10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud disini adalah kajian
terhadap hasil-hasil karya tulis yang relevan dengan penelitian ini, khusunya
berhubungan dengan perencanaan paket wisata. Hasil-hasil dari penelitian tersebut
akan diuraikan secara singkat yang selanjutnya penjelasan tersebut akan dijadikan
pedoman untuk melengkapi penelitian ini.
Penelitian Swadarma (2003) tentang Pengembangan Potensi Air Terjun Les
Sebagai Obyek Wisata di Desa Les Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng,
menyatakan bawha air terjun les sangat potensial dikembangkan sebagai obyek
wisata alam dengan kelebihan-kelebihanya sehingga keberadaan obyek wisata dapat
ditonjolkan. Jalur lintas menuju air terjun bisa di kembangkan sebagai jalur tracking.
Akan tetapi ternyata ada kendala dalam pengembangan potensi yaitu kurang
tersedianya sumber daya manusia, modal, sarana pendukung, promosi, dan pengelola
yang belum memiliki organisasi yang jelas. Jadi penelitian ini lebih menitik beratkan
pada pengembangan potensi air terjun.
Adapun persamaanya bahwa penelitian ini sama – sama meneliti tentang
wisata tracking, menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan teknik
pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan studi kepustakaan.
Perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan fokus penelitian diatas menitik
beratkan pada pengembanagan potensi air terjun sebagai objek wisata. Sedangkan
11
penelitian ini pada perencanaan kemasan paket wisata tracking di kecamatan Marga
Kabupaten Tabanan.
Penelitian lainya, dilakukan oleh sumarna (2011) tentang “Perencanaan
Produk Ekowisata Desa Subaya Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli”. Pada
penelitian diatas dikatakan bahwa potensi ekowisata yang terdapat di Desa subaya
adalah potensi sosial dan potensi ekologis. Penyusunan perencanaan produk
ekowisata Desa Subaya dianalisis dengan menentukan zonasi kegiatan dan
menentukan jalur wisata. Kemudian merumuskan kegiatan wisata yang akan
dituangkan dalam rumusan paket produk ekowisata dengan didukung rencana teknis
pelayanan produk ekowisata. Setelah itu, merumuskan program pengembangan yang
melibatkan masyarakat sesuai dengan kriteria masing – masing produk ekowisata.
Kesamaan penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriftif dan sama –
sama mengambil judul perencanaan. Perbedaan dalam penelitian diata adalah
penentuan responden untuk masyarakat dilakukan secara propotional startified
random sampling sedangkan penelitian ini menggunakan purposive sampling. Fokus
penelitian diatas menitikberatkan pada identifikasi potensi ekowisata di Desa Subaya,
menentukan perencanaan produk ekowisata berbasis pelibatan masyarakat lokal Desa
Subaya. Sedangkan fokus penelitian ini memiliki potensi wisata khususnya wisata
tracking yang akan di rencanakan di Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan.
Penelitian yang dilakukan oleh Spears dan Rosenbaun (2012) tentang “The
Package Tourist : A Japanese And American Perspective”. Pada penelitian ini
diungkap adanya perbedaan – perbedaan di kemasan paket wisata antar wisatawan
Amerika dan Jepang. Tujuan penelitian ini untuk mengisi kekosongan dalam suatu
12
literatur pemasaran pariwisata. Adapun perbedaan penelitian ini mengambil
responden dengan jumlah 800 responden Amerika dan Jepang yang berlibur di
Honolulu, Hawai. Data tersebut menunjukan 54 kali lebih banyak wisatawan jepang
menggunakan paket wisata dari pada wisatawan Amerika. Wisatawan Amerika lebih
memilih terlibat dalam kegiatan rekreasi dan ikut serta dalam kegiatan budaya selama
tinggal di Hawai. Sedangkan wisatawan Jepang cenderung melakukan wisata belanja.
Peneliti berupaya membedakan demografis dan konsumsi antara paket wisata yang
digunakan oleh wisatawan Amerika dan Jepang.
Persamaan dengan penelitian di atas yakni sama – sama membahas paket
wisata yang nantinya akan dipasarkan ke wisatawan. Perbedaanya dilihat dari
penelitianya tentang perspektif wisatawan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan
yakni mengenai perencanaan paket wisata, khususnya di Kecamatan Marga
Kabupaten Tabanan.
