dito aditia_universitas brawijaya malang_griya edukasi berbasis ict melalui pemanfaatan aurora 3d...

48
KARYA TULIS KREATIF JUDUL: GRIYA EDUKASI BERBASIS ICT MELALUI PEMANFAATAN AURORA 3D PRESENTATION BAGI ANAK NELAYAN SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN KARAKTER BERDAYA SAING GLOBAL BIDANG: PENDIDIKAN OLEH: AFIFAH QODRI RINJANI 115110701111012 DITO ADITIA 115080101111027 SEPTIAN ANDIAWAN 115080100111024 UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2012

Upload: septian-andiawan

Post on 30-Dec-2015

189 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KARYA TULIS KREATIF

JUDUL:

GRIYA EDUKASI BERBASIS ICT MELALUI PEMANFAATAN AURORA 3D

PRESENTATION BAGI ANAK NELAYAN SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN

KARAKTER BERDAYA SAING GLOBAL

BIDANG:

PENDIDIKAN

OLEH:

AFIFAH QODRI RINJANI 115110701111012

DITO ADITIA 115080101111027

SEPTIAN ANDIAWAN 115080100111024

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

i

KARYA TULIS KREATIF

JUDUL:

GRIYA EDUKASI BERBASIS ICT MELALUI PEMANFAATAN AURORA 3D

PRESENTATION BAGI ANAK NELAYAN SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN

KARAKTER BERDAYA SAING GLOBAL

BIDANG:

PENDIDIKAN

OLEH:

AFIFAH QODRI RINJANI 115110701111012

DITO ADITIA 115080101111027

SEPTIAN ANDIAWAN 115080100111024

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2012

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Kegiatan : Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan

Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai

Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global

Bidang : Pendidikan

Ketua Pelaksana Kegiatan

Nama Lengkap : Dito Aditia

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan/Manajemen

Sumberdaya Perairan

NIM : 115080101111027

Anggota Pelaksana 1

Nama Lengkap : Afifah Qodri Rinjani

Fakultas : Ilmu Budaya/ Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia

NIM : 115110701111012

Anggota Pelaksana 2

Nama Lengkap : Septian Andiawan

Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan/ Manajemen

Sumberdaya Perairan

NIM : 115080100111024

Dosen Pembimbing

Nama Lengkap : Nia Budiana, S.Pd

Alamat Rumah dan No.Telp : Jalan Baiduri Pandan 39 Malang/ 085648051005

Malang, 21 April 2012

Menyetujui,

Ketua Pelaksana

Dito Aditia

NIM. 115080101111027

Dosen Pembimbing

Nia Budiana, S.Pd

Pembantu Rektor III

Universitas Brawijaya

Ir. H. RB. Ainurrasjid, MS

N I P. 19550618 198103 1 002

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat

dan karunia-Nya, sehingga kami berhasil menyelesaikan karya tulis kreatif yang

berjudul Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D

Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya

Saing Global.

Karya tulis kreatif ini menggagas tentang pemanfaatan teknologi informasi

dan komunikasi dalam bidang pendidikan, yakni pemanfaatan software presentasi

Aurora 3D Presentation bagi anak nelayan sebagai upaya menciptakan karakter

anak nelayan yang berdaya saing global. Termarginalkannya anak nelayan di

negara maritim seperti Indonesia melatarbelakangi pembuatan karya tulis kreatif

ini, diharapkan gagasan ini dapat ditindaklanjuti sebagai salah satu program

pembantu program-program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah untuk

kesejahteraan nelayan Indonesia.

Pada penulisan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen pembimbing kami, Ibu Nia Budiana, S.Pd yang telah memberikan

bimbingan dan motivasi, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan ini

dengan baik.

2. Orang tua kami, yang turut membantu, mendoakan, dan mengatasi

berbagai kesulitan, sehingga kegiatan ini terselesaikan dengan baik dan

lancar.

3. Teman-teman yang telah memberikan semangat,sehingga kegiatan ini

dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

4. Semua pihak-pihak yang terkait, sehingga karya tulis kreatif ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Semoga karya tulis kreatif ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan

pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan

yang diharapkan dapat tercapai.

Malang, 19 April 2012

Penulis

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... iv

ABSTRAKSI ...................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................... 4

1.4 Manfaat Penulisaan ........................................................................... 4

1.5 Batasan Masalah ................................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................ 7

2.1 Hakikat Nelayan ................................................................................ 7

2.2 Realita Kehidupan Nelayan di Indonesia .......................................... 8

2.3 Ketimpangan Posisi Nelayan terhadap Perwujudan Daya Saing ...... 9

2.4 Kebijakan dan Program Pemerintah yang Telah Ada Sebelumnya .. 10

2.5 Keterkaitan ICT dan Pendidikan ....................................................... 12

BAB III METODE PENULISAN .................................................................... 14

3.1 Objek Penulisan ................................................................................. 14

3.2 Teknik Pengambilan Data ................................................................. 14

3.3 Prosedur Penulisan ............................................................................ 15

3.4 Kerangka Berpikir ............................................................................. 15

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 18

4.1 Konsep Griya Edukasi Berbasis ICT melalui Pemanfaatan Aurora

3D Presentation ................................................................................ 18

4.2 Kategori Usia Peserta Didik .............................................................. 21

4.3 Metode Pembelajaran ........................................................................ 22

4.4 Kompetensi yang dibekalkan pada Peserta Didik ............................. 23

4.5 Lokasi dan Sasaran ............................................................................ 24

4.6 Pola Implementasi Gagasan .............................................................. 24

BAB V PENUTUP ............................................................................................. 30

5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 30

5.2 Saran .................................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

v

ABSTRAKSI

Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation

Bagi Anak Nelayan Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing

Global.

Afifah, Dito, Septian. 2012. Universitas Brawijaya. Pembimbing : Nia Budiana,

S.Pd.

Ketika mendengar kata nelayan, hal yang terbesit dalam benak kita adalah

kehidupan mereka yang miskin. Sebagai seseorang yang pekerjanya melakukan

penangkapan ikan atau biota lain di laut, kehidupan nelayan sangat bergantung

kepada hasil laut. Kuantitas hasil tangkapan tentunya akan mempengaruhi

penghasilan mereka. Penghasilan nelayan yang tidak menentu seringkali membuat

taraf hidupnya semakin menurun dan jauh dari kata makmur. Hal tersebut seperti

menurut Kusnadi ( 2002:1 ) sebagai negara maritim, Indonesia memiliki pantai

terpanjang di dunia, dengan garis pantai lebih 81.000 km. Dari 67.439 desa di

Indonesia, kurang lebih 9.261 desa dikategorikan sebagai desa pesisir yang

sebagian besar penduduknya miskin.

Berbagai kebijakan dan program telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan nelayan. Bahkan pada masa pemerintahan Presiden

Abdurrahman Wahid dibentuk Departemen Kelautan dan Perikanan untuk

menunjukkan komitmen pemerintah terhadap dunia perikanan. Namun

kenyataannya saat ini kehidupan nelayan masih miskin. Kebijakan dan program

pemberdayaan yang ada saat ini baru sebatas formalitas semata. Selain itu reaksi

untuk mencapai tujuan sasaran tersebut adalah dengan meluncurkan salah satu

program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir (PEMP) sejak tahun 2000.

Taraf perekonomian nelayan yang masih jauh dari kata makmur

berdampak dan berakar dari pendidikan yang mereka dapatkan. Pada sektor

pendidikan ini permasalahan yang dialami nelayan merupakan permasalahan yang

fundamental. Termarginalkannya kaum pesisir ini,memberikan efek

berkepanjangan pada tingkat pendidikan yang mereka tempuh. 70% nelayan

hanya sampai sekolah dasar. Pada umumnya pendidikan nelayan di Indonesia,

khususnya nelayan sepanjang pantai utara Jawa, hanya sampai tingkat sekolah

dasar. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh ketidakmampuan perekonomian orang

tua yang berprofesi sebagai nelayan untuk menyekolahkan anak.

Salah satu upaya menuju bangsa Indonesia yang mandiri dan berdaya

saing tinggi tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan pendidikan nasional. Ini

disebabkan tenaga utama penggerak pembangunan nasional adalah produk

pendidikan. Ketertinggalan terhadap penguasaan dan pemahaman terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi akan menyebabkan daya saing di tingkat internasional

melemah.

Abad 21 merupakan era yang disebut banyak orang sebagai era modern,

era globalisasi, era digital, dan lain-lain. Begitu banyak istilah untuk menyebut

situasi di masa sekarang. Namun yang menjadi pokok pentingnya adalah era ini

ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang luar biasa.

vi

Segala bidang dan aktivitas manusia tidak terlepas dari pemanfaatan ICT,

termasuk bidang pendidikan. Oleh karena itu, penggunaan media hasil produk ICT

dalam dunia pendidikan dapat menunjang proses pembelajaran.

Maka dari itu, kami memanfaatkan sebuah produk kemajuan ICT berupa

software presentasi bernama Aurora 3D Presentation melalui sebuah gagasan

bernama Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D

Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya

Saing Global. Aurora 3D Presentation adalah sebuah software luar biasa di

bidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Aurora 3D Presentation

membantu kita membuat presentasi 3D dengan output executable file (.exe) dan

Movie. Kita tidak perlu mempunyai keahlian khusus dalam 3D, karena dengan

software ini kita bisa membuat teks, gambar, video dan lain-lain dengan mudah.

