download prosiding 2
TRANSCRIPT
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
1
PROTOTYPE SISTEM INFORMASI KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL STUDI KASUS DIREKTORAT KEPANGKATAN DAN
MUTASI BKN JAKARTA
Dina Agusten1, Wahyu Supriyatin2, Esti Mutia Rani3
1) Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Depok. 2),3) Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer & Teknologi Informasi, Universitas
Gunadarma Depok. Email : [email protected] 1), [email protected] 2),
ABSTRAK Sistem informasi berbasis website adalah suatu sistem informasi dengan
memanfaatkan kemajuan dunia teknologi informasi dan komputer untuk memudahkan pengguna informasi. Sistem informasi berbasis website mengenalkan metode pemberian informasi secara baru tanpa harus memperoleh secara langsung ke kantor pusat. Perkembangan teknologi informasi dan komputer membuat sistem informasi yang semula bersifat konvensional menjadi berbasis website atau online. Penelitian ini bertujuan untuk membuat prototype yang berisi informasi tentang kenaikan pangkat pegawai negeri sipil di lingkungan Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta dengan berbasis website. Pengembangan sistem informasi ini dengan menggunakan aplikasi PHP MySQL, adobe dreamwever CS5, adobe photoshop CS3. Penelitian ini menggunakan metodologi pengembangan sistem informasi prototype yaitu metode pengembangan yang diawali dengan perencanaan dengan memfokuskan pada user dan menghasilkan prototype pada perancangan sebelum diimplementasikan dalam sistem yang besar. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah prototype sistem informasi berbasis website tentang kenaikan pangkat pegawai negeri sipil untuk seluruh instansi pemerintahan di Indonesia. Prototipe sistem informasi kenaikan pangkat pegawai negeri sipil ini berhasil dibuat dan dijalankan pada instansi pemerintah di lingkungan Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta.
Kata kunci : Informasi, Kenaikan Pangkat, Prototype, Sistem Informasi, Website 1. Pendahuluan
Perkembangan dunia TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) berkembang dalam berbagai bidang diantaranya dalam bidang pemerintahan. Pemanfaatan TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam pemerintahan digunakan sebagai media informasi bagi suatu instansi di pemerintahan kepada pegawainya. “Pengembangan dan pendayagunaan TIK untuk menjawab tuntutan masyarakat yaitu menciptakan suatu sistem kehidupan kenegaraan yang tertata baik (good corporate / government governance) - sistem kehidupan kepemerintahan/kenegaraan yang transparan, demokratis, kredibel, efektif, efisien, aman, damai dan sejahtera”[6].
“Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari dua atau lebih komponen atau sub-sistem yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan”[8][9]. “Informasi merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan didalam suatu organisasi ataupun instansi. Informasi juga merupakan kebutuhan bagi manajemen didalam pengambilan keputusan”[8]. Sistem informasi berbasis website merupakan media yang digunakan untuk menampilkan informasi mengenai suatu informasi yang melalui media interaktif seperti media gambar, video, audio atau gabungan dari semua media tersebut”[8].
“Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”[9]. “Badan Administrasi Kepegawaian Negara (BAKN) adalah sebuah lembaga pemerintah non departemen yang berkedudukan
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
2
langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden, mempunyai fungsi untuk menyempurnakan, memelihara dan mengembangkan administrasi negara di bidang kepegawaian sehingga tercapai kelancaran jalannya pemerintahan”[2]. Saat ini lebih dikenal dengan sebutan BKN (Badan Kepegawaian Negara).
“Sistem Informasi Kepegawaian merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk proses penyimpanan dan pengolahan data yang berkaitan dengan pegawai, untuk mendukung operasional kepegawaian”[4]. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang telah memenuhi syarat yang ditentukan tanpa terikat pada jabatan[3]. Sistem Informasi Kenaikan Pangkat adalah sistem yang berguna untuk mengelola informasi data-data pegawai, kenaikan pangkat pegawai, peraturan kenaikan pangkat pegawai dan alasan kenaikan pangkat pegawai tidak diterima.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat prototype sistem informasi kenaikan pangkat berbasis website yang digunakan sebagai alat bantu bagi pegawai negeri sipil untuk mencari informasi mengenai data kenaikan pangkat pegawai dan data pegawai yang dapat diajukan untuk kenaikan pangkat di lingkungan Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta. Prototype sistem informasi kenaikan pangkat berbasis website ini dibuat dengan menggunakan PHP&MySQL serta Adobe Dreamweaver CS5 dan diterapkan secara offline pada website local Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta. 2. Pembahasan
“Pengembangan sistem berarti menyusun sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada”[9][5]. “Sistem lama perlu diperbaiki atau diganti karena beberapa hal :
1. Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dari sistem yang lama, misalnya : a. Ketidakberesan. b. Pertumbuhan organisasi.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan. 3. Adanya instruksi.”[5]
Tahapan dalam pengembangan sistem pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode langsung dan studi pustaka untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan. Metodologi pengembangan perangkat lunak yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode prototype (prototyping). “Prototype sering disebut Rapid Application Design (RAD), karena pembuatan aplikasi dengan menggunakan metode ini menyederhanakan dan mempercepat desain perancangan sistem. Prinsip prototype yang digunakan adalah untuk membantu pengguna dan developer mengerti kebutuhan sistem. Berikut adalah beberapa keuntungan menggunakan prototype antara lain:
1. Developer menjadi lebih memahami kebutuhan pengguna. 2. Kekurangan fitur – fitur dapat terdeteksi. 3. Sistem kerja tersedia lebih awal. 4. Fitur – fitur yang membingungkan dapat didiskusikan. 5. Prototype dapat bertindak sebagai dasar untuk membuat spesifikasi sistem.
Dalam pengembangan software, prototype adalah proses untuk membuat versi awal untuk dievaluasi, sebelum menginvestasikan sumber daya lain”[10]. “Metode Prototyping (Prototype) yaitu merupakan proses pembuatan model dari perangkat lunak yang akan dibuat atau dikerjakan sehingga pemakai dapat mengetahui hasil yang akan didapat. Adapun tahap-tahap dalam prototype adalah analisis, desain, membuat prototype, evaluasi dan perbaikan serta hasil”[4]. Metode pengembangan prototyping (prototype) seperti Gambar 1.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
3
Gambar 1. Metode Pengembangan Prototype[1]
Tahapan proses pembuatan prototype sistem informasi kenaikan pangkat
berbasis website dengan menggunakan tahapan siklus hidup pengembangan sistem, mulai dari perencanaan hingga uji coba prototype sistem informasi kenaikan pangkat. Tahapan awal dalam pembuatan prototype sistem informasi kenaikan pangkat dengan membuat perencanaan dan analisis terhadap sistem yang sedang berjalan di Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta. Analisis sistem dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara terhadap satuan kerja yang terlibat langsung dalam penggunaan sistem informasi kenaikan pangkat. Hasil observasi dan wawancara yang diperoleh digunakan untuk melakukan pengajuan terhadap sistem baru yang lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan sistem yang lama yang sedang berjalan. Desain yang dihasilkan berupa prototype yang akan digunakan dan di uji coba di lingkungan Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta.
Perancangan Sistem Informasi Kenaikan Pangkat Berbasis Website dibuat dengan menggunakan UML (Unified Modelling Language) yaitu Use Case Diagram, Class Diagram dan Activity Diagram. Gambar 2 adalah perancangan sistem informasi kenaikan pangkat berbasis website dengan menggunakan use case diagram. “Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem menurut sudut pandang pengguna sistem”[7]. Dalam Sistem Informasi Kenaikan Pangkat Berbasis Website interaksi yang terjadi adalah antara dua actor dengan sistem dimana terdapat lima buah use case. Use case yang digunakan dalam sistem adalah use case untuk melihat home utama dari website, use case untuk melihat profile dari Direktorat Kepangkatan dan Mutasi, use case untuk melihat layanan prima yang ada di Direktorat Kepangkatan dan Mutasi dengan pegawai diwajibkan login terlebih dahulu bila ingin mengakses layanan prima dalam website sehingga terdapat keterhubungan extends, use case untuk melihat informasi pelayanan yang dibutuhkan oleh pegawai dan use case untuk men-dowmload peraturan yang ada dalam procedure kepangkatan. Sedangkan actor yang terlibat di dalam sistem yaitu actor pegawai dan actor administrasi.
Pegawai Administrator
Login
Melihat HomeWebsite
Melihat ProfileWebsite
Melihat LayananPrima
Melihat InformasiPelayanan
Men-downloadPeraturan
Registrasi
Logout
«uses»
«extends»
«uses»
Sistem Informasi Kepangkatan
Gambar 2. Use Case Diagram Sistem Informasi Kenaikan Pangkat
“Class diagram merupakan himpunan dari objek-objek yang sejenis. Sebuah objek memiliki keadaan sesaat (state) dan perilaku (behavior). State sebuah objek adalah kondisi objek tersebut yang dinyatakan dalam attribute/properties. Sedangkan perilaku
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
4
suatu objek mendefinisikan bagaimana sebuah objek bertindak/beraksi dan memberikan reaksi”[7]. Gambar 3 adalah class diagram sistem informasi kenaikan pangkat berbasis website, terdapat tiga class yang digunakan dalam perancangan sistem informasi kenaikan pangkat yaitu class tabel refinstansi yang berisi nama instansi kepegawaian seluruh wilayah Indonesia, class tabel tbluser yang berisi nama pegawai yang akan diajukan untuk kenaikan pangkat dan class tabel tmsbtl yang berisi nama pegawai yang tidak diproses atau tidak lolos proses karena tidak memenuhi persyaratan untuk diajukan kenaikan pangkat.
+add()+edit()+delete()
-KDINSTANSI : varchar = 5 *-INSTANSI : Varchar = 255
Tabel refinstansi
+add()+edit()+delete()
-NIP : varchar = 18 *-NAMA : varchar = 50-KDINSTANSI : varchar = 5-PASSWORD : varchar = 20
Tabel tbluser
+view()
-NOUSUL : varchar = 255-NAMANIP : varchar = 255-GOLRUTMT : varchar = 255-JABATANUNIT : varchar = 255-MASALAH : varchar = 255
Tabel tmsbtl
1
n
1
1
Gambar 3. Class Diagram Sistem Informasi Kenaikan Pangkat
“Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi dan bagaimana berakhirnya”[7]. Gambar 4 adalah activity diagram perancangan sistem informasi kenaikan pangkat berbasis website.
Home Website
Profile Layanan Prima Informasi Pelayanan Download
Peraturan
Sejarah Singkat
Visi & Misi
Tugas Pokok & Fungsi
Struktur Organisasi
Pengelola Website
Login
Kenaikan Pangkat 4C Kebawah
Kenaikan Pangkat 4C Keatas
Mutasi Lain-Lain
Konsultasi
Pengaduan/Saran
Brosur SOP SAPK Online Laporan Statistik
Registrasi
Keluar
Gambar 4. Activity Diagram Sistem Informasi Kenaikan Pangkat
Gambar 5 adalah tampilan home utama Prototype Sistem Informasi Kenaikan Pangkat. Dalam home utama terdapat submenu Layanan Prima, Informasi Pelayanan dan Download.
Gambar 5. Halaman Utama Sistem Informasi Kenaikan Pangkat
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
5
Gambar 6(a), 6(b) dan 7 adalah tampilan masing-masing submenu pada Prototype Sistem Informasi Kenaikan Pangkat. Submenu masing-masing halaman berisi informasi tentang aturan atau prosedur untuk kenaikan pangkat bagi pegawai negeri sipil, nama-nama pegawai negeri sipil yang akan diajukan untuk kenaikan pangkat serta nama-nama Pegawai Negeri Sipil yang tidak lulus kenaikan pangkat. Prototype Sistem Informasi Kenaikan Pangkat berbasis Website memudahkan Pegawai Negeri Sipil yang ingin mengajukan kenaikan pangkat karena dapat memperoleh informasi secara lengkap melalui website ini tanpa harus datang ke Direktorat Kepangkatan dan Mutasi.
(a) (b)
Gambar 6. Halaman Layanan Prima: (a) Sebelum Login, (b) Saat Login
Gambar 7. Halaman Usulan pada Layanan Prima
Tabel 1 merupakan tabel hasil uji coba prototype sistem informasi kenaikan pangkat pegawai negeri sipil pada pegawai yang bertugas di Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta. Pengujian prototype ini dilakukan pada tiga pegawai dengan melihat dari sudut pandang pengguna. Dimana hasil uji coba mendapatkan respon positif sehingga prototype ini bisa dikembangkan lebih lanjut hingga dapat diimplementasikan.
Tabel 1. Tabel Pengujian Prototype
Unit Kerja Penerima Data Teknis Teknis
Konten
User Friendly
Tampilan Layout
Pengembangan Sistem
3. Kesimpulan
Prototype Sistem Informasi Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil dikembangkan dengan menggunakan metode prototype melalui tahapan pengembangan sistem mulai dari perencanaan sistem sampai dilakukan uji coba desain prototype di
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
6
Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta. Prototype Sistem Informasi Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil berhasil dijalankan dan di uji coba pada lingkungan Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta dalam website local secara offline dengan alamat URL localhost/web/index.php. Berdasarkan hasil uji coba, prototype berhasil dijalankan dalam sistem yang sedang berjalan untuk menggantikan kerja sistem yang lama. Prototype Sistem Informasi Kenaikan Pangkat yang dihasilkan diharapkan dapat menggantikan proses kenaikan pangkat seluruh pegawai negeri sipil diseluruh Indonesia yang semula masih bersifat konvensional menjadi berbasis website. Diharapkan pengembangan sistem informasi yang dihasilkan dapat membantu pegawai negeri sipil di Indonesai untuk memperoleh semua informasi tentang kenaikan pangkat di lingkungan instansi masing-masing secara lebih efektif dan efisien. Pengembangan selanjutnya diharapkan dapat dijalankan secara online pada website resmi Direktorat Kepangkatan dan Mutasi BKN Jakarta agar dapat diakses oleh seluruh pegawai negeri sipil di Indonesia. Daftar Pustaka [1] Al Fatta, Hanif, 2007, Analisis dan Perancangan System Informasi untuk Keunggulan
Perusahaan dan Organisasi Kelas Dunia, Andi Offset - STMIK AMIKOM Yogyakarta, Yogyakarta.
[2] Badan Kepegawaian Negara, Sejarah BKN, URL : http://www.bkn.go.id/profil/sejarah-bkn, Akses tanggal10 Juni 2015.
[3] Badan Kepegawaian Negara. Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil URL: http://www.bkn.go.id/wp-content/uploads/2014/05/PERKA-BKN-NO.01TAHUN-2013.pdf, Akses tanggal 10 Juni 2015.
[4] Iskandar, A, R, Sistem Informasi Mutasi dan Pensiun Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Semarang, Univeristas Dian Nurswantoro Semarang, Semarang
[5] Jogiyanto, H, M, 2005, Analisis dan Desain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, Edisi 3, Andi, Yogyakarta
[6] Moerdjiono. Tantangan dan peluang Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia. URL: http://jurnal.atmaluhur.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/TANTANGAN-DAN-PELUANG-TEKNOLOGI-INFORMASI-DAN-KOMUNIKASI.pdf.
[7] Munawar, 2005, Pemodelan Visual dengan UML, Graha Ilmu, Yogyakarta [8] Riyadi, A, S, Eko Retnandi, Asep Deddy, Perancangan Sistem Informasi Berbasis
Website Subsistem Guru Di Sekolah Pesantren Persatuan Islam 99 Rangcabango, Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Garut, Volume 09, Nomor 40, Tahun 2012, ISSN : 2302-7339.
[9] Saputra, D, M, 2011, Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian “Simpeg” (Studi Kasus : Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama), Skripsi, Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
[10] Sudharyana, P, Bekti Cahyo Hidayanto, Feby Artwodini Muqtadiroh, Rancang Bangun Sistem Penilaian Index Kepuasan Pegawai Terhadap Lingkungan Kerja melalui Dashboard Terintegrasi Dengan Menggunakan metode Prototipe, Studi Kasus PT. PLN (Persero) Area Bali Selatan, Jurnal Teknik POMITS, Vol. 1, No. 1, Tahun 2012, Hal. 1-6.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
7
PERANCANGAN BASIS DATA SISTEM INFORMASI NON AKADEMIK TERINTEGRASI DENGAN BASIS DATA AKADEMIK DI
UMC
Hendro Poerbo Prasetiya1, Meme Susilowati2 1Jurusan Sistem Informasi, Universitas Ma Chung Malang,
[email protected] 2Jurusan Sistem Informasi, Universitas Ma Chung Malang,
ABSTRAK
Salah satu produk teknologi informasi yang umum dikembangkan di dunia pendidikan adalah sistem informasi akademik. Sistem informasi akademik adalah suatu sistem yang dibangun untuk mengelola data-data akademik sehingga memberikan kemudahan kepada pengguna dalam kegiatan administrasi akademik kampus secara online.tetapi sayangnya banyak lembaga pendidikan yang hanya menerapkan penggunaan sistem informasi akademik saja. Selain sistem informasi akademik di dunia pendidikan ada juga sistem informasi non akademik yang meliputi sistem informasi perpustakaan, sistem informasi keuangan, sistem informasi sumber daya manusia dan sistem informasi pencatatan point keaktifan mahasiswa dll.
Universitas Machung sudah mempunyai sistem informasi akademik dan beberapa sistem informasi non akademik, tetapi sayangnya basis data di dalam semua sistem informasi tersebut tidak terintegrsi dengan baik sehingga pihak-pihak terkait yaitu mahasiswa, administrasi kampus dan pimpinan mengalami kesulitan di dalam pengelolaan dan penggunaanya.untuk itulah di perlukan adanya perancangan basis data non akademik yang terintegrasi dengan basis data akademik yang baik sehingga pengelolaan dan penggunaan sistem informasi menjadi lebih mudah.
Perancangan Basis data non akademik dibuat dengan mempertimbangkan aspek utama yaitu masalah integrasi data lama ke dalam basis data baru sehingga dapat dipastikan tidak akan ada satu datapun yang hilang dari sistem informasi yang lama. Semua data dari sistem informasi yang ada dapat terintegrasi dengan sangat baik. Apabila semua basis data sudah terintegrasi dengan baik, pengembangan dan perubahan sistem infromasi akan menjadi lebih mudah. Keyword : perancangan, Sistem informasi, non akademik, basis data
1. Pendahuluan
Sistem informasi adalah sekumpulan orang, prosedur dan sumber daya
yang mengumpulkan dan mengubah informasi dalam suatu organisasi
(Maracas,2012).Jadi sistem informasi akademik adalah suatu sistem informasi yang
dibangun untuk mengelola data-data akademik sehingga memberikan kemudahan kepada pengguna dalam kegiatan administrasi akademik kampus secara online. Sistem Informasi Akademik merupakan wadah bagi sivitas akademika, terutama mahasiswa dan dosen untuk mengakases berbagai data akademik yang dapat dilakukan dari mana dan kapan pun, kecuali layanan yang terjadwal.
Saat ini banyak sekali lembaga pendidikan yang hanya menerapkan penggunaan sistem informasi akademik saja. Padahal sebenarnya sistem informasi bagi dunia pedidikan tidak hanya sistem informasi akademik saja masih banyak sistem informasi yang di perlukan dalam penyelenggaraan pendidikan yang juga terkait dengan sistem informasi akademik antara lain sistem informasi perpustakaan, sistem
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
8
informasi keuangan, sistem informasi sumber daya manusia dan sistem informasi pencatatan point keaktifan mahasiswa dll.yang semua itu biasanya disebut sistem informasi non akademik. Ada juga yang sudah menerapkan sistem informasi non akademik tetapi belum terintegrasi dengan sistem informasi akademik.Sehingga pihak administrasi dan manajemen perguruan tinggi akan tetap mengalami kesulitan dalam melakukan pengolahan datanya.
Universitas Machung (UMC) sudah mempunyai sistem informasi yang disebut macsys1 dan macsys2 untuk akademiknya.kemudian Sistem informasi perpustakaan, Sistem informasi keuangan, Sistem informasi HRD dan sistem informasi point keaktifan mahasiswa untuk non akademiknya. Sayangnya data-data dari semua system informasi yang ada tersebut tidak terintegrasi dengan baik.Untuk melakukan pengisian KRS mahasiswa harus melalui macys1 sedangkan untuk data-data perkuliahan di catat di macsys2, hal ini menyebabkan pihak administrasi fakultas kesulitan untuk melakukan pengolahan data. Hal ini berlaku juga di beberapa sistem informasi yang lain.Di sistem informasi perpustakaan, tidak adanya integrasi data yang dapat memberikan informasi koleksi buku yang dipinjam dengan kebutuhan mata kuliah yang di ambil oleh mahasiswa atau yag di ampu oleh dosen.Dari sisi keuangan.mahasiwa kesulitan mengetahui informasi tentang keuangan dan status pembayaran keuangan yang sudah dilakukan demikian juga dengan sistem informasi pencatatan point kaftifan, mahasiswa masih cukup kesulitan untuk mengetahui informasi tentang point keaktifan yang udah dikumpulkan dll. Di HRD pihak manajemen masih tidak bisa melakukan monitoring kinerja perkuliahan dosen dengan baik.
Perancangan Basis data non akademik dilakukan dengan cara melakukan evalusi terlebih dahulu terhadap basis data dari sistem informasi yang sudah ada. Basis data sendiri adalah suatu kumpulan data dan basis data yang terkomputeriasi sebagai kumpulan data yang terkomputerisasi sehingga memberikan kecepatan dalam pengaksesan data( Withehorn dan Marklyn,2003)
Hasil dari eveluasi, dijadikan sebagai dasar untuk melakukan perubahan dan penambahan basis data. Perancangan Basis data juga memperhatikan proses migrasi data yang akan terjadi, dan dapat memastikan tidak akan ada satu datapun yang hilang dari sistem informasi yang lama, sehingga semua data dari sistem informasi yang ada dapat terintegrasi dengan sangat baik. Karena semua basis data sudah terintegrasi dengan baik, pengembangan dan perubahan sistem infromasi akan menjadi lebih mudah.
2. Pembahasan 2.1.Analis
Pada tahap analisis ini dilakukan pengkajian dan penelitian basis data Universitas Ma Chung yang saat ini berjalan (Macsys) sebagai acuan dalam perancangan basis data non- akademik Universitas Ma Chung. Setelah dikaji dan diteliti, maka dibuatlah penggolongan basis data per departemen yang terbagi sebagai berikut:
1. Keuangan Mahasiswa yang meliputi pembayaran tagihan keuangan mahasiswa, pengaturan denda, dispensasi keuangan dan beasiswa internal.
2. Human Resources yang meliputi data pegawai, jenis pekerjaan, pengaturan jam kerja, absensi dan cuti. Data sertifikasi dosen dan jabatan fungsional dosen atau JAFA
3. Poin Mahasiswa yang meliputi penginputan poin mahasiswa, data acara secara lengkap dengan jenis kegiatan, rumpun, dan pengaturan standar poin.
4. Perpustakaan yang meliputi data koleksi perpustakaan, peminjaman, penembalian oleh mahasiswa dan pegawai serta pengaturan denda
Adapun 1 (satu) departemen yang tidak ada pada basis data Macsys yaitu perpustakaan. Basis data perpustakaan yang ada saat ini adalah basis data yang bersifat stand alone
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
9
sehingga analisa yang dilakukan adalah berupa pengamatan langsung pada sistem dan alur bisnis dari perpustakaan. Setelah penggolongan berdasarkan departemen, perancangan basis data dilakukan secara bertahap per departemen dengan melakukan analisa secara mendetail terhadap departemen dengan acuan basis data Universitas Ma Chung saat ini (macsys).
Setelah dilakukan analisa ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Tabel yang ada dapat lebih diserhanakan lagi. 2. Terlalu banyak pemakain primary key, dengan metode pembuatan field ID atau
kode pada semua tabel yang merupakan emborosan. 3. Relasi yang ada pada tabel tidak semuanya tersambung. Ada sebagian
tabel yang direlasikan secara programming, bukan murni dari basis data. 4. Tidak ada tabel history. Sehingga apabila dilakukan query pada tabel transaksi
akan memakan beban yang besar. 5. Beberapa aturan ditentukan by programming, bukan konfigurasi melalui basis
data, sehingga bila suatu saat ada perubahan denda harus membongkar program.
6. Struktur basis data terlalu kompleks, sulit dibaca kecuali oleh perancangnya 7. Migrasi data akan sulit karena harus membongkar struktur basis data yang rumit 8. HR tidak mencakup data jabatan fungsional dosen dan poinnya 9. Beberapa relasi tabel masih by coding 10. Data mengenai staff approver disimpan lagi pada tabel baru, seharusnya
bisa di integrasikan dari tabel pegawai pada bagian HR 11. Pengambilan data dari basis data macsys menggunakan koneksi web service. 2.2.Perancangan basis Data non akademik
Dari hasil analisa data keuangan,Maka diperlukan perancangan basis data baru yang dapat mengatasi permasalahan yang sudah ditemukan pada basis data macsys. Adapun pertimbangan dan keterangan pada pembuatan basis data yang baru sebagai berikut:
1. Pengurangan jumlah tabel dilakukan untuk efisiensi query basis data. 2. Pengurangan dilakukan dengan penggabungan beberapa tabel yang
memungkinan untuk digabungkan. 3. Pengurangan beberapa field ID primary key pada tabel tertentu dan
mengganti dengan foreign key yang dirangkap menjadi primary key 4. Pembuatan tabel dengan relasi yang benar dan struktur yang benar dan
memudahkan ketika migrasi data. 5. Pembuatan tabel history untuk transaksi agar penarikan data pada
basis data transactional lebih mudah dan mengurangi beban load 6. Performa pengambilan data dapat mengalami peningkatan dikarenakan penggunaan
web service tidak lagi diperlukan. Hasil dari perancangan basis data adalah sebagai berikut :
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
10
Gambar 1. Perancangan Basis Data Keuangan
Gambar 2. Perancangan Basis Data Perpustakaan Setelah perancangan basis data selesai langkah selanjutnya adalah :
1. Perancangan View Umum yang terdiri dari antara lain : View Tagihan Mahasiswa, View
Standar Poin per kegiatan dan jabatan, View Koleksi dan View Biodata Pegawai 2. Pengaturan User dan Hak Akses Basis Data, Pada perancangan basis data non-
akademik, hak akses dibagikan berdasarkan jabatan user pada tiap-tiap departemen. Satu hal yang pasti, jabatan Database Administrator (DBA) memegang kendali penuh pada semua tabel yang ada dalam basis data. Namun user lain akan dibagikan hak akses sesuai dengan jabatannya.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
11
Berikut pembagian hak akses yang ada pada basis data non-akademik Universitas Ma Chung, pengaturan hak akses meliputi antara lain : Human Resources, Perpustakaan, Poin Keaktifan Mahasiswa
2.3.Implementasi Tahap implementasi dibagi menjadi 2 jenis yaitu : 2.3.1. Implementasi Perancangan Model Basis Data
Implementasi perancangan model basis data ini dilakukan dengan bantuan tool PowerDesigner16 yang berguna untuk perancangan basis data. Adapun kegiatan dari perancangan model basis data yaitu : 1. Pembuatan skema tabel dan relasinya.
Proses perancangan dimulai dengan pembuatan model basis data beserta tabelnya dan relasi serta atributnya
Gambar 3 pembuatan model
2. Pembuatan skema basis data pada RDBMS Oracle11g
Pembuatan skema dilakukan dengan masuk pada Enterprise Manager Oracle11g dengan menggunakan login SYSDBA. Kemudian pembuatan skema dan pengaturan space penyimpanan data dilakukan.
Gambar 4 pembuatan skema
3. Generate basis data menuju RDBMS Oracle11g
Pada tahap ini, dimulai dengan pengkoneksian PowerDesigner menuju RDBMS Oracle11g. setelah setting koneksi selesai maka basis data akan di-generate dan outputnya akan masuk secara otomatis pada skema yang telah dibuat tadi.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
12
Gambar 5 generate basis data
2.3.2. Implementasi Basis Data Pada RDBMS Oracle11g 1. Pengecekan Basis Data Hasil Generate
Hal pertama yang dilakukn setelah proses generate dari PowerDesigner selesai adalah
melakukan pengecekan apakah basis data sudah masuk pada skema secara lengkap atau tidak. Pengecekan dapat dilakukan dengan masuk ke Enterprise Manager Oracle11g dengan menggunakan user skema yang telah dibuat. Kemudian melakukan pengecekan tabel pada skema, 2.Pembuatan User dan Roles
Setelah basis data sudah di cek, langkah berikutnya adalah pembuatan user dan hak aksesnya. Daftar user dan hak aksesnya dapat dilihat pada BAB IV. Langkahnya adalah membuat user kemudian mengatur roles pada tiap tabel 3.Pembuatan view
Pembuatan view dilakukan dengan cara create view pada enterprise manager dengan memilih skema yang berisi tabel-tabel yang dibutuhkan. Create view dilakukan dengan memasukkan query select data dari tabel yang diinginkan, bila berhasil maka aka nada keterangan yang meyatakan view sudah valid
Gambar 6 create view
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
13
Gambar 7 Valid View
3. Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu :
1. Struktur basis data lebih jelas dan benar. Pemborosan tabel dapat dikurangi. 2. Tabel yang membutuhkan relasi sudah direlasikan secara penuh, tidak ada
relasi yang by coding 3. Struktur yang jelas, mudah dibaca dan disertai dokumentasi dapat memudahkan
proses pengembangan sistem dan migrasi data. 4. Bagian HR, Keuangan, Perpustakaan, dan Poin mahasiswa sudah terintegrasi.
Tidak diperlukan pengambilan data melalui web service. 5. Penggunaan RDBMS Oracle 11g sehingga sanggup menyimpan dan
membaca data dengan jumlah yang sangat banyak 6. Pemberian user dan hak akses basis data yang jelas memudahkan dalam
pengolahan data dan keamanan. 7. Adanya tabel histori pada tabel-tabel transactional yang mempunyai
load sangat tinggi, sehingga data transactional yang sudah lama tidak akan membebani tabel transactional
DAFTAR PUSTAKA
[1] O’brien, James, 2005, Pengantar Sistem Informasi, Penerbit Salemba Empat, Yogyakarta.
[2] Avison, David & Guy Fitzgerald,2006, Information System Development,McGraw- Hill Education, Australia.
[3] Whitehorn, Mark & Bill Marklyn,2003, Inside Relational Database, Penerbit Erlangga, Jakarta.
[4] Maracas, O.,2012, Introduction To Information System, McGraw-Hill/Irwin, NewYork.
[5] Agustin, Tinuk.,2012, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi pada Amikom Cipta Dharma Surakarta Berbasis Web Framework Code Igniter. Skripsi STMIK AMIKOM Yogyakarta.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
14
PROTOTIPE FILOLOGI BERBASIS ANDROID SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MENINGKATKAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG
NASKAH KUNO
Etika Kartikadarma1, Ifan Rizqa2, Alvin Rasyid3 1Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakula 1 No 5 – 11 Semarang,
[email protected] 2Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakula 1 No 5 – 11 Semarang,
[email protected] 3Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakula 1 No 5 – 11 Semarang, [email protected]
Abstract Ancient manuscript as one of the historical evidence in written form needs to be maintained its existence to beaccessible and studied by generations of now and in the future. The ancient manuscript kept in institutions such as museums and libraries are less knownby the general public. Ranggawarsita Museum is one of the institutions that save the ancient manuscript, one of them is Serat Ponco Driyo. Condition of the old ancient manuscripts would have easily corrupted as time passes. Surely this situation is very worrying if the ancient manuscript was damaged before the study. So the need for special care or easier in the digitalization of ancient manuscript to make it more easy to learn. Android Smartphone that the wearer has increased each year be the solution to introduce the ancient script into a form which is more modern and developed in the form of application for Android-based digital ancient manuscript later application was tested with the method of User Acceptance Testing (UAT) with a pretest and posttest were also filling a questionnaire that assessed with Likert scale later. The result of this study shows there is an increase in the average value of pretest from 31.5 to 76 on average value of posttest. For the average value of the questionnaire calculated using Likert scale shows the values of 70% out of 100%. Keywords: ancient manuscript, Android, introduction, Likert scale, posttest, pretest, Ranggawarsita Museum, Serat Ponco Driyo, User Acceptance Testing I. PENDAHULUAN1
Indonesia yang terdiri dari berbagai daerah dengan beragam bahasa dan budaya tentunya memiliki sejarah yang panjang. Sejarah-sejarah tersebut tertuliskan pada naskah-naskah yang ditulis oleh orang-orang terdahulu dan tulisan ini biasa disebut dengan naskah kuno atau manuskrip. Naskah kuno atau manuskrip merupakan sebuah dokumen apapun yang ditulis dengan tangan, atau teks dari musik atau komposisi sastra dalam bentuk tulisan tangan atau naskah dalam bentuk itu, belum direproduksi dalam beberapa salinan. Beberapa naskah kuno dimiliki dan disimpan oleh masyarakat atau perseorangan karena merupakan warisan dari leluhurnya. Namun sulit untuk dapat mengetahui siapa masyarakat yang memiliki naskah kuno. Tapi naskah kuno biasanya juga tersimpan di perpustakaan ataupun museum, termasuk MuseumRanggawarsita Semarang dengan Serat Ponco Driyo (Mas Ngabehi Jaya Sasmita) sebagai salah satu koleksinya.
Fungsi naskah kuno sebagai salah satu bukti sejarah dalam bentuk tertulis perlu dijaga keberadaannya agar dapat diakses dan dipelajari oleh generasi sekarang dan akan datang. Selain itu naskah kuno dapat memberikan berbagai informasi sejarah pada masa tertentu. Hal ini dikarenakan naskah kuno merupakan perekam budaya dan peristiwa masa lampau yang menyimpan informasi berupa kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Melalui informasi tersebut, diharapkan masyarakat pada generasi saat ini dan yang akan datang dapat menjadikannya sebagai tolak ukur kehidupan di
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
15
masa yang akan datang2]. Ini semua juga sangat penting bagi suatu bangsa karena hasil informasi yang tertulis dalam naskah kuno merupakan sejarah yang menjadi identitas suatu bangsa.
Melihat begitu pentingnya sejarah yang terkandung dalam naskah kuno ini harusnya naskah kuno harus benar-benar dilindungi, dirawat, dan dipelajari. Sesuai dengan Undang-Undang tentang Perpustakaan No 43 Tahun 2007 Pasal 6 ayat 1 poin 6 yaitu: “Masyarakat berkewajiban menyimpan, merawat, dan melestarikan naskah kuno yang dimilikinya dan mendaftarkannya ke Perpustakaan Nasional”
Namun dilain pihak, pemahaman masyarakat yang masih sangat minim tentang naskah kuno menjadikan naskah kuno kurang diketahui oleh masyarakat awam. Padahal dengan keadaan naskah kuno yang sudah tua tentunya akanmudah rusak seiring berjalannya waktu. Tentunya keadaan ini sangat mengkhawatirkan jika naskah kuno tersebut rusak sebelum dipelajari. Sehingga perlu adanya perawatan yang khusus atau lebih mudah apabila naskah kuno tersebut digitalisasi agar lebih mudah dipelajari. Selain itu masyarakat modern lebih cenderung suka pada hal-hal yang berbau modern dibandingkan sesuatu yang kuno seperti naskah kuno.