Tinjauan sebelumnya oleh David L Edgell Sr. And Jason R. Swanson (2013).
“Tousism Policy And Planning Yesterday, Today And Tomorrow” penelitian ini
membahas mengenai bagaimana perencanaan paket wisata yang di buat dalam tiga
hari yaitu kemaren, sekarang dan besok. Selain itu pada penelitian ini membahas
bagaimana strategi perencanaan suatu paket wisata yang benar sehingga dapat
menarik minat wisatawan untuk membeli paket wisata tersebut
Persamaan penelitian ini yakni sama – sama membicarakan paket wisata yang
akan dipasarkan ke wisatawan. Sedangkan perbedaanya dilihat dari cara perencanaan
paket wisata yang dibuat dalam tiga hari dan dalam penelitian ini hanya sehari
13
Penelitian lainya dilakukan oleh Kane dan Zink (2004) tentang “Package
Adventure Tours : Markers In Serious Leisure Careers”. Pada penelitian diatas
dikatakan bahwa pengalaman yang kompleks pada wisata petualangan di eksplorasi
melalui atribut dan kualitas waktu luang. Penelitian tersebut didasarakan pada
partisipasi, percakapan dan wawancara mendalam kepada wisatawan yang datang dan
menggunakan jasa tour ke Pulau Selatan, Selandia Baru. Analisis yang digunakan
adalah analisis kualitatif dengan hasil dari catatan dan transkrip wawancara dan
percakapan mengungkapkan interprestasi pengalaman – pengalaman peserta dan
pemahamannya tentang pengalaman pada wisata petualangan ini. Fokus penelitian
diatas terletak pada atribut rekreasi dalam tantangan demi keselamatan dan keamanan
wisatawan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengalaman paket wisata adventure
dapat menjadi nilai yang berarti dalam menjalani karir di bidang rekreasi.
Adapun kesamaan dari penelitian ini yakni sama – sama meneliti tentang
wisata adventure, menggunakan teknik analisis data kualitatif dan menentukan
informan melalui wawancara secara mendalam. Sedangkan, perbedaanya dapat
dilihat dari fokus penelitianya yang menitik beratkan pada penilaian atau kualitas
keselamatan dan keamanan wisatawan. Fokus penelitian yang akan digunakan pada
penelitian ini mengenai pengemasan paket wisata tracking.
14
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Potensi Wisata
Kepariwisataan sebagai manifestasi dari potensi wisata adalah segala
atraksi yang dimiliki suatu wilayah atau riilnya objek wisata. Jadi, potensi wisata
yang dimaksud adalah segala sesuatu yang menjadi andalan daya tarik wisatawan
untuk dikunjungi di suatu tempat. Daya tarik tersebut sengaja menonjolkan yang
bermakna sebagai atraksi wisata yang bersifat atraktif. Hal ini berarti potensi
wisata merupakan identifikasi dari atraksi wisata. Atraksi wisata (tourist
attraction) adalah semua yang menjadi daya tarik dan mengapa wisatawan
tertarik untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata, termasuk di antaranya :
1. Natural attraction seperti pemandangan dan segi geografis dari suatu daerah
tujuan wisata.
2. Cultural attraction seperti sejarah dan cerita rakyat, religi, seni dan kegiatan
khusus.
3. Social attraction seperti kebiasaan penduduk, mata pencaharian penduduk,
segi bahasa, dan kesempatan untuk pertemuan sosial.
4. Built attraction seperti bangunan bersejarah dan bangunan berarsitektur
modern (Yoeti, 2002).
Sebuah pemaparan oleh Erlingta Desty Fikriyondha (dalam Oka A. Yoeti,
1998) berpendapat bahwa berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya
kawasan wisata sangat tergantung pada 3A yaitu atraksi (attraction), mudah
dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities).
