download 243.25 kb
TRANSCRIPT
1
Daftar IsiTujuan daftar periksa (checklist) 2Mengapa gender penting dalam proyek pembangunan perkotaan danperumahan? 3
Pertanyaan-pertanyaan penting dan langkah aksi utama dalam siklus proyek 7
Analisis gender 10Desain proyek 20
Dialog kebijakan 34
Appendix: Contoh Terms of Reference (TOR) untuk Spesialis Gender 36Referensi 37
SingkatanBME Benefit Monitoring and Evaluation (Monitoring dan Evaluasi atas Manfaat)
CBO Community-Based Organization (Organisasi Berbasis Komunitas)
DMC Developing Member Country (Negara-negara Berkembang AnggotaADB)
GAD Gender and Development (Gender dan Pembangunan)
ISA Initial Social Assessment (Kajian Sosial Awal)
M&E Monitoring and Evaluation (Monitoring dan Evaluasi)NGO Non-Government Organization (Organisasi Nonpemerintah)
O&M Operation & Maintenance (Operasional dan Pemeliharaan)
RRP Report and Recommendation of the President (Laporan danRekomendasi Presiden)
SA Social Assessment (Kajian Sosial)
SOCD Social Development Division, Office of Environment and SocialDevelopment (Divisi Pembangunan Sosial, Kantor PembangunanLingkungan dan Sosial)
TOR Terms of Reference (Kerangka Acuan)WID Women In Development (Perempuan dalam Pembangunan)
UDH Urban Development and Housing (Pembangunan perkotaan danPerumahan)
WUG Water Use Group (Kelompok Pengguna Air)
2 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Tujuan Daftar periksa (checklist)Tujuan dari daftar periksa (checklist) iniadalah untuk membantu para staf dankonsultan ADB mengimplementasikankebijakan dan sasaran-sasaran strategisADB dalam hal gender dan pemba-ngunan (gender and development/GAD) (lihat ADB’s Policy on Gender andDevelopment, May 1998). Daftarperiksa (checklist) ini diharapkan bisamenjadi pedoman bagi para penggunauntuk mengidentifikasi isu-isu utamamengenai gender dalam sektorpembangunan perkotaan dan peru-mahan atau urban development andhousing (UDH) dan mendesain strategiyang peka gender, berikut komponen-komponen serta indikator-indikatoryang sesuai untuk menjawab isu-isugender pada seluruh tahapan siklusproyek/program.
Staf ADB harus menggunakan daftarperiksa (checklist)ini untuk mengiden-tifikasi isu-isu gender dalam initial so-cial assesment (ISA) selama fasepencarian—fakta bantuan teknispersiapan proyek atau project pre-patarory technical assistance (PPTA).Para konsultan harus menggunakandaftar periksa (checklist)gender inipada saat melakukan analisis sosialrinci selama PPTA. Meskipun demikian,harus diperhatikan bahwa tidak semuapertanyaan dalam dafter periksa inirelevan untuk semua proyek. Staf ADBmaupun konsultan harus menyeleksipertanyaan-pertanyaan yang palingrelevan untuk konteks proyek tertentu.
Dokumen ini juga berisi pedomanuntuk menyusun terms-of-reference
yang senstif-gender untuk ISA dananalisis sosial, termasuk studi kasusdari portofolio proyek ADB, untukmenunjukkan praktek-praktek terbaikdalam upaya memasukan isu genderdalam proyek-proyek kesehatan.
Dalam persiapan proyek, daftar periksa(checklist)ini bisa digunakan bersama-sama dengan ADB’s Handbook for In-corporation of Social Dimensions inProject (1994), Guidelines on BenefitMonitoring and Evaluation,dan seri pa-per-paper singkat mengenai wanitaperempuan dalam pembangunan.Referensi lain yang bermanfaatdicantumkan pada bagian belakangdokumen ini. Karena sektor pem-bangunan perkotaan sering mengan-dung komponen penyediaan air dansanitasi, maka Daftar Periksa (Check-list) Gender Dalam Penyediaan Air danSanitasi (2000) juga menjadi referensiyang bermanfaat. Referensi lain yangbermanfaat dicantumkan pada bagianbelakang buku ini.
Daftar periksa (checklist) ini disusunoleh Sonomi Tanaka dari DivisiPembangunan Sosial (SOCD), KantorPembangunan Lingkungan dan Sosial,dengan menggunakan daftar yangdisusun oleh staf konsultan, PenelopeSchoeffel, dan di bawah bimbinganteknis oleh Shireen Lateef dari SOCD.Mary Ann Asico melakukan editing padateks, dan Jundela Cruz menyusun tataletak akhir. Bantuan produksi diberikanoleh Elisa Lacerona.
3
Mengapa Gender Pentingdalam ProyekPembangunan Perkotaandan Perumahan?1
Pembangunan perkotaan dan Perumahan atau urban devel-opment and housing (UDH) mencakup berbagai subsektor:penyediaan air, pengelolaan sampah/buangan, pembuanganair, transportasi, penyediaan listrik, perumahan, perencanaanpenggunaan lahan, perbaikan wilayah kumuh, sanitasi dankebersihan, pengelolaan lingkungan, dan penyediaan lapangankerja. Proyek-proyek UDH biasanya berlangsung di wilayah-wilayah yang memiliki kompleksitas sosial dan berpopulasipadat. Gender hanya merupakan salah satu dari sekian banyakaspek yang perlu diperhatikan, namun merupakan suatu halyang sangat penting.
Beberapa pengalaman sebelumnya dalam proyek-proyek UDHyang didanai oleh ADB dan dana dari donor lainnya, telahmemberikan berbagai pelajaran, mengenai pentingnya gen-der, yaitu sebagai berikut:
Pelajaran 1. Perempuan dan laki-laki memiliki per-bedaan peranan, kebutuhan-kebutuhan dan persepsi-persepsi terhadap UDH. Upaya yang sadar untukmemahami pandangan mereka akan mengarahkanpada desain dan kinerja proyek yang lebih baik.
Kaum perempuan merupakan kolektor, transporter, pengguna,dan pengelola air untuk keperluan rumah tangga dan pro-motor kegiatan-kegiatan sanitasi berbasis komunitas yangutama. Kaum perempuan juga memainkan peran pentingdalam pengelolaan pembuangan sampah dan pengelolaan
1 Bagian ini diambil dari ADB (2000), Fong et al. (1996), dan Woronluk and Schalkwyk(1998)
4 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Pertimbangkan tempatberlindung kaum
perempuan, tempatpenampungan anak-anak,dan tempat penginapan
bagi perempuan pekerjadalam perencanaan ruang
perkotaan. Untuk jasatransportasi, bangun
kamar kecil yang terpisahdi depot-depot dan
pertimbangkan pelayananbus atau kereta apikhusus untuk kaum
perempuan.
2 Pada Proyek Pembangunan perkotaan di Sulawesi dan Irian Jaya di Indonesia yang didanai oleh Bank Dunia,
perusahaan air minum milik pemerintah daerah, PDAM, dihadapkan pada masalah kesinambungan finansial, utamanyaoleh karena sedikitnya permintaan penyambungan oleh pelanggan. Dua kecamatan di kotapraja Palu di SulawesiTengah dipilih untuk pemasaran percontohan penyambungan air, dengan sebuah subdistrik mentargetkan perempuansebagai pelanggannya, dan lainnya mentargetkan kaum laki-laki. Selama 4 bulan terdapat pemasaran ekstensif melaluipertemuan dengan masyarakat yang diselenggarakan oleh staf pemasaran, distribusi brosur, dan kunjungan darirumah ke rumah. Kampanye pemasaran tersebut yang mentargetkan perempuan menghasilkan sejumlah besarpenyambungan baru (30 dari 450 buah rumah tangga). Ukuran sampel mungkin terlalu sedikit untuk melakukangeneralisasi yang singkat terhadap hasilnya. Namun, kajian ini menunjukkan bahwa strategi pemasaran yangmemfokuskan pada peran kaum perempuan sebagai pelanggan air bersih dapat membantu meningkatkan jumlahpenyambungan. Hal ini disebabkan karena peran utama perempuan sebagai pengelola air rumah tangga. Di lainpihak, hal ini tidaklah benar secara keseluruhan, karena tingkat kekuatan pengambilan keputusan oleh kaumperempuan di dalam rumah tangga sangat bervariasi dalam berbagai masyarakat (Haryatiningsih 1997).
lingkungan. Karena kaum perempuan memikultanggung jawab utama dalam urusan rumah tang-ga, maka dalam pembuatan rumah baru ataudalam perbaikan rumah yang sudah ada,termasuk penerangan dan ventilasi, harusmencerminkan kebutuhan mereka.
Selain itu, berdasarkan pengalaman padabeberapa wilayah, bukti menunjukan bahwamentargetkan perempuan sebagai pelanggan in-dividual dapat lebih meningkatkan jumlahhubungan ke pelayanan penyediaan air dan pem-buangan limbah daripada melalui pendekatan lainyang tidak menargetkan perempuan sebagaipelanggan individual. Hal ini memiliki dampakbesar terhadap strategi pemasaran para penyediajasa, baik sektor publik maupun swasta yangmemiliki masalah-masalah kesinambunganfinansial.
2
Namun, dalam banyak masyarakat, pandangan kaumperempuan tidak terwakili secara sistematis dalam lembaga-lembaga pembuat keputusan. Proyek-proyek UDHmemberikan kesempatan utama untuk mempersempitkesenjangan ini.
Pelajaran 2. Fokus pada gender memiliki efekberganda
Dengan memfokuskan pada gender akan membawa manfaatlebih dari sekedar pelaksanaan proyek UDH yang baik, yangterwujud dalam aspek-aspek seperti: pengadaan yang baik,
5
operasional dan pemeliharaan (O&M), perbaikan biaya, dankesadaran kebersihan. Manfaat-manfaat tersebut termasuk:
• Manfaat ekonomi: Akses yang lebih baik padainfrastruktur perkotaan dan pelayanan memberikan kondisihidup yang lebih baik bagi kaum perempuan,meningkatkan kesehatan dan produktivitas mereka. Selainitu, dengan mengurangi waktu yang digunakan untukmengumpulkan air dan pengelolaan sanitasi memberikanlebih banyak waktu bagi kaum perempuan untukmelakukan kegiatan yang mendatangkan pendapatan,perawatan anggota keluarga, atau kesejahteraan dankesenangan mereka sendiri. Sehingga, ekonomi secarakeseluruhan akan bisa mendapatkan manfaatnya.
