download (2)

21
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang memberikan dasar-dasar pokok dan penting untuk jenjang-jenjang pendidikan berikutnya. Kemampuan siswa yang dibina dengan baik sejak dini akan memberikan dasar pijakan yang baik pula untuk dapat melangkah dalam dunia pendidikan pada jenjang berikutnya. Demikian pula sebaliknya, bila dalam tahap dasar ini kemampuan-kemampuan dasar belum dikembangkan maka anak akan banyak menemui kesulitan pada tahap jenjang pendidikan berikutnya, atau setidak-tidaknya akan mengalami hambatan-hambatan dalam memahami berbagai konsep. Oleh sebab itu pembinaan dalam cara-cara memahami suatu persoalan dan konsep-konsep sudah harus dimulai sejak di Sekolah Dasar, demikian pula dalam bidang Pendidikan Agama Katolik. Kitab Suci merupakan buku yang berisi refleksi pengalaman iman dalam hubungannya dengan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Kitab Suci memang ditujukan untuk semua umat dan semua bangsa. Akan tetapi tidak dapat disangkal pula bahwa refleksi isi Kitab Suci sebagian besar atau bahkan dapat dikatakan seluruhnya ditujukan untuk orang-orang yang dewasa, meskipun dalam segi-segi tertentu anak-anak juga disinggung dalam Kitab Suci, namun begitu dalam kaitannya dengan penyadaran iman untuk orang-orang yang dewasa. Oleh sebab itu, bagi anak-anak, untuk memahami isi Kitab Suci akan menjadi suatu kesulitan tersendiri, karena pola pikir dalam penulisan Kitab Suci tentu juga menggunakan pola pikir orang dewasa. Maka hal ini harus menjadi suatu pemikiran yang khusus dan serius bagi para pendamping iman anak-anak, untuk dapat menerjemahkan pesan- pesan dan isi Kitab Suci bagi anak-anak, khususnya seusia siswa Sekolah Dasar. Sementara tuntutan secara moral dan pedagogis, menghendaki agar semenjak usia dini, anak-anak sudah dibiasakan untuk menyenangi Kitab Suci. Maka salah satu tugas guru agama Katolik Sekolah Dasar adalah agar 1

Upload: alvy-ardiansyah

Post on 05-Jul-2015

550 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Download (2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Sekolah Dasar merupakan jenjang pendidikan formal yang memberikan

dasar-dasar pokok dan penting untuk jenjang-jenjang pendidikan berikutnya.

Kemampuan siswa yang dibina dengan baik sejak dini akan memberikan

dasar pijakan yang baik pula untuk dapat melangkah dalam dunia pendidikan

pada jenjang berikutnya. Demikian pula sebaliknya, bila dalam tahap dasar

ini kemampuan-kemampuan dasar belum dikembangkan maka anak akan

banyak menemui kesulitan pada tahap jenjang pendidikan berikutnya, atau

setidak-tidaknya akan mengalami hambatan-hambatan dalam memahami

berbagai konsep. Oleh sebab itu pembinaan dalam cara-cara memahami suatu

persoalan dan konsep-konsep sudah harus dimulai sejak di Sekolah Dasar,

demikian pula dalam bidang Pendidikan Agama Katolik.

Kitab Suci merupakan buku yang berisi refleksi pengalaman iman dalam

hubungannya dengan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Kitab Suci

memang ditujukan untuk semua umat dan semua bangsa. Akan tetapi tidak

dapat disangkal pula bahwa refleksi isi Kitab Suci sebagian besar atau

bahkan dapat dikatakan seluruhnya ditujukan untuk orang-orang yang

dewasa, meskipun dalam segi-segi tertentu anak-anak juga disinggung dalam

Kitab Suci, namun begitu dalam kaitannya dengan penyadaran iman untuk

orang-orang yang dewasa. Oleh sebab itu, bagi anak-anak, untuk memahami

isi Kitab Suci akan menjadi suatu kesulitan tersendiri, karena pola pikir

dalam penulisan Kitab Suci tentu juga menggunakan pola pikir orang

dewasa. Maka hal ini harus menjadi suatu pemikiran yang khusus dan serius

bagi para pendamping iman anak-anak, untuk dapat menerjemahkan pesan-

pesan dan isi Kitab Suci bagi anak-anak, khususnya seusia siswa Sekolah

Dasar.

