Download - BAB II Revisi
-
5/28/2018 BAB II Revisi
1/13
3
BAB II
PEMBAHASAN
2. Pengertian komunikasi antarpersonal
Komunikasi interpersonal didefinisikan oleh Joseph A. Devito dalam bukunya The
Interpersonal Communicationtau Book.( devito. 1889:4 )sebagai: proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang,
dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik secara seketika( the process of sending
and receiving messages between two persons, or among a small group of person, with some
effect and some immediate feedback). Jadi, Komunikasi merupakan proses pemindahan
informasi dan pengertian antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing berusaha untuk
memberikan arti pada pesan-pesan simbolik yang dikirim melalui suatu media yang
menimbulkan umpan balik.
Komunikasi Antarpersonal yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara
langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka,korespondensi, percakapan melalui telepon, dsbnya. Pentingnya situasi komunikasi
Antarpersonal ialah karena prosesnya memungkinkan berlangsung secara dialogis.
Komunikasi yang berlangsung secara dialogis selalu lebih baik daripada secara monologis.
Monolog menunjukan suatu bentuk komunikasi dimana seorang bicara yang lain
mendengarkan, jadi tidak ada interaksi. Yang aktif hanya komunikatornya saja, sedangkan
komunikan bersifat pasif.
Komunikasi Antarpersonal berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman
komunikasi dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi
dalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman
dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Hal terpenting
dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak
dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara langsung. Artinya dalam komunikasi
interpersonal pengamatan terhadap seseorang dilakukan melalui perilakunya dengan
mendasarkan pada persespsi orang yang mengamati. Dengan demikian aspek psikologis
-
5/28/2018 BAB II Revisi
2/13
4
mencakup pengamatan pada dua dimensi, yaitu internal dan eksternal. Namun kita
mengetahui bahwa dimensi eksternal tidaklah selalu sama dengan dimensi internalnya.
Fungsi psikologis dari komunikasi adalah untuk menginterpretasikan tanda-tanda
melalui tindakan atau perilaku yang dapat diamati. Proses interpretasi ini setiap individu
berbeda. Karena setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda, yang terbentuk karena
pengalaman yang berbeda pula. Keterampilan komunikasi tidak hanya mengacu pada cara di
mana kita berkomunikasi dengan orang lain. Tetapi meliputi banyak hal seperti cara
bagaimana kita menanggapi lawan bicara kita, gerakan tubuh serta mimik muka, nada suara
kita dan banyak hal lainnya. Terdapat sepuluh elemen yang menentukan efektivitas
komunikasi, yaitu :
1) Pengirim, orang-orang yang mengawali suatu komunikasi.
2) Penerima,orang-orang yang melalui inderanya menerima pesan-pesan dari Pengirim.
3) Encoding, proses mengubah gagasan atau informasi ke dalam rangkaian simbol atau
isyarat. Dalam proses ini, gagasan atau informasi diterjemahkan ke dalam simbol-simbol
(biasanya dalam bentuk kata-kata atau isyarat) yang memiliki kesamaan arti dengan simbol-
simbol yang dimiliki Penerima.
4) Pesan, bentuk fisik dari informasi-informasi atau gagasan-gagasan yang telah diubah
oleh pengirim. Pesan biasanya diberikan dalam bentuk-bentuk yang dapat dihayati dan
ditangkap oleh salah satu indera atau lebih dari penerima. Perkataan dapat didengar, tulisan
tangan dapat dibaca, dan isyarat-isyarat tangan dapat dilihat, dan sentuhan tangan dapat
dirasakan sebagai ancaman atau kehangatan. Pesan-pesan non-verbal merupakan bentuk yang
sangat penting terutama di dalam menekankan arti atau memberikan reaksi-reaksi secara
terbuka.
5) Tahap Pengiriman(Transmitting), merupakan kegiatan penyampaian pesan atau
informasi yang terjadi di antara peserta komunikasi. Pengiriman pesan ini dapat dilakukan
dengan cara berbicara (verbal/lisan), atau non-verbal dengan tulisan, gambar, warna atau
gerakan (kial); disampaikan secara langsung atau melalui media tertentu.
6) Tahap Penerimaan(Receiving), yakni proses penerimaan atau pengumpulan pesan yangterjadi pada para peserta komunikasi. Penangkapan atau pengumpulan pesan ini dapat terjadi
-
5/28/2018 BAB II Revisi
3/13
5
dengan cara mendengarkan, membaca, mengamati atau memperhatikan, tergantung pada cara
dan alat yang digunakan dalam berkomunikasi tersebut.