Dengan keadaan ini tentunya perlu ada semacam publikasi dan digitalisasi tentang naskah kuno oleh pemerintah ataupun pihak-pihak yang menyimpan naskah kuno untuk pengenalan dan pembelajaran naskah kuno. Melihat keadaan naskah kuno yang usang tentunya digitalisasi merupakan hal yang tepat untuk dilakukan. Setelah didigitalisasikan naskah kuno ini perlu untuk dibuat dalam media yang menarik sebelum dipublikasikan dan tentunya yang dapat digunakan pada perangkat mobile yang sementara ini meningkat jumlah pemakainya, seperti smartphone dengan platform Android.
Disekian banyak platform pada perangkat seluler, Android merupakan platform yang paling populer di dunia. Android terinstal pada ratusan juta perangkat mobile di lebih dari 190 negara di seluruh dunia. Ini adalah pemasangan terbesar diantara platform mobile dan tumbuh dengan cepat setiap hari. Android memiliki pasar terbuka untuk mendistribusikan aplikasi ke pemakai secara langsung. Keterbukaan Android telah membuatnya menjadi favorit bagi konsumen dan pengembang, ini tentunya mendorong pertumbuhan yang kuat dalam konsumsi aplikasi. Pengguna Android mengunduh lebih dari 1,5 miliar aplikasi dan game dari Google Play setiap bulan. Ini menjadi kesempatan besar untuk mengenalkan naskah kuno kepada publik. Naskah yang telas didigitalisi dibuat dalam aplikasi berbasis Android agar memiliki kesempatan yang besar untuk dikenal dan dipelajari. II. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancangan use case diagram untuk aplikasi serat ponco driyo digital berbasis android sebagai berikut :
Gambar 1. Use case diagram user Gambar 2. Skenario use
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
16
Gambar 3. Activity diagram user Gambar 4. Sequence diagram ke konten utaman aplikasi
Gambar 5. Flowchart aplikasi 5. Implementasi
Berikut ini adalah implementasi dari rancangan yang telah dibuat :
Gambar 6. Halaman menu awal aplikasi
Pada halaman ini menggunakan tabhost agar user bisa melihat naskah asli transkripsi dan juga transliterasi. Pada halam ini juga menggunakan efek pagecurl sehingga bisa
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
17
terlihat seperti efek buka buku. A. Pengujian
Setelah mengimplementasikan rancangan menjadi aplikasi yang utuh dan sesuai dengan tujuan pembuatan harus dilakukan pengujian terhadap Aplikasi Naskah Kuno Digital berbasis Android. Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan metode User Acceptance Testing (UAT). Untuk mengetahui apakah aplikasi Serat Ponco Driyo digital berbasis Android ini berhasil menambahpengetahuan masyarakat tentang naskah kuno atau tidak. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pretest dengan soal tentang naskah kuno. Pada tes ini digunakan untuk mengetahui pengetahuan responden sebelum memakai dan membaca informasi yang ada di aplikasi Serat Ponco Driyo digital berbasis Android. Soal terdiri dari 10 soal pilihan ganda (lembar soal terlampir).
2. Responden diberikan aplikasi Serat Ponco Driyo digital berbasis Android untuk digunakan dengan tujuan menambah pengetahuan responden tentang naskah kuno.
3. Melakukan posttest dengan soal yang sama dengan pretest dan diharapkan ada peningkatan nilai dari test yang dilakukan.
4. Memberikan angket / kuesioner untuk menilai aplikasi Serat Ponco Driyo digital berbasis Android dengan 3 pertanyaan tertutup dan 1pertanyaan terbuka (lembar kuesioner terlampir).
Pada kegiatan pengujian ini dilakukan terhadap beberapa responden secara acak. Dalam kegiatan pengujian ini perincian responden adalah sebagai berikut : 1. Stakeholder yang terlibat yaitu pihak museum dengan masyarakat umum 2. Jumlah responden adalah 20 orang, terdiri dari:
a. Pihak museum: 2 Orang b. Masyarakat umum 18 orang
Untuk hasil dan pembahasannya ditampilkan di bahasan selanjutnya di poin 5.3. hasil penelitian dan pembahasan.
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Setelah dilakukan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan dalam kegiatan pegujian
ini didapatlah hasil dari beberapa tes yang telah dilakukan seperti pretest dan posttest. Berikut ini merupakan nilai pretest dan posttest dari pengujian yang dilakukan:
Tabel 1 Hasil nilai pretest dan posttest Tabel 2. Nilai rata-rata hasil tes
No. Nilai Nilai
Responden Pretest Posttest
1 20 70
2 30 70
3 20 80
4 30 70
5 40 90
6 40 80
7 20 90
8 50 90
9 30 80
10 40 70
No. Nilai Nilai Responden Pretest Posttest (Lanjutan) (Lanjutan) (Lanjutan)
11 50 50
12 20 70
13 10 80
14 20 60
15 20 80
16 40 70
17 30 80
18 40 60
19 40 100
20 40 80
Jumlah 630 1520
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
18
Dari hasil nilai rata-rata dari pretest dan postest adalah sebagai berikut :
Nama Variable Nilai rata – rata
Pretest 31,5
Posttest 76
Gambar 9. Grafik nilai rata-rata nilai terlihat peningkatan nilai
Dilihat dari rata-rata dari pretest ke posttest. Ini menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang naskah kuno menjadi lebih baik setelah menggunakan aplikasi Serat Ponco Driyo digital berbasis Android ini. Penulis membuat interval kategori nilai dari pengujian pretest dan posttest ini untuk mengkategorikan hasil dari nilai yang telah didapatkan sebagai berikut :
0 – 20 : Sangat tidak baik 21 – 40 :Tidak baik 41 – 60 : Kurang baik 61 – 80 : Baik 81 – 100 : Sangat baik
Dilihat dari interval ini nilai rata-rata hasil pretest ke posttest menunjukkan
peningkatan dari 31,5 (tidak baik) menjadi 76 (baik.)
Setelah penilaian dari pretest dan posttest hasil dari kegiatan selanjutnya adalah hasil dari pengisian an1gket / kuesioner. Pengisian kuesioner ini digunakan untuk menilai apakah layak aplikasi ini jika dipakai oleh masyarakat nantinya. Berikut ini adalah hasil dari pengisian kuesioner yang dilakukan :
1. Jawaban dari pertanyaan “Secara keseluruhan apakah aplikasi ini sudah baik dan menarik?”
No. Jawaban Frekuensi Presentase
Responden
1. Sangat Baik 0 0%
2. Baik 11 55%
3. Cukup Baik 8 40%
4. Kurang 1 5%
Baik
5. Tidak Baik 0 0%
Total 20 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 55% responden mengatakan bahwa aplikasi ini sudah baik, 40% nya cukup baik dan 5% kurang baik. Jadi bisa disimpulkan
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
19
bahwa aplikasi ini sudah baik menurut responden. 2. Jawaban dari pertanyaan “Bagamaina tampilan aplikasi ini ?”
No. Jawaban Frekuensi Presentase
Responden
1. Sangat Baik 2 10%
2. Baik 5 25%
3. Cukup Baik 12 60%
4. Kurang 1 5%
Baik
5. Tidak Baik 0 0%
Total 20 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 10% responden mengatakan bahwa tampilan aplikasi ini sudah sangat baik, 25% nya baik,60% nya cukup baik dan 5% kurang baik. Jadi bisa disimpulkan bahwa tampilan aplikasi ini sudah cukup baik menurut responden.
3. Jawaban dari pertanyaan “Apakah aplikasi ini bermanfaat menurut anda?”
No. Jawaban Frekuensi Presentase
Responden
1. Sangat 1 5%
Bermanfaat
2. Bermanfaat 10 50%
3. Cukup 9 45%
Bermanfaat
4. Kurang 0 0% Bermanfaat
5. Tidak 0 0% Bermanfaat
Total 20 100%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa 5% responden mengatakan bahwa
aplikasi ini sangat bermanfaat, 50% nya bermanfaat, 45% nya cukup bermanfaat. Jadi bisa disimpulkan bahwa tampilan aplikasi ini bermanfaat menurut responden.
81 % – 100 % : Sangat berhasil Jadi bisa disimpulkan dari rata-rata nilai dari 2 jenis objek yang diuji, yaitu aplikasi dan pengetahuan masyarakat tentang naskah kuno. Nilai rata-rata yang dihasilkan dari pretest dan posttest yaitu 31,5 (tidak baik) menjadi 76 (baik) menunjukkan peningkatan untuk pengetahuan masyarakat tentang naskah kuno dan 70% untuk aplikasi Serat Ponco Driyo Digital berbasis Android mengkategorikan bahwa aplikasi Serat Ponco Driyo Digital berbasis Android “Berhasil” dan layak digunakan oleh masyarakat. V. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang Serat Ponco Driyo Digital Berbasis Android Untuk Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Tentang Naskah Kuno Dari Museum Ranggawarsita dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Aplikasi Serat Ponco Driyo Digital Berbasis Android dapat dijadikan salah satu media
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
20
sarana prasarana pegetahuan tentang naskah kuno. 2. Aplikasi Serat Ponco Driyo Digital Berbasis Android dapat dijadikan salah satu media
untuk memperkenalkan naskah kuno kepada masyarakat. 3. Aplikasi Serat Ponco Driyo Digital berbasis Android dapat memudahkan pembelajaran
naskah kuno untuk masyarakat tanpa merusak naskah asli. 4. Pada proses pengembangan aplikasi dibutuhkan data langsung dari Museum
Ranggawarsita. 5. Hasil nilai rata-rata dari pretest (31,5) dan posttest (76) menunjukkan adanya
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang naskah kuno dan hasil pengujian User Acceptance Testing (UAT) dengan menggunakan kuesioner sebesar 70 % menunjukkan bahwa aplikasi Serat Ponco Driyo Digital berbasis Android berhasil.
DAFTAR PUSTAKA [1] Ray Prytherch, Harrod’s Librarians’ Glossary and Reference Book, 10th ed.
Hampshire, England: Ashgate, 2005. [2] Junaidi and Fiqru Mafar, "Pemetaan Naskah Kuno Melayu Riau Berbasis Union
Catalog Server (UCS)," Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru, 2013. [3] Creative Commons Attribution 2.5. (2011) developer.android.com. [Online].
http://developer.android.com/about/index.html [4] Rina Prayekti and Rukoyah, Koleksi Filologika Museum Jawa TengahRanggawarsita.
Semarang, Indonesia: Dinas Kebudayaan danPariwisata Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, 2011.
[5] Yustika Putriani, "Kebijakan Digitalisasi Naskah Kuno di Perpustakaan Museum Negeri Sonobudoyo Yogyakarta," UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, Skripsi 2012.
[6] Susan Jayanti and Malta Nelisa, "Perancangan Web Sebagai Media Promosi Koleksi Naskah Kuno Minangkabau di Museum Adityawarman Sumatera Barat," vol. I, pp. 295-304, September 2012.
[7] Noviem Suhaila, "Rancang Bangun Panduan Haji dan Umroh Berbasis Android," Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, Skripsi 2013.
[8] Riko Gusmanda and Malta Nelisa, "Pelestarian Naskah - Naskah Kuno di Museum Nagari Adityawarman Sumatera Barat," ejournal.fip.unp.ac.id, vol. 2, pp. 573-581, September 2013.
[9] Museum Ranggawarsita. [Online]. www.museumranggawarsita.com
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
21
DAMPAK LETUSAN GUNUNG KELUD TERHADAP KONSENTRASI RADIASI MATAHARI (MTH)
HASIL OBSERVASI DI BPD - WATUKOSEK TAHUN 2014
Toni Subiakto. Pengendali Dampak Lingkungan Muda
E-mail : [email protected] BPD Watukosek LAPAN
Jln. Raya Watukosek Po Box 4. Gempol – PASURUAN – 67155
Abstrak
Radiasi matahari (MTH) mengalami perubahan konsentrasi akibat adanya letusan gunung kelud yang terjadi pada tanggal : 13 Februari 2014. Data diambil dari lokasi observasi di BPD Watukosek menggunakan alat Automatic Weather Station (AWS) product DAVIS, pada posisi : 112º 40’ BT, 7º 34’ LS, ketinggian : ± 50 meter yang memiliki jarak lurus sekitar : 57,7 km dari gunung kelud (lokasi gunung kelud posisi : 112º 18’ 30 " BT, 7º 56’ LS ketinggian 1.731 meter dpl). Pada saat terjadi letusan maka material abu vulkanik tersebar keudara dengan ketinggian sampai sekitar : 3 km dari pusat semburan, abu tersebut sampai pada lokasi observasi. Data radiasi MTH harian untuk tanggal : 14 dan 15 februari 2014 menunjukkan konsentrasi sangat kecil dengan nilai rerata harian : 44,15 W/m2 dan 286,16 W/m2 sedang nilai rerata bulan lainnya (bulan Februari 2014 = 177,64 W/m2) yang berdampak dapat memberikan pengaruh pada konsentrasi radiasi matahari. Berdasarkan hasil pantauan alat respon mengalami perubahan dari biasanya akibat tersebarnya abu vulkanik karena tertutupnya cahaya MTH yang masuk pada sensor radiasi, sehingga berpengaruh pada penurunan konsentrasi radiasinya.
Kata kunci : Radiasi, Konsentrasi, Observasi, Vulkanki, Respon. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Radiasi matahari (MTH) merupakan pancaran energi yang berasal dari proses thermonuklir yang terjadi di matahari, dimana energi tersebut berbentuk sinar dan gelombang elektromagnetik. Sesuai dengan spektrum radiasi matahari terdiri dari 2 sinar gelombang :
Sinar gelombang pendek (sinar x, sinar gamma, sinar ultra violet)
Sinar gelombang panjang (sinar infra merah) Konsentrasi radiasi matahari (MTH) memiliki aktivitas tinggi ketika siang hari dalam cuaca cerah (mulai jam : 08:00 s/d jam 15:00 wib.) radiasi MTH tersebut akan mengalami perubahan ketika terjadi erupsi dari gunung kelud. Ada 4 faktor yang menyebabkan jumlah total radiasi yang diterima dipermukaan bumi antara lain :
1. Jarak matahari : setiap perubahan jarak bumi terhadap matahari memberikan variasi terhadap penerimaan energi matahari.
2. Intensitas radiasi matahari : besar kecilnya sudut datang sinar matahari pada permukaan bumi, untuk sudut datang secara tegak lurus akan menghasilkan energi yang optimal dibandingkan dengan sudut datang miring.
3. Panjang hari (sun duration) : jarak dan lama antara matahari terbit dan tenggelam.
4. Pengaruh atmosfer : sinar yang melalui atmosfer sebagian akan diabsorbsi oleh beberapa gas, debu dan uap air dan sisanya diteruskan ke permukaan bumi.
Dari ke 4 faktor diatas dapat berpengaruh pada intensitas radiasi MTH baik sesaat maupun harian (terutama dalam total harian).
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
22
1. 2. Alat Pengukur Radiasi MTH Di BPD Watukosek - LAPAN, pengukuran radiasi MTH dilakukan menggunakan alat automatic weather station (AWS) tipe DAVIS. Alat AWS dilengkapi beberapa sensor (transduser) yang berfungsi untuk mendeteksi beberapa parameter atmosfer. Sensor alat AWS pada taman meteo seperti pada gambar 1 :
Gambar 1 : Alat AWS pada taman meteo BPD Watukosek
Penempatan sensor AWS harus memenuhi syarat seperti : jauh dari bangunan dan ditempat terbuka bebas sudut penghalang < 60º terhadap sumbu vertikal, atau > 30º terhadap sumbu horizontal. Pengiriman data menggunakan gelombang radio (wireless), dan terdapat unit pemancar (Logger transmitter/TX dan Logger receiver/RX) unit Logger receiver terdapat consule yang berfungsi sebagai penerima data dan display. Consule Vantage PRO 2 receiver AWS ditunjukkan pada gambar 2 :
Gambar 2 : Consule Receiver AWS Vantage PRO 2
1. 3. Kondisi Gunung Kelud Gunung kelud terletak di 3 wilayah kabupaten yaitu antara kabupaten Blitar, Kediri dan Malang, tepatnya sebelah timur kota kediri dengan jarak sekitar 27 km. pada posisi (lintang/bujur) : 7º 56’ LS, 112º 18’ 30" BT ketinggian puncak sekitar : 1.731 meter diatas permukaan laut (dpl) Pada tanggal : 13 Februari 2014 jam : 22.50 wib. terjadi letusan gunung kelud dan mengeluarkan material abu vulkanik dengan volume sangat banyak Kondisi gunung kelud saat terjadi letusan ditunjukkan pada gambar 3 :
Gambar 3 : Gunung Kelud saat terjadi letusan
Di BPD Watukosek LAPAN, Kabupaten Pasuruan mempunyai jarak lurus sekitar : 57,7 km terkena dampak semburan abu vulkanik dengan ketebalan sekitar 5 cm. yang menutupi cahaya matahari masuk pada lokasi pengamatan. II. METODOLOGI 2. 1. Sistem Kerja Pengukur Radiasi MTH Radiasi MTH dari alat AWS terdiri dari beberapa blok sistem yang terkait antara satu blok dengan lainnya mengkonversi besaran radiasi menjadi besaran listrik dan dikonversi
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
23
menjadi besaran digital ke frekwensi (D/F) dilakukan pada Logger. blok sistem alat tersebut ditunjukkan pada gambar 5 :
TRANSDUSER (sensor)
PENGKONDISI SINYAL (PS)
MIKROKONTROLLER
(MK)ADC
DIGITALTO
FREQUENSYCONVERTER
(D/F)
LOGGERTRANSMITTER
(TX)
LOGGER RECEIVER
(RX)
LOGGER CONSULEVantage
PRO 2 (RX)
KOMPUTER
(PC)
Gambar 5 : Blok diagram sistem pengukur radiasi MTH dari AWS
Cara Kerja Blok Sistem : Pengindera berupa transduser (sensor) terdiri dari beberapa bagian berlapis : fiber core, silicon, silicon dioxide, FeCrAL, ruang udara. Sensor tersebut bekerja akibat pengaruh adanya radiasi MTH, ketika radiasi MTH masuk ke saluran inlet sensor maka susunan FeCrAL diantara batas lapisan ruang udara dan silicon dioxide mengalami perubahan nilai resistansi (∆Radiasi MTH ∆R), ujung bagian lapisan FeCrAL terdapat probe yang menghasilkan nilai resistansi. Nilai resistansi tersebut selanjutnya dikonversi menjadi nilai tegangan pada blok pengkondisi sinyal (PS), kemudian diperbesar dan akhirnya nilai tegangan dikonversi ke digital untuk dilakukan konversi ke frekwensi (D/F converter) pada blok mikrokontroller (MK) proses tersebut dilakukan pada logger transmitter sinyal digital dikirimkan melalui gelombang radio ke logger receiver (penerima). III. DATA RADIASI HASIL OBSERVASI 3. 1. Grafik Radiasi MTH Tanggal : 11 s/d 18 Februari Tahun 2014 Grafik radiasi MTH harian pada bulan Februari Tahun 2014 ditampilkan tanggal : 11 s/d 18 Februari 2014 dengan bentuk grafik sebagai berikut :
Grafik 1 : Grafik radiasi MTH tanggal : 11 s/d 18 Februari 2014
Data rerata radiasi MTH bulanan setiap jam 06 :00 s/d 18 :00 wib. tahun 2014 ditampilkan pada tabel dibawah :
02004006008001000
5678910111213141516171819
Rad
iasi
M
TH …
Jam (wib)
Grafik Radiasi MTH…
02004006008001000
5678910111213141516171819Rad
iasi
MTH
…
Jam (wib)
Grafik Radiasi MTH…
020040060080010001200
5678910111213141516171819Rad
iasi
M
TH …
Jam (wib)
Grafik Radiasi MTH…
020040060080010001200
5678910111213141516171819Rad
iasi
M
TH …
jam (wib)
Grafik radiasi MTH…
020040060080010001200
5678910111213141516171819Rad
iasi
M
TH …
Jam (wib)
Grafik Radiasi MTH…
020040060080010001200
5678910111213141516171819Rad
ia…
Jam (wib)
Grafik Radiasi MTH…
0100200300400500600
5678910111213141516171819
Rad
iasi
M
TH …
Jam (wib)
Grafik Radiasi MTH…
020040060080010001200
5678910111213141516171819Rad
iasi
M
TH …
Jam (wib)
Grafik Radiasi MTH…
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
24
Tabel 1 : Data rerata radiasi MTH bulanan jam 06.00 s/d 18.00 wib tahun 2014 Jam
AVG
Bulan 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00
Jan 0 11 87.81 271.87 445.5 599.5 675.26 741.7 590.8 331.25 317.4 144 62.16 329.096
Feb 10.27 141.25 316.4 518.8 654.5 783.7 554.91 484.4 418.8 248.24 105.7 26.3 0 327.943
Mar 41.39 160.16 338.6 584.75 702.1 849.16 878.03 892.7 611.8 436.26 207.9 64.14 27.66 445.742
Apr 33.57 182.67 387.3 556.77 736.6 825.43 863.27 753.4 419.2 228.8 95.11 16.77 0 392.222
Mei 28.9 191.4 425.9 617.18 740.4 808.1 793.22 733.71 495.26 312.82 100.76 42.7 28.92 409.174
Jun 32.52 207.77 383.16 547.52 612.4 706.84 744.44 684.33 503.71 365.72 118.9 81.75 77.42 389.729
Jul 58.76 211.5 397.3 579.94 576.6 767.9 792.24 653.9 508.8 336.2 162.2 67.47 34.23 395.926
Ags 23.17 199.2 385.24 657.81 785.22 916.54 844.48 758.28 569.27 425.71 198.22 36.17 0 446.108
Sep 50.33 257.63 475.61 649.67 833.16 829.74 935.67 776.75 627.31 380.39 140.74 39.33 0 461.256
Okt 55.43 342.18 574.33 753.27 866.44 887.58 931.05 837.34 611.17 225.67 152.28 28.67 0 481.954
Nop 46.36 328.9 506.9 683.92 877.4 899.5 882.96 256.4 292.6 198.8 116 27.56 0 393.638
Des 73.72 248.2 438.3 605.52 690.8 759.7 667.2 523.4 226.9 179.8 100 48.32 8.96 351.601
Data rerata radiasi MTH bulan : januari s/d Desember tahun 2014 diambil dari jam : 06.00 s/d 18.00 wib. Ditampilkan dalam grafik balok seperti dibawah :
Grafik 2: Grafik balok rerata radiasi MTH bulanan tahun 2014
IV. ANALISA & KESIMPULAN Analisa Semburan abu vulkanik dari letusan gunung kelud yang menyebar ke beberapa wilayah terutama jawa timur, jawa tengah dan jawa barat, menimbulkan dampak luar biasa. Di BPD Watukosek yang mempunyai jarak lurus sekitar : 57,7 km. Terhadap lokasi gunung kelud dampak abu vulkanik di analisa dari data pengamatan radiasi MTH yang berpengaruh pasca letusan (tanggal 14 dan 15 Februari 2014) dengan hasil analisa sebagai berikut.
Data radiasi MTH harian untuk tanggal : 14 dan 15 februari 2014 menunjukkan konsentrasi sangat kecil dengan nilai rerata harian : 44,15 W/m2 dan 286,16 W/m2
Dari konsentrasi radiasi MTH dampak letusan untuk bulan februari 2014 memberikan pengaruh nilai rerata bulanan menjadi kecil dibandingkan dengan nilai rerata bulan lainnya (untuk bulan Februari 2014 = 177,64 W/m2)
Pengambilan data diatas merupakan jumlah rerata data (ƩAVG) baik harian, bulanan dan tahunan
Dengan membandingkan beberapa data diatas, maka analisa konsentrasi radiasi MTH untuk harian, bulanan dan tahunan dapat dilakukan daru dampak letusan gunung kelud. Kesimpulan. Jarak antara lokasi observasi radiasi MTH (BPD Watukosek) dengan lokasi gunung kelud sesuai garis lurus sekitar : 57,7 km. Pada saat terjadi letusan maka abu vulkanik memberikan dampak pada konsentrasi radiasi MTH terutama pada 2 hari pasca letusan (tanggal : 14 & 15 Februari 2014) pemanfaatan data radiasi MTH terhadap dampak letusan gunung kelud diprioritaskan saat terjadi letusan (tahun 2014) pada data tahunan dengan melakukan beberapa cara :
Mencari nilai rerata (AVG) data radiasi tahun 2014
Menentukan nilai jumlah rerata (ƩAVG) radiasi bulanan selama satu tahun
Menentukan jumlah rerata (ƩAVG) radiasi harian tgl14 dan 15 februari 2014.
0
1000
Jan
uar
i
Feb
ru…
Mar
et
Ap
ril
Me
i
Jun
i
Juli
Agu
st…
Sep
te…
Okt
ob
…
No
pe…
De
se…
Rad
iasi
(W
/m2)
Grafik Rerata Radiasi MTH BulananTahun 2014
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
25
Membuat grafik untuk masing-masing data
Membandingkan masing-masing grafik dan membuat kesimpulan. Dari hasil analisa data radiasi MTH tersebut maka dapat disimpulkan bahwa abu vulkanik yang dihasilkan dari letusan gunung kelud berdampak tertutupnya cahaya MTH yang masuk pada sensor AWS, sehingga mempengaruhi radiasinya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Masatomo Fujiwara, Operation Manual For EN-SCI Ozonesonde System [2]. Norman R Beers ” Meteorological Thermodynamics and Atmosphere Statics ” Edited by FA. Berry Jr. [3]. T. Subiakto (2008), Desain & Rancang Bangun Instrument Pendeteksi Ozon Permukaan Sistem Logger dari Sensor ECC Ozonesonde, dari Prosiding Seminar Instrumentasi Berbasis Fisika 2008 Gedung Fisika ITB . 28 Agustus 2008 Editor : Mitra Djamal, Suparno Satira, 145 – 149, ISBN 978-979-96520-4-1 [4]. Vaisala, Operations Manual Ozonesonde User’s Guide. OES-UIOIen-12. 3 May 1996. Japan
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
26
KLASIFIKASI CITRA RETINOPATI DIABETIKA MENGGUNAKAN TWO
DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN K-
NEAREST NEIGHBOR
Fitri Damayanti1, Wahyudi Setiawan2, Yeni Kustiyahningsih3
1,2, 3 Prodi Manajemen Informatika, Universitas Trunojoyo Madura
JL Raya Telang PO BOX 2 Kamal, Bangkalan, Jawa Timur [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Retinopati Diabetika merupakan penyakit pada retina mata disebabkan oleh komplikasi
dari penderita dengan kadar gula tinggi atau diabetes. Penyakit ini dapat menyebabkan
kebutaan total pada penderita jika tidak ditangani sedini mungkin. Retinopati Diabetika
dapat diketahui melalui foto citra retina menggunakan kamera fundus. Citra retina dibagi
menjadi 2 (dua) bagian yaitu citra pelatihan dan citra pengujian. Konsep pengenalan pola
diterapkan pada penelitian ini. Tiga proses utama dari sistem yaitu pertama tahap
preprocessing, merupakan tahapan dimana proses perbaikan citra dilakukan.
Preprocessing meliputi grayscale green channel, filter Gaussian, Ekualisasi Histogram
CLAHE dan Masking. Tahap kedua yaitu ekstraksi ciri, bertujuan untuk mendapat ciri-ciri
tertentu yang membedakan antar kelas citra. Ekstraksi ciri menggunakan metode Two
Dimensional Principal Component Analysis (2DPCA). Tahap ketiga yaitu klasifikasi,
bertujuan untuk mengelompokkan citra retina yang diuji. Metode klasifikasi yang
digunakan yaitu k-Nearest Neighbor. Pada penelitian ini citra retina diklasifikasikan
menjadi 5 (lima) kelas yang berbeda diantaranya citra retina normal, retinopati diabetika
derajat 1, 2 dan 3 serta citra retina tidak teridentifikasi. Dari hasil pengujian, prosentase
tertinggi keakuratan klasikasi sebesar 78%.
Kata kunci : Retinopati diabetika, Two Dimensional Principal Component Analysis, K-
Nearest Neighbor
1. Pendahuluan
Latar Belakang
Teknologi di bidang kedokteran telah banyak yang menggunakan pencitraan medis
dalam membantu untuk menganalisis dan mendeteksi penyakit, diantaranya yaitu citra
fundus hasil dari foto retina untuk mendeteksi retinopati diabetika. Pemilihan topik ini
berdasarkan pada makin tingginya kasus penderita diabetes. Resiko retinopati diabetika
semakin meningkat seiring dengan semakin lamanya pasien menderita diabetes.
Penelitian ini memberikan alternatif solusi dengan membangun sebuah sistem yang
relatif lebih cepat dibandingkan dengan sistem analisis yang telah berjalan. Pada
penelitian ini dibangun sebuah sistem klasifikasi tingkat resiko retinopati diabetika.
Beberapa tahapan dibuat untuk membangun sistem yaitu Preprocessing, ekstraksi ciri
dan klasifikasi. Preprocessing menggunakan grayscale green channel, filter gaussian,
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
27
ekualisasi histogram CLAHE dan masking. Ekstraksi ciri menggunakan metode Two
dimensional Principal Component Analysis (2DPCA). Klasifikasi menggunakan metode k-
Nearest Neighbor (k-NN).
Tujuan
Tujuan pada penelitian ini adalah merancang bangun perangkat lunak yang
mampu melakukan klasifikasi tingkat resiko retinopati diabetika secara otomatis. Sistem
ini mampu untuk mengklasifikasikan sebanyak 5 (lima) kelas, yaitu normal, retinopati
diabetika derajat 1, derajat 2, derajat 3 dan tidak teridentifikasi.
2. Pembahasan
Preprocessing
Preprocessing bertujuan untuk memperbaiki kualitas citra dengan cara
memanipulasi parameter-parameter citra. Dalam penelitian ini, proses pra pengolahan
terdiri dari citra kanal hijau, filter Gaussian, Contrast Limited Adaptive Histogram
Equalization (CLAHE) dan Segmentasi.
Two Dimensional Principal Component Analysis (2DPCA)
2DPCA merupakan metode untuk ekstraksi ciri. Pada PCA setiap data citra harus dibuah
menjadi matriks baris atau matriks kolom. Pada 2DPCA digunakan matriks tetap dalam
bentuk aslinya yaitu 2 (dua) dimensi.
Algoritma 2DPCA sebagai berikut [1]:
1. Himpunan matriks citra training M, dari basis data citra retina (Aj), dimana Aj =
[A1,A2,...Am], j =(1,2,3...,M). Citra retina memiliki dua dimensi yang
direpresentasikan dengan matriks Y
𝑌 = [
𝑥11 𝑥21 … 𝑥𝑀1
𝑥12 𝑥22 … 𝑥𝑀2
… … … …𝑥1𝑁 𝑥2𝑁 … 𝑥𝑀𝑁
] (1)
2. Rata-rata total dari matriks himpunan pelatihan (Ā) , perhitungannya
Ā = 1
𝑀 ∑ 𝑌𝑗
𝑀𝑗=1 (2)
3. Matriks selisih dari setiap citra Aj dengan Ā
𝐵 = 𝐴𝑗 − Ā (3)
4. Matriks kovarian dari himpunan citra pelatihan (Gt)
𝐺𝑡 = 1
𝑀 ∑ (𝐴𝑗 − Ā)
𝑇(𝐴𝑗 − Ā)𝑀
𝑗=1 (4)
5. Matriks eigenvalue dan eigenvector dari matriks kovarian menggunakan metode
Singular Value Decomposition (SVD).
𝐴 𝑣 = 𝜆 𝑣 (5)
dimana A = square matriks (NxN); v = eigen vector; λ = eigen value
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
28
6. Urutkan eigenvalue secara decreasing dan kolom dari eigenvector menyesuaikan
hasil indeks dari eigenvalue.
𝜆1 > 𝜆2 > 𝜆3 > ⋯ > 𝜆𝑁
Klasifikasi dengan metode k-Nearest Neighbor
Metode k-Nearest Neighbor (k-NN) adalah sebuah metode untuk melakukan klasifikasi
terhadap objek berdasarkan data pembelajaran yang jaraknya paling dekat dengan objek
tersebut. Data pembelajaran diproyeksikan ke ruang berdimensi banyak, dimana masing-
masing dimensi merepresentasikan ciri dari data. Ruang ini dibagi menjadi bagian-bagian
berdasarkan klasifikasi data pembelajaran. Dekat atau jauhnya tetangga biasanya
dihitung berdasarkan jarak Euclidean dengan rumus umum sebagai berikut :
𝑑𝑖 = √∑ (𝑥2𝑖 − 𝑥1𝑖)2𝑝𝑖=1 (6)
dengan:
x1 = sampel data; x2 = data uji; i = variabel data; d = jarak; p = dimensi data
Retinopati Diabetika
Prosentase terjadinya retinopati diabetika pada penderita diabetes melitus
cukup tinggi yaitu berkisar 40%-50%. Pada umumnya retinopati diabetika terjadi pada
penderita diabetes melitus yang telah terjangkit selama 10 tahun. Kelainan pada retina
yang dapat terjadi akibat retinopati diabetika diantaranya [2] :
1. Mikroaneurisma merupakan penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena
dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah.
2. Hemorrhages biasanya tampak pada dinding kapiler dan terlihat bercak darah keluar
dari pembuluh darah, terlihat berwarna merah gelap, lebih besar dari
mikroaneurisma.
3. Hard exudates merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus yaitu
tidak beraturan dan kekuning-kuningan.
4. Soft exudates sering disebut cotton wool patches merupakan iskemia retina, terlihat
bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih.
5. Neovaskularisasi atau pembuluh darah baru biasanya terletak di permukaan jaringan,
tampak sebagai pembuluh darah yang berkelok-kelok, dalam, berkelompok dan tidak
beraturan.
Hasil diagnosa medis setiap citra dapat menunjukkan tingkat retinopati diabetika:
0 (Normal): (μA = 0) AND (H = 0)
1 : (0 < μA <= 5) AND (H = 0)
2 : ((5 < μA < 15) OR (0 < H < 5)) AND (NV = 0)
3 : (μA >= 15) OR (H >=5) OR (NV = 1)
μA adalah jumlah mikroaneurisma, H adalah jumlah hemorrhages, NV = 1 artinya
terdapat neovaskularisasi, NV = 0 artinya tidak terdapat neovaskularisasi.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
29
Penelitian Sebelumnya Beberapa penelitian tentang deteksi dan klasifikasi retinopati diabetika
diantaranya adalah Pertama, Segmentasi citra retina retinopati diabetika untuk
membantu pendeteksian mikroaneurisma. Pada penelitian ini dilakukan kombinasi
terhadap metode-metode seperti variasi skala keabuan (skala keabuan biasa, kanal
merah, kanal hijau, kanal biru), filter gaussian, histogram modifikasi (ekualisasi histogram
dan ekualisasi adaptif Histogram), binerisasi (iterasi dan pengambangan ganda), filter
median dan pelabelan komponen terhubung. Pengujian masing-masing kombinasi
dilakukan pada citra retina yang berasal dari dataset DIARETDB1. Dihitung akurasi
dengan membandingkan hasil penandaan dokter antara citra asli dan citra hasil
segmentasi. Hasilnya kombinasi metode dengan kanal hijau, filter gaussian, adaptif
ekualisasi histogram 9 x 9, ambang ganda dengan t1=70 dan t2=90, dan filter median
memberikan akurasi sistem yang paling tinggi yaitu sebesar 94% [3].