15
Menurut Cooper dalam Suwena dan Widyatmaja (2010) dengan adanya
wisatawan yang melakukan perjalanan ke suatu daerah tujuan wisata,
memerlukan berbagai kebutuhan dan pelayanan mulai dari keberangkatan sampai
kembali lagi ketempat tinggalnya. Terkait dengan hal tersebut untuk memenuhi
kebutuhan dan pelayanan tersebut harus didukung dengan empat komponen
utama atau yang dikenal dengan istilah 4A yaitu:
a. Attraction ( Atraksi )
Atraksi disebut juga objek dan daya tarik wisata merupakan komponen yang
signifikan dalam menarik wisatawan. Berbagai alasan mengapa wisatawan
datang ke suatu daerah wisata dan yang paling umum adalah untuk melihat
keseharian penduduk setempat, menikmati keindahan alam, menyaksikan
budaya yang unik, atau mempelajari sejarah daerah tersebut. Intinya,
wisatawan datang untuk menikmati hal – hal yang tidak dapat mereka
temukan dalam kehidupan kesehariannya. Apa yang dapat dikembangkan
menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataan
(tourism resources).
b. Amenities ( Fasilitas )
Secara umum pengertian fasilitas (amenities) adalah segala macam prasarana
dan sarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan
wisata. Sarana dan prasarana yang dimaksud meliputi: accommodation (
usaha penginapan ), usaha makanan dan minuman, transportasi dan
infrastruktur.
16
c. Access ( Aksesibilitas )
Access diidentikkan dengan transferabilitas yaitu kemudahan untuk bergerak
dari daerah yang satu ke daerah yang lain. Tanpa adanya kemudahan
transferabilitas tidak akan ada pariwisata karena jalan masuk atau pintu masuk
utama ke daerah tujuan wisata merupakan access penting dalam kegiatan
pariwisata seperti: airport, pelabuhan, terminal, dan segala macam jasa
transportasi lainnya menjadi access penting dalam pariwisata.
d. Ancillary Service ( Pelayanan tambahan )
Pelayanan tambahan (ancillary service) atau sering disebut juga pelengkap
yang harus disediakan oleh pemerintah daerah dari suatu daerah tujuan wisata,
baik untuk wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang
disediakan termasuk: pemasaran, pembangunan fisik (jalan raya, rel kereta
api, air minum, listrik, telepon, dan lain – lain) serta mengkoordinir segala
macam aktivitas dan dengan peraturan perundang – undangan baik di objek
wisata maupun di jalan raya.
Dengan demikian, potensi wisata adalah merupakan segala sesuatu yang
ada di suatu daerah/tempat wisata yang dikembangkan menjadi suatu atraksi
wisata sehingga dapat menjadi suatu daya tarik bagi wisatawan berkunjung ke
daerah tersebut. Daerah tujuan wisata adalah daerah yang karena atraksinya,
situasinya dengan lalulintas, dan fasilitas kepariwisataan menyebutkan tempat
atau daerah tersebut menjadi objek kunjungan wisatawan (Pendit, 1994).
17
Menurut Pendit (1994) menyebutkan potensi wisata adalah segala sesuatu
yang ada di suatu daerah yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata.
Secara umum potensi wisata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Potensi budaya yaitu potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat,
seperti: adat-istiadat, mata pencaharian, kesenian, dan sebagainya.
2. Potensi alamiah yaitu potensi yang ada di masyarakat yang berupa potensi
fisik, geografi seperti potensi alam.
Menurut Mariotti (dalam Yoeti, 1996) potensi diistilahkan sebagai
attractive spontance yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata
yang merupakan daya tarik agar orang – orang datang berkunjung ke tempat
tersebut. Yoeti (1990) menyatakan bahwa potensi adalah suatu aset yang dimiliki
oleh suatu daerah tujuan wisata atau aspek wisata yang dimanfaatkan untuk
kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial budaya.
Dengan demikian, potensi wisata secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Site Attraction
Site Attraction merupakan suatu tempat yang dijadikan objek wisata seperti:
tempat – tempat tertentu yang menarik, keadaan alam, dan sebagainya.
2. Event Attraction
Event Attraction yaitu suatu kejadian yang menarik untuk dijadikan moment
kepariwisataan seperti: pameran, pesta kesenian, upacara keagamaan,
konvensi dan lain – lain.
