diterbitkan oleh -...

141

Upload: hoangnhan

Post on 08-Mar-2019

272 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia
Page 2: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

Diterbitkan oleh:

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung JawabIr. Suwandi Supatra, MT.

Pemimpin RedaksiIr. Suwandi Supatra, MT.

Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

Dewan EditorDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Pdt. Dr. Aristarchus Sukarto, BA, M.Th.Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.

Etiwati, S.Pd., M.M.Dr. Imma Helianti KusumaIr. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968http://www.bpkpenabur.or.id

E-mail : [email protected]

Page 3: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

iJurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Jurnal Pendidikan PenaburNomor 30/Tahun ke-17/Juni 2018

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi, i

Pengantar Redaksi, ii - iv

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran di Sekolah Dasar, Hilda Karli, 1-19

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran Mengembangkan Hikayat ke dalam BentukCerpen, Abd. Basith, 20-33

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Membuat SlidePresentasi dan Motivasi dalam Pembelajaran TIK di Sekolah Dasar, Mudarwan, 34-48

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier dan Pengambilan Keputusan KarierSiswa, Adhi Darmasaputro, 49-61

Program Pembelajaran Writingpreneurship Sebagai Salah Satu Cara dalam Menerapkan Literasidi Sekolah, Keke Taruli Aritonang, 62-80

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah: Sebuah Pemahaman, Harun D. Simarmata,81-91

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani di Sekolah Kristen, Paulus Eko Kristianto,92-103

Isu Mutakhir: Ada Apa dengan Jabatan Kepala Sekolah?, Hotben Situmorang, 104-108

Resensi buku: Teach Like Finland, Yocky Firdaus, 109-113

Profil BPK PENABUR Cicurug, Tugimin, 114-120

Page 4: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

iJurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pengantar Redaksi

inas Pendidikan Kabupaten Purwakarta menggandengFinland of University dalam peningkatan kualitas pendidikan.Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta,Purwanto, mengatakan semua pihak mengetahui konsep

pendidikan di Finlandia yang terbaik di dunia. Kerja sama inidititikberatkan pada perubahan mindset guru dalam mengajar sehinggaperubahan kedepan bisa melahirkan pembaharuan di bidangpendidikan, belajar lebih menyenangkan, kreatif dan inovatif. MinnaMakihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan adaberbagai kiat mudah untuk menjadi tenaga pendidik yangmenyenangkan, salah satunya guru harus mengetahui kepribadiandari setiap siswanya terlebih dulu. Dari situ, guru akan bisamengidentifikasi karakter, masalah, serta solusi dari setiap siswadengan demikian guru dapat memberikan pembelajaran yang sesuaikebutuhan anak. Dinas Pendidikan Purwakarta menyadari perluterobosan baru dalam mengelola pendidikan di daerahnya dalammenghadapi persaingan global sehingga menggandeng Finland ofUniversity untuk menularkan pengetahuan dan ketrampilan guru-gurunya dalam mendidik. Diharapkan pendidik di KabupatenPurwakarta dapat menimba ilmu dan pengalaman mereka sehinggameningkatkan kualitas pendidikannya(Republika.co.id, 13 September2018, 15.32 WIB).

Sementara itu R. Ella Yulaewati Rumindasari, DirekturPembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), menyatakan bahwadari 600.000 guru PAUD, baru 30% lulus S1, dan tidak semua sarjanaPAUD (Republika.co.id, 17 November 2017). Saat ini dari 3,9 juta guru,25% belum memenuhi syarat kualifikasi akademik, dan 52% belummemiliki sertifikasi profesi. Hal ini jika dibandingkan dengan keadaanguru di Finlandia barangkali hampir sama dengan yang dialamiFinlandia sekitar 20 tahun silam. Finlandia bangkit dari keterpurukandi bidang pendidikan pada awal abad ke dua puluh.

Penyebab umum rendahnya kualitas guru di Indonesia,diantaranya: ketidaksesuaian disiplin ilmu dengan bidang ajar,kualifikasi guru belum setara S1, program Keprofesian Berkelanjutan(PKB) masih rendah, dan rekrutmen guru tidak efektif. Maka takmengherankan berdasarkan data UNESCO dalam Global EducationMonitoring (GEM) Report 2016, pendidikan di Indonesia menempatiperingkat ke 10 dari 14 negara berkembang di dunia.

Dalam buku Finnish Lesson yang ditulis Pasi Sahlberg (2011) pakarpendidikan Finlandia dan internasional, disimpulkan bahwakeberhasilan Finlandia dalam pendidikannya sangat ditunjang olehsistem pendidikan guru yang dibangun kokoh mengikuti kaidahkeilmuan yang tepat sehingga memberikan dasar profesionalitaskepada para guru. Pemerintah Finlandia menghargai profesi gurusetara dengan profesi lainnya, “Orang Finlandia memandang gurusebagai profesi prestisius dan mulia – sejajar dengan dokter, pengacara,

D

Page 5: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

dan ekonom – lebih karena moral daripada kepentingan dan imbalanmateri atau karier”. Profesi guru adalah kebanggaan orang-orang mudadan pekerjaan paling top di Finlandia. Sahlberg mengatakan bahwaFinlandia adalah satu-satunya negara yang dapat memilih mahasiswacalon guru sekolah dasar dari antara 20% lulusan terbaik sekolahmenengah. Karena profesi guru di Finlandia, pada umumnyadipandang sebagai profesi penuh tuntutan yang menghendakikualifikasi akademik sangat tinggi, bahkan untuk guru anak usia dinisekalipun.

Pendidikan guru di Finlandia dikenal sebagai pendidikan guruberbasis riset yang berarti bahwa integrasi teori kependidikan,metodologi penelitian dan praktik semuanya memegang peran pentingdan diberikan dalam porsi berimbang. Semua guru di Finlandia harusmemiliki gelar master berbasis riset. Pendidikan guru berbasis riset,memiliki tiga prinsip kunci sebagai berikut. Guru memerlukanpengetahuan mendalam tentang kemajuan mutakhir dalam riset dibidang yang mereka ajarkan, guru harus mengambil sikap berorientasiriset terhadap pekerjaan mereka, dan pendidikan guru sendiri haruslahmerupakan kajian obyek riset itu sendiri. Sejak awal calon gurudipersiapkan, dipilih dari yang terbaik, untuk menjadi pendidik masadepan siswa dan sebagai periset handal. Seorang guru di Finlandiatidak digaji berdasarkan kinerja mereka namun berdasarkanpengalaman dan dedikasi mereka kepada pendidikan. Guru diFinlandia sangat menjaga profesionalitas mereka, semua tindakan yangdiambil berdasarkan kajian keilmuan dan riset yang kuat. Penerapandan pengembangan kurikulum dilakukan oleh guru dan kepala sekolahbukan oleh pemerintah pusat. Musyawarah Guru Mata Pelajaran(MGMP) sangat intensif mengadakan pertemuan-pertemuan, pelatihan,seminar, dan workshop untuk mengembangkan keilmuan sertamempertajam keterampilan mengajar mereka disinilah kompetensi gurudiasah.

Tak heran bahwa guru dan sekolah di Finlandia mendapatkepercayaan publik yang tinggi. Orang tua memercayai guru sepertimereka memercayai dokter gigi mereka. Ada tiga kondisi menarik untukkita simak di Finlandia dimana orang muda terbaik pergi ke keguruandan menjaga mereka tetap di sekolah, yaitu: 1)tempat guru bekerjamemungkinkan mereka memenuhi misi moral mereka, 2)pendidikanguru cukup kompetitif dan menantang, dan 3)ternyata penghasilanbukan motivasi utama untuk menjadi guru. Lingkungan yang penuhpenghormatan profesional yang dialami guru Finlandia adalah faktorpenting, itulah alasan mengapa begitu banyak orang muda di Finlandiamemandang guru sebagai karakter yang paling dikagumi.

Mendalami sistem pendidikan Finlandia tidaklah mengherankanjika saat ini Finlandia memiliki sistem pendidikan terbaik di dunia,karena pemerintahnya menyadari untuk memperoleh pendidikan yangterbaik bagi anak bangsa diperlukan sistem pendidikan guru yangterbaik dan bermartabat. Strategi perencanaan jangka panjangpendidikan guru dilakoni dengan konsisten yang pada akhirnyamembuahkan yang manis, Finlandia menjadi negara maju danmasyarakatnya berpendidikan tinggi. Belajar dari Finlandia, Indonesia

Page 6: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

iiiJurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

harus segera membenahi sistem pendidikan guru agar menghasilkanguru yang berkualitas dan handal. Dengan basis riset diyakini lulusanperguruan tinggi yang menghasilkan guru akan mampu meningkatkankualitas pendidikan ke depan. Kebijakan jangka panjang perluditempuh pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kualitas guruantara lain dengan meningkatkan kualitas sertifikasi guru yang saatini telah memasuki satu dasa warsa implementasinya. Untukmeningkatkan kemampuan guru dalam mengajar hal yang perludilakukan oleh pemerintah dan lembaga pendidikan adalah melakukanpendidikan dan pelatihan guru dengan lebih sistematis dan intensif.Mempersiapkan guru secara serius menghadapi perkembanganmasyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta Revolusi Industri4.0 yang berdampak kepada tuntutan masyarakat terhadap pendidikan.

Dalam Jurnal Edisi ke 30 ini dikemukakan beberapa hal terkaitpeningkatan kualitas pembelajaran guru di kelas, seperti dalampembelajaran bahasa Indonesia, yaitu Penerapan Metode Merantaipada Pembelajaran Mengembangkan Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen,penerapan metode pembelajaran Merantai ini adalah salah satu upayaguru untuk mengembangkan pembelajaran yang kreatif danmenyenangkan sehingga membuat peserta didik tidak bosan dan jenuh.Merantai merupakan akronim dari menulis berantai. Uji coba dilakukandi SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Hasil dari uji coba pembelajarandengan metode Merantai ini menurut pengamatan guru mayoritas (75%) peserta didik lewat angket menyatakan bahwa metode Merantaimembuat siswa/siswi lebih aktif sehingga pembelajaran lebihmenyenangkan dan variatif.

Kemampuan literasi diyakini sebagai kemampuan yang harusdimiliki siswa dalam Revolusi Industri 4.0, namun masih sedikit guruyang memiliki kemampuan dan trik-trik untuk mengembangkankemampuan literasi peserta didik. Dua tulisan menarik tentangpengembangan literasi ini, yaitu Program PembelajaranWritingpreneurship sebagai Salah Satu Cara dalam Menerapkan LiterasiSekolah dan Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran diSekolah Dasar. Untuk membuat peserta didik aktif dalam literasi, makaguru perlu kreatif dan inovatif. Tulisan ini sangat menarik untukdisimak bagaimana keterampilan literasi disajikan dalam ProgramPembelajaran Writingpreneurship (PPW). Model ini menggunakan modelProject Based Learning dengan tahapan Learning Chain – 3DsE, yaitu:Discover, Design, Do, dan Evaluate. Sedangkan penerapan literasi sainspada pendidikan dasar merupakan gabungan dari literasi bahasa,matematika, dan teknologi informatika. Melalui Literasi Sainsdiharapkan siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan memutuskanmasalah dengan benar. Pendekatan saintifik/ilmiah melalui kegiatanmengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan (5M)yang diimplementasikan dalam pembelajaran terpadu. Guru perlumenambah pengetahuan mengenai Literasi Sains agar dapatdiimplementasikan di kelas.

Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) diSekolah Dasar merupakan pengenalan pertama anak untuk

Page 7: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

pemanfaatan teknologi secara tepat dan efektif, hanya sayangKurikulum Nasional 2013 tidak menyertakan pembelajaran teknologidi pendidikan dasar maupun menengah. Dasar pembelajaran TIK iniperlu dikemas semenarik mungkin untuk meningkatkan motivasi anakdalam belajar. Judul tulisan Pengaruh Pemberian Umpan Balik untukMeningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Membuat SlidePresentasi, dan Meningkatkan Motivasi dalam Pembelajaran TIK diSekolah Dasar ini menyajikan ulasan bagaimana pengaruh umpanbalik terhadap peningkatan kemampuan anak dalam membuat slidepresentasi. Data diolah menggunakan statistik deskriptif daninferensial dengan uji daya beda Wilcoxon dan uji daya beda Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian umpan balikdapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan membuatslide presentasi peserta didik pada kelas eksperimen, namun belummeningkatkan motivasi.

Tahukah anda bahwa efikasi diri pengambilan keputusan kariertidak ada hubungannya dengan pengambilan keputusan karier padaremaja? Hasil penelitian pada siswa kelas XII, diungkapkan dalamtulisan berjudul Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karierdan Pengambilan Keputusan Karier Siswa. Hasil penelitian iniberkontribusi dalam penambahan riset psikologi pendidikan bidang karier.

Dari zaman ke zaman hal yang tak pernah padam dibicarakan,diobservasi, diteliti, dan dianalisa serta dikembangkan adalahpendidikan karakter, apalagi di sekolah Kristen. Ibaratnya satuanpendidikan tanpa mengimplementasikan pendidikan karakter sepertisayur tanpa garam. Pendidikan karakter sangat lekat mencirikansebuah satuan pendidikan, seolah sekolah tanpa pendidikan karakterbukanlah sekolah yang terpercaya. Meski demikian para guru masihberpatokan pada nilai akhir sebuah tes atau ujian dan tidakmemperhatikan prosesnya. Pada tulisan Evaluasi PembelajaranPendidikan Kristiani di Sekolah Kristen mengingatkan pentingnyaproses dalam evaluasi pendidikan Kristiani bukan sekedar hasilnya.Pengembangan pendidikan karakter di BPK PENABUR yang telahdicanangkan, yaitu Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kristiani(PKBN2K) yang merupakan konsep dasar pengembangan karakterdengan tiga basis, yaitu kelas, komunitas, dan kultur. Pada terbitanjurnal kali ini sebuah tulisan tentang pengembangan pendidikankarakter berbasis kultur mempertegas kembali pemahaman kita secaratepat, yaitu Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah : SebuahPemahaman.

Tak kalah menarik membaca tentang Isu mutakhir: Ada apadengan Jabatan Kepala Sekolah? Makin bergengsi ataukah justrujabatan yang kurang seksi? Disertai adanya resensi buku Teach LikeFinland melengkapi pengetahuan kita tentang pendidikan di Finlandia,dan tak kenal maka tak sayang Profil BPK PENABUR Cicurugmenambah wawasan kita. Selamat berselancar dan belajar!