Sementara tuntutan secara moral dan pedagogis, menghendaki agar

semenjak usia dini, anak-anak sudah dibiasakan untuk menyenangi Kitab

Suci. Maka salah satu tugas guru agama Katolik Sekolah Dasar adalah agar

1

Page 2: Download (2)

dapat menghadirkan isi dan pesan Kitab Suci kepada peserta didik, sehingga

mereka dapat memahami isi Kitab Suci sesuai dengan usia mereka.

Salah satu sifat anak adalah berpikir konkrit dan masih sulit untuk

memahami yang abstrak dan konsepsional. Maka dari itu perlu kiranya dalam

pembelajaran agama Katolik umumnya dan pengenalan Kitab Suci

khususnya perlu dihadirkan secara konkrit dan indrawi pula.

Oleh sebab itu untuk dapat memecahkan persoalan di atas, diadakanlah

suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

B. Identifikasi Masalah.

Kemampuan memahami isi Kitab Suci yang baik bagi anak Sekolah

Dasar akan dapat terwujud jika sejak awal, anak dibiasakan untuk menyukai

Kitab Suci. Untuk itu dibutuhkan suatu metode yang tepat guna agar anak-

anak Sekolah Dasar senang dengan kisah-kisah dalam Kitab Suci.

Agar siswa Sekolah Dasar memiliki kemampuan memahami isi Kitab

Suci yang baik maka perlu didukung oleh pengenalan isi Kitab Suci secara

menarik, menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Untuk itu penulis

mengusulkan suatu “Media Cerita Bergambar” dalam memahami isi Kitab

Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten

Malang.

C. Rumusan Masalah.

Atas dasar latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalah

penelitian tindakan kelas ini adalah:

“Apakah melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan

memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan

Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007?”

D. Tujuan.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian tindakan

kelas ini adalah:

2

Page 3: Download (2)

“Ingin mengetahui apakah penggunaan media cerita bergambar dapat

meningkatkan kemampuan memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2

Sekolah Dasar Negeri Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang.”

E. Hipotesis Tindakan.

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

“Melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan

memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan

Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007.”

F. Manfaat Penelitian.

Hasil dari penelitian tindakan kelas ini, akan memberikan manfaat yang

berarti bagi:

a. Siswa.

1) Mampu meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi Kitab Suci.

2) Membantu siswa menyenangi kisah-kisah dalam Kitab Suci.

3) Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran agama

Katolik.

b. Guru.

1) Meningkatkan kemampuan guru dalam perencanaan proses

pembelajaran agama Katolik dengan menggunakan media cerita

bergambar, sehingga dapat mempermudah pelaksanaan proses

pembelajaran.

2) Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah kesulitan siswa

Sekolah Dasar dalam memahami isi Kitab Suci.

c. Sekolah.

1) Sebagai umpan balik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi

kegiatan pembelajaran agama Katolik.

2) Meningkatkan pendayagunaan alat peraga gambar.

3) Meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi belajar

siswa.

3

Page 4: Download (2)

G. Definisi Operasional.

Untuk memberikan kesamaan konsep dalam penelitian ini, maka perlu

dikemukakan definisi-definisi yang ada dalam penulisan ini.

a. Arti kata memahami menurut Desi Anwar (2002:325) adalah mengerti

benar (akan), mengetahui benar.

b. Pengertian “media cerita bergambar” didefinisikan sebagai berikut:

1) Menurut Tamsik Udin (1987:95), media berarti alat atau saluran

untuk menyampaikan pesan.

2) Cerita menurut Desi Anwar (2002:104) berarti karangan yang

mengisahkan perbuatan.

3) Gambar menurut Desi Anwar (2002:146) diartikan sebagai tiruan

barang, dalam bentuk dua dimensi.

Dengan demikian “Media Cerita Bergambar” dapat diartikan: alat

untuk menyampaikan pesan dalam bentuk kisah dua dimensi.

d. Kitab Suci.

Kitab Suci atau Alkitab menurut Tom Jacobs (1993:13) adalah buku

yang paling luhur dan paling unggul yakni “buku suci”. Yaitu seluruh

buku iman Kristiani, baik yang disebut Perjanjian Lama maupun

Perjanjian Baru.

4

Page 5: Download (2)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kitab Suci.

1. Pengertian Kitab Suci.

Setiap agama memiliki suatu buku khusus yang menjadi pedoman

dalam menjalankan kehidupan beragama bagi para umatnya. Buku

tersebut sering disebut dengan Kitab Suci. Secara etimologis, Kitab Suci

berasal dari dua kata yaitu kitab dan suci. Desi Anwar (2002:242)

mengartikan kitab sebagai buku, buku suci, yakni buku yang berisi

segala sesuatu yang bertalian dengan agama. Sedangkan Tom Jacobs

(1993:13) mengartikan Kitab Suci dan Alkitab sama artinya, yaitu buku

yang paling luhur dan paling unggul yakni buku suci atau Kitab Suci.