• Manfaat bagi anak-anak: Dengan terbebas dari bebanmengumpulkan dan mengelola air, maka anak-anakkhususnya anak gadis dapat bersekolah. Kesehatanmereka pun akan meningkat. Dengan demikian,diperkirakan dampaknya merupakan dampak berkelanjutanantar generasi.
• Pemberdayaan kaum perempuan: Keterlibatan dalamproyek-proyek UDH yang memberdayakan kaumperempuan, terutama apabila aktivitas proyek tersebutterkait dengan kegiatan-kegiatan yang mendatangkanpendapatan dan sumber dayaproduktif seoerti kredit (lihat Kotak 2).
Pelajaran 3. Isu gender bisadiselesaikan dengan lebih baikmelalui pendekatan yang responsifpada kebutuhan-kebutuhan kaummiskin dan mendorong partisipasipara stakeholder.
Baik pendekatan berbasis komunitasmaupun pendekatan sektor swastaberskala besar, fokus pada pengentasankemiskinan dan partisipasi para penerimamanfaat (beneficiaries) menjadi dua kuncilain yang menentukan efektivitas dan
Untuk mempromosikanpartisipasi aktif
perempuan dalampembangunan
perumahan danaktivitas-aktivitas
kelompok yang lain,masukkan pelatihan
manajemen dankepemimpinan untukwanita dalam proyek
6 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
kesinambungan pengelolaan UDH. Proyek UDH harusberfokus pada kaitan antara gender dan kemiskinan denganmengidentifikasi, misalnya, rumah tangga-rumah tanggayang dikepalai kaum perempuan dan kebutuhan rumah tanggatersebut. Hal ini sangat penting dalam pembangunan daerahkumuh, karena banyak rumah tangga di wilayah-wilayahkumuh dikepalai oleh kaum perempuan. Proyek UDH juga harusmemperhatikan berbagai kendala partisipasi kaum perempuandalam desain proyek, konstruksi, operation and mainte-nance (O&M), pelatihan serta monitoring dan evaluasi (M&E).
Untuk menjangkau kaum perempuan, gunakan saluran-saluraninformasi yang dapat diakses oleh mereka, seperti pusat-pusat
kegiatan masyarakat, serikat-serikat dagang, kelompok-kelompokperempuan dan kelompok-kelompok keagamaan. Selain itu, strategi
media harus memperhatikan jenis media dan waktu untuk mengkam-panyekan informasi yang sesuai untuk kelompok target tersebut. Bagi
kaum perempuan, kampanye-kampanye melalui radio, TV, dankampanye-kampanye melalui papan billboard lebih efektif daripadakampanye melalui surat kabar. Iklan-iklan harus diudarakan pada
saat kaum perempuan berada di rumah dan tidak sibuk.
Pelajaran 4. Apabila pendekatan berbasis komunitasrelevan, maka harus digunakan pendekatan adaptif,pembelajaran, dan pendekatan yang berorientasipada proses; oleh karena itu, dialog yang berkesinam-bungan antara otoritas proyek dan kaum perempuandan laki-laki penerima manfaat menjadi penting.
Para penerima manfaat dari proyek ini kemungkinan akanmemiliki rasa memiliki yang lebih kuat apabila proyek memberiwaktu yang cukup, fleksibilitas desain, dan otoritas untukmengambil tindakan-tindakan korektif. Dengan cara ini,mereka akan merasa lebih mudah untuk memasukkanpembelajaran awal mereka dan bernegosiasi dengan para stafproyek serta penyedia jasa. Hal ini terutama benar apabilanorma masyarakat tidak mengharuskan partisipasi kaumperempuan. Oleh karena itu, mekanisme yang memungkinkanadanya interaksi dua arah antara para penerima manfaatdengan penyedia jasa harus dibangun ke dalam proyek.
7
Tiga alat utama yang diguna-kan untuk mengidentifikasi danmenangani isu gender dalamsiklus proyek adalah: analisisgender, desain proyek, dan dia-log kebijakan.
Analisis gender merupakanbagian integral dari KajianSosial Awal/initial socialassesment (ISA) dalam fasepencarian-fakta Bantuan TeknisPersiapan Proyek/project pre-paratory technical assistanec(PPTA) serta Kajian Sosial/ so-cial assesment (SA) selamaimplementasi PPTA. Desainproyek yang peka-genderdidasarkan pada analisis gen-der, dan harus dimasukkan kedalam laporan akhir PPTA dandalam Laporan RekomendasiPresiden/ report and recommendation of the President (RRP).Dialog kebijakan dengan lembaga pelaksana dan lembaga-lemabaga lainnya dalam negara sedang berkembang anggotaADB/Developing Members Countries (DMC) harus merupakanproses yang berkelanjutan, yang berlaku pada semua tahapandalam siklus proyek tersebut. Temuan dan rekomendasi darianalisis gender dalam perencanaan proyek dan umpan balikdari para penerima manfaat, selama implementasi tersebutharus didiskusikan secara cermat untuk menentukan tindakanselanjutnya yang diperlukan.
Pertanyaan-pertanyaanPenting dan Langkah AksiUtama dalam Siklus Proyek
Apabila terdapat rencana untukmelakukan pertemuan konsultasi,
pastikan berkonsultasi baikdengan kaum perempuan maupun
laki-laki. Apabila segregrasigender sudah menjadi norma di
masyarakat tersebut,pertimbangkan untuk melakukanpertemuan terpisah antara kaum
perempuan dengan kaum laki-laki. Hal ini akan memungkinkankaum perempuan untuk meng-ekspresikan pandangan merekadengan lebih terbuka dan suara
mereka menjadi didengar. Dalampertemuan bersama, susunan
tempat duduk harus diperhatikan.
8 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Tabel 1Memperhatikan gender dalam siklus proyek: Action point utama
SIKLUS PROYEK TANGGUNG JAWAB
ISA dalam pencarian-fakta PPTA Pemimpin misi/konsultan
Negosiasi pinjaman
Implementasi
Monitoring dan Evaluasi Manfaat/BenefitMonitoring and Eavaluation (BME)
Pemimpin misi
Departemen Proyek, personel DMC
Departemen Proyek, personel DMC
SA dalam studi kelayakan PPTA Konsultan bekerja sama dengan DivisiPembangunan Sosial, Kantor PembangunanLingkungan dan Sosial / Office of Environtmentand Social Development (SOCD) dan mitradari DMC
Membuat draf serta memfinalisasi RRP danperjanjian pinjaman
Pemimpin misi, SOCD
9
SIKLUS PROYEK
• Identifikasi isu utama mengenai gender dan partisipasi kaum perempuan dankebutuhan informasi lain PPTA.
• Identifikasi peran gender dalam sasaran proyek.• Susun terms of reference (TOR) untuk ilmuwan sosial dan spesialis gender PPTA.
• Lakukan analisis gender sebagai bagian dari SA secara keseluruhan.• Buat profil sosial ekonomi kelompok-kelompok stakeholder dalam populasi sasaran
dan pilah data berdasarkan gender.• Periksa perbedaan-perbedaan gender dalam hal pengetahuan, sikap, praktek, peran,
status, kesejahteraan, kendala, kebutuhan, dan prioritas-prioritasnya, serta faktor-faktoryang mempengaruhi perbedaan-perbedaan tersebut.
• Kaji kapasitas kaum laki-laki dan perempuan untuk berpartisipasi dan faktor-faktoryang mempengaruhi kapasitas tersebut.
• Kaji dampak potensial proyek tersebut terhadap masing-masing kelompok gender dankaji pula berbagai pilihan untuk memaksimalkan manfaat dan meminimumkan dampak-yang merugikan.
• Identifikasi lembaga pemerintah dan organisasi nonpemerintah , organisasi-organisasiberbasis komunitas (community based-organization/CBO), serta kelompok-kelompokperempuan yang dapat dimanfaatkan selama PPTA dan implementasi proyek. Kajikapasitas mereka.
• Tinjau ulang kebijakan-kebijakan dan hukum-hukum yang terkait (misal, hukum waris,kelompok-kelompok pengguna air yang dilindungi hukum), sesuai kebutuhan.
• Identifikasi kesenjangan informasi yang terkait dengan isu-isu di atas.• Libatkan kaum laki-laki dan kaum perempuan dalam pembuatan proyek.•
• Pastikan bahwa masalah gender diperhatikan dalam bidang-bidang yang terkait(termasuk sasaran proyek, ruang lingkup proyek, ukuran kemiskinan dan sosial,perkiraan biaya, pengaturan kelembagaan, apendix kajian sosial, dan TOR konsultanuntuk implementasi dan dukungan M&E).
• Tentukan klasifikasi proyek berdasarkan gender dan sasaran pembangunan.• Buat daftar utama aksi gender yang ada dalam peraturan atau ketentuan hukum untuk
memastikan bahwa tindakan pemerintah DMC atau klien sesuai dengan ketentuanhukum tersebut.
• Buat daftar tindakan-tindakan berdasarkan kondisinya
• Tinjau ulang laporan-laporan perkembangan.• Modifikasi desain proyek, sesuai keperluan.
• Pantau indikator-indikator manfaat yang dipilah berdasarkan gender.• Modifikasi desain proyek, sesuai kebutuhan.
10 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Analisis Gender3
Analisis gender proyek biasanya dilakukan sebagai bagian dariISA atau SA secara keseluruhan. Mungkin bisa diperlukan 1sampai 3 bulan-orang jasa konsultasi untuk melakukan analisisgender dan pembuatan proyek pendahuluan selamapenerapan PPTA, tergantung pada skala dan sifat dasar proyektersebut. Di sini, metodologi yang digunakan harusdiperhatikan. Tindakan-tindakan utama yang akan diambilserta pertanyaan-pertanyaannya yang akan diajukan selamamelakukan analisis tersebut adalah sebagai berikut:
MetodologiDesk Review
! Kaji informasi yang tersedia (misal, statistik, analisiskemiskinan, analisis gender, dokumen-dokumen dariproyek-proyek yang didanai lembaga-lembagasebelumnya) atas jasa/pelayanan UDH di wilayah proyektersebut serta profil ekonomi populasi sasaran.
! Kaji hukum-hukum yang terkait (misal, hukum waris,aturan keluarga, peraturan-peraturan kredit kebijakan(misal, air, pembuangan limbah, atau kebijakan bebassubsidi rumah tangga), serta kerangka kerja kelembagaan(misal, sistem administrasi sekarang untuk pelayananinfrastruktur perkotaan) serta dampak-dampak dari gen-der.
Survei—rumah tangga (untuk mengetahui lebih rinci, lihat “Datayang dikumpulkan”)
! Buat profil sosial-ekonomi yang dipilah berdasar genderdan identifikasi praktek-praktek UDH pada populasisasaran, kendala-kendalanya, kebutuhan-kebutuhannya,dan kesediaannya untuk membayar.
! Kumpulkan informasi kuantitatif.
3 Bagian ini banyak diambil dari Woronluk dan Schalkwyk (1998).
T I PKaji dampak hukum-
hukum dan
peraturan terhadap
gender
11
Metodologi-metodologi partisipatif (misal, penilaianpartisipatif cepat, diskusi kelompok terfokus, wawancara random, turberjalan kaki).
! Kumpulkan informasi kualitatif yang tidak dapatdikumpulkan melalui survei.
! Tentukan cara-cara agar kaum laki-laki dan perempuanpenerima manfaat serta stakeholder lainnya, khususnyakaum perempuan miskin, dapat berpartisipasi dalamproyek tersebut.
! Petakan wilayah-wilayah sasaran. Wilayah mana saja yangpaling tidak diuntungkan dari segi akses ke pelayanan dantingkat kemiskinannya?
! Identifikasi kelompok-kelompok stakeholder utama danbantuan mereka.
Penempatan Staf! Pastikan adanya keseimbangan gender yang memadai
dalam tim-tim lapangan.
! Pilih anggota tim lapangan yang memiliki kesadaran,pengetahuan tentang wilayah setempat, dan pemahamanbudaya serta bersedia mendengarkan.
Data yang harus dikumpulkanKerangka makro kelembagaan
! Dampak gender pada kebijakan sektor dan hukum sertakerangka kelembagaan.
! Kapasitas lembaga pelaksana dan komitmen untukberfokus pada permasalahan dan aspek gender.
Profil sosial-ekonomi
! Demografi
• Komposisi berdasarkan subwilayah, gender, suku ataukasta, usia, dan lain-lain.
• Afiliasi dan perbedaan agama.
T I PPerhatikan apakah
tim-tim lapangan
memiliki
keseimbangan
gender dari segi
anggotanya.
12 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
• Kecenderungan migrasi ke luar dan ke dalam (laki-lakidan perempuan).
• Usia saat menikah, berdasarkan gender.
! Kemiskinan dan pekerjaan
• Tingkat pendapatan rumah tangga dan sumber-sumber individual, berdasarkan gender dan usia.
• Pola pengeluaran keluarga dan pembuatan keputusan,berdasarkan gender.
• Profil kemiskinan (misal, persentase populasi di bawahgaris kemiskinan, distribusi pendapatan, tingkatkemiskinan, sifat-sifat kemiskinan dan sebab-sebabkemiskinan berdasarkan geografi, strategi-strategimenanggulanginya untuk kaum miskin).
• Dimensi-dimensi gender atas kemiskinan (yaknihubungan antara rumah tangga-rumah tanggayang dikepalai kaum perempuan serta tingkatkemiskinan, beban kemiskinan terhadap kaumperempuan).
• Persentase kaum perempuan yang bekerja dalamrumah dan jenis pekerjaan yang dilakukan.
• Persentase kaum perempuan yang dipekerjaan di luarrumah, apabila mungkin, sebuah analisis pengkate-gorian pekerjaan.
• Tingkat pengangguran, berdasarkan gender.
! Penggunaan dan penyewaan tanah
• Profil penyewaan atau pemilikan (distribusi persentasehunian yang dimiliki atau disewa).
• Kelompok-kelompok masyarakat berdasarkanpenyewaan atau kepemilikan, apabila ada (yakniasosiasi penyewa).
• Persentase kaum perempuan yang memiliki hunianatau terdaftar sebagai penyewa tetap.
• Jumlah lahan/lokasi yang diduduki (antara kaum laki-laki dan kaum perempuan).
• Lamanya tinggal di tempat sekarang.
T I PTemukan proporsi
kaum perempuan
yang bekerja dalam
rumah dan mereka
yang bekerja di luar
rumah.
13
! Kesehatan
• Tingkat pertumbuhan populasi
• Tingkat kematian kanak-kanak dan ibu (laki-laki danperempuan).
• Pepelayanan yang tersedia serta cakupan geografis.
• Tingkat kesuburan serta pengambilan keputusan.
• Alokasi makanan dan tingkat gizi di dalam rumahtangga, berdasarkan gender.
• Insiden kekerasan di dalam rumah tangga.
! Pendidikan dan anak-anak
• Tingkat melek-huruf dan pengenyaman pendidikan,berdasarkan gender.
• Rasio putus sekolah, berdasarkan gender.
• Insiden tenaga kerja anak-anak dan anak-anakjalanan, berdasarkan gender.
! Status kaum perempuan
• Banyaknya kekerasan terhadap perempuan (yaknidalam rumah tangga).
• Representasi dan kesadaran politik
• Persepsi-persepsi dan praktek-pratek sosio-kulturalantara laki-laki dan perempuan.
• Kebijakan-kebijakan dan hukum-hukum yangmendiskriminasi berdasarkan gender.
• Akses kaum perempuan pada hukum dan keadilan,khususnya dalam hubungannya dengan kekerasan dantindakan kriminal.
! Peran gender dan tanggung jawabnya.
• Pembagian gender atas tenaga kerja secara luas dalamtanggung jawab produktif (yakni pertanian, dankegiatan-kegiatan lain yang menghasilkan pendapatan)serta tanggung jawab-tanggung jawab reproduktif(yakni tugas-tugas rumah tangga, perawatan anak),dan waktu yang dialokasikan untuk melakukan setiaptanggung jawab itu.
T I PKaji bagaimana
status kaum
perempuan
dipengaruhi oleh
norma-norma
sosio-kultural serta
hukum-hukum yang
mendiskriminasi
berdasarkan gender.
14 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Pengetahuan, sikap, dan praktek-praktek berkenaandengan utilitas dan pepelayanan perkotaan
! Akses formal pada infrastruktur dan pepelayanan UDH(yakni penyediaan air, pengelolaan limbah dan sampah,akses pada jalan atau jalan setapak, listrik, tempatberteduh, lokasi perumahan, fasilitas-fasilitas rekreasi,penerangan publik, transportasi).
• Siapa yang memberikan pelayanan tersebut (yaknipemerintah daerah, organisai non-pemerintah,perusahaan swasta)?
• Berapa banyak persentase rumah tangga yang memilikiakses pada setiap pelayanan tersebut?
• Apakah terdapat perbedaan gender dalam aksestersebut?
! Kualitas pelayanan UDH (untuk setiap jenis pelayanan)
• Apakah layanan-pelayanan tersebut selalu tersedia?
• Adakah perbedaan-perbedaan dalam ketersediaan,kuantitas maupun kualitas pelayanan secara musiman?
• Apakah pelayanan tersebut memuaskan? Bagaimanameningkatkan pelayanan tersebut?
! Biaya dan kesediaan untuk membayar (untuk setiap jenispelayanan).
• Adakah upah untuk setiap layanan?
• Siapa yang membayar tagihan-tagihannya (laki-lakiatau perempuan di dalam rumah tangga) kepada siapa(yakni komite pengguna, pemerintah daerah,perusahaan swasta)?
• Berapa banyak upahnya? Apakah upahnyamemuaskan?
• Apabila pelayanan tersebut ditingkatkan, apakahmasyarakat mau untuk membayar? Seberapa banyakmereka mau membayar?
! Akses swasta, individual atau ilegal.
• Penyediaan air: sumber-sumber air apa saja yangtersedia selain pelayanan-pelayanan formal (pancuran-
T I PTentukan keragaman
pelayanan UDH
yang tersedia dan
identifikasi
perbedaan akses
berdasarkan gender
terhadap pelayanan
tersebut.
15
pancuran umum, sungai-sungai, tangki-tangki, tangkiyang dimiliki pribadi, sumur-sumur umum)? Seberapajauh layanan-pelayanan tersebut? Siapa yangmengumpulkan, mengangkut dan menyimpan air (laki-laki atau perempuan) dan bagaimana hal-hal tersebutdilakukan? Berapa banyak waktu yang digunakanuntuk melakukannya?
• Pembuangan sampah/limbah: Apabila ada, aturan-aturan apa saja yang mengatur pembuangan sampah?Siapa saja yang berperan penting dalam hal ini (laki-laki atau perempuan)?
• Listrik: Adakah akses yang ilegal terhadap listrik?Bagaimana hal itu dilakukan?
• Lokasi tempat berteduh dan perumahan: Adalahlokasi yang diduduki secara tidak sah? Berapa lamamereka mendudukinya?
! Pembagian gender atas tenaga kerja dalam pengelolaanUDH.
• Siapa yang berperan utama dalam rumah tangga (laki-laki atau perempuan) dalam mengelola fasilitas-fasilitasUDH?
• Siapa dalam rumah tangga (laki-laki atau perempuan)yang menentukan penggunaan dan pengalokasian air,listrik dan tempat perlindungan?
Pengetahuan, sikap dan praktek sanitasi danlingkungan.
! Pendidikan kebersihan dan lingkungan: Apakah isu-isumengenai kebersihan dan lingkungan diajarkan di dalamkeluarga, di sekolah, atau di dalam masyarakat? Adakahkampanye-kampanye untuk pemberitahuan? Seberapapaham kaum laki-laki dan kaum perempuan memahamipesan-pesan yang disampaikan?
! Aturan-aturan sanitasi
• Apa saja aturan-aturan saniter/kakus untuk laki-lakidan perempuan?
T I PFind out how UDH
management
responsibilities are
shared among
women and men
16 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
• Bagaimana menjamin adanya privasi? Apakah tabumenggunakan kakus bersama-sama di antara laki-lakidan perempuan, dan di antara anggota keluarga?
! Pemeliharaan sampah (padat) dan limbah cair
• Bagaimana sampah (padat) dikumpulkan dan dibuang?Oleh siapa?
• Apakah buangan tersebut didaur ulang? Apabila ya,siapa yang mengumpulkan sampah-sampah tersebut(yakni masyarakat, perusahaan-perusahaan kecil danmenengah untuk mendaur ulang)
Kendala terhadap akses dan pengendalian/kontrol (isu-isu yang bukan UDH)
! Akses pada sumber daya-sumber daya atau layanan-pelayanan produktif.
• Bagaimana perbedaan laki-laki dan perempuan dalammengakses kesempatan kerja dan kesempatan men-dapatkan pendapatan, kredit, serta terhadap pasar?
• Apakah disediakan pula bantuan eksternal untukmeningkatkan akses atau kontrol? Oleh siapa hal itudilakukan?
! Ketersediaan dan akses pada layanan-pelayanan sosial(yakni kesehatan dan higiene, program melek-huruf):apakah tersedia bantuan eksternal?
Kebutuhan, prioritas, dan harapan
! Kebutuhan-kebutuhan: Apakah praktek dan kendala saatini menciptakan perbedaan kebutuhan bagi laki-laki,perempuan dan orang-orang tua serta anak-anaksehubungan dengan pembuatan dan lokasi fasilitas-fasilitasdan pelayanan UDH? Apa saja kebutuhan-kebutuhantersebut dan apa saja alasan-alasan yang mendasariperbedaan-perbedaan tersebut?
! Prioritas: Bagaimana perbedaan perempuan dan laki-lakidalam hal prioritas yang mereka tetapkan di antaraberbagai macam pelayanan UDH? Apa alasan yangmendasari perbedaan-perbedaan tersebut?
T I PGali berbagai
prioritas untuk kaum
laki-laki dan kaum
perempuan.
17
! Harapan dari proyek, berdasarkan gender? Apa sajaperbedaan perempuan dan laki-laki dalam hal harapan-harapan dalam hal berikut:• Partisipasi dalam perencanaan, pembuatan,
penyusunan dan pemantauan serta evaluasi (M&E)selanjutnya.
• Peluang-peluang kerja dalam pekerjaan sipil,pengumpulan sampah atau dalam perusahaan daurulang, pembuatan bahan-bahan bangunan, di kantor-kantor yang terkait dengan proyek, dan sebagainya.Bagaimana pembagian tenaga kerja antara laki-laki danperempuan dalam kegiatan-kegiatan tersebut?
• Kredit untuk pengembangan rumah dan untukperusahaan-perusahaan ukuran kecil dan sedang sertakegiatan-kegiatan yang mendatangkan pendapatan.
! Kesediaan memberikan kontribusi, berdasarkan gender.Bagaimana perbedaan perempuan dan laki-laki dalam halkesediaan mereka memberikan kontribusi sebagai berikut:• Tenaga kerja dalam konstruksi, tata buku, inventori
pengadaan, persiapan makanan, perawatan periodik,dan sebagainya.
• Memberikan sejengkal tanah, ruang, bahan-bahanbangunan lokal/setempat.
Dampak proyek! Dampak yang dipilah berdasarkan gender
• Apa saja dampak-dampak positif dan negatif dari proyektersebut? Apa beda dampak proyek tersebut pada laki-laki dan perempuan? Sebagai contoh, apakah sangatmungkin bahwa peraturan-peraturan per wilayahmemberikan dampak negatif terhadap kaum perempuanyang menjalankan usaha di rumah-rumah mereka?
• Apakah manfaat-manfaat yang diberikan tersebarsecara merata antara laki-laki dan perempuan?
• Bagaimana mengurangi dampak-dampak negatiftersebut?
! Kelompok-kelompok yang dirugikan atau kelompok-kelompok yang rentan.
• Adakah kelompok-kelompok yang dirugikan atau yangrentan?
T I PTentukan bagaimana
dampak proyek
tersebut terhadap
kaum perempuan
dan kaum laki-laki,
dan temukan cara-
cara untuk
mengurangi
dampak-dampak
negatifnya.
18 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
• Siapa mereka? Di mana mereka tinggal? Bagaimanakarakter-karakter sosial-ekonomi mereka?
• Bagaimana proyek tersebut berdampak padakelompok-kelompok ini?
! Akuisisi tanah/pemukiman kembali
• Adakah akuisisi tanah atau pemukiman kembali yangdiharapkan? Seberapa jauh?
• Apa saja dampak spesifik terhadap kaum perempuandan laki-laki?
• Apakah kaum perempuan dan laki-laki memiliki prefe-rensi yang berbeda berkenaan dengan lahan pemu-kiman kembali serta perumahan dan desain fasilitas?
• Apakah diperlukan dukungan tambahan untuk kaumperempuan kepala keluarga?
Lingkungan tempat tinggal/masyarakat
! Sifat dasar masyarakat
• Adakah masyarakat yang sangat rukun di dalam ling-kungan tempat tinggal? Apakah dasar organisasinya?
• Berapa tuakah usia masyarakat tersebut?
• Apakah kaum laki-laki dan kaum perempuan sebagaipihak-pihak yang akan mendapatkan manfaat dariproyek ini yakin bahwa pendekatan berbasis masya-rakat tersebut sesuai untuk menyampaikan layanan-pelayanan UDH yang spesifik? Mengapa demikian?
! Konflik-konflik antarmasyarakat atas penggunaanpelayanan UDH.
• Adakah konflik-konflik atas distribusi penggunaanutilitas (yakni distribusi air) atau alokasi tanggungjawab untuk pengelolaan utilitas di dalam masyarakat(yakni tanggung jawab pengumpulan sampah)?Apabila ya, apakah konflik-konflik tersebut berdasarkanatas perbedaan gender, tingkat pendapatan, suku ataukasta, dan sebagainya? Bagaimana penyelesaianterhadap konflik tersebut? Apakah kaum perempuanterlibat dalam penyelesaian konflik tersebut?
T I PTentukan harapan-
harapan dari pihak-
pihak yang akan
mendapatkan
manfaat dari proyek
ini, tentang
partisipasi proyek,
peluang-peluang
kerja, dan fasilitas-
fasilitas kredit.
19
Partisipasi
! Faktor-faktor yang berpengaruh pada partisipasi• Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi
kaum laki-laki dan kaum perempuan?• Apa saja insentif-insentif dan kendala-kendalanya?
! Cara-cara: cara-cara partisipasi seperti apa dalamkegiatan proyek yang disukai kaum laki-laki dan kaumperempuan (partisipasi dalam keputusan-keputusanperencanaan atau dalam pembuatan infrastruktur,kontribusi uang tunai, kontribusi tenagakerja untuk konstruksi, pelatihan,operasi dan pemeliharaan, pengelolaankeuangan, pengelolaan organisasi)?Mengapa?
! Organisasi-organisasi berbasis komu-nitas (CBO) dan organisasi-organisasinon-pemerintah• Apakah terdapat organisasi berbasis
komunitas, baik formal maupun in-formal, seperti asosiasi-asosiasipenyewa, asosiasi-asosiasi pemilikproperti, kelompok-kelompok peng-guna air, atau kelompok-kelompoklingkungan tempat tinggal yangmengelola sampah? Apa saja peran-peran mereka sertatanggung jawab-tanggung jawab mereka? Apakahmereka cocok untuk kegiatan-kegiatan proyek tersebut?
• Apakah kaum perempuan cukup terwakili dalamkelompok-kelompok tersebut?
• Apakah terdapat organisasi nonpemerintah interna-sional atau nasional yang mendukung pengentasankemiskinan serta gagasan-gagasan mengenai gender?Bagaimana proyek tersebut dapat dikaitkan denganmisi mereka?
• Mekanisme-mekanisme apa yang dapat digunakanuntuk meyakinkan adanya partisipasi aktif kaumperempuan dalam kegiatan-kegiatan proyek tersebut?
• Organisasi-organisasi mana yang dapat digunakanuntuk menggerakkan dan melatih kaum perempuandalam kegiatan-kegiatan proyek tersebut?
Apabila dimungkinkan,pertimbangkan adanya
penyediaan kesempatankerja dan peluang yang
mendatangkan pendapatanbagi kaum perempuan
untuk mendorong merekaberpartisipasi (lihat Kotak3). Kejar adanya kebijakanatas upah yang sama untukkerja yang sama bagi kaumperempuan dan kaum laki-laki dalam seluruh kontrak.
20 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Desain proyekKomponen spesifik4
Desain infrastruktur (misalnya, pasokan air, pengelolaansampah, kesehatan, transportasi, fasilitas listrik, danperumahan atau penampungan)
! Secara aktif melibatkan penerima bantuan perempuan danlaki-laki dalam menentukan jumlah, lokasi, dan jenisfasilitas kota dan layanannya, dan melibatkan berbagaipilihan mereka misalnya, bila relevan untuk:
• Mempertimbangkan sistem penerangan publik yangberbiaya efektif dan jalan yang lebih aman bagi anakperempuan dan kaum perempuan di malam hari.
• Mempertimbangkan ruang publik yang mudah diaksesbagi kaum perempuan dan kaum laki-laki.
• Bila transportasi publik menjadi bagian daripembangunan kota, pertimbangkan titik akses danjadwal yang mudah dimengerti oleh kaum perempuan.Dimana penyatuan menjadi norma, pertimbangkansarana transportasi khusus kaum perempuan.
• Bila pembagian adalah norma, pertimbangkan untukmembuat ruang terpisah antara kaum laki-laki dankaum perempuan (misalnya, gerbong khusus dalamkereta api, bis khusus kaum perempuan, ruang toiletperempuan di terminal bis atau stasiun kereta api)(lihat kotak 1).
• Bila ada kebutuhan yang mereka hadapi, pertim-bangkan pembangunan penampungan untuk kaumperempuan dan anak-anak yang membutuhkan(misalnya, rumah singgah untuk anak perempuan yangdiperdagangkan, barak untuk anak-anak jalanan), atau
T I PSecara aktif libatkan
kaum perempuan
dalam desain
perumahan dan
penentuan lokasi;
hindari desain
perumahan yang
membuat kerja
domestik kaum
perempuan lebih
membebani
4Bagian ini diambil dari tulisan Woroniuk dan Schalkwyk (1998), the Habitat II Website
(http://www.cedar.ac.at/habitat/gender/gender.html), dan berbagai dokumen proyek ADB.
T I PPertimbangkan
transportasi khusus
perempuan
21
rumah bagi kaum perempuan yang bekerja. Fasilitasseperti itu bisa dijalankan oleh lembaga swasta atauoleh LSM.
• Pertimbangkan lokasi fasilitas perkotaan (misalnya,kran air, fasilitas air) yang mudah diakses oleh kaumperempuan.
! Libatkan laki-laki dan perempuan penerima bantuan dalammenentukan desain perumahan dan lokasi sertamenyatakan pilihan yang beragam. Misalnya:
• Hindari desain perumahan yang hanya menambahpekerjaan domestik perempuan (misalnya, lantaitanah, terlalu disesaki bermacam-macam fungsi).
• Pertimbangkan desain perumahan yang memberiruang lapang bagi kaum perempuan dan fasilitasnya,seperti ruang untuk bekerja, fasilitas penyimpanan,dan pencahayaan, untuk kegiatan yang ditujukanuntuk mencari pendapatan di rumah (lihat kotak 2).Syarat ruangan mungkin perlu dipertimbangkan dalamproses ini.
• Pertimbangkan untuk menyediakan peralatan listrik didapur dalam rumah murah sebagai antisipasipenggunaan peralatan listrik ke depannya (ini mungkinmembuat keluarga yang bersangkutan menabung uanguntuk membeli peralatan dari tabungan kerja).
• Buat desain rencana rumah yang bisa dengan mudahdiperluas ketika pendapatan keluarga meningkat.
• Pertimbangkan lokasi perumahan dimana kaumperempuan mempunyai akses lebih baik atas air,fasilitas kesehatan, transportasi, dan keamanan.
! Gunakan teknologi yang layak demi kebutuhan kaumperempuan dan kaum laki-laki dan kapabilitas manajemen(misalnya, pasokan air, sarana kesehatan, sistempembuangan limbah) dan juga bahan lokal, tradisi, danlingkungan.
T I PKaum perempuan
mungkin mempunyai
jadwal yang berbeda
dibandingkan
dengan kaum laki-
laki: mereka
mungkin
menggunakan
layanan transportasi
publik pada waktu
yang berbeda-beda
dan mengambil rute
yang berbeda.
Pertimbangkan
kebutuhan kaum
perempuan sebagai
konsumen.
22 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Menangani kebutuhan-kebutuhan kaumperempuan atas pasar dan tempat berlindung.
Proyek Infrastruktur Pedesaan Ketiga (ThirdRural Infrastructure Development Project) diBangladesh merupakan contoh yang baiktentang bagaimana desain-desain infra-struktur fisik dapat menangani kebutuhan-kebutuhan khusus kaum perempuan sertapartisipasi mereka. Proyek tersebutmelibatkan peningkatan infrastrukturdi kota-kota kecil serta wilayah-wilayah pedesaan yang mencakupjalan-jalan besar pengumpan,jembatan-jembatan dan urung-urungdi sepanjang jalan-jalan besarpedesaan, tempat-tempat perlindunganterhadap banjir yang mendadak, dan pasar-pasar serta fasilitas-fasilitas berlabuh kapaldi pusat-pusat pertumbuhan.
Di antara sekian banyak segi khusus-genderpada desain proyek tersebut, 2 aspek berikutini harus disoroti, sebagai berikut:
Sudut-sudut tertentu untuk kaumperempuan di pasar-pasar pusatpertumbuhan
Proyek tersebut mendukung pembuatansudut-sudut tertentu untuk kaum perempuansebanyak 279 buah untuk memajukan usaha-usaha kaum perempuan pedagang. Lokasi-lokasi khusus untuk sudut-sudut tertentutersebut di setiap pasar ditentukan oleh kaumperempuan sendiri dengan mengadakankonsultasi bersama para otoritas proyek.Fasilitas-fasilitas WC umum serta air untukkaum perempuan telah dibangun. Kriteriaseleksi serta peraturan-peraturan untuk kaum
perempuan pedagang yang memenuhi syaratuntuk menggunakan ruang yang telahdikembangkan. Kriteria itu memastikan bahwakaum laki-laki tidak mengatasnamakan kaumperempuan untuk mendapatkan ruangtambahan pada sudut-sudut tertentu untukkaum perempuan tersebut.
Dengan bantuan organisasi-organisasinonpemerintah perempuan, kaum perem-
puan penjual telah dilatih dalammanajemen toko, perijinan dagang,pajak serta toll, dan pengoperasianserta perawatan fasilitas-fasilitastersebut. Lebih jauh, untuk memas-tikan bahwa terdapat cukup
permintaan untuk pelayanan sudut-suduttertentu untuk kaum perempuan tersebut,kegiatan-kegiatan motivasional yangditujukan untuk para kaum perempuan danpara gadis sebagai konsumen sedangdilakukan untuk mendorong mereka agarmenggunakan sudut-sudut tertentu untukkaum perempuan tersebut.
Ruang untuk kaum perempuan padatempat-tempat perlindungan daribanjir yang mendadak
Perempuan telah berpartisipasi dalampemilihan lahan dan pembuatan tempat-tempat perlindungan. Desain tempat-tempatperlindungan tersebut memperhatikankebutuhan-kebutuhan yang teridentifikasiuntuk ruang-ruang pribadi serta toilet-toiletuntuk kaum perempuan dan untuk fasilitas-fasilitas perawatan medis darurat sertalayanan-pelayanan yang ditujukan untukkaum perempuan yang sedang mengandung.
Kotak 1Proyek Pembangunan Infrastruktur Pedesaan Ketiga diBangladesh, tahun 1997:
STUDIKASUS
23
Waktu operasional UDH! Sedapat mungkin, pertimbangkan kebutuhan-kebutuhan
kaum perempuan dalam menentukan waktu pelayanandan frekuensi layanan-pelayanan perkotaan (yakni waktudan frekuensi penyediaan air, pengumpulan limbah padat/sampah, layanan-pelayanan bus dan kereta api).
Mekanisme pendanaan dan kredit (lihat kotak 2)! Pertimbangkan untuk memberikan bantuan finansial
melalui bantuan pemerintah, sektor swasta serta institusi-institusi keuangan LSM yang dapat mencapai kaum miskinperempuan dan kaum miskin laki-laki.
! Apabila pendekatan berbasis komunitas digunakan, beriperhatian terhadap kekuatan kaum perempuan untukmenggerakkan tabungan serta sumber daya-sumber daya.
! Lakukan berbagai konsultasi untuk memastikan adanyapertimbangan terhadap preferensi-preferensi laki-laki danperempuan dalam hal:• Pengaturan pendanaan (biaya pengguna, uang tunai
atau diganti dengan kontribusi tenaga kerja).• Perlakuan preferensi yang mungkin bisa dilakukan bagi
keluarga-keluarga sangat miskin, keluarga yangdikepalai kaum perempuan, serta keluarga lain yangtidak beruntung.
• Kemungkinan berhubungan dengan kredit atau dana-dana berputar masyarakat untuk UDH (lihat kotak 2).Jadwal pembayaran kembali dalam peraturan kreditseperti itu sebaiknya tetap mempertimbangkan polapendapatan yang tidak teratur pada sektor informalperkotaan.
! Pertimbangkan untuk bisa menggunakan barang pribadi(yakni, lisensi-lisensi penjual) untuk memenuhi persyaratanjaminan.
Mekanisme partisipasi kaum perempuan (lihat kotak 3)! Kembangkan strategi partisipasi yang langsung menangani
partisipasi kaum perempuan dalam implementasi danpemantauan serta evaluasi proyek. Hindari harapan-harapan yang terlampau tinggi atas partisipasi kaumperempuan dan mengembangkan jadwal praktis,mengingat kaum perempuan sering kali memiliki kendalawaktu dan keuangan. Strategi-strategi tersebut mencakup:
24 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Kotak 2Bantuan kepada lembaga-lembaga pembiayaan berbasis-komunitas dan organisasi-organiasi nonpemerintah di India:Memenuhi permintaan kaum perempuan miskin atas tempatperlindungan yang layak
India memiliki kekuranganfasilitas perumahan yangsangat parah: di dalamsektor perkotaan saja,perbedaan antara permin-
taan dan penyediaan berjumlah 17 juta unit.Tempat-tempat kumuh yang lazim ada dikebanyakan kota di India menunjukkan faktatersebut. Para penghuni daerah kumuhtersebut meningkat jumlahnya sekitar 9%-10% setiap tahunnya. Kaum perempuan dananak-anak paling banyak terkena dampakkeadaan penghidupan yang parah ini sepertikekurangan tempat perlindungan danlayanan-layanan dasar. Sebagai jawabannya,pemerintah telah mendorong pembuatanlembaga-lembaga pembiayaan perumahanberorientasi pasar/housing financing institu-tion (HFI) dan lembaga keuangan berbasismasyarakat/ community-based finance insti-tutions (CFI) yang mendasarkan padakemiskinan. Terdapat juga perusahaan-perusahaan pembiayaan perumahan swasta,yang targetnya adalah rumah tanggadengan pendapatan menengah. Lebih lanjutlagi, organisasi non-pemerintah (ornop) danorganisasi masyarakat (ormas) terkadangmembantu masyarakat berpendapatanrendah dalam mengorganisir masyarakat-masyarakat yang senang berhemat danberpiutang untuk memberikan dana bagikaum miskin, biasanya kaum perempuan.
Proyek Pendanaan Perumahan di India(1997) mendukung seluruh saluran penda-naan perumahan yang beraneka ragam ini.Hal ini telah dicoba, untuk memajukanpinjaman yang sedang berjalan oleh paraHFI, terhadap lebih banyak target CFIberbasis masyarakat dan ditujukan kepada
kaum miskin serta ornop-ornop/ormas-ormas. Pendekatan inovatif lainnya adalahyang disebut dengan “jaringan daerahkumuh” di mana usaha bersama terhadapperbaikan daerah kumuh dibuat olehpemerintah, industri-industri swasta yangbertanggung jawab atas manajemenlingkungan di dalam masyarakat, sertaornop-ornop/ormas-ormas.
Sebagai contoh, di Ahmedabad, PerusahaanKotapraja Ahmedabad (AMC) yang dibantuoleh pemerintah, industri-industri swasta yangdekat (seperti perusahaan penggilingan), danmasyarakat-masyarakat yang dilayani olehornop-ornop /ormas-ormas seluruhnyamenyebabkan timbulnya biaya-biaya. Wilayah-wilayah kumuh terbagi dalam kelompok-kelompok paket yang nyaman, dan konsor-sium-konsorsium industri yang terkenal sertaornop diminta untuk memberikan tawaranpekerjaan-pekerjaan atas nama masyarakat-masyarakat di dalam kerangka kerja desainyang dibuat oleh AMC. Masyarakat wilayahkumuh diwakili oleh komite-komite lingkungantempat tinggal atau ornop/ormas-ormas ataukeduanya. Sebelum sebuah wilayah kumuhdapat memenuhi syarat untuk dilakukanperbaikan, setiap keluarga harus menyum-bang sebesar 2.100 rupee. Apabila rumahtangga tersebut tidak memiliki cukuptabungan, dapat disediakan hutang dari ornoppendanaan seperti Bank Self-employeedWomen Association (SEWA) dan Friends ofwomen’s banking. Sebagai agen masyarakatdari lembaga-lembaga pembiayaan mikrotersebut, kaum perempuan dari rumah tanggaberpendapatan rendah memainkan perananpenting dalam memobilisasi sumber daya darirumah tangga perorangan.
STUDIKASUS
25
• Penataan organisasional: Apabila relevan (terutamaapabila mengadopsi pendekatan berbasis-komunitas),pertimbangkan untuk mengorganisir kaum perempuanke dalam kelompok-kelompok lingkungan tempattinggalnya untuk meningkatkan kekuatan tawar-menawar serta keterampilan kepemimpinan. Apabilakelompok-kelompok yang diinginkan adalah kelompokcampuran antara anggota laki-laki dan perempuan,maka pertimbangkan untuk menetapkan kuota untukkaum perempuan dalam komite-komite eksekutif padakelompok-kelompok tersebut.
• Peraturan kelompok: Apabila kelompok masyarakatformal diorganisir, tentukan secara jelas peraturan dantanggung jawab-tanggung jawab para anggota. Buatmekanisme untuk menangani keluhan gunamenyelesaikan konflik-konflik yang berhubungandengan hak dan tanggung jawab pengguna.
• Konstruksi: pastikan bahwa kondisi kerja bersifatkondusif bagi partisipasi kaum perempuan (tingkat gajiyang setara-gender, musim pembuatan konstruksi,fasilitas-fasilitas toilet dan perawatan anak-anak).
• Pemeliharaan fasilitas-fasilitas: Pastikan bahwa kaumperempuan maupun laki-laki sama-sama dilatih dalammengoperasikan dan memelihara (operational & main-tenance/O&M) fasilitas-fasilitas.
• Sanitasi dan kebersihan: Manfaatkan kaum perempuansebagai agen aktif, namun pastikan juga untukmelibatkan suami serta laki-laki pemimpin.
• Monitoring dan evaluasi (M&E): Kembangkanmekanisme umpan balik dimana kaum perempuan danlaki-laki yang akan mendapatkan manfaat proyektersebut memiliki hak suara.
• Organisasi non-pemerintah/organisasi berbasis-komunitas kaum perempuan: Identifikasi organisasi-organisasi yang memajukan partisipasi kaumperempuan selama implementasi dan pemantauanserta evaluasi.
Ketenagakerjaan
! Pastikan adanya kesempatan kerja yang sama pada proyektersebut baik untuk laki-laki maupun perempuan(konstruksi, manufaktur bahan-bahan bangunan,
T I PPertimbangkan
untuk memastikan
target-target
partisipasi kaum
perempuan dalam
komite-komite
eksekutif;
memberikan
pelatihan
kepemimpinan bagi
kaum perempuan
26 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
pengumpulan sampah skala kecil maupun menengah,perdagangan, atau perusahaan-perusahaan pendaurulang).
! Pastikan kaum perempuan dan laki-laki yang menjalankanusahanya di dalam rumah tidak dirugikan oleh peraturan-peraturan perwilayahan.
! Sedapat mungkin, pertimbangkan untuk menempatkanpengembangan-pengembangan perumahan yang baruagar dekat dengan pasar-pasar atau pusat-pusatmanufaktur atau kedua fasilitas tersebut, untuk mem-berikan kesempatan-kesempatan bekerja yang lebihbanyak bagi kaum laki-laki maupun perempuan.
Pertimbangan-pertimbangan pemenuhan syarat untukmenjalankan program perumahan
! Buat kriteria yang tidak mendiskriminasi laki-laki maupunperempuan dengan pekerjaan-pekerjaan yang kurangstabil. Sebaliknya, kaum perempuan, yang biasanya tidakterwakili dalam sektor pekerjaan formal, akan terkenadampaknya secara tidak proporsional. Pertimbangkanadanya perhitungan-perhitungan pendapatan yangfleksibel, seperti memasukkan pendapatan-pendapatantidak tentu dari setiap anggota keluarga mereka daripadahanya dari pendapatan stabil setiap kepala rumah tangga.Harus dipertimbangkan pula sebuah alternatif untukmenyediakan perumahan bagi mereka yang berpen-dapatan rendah.
! Pastikan bahwa rumah tangga-rumah tangga yangdikepalai kaum perempuan termasuk memenuhi syaratuntuk menerima manfaat proyek.
! Pertimbangkan adanya kriteria pemenuhan syarat yanglebih disukai bagi kaum miskin, kaum yang belumberuntung/dirugikan, serta rumah tangga-rumah tanggayang dikepalai kaum perempuan. Apabila dimungkinkan,pertimbangkan adanya kuota bagi mereka.
! Minimumkan pekerjaan di atas kertas serta prosedur-prosedur birokratis untuk mendorong kaum perempuandan laki-laki yang tidak berpendidikan atau buta huruf,untuk mengajukan lamaran.
27
Pertimbangan lamanya masa tinggal (lihat juga kotak 3)! Dorong kaum perempuan maupun laki-laki untuk men-
dapatkan kepemilikan maupun penyewaan yang aman.Selain itu, apabila hak kepemilikan maupun hak tingalhabis, akan dilakukan perpanjangan secara otomatis. Ditempat-tempat di mana kaum wanita bisa mengoperasikanusaha kecilnya dan menghasilkan pendapatan, adakecenderunganuntuk memperluas pembangunan rumah.
! Ketika sebuah proyek perumahan direncanakan di daerahpinggiran kota, daripada merelokasikan seluruh rumahtangga kaum miskin ke lahan baru, pertimbangkan agar
Proyek Pendanaan Peru-mahan yang telah disebut-kan pada Kotak 2 jugamemberikan kesempatan-kesempatan untuk menda-
tangkan pendapatan bagi kaum perempuandan laki-laki berpendapatan rendah. Haltersebut memiliki 2 pendekatan sampaidengan akhir. Pendekatan “workshed-cum-shelter” mendukung kaum miskin, yangutamanya perempuan, yang melakukanpekerjaan kerajinan tangan di rumah.Masyarakat penenun dengan tangan ataumasyarakat perajin tangan atau perusahaan-perusahaan yang dipilih oleh negaramemberikan dana-dana yang disubsidi untuktempat-tempat berlindung atau bekerjabagi anggota kaum perempuan/laki-laki.Pemerintah nasional memberikan tanahuntuk tempat-tempat perlindungan ataubekerja. Untuk menghindari penjualan ataupenyewaan tanah yang telah diberikantersebut kepada pihak ketiga, proyekmemberikan sebuah tempat, paling tidak10 tahun, yang memberikan cukup waktubagi para penghuni wilayah kumuh untukmencari perumahan dan pekerjaan yanglebih baik.
Kotak 3Proyek Pendanaan Perumahan di India, tahun 1997: Mendukung KaumPerempuan Pekerja Rumahan melalui Perbaikan Tempat-tempatPerlindungan dan Pengurangan Tingkat Kemiskinan Terintegrasi
Pendekatan lainnya adalah “productivity-cum-shelter”, dimana dana-dana disediakanlangsung untuk kaum perempuan berpenda-patan rendah untuk membangun kegiatan-kegiatan yang mendatangkan pendapatan diluar rumah mereka. Sebagaimana disebutkandalam Kotak 2, institusi-institusi pendanaanberbasis masyarakat yang inovatif sepertiBank Self-employeed Women Association(SEWA) agar memberikan pinjaman untukmendatangkan pendapatan. Hal ini khusus-nya penting bagi kaum perempuan karenakeluarga jarang memiliki harta atas namaperempuan dalam anggota keluarga. Dengandemikian, penciptaan aset-aset seperti toko-toko, kereta-kereta, tanah-tanah, ataurumah-rumah atas nama perempuan sangatpenting dalam memberdayakan merekaseperti akuisisi modal, rekening-rekeningbank, saham-saham, dan sertifikat-sertifikatsimpanan. Pendekatan “productivity-cum-shelter” ini pun mendukung pembentukankapasitas para peminjam melalui pelatihanpengembangan, bantuan dalam mengiden-tifikasi sumber bahan mentah, pengadaanalat-alat dan perlengkapan agar lebih baik,dan bantuan dalam membangun hubungandengan pasar.
STUDIKASUS
28 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
sebagian dari mereka tetap tinggal di lahan denganmemberi tanah hibah (direkomendasikan atas namabersama suami dan istri) dan menyediakan tempatberlindung yang aman dan memperluas pelayanan ketempat tersebut. Dengan demikian kaum miskin dapatkembali menduduki tanah di pusat kota dimana merekabiasanya tinggal dan memiliki sebuah sumber matapencaharian.
Penyebaran informasi dan strategi pemasaran (lihat jugacatatan kaki 2)
! Arahkan pesan-pesan mengenai kebersihan lingkunganlangsung kepada kelompok gender yang relevan,berdasarkan pembagian tenaga kerja berdasarkan gender.Sebagai contoh, apabila kaum perempuan bertanggungjawab membuang sampah padat, kampanye-kampanyeinformasi harus diarahkan langsung kepada mereka, danagar berhasil, harus dikembangkan sebuah strategikomunikasi khusus.
! Apabila kaum perempuan merupakan target informasi ataukampanye-kampanye pemasaran, pertimbangkan untukmenyewa pejabat-pejabat perempuan untuk memperolehinformasi agar berhasil dengan efektif.
! Mempertimbangkan untuk mengajak organisasi non-pemerintah/organisasi komunitas perempuan untukmenyebarkan informasi dan memasarkan perusahaan-perusahaan pemasaran.
Pertimbangan pelatihan! Apabila dimungkinkan, pertimbangkan untuk mengadakan
pelatihan dalam ketrampilan-ketrampilan yang bisadipasarkan (yang laku) yang terkait dengan pembangunanpembangunan proyek (misalnya menyusun batu bata,pertukangan kayu, pengelasan, pertukangan batu, danlain-lain) untuk memberi kesempatan-kesempatan merekamendapatkan pendapatan tambahan.
! Apabila dimungkinkan, pertimbangkan untuk menyediakanbeasiswa untuk mendorong kelompok-kelompok miskinberpartisipasi dalam pelatihan.
T I PJika tidak mungkin
menyediakan
pelayanan
penyediaan air
perkotaan selama
24 jam, hindari
memberikan
penyediaan air di
waktu malam hari,
yakni ketika kaum
perempuan sering
menjadi sasaran
penyerangan pada
saat mereka
mengambil air dari
keran-keran umum.
29
! Untuk pembangunan perumahan, pertimbangkan untukmemberikan pelatihan pada kaum perempuan dan laki-laki dalam bidang hukum mengenai hukum-hukum danperaturan tanah dan properti.
! Berikan pelatihan kesadaran-gender kepada seluruh stafproyek baik perempuan maupun laki-laki.
! Latih para pejabat lembaga pelaksana serta staf proyekdalam M&E yang peka-gender.
! Pertimbangkan untuk bekerjasama dengan erat denganLSM-LSM/ormas-ormas dalam melatih para peserta yangakan mendapatkan manfaat dari proyek tersebut.
Kerangka Kerja ProyekKeseluruhanSasaran
! Pastikan bahwa tujuan sektor dan proyek berfokus padapengentasan kemiskinan, pengembangan manusia, dankesetaraan gender.
Pendekatan! Apabila tidak terdapat cukup pengalaman dalam UDH yang
peka-gender, lakukan eksplorasi pendekatan proyekpercontohan,.
! Tentukan tingkat kepraktisan cakupan wilayah proyek,berdasar kapasitas lembaga pelaksana dan peserta-pesertamasyarakat yang telah dinilai.
Pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan kaumperempuan
! Identifikasi cara-cara untuk menghubungkan dengankegiatan-kegiatan yang mendatangkan pendapatan,kegiatan melek-huruf dan kegiatan-kegiatan lain untukmendukung sebuah pendekatan terintegrasi terhadappenurunan tingkat kemiskinan dan pemberdayaan kaumperempuan (berhubungan dengan proyek-proyek yangsedang berjalan atau proyek-proyek kredit mikro padamasa mendatang, penyebaran informasi atau layanan-pelayanan yang tersedia, sebagai komponen proyek).
T I PTo reach women
more effectively,
consider hiring
female information
officers
30 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Proyek PengembanganPerkotaan dan PengelolaanLingkungan Pantai Karnata-ka di India, yang merupakansebuah proyek perkotaan
yang menyeluruh di India, melakukan tindakannyata untuk memajukan partisipasi kaumperempuan dan memerangi kemiskinan di manakaum perempuan memikul beban yang tidakproporsional.
Proyek ini akan menginvestasikan dalaminfrastruktur perkotaan dan layanan-layananyang diperlukan untuk memenuhi kebutuhandasar manusia dan memfasilitasi pembaruan-pembaruan kebijakan untuk memperkuatpengelolaan perkotaan di sepuluh kota diKarnataka Barat. Proyek tersebut memiliki enamkomponen: (i) membangun kapasitas untuk stafpemerintah daerah dan partisipasi masyarakatmelalui program kesadaran dan partisipasimasyarakat/ community awareness and partici-pation program (CAPP); (ii) rehabilitasi danperluasan penyediaan air; (iii) perbaikan-perbaikan lingkungan perkotaan melaluipengelolaan limbah, drainase air bah, danpengelolaan sampah padat; (iv) perbaikan jalandan jembatan; (v) pengelolaan lingkunganpantai; dan (vi) pengelolaan proyek dandukungan logistik.
Penilaian sosial mengidentifikasi bahwa kaumperempuan dan anak-anak khususnya sangatdirugikan oleh keadaan penghidupan yangpayah dan akses yang buruk pada pelayanandasar perkotaan. Kaum perempuan yang hidupdalam lingkungan yang berasap dan tidak sehatdi dalam rumah dan memiliki akses yang rendahpada pelayanan medis akan menanggungbeban ekstra dan cenderung lebih mudahterkena penyakit. Anak-anak sangat rentanterhadap penyakit-penyakit dari air dan yangdisebabkan oleh vektor. Kaum perempuan danpara gadis di dalam rumah tangga yang tanpasambungan pipa, akan menggunakan waktulebih dari sejam untuk mengumpulkan air.
Kotak 4Proyek Pengembangan Perkotaan dan Pengelolaan LingkunganPantai Karnataka di India, tahun 1999: Fokus kepada PartisipasiPerempuan dan Pengurangan Tingkat Kemiskinan
Kebersihan dan sanitasi yang ditingkatkanmelalui investasi-investasi infrastruktur di dalamproyek ini diharapkan memberikan manfaatyang sangat banyak bagi kesehatan danproduktivitas kaum perempuan. Namun,manfaat-manfaat proyek ini tidak akan berhentisampai di situ. Komponen CAPP akan memung-kinkan kaum perempuan dan laki-laki yang akanmendapatkan manfaat dari proyek iniberpartisipasi di dalam pembuatan proyek,implementasinya, pelaksanaan dan pemeliha-raannya/operating and maintenance (O&M),dan pemantauan serta evaluasi/monitoring andevaluating (M&E) melalui mekanisme-mekanisme peningkatan kesadaran dan umpanbalik. Hal ini akan difasilitasi oleh sebuahkonsorsium LSM-LSM di setiap distrik. CAPPmengakui bahwa keterwakilan kaum perem-puan di dalam pembuatan keputusan adalahsangat penting. Sebuah jaringan perempuanpembuat keputusan, melibatkan perempuanpara ketua dewan kotapraja dan perempuananggota pemerintah kotapraja yang prihatindengan hal ini, LSM-LSM perempuan, danperwakilan-perwakilan masyakat perempuan,akan dibentuk melalui CAPP. CAPP juga akanmenyediakan berbagai pelatihan dan kegiatan-kegiatan penyadaran, termasuk pelatihanperempuan dalam pembangunan.
Selanjutnya, kaum miskin perempuan akanmendapatkan manfaat dari program perbaikandaerah kumuh, yang akan melibatkan tidakhanya perbaikan infrastruktur (yakni, air yangdapat diminum, sanitasi, drainase, jalan setapakyang memadai), namun juga simpanan-simpanan kelompok dan aktivitas-aktivitaskredit, pengembangan ketrampilan danpelatihan kewirausahaan, serta kesempatanbekerja yang diberikan oleh proyek tersebut.Untuk memastikan bahwa kaum miskinperempuan mendapatkan manfaat yang sama,kegiatan-kegiatan tersebut akan dipantau olehorganisasi-organisasi nonpemerintah setempatdan organisasi-organisasi berbasis masyarakat.
STUDIKASUS
31
Penempatan staf, penjadwalan, penyediaan, danpenganggaran
! Pertimbangkan agar kaum perempuan bisa mendudukiposisi-posisi pengawas proyek.
! Pekerjakan lebih banyak staf dari kaum perempuan untukkantor proyek dan apabila mungkin untuk lembagapelaksana.
! Lakukan pelatihan gender kepada lembaga pemberipelayanan pada seluruh tingkatan organisasi.
! Apabila memungkinkan, tetapkan persentase minimumpekerja perempuan dan larang penggunaan tenaga kerjaanak-anak dalam kontrak pekerjaan sipil.
! Apabila digunakan pendekatan berbasis komunitas,pastikan adanya penganggaran yang memadai danfleksibel agar memungkinkan untuk diambil pendekatan“pembelajaran” (yakni anggaran pelatihan, anggaranpelayanan konsultasi untuk organisasi-organisasiperempuan).
Monitoring dan Evaluasi
! Kembangkan pengaturan M&E: (i) M&E internal oleh stafproyek; (ii) M&E eksternal oleh organisasi-organisasinonpemerintah atau para konsultan, apabila perlu; dan (iii)pemantauan partisipatif oleh kaum laki-laki danperempuan penerima manfaat dari proyek ini.
! Pilah semua indikator yang relevan berdasarkan gender.
! Indikator-indikator yang disarankan:
• Tingkat penggunaan infrastruktur UDH dan kesadarandi antara kaum laki-laki dan perempuan, yakni, tingkatkepuasan, tingkat kesadaran, paket teknik yang dipilih,pola penggunaan, tingkat akses, luasnya cakupanlayanan, kesadaran terhadap kebiasaan-kebiasaan yanghigienis, waktu yang dihemat dalam mengambil air.
• Kesinambungan proyek, yakni, perbaikan biaya, tingkatkegagalan, kebersihan fasilitas, jumlah kelompokpengguna dan para anggota (berdasarkan gender),jumlah rapat yang diadakan.
32 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
• Pemberdayaan kaum perempuan, yakni,jumlah kaum perempuan yang mendapatkanakses pada kredit, peningkatan pendapatankaum perempuan, prospek karier untuk kaumperempuan yang dilatih di dalam proyektersebut.
Dokumentasi
! Dokumentasikan aspek desain yang peka-genderdalam RRP (akan lebih baik sebagai sebuahstrategi GAD untuk proyek) serta memasukkannyadalam perjanjian pinjaman untuk memastikanadanya mekanisme desain proyek yang peka-gen-der, yang harus ditaati oleh lembaga pelaksana(lihat tabel 1).
Kotak 5Proyek II Pembangunan Infrastruktur Perkotaan Kedua diBangladesh, tahun 1995: Strategi-strategi untuk mengarus-utamakan gender.
Proyek II Pembangunan InfrastrukturPerkotaan Kedua merupakan proyekpembangunan perkotaan menyeluruh yangmendukung kebijakan pemerintah untukdesentralisasi melalui komponen-komponensebagai berikut: (i) rehabilitasi infrastrukturfisik (yakni, jalan-jalan dan jembatan,drainase, pengelolaan sampah padat,penyediaan air, sanitasi, pengembanganpusat kota); (ii) perbaikan daerah kumuh;(iii) proyek percontohan untuk perumahanbagi mereka berpendapatan rendah, rencanapenggunaan tanah, dan swastanisasipengelolaan sampah padat; dan (iv)pengembangan institusional unit pendukungpourashava (kotapraja perkotaan), InstitutNasional Pemerintahan Daerah, dan pusat-
pusat pelatihan regional di dalam 4 modelpourashava.
Dalam proses selama pelaksanaan proyek,jelas bahwa partisipasi kaum perempuandibatasi pada kegiatan-kegiatan di bawahkomponen perbaikan wilayah kumuh sepertikesehatan, pendidikan, penyediaan air,pelatihan lingkungan, pembentukan kelom-pok, dan kegiatan yang mendatangkanpendapatan melalui pemberian kredit.Sementara komponen tersebut menjadiinstrumen dalam mengetengahkan isu-isumengenai gender dan partisipasi kaumperempuan bagi staf proyek, gender sebagaiperhatian di sana-sini tidak diutamakan didalam seluruh komponen lainnya.
33
Dengan bantuan Spesialis GAD Misi TetapADB, sebuah rencana tindakan GAD khusus-proyek, yang mencakup kegiatan-kegiatanpengarusutamaan gender, dikembangkanuntuk meralat bagian proyek tersebut danmemberikannya sebuah fokus terhadap gen-der yang memadai dari sekadar “komponenperempuan”. Pelatihan-pelatihan kerja dankonsultasi-konsultasi antara ADB dan agenpelaksana, Local Government ReengeneeringDepartment (LGED) dari Ministry of LocalGovernment Rural Development and Coop-eratives, diselenggarakan untuk memfor-mulasikan rencana tersebut. Rencanatersebut memiliki hal-hal sebagai berikut:
• Rencana/Aturan Institusional untukmendukung pengarusutamaan GAD:penunjukan seorang anggota senior didalam tim konsultasi sebagai titik pusatGAD untuk mengkoordinir seluruhkegiatan GAD, termasuk persiapanpembuatan pedoman-pedoman GAD bagiLGED.
• Mendukung GAD di pemerintahan daerah:advokasi untuk pembentukan komite-komite mengenai gender dan lingkungandi dalam pourashava-pourashava yangakan diketuai kaum perempuankomisioner distrik kota; pembentukankapasitas untuk kaum perempuankomisioner distrik kota; dan rekrutmenbagi kaum perempuan sebagai penaksirpajak, kolektor, dan pejabat.
• Modifikasi desain infrastruktur: pem-buatan pasar-pasar dan terminal-terminalbus untuk memasukkan fasilitas-fasilitasbagi kaum perempuan (yakni, ruangtunggu, alat-alat keamanan, toilet-toilet,tempat pemesanan).
• Pekerjaan: advokasi untuk meminta agarpara kontraktor menyewa tenaga kerjakonstruksi dari kaum perempuan, danadvokasi untuk prinsip upah yang samauntuk pekerjaan yang sama antara laki-laki dan perempuan.
• Pelatihan untuk kaum perempuan:pelatihan “ward-based” bagi perempuandan laki-laki yang akan mendapatkanmanfaat dari proyek ini serta kaumperempuan komisioner distrik kota didalam lingkungan, sanitasi, pengelolaansampah padat, kesehatan dan higiene,dan pemeliharaan kakus-kakus, sumur-sumur, dan toilet-toilet umum.
• Pelatihan kesadaran gender untuk stafproyek senior: pelatihan untukmeningkatkan kesadaran kebijakan GADADB, kebijakan nasional untukpengembangan kaum perempuan,rencana aksi nasional pemerintah untukGAD, serta konsep-konsep dasar GAD.
• Monitoring dan evaluasi yang peka-gen-der: penggunaan indikator-indikator gen-der yang tak-teragregasi, mendesainulang kuesioner-kuesioner survei rumahtangga, pembaruan buku tahunanpourashava untuk meralat fokusgendernya.
Selain itu, sementara rencana aksi GADsedang dibuat, telah dipelajari bahwa kaumperempuan komisioner distrik kota dipourashava-pourashava tidak memiliki TORyang jelas dan bahwa rancangan undang-undang pembaruan pemerintahan daerahbaru-baru ini telah menghindari pourashava-pourashava. Isu ini diangkat pada tingkatyang lebih tinggi antara pemerintah dan ADBsebagai isu mengenai dialog kebijakan.
34 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
Dialog kebijakanApa yang dibahas dalam dialog kebijakan sangat bergantungpada penerimaan para badan pelaksana terhadap isu-isu gen-der, komitmen mereka untuk membantu menyelesaikan isu-isu tersebut, dan sifat dasar serta kompleksitas isu-isutersebut. Dalam beberapa kasus, isu-isu gender yangdiidentifikasi melalui analisis gender memerlukan reformasihukum dan kebijakan yang dikombinasikan dengan proyekUDH. Dalam kasus lain, proyek UDH dapat dibuat untukmendukung implementasi kebijakan atau hukum yang baru.Di dalam kasus apa pun, desain proyek harus sesuai denganhukum atau kebijakan. Dialog kebijakan yang terus menerusdengan mitra DMC sangatlah penting.
Dialog kebijakan juga harus menegaskan bahwa mitra (coun-terpart) DMC memahami isu-isu utama gender danberkomitmen untuk mengimplementasikannya danmenyediakan sumber daya yang memadai.
Beberapa isu potensial yang akan didiskusikan selama dialogtingkat proyek dan kebijakan dengan mitra DMC disajikanpada Tabel 2.
35
Tabel 2Agenda yang mungkin untuk dilakukan pada dialog kebijakan
ISU-ISU UTAMA LANGKAH AKSI UTAMA
Pembangunan kapasistas gender danpartisipasi untuk EA
Kerja sama pemerintah dan organisasinonpemerintah
Pengaturan staf
Penganggaran
Pekerjaan sektoral
Reformasi hukum dan kebijakan
• Pertimbangkan TA untuk pelatihan genderdan partisipasi bagi seluruh pejabat danstaf EA, dengan menekankan padaimplementasi proyek.
• Dapatkan dukungan lembaga perempuannasional, termasuk entitas-entitas semacamitu misalnya Kementerian UrusanPerempuan.
Cari peluang EA untuk bekerja denganorganisasi-organisasi perempuan non-pemerintah dalam memberikan pelayananserta pembentukan strategi.
Dapatkan komitmen EA untuk meningkatkanjumlah staf tetap perempuan.
Alokasikan dana untuk melatih kesadaran gen-der dan pelatihan untuk kaum perempuan,serta kesempatan-kesempatan yang samauntuk bekerja bagi perempuan.
Sarankan sektor pekerjaan terpisah atauadanya bantuan yang saling mendukung untukmenyelidiki isu-isu mengenai hukum dankebijakan yang mendiskriminasi secara genderatau berdasarkan sektoral (yakni, hukum warisatau aturan keluarga yang mengandungklausul yang mendiskriminasi hak-hakperempuan atas kepemilikan tanah danproperti).
Pertimbangkan untuk memasukkan reformasihukum dan kebijakan dalam proyek tersebutuntuk meningkatkan keterlibatan kaumperempuan (lihat kotak 5 contoh isu-isumengenai kebijakan dalam gender danperaturan daerah).
36 DAFTAR PERIKSA GENDER DALAM BIDANG PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERUMAHAN
AppendixTOR untuk Spesialis Gender
STUDI KELAYAKAN PPTA IMPLEMENTASI PROYEK DANBANTUAN M&E
! Sebagai bagian dari analisis sosial, lakukan analisisgender partisipatif bekerjasama dengan para spesialislainnya (yakni para ilmuwan sosial, spesialis higiene,dan spesialis partisipasi masyarakat).
! Identifikasi profil sosial-ekonomi kelompok-kelompokstakeholder utama di dalam populasi target danmemilah data berdasarkan gender. Menganalisishubungan antara kemiskinan dan gender.
! Periksa perbedaangender dalam hal pengetahuan,sikap, praktek, peran-peran, kendala-kendala,kebutuhan-kebutuhan, dan prioritas-prioritasnya didalam pembangunan perkotaan dan sektorperumahan, dan faktor-faktor yang berpengaruhterhadap perbedaan-perbedaan tersebut.
! Nilai kapasitas kaum laki-laki dan perempuan untukberpartisipasi dan faktor-faktor yang mempe-ngaruhinya.
! Nilai proyek berdasarkan gender dan berbagai pilihanuntuk memaksimalkan manfaat dan meminimalkandampak yang merugikan.
! Identifikasi lembaga pemerintah, non-pemerintahdan organisasi-organisasi berbasis komunitas, sertakelompok-kelompok perempuan yang dapatdigunakan selama PPTA dan implementasi proyek.Mengakses kapasitas mereka.
! Tinjau kembali kebijakan dan kerangka hukum yangterkait (hukum waris, hukum pertanahan, aturankeluarga, kelompok masyarakat yang dilindungihukum), apabila diperlukan.
! Berdasarkan analisis, kembangkan desain proyekyang responsif-gender dan partisipatif sertapembaruan pekerjaan sektor dan pembaruan sektor/kebijakan selanjutnya, apabila diperlukan.
! Kembangkan strategi gender proyek, yang mema-sukkan ukuran-ukuran spesifik untuk memajukan,memfasilitasi dan memastikan adanya partisipasi aktifdari kaum perempuan dan untuk memusatkanperhatian-perhatian khusus mereka dalamkeseluruhan kegiatan proyek.
! Kembangkan mekanisme dan indikator-indikator M&Eyang responsif-gender.
! Persiapkan terms of reference untuk implementasidan konsultan M&E.
! Kembangkan atau, apabila telah ada, sempurnakanstrategi gender untuk proyek tersebut dan tinjaukembali rencana implementasi.
! Bantu kantor proyek dalam merekrut staf untukmemastikan adanya keterwakilan kaum perempuanyang sama serta terfokus pada gender.Melaksanakan pelatihan kesadaran gender untuk stafproyek pada seluruh tingkatan. Memelihara tingkatkesadaran gender yang diinginkan.
! Bantu merekrut perempuan penggerak masyarakat,apabila diperlukan. Melaksanakan pelatihan genderbagi mereka. Menilai kebutuhan-kebutuhan pelatihanpada kaum perempuan yang akan mendapatkanmanfaat dari proyek tersebut dalam pembangunanperkotaan dan perumahan. Mengawasi pelatihantingkat masyarakat untuk kaum perempuan ini untukmemastikan adanya kecukupan pelatihan teknis danketerampilan di dalam pembangunan perkotaan danperumahan yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.
! Bantu kantor proyek dalam memantau implementasiproyek. Memberikan perhatian khusus kepadaresistensi yang potensial atas partisipasi kaumperempuan dan memfasilitasi adanya resolusiterhadap konflik, apabila diperlukan.
! Nilai kebutuhan-kebutuhan lainya dari perempuanpenerima manfaat manfaat dari proyek ini (kredit,program melek-huruf, pelatihan keterampilan untukdatangkan pendapatan) pada saat diperlukan, danmengusulkan cara-cara praktis untuk memusatkanperhatian pada kebutuhan-kebutuhan di dalamproyek ini kepada kantor proyek.
! Bantu konsultan BME dalam mengumpulkan datayang tak-teragregasi secara gender serta datakhusus-perempuan. Membantu kaum perempuanpenggerak masyarakat (apabila ada) dalammemobilisasi kaum perempuan yang akanmendapatkan manfaat dari proyek ini untukmelakukan pemantauan dan evaluasi partisipatif. Daritemuan-temuan tersebut, usulkan ukuran-ukurankorektif yang diperlukan kepada kantor proyek.
37
Referensi TerpilihAsian Development Bank. 2000. Gender Checklist on Water Supply and Sanita-
tion Projects. Manila: ADB.
Chant, S. 1996. Gender, Urban Development and Housing. Publication Series forHabitat II, Volume 2. United Nations Development Programme.
Fong, Monica, Wendy Wakeman, dan Anjana Bhushan. 1996. Toolkit on Genderin Water and Sanitation. Gender Toolkit Series No. 2. Washington, D.C.:World Bank.
Habitat II Website. Decent Shelter: A Women’s Right. http://www.cedar.ybuvue.ac.at/habitat/gender/gender.html
Haryantiningsih. 1997. Urban Water Supply: Experiment to Investigate Women’sRole as Customers. Final Report to the World Bank. Jakarta, Desember.
Woronluk,B., dan J. Schalkwyk. 1998. SIDA Equality Prompt Sheets #1-17.Stockholm: SIDA, November.