Redaksi

Page 8: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

1Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Implementasi Literasi Sainsdalam Pembelajaran di Sekolah Dasar

Hilda KarliE-mail: [email protected] Terbuka UPBJJ

Penelitian

LAbstrak

iterasi sains dibutuhkan guna mengantisipasi revolusi industri 4.0. Literasi sains merupa-kan gabungan dari literasi bahasa, matematika, dan teknologi informatika. Melalui literasisains diharapkan siswa dapat meningkatkan pengetahuan dan memutuskan masalah

dengan benar. Di Indonesia literasi lains ada dalam Permendikbud No 22 tahun 2016 yangmengisyaratkan perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah pendekatan saintifik/ilmiah melalui kegiatan Mengamati, Menanya, Mencoba, Menalar dan Mengkomunikasikan (5M)yang diimplementasikan dalam pembelajaran terpadu. Sejauh manakan literasi sains dapatdiimplementasikan di Kota Bandung? Penelitian ini menggunakan studi kualitatif denganresponden sebanyak 12 SD yang berada di Kota Bandung. Melalui pengamatan, pengumpulandokumen dan pengisian kuesioner diperoleh hasil bahwa literasi sain dapat diterapkan di KotaBandung namun perlu dilatihkan terus secara bertahap menurut perkembangan usia anak. Siswaantusias dalam mengikuti proses belajar, namun siswa masih takut dan malu untukmempresentasikan di depan teman-temannya. Guru belum terbiasa mengajar dengan literasi sainssehingga kurang jeli dalam pengelompokan siswa, manajemen kelas dan penggunaan media. Guruperlu menambah pengetahuan mengenai literasi sains agar dapat diimplementasikan di kelas.

Kata-kata kunci: literasi sains, pembelajaran, Sekolah Dasar

Implementation of Scientific Literacy in Primary SchoolAbstract

Scientific literacy is needed to anticipate industrial revolution 4.0. Scientific litteracy is a combination oflanguage, math, and ICT literacies. Through scientific literacy, student is expected to be able to increaseknowledge and make good decision. In Indonesia, scientific literacy is regulated in Permendikbud No. 22Tahun 2016, which implies the need of learning process to be guided by scientific principles through activitiessuch as observing, questioning, experimenting, reasoning, and communicating, to be implemented in integratedlearning. How far can scientific literacy be implemented in Bandung? This qualitative study used 12 Primaryschool in Bandung. Through observation, documents collection, and questionnaires filling, result showed thatscientific literacy could be applied in Bandung but needed to be continuously trained in gradual according tochild age development. Students were enthusiastic in following the learning process, but they were still afraidand shy to do presentation in front of their classmates. Teachers were not yet accustomed to teaching withscientific literacy, that they were less observant in the grouping of students, classroom management, andmedia usage. Teachers need to increase their knowledge about scientific literacy in order to be able to implementit everyday in classroom.

Keywords: scientific literacy, learning, Primary School.

Page 9: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Pendahuluan

Pada abad 21 kondisi dunia sudah menujuRevolusi Industri 4.0 di mana begitu pesatperkembangan baik pengetahuan danpenggunaan teknologi informatika menjadisebuah tantangan tersendiri bagi dunia kerjadan dunia pendidikan sebuah negara untukmengantisipasinya. Mempersiapkan generasimuda menjadi SDM yang memiliki keterampilansoft dan hard skill. Seiring dengan perkembangandunia industri dan dunia kerja terbentuklahrevolusi industri yang ke-4 gabungan antaradunia fisik, digital,dan biologis. Konseppembelajaran sampai akhir hayat menjadi dasaruntuk mengantisipasi revolusi industri 4.0. Carabekerja dan cara berpikir SDM harus berubahmengikuti revolusi industri 4.0.

Visi dan Misi pendidikan revolusi industri4.0 tidak lagi menjejali siswa dengan berbagaiilmu pengetahuan yang banyak namun padakebutuhan keterampilan dan pengetahuan apayang diperlukan untuk masuk pada dunia nyata.Sistim pendidikan harus berinovasi sepertiberagamnya waktu dan tempat untuk belajarsehingga kesempatan siswa untuk mendapat-kan pendidikan lebih banyak. Pemanfaatan e-Learning untuk pembelajaran jarak jauh danruang kelas diajarkan secara tatap muka secarainteraktif melalui TIK. Melihat kemampuansecara pribadi siswa sehingga semua siswadapat belajar sesuai IQ nya tanpa mengurangikepercayaan dirinya sehingga pengalamanbelajar positif terbentuk. Pengalaman bekerjasehingga proses belajar menggunakan berbagiproyek, pengalaman di lapangan, belajar secarakolaborasi serta menentukan teori atau prinsipilmu apa yang digunakan untuk memecahkanpermasalahannya. Siswa ingin bebas berpikirdan tidak terlalu ketat dengan aturan.Bagaimana mengintepretasikan suatu rekapdata yang diperolehnya serta menyimpulkansecara logika. Ujian tidak hanya pada tes tertulistetapi pada proses kinerja saat mengerjakansebuah proyek. Guru sebagai fasilitator sekaligusmentor bukan lagi satu-satunya sumber ilmupengetahuan dan keterlibatan siswa dalammenyusun kurikulum. Banyak perubahan yangperlu dilakukan dalam dunia pendidikanIndonesia. Penyair Irlandia William Whitler

Yeats mengatakan, “Pendidikan bukan mengisiember tetapi menyalakan api”.

Pendidikan 4.0 harus dimulai dari SekolahDasar diungkap dalam Konferensi InternasionalDigital Ceko, Institut Politik dan Masyarakat.Revolusi era digital membawa tantangan besarbagi pendidikan, yang membutuhkan perubah-an dan inovasi untuk menjadi sukses. Banyakpertanyaan yang harus dijawab seperti apa yangdiharapkan dari sistem pendidikan? Apa yangsiswa Sekolah Dasar butuhkan di masa depan,dan bagaimana mempersiapkannya? Bagaima-na mengenali peran guru yang berubah danmempersiapkannya?http://www.21stcentech.com/education-4th-industrial-revolution/diunduh 11 Juni 2018.Untuk melaksanakanpendidikan 4.0 pondasinya literasi. Literasimengandung makna “Kemampuan untukmengenali dan memahami ide-ide yangdisampaikan secara visual (adegan, video,gambar).”National Institute for Literacy ,mendefinisikan literasi sebagai kemampuanindividu untuk membaca, menulis, berbicara,menghitung dan memecahkan masalah padatingkat keahlian yang diperlukan dalampekerjaan, keluarga dan masyarakat. Daridefinisi ini terkandung makna bahwa literasitergantung pada keteram-pilan yang dibutuhkandalam lingkungan tertentu. Jadi, makna dasarliterasi sebagai kemampuan baca-tulismerupakan pintu utama bagi pengembanganmakna literasi secara lebih luas dan cara yangdigunakan untuk memperoleh literasi adalahmelalui pendidikan.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dalamupaya menumbuhkan budi pekerti siswa,pemerintah melalui Kemdikbud meluncurkankegiatan literasi yang wajib dilakukan berdasar-kan Kurikulum 2013. Tujuannya untuk menum-buhkan kesadaran dalam diri siswa mengenaipentingnya membaca. Kegiatan seperti adajadwal berkunjung ke perpustakaan, membacanon pelajaran sebelum KBM, membuat poster-poster yang berisi ajakan, motivasi maupun katamutiara yang ditempel atau digantung dibeberapa spot di kelas atau di sekolah. Pohonliterasi dibuat oleh siswa secara mandiri. Sudutbaca merupakan suatu tempat khusus di bagiankelas/sekolah dimana tersedia kumpulan bukubacaan dan tempat duduk yang nyaman untuk

Page 10: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

3Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

membaca. Papan karya literasi diprogramkan disetiap kelas. Dinding motivasi untuk mengins-pirasi siswa. Agenda Lomba Duta Literasi seko-lah merupakan salah satu program alternatifuntuk memotivasi anak dalam berliterasi.

Di USA gerakan literasi bahasa bukansekedar membaca tetapi terintergrasinya literasiTeknologi Informasi dan bahasa.MenurutNational Academy Of Engineering and NationalResearch Council Of The National Academy, literasiteknologi ialah sebuah pemahaman tentangteknologi pada sebuah tingkatan yangmemungkinkan pemanfaatan secara efektifdalam masyarakat teknologi modern yang terdiridari tiga komponen utama yaitu pengetahuan,kemampuan dan berpikir kritis, serta pembuatankeputusan. Sebagai contoh, siswa SD dapatbertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaanuntuk membantu memandu tujuan merekamembaca dan juga untuk memantau pemaha-man mereka ketika mereka membaca. Demikianpula dalam hal meringkas menentukan apa yangpenting, yang pada gilirannya berhubungandengan pengaturan tujuan untuk membaca.Melalui Teknologi Informasi berbagai informasidapat diperoleh dengan mudah dari internet, TV,media sosial. Siswa SD dibelajarkan bagaimanamenyaring informasi baru yang diterima denganberita, kamus, opini, iklan, dan publikasi.Selanjutnya siswa mensorting informasi tersebutdengan mengkompilasinya. Tahap akhirmendiskusikannya untuk diambil kesimpulan.Istilah yang dipakai untuk menyaring beritayang diterima dan mencari kebenarannya adalahcheckology. Jadi gerakan literasi di USAmenggunakan teknologi informasi untukmencari data, membuat grafik, menjelajah teks,menganalisis dan mensintesis, membuatkesimpulan, membuat prediksi yang intinyauntuk memecahkan permasalahan yangditemuinya. Dasar dari gerakan literasi bahasaadalah membaca dan menulis. Dalam kurikulum2013 teknologi informasi terintegrasi dalampembelajaran tematik namun belum terlaksanadengan baik. Gerakan literasi bahasa masihberkutat pada program minat baca, belummenyesuaikan dengan kebutuhan masyarakatyang sudah melek teknologi. Berita hoax yangmenyebar melalui berbagai media denganmudah diterima dan dipercaya sebagai beritayang benar.

Literasi matematika dan keuangan diNegara USA sudah terlaksana 10 tahun lalu saatUSA sedang mengalami resesi ekonomi. Fokuskepada kemampuan siswa SD dalam mengana-lisa, memberikan alasan, dan menyampaikan idesecara efektif, merumuskan, memecahkan, danmenginterpretasi masalah-masalah matematikadalam berbagai bentuk dan situasi. Penilaianyang digunakan adalah fokus kepada masalah-masalah dalam kehidupan nyata, diluar darisituasi atau masalah yang sering di bahas dikelas. Di dalam kehidupan nyata, kita seringmenghadapi situasi ketika berbelanja, melaku-kan perjalanan, masalah keuangan, mengana-lisis situasi politik, di mana matematika sebagaialat bantu yang menjelaskan atau memecahkansuatu masalah. Siswa harus mampu menen-tukan pengetahuan apa yang relevan, proses apasaja yang harus dilalui untuk dapatmengantarkannya kepada solusi yang mungkindari permasalahan tersebut, dan bagaimana caramenggambarkan kebenaran dan kegunaan darijawaban atau solusi yang diperoleh.Di Indonesiamatematika masih berkutat pada pengoperasianperhitungan, menyusun grafik dan tabel tanpamemahami maknanya malah cenderungdihafalkan dan inilah salah satu penyebabperingkat PISA Indonesia dibawah rata-ratanegara lain di dunia. Literasi keuangan diIndonesia hanya sekedar menghimbau danmengajak siswa menabung saja. Terkadanguang yang ditabung adalah pemberian orangtuanya. Di Maryland, USA literasi keuangan diajarkan dari PAUD hingga Perguruan Tinggi.Dari mulai meng-hitung uang jajan diterimanya,memprioritaskan apa yang harus dibeli dari uangjajan, berapa banyak yang ditabung, membuattabel debet kredit sendiri hinggamemperhitungkan penggunaan kartu kredit.Literasi sains adalah pengetahuan danpemahaman tentang konsep-konsep ilmiah danproses yang diperlukan untuk pengambilankeputusan pribadi, partisipasi, danproduktivitas ekonomi. Hal ini sangat pentingmempersiapkan generasi muda abad ke 21dibekali keterampilan. Pembelajaran menggu-nakan literasi sains dapat diterapkan melaluiberbagai strategi pembelajaran yang dapatmengasah siswa untuk berpikir tinggi High OrderThinkings (HOTS). Dalam Kurikulum 2013

Page 11: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Permendikbud 81A tahun 2013 lampiran IVbahwa proses pembel-ajaran terdiri dari 5pengalaman belajar (5M-Pendekatan Saintifik)seperti: mengamati, menanya, mengumpulkaninformasi (eksperi-men), mengasosiasikan(mengolah informasi) dan mengkomunikasikan.Proses pembelajaran yang mengacu pada prosesberpikir seorang ilmuawan ini diyakini dapatmengembangkan sikap, keterampilan, danpengetahuan siswa. Melalui cara berpikirinduktif diharapkan siswa dapat menempatkanbukti pada sebuah ide.

Hasil wawancara 24 orang guru SD kelas1-6 yang berada di Kota Bandung bahwapembelajaran tematik untuk kelas 1 dan 2 (K-13)tidak ada kegiatan eksperimen masih sebatasbaca tulis dan hitung. Kegiatan pengamatansudah ada tapi guru kurang fokus pada kegiatantersebut karena dianggap mudah. Kelas 3 dan 6(KTSP) banyak sekali kegiatan praktikumnya.Tiga dari emapt orang guru tidak melaksanakansepenuhnya kegiatan tersebut tetapi lebih fokuspada kegiatan ceramah saja. Kelas 4 (K-13) sedikitsekali kegiatan praktikum IPA. Sedangkan kelas5 (K-13) banyak kegiatan praktikumnya, namunguru lebih banyak fokus pada ceramah sajakarena waktu yang tidak tersedia sehingga diPR saja dan tidak dibahas. Semua guru yangdiwawancara mengacu pada buku tematikpemerintah K-13 untuk kelas 1,2,4 dan 5. Gurukelas 3 dan 6 masih menggunakan KTSP bukuyang digunakan variasi dari berbagai penerbit.Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkanbahwa pendekatan saintifik 5 M yang meru-pakan bagian dari literasi sains belum terlaksanadengan baik di kota Bandung. Proses KBM kelas1-6 di 12 SD masih cenderung ceramah danmelatih hafal soal latihan untuk ulangan.Keterampilan berpikir tingkat tinggi belumdikenalkan dan dilatihkan pada siswa. Padahalketerampilan berpikir tingkat tinggi sangatdiperlukan di era revolusi industri 4.0. Siswatidak hanya perlu pengetahuan saja melainkancara berpikirnya agar dapat mengambil keputus-an dalam memecahkan permasalahan lebihbijaksana dan bertanggungjawab.