Yang dimaksudkan adalah seluruh buku iman Kristiani, baik yang

disebut Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Berdasarkan rumusan di atas Kitab Suci dalam penelitian ini dapat

diartikan sebagai buku yang paling diunggulkan oleh agama Katolik

yang terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

2. Isi Kitab Suci.

Kitab Suci atau Alkitab terdiri dari sejumlah kitab-kitab yang ditulis

dari masa ke masa pada zaman dahulu. Tom Jacobs (1993:13) menulis

bahwa Alkitab atau Kitab Suci terdiri dari dua bagian yakni Perjanjian

Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB). Kedua bagian tersebut masih

dibagi-bagi lagi dalam berbagai kitab. Menurut Stefan Leks (1996:17)

ada sejumlah 73 kitab dalam keseluruhan isi Alkitab atau Kitab Suci.

Alkitab atau Kitab Suci umat Kristiani mempunyai corak tersendiri,

yang berbeda dengan Kitab Suci dari umat beragama lain. Hal ini perlu

diketahui oleh setiap orang yang ingin memahami isi Alkitab atau Kitab

Suci, dan terlebih bila ingin menggunakannya dengan benar. Groenen

dan Stefan Leks (1995:1) mengatakan, “Orang yang tidak mengetahui

ciri-corak khas Alkitab itu, tentu saja akan menangkap salah isinya.”

5

Page 6: Download (2)

Kitab Suci atau Alkitab adalah sekumpulan karangan yang

dihasilkan umat beriman, baik Yahudi maupun Kristen selama ratusan

tahun. Karangan-karangan itu bukan “wangsit” atau “wahyu” yang oleh

Tuhan langsung diturunkan kepada tokoh-tokoh tertentu, seolah-olah

mereka itu “nabi” atau “resi”. Menurut Groenen dan Stefan Leks

(1995:2) karangan itu berisi kesaksian iman umat yang mengamati

kejadian-kejadian tertentu, lalu mengartikannya berdasarkan iman-

kepercayaan kepada Allah yang dipahami secara tertentu.

Kesaksian iman para umat zaman dahulu yang tertuang dalam

Alkitab atau Kitab Suci sebagian besar ditulis dalam bentuk “cerita”.

Baik itu yang ada dalam kitab Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian

Baru. Cerita-cerita tersebut tidak mengisahkan tentang kehidupan surga

serta para tokoh yang ada. Kitab Suci justeru menceritakan tentang kisah

hidup manusia itu sendiri baik secara perorangan maupun secara

kelompok sebagai umat beriman. Cerita-cerita itu tidak dapat dipandang

secara harafiah sebagai suatu bentuk laporan historis dan kronologis,

melainkan lebih dipandang sebagai suatu cerita bermakna yang perlu

digali makna-makna serta maksud-maksud yang terkandung dari balik

kisah-kisah tersebut.

3. Kitab Suci dan Anak.

Kitab Suci yang merupakan hasil refleksi iman umat secara

mendalami dalam terang dan bimbingan Roh Kudus akan lebih sulit

dipahami oleh anak-anak. Hal ini dapat dimengerti karena hampir dari

seluruh isi Kitab Suci atau Alkitab tidak ditujukan kepada anak-anak

dalam arti orang yang masih kecil. Meskipun kata “anak” dalam

Perjanjian Lama disebut dalam sejumlah 2.826 ayat, dan disebut dalam

sejumlah 772 ayat dalam Perjanjian Baru. Hal itu tidak mengindikasikan

bahwa ayat-ayat tersebut ditujukan kepada anak-anak. Memang dalam

bagian tertentu disinggung tentang pengertian “anak”, namun hal

tersebut dalam kaitannya dengan pembicaraan dengan orang dewasa.

Misalnya dalam Injil Mateus (18:10) mengatakan, “Ingatlah, jangan

6

Page 7: Download (2)

menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku

berkata kepadamu: Ada malaikat mereka di sorga yang selalu

memandang wajah Bapa-Ku yang di sorga.” Ayat tersebut tidak

ditujukan kepada anak-anak, tetapi tetap dalam kaitannya dengan orang

dewasa sebagai tujuan dari munculnya ayat tersebut.

