Download - BAB 1,bab II,BAb III
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mortalitas dan morbilitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar di Negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita pada puncak produktivitasnya. Angka kematian ibu
maternal berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,
status gizi kesehatan ibu dan anak, kondisi kesehatan lingkungan dan tingkat
pelayanan kesehatan lingkungan. Tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu
hamil, waktu melahirkan dan masa nifas (wordpress.com/nifas.)
Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa angka
ibu nifas meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2007 diperkirakan 60% atau sekitar
598.000 dari jumlah tersebut sebanyak 10% ibu meninggal dunia ketika masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Pada tahun 2009 ibu nifas sebanyak 80% atau
sekitar 860.000 dan yang meninggal dunia sekitar 20%. Sementara pada tahun
2011 jumlah ibu nifas mengalami peningkatan 5% dari tahun sebelumnya atau
sekitar 928.000 dengan angka kematian ibu nifas sebanyak 398.000
(wordpress.com/AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dari derajat
kesehatan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan MDGs 5 yaitu
meningkatkan kesehatan ibu. AKI di Indonesia masih tertinggi di Negara ASEAN
yaitu AKI di Malaysia 41 per 100.000 kelahiran hidup, Singapura 6 per 100.000,
1
Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000, Filipina 170
per 100.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan data SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia)
AKI di Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun 2005AKI di Indonesia
yaitu 262 per 100.000 kelahiran hidup, tahun 2006 yaitu 255 per 100.000
kelahiran hidup, dan tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Target
Millenium Development Goalds (MDGs) AKI di Indonesia tahun 2015 harus
mencapai 125 per 100.000 kelahiran hidup (Barata, 2008). Berdasarkan Survei
Fakultas Kedokteran Universiatas Andalas tahun 2008, AKI di Sumatera Barat
sebesar 212 /100.000 Kelahiran Hidup. Tahun 2012, AKI belum dapat ditentukan
karena yang berwenang untuk mengeluarkan AKI adalah Badan Pusat Statistik.
Namun dilhat dari kejadian jumlah kematian, jumlah kematian ibu di Provisnsi
Sumatera Barat sudah mengalami penurunan dari 129 orang pada tahun 2011
menjadi 99 orang pada tahun 2012. Menurut Profil Kesehatan Kabupaten
Sijunjung tahun 2009, Angka kematian Ibu (AKI) jika dibandingkan Angka
Nasional 420 per 100.000 kelahiran hidup maupun Propinsi 229 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2007 ternyata Kabupaten Sijunjung masih lebih baik
dari angka tersebut.
Di Indonesia (2012) jumlah ibu nifas dalam beberapa tahun terakhir
terlihat mengalami peningkatan sedangkan angka kematian ibu nifas mengalami
penurunan. Pada tahun 2009 angka ibu nifas diperkirakan sebesar 96.000 dengan
jumlah kematian sebanyak 12%. Pada tahun 2010 sebanyak 125.000 ibu nifas
dengan angka kematian sebanyak 7%. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah ibu
nifas sebanyak 176.000 dengan angka kematian sebanyak 4%. Sementara pada
2
tahun 2012 enam bulan terakhir ibu nifas sebanyak 198.300 dengan angka
kematian ibu sebanyak 3% (wordpress.com/AKI).
Asuhan masa nifas sangat diperlukan dalam periode ini karena masa nifas
merupakan masa kritis untuk ibu dan bayinya. Paling sedikit 4 kali kunjungan
pada masa nifas sehingga dapat menilai status ibu dan bayinya, untuk mendeteksi
masalah, mengobati bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi, memberikan
pendidikan tentang kesehatan dan menjelaskan tentang kebutuhan dasar ibu nifas
seperti bernafas dengan normal, makan dan minum yang cukup, ambulasi,
eliminasi dan lain-lain yang di butuhkan oleh ibu nifas (Anggraini, 2010)
Dalam kehidupan sehari-hari yang kita temui dimasa kini, banyak ibu-ibu
yang setelah persalinan dia banyak dibantu oleh keluarga dalam memenuhi semua
kebutuhannya. Padahal dalam prosesnya jika ibu itu melahirkan secara normal ibu
sudah dapat melakukan kegiatanya sendiri tanpa dibantu oleh keluarga, hal seperti
ini banyak kita temui di Rumah Sakit, BPS dan tempat bersalin lainnya, termasuk
di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013,
kebanyakan ibu-ibu yang melahirkan secara normal hanya sebagian ibu-ibu saja
yang dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
Maka dengan dasar itu penulis tertarik untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan keperawatan mandiri (self care) pada ibu nifas fisiologis pada ibu
post partum 1-3 hari di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten
Sijunjung Tahun 2013.