Berdasarkan penjabaran di atas, penulisakan membahas sebagai berikut.1. Mengapa literasi sains dalam pembelajaran

IPA cocok diterapkan di jenjang SD?

2. Implementasi literasi sains dalampembelajaran IPA seperti apa yang cocokditerapkan di SD Kota Bandung?

Kajian Pustaka

Di Indonesia literasi sains mulai dikenalkanpada tahun 1993 melalui UNESCO yangdirealisasikan dalam Workshop on scientific andtechnological literacy for all in Asia and Pasific diTokyo. Dan literasi sains mulai diakomodasikandalam KTSP 2006 dan terlihat jelas dalamKurikulum 2013 melalui kegiatan inkuiri danpendekatan ilmiah.

Literasi sains dalam pengukurannya terdiridari 3 dimensi yaitu konten sains, proses sainsdan konteks aplikasi sains.Literasi sainsmerupakan gabungan dari beberapa literasiseperti: membaca-tulis, matematika dan digital(Teknologi Informasi). Hal ini sejalan dengankonsep literasi yang digunakan PISA (Performan-ce of International Student Assesment) tidak hanyaterkait dengan kemampuan membaca danmenulis namun bagaimana mereka menerapkankemampuan dalam memahami prinsip danproses mendasar untuk diterapkan dalamkehidupan sehari-hari.

Menurut PISA 2006(Bybee, 2008) literasisains dapat dicirikan sebagai terdiri dari empataspek yang akan diperoleh yaitu:1) menyadarisituasi kehidupan yang melibatkan ilmupengetahuan dan teknologi. Ini adalah konteksuntuk unit penilaian dan barang-barang; 2)memahami dunia alam, termasuk teknologi, atasdasar pengetahuan ilmiah yang meliputipengetahuan tentang alam dan pengetahuantentang ilmu itu sendiri; 3) kompetensimencakup mengidentifikasi pertanyaan ilmiah,menjelaskan fenomena ilmiah, dan mengguna-kan bukti ilmiah sebagai dasar argumenmengambil kesimpulan dan keputusan.

Dalam Permendikbud No 22 tahun 2016yang mengisyaratkan perlunya proses pembel-ajaran yang dipandu dengan kaidah pendekatansaintifik/ilmiah. Ada 5 komponen pendekatansaintifik (istilah 5M) antaralain: (1) Mengamati ,siswa diberikan permasalahan yang nantinyaharus diamati oleh siswa. Kegiatan ini dapatdilakukan dengan cara membaca, mendengar,

Page 12: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

5Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

menyimak, atau melihat (tanpa atau denganalat) media pembelajaran, misalnya dengan gurumempersiapkan media gambar yang berhubung-an dengan materi pembelajaran. (2)Menanya,siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengajukan pertanyaan setelahkegiatan mengamati. Guru dapat memberikanpertanyaan untuk memotivasi siswa agar merekadapat mengajukan pertanyaan. (3) Mencoba/Mengumpulkan informasi, kegiatan mencobaidentik dengan melakukan eksperimen. Dalamproses pembelajaran siswa dilatihkan untukmengum-pulkan berbagai macam data dariberbagai sumber kemudian siswa diminta untukmencari bukti dari berbagai sumber. (4) Menalar,siswa diminta untuk menganalisis data-datayang telah mereka dapat dari hasil kegiatanmencoba/mengumpulkan informasi sehingganantinya mereka dapat menemukan hubunganantar variabel atau dapat membuat kesimpulandengan tepat. (5) Mengkomunikasi, siswadiberikan kesempatan untuk mengkomunikasi-kan apa yang telah mereka dapatkan dari prosespembelajaran. Hasil kegiatan tersebut dapatdisampaikan secara lisan maupun tulisan.Dalam kegiatan komunikasi, siswa harusmampu untuk menulis dan berbicara secarakomunikatif serta efektif. Dalam prosespembelajaran IPA menerapkan literasi sainstidak hanya menggunakan pendekatan saintifik5M tetapi menggunakan literasi teknologiInformasi, matematika dan bahasa. Semualiterasi tersebut terpadu dalam sebuah paketkegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk SDdalam Kurikulum 2013 menggunakan pembel-ajaran tematik terpadu.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkanbahwa pendekatan saintifik 5M, berhitung,teknologi informasi dan baca tulis dijadikansebagai jembatan untuk perkembangan danpengembangan sikap, keterampilan danpengetahuan siswa. Berpikir induktif lebihditekankan daripada berpikir deduktif artinyamenarik kesimpulan dengan bukti-bukti spesifikdari objek yang diamati, empiris dan terukur.Siswa dilatihkan sejak dini untuk berpikir logis,sistematis, dan runut yang pada akhirnya siswadapat berpikir tingkat tinggi. HOTS menekankanpada keterampilan mengembangkan kapasitasberpikir siswa yang melibatkan level kognitif

tingkat tinggi dari jenjang menganalisis,mengevaluasi, dan mencipta. Melalui berbagaiaktivitas siswa dilatih untuk terampil mencariilmu dalam penalaran induktif dan deduktifuntuk memikirkan jawaban atau mengidenti-fikasi dan mengeksplorasi dari fakta yang ada.Harapan-nya agar siswa menjadi terbiasa untukmemecahkan permasalahan yang ditemuinyasecara hati-hati, tanggungjawab, dan jujur. BilaHOTS diperkenalkan sejak SD akan berdampakpositif di kemudian hari. Kecerdasan dalammenganalisa bacaan, bergaul, memahamieksistensi orang lain dan memecahkan masalahpribadi. Sekolah sebagai miniatur kehidupanakan menjadi sebuah jembatan untuk melatihkandan mengasah HOTS dalam setiap matapelajaran dengam berbagai materi pelajaranyang ada dalam kurikulum dengan berbagaipendekatan dan model pembelajaran. Kecang-gihan alat digital dan era revolusi 4.0 akanmenyebabkan disrupsi atau gangguan bukanhanya di bidang bisnis saja melainkan pasartenaga kerja. Hal ini akan banyak jenis pekerjaanyang hilang dan tergantikan oleh robot. Kemung-kinan tenaga kerja akan menghadapi jenispekerjaan baru yang tidak terpikirkan sebelum-nya. Untuk itu dituntut untuk mengembangkanskill yang dibutuhkan dalam revolusi indutri 4.0seperti: mampu menyelesaikan masalah yangkompleks, berpikir kritis, kreatif, manajemenorang, kerja dalam tim, mengatur emosioanl,pengambilan keputusan, keinginan untuk mela-yani orang sebaik mungkin, dan kemampuannegosiasi.

Literasi sains adalah keterampilan yangdibutuhkan dalam era digital saat ini. Penting-nya literasi sains karena permasalahan berkait-an dengan pengetahuan dan teknologi. Selainitu literasi sains memberdayakan masyarakatuntuk membuat keputusan pribadi dan berpar-tisipasi dalam perumusan kebijakan publik yangberdampak pada kehidupan mereka Romance,N.R, (2001:13) guru perlu mengembangkanketerampilan literasi sains agar: 1) siswameningkat dalam pengeta-huan dan penyelidi-kan Ilmu Pengetahuan Alam, 2) siswa memilikikosa kata lisan dan tertulis yang diperlukanuntuk memahami danberkomu-nikasi ilmupengetahuan dan, 3) siswa dapat menghubung-kan antara sains, teknologi,dan masyarakat.

Page 13: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Dengan demikian melalui implementasiliterasi sains pembelajaran IPA diharapkansiswa memiliki kemampuan yaitu: a) membacadengan memahami artikel tentang ilmupengetahuan dan terlibat dalam percakapansosial; b) pengetahuan dan pemahaman tentangkonsep ilmiah dan proses yang diperlukan untukberpartisipasi dalam masyarakat era digital; c)mencari, atau menentukan jawaban pertanyaandari rasa ingin tahu tentang pengalaman sehari-hari; d) dapat mengidentifikasi isu-isu ilmiahyang mendasari keputusan ilmiah dan teknologiinformasi; e) untuk menggambarkan, menjelas-kan dan memprediksi fenomena; f) mengeva-luasi informasi ilmiah atas dasar sumber danmetode yang digunakan; g). kapasitas mengeva-luasi argumen berdasarkan bukti dan menarikkesimpulan dari argumen tersebut.

Sejak balita anak sudah diperkenalkanberbagai simbol dan gambar, hal ini secara tidaklangsung mereka mengamati dan mendengardari kehidupan nyata keluarga dan masyarakat.Contoh, ibu mengajak anaknya belanja ke tokoAA beli buku dan membayar dengan kartu ATM,ayah memesan makanan melalui layanan online,kakak bermain game on line, dst. Secara tidaklangsung anak tersebut membaca simbol dangambar. Membaca dan menulis adalah kuncidasar untuk membelajarkan anak berpikir. Olehkarena itu di PAUD sudah mulai diperkenalkansimbol-simbol, dan di SD kelas awal belajar bacadan tulis. Perlu dibiasakan untuk membaca bukusejak dini agar terlatih untuk membaca cepat danmemahami maknanya. Melalui membacabanyak informasi yang diterima otak untukdiproses, disitulah perlunya kegiatan yang tepatagar informasi yang masuk tersebut diolah olehotak untuk membiasakan berpikir kreatif dankritis. Kegiatan tersebut dilakukan oleh anakdalam kehidupan di keluarga, sekolah danmasyarakat.

Kegiatan di sekolah tidak lain kegiatanbelajar mengajar di kelas. Gurulah yang menjadifasilitator dan mentor untuk menggali danmembiasakan anak berpikir kreatif dan kritis.Literasi sains sebagai jembatan yang menghu-bungkan antara pendidikan dan dunia nyatasiswa. Menurut Bybee (2008:34 ) bahwa imple-

mentasi literasi sains dalam pembelajaran IPAsebaiknya dilakukan sedini mungkin. Jika siswadilatihkan secara terus menerus maka akanmenjadi sebuah pembiasaan. Pada akhirnyakelak akan menjadi sistim nilai dalam hidupnya.

Karakter siswa SD rasa ingin tahunya besar,senang bekerja kelompok terutama kelas 3-6 SD,dan pola pikir yang masih holistik. Zamanrevolusi industri 4.0 siswa memiliki banyakinformasi dari media sosial dan internet, senangkebebasan menentukan teori atau pengetahuanyang digunakan untuk memecahkan masalah-nya, senang dengan pengalaman nyata dalamhidupnya dan tidak ketat dengan aturan.Pembelajaran di kelas yang masih kaku denganbanyak aturan akan membuat siswa frustasibelajar. Mereka menginginkan belajar yangmenantang dan bebas. Oleh karena itu modelpembelajaran seperti problem solving, project dane-learning yang dianggap cocok untuk pembel-ajaran zaman 4.0. Penilaian formatif tertulisbukan lagi satu-satunya penentu prestasi siswa.

Metodologi

Pembahasan ini dilakukan dengan penelitiankualitatif pada 12 SD di Kota Bandung. Respon-den 12 guru SD kelas 1-6 yang berada di Ban-dung Utara, Timur, Selatan dan Barat. Sebanyak3 guru dari SD swasta dan 9 guru dari SD Negeridi mana semua berakreditasi A. Setiap gurumelakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)sebanyak 2 siklus di kelasnya masing-masingmenggunakan konsep literasi sains namunmengacu pada buku tematik pemerintah. Tabel1 memperlihatkan tema sains yang diajarkan 12orang guru SD di Kota Bandung.

Teknik yang digunakan dalam pengumpul-an data kuesioner siswa SD, pengamatan,wawancara, dan dokumentasi terhadap guru SD.Pengolahan data dimulai dari pengkatagorian,reduksi, dianalisis dengan tabulasi statistiksederhana, kemudian diintepretasikan secaratrianggulasi, dipaparkan dalam bentuk tabel dangrafik serta dinarasikan untuk diambilkesimpulan. Kegiatan ini dilakukan padatanggal 5 April sampai 5 Mei 2018.

Page 14: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

7Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Hasil dan Pembahasan

Studi pendahuluan pendekatan saintifik 5Mdilakukan survey melalui kuesioner kepada 34orang yang terdiri dari Pengawas DinasPendidikan, dosen dari LPTK swasta dan negeri,Kepala SD swasta dan negeri, guru SD swastadan negeri di Kota Bandung. Dari hasilkuesioner tersebut pendekatan saintifk 5M yangtertuang dalam buku tematik pemerintahKurikulum 2013 edisi 2016 belum terlaksanasepenuhnya dengan baik dan benar. Sebanyak61% peserta kuesioner mengganggap mindsetguru SD belum berubah ke student centered, 16 %berpendapat bahwa guru SD di Bandung meng-ajar masih terpaku pada buku teks tematikpemerintah dan 23% menyatakan kurang-nyawaktu belajar di kelas untuk melaksanakan 5M.Implementasi pendekatan saintifik 5M sangatcocok diterapkan dari PAUD hingga SMA.Menurut pendapat dari 34 pemerhati danpelaksana pendidikan dasar dapat terlaksana

Tabel 1:Tema Sains yang Diajarkan 12 Orang Guru di Kota Bandung

Kelas NamaSD

Akre--ditasi

NamaGuru Tema yang Diajarkan

Literasi Sains

Meng-amati

Berta--nya

Men--coba

Mena-lar

Mengkomu--nikasikan

1 Pswh A Sr Dn Peristiwa siang dan malam V - - V V

Mg A Nt Peristiwa siang dan malam V - - V V

2 Pdd A Dst Hewan dan tumbuhan V - V V V

Mln A Rr Hewan dan tumbuhan V - V V V

3 Bk A N Fz Sumber Energi V V V V V

Ys A Ar Sumber Energi V V V V V

4 Cbl A Sp Gerak dan Gaya V V V V V

Srj A M Fd Gerak dan Gaya V V V V V

5 Cth A Ly Rantai Makanan V V V V V

Plt A Fr Rantai Makanan V V V V V

6 Kdl A Hn Energi dan perubahannya V V V V V

Pl A Ag Energi dan perubahannya V V V V V

dengan baik dan benar jika guru sebagai ujungtombak pelaksana di kelas menggunakan modelpembelajaran yang bervariasi (17%), membiasa-kan berpikir logika dan kritis sejak PAUD (17%),mengajarkan berpikir saintifik secara bertahapsesuai perkembangan usia anak (41%). Dapatdisimpulkan dari hasil kuesioner di atas bahwapendekatan saintifik 5M pembelajaran tematikyang mengacu pada standar proses dariPermendikbud No 22 tahun 2016 sudah dilaksa-nakan oleh guru SD di Kota Bandung hanyasekedar formalitas saja. Hal ini terlihat butir soalyang diberikan formatif dan sumatif masih padatingkat hafalan dan kegiatan praktikum yangdilakukan siswa tanpa mema-hami maknasebenarnya. Siswa memperoleh skor ulanganyang tinggi, tetapi tidak diajak berpikirmelainkan hanya rutinitas mengisi Lembar KerjaSiswa (LKS). Kegiatan praktikum yang ada padabuku atau yang dibagikan oleh guru, siswamengisi tanpa mengetahui makna sebenarnyadari percobaan yang dilakukan. Pertanyaan yangada pada LKS hanya seputar pertanyaan jenjang

Page 15: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

C1-C2 dalam taksanomi Bloom. Akibatnya siswatidak terlatih untuk HOTS. Diharapkan siswadapat memecahkan permasalahan dalamhidupnya melalui proses berpikir HOTStersebut. Padahal untuk mencapai tahapanHOTS siswa perlu mengalami proses diajakberpikir secara bertahap dan berulang-ulangsehingga siswa terbiasa dan terlatih berpikir.Antara harapan dan kenyataan terjadiperbedaan, oleh karena itu penulis tertarik untukmengkaji keterampilan berpikir dalam literasisains di jenjang SD.

