Download - Case Anestesi Pada Timpanoplasty
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
1/31
PRESENTASI KASUS
Anestesi Umum pada Operasi Timpanoplasty
DISUSUN OLEH :
Amanda Prahastianti 030.08.020
Tiara Rahmawati 030.08.240
Syarifah Zawani Bt Tuan S. 030.08.307
PEMBIMBING :
Dr. Nurgani Aribinuko, Sp.An (KIC)
KEPANITERAAN KLINIK SMF ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
PERIODE 21 JANUARI 201322 FEBRUARI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
2/31
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Pertama-tama penyusun mengucapkan puji syukur kepada Tuhan YME, karena
atas berkat, rahmat, dan anugerah-Nya, maka kasus yang berjudul Anestesi Umum pada
Operasi Timpanoplasty ini dapat diselesaikan.
Adapun penyusunan presentasi kasus ini adalah dalam rangka memenuhi salah
satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Anestesi RSUP Fatmawati periode 21 Januari 2013
22 Februari 2013.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Nurgani Aribinuko, Sp.An(KIC) selaku pembimbing dalam pembuatanpresentasi kasus ini.
2. Para konsulen, dokter, paramedik, dan seluruh staf di SMF Anestesi, serta semuapihak yang turut serta membantu baik dalam penyusunan referat maupun
membimbing serta menyediakan fasilitas yang diperlukan dalam penyelesaian
tugas ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Demikian presentasi kasus ini dituliskan. Semoga presentasi kasus ini bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya. Penyusun memohon maaf apabila pada penulisan masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penyusun menghimbau agar para pembaca dapat
memberikan saran dan kritik yang membangun dalam perbaikan presentasi kasus ini.
Jakarta , 13 Februari 2013
Penyusun
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
3/31
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR2
DAFTAR ISI ..3
BAB I PENDAHULUAN ..4
BAB II ILUSTRASI KASUS ....5
BAB III ANALISA KASUS
Analisa pre-operasi...9
Analisa intra-operasi ...9
Analisa post-operasi ..12
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA 15
Teori Anestesi Umum 16
Tujuan Anestesi Umum .17
Syarat, Kontraindikasi, dan Komplikasi Anestesi Umum .17
Persiapan untuk Anestesi Umum ...18
Metode Pemberian Anestesi Umum ..20
Stadium Anestesi ...21
Teknik Anestesi Umum .22
Obat-obat dalam Anestesi Umum ..25
Skor Pemulihan Pasca Anestesi .27
BAB V KESIMPULAN ...30
DAFTAR PUSTAKA ..31
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
4/31
4
BAB I
PENDAHULUAN
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan aesthtos,
"persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh
Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.
Anestesi umum adalah tindakan meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran dan bersifat reversible. Anestesi umum yang sempurna
menghasilkan ketidaksadaran, analgesia, relaksasi otot tanpa menimbulkan resiko yang
tidak diinginkan dari pasien.
Dengan anestesi umum akan diperoleh trias anesthesia, yaitu hipnotik, analgesia,
dan relaksasi otot. Hanya eter yang memiliki trias anesthesia. Karena anestesi modern saat
ini menggunakan obat-obat selain eter, maka trias anestsei diperoleh dengan
menggabungkan berbagai macam obat.
Metode anestesi umum terdiri dari parenteral, per rectal, dan per inhalasi.
Berbagai factor yang mempengaruhi anestesi umum adalah faktor respirasi, sirkulasi,
jaringan, zat anestesi, dan faktor lain (ventilasi, curah jantung, dan suhu).
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
5/31
5
BAB II
ILUSTRASI KASUS
1. IDENTITAS PASIENNo. RM : 01131558
Nama : An. Akhzan Umri W.
Umur : 18 tahun 5 bulan
Berat Badan : 55 kg
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pondok Pesantren Nal Asriyah Nurul, Parung, Kab. Bogor, Jabar
Status pernikahan : Belum menikah
Penddkn terakhir : Tamat SLTP
Pasien merupakan pasien rawat jalan THT sejak 8 Januari 2012
2. ANAMNESIS Keluhan utama
Keluar cairan dari telinga kiri Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli THT RSUP Fatmawati dengan keluhan keluar cairan
berwarna putih dan berbau dari telinga kiri sejak 20 hari sebelum masuk rumah
sakit. Telinga kiri dirasakan nyeri dan pendengaran berkurang. Os mengaku
pernah mengalami hal serupa 6 bulan yang lalu. Demam, batuk, pilek, telinga
berdenging disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu- Keluhan yang sama sebelumnya (+)- Asma (-)- Hipertensi (-)- Diabetes Melitus (-)- Penyakit jantung (-)- Alergi obat dan makanan tertentu (-)- riwayat operasi sebelumnya (+) appendiktomi 8 bulan yang lalu- Riwayat TB (-)
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
6/31
6
Riwayat Penyakit KeluargaAsma (-), Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-), penyakit jantung (-)
Riwayat KebiasaanMerokok (-)
3. PEMERIKSAAN FISIKKeadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
TD : 130/90 mmHgN : 80 x/mntNapas : 18 x/menitSuhu : afebris
Berat Badan : 55 kg
Status generalis
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- Telinga :
Kanan : liang telinga lapang, sekret (-), serumen minimal,
membran timpani intak, refleks cahaya (+) jam 5
Kiri : liang telinga sempit, sekret (+) mukoid, warna putih
berbau, perforasi sentral membran timpani (+), jaringan
granulasi (+)
Hidung : liang hidung lapang, septum deviasi (-), sekret (-/-),mukosa hiperemis (-/-)
Tenggorokan : arkus faring simetris, uvula di tengah, Tonsil T1-T1tenang, dinding faring posterior tidak hiperemis
Leher : KGB dan kelenjar tiroid tidak teraba membesar Jantung : bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-) Paru : suara nafas vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/- Abdomen : datar, supel, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal
Ekstremitas : akral hangat +/+
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
7/31
7
4. PEMERIKSAAN PENUNJANGPemeriksaan Laboratorium
Hb : 14,3 g/dl Ht : 44 % Leukosit : 6.700 rb Trombosit : 356.000 rb Eritrosit : 5,08 juta/dL GDS : 89 mg/dl SGOT : 18 U/I SGPT : 7 U/I Ureum : 21 mg/dl Kreatinin : 0,9 mg/dl Masa perdarahan : 1,5 menit Masa pembekuan : 4,0 menit PT : 13,3 detik APTT : 31,1 detik
5. DIAGNOSIS KERJAOtitis Media Supuratif Kronis (OMSK) auricularis sinistra tipe tenang
6. PERENCANAAN ANESTESIa. Keadaan Intraoperasi 8 Januari 2013 (Catatan Anestesia)(1)Persiapan Anestesi
- Informed consent-
Puasa 6-8 jam pre-operasi(2)Penatalaksanaan Anestesi
Diagnosa Pre Op : Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) auricularis
sinistra tipe tenang
Jenis Operasi : Timpanoplasty
Teknik : General Anestesi Semi-closed System ETT no. 7,5 cuff (+)
Status Fisik : ASA I
Premedikasi : Fentanyl
Induksi : Propofol
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
8/31
8
Pelemas Otot : Rocuronium Bromide
Inhalasi : Isoflurane, N2O, O2
Respirasi : Napas kendali (CMV) VT 550 ml, RR 12x/mnt
Posisi : Supine
Infus : Ringer laktat
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
9/31
9
BAB III
ANALISA KASUS
A. ANALISA PREOPERASIPasien laki-laki usia 18 tahun dengan BB 55 kg, datang dengan keluhan keluar
cairan dari telinga kiri sejak 20 hari SMRS. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa pasien mengalami OMSK tipe tenang dan
dijadwalkan operasi tanggal 8 Februari 2013. Pasien dilakukan operasi timpanoplasty.
Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien tidak memiliki riwayat asma, hipertensi,
DM, penyakit jantung, TB, maupun riwayat alergi. Pasien memiliki riwayat operasi
appendiktomi 8 bulan yang lalu. Kondisi fisik pasien dinyatakan sebagai ASA I.
Karena operasi timpanoplasty bukan termasuk operasi cito, oleh karena itu pada
pasien dapat dilakukan tatalaksana preoperasi. Sebelum operasi, pasien dianjurkan
berpasa dahulu selama enam sampai delapan jam karena pengosongan lambung untuk
makanan padat pada orang dewasa sehat adalah enam jam. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung selama operasi yang dapat
mengakibatkan aspirasi ke saluran napas.
Pada penatalaksanaan preoperasi salah satu penilaian klinik yang dapat dilakukan
untuk menilai kemungkinan terjadinya kesulitan intubasi adalah tes Mallampati. Pasien
termasuk Mallampati kelas 1, yakni ketika pasien diminta membuka mulut semaksimal
mungkin uvula, tonsil, dan palatum molle dapat terlihat jelas. Hal ini mengecilkan
kemungkinan untuk terjadi kesulitan intubasi pada pasien.
B. ANALISA INTRAOPERASIPada pasien ini dilakukan teknik general anestesi dengan menggunakan obat
premedikasi fentanyl 150 mcg, propofol 200 mg dan rocuronium bromide 30mg sebagai
induksi.
Premedikasi yang diberikan adalah Fentanyl 150 mcg. Dosis fentanyl untuk
premedikasi adalah 1-3 mcg/kgBB.2 Dosis yang diberikan sesuai. Fentanyl diberikan
sebagai analgetik narkotik.
Untuk induksi digunakan propofol intravena dengan kepekatan 1% 200 mg. Dosis
propofol 2-3 mg/kgBB. Pemberian propofol sebagai obat induksi sudah tepat karena obat
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
10/31
10
ini memiliki onset yang cepat yaitu 30-60 detik dan durasi kerja yang singkat, selain itu
porpofol juga diharapkan dapat menurunkan tekanan darah supaya dapat mengurangi
perdarahan. Propofol memiliki efek depresi nafas.
Untuk relaksasi saat intubasi diberikan Roculax yang berisi Rocuronium bromide
30 mg. Rokuronium merupakan relaksan otot skelet nondepolarisasi (intermediate
acting), diberikan sebagai obat relaksasi otot dengan kerja singkat. Relaksasi otot ini
dimaksudkan untuk membuat relaksasi otot selama berlangsungnya operasi,
menghilangkan spasme laring dan refleks jalan napas atas selama operasi, dan
memudahkan pernapasan terkendali selama anestesi. Dosis Rocuronium untuk intubasi
adalah 0,6 1,2 mg/kgBB. Pemberian Roculax sudah sesuai dengan dosis. Lama aksi
obat ini adalah 30-60 menit. Sehingga sebaiknya diberikan dosis pemeliharaan 0,1-0,2
mg/kgBB setelah 3060 menit.
Semua peralatan yang dibutuhkan untuk general anestesi dipersiapkan dengan
lengkap, intubasi dapat dilakukan dengan mudah dan tidak ada kesulitan untuk
memasukkan ETT ukuran 7,5 ke dalam trakea. Saturasi pasien tetap stabil yaitu 100%
selama dilakukan tindakan intubasi.
Monitoring Saat Operasi:
Jam Tekanan Darah(mmHg)
Nadi (x/min) Saturasi(%)
08.15 100/50 80 100
08.30 98/50 78 100
08.45 105/60 68 100
09.00 100/48 60 100
09.15 100/50 63 99
09.30 100/48 58 99
09.45 100/50 60 99
10.00 98/48 58 99
10.15 90/45 60 99
10.30 98/48 65 100
10.45 98/50 65 100
11.00 108/52 82 100
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
11/31
11
11.15 108/52 85 100
11.30 98/45 75 100
11.45 88/40 80100
12.00 85/45 60 100
Hemodinamik pasien selama operasi cenderung stabil, dan pasien dibuat dalam
keadaan hipotensi, dimana tekanan sistole pasien tidak lebih dari 100 mmHg, dengan
MAP tidak kurang dari 60 mmHg. Anestesi dengan teknik hipotensi terkendali
merupakan suatu teknik pada anestesi umum dengan menggunakan agen hipotensi kerja
cepat untuk menurunkan tekanan darah serta perdarahan saat operasi. Prosedur inimemudahkan operasi sehingga membuat pembuluh darah dan jaringan terlihat serta
mengurangi kehilangan darah. Pada operasi telinga, teknik anestesi yang dipilih harus
dapat memberikan kondisi operasi yang baik pada operator. Pada kasus ini dapat dilihat
napas pasien diatur dengan ventilator dengan volume tidal sebesar 550 ml, volume tidal
untuk orang dengan BB 55 kg adalah 440 ml. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
tekanan positif intrathoraks sehingga akan mengurangi aliran balik vena, cardiac output
menurun dan tekanan darah menurun.