18
2.2.2 Tinjauan Tentang Pengembangan Daya Tarik Wisata
Berdasarkan arti katanya, pengembangan berarti membuat sesuatu
menjadi perkembangan, atau bisa juga dikatakan memgembangkanya menjadi
sesuatu yang lebih berguna. Sedangkan pengembangan dalam studi
pengembangan wilayah berarti suatu upaya untuk memajukan atau meningkatkan
sesuatu yang sudah ada. Di tegaskan bahwa pengembangan objek dan daya tarik
wisata mencakup pengembangan produk baru yaitu usaha yang dilakukan secara
sadar dan berencana untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan atau
menambah jenis produk tersebut karena produk tersebut dapat dihasilkan dan
dipasarkan.
Pengembangan suatu daya tarik wisata harus dapat menciptakan produck style
yang baik, dimana di antaranya adalah;
1. Objek tersebut memiliki daya tarik untuk disaksikan maupun di
pelajari.
2. Mempunyai ke khususan dan berada dari daya tarik lainya
3. Tersedia fasilitas wisata
4. Dilengkapi dengan sarana-sarana akomadasi, telekomonikasi
trasportasi dan sarana pendukung lainya
5. Pembinaan produk wisata merupakan usaha meningkatkan mutu
pelayanan dan sebagai unsur produk pariwisata seperti jasa
akomodasi, jasa trasportasi, jasa hiburan, jasa tour dan travel serta
pelayanan di daya tarik wisata. Pembinaan tersebut dilakukan dengan
berbagai kombinasi usaha seperti pendidikan dan latihan, pengaturan
19
dan pengarahan pemerintah, pemberian rangsangan agar tercipta iklim
persaingan yang sehat guna mendorong peningkatan mutu produk dan
pelayanan.
6. Pembinaan masyarakat pariwisata
Adapun tujuan pembinaan masyarakat pariwisata adalah sebagai
berikut:
a. Menggalakan pemeliharaan segi-segi positif dari masyarakat
yang langsung maupun tidak langsung yang bermanfaat bagi
pengembangan pariwisata
b. Mengurangi pengaruh buruk akibat dari pengembangan
pariwisata
c. Pembimbing kerjasama baik berupa pembinaan produk wisata,
pemasaran dan pembinaan masyarakat.
7. Pemasaran terpadu
Dalam pemasaran pariwisaata digunakan prisip-prinsip paduan
pemasaran terpadu yang meliputi :
a. Paduan produk yaitu semua unsur produk wisata seperti
atraksi seni budaya, hotel dan restaurant yang ditimbulkan
sehingga mempu bersaing dengan produk wisata lainya.
b. Paduan penyebaran yaitu pendistribusian wisatawan pada
produk wisata yang melibatkan biro perjalanan,
penerbangan, angkutan darat dan tour operator.
20
c. Paduan komunikasi artinya diperlukan komunikasi yang
baik sehingga dapat memberikan informasi tentang
tersedianya produk yang menarik.
d. Paduan pelayanan yaitu jasa pelayanan yang di berikan
kepada wisatawan harus baik sehingga produk wisata akan
baik pula.
Kriteria keberhasilan pengembangan objek dan daya tarik wisata harus
mengacu pada berbagai kelayakan diantaranya :
1. Kelayakan Finansial
Study kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial
dari pembangunan objek tersebut.
2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini untuk membangun suatu objek wisata akan
memiliki dampak sosial ekonomi secara regional, dimana
pertimbanganya tidak semata-mata komersial tetapi juga dampak
yang lebih luas
3. Layak Teknis
Pembangunan daya tarik wisata harus disesuakan dengan daya
dukung yang dimiliki daerah tersebut.
Jadi, pengembangan daya tarik wisata merupakan aktifitas untuk daya
tarik dengan menambahkan, atau memajukan dan memperbaiki fasilitas yang
diperlukan dengan mengelolanya dengan baik agar objek tersebut menarik dan
ramai dikunjungi sehingga bermanfaat bagi pemerintah, investor maupun
21
masyarakat lokal. Namun hendaknya pengembangan tersebut harus selalu
berpedoman pada potensi, kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang
dimiliki oleh objek yang dikembangkan serta tidak melampaui daya
dukungannya.
2.2.3 Tinjauan Tentang Perencanaan
Dalam ilmu manejemen menjelaskan bahwa salah satu fungsi pokok
manajemen adalah perencanaan, dimana dalam ilmu manajemen menjelaskan
bahwa fungsi pokok manajemen terdiri dari perencanaan, koordinasi,
pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Perencanaan merupakan salah satu fungsi
pokok manajemen yang pertama harus dijalankan. Sebab tahap awal dalam
melakukan aktivitas perusahaan sehubungan dengan pencapaian tujuan organisasi
perusahaan adalah dengan membuat perencanaan.