Penulis tertarik untuk membahas pembel-ajaran IPA yang berliterasi sains yang bagaima-nakah yang cocok diterapkan di SD kotaBandung. Untuk itu penulis mengacu pada teoridari Ward, Roden dan Hewlett (2005:17) dalam

bukunya Teaching science in the primary classroomyang dikompilasi sesuai Permendibud No 22tahun 2016 dalam Karli, Hilda (2017: 94-100)tertuang dalam Jurnal Pendidikan Penabur No28/2017proses belajar mengajar melatih sejak SDuntuk berpikir induktif melalui metode ilmiahmelalui pendekatan saintifk 5M.

Dalam implementasinya 5 M tidak harusselalu berurutan seperti: Menanya->Mengamati-> Mencoba -> Menalar->Mengkomunikasikan.Mungkin saja saat proses berpikir itu dimulaidari Mengamati->Menanya->Mencoba-> Mena-lar->Mengkomunikasikan. Hal ini tergantungpada materi pembelajaran, model pembelajarandan kondisi siswa. Intinya siswa dilatih untukberpikir logika, kritis dan berurutan.

Tabel 2:Keterampilan Berpikir Saintifik 5M

Ke-las

Meng-amati Menanya Menalar->

Kesimpulan MencobaMengko-munikasi

lisan

Mengkomuni-kasi tertulis

1 Siswadapatmengguna-kan alatpengukur-an tidakbakuuntukmembantupengamat-an. Misal-nya meng-gunakansedotan,jengkal,ubin atautimbanganmasadengangantunganbaju.(Peralatandisiapkanoleh guru.)

Gurumencontohk-an membuatpertanyaankemudiansiswamembuatpertanyaansendiri dantentunyasetiap siswabolehberbeda(untukmemperke-nalkan danmelibatkansiswaberpikirtentang ide-ide).

Tabel hasil peng-amatan disiapkanoleh guru dansiswa melengkapiberdasarkan hasilpengamatan.

Untuk menjawabpertanyaan yangdiajukan padaawal kegiatanadalah membuatkesimpulan.Kesimpulandibuat dari hasilanalisis menggu-nakan kosa katailmiah sains perludipahami siswayang sudahdikenalnya.

Kelas 1, siswabekerja dalamkelompok kecilmisalnya (2atau 3 orang)dan gurumembantu saatmelakukankegiatan.(alat yangdigunakantidak baku danada dalamkehidupansehari-hari )

Siswadapatmengung-kapkanperistiwayangterjadisecaralisansederhanadalam 1kalimat

Menuliskankalimatsederhana sajadalam 1 kata

2 Kelas 2 SD,siswamembandi-ngkanhasilpengukur

Siswamembuatpertanyaandan saransendiri(untuk

Tabel hasil peng-amatan disiapkanoleh guru dansiswa melengkapiberdasarkan hasilpengamatan

Kelas 2 SD,siswa bekerjadalamkelompok kecil(2-3 orang) danmelakukan

Kelas 2SD, siswasudahdapatmemband-ingkan 2

Menuliskanbeberapakalimat denganmengguna-kanpemahamankonsep sains

Page 16: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

9Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Ke-las

Meng-amati Menanya Menalar->

Kesimpulan MencobaMengko-munikasi

lisan

Mengkomuni-kasi tertulis

2 an masaataupanjangdari 2bendadenganmengguna-kan alatpengukur-an bakumisalnyapenggarisatautimbangankue

membelajark-an siswamenanggapipertanyaan)

Untuk menjawabpertanyaan yangdiajukan padaawal kegiatanadalah membuatkesimpulan.Kesimpulandibuat dari hasilanalisis data yangdiperoleh darihasil pengamatanyang dikaitkandengan konsepmateripembelajaransains.

kegiatansendiridipandudengan lembarkerja namunguru masihmemantau.alat yangdigunakanbaku dan adadalamkehidupansehari-hari misapenggaris,timbanganberas, dll).

Kelas 2SD, siswasudahdapatmemband-ingkan 2peristiwadanmemberik-an alasansederhanasecaralisan

melaluikesimpulanyangdiperolehnya

3 Kelas 3 SD,siswamengukurpanjang,masa,suhu,waktudenganalat baku.

Mengajaksiswaberdiskusilalu munculpertanyaanumumselanjutnyasiswamembuatpertanyaanyang lebihrinci (gurumemberikandukunganterusmenerus).

Tabel hasilpengamatandisiapkan olehguru dan siswamelengkapiberdasarkan hasilpengamatan

Siswa kelas 3sudah dapatmenjelaskan danmembandingkanhasilpengamatannyadenganmenggunakankosa kata ilmiah.

Kelas 3 SD,siswa bekerjadalam kelom-pok kecil (3-5orang) danmelakukankegiatansendiri dipan-du denganlembar kerjadan guru jikadibutuhkan.(alat yangdigunakanbaku misal:thermometer,stopwatch,timbangan,kompas dll).

Kelas 3SD, siswadapatmelakuka-n tanyajawabseputarhasilpengamat-annyadipinpimoleh guru.

Dapatmenuliskankesimpulandenganbantuanpertanyaan diLembar Kerjaseperti "Apaartinya?""Manakah yanglebih penting?''Apa yang sayasudahlakukan?''

4 Kelas 4 SD,mengguna-kan alatpengukur-antermasuksatuanyang tepat

Siswa dangurumembuatpertanyaanumumkemudiandipilih satupertanyaanyangselanjutnyadibuatpertanyaanlebih rincioleh siswa.

Siswa kelas 4 SDsudah dapatmembuat tabelsendiri danmembuat grafikbatang sendiri.

Siswa dapatmengunakan kosakata ilmiah yangbenar sepertipelarutan,peleburan ataupenguapan dalamproses kerja.

Siswa kelas 4dan 5 SD sudahdapat bekerjasendiri dalamkelompok(pembagiantugas dalamkelompok)namun terka-dang masihperlu menda-pat dukungandari guru.(alat yangdigunakanbaku dan carabaca tepat).

Dapatmelapork-an secaralisan hasilpengamat-annyadikaitkandenganpertanyaa-n guru.

Siswa sudahmampumenuliskanlaporan denganmenjawabpertanyaandalam LembarKerja seperti''Apakahprediksinyaterbukti? ; "Apayangditemukan saatpercobaansebelumnyatidakdiketahui?".

Page 17: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

5 Kelas 5,siswadapatmemilihalatpengukur-an bakuyang tepatuntukmembantupengamat-annya

Siswa diberikesempatanuntukmembuatpertanyaansendiri darihasilinvestigasin-ya danterakhir

Kelas 5 siswamasihberkonsultasidengan guruuntuk menentukangrafik yang dibuatapakah batangatau garis darihasilpengamatannya,tabel yang dibuatsendiri oleh siswa

Siswa kelas 4dan 5 SD sudahdapat bekerjasendiri dalamkelompok(pembagiantugas dalamkelompok)namunterkadangmasih perlumendapatdukungan dariguru.(ketelitianmengukur dancara mengukuryang benar)

Siswakelas 5SD,melakuka-n tanyajawabdipimpinguruuntukmembahashasilpengamat-an lebihrinci.

Kelas 5 SDsudah mulaibelajar menu-liskan laporantanpa pertanya-an dari gurunamun gurumenjelaskanbagaimana caramenuliskanhasil peng-amatan secaraberurutan danrinci lalumenggeneralis-asikan hasilpengamatannyauntukmenyimpulkanhasil percobaan

6 Kelas 6 SD,siswadapatmengukurulang jikaada hasilpengukur-an yangtidak biasadenganmengguna-kan alatukur yangberbeda,untukmendapat-kan hasilpengukur-an yanglebihakurat.

Siswa dapatmembuatpertanyaansendiri darihasilinvestigasilalumengujinya(untukmengemban-gkan ide daripertanyaanyangdibuatnya).

Siswa sudah dapatmembuat tabelhasil pengamatansendiri denganberbagai variableserta membuatgrafik garis ataubatang denganskala yang rincidari hasilpemikirannyasendiri.

Kelas 6 SD siswadapatmengembangkanhasil generalisasidenganmenggunakankosa kata ilmiah.

kelas 6 dapatbekerja sendiribahkan mencarialat dan bahantanpa bantuanguru.

(alat ukur yanglebih telitisepertitimbanganemas dst)

Siswamampumengung-kapkansecararinci danruntuthasilpengamat-annya danmenjelask-an menga-pa hal ituterjadidenganpemaham-an konsepsainsmelaluikegiatanpresentasidi kelasdalambentukdrama,reporterberita,storytelling.

Kelas 6 SD jugasudah tidakmenggunakanLembar Kerjasebagaipenuntun,mereka sudahbisamenuliskanhasilpengamatanrinci,menjelaskanprediksinyaterbukti atautidak dengankonseppemahamansains danmenyimpulkanhasilpercobaannyasendiri dalambentuk gambaratau tulisan.

Adapun hasil penelitian diperoleh dari datakuesioner siswa dari 12 SD di Kota Bandungsesuai yang tertera pada Tabel 3.

Dari Tabel 3 di atas sebanyak 95% siswaantusias melakukan kegiatan mencoba. Hal inisiswa termotivasi untuk belajar melalui literasi

sains. Mereka ingin mengulang kegiatan tersebutpada materi pelajaran lainnya. Sebanyak 66%siswa malu dan takut untuk presentasi di depanteman-temannya. Siswa kelas tinggi yang maludan takut sedangkan siswa kelas rendah yangberani dan percaya diri untuk presentasi. Dan70% siswa yang terlibat aktif dalam diskusi

Page 18: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

11Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

kelompok. Pada awalnya siswa sulit diaturkarena tidak terbiasa sehingga ribut dan salingmengobrol sendiri, namun setelah diberikanaturan permainan siswa dapat aktif berdiskusi.Pembagian kelompok tidak berdasarkan tingkatprestasi siswa dan jenis kelamin. Komunikasitertulis lebih tinggi persentasenya dibandingkankomunikasi lisan. Penulisan laporan dalambentuk laporan sederhana, puisi atau syair lagu.Komunikasi tertulis lebih sering dilakukan siswadaripada lisan. Sebanyak 66% siswa yang dapatmengerjakan soal ulangan C3-C6 (menganalisis,mengevaluasi dan mencipta) dalam taksnomiBloom. Nampak kelas rendah dapat mengerja-kan soal HOTS sesuai tingkat usia dan materipelajarannya dibandingkan kelas tinggi. Siswakelas tinggi belum terbiasa mengerjakan soalulangan yang sifatnya membangun pengeta-huan yang sudah dimilikinya dan mampumemecahkan masalahnya. Pada umumnya gurumemberikan ulangan yang sifatnya hafalansehingga skor yang diperoleh siswa tinggi,dianggap siswa sudah menguasai materipelajaran tersebut. Literasi sains dapat mening-katkan hasil ulangan siswa terlihat dari Tabel 4.

Jika dilihat dari Tabel 4, nilai rata-rata posttest dari kelas 1-6 dari siklus 1 ke 2 mengalamipeningkatan rata-rata 9,51. Nilai rata-rata posttest setiap kelas di atas Ketuntasan BelajarMinimal (KBM) nya serta ada pening-katan darisiklus 1 ke siklus 2. Butir soal yang diberikan

Tabel 3:Hasil Kuesioner Siswa Kelas 1-6 dari 12 SD diBandung yang Belajar Literasi Sains

IndikatorKelas ( % ) Rerata

(%)1 2 3 4 5 6

Movitasi belajarsiswa

98

96

98

94

90

90

95

Keaktifan diskusikelompok

70

77

70

77

62 60

70

Komunikasi lisan 80 77 72 68 54 50 66

Komunikasitertulis

85

86

89

89

85 80 70

Soal ulangan C3-C6 88 75 70 63 52 50 66

pada jenjang C4-C6 dalamtaksonomi Bloom. Hal inimenunjukkan bahwa siswakelas 1-6 SD belajar denganmenggunakan literasi sainsdapat meningkatkan keteram-pilan berpikir tingkat tinggi.