Penulis menemukan ayat-ayat yang seolah-olah ditujukan kepada

“anak-anak” namun jika dikaji lebih lanjut ayat tersebut juga ditujukan

kepada orang dewasa. Misalnya dalam Injil Lukas (18:20) tertulis,

“Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah: Jangan berzinah,

jangan membunuh, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta,

hormatilah ayahmu dan ibumu.” Kata hormatilah ayahmu dan ibumu,

seolah-olah secara sekilas ditujukan kepada anak-anak, akan tetapi ayat

tersebut beserta paralelnya serta yang senada dengan ayat tersebut

sebenarnya ditujukan untuk orang dewasa. Contoh lain dalam Surat

Paulus kepada jemaat di Efesus (6:2) tertulis, “Hormatilah ayahmu dan

ibumu - ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari

janji ini”. Ayat tersebut dalam kaitannya dengan wejangan terhadap

keluarga, maka ayat ini bisa dianggap sebagai ayat yang ditujukan

kepada anak-anak, meskipun konteksnya “anak” dalam arti anggota

keluarga, termasuk yang sudah berusia bukan lagi anak-anak.

Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, maka dapat dipahami

bahwa menterjemahkan isi Kitab Suci untuk ditujukan kepada “anak-

anak” akan menjadi suatu kesulitan tersendiri dan diperlukan suatu cara,

strategi atau metode yang secara khusus pula.

B. Media Cerita Bergambar

1. Pengertian Media Cerita Bergambar.

Media Cerita Bergambar terdiri dari dua unsur pokok yaitu media

dan cerita bergambar atau yang sering disingkat dengan “cergam”.

Tamsik Udin (1987:97) mengartikan kata media sebagai alat atau

saluran untuk menyampaikan pesan. Dalam dunia pendidikan, pesan

yang disampaikan atau disalurkan melalui media itu adalah suatu ajaran.

7

Page 8: Download (2)

Ajaran ini dapat berasal dari guru, dosen, atau orang pandai lainnya,

yang secara umum disebut sebagai sumber belajar, manusia sumber atau

nara sumber. Media, sebagai perantara atau saluran komunikasi,

menyampaikan ajaran ini kepada siswa. Sri Anitah Wiryawan dan

Noorhadi (1994:6-2) memberi arti tentang media sebagai berikut,

“….media yang merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai untuk

mengantarkan pesan.” Antara istilah media dengan alat peraga hampir

sama, perbedaannya adalah sesuatu itu disebut media apabila menjadi

satu kesatuan yang integral dengan proses pembelajaran. Sedangkan

sesuatu itu disebut alat peraga apabila sesuatu itu sekedar menjadi alat

bantu saja. Dari pendapat-pendapat tersebut maka penulis mengartikan

media adalah orang, benda, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan

kondisi yang dapat merangsang siswa untuk berkembang baik dalam

segi pemahaman, keterampilan, maupun sikapnya.

Cerita bergambar terdiri dari dua unsur kata cerita dan bergambar

yang telah membentuk satu pengertian tersendiri. Cerita bergambar ini

dapat disebut juga dengan sebutan gambar bersambung atau gambar seri.

Karena terdiri dari unit-unit yang membentuk satu rangkaian cerita.

Tamsik Udin (1987:108) mengartikan gambar seri atau gambar

bersambung ialah. “….untuk menerangkan suatu rangkaian

perkembangan, seperti cerita untuk anak-anak, perkembangan suatu

pekerjaan (cara pembuatan keramik, pembuatan pakaian) atau cerita-

cerita sejarah.” Secara singkat penulis mengartikan Cerita Bergambar

adalah rangkaian suatu peristiwa dalam bentuk gambar dua dimensi.

2. Pentingnya Media Cerita Bergambar.

Beberapa hal tentang pentingnya media secara umum dan media

cerita bergambar pada khususnya dapat penulis kemukakan sebagai

berikut:

a. Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang konkrit untuk

berpikir, sehingga dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

b. Dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.

c. Memberikan pengalaman yang lebih nyata.

8

Page 9: Download (2)

d. Gambar bersifat lebih konkrit.

e. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu.

f. Gambar dapat digunakan untuk memperjelas suatu masalah.

g. Dapat digunakan baik untuk perorangan maupun kelompok

(klasikal).

h. Gambar dapat digunakan untuk merangkum suatu unit bacaan.