Definisi perencanaan dikemukakan oleh Erly Suandy (2001:2) sebagai
berikut:
“Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi
(perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas
strategi-strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program)
dan operasi (tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan
secara menyeluruh”.
Definisi perencanaan tersebut menjelaskan bahwa perencanaan merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Definisi
22
perencanaan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan menggunakan
beberapa aspek yakni :
1. Penentuan tujuan yang akan dicapai.
2. Memilih dan menentukan cara yang akan ditempuh untuk mencapai
tujuan atas dasar alternatif yang dipilih.
3. Usaha-usaha atau langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai
tujuan atas dasar alternatif yang dipilih.
Selain aspek tersebut, perencanaan juga mempunyai manfaat bagi
perusahaan sebagai berikut:
1. Dengan adanya perencanaan, maka pelaksanaan kegiatan dapat
diusahakan dengan efektif dan efisien.
2. Dapat mengatakan bahwa tujuan yang telah ditetapkan tersebut, dapat
dicapai dan dapat dilakukan koreksi atas penyimpangan-penyimpangan
yang timbul seawal mungkin.
3. Dapat mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul dengan
mengatasi hambatan dan ancaman.
4. Dapat menghindari adanya kegiatan petumbuhan dan perubahan yang
tidak terarah dan terkontrol.
23
2.2.4 Tinjauan Tentang Paket Wisata
Paket wisata adalah suatu rencana kegiatan wisata yang telah disusun
secara tetap dengan harga tertentu yang mencakup transportasi, hotel atau
akomodasi, obyek dan daya tarik wisata serta fasilitas penunjang lainya yang
tertera dalam perjanjian paket wisata tersebut. Ada dua jenis bidang usaha
perjalanan dengan lingkup jenis layanan dan fungsi yang berbeda satu sama lain.
Pertama adalah bidang usaha perjalanan yang disebut Agen perjalanan (Travel
Agent/Travel Agency).Travel Agency hanya mempunyai fungsi dan jenis layanan
penjual tiket dari berbagai sarana transportasi. Dengan demikian pada hakekatnya,
suatu agen perjalanan hanya merupakan kepanjangan tangan atau agen dari
bidang-bidang usaha transportasi. Kedua adalah bidang usaha perjalanan yang
disebut Biro Perjalanan Wisata atau tour operator yang fungsi dan jenis
layanannya yaitu mencakup penyusunan dan penyelenggaraan paket-paket wisata,
termasuk pemesanan tiket kamar hotel, dan pengaturan transportasi. Dapat
dikatakan bahwa biro perjalanan wisata mempunyai lingkup fungsi dan jenis
layanan yang lebih luas dibanding dengan agen perjalanan. Menurut Suwantoro
(1997) produk perjalanan yang di jual oleh suatu perusahaan biro perjalanan atau
perusahaan transport yang bekerja sama dengannya dimana harga paket wisata
tersebut telah mencakup biaya perjalanan, hotel ataupun fasilitas lainya.
Sedangkan menurut Yoeti (1997) Paket wisata merupakan suatu perjalanan wisata
yang direncanakan dan diselenggarakan oleh suatu travel agent atau biro
perjalanan atas resiko dan tanggung jawab sendiri baik acara, lama waktu wisata
dan tempat yang akan di kunjungi, akomodasi, transportasi, serta makanan dan
24
minuman telah ditentukan oleh biro perjalanan dalam suatu harga yang telah
ditentukan jumlahnya. Darmadjati: mengartikan package tour sebagai suatu
rencana perjalanan wisata yang telah tersusun secara tetap, dengan harga tertentu
yang telah termasuk pula biaya-biaya untuk pengangkutan, fasilitas
akomodasi/hotel, serta darmawisata di kota-kota, obyek-obyek wisata dan atraksi
yang telah tercantum dalam acara. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka secara
umum paket wisata dapat dirumuskan sebagai suatu bentuk wisata yang
diselenggarakan dalam jangka waktu lebih dari 24 jam, disusun dengan program
dan harga tertentu yang didalamnya sudah termasuk seluruh komponen yang
terlibat didalam paket tersebut.