7) Decoding, proses penterjemahan terhadap pesan-pesan yang dikirim oleh Pengirim
kepada Penerima. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman masa lampau,
penggunaan interprestasi yang bersifat pribadi terhadap simbol-simbol atau isyarat-isyarat,
harapan-harapan, dan saling pengertian dengan Pengirim. Komunikasi lebih efektif dan
efisien apabila pesan yang diterjemahkan oleh penerima seimbang atau sesuai dengan pesan-
pesan yang dimaksudkan oleh Pengirim.
8) Channel, cara atau saluran atau jalan pengiriman suatu pesan. Hal ini seringkali dapat
dipisahkan dari pesan. Agar komunikasi dapat berjalan secara efisien dan efektif, Channelharuslah sesuai dengan pesan yang hendak dikirim.
9) Noise, faktor pengganggu jalannya komunikasi. Munculnya gangguan ini bisa pada
setiap tahap komunikasi.
10) Feedback (umpan balik), reaksi atau ekspresi Penerima terhadap pesan-pesan yang
telah diterimanya, dan dikomunikasikan kepada Pengirim. Dengan adanya umpan balik,
Pengirim dapat mengetahui sejauh mana pesan-pesan yang telah dikirimnya bisa diterima
oleh Penerima.
2.1 Sifat- Sifat Komunikasi
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang
terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang
berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai
perhatian yang sama terhadap topik pesan yang disampaikan. Sifat- sifat dari komunikasi,
yaitu :
1. Komunikasi bersifat simbolis Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakanyang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling
umum digunakan dalam komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam
bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
-
5/28/2018 BAB II Revisi
4/13
6
2. Komunikasi bersifat transaksional Komunikasi pada dasarnya menuntut duatindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut tentunya perlu
dilakukan secara seimbang atau porsional.
3. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya adalah bahwa parapeserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu
serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi
seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu tidak lagi
menjadi masalah dalam berkomunikasi.
2.2 Tujuan Berkomunikasi
Ada banyak hal yang melatarbelakangi tindak komunikasi. Namun, dalam kaitan ini
Devito hanya mengelompokan tujuan berkomunikasi menjadi empat. Keempat tujuan ini
merupakan tujauan utama berikut adalah rinciannya (Dvito: 30-33):
a. Untuk Menemukan Hal ini menyangkut penemuan diri (personal discovery).Bila kita berkomunikasi dengan orang lain, maka secara tidak langsung kita belajar
mengenai diri sendiri dan juga orang lain. Cara lain kita melakuna penemuan diriadalah melalui Proses Perbandingan Sosial, melalui perbandingan presasi, kemampuan,
sikap, pendapat, nilai, kegagalan, kita dengan orang lain. Artinya kita mengevaluasi diri
kita sendiri sebagian besar dengan cara membandingkan diri kita dengan orang lain.
b. Untuk Berhubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain,
membina dan memelihara hubungan dengan orang lain. Semakin intens kita
berkomunikasi dengan orang tertentu maka hubungan yang dibangun akan semakin
erat.
c. Untuk Meyakinkan
Sebagian besar komunikasi yang kita lakukan adalah upaya kita untuk meyakinkan
maupun mengubah perilaku. Contohnya dalam media massa terdapat iklan yang
bertujuan untuk mengajak orang untuk membeli produk yang diiklankan . Ketika orang
-
5/28/2018 BAB II Revisi
5/13
7
tertarik dengan iklan tersebut dan membeli prodak tersebut, maka terjadi perubahan
perilaku orang tersebut.
d. Untuk Bermain
Banyak perilaku komunikasi yang kita lakukan untuk bermain dan menghibur (DeVito,
1997:31-32). Fungsi tujuan komunikasi untuk bermain adalah agar kita dapat
menghibur diri kita.
2.3 Keterampilan Komunikasi
Untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi secara efektif, baiksecara personal maupun professional paling tidak kita harus menguasai empat jenis
keterampilan dasar dalam berkomunikasi, yaitu :
1. Menulis;2. Membaca;3. berbicara;4. mendengar.
Persentase penggunaan saluran komunikasi adalah sebagai berikut :
- Menulis (writing): 9%
- Mendengarkan (listening): 45%
- Membaca (reading) : 16%
- Berbicara (speaking) : 30%
Disadari ataupun tidak, setiap hari kita melakukan, paling tidak, satu dari keempat hal
tersebut diatas dengan lingkungan kita. Seperti juga pernafasan, komunikasi sering dianggap
sebagai suatu kejadian otomatis dan terjadi begitu saja, sehingga seringkali kita tidak
memiliki kesadaran untuk melakukannya secara efektif. Aktivitas komunikasi adalah
aktivitas rutin serta otomatis dilakukan, sehingga kita tidak pernah mempelajarinya secara
khusus, seperti bagaimana menulis ataupun membaca secara cepat dan efektif ataupun
berbicara secara efektif serta menjadi pendengar yang baik.
