docms_wk7_kel 6
TRANSCRIPT
ACTIVITY-BASED COSTING
Activity Based Costing (ABC) adalah suatu alat penetapan biaya yang berbasis aktivitas
dimana pembebanan biaya ke produk menggunakan dasar cost driver. ABC ditujukan agar
dapat memberikan solusi penetapan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan akuntansi
tradisional. Akuntansi tradisional cenderung menyediakan informasi yang sering terlambat
dan kemungkinan tidak relevan sehingga dapat menyebabkan distorsi biaya. Adopsi dari
ABC sistem telah dipercaya sebagai faktor pokok untuk pencapaian hasil yang lebih baik dari
suatu organisasi. Meskipun demikian, implementasi ABC pada perusahaan tidak terlepas dari
berbagai dampak dari adopsi ABC. Di satu sisi pencapaian dengan ABC dapat meningkatkan
kinerja perusahaan, namun disisi lain adopsi dari sistem ini tidak membawa perubahan yang
penting dalam pencapaian suatu organisasi. Hal ini menandakan pentingnya penggunaan
suatu pendekatan untuk melihat dampak implementasi dari ABC pada perusahaan.
SUCCESS OF ABC
Informasi yang dihasilkan ABC ini dintegrasikan untuk berbagai pengambilan keputusan
strategis lain, misal : keputusan terkait dengan penggunaan sumber daya (resources decision),
dan keputusan strategis operasional (misal : perbaikan proses, desain produk dan sebagainya).
ABC tidak hanya melibatkan bagian akuntansi saja tetapi juga bagian lain dalam perusahaan.
Partridge Perren dalam Agil (2005:16) menyatakan perlu tim indisipliner (antar bagian)
perusahaan dalam implementasi ABC dalam pengambilan keputusan strategis. Hal ini
menegaskan pengimplementasisn ABC memperbaiki hubungan antara akuntan dengan
manajer non finansial. Tampak bahwa implementasi ABC menuntut partisipasi aktif manajer
dari berbagai lini menurut keputusan strategis yang akan diambil.
Bagi praktisi sendiri, ABC menjadi alternatif solusi yang cukup penting dan layak untuk
diujicobakan dalam mengatasi pemborosan biaya overhead dalam penentuan biaya produk
(product costing). Selain itu , analisis ABC membantu perusahaan untuk mengidentifikasi
produk, harga, maupun pelanggan yang menguntungkan (profitable) dan yang tidak
menguntungkan (unprofitable). Kebijakan selanjutnya perusahaan dapat memutuskan apakah
akan melanjutkan atau menghentikan unsur-unsur yang tidak menguntungkan tersebut. Lebih
jauh dikatakan bahwa ABC mendorong perusahaan untuk menghasilkan produk yang
mempunyai keunggulan kompetitif. Alasan yang mendasari adalah selain dapat mengatasi
pemborosan yang selama ini melekat pada produk, implementasi ABC memungkinkan
perusahaan untuk membuat produk dalam jumlah unit dan kualifikasi yang diharapkan.
Dalam konteks ini, ABC juga membantu perusahaan melakukan diversifikasi produk.
Alokasi overhead berdasar aktivitas berimplikasi pada pengukuran biaya produk yang akurat.
Biaya overhead tidak dikendalikan oleh unit produksi melainkan oleh aktivitas-aktivitas
tertentu. Setiap produk diasumsikan mengkonsumsi aktivitas-aktivitas tertentu, untuk itu
perlu dilakukan, identifikasi untuk menentukan aktivitas-aktivitas apa yang merupakan
pengendali/penentu (cost driver) dari produk. Pemanfaatan ABC mengurangi kemungkinan
terlalu bervariasinya selisih biaya produk dibanding dengan yang dianggarkan (biaya aktual
relatif mendekati yang dianggarkan). Bagi perusahaan yang berproduksi massal, hal ini
merupakan keuntungan tersendiri mengingat dampaknya pada penentuan harga jual produk
yang tidak terlalu tinggi.
Selain itu, secara internal pemanfaatan ABC mendorong efektivitas pengendalian internal.
