1 mg glucagon subkutan atau intramuscular biasanya akan
mengembalikan kesadaran dalam waktu 15 menit untuk memungkinkan pasien menelan
gula. Jika pasien mengalami stupor dan glucagon tidak tersedia, sejumlah kecil madu atau
sirup dapat dimasukkan ke dalam kantung pipi. Akan tetapi, pada umunya, pemberian
makanan per oral dikontraindikasikan pada penderita yang tidak sadar. Tim pelayanan
medis gawat-darurat harus dihubungi setiap pasien mengalami gangguan kesadaran yang
berat.
Sumber:
o Fisiologi Manusia, Lauralee Sherwood
o Endokrinologi klinis dan dasar, Greenspan, edisi 4, 1998
o Farmakologi dasar dan terapi, Katzung