Selain dari beberapa hal mengenai pentingnya media cerita

bergambar di atas, dapat juga media cerita bergambar mempunyai

manfaat sebagai berikut:

a. Memberikan gambaran yang nyata kepada anak-anak mengenai hal-

hal yang sedang diceritakan.

b. Memusatkan perhatian siswa terhadap obyek yang sedang

dibicarakan.

c. Siswa memahami hubungan bagian-bagian dari serangkaian cerita

yang disajikan.

d. Materi pembelajaran yang diberikan melalui media cerita

bergambar ini akan lebih bertahan lama dalam ingatan siswa, atau

lebih membekas.

Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (2002:19) mengemukakan

bahwa teks atau cerita Kitab Suci dapat disampaikan dalam bentuk

‘cergam’: cerita bergambar. Lebih lanjut diuraikan bahwa ada banyak

kisah Kitab Suci yang dapat disampaikan dalam bentuk gambar,

misalnya: Nabi Yunus, Daud dan Goliat, Kisah Sengsara, Kisah

Kebangkitan, dan sebagainya.

9

Page 10: Download (2)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penulisan ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).

Alasan penulis memilih bentuk rancangan penelitian tindakan kelas adalah

bahwa penulisan ini karena berlandaskan pada pengalaman nyata dan

langsung dari penulis dalam melaksanakan tugas sehari-hari yaitu

melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini juga lebih bersifat

untuk perbaikan hasil belajar siswa pada umumnya dan memahami isi Kitab

Suci pada khususnya.

Kegiatan penulisan ini dilaksanakan dengan pola kerja sebagai berikut:

1. Refleksi awal

2. Perencanaan.

3. Pelaksanaan

4. Tindakan

5. Pengumpulan data.

6. Refleksi

7. Perancangan ulang.

Berikut adalah uraian mengenai langkah-langkah pola kerja penelitian

ini:

1. Rancangan Siklus I

a. Refleksi awal.

Pada langkah pertama ini penulis mengidentifikasi masalah dan

menganalisa masalah dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Katolik dalam hal memahami isi kisah-kisah dalam Kitab Suci pada

siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan Wonosari Kabupaten

Malang.

b. Merumuskan permasalahan secara operasional.

Langkah kedua adalah merumuskan permasalahan yang ditemukan

dalam pembelajaran memahami isi Kitab Suci di kelas.

c. Merumuskan hipotesis tindakan.

10

Page 11: Download (2)

Hipotesis tindakan pada siklus pertama dirumuskan sebagai berikut:

“Melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan

memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02

Kecamatan Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007.”

d. Menyusun rancangan tindakan.

Rancangan tindakan yang disusun adalah sebagai berikut:

1) Menentukan materi kisah dari Kitab Suci yang akan diajarkan

kepada siswa.

2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Menyusun alat pengumpulan data yang berupa instrumen test.

4) Menyusun rencana pengolahan data.

e. Pelaksanaan / Tindakan.

Penulis sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama

Katolik, melaksanakan pembelajaran memahami isi Kitab Suci

kepada siswa dengan metode: demonstrasi, bercerita, dan

penugasan. Langkah-langkah dalam proses pembelajaran ini adalah

sebagai berikut:

1) Kegiatan Pembuka

a) Guru mempersiapkan kondisi siswa untuk belajar tentang

isi Kitab Suci dan juga menyiapkan alat-alat atau media

yang akan digunakan.

b) Doa pembuka.

Guru mengajak siswa untuk berdoa pembuka

pembelajaran dan siswa menirukan doa dari guru secara

pelan.

c) Apersepsi.

Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai

pengalaman siswa yang ada hubungannya dengan

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

d) Pre test.

Pre test dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa dalam hubungannya dengan materi yang akan

11

Page 12: Download (2)

diajarkan. Selain itu juga digunakan untuk pengambilan

data awal.

2) Kegiatan Inti.

a) Siswa mempelajari isi salah satu kisah dalam Kitab Suci

melalui media cerita bergambar yang telah disiapkan oleh

guru. Guru menguraikan kisah dari isi Kitab Suci tersebut

secara lisan.

b) Siswa mengadakan tanya jawab dengan guru sebagai

pendalaman isi kisah Kitab Suci tersebut.

c) Siswa dibimbing oleh guru untuk dapat menceritakan

kembali isi kisah Kitab Suci tersebut secara lisan dengan

bahasa siswa sendiri berdasarkan pemahaman siswa

mengenai kisah dari Kitab Suci yang telah dipelajarinya

melalui media cerita bergambar.

3) Kegiatan Penutup.

a) Evaluasi.