Penganggaran biaya produk akan lebih tepat waktu. Produk dianggap mengkonsumsi
aktivitas; dari deteksi yang dilakukan, dimungkinkan adanya temuan aktivitas yang
sesungguhnya tidak bernilai tambah. Apabila diperoleh temuan tersebut, paling tidak ada dua
kemungkinan langkah yang diambil oleh perusahaan, yaitu :
1. Perusahaan akan mengganti dengan aktivitas yang bernilai tambah, dan
2. Perusahaan akan mengeliminasi aktivitas tersebut. Apabila kemungkinan ini yang dipilih
selain dapat mengurangi biaya produk, hal ini juga proses produksi dapat berjalan lebih
singkat, sehingga produk dapat lebih cepat dipasarkan.
Pemaparan diatas menunjukkan bahwa implementasi ABC secara positif akan mendorong
tercapainya keunggulan kompetitif perusahaan. ABC mampu memberikan informasi yang
akurat, relevan dan tepat waktu mengenai aktivitas yang dilakukan dan obyek dari aktivitas
tersebut, yaitu produk dan biaya. ABC mendorong perusahaan untuk melakukan
penyempurnaan proses secara terus menerus (process improvement) baik dari segi biaya,
waktu, skala maupun mutu produk.
Manfaat Metode Activity-Based Costingmenurut Jurnal “Activity-Based Costing –
Advantages and Disadvantages”
1. ABC dapat membantu dalam menentukan harga pokok produk secara lebih akurat,
terutama untuk menghilangkan adanya subsidi silang sehingga tidak ada lagi
pembebanan harga pokok jenis tertentu terlalu tinggi (over costing) dan harga pokok
jenis produk lain terlalu rendah (under costing). Dengan adanya informasi yang
akurat, maka dapat membantu dalam keputusan penetapan harga yang akurat
(Polimeni et all 1991:1119).
Dengan menggunakan ABC tidak hanya menyajikan informasi yang lebih akurat
mengenai biaya produk, tetapi juga memberikan informasi bagi manajer tentang
aktivitas-aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya khususnya biaya tidak
langsung, yang merupakan hal penting bagi manajemen dalam pengambilan
keputusan baik mengenai produk maupun dalam mengelola aktivitas-aktivitas
sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha.
2. ABC pada umumnya dapat membantu perusahaan dalam mengestimasi arus kas
(Hilton 1994 : 834). Dengan memisahkan beban ke setiap activity pools dan
mengidentifikasi cost driver ke setiap pool, maka perusahaan dapat dengan lebih
akurat menentukan tingkat keanekaragaman beban yang dapat muncul.
3. ABC dapat menghubungkan kinerja aktivitas terhadap sumber daya yang digunakan
dalam perusahaan (Babad and Balachand, 1993 : 564). ABC memberikan pandangan
dalam analisis terhadap profitability pelanggan, saluran distribusi, merek atau area
yang memiliki pengaruh langsung terhadap profitabilitas perusahaan.
4. Perusahaan yang menyediakan produk untuk customer sering menggunakan target
cost dalam strategi penetapan harga (Horngren and Foster :416). Pengambilan
keputusan penetapan harga yang akurat merupakan faktor penting agar dapat bersaing
dengan kompetitor, terlebih lagi jika perusahaan merupakan pendatang baru dalam
industri sehingga dibutuhkan target cost yang akurat. Maka dari itu, ABC dapat
membantu dalam mencapai target product cost dengan menyediakan informasi yang
akurat sehingga tidak terjadi distorsi biaya pada produk yang dipasarkan.
5. Mempertinggi pengendalian terhadap biaya overhead.Biaya overhead di sebabkan
oleh aktivitas-aktivitas yang terjadi di perusahaan. Sistem ABC memudahkan manajer
dalam mengendalikan aktivitas-aktivitas yang menimbulkan biaya overhead tersebut.
Manfaat Metode Activity-Based Costing System menurut Lain-Lainnya
1. Harfita Sulistyarini Sejati (2007) melakukan penelitian tentang perbandingan sistem
biaya tradisional dan Activity Based Costing System dalam penentuan harga pokok
produksi di perusahaan roti Ganep’s Tradisi Solo. Peneliti ingin mencari jawaban,
manakah sistem biaya, yaitu sistem biaya tradisional dan Activity Based Costing
System, yang lebih akurat untuk diterapkan pada perusahaan roti Ganep’s Tradisi Solo
yang merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pembuatan roti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem ABC apabila dibandingkan dengan
sistem tradisional menentukan lebih rendah harga pokok produk yang volume
produksinya tinggi dan menentukan lebih tinggi harga pokok produk yang volume
produksinya rendah, sehingga perhitungan harga pokok produk dengan sistem ABC
yang diterapkan di Ganep’s Tradisi Solo menunjukkan perhitungan yang lebih akurat
dibanding system biaya tradisional. Dalam kaitannya dengan CMS, CMS yang
merupakan serangkaian prosedur sistematis untuk menghasilkan estimasi biaya yang
cukup akurat untuk menyamai biaya actual tentu dibantu dengan ABC yang
menghasilkan perhitungan yang akurat.
2. Zaenul Mabrur (2009) melakukan penelitian untuk menganalisa penggunaan ABC
System dalam penentuan harga pokok produksi pada Lokananta Perum PNRI Cabang
Surakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ABC System dalam
penentuan harga pokok produksi akan tercapai efisiensi biaya. Hal ini terlihat dari
hasil perhitungan harga pokok produksi sistem ABC lebih rendah dari sistem
tradisional sehingga sistem ABC dapat diterapkan pada Lokananta Perum
PNRICabang Surakarta.Activity Based Costing memberikan informasi yang lebih baik
tentang aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan
aktivitas-aktivitas tersebut. Dengan adanya informasi ini, Activity Based Costing akan
sangat menolong dalam proses perbaikan kerja dengan meyediakan informasi yang
lebih baik untuk mengidentifikasi aktivitas mana yang memerlukan perhatian yang
lebih.
3. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haryanti (2004) ABC System lebih efisien
diterapkan bila dibandingkan traditional costing di RSUD Kab. Wonogiri. Dengan
ABC System dapat ditelusuri biaya-biaya yang pembebanannya terlalu tinggi,
sehingga kurang efisien. Penerapan ABC System dapat memungkinkan rumah sakit
serta berbagai organisasi pelayanan jasa lainnya untuk memperbaiki proses bisnis,
kualitas, dan efisiensi pelayanan kesehatan yang mereka berikan, mengidentifikasi
dan mengendalikan biaya secara akurat serta mengelola sumber daya yang baik
melalui perbaikan informasi untuk tujuan perencanaan dan pengambilan keputusan.
4. Hongren (2008) mendefinisikan ABC sebagai berikut : “ABC (Activity Based
Costing) sebagai suatu sistem pendekatan perhitungan biaya yang dilakukan
berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada di perusahaan.” Sistem ini dilakukan dengan
dasar pemikiran bahwa penyebab timbulnya biaya adalah aktivitas yang dilakukan
dalam suatu perusahaan, sehingga wajar bila pengalokasian biaya-biaya tidak
langsung dilakukan berdasarkan aktivitas tersebut.Activity Based Costing mengakui
hubungan kausal antara cost driver dengan aktivitas. Dengan memfokuskan pada
pemicu biaya dari aktivitas-aktivitas dalam proses usaha, penyebab biaya akan lebih
dapat ditentukan sehingga keputusan-keputusan yang diambil akan lebih baik.
5. Hansen dan Mowen (2000) mendefinisikan ABC sebagai berikut : “Activity-Based
Costing (ABC) adalah sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada
kegiatan/aktivitas kemudian pada produk.” Sedangkan Garrison, Noreen dan
Brewer (2006) menjelaskan bahwa :“Activity Based Costing (ABC) adalah metode
perhitungan biaya (costing) yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya bagi
manajer untuk keputusan strategis dan keputusan lainnya yang mungkin akan
mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.” Garrison menambahkan ABC
biasanya digunakan sebagai pelengkap bukan sebagai pengganti sistem biaya yang
biasa dipakai perusahaan. Kebanyakan perusahaan yang menggunakan ABC memiliki
dua sistem biaya, sistem biaya resmi yang disiapkan untuk laporan keuangan eksternal
dan ABC yang digunakan untuk pengambilan keputusan internal dan untuk
menjalankan aktivitas. Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sistem ABC merupakan suatu metode mengenai sistem perencanaan biaya yang
dikembangkan untuk mengantisipasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam
sistem akuntansi biaya konvensional. Yang menjadi pokok perhatian ABC adalah
aktivitas-aktivitas perusahaan, dengan penelusuran biaya untuk menghitung harga
pokok produk atau jasa, yaitu aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan produk
atau jasa yang mengkonsumsi aktivitas. Dengan demikian sistem ABC memudahkan
perhitungan harga pokok objek biaya yang akurat sehingga mengurangi distorsi pada
sistem biaya konvensional dan meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan
pihak manajemen.
6. Berdasarkan Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System dalam
Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel pada Hotel Coklat Makassar oleh Muh. Akbar
(2011) dinyatakan bahwa manfaat system biaya ABC bagi pihak manajemen
perusahaan adalah:
a) Suatu pengkajian sistem biaya ABC dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa
mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif.
Sebagai hasilnya, mereka dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara
simultan fokus pada pengurangan biaya yang memungkinan. Analisis biaya ini
dapat menyoroti bagaimana mahalnya proses manufakturing, hal ini pada
gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mengorganisasi proses, memperbaiki
mutu, dan mengurangi biaya.
b) Pihak manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran
kompetitif yang lebih wajar.
c) Sistem biaya ABC dapat membantu dalam pengambilan keputusan (management
decision making) membuat-membeli yang manajemen harus lakukan, disamping
itu dengan penentuan biaya yang lebih akurat maka keputusan yang akan diambil
oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat. Hal ini didasarkan bahwa
dengan akurasi perhitungan biaya produk yang menjadi sangat penting dalam
iklim kompetisi dewasa ini.
d) Mendukung perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement), melalui
analisa aktivitas, sistem ABC memungkinkan tindakan eleminasi atau perbaikan
terhadap aktivitas yang tidak bernilai tambah atau kurang efisien. Hal ini
berkaitan erat dengan masalah produktivitas perusahaan.
e) Memudahkan Penentuan biaya-biaya yang kurang relevan (cost reduction), pada
sistem tradisional, banyak biaya-biaya yang kurang relevan yang tersembunyi.
Sistem ABC yang transparan menyebabkan sumber-sumber biaya tersebut dapat
diketahui dan dieliminasi.
f) Dengan analisis biaya yang diperbaiki, pihak manajemen dapat melakukan
analisis yang lebih akurat mengenai volume produksi yang diperlukan untuk
mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah.
Faktor Penentu Keberhasilan Sistem ABC
Berbagai faktor perlu dipertimbangkan, agar implementasi ABC dapat berjalan secara
efektif dan efisien. Dalam menerapkan ABC disebutkan paling tidak terdapat tiga (3) faktor
penting yang harus dipertimbangkan, yaitu teknologi (informasi), orang-orang (tim), dan
proses (mekanisme) kontrol.
Dukungan Teknologi (Informasi)
Sebagaimana disebutkan, sistem ini harus dapat memberikan respon yang cepat dalam
mengatasi dinamika yang terjadi, khususnya pasar. Perusahaan harus mengambil
keputusan secara cepat untuk menarik produk, mengevaluasi dan merevaluasi harga
produk, memperbaiki fungsi dan bentuk, melakukan diversifikasi ataupun melakukan
keputusan strategis lain. Dukungan teknologi (informasi) yang memadai akan
mendorong perusahaan untuk segera mengambil keputusan yang relevan dan tepat
waktu dalam merespon dinamika yang terjadi dalam dunia bisnis.
Kerja Tim
Implementasi ABC tidak hanya melibatkan bagian akuntansi saja, tetapi juga bagian
lain. Dengan kata lain implementasi ABC sebenarnya berpotensi untuk menimbulkan
konflik horisontal, mengingat adanya kemungkinan setiap karyawan yang terlibat
lebih mengutamakan kepentingan dan tujuan bagian masing-masing. Kerja tim
merupakan variabel yang penting dalam pengambilan keputusan untuk
mengimplementasikan ABC. Dalam konteks ini dapat dilihat bahwa jenis dan fungsi
dalam struktur organisasi memegang peranan penting dalam pengimplementasian
sistem. Persoalan tugas dan delegasi wewenang menjadi hal yang penting dalam
pembentukan dan peningkatan kerja sama tim guna menunjang efektifitas sistem.
Faktor penting lain yang dapat menumbuhkan semangat kerja kolektif tersebut adalah
bagaimana budaya organisasi yang dikembangkan dan bagaiman proses komunikasi
intra/inter-personal terjalin dalam perusahaan.
Mekanisme Kontrol dan Pengukuran Kinerja yang Tepat
Sebuah sistem akan berjalan dengan baik, apabila didukung dengan mekanisme
kontrol dan pengukuran kinerja yang memadai. Manajemen harus mempunyai
seperangkat pengukuran yang jelas untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas
pelaksanaan sistem (mengukur aktivitas-aktivitas) dan menilai kinerja
(profitabiliatas). Pengendalian perusahaan tidak hanya terfokus pada output tetapi
juga pada proses. Baik proses maupun output (yang tercermin dalam kinerja) tersebut
akan dievaluasi dengan mengacu pada rencana strategis yang disepakati. Sebagai
sistem yang integrasi, ABC hendaknya tidak hanya memprioritaskan aspek finansial
tetapi juga aspek non finansial. Untuk itu diperlukan juga seperangkat pengukuran
untuk menilai efektifitas maupun efisiensi aspek non finansial ini (Contoh aspek non
finansial : loyalitas pelanggan, mutu produk, ketepatan waktu pemasaran produk,
dedikasi karyawan dan sebagainya).
FAILURE OF ABC
Ada beberapa kelemahan yang dimiliki oleh Activity Based Costing systems menurut Carter
dan Usry (2002:513), yaitu:
ABC (Activity Based Costing systems) mengharuskan manajer membuat perubahan
radikal dalam caraberpikir mereka mengenai biaya. Cara yang paling berguna untuk
memahami logika ABC (Activity Based Costing) systems adalah dengan mengakui
bahwa Activity Based Costing memperlakukan semua biaya sebagai biaya variabel,
karena ABC (Activity Based Costing) didesain sebagai alat pembuat keputusan
strategis dalam jangka panjang.
ABC (Activity Based Costing systems) tidak menunjukkan biaya yang akan dapat
dihindari dengan menghentikan suatu produk. ABC (Activity Based Costing systems)
berusaha untuk menunjukkan konsumsi sumber daya dalam jangka panjang dari setiap
produk, namun tidak memprediksikan berapa banyak pengeluaran yang akan
dipengaruhi oleh keputusan tertentu.
ABC (Activity Based Costing systems) memerlukan usaha pengumpulan data
melampaui yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan pelaporan eksternal. Di
perusahaan yang memiliki sejarah sukses yang panjang dengan mengandalkan pada
perhitungan biaya tradisional, akan sulit untuk meyakinkan manajemen bahwa sistem
perhitungan biaya baru dibutuhkan. Solusi bagi masalah ini adalah untuk terus
menggunakan sistem tradisional yang selama ini sudah dikenal, dan melakukan
eksperimen dengan ABC secara terpisah, dengan cara menggunakannya pertama-tama
untuk satu lini produk, satu fasilitas, atau suatu kategori biaya seperti biaya
departemen jasa. Jika wawasan penting baru diperoleh dari ekperimen tersebut,
manajer menjadi yakin bahwa ABC (Activity Based Costing) pantas diterapkan secara
luas.
Berikut adalah 3 kendala biaya utama yang dihadapi oleh ABC.
Alokasi. Walaupun data aktivitas penting diperoleh, tetapi beberapa biaya masih
memrlukan alokasi biaya yang bersarkan volume. Misalnya biaya-biaya yang
berhubungan dengan gedung yaitu biaya sewa, asuransi dan paja bangunan.Usaha-
usaha untuk menelusuri aktivitas-aktivitas penyebab biaya ini merupakan tindakan
yang sia-sia dan tidak praktis.
Biaya pengukuran yang tinggi. ABC memerlukan baiya pengeluaran yang tinggi
untuk mengoperasikan sistem ini. Kebanyakan perusahaan hanya punya sedikit
activity center untuk memulainya yang sama untuk pengelompokan activity center.
Periode-periode akuntansi. Periode-periode waktu yang arbiter masih digunakna
dalam menghitung biaya-biaya. Banyak manajer yang ingin mengetahui apakah
produk yang dihasilkan mengunutnkan atau tidak. Tujuannya tidak saja untuk
mengukur seberapa banyak biaya yang sudah diserap oleh produk tersebut, tetapi juga
mengukur segi kompetitifnya dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan
lain. Manajemen dalam hal ini memerlukan pengukuran dan pelaporan yang interim.
Informasi untuk mengevaluasi perilaku aktivitas biaya tersebut dapat diberikan pada
saat siklus hidup produk itu berakhir sehingga untuk pengukuran produk yang
dimiliki siklus hidup lebih lama membutuhkan bentuk pengukuran yang interin
(sementara).
Selain kendala-kendala tersebut diatas, kendala-kendala yang timbul dalam penerapan ABC
adalah:
1. Banyak perusahaan yang belum secara ekstensif terotomatisasi sehingga manajer
merasa belum perlu mangganti sistem akuntansi biaya tradisional untuk
menyesuaikan dengan perubahan lingkungan manufaktur tersebut.
2. Pelaksanaan otomatisasi dilaksanakan secara bertahap sehingga para manajer hanya
memusatkan perhatian pada proses produksi.
3. Kegiatan operasional secara otomatis dan manual dilakukan bersamaan tetapi
sistem akuntansi biaya tradisional disediakan bagi keduanya.
4. Para manajer sering berpendapat bahwa yang utama adalah pelaksanaan produksi,
urutan kertas kerja belakangan.
5. Kebutuhan, pelaporan eksternal mendorong akuntansi keuangan dipakai juga untuk
tujaun akuntansi manajemen internal karena pusat pehatian sering diarahkan untuk
mempersiapkan laporan keuangan eksternal, dengan demikian banyak manajer meras
tidak ada waktu untuk mengubah bentuk laporan manajemen biaya dengan bentuk
abru yang lebih relevan.
6. Keterbatasan sumber daya unutk melaksankan sistem akuntansi manajemen biaya
yang baru.
7. Para manajer sering bertahan untuk tidak berubah karena konflik antar manajer.
Akibat dari kendala-kendala tersebut, maka banyak perusahaan yang tidak berhasil dalam
menerapkan sistem ABC dalam usahanya. Karena dalam prakteknya, seharusnya tidak hanya
memanage biaya saja, tetapi juga memanage aktivitas-aktivitas yang terkait usaha. Sebab
ketepatan penggunaan aktivitas-aktivitas juga akan membantu perusahaan akan lebih efektif
dan efisien. Analisis tentang aktivitas-aktivitas perusahaan dilakukan dengan menghapus
ataupun menggantikan aktivitas yang non-value added dengan dengan aktivitas yang value
added.
Kendala dan Kegagalan dari ABC menurut beberapa sudut pandang Peneliti.
ABC is based on subjective arbitrary cost allocations. Salah satu faktor yang
membedakan antara ABC dengan sistem costing tradisional adalah jumlah dasar alokasi
beserta penentuan cost drivernya. Dalam konsep ABC, penentuan cost driver didasarkan
pada aktivitas yang timbul dari setiap overhead cost yang timbul. Dalam hal ini,
penentuan cost driver tersebut bersifat subjektif. Selain itu, salah satu kelemahan dari
ABC lainnya adalah ABC tidak dapat memprediksi perubahan profit ketika terjadi
perubahan unit produksi. Hal ini dikarenakan CAB yang digunakan adalah bukan lagi
unit produksi ataupun jam kerja karyawan merupakan banyaknya aktivitas yang terjadi.
Inilah sebabnya banyak pihak berargumen jika ABC kurang andal jika digunakan
sebagai alat untuk pengambil putusan.(Nitza Geri & Boaz Ronen, 2005)
ABC ignores constraints and does not differentiate a bottleneck from resources
with excess capacity. Jika suatu perusahaan memiliki constraint berupa masalah
kapasitas (misalnya jumlah demand yang melebihi jumlah kapasitas produksi), maka
perusahaan tersebut harus dapat menentukan bauran produk yang optimal mengacu pada
kontribusi per unit dari sumber daya yang terbatas. Biaya dari produk yang bermacam –
macam ada kalanya tidak relevan dengan kebijakan bauran produk(Nitza Geri & Boaz
Ronen, 2005)
ABC regards the relation between activities and resource consumption as linear,
absolute and certain. Penerapan ABC dapat dikatakan sebagai berikut: adanya
tambahan aktivitas maka menyebabkan cost akan meningkat, di sisi lain pengurangan
biaya akan menyebabkan penurunan biaya. Namun ada kalanya kondisi ini tidak dapat
berlaku. Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi dalam industri maskapai kapal terbang
(pesawat). (Nitza Geri & Boaz Ronen, 2005)
Teemu Malmi (1997). Ketidakmampuan ABC dalam menyediakan informasi yang
relevan untuk pengambilan putusan strategis merupakan cerminan dan refleksi dari
konsep oleh Simon (1990) tentang interactive management control. Penelitian dari
Malmi ini kemudian menunjukkan bahwa senior manager di suatu perusahaan yang
menerapkan ABC untuk mengarahkan organisasinya di ketidakpastianm sama sekali
tidak mengambil langkah / action yang konkrit. Ketika digunakan untuk mendukung
pengambilan putusan, keberhasilan ABC tidak hanya bergantung pada hasil dari analisa
ataupun aksi yang diambil berdasalkan hasilnya, melainkan bergantung pada kemampuan
untuk menyediakan diagnose yang tepat terkait dengan situasi yang ada. Dengan
mengurngi ketiakpastian dan menyediakan dasar yang lebih kuat untuk keputusan
strategis, ABC akan menjadi value yang luar biasa nilainya. Jadi dalam hal ini< Malmi
beranggapan salah satu penyebab kegagalan ABC adalah karena gagalnya menyediakan
suatu tools dalam pengambilan putusan yang bersifat strategis.
Selanjutnya Malmi (1997) juga mengatakan, salah satu penyebab gagalnya ABC adalah
fakto adanya penlakan / hambatan untuk memakai system costing yang baru. Seperti kita
ketahui bersama, untuk melakukan suatu perubahan diperlukan adanya kemauan dari
seluruh elemen perusahaan untuk menerapkan system yang baru tersebut. Namun lebih
lanjut Malmi mengatakan, bahwa hal ini bukanlah factor utama yang menyebabkan
kegagalan dari ABC
Banyak artikel dan referensi lain yang mengatakan jika konsep ABC gagal jika diterakan
di praktika nya. Hal ini sering disebut dengan ABC paradox. ABC meman telah
memangangi beberapa penghargaan terkait dengan teori dan jurnal. Selain itu ABC juga
termasuk dalam kurukulum yang diajarkan di hamper seluruh sekolah bisnis dan
tercantum di hamper sseluruh text book akuntansi bisnis. Namun realitanya ABC sendiri
tidak digunakan di semua perusahaan. Utamanya di Usaha / Bisnis dengan skala kecil
menengag (small and medium enterprises). Penyebabnya adalah 2 hal, yakni Model ABC
yang memang sulit untuk diimplementasikan. Kedua, dibutuhkan adanya suatu system
informasi yang terintegrasi untuk mendukung keberlangsungan dari ABC itu sendiri.
Diperlukan adanya suatu findasi data yang bagus dan berkualitas dalam ERP system
yang digunakan oleh perusahaan.(Henrik Fladkjær & Erling Jensen, 2011)
(zhang, Yi Fei; Isa, Che Ruhana) Penelitian ini menunjukkan jika dalam penerapan ABC
ternyata juga dipengaruhi adalah organizational factor dan juga factor budaya
perusahaan. Untuk mendukung keberhasilan dari ABC dibutuhkan adanya formalisasi
yang bagus sepeti layakya perusahaan – perusahaan di Cina pada umunya. Hal inilah
yang menyebabkan banyak perusahaan yang gagal dalam menerapkan ABC. Dalam
penerapan ABC dibutuhkan adanya suatu ketegasan untuk mau berubah serta diperlukan
adanya kesanggupan dari seluruuh elemen perusahaan. Jurnal ini menunjukkan jika
sukses dan gagalnya ABC sangat dipengaruhi oleh organizational culture dan
organizational structure.
Innes dan Michell (1997)
Mengetahui kemanfaatan ABC pada berbagai lembaga keuangan.Mengetahui
pandangan lembaga keuangan bukan pengguna ABC (Non user of ABC) terhadap
ABC.94% responden menggunakan ABC untuk kepentingan pengurangan biaya (cost
reduction), 82% untuk penentuan harga (output pricing), 71% untuk permodelan biaya,
59% untuk penganggaran. hanya 1 (satu) dari 14 (empat belas) Lembaga non pengguna
ABC yang mempertimbangkan penggunaan ABC namun demikian hal itu kemudian
dihentikan. Mereka berpandangan masih ada sistem lain yang lebih tepat dan efektif
untuk diadopsi daripada ABC.
Gorden dan Silvester (1999). Mengetahui apakah profitabilitas berubah setelah
implementasi ABC.Mengetahui apakah terjadi perubahan nilai perusahaan (firm value)
setelah mengimplementasi ABC. Studi dilakukan pada berbagai perusahaan (industri)
yang telah go public. Profitabilitas perusahaan tidak berubah secara signifikan setelah
implemntasi ABC (kinerja tidak berbeda). Tidak ada perubahan nilai perusahaan yang
signifikan setelah implementasi ABC.
Kathy dan Kidwell (2000). Mengetahui alat manajemen kontemporer yang digunakan
pada berbagai perusahaan (di USA).Mengetahui efektifitas penggunaaan alat-alat
manajemen tersebut.Studi dilakukan pada berbagai organisasi pemerintahan kota. Yang
paling populer digunakan adalah Benchmarking (BM) dan Rekayasa Proses (KP), ABC
dan ABM hanya menempati urutan 4 dan 5 dari 6 alat yang diteliti. 95% dari
penggunaan balence scorecard menyatakan alat ini efektif 94% dari penggunaan RP.
Sementara dari organisasi yang mengadopsi ABC dan ABM tercatat 88% dan 90% yang
menyatakan alat manajemen tersebut efektif. BM dan RP dianggap sebagai alat yang
apling tepat disusul TQM, ABC dan ABM.
KESIMPULAN
Activity Based Costing (ABC) merupakan sistem akuntansi biaya kontemporer yang
terintegrasi. Kemampuan ABC tidak hanya dapat mengukur biaya produk secara tepat,
namun dari informasi yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan
strategis lain dalam perusahaan. Implementasi ABC tidak hanya terfokus pada aspek
finansial, namun juga pada aspek non finansial lain yang merupakan indikator
keberhasilan/kinerja perusahaan.
Namun demikian, berbagai hasil riset masih menunjukkan temuan yang
berbeda.Implementasi ABC belum memberikan kontribusi yang optimal bagi perusahaan
dalam peningkatan kinerja.Bahkan di negara asalnya, minat untuk menggunakan sistem
ini masih sangat kecil. Artinya masih ada alternatif sistem lain yang diyakini dapat
membantu perusahaan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi. Implementasi sistem ini
selain membutuhkan SDM yang berkompeten juga memerlukan dukungan teknologi dan
semangat kerja tim. Selain itu, seperangkat alat untuk kepentingan mekanisme kontrol
perlu disusun agar sistem dapat berjalan efektif dan efisien.Selain dapat mengevaluasi dan
mengukur kinerja, alat kontrol ini dapat memberikan umpan balik untuk perbaikan
rencana strategis perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.usq.edu.au/3719/1/Byrne_Stower_Torry.pdf
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/metode-abc-activity-based-costing-
dalam.html
http://e-journal.stie-aub.ac.id/index.php/probank/article/download/92/74
Fladkjær, Henrik and Erling Jensen. The ABC-paradox: Is Time Driven ABC Relevant
forSmall and Medium Sized Enterprises (SME?.Working Paper SeriesmDepartment of
Business and ManagementNo. 2, 2011
Geri, Nitza & Boaz Ronen. Relevance lost: the rise and fallof activity-based costing.
Human Systems Management 24 (2005) 133–144 133. IOS Press.
Hongren, Charles T., Datar, Srikant M., dan Foster, George, 2008, Akuntansi Biaya;
Penekanan Manajerial, jilid 1, edisi kesebelas, Indeks.
Hansen, Don R., Mowen, Maryanne M., 2000, Manajemen Biaya; Akuntansi dan
Pengendalian, buku 1, Salemba Empat.
Malmi, Teemu. Towards explaining activity-based costingfailure: accounting and
control in adecentralized organization. Management Accounting Research, 1997, 8,
459]480
Mabrur, Zaenul. 2009. Analisis Activity Based Costing sebagai Alternatif dalam
Penentuan
Harga Pokok Produksi. S1 Akuntansi STIE AUB, Surakarta.
Haryanti, Eni. 2004. Perbandingan Traditional Costing dan Accounting Based
Costing System .
Surakarta: Skripsi S1 Non Reguler Akuntansi Universitas Sebelas Maret.
Sulistyarini, Harfita. 2007. Perbandingan Sistem Biaya Tradisional dan Activity
Based Costing
System dalam Penentuan Harga Pokok Produk. Surakarta: S1 Akuntansi Universitas
Sebelas Maret
Zhang Yi Fei and Che Ruhana Isa. Factors Influencing Activity-Based
CostingSuccess: A Research Framework. International Journal of Trade, Economics
and Finance, Vol. 1, No. 2, August, 20102010-023X