Dan membuat para audiens tertarik dengan materi pelajaran yang dipresentasikan.

Hal ini penting supaya mereka antusias dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar.

Metode pembelajaran yang digunakan adalah Direct Class Teaching and

Mastery Learning. Direct Class Teaching adalah sebuah metode dimana materi

disampaikan oleh mentor secara langsung kepada peserta didik melalui media

Aurora 3D Presentation, sedangkan Mastery Learning yaitu metode pembelajaran

dimana belajar dikondisikan secara bertahap. Materi yang diajarkan adalah

Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan, yang telah disesuaikan dengan

pemahaman peserta didik. Pendidikan di griya ini bersifat non formal (diluar

pendidikan sekolah umum) dan peserta didiknya (anak nelayan) tidak dipungut

biaya alias gratis. Griya ini akan memfokuskan pada aspek pendidikan dan

pengajaran anak-anak nelayan, berikut kompetensi yang dibekalkan kepada

mereka seperti Technological literacy, Information literacy, Global awareness,

Teaming, Curiosity, dan Good Communication. Diharapkan setelah lulus dari

Griya Edukasi Berbasis ICT ini, peserta didik dapat memahami secara teoritis dan

aplikatif dari berbagai pelajaran yang diberikan, memunculkan solusi masalah

secara kreatif, berpikir logis, siap menghadapi tantangan global serta berlaku bijak

terhadap alam dengan cara menjaga kelestarian alam.

Lokasi Griya Edukasi Berbasis ICT bagi Anak Nelayan diproyeksikan

berada di desa nelayan yang dijadikan objek binaan. Desa nelayan yang

diprioritaskan untuk menjadi desa binaan adalah yang mayoritas anak-anak

nelayannya dapat membaca dan menulis. Sasaran dari Griya Edukasi Berbasis

ICT bagi Anak Nelayan yaitu anak – anak nelayan yang berusia 18 – 22 tahun,

serta dapat membaca dan menulis.

Namun dalam implementasinya nanti, perlu dilakukan fungsi-fungsi

manajemen yaitu planning, organizing, actuating, controlling, dan evaluating,

serta partisipasi dari semua pihak. Tanpa adanya fungsi manajemen dan

partisipasi dari semua pihak, mustahil gagasan ini dapat terwujud.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nelayan merupakan sebuah kata yang tidak asing lagi ditelinga kita. Sejak

masa kanak-kanak, guru atau orangtua kita tentunya telah mengajarkan kepada

kita berbagai jenis profesi atau pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Salah satu

jenis pekerjaan atau profesi adalah nelayan. Menurut Brandt dalam Siombo

(2010:3) nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan.

Ketika mendengar kata nelayan, hal yang terbesit di benak kita adalah

kehidupan mereka yang miskin. Sebagai seseorang yang pekerjaannya melakukan

penangkapan ikan atau biota lain di laut, kehidupan nelayan sangat bergantung

kepada hasil laut. Kuantitas hasil tangkapan tentunya akan mempengaruhi

penghasilan mereka. Penghasilan nelayan yang tidak menentu seringkali membuat

taraf hidupnya semakin menurun dan jauh dari kata makmur. Hal tersebut seperti

menurut Kusnadi (2002:1), sebagai negara maritim, Indonesia memiliki pantai

terpanjang di dunia, dengan garis pantai lebih dari 81.000 km. Dari 67.439 desa di

Indonesia, kurang lebih 9.261 desa dikatagorikan sebagai desa pesisir yang

sebagian besar penduduknya miskin.

Ironis memang karena nasib mereka berbanding terbalik dengan

melimpahnya sumberdaya alam yang terkandung di dalam laut Indonesia. Apabila

melihat dari hal tersebut, seharusnya nelayan dapat hidup makmur dan sejahtera.

Berbagai kebijakan dan program telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk

meningkatkan kesejahteraan nelayan. Bahkan pada masa pemerintahan Presiden

Abdurrahman Wahid dibentuk Departemen Kelautan dan Perikanan untuk

menunjukkan komitmen pemerintah terhadap dunia perikanan. Namun

kenyataannya saat ini kehidupan nelayan masih miskin. Kebijakan dan program

pemberdayaan yang ada saat ini baru sebatas formalitas semata.

2

Begitu kompleks permasalahan yang dialami nelayan Indonesia. Salah

satu pokok permasalahan yang dialami adalah permasalahan pada sektor

pendidikan. Menurut Kusnadi (2007:15) kebutuhan akan kesehatan dan

pendidikan merupakan kebutuhan berkala yang harus dipenuhi oleh rumah tangga

nelayan karena kondisi lingkungan pemukiman nelayan yang padat dan kotor

berdampak terhadap kualitas kesehatan masyarakat. Dengan memperhatikan

bahwa aspek kesehatan dan pendidikan merupakan bagian dari kebutuhan pokok

masyarakat nelayan yang harus terpenuhi.

Pendidikan dapat dijadikan tolak ukur maju atau tidaknya suatu negara.

Begitu pentingnya peran pendidikan dalam sebuah negara, salah satunya

dikarenakan elemen-elemen pendidikan seperti anak-anak (peserta didik),

merupakan tonggak estafet suatu negara yang dapat menciptakan perubahan pola

pikir anak nelayan sehingga dapat mengurangi rantai kemiskinan nelayan di

Indonesia.

Pada sektor pendidikan ini permasalahan yang dialami nelayan merupakan

permasalahan yang fundamental. Termarginalkannya kaum pesisir ini,

memberikan efek berkepanjangan pada tingkat pendidikan yang mereka tempuh.

Menurut Siombo (2010:4) 70% pendidikan nelayan hanya sampai sekolah dasar.

Pada umumnya pendidikan nelayan di Indonesia, khususnya nelayan sepanjang

pantai utara Jawa, hanya sampai tingkat sekolah dasar. Hal tersebut sangat

dipengaruhi oleh ketidakmampuan perekonomian orang tua yang berprofesi

sebagai nelayan untuk menyekolahkan anak.

Sedangkan menurut Ali (2009:1&8) upaya menuju bangsa Indonesia yang

mandiri dan berdaya saing tinggi tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan

pendidikan nasional. Ini disebabkan tenaga utama penggerak pembangunan

nasional adalah produk pendidikan. Ketertinggalan terhadap penguasaan dan

pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi akan menyebabkan daya

saing di tingkat internasional melemah.

Menciptakan pembelajaran sebagai komunikasi merupakan salah satu hal

penting dalam pendidikan. Menurut Sadiman dalam Waryanto (1993:6) proses

3

belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi. Proses komunikasi

yaitu proses menyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media

tertentu kepada penerima pesan, pesan – pesan tersebut berupa isi ajaran dan

didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain kedalam

simbol-simbol komunikasi visual maupun verbal.

Seiring berkembangnya kemajuan zaman, modifikasi pola pembelajaran

perlu digunakan tenaga pendidik agar peserta didik merasa lebih tertarik dalam

kegiatan pembelajaran. Salah satu jenis modifikasi pola pembelajaran adalah

memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Contoh

pemanfaatan kemajuan Information Communication and Technology (ICT) dalam

pola pembelajaran adalah melalui penggunaan software presentasi dalam kegiatan

belajar mengajar. Salah satu software presentasi yang menarik untuk digunakan

adalah Aurora 3D Presentation. Software ini merupakan software yang digunakan

dalam kegiatan presentasi. Aurora 3D Presentation mampu menghasilkan solusi

yang menggabungkan gambar, teks, video, dan data dengan cara yang lebih

menarik. Aurora 3D Presentation juga memberikan solusi presentasi yang indah

dan gaya serta kemudahan dalam menampilkan sebuah file presentasi.

Kelebihan Aurora 3D Presentation dibandingkan dengan software

presentasi yang lain adalah hasil presentasi menjadi lebih menarik tanpa perlu

melakukan berbagai pengaturan, mudah didapat, hemat karena tidak perlu

mengeluarkan biaya, serta efisien dalam menciptakan tampilan presentasi yang

menarik tanpa membutuhkan waktu yang lama.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin membuat sebuah program

bernama Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D

Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya

Saing Global. Penulis berharap program di bidang pendidikan tersebut, menjadi

upaya yang jitu untuk membangun karakter anak nelayan Indonesia yang berdaya

saing global, mengingat pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam

membangun bangsa.

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas. Rumusan masalah dalam karya tulis

yang berjudul Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D

Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya

Saing Global adalah:

Bagaimana bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

bidang pendidikan bagi anak nelayan sebagai upaya menciptakan karakter anak

nelayan yang berdaya saing global?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam karya tulis yang berjudul Griya Edukasi Berbasis

ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai

Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global adalah sebagai berikut:

1. Memberikan terobosan program pengembangan kualitas anak nelayan

dalam bidang pendidikan melalui pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi.

2. Memberikan terobosan program pengembangan kualitas anak nelayan

sehingga dapat mengubah pola pikir (paradigma) anak nelayan secara

berkelanjutan.