Penggunaan isoflurane sebagai maintenance digunakan secara luas untuk
menginduksi hipotensi karena onset kerja cepat, mudah dikontrol dan efek kardiovaskuler
cepat pulih setelah obat dihentikan. Isoflurane memiliki efek minimal terhadap
kontraktilitas otot jantung pada konsentrasi inspirasi yang rendah. Keuntungannya adalah
meningkatkan dosis isoflurane tidak hanya menghasilkan efek vasodilatasi dan hipotensi,
tetapi juga menekan sistim saraf pusat sehingga meminimalkan reflek vasokonstriksi atau
takikardi akibat stimulasi baroreseptor.
BALANS CAIRAN
KEBUTUHAN CAIRAN (BB 55 kg)
Jenis operasi : 6 cc/kg x 55 kg = 330 ml
Maintenance : (4 cc x 10) + (2 cc x 10) + (1 cc x 35) = 40 + 20 + 35 = 95 ml
Puasa : 6 jam x 95 cc = 570 ml
1 jam pertama : M + O + P = 95 + 330 + 285 = 710 ml
1 jam kedua : M + O + P = 95 + 330 + 142,5 = 567,5 ml
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
12/31
12
1 jam ketiga : M + O + P = 95 + 330 + 142,5 = 567,5 ml
Setiap 1 jam selanjutnya : M + O = 425 ml
Penggantian cairan akibat perdarahan : 200 ml digantikan kristaloid 600 ml
Operasi dan anestesi berlangsung 3 jam 45 menit Intake cairan seharusnya
durante operasi : 710 ml + 567,5 ml + 567,5 ml + 425 ml + 600 ml = 2870 ml
Cairan masuk
Infus : RL 500 ml x 2 : 1000 ml
Cairan keluar
Urin : 160 ml
Perdarahan : 200 ml +
` 360 ml
IWL : (15 cc x 55 kg) x 4 jam = 130 cc
24
Balans cairan : 1000360130 = + 510 ml
Estimate Blood Volume (EBV) = 70 cc/kg x 55 kg = 3850 cc
Pemberian cairan intraoperasi sebanyak 1000 cc, dengan komposisi RL 1000 cc.
Sementara cairan keluar sebanyak 360 cc, dengan komposisi urin 160 cc, perdarahan
200 cc, dan insensible water loss 130 cc sehingga didapatkan balans cairan operasi
+510 cc.
Pada akhir operasi, anestesi diakhiri dengan menghentikan pemberian obat
anestesi. Anestesi inhalasi dihentikan dan oksigen dinaikkan, dengan tujuan oksigen akan
mengisi tempat yang sebelumnya ditempati obat anestesi inhalasi di alveoli yang
berangsur-angsur keluar mengikuti udara ekspirasi. Kadar zat anestesi di darah lamakelamaan menurun sehingga kesadaran pasien berangsur pulih. Dilakukan ekstubasi
setelah pasien sadar.
C. ANALISA POST-OPERASIKeadaan Akhir Pembedahan:
Tekanan Darah : 100 / 70 mmHg
Nadi : 82 x / menit
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
13/31
13
Muntah : (+)
Mual : (+)
Sianosis : (-)
Diagnosis post-op : OMSK AS tipe tenang
Penilaian ALDRETTE SCORE
Aktivitas Sirkulasi Pernafasan Kesadaran Warna kulit Total
Saat masuk
Ruang Pemulihan1 2 2 1 2 8
Saat keluar
Ruang Pemulihan2 2 2 2 2 10
Saat pasien dibawa ke ruang pemulihan didapatkan Aldrette score 8. Pasien
diberikan oksigenasi sambil dilakukan pemantauan tekanan darah, nadi, saturasi, dan
keseimbangan cairan. Saat di RR pasien mual dan muntah sehingga diberikan
ondancentron sebagai anti-emetik 4 mg intravena. Saat keluar dari ruang pemulihan
didapatkan Aldrete score 10 sehingga pasien sudah bisa dipindahkan ke ruangan.
D. RESUMEPasien Tn. A, 18 tahun, Pasien datang ke poli THT RSUP Fatmawati dengan
keluhan keluar cairan berwarna putih dan berbau dari telinga kiri sejak 20 hari sebelum
masuk rumah sakit. Telinga kiri dirasakan nyeri dan pendengaran berkurang. Os mengaku
pernah mengalami hal serupa 6 bulan yang lalu. Demam (-), batuk (-), pilek (-), telinga
berdenging (-). diagnosis pada pasien ini adalah Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)
tipe tenang dan akan dilakukan timpanoplasty.
Pemeriksaan fisik pasien sebelum dilakukan operasi didapatkan BB pasien 55 kg,
TD 13/90 mmHg, nadi 80 x/mnt, napas 18x/menit, suhu afebris. Dari pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 14,3 g/dl, Ht 44 vol %, leukosit 6700/ul, trombosit 356
ribu/ul, GDS 89 mg/dl.
Lamanya tindakan anastesi dan operasi timpanoplasty yang dialami pasien 3
jam 45 menit. Pasien menggunakan teknik general anestesi dengan premedikasi
menggunakan fentanyl 150 mcg, induksi menggunakan propofol 200 mg, dan relaksasi
menggunakan rocuronium bromide 30 mg. Napas pasien dikendalikan oleh ventilator
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
14/31
14
dengan volume tidal 550 ml dan frekuensi napas 12x/menit. Pasien dioperasi dengan
posisi terlentang, menggunakan infus pada tangan kiri ukuran 18 G. Rumatan
menggunakan isoflurane 1,5vol%. Pasien menggunakan obat-obatan adjuvant berupa
ondancetron 4 mg, fentanyl 50 mcg, rocuronium bromide 20 mg, dan ketorolac 30 mg.
Hemodinamik pasien ini selama operasi cenderung stabil dalam keadaan hipotensi
dari awal hingga akhir.
Jenis operasi yang dialami pasien termasuk kedalam operasi kecil sehingga
setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus kebutuhan cairan didapatkan
hasil bahwa kebutuhan cairan pasien yang harus dipenuhi selama operasi sebanyak 1830
cc. Cairan yang masuk selama operasi sebanyak 1000 ml yang berasal dari cairan infuse
Ringer Laktat sebanyak 1000 ml. Cairan yang keluar selama operasi sebanyak 360 ml
yang berasal dari urin 160 ml serta perdarahan 200 ml. Balans cairan pasien adalah
+510 ml (cairan masuk - cairan yang keluar - IWL).
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
15/31
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Anestesi umum adalah tindakan yang
menimbulkan keadaan tidak sadar selama prosedur medis dilakukan, sehingga pasien
tidak merasakan atau mengingat sesuatu yang terjadi. Komponen anestesi yang ideal
terdiri dari hipnotik, analgesia, dan relaksasi. Dalam anestesi umum, pasien akan
mengalami keadaan tidak sadar dan hilangnya refleks pelindung yang dihasilkan dari satu
atau lebih agen anestesi umum.
Anestesi umum menggunakan agen intravena, inhalasi, intramuskular dan per
rektal. Satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa anestesi umum mungkin tidak selalu
menjadi pilihan terbaik, tergantung pada keadaan pasien, lokal atau
anestesi regional mungkin lebih tepat. Penyedia anestesi bertanggung jawab untuk
menilai semua faktor yang mempengaruhi kondisi medis pasien dan memilih teknik
anestesi yang optimal. Keuntungan anestesi umum :
- Mengurangi kesadaran pasien intraoperatif- Memungkinkan relaksasi otot yang tepat untuk jangka waktu yang lama- Memfasilitasi kontrol penuh terhadap jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi- Dapat digunakan dalam kasus sensitivitas terhadap agen anestesi local- Dapat disesuaikan dengan mudah untuk prosedur durasi tak terduga- Dapat diberikan dengan cepat- Dapat diberikan pada pasien dalam posisi terlentangKekurangan anestesi umum :
- Memerlukan beberapa derajat persiapan pra operasi pasien- Terkait dengan komplikasi yang kurang serius seperti mual atau muntah, sakit
tenggorokan, sakit kepala, menggigil, dan memerlukan masa untuk fungsi
mental yang normal
- Terkait dengan hipertermia di mana paparan beberapa (tetapi tidak semua)agen anestesi umum menyebabkan kenaikan suhu akut dan berpotensi
mematikan, hiperkarbia, asidosismetabolik, dan hiperkalemia.
http://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/149178-overview&usg=ALkJrhjcSj7D-LBgqyJzesgoWV8goN82yghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/1831870-overview&usg=ALkJrhiwF-2tkgU4YNKEaKPpFeH2ff9xqQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/1831870-overview&usg=ALkJrhiwF-2tkgU4YNKEaKPpFeH2ff9xqQhttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/149178-overview&usg=ALkJrhjcSj7D-LBgqyJzesgoWV8goN82yghttp://translate.googleusercontent.com/translate_c?hl=id&langpair=en%7Cid&rurl=translate.google.co.id&u=http://emedicine.medscape.com/article/149178-overview&usg=ALkJrhjcSj7D-LBgqyJzesgoWV8goN82yg -
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
16/31
16
Indikasi anestesi umum :
- Infant dan anak usia muda- Dewasa yang memilih anestesi umum- Pembedahan luas- Penderita sakit mental- Pembedahan lama- Pembedahan dimana anestesi local tidak praktis atau tidak memuaskan- Riwayat penderita toksik/alergi obat anestesi local- Penderita dengan pengobatan antikoagulanHal yang harus diperhatikan dalam anestesi umum adalah hilangnya upaya
mempertahankan diri dari pasien. Pasien akan kehilangan reflex-reflex nya termasuk
reflex batuk yang berfungsi untuk mencegah adanya aspirasi. Selain kehilangan reflex,
penggunaan muscle relaxan pada anestesi umum dapat menyebabkan tidak adekuatnya
sphincter pada lambung yang bisa menyebabkan adanya aspirasi yang berisiko
menyebabkan aspirasi. Untuk mencegah hal ini, pasien yang akan dilakukan anestesi
umum harus dipuasakan untuk mengosongkan lambung dan mencegah adanya regurgitasi
dan aspirasi, karena aspirasi adalah penyebab morbiditas yang cukup tinggi dalam
anestesi.
I. TEORI ANESTESI UMUMAda beberapa teori yang membicarakan tentang kerja anestesi umum, diantaranya :
a. Meyer dan Overton (1989) mengemukakan teori kelarutan lipid (Lipid SolubityTheory). Obat anestetika larut dalam lemak. Efeknya berhubungan langsung
dengan kelarutan dalam lemak. Makin mudah larut di dalam lemak, makin kuat
daya anestesinya. Ini hanya berlaku pada obat inhalasi (volatile anaesthetics),tidak pada obat anestetika parenteral.
b. Ferguson (1939) mengemukakan teori efek gas inert (The Inert Gas Effect).Potensi analgesia gasgas yang lembab dan menguap terbalik terhadap tekanan
gas gas dengan syarat tidak ada reaksi secara kimia. Jadi tergantung dari
konsentrasi molekulmolekul bebas aktif.