Penelitian selanjutnya adalah deteksi retinopati diabetika menggunakan
machine learning. Kelas dibagi menjadi 2 (dua) yaitu Non Proliferative Diabetic
Retinopathy (NPDR) dan Proliferative Diabetic Retinopathy (PDR). Metode yang
digunakan diantaranya probabilistik neural network (PNN), Bayesian Classification dan
Support Vector Machine. Citra yang digunakan untuk pelatihan sejumlah 100 citra, citra
pengujian 250. Prosentase kebenaran untuk PNN 89,6%, Bayesian 94,4%, SVM sebesar
97,6% [4] .
Penelitian selanjutnya adalah Deteksi dan klasifikasi retinopati diabetika
menggunakan citra retina. Penelitian ini melakukan tiga tujuan yaitu deteksi blood vessel,
identifikasi haemorhages dan klasifikasi citra retina kedalam 2 kelas yang berbeda,
normal moderate dan non proliferative Diabetic retinopathy (M-NPDR) . Metode
klasifikasi yang digunakan yaitu random forest techniques. Dari hasil penelitian
didapatkan keakuratan sistem untuk retina normal 90%, untuk retina M-NPDR sebesar
87,5% [5].
Perancangan
Sistem klasifikasi retina meliputi tahap pelatihan dan pengujian. Tahap
pelatihan dimulai dengan menginputkan citra retina, selanjutnya pada citra akan
dilakukan preprocessing. Ekstraksi ciri pada proses pelatihan dilakukan dengan
menggunakan metode 2DPCA. Tahap ini bertujuan untuk mendapatkan ciri-ciri yang
terpilih dari masukan data-data pelatihan. Ciri-ciri yang terpilih nantinya digunakan untuk
proses klasifikasi pelatihan dan digunakan untuk ekstraksi ciri data pengujian.Ekstraksi
ciri pada proses pengujian dilakukan dengan mengambil hasil ekstraksi ciri pada proses
pelatihan diterapkan pada data pengujian. Hasil ekstraksi ciri pada data pengujian ini
nantinya digunakan sebagai inputan pada proses klasifikasi pengujian.
Proses klasifikasi pelatihan dilakukan setelah data-data pelatihan diambil ciri-ciri
khusus, ciri-ciri khusus ini berupa vektor ciri yang dimensinya lebih kecil. Dalam
penelitian ini menggunakan k-Nearest Neighbor. Gambar 1 merupakan tahapan proses
sistem deteksi retinopati diabetika.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
30
Gambar 1. Tahapan Proses Sistem Deteksi Retinopati Diabetika
Percobaan
Skenario ujicoba merupakan perlakukan yang dilakukan untuk melakukan ujicoba data
pengujian terhadap data pelatihan. Skenario ujicoba dibuat sebagai berikut :
1. Data pelatihan menggunakan 50 data pelatihan, masing-masing kelas diambil 10
citra pelatihan. Data pengujian menggunakan 25 citra pengujian, masing-masing
kelas menggunakan 5 citra.
2. Data pelatihan menggunakan 75 data pelatihan, masing-masing kelas diambil 15
citra pelatihan. Data pengujian menggunakan 25 citra pengujian, masing-masing
kelas menggunakan 5 citra. Data pengujian sama dengan skenario 1.
3. Data pelatihan menggunakan 100 data pelatihan, masing-masing kelas diambil 20
citra pelatihan. Data pengujian menggunakan 25 citra pengujian, masing-masing
kelas menggunakan 5 citra. Data pengujian sama dengan skenario 1.
Data yang digunakan pada penelitian ini diambil dari dataset citra retinopati diabetika
MESSIDOR.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
31
Hasil
Setelah dilakukan ujicoba pengenalan tanda tangan dengan 3 (tiga) macam skenario
didapatkan akurasi tertinggi yaitu sebesar 78%. Tabel 1 merupakan tingkat keakurasian
klasifikasi sistem.
Tabel 1 Tingkat Keberhasilan klasifikasi data retinopati diabetika
3. Kesimpulan
Berdasarkan uji coba dan pembahasan hasil pengujian terhadap sistem deteksi retinopati
diabetika dengan metode Two Dimensional Principal Component Analysis (2DPCA) dan
k-Nearest Neighbor, dapat diuraikan kesimpulan.
1. Terdapat dua variabel penting yang mempengaruhi tingkat keberhasilan
pengenalan, yaitu variasi urutan dari sampel pelatihan per kelas yang digunakan dan
jumlah sampel pelatihan per kelas yang digunakan.
2. Hasil uji coba menggunakan metode 2DPCA - KNN didapatkan tingkat akurasi
pengenalan optimal 78% .
Daftar Pustaka
[1] R. T. Wahyuningrum, B. Rosyid and K. E. Permana, "Pengenalan Pola Senyum menggunakan SOM berbasis Ekstraksi Fitur 2DPCA," in Seminar Nasional Teknologi Informasi (SNATI), 2013,Yogyakarta.
[2] M. Kuivalainen, "Lappeenranta University of Technology," 6 June 2005. [Online]. Available: http://www.it.lut.fi/project/retina/downloads/doc/mscthesis_kuivalainen_hq.pdf. [Accessed 8 June 2015].
[3] D. Putra and G. Suarjana, "Segmentasi Citra Retina Retinopati Diabetes untuk membantu Pendeteksian Mikroaneurisma," Jurnal Teknologi Elektro Universitas Udayana, vol. 9, no. 1, 2010, pp. 44-49.
[4] R. Priya and P. Aruna, "Diagnosis of Diabetic Retinopathy Using Machine Learning Techniques," ICTACT JOURNAL ON SOFT COMPUTING, vol. 3, no. 4, 2013, pp. 563-575.
[5] D. Selvathi, N. B. Prakash and N. Balagophal, , "Automated Detection of Diabetic Retinopathy for Earlier diagnosis using feature extraction and Support Vector Machine," International Journal of Emerging Technologies and Advanced Engineering, vol. 2, no. 11, 2012, pp. 103-108.
Dataset Jumlah
Data
Pelatihan
Jumlah
Data Uji
Akurasi
Pengenalan
optimal Retinopati
diabetika
50 25 70%
75 25 68%
100 25 78%
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
32
IMPLEMENTASI BARGANNING SYSTEM DALAM E-COMMERCE
Muhammad Prakarsa A.S,S.T,S.Kom,M.Kom
Politeknik Piksi Ganesha, Bandung e-mail : [email protected]
Abstrak
Kemajuan pesat dalam teknologi telekomunikasi dan informatika melahirkan suatu bentuk perdagangan baru berupa perdagangan menggunakan media elektronik (e-commerce) yang memungkinkan terjadinya perdagangan melewati batas-batas negara serta penguasaan pasar dunia dalam bentuk transnational company. E-commerce merupakan penggunaan internet dan web dalam melakukan transaksi bisnis dan e-commerce secara digital mampu mem-permudah transaksi komersial antar organisasi dan antara organisasi dengan individu[1]. Dengan bertambahnya pengguna internet di Indonesia maka pangsa pasar di dunia online akan meningkat. Tingkat penjualan bisnis online dapat di tingkatkandengan aktiftas promosi online lewat internet, cara ini dapat membantu untuk meningkatkan penjualan, karena semakin sering kita promosi bisnis online yang kita miliki, maka akan semakin banyak orang yang mengenal dan tahu tentang apa yang kita tawarkan. Dengan begitu maka akan semakin besar peluang untuk terjadinya penjualan
Kata Kunci : Fuzzy, Barganning, E-Commerce
I. Pendahuluan
Dengan melihat kegiatan yang lazim terjadi di pasar tradisional Indonesia yaitu transaksi tawar-menawar harga antara penjual dan pembeli. Kita dapat menjadikan kegiatan tersebut sebagai ide promosi untuk menjual sebuah produk dengan harga yang dapat di tawar. Transaksi tawar-menawar terjadi dikarenakan pembeli akan selalu berusaha mendapat produk dengan kualitas baik dan dengan harga yang murah. Situasi tawar menawar adalah dua atau lebih agen yang memiliki kepentingan bersamadan dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan, tetapi memiliki kepentingan mana yang akan dicapai Melihat adanya potensi untuk menarik perhatian konsumen di dunia online maka tawar-menawar dapat dijadikan promosi yang akan ditaruh di e-tailing. Dengan membangun bargaining system diharapkan produk dapat terjual tanpa merusak standar harga. Sistem tersebut akan menjadi salah satu strategi untuk menjual dan mempromosikan produk. Untuk perusahaan yang sudah memiliki online retailing web store dapat menerapkan online bargaining services di situs web mereka. Tapi dengan merekrut banyak staf untuk melakukan bargain dengan customers dapat menghabiskan banyak biaya untuk perusahaan[2].
II Bargaining
Bargaining adalah kemampuan konsumen atau pembeli untuk memiliki tingkat pengaruh pada tingkat harga yang dituntut untuk berbagai barang atau jasa[4]. Tingkat dayatawar ini akan tergantung pada banyaknya jumlah pilihan yang terbuka bagi konsumen yang bersaing. Dalam pengaturan yang di mana kedua belah pihak memiliki lebih atau kurang daya tawar yang sama, potensi untuk menegosiasikan resolusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak biasanya lebih mudah untuk dicapai. Misalnya, dalam situasi di mana hanya ada sedikit pemasok barang atau jasa, dan setiap pemasok
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
33
menjual barang dengan harga yang sangat mirip dengan kompetitornya, ini dipandang sebagai ketidaksetaraan dalam daya tawar [2]. Konsumen memiliki sedikit kesempatan untuk menuntut tingkat yang lebih rendah, karena pesaing telah menetapkan harga mereka menjadi cermin satu sama lain. Dalam skenario ini, konsumen hanya memiliki dua opsi: membayar sesuai harga yang ditetapkan oleh badan yang memonopoli pasar, atau melupakan membeli barang sama sekali.
III Tsukomoto Fuzzy Logic
Konsep tentang logika fuzzy diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Astor Zadeh pada 1962. Logika fuzzy adalah metodologi sistem kontrol pemecah masalah, yang cocok untuk diimplementasikan pada sistem, mulai dari sistem yang sederhana, sistem kecil, embedded system, jaringan PC, multi-channel atau workstation berbasis akuisisi data, dan sistem kontrol [5]. Selain itu logika fuzzy juga dapat diartikan suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Logika fuzzy dikatakan sebagai logika baru yang lama, sebab ilmu tentang logika fuzzy modern dan metodis baru ditemukan beberapa tahun lalu. Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input kedalam suatu ruang output. Sebagai contoh :
1 Manajer pergudangan mengatakan pada manajer produksi seberapa banyak persediaan barang pada akhir minggu ini, kemudian manajer produksi akan menetapkan jumlah barang yang harus diproduksi esok hari.
2. Pelayan restoran memberikan pelayanan terhadap tamu, kemudian tamu akan memberikan tip yang sesuai atas baik tidaknya pelayanan yang diberikan.
Salah satu contoh pemetaan suatu suatu input-output dalam bentuk grafis seperti terlihat pada Gambar berikut
Gambar 1
Sistem inferensi fuzzy menerima input crips. Input ini kemudian dikirim ke basis pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy dalam bentuk IF-THEN. Fire strength akan dicari pada setiap aturan. Apabila jumlah aturan lebih dari satu, maka akan dilakukan agregasi dari semua aturan. Selanjutnya, pada hasil agregasi akan dilakukan defuzzy untuk mendapatkan nilai crisp sebagai output sistem[4]. Pada dasarnya, metode tsukamoto mengaplikasikan penalaran monoton pada setiap aturannya. Kalau pada penalaran monoton, sistem hanya memiliki satu aturan. Tetapi pada metode tsukamoto, sistem terdiri dari beberapa aturan. Karena menggunakan konsep dasar penalaran monoton, pada metode tsukamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan monoton. Output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas (crips). Proses agregasi antar aturan dilakukan, dan hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan defuzzy dengan konsep rata-rata terbobot [5].
Contoh perhitungan Fuzzy penawaran
Stok awal = 10 pcs Jumlah stok yang terjual = 1 pcs
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
34
Sisa stok = 9 pcs Target penjualan = 8 pcs Harga jual normal = Rp 200.000,00 Harga mitra = Rp 170.000,00
Rule Fuzzy
[R1] IF Stok is SEDIKIT and Target is TERPENUHI THEN Potongan is RENDAH. [R2] IF Stok is SEDIKIT and Target is BELUM TERPENUHI THEN Potongan is
TINGGI. [R3] IF Stok is SEDANG and Target is TERPENUHI THEN Potongan is RENDAH. [R4] IF Stok is SEDANG and Target is BELUM TERPENUHI THEN Potongan is
TINGGI. [R5] IF Stok is BANYAK and Target is TERPENUHI THEN Potongan is RENDAH. [R6] IF Stok is BANYAK and Target is BELUM TERPENUHI THEN Potongan is
TINGGI.
Gambar Himpunan Fuzzy Potongan Harga
IV Implementation
Dalam proses pembangunan sebuah E-Commerce dibutuhkan sebuah analisis percangan data dan aplikasi baik dengan standart pengujian yang sesuai berikut merupakan ERD dari yang dirancang sebagai dasaran aplikasi
Gambar ERD
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
35
Gambar Proses Tawar Menawar
Gambar Proses Penawaran dibawah Harga Rekomendasi Sistem
Gambar Proses Penawaran mendekati Harga Rekomendasi Sistem
Gambar Proses Penawaran sesuai dengan Harga Rekomendasi Sistem
Gambar shopping chart barang proses tawar menawar
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
36
V Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan pembahasan diatas dan pengimplemantasian yang telah dilakukan makan dapat disimpulkan :
Dalam dunia bisnis, peranan Baranning merupakan terobosan baru dalam dunia perdagangan
Barganning merupakan salah satu cara menciptakan virtual market Fuzzy Logic dapat dimanfaatkan dalam proses barganning Perhitungan Tsukomoto dapat dibuat dengan perhitungan dinamis sesuai
dengan kebutuhan bisnis dari perusahaan Kedepannya dapat mengimplementasikan Consumer Behaviour sebagai
sebuah dasaran dalam memberikan kriteria barang-barang yang dapat dimasukan kedalam katogori barang yang dapat di jual melalui Barganning System
Daftar Pustaka:
[1] K. C. Laudon and C. G. Traver, E-Commerce 2011 Business, Technology, Society.Pearson, 2011.
[2] R. P. Wayne D. Hoyer, Deborah J. Maclnnis, Consumer Behaviour. CENGAGE Learning, 2013.
[3] M. Fasli, Agent Technology for e-Commerce. Wiley, 2007.
[4] Y. P. Sheng, A dynamic and adaptive bargaining algorithm for intelligent selling agents in electronic commerce, International Journal of Computers, Systems and Signals, 2004.
[5] H. P. Sri Kusumadesi, Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Pendukung Keputusan. Graha Ilmu,2010.
[6] P. Kotler and G. Armstrong, Principles of Marketing (14th Edition). Pearson Education, 14th ed., 2012.
[7] K. L. K. Philip Kotler, Marketing Management Global Edition, 14/E. Pearson HigherEducation, 2012.
[8] C.-H. H. C.-C. Henry Chan, Chi-Bin Cheng, Bargaining strategy formulation with crm for an e-commerce agent,Electronic Commerce Research and Applications 6, pp. 490-498, February 2007.
[9] B. T. Heinrich C. Mayr, Klaus-Dieter Schewe, Integration of bargaining into e-business systems, Informatica 30, pp. 335-345, 2006.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
37
RANCANG-BANGUN APLIKASI SISTEM WORK-IN-PROCESS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK PADA PERUSAHAAN
INDUSTRI KOMPONEN KENDARAAN
Aris Martono1) Shinta Puspita2) Umi Habibah3)
Muhammad Qhorry Satrio Diningrat4)
1,2,3,4) STMIK Raharja, Jln. Jend Sudirman 40 Modern Cikokol, Tangerang Kota. Email: [email protected]; [email protected]; [email protected];
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjaga balance work-in-process sehingga
mengurangi kesalahan selama proses produksi di lingkungan perusahaan industry komponen kendaraan. Hal ini terkait dengan kesalahan pencatatan hasil produksi yang menyebabkan tidak balance work-in-process sehingga kualitas produksi komponen khususnya skrup kendaraan kurang masksimal (studi kasus pada PT.Nitto Alam indonesia). Penelitian ini menggunakan metode analisa dengan menganalisis sistem yang berjalan, elisitasi kebutuhan sistem, dan perancangan serta implementasi sistem work-in-process. Hasil pembahasannya berupa system work-in-process yang memiliki fasilitas entry master item, customer, dan purchase order serta master mesin dan operator. Demikian juga fasilitas lain yang terkait dengan proses produksi meliputi entry hasil proses heading, rolling, furnace, platting, dan final. Untuk laporan ke pimpinan system ini difasilitasi cetak laporan hasil beberapa proses tersebut. Dengan adanya system ini dapat mengurangi kesalahan dalam proses pengolahan data, membantu unit bagian terkait dan produksi dalam mengontrol balance work-in process menjadi lebih baik, sehingga dapat menurunkan produksi ulang.
Kata kunci : work-in-process, proses heading dan rolling, proses furnace dan final PENDAHULUAN
Dalam menghadapi persaingan pasar yang sangat ketat, sekarang ini perusahaan harus mampu bersaing dengan perusahaan lain sejenis, dengan meningkatkan kedisiplinan para pekerja, efisiensi, efektivitas serta kinerja dari perusahaan, keandalan manajerial sangat penting peranannya dalam keberhasilan atau kesuksesan.
PT Nitto Alam Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pembuatan skrup yang berorientasi pada pasar ekspor tidak langsung 70%, pasar ekspor 10% dan pasar domestik 20%. Untuk memenuhi kebijakan manajemen tersebut perlu adanya perbaikan di setiap bagian, terutama bagian produksi yang memproduksi skrup diameter 2 ~ 12 mm.
Proses pembuatan skrup memiliki beberapa proses hingga menjadi skrup yang siap untuk dikirim kepada pelanggan, proses-proses tersebut adalah heading, rolling, furnace, plating dan final quality(lihat gambar 1 di bawah ini). Proses heading adalah proses pembuatan bagian kepala dari skrup, proses rolling adalah proses pembuatan bagian ulir dari skrup yang merupakan proses lanjutan dari heading, proses furnace adalah proses pembakaran skrup yang ditujukan untuk memberikan kekuatan pada skrup sehingga tidak mudah patah karena skrup-skrup tersebut digunakan untuk keperluan perusahaan elektronik, otomotif, furnitur dan lain-lain, proses plating adalah proses pelapisan dan pewarnaan skrup yang ditujukan agar skrup tidak mudah karat, proses final quality adalah proses pemilahan antara skrup yang memenuhi standar dengan yang tidak. Proses pembuatan skrup ini dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
38
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dimana bagian PPIC (Production Planning
and Inventory Control) banyak menerima form-form hasil produksi yang ditulis operator produksi dari bagian heading hingga final quality, dimana item-itemnya beraneka ragam, dengan mesin-mesin yang beraneka ragam sehingga menimbulkan beberapa masalah antara lain: a. Memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan data-data proses produksi. b. Sering terjadi kesalahan pencatatan hasil produksi. c. Laporan yang dihasilkan masih kurang baik, sehingga kurang memenuhi kebutuhan
pihak yang berkepentingan. d. Informasi balance work-in-process (WIP) kurang akurat yang menyebabkan
terjadinya poin-poin penting, misalnya pemesanan dalam jumlah banyak, tapi tidak diimbangi dengan waktu yang sesuai untuk produksi, sehingga menyebabkan kualitas produksi sekrup kurang maksimal.
e. Memerlukan overtime di bagian PPIC pada saat pembuatan laporan hasil produksi. f. Terjadi lost time pada saat pembuatan laporan hasil produksi dibagian produksi. Oleh karena itu dapat dirumuskan masalahnya antara-lain : (a) bagaimana kondisi proses produksi saat ini; (b) bagaimana menganalisis sistemnya sehingga dapat diketahui kebutuhan-kebutuhannya; dan (c) bagaimana merancang dan mengimplementasi system tersebut.
Penilitian ini dibatasi lingkup kegiatannya pada entry data hasil produksi heading, rolling, furnace, plating dan final quality, serta pembuatan laporan hasil produksi harian dan balance WIP. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan meliputi metode survey, metode analisis system dan metode perancangan serta implementasi system. Metode pengumpulan data meliputi: wawancara, observasi dan studi pustaka.
Metode analisa sistem merupakan kegiatan menganalisa sistem yang berjalan sampai dengan usulan untuk mengetahui bagaimana proses-proses dalam sebuah sistem dilakukan, mempelajari keunggulan dan kelemahan dari sistem, memahami dan memodelkan proses yang ada, mengenai proses apa yang diperlukan, bagaimana hubungan proses, arus data, penyimpanan data serta kebutuhan akan data.
Metode perancangan sistem yaitu bagaimana sebuah sistem akan didesain dalam satu kesatuan data yang ditentukan. Memberikan gambaran yang jelas mulai dari data yang di proses, kemudian dibuat diagram hubungan kesatuan luar, ditransformasikan ke logical record structure, dibuat relasi dalam bentuk tabel, dinormalisasikan, dirancang dalam tampilan dialog layar sampai spesifikasi basis data. Hasil rancangan tersebut diimplementasikan kedalam sistem. KAJIAN LITERATUR Perencanaan dan pengendalian produksi/ PPIC (Production Planning and Inventory Control) adalah suatu perencanaan dan pengendalian arus masuk bahan baku sampai keluar dari pabrik sehingga keuntungan optimal dapat tercapai. Melalui perencanaan dan pengendalian produksi yang baik, dicapai penghematan dalam biaya bahan, pemanfaatan sumber daya baik fasilitas produksi (mesin), tenaga kerja atau waktu yang optimal(tidak boros).
Start Heading Rolling Furnace Plating Final quality
Stop Gambar 1. Proses Pembuatan Skrup
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
39
Tujuan PPIC ini adalah untuk memanfaatkan secara efektif sumber daya yang ada dalam memproduksi barang/ jasa sehingga dapat memuaskan permintaan pembeli atau pengguna dan menghasilkan keuntungan bagi investor. Selain itu PPIC juga mempunyai fungsi agar dapat menentukan peramalan permintaan/ penjualan untuk periode yang akan datang, perencanaan produksi, penjadwalan produksi dan pengendalian persediaan (inventory control). Sedangkan beragam kendala dapat muncul dalam perencanaan dan pengendalian produksi meliputi ketersediaan sumber daya, jadwal/ waktu pengiriman produk dan kebijakan manajemen.
Work-in-process (WIP) inventory (barang setengah jadi) merupakan bentuk peralihan antara bahan baku dengan produk setengah jadi dimana bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai(lihat gambar 2). Adanya WIP disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk yang disebut cycle time (siklus waktu).
Gambar 2. Proses Transformasi Produksi
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam perancangan suatu sistem informasi, diperlukan sebagai alat bantu yang
memiliki fungsi masing – masing. Secara umum alat bantu tersebut bermanfaat sebagai suatu media yang dapat menjelaskan alur atau proses yang akan dirancang. Hal ini diperlukan untuk mempermudah bagi perancang sistem dalam menentukan langkah – langkah dalam merancang sistem sesuai dengan permasalahan yang diminta oleh pengguna. Sehingga sistem tersebut dapat menghasilkan output dengan informasi yang
sesuai dengan kebutuhan. Use case diagram adalah untuk menyajikan gambaran grafis dari fungsi yang disediakan sistem dan digunakan oleh actor.
Perencanaan dan pengendalian produksi/ PPIC adalah merupakan suatu perencanaan dan pengendalian arus masuk bahan baku sampai keluar dari pabrik sehingga keuntungan optimal dapat tercapai. Melalui perencanaan dan pengendalian produksi yang baik, akan dicapai penghematan dalam biaya bahan, pemanfaatan sumber daya baik fasilitas produksi (mesin), tenaga kerja atau waktu yang optimal. Tujuannya adalah untuk memanfaatkan secara efektif sumber daya yang ada dalam memproduksi barang/ jasa sehingga dapat memuaskan permintaan pembeli atau pengguna dan menghasilkan keuntungan bagi investor. Selain itu PPIC juga mempunyai fungsi yang dapat menentukan peramalan permintaan/penjualan untuk periode mendatang, perencanaan produksi, penjadwalan produksi dan pengendalian persediaan. Sehingga beberapa kendala dapat muncul dalam perencanaan dan pengendalian produksi mencakup ketersediaan sumber daya, jadwal/waktu pengiriman produk dan kebijakan manajemen.
Bahan baku atau komponen yang sudah mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai ini disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk yang disebut cycle time (siklus waktu).
Analisa Permasalahan Sistem
Berdasarkan analisa yang dilakukan, sistem pengolahan data yang berlangsung pada PT. Nitto Alam Indonesia masih berjalan kurang optimal karena laporan produksi masih manual. Hasil analisis sistem yang berlangsusng saat ini dapat diuraikan beberapa permasalah yang terjadi, antara lain: a) Input data hasil produksi (Heading, Rolling, Furnace, Plating dan Final Quality)
dilakukan oleh bagian PPIC sehingga sering menimbulkan overtime b) Terjadi lost time dibagian produksi pada saat pembuatan laporan hasil produksi
harian, karena laporan hasil produksi masih ditulis tangan oleh masing-masing operator produksi.
Barang
Setengah Jadi (WIP) Bahanbu
Barang Jadi Barang setengah jadi
(WIB) Bahan
Setengah jadi
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
40
c) Pengendalian order dari customer mengalami kesulitan karena laporan hasil produksi kurang uptodate dan akurat
d) Jumlah barang non moving/ Dead stock tinggi karena pengontrolan barang dimasing-masing proses produksi dilakukan secara manual yang mengakibatkan timbulnya produksi ulang.
Perancangan Sistem Dari analisa sistem yang sedang berjalan sekarang, dapat dirancang sistem yang
baru. Dengan adanya sistem ini bertujuan memperbaiki dan menyempurnakan sistem yang berjalan. Sistem ini yaitu Sistem Work In Process berbasis object untuk meningkatkan produktivitas kerja pada PT.Nitto Alam Indonesia. Sistem ini terdiri dari beberapa subsistem yaitu entry master item, entry master customer, entry master purchase order, entry master mesin, entry master operator, entry hasil proses heading, entry hasil proses rolling, entry hasil proses furnace, entry hasil proses platting dan entry hasil proses final quality serta laporan proses produksi. Sistem WIP ini digambarkan dalam use case diagram seperti gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Use Case Diagram Sistem WIP
Beberapa stakeholder yang bertanggung terhadap sistem ini antara-lain Bagian
PPIC yang bertanggung jawab terhadap data master item, master customer, master purchase, master mesin, master operator. Bagian Produksi bertanggung jawab terhadap data hasil proses dari heading, rolling, furnace, dan plating. Bagian Final Quality bertanggung jawab terhadap data final quality. Bagian PPIC Pimpinan yang memanfaatkan laporan-laporan seperti laporan-laporan hasil proses dari heading. rolling, furnace dan plating serta final quality.
Activity Diagram System WIP
Proses pencatatan hasil produksi ini dimulai dari proses heading, proses rolling, proses furnace, proses platting serta proses final quality yang dilakukan oleh unit yang bertanggung-jawab. Proses heading dari hasil produksi ini digambarkan pada activity diagram pada gambar 4 di bawah ini.
Gambar 4. Pencatatan Hasil Produksi Proses Heading
Proses pencatatan hasil produksi ini berakhir pada proses final quality yang
dapat dilihat pada gambar 5 Pencatatan hasil produksi proses final quality seperti berikut ini.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
41
Gambar 5. Pencatatan Hasil Produksi Proses Final Quality
Semua proses pencatatan hasil produksi dari unit yang bertanggung-jawab harus
dilaporkan ke pimpinan. Mekanisme proses laporan produksi ini dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Mekanisme Laporan Hasil Produksi Model Konseptual Class System WIP
Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class ini menggambarkan keadaan (atribut/property) suatu sistem, sekaligus memberikan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut. Model konseptual class system work-in-process ini terdapat beberapa class antara-lain: custable, tabpos, inventable, produksi, proses, detab_produksi, employees dan mesin seperti pada gambar 7 Model konseptual class work-in-process
Gambar 7. Model Konseptual Class System WIP
Perancangan Layar
Rancangan layar menu utama dari sistem informasi WIP ini terdapat beberapa
fasilitas antara-lian:
1. Menu Master yaitu link menuju tampilan Form Master Item, P/O Prodksi, Karyawan, Mesin, dan Customer.
2. Menu Proses yaitu link menuju tampilan untuk menambah, melihat dan menghapus data hasil produksi Heading, Rolling, Furnace, Plating dan Final Quality.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
42
3. Laporan, link menuju tampilan untuk melakukan print atau cetak untuk form hasil produksi Balance WIP, Heading, Rolling, Furnace, Plating dan Final Quality.
Rancangan layar menu utama dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini.
Gambar 8. Rancangan Layar Menu Utama
Untuk menambah data heading dapat dipilih fasilitas menambah data heading dan akan ditampilkan rancangan layar menambah data heading seperti pada gambar 9 di bawah ini. Data heading ini terdiri dari header dan detail P/O (Purchase Order) dimana detail P/O mencakup no.P/O, item ID, item name, quantity pieces dan quantity kg.
Gambar 9. Rancangan Layar Menambah Data Heading
Rancangan layar report balance WIP merupakan laporan balance WIP periode tertentu yang terdiri dari item ID, item name, heading, rolling, furnace, platting dan FQ. Laporan balance WIP ini dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini.
Gambar 10. Rancangan Layar Report Balance WIP
KESIMPULAN
Dari uraian di atas, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai-berikut :
a. Dalam segi pengolahan data, sistem yang telah terkomputerisasi dapat mempercepat proses pengolahan data serta hasil dari pengolahan yaitu informasi akan lebih akurat , handal serta tepat waktu.
b. Terjaganya balance WIP, sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan produksi dan kesalahan poin penting lainnya seperti memudahkan bagian PPIC pada saat pencarian barang WIP.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
43
c. Sistem komputerisasi yang dibuat dapat memudahkan kinerja bagian marketing dalam melayani pertanyaan-pertanyaan pelanggan dengan memberikan informasi tentang status barang pesanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Darno.2014. Perancangan Sistem Proses Produksi Untuk Meningkatkan Produktivitas. Penelitian Skripsi. Tangerang:STMIK Raharja
2. Hanif Al Fatta.2007. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern . Yogyakarta:Amikom.
3. Gaspersz, Vincent.2004.Production Planning And Inventory Control: Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II Dan JIT Menuju Manufakturing 21. Jakarta:Gramedia Utama.
4. Henderi. 2011. Desain Aplikasi E-Learning Sebagai Media Pembelajaran Artificial Informatics. Tangerang: Perguruan Tinggi Raharja. CCIT Journal Edisi 1 Vol. 1.
5. Jogiyanto, H.M. 2008. Sistem Teknologi Informasi: Pendekatan Terintegrasi Konsep Dasar Teknologi, Aplikasi, Pengembangan Dan Pengelolaan. Yoyakarta: Andi. Edisi Ke-3.
6. Kusrini. 2008. Tuntunan Praktis Membangun Sistem Informasi Akutansi Dengan Visual Basic Dan Sql Server. Yogyakarta: Andi.
7. M.Fuad,dkk.2007.Pengantar bisnis.Edisi Desember 2007. 8. Maimunah. 2007. Sistem Pemasaran Berbasis Web Dalam Meningkatkan
Pelayanan Terhadap Pelanggan. Tangerang: Perguruan Tinggi Raharja. CCIT Journal Edisi 1 Vol. 1.
9. Maimunah. 2012. Media Company Profile Sebagai Sarana Penunjang Informasi Dan Promosi. Tangerang: Perguruan Tinggi Raharja. CCIT Journal Edisi 1 Vol. 5.
10. Solichin, Achmad. 2008. Membuat Aplikasi Entry, Edit, Delete Mahasiswa. Diambil dari http://www.achmatim.net. (25 September 2014)
11. Maxikom. 2012. Membuat Toko Baju Online dengan Joomla 2.5. Palembang: Irawan.
12. Nugroho, Adi. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak Berorientasi Objek Dengan Metode USDP. Yogyakarta: Andi.
13. Rahardja, Untung. 2011. Peningkatan Kinerja Distributed Database Melalui Methode DMQ Base Level. Tangerang: Perguruan Tinggi Raharja. CCIT Journal Vol. 4, No. 3.
14. Wahana Komputer. 2010. Shortcource SQL Server 2008 Express. Yogyakarta: Andi. Edisi Ke-1.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
44
DESAIN PORTABLE E NOSE SEBAGAI INSTRUMENT ALAT UJI
MASA KADALUARSA PRODUK HERBAL
Sari Wijayanti 1, Etika Kartikadarma2, Sari ayu Wulandari 3 1Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakula 1 No 5 – 11 Semarang,
[email protected] 2Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakula 1 No 5 – 11 Semarang,
[email protected] 3Universitas Dian Nuswantoro, Jl Nakula 1 No 5 – 11 Semarang,
Abstract
Akan dibuat sistem olfaktori elektronik atau electronic nose (enose) sebagai instrumen elektronik handal dan cerdas untuk analisis kimia berdasarkan aroma. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah dapat diterapkannya instrumen enose yang dibangun pada industri dan bidang medis. Sementara target dari penelitian ini adalah terkait dengan kemampuan dan kemandirian tim peneliti di Universitas Dian Nuswantoro dalam membuat komponen enose dengan bahan dan performa berkualitas tinggi untuk menekan harga yang seharusnya diimpor seperti pompa mikro dan komponen elektromekanik. Motivasi dilakukannya penelitian adalah untuk menyediakan instrumen uji t dengan kemampuan sangat memadai, harga terjangkau dan dapat diterapkan pada industri kecil (UKM) sehingga meningkatkan daya saing produknya. Diharapkan bahwa enose ini dapat digunakan sebagai salah satu instrumen uji cepat masa kadaluarsa produk herbal. Enose saat ini merupakan penyempurnaan dari generasi sebelumnya yang mencakup bagian larik sensor (terdiri atas larik berbagai macam sensor gas oksida logam (metal- oxide)), sistem penanganan aroma (odor handling dan delivery system), mikroSD, sistem ekstraksi ciri, sistem pengenal pola dan sistem klasifikasi. Dengan semakin banyaknya sensor yang dipakai dalam enose, maka pembentukan pola akan semakin presisi sehingga diharapkan performa sistem pengenal dan klasifikasi pola pada generasi ini juga semakin baik. Dari segi harga, enose akan sangat bersaing jika dibandingkan dengan enose komersial di pasar internasional. Dari Penelitian tahun pertama telah teruji stabilitas sensor, dimana letak sensor tidak berpengaruh terhadap output sensor.