3. Memberikan terobosan program efektif jangka panjang bagi anak nelayan

sehingga mampu menciptakan karakter anak nelayan yang berdaya saing

global.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan karya tulis yang berjudul Griya Edukasi Berbasis ICT

Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai

Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global adalah sebagai berikut.

5

1. Bagi Anak Nelayan

a. Melalui karya tulis ini anak nelayan Indonesia mampu mendapatkan

pendidikan yang lebih baik dan merata.

b. Melalui karya tulis ini anak nelayan Indonesia mampu mengubah

pandangan (paradigma) pentingnya pendidikan melalui pemanfaatan

teknologi informasi dan komunikasi, sehingga mampu meningkatkan

kualitas anak nelayan Indonesia.

c. Melalui karya tulis ini anak nelayan Indonesia memiliki karakter yang

berdaya saing global.

2. Bagi Masyarakat

a. Bagi masyarakat nelayan khususnya, program ini dapat menjadi estafet

perbaikan taraf hidup (kesejahteraan) nelayan.

b. Bagi masyarakat pada umumnya dapat menjadi salah satu metode

pemerataan dalam menekan angka kemiskinan melalui program

investasi jangka panjang (pendidikan).

3. Bagi Pemerintah

a. Membantu pemerintah dalam menjalankan program-program yang

sudah ada dalam bidang kesejahteraan untuk keluarga nelayan

Indonesia.

4. Bagi Penulis

a. Mengembangkan pola pikir penulis dalam bidang penyampaian ide

atau gagasan.

b. Mengembangkan kreativitas dalam bidang kefokusan studi yang

sedang ditempuh saat ini.

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penulisan karya tulis yang berjudul Griya Edukasi

Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan

Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global ini adalah

matapelajaran yang akan diajarkan sudah dipertimbangkan dan disesuaikan

dengan usia anak nelayan yang sudah ditentukan, sehingga tujuan yang

diharapkan penulis dapat tercapai. Materi pelajaran yang diajarkan adalah

6

Pengantar Ilmu Perikanan dan Kelautan, yang kontennya telah disederhanakan

dan disesuaikan dengan pemahaman anak nelayan yang berkisar antara usia 18 –

22 tahun.

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Nelayan

Menurut Brandt dalam Siombo (2010:3), nelayan adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Pengertian mata pencaharian

adalah sumber nafkah utama dalam memenuhi kebutuhan hidup menangkap ikan.

Sedangkan pengertian nelayan menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004

tentang perikanan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan.

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting bagi pembangunan

bangsa. Hampir semua bangsa menempatkan pembangunan pendidikan sebagai

prioritas utama dalam program pembangunan nasional mereka. Sumberdaya

manusia yang bermutu, yang merupakan produk pendidikan, merupakan kunci

keberhasilan suatu negara. Kemajuan suatu negara akan sulit dicapai tanpa adanya

investasi dalam bidang pendidikan , karena pada dasarnya pendidikan merupakan

suatu proses pemberdayaan, yaitu suatu proses untuk mengungkapkan potensi

yang ada pada manusia. Pendidikan bukan hanya berfungsi menguak potensi-

potensi yang ada di dalam diri manusia, melainkan juga berfungsi untuk

mengontrol potensi yang telah dikembangkannya agar dapat bermanfaat bagi

peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri (Hangestiningsih,2008:329-330).

Selama ini pendidikan kaum nelayan yang merupakan salah satu

komponen pendukung kemajuan suatu bangsa, kurang menjadi perhatian

masyarakat maupun pemerintah. Kehidupan sehari-hari, baik dari sektor ekonomi,

sosial, kesehatan dan juga pendidikan, kurang mereka dapatkan secara layak.

Salah satu faktor dari sektor kehidupan nelayan, yang paling berpengaruh akan

kemajuan taraf hidup nelayan adalah pendidikan. Dengan pendidikan memadai

yang didapat oleh kaum nelayan, secara tidak langsung akan menunjang sektor

kehidupan lainnya.

8

2.2 Realita Kehidupan Nelayan di Indonesia

Nelayan sebagai kelompok masyarakat yang hidup di wilayah pesisir, 70%

tingkat kesejahteraannya masih sangat rendah dan dalam kategori miskin. Begitu

juga tingkat pendidikan dan pengetahuan yang rendah dalam pemanfaatan dan

pengelolaan sumber daya ikan, 70% nelayan hanya sampai sekolah dasar. Pada

umumnya pendidikan nelayan di Indonesia, khususnya nelayan sepanjang pantai

utara Jawa, hanya sampai tingkat sekolah dasar. Hal tersebut sangat dipengaruhi

oleh ketidakmampuan perekonomian orang tua yang berprofesi sebagai nelayan

untuk menyekolahkan anak ( Siombo, 2010:4).

Mutu sumber daya manusia nelayan masih rendah, ini dapat dilihat dari

rendahnya: (1) kompetensi; (2) kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen; (3)

penghasilan; (4) kemampuan memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian besar nelayan

berpendidikan rendah, karena alasan ekonomi, banyak yang putus sekolah. Waktu

yang lebih banyak dihabiskan di laut di antaranya menyebabkan nelayan

mengalami kesulitan belajar seperti warga masyarakat lainnya yang bekerja di

darat. Nelayan kehilangan banyak waktu untuk memikirkan dan melakukan

berbagai hal untuk meningkatkan mutu kehidupannya dan mutu kehidupan

keluarganya (Hamzens dan Sumardjo, 2007:1).

Nelayan-nelayan kecil dimanapun memiliki posisi sosial yang rendah.

Lihat saja di India pada umumnya nelayan tergolong berkasta rendah. Di Jepang,

saat ini juga posisi nelayan mengalami degradasi status sehingga mengalami

problem regenerasi nelayan karena sedikitnya kalangan muda yang bersedia

menjadi nelayan meskipun dijanjikan akan memperoleh berbagai fasilitas subsidi

dari pemerintah. Bayangkan saja, pada tahun 1997, dari jumlah nelayan laki-laki

yang berjumlah 81,6%, nelayan usia muda ( 15 - 39 tahun ) hanya sebesar 13,3%,

nelayan usia 40-59 tahun sebesar 33,8%, dan nelayan tua ( di atas 60 tahun )

sebanyak 34%. Ini terjadi karena profesi nelayan identik dengan 3 K ( kitanai,

kitsui, dan kiken ) yang artinya kotor, keras, dan membahayakan. Nelayan

merupakan kelompok sosial yang selama ini terpinggirkan, baik secara sosial,

ekonomi, maupun politik. Ini pun merupakan kecenderungan di berbagai negara.

9

Di India, identik dengan kasta rendahan. Di Kanada, nelayan First Nation juga

marjinal secara ekonomi dan politik ( Satria, 2009: 120&366).

Kehidupan nelayan yang serba terbatas dan kurangnya perhatian

pemerintah menyebabkan mutu sumber daya manusia di kalangan nelayan sendiri

tergolong rendah. Kesulitan memperoleh hasil tangkapannya yang berimbas pada

keefektifan dan keefesienan kerja nelayan mengakibatkan para nelayan banyak

menghabiskan waktu hidupnya di laut. Kurangnya waktu untuk mengembangkan

pengetahuan dan meningkatkan taraf hidupnya menjadi faktor akibat sekaligus

penyebab masih terkendalanya kemajuan hidup kaum nelayan.

2.3 Ketimpangan Posisi Nelayan terhadap Perwujudan Daya Saing

Nelayan merupakan salah satu elemen masyarakat yang terkesampingkan

karena statusnya yang kurang diperhitungkan. Padahal, dari hasil tangkapannya

kita bisa mengkonsumi hasil laut yang kaya akan kandungan-kandungan

bermanfaat. Produktifitas nelayan berpengaruh pada ekspor-impor negara dalam

hal hasil tangkapan laut yang berimbas pada perekonomian negara. Peran

pemerintah dalam hal ini sangat penting, karena dengan adanya kontrol dan

dukungan pemerintah akan kemakmuran kaum nelayan, akan berdampak pada

kemajuan di sektor perikanan sehingga dapat membantu menopang perekonomian

negara.

Sebagian besar kategori sosial nelayan Indonesia adalah nelayan

tradisional dan nelayan buruh. Mereka adalah penyumbang utama kuantitas

produksi perikanan tangkap nasional. Walaupun demikian, posisi sosial mereka

tetap marginal dalam proses transaksi ekonomi yang timpang dan eksploitatif

sehingga sebagai pihak produsen, nelayan tidak memperoleh bagian pendapatan

yang besar. Pihak yang paling beruntung adalah para pedagang ikan berskala

besar atau pedagang perantara. Para pedagang inilah yang sesungguhnya menjadi

“penguasa ekonomi” di desa-desa nelayan. Kondisi demikian terus berlangsung

menimpa nelayan tanpa harus mengetahui bagaimana mengakhirinya. Hal ini

telah melahirkan sejumlah masalah sosial ekonomi yang krusial pada masyarakat

nelayan. Namun demikian, belenggu struktural dalam aktivitas perdagangan

10

tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor yang menimbulkan persoalan sosial

di kalangan nelayan. Faktor-faktor lain yang sinergis, seperti semakin

meningkatnya kelangkaan sumber daya perikanan, kerusakan ekosistem pesisir

dan laut, serta keterbatasan kualitas dan kapasitas teknologi penangkapan,

rendahnya kualitas sumber daya manusia, ketimpangan akses terhadap sumber

daya perikanan, serta lemahnya proteksi kebijakan dan dukungan fasilitas

pembangunan untuk masyarakat nelayan masih menjadi faktor yang menimbulkan

persoalan ( Kusnadi, 2007: 1-2 ).