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
17/31
17
c. Pauling (1961) mengemukakan teori kristal mikrohidrat (The Hidrat Micro-crystal Theory). Obat anestetika berpengaruh terutama terhadap interaksi molekul
molekul obatnya dengan molekulmolekul di otak.
d. Trudel (1963) mengemukakan molekul obat anestetika mengadakan interaksidengan membrana lipid meningkatkan keenceran (mengganggu membran).
Obat anestesi yang diberikan akan masuk ke dalam sirkulasi darah yang
selanjutnya menyebar ke jaringan, yang pertama kali terpengaruh adalah jaringan
yang banyak vaskularisasinya seperti otak, yang mengakibatkan kesadaran dan rasa
sakit hilang. Kecepatan dan kekuatan anestesi dipengaruhi oleh faktor respirasi,
sirkulasi, dan sifat fisik obat itu sendiri.
II. TUJUAN ANESTESI UMUMTujuan anestesi umum adalah hipnotik, analgesik, relaksasi dan stabilisasi otonom.
III.SYARAT, KONTRAINDIKASI DAN KOMPLIKASI ANESTESI UMUMAdapun syarat ideal dilakukan anestesi umum adalah :
a. Memberi induksi yang halus dan cepatb. Timbul situasi pasien tak sadar atau tak berespoonsc. Timbulkan keadaan amnesiad. Timbulkan relaksasi otot skeletal, tapi bukan otot pernapasane. Hambatan persepsi rangsang sensorik sehingga timbul analgesia yang cukup
untuk tindakan operasi
f. Memberikan keadaan pemulihan yang halus dan cepat dan tidak menimbulkanESO yang berlangsung lama.
Kontraindikasi mutlak dilakukan anestesi umum yaitu dekompresi kordis derajat
III IV, AV blok derajat II total (tidak ada gelombang P). Kontraindikasi Relatif
berupa hipertensi berat/tak terkontrol (diastolik >110), DM tak terkontrol, infeksi
akut, sepsis, GNA.
Tergantung pada efek farmakologi pada organ yang mengalami kelainan.Pada
pasien dengan gangguan hepar, harus dihindarkan pemakaian obat yang bersifat
hepatotoksik.Pada pasien dengan gangguan jantung, obat obatan yang mendepresi
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
18/31
18
miokard atau menurunkan aliran koroner harus dihindari atau dosisnya diturunkan.
Pasien dengan gangguan ginjal, obatobatan yang diekskresikan melalui ginjal harus
diperhatikan. Pada paru, hindarkan obat yang memicu sekresi paru, sedangkan pada
bagian endokrin hindari obat yang meningkatkan kadar gula darah, obat yang
merangsang susunan saraf simpatis pada penyakit diabetes basedow karena dapat
menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Sedangkan komplikasi kadangkadang tidak terduga walaupun tindakan anestesi
telah dilakukan dengan sebaikbaiknya.Komplikasi dapat dicetuskan oleh tindakan
anestesi ataupun kondisi pasien sendiri.Komplikasi dapat timbul pada waktu
pembedahan ataupun setelah pembedahan. Komplikasi kardiovaskular berupa
hipotensi dimana tekanan sistolik kurang dari 70 mmHg atau turun 25 % dari
sebelumnya, hipertensi dimana terjadi peningkatan tekanan darah pada periode
induksi dan pemulihan anestesi. Komplikasi ini dapat membahayakan khususnya pada
penyakit jantung karena jantung bekerja keras dengan kebutuhan kebutuhan
miokard yang meningkat yang dapat menyebabkan iskemik atau infark apabila tidak
tercukupi kebutuhannya. Komplikasi lain berupa gelisah setelah anestesi, tidak sadar ,
hipersensitifitas ataupun adanya peningkatan suhu tubuh.
IV.PERSIAPAN UNTUK ANESTESI UMUMKunjungan pre-anestesi dilakukan untuk mempersiapkan pasien sebelum pasien
menjalani suatu tindakan operasi.Pada saat kunjungan, dilakukan wawancara
(anamnesis) sepertinya menanyakan apakah pernah mendapat anestesi sebelumnya,
adakah penyakit penyakit sistemik, saluran napas, dan alergi obat.Kemudian pada
pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan gigigeligi, tindakan buka mulut, ukuran
lidah, leher kaku dan pendek.Perhatikan pula hasil pemeriksaan laboratorium atasindikasi sesuai dengan penyakit yang sedang dicurigai, misalnya pemeriksaan darah
(Hb, leukosit, masa pendarahan, masa pembekuan), radiologi, EKG.
Dari hasil kunjungan ini dapat diketahui kondisi pasien dan dinyatakan dengan
status anestesi menurut The American Society Of Anesthesiologist(ASA).
ASA I : Pasien dalam keadaan normal dan sehat.
ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lain. Contohnya: pasien
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
19/31
19
batu ureter dengan hipertensi sedang terkontrol, atau pasien
appendisitis akut dengan lekositosis dan febris.
ASA III : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan karena berbagai penyebab. Contohnya: pasien
appendisitis perforasi dengan septisemia, atau pasien ileus
obstrukstif dengan iskemia miokardium.
ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehidupannya. Contohnya: Pasien dengan syok atau
dekompensasi kordis.
ASA V : Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi
atau tidak. Contohnya: pasien tua dengan perdarahan basis kranii
dan syok hemoragik karena ruptur hepatik.
ASA VI : Pasien mati batang otak, potensi donor organ.
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan
tanda darurat ( E = EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE
Pengosongan lambung untuk anestesia penting untuk mencegah aspirasi lambung
karena regurgutasi atau muntah. Pada pembedahan elektif, pengosongan lambung
dilakukan dengan puasa : anak dan dewasa 4 6 jam, bayi 3 4 jam. Pada
pembedahan darurat pengosongan lambung dapat dilakukan dengan memasang pipa
nasogastrik atau dengan cara lain yaitu menetralkan asam lambung dengan
memberikan antasida (magnesium trisilikat) atau antagonis reseptor H2
(ranitidin).Kandung kemih juga harus dalam keadaan kosong sehingga boleh perlu
dipasang kateter.Sebelum pasien masuk dalam kamar bedah, periksa ulang apakah
pasien atau keluarga sudah memberi izin pembedahan secara tertulis (informed
concent).Premedikasi sendiri ialah pemberian obat - 1 jam sebelum induksi anestesia
dengan tujuan melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesia,
menghilangkan rasa khawatir,membuat amnesia, memberikan analgesia dan
mencegah muntah, menekan refleks yang tidak diharapkan, mengurasi sekresi saliva
dan saluran napas.