Kata kunci : enose, sensor, herbal
I. PENDAHULUAN1 Potensi pasar obat dan suplemen herbal asli Indonesia yang sering disebut jamu adalah sangat besar serta mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal tersebut didukung sumber daya alam Indonesia yang berlimpah. Keanekaragaman hayati di bumi Indonesia, menduduki peringkat kedua setelah Brazil. Tidak kurang 30.000 spesies tumbuhan yang ada di Indonesia, dan 940 di antaranya diketahui berkhasiat sebagai obat, namun baru sekitar 300 spesies yang dimanfaatkan.Persentase pertumbuhan obat herbal dari tahun ke tahun terus meningkat dan berada di atas rata-rata pertumbuhan obat modern. Menurut data GP Farmasi tahun 2003, pasar (omzet) obat modern Rp 17 triliun, sedangkan obat herbal Rp 2 triliun. Diperkirakan tahun 2010, pasar obat modern mencapai Rp 34,5 triliun, dan obat herbal Rp7,2 triliun, suatu pangsa pasar yang sangat besar
(anonym, 2010a
).
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
45
Selain untuk menjaga kesehatan masyarakat produk herbal juga mempunyai potensi eksport demi menggairahkan perekonomian masyarakat. Saat ini, di Indonesia terdapat kurang lebih 600 industri herbal, besar dan kecil. Pengembangan Industri herbal yang berbasiskan tanaman obat alami atau bahan natural, dapat dikembangkan da lam berbagai bidang produk, antara lain: herbal medicine, herbal food, herbal drinks, herbal cosmetics, herbal candy, herbal tea, dan herbal flower. Industri herbal juga senantiasa mengikuti perkembangan jaman dan permintaan konsumen, kaitannya dengan mutu. Studi lapangan yang telah dilakukan olehtim dari UGM di industri herbal wilayah Jawa Tengah pada bulan April 2010 menunjukkan bahwa baru industri herbal yang besar- besar saja yang telah melakukan uji masa kadaluarsa dan uji kadaluarsa produk dengan baik menggunakan instrumen analisis modern. Untuk industri kecil dan menengah, pengujian mutu secara umum tidak dilakukan dengan alasan mahalnya instrument analisis modern sementara uji kadaluarsa adakalanya mereka mengira-ngira saja umur herbal terkait. Itu sebabnya, sebagian besar produk herbal industri kecil dan menengah mempunyai daya saing yang rendah jika dikaitkan dengan pangsa pasar internasional.
Bahan baku herbal secara umum dapat berupa simplisia kering, serbuk,ekstrak kering dan minyak atsiri. Tiga bahan pertama terdiri atas beberapa macam seperti: Jati Belanda, Sirih, Alang-alang, Echinacea, Kencur, Jahe, Daun Jambu biji, Daun Dewa, Cabe jawa, Kumis kucing, Temulawak, Ling zhi, Meniran, Jahe Merah, Pasak Bumi, Tribulus, Kunyit, Kunyit putih, Temu Hitam, Temu Mangga. Sementara produk herbal dapat berupa serbuk, cair, permen dan lain-lain. Namun demikian, agar penelitian ini lebih focus, maka jenis bahan yang akan diuji adalah berupa herbal serbuk dan cair. Pemilihan jenis herbal serbuk dan cair tersebut didasarkan atas banyaknya produk dalam bentuk tersebut yang dijual dipasaran. Harapan baru sebagai alternative sebagai instrument masa kadaluarsa produk yang cepat namun cukup akurat adalah electronic nose(selanjutnya disingkat enose) (D’Amico dkk., 2008). Dengan enose, masa kadaluarsa herbal dapat diuji berdasarkan aromanya. Cara kerja enose sebenarnya menirukan cara kerja human panel system menggunakan indera penciuman manusia yang terlatih atau expert. Bagian utama dari enose terdiri dari larik sensorgas, sistem akuisisi datadan sistem pengenal pola.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN Enose mempunyai sinyal yang unik dari setiap keluaran sensornya. Ciri yang digunakan untuk mewakili satu buah sinyal setiap sensornya, dapat diambil dari domain waktu ataupun domain frekuensi. Pendekatan baru untuk penentuan ciri dari setiap sensor yaitu dengan menggunakan nilai – nilai pada state space. Respon waktu system control terdiri dari 2 bagian yaitu respon transien (respon dari keadaan awal sampai akhir) dan keadaan tunak (perilaku keluaran system jika t mendekati tak terhingga). Sinyal keluaran sensor, diambil dari proses splash (pengeluaran gas dari chamber sampler). Sinyal keluaran dari sensor gas ditunjukan pada Gambar 1. Sinyal keluaran dari sensor, mirip dengan respon transien. Model matematik system control terbentuk dari estimasi fungsi transfer. Estimasi fungsi transfer akan menghasilkan nilai state space A, B, C dan D. Nilai A inilah yang dapat dijadikan sebagai cirri baru pada pengenalan aroma.
Gambar 1. Keluaran dari sensor gas
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000250
300
350
400
450
500
550
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
46
Estimasi fungsi transfer merupakan sebuah metode pembentukan fungsi transfer berdasarkan dari system yang sudah terbangun. Fungsi transfer berbentuk persamaan laplace. Pembangunan model baru diambil setelah system-nya terbangun. Setelah model diperoleh, berikutnya menggunakan analisis performansi system. Kebutuhan utama dari model fungsi transfer adalah sinyal masukan. Sinyal masukan berikutnya akan dibandingkan dengan sinyal ujinya. Fungsi transfer dapat dibentuk dari identifikasi jumlah poles, atau mengetahui jumlah pole dan zero. Sedangkan pada fungsi transfer diskrit identifikasi fungsi transfer didasarkan pada jumlah pole, jumlah zero, jumlah time sample dan transport delay. Pada fungsi transfer continu, algoritma estimasi fungsi transfer didasarkan pada estimasi parameter berbasis metode Instrument Variable (IV). Pada continu time, menggunakan pendekatan SVF (State Variable Filters) dan GPMF (Generalized Poisson Moment Functions). Parameter dari estimasi menggunakan data yang sudah terfilter [1-2].
Metode :
Metode yang digunakan pada pengenalan aroma ditunjukan pada Gambar 2.
Pengambilan data ADC
dari tiap sensor
Estimasi Fungsi Transfer
Transformasi dari fungsi
transfer ke persamaan
state space
Pengambilan nilai A
MQ-
ENGMQ5
MQ3
MQ2
K-means
Cluster
AKUISISI DATA FEATURE VECTOR
PC2
PC1
EKSTRAKSI CIRI PCA
Gambar 2. Metode Penelitian
Hasil yang didapatkan ditunjukan program tersebut diperlihatkan pada Gambar 3, 4 dan 5.
Gambar 3. Sinyal masukan dari tfest
Gambar 3 menunjukan masukan dari proses estimasi fungsi transfer, dimana y1 merupakan keluaran dari sensor gas yang direkam dengan menggunakan program pembacaan ADC dari mikrokontrol, sendangkan u1 merupakan sinyal input, yang berupa sinyal 5 volt yang ternormalisasi. Untuk mengetahui unjuk kerja system, kemudian dilakukan analisis sinyal berdasarkan pada grafik diagram bode, yang diperlihatkan pada Gambar 2.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20200
300
400
500
600
Time (seconds)
y1
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 200
0.5
1
1.5
2u1
Time (seconds)
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
47
Gambar 4. Diagram Bode Plot
Hasil dari bode plot memperlihatkan bahwa phase maksimal terjadi pada frekuensi 10-2, sedangkan phase 0 terjadi pada frekuensi 104.
Gambar 5. Grafik Kestabilan Root Locus
Gambar 5 memperlihatkan tentang grafik kestabilan root locus. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa zero dan pole terletak disebelah kiri garis normal, sehingga dapat dikatakan bahwa system stabil. Fungsi transfer yang dihasilkan ditunjukan pada Persamaan 1.
−8.128e − 05 s2 – 53250 s + 9112
s3 + 96.62 s2 + 192.2 s + 29.9 (1)
Dari persamaan fungsi transfer tersebut, dapat diketahui bahwa jumlah pole adalah 3, jumlah zero adalah 2 dan jumlah koefisien bebas adalah 6. Akurasi dari estimasi fungsi transfer adalah 81,74%. Sedangkan FPE-nya 46,17 dan MSE-nya 34,69. Berikutnya, setelah ditrasnformasi ke persamaan state space, nilai A, B dan C ditunjukan pada persamaan 2.
A = 2.6115e-10 B = 1
C = [0.1444 x 10−6
0.0028 x 10−6
0.0003 x 10−6
] (2)
Sample waktu proses dari data sensor adalah 0.01 detik, pada model Discrete-time state-space. Setelah diketahui nilai controllability, nilai observability dan stability dari sensor. Nilai controllability dari sensor bernilai 1, hal ini berarti bahwa system terkontrol. Nilai observability dari system adalah 2.0852e-14, hal ini berarti bahwa system teramati sempurna. Sedangkan untuk stabilitas, nilai yang dihasilkan adalah 1, artinya system stabil. Performansi system sudah sesuai dengan yang diinginkan, berikutnya, dilakukan koleksi data A dari setiap sensor. Hasil dari koleksi data sensor ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data ADC Sensor
Sensor sample 1 sample 2 sample 3 sample 4 sample 5 Hari
1 0.00 1.00 1.00 -0.12 0.00 1
2 0.03 0.15 1.00 -0.01 1.00 1
3 0.78 0.99 1.00 0.00 1.00 1
4 0.00 -0.15 1.00 0.00 1.00 1
1 -0.96 0.00 0.00 -0.40 0.05 2
-100
-50
0
50
From: u1 To: y1
Mag
nitud
e (d
B)
10-2
10-1
100
101
102
103
104
0
90
180
270
360
Phas
e (d
eg)
Bode Diagram
Frequency (rad/s)
-8 -6 -4 -2 0 2 4 6
x 108
-8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8x 10
7 Root Locus
Real Axis (seconds-1)
Imag
inary
Axis
(sec
onds
-1)
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
48
2 -0.96 0.60 0.38 1.00 1.00 2
3 0.87 0.65 0.95 0.24 1.00 2
4 0.99 1.00 0.33 0.00 0.00 2
1 1.00 0.37 -0.02 1.00 -0.06 3
2 -0.48 0.10 -0.08 -0.40 0.46 3
3 1.00 0.04 0.55 1.00 1.00 3
4 -0.66 1.00 0.03 0.24 1.00 3
1 -0.23 1.00 -0.02 0.68 0.99 4
2 0.40 0.17 -0.08 0.47 -0.57 4
3 0.20 0.74 0.55 1.00 0.72 4
4 0.31 -0.65 0.03 -0.05 -0.10 4
1 0.00 0.65 0.03 1.00 0.00 5
2 -0.89 0.96 -0.87 1.00 0.17 5
3 1.00 0.05 0.08 1.00 0.05 5
4 1.00 1.00 1.00 1.00 0.01 5
1 1.00 0.01 0.09 1.00 1.00 6
2 -0.08 0.92 0.97 -0.64 0.62 6
3 1.00 0.88 -0.02 1.00 0.86 6
4 1.00 -0.79 0.00 1.00 -0.20 6
Dari data table 1, kemudian dilakukan perhitungan PCA untuk mengekstraksi
cirri. Tabel 2 memperlihatkan hasil dari ekstraksi cirri PCA.
Tabel 2. Hasil Ekstraksi Ciri PCA
Hari PC1 PC2
hari1 -0.12976 0.0785
1.55244 0.446626
1.184312 0.045296
-1.65724 0.447084
-0.10096 -0.12064
hari2 -1.40831 -2.35647
-0.69154 -0.36798
0.046761 -0.00451
-1.66944 1.373514
0.247968 1.035912
hari3 1.769048 0.326183
-1.24403 -0.52809
-0.55854 0.054826
1.508923 -0.62422
-0.13359 -0.72387
hari4 -1.55627 0.401381
1.249167 1.171253
-0.55854 0.054826
1.107732 0.615922
1.10676 -0.27258
hari5 0.048412 -2.19651
-0.93312 0.462884
-1.53784 -1.67236
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
49
1.184313 0.04527
-1.42363 0.629392
hari6 1.269327 -1.13619
0.216049 1.920785
-1.50331 1.567653
1.313667 -1.75258
1.301228 1.07869
Gambar 6. Grafik PCA
Dari Gambar 6 dapat dilihat bahwa sebaran titik cirri tidak merata, sehingga kemungkinan hasil dari pengenalan pola akan mempunyai presentase yang kecil. Hasil pengelompokan dengan menggunakan k-means diperlihatkan pada Tabel 3.
Hari PC1 PC2 Target Clustering
hari1 -0.12976 0.0785 1 1
1.55244 0.446626 1 0
1.184312 0.045296 1 0
-1.65724 0.447084 1 1
-0.10096 -0.12064 1 1
hari2 -1.40831 -2.35647 1 1
-0.69154 -0.36798 1 1
0.046761 -0.00451 1 0
-1.66944 1.373514 1 1
0.247968 1.035912 1 0
hari3 1.769048 0.326183 1 0
-1.24403 -0.52809 1 1
-0.55854 0.054826 1 1
1.508923 -0.62422 1 0
-0.13359 -0.72387 1 1
hari4 -1.55627 0.401381 0 0
1.249167 1.171253 0 1
-0.55854 0.054826 0 0
1.107732 0.615922 0 1
1.10676 -0.27258 0 1
hari5 0.048412 -2.19651 0 1
-0.93312 0.462884 0 0
-1.53784 -1.67236 0 0
1.184313 0.04527 0 1
-1.42363 0.629392 0 0
hari6 1.269327 -1.13619 0 1
0.216049 1.920785 0 1
-1.50331 1.567653 0 0
1.313667 -1.75258 0 1
1.301228 1.07869 0 1
-2 -1.5 -1 -0.5 0 0.5 1 1.5 2-2.5
-2
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
1.5
2Ekstraksi PCA dari data sensor
1st Principal Component
2nd Pr
incipa
l Com
ponent
normal
kadaluarsa
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
50
Dari hasil pengelompokan dengan metode k-means, dapat dilihat bahwa tingkat akurasi dari metode ini adalah sebesar 75%. Dengan waktu prosees 1.03736 detik. Sedangkan koefisien dari PCA dapat dilihat pada persamaan 3.
| 0.707603137680638 0.0913353757705301 0.0574816662662301 0.698320489976222 | | -0.0499059767187892 0.693570759463603 0.711842334870674 -0.0987394824307476 | |0.684522398346523 -0.211410455156627 0.159773704038755 -0.679122278466940 | |-0.168036541246788 -0.682585577199229 0.681504740868955 0.203450089158374 |
III. KESIMPULAN Dari percobaan yang telah di lakukan dapat di tarik kesimpulan bahwa tingkat akurasi dari hasil riset ini adalah 75%.
IV. DAFTAR PUSTAKA [1] Barbri, N.E., Llobet, E., Bari, N.E., Correig, X., dan Bouchikhi, B., 2008, Application of
Portable Electronic Nose Sistem to Assess The Freshness of Moroccan Sardines, Materials Science and Engineering C 28, 656.
[2] Bernabei, M., PenNazza, G., Santonico, M., Corsi, C., Roscioni,C., Paolesse, R., Natale, C.D., dan D'Amico, A., 2008, A Preliminary Study on The Possibility to Diagnose Urinary Tract Cancers by An Electronic Nose, Sensor and Actuator B 131, 1.
[3] Capelli, L., Sironi, S., Del Rosso, R., Centola, P., dan Grande, M., 2008, A Comparative and Critical Evaluation of Odour Assessment Methods on A Landfill Site, Atmospheric Environment 42. 7050
[4] Chan, H.P., Lewis, C., dan Thomas, P.S., 2008, Exhaled Breath Analysis: Novel Approach for Early Detection of Lung Cancer, Lung Cancer. doi:10.1016/j.lungcan.2008.05.020
[5] D'Amico, A., Natale, C.D., Paolesse, R., Macagnano A., Martinelli E., Pennazza G., Santonico M., dan Bernabei, M., 2008, Olfactory Sistems for Medical Applications, Sensors and Actuators B, 130, 458.
[6] D'Imporzano, G., Crivelli, F., dan Adani, F., 2008, Biological Compost StabilityInfluences Odor Molecules Production Measured by Electronic Nose During Food- Waste High-Rate Composting, Science of The Total Environtment, 278.
[7] Dragonieri, S., Schot, R., Mertens, B.J.A., Cessie, S.L., Gauw, S.A., Spanevello, a., Resta, O., Willard,. N.P., Vink, T.J., Rabe, K.F., Bel, E.H., dan Sterk, P.J., 2007, An Electronic Nose in THE Discrimination of Patients with Asthma and Controls, Health care education, delivery, and quality, 856
[8] Fu, J., Li, G., Qin, Y., dan Freeman, W.J., 2007, A Pattern Recognition Method for Electronic Noses Based on An Olfactroy Neural Network, Sensor and Actuator B125, 489.
[9] Gardner, J.W., Yinon, J., 2004, Electronic Nose and Sensors for the Detection of Explosives, Kluwer Academic Publisher, New York.
[10] Gendron, K.B., Hockstein, N.G., Thaler. E.R., Vachani, A., dan Hanson, C.W., 2007, In Vitro Discrimination of Tumor Cell Lines With an Electronic Nose, Otolaryngology-Head and Neck Surgery 137, 269.
[11] Gomez, A.H., Wang, J., Hu, G., dan Pereira, A.G., 2008, Monitoring Storage Shelf Life of Tomato Using Electronic Nose Tecnique, Jurnal of Food Engineering 85, 625.
[12] Pavlou, A.K., Magan, N., Jones, J.M., Brown, J., Klatser, P., dan Turner, A.P.F., 2001, Detection of Mycobacterium Tuberculosis (TB) In Vitro and In Situ Using An Electronic Nose in Combination With A Neural Network Sistem, Biosensors and Bioelectronics 20, 538.
[13] Perkowski, J., Busko, M., Chmielewski, J., Goral, T., dan Tyrakowska, B., 2008, Content of Trichodiene and Analysis of Fungal Volatiles (Electronic Nose) in Wheat and Triticale Grain Naturally Infected and Inoculated With Fusarium Culmorum, International Journal of Food Microbiology, 127.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
51
KAJIAN PERANCANGAN PENGUAT SINYAL ANALOG SISTEM PROPORTIONAL MENGGUNAKAN IC 741
UNTUK PERALATAN INSTRUMENTASI
1. Eko Ribut Supriyanto., 2. Toni Subiakto E-mail 1 : [email protected] E-mail 2 : [email protected]
Hp : 08155147336 BPD Watukosek LAPAN
Jln. Raya Watukosek Po Box 4. Gempol – PASURUAN – 67155
Abstrak
Semua peralatan instrument elektronik akan menggunakan sistem penguatan Op-Amp (operational amplifier) terdapat beberapa sistem penguat pada sinyal analog seperti (proportional, integrator dan derevatif) kajian dalam perancangan ini membahas penggunaan komponen IC 741 merupakan komponen semi konduktor mempunyai fungsi sebagai penguat sinyal yang dapat digunakan sebagai penguat sistem proportional pada alat instrumentasi. Pemilihan komponen IC 741 ini karena pertimbangan dari karakteristik banyak ditemukan dipasaran dan sesuai dalam penggunaan seperti : mempunyai tegangan VCC dan VDD (+12v dan -12V) sehingga mempunyai jangkauan (range) sangat lebar. Operational Amplifier memiliki 2 masukan, yaitu input inverting dan non-inverting sedangkan tingkat penguatan (Av) ditentukan perbandingan antara nilai resistansi feedback (Rf) terhadap nilai resistansi input (R1). Dimana Vout = Vinx(-Rf/Rin). Penggunaan penguat sistem proportional dengan IC 741 memiliki penguatan ideal maksimum sebesar 5,5 kali, bila diperlukan penguatan yang melebihi dari nilai ideal, maka harus dirancang Op-Amp secara bertingkat. untuk Op-Amp menghasilkan hasil keluaran positip, maka perlu dibuat Op-Amp input inverting dengan penguatan = 1 kali yang mempunyai fungsi sebagai pembalik fasa. Kata kunci : Instrument elektronik, Sistem, Operational Amplifier, Analog. I. PENDAHULUAN 1. 1. Penguat Pada Peralatan Instrumentasi Semua peralatan elektronik terutama pada alat instrumentasi tidak lepas dari sinyal analog, dimana sinyal tersebut berada mulai dari transduser (sensor) sampai pada sistem analog to digital converter (ADC) penguat ini selalu terpasang pada hampir semua alat elektronika (Radio, Tape, TV, VCD, Amplifier dsb), penggunaan Op-Amp pada alat instrumentasi harus lebih diperhatikan tipe agar dapat menghasilkan sinyal yang lebih akurat, karena diperlukan respon sinyal yang ideal antara perbandingan sinyal keluaran terhadap sinyal masukan (O/I). Terdapat 3 macam sistem penguatan (operational amplifier/Op-Amp) yang dapat digunakan pada alat elektronik yaitu : sistem proportional, sistem integrator dan sistem derevatif, penggunaan untuk masing-masing sistem Op-Amp tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan untuk instrumen. 1. 2. Penguat (Op-Amp) Proportional Penguat sistem proportional merupakan rancangan paling sederhana yang dapat digunakan dalam rangkaian elektronik untuk berfungsi sebagai penguat tegangan (Av), atau penguat arus (Ai) komponen lain yang melengkapi dalam perancangan Op-Amp tipe ini selain IC 741 adalah resistor (R) dan variabel resistor (VR) perbandingan nilai resistansi tersebut yang membuat nilai penguatan (Av) pada Op-Amp menghasilkan beberapa kali. Pada resistansi input (R1) dibuat tetap sedangkan resistansi feedback (Rf) dipasangkan secara variabel, untuk merubah nilai yang disesuaikan.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
52
II. METODOLOGI 2. 1. Visualisasi IC 741 IC 741 merupakan komponen semi konduktor, dalam visualisasi komponen tersebut mempunyai 8 kaki dengan fungsi yang berbeda pada masing-masing kaki. Secara visualisasi komponen IC 741 ditunjukkan pada gambar 1 :
Gambar 1 : Visualisasi IC 741
Dengan keterangan nomor kaki 1. Offsen null 5. Offset null 2. Inverting input 6. Output 3. Non-inverting input 7. Vcc (+V) 4. Vdd (-V) 8. NC Secara fisik IC 741 ditunjukkan pada gambar 2 dibawah :
Gambar 2 : IC 741 secara fisik
2. 2. Rancangan & Perhitungan Op-Amp Proportional Rancangan Op-Amp sistem proportional dengan input dan output menggunakan IC 741 ditunjukkan pada gambar 3 :
Rf
R2
V1
V output
+
V input
_
741
R1
V2
Gambar 3 : Rancangan Op-Amp sistem proportional
Sesuai gambar rancangan Op-Amp maka dapat dilakukan perhitungan nilai penguatan (Av) = Voutput/Vinput Untuk Input differensial :
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
53
Bila V1 > V2, maka V output = V1 – V2 (-Rf/R1) menghasilkan nilai negatip (-) Bila V2 > V1, maka V output = V2 – V1 (Rf/R2) menghasilkan nilai positip (+) Untuk Input Inverting & Non-inverting : Input inverting (V2 disambung ke ground) V output = V1(-Rf/R1) nilai negatip (-) Input non-inverting (V1 disambung ke ground) V output = V2(Rf/R2) nilai positip (+) Tingkat penguatan (Av) ditentukan dari perbandingan nilai resistansi feedback (Rf) terhadap nilai resistansi input (R1, R2) III. PENGUJIAN RANGKAIAN 3. 1. Op-Amp Input Inverting Bertingkat Pengujian rangkaian Op-Amp pada sistem proportional dibuat input inverting sehingga untuk mendapatkan nilai keluaran berpolarisasi positip, maka harus dibuat Op-Amp bertingkat dengan penguatan = 1 kali (nilai R3 = R4 = R5) rangkaian Op-Amp input inverting bertingkat ditunjukkan pada gambar 4 :
Gambar 4 : Rangkaian Op-Amp Inverting bertingkat
Karena hasil keluaran (Vo1) dari Op-Amp pertama menghasilkan nilai negatip (-), maka hasil keluaran (Vout) pada Op-Amp ke 2 mempunyai nilai positip (+) karena Op-Amp kedua berfungsi bukan sebagai penguat, tetapi sebagai pembalik fasa (inverting) 3. 2. Data Pengujian Op-Amp Dalam melakukan pengujian Op-Amp proportional digunakan komponen penyerta untuk linearitas penguatan dengan menggunakan komponen R1 = R2 = R3 = R4 = R5 = 10 KΩ dan Vr = 100 KΩ (Vr sebagai Rf dapat diatur nilai resistansinya). Penguatan Op-Amp terletak pada hasil perbandingan nilai resistansi feedback (Rf) terhadap resistansi input (Rf/R1) fungsi komponen resistor (R1) sebagai resistansi input, pengujian dilakukan dengan cara memberikan tegangan input yang bervariasi (dari 100 – 1500 mVolt) Hasil data pengujian respon penguatan (Av) Op-Amp sistem proportional ditunjukkan pada Tabel 1 :
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
54
Tabel 1 : Respon Pengujian Av (50, 55 dan 60 kali) R1 = 10 KΩ, Rf = 50 KΩ R1 = 10 KΩ, Rf = 55 KΩ, R1 = 10 KΩ, Rf = 60 KΩ
V in (mV)
V out (mV)
Av (kali)
V in (mV)
V out (mV)
Av (kali)
V in (mV)
V out (mV)
Av (kali)
100 200 300 400 500 600 700 800 900
1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500
530 1.080 1.630 2.088 2.595 3.150 3.735 4.235 4.770 5.310 5.915 6.502 7.047 7.610 8.125
5,30 5,40 5,43 5,45 5,19 5,25 5,33 5,29 5,30 5,31 5,37 5,41 5,42 5,43 5,41
100 200 300 400 500 600 700 800 900
1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500
585 1.185 1.820 2.385 2.785 3.335 3.795 4.355 4.805 5.285 5.855 6.335 6.830 7.405 7.915
5,85 5,92 6,06 5,96 5,57 5,55 5,42 5,44 5,33 5,28 5,32 5,27 5,25 5,28 5,27
100 200 300 400 500 600 700 800 900
1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500
605 1.155 1.725 2.285 2.760 3.288 3.605 4.088 4.608 5.255 5.951 6.360 6.825 7.308 7.665
6,05 5,82 5,75 5,71 5,52 5,48 5,15 5,11 5,12 5,25 5,41 5,30 5,25 5,22 5,11
AVG 5,35 AVG 5,518 AVG 5,416
3. 3. Grafik Hasil Pengujian
Tabel dari hasil pengujian diatas dilakukan dengan mengatur beberapa setting penguatan Av (5, 5,5 dan 6 kali) maka dapat diketahui linearitas Op-Amp sistem proportional untuk penggunaan penguatan yang ideal seperti ditampilkan pada grafik 1 dibawah :
Grafik 1 : Tampilan respon dari Av untuk 3 penguatan
Grafik 1 menunjukkan hasil uji penguatan Op-Amp proportional dengan memberi input tegangan secara bervariasi (10 mV s/d 150 mV) sekaligus dengan 3 kondisi penguatan yaitu dengan mengatur adjust nilai variabel Rf pada 50 KΏ, 55 KΏ dan 60 KΏ, dengan R1 : 10 KΩ yang dapat menghasilkan penguatan rata-rata (AVG Av) sebesar : 5,35 kali, 5,518 kali dan 5,416 kali.
IV. ANALISA & KESIMPULAN 4. 1. Analisa Perancangan operational amplifier (Op-Amp) sistem proportional pada peralatan (instrument) elektronika dengan menggunakan komponen semi konduktor IC 741 mempunyai beberapa pertimbangan dan perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu tentang karakteristik dan tingkat penguatan Av secara ideal, analisa rangkaian Op-Amp proportional dari IC 741 sebagai berikut :
IC 741 memiliki dua polaritas (Vcc dan Vdd) sehingga memiliki range (jangkauan) cukup lebar.
0
10000
0 1000 2000
Ou
tpu
t (m
V)
Input (mV)
Grafik Respon AvR1 : 10KΩ, Rf : 50
KΩ
0
10000
0 1000 2000Ou
tpu
t (m
V)
Input (mV)
Grafik Respon AvR1 : 10 KΩ, Rf : 55 KΩ
0
10000
0 1000 2000Ou
tpu
t (m
V)
Input (mV)
Grafik Respon AvR1 : 10 KΩ, Rf : 60
KΩ
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
55
Terdapat 3 macam Op-Amp sistem proportional yaitu : input inverting, input non-inverting dan input differensial.
Penguatan (Av) pada Op-Amp sistem proportional antara Vo/Vin ditentukan dari perbandingan nilai Rf/R input, untuk masing-masing type Op-Amp : Input inverting Vout = Vinx(-Rf/R1). Input non-inverting Vout = Vinx(Rf/R2) Input Differensial untuk V1>V2, Vout = (V1-V2)x(-Rf/R1). Input Differensial untuk V2>V1, Vout = (V2-V1)x(Rf/R2).
Kajian dalam perancangan Op-Amp sistem proportional menggunakan IC 741 memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. 4. 2. Kesimpulan. Berdasarkan dari hasil pengujian Op-Amp proportional diatas maka untuk menentukan type penguatan (Av) yang ideal perlu dikaji terlebih dahulu dengan memperhatikan beberapa pertimbangan berikut :
Untuk menghasilkan keluaran (Vout) nilai positip pada Op-Amp proportional input inverting, maka harus dibuat secara bertingkat dengan penguatan Op-Amp berikutnya memiliki penguatan = 1 dan bersifat sebagai pembalik fasa (inverting)
Dari data pengujian pada beberapa penguatan (Av) 5 kali, 5,5 kali dan 6 kali dengan memberikan tegangan input mulai : 100mV s/d 1500mV masing-masing penguatan mempunyai Av rerata : 5,35 kali, 5,518 kali dan 5,416 kali
Dari 3 macam penguatan (Av) pada Op-Amp proportional IC 741 mempunyai karakter : Av 5 kali : respon linear (ideal), Av 5,5 kali : respon linear (ideal) dan Av 6 kali : respon tidak linear (tidak ideal).
Kajian dalam perancangan Op-Amp proportional dengan IC 741 yang mempunyai input tegangan (+) dan (-) atau Vcc dan Vdd mempunyai karakter yang ideal bila digunakan untuk keperluan penguatan (Av) maksimum 5,5 kali, bila diperlukan penguatan lebih maka harus dirancang Op-Amp secara bertingkat dengan nilai Av Vout = perkalian Vout Op-Amp 1 dengan Op-Amp berikutnya. Apabila hasil keluaran (Vout) negatip, maka harus dibuat lagi Op-Amp dengan penguatan = 1 yang bersifat sebagai pembalik fasa
Daftar Pustaka : [1] Graeme, Optimizing Op-Amp Performance, 1997 (Mc Graww-Hill) ISBN 0-07- 024522-3 [2] Graf, Amplifier Circuit : 1997 (Butterworth-heinemann) ISBN 0-7506-9877-2 [3] Milman dan Halkias 1985 Inwrought Electronics (Integrated Electronics) System Series Analog and Digital. Tjia. M. O. Jakarta : Erlangga [4] Terrel, Op-Amp : Design Application and Troubleshooting, 1996 (Butterwort- Heinemann) ISBN 0-7506-9702-4
[5] T. Subiakto (2008), Desain & Rancang Bangun Instrument Pendeteksi Ozon Permukaan Sistem Logger dari Sensor ECC Ozonesonde, dari Prosiding Seminar Instrumentasi Berbasis Fisika 2008 Gedung Fisika ITB . 28 Agustus 2008 Editor : Mitra Djamal, Suparno Satira, 145 – 149, ISBN 978-979-96520-4-1
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
56
PERAN PROGRAM PARENTING DALAM MENGEMBANGKAN POTENSI DAN PRESTASI PAUD
Tri Sagirani1, Nunuk Wahyuningtyas2
1 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Kedung Baruk 98 Surabaya, [email protected]
2 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Kedung Baruk 98 Surabaya, [email protected]
ABSTRAK
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) salah satunya didirikan dengan memiliki
tujuan untuk menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi
anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dan prestasi
pertumbungan dan perkembangan anak. Keberhasilan dalam program PAUD bukan
hanya menjadi tanggungjawab pengelola serta guru, namun jauh lebih banyak menjadi
tanggungjawab keluarga dalam hal ini orang tua. Namun masalahnya masih ada orang
tua yang belum memiliki bekal mendidik anak yang dapat meningkatkan kemampuan dan
potensi anak, selain itu juga belum semua lembaga PAUD memiliki tenaga pengajar yang
memiliki latar belakang pendidikan formal di bidang pendidikan anak. Beberapa PAUD
masih dikelola secara mandiri oleh ibu-ibu PKK tanpa memperhatikan latar belakang
pendidikan formal pengajar dan pengelola lembaga tersebut. Menyadari akan pentingnya
peran keluarga, pengelolah/ guru dan lembaga PAUD, maka penelitian ini mencoba
merumuskan solusi bersama-sama dengan pengelola lembaga PAUD untuk membuat
sebuah konsep program parenting bagi guru dan orang tua siswa. Program parenting ini
memiliki empat materi utama yang akan disampaikan yaitu konsep dasar PAUD,
kesehatan, pola asuh dan pengembangan wawasan anak. Masing-masing dari materi
utama akan dijabarkan menjadi sepuluh materi penunjang. Dengan disusunnya konsep
dan program parenting beserta dengan media pendukungnya, harapannya lembaga
PAUD dapat menjalankan program parenting secara mandiri dan berkelanjutan kepada
orang tua siswa. Dengan demikian orang tua siswa juga memperoleh tambahan
wawasan yang berguna untuk mendukung pendidikan anak di rumah.
Kata kunci: PAUD, Perkembangan Anak, Program Parenting
1. Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan
yang pesat setidaknya jika dilihat dari adanya peningkatan jumlah satuan pendidikan
anak usia dini yang cukup signifikan yang diprakarasai oleh masyarakat secara mandiri di
seluruh pelosok tanah air. Perkembangan ini tentu sangat positif jika dilihat dari sisi
perluasan akses layanan pendidikan. Namun, disisi lain sebagai bagian penting dari
program utama pembangunan pendidikan nasional, kebijakan pengembangan
pendidikan anak usia dini juga senantiasa harus bertumpu pada prinsip pembangunan
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
57
pendidikan yang berkeadilan dan bermutu yang melibatkan banyak hal, termasuk
keluarga, lingkungan rumah dan lingkungan sekolah. Di Kota Surabaya tercatat 2.472
Lembaga PAUD dari 31 Kecamatan yang tercatat dalam web paudni.kemdiknas.go.id
terdiri dari 1234 Taman Kanak-kanak (TK), 381 Kelompok Bermain (KB), 25 Taman
Penitipan Anak (TPA), dan 832 Satuan PAUD Sejenis (SPS). Beberapa lembaga
tersebut belumlah dikelolah dengan sumber daya manusia yang maksimal.