Guru mengadakan evaluasi mengenai hasil tindakan secara

tertulis.

b) Doa Penutup.

f. Pengumpulan data.

Sutrisno Hadi (1989:67) menulis bahwa seorang penyelidik dapat

menggunakan questionnaire, interview, observasi biasa, test,

eksperimen dan sebagainya dalam pemilihan metode pengumpulan

data. Pengumpulan data pada penulisan penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dengan metode test dengan instrumen Lembar Test

Tertulis. Contoh instrumen pengumpulan data dengan metode test

tersebut adalah:

Berapa jumlah anak Nuh?

g. Refleksi.

Analisis data dan refleksi dilaksanakan oleh penulis dalam

kegiatan yang terpisah dengan proses pembelajaran. Hasil refleksi

dicatat dan dijadikan acuan untuk melakukan tindakan siklus II.

12

Page 13: Download (2)

2. Rancangan Siklus II.

Atas dasar pelaksanaan dan hasil refleksi dari siklus I maka penulis

membuat perencanaan tindakan ulang. Penulis melakukan pengulangan

perencanaan dengan menambahkan rencana tindakan dengan

menggunakan media cerita bergambar yang disertai dialog tertulis. Jika

pada siklus I, penulis belum menggunakan media cerita bergambar yang

disertai dialog tertulis, maka pada siklus kedua ini penulis lebih

menonjolkan pada penggunaan media cerita bergambar yang disertai

dialog tertulis.

a. Rencana Tindakan.

Berdasarkan hasil dari tindakan dan hasil refleksi siklus I,

maka disusun suatu rancangan tindakan sebagai berikut:

1) Materi yang diajarkan adalah memahami salah satu kisah

dalam Kitab Suci dengan menggunakan media cerita

bergambar yang disertai dialog tertulis dalam cerita bergambar

tersebut.

2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b. Pelaksanaan Tindakan.

Penulis melaksanakan tindakan dengan melaksanakan proses

pembelajaran di kelas dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Kegiatan Pembuka

a) Guru mempersiapkan kondisi siswa untuk belajar tentang

isi Kitab Suci dan juga menyiapkan alat-alat atau media

yang akan digunakan.

b) Doa pembuka.

Guru mengajak siswa untuk berdoa pembuka

pembelajaran dan siswa menirukan doa dari guru secara

pelan.

c) Apersepsi.

Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai

pengalaman siswa yang ada hubungannya dengan

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

13

Page 14: Download (2)

d) Pre test.

2) Kegiatan Inti.

a) Siswa mempelajari isi salah satu kisah dalam Kitab Suci

melalui media cerita bergambar yang telah disiapkan oleh

guru, dengan menggunakan media cerita bergambar yang

disertai dialog di dalamnya. Guru menguraikan kisah dari

isi Kitab Suci tersebut secara lisan.

b) Siswa mengadakan tanya jawab dengan guru sebagai

pendalaman isi kisah Kitab Suci tersebut.

c) Siswa dibimbing oleh guru untuk dapat menceritakan

kembali isi kisah Kitab Suci tersebut secara lisan dengan

bahasa siswa sendiri berdasarkan pemahaman siswa

mengenai kisah dari Kitab Suci yang telah dipelajarinya

melalui media cerita bergambar.

3) Kegiatan Penutup.

a) Evaluasi.

Guru mengadakan evaluasi mengenai hasil tindakan secara

tertulis.

b) Doa Penutup.

c Pengumpulan data

Pengumpulan data pada penulisan penelitian tindakan kelas ini

dilakukan dengan metode test dengan instrumen Lembar Test

Tertulis.

Contoh instrumen pengumpulan data dengan metode test tersebut

adalah:

Berapa jumlah anak Nuh?

g. Refleksi.

Analisis data dan refleksi dilaksanakan oleh penulis dalam

kegiatan yang terpisah dengan proses pembelajaran. Hasil refleksi

dicatat dan dijadikan acuan untuk melakukan tindakan siklus III bila

dirasa masih diperlukan tindakan siklus III.

14

Page 15: Download (2)

B. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan

Wonosari Kabupaten Malang dengan jumlah siswa 5 anak. Penulis

mengadakan penelitian ini di tempat tersebut dengan alasan bahwa Penulis

melakukannya di tempat tugas sehari-hari sebagai guru mata pelajaran

Pendidikan Agama Katolik dan dalam rangkaian dengan kegiatan proses

pembelajaran. Penulis menggunakan jumlah siswa sesuai dengan apa adanya.