2.4 Kebijakan dan Program Pemberdayaan Nelayan yang Telah Ada

Sebelumnya

Di era reformasi, dunia perikanan dan kelautan mulai mendapat perhatian

lebih dari pemerintah. Salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap perikanan

dan kelautan yaitu membentuk Departemen Kelautan dan Perikanan, yang kini

namanya telah diubah menjadi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Banyak

kebijakan dan program yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk perikanan dan

kelautan, namun sayang, hal tersebut belum mmpu meningkatkan taraf hidup dan

pendidikan kaum nelayan.

Salah satu sasaran program pembangunan nasional di bidang kelautan

adalah terciptanya peningkatan pendapatan masyarakat di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil. Reaksi untuk mencapai tujuan sasaran tersebut adalah dengan

meluncurkan salah satu program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir

(PEMP) sejak tahun 2000. Perhatian terhadap kawasan pesisir tidak hanya

didasari oleh pertimbangan pemikiran bahwa kawasan itu tidak hanya menyimpan

potensi sumber daya alam yang cukup besar, tetapi juga potensial sosial

masyarakat yang akan mengelola sumber daya alam tersebut secara berkelanjutan.

Potensi masyarakat ini sangat penting karena sebagian besar penduduk yang

bermukim di pesisir dan hidup dari pengelolaan sumber daya kelautan dan

perikanan tergolong miskin. Kebijakan-kebijakan pembangunan di bidang

perikanan (revolusi biru) selama ini ternyata belum mampu meningkatkan

11

kesejahteraan hidup masyarakat pesisir, termasuk yang berada di kawasan pesisir

Selat Madura (Kusnadi dkk, 2003:2).

Sekalipun negara atau pemerintah telah mengimplementasikan sejumlah

kebijakan untuk membangun sektor perikanan tangkap dan pemberdayaan

ekonomi produktif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan nelayan, namun

hasil yang dicapai masih belum maksimal. Kalau kita perhatikan, selama ini spirit

kebijakan nasional dalam pembangunan perikanan sejak awal tahun 1970-an dan

masih terus diberlakukan hingga saat ini-yang mengutamakan peningkatan

produksi, mengakibatkan kelangkaan sumber daya perikanan, kerusakan ekonomi

pesisir-laut, kemiskinan, dan kesenjangan sosial. Kebijakan demikian tidak

disertai atau dikawal dengan kebijakan pembanding tentang bagaimana

masyarakat nelayan harus menjaga keberlanjutan sumber daya kelautan.

Sebenarnya, kebijakan ini memberi keuntungan ekonomi bagi para nelayan

bermodal besar yang secara kuantitatif berjumlah sedikit, namun pada akhirnya

semua nelayan dari berbagai kategori usaha menghadapi persoalan yang sama.

Demikian juga kebijakan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan yang

selama ini diterapkan. Kalau dianalogikan dengan orang memancing, kebijakan

tersebut hanya memberi “ikan” kepada nelayan, tetapi tidak memberikan jaminan

keberlanjutan (Kusnadi, 2007:3-4).

Yang lebih parah lagi, sedikit sekali lembaga-lembaga keuangan di negeri

ini yang mau memberikan bantuan dana kepada nelayan. Menurut Kusnadi

(2007:4&6), hal ini dapat ditunjukkan dengan lemahnya dukungan kebijakan

lembaga-lembaga perbankan resmi untuk penyaluran kredit dengan bunga rendah

kepada masyarakat nelayan secara berkesinambungan dan konsisten. Di samping

itu bayang-bayang stereotipe negatif tentang nelayan sebagai masyarakat yang

suka ngemplang dan sulit diatur sering mempengaruhi komitmen dan kebijakan

berbagai pihak, khususnya aparatur pemerintah di daerah ( lokal ) yang akan

membantu masyarakat nelayan. Demikian juga sebaliknya, banyak program

intervensi pembangunan lain kurang memperoleh dukungan masyarakat nelayan.

Hal ini disebabkan oleh perencanaan program yang tidak partisipatif dan tidak

adanya simpati masyarakat terhadap program tersebut, walaupun para birokrat

12

selalu berujar bahwa program pembangunan tersebut untuk membantu masyarakat

nelayan.

2.5 Keterkaitan antara Kemajuan ICT dan Pendidikan

Abad 21 merupakan era yang disebut banyak orang sebagai era modern,

era globalisasi, era digital, dan lain-lain. Begitu banyak istilah untuk menyebut

situasi di masa sekarang. Namun yang menjadi pokok pentingnya adalah era ini

ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang luar biasa.

Segala bidang dan aktivitas manusia tidak terlepas dari pemanfaatan ICT,

termasuk bidang pendidikan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi telah banyak

mengubah cara pandang dan gaya hidup masyarakat Indonesia dalam melakukan

aktivitasnya. Kebijakan pendidikan harus serta merta menyesuaikan diri dengan

tuntutan perubahan. Pendidikan bukan hanya berfungsi menguak potensi-potensi

yang ada di dalam diri manusia, melainkan juga berfungsi untuk mengontrol

potensi yang telah dikembangkannya agar dapat bermanfaat bagi peningkatan

kualitas hidup manusia itu sendiri (Hangestiningsih, 2008: 305 – 392).

Teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dan dipergunakan

diberbagai bidang kehidupan manusia termasuk bidang pendidikan. Teknologi

informasi dan komunikasi memiliki nilai tambah yang membuat proses

pembelajaran lebih menarik, efisien dan efektif untuk meningkatkan kompetensi

peserta didik serta dapat memecahkan berbagai masalah pendidikan. Keberhasilan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk keperluan pembelajaran

dipengaruhi oleh kemampuan guru menggunakannya, kesiapan siswa belajar

dengan bantuan teknologi itu, serta sikap masyarakat dan lingkungan terhadap

teknologi tersebut (Wijaya, 2007: 50).

Oleh karena itu, penggunaan media hasil produk ICT dalam dunia

pendidikan dapat menunjang proses pembelajaran. Media-media yang dapat

dimanfaatkan dapat berupa audio, visual, maupun audio visual. Penggunaan hasil

produk ICT dalam pembelajaran diharapkan dapat membuat peserta didik tidak

13

merasa bosan dalam belajar. Salah satu hasil produk ICT yang dapat dimanfaatkan

dalam proses pembelajaran adalah Aurora 3D Presentation.

Pada pembelajaran menggunakan animasi 3D, siswa tidak hanya belajar

melalui stimulus gambar saja tetapi juga melalui kata Stimulus visual

membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat,

mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dan konsep.

Dilain pihak, stimulus verbal memberi hasil belajar yang lebih apabila

pembelajaran ini melibatkan ingatan yang berurut-urutan. Belajar dengan

menggunakan indera ganda – pandang dan dengar – berdasarkan konsep di atas

akan memberi keuntungan bagi siswa. Siswa akan belajar lebih banyak dari pada

jika materi pelajaran disajikan hanya dengan stimulus pandang atau hanya dengan

stimulus dengar (Iriani dkk, 2009: 69)

14

BAB III

METODE PENULISAN

Karya tulis kreatif berjudul Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui

Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai Upaya

Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global menggunakan kajian pustaka atau

library research. Data yang diperoleh penulis disajikan secara deskriptif yang

disertai dengan analisis sehingga menunjukkan suatu kajian ilmiah yang dapat

dikembangkan dan diterapkan lebih lanjut.

3.1 Objek Penulisan

Objek penulisan dalam karya tulis kreatif ini adalah pemanfaatan software

presentasi Aurora 3D Presentation dalam sebuah program pembelajaran bernama

griya edukasi bagi anak nelayan. Dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi

dan komunikasi yang dimasukan dalam proses pembelajaran ini, diharapkan anak

nelayan lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga mampu

mendapatkan pengetahuan lebih mendalam mengenai bidang perikanan dan

perairan di Indonesia. Dengan demikian ketika anak nelayan mengikuti

pembelajaran, mereka akan mendapatkan double point yakni pembelajaran

mengenai bidang perikanan dan perairan serta kecanggihan teknologi informasi

dan komunikasi, sehingga dua poin tersebut dapat membantu menciptakan

karakter anak nelayan Indonesia yang berdaya saing global.

3.2 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data dalam karya tulis kreatif ini adalah

mengumpulkan berbagai Informasi yang berkaitan fenomena nelayan Indonesia.

Hal-hal tersebut meliputi kondisi kekinian nelayan dan anak nelayan, pentingnya

pendidikan bagi pembangunan nasional, pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi dalam bidang pendidikan, software presentasi Aurora 3D

Presentation. Informasi tersebut diperoleh dari berbagai literatur, yakni: jurnal

ilmiah, buku yang relevan dengan objek kajian, internet, atau pun surat kabar.

15

3.3 Prosedur Penulisan

Setelah proses pengumpulan data dilakukan, semua data diseleksi untuk

menyeleraskan data berupa informasi yang ada dengan masalah yang akan dikaji.

Untuk menyajikan masalah yang akan dibahas, maka dalam tulisan ini penyajian

dibagi atas lima pokok bahasan yakni:

1. Kondisi kekinian nelayan di Indonesia.

2. Kondisi kekinian pendidikan anak nelayan di Indonesia.

3. Pentingnya pendidikan bagi anak nelayan mengingat pendidikan

merupakan pilar utama membangun sebuah bangsa.

4. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berupa software untuk

presentasi bernama Aurora 3D Presentation dalam bidang pendidikan.

5. Program griya edukasi berbasis ICT melalui pemanfaatan Aurora 3D

Presentation bagi anak nelayan sebagai upaya menciptakan karakter anak

nelayan Indonesia yang berdaya saing global.

3.4 Kerangka Berpikir

Karya tulis ini memiliki kerangka berpikir dalam proses penulisannya.

Kerangka berpikir atau alur berpikir digunakan untuk mempermudah proses

penulisan. Berikut kerangka berpikir dalam karya tulis berjudul Griya Edukasi

Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan

Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global.

LATAR BELAKANG

Permasalahan nelayan di Indonesia.

Salah satu permasalahan dalam bidang pendidikan.

Pentingnya pendidikan bagi anak nelayan mengingat pendidikan

merupakan pilar utama membangun sebuah bangsa.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi berupa software untuk

presentasi bernama Aurora 3D Presentation dalam bidang pendidikan.

Program griya edukasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi

16

melalui pemanfaatan Aurora 3D Presentation bagi anak nelayan sebagai

upaya menciptakan karakter anak nelayan Indonesia yang berdaya saing

global.

STUDI LITERATUR

Hakikat Nelayan.

Realita Kehidupan Nelayan di Indonesia.

Ketimpangan Posisi Nelayan Dalam Upaya untuk Mewujudkan Indonesia

yang Berdaya Saing.

Kebijakan dan Program Pemberdayaan Nelayan yang Telah Ada

Sebelumnya.

Keterkaitan antara Kemajuan ICT dan Pendidikan.

PEMBAHASAN

Menjelaskan bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

PERUMUSAN MASALAH

Bagaimana bentuk pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

bidang pendidikan bagi anak nelayan sebagai upaya menciptakan karakter anak

nelayan yang berdaya saing global?

17

bidang pendidikan bagi anak nelayan sebagai upaya perbaikan kualitas anak

nelayan yang berdaya saing global. Keruntutan pola pembahasan mengenai

penjelasan yang meliputi konsep griya edukasi dijelaskan secara terperinci, hingga

pada tahap akhir yakni evaluasi.

LUARAN YANG DIHARAPKAN

Mengembangkan kualitas anak nelayan sehingga memiliki karakter yang berdaya

saing di era global melalui program sekolah edukasi dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi yakni Aurora 3D Presentation. Sehingga

mampu membantu meningkatkan kesejahteraan nelayan sekaligus membantu

program-program pemerintah yang sudah pernah dicanangkan untuk

kesejahteraan nelayan.

18

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Konsep Griya Edukasi Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D

Presentation

Griya edukasi berbasis ICT melalui pemanfaatan Aurora 3D Presentation

merupakan sebuah konsep baru yang kami tawarkan dalam mendidik dan

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak nelayan sebagai upaya

menciptakan karakter yang berdaya saing global. Untuk menyiapkan peserta didik

dalam menghadapi tantangan global, maka griya edukasi ini menanamkan

pendidikan karakter bagi peserta didiknya. Karakter yang hendak ditanamkan

kepada peserta didik adalah karakter yang baik, cerdas, dan tangguh. Baik dalam

arti segala ucapan dan tindakannya tidak melanggar norma-norma dan peraturan

yang berlaku. Cerdas dalam arti mampu berpikir dan bertindak untuk mengatasi

masalah dengan tepat, khususnya masalah yang berkaitan dengan perikanan dan

kelautan. Serta tangguh dalam arti tidak mudah menyerah ketika masalah

menghadang. Menurut Kertajaya dalam Hidayatullah (2010:6-13), karakter adalah

“ciri khas” yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah

“asli” dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan

merupakan mesin yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap,

berujar, dan merespons sesuatu.

Sebagai generasi penerus bangsa, anak nelayan perlu dididik dengan baik

dengan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan tentunya

berbeda dengan suasana belajar di sekolah formal. Suasana belajar tersebut akan

membuat peserta didik merasa antusias mengikuti proses pembelajaran, sehingga

mereka dapat menyerap ilmu yang diajarkan oleh mentor dalam griya edukasi ini

dengan baik. Karena kondisi sosial dan ekonomi anak nelayan yang sulit, maka

dibutuhkan cara edukasi yang berbeda dari sekolah formal. Menurut Badiran,dkk

(2009: 6) , pemberdayaan anak nelayan ternyata tidak bisa diseragamkan, tetapi

harus disesuaikan dengan kondisi aktual masyarakat setempat. Kondisi aktual ini

19

harus diberikan solusi dengan memerhatikan budaya dan kondisi psikologis

mereka. Jika kondisi nyata kehidupan nelayan ini tidak diperhatikan, dipastikan

program pemberdayaan pendidikan akan gagal karena pemberdayaan pendidikan

anak nelayan tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pesisir.

Perkembagan zaman yang semakin maju menimbulkan banyak kebutuhan-

kebutuhan manusia yang pemenuhannya menuntut sistem yang serba cepat.

Semakin banyaknya tuntutan tersebut membuat banyak kemajuan dalam berbagai

bidang. Salah satu dampak dari pemenuhan kebutuhan tersebut adalah

perkembangan dalam bidang informasi dan teknologi. Globalisasi dan

perkembangan ICT telah mempercepat terbentuknya dunia baru yang hampir

menyentuh semua bidang kehidupan manusia. Menurut Wijaya (2007: 50-51),

globalisasi yang memberikan dampak perubahan pada pembelajaran menuntut

kompetensi baru yang perlu dibekalkan kepada peserta didik. Memperkenalkan

dan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses

pembelajaran membutuhkan waktu, karena tidak hanya menyangkut

pengintegrasian teknologi informasi dan komunikasi saja, tetapi tantangan lain.

Seperti biaya, kurikulum dan pedagogikal, instruksional, kompetensi guru.

Meskipun tantangan ada tapi penggunaan teknologi informasi merupakan suatu

tuntutan pembelajaran yang tidak bisa diabaikan.

Perkembangan teknologi informasi hendaknya dimanfaatkan untuk

meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran melalui media-media hasil

ciptaanya. Menurut Iriani, dkk (2009: 60), perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi tersebut mendorong berbagai upaya pembaharuan dalam memanfaatkan

hasil-hasil teknologi khususnya dalam dunia pendidikan. Para guru dituntut untuk

mengembangkan kreativitas agar dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa, hasil-

hasil teknologi dapat dimanfaatkan guru untuk menunjang proses pembelajaran.

Salah satu penggunannya adalah sebagai media pembelajaran untuk membantu

siswa dalam memahami materi pelajaran.

Maka dari itu, kami memanfaatkan sebuah produk kemajuan ICT berupa

software presentasi bernama Aurora 3D Presentation. Aurora 3D Presentation

merupakan software presentasi yang memiliki tampilan menarik dibandingkan

20

Microsoft Power Point 2007. Aurora 3D Presentation adalah sebuah software luar

biasa di bidang teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Aurora 3D

Presentation membantu kita membuat presentasi 3D dengan output executable file

(.exe) dan Movie. Kita tidak perlu mempunyai keahlian khusus dalam 3D, karena

dengan software ini kita bisa membuat teks, gambar, video dan lain-lain dengan

mudah. Dan membuat para audiens tertarik dengan hasil presentasi kita.

Sementara itu, Microsoft PowerPoint 2007 masih memiliki banyak kekurangan,

salah satunya kurangnya tampilan menarik dari slide presentasinya dan

penggunaannya menguras sumberdaya PC. Menurut Wahana Komputer (2007:9),

dibalik kemegahan dan kelengkapan fitur yang lebih segar, PowerPoint 2007

tetap memiliki kekurangan. Software ini ternyata menguras sumberdaya PC

terutama memori dan prosesor yang cukup besar. Hal ini agak memberatkan

pemilik PC model lama.

Sementara itu, kelemahan Microsoft Power Point 2010 daripada Aurora

3D Presentation adalah terbatasnya ukuran video yang dapat dimasukkan

kedalam slide presentasinya. Menurut Wahana Komputer (2010: 149), format file

video yang dapat di-import Microsoft PowerPoint 2010 antara lain aci, mpeg, dan

wmv. Kelemahan menggunakan file video adalah ukuran file presentasi menjadi

lebih besar. Ukuran ini akan berpengaruh pada saat anda menjalankan slide

presentasi. Sehingga spesifikasi komputer yang Anda gunakan sangat

berpengaruh pada jalannya presentasi.

Keuntungan lain dari software presentasi Aurora 3D Presentation yaitu

dapat diunduh secara gratis di dunia maya, sehingga dapat menghemat

pengeluaran kita. Menurut Nenyjos (2012), Keuntungan menggunakan Aurora 3D

Presentasi yaitu : (1). Mudah untuk menghasilkan presentasi keren untuk gambar,

teks, model, video, dan data. (2). Tidak perlu tahu teknik-teknik dasar desain 3D.

(3). Pilih banyak cara untuk menampilkan konten anda. (4). Tidak perlu belajar

Flash, AE, Photoshop dan aplikasi 3D lainnya untuk membuat presentasi tampak

hebat. (5). Memilih dan menggunakan banyak elemen desain, termasuk latar

belakang, tema, gaya bentuk, efek dan sebagainya. (6). 3D nyata ruang, objek 3D

nyata. (7). Anda dapat mengekspor file gambar atau video, dan impor model 3D

21

lainnya dan tekstur dari perangkat lunak desain 3D.(8). Memberikan kenyamanan

kepada anda untuk mempelajari beberapa efek menarik dari perangkat lunak 3D

(9). Jika anda tidak punya waktu, Presentation 3D merupakan pilihan terbaik,

anda akan mendapatkan efisiensi yang tinggi.(10). Simpan uang untuk membuat

berbagai desain 3D interaktif.

Dengan memanfaatkan teknologi informasi, kualitas pembelajaran dan

pendidikan akan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat Wijaya (2007:51),

bahwa penggunaan teknologi informasi dan komunikasi secara benar dan tepat

memberikan kontribusi memperluas akses dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran yang terdigitalisasi.

4.2 Kategori Usia Peserta Didik

Usia anak nelayan atau peserta didik yang boleh mengikuti pendidikan di

Griya Edukasi ini adalah 18 - 22 tahun. Karena usia tersebut merupakan masa

muda yang potensial bagi kehidupan manusia. Menurut Rahman (2009: 50) , dari

usia 18 tahun sampai dengan usia 22 tahun disebut akhir masa remaja.

Pada kisaran usia tersebut, kondisi fisik dan psikis manusia sangat

mendukung untuk proses belajar mengajar, karena usia tersebut adalah saat

manusia memiliki semangat muda yang tinggi serta daya nalar yang baik. Sejak

usia 13 tahun keatas, manusia mulai belajar untuk hidup bermasyarakat dan

mengenal kondisi lingkungan alam sekitar. Menurut Hidayatullah (2010:6-13),

tahap ini merupakan tahap dimana anak dipandang telah siap memasuki kondisi

kehidupan di masyarakat. Anak diharapkan telah siap bergaul di masyarakat

dengan berbekal pengalaman-pengalaman yang dilalui sebelumnya.

Untuk itu, edukasi anak nelayan ketika usia mereka muda sangat penting.

Karena usia mempengaruhi tingkat pemikiran seseorang. Seperti yang

diungkapkan Heryanto dalam Suryani dkk (2004:38), usia dapat mempengaruhi

pada cara seseorang berfikir, mempersepsi dan menyikapi sesuatu yang menjadi

objeknya. Dalam hal persepsi dan penilaian terhadap pentingnya pendidikan bagi

anak usia nelayan pada golongan muda dan sedang memiliki wawasan yang lebih

luas dan memberikan penilaian yang positif terhadap pendidikan formal anak.

22

Sarwono dalam Suryani dkk (2004:39), yang mendefinisikan persepsi sebagai

proses pencarian informasi untuk dipahami melalui alat penginderaan

(penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya) dan alat untuk memahaminya

adalah kognisi atau kesadaran.

Selain itu, pada kisaran usia 18-22 tahun diasumsikan bahwa peserta didik

(anak nelayan) sudah saatnya untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan

yang mereka hadapi. Menurut Pigaet dalam Djiwandono (2008:73 ), usia 11

tahun-dewasa merupakan tahap operasional formal, dimana seseorang mampu

berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian

menyelesaikan masalah.

Meskipun dalam literatur tersebut tidak menyebutkan kata usia 18 – 22

tahun, tetapi dapat kita pahami bahwa usia 18 – 22 tahun merupakan masa

seseorang menuju kedewasaan. Jadi, usia 18 – 22 tahun dapat diasumsikan masa

dimana seseorang mulai dapat menganalisa masalah dengan baik dan mencari

solusi untuk menyelesaikan masalahnya. Sehingga pada kisaran 18 – 22 tahun,

peserta diajarkan dan dididik untuk dapat memecahkan persoalan yang dihadapi.

4.3 Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan dalam griya edukasi berbasis ICT

melalui pemanfaatan Aurora 3D Presentation bagi anak nelayan yaitu Direct

Class Teaching and Mastery Learning. Direct Class Teaching adalah sebuah

metode dimana materi disampaikan oleh mentor secara langsung kepada peserta

didik melalui media Aurora 3D Presentation, sedangkan Mastery Learning yaitu

metode pembelajaran dimana belajar dikondisikan secara bertahap.

Mastery Learning adalah suatu metode pembelajaran yang berasumsi

bahwa semua pembelajar pada dasarnya dapat belajar lebih maksimal apabila

mereka dikondisikan pada situasi belajar yang kondusif Wijaya (2007: 54).

Sementara itu, software Aurora 3D Presentation digunakan oleh mentor untuk

menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik. Materi pelajaran yang akan

disampaikan kepada peserta didik berupa wawasan dan pengetahuan yang

berkaitan dengan kondisi kekinian, khususnya kondisi perikanan dan kelautan,

23

yang dikemas dalam satu mata pelajaran yaitu Pengantar Ilmu Perikanan dan

Kelautan. Pengantar Ilmu Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu

matakuliah wajib di perguruan tinggi perikanan, tetapi konten mata pelajaran yang

akan diberikan kepada peserta didik tersebut akan disederhanakan dan disesuaikan

dengan pemahaman anak nelayan, mengingat kualitas pendidikan mereka yang

rendah. Karena mustahil anak-anak nelayan dapat menerima pelajaran setingkat

perguruan tinggi di awal pembelajaran. Sehingga konten mata pelajaran yang

diberikan nantinya tidak sedalam di perguruan tinggi perikanan.

Pendidikan di griya ini bersifat non formal (diluar pendidikan sekolah

umum) dan peserta didiknya (anak nelayan) tidak dipungut biaya alias gratis.

Griya ini akan memfokuskan pada aspek pendidikan dan pengajaran anak-anak

nelayan, dengan memanfaatkan teknologi informasi yaitu software presentasi

Aurora 3D Presentation dalam penyampaian materi pelajaran kepada peserta

didik.

4.4 Kompetensi yang Dibekalkan pada Peserta Didik

Berikut beberapa kompetensi yang dibekalkan oleh Griya Edukasi

Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan

Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global kepada peserta

didik dalam menyongsong daya saing global yaitu :

Technological literacy: kemampuan menggunakan teknologi informasi

Information literacy : kemampuan menemukan informasi

Global awareness : kemampuan memahami kondisi global

Teaming : kemampuan bekerja dalam tim

Curiosity : memiliki rasa ingin tahu.

Good Communication : kemampuan berkomunikasi dengan baik.

Diharapkan setelah lulus dari Griya Edukasi Berbasis ICT, peserta didik

dapat memahami secara teoritis dan aplikatif dari berbagai pelajaran yang

diberikan, memunculkan solusi masalah secara kreatif, berpikir logis, siap

menghadapi tantangan global serta berlaku bijak terhadap alam dengan cara

24

menjaga kelestarian alam. Menurut Suyatna dalam Duija (2005:112), era ke masa

depan merupakan era global yang penuh persaingan. Senang-tidak senang, suka-

tidak suka, atau siap-tidak siap, era global yang penuh persaingan harus dialami.

Era persaingan tidak dapat dihindari, sebaliknya disongsong dan dihadapi melalui

pengembangan kualitas dengan memunculkan unggulan yang diharapkan mampu

memenangkan persaingan.

4.5 Lokasi dan Sasaran

Lokasi Griya Edukasi Berbasis ICT bagi Anak Nelayan diproyeksikan

berada di desa nelayan yang dijadikan objek binaan. Desa nelayan yang

diprioritaskan untuk menjadi desa binaan adalah yang mayoritas anak-anak

nelayannya dapat membaca dan menulis.

Sasaran dari Griya Edukasi Berbasis ICT bagi Anak Nelayan yaitu anak –

anak nelayan yang berusia 18 – 22 tahun, serta dapat membaca dan menulis.

4.6 Pola Implementasi Gagasan

Untuk mengimplementasikan gagasan Griya Edukasi Berbasis ICT

Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai

Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global, digunakan fungsi-fungsi

manajemen diantaranya planning, organizing, actuating, controlling serta

evaluating. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Planning atau Perencanaan

Dalam dunia manajemen, planning yang baik akan menjadi dasar yang

kuat dalam mengimplementasikan sebuah gagasan atau visi. Planning bertujuan

untuk merencanakan hal-hal yang dianggap perlu untuk mendukung terwujudnya

sebuah gagasan bernama Griya Edukasi Berbasis ICT melalui Pemanfaatan

Aurora 3D Presentation Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing

Global.