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah
penelitian adalah apa saja yang dilakukan ibu postpartum fisiologis dalam
memenuhi kebutuhan dasar di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok
Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi pada ibu post
partum 1-3 hari di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten
Sijunjung Tahun 2013.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan bernafas
secara normal di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten
Sijunjung Tahun 2013.
2. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan
cairan secara normal di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok
Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
3. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi
4
secara normal di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten
Sijunjung Tahun 2013.
4. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan mobilisasi
dan menjaga posisi yang diinginkan secara normal di BPS Wilayah Kerja
Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
5. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan tidur dan
istirahat secara normal di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok
Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
6. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan berpakaian yang
sesuai di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung
Tahun 2013.
7. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan menjaga
suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan
mengubah lingkungan di BPS wilayah Kerja Puskesmas Gambok
Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
8. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan menjaga
tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integument di BPS
Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
5
9. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
pada ibu post partum 1-3 hari dalam pemenuhan kebutuhan seksualitas di
BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun
2013.
10. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari
dalam pemenuhan kebutuhan perawatan payudara di BPS Wilayah
Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
11. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari
dalam pemenuhan kebutuhan menghindari bahaya lingkungan yang bisa
melukai di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten
Sijunjung Tahun 2013.
12. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada masa nifas 1-3
hari dalam berkomunikasi di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Gambok
Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
13. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari
dalam beribadah sesuai dengan keyakinan di BPS Wilayah Kerja
Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
14. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari
dalam bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi di BPS
Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
15. Diketahuinya pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari
dalam Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi di BSP
Wilayah Kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
6
16. Diketahui pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari
dalam Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang
menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia di BPS Wilayah Kerja
Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
Kegiatan penelitian dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan
pengalaman penulis dalam melakukan penelitian khususnya tentang
gambaran pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari di BPS
wilayah kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
1.4.2 Manfaat bagi BPS
Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai bahan masukan dan
informasi bagi Puskesmas Lubuk Buaya dan BPS untuk meningkatkan
pelayanan dalam memberikan dukungan kepada ibu-ibu nifas dalam
pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas 1-3 hari di BPS wilayah
kerja Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
1.4.3 Manfaat bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi dan bahan tambahan bacaan untuk penelitian
lebih lanjut.
7
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian berupa kemampuan ibu nifas dalam pelaksanaan
keperawatan mandiri yang meliputi:Usaha bernafas dengan normal, makan dan
minum yang cukup, eliminasi, mobilisasi, tidur dan istirahat, memilih dan
mengenakan pakaian yang pantas dan nyaman, mempertahankan suhu tubuh,
menjaga kebersihan tubuh dan memeliharan kesehatan, seksualitas,perawatan
payudara, menghindari bahaya lingkungan, komunikasi dengan orang lain,
beribadah menurut kepercayaan, Bekerja dengan tata cara yang mengandung
prestasi, Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi, Belajar
mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang
tersedia.
Populasi penelitian adalah semua ibu nifas di BPS wilayah kerja Puskesmas
Gambok Kabupaten Sijunjung. Desain penelitian adalah deskriptif.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Pengertian Ibu Masa Nifas Fisiologis
Masa Puerperium atau masa nifas mulai setelah partus selesai,dan berakhir
setelah kira-kira 6 minggu.Akan tetapi, seluruh alat genitalia baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Sarwono, 1983)
Masa nifas (Puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,dan secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 3 bulan (Anggraini,2010). Dalam pengertian lain masa nifas adalah
masa setelah kelahiran bayi, selama tubuh beradaptasi ke keadaan sebelum hamil,
dimana ibu dipulangkan kerumah setelah 1-2 hari (Ladewig, 2006).
Dalam Pengertian lain Suherni (2009) memberikan pengertian masa nifas
atau puerperium adalah masa atau waktu waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnaya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan.
Masa Nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2008)
Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous
yang artinya melahirkan atau berarti masa sesudah melahirkan, dengan kata lain
masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
9
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. (Sitti Saleha, 2009)
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,dan secara keseluruhan akan pulih
dalam waktu 3 bulan (Anggraini, 2010).
Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Obstetri Fisiologi, 1983)
2.2 Keperawatan Mandiri (Self Care) Dorethea Orem
Teori Keperawatan Orem
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan
kepada kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri
serta mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperawatan
Orem mengembangkan tiga bentuk teori Self Care, yaitu:
1. Perawatan Diri Sendiri (Self Care)
Merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksananakan
oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan
kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan, pada ibu nifas fisiologi harus
dapat melakukan pelaksanaan keperwatan secara mandiri yang berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar seperti: bernafas secara normal,
makan dan minum, eliminasi, ambulasi, tidur dan istirahat dan lain
sebagainya.
10
2. Self Care Defisit
Merupakan bagian penting dalam perawatan secara umum di mana
segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat perawatan
dibutuhkan. Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak mampu
atau terbatas untuk melakukan Self Carenya secara terus menerus.
Self Care defisit ini hanya dilakukan apabila ibu nifas tersebut
membutuhkan bantuan tenaga kesehatan atau keluarga dalam melakukan
pelaksanaan keperawatan mandirinya dalam melakukan pemenuhan
kebutuhan dasar, tapi sebaiknya ibu nifas fisiologi harus mampu
melakukan pelaksanaan keperawatan mandiri guna mempercepat proses
penyembuhan.
3. Teori Sistem Keperawatan
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana
kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien
sendiri.
Teori sistem keperawatan ini menjelaskan apakah pelaksanaan
keperawatan ibu nifas fisiologi dapat dilakukan sendiri atau sepenuhnya
dengan bantuan tenaga kesehatan atau keluarga, jika dilakukan dengan
dibantu oleh tenaga kesehatan maka ibu nifas tersebut dikatakan tidak
dapat melakukan pemenuhan kebutuhan secara mandiri atau ibu nifas
tersebut dalam keadaan nifas yang tidak normal dan harus dibantu dengan
tenaga kesehatan atau keluarga.
11
Dari ketiga teori diatas yang akan dibahas secara terperinci yaitu
tentang teori keperawatan diri sendiri dalam memenuhi kebutuhan dasar
pada ibu nifas secara normal. Dalam hal pemenuhan dasar pada ibu nifas
fisiologis ini diharapkan sebagian besar ibu-ibu dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara mandiri.
Perawatan Diri Sendiri (Self Care) merupakan aktivitas dan inisiatif dari
individu serta dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan,kesehatan serta kesejahteraan.
Teori Self Care meliputi:
1. Self Care Agency
Merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri
sendiri, yang dapat dipengaruhi oleh usia, kesehatan dan lain-lain, Dalam
masa nifas fisiologi ibu harus dapat melakukan pelaksanaan keperawatan
secara mandiri yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhna dasar antara
lain bernafas dengan normal, makan dan minum yang cukup, eliminasi,
mobilisasi, tidur dan istirahat, dan lain-lain.
2. Theurapetic Self Care Demand
Tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang merupakan
tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk perawatan
diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan yang
tepat.
Pelaksanaan keperawatan ini berkaitan dengan cara pengobatan dan alat-alat
kesehatan yang harus digunakan sesuai dengan keadaan penderita.
12
3.3 Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas Fisiologi Yang Meliputi 16
Komponen (Teori Virginia Henderson)
Dalam masa nifas, alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti ke keadaan sebelum hamil. Untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas membutuhkan
pendidikan kesehatan seperti personal hygiene, istirahat dan tidur dan lain-lain.
Pemenuhan kebutuhan dasar yang harus dilakukan ibu nifas fisiologis
sebagai manusia normal antara lain:
a. Bernapas secara normal
Sistem pernafasan atau respirasi berperan dalam menjamin
ketersediaan oksigen untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan
pertukaran gas.
Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan
udara dari dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu
inspirasi dan ekspirasi.
Pada keadaan normal, frekuensi pernafasan pada orang dewasa
sekitar 18-22x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi.(Tarwoto, 2010).
b. Makan dan minum dengan cukup
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama
bila menyusui akan meningkat 25%, karena berguna untuk memproduksi
air susu, semua itu akan meningkat 3 kali dari kebutuhan biasa.