Karena penulisan penelitian tindakan kelas ini bukan suatu penelitian yang

akan digunakan untuk generalisasi yang lebih luas, maka lebih bersifat

mengabaikan ketentuan metode sampling. Akan tetapi tujuan dari Penelitian

Tindakan Kelas ini adalah untuk perbaikan kemampuan siswa dari penulis

dengan jumlah siswa menurut apa adanya.

Miftahusirojudin ( - : 7) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) tidak menggunakan populasi, sample, dan teknik sampling.

Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah siswa yang nyata

ada berapa pun jumlahnya dan tidak dianggap melanggar aturan penelitian.

C. Tekhnik Pengumpulan Data.

Teknik atau metode pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode test. Metode test ini dilaksanakan sebagai evaluasi

pembelajaran yang telah dilakukan. Sutrisno Hadi (1989:67) menulis bahwa

seorang penyelidik dapat menggunakan questionnaire, interview, observasi

biasa, test, eksperimen dan sebagainya dalam pemilihan metode

pengumpulan data.

Prosedur yang digunakan adalah pre test dan post test. Jenis tes adalah

test tertulis dan instrumen yang digunakan adalah lembar test. Yang terdiri

dari pertanyaan-pertanyaan mengenai isi dari kisah Kitab Suci yang telah

dipelajari dalam bentuk pertanyaan terbuka dan tertutup.

Miftahusirojudin (- : 2) mengemukakan bahwa salah satu prinsip

Penelitian Tindakan Kelas adalah metode pengumpulan data tidak menuntut

waktu yang berlebihan sehingga mengganggu pembelajaran. Dengan

15

Page 16: Download (2)

demikian pengumpulan data juga dapat dilakukan dalam kesatuan yang

integral dengan proses pembelajaran.

D. Analisis Data.

Menurut Miftahusirojudin ( - : 8) bahwa analisis data dalam penelitian

tindakan kelas menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: “

- Tidak menggunakan uji statistik. - Menggunakan analisis deskriptif:

a. Hasil belajar dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu Membandingkan nilai tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja.

b. Observasi maupun wawancara dengan analisis deskriptif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.”

Maka dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis data diwujudkan

dalam bentuk deskriptif kualitatif atas dasar hasil test terhadap kemampuan

memahami isi Kitab Suci pada siswa. Langkah-langkah analisis data yang

dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Pengecekan data, mengecek data-data hasil test.

2. Interpretasi, yaitu merumuskan suatu tafsiran atas hasil data yang

terkumpul.

3. Menarik suatu kesimpulan atas data yang ada, apakah berdasarkan hasil

test dari siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan kemampuan

memahami isi Kitab Suci pada siswa.

d. Tindak lanjut. Dalam tahap ini penulis merumuskan langkah-langkah

perbaikan untuk siklus berikutnya apabila pada siklus tersebut belum

berhasil meningkatkan kemampuan siswa atau pelaksanaan tindakan

dianggap selesai dan berhasil.

e. Pengambilan simpulan.

Merumuskan pernyataan atas hasil analisis data dari hasil test. Kriteria

yang dijadikan sebagai pedoman adalah:

Terjadi peningkatan kemampuan memahami isi Kitab Suci jika hasil test

menunjukkan bahwa nilai keberhasilan memahami isi Kitab Suci

minimal 75 %.

16

Page 17: Download (2)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian Siklus I.

Penggunaan media cerita bergambar pada tindakan siklus I yang

menerapkan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk memahami isi

Kitab Suci dengan media cerita bergambar yang tidak disertai dialog tertulis

dengan jumlah siswa 5 anak, menunjukkan hasil :

NO Nama AnakHasil

Nilai Prosentase1 Patricia Ana Pratiwi 60 60 %2 Yohana Serelita 70 70 %3 Felicia Widyawati 80 80 %4 Vincentia Wulansari 60 60 %5 Dhio Djwandoko 60 60 %

Rata-Rata 66 66 %Tabel 1. Hasil Penilaian Siklus I

Keterangan:

Dari hasil tersebut di atas, maka pada siklus I ini menunjukkan bahwa

penggunaan media cerita bergambar dalam memahami isi Kitab Suci mampu

menghasilkan keberhasilan sebesar 66 %.

B. Hasil Penelitian Siklus II.

Berdasarkan atas hasil dari siklus I, kemudian dilanjutkan dengan

tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini peneliti menerapkan tindakan

memahami isi Kitab Suci dengan menggunakan media cerita bergambar pada

siswa yang sama dan dengan materi yang sama dengan penambahan

penggunaan media cerita bergambar disertai dialog tertulis. Dari tindakan

pada siklus II menunjukkan hasil sebagai berikut:

NO Nama AnakHasil

Nilai Prosentase1 Patricia Ana Pratiwi 80 80 %2 Yohana Serelita 90 90 %3 Felicia Widyawati 85 85 %4 Vincentia Wulansari 70 70 %5 Dhio Djwandoko 70 70 %

Rata-Rata 79 79 %

17

Page 18: Download (2)

Tabel 2. Hasil Penilaian Siklus II

C. Pembahasan Hasil Penelitian.

Dari tabel pengolahan data hasil penilaian pada siklus II menunjukkan

tingkat keberhasilan memahami isi Kitab Suci melalui media cerita

bergambar mencapai keberhasilan sebesar 79 %.

Hasil tindakan pada siklus II ini menunjukkan peningkatan sebesar 13 %. Hal

tersebut dikarenakan media cerita bergambar yang digunakan lebih rinci dan

disertai dialog tertulis.

Selain karena alasan tersebut di atas, dapat terjadi peningkatan

kemampuan memahami isi Kitab Suci juga disebabkan karena telah terjadi

pengulangan materi yang diajarkan.

18

Page 19: Download (2)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan atas hasil tindakan dan analisis data maka dapat diambil

suatu simpulan sebagai berikut:

“Melalui media cerita bergambar dapat meningkatkan kemampuan

memahami isi Kitab Suci bagi siswa kelas 2 SDN Kluwut 02 Kecamatan

Wonosari Kabupaten Malang Tahun 2007.”

B. Saran.

Berdasarkan hasil dari simpulan di atas, maka penulis dapat memberikan

saran sebagai berikut:

a. Keberhasilan memahami isi Kitab Suci pada siswa Sekolah Dasar kelas

2 dapat ditingkatkan dengan menggunakan media cerita bergambar.

b. Pembelajaran memahami isi Kitab Suci melalui media cerita bergambar

akan lebih dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi

Kitab Suci jika disertai dengan dialog tertulis di dalamnya.

c. Salah satu keterbatasan media cerita bergambar ini adalah tidak dapat

diterapkan pada semua isi dalam Kitab Suci. Namun lebih banyak dapat

digunakan dalam Kitab Suci yang berisi cerita atau kisah.

d. Pembelajaran memahami isi Kitab Suci bagi siswa Sekolah Dasar, perlu

adanya pengulangan yang baik agar siswa lebih memahami isi dari Kitab

Suci tersebut.

19

Page 20: Download (2)

DAFTAR REFERENSI

Anwar, Desi, 2002, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya, Amelia.

Groenen dan Stefan Leks, 1995, Percakapan Tentang Alkitab Sesudah Konsili Vatikan II, Yogyakarta, Kanisius.

Hadi, Sutrisno, 1989, Metodologi Research Jilid I, Yogyakarta, Andi Offset.

Udin, Tamsik dan Sopandi, 1987, Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan SPG/KPG/

SGO, Bandung, Epsilon Grup.

Jacobs, Tom, 1997, Permasalahan Sekitar Kitab Suci 1, Yogyakarta, Kanisius.

Lalu, Yosef, dkk, 2007, Menjadi Murid Yesus, Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar, Buku Siswa 2A, Yogyakarta, Kanisius.

Leks, Stefan, 1999, Kitab Suci Dalam 33 Pelajaran, Jakarta, Celesty Hieronika.

Miftahusirojudin, _____, Penelitian Tindakan Kelas, Diklat Guru Mapel Pendidikan

Agama Katolik SD, Surabaya, Print Out - Balai Diklat Keagamaan.

Waluyo, Djoko Adi, dkk, 1998, Buku Pedoman Penelitian, Surabaya, Universitas PGRI Adi Buana.

Wiryawan, Sri Anitah dan Noorhadi, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Universitas Terbuka.

_____, 1974, Alkitab Elektronik 2.0.0 – Alkitab Terjemahan Baru, ____, Lembaga

Akitab Indonesia.

_____, 2002, Kreatifitas Bina Iman Anak, Jakarta, Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia.

20

Page 21: Download (2)

LAMPIRAN

1. Cerita Bergambar tentang kisah Nabi Nuh, yang digunakan dalam Siklus I.

2. Cerita Bergambar tentang kisah Abraham Mempersembahkan Ishak, yang

digunakan dalam Siklus II.

3. Instrumen penelitian.

21