-
5/28/2018 BAB II Revisi
6/13
8
Menurut Stephen Covey, komunikasi merupakan keterampilan yang penting dalam
hidup manusia. Unsur yang paling penting dalam berkomunikasi adalah bukan sekedar apa
yang kita tulis atau yang kita katakan, tetapi karakter kita dan bagaimana kita menyampaikan
pesan kepada penerima pesan. Penerima pesan tidak hanya sekedar mendengar kalimat yang
disampaikan tetapi juga membaca dan menilai sikap kita. Jadi syarat utama dalam
komunikasi yang efektif adalah karakter kokoh yang dibangun dari fondasi etika serta
integritas pribadi yang kuat.
Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, betapapun unggulnya sebuah tim atau
seberapapun kuatnya kasus hukum, keberhasilan tidak akan diperoleh tanpa penguasaan
keterampilan komunikasi yang efektif. Keterampilan melakukan komunikasi yang efektif
akan berperan besar dalam mendukung pencapaian tujuan dari seluruh aktivitas. Untuk dapat
melakukan komunikasi yang efektif, maka kemampuan untuk mengirimkan pesan atau
informasi yang baik, kemampuan untuk menjadi pendengar yang baik, serta keterampilan
menggunakan berbagai media atau alat audio visual merupakan bagian yang sangat penting.
2.3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Antarpersonal
Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk menjalankan fungsi
instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita
dapat menggunakan kelima lat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang
kita komunikasikan kepada komunikan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap
dan paling sempurna, komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun,
selama manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini
membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi
lewat media massa seperti surat kabar, televisi, ataupun lewat teknologi tercanggih.
Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi antarpersonal
dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan
perilaku komunikan. Alasannya yaitu komunikasi interpersoanal umumnya
berlangsung secar tatap muka ( face to face ). Komunikator dan komunikan saling
bertatap muka, maka terjadilah kontak pribadi (personal contact) yang menimbulkan
keterbukaan antara komunikan dan komunikator. Ketika komunikator menyampaikan
-
5/28/2018 BAB II Revisi
7/13
9
pesan kepada komunikan, umpan balik akan terjadi secara seketika ( immediate
feedback). Komunikator akan mengetahui pesan tersampaikan secara baik atau tidak
ketika melihat tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan melalui
ekspresi wajah dan gaya bahasa. Apabila umpan baliknya positif artinya tanggapan
dari komunikan tersebut menyenangkan untuk komunikator dan komunikator akan
mempertahankan gaya komunikasi yang sudah terbangun, sebaliknya jika tangggapan
negatif dari komunikan maka komunikator harus merubah gaya komunikasi agar
kedepannya dapat berkomunikasi yang jauh lebih baik.
Oleh karena itu, keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan maka bentuk komunikasi interpersonal sering dipergunakan
umtuk melancarkan komunikasi persuasif ( persuasive communication ) yakni suatu
teknik komunikasi secara psikologis manusiawi yang sifatnya halus, luwes berupa
ajakan, bujukan atau rayuan. Tetapi komunikasi persuasif interpersonal hanya
digunakan pada komunikan yang potensial, dalam artian tokoh yang mempunyai
jajaran dengan pengikutnyaatau anak buahnya dalam jumlah yang sangat banyak,
sehingga apabila tokoh tersebut berhasil diubah sikapnya atau idiologinya maka
seluruh jajarannya akan mengikutinya.
Sistem komunikasi interpersonal dijelaskan dalam Buku Psikologi Komunikasi (
Drs. Jalaluddin Rahmat, M.Sc ) diituliskan bahwa dalam sistem komunikasi
antarpersonal ada hal-hal penting tentang:
a) Persepsi Interpersonal
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indra (Drever dalam Sasanti, 2003). Kesan yang diterima
individu sangat tergantung pada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui
proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri
individu. Sabri (1993) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan
manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat
inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali
milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya.
Proses persepsi terdiri dari tiga tahap, yaitu:
-
5/28/2018 BAB II Revisi
8/13
10
1. pengideraan
2. pengorganisiran berdasarkan prinsip- prinsip tertentu.
3. stimulasi pada penginderaan diinterpretasikan dan dievaluasi.
Marat (1981) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses pengamatan
seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh
informasi baru dari lingkungannya. Riggio (1990) juga mendefinisikan persepsi
sebagai proses kognitif baik lewat penginderaan, pandangan, penciuman dan perasaan
yang kemudian ditafsirkan. Marat (Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi di
pengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, cakrawala, dan pengetahuan
terhadap objek psikologis
Rahmat (dalam Aryanti, 1995) mengemukakan bahwa persepsi juga
ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural.
o faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu,pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang
bersifat subyektif.o Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan
keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat.
b) Konsep Diri
Menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari
apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat, mengenai diri kita, dan seperti
apa diri kita yang kita inginkan. Konsepdiri adalah pandangan individu mengenai
siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat
informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu
dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang lain
mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika
ada informasi dari orang lain mengenai dirinya. Menurut William D. Brooks bahwa
Konsepdiri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita (Rakhmat,
http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/ -
5/28/2018 BAB II Revisi
9/13
11
2005:105). Centi (1993:9) mengemukakan konsepdiri (self-concept) adalah gagasan
tentang diri sendiri, bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, merasa
tentang diri sendiri, dan menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita
harapkan. Jadi,Konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya,
yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya
maupun lingkungan terdekatnya.
c) Atraksi Interpersonal
Atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya
tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa suka pada
seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.
Faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal meliputi:
1. Faktor Personal
a) kesamaan karakteristik personal;cognitive consistency theory dari Fritz
Heider mengemukakan bahwa orang cenderung memiliki sikap yang sama
dengan orang yang disukai;
b) tekanan emosional (stress),
c) harga diri yang rendah,
d) isolasi sosial.
2. Faktor-faktor situasional
a) daya tarik fisik,
b) ganjaran (reward),
c) familiarity,
d) kedekatan (closeness),
http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/http://belajarpsikologi.com/pengertian-konsep-diri/ -
5/28/2018 BAB II Revisi
10/13
12
e) kemampuan.
Terdapat empat Teori atraksi interpersonal, yaitu:
Reinforcement theory menjelaskan bahwa seseorang menyukai orang lain adalahsebagai hasil belajar.
Equity theorymenyatakan bahwa dalam suatu hubungan, manusia selalu cenderungmenjaga keseimbangan antara harga (cost) yang dikeluarkan dengan ganjaran
(reward) yang diperoleh.
Exchange theory ,interaksi sosial diibaratkan sebagai transaksi dagang. Jika orangkenal pada seseorang yang mendatangkan keuntungan ekonomis dan psikologis, akan
lebih disukai.
Gain-loss theory, orang cenderung lebih menyukai orang-orang yang menguntungkandari pada orang-orang yang merugikan kita.
2.4 Komunikasi Efektif
Dvito mengelompokan efektifitas komunikasi menjadi tiga pendekatan yaitu dari
sudut pandang humanistic, sudut pandang pragmatis, sudut pandang sosial dan sudut
pandang kesetaraan. Dalam tulisan ini hanya dibahas evektifitas komunikasi dari sudut
pandang humanistic. Berikut penjelasannya.
Humanistic disebut juga rancangan lunak. Rancangan ini ada lima hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
a. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan terhadap orang yang diajak berinteraksi. Adanya kesediaan untuk
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan. Keterbukaan sangat besar
pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang evektif.
Keterbukaan setidaknya mengacu pada tiga aspek. Aspek pertama komunikator harus
terbuka kepada orang yang di ajaknya berbicara. Contohnya adalah membuka diri
tentang riwayat hidupnya.
-
5/28/2018 BAB II Revisi
11/13
13
Aspek keduaadalah mengacu pada kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Kita bereaksi secara spontan menanggapi stimulus
yang datang dari lawan bicara.
Aspek yang ke tiga menyangkut kepemilikan perasaan dan pikiran. Keterbukaan
dalam kaitan ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang anda lontarkan
adalah milik anda dan anda memang dan bertanggung jawab atasnya. Lawan dari
keterbukaan adalah sikap dogmatis.
b. Empati (empathy)
Seperti dikutip oleh Dvito, Hendrik Back (1976) mendefenisikan empati sebagai
kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada
saat tertentu, dari sudut pandang tertentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui
orang lain itu.
Sebagai tambahan empati didefinisikan secara beragam oleh para pakar. Freud
mendefinisikan bahwa empti dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak
mempunyai arti emosional bagi kita.; sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi
secara emosional karena ia menganggap orang lain mengalami atau sikap mengalami
emosi.
Definisi lain adalah membandingkan empati dengan simpati. Simpati adalah kita
menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Dalam empati, kita
tidak menempatkan diri kita pada posisi oran glain, kita secara emosional dan
intelektual dalam pengalaman orang lain ( Jalaludin Rahmat : 132).
c. Dukungan (suportivenes)
Komunikasi interpersonal yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam
suasana yang tidak mendukung. Dalam membina sebuah hubungan yang efektif
adalah hubungan di mana terdapat sikap mendukung. Sebuah konsep yang
perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jacak Gibb.
-
5/28/2018 BAB II Revisi
12/13
14
Ada tiga cara untuk menunjukan sikap dukungan yakni:
- Deskriptif bukan evaluatif
Deskripsi berarti penyampaian perasaan dan persepsi kita tanpa menilai. Berbeda
dengan evaluatif yang memberikan penilaian terhadap orang lain; memuji atau
mengecam orang lain.
- Spontan bukan strategic
Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam
mengutarakan pikirannya biasannya bereaksi dengan cara yang sama yakni
terusterang dan terbuka. Spontanitas berarti sikap jujur dan dianggap tidak
menyelimuti motif-motif terpendam.
- Provorsional, bukan sangat yakin
Bersikap proporsional artinya bersikap tentative dan berpikiran terbuka serta bersedia
mendengar pandangan yang berlawanan dan bersedia mengubah posisi jika keadaan
mengharuskan.
d. Kepositifan (positiveness)
Mengkomunikasikan sikap positif antar pribadi setidaknya ada dua cara yaitu dengan
menyatakan sikap positif dan secara positif mendorong orang menjadi teman kita
berinteraksi.
e. Kesamaan/kesetaraan (equality)
Komunikasi antar pribadi akan lebih evektif apabila suasanannya setara. Artinya harus
ada pengkuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak sama-sama bernilai dan
berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.
2.5Hambatan- Hambatan dalam Komunikasi AntarpesonalPara peneliti telah mengidentifikasikan sejumlah hambatan-hambatan yang biasanya
terjadi di dalam komunikasi antar pribadi, sebagai berikut :
-
5/28/2018 BAB II Revisi
13/13
15
1. Mendengar apa yang diharapkan akan didengar. Pengalaman-pengalaman masa
lampau mengarahkan seseorang untuk mendengarkan sesuatu hal yang memang
diharapkannya. Sebagai contoh, seorang pekerja yang telah terbiasa dikritik akan
tetap merasa dikritik meskipun atasannya mengungkapkan kata-kata yang bersifat
memuji.
2. Mengabaikan informasi-informasi yang bertentangan dengan yang diketahui.
Apabila kita mendengar pesan yang berbeda dengan pengertian kita terdahulu, kita
cenderung mengabaikan pesan itu daripada merubah gagasan kita atau mencari
penjelasan yang lain.
3. Mengevaluasi sumber, arti yang kita tegaskan pada suatu pesan sangat dipengaruhioleh penilaian kita terhadap sumber.
4. Pengamatan yang berbeda. Kata-kata, tindakan, dan kejadian- kejadian akan
diamati berdasarkan nilai-nilai individual dan pengalaman dari Penerima.
5. Tanda-tanda non verbal yang tidak sesuai. Nada suara, ekspresi wajah, dan postur
badan dapat membantu atau mengganggu komunikasi.
6. Pengaruh perasaan. Kehidupan perasaan yang mendominasi (misalnya marah,
takut, gembira dsb) akan mempengaruhi interprestasi terhadap pesan-pesan yang
diterima.
2.6 Cara Memperbaiki Komunikasi Antar PersonalUntuk dapat melakukan komunikasi yang efektif diperlukan beberapa persyaratan,
atara lain : persepsi, ketetapan, kredibilitas, pengendalian, dan kecocokan / keserasian.
Komunikasi yang efektif dapat mengatasi berbagai hambatan yang dihadapi dengan
memperhatikan tiga hal sebagai berikut:
1. Membuat satu pesan secara lebih berhati-hati.2. Minimalkan gangguan dalam proses komunikasi.3. Mempermudah upaya umpan balik antara si Pengirim dan si penerima pesan.