Pada Tabel 5 sebagai hasilpengamatan terhadap siswakelas 1-6 SD dalam 2 siklus PTK,guru melakukan upayaperubahan dari siklus 1 ke siklus2 guna memperbaiki kondisisiswanya. Kelas 1 di SD PswhGuru Sr Dn meminta siswauntuk melaku-kan pengamatandi luar kelas bagaimana keadaanperistiwa siang hari danpengamatan di rumah untukperistiwa malam. Saat

melakukan pengamatan di halaman sekolahsiswa tidak fokus belajar mereka sibukmengobrol dan bermain-main. Ketika berdiskusi

Tabel 4.:Nilai KBM, Post test Siklus 1 dan 2

Kelas KBMNilai Post test

Siklus 1 Siklus 2

1 70 71,10 83,90

72 73,89 86,25

2 75 73,10 87,00

75 71,38 88,27

3 70 62,00 81,00

70 71,00 87,00

4 70 74,00 81,00

70 73,80 82,00

5 74 66,43 75,71

70 70,84 74,10

6 60 58,50 68,80

60 50,75 55,88

Page 19: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Tabel 5:Pengamatan Terhadap Siswa dalam 2 Siklus PTK

SD Kelas/Guru

Komponenyang diamati Siklus 1 Siklus 2

Pswh 1/Sr Dn Saat diskusi 25% tidak fokus dan main-main sendiri

10% tidak fokus dan main-main sendiri

Presentasi 100% berebut ingin bicara didepan kelas

100% ikut aturan yangditetapkan

Laporan 95% dapat menggambar-kanhasil pengamatannya

100% dapat menggambar-kan hasil pengamatannya

Mg 1/Nt

Saat Diskusi 30% tidak fokus dan main-main sendiri

17% tidak fokus dan main-main sendiri

Presentasi 100% berebut ingin bicara didepan kelas

10% tidak dapatmengungkapkan di depankelas

Laporan 91% dapat menggambar-kanhasil pengamatannya

100% dapat menggambar-kan hasil pengamatannya

Pdd 2/Dst Saat Diskusi 72% ikut terlibat diskusi 81% ikut terlibat diskusi

Presentasi 72% siswa dapatmengemukakan di depankelas

81% siswa dapatmengemukakan di depankelas

Laporan 81% membuat gambar komik

86% dapat membuatmaket sederhana disertaipenjelasan kalimat pendek

Mln 2/Rr Saat 61% ikut terlibat berdiskusi

84% ikut terlibatberdiskusi

Diskusi 50% siswa lupa apa yangakan dibicarakan

17% siswa lupa apa yangakan dibicarakan

PresentasiLaporan

70% dapat menggambar-kanhasil pengamatan disertaipenjelasan sederhana

88% dapat menggambar-kan hasil pengamatandisertai penjelasansederhana

Bk

3/N Fz Saat Diskusi 55% ikut terlibat berdiskusi

70% ikut terlibatberdiskusi

Presentasi 50% membacakan saja didepan kelas

34% membacakan saja didepan kelas

Laporan 65% dapat membuat puisi

100% dapat membuatsyair lagu

Ys 3/Ar Saat Diskusi 60% ikut terlibat berdiskusi 73% ikut terlibatberdiskusi

Page 20: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

13Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

SD Kelas/Guru

Komponenyang diamati Siklus 1 Siklus 2

Ys 3/Ar Presentasi 50% membacakan saja didepan kelas

25% membacakan saja didepan kelas

Laporan 77% dapat membuat poster

88% dapat membuatgambar komik

Cbl

4/Sp Saat Diskusi 100% siswa pria ikut terlibatberdiskusi dan siswa wanitamain sendiri

76% siswa pria dan wanitaikut terlibat berdiskusibersama

Presentasi 39% malu presentasi didepan kelas

15% malu presentasi didepan kelas

Laporan 74% dapat membuat puisi

100% dapat membuatsyair lagu

Srj

4/M Fd Saat Diskusi 50% siswa bingung apa yangharus didiskusikan

90% aktif terlibat berdis-kusi kelompok

Presentasi 50% malu presentasi didepan kelas

28% malu presentasi didepan kelas

Laporan 70% dapat membuat puisi

100% dapat membuatsyair lagu

Cth

5/Ly Saat Diskusi 47% siswa bingung apa yangharus didiskusikan 100% aktif terlibat berdis-

kusi kelompok

Presentasi 18% dapat presentasi didepan kelas

68% dapat presentasi didepan kelas

Laporan 65% siswa bingung membuatpuis

50% siswa tidak dapatmembuat laporansederhana

Plt

5/Fr Saat Diskusi 50% ikut terlibat berdiskusi

95% ikut terlibatberdiskusi

Presentasi 67% malu presentasi didepan kelas

29% malu presentasi didepan kelas

Laporan 60% siswa bingung membuatpuisi

50% siswa tidak dapatmembuat laporansederhana

Kdl

6/Hn Saat Diskusi 100% siswa tidak fokuskarena bingung apa yangakan didiskusikan (LKS tidakdiberikan)

100% siswa terlibat aktifdiskusi karena LKSdiberikan oleh guru

Presentasi 45% siswa tidak percaya dirisaat presentasi di depankelas

10% siswa tidak percayadiri saat presentasi didepan kelas

Page 21: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

SD Kelas/Guru

Komponenyang diamati Siklus 1 Siklus 2

Kdl 6/Hn Laporan 45% dapat membuat puisi 50% dapat membuatlaporan sederhana

PI

6/Ag Saat Diskusi 100% siswa tidak fokuskarena bingung apa yangakan didiskusikan (LKS tidakdiberikan)

100% siswa terlibat aktifdiskusi karena LKSdiberikan oleh guru

Presentasi 55% siswa tidak percaya dirisaat presentasi di depankelas

20% siswa tidak percayadiri saat presentasi didepan kelas

Laporan 45% dapat membuat laporansederhana

80% dapat membuatlaporan sederhana

kelompok 25 % siswa tidak aktif dan belum bisaikut terlibat diskusi kelompok. Pada siklus ke-2guru memberikan bimbingan lebih detail danaturan dalam KBM sebelum mereka melakukankegiatan menalar dan mengkomunikasikan.Lain di SD Mr, semua siswa ingin menceritakanhasil pengamatannya sehingga saling berebutandan kelas menjadi ribut. Pada siklus ke-2 guruNt lebih detail dan rinci menjelaskan aturan saatbercerita di depan kelas. Saat presentasi siswalebih terkendali namun ketika menceritakan didepan kelas sebanyak 10% siswa tidak tahu apayang diceritakan.

Kelas 2 Pdd, guru Dst meminta melakukanpengamatan hewan dan tanaman di luar kelaslalu menggambarkannya. Laporan yang dimintaguru berbeda bentuk pada siklus 1 dan 2.Laporan siklus 1 dalam bentuk gambar komiksebanyak 81% siswa menguasai sedangkansebanyak 80% siswa dapat membuat maketsederhana diberi penjelasan kalimat sederhana.72% siswa yang terlibat aktif diskusi, siswa prialebih aktif berdiskusi daripada anak wanita. DiSD Mln siswa mengamati dan menggambarkanhasil pengamatan dari objek yang sudahdisiapkan oleh guru Rr. Beberapa siswa tidakdapat menggambarkan hasil pengamatananyakarena ikan yang diamati dalam botol terlalukecil sehingga siswa tidak dapat fokus. 70%siswa dapat mengambarkan hasil pengamatandisertai penjelasan. Pada siklus ke-2, siswadiminta mengamati tanaman jenis lain danmenggambarkan hasil pengamatan. Kegiatan ini

banyak siswa main-main dan ribut sehinggatidak tepat waktu penyelesaiannya tugasnya.Beberapa siswa bingung dan tidak mengenaltanaman yang diamati sehingga mereka tidaktermotivasi untuk berdiskusi.

Kelas 3 di SD Bk siswa melakukanpengamatan pada benda-benda di kelas yangtermasuk sumber energi lalu meminta merekamembuat puisi sebagai hasil nalar dankesimpulannya. Sebanyak 60% siswa dapatmembuat puisi. Siswa tidak paham dengan tugasyang diminta oleh guru N Fz siswa mereka tidaktermotivasi untuk belajar dan membuat puisi.Pada siklus ke-2 guru N Fz mengganti laporandalam bentuk syar lagu. Siswa setelah meng-amati diminta membuat syair lagu ternyata anakantusias, terlihat siswa menguasai sebanyak100%. Sedangkan di SD Ys siswa ribut dan main-main ketika melakukan percobaan pada sumberenergi seperti senter, kipas angin, juicer, mainan.Sehingga waktu menjadi kendala pada saatmereka berdiskusi. 60 % siswa yang terlibatdiskusi. Pada siklus berikutnya lebih tertibkarena guru menjelaskan aturan dalam KBMsaat mencoba. 73% siswa aktif terlibat diskusidan terlihat kerjasama yang baik setiap siswauntuk membawa barang-barang yang tergolongsumber energi. Pada siklus 1 hanya 50% siswayang dapat presentasi, mereka hanya membaca-kan saja. Pada siklus 2 guru memberikan arahandan motivasi bagaimana berbicara di depankelas, pada siklus 2 sebanyak 72% siswa dapatpresentasi di depan kelas. Laporan yang diminta

Page 22: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

15Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

siklus 1 (77%) berupa poster dan siklus 2 (88%)berupa gambar komik. Ternyata siswa lebihantusias untuk menggambarkan komik versimereka ini terlihat pada tabel di atas.

Kelas 4 di SD Cbl dan Srj, siswa memintamelakukan gerakan menarik dan mendorongmeja atau kursi secara kelompok denganpetunjuk dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yangdibagikan sebelum kegiatan mencoba. Ada siswayang masih belum paham bagaimanamendorong dan menarik meja. Siswa wanitatidak mau mencoba. 100% didominasi siswalaki-laki. Situasi menjadi ribut ketika merekasedang melakukan kegiatan dorong dan tarik.Keterlibatan diskusi juga didominasi 100% olehsiswa laki-laki. Laporan yang diminta membuatsebuah puisi yang dipresentasikan secarakelompok. 74% yang mampu membuat puisi.Siswa tidak termotivasi untuk membuat puisi.Namun saat presentasi siswa malu dan takutsebanyak 39%. Situasi kelas menjadi ribut dantidak terkendali. Pada siklus ke-2 siswa dimintauntuk mencoba tarik dan dorong pada berbagaimacam alat permainan seperti mobil-mobilan,bola, dan mainan. 75% siswa laki-laki danwanita melakukan percobaan tersebut.Kemudian membuat sebuah syair lagu dari laguyang sudah dikenalnya. 100% siswa antusiasdan mampu membuatnya. Guru melatihsiswanya untuk berani dan percaya diri maju kedepan kelas dan berbicara di depan kelas. Padasiklus ke-2 sebanyak 85% siswa mampupresentasi di depan kelas.

Kelas 5 di SD Cth dan Plt, situasi siswa saatkegiatan ribut, bingung apa yang harusdikerjakan dan ada yang main-main. 53% saatberdiskusi kelompok siswa kurang aktif terlibat.Saat mempresentasikan menggunakan powerpoint siswa tampak malu dan bersuara pelan.Siswa yang berani presentasi hanya 18%. Di SDPlt siswa lebih lancar presentasi denganmenggunakan power point terlihat data sebanyak68% siswa mampu presentasi. Namun saatmengerjakan soal ulangan siswa tidak paham.Kendalanya waktu tidak sesuai dengan rencanakegiatan RPP. Pada siklus ke-2 guru Lymenggunakan power point untuk menjelaskancara kerja yang akan dilakukan saat kegiatanmencobakan dan memberikan aturan waktu danprosedur. Memberi bimbingan cara mempresen-

tasikan di depan teman-temannya agar munculrasa percaya diri dan berani dengan memberipenghargaan. Guru mengajak siswa untukmengambil intisari dari kegiatan tersebut terkaitdengan materi pelajaran. Mengganti laporanakhir dari membuat puisi ke membuat laporansederhana. Siswa masih kurang mampu untukmembuat puisi dan laporan.

Kelas 6 SD Kdl guru Hn dan PI tidak membe-rikan LKS pada siswa untuk melakukan kegiat-an tentang energi dan perubahannya. Siswadiminta mencari sendiri (PR) LKS. Saat melaku-kan kegiatan mencoba siswa ribut dan main-main. 100% siswa belum paham dan bingung.Puisi sebagai laporan yang dibuat belumsepenuhnya benar 45% saja yang mampumembuat.Sebanyak 45% siswa malu dan takutuntuk presentasi di depan teman-temannya.Pada siklus ke-2 siswa diberi LKS rangkaianlistrik dan penuntun membuat laporan seder-hana. Guru memberikan contoh cara merangkailistrik sebelum kegiatan mencoba. Siswa dapatmelakukan kegiatan tersebut sesuai LKS. Adakelompok yang tidak lengkap membawa alat danbahan untuk kegia-tan mencoba. Sebelum kegiat-an berlangsung siswa diminta membuat klipinguntuk dipresentasikan. Guru memberikan moti-vasi agar siswa berani tampil bicara di depankelas. Pada siklus ke-2 baik SD Kdl dan PI siswa-nya lebih percaya diri dan mampu presentasi didepan kelas.

Pembahasan

Siswa lebih termotivasi belajar dan aktif terlibatselama KBM. Tidak sekedar duduk mendengar,mencatat, dan menghafal saja. Hanya sajakurang banyak dipraktekkan di kelas sehinggasiswa tidak terbiasa dan terlatih. Hal ini terlihatdari siswa selalu ribut dan main-main saatmereka diminta untuk melakukan kegiatanpresentasi dan mencoba. Guru terlihat tidakterbiasa menyiapkan media untuk kegiatanmencoba seperti ukuran, jenis objek yang akandiamati dan dicobakan siswa tidak sesuaidengan perkembangan anak. Mengkomu-nikasikan secara lisan dan tertulis merupakanbagian yang tersulit bagi siswa. Hal ini terlihatdari menyusun produk seperti puisi danpresentasi, siswa kurang terampil karena gurukurang membekali sedari dini. Siswa tidak

Page 23: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

pernah diajak untuk berpikir tingkat tinggi.Terlihat ketika siswa kelas 6 diminta untukmengerjakan sebuah proyek yang ditentukantopiknya mereka tidak mampu mencari ide untukmenyelesaikan permasalahan proyeknya. Halini nampak juga dari data Tabel 3 bahwa kelas5 dan 6 hanya mampu mengerjakan soalulangan tingkat kesukaran C4-C6 hanya 52%dan 50%. Siswa kelas 5 dan 6 belum terbiasaberpikir tingkat tinggi tetapi setelah dilakukanpendekatan 5M ada peningkatan pada siklus 2nya walau peningkatan sedikit dari nilaiulangan dan membuat laporan tetapi siswa lebihtermotivasi dan antusias untuk berpikir HOTS.

Hal ini karena tidak terlatih sehingga tidakterbiasa untuk mencari ide bagaiamanamenyelesaikan masalahnya sendiri dengancaranya sendiri. Pada hal siswa kelas rendah(1-3) kemampuan berpikirnya sudah cukup baikhal ini jika dicermati dari data penelitian merekasudah mampu mengamati, menalar, mencoba,mengkonumikasikan dan menyimpulkan sesuaiusia perkembangan mereka. Namun kelas 4-6siswa tidak bertambah keterampilanberpikirnya, cara guru mengajar sama sepertikelas rendah sehingga kemampuan berpikirtingkat tingginya menjadi tidak terasah. Gurukelas tinggi masih mencekoki banyak ilmu dantidak berani memberi tanggungjawab lebih besardengan memberikan kebebasan teori dan carapenyelesaiannya yang digunakan siswa. Gurutidak memberikan kebebasan berpikir malahdiseragamkan dengan cara memberikan semuakebutuhan ilmu dan materi pelajaran gunamencari skor nilai ulangan saja. Padahalkemampuan siswa jika diberi kebebasan berpikirdan cara penyelesaian masalah sesuaipemikiran siswa, niscaya mereka juga dapatberpikir tingkat tinggi lebih.

Kelas 1 dan 2 sebagai kelas awal di SDdalam buku tematik Pemerintah belum banyakkegiatan yang mengarah pada 5M. sekedarmengamati saja tanpa tahu apa, mengapa danbagaimana mengamati sebuah objek yang benar.Ketika guru melakukan KBM dengan penekananliterasi sains yang menfokuskan pada 5M makasiswa menjadi tidak fokus belajar. Merekamenganggap KBM tersebut sedang bermain-

main dan suasana kelas menjadi kurangterkendali oleh guru. Guru belum terbiasamelakukan kegiatan 5M sehingga mereka belumberpengalaman seperti mengkondisikan aturansaat mencoba dan mengkomunikasikan.Memberikan contoh objek yang diamati belumdikenal oleh siswa dan ukuran volume objekyang diamatis secara kelompok perludisesuaikan.

Kelas 3 dan 4 tidak menyukai membuatpuisi karena siswa bingung bagaimanamenyusun puisi. Guru tidak pernah mengajar-kan cara menyusun yang sederhana sesuaiperkembangan usia anak. Jika diamati produkpuisi dari kelas 1-6 SD tingkat kesulitannya samadan produk yang dihasilkannya boleh dikata-kan mirip. Tidak ada jenjang kesulitan dari kelas1-6 menuliskan puisi dengan baik dan benar.Di Indonesia membuat puisi tidak menjadi fokustidak seperti di Negara USA membuat puisidilatihkan secara bertahap mulai dari mudahsekali seperti menyusun kartu-kartu untuk keas1 SD hingga membuat puisi dari kata kunci.Pemilihan objek yang digunakan sebagai mediauntuk mencoba perlu disesuaikan dengan jeniskelamin. Hal ini agar siswa laki-laki dan wanitasenang dan antusias dalam melakukanpercobaan.

Siswa kelas 5 dan 6 belum bisa melakukankegiatan mencoba atas ide sendiri. Terlihat dari2 sekolah Kdl dan Pl yang bingung harusmelakukan kegiatan apa, yang pada akhirnyaribut dan main-main. Hal ini terjadi karenasiswa tidak dilatih oleh gurunya sehingga siswatidak mandiri. Jika mendapat bimbingan secarabertahap siswa di 2 SD tersebut dapat melakukankegiatan mencoba dengan ide sendiri. Presentasijuga tidak dilatih sehingga siswa malu dan takutkarena tidak percaya diri. Menyusun laporansederhana juga tidak pernah dilatihkan, guruselalu meminta mengisi isian atau menjawabpertanyaan saja sehingga siswa tidak memilikiinisiatif sendiri.

Dari data, hasil dan pembahasan di atasketerampilan berpikir yang cocok diterapkan diSD yang berada di Kota Bandung denganmengacu pada pendekatan berpikir Saintifik 5Mseperti tersaji pada Tabel 6.

Page 24: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

17Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Tabel 6:Keterampilan Berpikir Saintifik 5M yang Sesuai Diterapkan di SD Kota Bandung

Ke-las

Meng-amati Bertanya Menalar->

Kesimpulan MencobaMengko-munikasi

lisan

Mengkomuni-kasi tertulis

1 Siswasudahdapatmengguna-kan alatpengukur-an tidakbakuuntukmembantupengamat-an.

Gurumencontohk-an membuatpertanyaankemudiansiswamembuatpertanyaansendiri dantentunyasetiap siswabolehberbeda .

Tabel hasilpengamatandisiapkan olehguru dan siswamelengkapiberdasarkan hasilpengamatan.

Kelas 1, siswabekerja dalamkelompok kecilmisalnya (2-3orang) danguru memban-tu saat melaku-kan kegiatan.(alat yang digu-nakan tidakbaku dan adadi kehihupanhari-hari).

Siswadapatmengung-kapkanperistiwayangterjadisecaralisansederhana.Dalam 1kalimat.

Menuliskankalimatsederhana sajadalam 1 katamembuatgambar disertaipenjelasansederhana.

2 Siswamembandi-ngkan ha-sil pengu-kuranmasa ataupanjangdari 2 ben-da denganmengguna-kan alatpengukur-an bakumisalnyapenggarisatau tim-bangan kue.

Gurumencontohk-an membuatpertanyaankemudiansiswamembuatpertanyaansendiri dantentunyasetiap siswabolehberbeda.

Tabel hasilpengamatandisiapkan olehguru dan siswamelengkapiberdasarkan hasilpengamatan.

Siswa bekerjadalamkelompok kecil(2-3 orang) danmelakukankegiatansendiridipandudengan lembarkerja namunguru masihmemantau.

Siswasudahdapatmemban--dingkan 2peristiwadanmemberik-an alasansederhanasecaralisan.

Menuliskanbeberapakalimat denganmenggunakanpemahamankonsep sainsmelaluikesimpulanyangdiperolehnyamembuatgambar komik ,syair lagu, danpuisi.

3 Siswamengukurpanjang,masa,suhu,waktudenganalat baku.

Guru meng-ajak siswaberdis-kusilalu munculpertanyaanumum selan-jutnya siswamembuatpertanyaanyang lebihrinci.

Tabel hasilpengamatandisiapkan olehguru dan siswamelengkapiberdasarkan hasilpengamatan.

Siswa bekerjadalamkelompok kecil(3-5 orang) danmelakukankegiatan sendi-ri dipandudengan lembarkerja dan gurujikadibutuhkan.

Siswadapatmelaku-kan tanyajawabseputarhasilpengamat-annyadipimpinoleh guru.

Menuliskankesimpulandenganbantuanpertanyaan diLembar KerjaSiswa(LKS)membuat puisi,poster, syairlagu.

4 Mengguna-kan alatpengukur-antermasuksatuanyang tepat.

Siswa danguru mem-buat perta-nyaan umumkemudiandipilih satupertanyaanyang selan-jutnya dibuatpertanyaanrinci olehsiswa

Tabel hasilpengamatandisiapkan olehguru dan siswamelengkapiberdasarkan hasilpengamatan.

Sudah dapatbekerja sendiridalam kelom-pok (pemba-gian tugasdalam kelom-pok) namunterkadangmasih perlumendapatdukungan dariguru.

Dapatmelapor--kan secaralisan hasilpengamat-annyadikaitkandenganpertanya--an guru.

Menuliskanlaporansederhanadenganpanduan dariLKS membuatpuisi, poster,syair lagu.

Page 25: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

Simpulan

KesimpulanLiterasi sains mulai diakomodasikan dalamKTSP 2006 dan terlihat jelas dalam Kurikulum2013 melalui kegiatan inkuiri dan pendekatanilmiah.Literasi sains merupakan gabungan daribeberapa literasi seperti: membaca-tulis,matematika dan digital (Teknologi Informasi).Dalam pelaksanaannya menggunakan pende-katan tematik terpadu. Dengan mengacu padateori dari Ward, Roden dan Hewlett (2005:17)dalam bukunya Teaching Science in the primaryClassroomyang dikompilasi sesuaiPermendikbud No 22 tahun 2016 dalam Karli,Hilda (2017: 94-100) tertuang dalam JurnalPendidikan Penabur No 28/2017 proses belajarmengajar melatih sejak SD untuk berpikirinduktif melalui metode ilmiah melaluipendekatan saintifk 5M. Siswa diajak untukmelakukan kegiatan seperti mengamati,menanya, mencoba, menalar dan mengkomuni-kasikannya secara lisan dan tertulis dalam

berbagai produk. Guru masih membimbing danmengarahkan siswa dalam melakukan kegiatandengan membagikan LKS. Di mana cara kerjadan pertanyaan yang sifatnya menuntut siswauntuk menalar dari hasil pengamatan dapatdisimpulkan sendiri. LKS yang dibagikan gurudisusun sesuai dengan tingkat kesukaran danperkembangan usia siswa SD. Siswa di 12 SDKota Bandung dapat melakukan kegiatan KBMmenggunakan literasi sains dengan pendekatansaintifik 5M namun perlu dilatih dan terbiasasecara bertahap sesuai perkembangan siswa SD.Dari data ada peningkatan 9,5% untuk ulangantingkat HOTS pada siklus 1 ke-2. Dalam prosesKBMnya keaktifan berdiskusi, komunikasi lisandan tertulis rerata di atas 65%. Tujuan HOTSuntuk melatih cara berpikir logis, berurutan dankreatif. Dari dimensi sikap lebih mandiri,tanggungjawab dan jujur. Dari dimensi terampilsiswa dilatih untuk terampil menggunakan alatdan bahan yang ditemui dalam kehidupansehari-hari. Tiga dimensi tersebut untukmembekali siswa menghadapi revolusi industri4.0.

Ke-las

Meng-amati Bertanya Menalar->

Kesimpulan MencobaMengko-munikasi

lisan

Mengkomuni-kasi tertulis

5 Siswadapatmengguna-kanalatpengukur-an bakuyang tepatuntukmembantupengamat-annya.

Siswa danguru mem-buat perta-nyaan umumkemudiandipilih satupertanyaanyang selan-jutnya dibuatpertanyaanlebih rincioleh siswa.

Tabel hasilpengamatandisiapkan olehguru dan siswamelengkapiberdasarkan hasilpengamatan

Sudah dapatbekerja sendiridalam kelom-pok (pemba-gian tugasdalam kelom-pok) namunterkadangmasih perlumendapatdukungan dariguru.

Dapatmelapork-an secaralisan hasilpengamat-annyadikaitkandenganpertanyaa-n guru.

Menuliskanlaporansederhanadenganpanduan dariLKS membuatpuisi, poster,syair lagu

6 Siswadapatmengguna-kanalatpengukur-an bakuyang tepatuntukmembantupengamat-annya.

Siswa danguru mem-buat perta-nyaan umumkemudiandipilih satupertanyaanyangselanjutnyadibuatpertanyaanlebih rincioleh siswa.

Tabel hasilpengamatandisiapkan olehguru dan siswamelengkapiberdasarkan hasilpengamatan.

Sudah dapatbekerja sendiridalamkelompok(pembagiantugas dalamkelompok)namunterkadangmasih perlumendapatdukungan dariguru.

Dapatmelapork-an secaralisan hasilpengamat-annyadikaitkandenganpertanyaa-n guru.

Menuliskanlaporansederhanadenganpanduan dariLKS membuatpuisi, poster,syair lagu.

Page 26: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

19Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Implementasi Literasi Sains dalam Pembelajaran

SaranUntuk guru, perlu wawasan pengetahuan danpraktek mengajar yang banyak tentang literasisains dari segi media, penyampaian, materipelajaran. Pendampingan atau lesson study untukpelaksanaan literasi sains secara bertahapmelalui internal sekolah setiap minggu/bulan.

Untuk Kepala Sekolah, memotivasi guru SDuntuk melaklukan literasi sains dengan membe-rikan penghargaan dan fasilitas yang memadaisaat KBM. Mengadakan in house training danmengikut sertakan guru seminar nasional daninterna-tional dari hasil laporan PTK literasisains.

Untuk LPTK, Melatihkan calon guru SDsecara terpadu praktek dan teori tentang literasisains, dosen PGSD menjadi pemodelan guru SDsaat mengajar dan mendidik di kampus PGSD.

Daftar Pustaka

Anderson,T.H., West,C.K., Beck,D.P.Macdonell,E.S., & Frisbie,D.S. (1997).Integrating Reading and ScienceEducation: On Developing andEvaluating WEE Science. Journal ofcurriculum studies, 29 (6), 711-733

Astuti, Yani Kusuma. (2016). Literasi sains dalampembelajaran IPA. Dinduhhttp://ejournal.unwir.ac.id/STKIP NUIndramayu, Jawa Barat diunduh tanggal16 Juni 2018

Bybee.(2008). Scientific Literacy, EnvironmentalIssues. Springers Science Business Media,Journal Science Education Technology. 17: 566-568

Cervetti,G.N., Pearson,P.D., Bravo,M.A., &Barber,J. (2006). Reading and writing in theservive of inquiry-based science. Arlington,VA: National Science RTeachersAssociation

Dye, Morgan. (2017). Integrating Literacy andscience in a elementary school classroom.Tennessee: East Tennessee University

Elliott, Paul. (2010). Science and literacy in theelementary classroom. Ontaria: School ofEducation and Professional Learning TrentUniversity

Guthrie, J.T. Anderson,E.,Alao,S.,& Rinehart,J.(1999). Influences of Concept-orientedreading Instrction on Strategy use andConceptual Learning From The Text. Theelementary school journal, 10 (4) 343-366

Hapgood, S.,& Pallincsar,A.S.(2007). Whereliteracy and science intersect. Educationleadership

Karli, Hilda. (2017). Membentuk ManusiaSeutuhnya di Pendidikan Dasar. JurnalPendidikan Penabur. Vol. 28(16), 84-101

Nisaputra, Rezkiana . (2017). Dari http://mediaindonesia.com/read/detail/99627-edukasi-literasi-keuangan-bagi-siswa-sekolah-dasar. Diunduh 16 Juni 2018

Romance,N.R.,&Vitale,M.R(2001). Using in-depth Science Instruction to AccelerateStudent Achievement in Science andReading in Grades 1-2 . International Journalof Science and Mathematics Education, 10,457-472

Romance,N.R.,& Vitale,M.R (1992).A CurriculumStrategy that expands time for in-depthelementary science instruction by usingscience -based reading strategies: Effects ona year-long study in grade four. Journal ofresearch in science teaching , 29 (6). 545-554

Romance,N.R.,& Vitale,M.R (2001). Implementingan in-depth Expanded Science Model inElementary School: Multi-year finding,research issues and policy implications.international journal of science education , 23(4).373-404

Suciati, dkk. (2013). Identifikasi kemampuan siswa dalampembelajaran biologi ditinjau dari aspek literasisains. Diunduh http:// fpmipa.unesa.ac.id /kimia/wp-content/uploads/2013/11/40-47

Ward, Roden., & Hewlett. (2005). Teaching sciencein the primary classroom. London: Sage: PunCompany

Wolf, Michael., &Roth,Anita .(1993). Thedevelopment of science process skills inauthentic contexts.From/https://doi.org/10.1002/tea.366030020330/(2).118.

http://infobanknews.com/tirta-ingin-program-literasi-keuangan-ojk-masuk-kurikulum-sd/diunduh tanggal 16 Juni 2018

https://nasional.kompas.com/read/2017/04/30/11135891/pisa. d an. daya. bac a.bangsa. diunduh tanggal 1 Juli 2018

https://www.politikaspolecnost.cz/en/events/education-4-0-must-start-primary-school/diunduh tanggal 1 Juli 2018

http://mediaindonesia.com/read/detail/99627-edukasi-literasi-keuangan-bagi-siswa-sekolah-dasardiunduh 1 Juli 2018

http://www.21stcentech.com/education-4th-industrial-revolution/diunduh 11 Juni2018

---------. Permendikbud No 22 tahun 2016 tentangStandar Proses

Page 27: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

20 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Penerapan Metode Merantai pada PembelajaranMengembangkan Hikayat ke dalam Bentuk Cerpen

Abd. BasithE-mail: [email protected]

SMAK BPK PENABUR SUKABUMI

Penelitian

PAbstrak

embelajaran adalah kegiatan yang paling utama di suatu satuan pendidikan atau sekolahkhususnya di SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Oleh karena itu dibutuhkan desainpembelajaran yang kreatif, variatif, dan menyenangkan agar selama kegiatan belajarmengajar yang notabene seharian tidak membosankan atau menjenuhkan. Salah satu cara

untuk mengembangkan pembelajaran yang variatif dan menyenangkan adalah penerapan metodemerantai pada pembelajaran mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen di kelas X Semester2 (genap) SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Merantai merupakan akronim dari menulis berantai.Metode menulis berantai ini merupakan kegiatan pembelajaran aktif atau belajar serta melakukannyayang bertujuan agar pembelajaran variatif dan menyenangkan. Metode ini merupakan salah satumetode yang melibatkan peserta didik belajar dengan cara bersama-sama sehingga tulisan yangdihasilkan tersebut dibuat bersama-sama (berantai). Metode merantai ini dilakukan dalam kegiatanpenugasan (penilaian) menulis cerpen berdasarkan hikayat atau lebih dikenal dalam KD kurikulum2013 dengan redaksi: mengembangkan hikayat ke dalam cerpen. Berdasarkan hasil pengamatan,penerapan metode merantai pada pembelajaran mengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpenmembuat siswa aktif sehingga menimbulkan suasana menyenangkan. Hal ini pun didukungtanggapan mayoritas (75 %) peserta didik lewat angket yang menyatakan bahwa metode merantaimembuat siswa/siswi lebih aktif sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan variatif.