13
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI serta
sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan
dan perkembangan. Zat gizi berfungsi sebagai penghasil organ, untuk
pergerakan, serta kerja fisik. Sebagian zat gizi berperan dalam
pembentukan dan perbaikan jaringan tubuh serta berperan sebagai
pelindung dan pengatur (Tarwoto, 2010)
Dalam pelaksanaan keperawatan mandiri yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan dasar makan dan minum pada ibu nifas yang perlu
diperhatikan yaitu bagaimana cara ibu tessebut melakukan pemenuhan
kebutuhannya dibantu atau melakukan sendiri, jenis makanan apakah
memenuhi syarat 4 sehat 5 sempurna atau tidak, dan jumlah atau porsi
makanannya.
Masalah yang akan timbul apabila tidak terpenuhinya nutrisi dan
cairan adalah kelancaran metabolisme dalam tubuh akan terhambat,daya
tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit,dan memperlambat
penyembuhan luka pada alat-alat reproduksi.
c. Eliminasi
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
tubuh baik yang berupa urine maupun fekal (Tarwoto, 2010). Eliminasi
terdiri dari dua yaitu eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan
eliminasi alvi/fekal (kebutuhan buang air besar).
14
Setelah melakukan proses melahirkan yang sangat lama dan
membuang banyak energi ibu diminta untuk beristirahat dan mengganti
cairan serta nutrisi yang hilang, selain itu dalam waktu 6 jam postpartum
ibu diminta untuk buang air kecil secara mandiri, tanpa harus ditolong
oleh keluarganya.Volume berkemih yang normal untuk ibu nifas yaitu <
100cc,dan berwarna kekuningan jadi ibu juga harus memperhatikan
pemenuhan kebutuhan cairannya.
Begitu juga halnya dengan eliminasi fekal merupakan proses
pengeluaran sisa pencernaan melalui anus, ibu postpartum fisiologis
diharapkan dapat BAB setelah hari kedua postpartum, konsistensi yang
normal yaitu lembek, dan berwarna coklat kekuningan, sebaiknya ibu
dapat melakukannya sendiri.
d. Mobilisasi (Ambulasi)
Ambulasi dini merupakan kebijakan agar secepat mungkin ibu
postpartum fisoilogis dapat bangun dari tempat tidur dan secepat
mungkin ibu dapat berjalan yaitu 2 jam setelah melahirkan, ambulasi dini
ini berguna untuk memperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan
vagina (Sitti Saleha, 2009)
Dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar secara mandiri yang
berkaitan dengan ambulasi ini dilihat kemampuan ibu,ibu diharapkan
dapat melakukan kegiatan miring kekanan, kekiri dan mencoba untuk
duduk, serta berjalan secara mandiri tanpa bantuan keluarga dan tenaga
kesehatan (Tarwoto, 2010).
15
e. Tidur dan istirahat
Kebutuhan aktivitas atau pergerakan, istirahat dan tidur merupakan
satu kesatuan yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Tubuh
membutuhkan aktivitas untuk kegiatan fisiologis dan membutuhkan
istirahat dan tidur untuk pemulihan (Tarwoto, 2010)
Wanita pasca persalinan harus cukup istirahat, pada pemenuhan
kebutuhan tidur dan istirahat ini ibu nifas dianjurkan untuk tidur malam
kira-kira 7-8 jam / hari, dan tidur siang kira-kira 2-3 jam/hari, pasca
persalinan ibu harus tidur terlentang untuk mencegah perdarahan kurang
lebih selama 8 jam, disini ibu diharapkan untuk melakukan pemenuhan
kebutuhannya secara mandiri, guna mempercepat proses pemulihan.
f. Memilih pakaian yang sesuai
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat karena produksi keringat menjadi banyak. Pada saat hamil dan
setelah melahirkan produksi keringat lebih meningkat dibanding sebelum
hamil (Tarwoto, 2010).
Ibu diharapkan dapat memilih pakaian, memakainya serta
melepaskan seluruh pakaiannya secara mandiri.
g. Menjaga suhu tubuh tetap dalam batas normal dengan menyesuaikan
pakaian dan mengubah lingkungan
Suhu tubuh ibu nifas sangat mempengaruhi keadaannya,suhu
badan dalam nifas hendaknya normal dan tiap kenaikan suhu diatas 380C
harus dianggap sebagai tanda infeksi, kecuali kalau nyata disebabkan
oleh hal-hal lain (Obstetri Fisiologi, 1983)
16
Menjaga suhu tubuh tetap normal ini dapat dilakukan dengan cara
memperhatikan keadaan ruangan yang ditempati apakah terlalu panas
atau terlalu dingin dan memperhatikan pakaian yang dipaki oleh ibu, ibu
diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri.
h. Menjaga tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integument
Kebersihan sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan,
kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahreraan fisik dan psikis
(Tarwoto, 2010)
Diharapkan ibu nifas fisiologi dapat melakukan pemenuhan
kebutuhan dasarnya sendiri dalam menjaga kebersihan diri seperti mandi
2x sehari, kebersihan rambut, kebersihan kulit, vulva hygiene, dll.
Tujuan umum perawatan diri adalah untuk mempertahankan
perawatan secara mandiri dapat melatih hidup sehat dan bersih (Glori,
2009)
i. Seksualitas
Setelah persalinan pada masa ini ibu menghadapi peran baru
sebagai orang tua sehingga sering melupakan perannya sebagai
pasangan. Namun segera setelah ibu merasa percaya diri dengan peran
barunya dia akan menemukan waktu dan melihat sekelilingnya serta
menyadari bahwa ia sudah kehilangan dalam kehidupannya yang juga
penting. Anjurkan ibu untuk:
17
1. Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua
jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
2. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai waktu tertentu setelah 40 hari atau 6 minggu
pasca persalinan.
3. Kerjasama dengan pasangan dalam merawat dan memberikan
kasih sayang pada bayinya sangat dianjurkan.
Masalah yang timbul jika tidak diperhatikan kebutuhan seksualitas
selama masa nifas adalah akan menimbulkan rasa nyeri pada ibu.
Pemenuhan kebutuhan dasar seksualitas pada ibu nifas ini tidak
hanya berhubungan intim saja tapi termasuk dalam belaian suami /
keluarga, dan sentuhan dari suami / keluarga (Tarwoto, 2010).
j. Perawatan Payudara
Perawatan payudara dilakukan secara rutin agar tidak terjadi
pembengkakan akibat bendungan ASI. Anjuran-anjuran yang harus di
berikan kepada ibu antara lain:
1. Ajarkan ibu untuk menjaga kebersihan payudara terutama
putting susu.
2. ajarkan cara perawatan pada putting susu yang lecet,dan
pembengkakan pada payudara
3. menggunakan BH yang menyokong payudara.
18
Perawatan payudara yang lebih penting dilakukan yaitu apakah ibu
melakukan pengompresan, membersihkan, mencuci dan menyusukan
anak secara rutin supaya tidak terjadi bendungan yang lebih berlanjut dan
ibu nyaman saat bayi menyusu karena tidak merasakan sakit dan nyeri,
diharapkan ibu dapat melakukan pemenuhan tersebut secara mandiri.
Masalah yang timbul jika tidak dilakukan perawatan payudara
yaitu akan terjadi pembengkakan payudara dan bendungan ASI
(Tarwoto, 2010).
k. Menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan
kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram (Tarwoto, 2010)
Diharapkan ibu nifas dapat menghindari segala bentuk bahaya dan
kecelakaan, dan berhati-hati dalam berbagai kegiatan seperti: berjalan,
makan, dan menggunakan alat-alat atau benda-benda tajam, karena masa
nifas merupakan masa yang rentan terhadap bahaya sekecil apapun.
l. Berkomunikasi dengan orang lain dalam menungkapkan emosi,
kebutuhan, rasa takut, atau pendapat.
Komunikasi sebagai kegiatan sehari-hari yang dilaksanakan
individu berhubungan erat dengan perilaku individu itu sendiri. Dalam
berkomunikasi dengan ibu nifas kita harus hati-hati karena masa nifas ibu
masih merasa sensitif, hal yang perlu diperhatikan dalm pelaksanaan
19
keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan berkomunikasi yaitu berkaitan
dengan logat bahasa ibu, nada/intonasi suara ibu, jika ibu berbicara
dengan intonasi tinggi berarti ibu tidak ingin diganggu untuk sementara
waktu. Teori dasar Freud menekankan pada dorongan insting dari
individu untuk melakukan hubungan, baik secara internal maupun
eksternal (Anas Tamsuri, 2006)
Dukungan Emosional kepada ibu setelah melahirkan sangat
dibutuhkan, kebanyakan wanita merasakan emosi-emosi yang kuat
setelah melahirkan. Ini adalah hal normal. Beberapa wanita merasa sedih
dan khwatir selama beberapa hari, minggu, atau bulan (Tarwoto, 2010)
m. Beribadah sesuai dengan keyakinan
Masa nifas berlangsung selama 40 hari atau sekitar 6 minggu,pada
masa nifas ibu dalam keadaan yang tidak suci untuk itu ibu harus
menunggu hingga keadaannya bersih kembali. Setelah ibu bersih baru
ibu dapat beribadah seperti, sholat, puasa, dan lain-lain, selain sholat dan
membaca al’quran dalam memenuhi kebutuhan beribadah ibu dapat
membaca do’a-do’a atau membaca ayat-ayat yang dihafalnya,dan ibu
juga dapat beristigfar semampunya diharapkan ibu dapat melakukannya
secara mandiri tanpa dibimbing suami atau keluarga lainnya.
n. Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi
Dalam masa nifas ambulasi dini memang diharuskan untuk ibu,
namun penambahan kegiatan dengan early ambulation harus dilakukan
dengan perlahan, bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi ini
dapat dilakukan dengan kegiatan-kegiatan pekerjaan rumah dan
20
mengasuh anak dan dapat dilakukan sendiri secara perlahan dan
berangsur-angsur, jadi bukan berarti ibu harus melakukan segala kegiatan
rumah tangga secepat mungkin (Tarwoto : 72)
o. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
Dalam hal kegiatan ini ibu nifas harus sering-sering menyusui
bayinya agar tercipta suatu ikatan batin antara ibu dan anak dengan hal
ini juga ibu dapat bermain dengan bayinya saat menimang dan menyusui
serta melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel,
memasak dan kegiatan lainnya secara berangsur-angsur dan hati-hati
(Tarwoto, 2010).
p. Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun
pada perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas
kesehatan yang tersedia.
Memanfaatkan suatu benda atau alat-alat yang tersedia merupakan
belajar dalam memuaskan rasa penasaran ibu, selain pemanfaatan alat-
alat medis ibu juga harus belajar bagaimana cara merawat bayi baru lahir
seperti perawatan tali pusat dan cara memandikan bayi yang benar,
terutama ibu yang baru mempunyai 1 anak dengan mengetahui cara-cara
tersebut maka ibu tidak akan jenuh dan tidak akan bosan pada masa
perawatan. Dan ibu harus dapat melakukan kegiatan tersebut secara
mandiri.
Contoh : para ibu mengetahui cara perawatan diri dan cara merawat
bayi dengan baik dan benar dan ibu sekurang-kurangnya mengetahui
cara-cara penggunaan alat-alat medis seperti incubator, oksigen dll.
21
2.4 ALUR FIKIR
INPUT PROSES OUTPUT
Memantau semua pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi
1-3 hari.
Kemampuan ibu:
1. Tidak Dilakukan
2. Dilakukan Dibantu
3. Dilakukan Sendiri
Pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologis 1-3 hari:
1. Bernafas dengan normal
2. Makan dan minum
3. Pembuangan eliminasi tubuh
4. Bergerakdan mempertahankan posisi yang nyaman
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang nyaman
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kondisi normal dengan memodifikasi
linkungan
8. Menjaga kebersihan tubuh dan dan memelihara kesehatan dan lindungi kulit
9. Seksualitas
10. Perawatan payudara
11. Menghindari bahaya dilingkunganya
12. Komunikasi dengan orang lain
13. Beribadah sesuai dengan keyakinan
14. Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi
22
15. Bermain atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi
16. Belajar mengetahui atau memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada
perkembangan normal dan kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan
yang tersedia.
Berdasarkan pada alur fikir diatas, karena populasi penelitian adalah ibu
nifas, maka pelaksanaan keperawatan mandiri yang diteliti adalah pelaksanaan
keperawatan mandiri pada ibu nifas fisiologi 1-3 hari yang meliputi upaya
bernafas dengan normal, makan dan minum yang cukup, eliminasi, mobilisasi,
tidur dan istirahat, memilih pakaian yang sesuai, menjaga suhu tubuh tetap dalam
batas normal dengan menyesuaikan pakaian dan mengubah lingkungan, menjaga
tubuh tetap bersih dan terawat serta melindungi integument, seksualitas,
perawatan payudara, menghindari bahaya lingkungan yang bisa melukai,
berkomunikasi dengan orang lain dalam mengungkapkan emosi, ibadah sesuai
dengan keyakinan, bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi, bermain
atau terlibat dalam berbagai kegiatan, belajar mengatahui atau memuaskan rasa
penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan kesehatan serta
menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
23
2.5 Defenisi Operasional
Tabel 2.2
Gambaran Pelaksanaan Keperawatan Mandiri (Self Care) Pada Ibu Nifas
Fisiologi 1-3 Hari di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang
Tahun 2012.