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) salah satunya didirikan dengan memiliki
tujuan untuk menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi
anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dan prestasi
pertumbungan dan perkembangan anak. Keberhasilan dalam program PAUD bukan
hanya menjadi tanggungjawab pengelola serta guru, namun jauh lebih banyak menjadi
tanggungjawab keluarga dalam hal ini orang tua. Pendidikan keluarga memungkinkan
anak dapat mengembangkan potensinya. Orang tua adalah pendidik yang pertama dan
utama bagi anak, yang tidak tergantikan sepanjang masa. Namun pada kenyataan tidak
sedikit kendala yang muncul dalam menyelaraskan pendidikan di keluarga dengan
pendidikan di lembaga PAUD. Masih banyak orang tua yang belum memahami peran
penting ini. Selain itu, orang tua pada umumnya belum memahami pengetahuan dan
keterampilan untuk menjalankan peran tersebut, khususnya untuk pengasuhan,
perawatan, dan pendidikan anak usia dini. Pendidikan yang dilakukan oleh lembaga di
luar rumah tidak akan memberikan hasil optimal tanpa adanya keselarasan dengan
pendidikan yang ada dalam lingkungan keluarga. Selain itu juga dibutuhkan keseriusan
dan perhatian juga kemampuan yang lebih bagi pengelola PAUD. Namun masalahnya
belum semua lembaga PAUD memiliki tenaga pengajar yang memiliki latar belakang
pendidikan formal di bidang pendidikan anak. Beberapa PAUD masih dikelola secara
mandiri oleh ibu-ibu PKK tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan formal
pengajar dan pengelola lembaga tersebut.
Menyadari akan pentingnya peran keluarga, pengelolah/ guru dan lembaga PAUD, maka
penelitian ini mencoba merumuskan solusi bersama-sama dengan pengelola lembaga
PAUD untuk membuat sebuah konsep program parenting bagi guru dan orang tua siswa.
Program parenting ini di ujicobakan pada Pos PAUD Terpadu (PPT) Lavenda. PPT
Lavenda dikelola secara swadaya oleh penduduk sekitar yang diprakarsai oleh pengurus
PKK setempat tanpa memiliki prioritas pada pemilihan tenaga pengajar, sehingga
terkadang mengalami kesulitan ketika harus memberikan wawasan sesuai kekinian
kepada orang tua siswa. Untuk itulah Program parenting ini disusun dengan
memasukkan konsep yang berisi 10 materi beserta media pembelajarannya yang dapat
digunakan oleh lembaga PAUD dan orang tua. Harapannya pada akhirnya lembaga
PAUD dapat menjalankan program parenting secara mandiri dan berkelanjutan kepada
orang tua siswa.
2. Pembahasan
Menyadari akan kebutuhan adanya program parenting bagi pengelolah, guru dan orang
tua siswa maka fokus dalam penelitian ini adalah penyusunan dan pengembangan
konsep, konten dan media penunjang dalam program parenting bagi pengelolah, guru
dan orang tua siswa.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
58
2.1 Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan yang di tempuh untuk program parenting bagi pengelolah, guru
dan orang tua siswa dengan memperhatikan beberapa prioritas yang ada dan
menawarkan metode pendekatan sebagai berikut :
1) Pengamatan terhadap kebutuhan pengelolah, guru dan orang tua dalam
mengawal tumbuh kembang anak.
2) Pemilihan materi sesuai dengan struktur kurikulum pembelajaran PAUD (sesuai
Permenpan no. 58 tahun 2009 tentang Standar PAUD dan Kurikulum yang
dikembangkan oleh tim BPPNF)
3) Pembuatan matrik antara materi dan submateri beserta konten di masing-masing
materi yang di jabarkan dalam 10 kali tatap muka (1 tahun ajaran)
4) Penyusunan media parenting dengan memanfaatkan aplikasi komputer
penunjang. Media dapat berupa handout, file presentasi maupun video
5) Evaluasi terhadap media parenting yang telah di susun
2.2 Gambaran Materi dan Media
Berikut ini adalah gambaran konsep program parenting bagi pengelolah lembaga PAUD,
guru dan juga orang tua siswa yang dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:
Gambar 1 Gambaran Konsep Program Parenting
Dari gambaran di atas maka selanjutnya yang menjadi prioritas adalah menyusun fokus
materi yang dikembangkan. Dari identifikasi pada langkah sebelumnya, maka program
parenting ini akan berfokus pada empat materi utama dan akan dijabarkan dalam
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
59
sepuluh materi penunjang. Materi utama yang akan disampaikan adalah (1) konsep
dasar PAUD, (2) kesehatan, (3) pola asuh, (4) pengembangan wawasan anak.
Materi utama akan di jabarkan hingga mendapatkan 10 materi penunjang yang dapat
digunakan sebagai acuan program parenting untuk 1 tahun ajaran. Berikut ini adalah
matrik materi program parenting:
Tabel 1. Matrik Materi
Materi Utama Pertemuan ke/
Bulan ke
Materi Penunjang
Konsep Dasar Paud I Tahap Perkembangan Anak
II Stimulasi Pada Anak
III Permainan untuk Anak
Kesehatan IV Kesehatan Anak
V Gizi Anak
Pola Asuh VI Pendidikan dalam Keluarga
VII Pendidikan Karakter
VIII Beberapa Cara Mendidik Anak
Pengembangan Wawasan Anak IX Mengenal Profesi
X Konsep Jiwa Wirausaha
Langkah berikutnya adalah penyusunan konten untuk masing-masing materi penunjang
berikut media penunjang berupa handout, file presentasi ataupun video dan dilanjutkan
dengan proses ujicoba pelaksanaan program parenting bagi pengelola dan guru.
Selanjutnya secara bertahap pengelola dan guru akan menduplikasi proses dan program
untuk satu tahun ke depan.
Dari pelaksanan program parenting ini pengelola, guru dan orang tua merasa
mendapatkan tambahan wawasan tentang konsep dasar PAUD, kesehatan anak-anak
dari pola dan gizi makanan, kebersihan sehari-hari juga tentang pola asuh yang
melibatkan pendidikan dalam keluarga, cara mendidik anak dan juga pendidikan
karakter. Dalam materi tentang pengembangan wawasan, anak dikenalkan tentang
berbagai profesi yang ada disekitar mereka, dari tugas dan tanggung jawab juga dari
seragam atau pakaian yang dikenakan oleh profesi tententu. Dalam pengembangan jiwa
wirausaha anak bersama-sama dengan orang tua dan guru terlibat secara langsung
dalam lingkungan pasar, belajar tentang mengenal mata uang dan proses jual beli
sederhana. Materi pengembangan wawasan ini memiliki fokus pada memberikan
gambaran dan pembentukan cita-cita pada anak.
3. Kesimpulan
Dari hasil pelaksanaan program parenting ini maka didapatkan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Peran serta pengelola dan guru sangat mendukung penentuan materi yang di susun dalam program parenting sesuai dengan kebutuhan orang tua siswa diwilayah PPT Lavenda
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
60
2. Peran serta aktif dari pengelola, guru dan orang tua dalam implementasi program parenting juga menentukan keberhasilan program.
3. Pengelola dan guru hendaknya menjaga dan mendorong keberlangsungan program parenting ini di lembaga PAUD secara terus menerus untuk meningkatkan mutu pendidikan PAUD
4. Orang tua siswa merasa mendapat nilai tambah dari program parenting dan dilibatkan dan memiliki tanggung jawab besar secara langsung dalam proses pendidikan anak-anak baik di sekolah maupun di rumah
5. Program parenting ini sangat dibutuhkan oleh pengelola, guru dan orang tua siswa untuk senantiasa menambah wawasan dalam mendidik anak guna terwujud pengembangan potensi dan prestasi anak sejak dini.
Daftar Pustaka
1. Berns, R. M. 1997., Child, Family, School, Community, Socialization and support.
San Diego, N Y: Harcourt Brace College Publ.
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Data PAUDNI
Surabaya Tahun Pendataan 2013. Dari
(http://new.paudni.kemdiknas.go.id/dpn/index.php/data2013/3578, diakses tanggal
27 Maret 2015)
3. Naughton, G. Mac. 2003. Shaping Early Childhood: Learners, Curriculum and
Contexts. Midenhead, Berkshire: Open University Press.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009
tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
61
SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI
AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI
Tan Amelia1, M.J. Dewiyani Sunarto2, Tony Soebijono3
1 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Raya Kedung Baruk No. 98
Surabaya, [email protected] 2 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Raya Kedung Baruk No. 98
Surabaya,[email protected] 3 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Raya Kedung Baruk No. 98
Surabaya, [email protected]
ABSTRAK
Seorang anak autisme memiliki gangguan sehingga terjadi keterlambatan usia mental
dengan usia kronologinya. Salah satu hal terpenting dalam proses penyembuhan anak
autisme adalah dengan sebuah terapi yang rutin dan dalam kurun waktu yang lama.
Terapi yang selama ini sering digunakan pada sekolah inklusi adalah terapi perilaku
dengan menggunakan metode Applied Behaviour Analysis (ABA). Dengan metode ini,
seorang pendidik dalam melakukan proses terapi anak autis yang berusia 2 sampai 3
tahun memerlukan 2,5 sampai 3 tahun pencatatan. Pencatatan harus dilakukan dengan
tertib, karena tanpa pencatatan yang tertib, akan terjadi banyak kelupaan, baik program
terapi maupun hasil terapinya. Dari pencatatan yang didapat, maka pendidik dapat
merencanakan materi untuk program terapi berikutnya bagi anak didiknya. Berdasarkan
permasalahan tersebut maka dibuat suatu sistem informasi yang dapat membantu pihak
sekolah dalam menyusun penjadwalan guru, menyusun program terapi, melakukan
penilaian harian dan maintenance, dan menghasilkan laporan-laporan yang dibutuhkan
dalam proses terapi agar memudahkan dalam memonitor perkembangan anak.
Keywords: autisme, terapi ABA, program terapi
1. Pendahuluan
Dalam diri seorang anak yang normal, perkembangan usia mental anak dan
perkembangan fisik anak sama dengan usia kronologinya. Namun hal ini tidak berlaku
dengan anak autisme. Menurut DSM-IV (Diagnostic Statisctical Manual, Edisi ke-4,
dikembangkan oleh American Psychiatric Associaton) dalam Theo Peeters, 2009,
autisme memiliki gangguan pada retardasi mental dan perkembangan fisik. Retardasi
mental di sini berarti anak tersebut memiliki keterlambatan usia mental dengan usia
kronologinya dan untuk gangguan perkembangan fisik berarti perkembangan yang
lambat pada kemampuan tertentu. Dua hal inilah yang menyebabkan anak autisme
memiliki masalah dalam perilaku, komunikasi serta keterbelakangan mental sehingga
tidak seperti anak-anak normal lainnya.
Autisme berasal dari kata Yunani “autos” yang berarti self (diri). Kata autisme ini
digunakan didalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala menarik diri (Mangunsong,
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
62
2009: 168). Karakteristik Anak Autisme menurut Suryana (2004: 16), Anak Autis
mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola
bermain, perilaku dan emosi. Namun gejala tersebut diatas tidak harus ada pada setiap
anak penyandang autisme. Pada anak penyandang autisme berat mungkin hampir
semua gejala ada tapi pada kelompok yang ringan mungkin hanya terdapat sebagian
saja (Suryana, 2004: 22). Autisme sendiri bukan suatu gejala penyakit, tetapi berupa
sindroma atau kumpulan gejala dimana terjadi penyimpangan perkembangan sosial,
kemampuan berbahasa dan kepedulian terhadap sekitar, sehingga anak autis seperti
hidup dalam dunianya sendiri. Pada dasarnya, anak autis terjadi kelainan emosi,
intelektual dan kemauan (Yatim, 2003).
Saat ini, belum terdapat angka pasti tentang jumlah anak autisme di Indonesia, namun
dari data di Poliklinik Psikiatri Anak & Remaja RSCM pada tahun 1989 hanya ditemukan
dua pasien, dan pada tahun 2000 melonjak menjadi 103 pasien baru. Data ini
menunjukkan pesatnya peningkatan jumlah anak autisme yang mengalami kenaikan 50
kali. Hal ini menyebabkan autisme dan berbagai penjelasan yang terkait dengannya,
seperti batasan, penyebab, intervensi, dan sebagainya perlu diperhatikan secara intensif
(Mangunsong, 2009: 167).
Di Indonesia pada 2010, jumlah penderita autisme diperkirakan mencapai 2,4 juta orang.
Hal itu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Pada tahun
tersebut jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,5 juta orang dengan laju
pertumbuhan 1,14 persen. Jumlah penderita autisme di Indonesia diperkirakan
mengalami penambahan sekitar 500 orang setiap tahun. Anak yang mengalami autisme
belum dapat disembuhkan secara total, namun dapat dilakukan terapi untuk mengurangi
perilaku yang mengganggu dan meningkatkan ketrampilan belajar serta komunikasi pada
anak autis tersebut.
Salah satu terapi yang dapat diterapkan dalam menangani anak penyandang autisme
adalah melalui metode Applied Behaviour Analysis (ABA). Metode ABA dapat dengan
mudah diajarkan kepada calon pasien terapi dengan menggunakan 3 (tiga) prinsip dasar
perlakuan pada anak yaitu: tegas (tidak menanggapi penolakan anak) tapi lembut (tidak
menggunakan kekerasan), kasih sayang pada anak, serta memberikan apresiasi
(imbalan yang efektif) sebagai motivasi agar selalu bergairah sehingga menghasilkan
anak yang patuh (bukan takut), tidak manja, tidak cengeng, kreatif, serta dalam hidup
mandiri saat usia dewasa (Handojo, 2009: 2).
Banyak sekolah kebutuhan khusus yang telah menggunakan metode ABA. Selama
menerapkan metode ABA ini pihak sekolah harus menghadapi banyak data yang harus
diolah selama proses terapi anak autis. Karena dalam proses terapi anak autis berusia 2
sampai 3 tahun memerlukan 2,5 sampai 3 tahun pencatatan. Tanpa pencatatan yang
tertib, akan terjadi banyak kelupaan, baik program terapi maupun hasil terapinya
(Handojo, 2009: 6).
Saat ini, selama satu semester ke depan, para guru harus melakukan penyusunan
program terapi untuk anak didiknya. Penyusunan program yang dilakukan guru saat ini
masih harus melihat program terapi terdahulu yang belum lulus dan melihat pada
kurikulum, program terapi mana yang belum pernah diambil anak sehingga
membutuhkan waktu, tenaga dan kertas yang banyak dari para guru. Susunan program
terapi berisi beberapa kategori. Setiap kategori terdiri dari beberapa materi, untuk setiap
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
63
materi terdiri dari beberapa aktivitas yang akan dilakukan selama 6 (enam) bulan proses
terapi. Setelah susunan program terapi tersebut disetujui oleh kepala sekolah, setiap
harinya program terapi tersebut digunakan oleh para guru untuk proses pencatatan dan
penilaian terapi anak.
Dari permasalahan kecepatan dan keakuratan dalam sistem penyusunan program,
pencatatan nilai harian dan maintenance serta pelaporan yang dilakukan oleh kepala
sekolah kepada orang tua anak di atas dapat diatasi dengan pembuatan rancang bangun
sistem informasi untuk proses monitoring perkembangan terapi autisme. Terapi yang
digunakan menggunakan metode Applied Behaviour Analysis.
2. Pembahasan
2.1. Landasan Teori
Autisme
Autisme berasal dari kata Yunani “autos” yang berarti self (diri). Kata autisme ini
digunakan didalam bidang psikiatri untuk menunjukkan gejala menarik diri (Mangunsong,
2009: 168). Karakteristik anak autisme, menurut Suryana (2004: 16) Anak Autis
mempunyai karakteristik dalam bidang komunikasi, interaksi sosial, sensoris, pola
bermain, perilaku dan emos. Namun gejala tersebut diatas tidak harus ada pada setiap
anak penyandang autisme. Pada anak penyandang autisme berat mungkin hampir
semua gejala ada tapi pada kelompok yang ringan mungkin hanya terdapat sebagian
saja (Suryana, 2004: 22).
Terapi Perilaku Metode ABA
Sejarah metode ABA sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu akan tetapi tak seorang
pun yang mengklaim sebagai penemunya. Sekitar 15 tahun yang lalu, seorang pakar
terapi perilaku yang bernama Ivar O. Lovaas dari UCLA (AS), menerapkan metode ABA
kepada anak-anak autis. Prof. Lovaas kemudian mempublikasikan hasilnya, sehingga
metode ini dikenal sebagai Metode Lovaas (Handojo, 2009: 3). ABA banyak digunakan
karena terstruktur (pengajaran menggunakan teknik yang jelas, terarah (kurikulum yang
jelas untuk membantu mengarahkan terapi) dan terukur (keberhasilan dan kegagalan
menghasilkan perilaku yang diarahkan, diukur dengan berbagai cara, tergantung
kebutuhan).
Dalam pembuatan program kurikulum, perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: (Handojo,
2009: 254)
1. Materi harus dimulai dengan kepatuhan dan kontak mata. Keduanya harus dikuasai anak dengan baik. Semakin konsisten, semakin baik.
2. Kemudian, ajarkan kemampuan menirukan dan berlanjut ke kemampuan bahasa reseptif atau kognitif. Lanjutkan terus ke kemampuan bahasa ekspresif. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang dijumpai anak autis yang lebih mudah memahami bahasa reseptif daripada menirukan. Bila hal ini terjadi, urutan yang biasa boleh saja dimodifikasi.
3. Kemampuan akademik baru diajarkan apabila kemampuan bahasa reseptif telah dikuasai anak.
4. Pada awal terapi mulailah dengan jumlah aktivitas yang kecil. Bila ternyata kemampuan anak tinggi, jumlah aktivitas yang diajarkan boleh disesuaikan.
5. Urutan aktivitas yang diajarkan sebaiknya konsisten agar lebih mudah dikuasai anak.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
64
2.2. Rancangan Sistem Informasi
Sistem informasi monitoring perkembangan terapi autisme menggunakan metode ABA
akan dikembangkan berdasarkan blok diagram yang menjelaskan tentang input, proses
dan output yang dapat dilihat pada gambar 1.
Data Anak
INPUT
Data Guru
Jadwal Guru
PROSES
Maintenance Data Master
Penyusunan Program Terapi
Pemberian Nilai Harian
Pemberian Nilai Maintenance
Laporan Grafik Perkembangan
Harian Anak
OUTPUT
Laporan Semester Nilai
Harian
Laporan Semester Nilai Maintenance
Pembuatan Laporan
Laporan Program Terapi
Anak
Data Nilai Harian
Laporan Data Master
Data Nilai Maintenance
Laporan Grafik Keberhasilan
Anak
Data Pegawai
Data Materi Kurikulum
Penyusunan Jadwal Guru
Laporan Jadwal Guru
Lembar Penilaian Harian
Lembar Penilaian
Maintenance
Laporan Prosentase
Kemampuan Belajar Anak
Lembar Program Terapi
Gambar 1 Blok Diagram Sistem Informasi Autisme
Sedangkan untuk melihat gambaran dari interaksi pengguna dengan sistem informasi
yang dibuat dapat dilihat pada gambar 2 yang berupa context diagram.
Gambar 2 Context Diagram Terapi Autisme
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
65
2.3. Desain Database
Desain database pada aplikasi monitoring perkembangan terapi autisme ini dapat dilihat
pada gambar 3.
Gambar 3 Physical Data Model
2.4. Implementasi
2.4.1. Form Penyusunan Program Terapi
Form ini berguna untuk melakukan penyusunan program terapi anak. Form penyusunan
program dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4 Form Penyusunan Program Terapi
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
66
2.4.2. Form Pemberian Nilai Harian dan Nilai Maintenance
Form Pemberian Nilai Harian berguna untuk memasukkan nilai anak setiap harinya
berdasarkan program terapi yang telah dibuat dan disetujui oleh kepala sekolah
sedangkan Form Pemberian Nilai Maintenance berguna untuk memasukkan nilai anak
pada saat UTS dan UAS. Form pemberian nilai harian dan nilai maintenance dapat dilihat
pada gambar 5.
Gambar 5 Form Pemberian Nilai Harian dan Nilai Maintenance
2.4.3. Form Prosentase Kemampan Belajar Anak.
Form ini berfungsi sebagai output prosentase materi program terapi yang telah lulus
berdasarkan tingkatan. Form Prosentase Kemampuan Belajar Anak dapat dilihat pada
gambar 6.
Gambar 6 Form Prosentase Kemampan Belajar Anak
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
67
2.4.4. Form Grafik Perkembangan Harian Anak
Form ini merupakan output dari nilai harian dalam bentuk grafik berdasarkan nama anak
yang ditangani, kategori dan periode tanggal yang ingin ditampilkan. Form Grafik
Perkembangan Harian Anak dapat dilihat di gambar 7.
Gambar 7 Form Grafik Perkembangan Harian Anak
3. Kesimpulan
1. Dengan adanya sistem informasi terapi autisme dengan menggunakan metode ABA
ini diharapkan dapat membantu kepala sekolah dalam melihat grafik perkembangan
harian anak dan grafik keberhasilan anak sehingga memudahkan kepala sekolah
dalam memonitor perkembangan anak dan dapat mengambil langkah selanjutnya
dalam menangani anak, output ini sesuai dengan harapan kepala sekolah.
2. Melalui sistem ini, pihak sekolah inklusi dapat melihat laporan-laporan yang terkait
dengan proses terapi berdasarkan kriteria yang dimasukkan. Sistem pelaporan ini
dapat berjalan dengan baik dan benar sesuai yang diharapkan.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada saudari Juliana Poernomo Putri atas segala
dukungannya.
Daftar Pustaka
1. Handojo, Y. 2009. Autisme pada anak : Menyiapkan anak autis untuk mandiri dan masuk sekolah reguler dengan Metode ABA Basic. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
2. Mangunsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid Kesatu. Depok: LPSP3 UI.
3. Peeters, Theo. 2009. Panduan autisme terlengkap: Hubungan antara Pengetahuan Teoritis dan Intervensi Pendidikan bagi Penyandang Autis. Jakarta: Dian Rakyat.
4. Suryana, A. 2004. Terapi autisme, anak berbakat dan anak hiperaktif. Jakarta: Progres Jakarta.
5. Yatim, Faisal. 2003, Autisme: Suatu ganguan jiwa pada anak-anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
68
MEMAKNAI RUANG VISUAL DALAM DESAIN BINCANG-BINCANG APA KABAR INDONESIA DI TV ONE
Winny Gunarti Widya Wardani
Desain Komunikasi Visual, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Indraprasta PGRI, Jl. Nangka No. 58, Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530.
Email: [email protected]
ABSTRAK
Fokus pembahasan studi ini adalah ruang visual dalam desain bincang-bincang Apa Kabar Indonesia di TV One. Tampilan ruang visual dalam tayangan televisi merupakan representasi entitas dan citra produk tontonan. Visualisasi ruang juga dapat membawa pesan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh media. Visualisasi ruang yang terlihat di layar televisi menjadi hal menarik karena mempresentasikan elemen-elemen tanda visual yang bermakna. Studi ini mencoba menjawab pertanyaan bagaimana desain Apa Kabar Indonesia di TV One dapat merepresentasikan makna melalui tampilan ruang visualnya. Secara kualitatif, studi ini membahas pemaknaan ruang visual berdasarkan teori ruang dalam konteks ruang fisik di depan kamera dan ruang yang terlihat pada layar televisi. Pendekatan teks multimodal, khususnya dalam konsep komposisi digunakan untuk menjelaskan makna representasi melalui tanda-tanda visual sebagai sebuah komposisi visual yang terlihat pada layar. Studi ini diharapkan dapat membuka wawasan tentang pentingnya tampilan dan fungsi ruang visual dalam tayangan informasi di televisi, terutama desain tampilan ruang yang dapat membawa pesan, sekaligus mampu memenuhi kebutuhan penonton TV yang heterogen dengan berbagai kepentingannya. Kata kunci: Ruang visual, desain, Apa Kabar Indonesia, komposisi
1. Pendahuluan
Tayangan berita yang dikemas dalam bentuk bincang-bincang (talk show) di televisi (TV) adalah produk tontonan yang cukup menarik perhatian. Acara bincang-bincang di TV umumnya ditayangkan sebagai bagian dari program berita TV karena membahas isu sosial politik yang tengah berkembang di masyarakat. Sebagian besar saluran TV nasional di Indonesia yang menayangkan genre acara tersebut menampilkan perbincangan antara pembawa acara atau penyaji berita dengan narasumber sebagai figur publik atau tokoh di masyarakat. Sejak era Orde Baru berakhir di tahun 1998, kebebasan berbicara melalui media TV di Indonesia memang semakin mendapat tempat, sehingga berbagai saluran TV pun berkompetisi menyajikan tontonan perbincangan yang memiliki nilai jual. Salah satunya adalah TV One. TV swasta nasional yang mengkhususkan seluruh programnya berbasis berita tersebut menjadi pembahasan dalam studi ini, khususnya melalui desain Apa Kabar Indonesia. Desain bincang-bincang Apa kabar Indonesia di TV One dapat dikatakan sebagai tayangan yang mencoba memenuhi era keterbukaan informasi (Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik Nomor 14 tahun 2008). Apa Kabar Indonesia adalah sebuah tayangan bincang-bincang berita (news talk show) yang memadukan pola berita konvensional dengan kreativitas, berupa presentasi perbincangan di luar studio dengan menghadirkan para narasumber yang terkait berita aktual. Hal ini sejalan dengan pandangan Timberg (2009:174) bahwa secara historis, mulai tahun 1990-an, tayangan
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
69
bincang-bincang jenis berita telah menjadi ruang untuk mengekspresikan pemikiran antara politisi, jurnalis, akademisi, dan para profesional. Dengan kata lain, tampilan perbincangan sosial politik di TV dapat menjadi sebuah wacana visual yang menarik, tidak hanya untuk menghibur penonton, tetapi sekaligus berpotensi untuk mengubah cara pandang masyarakat melalui bahasa visual verbal dan nonverbal. Desain bincang-bincang Apa Kabar Indonesia di TV One menampilkan suasana pusat kota Jakarta dengan latar visualisasi Gedung Wisma Nusantara di Jl. MH.Thamrin. Latar ruang visual yang ditampilkan pada layar televisi menjadi hal menarik karena mempresentasikan elemen-elemen tanda visual yang merepresentasikan makna. Kress dan van Leeuwen (2006:18) mengatakan bahwa ruang visual adalah suatu komposisi visual gambar dan visual teks yang bermakna.
Studi ini merumuskan masalah, bagaimana desain Apa Kabar Indonesia di TV One dapat merepresentasikan makna melalui tampilan ruang visualnya? Studi ini bertujuan untuk menekankan pentingnya tampilan dan fungsi ruang visual dalam tayangan informasi di televisi, terutama dalam upaya memenuhi kebutuhan penonton TV yang heterogen dengan berbagai kepentingannya. Sebagaimana halnya fungsi desain sebagai visualisasi dari pemikiran desainer, maka ruang visual juga memvisualisasikan makna dan tujuan dari pesan yang ingin disampaikan oleh media. Secara kualitatif, pembahasan studi ini menggunakan teori ruang dalam konteks ruang pada TV dengan pendekatan teks multimodal, khususnya konsep komposisi, untuk menjelaskan makna melalui tanda-tanda visual yang didesain sebagai sebuah komposisi visual yang terlihat di layar.
2. Pembahasan
Secara teori, tayangan TV didesain untuk menghibur, menyebarkan informasi dan pengetahuan, serta memberikan pendidikan. TV tidak hanya mampu menjangkau khalayak sasaran yang luas, menyeluruh, dan bersifat serentak, tetapi juga memiliki kekuatan visual yang dapat merangsang indera penglihatan dan pendengaran penonton. Visualisasi melalui elemen grafis dan tampilan ruang pada layar TV, baik itu berlatar dalam ruang (studio) maupun berlatar luar ruang, perlu didesain untuk pembawa pesan yang bermakna. Oleh karena itu, desain tayangan yang terlihat pada layar harus mampu memberikan kesan atau pengalaman personal pada penontonnya. Dalam konteks desain bincang-bincang di TV, sebuah produk tontonan harus dapat memberikan citra positif melalui desain dengan entitas yang mudah diingat. Salah satunya adalah melalui penampilan ruang visual. Barker mengatakan (2014:268), pengertian ruang (space) bukanlah sebuah entitas yang absolut, melainkan bentukan relasional antara ruang dan waktu yang bergerak secara simultan. Berbicara tentang ruang visual pada layar TV, Block (2008:2) mendefiniskan menjadi tiga jenis, yaitu : ruang fisik di depan kamera (ruang studio atau luar studio sebagai objek pengambilan gambar oleh kamera, berupa rancangan interior yang akan ditampilkan melalui layar), ruang yang terlihat di layar (ruang studio atau luar studio yang dilihat oleh penonton melalui layar), dan ruang sebagai ukuran dan bentuk spasial dari layar (ukuran dan bentuk layar sebagai bentuk ruang). Sedangkan Foucault (dalam Barker, 2014:269) melihat ruang sebagai konstruksi di dalam konteks wacana, bahwa ruang dibentuk oleh seperangkat proses dinamis yang terkait dengan persoalan kekuasaan dan simbolisme, dan disituasikan dalam ruang khusus yang mempunyai beragam makna sosial. Block (2008:14-23) juga mengatakan ruang adalah sebuah deep space, yang membawa penontonnya untuk melihat kedalaman, kelebaran, dan ketinggian ruang melalui layar TV. Aspek keterbacaan ruang tersebut dapat dilihat melalui perspektifnya, apakah : one-
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
70
point perspective (berupa tampilan ruang visual dalam perspektif satu titik hilang), two-point perspective (berupa tampilan ruang visual dalam perspektif dua titik hilang), three-point perspective (berupa tampilan ruang visual dalam perspektif tiga titik hilang). Berdasarkan pemikiran Foucault dan definisi dari Block di atas, maka desain Apa Kabar Indonesia TV One yang menjadi pembahasan studi ini dapat dilihat sebagai “ruang fisik di depan kamera” dan “ruang yang terlihat di layar”. Menurut Kress dan van Leeuwen (2001, dalam Jewitt, 20011:116), modalitas visual dapat diidentifikasikan melalui bidang untuk visual gambar dan bidang untuk visual teks yang saling berkaitan. Oleh karenanya, dalam pemaknaan terhadap ruang visual, ada relasi antara teks verbal dan nonverbal yang dapat membantu penonton untuk memaknainya. Pemaknaan terhadap ruang visual mengacu pada komposisi visual yang terlihat di layar dengan melihat penempatan fungsi teks dan fungsi gambar atau foto, yang disebut Kress dan van Leeuwen sebagai bagian dari teks multimodal. Studi ini memaknai teks multimodal di dalam konsep komposisi yang diadopsi dari metafungsi bahasa menurut Halliday (dalam Krees & van Leeuwen, 2006:115-177), yang menghubungkan makna representasional dan interaktif gambar dengan gambar lfainnya melalui tiga sistem yang saling terkait (Kress & van Leeuwen, 2006:177), yaitu : a. Nilai informasi, berupa penempatan elemen-elemen visual yang menampilkan nilai-
nilai informasi spesifik, melekat pada berbagai zona dari gambar, baik bidang kiri, kanan, atas, bawah, maupun pusat.
b. Fokus, berupa elemen-elemen visual yang dibuat untuk menarik perhatian penonton pada tingkatan yang berbeda, sebagaimana direalisasikan dalam penempatan latar depan dan belakang, ukuran yang relatif, kontras nilai warna, perbedaan ketajamannya, dan sebagainya.
c. Bingkai, berupa ada dan tidak adanya bingkai (diwujudkan oleh elemen-elemen yang menciptakan garis pemisah atau garis bingkai yang sebenarnya) menghubungkan atau tidak menghubungkan elemen-elemen visual dari gambar, menandakan bahwa keseluruhannya saling atau tidak saling melengkapi.
Desain ruang pada tayangan bincang-bincang Apa Kabar Indonesia di TV One menggunakan latar luar ruang (di luar studio) untuk mengemas alur narasi pembuka, pertengah, dan penutupan. Latar luar ruang ini merupakan ruang fisik di depan kamera yang dipilih sebagai objek pengambilan gambar, dengan menghadirkan konsep interior luang ruang, sehingga menghadirkan ruang yang terlihat di layar oleh penonton. Meskipun dalam setiap tayangannya digunakan sudut pengambilan gambar yang berbeda, tetapi kesan ruang visual secara konsisten tetap menghadirkan suasana gedung perkantoran. Properti yang umumnya menyertai di dalam ruang visual tersebut sebatas kursi, sofa, dan meja. Model kursi dan meja yang dipilih juga tidak terlalu formal, mengesankan suasana ruang perbincangan yang santai. Properti dan ruang didesain untuk menciptakan sebuah relasi yang mendukung pesan dari tema perbincangan itu sendiri. Sebagai contoh dari pembahasan dalam studi ini, dipilih tiga tampilan ruang visual secara acak dari tayangan yang pernah ada, yaitu satu scene tampilan desain pembuka dan dua scene desain pertengahan yang menampilkan bincang-bincang. Dalam konteks keterbacaan ruang, desain bincang-bincang Apa Kabar Indonesia di TV One umumnya menggunakan perspektif tampilan ruang visual dengan perspektif dua titik hilang (two-point perspective) dan perspektif tiga titik hilang (three-point perspective), sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini:
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
71
Titik Hilang Titik Hilang
Titik Hilang
Gambar 1. Tampilan Ruang Visual Narasi Pembuka Desain Bincang-Bincang Dengan Perspektif Tiga Titik Hilang (Sumber Gambar: Apa Kabar Indonesia, 1 Juli 2012, http://video.tvonenews.tv/program/apa_kabar_indonesia/1/, diakses 15 Juli 2015)
Pada desain narasi pembuka, penggunaan perspektif tiga titik hilang memvisualisasikan dua orang pembawa acara dengan latar gedung perkantoran. Pengambilan objek gedung Wisma Nusantara secara jarak jauh oleh kamera memperlihatkan sebuah bangunan yang utuh untuk merepresentasikan pusat ibukota. Di sini, penonton diajak untuk mengarahkan pandangannya pada tiga titik hilang yang diletakkan pada latar dan bidang yang terlihat di layar. Posisi titik hilang ketiga pada latar diperlihatkan dalam perspektif tinggi (di atas) untuk merepresentasikan kemegahan gedung. Sedangkan dua titik hilang lainnya diletakkan di bagian kanan dan kiri bawah dari kedua tubuh pembawa acara untuk merepresentasikan citranya.