Semua fungsi lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana fungsi

lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat,

cermat dan kontinyu. Empat tahap dasar perencanaan yaitu menetapkan tujuan

25

atau serangkaian tujuan, merumuskan keadaan saat ini, mengidentifikasi segala

kemudahan dan hambatan, serta mengembangkan serangkaian kegiatan untuk

pencapaian tujuan (Handoko, 2003:79)

Pada bahasan sebelumnya, telah dijelaskan tujuan dan manfaat penulisan

yang terkait dengan tujuan gagasan ini. Untuk merumuskan keadaan saat ini dan

mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan, dilakukan observasi,

wawancara dan penyebaran kuisioner, serta studi kepustakaan. Menurut Narbuko

dan Achmadi dalam Afyudi (2008:41), observasi yaitu pengambilan data dengan

jalan mengadakan pengamatan gejala secara langsung terhadap fenomena yang

diamati tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Observasi dilakukan untuk

memperoleh data dengan memonitor aktivitas di tempat penelitian. Teknik

observasi yang digunakan yaitu mengamati kondisi desa-desa nelayan di

Indonesia, mensurvei desa-desa nelayan yang berpeluang untuk dijadikan sebagai

lokasi Griya Edukasi ini, serta mengambil suatu sampel dari populasi desa-desa

nelayan untuk mendapatkan data-data penting seperti tingkat pendidikan nelayan,

jumlah anak nelayan yang dapat membaca dan menulis, serta data penting lain

yang dibutuhkan.

Setelah observasi, kegiatan yang dilakukan adalah wawancara dan

penyebaran kuisioner. Wawancara merupakan teknik mendapatkan informasi

dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber yang ditemui.

Sedangkan penyebaran kuisioner dilakukan untuk mendukung informasi yang

diperoleh dari wawancara. Penyebaran kuisioner merupakan teknik mendapatkan

informasi dengan cara menyebarkan kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan

yang dianggap penting bagi implementasi gagasan ini kepada jumlah responden

yang banyak. Dengan wawancara dan penyebaran kuisioner, kita dapat

mengetahui faktor pendukung dan kendala-kendala yang dihadapi.

Sementara itu, studi kepustakaan bertujuan untuk mencari informasi-

informasi pendukung yang berguna untuk menunjang implementasi gagasan ini.

Beberapa pihak yang dapat dijadikan narasumber atau responden beserta garis

besar pertanyaan dan teknik pengumpulan informasi dapat dilihat dalam tabel 1.

26

Tabel 1. Sebaran Pihak yang Dapat Dijadikan Narasumber atau Responden

No Narasumber atau Responden Topik Pertanyaan dan Teknik Pengumpulan

Informasi

1 Masyarakat Nelayan Sejauh mana arti pendidikan bagi

nelayan dan bagaimana respon

mereka terhadap gagasan Griya ini.

Materi apakah yang perlu diajarkan

dalam Griya pengembangan kualitas

anak-anak nelayan.

Teknik pengumpulan informasi

yaitu penyebaran kuisioner.

2

Dinas Kelautan dan

Perikanan Provinsi atau

Kabupaten

Permasalahan apa yang dihadapi

anak nelayan saat ini.

Apa saja kendala-kendala untuk

mewujudkan gagasan menurut

perspektif DKP

Teknik pengumpulan informasi

yaitu wawancara

3 Dinas Pendidikan Provinsi

atau Kabupaten

Bagaimanakah luaran yang

diharapkan dalam implementasi

gagasan ini

Teknik Pengumpulan Informasi

yaitu wawancara

4 Peneliti, akademisi, aktivis

LSM

Bagaimana tanggapan mereka atas

gagasan ini.

Seberapa besar peluang untuk

mengimplementasikan gagasan ini.

Teknik Pengumpulan Informasi

yaitu wawancara

27

2. Organizing atau Pengorganisasian

Setelah melakukan sebuah perencanaan, perlu dilakukan sebuah

pengorganisasian untuk menyatukan segala sumber daya yang dimiliki untuk

mewujudkan gagasan. Pengorganisasian dilakukan dengan cara merekrut calon-

calon mentor untuk mengajar di Griya Edukasi ini dan menentukan lokasi Griya

Edukasi ini setelah melihat dan mempertimbangkan data-data yang telah

dikumpulkan. Mentor-mentor terpilih yang direkrut berasal dari mahasiswa aktif

perguruan tinggi perikanan, perguruan tinggi non perikanan, maupun sekolah

tinggi perikanan, dengan syarat memiliki indeks prestasi (IP) sekurang-kurangnya

2,70 pada semester sebelumnya, memiliki kemauan untuk mendidik anak nelayan

secara sukarela, dan berkomitmen tinggi untuk bergabung dalam tim mentor

Griya Edukasi Berbasis ICT bagi Anak Nelayan. Penjaringan mentor dilakukan

melalui program Open Recruitment Mentor Griya Edukasi Berbasis ICT melalui

Pemanfaatan Aurora 3D Presentation. Dalam masa Open Recruitment, mahasiswa

yang berminat menjadi mentor mendaftarkan diri dengan mengisi formulir

pendaftaran dan menjalani screening. Setelah itu akan diumumkan daftar nama

yang diterima sebagai Mentor Griya Edukasi Berbasis ICT melalui Pemanfaatan

Aurora 3D Presentation.

Pada organizing, akan ditentukan pula calon desa nelayan yang akan

dibina melalui Griya Edukasi Berbasis ICT melalui Pemanfaatan Aurora 3D

Presentation. Calon desa inilah yang menjadi cikal bakal desa nelayan yang akan

dibina melalui oleh Griya Edukasi ini. Selain itu, dilakukan konsolidasi internal

mentor-mentor terpilih untuk menyatukan langkah sebelum terjun ke lapangan

sebagai pendidik dan pengajar anak nelayan di Griya Edukasi ini.

Pengorganisasian ( Organizing ) adalah 1) penentuan sumber daya–

sumber daya dan kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

organisasi, 2) perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok

kerja yang akan dapat “membawa” hal-hal tersebut ke arah tujuan, 4)

pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk

melaksanakan tugas-tugasnya ( Handoko: 2003:169).

28

3. Actuating atau Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan gagasan ini, diperlukan dukungan atau simpati dari

semua pihak. Pelaksanaan dilakukan dengan sosialisasi Griya Edukasi Berbasis

ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Sebagai Upaya Menciptakan

Karakter Berdaya Saing Global kepada masyarakat, media massa, perguruan

tinggi, dan pemerintah.

Pada actuating, dibuka pendaftaran peserta didik Griya Edukasi Berbasis

ICT setelah tim mentor Griya Edukasi Berbasis ICT menentukan desa binaan dan

lokasi Griya. Dalam pelaksanaan belajar mengajar, mentor menyampaikan materi

kepada peserta didik menggunakan software Aurora 3D Presentation.

Dengan Aurora 3D Presentation, anda akan mampu menghasilkan slide

presentasi yang begitu berbeda dengan biasanya, anda dapat menggabungkan

gambar teks, video, dan data untuk mempercantik tampilan presentasi

anda ( Remo-xp, 2012 ).

4. Controlling atau Pengawasan

Pengawasan atas pelaksanaan gagasan itu dapat dilakukan tim internal

mentor oleh pemerintah, masyarakat, mahasiswa maupun media massa.

Pengawasan bertujuan untuk menjamin implementasi gagasan ini tidak keluar dari

tujuan awal, yaitu menciptakan karakter anak nelayan yang berdaya saing global.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengawasan implementasi gagasan ini

yaitu:

Materi pelajaran yang diberikan, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan

dunia masa kini, khususnya bidang perikanan dan kelautan

Metode pembelajaran dan kurikulum yang diterapkan, apakah sudah

berjalan sebagaimana mestinya

Memastikan tidak adanya pemahaman-pemahaman separatisme, terorisme,

aliran sesat, pornografi yang diajarkan oleh mentor-mentor

Standar operasional prosedur dan upaya mencapai tujuan, apakah telah

berjalan sesuai koridor dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah

ditetapkan.

29

5. Evaluating atau Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai seberapa efektif dan efisien

implementasi gagasan Griya Edukasi Berbasis ICT bagi Anak Nelayan. Evaluasi

juga berguna untuk menilai segala sesuatu yang telah dikerjakan dalam

pengimplementasian gagasan ini, baik yang dikerjakan oleh tim mentor mapaun

peseta didik, serta memperbaiki hal-hal yang belum berjalan dengan baik dalam

pelaksanaan Griya Edukasi Berbasis ICT bagi anak nelayan.

30

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari gagasan Griya Edukasi Berbasis

ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan Sebagai

Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global yaitu :

Bentuk program pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang

pendidikan bagi anak nelayan yaitu melalui program Griya Edukasi

Berbasis ICT Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak

Nelayan Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global.

Program tersebut mengkolaborasikan penggunaan teknologi informasi

dalam dunia pendidikandengan memanfaatkan software Aurora 3D

Presentation dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik,

karena Aurora 3D Presentation memberikan tampilan yang menarik dan

kemudahan-kemudahan lainnya.