Pengertian paket wisata dapat dilihat dari dua sisi, yaitu paket wisata
sebagai itenerary dan paket wisata sebagai harga. Paket wisata sebagai itenarary
dapat diartikan bahwa paket ini merupakan kombinasi dari dua komponen-
komponen atau lebih dalam suatu paket wisata yang diwujudkan dalam bentuk
jadwal atau daftar perjalanan ke rute yang di kombinasikan tersebut. Menurut
kesrul (2003), acara wisata itenarary adalah sebuah dokumen perjalanan yang
memuat acara perjalanan, sejak keberangkatan, di tempat tujuan, hingga kembali
ke tempat asal. Sehingga secara wisata itenerary tiada lain adalah daftar atau
jadwal untuk tur ke suatu rute tertentu dengan jam keberangkatan serta tempat-
tempat yang disinggahi ditentukan terlebih dahulu termasuk pula tempat makan,
pramuwisata yang menangani, serta beberapa komponen lainya yang dianggap
penting selama perjalanan. Paket wisata sebagai harga dapat dilihat sebagai
kombiasi dua atau lebih dari harga berbagai komponen pariwisata serta harga
25
tambahan lainya (seperti laba, pajak, asuransi, biaya tak terduga, tip dan
sebagainya) sesuai dengan variabel yang di anggap penting untuk dihitung dalam
harga yang disusun. Harga yang dihasilkan adalah harga paket wisata yang mana
pada saat ditawarkan atau dijual disertai itenarary yang telah disusun. Kesrul
(2003)
Sebelum terbentuknya suatu paket, tentu proses pengkemasan paket harus
dilakukan terlebih dahulu sesuai dengan perjalanan wisata yang akan ditawarkan.
Pengkemasan merupakan pemikiran terhadap kegiatan di masa mendatang yang
didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan rasional dan data-data yang akurat.
Tahap-tahap tersebut juga memerlukan instrumental dalam observasi, seperti:
1. Diagnosir Pasar
Meneliti pasar dengan melihat gejala-gejala yang muncul dilakukan pada
tahap pertama dalam perencanaan wisata karena karakteristik penyusunan
produk wisata yang harus berorientasi pada konsumen (consume oriented).
Diagnosis pasar pada hakikatnya dilakukan untuk mengatahui kondisi dan
kebutuhan pasar.
2. Formulasi tujuan wisata
Pengetahuan yang didapat dari hasil diagnosis pasar dipakai sebagai dasar
untuk merumuskan tujuan wisata. Rumusan tujuan ini pada dasarnya adalah
hopotesisi akan tujuan yang hendak dicapai, sedangkan tujuannya tidak lain
adalah rumusan wisata yang akan diselenggarakan. Tujuan dirumuskan itu
haus dapat menjawab pertanyaan yang sudah umum dikenal dengan rumusan
5W1H, yaitu: apa (What), wisata apa yang akan di susun, mengapa (Why)
26
mengapa wisata itu di susun, siapa (Who), Siapa saja yang akan terlibat dalam
wista tersebut, dimana (Where), dimana wisata itu akan diselenggarakan,
kapan (When) kapan wisata tersebut itu diselenggarakan, bagaimana, (How)
Bagaimana wisata itu di selenggarakan.
3. Observasi
Observasi pada dasarnya adalah tujuan yang telah dirumuskan dalam
menghubung-hubungkan antara hipotesis dengan kenyataan di lapangan. Hal-
hal tersebut yang diobservasi adalah seluruh masalah yang dipertanyakan
dalam rumusan tujuan wisata. Komponen-komponen pokok paket wisata
yang wajib mendapat perhatian pada saat melakukan observasi dan
pengumpulan data dalam hal ini termasuk tour leader (pengatur wisata),
transportasi, akomodasi, restoran, obyek dan atraksi wisata dan toko
cindramata.
4. Analisis data
Data yang telah diperoleh dalam kegiatan observasi diolah dan dianalisis.
Analisis data dimaksud untuk menentukan strategi pencapaian tujuan,
mengindentifikasi kendala yang mungkin timbul dalam proses pencapaian
tujuan, dan mencari alternatif yang mungkin dapat di tempuh.