Titik
Hilang
Titik
Hilang
Gambar 2. Tampilan Ruang Visual Narasi Pertengahan Desain Bincang-Bincang Dengan Perspektif Dua Titik Hilang (Sumber Gambar: Apa Kabar Indonesia, 10 Juli 2012, Awas Pilkada Curang, http://video.tvonenews.tv/program/apa_kabar_indonesia/1/, diakses 15
Juli 2015) Pada desain narasi pertengahan, penggunaan perspektif dua titik hilang memvisualisasikan adegan perbincangan antara dua orang pembawa acara yang duduk di sebelah kiri dan kanan ruang, dengan para narasumber yang duduk di bagian tengah. Ruang visual ditampilkan berada di luar ruang (studio) dengan mengambil interior bagian dalam gedung perkantoran untuk mempresentasikan suasana perbincangan yang serius namun relaks. Hal ini divisualisasikan melalui properti sofa dengan sandaran rendah, sehingga kesan relaks tidak terlalu menonjol. Pengambilan gambar jarak menengah mengajak, penonton untuk mengarahkan pandangan pada dua titik hilang yang terletak di bagian kanan dan kiri layar agar suasana gedung perkantoran tetap tertangkap mata.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
72
Berdasarkan gambaran aspek keterbacaan ruang visual di atas, pembahasan selanjutnya adalah pada konsep komposisi visual, khususnya dari segi nilai, fokus, dan bingkai yang ditampilkan pada layar. Studi ini mencoba menggambarkan makna pesan yang bisa tertangkap melalui tanda-tanda visual. Dua pilihan scene di atas dapat kembali dijadikan pembahasan.
Tabel 1. Representasi Makna Dalam Komposisi Ruang Visual Desain Narasi Pembuka
(Sumber: Diadaptasi dari Kress & van Leeuwen, 2006)
Ruang Visual Representasi Makna
Nilai: Menginformasikan elemen-elemen tanda dua orang pembawa acara, meja kecil, koran-koran, gedung bertingkat, dan jalan raya dari bidang kiri, kanan, atas, bawah.
Kedalaman, kelebaran, dan ketinggian ruang menginformasikan nilai-nilai keragaman topik dan peristiwa yang terjadi di kota-kota di Indonesia.
Fokus: Memfokuskan fokus lebih tajam pada kedua pembawa acara dan tumpukan koran di atas meja kecil, dengan pengambilan gambar jarak menengah oleh kamera.
Tampilan pembawa acara berbusana kasual dengan tumpukan koran mewakili gaya hidup masyarakat kota yang dinamis dan membutuhkan informasi.
Bingkai: Menghubungkan keseluruhan elemen tanda dan membingkainya dalam suasana pagi hari di pinggir jalanan ibukota berlatar gedung bertingkat.
Gedung bertingkat dan jalanan utama membingkai segmentasi masyarakat perkotaan sebagai entitas dan citra produk tontonan.
Ruang visual di atas juga menampilkan sebuah ruang tempat pembawa acara saling berinteraksi dalam jarak tertentu, meski tidak berkesan membatasi. Di sini, penonton diajak untuk melihat “kedalaman”, “kelebaran”, sekaligus “ketinggian” ruang melalui visualisasi jalan raya dan latar gedung perkantoran. Visualisasi ini dapat menjadi entitas, ketika elemen pembawa acara tampil sebagai bagian dari “aktivitas kota” di dalam ruang tempat mereka berinteraksi. Suasana pusat kota juga merepresentasikan citra produk tontonan sebagai pembawa berita tentang berbagai peristiwa yang terjadi di kota-kota. Tabel 2. Representasi Makna Dalam Komposisi Ruang Visual Desain Bincang-Bincang
(Sumber: Diadaptasi dari Kress & van Leeuwen, 2006)
Ruang Visual
Representasi Makna
Nilai: Menginformasikan elemen-elemen tanda pembawa acara, narasumber, meja tamu, sofa bersandaran rendah, kaca-kaca jendela gedung, dari bidang kiri, kanan,dan atas.
Kedalaman dan kelebaran, ruang menginformasikan nilai-nilai berbagai kepentingan yang mewakili lembaga, masyarakat, dan media.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
73
Fokus: Memfokuskan fokus lebih tajam pada pembawa acara dan narasumber, dengan pengambilan gambar jarak menengah oleh kamera.
Tampilan pembawa acara dan narasumber difokuskan secara bergantian sebagai visualisasi penghargaan atas pendapat/opini publik.
Bingkai: Menghubungkan keseluruhan elemen tanda dan membingkainya dalam suasana ruang duduk gedung perkantoran.
Latar kaca jendela gedung dan sofa di ruang duduk membingkai para tokoh publik sebagai visualisasi kepedulian masyarakat terhadap permasalahan sosial politik di Indonesia.
Ruang visual di atas juga memperlihatkan kepada penonton sebuah ruang yang didesain untuk membatasi gerakan para partisipannya saat mereka berinteraksi dalam jarak tertentu. Selain pemaknaan pada tabel di atas, penonton lebih diajak untuk melihat “kelebaran” ruang yang menghadirkan pembawa acara dan narasumber untuk mewakili berbagai kepentingan. Kelebaran ruang juga memberi makna interaksi yang lebih harmonis di antara partisipan. 3. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan desain bincang-bincang Apa Kabar Indonesia di atas, studi ini
menyimpulkan beberapa hal penting dalam memaknai ruang visual sebagai bagian dari
desain tayangan TV. Pertama, pemilihan ruang visual, baik berlatar luar ruang maupun
dalam ruang tidak dapat dipisahkan dari peran pembawa acara dan properti. Pemilihan
ruang dan pengambilan gambar secara perspektif yang konsisten juga dapat
memberikan sebuah entitas yang mudah diingat, citra produk tontonan, dan mampu
merepresentasikan tujuan dan pesan yang ingin disampaikan oleh media. Kedua, desain
ruang visual dalam suatu tayangan perlu mempertimbangkan deep space untuk melihat
kedalaman, kelebaran, dan ketinggian ruang yang ditampilkan di layar TV, serta aspek
keterbacaan ruang dipahami melalui komposisi visual dari elemen-elemennya secara
keseluruhan, sehingga mampu memberikan kesan personal bagi penonton.
Daftar Pustaka
[1] Barker, Chris, 2014, Kamus Kajian Budaya, Penerbit PT. Kanisius, Jakarta. [2] Block, Bruce, 2008, The Visual Story, Creating The Visual Structure of Film, TV,
and Digital Media, Second Edition, Elsevier and Focal Press. [3] Kress, Gunther and van Leeuwen, Theo, 2006, Reading Images: The Grammar
of Visual Design, 2nd ed., Routledge, London and New York. [4] Jewitt, Carey, ed., 2011, The Routledge Handbook of Multimodal Analysis,
Routledge, London and New York.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
74
IKONISITAS SEBAGAI STRATEGI KREATIFDALAM DESAIN KEMASAN BERBASIS MEREK(STUDI KASUS PADA UMKM
PRODUSEN BISKUIT DI KOTA MALANG)
1Aditya Nirwana, 2Ayyub Anshari
Prodi Desain Komunikasi Visual - Universitas Ma Chung, Villa Puncak Tidar N-01, Malang – Jawa Timur, e-mail : [email protected],
ABSTRAK Makalah ini merupakan perancangan kemasan produk biskuit berlapis gula yang diproduksi oleh salah satu UMKM di kota Malang. Kemasan produk UMKM dengan citra merek global merupakan salah satu aspek yang penting dalam menyongsong MEA 2015. Tujuan perancangan ini ialah untuk menghasilkan konsep dan visualisasi prototype/mock-up kemasan biskuit yang menggambarkan citra merek dan mampu menarik perhatian calon konsumen. Dengan menggunakan prinsip penciptaan merek Moser, dan konsep metafora yang mengacu kepada semiotika Peircean tentang ikonisitas, maka metode perancangan kemasan meliputi tahap 1) Identifikasi data, 2) Penetapan sasaran pemasaran, 3) Penciptaan merek/branding, dan 4) Visualisasi kemasan sebagai ikon merek. Dari perancangan ini diperoleh 3 nilai inti merek, yakni 1) keanekaragaman, 2) kedekatan, dan 3) keterbukaan, dengan pesan inti merek yakni biskuit dengan harga yang terjangkau, dan mudah didapat. “ColorFull!” dipilih sebagai nama merek, dan “Good Friend, Give You More Full” sebagai tagline, serta logo yang memiliki 3 macam versi warna. Dalam penciptaan kemasan dilakukan personifikasi merek produk, sebagai pendekatan humorik kepada calon konsumen dengan nilai keunikan sebagai atribut produk. Personifikasi ini menghasilkan metafor verbal “Colorfull! Itu teman baikmu”, yang kemudian diwujudkan menjadi prototype/mock-up kemasan berkapasitas 200 gram dengan bentuk menyerupai manusia, dan dengan tiga warna yang berbedauntuk menarik perhatian calon konsumen
Kata kunci : merek, ikonisitas, kemasan, metafora 1. PENDAHULUAN Diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015, maka wilayah Asean menjadi wilayah dengan ekonomi yang sangat kompetitif, dan terintegrasi dengan ekonomi global.Hal ini juga dapat dikatakan bahwa UMKM di Indonesia mengalami liberalisasi perdagangan. Tambunan (2013:4) mengungkapkan bahwa ekspektasi umum adalah bahwa liberalisasi perdagangan internasional yang meningkatkan persaingan internasional di pasar domestik akan berdampak buruk terhadap UMKM yang tidak efisien atau yang berdaya saing rendah, sementara itu akan menguntungkan UMKM yang efisien dan berdaya saing tinggi. Pendapat Tambunan bahwa liberalisasi perdagangan terhadap UMKM akan menguntungkan UMKM yang efisien dan berdaya saing tinggi, juga dikuatkan oleh Wangke (2014:7) yang mengungkapkan bahwa dari sisi liberalisasi perdagangan, produk Indonesia praktis tidak terlalu menghadapi masalah sebab hampir 80 persen perdagangan Indonesia sudah bebas hambatan. Bahkan ekonomi UMKM berpeluang menembus pasar negara Asean.Survei BPS 2003 dan 2005 (dalam Tambunan, 2014:15), terhadap UMKM di industri manufaktur menunjukkan bahwa permasalahan utama yang dihadapi oleh sebagian besar dari kelompok usaha ini adalah keterbatasanmodal dan kesulitan pemasaran. Lebih jauh Tambunan (2014:8) juga mengungkapkan bahwa dalam hal pemasaran, UMKM pada umumnya tidak mempunyai sumber-sumber daya untuk mencari, mengembangkan atau memperluas pasar-pasar mereka sendiri. Sebaliknya, mereka sangat tergantung pada mitra dagang mereka (misalnya pedagang keliling, pengumpul, atau trading house) untuk memasarkan produk-produk mereka, atau
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
75
Gambar 1. Biskuit berlapis gula yang diproduksi oleh Purnomo Sigit di Kota Malang
tergantung pada konsumenyang datang langsung ke tempat-tempat produksi mereka, atau melalui keterkaitan produksi dengan usaha besar.
Dari sini dapat dipahami bahwa komunikasi pemasaran dan penciptaan merek global bagi produk UMKM menjadi sesuatu yang urgen untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing ditengah-tengah liberalisasi perdagangan. Dalam kegiatan pemasaran, istilah marketing mix, atau bauran pemasaran didefinisikan sebagai perangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya. McCarthy (dalam Kotler&Keller, 2007:27) mengklasifikasikan bauran pemasaran menjadi empat kelompok besar, yakni : 1) Product (produk), 2) Price (harga), 3) Place (tempat), dan 4) Promotion (promosi). Pada segi produk, terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan pemasaran, beberapa aspek tersebut berupa keragaman produk, kualitas, desain, ciri khas, merek, ukuran, garansi dan juga kemasan
produk. Makalah ini fokus pada pembahasan pemasaran dari segi perancangan kemasan, sebagai upaya menciptakan merek global bagi UMKM, dan dalam urgensinya menyongsong MEA, serta sebagai bentuk pengabdian institusi perguruan tinggi terhadap ekonomi berbasis kerakyatan di Indonesia. Dalam perancangan ini, dipilih sebuah UMKM produsen biskuit berlapis gula yang telah dijalankan oleh Purnomo Sigit di kota Malang selama 2 tahun, yang di dalam hal pemasaran sangat tergantung pada mitra dagangnya (pedagang keliling, warung,dan kantin sekolah) untuk memasarkan biskuit ini. Seperti UMKM pada umumnya, aspek keragaman produk, kualitas, desain, ciri khas, merek, ukuran, garansi dan juga kemasan produk kurang mendapat perhatian, produk ini dipasarkan tanpa merek, padahal hal tersebut penting dalam rangka peningkatan daya saing. Berangkat dari kesenjangan tersebut, maka makalah inibertujuan untukmenghasilkan konsep dan visualisasi prototype/mock-upkemasan biskuit yang menggambarkan citra merek dan mampu menarik perhatian calon konsumen. Klimchuk & Krasovec (2007:33) mengemukakan bahwa desain kemasan adalah bisnis kreatif yang mengaitkan bentuk, stuktur, material, warna, citra, tipografi, dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan, dengan kata lain, desain kemasan merupakan alat komunikasi produk kepada calon konsumen. Ia melanjutkan, bahwa desain kemasan berfungsi untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Hal ini berarti kemasan merupakan pemasaran produk dengan jalan mengkomunikasikan kepribadian merek produk, dengan kata lain, sebagai bagian dari merek. Keseluruhan tampilan, bentuk, ukuran, atau jenis bahan kemasan (material) dapat membangkitkan gambaran mengenai merek (Moser, 2006:97). Sehingga dapat dipahami bahwa sebelum merancang kemasan produk, maka merek produk harus didefinisikan terlebih dahulu, dan juga mengingat produk biskuit mitra dipasarkan tanpa merek. Moser (2006:6-8) menawarkan pendekatan untuk menciptakan sebuah merek yang kohesif, yang terdiri dari 5 langkah, yakni : 1) Menentukan nilai merek inti, 2) Menentukan pesan merek inti, 3) Menentukan kepribadian merek, 4) Menentukan ikon merek, dan 5) Merancang peta jalan merek. Dalam konsep Moser, kemasan produk termasuk dalam ikon merek, ia berada bersama komponen ikon merek yang lain, yakni
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
76
nama merek, logo, warna, tipografi, layout, dan teknik visual, sehingga perancangan kemasan berhenti pada langkah keempat pendekatan Moser tersebut. Ikon dalam perpektif Moser, secara harfiah terkait dengan indera penglihatan, sesuatu yang unik bagi merek, dan sebagai sesuatu yang dapat memberikan gambaran tentang merek (Moser, 2006:91). Lebih jauh ia tidak menjelaskan hakikat ikon itu sendiri, terlepas dari keterhubungannya dengan merek, disinilah dibutuhkan konsep bantu sebagai pengarah bentuk atau strategi visual desain kemasan, yakni semiotika Peircian.Dalam terminologi Peirce, ikon adalah tanda yang didasarkan atas “keserupaan” atau kemiripan diantara representamen dan obyeknya, namun tidak semata-mata mencakup citra-citra “realistis” seperti pada lukisan atau foto, melainkan juga ekspresi seperti grafik-grafik, skema, peta geografis, persamaan matematis, bahkan metafora (Budiman, 2011:78). Metafora sendiri merupakan gaya bahasa, ia merupakan analogi yang membandingkan dua hal secara langsung dalam bentuk yang singkat, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan dengan pokok kedua (Keraf, 2010:39). Jika kemasan dipandang sebagai ikon merek, maka ia harus memiliki keserupaan (similiaritas) dengan merek, dengan kata lain, merek sebagai pokok pertama, dan kemasan sebagai pokok kedua. Kemasan tidak lain adalah metafora atau metonimi dari merek yang dibatasi oleh sebuah konteks tertentu. Disiniliah desain kemasan sampai pada ranah ikonisitas, sebuah kajian terhadap kesamaan yang dikandung atau analogi antara bentuk tanda (linguistik atau sebaliknya, dalam hal ini adalah merek dan kemasan). Agar kemasan memiliki makna yang tajam, analogi yang dilakukan antara merek dengan kemasan tentunya harus memiliki konteks. Artinya, dalam memaknai tanda manusia memiliki kode-kode tertentu di dalam kepalanya, “manusia” ini tidak lain adalah target sasaran. Klimchuk & Krasovec (2007:46) mengemukakan bahwa oleh karena keberadaan kemasan utamanya adalah di pasar, maka ia banyak menampilkan budaya pasar, desain kemasan harus mampu menarik perhatian calon konsumen dengan segera. Disitulah peran desain kemasan sebagai alat penjualan akan sangat efektif ketika telah menentukan suatu kelas pangsa pasar tertentu untuk dibidik atau kelas konsumen khusus sebagai target (Klimchuk & Krasovec, 2007:36). Hal tersebut tidak lain seperti yang diungkapkan oleh Kotler sebagai identifikasi segmen dan saran pasar, yang terdiri dari tiga aktivitas, yakni : 1) Segmentasi pasar, 2) Penetapan pasar sasaran, dan 3) Penetapan posisi pasar (Kotler& Keller, 2007:327). Berdasarkan uaraian teoretik diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai metode yang digunakan dalam perancangan kemasan biskuit pada makalah ini, seperti pada bagan 1.
Bagan 1. Bagan alur/kerangka perancangan kemasan
2. PEMBAHASAN 2.1. Pemasaran Sasaran Pemasaran sasaran, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, mencakup tiga aktivitas, yaitu 1) Segmentasi pasar, 2) Penetapan pasar sasaran, dan 3) Penetapan posisi pasar. Aktivitas ini ditujukan agar produk biskuit ini dapat bersaing secara lebih efektif dengan merangkul pasar sasaran, yang di anggap memiliki potensi besar untuk dipuaskan melalui produk.Variabel utama bagi pasar konsumen adalah 1) Geografis, 2) Demografis, 3) Psikografis, dan 4) Perilaku. Identifikasi pasar konsumen produk biskuit ini dapat dijabarkan pada tabel 2.1 sebagai berkut.
Identifikasi Data 1) Data Produk 2) Data Pemasaran 3) Data Kompetitor
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
77
Tabel 1. Segmentasi Pasar Konsumen Produk Biskuit
No Variabel Identifikasi Kelompok
1 Geografis Produk didistribusikan pada kota-kota besar di Jawa Timur dengan kepadatan perkotaan hingga pinggiran kota, seperti kota Malang, dan Surabaya.
2 Demografis Usia remaja 15-23 tahun, ukuran keluarga : 3-5 anggota keluarga, siklus hidup: muda, lajang, belum menikah, jenis kelamin laki-laki &perempuan, belum berpenghasilan, kelas sosial menengah, semua agama, semua ras, pendidikan SMP-Perguruan tinggi, tahap hidup: ingin tahu segala hal, mengutamakan persahabatan & egalitarian, gemar berkumpul satu sama lain (nongkrong), menyukai pendekatan humoris dalam transfer pengetahuan, generasi apatis/apolitis, dan gaya hidup digital.
3 Psikografis Pengejar pengalaman, bersemangat, bergairah, mencari kebaruan dan kesenangan. Mengeluarkan dana cukup besar pada mode, hiburan, dan sosialisasi.
4 Perilaku Perilaku kejadian khusus, manfaat kuantitas (pembelanja harga), status konsumen produk kompetitor, tingkat pemakaian sedang, tahap kesiapan pembeli: tertarik, status kesetiaan: berganti-ganti merek.
Berdasarkan identifikasi segmen pasar konsumen tersebut, ditetapkan sasaran pemasaran terhadap remaja usia 15-23 tahun (usia SMP-kuliah), yang tinggal di kota-kota besar di seluruh pelosok pulau Jawa. Produk menawarkan manfaat kuantitas, dengan harga yang relatif sama dengan produk kompetitor, konsumen mendapatkan lebih banyak, hal ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan calon konsumen yang gemar bersosialisasi, egaliter, dan belum memiliki pendapatan. Pendekatan kepada calon konsumen dilakukan secara humorik dengan nilai keunikan sebagai atribut produk, dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan calon konsumen yang merupakan pengejar pengalaman, pencari kebaruan, modis, dan suka hiburan. 2.2. Penciptaan Merek Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan merek (brand) sebagai nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing (Kotler&Keller, 2007:332). Dengan kata lain, merek merupakan suatu cara membedakan produk satu dengan produk yang lain. Produk UMKM biskuit berlapis gula yang diproduksi oleh Purnomo Sigit ini belum memiliki merek, sejauh ini berada di pasar secara anonim, untuk itu perlu dilakukan penciptaan merek. Agar merek memiliki integritas (konsisten & kohesif), maka sebelum merancang ikon merek, perlu dilakukan penentuan nilai merek inti, penentuan pesan merek inti, dan penentuan kepribadian merek. Moser (2006:8) mengungkapkan, terlalu banyak perusahaan yang memulai pada ujung yang salah dalam proses penciptaan merek. Perusahaan memulai dengan mendesain logo atau ikon merek mereka, kemudian melihat lagi pesan intinya.Hal ini menyebabkan merek menjadi tidak konsisten, sehingga memiliki integritas yang rendah. Berdasarkan hal tersebut, maka 4 langkah penciptaan merek yang dikemukakan oleh Moser ini bersifat prerequisite.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
78
Tabel 2. Penentuan nilai merek inti, pesan merek inti, dan kepribadian merek
No Aktivitas Kesimpulan
1 Pen
entu
an n
ilai m
ere
k
inti (
identita
s inte
rnal)
Nilai merek potensial Nilai inti
Kesederhanaan, kuantitas, keceriaan, kegembiraan, keterjangkauan, kemudahan, keanekaragaman, kedekatan, keunikan, kejujuran, keterbukaan/keterusterangan.
*)Nilai merek potensial berfokus pada produk
1) Keanekaragaman, dalam hal ini adalah warna biskuit yang menjadi ciri khas dan penarik perhatian.
2) Kedekatan, meliputi harga yang murah (keterjangkauan), dan dengan sendirinya meliputi kuantitas, dan mudah didapat.
3) Keterbukaan, menjual biskuit dengan begitu saja (kemasan plastik transparan).
2
Pen
entu
an p
esan
mere
k inti
(identita
s e
kste
rnal)
Persepsi Realitas Pesan Merek Inti
1) Murahan 2) Tidak sehat 3) Anak-anak 4)Kelas bawah
1) Berkualitas 2) Higienis 3) Anak-anak dan remaja 4) Menengah
Biskuit dengan harga yang terjangkau, dan mudah didapat memunculkan kedekatan dengan audiens, layaknya seorang “teman”, ia juga terbuka/jujur, dan memberi nilai tambah (value added)
Biskuit ini tetap ada di pasar selama 2 tahun, bahkan tanpa merek, karena keterjangkauan, daya tarik, kedekatannya dengan audiens.
Tagline
Nilai tambah sekaligus pembeda dengan produk kompetitor adalah aspek kuantitas, sehingga tagline-nya adalah : “Good Friend, Give You More Full”. Tagline menggunakan bahasa Inggris untuk menghapus persepsi murahan, tidak sehat, dan kelas bawah.
3
Pen
entu
an k
ara
kte
r
kepriba
dia
n m
ere
k
Karakter Kepribadian Potensial Karakter Kepribadian Merek
Percaya diri, urakan, jenaka (lucu), setia kawan, jujur/terbuka, lantang, berbeda, sederhana, kreatif, berani.
Image merek : laki-laki, muda, global.
1) Setia kawan, kedekatan dengan audiens, layaknya seorang “teman”, dan saling berbagi.
2) Kreatif/penuh warna, beda, sesuai dengan semangat remaja, ingin mencoba hal baru dan ingin tampil beda.
3) Terbuka, menyukai keterbukaan dan apa adanya, sebagai dampak dari sikap apatis/apolitis.
4) Sederhana, menjauhi kerumitan dalam bersikap, atau simpel.
2.3. Penciptaan Logo Produk dan Kemasan Sebagai Ikon Merek Penciptaan ikon visual merek meliputi perancangan logo (terdiri dari nama merek, tipografi / lettermark, picture mark, dan warna), serta perancangan kemasan. Ikon merek merupakan representasi dari kepribadian merek, yang tersusun atas nilai inti merek, dan pesan inti merek. Dengan menciptakan logo, berati dengan sendirinya telah menciptakan ikon merek yang lain, seperti nama merek, warna perusahaan, tipografi, look and feel, dan teknik visual, yang kemudian dilanjutkan dengan penciptaan kemasan produk. 2.3.1. Logo Produk Karakter kepribadian merek berupa setia kawan, kreatif, terbuka, dan sederhana dapat dipahami sebagai valuable keyword dalam menciptakan logo, artinya, logo merupakan ikon dari kepribadian merek tersebut. Pendekatan associative digunakan dalam pemilihan nama yang menggambarkan aspek atau manfaat produk/jasa. Berdasarkan hal tersebut maka ”ColorFull!” dipilih sebagai nama merek dengan pertimbangan nama tersebut merepresentasikan realitas produk berupa biskuit berlapis
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
79
gula dengan beragam warna, disamping itu juga merupakan representasi dari kreatifitas dan gambaran dunia remaja. Nama merek menjadi lettermark dari logo, tidak menggunakan typeface formal (roman-serif) untuk menghidari kesan terlalu dewasa, dan tidak terlalu dekoratif untuk menghidari kesan terlalu kekanak-kanakan, namun dengan calligraphic style yang cukup digemari anak muda. Bentuk dasar logo merupakan lingkaran, yang mengesankan dinamis, gerak, kecepatan, disamping itu juga bermakna simbolik sebagai kehidupan, semesta, dan dapat diandalkan. Pada picture mark logo menggunakan hand-sign “OK”, yang dalam kebudayaan barat dan juga secara universal dipahami sebagai "baik-baik saja", diterima, baik, “sudah benar” , dan “memuaskan”. Oleh karena makna simbolik tersebut, ikon ini juga mengesankan kesederhanaan, keterbukaan, dengan kata lain bersikap praktis atau simple dalam menghadapi suatu persoalan, dan penghargaan terhadap sesama (kesetiakawanan). Disamping itu, lingkaran yang terbentuk dari ibu jari dan kelingking mengarah ke bentuk produk. Kesan visual dan makna simbolik tersebut dianggap berkapasitas dalam merepresentasikan dunia anak muda. Logo dibuat dengan memiliki beberapa versi warna, sehingga dalam kondisi background dan media apapun logo tetap terlihat jelas. Pada pemilihan warna logo, dan dengan sendirinya merupakan warna produk dan perusahaan, dipilih warna cerah, yang pada umumnya disebut sebagai biru muda, oranye (jingga), dan hijau, namun dengan light value (tint), atau dapat disebut flat-color yang cukup digemari, dan sering muncul pada media komunikasi visual dengan audiens anak muda. Tingkat kecemerlangan pada ketiga warna tersebut (chroma), juga menjadi pertimbangan akan daya tarik. Disamping itu simbolisasi ketiga warna tersebut dianggap memiliki relasi ikonis dengan merek. Sanyoto (2009:46-51) mengungkapkan bahwa warna biru bermakna sebagai manusia, produktifitas, kecerdasan, dan kesetiaan. Warna oranye bermakna energik, antusias, kesenangan, menonjol, kemerdekaan, dan secara psikologis menambah rasa manis. Warna hijau bermakna sebagai sesuatu yang hidup dan berkembang, kecerdasan tinggi, masa muda, lingkungan hidup, dan giat.
Gambar 2. Logo ColorFull!, Sugar-coated Biscuit
2.3.2. Kemasan Produk Dalam penciptaan kemasan biskuit ColorFull! Digunakan pendekatan gaya bahasa yang dipinjam dari keilmuan semiotika, atau lebih tepatnya ikonisitas sebagai form-generatorguna menentukan bentuk kemasan. Pada dasarnya, pada saat penentuan kepribadian merek telah dilakukan personifikasi merek, merek menjadi memiliki “kepribadian” layaknya manusia. Dalam penciptaan kemasan biskuit ini juga dilakukan personifikasi merek produk. Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-beda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifikasi (penginsanan)
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
80
merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara, seperti manusia (Keraf, 2010:140-141). Dari pernyataan Keraf tersebut dapat dipahami bahwa personifikasi merupakan bentuk khusus dari metafora, sehingga ikon merek yang dimaksud oleh Moser dalam hal ini merupakan ikon metafora. Jika meninjau dari tagline “Good Friend, Give You More Full”, maka “good friend” atau teman yang baik disini adalah produk/merek, Colorfull! Harus mampu menjadi “teman yang baik” dengan memberi lebih banyak (kuantitas/jumlah biskuit), mudah ditemui (dekat), lucu, humoris dan mudah bergaul, memahami teman (harga yang tidak terlalu mahal). Metafora ini secara verbal dapat diungkapkan sebagai “Colorfull! Itu teman baikmu”, dalam skema yang diungkapkan Zoezt, ColorFull! (merek produk) adalah acuan langsung, dengan kepribadian merek dan “teman baik” (sosok manusia) adalah acuan tak langsung, keduanya memiliki predikat dan tindakan yang diperikan, predikat yang dimiliki kedua acuan itu (kreatif, setia kawan, terbuka, sederhana, dan jenaka) yang memungkinkan kita melihat berfungsinya ikon metafora (Zoest, 1996:18-19). Proses semiosis berlapis tersebut dapat dijelaskan pada bagan 2.Pada metafora yang terbentuk dari acuan langsung dan tidak langsung (merek produk dan teman baik), maka muncul metafor “Colorfull! Itu teman baikmu” sebagai metafor “verbal”. Metafor verbal ini kemudian diwujudkan menjadi sebuah bentuk visual berupa desain kemasan dengan bentuk dasar manusia yang memiliki atribut, predikat atau tindakan keduanya.Kemasan produk ini dapat dipahami sebagai ikon image, dan dengan sendirinya ia merupakan respresentamen dari metafora sebagai objek. Visualisasi kemasan dapat dilihat pada gambar 2.
Bagan 2. Proses semiosis berlapis pada metafora biskuit Colorfull!
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
81
Gambar 3. Visualisasi prototype/mock-upkemasan 200 gram biskuit Colorfull!dengan 3 macam warna.
Gambar 4. Ukuranprototype/mock-up kemasan 200 gram biskuit Colorfull!
3. KESIMPULAN Dari perancangan ini diperoleh 3 nilai inti merek, yakni 1) Keanekaragaman, 2) Kedekatan, dan 3) Keterbukaan. Pesan inti merek yakni biskuit dengan harga yang terjangkau, dan mudah didapat (dekat dengan audiens), layaknya seorang “teman”, dan juga terbuka/jujur, Nilai tambah sekaligus pembeda dengan produk kompetitor adalah aspek kuantitas, sehingga menghasilkan tagline: “Good Friend, Give You More Full”. Tagline menggunakan bahasa Inggris untuk menghapus persepsi murahan, tidak sehat, dan kelas bawah. Dari nilai inti dan pesan inti, dirumuskan kepribadian merek sebagai setia kawan, kreatif, terbuka, dan jenaka. “ColorFull!” dipilih sebagai nama merek dengan pertimbangan nama tersebut merepresentasikan realitas produk berupa biskuit berlapis
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
82
gula dengan beragam warna, dan juga merupakan gambaran kepribadian merek. Adapun logo dibuat dengan memiliki beberapa versi warna, sehingga dalam kondisi background dan media apapun logo tetap terlihat jelas, yakni warna biru muda, oranye (jingga), dan hijau, dengan light value (tint). Dalam penciptaan kemasan dilakukan personifikasi merek produk, sebagai pendekatan humorik kepada calon konsumen dengan nilai keunikan sebagai atribut produk. Personifikasi ini menghasilkan metafor verbal “Colorfull! Itu teman baikmu”, yang kemudian diwujudkan menjadi prototype/mock-upkemasan kapasitas 200 gram dengan bentuk menyerupai manusia, dengan tiga warna yang berbeda sebagai ikon image dari merek produk. Disamping mengacu kepada ketiga warna logo, 3 macam warna kemasan ditujukan untuk memaksimalkan daya tarik kemasan pada saat display di rak swalayan. Daftar Pustaka
[1] Budiman, K, 2011, Semiotika Visual : Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas, Penerbit Jalasutra, Yogyakarta.
[2] Keraf, G, 2010, Diksi dan Gaya Bahasa, Penerbit Gramedia, Jakarta [3] Klimchuk, M,R, dan Krasovec, S,A, 2007, Desain Kemasan : Perencanaan Merek
Produk yang Berhasil, Mulai dari Konsep sampai Penjualan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
[4] Kotler, P, dan Keller, K, L, 2007, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Edisi 12, Penerbit Indeks, Jakarta.
[5] Moser, M, 2006, United We Brand : Menciptakan Merek Kohesif yang Dilihat, Didengar, dan Diingat, Penerbit Erlangga, Jakarta.
[6] Rustan, S, 2009, Mendesain Logo, Penerbit Gramedia, Jakarta [7] Sanyoto, S.E., 2009, Nirmana : Elemen-elemen Seni dan Desain, Penerbit Jalasutra,
Yogyakarta. [8] Tambunan, T, 2013, Masyarakat Ekonomi Asean 2015 : Peluang dan Tantangan
bagi UKM Indonesia, Tim Advokasi Program ACTIVE Kadin Indonesia. [9] Wangke, H, 2014, Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015,
dalam Info Singkat Hubungan Internasional, Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014, ISSN 2088-2351, hlm. 5-8, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI.
[10] Zoest, A, 1996, Interpretasi dan Semiotika, dalam Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest (ed), Serba-serbi Semiotika, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
83
SISTEM PEMANTAUAN BAHAN BAKAR DAN POSISI MOBIL BERBASIS ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN RASPBERRY PI
Ferrianto Gozali (1) & Yoska Octavianus (2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No 1, Grogol, Jakarta Barat 11410 (1) [email protected], [email protected] (2) [email protected]
ABSTRAK
Sistem pemantauan bahan bakar dan posisi mobil menggunakan smartphone android
merupakan sistem yang dirancang untuk memantau perubahan volume bahan bakar
yang diintegrasikan dengan pergerakan suatu mobil. Sistem menggunakan raspberry-pi
yang dihubungkan dengan sensor ultrasonic dan sebuah modul global positioning system
yang akan mengirim data volume bahan bakar dan posisi kepada server database.
Sistem dapat merekam pemakaian bahan bakar dan menghitung kebutuhan dalam
menempuh suatu rute tertentu. Aplikasi pada android berfungsi untuk menampilkan
informasi bahan bakar dan posisi mobil kepada remote user. Uji coba dilakukan dengan
melakukan monitoring dan pengukuran pada tangki yang diletakkan pada mobil yang
bergerak dengan melihat perubahan volume bahan bakar terhadap pergerakan
kendaraan.