NoVariabel/Sub
VariabelDefinisi
OperasionalAlat Ukur
Cara Ukur
Hasil UkurSkala Ukur
1 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
bernafas
dengan normal
Mengamati
pemenuhan
kebutuhan dasar
ibu nifas
fisiologi dalam
hal bernafas
dengan normal
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dengan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
Sendiri ≤ 2
Ordinal
2 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
makan dan
minum yang
cukup
Mengamati
pemenuhan
Kebutuhan dasar
ibu nifas
fisiologi dalam
hal makan dan
minum dengan
cukup
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
Sendiri ≤ 2
Ordinal
3 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
eliminasi
Mengamati
pemenuhan
kebutuhan dasar
ibu nifas
fisiologi dalam
hal eliminasi
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
Sendiri ≤ 2
Ordinal
4 Tingkat Mengamati Checklist Observasi -tidak Ordinal
24
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
mobilisasi
pemenuahan
kebutuhan dasar
ibu nifas
fisiologi dalam
hal
ambulasi/mobilis
asi
dilakukan= 0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≤ 2
5 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
istirahat dan
tidur
Mengamati
pemenuhan
kebutuhan dasar
ibu nifas
fisiologi dalam
hal istirahat dan
tidur
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≤ 2
Ordinal
6 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
memilih
pakaian yang
sesuai
Mengamati
pemenuhan
kebutuhan dasar
ibu nifas
fisiologi dalam
hal memilih
pakaian yang
sesuai seperti
bahan
pakaian,memaka
i pakaian serta
melepaskan
pakaian
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥2
Ordinal
7 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
Mengamati
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologi dalam
hal menjaga suhu
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
dibantu ≥ 2
Ordinal
25
hari dalam hal
menjaga suhu
tubuh tetap
normal
tubuh tetap
normal
8 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
menjaga tubuh
tetap bersih
Mengamati
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologi dalam
hal menjaga
tubuh tetap
bersih dengan
memperhatikan
kebersihan kulit,
rambut, alat
genitalia.
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥ 2
Ordinal
9 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
kebutuhan
seksualitas
Memantau
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologi dalam
hal kebutuhan
seksualitas,
dalam kebutuhan
seksualitas tidak
harus berhubun
gan intim antara
suami dan istri,
melainkan bisa
berupa sentuhan
dan belaian yang
lembut dari
suami atau
keluarga lainnya.
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥ 2
Ordinal
10 Tingkat Memantau Checklist Observasi -Tidak Ordinal
26
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
perawatan
payudara
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologi dalam
hal perawatan
payudara
Dilakukan =
0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥ 2
11 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
menghindari
bahaya sekecil
apa pun yang
akan timbul.
Memantau
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologi dalam
hal menghindari
bahaya
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan =
0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥2
Ordinal
12 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
berkomunikasi
dengan orang
lain dalam
mengungkapk
an emosi
Memantau
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologi dalam
hal
berkomunikasi
checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥2
Ordinal
13 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
Memantau
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
Ordinal
27
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
beribadah
sesuai dengan
keyakinan
fisiologis dalam
hal beribadah
sesuai dengan
keyakinan
-Dilakukan
sendiri ≥2
14 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
bekerja
dengan tat
cara yang
mengandung
presentasi
Memantau
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologis dalam
hal bekerja
dengan tata cara
yang
mengandung
presentasi seperti
melakukan
pekerjaan rumah
tangga dan
mengasuh bayi
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥2
Ordinal
15 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
bermain atau
terlibat dalam
berbagai
kegiatan
Memantau
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
fisiologi dalam
hal bermain atau
terlibat dalam
berbagai
kegiatan
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
-Dilakukan
sendiri ≥ 2
Ordinal
16 Tingkat
Pelaksanaan
keperawatan
mandiri pada
Memantau
pemenuhan
kebutuhan dasar
pada ibu nifas
Checklist Observasi -Tidak
Dilakukan=0
-Dilakukan
dibantu ≤ 1
Ordinal
28
ibu nifas
fisiologis 1-3
hari dalam hal
belajar
mengetahui
atau
memuaskan
rasa penasaran
fisiologis dalam
hal belajar
mengetahui atau
memuaskan rasa
penasaran
-Dilakukan
dibantu ≥ 2
BAB III
METODE PENELITIAN
29
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu
keadaan secara objektif (Notoadmodjo, 2005). Hasil penelitian ini akan memberi
informasi tentang gambaran pelaksanaan keperawatan mandiri pada ibu nifas
fisiologis pada ibu post partum 1-3 hari di BPS Wilayah Kerja Puskesmas
Gambok Kabupaten Sijunjung Tahun 2013.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di BPS (Bidan Praktek Swasta) Wilayah Kerja
Puskesmas Gambok Kabupaten Sijunjung. Penelitian ini dilakukan pada bulan
April sampai dengan bulan Juni Tahun 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Populasi penelitiaan ini adalah seluruh ibu hamil yang
mempunyai Taksiran Persalinan (TP) pada bulan April sampai dengan bulan Juni
di BPS Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun 2012. Rata-rata
populasi berjumlah 35 orang ibu hamil yang yang mempunyai TP bulan April-
bulan Juni di 6 BPS Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2012.