Obatobat premedikasi yang bisa diberikan antara lain :
Gol. Antikolinergik
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
20/31
20
Atropin.Diberikan untuk mencegah hipersekresi kelenjar ludah, antimual dan
muntah, melemaskan tonus otot polos organ organ dan menurunkan spasme
gastrointestinal. Dosis 0,40,6 mg IM bekerja setelah 1015 menit.
Gol. HipnotiksedatifBarbiturat (Pentobarbital dan Sekobarbital).Diberikan untuk sedasi dan
mengurangi kekhawatiran sebelum operasi.Obat ini dapat diberikan secara
oral atau IM.Dosis dewasa 100 200 mg, pada bayi dan anak 3 5
mg/kgBB.Keuntungannya adalah masa pemulihan tidak diperpanjang dan efek
depresannya yang lemah terhadap pernapasan dan sirkulasi serta jarang
menyebabkan mual dan muntah.
Gol. Analgetik narkotikMorfin.Diberikan untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan menjelang
operasi.Dosis premedikasi dewasa 10 20 mg. Kerugian penggunaan morfin
ialah pulih pasca bedah lebih lama, penyempitan bronkus pada pasien asma,
mual dan muntah pasca bedah ada.
Pethidin.Dosis premedikasi dewasa 25 100 mg IV.Diberikan untuk
menekan tekanan darah dan pernapasan serta merangsang otot polos.Pethidin
juga berguna mencegah dan mengobati menggigil pasca bedah.
Gol. TransquilizerDiazepam (Valium).Merupakan golongan benzodiazepine.Pemberian dosis
rendah bersifat sedatif sedangkan dosis besar hipnotik.Dosis premedikasi
dewasa 0,2 mg/kgBB IM.
V. METODE PEMBERIAN ANESTESI UMUMObat obat anestesi umum bisa diberikan melalui Perenteral (Intravena,
Intramuscular), perektal (melalui anus) biasanya digunakan pada bayi atau anak-anak
dalam bentuk suppositoria, tablet, semprotan yang dimasukan ke anus.Perinhalasi
melalui isapan, pasien disuruh tarik nafas dalam kemudian berikan anestesi
perinhalasi secara perlahan.
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
21/31
21
VI.STADIUM ANESTESITahapan dalam anestesi terdiri dari 4 stadium yaitu stadium pertama berupa
analgesia sampai kehilangan kesadaran, stadium 2 sampai respirasi teratur, stadium 3
dan stadium 4 sampai henti napas dan henti jantung.
Stadium I
Stadium I (St. Analgesia/ St. Cisorientasi) dimulai dari saat pemberian zat
anestetik sampai hilangnya kesadaran.Pada stadium ini pasien masih dapat
mengikuti perintah dan terdapat analgesi (hilangnya rasa sakit).Tindakan
pembedahan ringan, seperti pencabutan gigi dan biopsi kelenjar, dapat dilakukan
pada stadium ini.Stadium ini berakhir dengan ditandai oleh hilangnya reflekss
bulu mata (untuk mengecek refleks tersebut bisa kita raba bulu mata).
Stadium II
Stadium II (St. Eksitasi; St. Delirium) Mulai dari akhir stadium I dan ditandai
dengan pernapasan yang irreguler, pupil melebar dengan reflekss cahaya (+),
pergerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (+), tonus otot meninggi dan diakhiri
dengan hilangnya reflekss menelan dan kelopak mata.
Stadium III
Stadium III yaitu stadium sejak mulai teraturnya lagi pernapasan hingga hilangnya
pernapasan spontan.Stadia ini ditandai oleh hilangnya pernapasan spontan,
hilangnya reflekss kelopak mata dan dapat digerakkannya kepala ke kiri dan
kekanan dengan mudah.
Stadium IV
Ditandai dengan kegagalan pernapasan (apnea) yang kemudian akan segera
diikuti kegagalan sirkulasi/ henti jantung dan akhirnya pasien meninggal. Pasien
sebaiknya tidak mencapai stadium ini karena itu berarti terjadi kedalaman anestesi
yang berlebihan.
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
22/31
22
TANDA REFLEKS PADA MATA
Refleks pupil
Pada keadaan teranestesi maka refleks pupil akan miosis apabila anestesinya
dangkal, midriasis ringan menandakan anestesi reaksinya cukup dan baik/ stadium
yang paling baik untuk dilakukan pembedahan, midriasis maksimal menandakan
pasien mati.
Refleks bulu mata
Refleks bulu mata sudah disinggung tadi di bagian stadium anestesi.Apabila saat
dicek refleks bulu mata (-) maka pasien tersebut sudah pada stadium 1.
Refleks kelopak mata
Pengecekan refleks kelopak mata jarang dilakukan tetapi bisa digunakan untuk
memastikan efek anestesi sudah bekerja atau belum, caranya adalah kita tarik
palpebra atas ada respon tidak, kalau tidak berarti menandakan pasien sudah
masuk stadium 1 ataupun 2.
Refleks cahaya
Untuk refleks cahaya yang kita lihat adalah pupilnya, ada / tidak respon saat kita
beri rangsangan cahaya.
VII. TEKNIK ANESTESI UMUMa.Sungkup Muka (Face Mask) dengan napas spontan
Indikasi :
-Tindakan singkat ( - 1 jam)
- Keadaan umum baik (ASA III)- Lambung harus kosongProsedur :
- Siapkan peralatan dan kelengkapan obat anestetik- Pasang infuse (untuk memasukan obat anestesi)- Premedikasi + / - (apabila pasien tidak tenang bisa diberikan obat penenang)
efek sedasi/anti-anxiety :benzodiazepine; analgesia: opioid, non opioid, dll
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
23/31
23
- Induksi- Pemeliharaan
b. Intubasi Endotrakeal dengan napas spontanIntubasi endotrakea adalah memasukkan pipa (tube) endotrakea (ET=
endotrakeal tube) kedalam trakea via oral atau nasal. Indikasi; operasi lama,
sulit mempertahankan airway (operasi di bagian leher dan kepala)
Prosedur :
- Sama dengan diatas, hanya ada tambahan obat (pelumpuh otot/suksinil dgndurasi singkat)
- Intubasi setelah induksi dan suksinil- Pemeliharaan
Untuk persiapan induksi sebaiknya kita ingat STATICS:
S : Scope. Stetoskop untuk mendengarkan suara paru dan jantung. Laringo-
Scope
T : Tubes. Pipa trakea. Usia >5 tahun dengan balon(cuffed)
A : Airway. Pipa mulut faring (orofaring) dan pipa hidung faring (nasofaring)
yang digunakanuntuk menahan lidah saat pasien tidak sadar agar lidah
tidak menymbat jalan napas
T : Tape. Plester untuk fiksasi pipa agar tidak terdorong atau tercabut
I : Introductor. Stilet atau mandrin untuk pemandu agar pipa trakea mudah
dimasukkan
C : Connector. Penyambung pipa dan perlatan anestesia
S : Suction. Penyedot lendir dan ludah
Teknik Intubasi
1. Pastikan semua persiapan dan alat sudah lengkap2. Induksi sampai tidur, berikan suksinil kolin fasikulasi (+)3. Bila fasikulasi (-) ventilasi dengan O2 100% selama kira - kira 1 mnt
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
24/31
24
4. Batang laringoskopi pegang dengan tangan kiri, tangan kanan mendorongkepala sedikit ekstensi mulut membuka
5. Masukan laringoskop (bilah) mulai dari mulut sebelah kanan, sedikit demisedikit, menyelusuri kanan lidah, menggeser lidah kekiri
6. Cari epiglotis tempatkan bilah didepan epiglotis (pada bilah bengkok)atau angkat epiglotis ( pada bilah lurus )
7. Cari rima glotis ( dapat dengan bantuan asisten menekan trakea dar luar )8. Temukan pita suara warnanya putih dan sekitarnya merah9. Masukan ET melalui rima glottis10.Hubungkan pangkal ET dengan mesin anestesi dan atau alat bantu napas(
alat resusitasi )
Klasifikasi Mallampati :
Mudah sulitnya dilakukan intubasi dilihat dari klasifikasi Mallampati :
c. Intubasi Endotrakeal dengan napas kendali (kontrol)Pasien sengaja dilumpuhkan/benar2 tidak bisa bernafas dan pasien dikontrol
pernafasanya dengan kita memberikan ventilasi 12-20 x permenit.Setelah operasi
selesai pasien dipancing dan akhirnya bisa nafas spontan kemudian kita akhiri
efek anestesinya.
- Teknik sama dengan diatas
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
25/31
25
- Obat pelumpuh otot non depolar (durasinya lama)- Pemeliharaan, obat pelumpuh otot dapat diulang pemberiannya.
VIII.OBATOBAT DALAM ANESTESI UMUMJenis obat anestesi umum diberikan dalam bentuk suntikan intravena atau
inhalasi.
1. Anestetik intravenaPenggunaan :
- Untuk induksi- Obat tunggal pada operasi singkat- Tambahan pada obat inhalasi lemah- Tambahan pada regional anestesi- SedasiCara pemberian :
- Obat tunggal untuk induksi atau operasi singkat- Suntikan berulang (intermiten)- Diteteskan perinfus
Obat anestetik intravena meliputi :
a. BenzodiazepineSifat : hipnotik sedative, amnesia anterograd, atropine like effect,
pelemas otot ringan, cepat melewati barier plasenta.
Kontraindikasi : porfiria dan hamil.Dosis :- Diazepam : induksi 0,20,6 mg/kg IV- Midazolam : induksi : 0,150,45 mg/kg IV.
b.PropofolMerupakan salah satu anestetik intravena yang sangat penting. Propofol
dapat menghasilkan anestesi kecepatan yang sama dengan pemberian
barbiturat secara inutravena, dan waktu pemulihan yang lebih cepat. Dosis :
22,5 mg/kg IV.
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
26/31
26
c. KetaminKetamin adalah suatu rapid acting nonbarbiturat general anaesthetic.Indikasi
pemakaian ketamin adalah prosedur dengan pengendalian jalan napas yang
sulit, prosedur diagnosis, tindakan ortopedi, pasien resiko tinggi dan asma.
Dosis pemakaian ketamin untuk bolus 1- 2 mg/kgBB dan pada pemberian
IM 310 mg/kgBB.
d.Thiopentone SodiumMerupakan bubuk kuning yang bila akan digunakan dilarutkan dalam air
menjadi larutan 2,5%atau 5%. Indikasi pemberian thiopental adalah induksi
anestesi umum, operasi singkat, sedasi anestesi regional, dan untuk
mengatasi kejang.Keuntungannya :induksi mudah, cepat, tidak ada iritasi
mukosa jalan napas. Dosis 5 mg/kg IV, hamil 3 mg/kg IV.
2. Anestetik inhalasia. N2O
Nitrogen monoksida merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa dan lebih berat daripada udara.N2O biasanya tersimpan dalam
bentuk cairan bertekanan tinggi dalam baja, tekanan penguapan pada suhu
kamar 50 atmosfir.N2O mempunyai efek analgesic yang baik, dengan
inhalasi 20% N2O dalam oksigen efeknya seperti efek 15 mg morfin. Kadar
optimum untuk mendapatkan efek analgesic maksimum 35% .gas ini
sering digunakan pada partus yaitu diberikan 100% N2O pada waktu
kontraksi uterus sehingga rasa sakit hilang tanpa mengurangi kekuatan
kontraksi dan 100% O2 pada waktu relaksasi untuk mencegah terjadinya
hipoksia. Anestetik tunggal N2O digunakan secara intermiten untukmendapatkan analgesic pada saat proses persalinan dan Pencabutan gigi.
H2O digunakan secara umum untuk anestetik umum, dalam kombinasi
dengan zat lain
b. HalotanMerupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak mudah terbakar dan
tidak mudah meledak meskipun dicampur dengan oksigen.Halotan bereaksi
dengan perak, tembaga, baja, magnesium, aluminium, brom, karet dan
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
27/31
27
plastic.Karet larut dalam halotan, sedangkan nikel, titanium dan polietilen
tidak sehingga pemberian obat ini harus dengan alat khusus yang disebut
fluotec.Efek analgesic halotan lemah tetapi relaksasi otot yang
ditimbulkannya baik. Dengan kadar yang aman waktu 10 menit untuk
induksi sehingga mempercepat digunakan kadar tinggi (3-4 volume %).
Kadar minimal untuk anestesi adalah 0,76% volume.
c. IsofluranMerupakan eter berhalogen yang tidak mudah terbakar.Secara kimiawi mirip
dengan efluran, tetapi secara farmakologi berbeda. Isofluran berbau tajam
sehingga membatasi kadar obat dalam udara yang dihisap oleh penderita
karena penderita menahan nafas dan batuk. Setelah pemberian medikasi
preanestetik stadium induksi dapat dilalui dengan lancer dan sedikit eksitasi
bila diberikan bersama N2O dan O2. Isofluran merelaksasi otot sehingga
baik untuk intubasi. Tendensi timbul aritmia amat kecil sebab isofluran tidak
menyebabkan sensiitisasi jantung terhadap ketokolamin. Peningkatan
frekuensi nadi dan takikardiadihilangkan dengan pemberian propanolol 0,2-
2 mg atau dosis kecil narkotik (8-10 mg morfin atau 0,1 mg fentanil),
sesudah hipoksia atau hipertemia diatasi terlebih dulu. Penurunan volume
semenit dapat diatasi dengan mengatur dosis.Pada anestesi yang dalam
dengan isofluran tidak terjadi perangsangan SSP seperti pada pemberian
enfluran. Isofluran meningkatkan aliran darah otak pada kadar labih dari 1,1
MAC (minimal Alveolar Concentration) dan meningkatkan tekanan
intracranial.
d. SevofluranObat anestesi ini merupakan turunan eter berhalogen yang paling disukaiuntuk induksi inhalasi.
IX.SKOR PEMULIHAN PASCA ANESTESISebelum pasien dipindahkan ke ruangan setelah dilakukan operasi terutama
yang menggunakan general anestesi, maka perlu melakukan penilaian terlebih
dahulu untuk menentukan apakah pasien sudah dapat dipindahkan ke ruangan atau
masih perlu di observasi di ruangRecovery room (RR).
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
28/31
28
A. Aldrete ScoreNilai Warna
Merah muda, 2 Pucat, 1 Sianosis, 0
Pernapasan
Dapat bernapas dalam dan batuk, 2 Dangkal namun pertukaran udara adekuat, 1 Apnoea atau obstruksi, 0
Sirkulasi
Tekanan darah menyimpang 50% dari normal, 0
Kesadaran
Sadar, siaga dan orientasi, 2 Bangun namun cepat kembali tertidur, 1 Tidak berespons, 0
Aktivitas
Seluruh ekstremitas dapat digerakkan, 2 Dua ekstremitas dapat digerakkan,1 Tidak bergerak, 0
Jika jumlahnya > 8, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
B. Steward Score (anak-anak)Pergerakan
Gerak bertujuan 2 Gerak tak bertujuan 1 Tidak bergerak 0
Pernafasan
Batuk, menangis 2 Pertahankan jalan nafas 1 Perlu bantuan 0
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
29/31
29
Kesadaran
Menangis 2 Bereaksi terhadap rangsangan 1 Tidak bereaksi 0
Jika jumlah > 5, penderita dapat dipindahkan ke ruangan
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
30/31
30
BAB V
KESIMPULAN
Pasien Tn. A, 18 tahun, pasien datang ke poli THT RSUP Fatmawati dengan
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) tipe tenang dan akan dilakukan timpanoplasty.
Pemeriksaan fisik pasien sebelum dilakukan operasi dalan batas normal. Lamanya
tindakan anastesi dan operasi timpanoplasty yang dialami pasien 3 jam 45 menit. Pasien
menggunakan teknik general anestesi.
Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Anestesi umum adalah tindakan yang
menimbulkan keadaan tidak sadar selama prosedur medis dilakukan, sehingga pasien
tidak merasakan atau mengingat sesuatu yang terjadi. Komponen anestesi yang ideal
terdiri dari hipnotik, analgesia, dan relaksasi. Dalam anestesi umum, pasien akan
mengalami keadaan tidak sadar dan hilangnya refleks pelindung yang dihasilkan dari satu
atau lebih agen anestesi umum.
Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang berarti baik
dari segi anestesi maupun tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan juga tidak
terjadi hal yang memerlukan penanganan serius. Secara umum pelaksanaan operasi dan
anestesi berlangsung dengan baik.
-
7/29/2019 Case Anestesi Pada Timpanoplasty
31/31
DAFTAR PUSTAKA
1. Soenarjo, Jatmiko HD, et al. Anestesiologi. 2010. Semarang: Ikatan DokterSpesialis Anestesi dan Reanimasi (IDSAI) Cabang Jawa Tengah.
2. Latief SA, Suryadi KA, et al. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua. 2001.Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI.
3. Leksana, E. Terapi Cairan dan Elektrolit. 2004. Semarang: Bagian Anestesi danTerapi Intensif FK UNDIP.
4. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology. Ed.4. New York:McGraw Hill; 2006.
5. Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan Pendengaran Akibat Bising (noise inducedhearing loss) dalam Telinga Hidung Tenggorokan Kepala dan Leher, editor
Soepardi I, et al. Edisi 6. Jakarta : Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia ; 2008.