Kata kunci: Monitoring, Raspberry-pi , Smartphone, Android
1. Pendahuluan
Perusahaan-perusahaan besar maupun instansi pemerintah umumnya memiliki kendaraan dinas untuk para karyawan tertentu dengan jasa pengemudi atau supir. Kemungkinan penyalahgunaan fungsi kendaraan dinas diluar kepentingan kantor dapat mengakibatkan peningkatan biaya konsumsi bahan bakar yang ditanggung perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan memantau penggunaan bahan bakar serta pergerakan kendaraan tersebut.
Sistem pemantauan bahan bakar dan posisi mobil ini dirancang untuk memantau bahan bakar dan lokasi mobil yang dioperasikan dari jarak jauh dengan menggunakan smartphone android. Melalui smartphone, remote user dapat melakukan tracking untuk mengetahui posisi suatu mobil serta volume bahan bakar yang dimiliki mobil tersebut. Data hasil pemantauan bahan bakar pada kendaraan dengan menggunakan sensor ultrasonic yang diintegrasikan dengan koordinat hasil global positioning system juga disimpan pada database sehingga dapat diolah untuk kebutuhan lainnya seperti rekapitulasi pemakaian dalam suatu jangka waktu tertentu, riwayat pergerakan mobil, serta kebutuhan informasi lainnya jika dibutuhkan. Sistem juga bermanfaat untuk melakukan estimasi penggunaan bahan bakar dari suatu perjalanan dengan rute dan jarak tempuh tertentu yang ditampilkan kepada user.
2. Pembahasan
Sistem Pemantauan yang dikembangkan secara umum dapat digambarkan seperti Gambar 1 berikut.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
84
Gambar 1. Diagram Umum Sistem Pemantauan
Bagian hardware merupakan bagian yang mengatur hubungan antara Raspberry
Pi dengan sensor ultrasonic HC-SR04 yang mendeteksi volume bahan bakar dan
koordinat lokasi mobil dengan Adafruit Ultimate Global Positioning System (GPS)
modem, sehingga Raspberry Pi mampu menerima dan memproses data yang didapat
dari kedua sensor tersebut. Bagian database merupakan sub sistem yang berguna
sebagai tempat penyimpanan data yang diterima dari Raspberry Pi. Data hasil proses
pada Raspberry Pi ini dikirimkan dengan suatu interval waktu tertentu berdasarkan
program python melalui koneksi internet yang dimiliki Raspberry Pi kepada sebuah IP
address spesifik, username MySQL dan passwordnya, dan nama database pada tabel
yang dituju untuk kemudian disimpan pada server database. sehingga apabila data
dibutuhkan dapat digunakan kembali dan bagian user interface untuk menampilkan data
yang telah disimpan pada database kepada user. Hubungan proses dapat dilihat pada
Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Proses Pengiriman Data Ke Database Sampai Kepada User
Database menggunakan Remote MySQL yang disediakan pada database server
dan memiliki lima buah tabel data yaitu tabel_users (userid,username,password), tabel
mobil (idmobil, jenis, konsumsi), tabel lokasi (id, idtrans, lat, long, vol, waktu), tabel raspi
(id,raspi), dan tabel transaksi (id, userid, idraspi, idmobil) yang digunakan untuk
merekam seluruh data hasil proses pencatatan. Untuk menghubungkan Raspberry Pi
dengan database Remote MySQL yang disediakan oleh server maka IP address dari
Raspberry Pi yang digunakan harus didaftarkan lebih dahulu pada database server.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
85
Program interface yang digunakan pada smartphone android dikembangkan
dengan software Eclipse untuk pembuatan aplikasi pada android dengan phonegap
untuk pembuatan halaman aplikasi berbasis web. Aplikasi ini diberi nama Fuel
Monitoring. Aplikasi Fuel Monitoring dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3. Aplikasi Fuel Monitoring Pada Smartphone Android
Sebelum ujicoba keseluruhan sistem dilakukan maka terlebih dahulu dilakukan
proses kalibrasi terhadap kesalahan pengukuran volume bahan bakar dengan berbagai
volume dengan menggunakan sensor ultrasonic HC-SR04 Dari percobaan yuang
dilakukan diperoleh nilai rata-rata kesalahan pengukuran jarak permukaan bahan bakar
untuk berbagai volume adalah 0.137007469 cm dengan selisih volume rata-rata
0.06718162 liter. Kesalahan data hasil koordinat mobil yang didapat dari Adafruit GPS
yang digunakan dilakukan dengan membandingkan hasil berbagai pengukuran pada
lokasi yang berbeda, yaitu tempat yang terhalang oleh gedung tinggi dan tempat terbuka
tanpa halangan. Berdasarkan hasil pengujian lokasi pertama maka didapat nilai
kesalahan rata-rata dari akurasi GPS sebesar 27.4605 meter dan tingkat presisi GPS
sebesar 0,633 meter. Sedangkan hasil pengujian kedua didapat nilai kesalahan rata-rata
dari akurasi GPS sebesar 0.0415 meter dan kesalahan pada tingkat presisi GPS sebesar
0 meter. Nilai toleransi yang diperoleh digunakan sebagai faktor kalibrasi pada program
aplikasi yang dikembangkan.
Pengujian keseluruhan sistem aplikasi dilakukan dengan menempatkan
Raspberry Pi pada mobil dijalankan untuk mengambil data volume bahan bakar dan
posisi mobil tersebut. Dengan membuka aplikasi Fuel Monitoring pada smartphone
android dan memilih mobil yang ingin dipantau, terdapat tiga menu monitoring pada
aplikasi yaitu Fuel & Position Now untuk menunjukkan gerak mobil real time, Log untuk
menunjukkan pergerakan mobil yang direkam, dan Calculation untuk estimasi
kemampuan jarak tempuh dalam suatu rute yang ditunjukkan seperti terlihat pada
Gambar 4 berikut.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
86
Gambar 4. Tampilan Pilihan Proses pada Aplikasi
Tampilan hasil dari menu pilihan dapat dilihat pada Gambar 5a, 5b dan 5c berikut
Gambar 5a. User Interface Menu Fuel & Position Now
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
87
Gambar 5b. User Interface Menu Log
Gambar 5c. User Interface Menu Calculation.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
88
3. Kesimpulan
1. Pengukuran volume air pada tangki menggunakan sensor HC-SR04 berjalan cukup baik dengan faktor koreksi rata-rata sebesar 0.065443525 liter.
2. Pengukuran volume bensin pada tangki menggunakan sensor HC-SR04 berjalan cukup baik dengan faktor koreksi rata-rata sebesar 0.06718162 liter.
3. Penggunaan GPS sangat bergantung pada faktor lingkungan. Lokasi antenna penerima sinyal GPS sangat menentukan akurasi dan presisi data yang diterima. Dalam ruang terbuka GPS bekerja sangat tepat dengan tingkat kesalahan 0.0415 m, dan tingkat presisi dengan tingkat kesalahan 0 m. Namun pada lingkungan yang dikelilingi gedung tinggi data yang diterima mengalami pergeseran dari semestinya sebesar 27.4605 m, namun dengan tingkat presisi yang cukup baik hanya bergeser 0.633 m.
Daftar Pustaka
[1] Al-Khedher, Mohammad A., 2011, “Hybrid GPS-GSM Localization of Automobile Tracking System”, International Journal of Computer Science & Information Technology (IJCSIT),, Vol 3 No 6, Desember 2011, hal 75-85.
[2] Hasan, Khondker Shajadul. et.all, “Cost Effective GPS-GPRS Based Object Tracking System”, Proceedings of the International MultiConference of Engineers and Computer Scientists, Volume 1, 2009.
[3] Iskandardinata, Richard., 2013, “Sistem Perekaman Pergerakan Kendaraan Dengan Menggunakan Tracking Secara Nirkabel”, Tugas Akhir (S1), Universitas Trisakti, Jakarta, 2013.
[4] S.Aher, Sachin., D. Kokate R., 2012, “Fuel Monitoring and Vehicle Tracking”, International Journal of Engineering and Innovative Technology, Volume 1 No 3, Maret 2012, hal 166-169.
[5] K, Rohitaksh et.all. “Android Application for Vehicle Theft Prevention and Tracking System”, International Journal of Computer Science and Information Technologies, Volume 5 No 3, 2014, hal 3754-3758
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
89
SISTEM VIDEO MONITORING PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID DENGAN MENGGUNAKAN RASPBERRY-PI
Ferrianto Gozali (1), Erwin Surya (2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti
Jl. Kiai Tapa No 1, Grogol, Jakarta Barat 11410 (1) [email protected], [email protected], (2) [email protected]
ABSTRAK
Sistem video monitoring menggunakan smartphone berbasis android merupakan sistem
yang dirancang untuk melakukan remote monitoring lingkungan secara real-time dengan
menggunakan Raspberry-Pi. Sistem dilengkapi fitur untuk mengatur pergerakan kamera
secara horizontal dan vertikal menggunakan motor servo. Remote user dapat mengatur
pergerakan kamera serta menerima input dari multiple video dengan smartphone android
yang terhubung dalam suatu virtual private network. Aplikasi pada server berfungsi untuk
membatasi hak akses hanya pada user yang terdaftar. Uji coba dilakukan dengan
melakukan monitoring secara remote dan menguji pergerakan camera secara horisontal
maupun vertikal, serta melihat pengaruh kecepatan internet terhadap frame image yang
diterima tiap detik untuk melihat baik buruknya kinerja sistem.
Kata kunci: Raspberry-pi , VPN , Smartphone, Android
1. Pendahuluan
Penggunaan kamera untuk proses monitoring dalam sistem keamanan telah
lama kita kenal dalam bentuk CCTV (Closed Circuit Television). Pertembangan teknologi
telah mengganti penggunaan CCTV tersebut dengan menggunakan sistem komputer
yang dilengkapi dengan banyak kamera pengawas.Permasalahan kembali muncul
karena komputer dianggap terlalu besar ukurannya dan untuk melakukan monitoring
dibutuhkan ruangan khusus dan perlu orang untuk mengawasi sehingga penggunaan
kamera security dirasakan kurang praktis. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan
memanfaatkan smartphone android yang saat ini hampir dimiliki oleh semua orang,
kemampuan security kamera tersebut hendak dipindahkan kedalam smartphone yang
lebih kecil dan bersifat mobile..
Pemanfaatan smartphone android untuk melakukan streaming video dengan
menggunakan komputer server dan streaming client menggunakan VLC media player [1]
dapat digunakan namun untuk sistem keamanan dianggap masih kurang sempurna
karena bersifat statis yang tidak dapat mengontrol gerakan kamera. Perkembangan
sistem pemantauan atau surveillance terus berlanjut dengan dengan kemampuan
mengatur gerakan kamera menggunakan motor servo [2].serta pemanfaatan smartphone
android untuk memantau bahkan mengendalikan keadaan rumah secara remote seperti
Air Conditioner, lampu ,dsb [3-4].
Sistem video monitoring menggunakan smartphone android yang dibuat ini
merupakan sistem yang dirancang untuk melakukan remote monitoring secara real-time
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
90
dengan menggunakan Raspberry-Pi. Sistem memiliki fitur untuk memilih kamera yang
akan diaktivasi dan juga memiliki fitur untuk mengatur gerakan kamera tersebut secara
horizontal atau vertikal dengan menggunakan motor servo. Namun karena dikendalikan
secara remote, perlu adanya sistem keamanan jaringan untuk menjaga bahwa tidak
sembarang orang dapat masuk kedalam sistem sehingga digunakan VPN ( Virtual
Private Network ) [5] dimana hak akses hanya diberikan pada pengguna yang terdaftar.
Uji coba dilakukan dengan melakukan remote monitoring dan menguji
pergerakan camera secara horisontal maupun vertikal untuk mengukur kemampuan
kamera dalam proses monitoring serta melihat pengaruh kecepatan internet terhadap
frame image yang diterima tiap detik untuk melihat baik buruknya kinerja sistem.
2. Pembahasan
Sistem Video Monitoring yang dikembangkan secara umum dapat digambarkan seperti gambar 1 berikut.
Gambar 1. Gambaran Umum Sistem video Monitoring
Bagian hardware dan monitoring merupakan bagian yang mengatur hubungan
antara Raspberry Pi type B, kamera pemantau dan servo motor. Dalam hal ini digunakan
dua buah kamera yaitu C210 dan C310 Logitech yang masing-masing terhubung dengan
motor Servo 1501 MG. Interkoneksi menggunakan port usb untuk web camera dan pin-
pin yang ada pada raspberry-pi untuk melakukan gerakan kontrol servo sehingga dapat
melakukan gerakan vertikal dan horisontal. Flowchart kontrol gerakan dapat dilihat pada
gambar 2 :
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
91
Gambar 2. Flowchart Kontrol Gerakan Kamera Oleh User
Pada sub sistem monitoring, proses penampilan video menggunakan raspberry-
pi sebagai webcam server yang bertugas mengirimkan bit-bit hasil dari tangkapan dari
webcam ke client dengan bantuan software motion. Software motion berperan dalam
pengaturan frame , resolusi , kualitas gambar dan lainnya yang berkaitan dengan proses
streaming. Fungsi utama software motion pada perancangan sub sistem monitoring ini
adalah berperan melakukan encode bit-bit gambar yang ditangkap dari webcam dan
dikirim menuju web browser menggunakan protokol HTTP dan menentukan port dimana
streaming akan dikirim. Flowchart penampilan video dapat dilihat pada gambar 3 berikut :
Gambar 3. Flowchart penampilan video
Pada perancangan sub sistem interkoneksi, sistem menggunakan VPN dengan
protokol PPTP serta memanfaatkan No-IP service untuk mengganti alamat public IP yang
akan diakses menjadi suatu domain. Perancangan jaringan menggunakan Router TP-
LINK 150Mbps 3G/4G Wireless N Router seperti dilihat pada gambar 4 :
Gambar 4 Sistem Jaringan Menggunakan VPN PPTP dan No-Ip Service
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
92
Pengembangan Sub sistem interface digunakan software Eclipse untuk pembuatan
aplikasi pada android dengan bantuan phonegap untuk pembuatan halaman aplikasi,
aplikasi ini diberi nama HilariusCam. Aplikasi HilariusCam dapat dilihat pada gambar 5 :
Gambar 5. Aplikasi HilariusCam Pada Smartphone Android
Uji coba sistem, dilakukan dengan melakukan remote monitoring ruang tamu di
rumah dengan koneksi VPN sehingga terhubung dengan jaringan di rumah, kemudian
digunakan aplikasi HilariusCam dan memilih kamera yang ingin di monitor dan
melakukan kontrol gerakan horisontal dan vertikal yang disediakan sepeti gambar 6. :
Gambar 6. User Interface Kontrol Servo Pada HilariusCam
Pengujian kontrol gerakan servo horisontal dan vertikal dilakukan untuk melihat
kemampuan sistem bergerak secara horisontal dan vertikal. Pengujian dilakukan dengan
melihat posisi servo untuk besar sudut simpangan (180, 360, 540, 720, 900, 1080, 1260,
1440,1620, 1800). Posisi kamera kemudian dibandingkan dengan posisi yang didapat
berdasarkan hasil perhitungan dan tidak menunjukkan adanya perbedaan simpangan.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan 2 buah kamera berbeda yaitu
webcam Logitech C210 dan C310. Kedua kamera ini memiliki kemampuan image photos
1.3 MP dan 5 MP. Pengujian ini dilakukan untuk melihat perbandingan gambar yang
diperoleh untuk menentukan jenis kamera seperti apa yang dapat meningkatkan
kemampuan monitoring. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 7 :
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
93
(a) (b) Gambar 7. Tampilan Video Streaming dengan Webcam C210 (a) dan C310 (b)
Dari hasil pengujian dapat dilihat perbandingan kualitas gambar yang diperoleh
menggunakan kamera yang berbeda dimana peningkatkan kualitas image akan diperoleh
dengan peningkatan kualitas kamera yang digunakan
Pengujian kinerja sistem secara keseluruhan dilakukan oleh remote user dengan
melakukan pengaturan berbagai gerakan horisontal dan vertikal seperti pada gambar 8:
Gambar 8. Hasil remote monitoring dan berbagai gerakan kamera
Pengujian ini dilakukan untuk melihat kinerja dari sistem secara keseluruhan.
Kamera dipasang pada ruang tamu di rumah dan dilakukan command secara remote
oleh user dari jarak jauh. Adapun gerakan yang dilakukan oleh user merupakan gerakan
horisontal dan vertikal seperti pada gambar 8:
Pada gambar diatas menunjukan monitoring pada kamera C310. Pada frame 0 ke 2
menunjukan gerakan servo horisontal ke kanan , sedangkan frame 2 ke 4 menunjukan
gerakan servo vertikal ke atas dan pada frame 4 ke 7 menunjukan gerakan servo
horisontal ke kanan .Perubahan tampilan video karena adanya perintah dari user untuk
mengatur posisi kamera .Dari hasil pengujian diatas, posisi kamera yang berubah-ubah
sesuai dengan posisi servo yang dikontrol secara remote oleh user sesuai dengan posisi
yang dikehendaki, sehingga jarak jangkau kamera webcam secara secara horisontal dan
vertikal terpenuhi semuanya.
Pengujian pengaruh kecepatan internet terhadap frame tiap detik dilakukan untuk
melihat pengaruh kecepatan internet terhadap frame yang diterima tiap detik. Hal ini
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
94
menentukan apakah streaming video dapat dilihat secara real-time atau tidak. Semakin
banyak frame yang diterima tiap detik,maka video semakin real-time. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan kecepatan internet yang berbeda-beda yaitu 9.7 Mbps,
7.2 Mbps, 5.11 Mbps, 3.89 Mbps, dan 1.78 Mbps. Hasil pengujian memperlihatkan
bahwa kecepatan yang makin tinggi, maka jumlah frame semakin banyak sehingga
kecepatan internet yang semakin tinggi akan menghasilkan streaming video yang
semakin real-time.
3. Kesimpulan
1. Pergerakan servo dengan kontrol secara remote oleh user dan video streaming
dipengaruhi oleh kecepatan internet . Semakin tinggi kecepatan internet, maka
streaming video semakin real-time dan respon dari servo semakin cepat.
2. Kemampuan monitoring sangat bergantung terhadap pemilihan kamera. Semakin
tinggi kemampuan kualitas gambar yang dihasilkan kamera,maka kemampuan
monitoring semakin baik.
Daftar Pustaka
[1] Kumir,Sumat. Development and Research Implementation of Remote Object Monitoring Through Video Streaming Based on Android Mobile. International Journal of Internet Computing.
[2] Nurdin,Andre B.2014.Pengendali Posisi Kamera Jarak Jauh Berbasis Web.Skripsi tidak diterbitkan.Jakarta:Universitas Trisakti.
[3] Piyare ,Rajeev and Ro Lee, Seong . Smart Home-Control and Monitoring
System Using Smart Phone. ICCA 2013, ASTL Vol. 24, pp. 83 - 86, 2013 © SERSC 2013.
[4] Pooja ,Dhawade J, Lathkar Y.V, Purushottam , Date. Smart Home Using Andriod Application. International Journal of Research in Engineering and
Technology. Volume: 03 Issue: 04 | Apr-2014, Available @ http://www.ijret.org
[5] Wadhwa Sonam, Kunwar Pal. Providing Security in VPN by using Tunneling and Firewall. International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT) ISSN: 2249 – 8958, Volume-2, February 2013.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
95
IMPLEMENTASI METODE NAIVE BAYES UNTUK DETEKTOR GEMPA SEDERHANA YANG TERSINKRONASI DENGAN HANDPHONE
Yosep Aditya Wicaksono1, Nie Ridwan Sussanto2, Sirly Fahriah3
1Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, [email protected] 2Universitas Dian Nuswatoro, Semarang, [email protected]
3Universitas Dian Nuswantoro, Semarang, [email protected]
ABSTRAK Indonesia merupakan Negara yang terletak pada lempeng-lempeng tektonik yang sangat berpotensi terjadinya gempa bumi, dan Indonesia memiliki Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika(BMKG) untuk menangani hal tersebut, namun BMKG terbatas untuk setiap wilayahnya, jadi jika terjadi bencana alam seperti gempa bumi masyarakat kurang bisa tanggap, karena kurangnya peringatan dini saat terjadinya gempa bumi dan akhirnya terjadi banyak korban jiwa. Maka dari itu, perlu adanya peringatan dini saat terjadinya gempa bumi, dan terciptalah EWS(Earthquake Warning System), suatu alat yang dapat mendeteksi terjadinya gempa bumi dengan menggunakan skala MMI(Mercalli Intensity Scale) yang langsung memberi notifikasi ke masyarakat melalui alarm otimatis, dan dapat melakukan panggilan serta sms kepada pemilik rumah, karena alat ini dapat di terapkan disetiap rumah dan memiliki harga yang ekonomis, dan pemakaiannya pun lebih user-friendly, yang dapat dipakai kapanpun dan dimanapun, dan dapat meminimalkan jumlah korban saat terjadi gempa bumi. Kata kunci : Gempa bumi, BMKG, EWS, nofitikasi 1. Pendahuluan
Dalam perkembangan teknologi semakin pesat, semua peralatan didukung dengan kecangihan teknologi yang ada sekarang ini, begitu pula teknologi untuk menangani gempa bumi di Indonesia ini yang terletak dia antara lempeng-lempeng tektonik yang sering erjadi gempa bumi, namun alat-alat untuk menganani gempa tersebut hanya di miliki oleh BKMG(Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika).
BMKG merupakan Lembaga Pemerintah Non Depertement(LPDN), dan lembaga ini mempunyai tugas untuk melaksananakan tugas pemerintah di bidang Meteorologi,Klimatologi, Kualitas udara dan Geofisika sesuai ketentuan undang-undang. Dalam lembaga ini, yang menangani mengenai gempa bumi adalah, bagian badan Geofisikanya dan yang ada di pulaiu Jawa adalah di Yogyakarta. BMKG di Indonesia memiliki alat detector gempa namun dengan harga yang mahal, dan masyarakat yang kurang bisa tanggap bencana gempa bumi yang mengakibatkan terjadinya banyaknya korban jiwa. Seperti halnya gempa bumi yang terjadi pada hari minggu, 26 Desember 2004 yang memiliki kekuatan gempa 9.3 skala Richter yang mengakibatkan jatuh banyak korban jiwa sebanyak 173,741 jiwa meninggal dan 116,368 orang yang dinyatakan hilang. Maka dari itu perlu adanya penanggulangan dini sebelum terjadinya gempa bumi, maka dari itu terciptalah alat EWS(Earthquake Warning System) yang dapat memberi notifikasi alarm, sms, dan telepon saat terjadinya gempa bumi yang akan lebih tanggap saat terjadinya gempa bumi. Alat ini memakai sebuah metode Data Mining, yaitu Naïve Bayes Classifier yang merupakan sebuah pengklasifikasian probabilitas sederhana yang menerapkan teorema Bayes, dan metode ini yang nantinya akan menganalisa dan mengklasifikasikan getaran gempa yang nanti didapatkan dari alat, apakah itu gempa ringan, sedang, ataupun berat, yang nantinya dapat menginformasikan kepada masyarakat melalui alarm, handphone maupun sms.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
96
Dengan dibuatnya alat detector gempa sederhana yang tersinkronasi dengan handphone ini untuk meminimalkan jumlah korban jiwa saat terjadi gempa.
2. Pembahasan
1.1 Naïve Bayes Classifier Dalam metode Naïve Bayes Classifier ini merupakan sebuah metode
yang terdapat pada data mining yang merupakan metode yang biasa digunakan untuk melakukan pengklasifikasian suatu data training, yang nantinya dapat di klasifikasikan berdasarkan variable-variabel yang sudah ditentukan melalui sebuah probalilitas-probabilitas sederhana Adapun cara kerja dari Naïve Bayes Classifier melalui 2 tahapan yaitu : Pemelajaran(Learning)
Karena Naïve Bayes ini merupakan supervised learing, maka membutuhkan pengetahuan awal yang nantinya akan mengambil sebuah keputusan. Dengan cara menganalisa data training, kemudian menghitung nilai probalitas tiap kategori, yang nantinya akan menghasilkan sebuah frekuensi tiap-tiap kategori.
Pengklasifikasian(Classify) Sedangkan dalam pangklasifikasian ini lagkah-langkahnya adalah menghitung tiap kategori yang sudah di dapat dalam learning, kemudian menentukan kategori dengan nilai maximal ang nantinya merupakan masuk dalam kategori traninig.
Berikut merupakan model perhitungan Naïve Bayes Classifier :
1.2 Perancangan dan Hasil Pengujian Berikut ini merupakan diagram metodenya :
Mencari Referensi,
melalui buku buku dan
internet
Studi
Pustaka
Metode
Pelaksanaan
Program
Mengimplentasikan konsep
– konsep dari studi pustaka Teciptalah
alat/prototyp
e detektor
gempa
sederhana
Menguji hasil dari
perancangan konsep
Melakukan perbaikan hasil
dari pengujian alat/
prototype detektor gempa
Mendapatkan referensi yang kuat
untuk pembuatan prototype
detektor gempa sederhana
Perancangan
Konsep
Pengujian
Alat
Perbaikan
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
97
Adapun langkah-langkah yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah : 2.2.1. Perancangan konsep
Pra-perakitan alat : 1. Melakukan koordinasi sebelum melakukan pembuatan
prototype dengan semua anggota dan dosen pendamping. Tujuan : untuk membagi tugas tiap anggota dalam pembuatan
prototype ini.
Gambar 2.1 Proses Perakian Alat
Pembuatan casing alat: 1. Memilih bahan yang tepat, dan desain yang tepat.
Tujuan : untuk memudahkan dalam proses pembuatan alat, dan agar lancar dalam proses pembuatannya, dan casing yang user friendly.
2. Pembelian dan perakitan bahan untuk casing alat Tujuan : agar Arduino dapat terpasang dengan aman.
Gambar 2.2 Hasil perakitan casing
Pembelian Arduino : 1. Memilih Arduino dan Modul GSM yang tepat
Tujuan : untuk mendapatkan Arduino yang cocok untuk pembuatan prototype ini dan modul GSM yang dapat melakukan panggilan ataupun sms kepada pemilik alat.
2. Pembelian dan perakitan Arduino dengan Casing Tujuan : agar Arduino dapat terpasang dengan baik pada casing yang sudah dibuat.
Memprogram Arduino : 1. Mencari source code yang tepat
Tujuan : agar alat dapat mendeteksi getaran dan mengirimkan peringatan melalui alarm, sms, maupun panggilan, saat terjadi gempa bumi.
2. Mengisi Arduino dengan program yang sudah dibuat. Tujuan : agar Arduino dapat terisi perintah program yang sudah di buat sebelumnya.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
98
Gambar 2.3 Program untuk melakukan panggilan
Pengujian alat : Menguji detector menggunakan skala MMI(Mercalli Intensity
Scale). Setelah alat berhasi dirakit, kemudian alat dilakukan pengujian menggunakan skala MMI, mengapa memakai skala MMI, karena skala ini memiliki fungsi seperti skala Richter, namun perbedaannya adalah jika skala Richter dapat mengnalisis getaran samapai dasar bumi, namun skala MMI hanya menganalisis getaran pada permukaan bumi, karena inilah yang akan penulis pakai yaitu untuk menganalisis getaran yang ada di permukaan bumi, dan skala ini dicetuskan oleh FEMA(Federal Emergency Management Agnecy) yang merupakan badan pengaturan keadaan darurat Federal Amerika, yang getaran tersebut berinteraksi langsung dengan manusia. Sebelum dilakukan pengujian adalah memakukan pemasangan alat pada dinding terlebih dahulu, dengan cara seperti berikut : Cukup menempelkan alat ini pada area dinding yang datar dan
jauh dari gangguan-gangguan yang akan mengganggu alat ini, seperti anak kecil dan percikan air atau api.
Alat ini akan bekerja saat terjadi getaran gempa meski hanya gempa awal yang mendahului gempa utama, karena gempa bumi tidak terjadi sekali saat terjadi gempa, dan ini dapat memberi peringatan kepada masyarakat agar dapat berlindung di tempat yang aman sebelum terjadi gempa utama
Setelah sensor terdeteksi adanya gempa bumi, maka Buzzer, dan Fungsi SMS/Telepon otomatis akan melakukan peringatan kepada pemakai dan masyarakat.
Dari pengujian di atas yang penulis lakukan di dapatkan data sebagai berikut : Tabel 2.1 Analisis MMI
No Skala Tingkat Suara
Alarm Alat
No Skala
Tingkat Suara Alarm Alat
1 I Tidak Ada 7 VII Makin Keras
2 II Pelan 8 VIII Makin Keras
3 III Pelan 9 IX Sangat Keras
4 IV Keras 10 X Sangat Keras
5 V Keras 11 XI Sangat Keras
6 VI Makin Keras 12 XII Sangat Keras
Dari analisis di atas didapatkan bahwa, detector gempa sederhana ini dapat menangkap getaran pada skala 2 MMI. Dan dengan data itu akan dapat di olah menggunakan metode Naïve Bayes Classifier
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
99
yang dapat mengklasifikasikan data training yang sudah di dapatkan di atas, baik itu merupakan gempa ringan, sedang, maupun kuat. yang selanjutnya menggunakan Naïve Bayes Classifier untuk dapat membedakan dengan jelas mendapatkan pengklasifikasian jenis-jenis gempa baik itu ringan, sedang, maupun kuat. Tujuan : untuk menguji seberapa besar alat ini mengenali sebuah getaran.
Gambar 2.4 Pemasangan alat pada dinding rumah
Finishing 1. Melakukan pengecetan detector gempa.
Tujuan : agar memiliki penampilan alat yang menarik.
Gambar 2.5 Hasil perakitan alat
Dalam perancangan konsep ini penulis melakukan penggabungan konsep yang sudah didapatkan, merakit, dan mengimplementasikan konsep yang sidah dibuat. Dengan desain alat yang sederhana, dan cara pemakaian yang user-friendly. Berikut hasil perakitannya.
3. Kesimpulan Dari penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa : 1. Penggunaan metode Naïve Bayes Classifier dapat dilakukan untuk melakukan
pengklasifikasian jenis-jenis gempa yang sudah di dapatkan melalui skala MMI. 2. Detektor gempa sederhana akan berkerja lebih baik setelah di kombinasikan
dengan metode Naïve Bayes Classifier.
Daftar Pustaka 1. T.Sutojo.2008.Fisika 1.Semarang.Udinus. 2. http://belajarilmugeografi.blogspot.com/2013/04/mengurai-proses-terjadinya-
gempa-bumi.html, diakses tanggal 2 mei 2015. 3. http://marwanramdhany.wordpress.com/2012/12/07/apa-itu-microcontroller/,
diakses tanggal 11 mei 2015. 4. http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/profil/tugas_dan_fungsi.bmkg, diakses
tanggal 17 mei 2015. 5. https://jagoanana.wordpress.com/2007/12/13/naive-bayes-classifier-2/, diakses
tanggal 27 juni 2015.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
100
ANALISIS INVESTASI SISTEM PRESENSI BERBASIS RFID MENGGUNAKAN METODE INFORMATION ECONOMIC
Nunuk Wahyuningtyas
Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Kedung Baruk 98 Surabaya, [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini memicu beberapa organisasi atau perusahaan berlomba-lomba membangun sebuah sitem informasi untuk mendukung kinerja organisasi atau perusahaan yang bersangkutan. Akan tetapi tidak jarang juga ternyata investasi teknologi yang mereka bangun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam artian, besarnya investasi Teknologi Informasi (TI) yang dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat (benefit) yang di dapat. Institut Bisnis Dan Informatika Stikom Surabaya (Stikom) adalah salah satu perguruan tinggi yang konsen di bidang TI, Stikom tidak hanya berhenti dengan mengembangkan teknologi yang ada sekarang tetapi juga mengikuti teknologi yang sedang berkembang, saat ini Stikom mengembangkan sistem presensi RFID. Hal diatas menjadi topik hangat ditingkat manajemen Stikom. Rencana investasi sistem presensi RFID ada kemungkinan terbentur pada benefit yang dirasa tidak terlalu signifikan bagi Stikom. Dalam penelitian ini akan dianalisis permasalahan tersebut. Analisis ini akan membandingkan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan dan operasional sistem terhadap manfaat yang diperoleh dari penerapan sistem, baik secara finansial maupun non-finansial. Metode yang digunakan pada analisis ini adalah Information Economic(IE) Keluaran yang diharapkan dari analisis ini adalah adanya justifikasi terhadap kelayakan investasi sistem presensi RFID. Dengan justifikasi tersebut, pihak Stikom
dapat memutuskan invest atau tidak terhadap sistem presensi RFID.
.Kata kunci: RFID, Information Economic, investasi, sistem presensi RFID
1. Pendahuluan
Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya (Stikom Surabaya) merupakan salah satu perguruan tinggi yang mengedepankan teknologi informatika baik dalam kurikulum maupun dalam sistem kerjanya. Seluruh aktivitas dalam kampus Stikom terintegrasi dalam suatu sistem. Kegiatan perkuliahan di Stikom Surabaya dilaksanakan dari pagi sampai sore, dimulai pukul 07:30 - 16:30 WIB. Kegiatan bagi mahasiswa mengikuti jadwal kuliah masing-masing mahasiswa. Adapun proses presensi mahasiswa saat ini adalah bersifat manual berbasis kertas (paper based) walaupun sudah semi online secara data, namun masih menggunakan kertas dan dosen harus memanggil mahasiswa satu persatu. Selain proses presensi yang memakan waktu, sistem ini juga menghabiskan kertas cukup banyak. Hal ini masih mengalami beberapa kendala, baik itu proses presensi dosen yang tertunda karena ada kendala jaringan internet, maupun faktor manusiawi dari dosen, sehingga akan berpengaruh ke rekap presensi mahasiswa.
Oleh karena itu diperlukan suatu sistem presensi yang dapat menyelesaikan masalah di atas. Sistem presensi Radio Frequency Identification (RFID) menjadi pilihan di Stikom. Bukan hanya karena Stikom mengedepankan teknologi terkini, tetapi juga karena RFID dianggap lebih efektif. Dengan sistem ini, dapat dilakukan penghematan pemakaian kertas, dan penghematan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
101
presensi. Secara ilmiah dapat dikatakan bahwa Stikom Surabaya memilih teknologi RFID karena memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi barcode, yaitu: mempunyai kapasitas penyimpanan sementara barcode tidak, dapat di program ulang dan cara untuk mengidentifikasi dapat diatur, tidak sedekat barcode ke readernya, sehingga sangat mudah untuk menyimpan dan memperbaharui data dalam jumlah besar untuk sebuah sistem.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis kelayakan investasi sistem presensi RFID di Stikom, untuk memperoleh investasi TI yang tepat guna. Beberapa Investasi teknologi informasi di berbagai instansi berjalan kurang baik, biaya yang dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh instansi tersebut. Menurut (Parker, 1988) Information economic digunakan untuk menganalisis biaya dan manfaat, mengkuantifikasikan biaya proyek IT yang hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan. Penelitian ini berguna untuk membandingkan biaya yang dikeluarkan (cost) dengan manfaat yang diperoleh (benefit) dari investasi sistem presensi RFID sehingga akan diketahui kelayakan investasi presensi RFID di Stikom Surabaya.