Kata-kata kunci: metode merantai (menulis berantai), pembelajaran variatif dan menyenangkan

The Implementation of Merantai (Estafet Writing) Methodin the Topic of Developing A Saga Into a Short Story

AbstractLearning is the main activity in schools. Therefore creative, diverse, and joyful learning is needed so thatlearning activities which are a full day activity are not boring or saturating. One of ways to create diverse andjoyful learning is the use of merantai (estafet writing) method. It was used in 10th Grade 2nd Semester in SMAKBPK PENABUR Sukabumi, in Indonesian Language subject in the topic to develop a saga into a form of shortstory. Merantai is an acronym for Menulis Berantai (estafet writing). This estafet writing method is an activelearning activity or learning by doing that aims to create diverse and joyful learning. This method involvesstudents to do cooperative learning to produce a composition together. This topic assesses students’ competencein writing a short story based on hikayat as stated in the basic competence of 2013 curriculum. Observationshowed the implementation of estafet writing method made students active and led to a pleasant learningatmosphere. This was also supported by questionnaire. In the questionnaire, 75% of the students stated thatthe estafet writing method made them more active and that learning became more diverse and pleasant.

Keywords: merantai method, estafet writing method, diverse and joyful learning

Page 28: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

21Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Pendahuluan

Pembelajaran merupakan kegiatan yang palingutama di suatu satuan pendidikan atau sekolah.Pembelajaran khususnya di SMAK BPKPENABUR Sukabumi, berlangsung setiap hariefektif kurang lebih delapan sampai sembilan jampelajaran dari pagi hingga sore selama lima haridalam seminggu. Oleh karena itu dibutuhkandesain pembelajaran yang kreatif, variatif, danmenyenangkan agar selama kegiatan belajarmengajar tidak membosankan atau menjenuhkanbagi peserta didik.

Salah satu cara untuk mengembangkanpembelajaran yang variatif dan menyenangkanialah dengan memanfaatkan berbagai metodeyang menuntut peserta didik lebih aktif bergerakdan berinteraksi dengan temannya. Hal inidisebabkan manusia sebagai makhluk sosialyang aktif, dinamis, serta memerlukan hubungandengan sesamanya. Selain itu, pembelajaranbahasa Indonesia dalam kegiatan menulis yangnotabene keterampilan berbahasa paling tinggimerupakan kegiatan yang dianggap sulit danmembosankan sehingga peserta didik kurangtermotivasi atau tidak semangat dalam kegiatanbelajar mengajar (KBM). Oleh karena itu, metodeyang variatif dan menyenangkan sangatdibutuhkan.

Selanjutnya, pada era sekarang ini pararemaja atau peserta didik adalah generasimodern yang terbiasa dengan berbagai bentukteknologi informasi dan komunikasi sepertikomputer dan berbagai gawai. Oleh sebab itu,mereka biasanya kurang senang dan kurangberminat pada pembelajaran yang berhubungandengan masa lalu seperti puisi lama (contoh:syair dan gurindam) serta prosa lama (misal:cerita rakyat dan hikayat). Oleh karena itu perludilakukan upaya meningkatkan pembelajaranyang variatif dan menyenangkan denganmemanfaakan berbagai metode, khususnya diSMAK BPK PENABUR Sukabumi. Salah satunyapenerapan metode merantai pada pembelajaranmengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpenuntuk meningkatkan KBM yang variatif danmenyenangkan di kelas X Semester 2 (genap)SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang, rumusan masalahkarya tulis ilmiah Penerapan Metode Merantaipada Pembelajaran Mengembangkan Hikayatadalah sebagai berikut.1. Bagaimana proses pembelajaran mengem-

bangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen diSMAK BPK PENABUR Sukabumi yangmenggunakan metode merantai?

2. Bagaimana hasil pembelajaran mengem-bangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen diSMAK BPK PENABUR Sukabumi yangmenggunakan metode merantai?

3. Bagaimana tanggapan peserta didikterhadap penerapan metode merantai padapembelajaran mengembangkan hikayat kedalam bentuk cerpen diSMAK BPKPENABUR Sukabumi?

Tujuan dan ManfaatTujuan penulisan Penerapan Metode Merantaipada Pembelajaran Mengembangkan Hikayatadalah mengetahui potensi penerapan metodeMerantai pada pembelajaran mengembangkanhikayat ke dalam bentuk cerpen di SMAK BPKPENABUR Sukabumi dan sebagai alternatifmetode pembelajaran yang lebih bervariasi danmenyenangkan siswa sehingga meningkatkanpenguasaan kompetensi psikomotorik menulis.Selain itu, karya tulis ilmiah ini pun inginmengetahui tanggapan peserta didik terhadappenerapan metode merantai pada pembelajaranmengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpendi SMAK BPK PENABUR Sukabumi.

Selanjutnya, tulisan ini diharapkan dapatmemberikan pengetahuan guru tentang penerap-an metode menulis berantai pada pembelajaranmengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpenyang dapat membuat pembelajaran semakinvariatif dan menyenangkan. Karya tulis ilmiahini pun diharapkan memotivasi guru untukmencari dan/atau menciptakan berbagaimetode, model, serta alat/media pembelajaranyang kreatif, variatif, dan menyenangkan.

Bagi sekolah dan masyarakat, tulisan inidiharapkan dapat digunakan dalam mengambilberbagai kebijakan, terutama kebijakan tentang

Page 29: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

22 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

pembelajaran dan kebijakan tentang pengem-bangan profesi guru. Sedangkan untuk pesertadidik, penerapan metode merantai dalampembelajaran ini diharapkan dapat membuatmereka belajar lebih variatif dan menyenangkansehingga peserta didik pun lebih semangatdalam bersekolah atau mengikuti KBM.

Kajian Pustaka

Metode MerantaiMerantai merupakan akronim dari menulisberantai. Metode menulis berantai ini merupa-kan kegiatan active learning atau learning by doing(Setyaningrum, 2015: 4) yang bertujuan agarpembelajaran variatif dan menyenangkan.Metode ini merupakan salah satu metode yangmelibatkan peserta didik belajar dengan carabersama-sama (cooperative learning) sehinggatulisan yang dihasilkan tersebut dibuat bersama-sama (berantai). Hal ini sependapat denganKhotimah (2016: 35) yang menyatakan bahwapembelajaran kooperatif memberikan kesem-patan kepada peserta didik untuk bekerjakelompok dalam memecahkan masalah secarabersama-sama. Selanjutnya, pada akhir pembel-ajaran akan tercipta kalimat-kalimat yang ditulisberantai oleh para peserta didik. Pembelajarandengan menggunakan metode menulis berantaidiharapkan bisa memotivasi peserta didik dalamsuasana belajar yang menyenangkan sehinggaberpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Mengembangkan Hikayat ke dalam BentukCerpenPembelajaran mengembangkan hikayat ke dalambentuk cerpen merupakan bagian dari Kompe-tensi Dasar (KD) 4.8 kelas X kurikulum 2013berdasarkan Permendikbud No. 24 tahun 2016.Dalam KD bertulis: mengembangkan ceritarakyat (hikayat) ke dalam bentuk cerpen denganmemer-hatikan isi dan nilai-nilai. Sesuai kodeangka KD (yaitu angka 4), maka KD ini masukkategori kompetensi keterampilan (psikomotor).

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)yang ingin dicapai pada KD 4.8 kelas X tersebutadalah peserta didik mampu mengidentifikasialur cerita hikayat dan cerpen, menganalisis

perbedaan dan atau persamaan alur ceritadalam hikayat dan cerpen, menyusun ataumenulis cerpen berdasarkan sebuah hikayat, danmenyunting cerpen yang telah ditulis.

Pembelajaran yang Variatif danMenyenangkanGagné dalam Yulaelawati (2007: 93) mengemu-kakan bahwa kejadian pembelajaran memilikisembilan kategori yaitu: mengaktifkan motivasi,menjelaskan tentang tujuan, mengarahkanperhatian, menstimulasi ingatan, menyediakanbimbingan pembelajaran, meningkatkan ingat-an, meningkatkan transfer, menimbulkan kiner-ja, dan menyediakan balikan. Kejadian-kejadianpembelajaran tersebut dapat terlaksana secaramaksimal tentu diperlukan metode dan/ataumodel serta situasi pembelajaran yang variatifserta menyenangkan. Hal ini dikarenakan “Sikon”atau situasi kondisi yang “enak” bisa membuatbelajar menyenang-kan (Muniasari, 2008: 15).

Pembelajaran yang variatif adalah pembel-ajaran yang mengunakan model, metode, bahan,dan alat/media belajar yang beraneka ragam.Kevariatifan pembelajaran ini akan menciptakansuasana yang tidak membosankan dalam belajarsehingga dicapai hasil yang maksimal.Pembelajaran variatif ini harus berprinsipbahwa peserta didik adalah makhluk yang aktif.Knight (2007: 150), berpendapat bahwa anakbukan makhluk pasif yang sekadar menanti gurumengisi akal pikirannya dengan banyakinformasi. Mereka adalah mahkluk dinamis yangsecara alamiah berkeinginan untuk belajar danakan belajar jika mereka tidak dibuat frustasidalam belajar oleh orang-orang dewasa yangberusaha menyodorkan kemauannya. Pembel-ajaran yang bervariasi diharapkan menciptakanpembelajaran yang menyenangkan. Salahsatunya dengan memanfaatkan metode yangmenuntut keaktifan dan kedinamisan.

Pembelajaran yang variatif dan menye-nangkan juga merupakan salah satu langkah“memanusiakan” peserta didik. Metode, model,atau media/alat pembelajaran yang beranekaragam akan mengakomodasi berbagai karakterpeserta didik. Pembelajaran yang variatif danmenyenangkan sangat diperlukan sekolah-sekolah di Indonesia, khususnya SMAK BPK

Page 30: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

23Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

PENABUR Sukabumi, karena para peserta didikberasal dari berbagai suku, golongan, agama,budaya, dan lain sebagainya yang memilikikarakter dan karakteristik serta keunikanberagam. Para peserta didik juga memilikikemampuan akademik yang berbeda-beda.Mereka ada yang cerdas atau pandai sampai adayang kurang bisa memahami pelajaran dengancepat. Bahkan ada yang bodoh atau bodoh semu.Bodoh semu adalah anak yang sebenarnya tidakbodoh tetapi karena sesuatu atau beberapa halia menjadi bodoh seperti kurang motivasi, tidaksenang kepada pelajaran, dan lain sebagainya(Suhartin, 1979: 8).

Peserta didik yang berbeda-beda karakterdan karakteristiknya memerlukan pembelajaranyang variatif agar dapat mengakomodir berbagaiperbedaan tersebut. Pembelajaran yang variatiftidak akan menimbulkan kebosanan sehinggatercipta suasana menyenangkan dalam KBM.Kondisi atau suasana yang menyenangkanketika belajar dapat menghasilkan hasil belajaryang maksimal.

Pembelajaran di SMAK BPK PENABURSukabumiKurikulum yang digunakan di SMAK BPKPENABUR Sukabumi adalah KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan

Kurikulum 2013. Kelas X menggunakankurikulum 2013 sedangkan kelas XI dan XIImasih memakai KTSP.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untukpelajaran Bahasa Indonesia di SMAK BPKPENABUR Sukabumi bervariasi. KKM kelas Xadalah 75, kelas XI naik menjadi 76, dan kelasXII lebih tinggi lagi yaitu 77.

Metode Penelitian

Penelitian dalam karya tulis ilmiah ini merupa-kan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang ter-diri dari empat tahapan, yaitu perencanaan(plan), tindakan (action), pengamatan (observa-tion), dan refleksi (reflection) (Wardani, 2002 : 66).Sebelum keempat tahap dilaksanakan, terlebihdahulu dilakukan analisis situasi pembelajaranmenulis dengan memperhatikan aspek kemam-puan menulis peserta didik. Analisis tersebutmengacu pada tahap-tahap pembelajaran yangdilakukan guru (peneliti) selama ini. Empattahap prosedur PTK ini akan dilakukan dalamdua siklus sesuai Bagan 2.

Perencanaan (plan) dilakukan denganmenganalisis permasalahan pada peserta didikyang berhubungan dengan menulis sesuaipembelajaran yang pernah dilakukan.Permasalahan dalam pembelajaran mengem-bangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen diSMAK BPK PENABUR Sukabumi antara lain: 1)peserta didik sering mengeluh ketika pembel-ajaran dimulai, 2) suasana pembelajaranmenegangkan karena bahasa hikayat yang klisekadang kurang dimengerti peserta ddidk, 3)peserta didik cenderung malas dalam pembel-ajaran disebabkan mereka kurang berminatmempelajari hikayat.