5. Penetapan Rencana
Hasil analisis dipakai dasar untuk melakukan revisi terhadap formulasi
tujuan. Perbaikan dan olahan ilmiah yang pada akhirnya menghasilkan
rencana yang akan dilaksanakn dalam mengkemas paket wisata.
27
6. Pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan rencana merupakan tahap akhir dalam mengkemas paket wisata
dalam hal ini merupakan kegiatan nyata dalam mengawali serta memantau
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Suyitno, 1999).
Suyitno (1999) salah satu bagian dalam paket wisata ialah susunan dari
perjalanan wisata itu sendiri, untuk itu diperlukan susunan acara wisata dalam
bentuk konkret dimana acara wisata itu sendiri merupakan sebuah dokument yang
memuat tentang penyelenggaraan wisata sejak keberangkatan, ditempat tujuan
hingga kembali ketempat asalnya. Faktor-faktor yang perlu mendapat perhatian
dalam menyusun acara wisata berkaitan dengan waktu, yaitu:
1. Rute Perjalanan
Rute Perjalanan sebaiknya berbentuk putaran atau circle route, kecuali
kondisi tidak memungkinkan atau karena jarak yang terlalu dekat.
2. Variasi Oyek
Obyek-obyek yang dikunjungi secara berurutan disusun sedimikian rupa
sehingga mencerminkan variasi dan tidak monotun. Dasar pertimbangan
untuk membuat obyek kunjungan itu bervariasai berdasarkan
karakteristik obyek tersebut. Sebagai contoh, bila obyek kunjungan
pertama adalah museum, maka untuk obyek kunjungan kedua dipilih
obyek-obyek yang memiliki karakteristik yang berbeda, misalnya wisata
alam.
28
3. Tata Urutan Kunjungan
Tata urutan kunjungan menyangkut pemilihan obyek-obyek mana yang
didahulukan atau diletakkan dibagian akhir, dan obyek-obyek mana
yang waktunya sudah ditentukan, sehingga dalam menyusun urutan
obyek kunjungan dapat didasarkan pada kondisi dan kebutuhan
wisatawan.
Acara wisata yang dibuat oleh tour operator biasanya beragam
bergantung dari kreativitas masing-masing. Suyitno (1999), bentuk-bentuk acara
wisata adalah sebagai berikut :
1. Bentuk uraian (essai style)
Dalam hal ini, acara wisata disajikan dalam bentuk uraian singkat
tentang program yang akan dilakukan yang biasanya memuat hari atau
tanggal pelaksanaan serta kegiatan setiap harinya.
2. Bentuk tabel (tabulated style)
Penyajian berupa tabel dengan kolom-kolom antara lain :
A. Hari/tanggal (day/date)
B. Tempat (Place)
C. Waktu (time)
D. Acara (itenerary)
E. Keterangan (remark)
29
3. Bentuk Grafik (graphic style)
Acara wisata disajikan dalam bentuk gambar atau grafik, berupa lambang-
lambang komponen yang digunakan berdasarkan urutan acara. Dalam
penyusunan acara wisata, selalu memeperhatikan pendistribusian waktu agar
sesuai dengan aktifitas dan sesuai dengan kebutuhan. Tahap yang digunakan
untuk menghitung apabila obyek satu dengan yang lainya dinyatakan dalam
satuan jarak (kilometer) maka terlebih dahulu harus ditransformasikan ke dalam
satuan waktu (menit) dengan mnggunankan rusmus :
Keterangan:
a = jarak (distance)
b = kecepatan rata-rata kendaraan (average velocity)
60 menit = transpformasi satuan waktu (1 jam = 60 menit)
Bagian yang tidak terlepas dalam satuan paket wisata yaitu tentang harga
yang ditawarkan untuk perjalanan wisata yang ditawarkan. Dimana harga wisata
merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk mengelola
ditambah dengan keuntungan yang diharapakan. Langakah-langkah menghitung
harga suatu wisata antara lain:
4. Harga Wisata
Harga wisata merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk mengelola wisata, ditambah dengan keuntungan yang diharapkan. Harga
wisata dapat dirumuskan sebagai berikut:
(a : b) x 60 menit
30
Keterangan:
TP = Harga Wisata (Tour Price)
TC = Jumlah Biaya (Total Cost)
SC = Keuntungan (Surcharge)
5. Komplimen (complimentary)