2. Pembahasan
Analisis kelayakan dilakukan terhadap investasi sistem presensi RFID Stikom Surabaya, berdasarkan kerangka kerja Information Economic (IE), ada dua pendekatan yang dilakukan dalam menilai investasi TI, yaitu pendekatan Keuangan(Finansial Approach) dan pendekatan non-Keuangan (Non-Fianasial-Approach). Hasil dari kedua pendekatan tersebut selanjutnya dihitung berdasarkan pembobotan yang terkait dengan nilai organisasi (corporate value) untuk dapat diketahui skor proyek IE (IE Score).
Gambar 1. Metode Penyelesaian Penelitian
2.1 Pendekatan Keuangan
Data Keuangan terdiri dari aspek tangible values dan quesi tangible values.
Tangible values meliputii biaya pengembangan system, biaya operasional system dan
manfaat langsung berupa penghematan biaya dari system. Sedangkan quesi tangible
values meliputi value linking, value restructuring, value accelerating dan innovation
valuation.
PENGUMPULAN DATA Benchmarking
Wawancara Obesrvasi
KLASIFIKASI DATA
Studi
Literatur FINANCIAL
- Tangible - Quesy Tangible
NON –FINANCIAL
- Intangible
- CBA - VA, VL, VR, IV
- Business Domain
- Technology Domain
ANALISIS DATA ANALISIS INVESTASI
Pembuatan Dokumen
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
102
Tabel 1. Perhitungan Enhaced ROI
Biaya Awal Rp. 24.500.000
Cash flow tahunan
Tahun 0 Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Value
Acceleration
2.460.368 2.458.545 2.451.462 7.370.645
Value Linking 8.320.214 8.313.135 8.289.187 24.922.536
Manfaat
langsung
1.243.000 1.241.943 1.238.364 3.723.307
Jumlah
manfaat
12.023.852 12.013.623 11.979.013 36.016.488
Biaya
Operasional
550.000 232.625 216.250 998.875
Total Benefit 11.473.852 11.780.998 11.762.763 35.017.613
Tabel simple ROI
Score 0 1 2 3 4 5
Simple ROI <0% 1%-
299%
300%-
499%
500%-
699%
700%-
899%
>900%
𝑅𝑂𝐼 =𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡
𝐶𝑜𝑠𝑡 𝑜𝑓 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 𝑋 100%
𝑅𝑂𝐼 =𝑅𝑝 35.017.613 − 𝑅𝑝 24.500.000
𝑅𝑝 24.500.000 𝑋 100%
𝑅𝑂𝐼 = 43%
2.2 Pendekatan Non Keuangan
Data Non Keuangan mencakup aspek intangible values yang terdiri dari domain bisnis
dan domain tekhnologi. Data pada domain bisnis menjelaskan gambaran mengenai
keselarasan investasi terhadap tujuan organisasi, biaya dan tingkat investasi yang
dibutuhkan, serta resiko dalam investasi sistem absensi RFID. Sedangkan domain
tekhnologi menjelaskan gambaran mengenai kesiapan, resiko dan spesifikasi dalam
investasi sistem absensi RFID terkait dengan aspek tekhnologi. Data-data non keuangan
diperoleh dari hasil kuesioner.
Aspek bisnis terdiri dari 5 poin, sedangkan aspek tekhnologi terdiri dari 4 poin.
Hasil dari kuesioner dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 2. Skor Intangible Value
Responden Business Domain Tekhnologi Domain
SM CA MIS CR OR DU TU SA IR
Rsp 1 3 2 3 3 2 0 0.75 1 1
Rsp 2 4 3 4 3 2.5 1 0.75 1 2
Rsp 3 4 2 5 2 2 1 0.75 1 1
Rsp 4 3 2 3 3 2 0 0.75 1 1
Rsp 5 4 3 4 3 2.5 1 0.75 1 2
Rsp 6 4 2 5 2 2 1 0.75 1 1
Rsp 7 3 2 3 3 2 1 0.75 1 2
Rsp 8 4 3 4 3 2 1 0.75 1 1
Rsp 9 4 2 5 2 2.5 0 0.75 1 1
Rsp 10 3 2 3 3 2.5 1 0.75 1 1
Rsp 11 4 2 4 3 2 0 0.75 1 2
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
103
Rsp 12 4 3 5 2 2 1 0.75 1 1
Rsp 13 3 2 3 3 2 0 0.75 1 2
Rsp 14 4 3 4 2 2 1 0.75 1 1
Rsp 15 4 2 5 3 2.5 1 0.75 1 1
Rsp 16 3 2 3 3 2 0 0.75 1 1
Rsp 17 4 3 4 3 2 1 0.75 1 2
Rsp 18 4 2 5 2 2.5 1 0.75 1 1
Rsp 19 3 2 3 2 2.5 0 0.75 1 1
Rsp 20 4 3 4 3 2 1 0.75 1 2
Rsp 21 4 2 5 3 2 1 0.75 1 1
MEAN 3.67 2.33 4.00 2.67 2.17 0.67 0.75 1 1.33
2.3 Perhitungan Skor Project
Skor akhir project dihitung brdasarkan skor ROI, skor Business Domain, dan
skor Tekhnologi Domain yang telah didapatkan pada perhitungan sebelumnya. Setiap
skor tersebut dikalikan dengan bobot sesuai dengan corporate values. Hasil dari
perhitungan untuk skor akhir project dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 3. IE Scoredcard
ROI
Business Domain Technology Domain
Total SM CA MIS CR OR DU TU SA IR
Skor 1 3.67 2.33 4.00 2.67 2.17 0.67 0.75 1 1.33
Bobot 2 0 0 2 8 -2 -4 -4 8 0
Project
Score 2 0 0 8 21.36 -4.34 -2.68 -3 8 0 29.34
3. Analisa Kelayakan Investasi
Dari IE Scorecard, ada beberapa analisis yang bisa dilakukan, yaitu:
- Skor akhir proyek 29,34 menunjukkan bahwa investasi system absensi dengan
RFID di Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya menghasilkan benefit
(manfaat) yang lebih banyak daripada resiko yang didapatkan dari implementasi
system tersebut.
- Berdasarkan tabel predikat Proyek dalam metode Information Economic, proyek
investasi sistem absensi RFID di Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya
masuk dalam kategori “Cukup”. Sehingga investasi tersebut layak untuk dilakukan.
Tabel 4. Tabel Predikat Proyek dalam IE
Skor Proyek Predikat
71 - 100 Sangat Baik
41 - 70 Baik
11 - 40 Cukup
(-21) – 10 Kurang
(-50) – (-20) Sangat Kurang
- Aspek manfaat dari investasi system terdapat pada factor ROI, Strategic Match
(SM), Competitive Advantage (CA), Management Information Support (MI),
Competitive Response (CR), dan Strategic IS Architecture (SA). Semakin tinggi
skor pada aspek tersebut, maka semakin tinggi manfaat (benefit) yang didapatkan.
Setelah dilakukan pembobotan, nilai benefit yang didapatkan dari investasi ini
adalah 39,36
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
104
- Pada aspek manfaat ini, faktor Competitive Response menjadi faktor paling besar
dalam menentukan skor akhir proyek dengan skor (setelah pembobotan) 21,36
4. Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
Pada penelitian dengan judul “Analisis Investasi Sistem Presensi Berbasis RFID Menggunakan metode Information Economic” yang dilakukan di Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya ini didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Berdasarkan studi Information Economic, diperoleh skor akhir proyek implementasi sistem absensi berbasis RFID di Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya sebesar 29,34. Nilai positif tersebut menunjukkan bahwa aspek benefit lebih besar dari aspek resiko yang akan didapat dari implementasi sistem. Sehingga secara global, investasi sistem ini layak dilakukan.
- Ditinjau dari aspek finansial, baik langsung maupun tidak langsung, sistem ini menghasilkan nilai enhanced ROI sebesar 43%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa investasi sistem layak dilakukan.
4.2 Saran - Penggalian benefit (baik yang langsung maupun tak langsung) dari sistem
hendaknya dilakukan lebih mendalam, terutama untuk manfaat dari aspek quesi tangible. Banyak sekali manfaat tak langsung dari sistem yang sebenarnya disa dikuantifikasikan dalam nominal uang. Kejelian peneliti dalam proses kuantifikasi tersebut sangat diperlukan.
- Pemilihan responden dalam pengisian kuesioner sangat diperlukan. Pastikan responden adalah orang yang faham proses bisnis organisasi/perusahaan, bukan sekedar orang yang bekerja di instansi tersebut. Dan hendaknya proses pengisian kuesioner didampingi oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan yang sering muncul dari responden dan mempertajam hasil kuesioner
- Studi corporate values harus dilakukan secara mendalam. Karena hasilnya akan sangat mempengaruhi nilai pembobotan dalam IE scoredcard. Dan hasil pembobotan tersebut sangat berpengaruh terhadap skor akhir proyek
- Gunakanlah Information Economic Tools. IE Tolls adalah software yang dirancang untuk membantu dalam menghitung tiap nilai yang didapat dengan menggunakan metode IE. Proses memasukkan nilai dalam IE ini diawali dengan memasukkan nilai tangible Value, Quesi Tangible Value dan terakhir Intangible Value
Daftar Pustaka
[1] Hiasdinata, RFID Untuk Sistem Informasi Perpustakaan University Malaysia Perlis (UniMAP), Jurnal Univ.Bina Nusantara.
[2] Indrajit, Richardus Eko, 2004. Kajian Strategis Cost Benefit Teknologi Informasi, Yogjakarta: Andy.
[3] Maryono, 2005, Dasar-Dasar RFID, Teknologi Yang berpengaruh di Perpustakaan, Media Informasi, Volume 1, XIV No. 20 halaman 18-29
[4] Parker, Marlyn M, Robert J. Benson dan E. Trainor, 1988. Information Economic: Linking Business Performance to Information Technology, New Jersey: Prentice Hall.
[5] Schniederjans, Mare J, Jamie L, Hamaker, Ashlyn M. Schniederjans, 2004. Information Technology Investment: Decisoin Making Methodology, World
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
105
TINJAUAN DASAR DESAIN USER EXPERIENCE DALAM MEDIA PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
Tri Sagirani12, Lukito Edi Nugroho2, Paulus Insap Santosa2, Amitya Kumara2
1 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Kedung Baruk 98 Surabaya, [email protected]
2 Universitas Gadjah Mada, Jl. Bulaksumur, Yogyakarta
[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) kini telah menjadi bagian
penting dalam segala aspek kehidupan sebagai alat bantu dalam mempermudah
penyelesaian sebuah aktifitas yang dilakukan manusia, tanpa terkecuali juga dalam
aspek pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang mengalami gangguan kognitif.
TIK mampu memfasilitasi akuisisi dan penyerapan pengetahuan juga memberikan
kesempatan yang luar biasa dalam peningkatan sistem pendidikan pada sekolah luar
biasa. Anak berkebutuhan khusus (ABK) mendapatkan dukungan dalam proses belajar
dengan berbantuan TIK. Proses belajar dengan memperhatikan kebutuhan khusus yang
ABK miliki menjadikan pembelajaran lebih efisien dan efektif. TIK membantu seorang
ABK dalam proses membaca, menulis, mendengar serta melihat. Namun demikian
pemanfaatan TIK dalam pembelajaran bagi ABK harus memperhatikan beberapa hal
berikut ini, dalam penggunaan teks untuk belajar membaca, media pembelajaran selalu
diikuti dengan audio dan visualisasi berupa gambar, animasi ataupun video untuk
mempermudah proses penyerapan informasi. Pemanfataan kata atau kalimat ditampilkan
dalam bentuk yang paling sederhana dan digunakan secara berulang, dan ditulis dengan
jenis teks yang simple, mudah dibaca dan ukuran yang lebih besar dari yang biasa
digunakan untuk anak normal. Penelitian ini akan menyampaikan konsep-konsep
sederhana yang perlu diperhatikan bagi guru ataupun pengembang media pembelajaran
dengan harapan produk yang mereka hasilkan dalam bentuk media pembelajaran
memiliki perhatian terhadap konten, penyajian, fungsionalitas dan interaksi ABK dengan
media pembelajaran. Dengan memperhatikan beberapa hal dasar ini diharapkan dapat
meningkatkan pengalaman ABK dalam proses akuisisi dan penyerapan pengetahuan
sebagai bekal hidup mandiri ketika mereka dewasa.
Kata Kunci: media pembelajaran, anak berkebutuhan khusus
1. Pendahuluan
Setiap anak yang dilahirkan adalah luar biasa, memiliki kelebihan dan karakter yang
berbeda. Beberapa anak terlihat memiliki ciri-ciri khusus yang perlu mendapat perhatian
khusus oleh orang tua maupun pengelola lembaga pendidikan. Anak-anak yang demikian
ini di sebut sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam penelitian ini ABK yang
menjadi fokus pembahasan adalah kelompok ABK yang sering dikenal sebagai anak
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
106
tunagrahita/ intellectual disability/ mental retardation/ mental handicapped/ mental defektif
ataupun developmental disability.
Anak tunagrahita ringan adalah anak yang mengalami hambatan dalam
kecerdasan dan perilaku adaptasi sosial, namun demikian mereka memiliki kemampuan
untuk berkembang dalam bidang akademik, penyesuaian sosial dan kemampuan bekerja
(Amin, 1995). AAMD (American Association of Mental Defeciency) menyebutkan bahwa
tunagrahita lebih menunjukkan pada fungsi intelektual di bawah rata-rata secara
signifikan disertai dengan kekurangan dalam perilaku adaptif dan terjadi pada masa
perkembangan (Kauffman, 2006). Anak tunagrahita ringan adalah anak yang masih
memiliki kemampuan untuk mengembangankan dirinya, mereka masih memiliki
kemampuan yang sifatnya semi skill serta kemampuan bersosialisasi secara sederhana.
Anak tunagrahita ringan sering tidak nampak kelainannya, hanya saja mereka kurang
dalam perbendaharaan kata dan mereka kesulitan mengungkapkan keinginan melalui
ekspresi berbicara karena tidak paham dengan yang akan disampaikan (Amin, 1995).
Dalam klasifikasi intelegensi seseorang menurut David Wechsler, 1944 tunagrahita
ringan memiliki rentang intelegensi (IQ) antara 50-70. Anak dalam kategori ini tidak
memiliki kemampuan untuk mengontrol diri, mengadakan koordinasi dan adaptasi yang
wajar (Semiun, 2006). Bandi Delphi dalam bukungan Pembelajaran Anak Tunagrahita
menyampaikan bahwa anak tunagrahita pada umumnya memiliki perkembangan dalam
perilaku keseharian yang tidak sesuai dengan kemampuan potensial yang mereka miliki,
tidak jarang juga mengalami keterlambatan secara verbal, mengucapkan kata yang tidak
mudah untuk dimengerti, keterlambatan dalam pemahaman dan penggunaan bahasa,
juga mempunyai kelemahan dalam keterampilan gerak. Dengan pembelajaran yang tepat
sejak usia sekolah di harapkan dapat mengurangi kelemahan-kelemahan yang mereka
miliki, atau paling tidak dapat memberikan bekal untuk ABK dapat hidup mandiri di
tengah-tengah masyarakat.
Perluasan peningkatan pengetahuan dan kemampuan ABK tentunya sangat di
tentukan pula dengan peningkatan pendidikan yang lebih efektif untuk itu dibutuhkan
media pembelajaran yang tepat pula untuk mereka. Media pembelajaran dimaknai
sebagai segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan dari
pengirim ke penerima, hingga di dapat menimbulkan rangsangan pikiran, perasaan,
perhatian dan minat dalam proses belajar (Sadiman, 1993). Dalam proses belajar guru
bertindak sebagai pengirim dan ABK bertindak sebagai penerima pesan
Perkembangan TIK kini telah menjadi bagian penting dalam pengembangan media
pembelajaran yang dibutuhkan oleh ABK. Media pembelajaran yang menjadi alat bantu
belajar bagi ABK diharapkan dapat mendukung kegiatan belajar di kelas menjadi lebih
efektifit dan berkualitas. Pemanfaatan TIK mendukung kreatifitas dan ketepatan dalam
pengembangan dan pemanfaatan media pembelajaran. Kendala yang ada adalah
bagaimana media pembelajaran dapat dikembangkan dengan memperhatikan
kemampuan/ kekhususan/ keterbatasan ABK sehingga media yang digunakan dapat
melatih kesulitan ABK dalam belajar membaca, menulis, mendengar serta melihat.
Pengembangan media pembelajaran perlu memperhatikan konsep-konsep dasar yang
sederhana yang sesuai dengan ABK, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan
pengalaman ABK dalam proses akuisisi dan penyerapan pengetahuan sebagai bekal
hidup mandiri ketika mereka dewasa.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
107
2. Pembahasan
Konsep-konsep dasar yang sederhana dibutuhkan dalam pengembangan media
pembelajaran bagi ABK. Konsep dasar yang dimaksud meliputi perhatian pada konten,
penyajian, fungsionalitas dan interaksi Hassenzahl (2003). Konsep dasar yang disusun
dengan tepat dapat meningkatkan pengalaman ABK dalam proses akuisisi dan
penyerapan pengetahuan selama proses pembelajaran
2.1 Konsep Dasar
Gambaran konsep dari produk aplikasi untuk media pembelajaran bagi ABK dapat dilihat
pada gambar 1 berikut ini:
Konten Materi untuk belajar membaca, menulis, mendengar dan melihat. ------------------------------------------------------------Penyajian*Desain : visualisasi (teks, gambar animasi, video) dan audio------------------------------------------------------------Fungsionalitas*Mengenal Bahasa (membaca, menulis, mendengar, melihat )------------------------------------------------------------Interaksi*Adanya keterlibatan pengguna dalam pemanfaatan media*Keamanan pengguna
Konten Materi untuk belajar membaca, menulis, mendengar dan melihat. ------------------------------------------------------------Penyajian*Desain : visualisasi (teks, gambar animasi, video) dan audio------------------------------------------------------------Fungsionalitas*Mengenal Bahasa (membaca, menulis, mendengar, melihat )------------------------------------------------------------Interaksi*Adanya keterlibatan pengguna dalam pemanfaatan media*Keamanan pengguna
Produk: Aplikasi Untuk
Media Pembelajaran
Gambar 1 Gambaran Konsep Produk Media Pembelajaran
Media Pembelajaran diharapkan memiliki perhatian khusus terhadap konten, penyajian,
fungsionalitas dan interaksi ABK dengan media pembelajaran. Konten atau isi materi
pembelajaran disusun sesederhana mungkin, dengan materi disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku bagi ABK, materi belajar yang abstrak dapat disusun menjadi
konkret, dengan penyajian tidak hanya berupa text namun dilengkapi dengan gambar,
animasi, video dan audio. Fungsionalitas media pembelajaran perlu diperhatikan
sehingga ABK mendapatkan kemudahan dalam proses belajar. Proses belajar
menggunakan media pembelajaran yang menarik tentunya melibatkan interaksi ABK
sesuai dengan keterbatasan yang mereka miliki.
2.2 Pembentukan User Experience
Interaksi manusia dengan komputer atau istilah yang sering digunakan adalah HCI
memiliki perhatian salah satunya pada pengalaman pengguna atau user experience
(UX), yaitu bagaimana pengalaman yang dirasakan oleh pengguna terhadap sebuah
desain produk, aplikasi atau media web. Takatalo et al (2010) menyampaikan bahwa
munculnya perhatian terhadap UX pada HCI telah membuka cara pandang baru kita,
tanpa terkecuali cara pandang terhadap media pembelajaran. Beberapa hal sederhana
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
108
yang dapat dipersiapkan untuk menghasilkan media pembelajaran yang sesuai dengan
ABK yang dibahas dalam penelitian ini adalah pemanfaatan teks, gambar, animasi, video
dan audio. Dalam penggunaan teks pada media pembelajaran selalu diikuti dengan
audio dan visualisasi berupa gambar, animasi ataupun video untuk mempermudah
proses penyerapan informasi.
BUKU PENSIL PENGGARIS
Gambar 2 Penyajian Konten
Dalam gambar disampaikan pembelajaran mengenal buku pensil dan penggaris. Setiap
kata atau nama benda di lengkapi dengan teks, gambar dan suara. Dengan demikian
ABK dapat me nulis kata benda “Buku”. Kata ini sebelumnya abstrak dan menjadi lebih
jelas dengan dilengkapi gambar. ABK juga dapat menirukan cara melafalkan/
menyebutkan kata benda tersebut dengan menekan icon audio maka akan muncul suara
yang menyebut kata “buku”. Demikian juga untuk kata benda pensil dan penggaris.
Dalam setiap tampilan yang ada dalam media pembelajaran bagi ABK khususnya
tunagrahita konsep dasar yang sederhana ini harus diketahui dan diterapkan ketika
mendisain sebuah aplikasi atau media pembelajaran. Hal mendasar yang lain adalah
penggunaan text seperti gambar 3 berikut.
Penggunaan teks sederhana, mudah dibaca dan ukuran besar
Penggunaan teks mengandung banyak maksud,
jenis teks sulit dibaca dan ukuran kecil
Gambar 3 Penggunaan Teks
Penggunaan teks hendaknya mengikuti konsep sederhana, mudah dibaca dan ukuran
teks lebih besar dari penggunaan biasanya. Pada gambar 3 di atas adalah contoh yang
tepat dan contoh yang salah dalam pemanfaatan teks. Pemanfataan kata atau kalimat
√ x
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
109
ditampilkan dalam bentuk yang paling sederhana dan digunakan secara berulang, dan
ditulis dengan jenis teks yang simple, mudah dibaca dan ukuran yang lebih besar dari
yang biasa digunakan untuk anak normal.
Jika media pembelajaran berbentuk menu-menu perlu juga diperhatikan navigasi dan
perpindahan dari satu menu ke menu yang lain. Berikut ini adalah contoh yang
sederhana dan contoh yang dirasakan menyulitkan ABK.
V X X
V: mudah dipahami X: sulit dipahami
Gambar 4 Penggunaan Menu/ Navigasi
Pemanfaatan menu navigasi pada media pembelajaran sebaiknya menggunakan yang
paling sederhana, konsisten dalam pengelompokkan juga ditampilkan dalam bentuk yang
paling sederhana. Penggunaan teks dalam penamaan menupun juga dipilih yang
sederhana, memiliki makna yang tunggal, dan ukuran teks yang besar. Gambar 4 di atas
menunjukkan contoh penggunaan menu/ navigasi yang mudah dipahami dan yang sulit
dipahami oleh ABK.
3. Kesimpulan
Dengan memperhatikan tinjauan dasar dalam mewujudkan desain yang dapat
menumbuhkan pengalaman pengguna/ user experience maka terdapat beberapa
kesimpulan yaitu:
6. Memahami karakter, kemampuan, kekhususan dan keterbatasan ABK sebelum menyusun media pembelajaran yang sesuai mutlak dibutuhkan dengan harapan media pembelajaran yang disusun dapat meningkatkan pengalaman ABK dalam proses akuisisi dan penyerapan pengetahuan.
7. Salah satu keterbatasan ABK tuna grahita adalah kesulitan dalam menterjemahkan hal yang abstrak, untuk itu pemanfaatan teks, gambar, animasi, video dan audio dalam penyajian konten/ materi pada media pembelajaran sangat membantu pemahaman ABK terhadap sebuah konten tertentu.
8. Kesederhanaan dan perulangan dalam penyajian konten sangat dibutuhkan oleh ABK.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
110
Daftar Pustaka
[1] Amin, M., 1995, Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Dirjen Dikti Depdikbud PPTG,
Jakarta
[2] Delphi, D., 2010, Pembelajaran Anak Tunagrahita (suatu Pengantar dalam
Pendidikan Inklusi), Refika Aditama, Bandung
[3] Hassenzahl, M., 2003. The thing and I: Understanding the relationship between
user and product. In M. Blythe, C. Overbeeke, A. F. Monk, & P. C. Wright,
Funology: From usability to enjoyment. Dordrecht: Kluwer, pp. 31-42
[4] Kauffman, K.A., 2006, Inclusive Creative Movement and Dance, Human
Kinetics, Illiois
[5] Sadiman, Arif S., 1993, Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya, Raja Grafindo Persada, Jakarta
[6] Takatalo, J., Häkkinen, J., Kaistinen, J., Nyman, G., 2010, Presence,
Involvement, and Flow in Digital Games, Evaluating User Experience in Games,
Human-Computer Interaction Series, Springer-Verlag London Limited
[7] Wechsler, D., 1944, The Measurement of Adult Intelligence, Baltimore The
Williams & Wilkins Company
[8] Semiun, Y., 2006, Kesehatan Mental, Penerbit Kanisiun, Yogyakarta
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
111
PROTOTYPE ROBOT PEMBERSIH SAMPAH WADUK OTOMATIS DAN SMARTPHONE CONTROL BERBASIS ARDUINO
Aris Martono1)
Aan Supriyanto2) Febri Wibowo3)
Herdian4)
1,2,3,4) STMIK Raharja, Jln. Jend Sudirman 40 Modern Cikokol, Tangerang Kota. Email: [email protected]; [email protected]; [email protected];
ABSTRAK Seiring dengan perkembangan dunia industri maka teknologi robot dapat
dikendalikan dengan smartphone sebagai media kontrol untuk penunjang dalam mempermudah penggunaanya. Pengontrolan robot yang menggunakan media smartphone telah menghasilkan berbagai kemudahan yang bisa meringankan pekerjaan manusia terutama masalah sampah waduk yang semakin hari semakin tak terkendali akibat dampak yang timbulkan oleh sampah yang mengotori waduk. Media untuk pengontrolan alatnya menggunakan sensor yang ditanam pada robot dan menggunakan media smartphone dimana bluetooth sebagai interface antara robot dengan smartphone. Robot ini berbasis mikrokontroller Atmega2560 yang diprogram sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah robot pembersih sampah pada waduk. Peneltian ini menghasilkan prototype robot pembersih sampah waduk secara otomatis dan smartphone control berbasis arduino sebagai alat kendalinya.
Kata kunci : Robot, Mikrokontroller Atmega2560, Bluetooth PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi robot pada masa sekarang ini terus diikuti oleh sebagian bahkan hampir semua kalangan di seluruh dunia. Terlepas dari hal di atas, perkembangan robot yang umumnya berbasis komputer dan sistem kontrol yang menggunakan mikrokontroller sudah sangat maju.
Seiring dengan perkembangan teknologi tersebut, peranan peralatan komunikasi dan peralatan kontrol robot sebagai penunjang dalam membantu kegiatan manusia semakin besar. Dengan kemajuan teknologi banyak pekerjaan yang dilakukan dengan bantuan robot-robot canggih, misalnya robot pembersih sampah waduk dengan menggunakan media bluetooth berbasis mikrokontroller Atmega2560. Pemahaman tentang komponen-komponen elektronika untuk perakitan robot sangat diperlukah. Rancangan robot pembersih sampah pada waduk menggunakan media bluetooth berbasis mikrokontroller Atmega2560 dan dikontrol dengan smartphone.
Oleh karena itu penelitian ini membuat prototype robot berbasis mikrokontroller Atmega2560 untuk pembersih sampah di waduk yang dikendalikan dengan media smartphone melalui bluetooth.
METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini menggunakan beberapa metode, adapun metode yang digunakan adalah : 1.Observasi yaitu penulis mengadakan pengamatan langsung pada Kelurahan Desa Suka Asih Kecamatan Pasar Kemis . Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang merupakan sumber informasi yang sangat penting yang dapat membantu dalam analisa dan untuk langkah selanjutnya dalam rangka pembangunan sistem tersebut. 2.Wawancara yaitu suatu metode untuk mendapatkan data dan keterangan mengenai data suatu hal dengan cara wawancara atau tanya jawab terhadap pihak-pihak yang terkait dalam hal ini. Penulis melakukan sesi tanya-jawab kepada stakeholder pada Kelurahan Desa Suka Asih Kecamatan Pasar kemis.
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
112
3. Studi pustaka yaitu megumupulkan berbagai informasi melalui studi pustaka jurnal ilmiah, buku-buku dan laporan ilmiah yang kaitannya dengan judul penelitian ini. 4. Kajian analisis dan merancang sistem terkait dengan sistem robot dan smartphone untuk pembersih sampah di waduk serta pembuatan prorotypenya.
KAJIAN LITERATUR
Robot berasal dari kata “robota” yang dalam bahasa Ceko yang berarti budak, pekerja atau kuli. Pertama kali kata “robota” diperkenalkan oleh Karel Capek dalam sebuah pentas sandiwara pada tahun 1921 yang berjudul RUR (Rossum’s Universal Robot).
Menurut Simarmata (2010:62), “Prototype adalah bagian dari produk yang mengekspresikan logika maupun fisik antarmuka eksternal yang ditampilkan”.
Menurut Mall (2009:43), “Prototype is a toy implementation of the system”. (Prototype adalah sebuah implementasi tiruan dari sebuah sistem)
Sampah adalah barang yang tidak diperlukan atau yang tidak digunakan orang lagi. Pada saat ini sampah dikalangan masyarakat sangatlah memperihatinkan, karena masyarakat membuang sampah tidak ada tempatnya, seperti diwaduk, sungai atau dibelakang rumah mereka dan mereka tidak memikirkan akibatnya. Menurut Sumardi (2013:1), “Mikrokontroler merupakan suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data”. Dari beberapa definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Mikrokontroler adalah sebuah sistem mikroprosesor dalam chip tunggal yang dimana didalamnya terdapat CPU, ROM, RAM, I/O, Clock dan peralatan internal lainnya, dan juga mempunyai masukan dan keluaran serta kendali yang difungsikan untuk membaca data, dan dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada perancangan di sini yang dimaksudkan meliputi perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras yang akan digunakan meliputi Bluetooth, sensor ultrasonic,, motor DC, lampu led, arsitektur arduino, serta rangkaian sistem menggunakan smartphone android serta mekaniknya. Perancangan perangkat kerasnya menggunakan Modul Arduino Mega sebagai media untuk menanamkan program dan perancangan perangkat lunak dilakukan dengan menggunakan program Ide Arduino. Diagram blok rangkaian system robot pembersih sampah ini dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Diagram Blok Rangkaian Sistem
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
113
Prinsip dari kerja sistem yang dirancang adalah bluetooth, dan sensor ultrasonik menjadi media untuk memberikan inputan pada mikrokontroller, dan media untuk menghubungkan dengan mikrokontroller menggunakan jalur data usb serial maka akan di proses oleh mikrokontroller dan data hasil proses tersebut lalu dikirimkan ke motor dc, motor dc akan dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan. Sedangkan untuk komunikasi dengan handphone menggunakan bluetooth sebagai media komunikasinya.
Setelah melakukan perancangan perangkat keras dari seluruh komponen dan bahan yang digunakan, maka rangkaian sistem keseluruhan akan terlihat seperti gambar 2 sebagai-berikut:
Gambar 2. Rangkaian Sistem Keseluruhan
Keterangan dari jalur-jalur diatas: 1. Jalur merah sebagai arus positif (+) 2. Jalur hitam sebagai arus negatif (+) 3. Jalur biru sebagai jalur data. 4. Jalur kuning sebagai jalur PWM untuk motor DC dan Motor Servo. 5. Jalur hijau sebagai jalur komunikasi dengan bluetooth.
Pada sistem ini dapat dijelaskan cara kerja alat yaitu dikontrol menggunakan
smartphone dengan media bluetooth. Sedangkan mikrokontroller digunakan sebagai otak atau tempat pemrosesan data yang diinput dari perangkat-perangkat yang diprogram sebagai media inputan, setelah data yang masuk tersebut diolah maka akan dikirim kembali ke perangkat-perangkat yang diprogram sebagai media output sehingga dapat bekerja sesuai dengan apa yang diperintahkan. Media output yaitu berupa motor dc dan lampu led sedangkan media yang digunakan sebagai media input yaitu berupa smartphone.
KESIMPULAN 1. Dengan menggunakan sensor, smartphone dan bluetooth, sensor yang diproses
oleh mikrokontroller dapat membersihkan sampah yang menumpuk dan berserakan di lingkungan waduk
Digital Information & System Conference 2015 ISBN:978-979-1194-11-2 Universitas Kristen Maranatha
114
2. Dengan memanfaatkan smartphone android dapat mengontrol sistem kendali robot tersebut melalui Bluetooth controller.
3. Penggunaan sistem ini membantu petugas kebersihan dalam membersikan sampah waduk secara maksimal, karena sistem ini dipasang sensor ultrasonik dapat difungsikan sebagai pendeteksi objek.
Daftar Pustaka 1. Ardianto, Heri 2010. Pemrogramman Mikrokontroler AVR ATMega16A. Jakarta:
Penerbit informatika Bandung 2. Arfa. 2014. AKSES KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT
MENGGUNAKAN PASSWORD DAN SENSOR INFRARED BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA328. Tangerang: STMIK Raharja
3. Aryandi, Fery. 2011. PENGENDALIAN PERANGKAT HOME APPLIANCE BERBASIS SMS GATEWAY DENGAN MENGUNAKAN MIKROKONTROLER AT89S52. Tangerang: STMIK Raharja
4. Guritno, Suryo Sudaryono dan Untung Raharja . 2010. Literature Review. Tangerang: STMIK Raharja
5. Harvard dalam buku Sutabri, Tata. 2014. Arsitektur Mikrokontroller AVR. Bandung: Penerbit Informatika Bandung
6. Ibisa dan Tata Sutabri. 2011. Konsep Keamanan Sistem Informasi. Yogyakarta: Penerbit Andi
Rizky. 2011. Konsep Dasar Rekayasa Perangkat Lunak. Jakarta: Prestasi Pustaka
7. Saefullah. Asep, Sumardi Sadi, Yugo Bayana. 2009. “Smart Wheeled Robotic (SWR) Yang Mampu Menghindari Rintangan Secara Otomatis”. CCIT, Vol.2 No.3 – Mei 2009
8. Saputra, Alhadi. 2012. Kajian Kebutuhan Perangkat Lunak Untuk Pengembangan Sistem Informasi Dan Aplikasi Perangkat Lunak Buatan LAPAN Bandung. Bandung : LAPAN
9. Sasankar dan Vijay Chavan. 2012. Design and Implementation of Hierarchical Visual. International Journal of Electronic Science & Technology, Vol 10 No.3 – September 2012
10. Simarmata, Janer. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta: Andi Offset 11. Sulindawati dan Muhammad Fathoni. 2010. Pengantar Analisa Perancangan
Sistem. Journal SAINTIKOM Vol. 9, No. 2 – Agustus 2010: 2-19 12. Sutabri, Tata. 2012. Konsep Dasar Sistem. Yogyakarta: Penerbit Andi 13. Syahrul. 2012. MikrokontrolerAVR ATMEGA8535. Bandung: Penerbit
Informatika Bandung 14. Syahrul. 2014. Pemrogramman Mikrokontroller AVR Bahasa Assembly Dan C.
Bandung: Penerbit Informatika Bandung 15. Yakub. 2012. Pengantar Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu