docms_wk7_kel 6

15
ACTIVITY-BASED COSTING Activity Based Costing (ABC) adalah suatu alat penetapan biaya yang berbasis aktivitas dimana pembebanan biaya ke produk menggunakan dasar cost driver. ABC ditujukan agar dapat memberikan solusi penetapan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan akuntansi tradisional. Akuntansi tradisional cenderung menyediakan informasi yang sering terlambat dan kemungkinan tidak relevan sehingga dapat menyebabkan distorsi biaya. Adopsi dari ABC sistem telah dipercaya sebagai faktor pokok untuk pencapaian hasil yang lebih baik dari suatu organisasi. Meskipun demikian, implementasi ABC pada perusahaan tidak terlepas dari berbagai dampak dari adopsi ABC. Di satu sisi pencapaian dengan ABC dapat meningkatkan kinerja perusahaan, namun disisi lain adopsi dari sistem ini tidak membawa perubahan yang penting dalam pencapaian suatu organisasi. Hal ini menandakan pentingnya penggunaan suatu pendekatan untuk melihat dampak implementasi dari ABC pada perusahaan. SUCCESS OF ABC Informasi yang dihasilkan ABC ini dintegrasikan untuk berbagai pengambilan keputusan strategis lain, misal : keputusan terkait dengan penggunaan sumber daya (resources decision), dan keputusan strategis operasional (misal : perbaikan proses, desain produk dan sebagainya). ABC tidak hanya melibatkan bagian akuntansi saja tetapi juga bagian lain dalam perusahaan. Partridge Perren dalam Agil (2005:16) menyatakan perlu tim indisipliner (antar bagian) perusahaan dalam implementasi ABC dalam pengambilan keputusan strategis. Hal ini menegaskan pengimplementasisn ABC memperbaiki hubungan antara akuntan dengan manajer non finansial. Tampak bahwa implementasi ABC menuntut partisipasi aktif manajer dari berbagai lini menurut keputusan strategis yang akan diambil. Bagi praktisi sendiri, ABC menjadi alternatif solusi yang cukup penting dan layak untuk diujicobakan dalam mengatasi pemborosan biaya overhead dalam penentuan biaya produk (product costing). Selain itu , analisis ABC membantu perusahaan untuk mengidentifikasi produk, harga, maupun pelanggan yang menguntungkan (profitable) dan yang tidak menguntungkan (unprofitable). Kebijakan selanjutnya perusahaan dapat memutuskan apakah akan melanjutkan atau menghentikan unsur-unsur yang tidak menguntungkan tersebut. Lebih jauh dikatakan bahwa ABC mendorong perusahaan untuk menghasilkan produk yang

Upload: yohannes-santana

Post on 29-Dec-2015

30 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DOCMS_Wk7_Kel 6

ACTIVITY-BASED COSTING

Activity Based Costing (ABC) adalah suatu alat penetapan biaya yang berbasis aktivitas

dimana pembebanan biaya ke produk menggunakan dasar cost driver. ABC ditujukan agar

dapat memberikan solusi penetapan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan akuntansi

tradisional. Akuntansi tradisional cenderung menyediakan informasi yang sering terlambat

dan kemungkinan tidak relevan sehingga dapat menyebabkan distorsi biaya. Adopsi dari

ABC sistem telah dipercaya sebagai faktor pokok untuk pencapaian hasil yang lebih baik dari

suatu organisasi. Meskipun demikian, implementasi ABC pada perusahaan tidak terlepas dari

berbagai dampak dari adopsi ABC. Di satu sisi pencapaian dengan ABC dapat meningkatkan

kinerja perusahaan, namun disisi lain adopsi dari sistem ini tidak membawa perubahan yang

penting dalam pencapaian suatu organisasi. Hal ini menandakan pentingnya penggunaan

suatu pendekatan untuk melihat dampak implementasi dari ABC pada perusahaan.

SUCCESS OF ABC

Informasi yang dihasilkan ABC ini dintegrasikan untuk berbagai pengambilan keputusan

strategis lain, misal : keputusan terkait dengan penggunaan sumber daya (resources decision),

dan keputusan strategis operasional (misal : perbaikan proses, desain produk dan sebagainya).

ABC tidak hanya melibatkan bagian akuntansi saja tetapi juga bagian lain dalam perusahaan.

Partridge Perren dalam Agil (2005:16) menyatakan perlu tim indisipliner (antar bagian)

perusahaan dalam implementasi ABC dalam pengambilan keputusan strategis. Hal ini

menegaskan pengimplementasisn ABC memperbaiki hubungan antara akuntan dengan

manajer non finansial. Tampak bahwa implementasi ABC menuntut partisipasi aktif manajer

dari berbagai lini menurut keputusan strategis yang akan diambil.

Bagi praktisi sendiri, ABC menjadi alternatif solusi yang cukup penting dan layak untuk

diujicobakan dalam mengatasi pemborosan biaya overhead dalam penentuan biaya produk

(product costing). Selain itu , analisis ABC membantu perusahaan untuk mengidentifikasi

produk, harga, maupun pelanggan yang menguntungkan (profitable) dan yang tidak

menguntungkan (unprofitable). Kebijakan selanjutnya perusahaan dapat memutuskan apakah

akan melanjutkan atau menghentikan unsur-unsur yang tidak menguntungkan tersebut. Lebih

jauh dikatakan bahwa ABC mendorong perusahaan untuk menghasilkan produk yang

Page 2: DOCMS_Wk7_Kel 6

mempunyai keunggulan kompetitif. Alasan yang mendasari adalah selain dapat mengatasi

pemborosan yang selama ini melekat pada produk, implementasi ABC memungkinkan

perusahaan untuk membuat produk dalam jumlah unit dan kualifikasi yang diharapkan.

Dalam konteks ini, ABC juga membantu perusahaan melakukan diversifikasi produk.

Alokasi overhead berdasar aktivitas berimplikasi pada pengukuran biaya produk yang akurat.

Biaya overhead tidak dikendalikan oleh unit produksi melainkan oleh aktivitas-aktivitas

tertentu. Setiap produk diasumsikan mengkonsumsi aktivitas-aktivitas tertentu, untuk itu

perlu dilakukan, identifikasi untuk menentukan aktivitas-aktivitas apa yang merupakan

pengendali/penentu (cost driver) dari produk. Pemanfaatan ABC mengurangi kemungkinan

terlalu bervariasinya selisih biaya produk dibanding dengan yang dianggarkan (biaya aktual

relatif mendekati yang dianggarkan). Bagi perusahaan yang berproduksi massal, hal ini

merupakan keuntungan tersendiri mengingat dampaknya pada penentuan harga jual produk

yang tidak terlalu tinggi.

Selain itu, secara internal pemanfaatan ABC mendorong efektivitas pengendalian internal.

Penganggaran biaya produk akan lebih tepat waktu. Produk dianggap mengkonsumsi

aktivitas; dari deteksi yang dilakukan, dimungkinkan adanya temuan aktivitas yang

sesungguhnya tidak bernilai tambah. Apabila diperoleh temuan tersebut, paling tidak ada dua

kemungkinan langkah yang diambil oleh perusahaan, yaitu :

1. Perusahaan akan mengganti dengan aktivitas yang bernilai tambah, dan

2. Perusahaan akan mengeliminasi aktivitas tersebut. Apabila kemungkinan ini yang dipilih

selain dapat mengurangi biaya produk, hal ini juga proses produksi dapat berjalan lebih

singkat, sehingga produk dapat lebih cepat dipasarkan.

Pemaparan diatas menunjukkan bahwa implementasi ABC secara positif akan mendorong

tercapainya keunggulan kompetitif perusahaan. ABC mampu memberikan informasi yang

akurat, relevan dan tepat waktu mengenai aktivitas yang dilakukan dan obyek dari aktivitas

tersebut, yaitu produk dan biaya. ABC mendorong perusahaan untuk melakukan

penyempurnaan proses secara terus menerus (process improvement) baik dari segi biaya,

waktu, skala maupun mutu produk.

Manfaat Metode Activity-Based Costingmenurut Jurnal “Activity-Based Costing –

Advantages and Disadvantages”

Page 3: DOCMS_Wk7_Kel 6

1. ABC dapat membantu dalam menentukan harga pokok produk secara lebih akurat,

terutama untuk menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi

pembebanan harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok

jenis produk lain terlalu rendah (under costing). Dengan adanya informasi yang

akurat, maka dapat membantu dalam keputusan penetapan harga yang akurat

(Polimeni et all 1991:1119).

Dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan informasi yang lebih akurat

mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi bagi manajer tentang

aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya khususnya biaya tidak

langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan

keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas

sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.

2. ABC pada umumnya dapat membantu perusahaan dalam mengestimasi arus kas

(Hilton 1994 : 834). Dengan memisahkan beban ke setiap activity pools dan

mengidentifikasi cost driver ke setiap pool, maka perusahaan dapat dengan lebih

akurat menentukan tingkat keanekaragaman beban yang dapat muncul.

3. ABC dapat menghubungkan kinerja aktivitas terhadap sumber daya yang digunakan

dalam perusahaan (Babad and Balachand, 1993 : 564). ABC memberikan pandangan

dalam analisis terhadap profitability pelanggan, saluran distribusi, merek atau area

yang memiliki pengaruh langsung terhadap profitabilitas perusahaan.

4. Perusahaan yang menyediakan produk untuk customer sering menggunakan target

cost dalam strategi penetapan harga (Horngren and Foster :416). Pengambilan

keputusan penetapan harga yang akurat merupakan faktor penting agar dapat bersaing

dengan kompetitor, terlebih lagi jika perusahaan merupakan pendatang baru dalam

industri sehingga dibutuhkan target cost yang akurat. Maka dari itu, ABC dapat

membantu dalam mencapai target product cost dengan menyediakan informasi yang

akurat sehingga tidak terjadi distorsi biaya pada produk yang dipasarkan.

5. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead.Biaya overhead di sebabkan

oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer

dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.

Manfaat Metode Activity-Based Costing System menurut Lain-Lainnya

Page 4: DOCMS_Wk7_Kel 6

1. Harfita Sulistyarini Sejati (2007) melakukan penelitian tentang perbandingan sistem

biaya tradisional dan Activity Based Costing System dalam penentuan harga pokok

produksi di perusahaan roti Ganep’s Tradisi Solo. Peneliti ingin mencari jawaban,

manakah sistem biaya, yaitu sistem biaya tradisional dan Activity Based Costing

System, yang lebih akurat untuk diterapkan pada perusahaan roti Ganep’s Tradisi Solo

yang merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan roti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ABC apabila dibandingkan dengan

sistem tradisional menentukan lebih rendah harga pokok produk yang volume

produksinya tinggi dan menentukan lebih tinggi harga pokok produk yang volume

produksinya rendah, sehingga perhitungan harga pokok produk dengan sistem ABC

yang diterapkan di Ganep’s Tradisi Solo menunjukkan perhitungan yang lebih akurat

dibanding system biaya tradisional. Dalam kaitannya dengan CMS, CMS yang

merupakan serangkaian prosedur sistematis untuk menghasilkan estimasi biaya yang

cukup akurat untuk menyamai biaya actual tentu dibantu dengan ABC yang

menghasilkan perhitungan yang akurat.

2. Zaenul Mabrur (2009) melakukan penelitian untuk menganalisa penggunaan ABC

System dalam penentuan harga pokok produksi pada Lokananta Perum PNRI Cabang

Surakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ABC System dalam

penentuan harga pokok produksi akan tercapai efisiensi biaya. Hal ini terlihat dari

hasil perhitungan harga pokok produksi sistem ABC lebih rendah dari sistem

tradisional sehingga sistem ABC dapat diterapkan pada Lokananta Perum

PNRICabang Surakarta.Activity Based Costing memberikan informasi yang lebih baik

tentang aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan

aktivitas-aktivitas tersebut. Dengan adanya informasi ini, Activity Based Costing akan

sangat menolong dalam proses perbaikan kerja dengan meyediakan informasi yang

lebih baik untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang memerlukan perhatian yang

lebih.

3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2004) ABC System lebih efisien

diterapkan bila dibandingkan traditional costing di RSUD Kab. Wonogiri. Dengan

ABC System dapat ditelusuri biaya-biaya yang pembebanannya terlalu tinggi,

sehingga kurang efisien. Penerapan ABC System dapat memungkinkan rumah sakit

serta berbagai organisasi pelayanan jasa lainnya untuk memperbaiki proses bisnis,

kualitas, dan efisiensi pelayanan kesehatan yang mereka berikan, mengidentifikasi

Page 5: DOCMS_Wk7_Kel 6

dan mengendalikan biaya secara akurat serta mengelola sumber daya yang baik

melalui perbaikan informasi untuk tujuan perencanaan dan pengambilan keputusan.

4. Hongren (2008) mendefinisikan ABC sebagai berikut : “ABC (Activity Based

Costing) sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan

berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan.” Sistem ini dilakukan dengan

dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan

dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak

langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.Activity Based Costing mengakui

hubungan kausal antara cost driver dengan aktivitas. Dengan memfokuskan pada

pemicu biaya dari aktivitas-aktivitas dalam proses usaha, penyebab biaya akan lebih

dapat ditentukan sehingga keputusan-keputusan yang diambil akan lebih baik.

5. Hansen dan Mowen (2000) mendefinisikan ABC sebagai berikut : “Activity-Based

Costing (ABC) adalah sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada

kegiatan/aktivitas kemudian pada produk.” Sedangkan Garrison, Noreen dan

Brewer (2006) menjelaskan bahwa :“Activity Based Costing (ABC) adalah metode

perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi

manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan

mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.” Garrison menambahkan ABC

biasanya digunakan sebagai pelengkap bukan sebagai pengganti sistem biaya yang

biasa dipakai perusahaan. Kebanyakan perusahaan yang menggunakan ABC memiliki

dua sistem biaya, sistem biaya resmi yang disiapkan untuk laporan keuangan eksternal

dan ABC yang digunakan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk

menjalankan aktivitas. Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

sistem ABC merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan biaya yang

dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam

sistem akuntansi biaya konvensional. Yang menjadi pokok perhatian ABC adalah

aktivitas-aktivitas perusahaan, dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga

pokok produk atau jasa, yaitu aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan produk

atau jasa yang mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian sistem ABC memudahkan

perhitungan harga pokok objek biaya yang akurat sehingga mengurangi distorsi pada

sistem biaya konvensional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan

pihak manajemen.

Page 6: DOCMS_Wk7_Kel 6

6. Berdasarkan Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System dalam

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel pada Hotel Coklat Makassar oleh Muh. Akbar

(2011) dinyatakan bahwa manfaat system biaya ABC bagi pihak manajemen

perusahaan adalah:

a) Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa

mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif.

Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara

simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinan. Analisis biaya ini

dapat menyoroti bagaimana mahalnya proses manufakturing, hal ini pada

gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki

mutu, dan mengurangi biaya.

b) Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran

kompetitif yang lebih wajar.

c) Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management

decision making) membuat-membeli yang manajemen harus lakukan, disamping

itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka keputusan yang akan diambil

oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa

dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam

iklim kompetisi dewasa ini.

d) Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement), melalui

analisa aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan

terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini

berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.

e) Memudahkan Penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada

sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi.

Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat

diketahui dan dieliminasi.

f) Dengan analisis biaya yang diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan

analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk

mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah.

Page 7: DOCMS_Wk7_Kel 6

Faktor Penentu Keberhasilan Sistem ABC

Berbagai faktor perlu dipertimbangkan, agar implementasi ABC dapat berjalan secara

efektif dan efisien. Dalam menerapkan ABC disebutkan paling tidak terdapat tiga (3) faktor

penting yang harus dipertimbangkan, yaitu teknologi (informasi), orang-orang (tim), dan

proses (mekanisme) kontrol.

Dukungan Teknologi (Informasi)

Sebagaimana disebutkan, sistem ini harus dapat memberikan respon yang cepat dalam

mengatasi dinamika yang terjadi, khususnya pasar. Perusahaan harus mengambil

keputusan secara cepat untuk menarik produk, mengevaluasi dan merevaluasi harga

produk, memperbaiki fungsi dan bentuk, melakukan diversifikasi ataupun melakukan

keputusan strategis lain. Dukungan teknologi (informasi) yang memadai akan

mendorong perusahaan untuk segera mengambil keputusan yang relevan dan tepat

waktu dalam merespon dinamika yang terjadi dalam dunia bisnis.

Kerja Tim

Implementasi ABC tidak hanya melibatkan bagian akuntansi saja, tetapi juga bagian

lain. Dengan kata lain implementasi ABC sebenarnya berpotensi untuk menimbulkan

konflik horisontal, mengingat adanya kemungkinan setiap karyawan yang terlibat

lebih mengutamakan kepentingan dan tujuan bagian masing-masing. Kerja tim

merupakan variabel yang penting dalam pengambilan keputusan untuk

mengimplementasikan ABC. Dalam konteks ini dapat dilihat bahwa jenis dan fungsi

dalam struktur organisasi memegang peranan penting dalam pengimplementasian

sistem. Persoalan tugas dan delegasi wewenang menjadi hal yang penting dalam

pembentukan dan peningkatan kerja sama tim guna menunjang efektifitas sistem.

Faktor penting lain yang dapat menumbuhkan semangat kerja kolektif tersebut adalah

bagaimana budaya organisasi yang dikembangkan dan bagaiman proses komunikasi

intra/inter-personal terjalin dalam perusahaan.

Mekanisme Kontrol dan Pengukuran Kinerja yang Tepat

Sebuah sistem akan berjalan dengan baik, apabila didukung dengan mekanisme

kontrol dan pengukuran kinerja yang memadai. Manajemen harus mempunyai

seperangkat pengukuran yang jelas untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas

pelaksanaan sistem (mengukur aktivitas-aktivitas) dan menilai kinerja

Page 8: DOCMS_Wk7_Kel 6

(profitabiliatas). Pengendalian perusahaan tidak hanya terfokus pada output tetapi

juga pada proses. Baik proses maupun output (yang tercermin dalam kinerja) tersebut

akan dievaluasi dengan mengacu pada rencana strategis yang disepakati. Sebagai

sistem yang integrasi, ABC hendaknya tidak hanya memprioritaskan aspek finansial

tetapi juga aspek non finansial. Untuk itu diperlukan juga seperangkat pengukuran

untuk menilai efektifitas maupun efisiensi aspek non finansial ini (Contoh aspek non

finansial : loyalitas pelanggan, mutu produk, ketepatan waktu pemasaran produk,

dedikasi karyawan dan sebagainya).

FAILURE OF ABC

Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Activity Based Costing systems menurut Carter

dan Usry (2002:513), yaitu:

ABC (Activity Based Costing systems) mengharuskan manajer membuat perubahan

radikal dalam caraberpikir mereka mengenai biaya. Cara yang paling berguna untuk

memahami logika ABC (Activity Based Costing) systems adalah dengan mengakui

bahwa Activity Based Costing memperlakukan semua biaya sebagai biaya variabel,

karena ABC (Activity Based Costing) didesain sebagai alat pembuat keputusan

strategis dalam jangka panjang.

ABC (Activity Based Costing systems) tidak menunjukkan biaya yang akan dapat

dihindari dengan menghentikan suatu produk. ABC (Activity Based Costing systems)

berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap

produk, namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan

dipengaruhi oleh keputusan tertentu.

ABC (Activity Based Costing systems) memerlukan usaha pengumpulan data

melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal. Di

perusahaan yang memiliki sejarah sukses yang panjang dengan mengandalkan pada

perhitungan biaya tradisional, akan sulit untuk meyakinkan manajemen bahwa sistem

perhitungan biaya baru dibutuhkan. Solusi bagi masalah ini adalah untuk terus

menggunakan sistem tradisional yang selama ini sudah dikenal, dan melakukan

eksperimen dengan ABC secara terpisah, dengan cara menggunakannya pertama-tama

untuk satu lini produk, satu fasilitas, atau suatu kategori biaya seperti biaya

Page 9: DOCMS_Wk7_Kel 6

departemen jasa. Jika wawasan penting baru diperoleh dari ekperimen tersebut,

manajer menjadi yakin bahwa ABC (Activity Based Costing) pantas diterapkan secara

luas.

Berikut adalah 3 kendala biaya utama yang dihadapi oleh ABC.

Alokasi. Walaupun data aktivitas penting diperoleh, tetapi beberapa biaya masih

memrlukan alokasi biaya yang bersarkan volume. Misalnya biaya-biaya yang

berhubungan dengan gedung yaitu biaya sewa, asuransi dan paja bangunan.Usaha-

usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biaya ini merupakan tindakan

yang sia-sia dan tidak praktis.

Biaya pengukuran yang tinggi. ABC memerlukan baiya pengeluaran yang tinggi

untuk mengoperasikan sistem ini. Kebanyakan perusahaan hanya punya sedikit

activity center untuk memulainya yang sama untuk pengelompokan activity center.

Periode-periode akuntansi. Periode-periode waktu yang arbiter masih digunakna

dalam menghitung biaya-biaya. Banyak manajer yang ingin mengetahui apakah

produk yang dihasilkan mengunutnkan atau tidak. Tujuannya tidak saja untuk

mengukur seberapa banyak biaya yang sudah diserap oleh produk tersebut, tetapi juga

mengukur segi kompetitifnya dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan

lain. Manajemen dalam hal ini memerlukan pengukuran dan pelaporan yang interim.

Informasi untuk mengevaluasi perilaku aktivitas biaya tersebut dapat diberikan pada

saat siklus hidup produk itu berakhir sehingga untuk pengukuran produk yang

dimiliki siklus hidup lebih lama membutuhkan bentuk pengukuran yang interin

(sementara).

Selain kendala-kendala tersebut diatas, kendala-kendala yang timbul dalam penerapan ABC

adalah:

1. Banyak perusahaan yang belum secara ekstensif terotomatisasi sehingga manajer

merasa belum perlu mangganti sistem akuntansi biaya tradisional untuk

menyesuaikan dengan perubahan lingkungan manufaktur tersebut.

2. Pelaksanaan otomatisasi dilaksanakan secara bertahap sehingga para manajer hanya

memusatkan perhatian pada proses produksi.

3. Kegiatan operasional secara otomatis dan manual dilakukan bersamaan tetapi

sistem akuntansi biaya tradisional disediakan bagi keduanya.

Page 10: DOCMS_Wk7_Kel 6

4. Para manajer sering berpendapat bahwa yang utama adalah pelaksanaan produksi,

urutan kertas kerja belakangan.

5. Kebutuhan, pelaporan eksternal mendorong akuntansi keuangan dipakai juga untuk

tujaun akuntansi manajemen internal karena pusat pehatian sering diarahkan untuk

mempersiapkan laporan keuangan eksternal, dengan demikian banyak manajer meras

tidak ada waktu untuk mengubah bentuk laporan manajemen biaya dengan bentuk

abru yang lebih relevan.

6. Keterbatasan sumber daya unutk melaksankan sistem akuntansi manajemen biaya

yang baru.

7. Para manajer sering bertahan untuk tidak berubah karena konflik antar manajer.

Akibat dari kendala-kendala tersebut, maka banyak perusahaan yang tidak berhasil dalam

menerapkan sistem ABC dalam usahanya. Karena dalam prakteknya, seharusnya tidak hanya

memanage biaya saja, tetapi juga memanage aktivitas-aktivitas yang terkait usaha. Sebab

ketepatan penggunaan aktivitas-aktivitas juga akan membantu perusahaan akan lebih efektif

dan efisien. Analisis tentang aktivitas-aktivitas perusahaan dilakukan dengan menghapus

ataupun menggantikan aktivitas yang non-value added dengan dengan aktivitas yang value

added.

Kendala dan Kegagalan dari ABC menurut beberapa sudut pandang Peneliti.

ABC is based on subjective arbitrary cost allocations. Salah satu faktor yang

membedakan antara ABC dengan sistem costing tradisional adalah jumlah dasar alokasi

beserta penentuan cost drivernya. Dalam konsep ABC, penentuan cost driver didasarkan

pada aktivitas yang timbul dari setiap overhead cost yang timbul. Dalam hal ini,

penentuan cost driver tersebut bersifat subjektif. Selain itu, salah satu kelemahan dari

ABC lainnya adalah ABC tidak dapat memprediksi perubahan profit ketika terjadi

perubahan unit produksi. Hal ini dikarenakan CAB yang digunakan adalah bukan lagi

unit produksi ataupun jam kerja karyawan merupakan banyaknya aktivitas yang terjadi.

Inilah sebabnya banyak pihak berargumen jika ABC kurang andal jika digunakan

sebagai alat untuk pengambil putusan.(Nitza Geri & Boaz Ronen, 2005)

ABC ignores constraints and does not differentiate a bottleneck from resources

with excess capacity. Jika suatu perusahaan memiliki constraint berupa masalah

kapasitas (misalnya jumlah demand yang melebihi jumlah kapasitas produksi), maka

perusahaan tersebut harus dapat menentukan bauran produk yang optimal mengacu pada

Page 11: DOCMS_Wk7_Kel 6

kontribusi per unit dari sumber daya yang terbatas. Biaya dari produk yang bermacam –

macam ada kalanya tidak relevan dengan kebijakan bauran produk(Nitza Geri & Boaz

Ronen, 2005)

ABC regards the relation between activities and resource consumption as linear,

absolute and certain. Penerapan ABC dapat dikatakan sebagai berikut: adanya

tambahan aktivitas maka menyebabkan cost akan meningkat, di sisi lain pengurangan

biaya akan menyebabkan penurunan biaya. Namun ada kalanya kondisi ini tidak dapat

berlaku. Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi dalam industri maskapai kapal terbang

(pesawat). (Nitza Geri & Boaz Ronen, 2005)

Teemu Malmi (1997). Ketidakmampuan ABC dalam menyediakan informasi yang

relevan untuk pengambilan putusan strategis merupakan cerminan dan refleksi dari

konsep oleh Simon (1990) tentang interactive management control. Penelitian dari

Malmi ini kemudian menunjukkan bahwa senior manager di suatu perusahaan yang

menerapkan ABC untuk mengarahkan organisasinya di ketidakpastianm sama sekali

tidak mengambil langkah / action yang konkrit. Ketika digunakan untuk mendukung

pengambilan putusan, keberhasilan ABC tidak hanya bergantung pada hasil dari analisa

ataupun aksi yang diambil berdasalkan hasilnya, melainkan bergantung pada kemampuan

untuk menyediakan diagnose yang tepat terkait dengan situasi yang ada. Dengan

mengurngi ketiakpastian dan menyediakan dasar yang lebih kuat untuk keputusan

strategis, ABC akan menjadi value yang luar biasa nilainya. Jadi dalam hal ini< Malmi

beranggapan salah satu penyebab kegagalan ABC adalah karena gagalnya menyediakan

suatu tools dalam pengambilan putusan yang bersifat strategis.

Selanjutnya Malmi (1997) juga mengatakan, salah satu penyebab gagalnya ABC adalah

fakto adanya penlakan / hambatan untuk memakai system costing yang baru. Seperti kita

ketahui bersama, untuk melakukan suatu perubahan diperlukan adanya kemauan dari

seluruh elemen perusahaan untuk menerapkan system yang baru tersebut. Namun lebih

lanjut Malmi mengatakan, bahwa hal ini bukanlah factor utama yang menyebabkan

kegagalan dari ABC

Banyak artikel dan referensi lain yang mengatakan jika konsep ABC gagal jika diterakan

di praktika nya. Hal ini sering disebut dengan ABC paradox. ABC meman telah

memangangi beberapa penghargaan terkait dengan teori dan jurnal. Selain itu ABC juga

termasuk dalam kurukulum yang diajarkan di hamper seluruh sekolah bisnis dan

tercantum di hamper sseluruh text book akuntansi bisnis. Namun realitanya ABC sendiri

Page 12: DOCMS_Wk7_Kel 6

tidak digunakan di semua perusahaan. Utamanya di Usaha / Bisnis dengan skala kecil

menengag (small and medium enterprises). Penyebabnya adalah 2 hal, yakni Model ABC

yang memang sulit untuk diimplementasikan. Kedua, dibutuhkan adanya suatu system

informasi yang terintegrasi untuk mendukung keberlangsungan dari ABC itu sendiri.

Diperlukan adanya suatu findasi data yang bagus dan berkualitas dalam ERP system

yang digunakan oleh perusahaan.(Henrik Fladkjær & Erling Jensen, 2011)

(zhang, Yi Fei; Isa, Che Ruhana) Penelitian ini menunjukkan jika dalam penerapan ABC

ternyata juga dipengaruhi adalah organizational factor dan juga factor budaya

perusahaan. Untuk mendukung keberhasilan dari ABC dibutuhkan adanya formalisasi

yang bagus sepeti layakya perusahaan – perusahaan di Cina pada umunya. Hal inilah

yang menyebabkan banyak perusahaan yang gagal dalam menerapkan ABC. Dalam

penerapan ABC dibutuhkan adanya suatu ketegasan untuk mau berubah serta diperlukan

adanya kesanggupan dari seluruuh elemen perusahaan. Jurnal ini menunjukkan jika

sukses dan gagalnya ABC sangat dipengaruhi oleh organizational culture dan

organizational structure.

Innes dan Michell (1997)

Mengetahui kemanfaatan ABC pada berbagai lembaga keuangan.Mengetahui

pandangan lembaga keuangan bukan pengguna ABC (Non user of ABC) terhadap

ABC.94% responden menggunakan ABC untuk kepentingan pengurangan biaya (cost

reduction), 82% untuk penentuan harga (output pricing), 71% untuk permodelan biaya,

59% untuk penganggaran. hanya 1 (satu) dari 14 (empat belas) Lembaga non pengguna

ABC yang mempertimbangkan penggunaan ABC namun demikian hal itu kemudian

dihentikan. Mereka berpandangan masih ada sistem lain yang lebih tepat dan efektif

untuk diadopsi daripada ABC.

Gorden dan Silvester (1999). Mengetahui apakah profitabilitas berubah setelah

implementasi ABC.Mengetahui apakah terjadi perubahan nilai perusahaan (firm value)

setelah mengimplementasi ABC. Studi dilakukan pada berbagai perusahaan (industri)

yang telah go public. Profitabilitas perusahaan tidak berubah secara signifikan setelah

implemntasi ABC (kinerja tidak berbeda). Tidak ada perubahan nilai perusahaan yang

signifikan setelah implementasi ABC.

Kathy dan Kidwell (2000). Mengetahui alat manajemen kontemporer yang digunakan

pada berbagai perusahaan (di USA).Mengetahui efektifitas penggunaaan alat-alat

manajemen tersebut.Studi dilakukan pada berbagai organisasi pemerintahan kota. Yang

Page 13: DOCMS_Wk7_Kel 6

paling populer digunakan adalah Benchmarking (BM) dan Rekayasa Proses (KP), ABC

dan ABM hanya menempati urutan 4 dan 5 dari 6 alat yang diteliti. 95% dari

penggunaan balence scorecard menyatakan alat ini efektif 94% dari penggunaan RP.

Sementara dari organisasi yang mengadopsi ABC dan ABM tercatat 88% dan 90% yang

menyatakan alat manajemen tersebut efektif. BM dan RP dianggap sebagai alat yang

apling tepat disusul TQM, ABC dan ABM.

Page 14: DOCMS_Wk7_Kel 6

KESIMPULAN

Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem akuntansi biaya kontemporer yang

terintegrasi. Kemampuan ABC tidak hanya dapat mengukur biaya produk secara tepat,

namun dari informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan

strategis lain dalam perusahaan. Implementasi ABC tidak hanya terfokus pada aspek

finansial, namun juga pada aspek non finansial lain yang merupakan indikator

keberhasilan/kinerja perusahaan.

Namun demikian, berbagai hasil riset masih menunjukkan temuan yang

berbeda.Implementasi ABC belum memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan

dalam peningkatan kinerja.Bahkan di negara asalnya, minat untuk menggunakan sistem

ini masih sangat kecil. Artinya masih ada alternatif sistem lain yang diyakini dapat

membantu perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi. Implementasi sistem ini

selain membutuhkan SDM yang berkompeten juga memerlukan dukungan teknologi dan

semangat kerja tim. Selain itu, seperangkat alat untuk kepentingan mekanisme kontrol

perlu disusun agar sistem dapat berjalan efektif dan efisien.Selain dapat mengevaluasi dan

mengukur kinerja, alat kontrol ini dapat memberikan umpan balik untuk perbaikan

rencana strategis perusahaan.

Page 15: DOCMS_Wk7_Kel 6

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.usq.edu.au/3719/1/Byrne_Stower_Torry.pdf

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/metode-abc-activity-based-costing-

dalam.html

http://e-journal.stie-aub.ac.id/index.php/probank/article/download/92/74

Fladkjær, Henrik and Erling Jensen. The ABC-paradox: Is Time Driven ABC Relevant

forSmall and Medium Sized Enterprises (SME?.Working Paper SeriesmDepartment of

Business and ManagementNo. 2, 2011

Geri, Nitza & Boaz Ronen. Relevance lost: the rise and fallof activity-based costing.

Human Systems Management 24 (2005) 133–144 133. IOS Press.

Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., dan Foster, George, 2008, Akuntansi Biaya;

Penekanan Manajerial, jilid 1, edisi kesebelas, Indeks.

Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M., 2000, Manajemen Biaya; Akuntansi dan

Pengendalian, buku 1, Salemba Empat.

Malmi, Teemu. Towards explaining activity-based costingfailure: accounting and

control in adecentralized organization. Management Accounting Research, 1997, 8,

459]480

Mabrur, Zaenul. 2009. Analisis Activity Based Costing sebagai Alternatif dalam

Penentuan

Harga Pokok Produksi. S1 Akuntansi STIE AUB, Surakarta.

Haryanti, Eni. 2004. Perbandingan Traditional Costing dan Accounting Based

Costing System .

Surakarta: Skripsi S1 Non Reguler Akuntansi Universitas Sebelas Maret.

Sulistyarini, Harfita. 2007. Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dan Activity

Based Costing

System dalam Penentuan Harga Pokok Produk. Surakarta: S1 Akuntansi Universitas

Sebelas Maret

Zhang Yi Fei and Che Ruhana Isa. Factors Influencing Activity-Based

CostingSuccess: A Research Framework. International Journal of Trade, Economics

and Finance, Vol. 1, No. 2, August, 20102010-023X