3.3.2 Sampel
30
Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi. Dalam menentukan besar sampel dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
n= N1+N (d ) 2
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar Populasi
D = Tingkat kepercayaan (0,1)
(Notoatmodjo, 2005)
Jadi sampelnya adalah 26 orang ibu hamil yang mempunyai taksiran
persalinan pada bulan April sampai bulan Juni yang terdapat pada kelurahan
Lubuk Buaya Padang tahun 2012, dengan instrument pengumpulan data angket
dengan cara observasi. Besar sampel untuk setiap BPS didapatkan berdasarkan
proporsional dari estimasi rata-rata perbulan dengan rincian sebagai berikut :
a. Bidan Laila = 7
35 x 26 = 5.2 = 5 orang
b. Bidan Eli Fambo =5
35x26=3,7=4 orang
c. Bidan Nofia Alista =8
35x26=5,9=6 orang
d. Bidan Sonya Silvia =6
35x26=4,4=4 orang
e. Bidan Asnimar =5
35x26=3,7=4 orang
f. Bidan Fitria Hayati =4
35x26=2,9=3orang
31
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara quota sampling, dengan
kriteria inklusi yaitu, bersedia menjadi responden, bisa baca tulis, responden 1-3
hari post partum. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ibu nifas fisiologi,
pelaksanaan keperawatan mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasarnya selalu
dibantu keluarga.
3.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari
responden.pengumpulan data dengan cara secara langsung.pengumpulan data
dilakukan dengan metode observasi dengan menggunakan checklist. Data primer
meliputi Pemenuhan pelaksanaan keperawatan mandiri Pada Ibu Nifas yaitu:
Bernafas dengan normal, nutrisi, eliminasi, mobilisasi, tidur dan istirahat,
berkostum yang bersih dan nyaman, mempertahankan suhu tubuh, menjaga
kebersihan tubuh, seksualitas, perawatan payudara, menghindari bahaya
lingkungan, berkomunikasi dengan orang lain, beribadah menurut kepercayaan
masing-masing, Bekerja dengan tata cara yang mengandung prestasi, Bermain
atau terlibat dalam berbagai kegiatan rekreasi, Belajar mengetahui atau
memuaskan atau rasa penasaran yang menuntun pada perkembangan normal dan
kesehatan serta menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari puskesmas Lubuk Buaya
Kota Padang yaitu jumlah ibu hamil yang mempunyai taksiran persalinan antara
bulan April sampai bulan Juni tahun 2013 sekitar.
32
3.5 Teknik Pengelolaan Data
Teknik pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi dengan
langkah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Data
Data yang telah dikumpul diperiksa, apakah sudah sesuai dengan
tujuan penelitian, memeriksa keragaman data.
b. Pemberian Kode
Setelah dipastikan kelengkapan data lalu dilakukan pemberian kode
atau angka pada setiap jawaban agar memudahkan mengelolah data.
c. Memasukkan Data
Setelah semua isian format pengumpulan data juga sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data
dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara memasukkan data
menggunakan computer.
d. Membersihkan Data
Merupakan kegiatan mengecek kembali data yang sudah dientry
apakah ada kesalahan atau tidak.
3.6 Analisa Data
Data yang digunakan oleh peneliti adalah analisa univariat yaitu analisa
pada tiap-tiap variabel atau sub variabel. Analisa dengan statitik deskriptif berupa
distribusi frekuensai dan dipresentasekan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
33
P = fn
x 100 %
Keterangan:
P = Presentase
f = Frekuensi
n = Sampel
34