Download - case DHF
![Page 1: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus serta
memenuhi kriteria WHO. Virus dengue tidak menular dari orang ke orang secara langsung.1
Kasus demam berdarah dengue menjadi masalah kesehatan utama yang ditemukan di Pasifik
Selatan, Asia, Amerika, dan Afrika. Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan resiko
tinggi terjadinya DBD. Berdasarkan data WHO diperkirakan 500.000 kasus DBD rawat inap
ditemukan setiap tahunnya.2
Gejala yang paling umum adalah demam tinggi selama 2-7 hari, sakit kepala yang berat,
nyeri sendi, mual, muntah, nyeri retro-orbital, dan kemerahan di wajah. Namun banyak pasien
yang terinfeksi virus dengue tidak menunjukkan gejala atau bersifat asimptomatik. Gejala virus
dengue dapat terjadi selama 3-14 hari. Umumnya 4-7 hari setelah gigitan nyamuk yang
terinfeksi.2,3
Tidak ada terapi spesifik untuk DBD, prinsip utamanya adalah terapi suportif. Tatalaksana
biasanya berupa terapi cairan dan pengobatan gejala seperti demam dan nyeri. Pentingnya
mengenali dan menangani secara adekuat kasus DBD ini. Karena tanpa tatalaksana tingkat
kematian DBD dapat mencapai 20% namun dengan terapi suportif yang intensif angka kematian
kurang dari 1%.4
Penyebab meningkatnya kematian pasien DBD di rumah sakit karena pemeriksaan
penyaring yang kurang ketat terhadap pasien yang datang ke pusat pelayanan kesehatan,
keterlambatan pasien datang ke pusat pelayanan kesehatan, dan kurangnya informasi tentang
DBD dari petugas kesehatan kepada pasien dan keluarganya. Penanganan yang tepat dapat
menyelamatkan pasien.4
1
![Page 2: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.1 Identitas
Nama : Aminto Sri
No. RM : 01315128
Usia : 24 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Bedahan, Sawangan,, Bedahan
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 11/12/1990
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
Status pernikahan : Belum menikah
Pendidikan : Mahasiswa
Masuk instalasi gawat darurat Rumah Sakit Fatmawati pada tanggal 17 Agustus 2014 pukul
03.00
Masuk instalasi rawat inap Gedung Teratai lantai 5 utara Rumah Sakit Fatmawati pada
tanggal 17 Agustus 2014 pukul 19.00
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 17 Agustus 2014, di bangsal Irna
Teratai, ruang 523B RSUP Fatmawati.
A. Keluhan Utama
Demam tinggi sejak 5 hari SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS. Demam dirasakan tinggi
mendadak, terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh waktu. Demam disertai dengan
menggigil, namun tidak disertai dengan keringat dingin Pasien juga mengeluhkan nyeri
kepala, nyeri belakang mata, nyeri pada sendi namun tidak begitu hebat dan batuk tidak
berdahak. Mimisan, gusi berdarah, BAB hitam disangkal. Sesak tidak ada. Pasien
mengeluh napsu makan menurun dan adanya mual, tetapi tidak sampai muntah. Diare
2
![Page 3: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/3.jpg)
disangkal. Pasien mengeluh belum BAB sejak 2 hari yang lalu. Adanya riwayat
bepergian ke luar kota. Pasien mengaku meminum obat penurun panas, tapi demam tidak
turun.
Saat ini pasien tidak demam, tidak mual, namun masih merasa sakit kepala dan nyeri di
seluruh badan. Tidak ada keluhan BAK dan BAB.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita hal seperti ini. Riwayat DM, asma, alergi dan penyakit
jantung disangkal.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Riwayat DM, hipertensi, asma, dan
penyakit jantung pada keluarga disangkal.
E. Riwayat Kehidupan dan Kebiasaan
Pasien merupakan seorang mahasiswa. Pasien tinggal dengan keluarga dirumah dengan
padat penduduk. Tetangga pasien ada yang dirawat di rumah sakit, dikatakan sakit DBD.
2.3 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 Agustus 2014, di bangsal Irna Teratai, ruang
523B, RSUP Fatmawati.
A. Keadaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Status Gizi : Kesan gizi baik
B. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5ºC
C. Kepala dan Leher
Bentuk kepala : Normocephal
Rambut : Hitam, distribusi rata, sulit dicabut
Wajah : Simetris, tidak ditemukan benjolan, malar rash –
3
![Page 4: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/4.jpg)
Mata
Tidak ada oedem palpebra dextra dan sinistra
Konjunctiva anemis -/-
Sklera ikterik -/-
Pupil isokor, 3 mm
Tidak ada kekeruhan pada lensa mata dextra dan sinistra
Reflek cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung +/+
Telinga
Tidak ditemukan kelainan pada preaurikula dextra dan sinistra
Bentuk aurikula dextra dan sinistra normal, tidak ditemukan kelainan kulit, tidak
hiperemis
Tidak ditemukan kelainan pada retroaurikula dextra dan sinistra
Nyeri tekan tragus -/-
Nyeri tekan aurikula -/-
Nyeri tarik aurikula -/-
Nyeri tekan retroaurikula -/-
Hidung
Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping hidung, nyeri tekan –
Nares anerior: sekret -/-, darah -/-, hiperemis -/-
Tidak ditemukan deviasi septum
Mulut
Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan bicara, sudut
bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan tersenyum.
Tidak ditemukan kelainan kulit daerah perioral
Bibir tidak kering, tidak sianosis
Oral higiene cukup baik
Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis, tidak kering
Uvula terletak ditengah, tidak oedem
Faring tidak hiperemis
Tonsil T1-T1 tenang.
4
![Page 5: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/5.jpg)
Leher
Inspeksi : Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak tampak pembesaran
kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak deviasi trakea
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah, JVP 5-2
cmH2O.
Auskultasi : Tidak terdengar bruit
D. Thorax
Thorax Anterior
Inspeksi
Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang
tertinggal, pernapasan abdominotorakal
Tidak tampak retraksi sela iga
Tidak ditemukan eflouresensi pada kulit dinding dada
Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum
Tidak terlihat spider navy
Palpasi
Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba benjolan pada
dinding dada
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, friction fremitus (-), thrill (-)
Teraba ictus cordis pada sela iga V, 2 jari medial dari linea midclavicularis kiri
Perkusi
Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor
Batas kanan paru-jantung pada sela iga IV, garis parasternalis kanan
Batas kiri paru-jantung pada sela iga V, 2 jari medial dari garis midcavicularis kiri
Batas atas kiri paru-jantung pada sela iga III, garis parasternalis kiri
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronkhi -/-, wheezing-/-
BJ I, BJ II regular, murmur (-), gallop (-), splitting (-)
Thorax Posterior
Inspeksi
5
![Page 6: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/6.jpg)
Bentuk simetris saat dinamis dan saat statis
Tidak terlihat eflouresensi
Tidak terlihat benjolan
Tidak terdapat kelainan vertebra
Palpasi
Gerak nafas simetris
Vocal fremitus simetris
Tidak ditemukan nyeri tekan
Perkusi
Tidak terdapat nyeri ketuk
Perkusi secara umum terdengar sonor
Batas bawah paru kanan pada sela iga X, batas bawah paru kiri pada sela iga XI
Auskultasi
Suara nafas vesikuler +/+
E. Abdomen
Inspeksi
Bentuk perut datar
Venektasi (-), caput medusae (-), striae alba (-)
Umbilikus terletak di garis tengah
Tidak tampak pulsasi abdomen pada regio epigastrika
Auskultasi
Bising usus (+) normal
Arterial bruit (-)
Palpasi
Dinding abdomen teraba supel, defans muskular (-), turgor kulit baik
Secara umum tidak ditemukan nyeri tekan
Hepar dan lien tidak teraba
Ballotement -/-
Undulasi (-)
Perkusi
Shifting dullness (-)
6
![Page 7: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/7.jpg)
F. Ekstremitas
Ektremitas atas
Inspeksi
Tangan kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak terdapat lesi kulit
Palmar eritema (-)
Tidak sianosis, tidak ikterik
Clubbing finger –
Tidak tampak pembengkakan sendi, kedua extremitas atas dapat bergerak aktif dan
bebas
Tidak ada gerakan involunter
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan
Akral hangat
Pitting edema -/- -/-
Refleks patologis Hoffmann Tromner -/-
Flapping tremor -/-
Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
Kekuatan otot normal 5555 5555
5555 5555
Ekstremitas bawah
Inspeksi
Tungkai kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak tampak
pembengkakan, tidak terdapat lesi kulit
Tidak sianosis, tidak ikterik
Clubbing finger –
Kedua tungkai dapat bergerak aktif dan bebas
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua tungkai kanan dan kiri
Pitting oedem - -
- -
Klonus patella -/-, klonus achilles -/-
7
![Page 8: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/8.jpg)
Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi
G. Pemeriksaan Rumple Leed : positif
2.4 Pemeriksaan Laboratorium
Hasil laboratorium
Pemeriksaan 17/08/2014; 19.30 Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13.3 13.7- 17.5 g/dl
Hematokrit 42 33-45 %
Leukosit 2.0 5-10 ribu/UL
Trombosit 42 150-440 ribu/UL
Eritrosit 6.90 3.8-5.2 juta/UL
VER 60.8 80-100 fl
HER 20.8 26-34 pg
KHER 34.2 32-36 g/dl
RDW 15.5 11.5-14.5 %
Fungsi Hati
SGOT - 0- 34 u/L
SGPT - 0 - 40 u/L
Fungsi Ginjal
Ureum 34 20 – 40 mg/dl
Kreatinin 0.9 0.5 – 1.5 mg/dl
Pemeriksaan Diabetes
Gula Darah Sewaktu 70 – 140 mg/dl
Elektrolit Darah
Natrium 136 135 – 147 mmol/L
Kalium 4.29 3.10 – 5.10 mmol/L
Klorida 95 95 – 108 mmol/L
8
![Page 9: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/9.jpg)
Hasil follow up laboratorium
Pemeriksaan 18/0807:20
19/0807:20
20/0807:020
Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 13.1 12.1 12,1 11.7- 15.5 g/dl
Hematokrit 42 37 38 33-45 %
Leukosit 3.3 3.3 4.3 5-10 ribu/UL
Trombosit 34 24 68 150-440 ribu/UL
Eritrosit 5.46 4.2 4.5 3.8-5.2 juta/UL
VER 87.1 87.7 85.8 80-100 fl
HER 27.6 31.1 32.5 26-34 pg
KHER 31.7 35.5 31.5 32-36 g/dl
RDW 12.6 12.4 12.4 11.5-14.5 %
Fungsi Hati
SGOT 30 31 33 0-34 u/L
SGPT 35 39 39 0- 40 u/L
Fungsi Ginjal
Ureum 30 36 36 20 – 40 mg/dl
Kreatinin 0.7 0.9 0.5 0.5 – 1.5 mg/dl
Pemeriksaan Diabetes
GDS 70 – 140 mg/dl
Elektrolit Darah
Natrium 127 143 135 – 147 mmol/L
Kalium 4.89 4.31 3.10 – 5.10 mmol/L
Klorida 95 92 95 – 108 mmol/L
Sero – Imunologi
Anti Dengue IgG
Positif Posif Negatif
Anti Dengue IgM
Positif Positif Negatif
Urinalisa
Urobilinogen 0.2 < 1 E.U/dl
Protein urin Negative Negatif
Berat jenis 1.015 1.005 – 1.030
Bilirubin Negatif Negatif
Keton Positif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
pH 6.0 4.8 – 7.4
Lekosit Negatif Negatif
Darah / Hb Negatif Negatif
Glukosa urin/reduksi
Negatif Negatif
Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
9
![Page 10: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/10.jpg)
Sedimen Urin
Epitel Positif
Lekosit 4 – 5 0 – 5
Eritrosit 2 – 3 0 – 2
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
Lain-lain Negatif Negatif
2.5 Resume
Pasien laki-laki, 24 tahun datang dengan keluhan demam mendadak tinggi sejak 5 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam disertai dengan menggigil, namun tidak disertai
dengan keringat dingin Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala, nyeri belakang mata, nyeri
sendi namun tidak terlalu hebat dan batuk tidak berdahak. Mimisan, gusi berdarah, BAB
hitam disangkal. Sesak tidak ada. Pasien mengeluh napsu makan menurun dan adanya mual,
tetapi tidak sampai muntah. Diare disangkal. Pasien mengeluh belum BAB sejak 2 hari yang
lalu. Adanya riwayat bepergian ke luar kota. Pasien mengaku meminum obat penurun panas,
tapi demam tidak turun.
Pemeriksaan fisik :
Tampak sakit sedang, compos mentis, kesan gizi baik
Pemeriksaan rumple leed positif.
Pemeriksaan Laboratorium :
Kesan :
Leukopenia
Trombositopenia
2.6 Daftar Masalah
1) Demam berdarah dengue Grade I ke-5
2.7 Rencana Pemeriksaan
Cek DPL/ 12 jam, IgG dan IgM anti Dengue, SGOT/SGPT, dan urinalisis lengkap.
2.8 Penatalaksanaan
10
![Page 11: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/11.jpg)
2.8.1 Non medikamentosa
IVFD: Ringer lactat 500 ml/ 6 jam
Banyak minum
2.8.2 Medikamentosa
Parasetamol 3 x 500 mg p.o
Ranitidin 2x 50mg p.o
Donperidon 3x 10mg p.o
2.9 Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
2.10 Follow up
1) Follow Up Tanggal 19 Agustus 14
Subjektif Demam tidak ada, perut begah, nyeri ulu hati,
Objektif TSS.CM.
TD : 100/60 mmHg FN : 80 x/menit RR : 18 x/menit T : 36oC
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan epigastrium (+), Hepar dan
lien tidak teraba, Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/- / -/-, lesi kulit -/- -/-
Assessme
nt
1. Demam dengue hari ke 6
Planning Rdx/ Cek DPL/12 jam; elektrolit darah,fungsi hati dan sero-
imonologi. urinalisa
Rtx/
11
![Page 12: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/12.jpg)
IVFD: Ringer laktat 500 ml/ 6 jam
Parasetamol 3 x 500 mg p.o
Ranitidin 3x50 mg i.v
Donperidon 3 x 10 mg p.o
2) Follow Up Tanggal 20 Agustus 2014
Subjektif Tidak ada keluhan, Demam tidak ada, mual berkurang,
Objektif TSS.CM.
TD : 100/70 mmHg FN : 78 x/menit RR : 18 x/menit T : 36oC
Mata : Konjungtiva pucat -/-, sklera ikterik -/-
Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB
Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Datar, supel, nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak
teraba, Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/- / -/-, lesi kulit -/- -/-
Assessme
nt
1. Demam dengue hari ke 7
Planning Rdx/ DPL, ureum/kreatinin
Rtx/
IVFD: Ringer laktat 500 ml/ 6 jam
Parasetamol 3 x 500 mg p.o
Ranitidin 3x50 mg i.v
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
12
![Page 13: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/13.jpg)
3.1 DEMAM BERDARAH DENGUE
3.1.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) atau dengue haemorrhagic fever/DHF merupakan penyakit
infeksi yang disebabkan virus dengue dengan manifestasi klinis berupa demam, nyeri otot atau
nyeri sendi, disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Pada kasus DBD, terjadi kebocoran plasma sehingga menyebabkan hemokonsentrasi atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Demam berdarah dengue yang disertai renjatan/syok
disebut dengan sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome).3
3.1.2 Epidemiologi
Kejadian pertama demam berdarah dengue diketahui pada tahun 1950-an ketika terjadi
epidemik di Filipina dan Thailand. Saat ini, DBD paling banyak menyerang negara-negara Asia
dan Amerika Latin. DBD menjadi penyebab utama kasus rawat inap dan kematian anak di
negara-negara ini. Penyakit ini sekarang endemik pada lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat.2
Di dunia, insiden infeksi virus dengue meningkat secara drastis dalam beberapa dekade
terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang – lebih dari 40% populasi di dunia yang sekarang beresiko
terinfeksi virus dengue. WHO memperkirakan ada 50-100 juta orang yang terinfeksi virus
dengue di dunia setiap tahunnya.2
13
![Page 14: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/14.jpg)
Gambar 3.1 Jumlah Kasus Demam Dengue dan DBD Berdasarkan Data WHO5
Pada tahun 2008 terdapat 1,2 juta kasus yang ditemui di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik
Barat dan 2,3 juta kasus pada tahun 2010. Jumlah terbaru dilaporkan terjadi peningkatan di
Amerika sebesar 1,6 juta kasus dengan 49.000 kasus infeksi virus dengue yang berat.5
Di tahun 2003, delapan negara Asia Tenggara termasuk Indonesia dilaporkan epidemik
kasus dengue. Insiden DBD di Indonesia yaitu sekitar 6-15 per 100.000 penduduk pada tahun
1989 hingga 1995. Jumlah kasus DBD di Indonesia sejak Januari sampai Mei 2004 mencapai
64.000 kasus dengan kematian sebanyak 724 orang. Berdasarkan data WHO, di Indonesia
terdapat 150.000 kasus pada tahun 2007 dengan lebih dari 25.000 kasus dilaporkan di Jakarta
dan Jawa Barat.3
Jumlah kematian yang dilaporkan sebesar 1% namun di negara India, Indonesia, dan
Myanmar ditemukan tingkat kematian sebesar 3-5%. Berdasarkan data Balitbangkes Depkes
terhadap 65 sampel di 10 rumah sakit di Jakarta menggunakan pemeriksaan RT-PCR (%). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa DEN-3 ditemukan sebanyak 37% dan dari 3 kasus kematian
penyebab 2 diantaranya adalah DEN-4.4
14
![Page 15: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/15.jpg)
3.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Virus ini berdiameter 30-50 nm, terdiri
atas asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106. Virus dengue ditularkan
melalui nyamuk yang ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Dalam beberapa tahun terakhir,
transmisi meningkat di daerah urban dan semi-urban.3,6
Vektor utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes terutama Ae. aegypti. Virus ini
ditransmisikan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi. Masa inkubasi virus
ini selama 4-10 hari. Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Semua
serotipe ini ditemukan di Indonesia dan DEN-3 merupakan serotipe terbanyak.3,5
Faktor resiko individu yang memperberat penyakit yaitu termasuk infeksi sekunder, umur,
suku, dan penyakit kronik (asma, anemia sickle cell, dan diabetes melitus). Faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam peningkatan transmisi virus dengue yaitu3,4 :
1. Vektor
Perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit, kepadatan vektor di lingkungan,
transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain.
2. Pejamu
Terdapat penderita di lingkungan, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan
jenis kelamin.
3. Lingkungan
Curah hujan, suhu, sanitasi, dan kepadatan penduduk.
3.1.4 Patofisiologi
Virus dengue masuk melalui kulit dari gigitan nyamuk. Selama fase akut penyakit, virus
beredar di dalam darah dan memicu respon imun humoral dan seluler. Proses inflamasi memicu
pembentukan antibodi dan aktivasi limfosit T CD4+ dan CD8+. Di samping itu, sistem imun
innate menghambat infeksi virus.3,5
15
![Page 16: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/16.jpg)
Respon imun yang berperan dalam patogenesis DBD adalah3 :
1. Respon humoral berupa pembentukan antibodi yang bertugas dalam proses netralisasi
virus, sitolisis yang dimediasi komplemen dan sitotoksisitas yang dimediasi antibodi.
Antibodi terhadap virus dengue (antibody dependent enhancement) berperan dalam
mempercepat replikasi virus pada monosit dan makrofag.
2. Limfosit T berupa T helper (CD4) dan T sitotoksik (CD8) bertugas dalam respon imun
seluler terhadap virus dengue. Diferensiasi T helper yaitu TH1 akan memproduksi IFN
gamma, IL-2, dan limfokin. Sedangkan TH2 memproduksi IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10.
3. Monosit dan makrofag berperan dalam proses fagositosis virus dengan opsonisasi
antibodi. Hal ini akan mempercepat replikasi virus dan sekresi sitokin oleh makrofag.
Monosit akan mensekresi mediator inflamasi berupa TNF alfa, IL-1, PAF (platelet
activating factor), dan histamin sehingga terjadi disfungsi endotel dan terjadi kebocoran
plasma.
4. Aktivasi komplemen oleh kompleks imun yang menyebabkan terbentuknya C3a dan
C5a.
Aktivasi monosit, sel T, sistem komplemen, dan produksi mediator berupa monokin dan
sitokin menyebabkan disfungsi sel endotel. Hal ini menyebabkan kebocoran plasma. Infeksi
virus dengue juga menyerang sel hematopoietik manusia dan menyebabkan ketidakseimbangan
pertumbuhan sel progenitor termasuk megakariosit. Hal ini menyebabkan trombositopenia
karena disfungsi platelet, agregasi, meningkatnya destruksi atau meningkatnya konsumsi.
Perdarahan akibat trombositopenia dan disfungsi platelet dapat menyebabkan disseminated
intravascular coagulation (DIC).3,5
Mekanisme terjadinya trombositopenia pada infeksi dengue sebagai berikut3,4 :
1. Supresi sumsum tulang
2. Destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit
Pada fase awal infeksi menunjukan keadaan hiposeluler dan supresi megakariosit. Karena itu
terjadi peningkatan proses hematopoiesis termasuk megakariopoiesis. Kadar trombopoietin
dalam darah meningkat sebagai usaha kompensasi keadaan trombositopenia. Destruksi trombosit
terjadi karena ada pengikatan fragmen C3g, terdapat antibodi virus dengue, konsumsi trombosit
16
![Page 17: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/17.jpg)
selama koagulopati dan sekuestrasi di perifer. Gangguan fungsi trombosit terjadi karena adanya
gangguan pelepasan ADP, kadar b-tromboglobulin meningkat, dan munculnya PF4 sebagai
petanda degranulasi trombosit.2,3,5
Koagulopati terjadi karena adanya difungsi endotel. Aktivasi koagulasi melalui aktivasi jalur
ekstrinsik. Aktivasi faktor XIa menyebabkan aktivasi jalur intrinsik.3
3.1.5 Manifestasi klinis
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau demam yang tidak
jelas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan kebocoran plasma yang mengakibatkan
syok atau sindroma syok dengue (SSD). Setelah masa inkubasi, maka muncul fase penyakit yaitu
fase febris, fase kritis, dan fase penyembuhan.5
Gambar 3.2 Perjalanan Penyakit Infeksi Dengue5
1. Fase febris
Demam akut biasanya 2-7 hari dan sering diikuti dengan kemarahan di wajah., eritem di
kulit, rasa sakit di seluruh tubuh, mialgia, dan sakit kepala. Beberapa pasien juga
mengeluh nyeri tenggorakan dan mata merah. Biasanya terdapat mual, muntah dan tidak
17
![Page 18: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/18.jpg)
nafsu makan. Uji torniket positif pada fase ini. Perdarahan ringan seperti petekie dan
perdarahan membrane mukosa (perdarahan gusi atau epistaksis). Jarang terjadi
perdarahan vagina yang masif dan perdarahan gastrointestinal.5
2. Fase kritis
Suhu demam mulai turun yitu 37,5-38oC , biasanya hari ke-3 hingg ke-7. Permeabilitas
kapiler meningkat sehingga hematokrit meningkat dan diikuti dengan leukopenia
progresif. Syok dapat terjadi apabila volume plasma semakin berkurang akibat
kebocoran plasma. Suhu tubuh biasanya subnormal saat syok.5
3. Fase penyembuhan
Pasien stabil selama 24-48 jam setelah fase kritis. Hematokrit stabil atau lebih rendah
setelah pemberian cairan.5
Tabel 3.1 Fase Klinis pada Infeksi Dengue5
1 Fase demam Dehidrasi, demam tinggi hingga gangguan neurologis,
kejang demam pada anak
2 Fase kritis Syok karena kebocoran plasma, perdarahan berat,
gangguan fungsi organ
3 Fase penyembuhan Hypervolemia
3.1.6 Diagnosis
Langkah-langkah diagnosis berdasarkan5 :
1. Anamnesis gejala, riwayat pengobatan, dan riwayat keluarga
2. Pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan fisik keseluruhan dan pemeriksaan status mental
3. Pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dan pemeriksaan spesifik virus dengue
Berdasarkan diagnosis WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal memenuhi
yaitu3,5 :
1. Demam atau riwayat demam akut selama 2-7 hari, biasanya tipe demam bifasik.
18
![Page 19: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/19.jpg)
2. Terdapat minimal satu diantara manifestasi perdarahan berikut:
- Uji bending positif
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa (epistaskis atau perdarahan gusi) atau perdarahan di tempat lain
- Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/µL)
4. Terdapat minimal satu diantara tanda plasma leakage atau kebocoran plasma yaitu :
- Hematokrit meningkat > 20% dibandingkan standar sesuai umur dan jenis kelamin
- Penurunan hematokrit < 20% setelah pemberian cairan dibandingkan nilai Ht
sebelumnya.
- Tanda-tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, hipoproteinemia, atau
hiponatremia.
Tabel 3.2 Klasifikasi Derajat DBD3,5
Derajat Gejala Laboratorium
I Demam disertai 2 atau lebih tanda : sakit kepala, nyeri retro-orbital, mialgia, artalgia
ditambah uji bending postif
- Leukopenia- Trombistopenia
II Gejala di atas ditambah perdarahan spontan Trombositopenia
III Gejal di atas ditambah kegagalan sirkulasi (nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin dan lembab serta gelisah)
Trombositopenia
1V Syok berat disertai tekanan darah dan nadi tidak terukur
Trombositopenia
Warning sign yaitu berupa nyeri abdomen, muntah persisten, akumulasi cairan, perdarahan
mukosa, letargi, kelelahan, pemebesaran hati > 2 cm.5
3.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Tabel 3.3 Pemeriksaan Laboratorium Diagnosis Demam Dengue/DBD4
Hari Demam Jenis Pemeriksaan Catatan Interpretasi
19
![Page 20: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/20.jpg)
1-2 Hematologi
- Hemoglobin (Hb)- Hematokrit (Ht)- Hitung leukosit- Hitung trombosit
Biasanya normal
3 Hematologi :
- Hemoglobin (Hb)- Hematokrit (Ht)- Hitung leukosit
- Hitung trombosit
- Hemokonsentrasi (peningkatan Ht ≥ 20%)
- Leukopenia- Limfositosis relatif >45% dari total leukosit- Limfosi plasma biru (>15% dari total leukosit atau
>4% dari total limfosit)- Trombositopenia (<100.000/µL) atau penurunan
serial- Trombosit <2/100 eritrosit (min dilihat 10 lapang
pandang)
4-7 Hematologi
- Hemoglobin (Hb)- Hematokrit (Ht)- Hitung leukosit- Hitung trombosit- Hapus darah tepi- PT, APTT,
D-Dimer/Fibrin, Monomer, Fibrinogen
Imunoserologi
- Anti-Dengue IgM, IgG
- Uji HIKimia
Bila dicurigai terjadi perdarahan
Waspadai DIC
(PT>, APTT>, D-Dimer +, atau Fibrin Monomer +, Fibrinogen <)
Peningkatan IgM dan atau IgG
IgM +, IgG - : infeksi primer
IgM +, IgG + : infeksi sekunder
IgM -, IgG + : riwayat terpapar/ dugaan infeksi sekunder
IgM -, IgG - : bukan infeksi Flavivirus, ulangi 3-5 hari bila curiga
≥ 1: 2560 infeksi sekunder Flavivirus
20
![Page 21: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/21.jpg)
SGOT/SGPT? Albumin?
8-10 Hematologi
- Hemoglobin (Hb)- Hematokrit (Ht)- Hitung leukosit- Hitung trombosit- Hapus darah tepi
Normal pada fase penyembuhan
11-12 Imunoserologi
- Uji HI Peningkatan titer > 4 kali
≤ 1 : 1280 infeksi Flavivirus akut primer
≥ 1 : 2560 infeksi Flavivirus akut sekunder
Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis yaitu pemeriksaan darah rutin.
Pemeriksaan darah rutin berupa hemoglobin, kadar hematokrit yang dapat meningkat ≥ 20% dari
hematokrit awal akibat adanya kebocoran plasma, jumlah leukosit dapat normal atau menurun,
jumlah trombosit yang umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke-3-8 akibat depresi
sumsum tulang, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif (>45%) di
mulai pada hari ke-3 dan disertai gambaran limfosit plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total
leukosit.4
Pemeriksaan hemostasis yang dilakukan berupa pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-
Dimer, atau FDP pada keadaan yang dicurigai perdarahan atau terganggunya proses pembekuan
darah. Pemeriksaan protein/albumin dilakukan karena dapat terjadi hiponatremia akibat
kebocoran plasma. SGOT/SGPT dapat meningkat. Ureum dan kreatinin dapat meningkat pada
keadaan gagal ginjal akut.4
Pemeriksaan gas darah dapat dilakukan untuk melihat adanya gangguan pada konsentrasi
gas darah namun tergantung dengan keadaan pasien. Pemeriksaan elektrolit dapat dilakukan
sebagai parameter pemantauan pemberian cairan. Pemeriksaan golongan darah dan cross match
dilakukan untuk menentukan golongan darah sebelum tindakan transfusi untuk keamanan
pasien.4
21
![Page 22: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/22.jpg)
Diagnosis pasti yaitu dengan mendapatkan hasil isolasi virus dengue dengan kultur sel yang
dapat ditemukan saat viremia (hari ke 3-5) atau deteksi antigen virus RNA dengue dengan RT-
PCR namun teknik ini lebih sulit. Saat ini tes serologi IgM atau IgG digunakan untuk mendeteksi
adanya antibodi spesifik. IgM terdeteksi mulai hari ke-3-5 dan meningkat sampai minggu ke-3
kemudian menghilang setelah 60-90 hari. IgG dideteksi pada hari ke-14 saat infeksi primer dan
hari ke-2 saat infeksi sekunder.4
Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan radiologis berupa foto dada didapatkan efusi
pleura terutama hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi kebocoran plasma hebat maka dijumpai
pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitus
kanan. Pemeriksaan USG didapatkan asites dan efusi pleura.4
3.1.8 Diagnosis Banding4
- Demam tifoid
- Campak
- Influenza
- Chikungunya
- Leptospirosis
- Malaria
Tabel 3.4 Diagnosis Banding Berdasarkan WHO Didasarkan pada Fase Klinis Infeksi
Dengue5
Fase Demam
Flu-like sindrom Influenza, cacar, chikungunya, infeksi
mononucleosis, HIV
Penyakit ruam kulit Rubella, cacar, infeksi meningokokus, reaksi
obat, demam scarlet
22
![Page 23: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/23.jpg)
Diare Rotavirus, infeksi enterik yang lain
Penyakit neurologis Meningo/ ensefalitis, kejang demam
Fase kritis
Infeksi Gastroenteritis akut, malaria, leptospirosis,
demam tifoid, hepatitis virus, HIV akut,
sepsis bacterial, syok sepsis
Keganasan Leukemia akut
Klinis yang lain Apendiksitis akut, kolelitis akut, KAD, SLE,
gagal ginjal
3.1.9 Tatalaksana pada Dewasa
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utamanya adalah terapi
suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang
dari 1%. Tujuan utama pemberian cairan dalam kasus DBD yaitu memelihara volume cairan
sirkulasi. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga terutama cairan oral. Terapi farnakologis
berupa terapi simptomatis yaitu antipiretik parasetamol bila demam. Tatalaksana terinci yaitu
protokol tatalaksana DBD dapat dilihat dibawah ini.1,3,5
23
![Page 24: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/24.jpg)
Gambar 3.3 Obervasi dan Tatalaksana di IGD3
Terdapat 5 kategori protokol yaitu3,4 :
Protokol 1. Penanganan tersangka DBD dewasa tanpa syok.
Apabila terdapat Hb, Ht, trombosit normal atau diantara 100.000-150.000 dapat dianjurkan
berobat jalan dan dalam 24 jam berikutnya dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, leukosit, dan
trombosit. Pasien harus segera kembali ke IGD bila kondisi memburuk.
Protokol 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat
Pasien yang tersangka DBD tanpa perdarahan spontan dan masif atau tanpa syok maka diberikan
cairan kristaloid dengan rumus sebagai berikut :
Volume cairan kristaloid per hari yang diperlukan : 1500 + (20 x (BB dalam kg - 20))
Setelah diberikan cairan maka dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam :
Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan trombosit < 100.000 jumlah cairan tetap sama namun
pemeriksaan Hb, Ht, trombosit dilakukan tiap 12 jam.
Bila Hb, Ht meningkat > 20% dan trombosit < 100.000 maka berikan cairan sesuai protokol
3.
24
![Page 25: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/25.jpg)
Gambar 3.4 Pemberian Cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat3
Protokol 3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht>20%
Meningkatnya Ht > 20% menunjukan defisit cairan tubuh sebesar 5%.
Terapi awal adalah pemberian cairan dengan infus cairan kristaloid sebanyak 6-7
ml/kgbb/jam. Kemudian pasien dipantau setelah 3-4 jam pemberian cairan.
*Bila terjadi perbaikan (Ht turun, frekuensi nadi turun, tekanan darah stabil, produksi urin
meningkat) maka jumlah cairan infus dikurangi menjadi 5 ml/kgbb/jam. Kemudian
dilakukan pemantauan kembali setelah 2 jam. Bila perbaikan maka jumlah cairan infus
dikurangi menjadi 3 ml/kgbb/jam. Bila tetap membaik dalam pemantauan maka pemberian
cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
*Bila keadaan tidak membaik yang ditandai dengan hematokrit dan nadi meningkat, TD
turun < 20 mmHg, produksi urin menurun maka kebutuhan cairan harus dinaikan menjadi 10
ml/kgbb/jam. Bila dalam 2 jam keadaan menunjukn perbaikan maka jumlah cairan menjadi
5 ml/kgbb/jam tetapi bila keadaan tidam membaik maka naikkan cairan infus menjadi 15
ml/kgbb/jam. Bila keadaan semakin memburuk dan didapatkan tanda-tanda syok maka
masuk ke dalam protokol 5.
25
![Page 26: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/26.jpg)
Gambar 3.5 Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan Ht>20%3
Protokol 4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa
Perdarahan spontan pada pasien dewasa adalah epistaksis yang tidak terkendali walaupun
sudah diberikan tampon hidung, hematemesis dan melena atau hematoskesia, hematuria,
perdarahan otak atau perdarahan tersembunyi sebanyak 4-5 cc/kgbb/jam. Dalam kasus ini
pemberian cairan tetap sama seperti keadaan DBD tanpa syok namun pemeriksaan tanda vital
dan jumlah urin dilakukan sesering mungkin. Pemeriksaan hematologi rutin sebaiknya dilakukan
tiap 4-6 jam.
Pemberian heparin bila secara klinis dan laboratorium menunjukkan tanda-tanda KID. FFP
diberikan bila defisiensi faktor pembekuan (PT dan APTT memanjang). PRC dapat diberikan
bila Hb < 10g%. Transfusi trombosit hanya diberikan bila jumlah trombosit < 100.000 dengan
perdarahan spontan dan masif disertai atau tanpa KID.
26
![Page 27: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/27.jpg)
Gambar 3.6 Penatalaksanaan Perdarahan Spontan pada DBD Dewasa3
Protokol 5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa
Pasien diberikan oksigen 2-4 liter/menit. Pada fase awal diberikan cairan kristaloid guyur
sebanyak 10-20 ml/kgbb dan evaluasi setelah 15-30 menit. Bila syok teratasi (TD sistolik > 100
mmHg dan frekuensi nadi kurang dari 100x/menit dengan volume cukup, akral hangat, kulit
tidak pucat, serta diuresis 0,5-1 cc/kgbb/jam) maka jumlah cairan dikurangi menjadi 7
ml/kgbb/jam.
Bila dalam waktu 1-2 jam keadaan tetap stabil maka pemberian cairan menjadi 5 ml/kgbb/jam.
Selanjutnya bila 1-2 jam tetap stabil maka menjadi 3 ml/kgbb/jam. Bila dalam 24-48 jam tetap
stabil dan diuresis cukup maka cairan infus dapat dihentikan.
Pengawasan harus dilakukan kemungkinan syok berulang dalam waktu 48 jam pertama setelah
terjadi syok. Diperlukan pemeriksaan tanda vital dan diuresis diusahakan 2 ml/kgbb/jam.
Pemeriksaan hematologi rutin untuk memantau perjalanan penyakit.
27
![Page 28: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/28.jpg)
Gambar 3.7 Tatalaksana Sindroma Syok Dengue pada Dewasa3
Tatalaksana home care5 :
Bed rest adekuat
Konsumsi cairan yang cukup > 5 gelas ukuran sedang, susu, jus buah, cairan isotonik,
air tajin
Parasetamol (tidak boleh lebih dari 4 gram per hari)
Menggosok tubuh dengan air hangat
Eliminasi nyamuk di sekitar rumah dan lingkungan
Jangan mengkonsumsi NSAID atau aspirin tanpa anjuran dokter
Tidak diperlukan antibiotik
28
![Page 29: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/29.jpg)
Segera ke rumah sakit bila : perdarahan, sering muntah, nyeri abdomen, kejang atau
perubahan status mental, pucat, akral dingin, sesak nafas.
3.1.10 Komplikasi
Syok/ renjatan, perdarahan, dan KID.1
3.1.10 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationam : bonam
Ad functionam : bonam
29
![Page 30: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/30.jpg)
BAB IV
PENGKAJIAN MASALAH
4.1 Demam Berdarah Dengue
Dasar diagnosis
a. Anamnesis
Pasien demam tinggi sejak 5 hari sebelum masuk RS
Demam mendadak tinggi disertai nyeri kepala dan nyeri belakang mata
Mimisan, gusi berdarah dan BAB hitam disangkal
Tetangga pasien ada yang dirawat di rumah sakit dan dikatakan menderita DBD
b. Pemeriksaan fisik
Nyeri tekan epigastrium positif
Uji bendung (rumple leed) positif
c. Pemeriksaan penunjang
- Hematokrit : 46 %
- Leukosit : 2.900 sel/mm3
- Trombosit : 51.000 sel/mm3
Pembahasan
Demam berdarah dengue yang terjadi pada pasien ini termasuk ke dalam derajat I dimana terdapat
gejala dan tanda berupa:
1. Demam tinggi dengan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari, biasanya bifasik.
2. Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut:
Uji bendung positif
Petekie, purpura, ekimosis
Perdarahan mukosa (paling sering epistaksis atau perdarahan gusi)
Hematemesis dan melena
3. Terdapat minimal satu tanda-tanda kebocoran plasma sebagai berikut:
Hemokonsentrasi (nilai hematokrit lebih 20% dari normal)
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai
hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : Efusi pleura, asites, hipoproteinemia
4. Trombositopenia (<100.000/uL)
30
![Page 31: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/31.jpg)
Pada pasien ini juga didapatkan adanya gejala berupa mual, nafsu makan menurun, badan terasa
pegal dan ngilu, serta adanya nyeri ulu hati. Gejala-gejala tersebut sering menyertai pasien dengan
demam berdarah dengue.
Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemeriksaan DPL/12 jam
3. Diet lunak 1500 kkal
4. IVFD RL 500 cc/ 6 jam
5. Ranitidine 2 x 50 mg
6. Observasi tanda-tanda perdarahan
Pada dasarnya pengobatan demam berdarah dengue bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Pada pasien ini
termasuk ke dalam demam berdarah dengue derajat I, sehingga tatalaksana cairan yang diberikan
sesuai dengan kebutuhan cairan rumatan.
31
![Page 32: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/32.jpg)
BAB V
KESIMPULAN
Demam dengue adalah sindrom disebabkan oleh infeksi beberapa jenis arthropod, dengan
karakteristik demam bifasik, mialgia atau artralgia, rash, leukopenia, dan limfadenopati. Demam
berdarah dengue (DBD) merupakan suatu sindrom yang lebih berat, sering kali fatal ditandai
dengan demam dan disebabkan oleh virus dengue. Pada demam berdarah ini terjadi gangguan
hemostasis, permeabilitas kapiler dan pada kasus lebih berat dapat terjadi kehilangan protein
yang banyak (dengue shock syndrome).
Demam berdarah dengue memerlukan observasi ketat untuk mencegah timbulnya
perdarahan masif maupun komplikasi yang lebih lanjut. Prinsip penalataksanaan demam
berdarah dengue adaah terapi suportif berupa rehidrasi yang bergantung pada derajat penyakit.
32
![Page 33: case DHF](https://reader031.vdokumen.com/reader031/viewer/2022032516/563dbbb4550346aa9aaf8d85/html5/thumbnails/33.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Rani RA, Soegondo S, Nasir AU, Wijaya IP, Nafrialdi, Mansjoer A. Panduan pelayanan
medik. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. Cetakan ketiga. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Interna Publishing. November ;2009.
2. WHO. Fact sheet dengue and sever dengue. Updated September;2013.
3. Suhendro, Nainggola L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2009. Hal. 1731-35
4. Rosita R, Suseno U, Lebang Y, Pohan HT, Suhendro, Satari HI et al. Pedoman tatalaksana
klinis infeksi dengue di sarana pelayanan kesehatan. Depkes RI. Jakarta: Departemen
Kesehatan; 2005.
5. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention, and control. New edition;
2009.
6. Harrison's. Principles Of Internal Medicine. Eighteenth Edition. McGraw-Hill Companies,
Inc. USA.
7. Perkumpulan Endokrin Indonesia. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus
tipe 2 di Indonesia. 2011.
33