Complimentary disebut juga Free Of Charge (FOC) yaitu pembebasan
jumlah peserta tertentu dari pembayaran jika sayarat yang di tentukan oleh tour
operator dipenuhi. Harga wisata denga memperhitungkan complimentary
dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
PC = Harga dengan complimentary tour price white complimentary
NP = Harga bersih (nett Price)
n = Jumlah peserta (number of participants)
c = Jumlah peserta yang mendapat FOC
6. Harga Jual (Selling Price)
Penjualan produk wisata dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara
langsung dan tidak langsung (melalui perantara). Jika distribusi produk dilakukan
melalui perantara, maka tour operator memberikan imbalan jasa tertentu kepada
perantara (agen) berupa komisi agen (agen comision). Agen commision
dinyatakan dalam persentase tertentu. Harga yang memeperhitungkan komisi
agen ini disebut dengan harga jual (selling price) dengan rumus perhitungan
sebagai berikut:
TP = TC+SC
PC =
31
Keterangan :
SP = Harga Jual (Selling Price)
AC = Komosi agen (Agent Commision)
PP = Harga Akhir Sebelumnya (Previous Price)
Patokan yang diapakai dalam perhitungan harga jual adalah hasil akhir
perhitungan harga sebelumnya. Jika perhitungan harga sebelunya sampai
pada nett price, maka harga itulah sebagai dasar. Namun jika perhitungan
harga sebelum adalah Price with complomentary (PC), maka PC yang di
pakai sebagai patokan.
7. Harga berdasarkan CAT (Confidential Agent’s Tarif)
CAT adalah daftar harag tour yang disusun oleh tour operator,
diperuntukan bagi agent yang menjual produknya untuk dipakai sebagai pedoman
dalam menetapakan harga tour yang dijual kepada konsumen. Dikatakan
confidental karena harga yang disajikan bersifat rahasia (confident), hanya bagi
agent yang menjalin hubungan tour operator saja. Perhitunganya dapat
diformulasikan sebagai berikut, Keterangan:
TP = Harga Wisata (tour price)
CAT = Harga dari CAT
HF = Jasa penanganan (Handling fee)
Handling fee adalah istilah dari surcharge. Handling fee dinyatakan
dalam persentase tertentu dan dihitung dari jumlah harga CAT atau harga
CAT yang telah ditamabah dengan komponen biaya tertentu (suyitno, 1999).
PC = PP
TP = CAT + HF
32
2.2.5 Tinjauan Tentang Wisata Tracking
Wisata tracking adalah suatu aktivitas perjalanan yang dilakukan di suatu
daerah, baik itu hutan, pedesaan, pegunungan, dan lain sebagainya, dengan tujuan
untuk menikmati potensi yang ada di daerah tersebut. Tracking menurut “Brosur
The Journey To A Spiritual Mountain”dalam (Yuliwati, 2008) adalah wisata
jalan-jalan di alam pedesaan sambil berpetualang menikmati keindahan alam.
Menurut “Brosour Waka Tangga The Journey” (2002), wisata tracking
adalah perjalanan berpetualang di alam bebas untuk memperoleh ketenangan diri,
dengan menikmati potensi yang ada di alam tersebut. Sedangkan menurut
(Yumistika, 2000:36) tracking dipahami sebagai aktivitas wisata alam yng
dilakukan dengan menyusuru jalan setapak dengan berjalan kaki sambil
menikmati alam sekitarnya. Menurut yusmika aktivitas tracking dapat dibagi 2
tahap, yaitu tahap persiapan dan pelaksanaan.
Dari pengertian tracking diatas, konsep tracking yang digunakan dalam
penelitian adalah suatu kegiataan perjalanan di alam pedesaan dengan melewati
route areal kawasan rumah penduduk, persawahan terasering, perkebunan, hutan,
yang akan di tata sedemikian rupa sehingga wisatawan mampu menikmati
kaindahan alam Kecamatan Marga
Menurut Pendit (2002) wisata tracking disebut juga dengan wisata
petualangan. Wisata petualangan ini dikenal dengan istilah adventure tourism,
seperti masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi (off the
beaten track), mendaki tebing – tebing terjal, serta melewati sungai – sungai yang
arusnya deras.