Secara umum, mayoritas nelayan di Indonesia masih hidup dalam garis

kemiskinan. Oleh karena itu, anak-anak nelayan perlu dididik agar

memiliki karakter berdaya saing global. Karakter yang ditanamkan melalui

Griya Edukasi ini yaitu karakter yang baik, cerdas, dan tangguh.

Metode pembelajaran yang digunakan dalam Griya Edukasi Berbasis ICT

Melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation Bagi Anak Nelayan

Sebagai Upaya Menciptakan Karakter Berdaya Saing Global yaitu Direct

Class Teaching and Master Learning. Direct Class Teaching adalah

sebuah metode di mana materi disampaikan oleh mentor secara langsung

kepada peserta didik melalui media Aurora 3D Presentation, sedangkan

Mastery Learning adalah suatu metode pembelajaran yang berasumsi

31

bahwa semua pembelajar pada dasarnya dapat belajar lebih maksimal

apabila mereka dikondisikan pada situasi belajar yang kondusif.

Materi pelajaran yang diberikan melalui Griya Edukasi ini yaitu Pengantar

Ilmu Perikanan dan Kelautan, yang konten materinya disesuaikan dengan

pemahaman anak nelayan atau peserta didik.

Untuk mewujudkan gagasan ini, dibutuhkan partisipasi dari semua pihak

dan fungsi-fungsi manajemen seperti planning, organizing, actuating,

controlling, evaluating.

5.2 Saran

Saran yang ingin disampaikan akan pelaksanaan Griya Edukasi Berbasis

ICT melalui Pemanfaatan Aurora 3D Presentation adalah:

Tim pelaksana Griya Edukasi sebaiknya konsisten dengan tujuan awal,

walaupun nantinya banyak kendala yang dihadapi di lapangan.

Dalam pengaplikasian Griya Edukasi dibutuhkan peran serta dukungan

semua elemen masyarakat.

Para mentor atau tenaga pengajar hendaknya memiliki kemampuan

pengoperasian software Aurora 3D Presentation dan tentunya menguasai

materi pembelajaran yang telah ditentukan.

Diharapkan setelah Griya Edukasi berjalan, supaya lebih dikembangkan

dan diterapkan di seluruh wilayah pesisir yang menjadi tujuan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Afyudi, Bobby.2008.Kajian Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang untuk

Pengembangan Ekowisata Bahari di Pulau Sagori Kabupaten Bombana

Sulawesi Tenggara. Skripsi strata-I, tidak diterbitkan, Universitas

Brawijaya, Malang.

Ali, Mohammad.2009.Pendididkan untuk Pembangunan Nasional. Jakarta:

IMTIMA.

Badiran, Muhammad.2009.Pengembangan Model Pendidikan Dasar bagi Anak

Masyarakat Nelayan.Laporan penelitian, tidak diterbitkan. Sumatera

Utara: Badan Penelitian dan Pengembangan.

Djiwandono, Sri Esti Wuryani.2008.Psikologi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta:

Grasindo.

Duija, I Nengah.2005.”Wacana”. Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya: Naskah,

Tradisi lisan, dan Sejarah,Vol. 7, No. 2, 112.

Hamzens, Wildani Pingkan S., dan Sumardjo.2007.”Strategi Inovasi

Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia Nelayan”. Jurnal

Penyuluhan Maret 2007, Vol. 3, No. 1, 1.

Handoko, T. Hani.2003.Manajemen Edisi 2.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Hangestiningsih, Endang.2008.”Mengoptimalkan Partisipasi Orangtua dalam

Pendidikan Anak Usia Dini”.Wacana Akademika, Vol. 3, No. 4 Juli,

2008: 305-392.

Hidayatullah, M.2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban Bangsa.

Surakarta: Yuma Pustaka.

Iriani, Rilia., Bambang Suharto., dan Fajar. 2009.”Penggunaan Animasi 3D dalam

Pembelajaran Struktur Atom”. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI

Kalimantan, Volume 7 No. 11 April 2009,59-72.

Kusnadi.2002.Konflik Sosial Nelayan.Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara

Yogyakarta.

Kusnadi, dkk. 2003. Perempuan Pesisir.Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara

Yogyakarta.

Kusnadi.2007.Jaminan Sosial Nelayan.Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara

Yogyakarta.

Nenyjos.2011.Aurora 3D Presentation Alternatif Media Pembelajaran Berbasis

ICT.Diakses pada tanggal 15 April 2012 dari

http://nenyjos.blogspot.com.

Rahman, M. Fauzi.2009.Anakku Kuantarkan Kau ke Surga: Panduan Mendidik

Anak di Usia Baligh.Bandung: Mizania.

Remo-xp.2012.Aurora 3D Presentation Full Keygen.Diakses pada Tanggal 15

April 2012 dari http://www.remo-xp.com.

Satria, Arif.2009.Ekologi Politik Nelayan.Yogyakarta: LKiS Pelangi Aksara

Yogyakarta.

Siombo, Marhaeni Rio.2010.Hukum Perikanan Nasional dan

Internasional.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suryani, Nani., Siti Amanah., Yatri Indah Kusumastuti. 2004.”Analisis

Pendidikan Formal Anak pada Keluarga Nelayan di Desa Karangjaladri,

Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat”.Buletin

Ekonomi Perikanan, Vol. V. No.2 Tahun 2004, 33-43.

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

Wahana Komputer.2007.Presentasi Kreatif dengan Microsoft Power Point

2007.Jakarta: Elex Media Komputindo.

Wahana Komputer.2010.Microsoft Power Point 2010 untuk Presentasi

Profesional dan Efektif.Jakarta: Elex Media Komputindo.

Wiryanto.1993.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: Lembaga Penerbitan

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Lampiran 1. Gambar – Gambar Tampilan Aurora 3D Presentation

(Sumber : Nenyjos, 2011).

Lampiran 2. Tampilan Aurora 3D Presentation 2012 12.03.20 Multilingual

( Sumber: bestgfx.com )

Lampiran 3. Kondisi Kehidupan Nelayan

( Sumber: indopos.co.id )

( Sumber: ekonomi.kompasiana.com )

( Sumber: http://gundars.forummotion.com/t75-refleksi-di-atas-air )

( Sumber: http://foto.detik.com )

( Sumber: http://ksemar.wordpress.com/yang-termarginalkan/ )

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

Daftar Riwayat Hidup Ketua

Nama lengkap : Dito Aditia

Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 09 April 1993

Alamat sekarang : Jl. Kertorahayu 24, Malang

Nomor Telepon : 081944982569

Riwayat Pendidikan :

SD Al Kautsar Bandar lampung

SMPN 4 Bandar lampung

SMAN 9 Bandar Lampung

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Brawijaya

Pengalaman organisasi:

Anggota Bidang 5 OSIS SMAN 9 Bandar lampung 2008-2009

Kepala Divisi Usaha Mandiri ROHIS SMAN 9 Bandar lampung 2008-

2009

Karya Ilmiah yang pernah dibuat:

Potensi Pemanfaatan Nypa fruticans Sebagai Gula Rendah Kalori Bagi

Penderita Diabetes Mellitus.

Daftar Riwayat Hidup Anggota 1

Nama lengkap : Afifah Qodri Rinjani

Tempat, tanggal lahir : Ngawi, 15 Maret 1993

Alamat sekarang : Asrama Mahasiswa UB Griya Brawijaya Blok A

Lantai 3 Nomor 1 Jalan Veteran 6B Malang

Nomor Telepon : 085648463717

Riwayat Pendidikan :

MI Mamba’ul Hisan Sidayu Gresik Jawa Timur

MTsN Kedunggalar Ngawi Jawa Timur

MAN 2 Madiun Jawa Timur

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya

Pengalaman organisasi:

Staff Departemen Riset dan Teknologi Badan Eksekutif Mahasiswa

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (BEM FIB UB) 2012.

Staf Human Research and Development Riset dan Karya Ilmiah

Mahasiswa Universitas Brawijaya (HRD R-KIM UB) 2012.

Ketua Divisi Informasi Teknologi Himpunan Mahasiswa Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

(Diksasindo FIB UB) 2012.

Anggota Divisi Pembinaan Mata Pena Fakultas Ilmu Budaya Universitas

(FIB UB) 2012.

Karya Ilmiah yang pernah dibuat:

Pemanfaatan Media Audio Visual Dalam Pembelajaran Puisi Sebagai

Upaya Penanaman Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Tingkat

Atas (SMA).

Daftar Riwayat Hidup Anggota 2

Nama lengkap : Septian Andiawan

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 22 September 1992

Alamat asal : JL. R.A Kartini 33 Gresik

Alamat sekarang : Jl. Sumbersari 269B IV Kota Malang

Nomor Telepon : 083850039077

Riwayat Pendidikan :

SDN Pajagalan 2 Sumenep

SMPN 1 Sumenep

SMAN 1 Sumenep

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Brawijaya

Pengalaman organisasi:

Staff Magang Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu

Perikanan Universitas Brawijaya (BEM FPIK UB) 2012.