Selanjutnya, tindakan perbaikan dilakukandengan menyusun rencana pelaksanaanpembelajaran (RPP) yang berisikan kegiatanmenulis berantai dengan langkah-langkahtertentu. Langkah-langkah menulis berantaipada pembelajaran mengembangkan hikayat kedalam bentuk cerpen tersebut sebagai berikut.(1) Peserta didik menerima sebuah teks hikayatyang akan dikembangkan menjadi sebuahcerpen. (2) Peserta didik dengan difasilitasi gurumenentukan urutan dalam menulis berantai.

Karakter dan karakteristik pesertadidik yang beraneka

Bagan 1:Kerangka Berpikir Upaya MenciptakanPembelajaran yang Variatif dan Menyenangkandi SMAK BPK PENABUR Sukabumi

Pembelajaran yang variatif

Pembelajaran yang menyenangkan

Hasil pembelajaran maksimal

Page 31: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

24 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

AnalisisMasalah

Pengamatan(Siklus I)

Tindakan(Siklus I)

Perencanaan(Siklus I)

Perencanaan(Siklus II)

Tindakan(Siklus II)

Pengamatan(Siklus II)

Refleksi(Siklus II)

Refleksi(Siklus I)

Bagan 2 :Bagan Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Waktu menulis kalimat-kalimat cerpen setiappeserta didik (misal: 1 menit), waktumengembangkan hikayat ke dalam cerpen (misal:45 menit) sesuai kesepakatan dengan pesertadidik. (3) Peserta didik diminta menuliskannomor urut daftar hadir di akhir kalimat-kalimatcerpen yang nanti mereka tulis. (4) Setiap pesertadidik diminta menuliskan 1 – 5 kalimat pembukacerpen di dalam buku tugas/buku latihannyamasing-masing berdasarkan teks hikayat yangtelah dibagikan. (5) Setelah waktu menuliskalimat-kalimat cerpen selesai, pada hitunganketiga, peserta didik menyerah-kan bukumiliknya ke teman berikutnya sesuai urutandalam menulis berantai yang telah disepakati.(6) Peserta didik kedua menambah-kan 1 – 5kalimat lanjutan. (7) Setelah waktu menuliskalimat-kalimat cerpen selesai, pada hitunganketiga, peserta didik kedua menyerahkan bukuke teman berikutnya sesuai urutan dalammenulis berantai yang telah disepakati. Begituseterusnya sampai waktu mengembangkanhikayat ke dalam cerpen yang telah disepakatidengan peserta didik selesai. (8) Setelah kegiatanmenulis berantai selesai, setiap peserta didikdiminta mengembalikan buku latihan tersebutkepada pemilknya (peserta didik yang menulisbaris pertama). (9) Pemilik buku dimintamembaca cerita pendek berantai itu secarakeseluruhan dan menandai kalimat-kalimatyang tidak koheren, kalimat-kalimat yang tidaksesuai dengan teks hikayat, atau kalimat-kalimatyang kurang atau tidak efektif penulisannya. (j)

Peserta didik diminta merevisi cerita pendektersebut bila dianggap perlu, kemudian memberijudul yang tepat. (k) Setelah cerita pendekberantai selesai ditulis, setiap peserta didikmengumpulkan hasil karyanya.

Pada tahap perencanaan ini disiapkankelengkapan lainnya yaitu : media pembelajaranyang akan digunakan (teks hikayat), lembarpengamatan/observasi, rubrik penilaian, danangket.

Rubrik penilaian mengembangkan hikayatke dalam cerpen tanpa metode merantai terterapada Tabel 2 dan menggunakan metode merantaipada Tabel 3. Terdapat perbedaan dalampenilaian. Hal ini dikarenakan pada proses ataulangkah-langkah penugasan menulis cerpenhasil pengembangan hikayat pembelajaran

Tabel 1:Lembar Observasi Pembelajaran

No Aspek Keterangan/Catatan

1 Reaksi peserta didikdi awal pembelajaran

2 Reaksi peserta didikpada inti pembel-ajaran (penugasan)

3 Reaksi peserta didikpada akhirpembelajaran

Page 32: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

25Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Tabel 2:Rubrik Penilaian Mengembangkan Hikayat ke Dalam Cerpen (Unjuk Kerja Tanpa MetodeBerantai)

No Aspek Kriteria Skor

1 Kelengkapanunsur formal:a) judul,b) narasi,c) tokoh, dand) dialog.

Peserta didik menulis cerpen dengan mencantumkan 4 unsurformal 4

Peserta didik menulis cerpen dengan mencantumkan 3 unsurformal 3

Peserta didik menulis cerpen dengan mencantumkan 2 unsurformal 2

Peserta didik menulis cerpen dengan tidak mencantumkanunsur formal 1

2 Kesesuaianisi denganhikayat

Peserta didik menulis cerpen sangat sesuai dengan hikayat 4

Peserta didik menulis cerpen sangat sesuai dengan hikayat 3

Peserta didik menulis cerpen sangat cukup sesuai denganhikayat 2

Peserta didik menulis cerpen sangat kurang sesuai denganhikayat 1

3 Penulisansesuai PUEBI

Peserta didik menulis cerpen sangat sesuai dengan PUEBI 4

Peserta didik menulis cerpen sesuai dengan PUEBI 3

Peserta didik menulis cerpen cukup sesuai dengan PUEBI 2

Peserta didik menulis cerpen kurang sesuai dengan PUEBI 1

4 Diksi variatif Peserta didik menulis cerpen dengan diksi yang sangat variatif 4

Peserta didik menulis cerpen dengan diksi variatif 3

Peserta didik menulis cerpen dengan diksi kurang variatif 2

Peserta didik menulis cerpen dengan diksi tidak ariatif 1

Skor Maksimal 16

Nilai Akhir : Skor yang diperoleh16

x 100

menggunakan metode merantai dan tanpametode merantai pun berbeda. Penugasantersebut sebelum metode merantai dilakukan dibuku masing-masing (individu) sedangkansetelah metode merantai diterapkan, penugasantersebar di buku orang lain (teman-teman pesertadidik) atau dilakukan bersama-sama. Meskipuntugas tersebut dilakukan bersama-sama tetapipenilaian dilakukan secara individu.

Pada tahap perencanaan ini juga disiapkanangket dengan pertanyaan sebagai berikut.1. Bagaimana pendapat Anda tentang prosa

lama, khususnya hikayat?A. MenyenangkanB. Kurang MenyenangkanC. Biasa sajaD. Tidak perlu dipelajariE. Lainnya ....................................................

Mengapa? ................................................

Page 33: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

26 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Tabel 3:Rubrik Penilaian Mengembangkan Hikayat ke Dalam Cerpen (Unjuk Kerja denganPenugasan Berantai)

No Kriteria Skor

1 Kalimat sesuai isi hikayat, efektif, koheren, dan diksi tepat. 10

2 Kalimat sesuai isi hikayat, efektif, koheren, dan diksi kurang tepat. 9

3 Kalimat sesuai isi hikayat, efektif, kurang koheren, dan diksi tepat. 8

4 Kalimat sesuai isi hikayat, efektif, kurang koheren, dan diksi kurang tepat. 7

5 Kalimat sesuai isi hikayat, koheren, dan diksi tepat tetapi kurang efektif. 6

6 Kalimat sesuai isi hikayat tetapi kurang efektif, kurang koheren, dan kurangdiksi tepat. 5

7 Kalimat kurang sesuai isi hikayat tetapi efektif, koheren, dan diksi tepat. 4

8 Kalimat kurang sesuai isi hikayat dan kurang efektif tetapi koheren dan diksitepat. 3

9 Kalimat kurang sesuai isi hikayat, kurang efektif, dan kurang koheren, tetapidiksi tepat. 2

10 Kalimat kurang sesuai isi hikayat, kurang efektif, kurang koheren, dan diksikurang tepat. 1

Skor Maksimal 10

Nilai Akhir = Rata-rata skor yang diperoleh x 10

2. Bagaimana pendapat Anda tentangpembelajaran hikayat?A. Sangat SulitB. SulitC. Cukup sulitD. MudahE. Lainnya .......................................................

Mengapa? ...................................................3. Bagaimana pendapat Anda tentang

pembelajaran mengembangkan hikayat kedalam cerpen dengan metode menulisberantai dibandingkan metode biasa(konvensional)A. Lebih menyenangkanB. Lebih aktifC. Lebih variatifD. Sama saja atau biasa sajaE. Kurang senangF. Lainnya .......................................................

Mengapa? ....................................................Selanjutnya tahap tindakan (action) yang

merupakan proses pembelajaran yang dilaksa-

nakan di kelas sesuai jadwal penelitian yangdisesuaikan dengan jadwal pelajaran bahasaIndonesia di kelas tersebut. Setiap tatap mukaberlangsung 2 x 45 menit. Siklus pertama dankedua masing-masing dilaksanakan selamasekali tatap muka.

Pada tahap pengamatan (observation)dilaksanakan observasi/pengamatan bersa-maan proses pembelajaran sesuai dengan jadwalpenelitian oleh pengamat (peneliti). Tahap inipada hakikatnya dimaksudkan untuk mengum-pulkan data kualitatif aktivitas peserta didik.Observasi dilaksanakan secara sistematis, yaitupengamat menggunakan instrumen pengamat-an (Arikunto, 2006 : 157) yang disiapkan padatahap perencanaan. Pada penelitian iniinstrumen pengamatan tersebut disebut sebagailembar observasi.

Langkah berikutnya adalah refleksi(reflection) yang dilakukan setelah prosespembelajaran berakhir. Hal yang direfleksiberupa data kualitatif hasil observasi dan data

Page 34: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

27Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Tabel 4:Jadwal Penelitian

Siklus/Kelas

Hari/Tanggal Pembelajaran

I/X-MIPA Rabu, 31Januari 2018

Klasikal,individu, penila-ian, dan evaluasi

II/X-MIPA Kamis, 8Februari2018

Klasikal,individu, penila-ian, dan evaluasi

kuantitatif dari penilaian pada saat akhirpembelajaran yang telah dianalisis. Kegiatananalisis tersebut yaitu: mereduksi data, mengor-ganisasi data, dan menarik kesimpulan. Mere-duksi data adalah kegiatan membuang data yangtidak relevan dan mencatatnya. mengorganisa-sikan data artinya mendeskripsikan data secaranaratif sesuai dengan urutan kegiatan pembel-ajaran. Menarik kesimpulan adalah kegiatanmengolah data secara kualitatif maupunkuantitatif (hasil penilaian) untuk menarikkesimpulan proses dan hasil pembelajaran.

Selain PTK, metode penelitian yang diguna-kan dalam tulisan ini adalah deskriptif kualitatif.Sesuai dengan tujuan penelitian, pengumpulandata diperoleh dari: a) observasi terhadappenerapan metode menulis berantai di SMAKBPK PENABUR Sukabumi, b) hasil penilaianpenugasan (siklus I) , dan c) hasil angket pesertadidik pada akhir pembelajaran (siklus II).

Subjek penelitian ini adalah peserta didikkelas X- MIPA SMAK BPK PENABUR Sukabumitahun pelajaran 2017/2018, dilakukan bulanJanuari-Februari 2018. Sumber data utamapenelitian adalah peserta didik. Hal inidikarenakan peserta didik, adalah orang yangmerasakan secara langsung penerapan metodemenulis berantai. Hal ini sesuai dengan yangdiungkap-kan Sukidin (2010: 104) bahwa umpanbalik dari peserta didik merupa-kan data yangpaling baik digunakan dalam mengetahuikeberhasilan tindakan yang ditawarkan untukditerapkan kepada peserta didik. Umpan baliktersebut berupa hasil penilaian penugasan danhasil angket.

Hasil dan Pembahasan

Data yang dikumpulkan dalam tulisan ini terdiridari tiga jenis data, yaitu data prosespembelajaran, data hasil pembelajaran, dan datahasil angket. Data proses pembelajaran adalahdata yang diambil berdasarkan kriteria tertentutentang proses pembelajaran mengembangkanhikayat ke dalam bentuk cerpen. Data hasilpembelajaran adalah nilai produk berupacerpen yang telah dibuat berdasarkanpengembangan dari teks hikayat. Sedangkanangket dilakukan untuk mengetahui pendapatpeserta didik terhadap pembelajaran yangmenggunakan metode menulis berantai dantanpa metode menulis berantai.

Data dikumpulkan pada saat dua kali tatapmuka pembelajaran. Sesuai dengan tahapanpenelitian tindakan kelas, dua tatap mukatersebut merupakan siklus I dan siklus II. Dataproses pembelajaran dan data hasil pembelajar-an diperoleh pada saat pembelajaran siklus Iserta siklus II. Selanjutnya, angket disebar padaakhir pembelajaran siklus II yang sekaligusmerupakan refleksi pembelajaran.

Siklus IPembelajaran mengembangkan hikayat ke dalambentuk cerpen pada siklus I merupakanpembanding untuk mengetahui efektivitaspenggunaan metode menulis berantai denganmetode konvensional (baca: ceramah, diskusi,tanya jawab, dan penugasan) atau tanpa mengg-unakan metode menulis berantai. Denganungkapan lain, metode pembelajaran padasiklus I adalah metode konvensional (discoverylearning) tanpa menggunakan metode menulisberantai.

Langkah-langkah pembelajaran pada siklusI meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan,penilaian, dan refleksi. Hal yang dilakukanpeneliti pada tahap perencanaan adalah meren-canakan tindakan dengan menyusun rencanapelaksanaan pembelajaran (RPP). Sedangkantindakan yang merupakan inti pembelajaranberdasarkan RPP yang telah dibuat adalahsebagai berikut: (1) peserta didik bersama-sama

Page 35: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

28 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

dengan bergantian membaca Hikayat BayanBudiman (diambil dari Suherli, 2017: 152); (2)peserta didik bertanya jawab dengan gurutentang alur hikayat; (3) peserta didik secaraberkelompok (2-4 anak) membandingkan alurhikayat dengan cerpen dan mendiskusikanpengertian alur cerita berbingkai; (4) pesertadidik melakukan tanya jawab dengan gurutentang persamaan dan atau perbedaan hikayatserta cerpen; (5) peserta didik meningkatkanpemahaman tentang alur hikayat dan cerpenserta cara menceritakan kembali  isi hikayat kedalam bentuk cerpen dari buku referensi; (6)peserta didik mengembangkan kutipan hikayatke dalam bentuk cerpen dengan mengubahbahasa  dan gaya bahasa pada hikayat; (7)beberapa peserta didik mempresentasikan hasilpekerjaan mereka tentang mengembangkankutipan hikayat ke dalam bentuk cerpen; (8)peserta didik lain memberikan tanggapanmengenai hasil pekerjaan yang dipresentasikanteman mereka; (9) peserta didik dengandifasilitasi guru menyimpulkan hasil kegiatanpembelajaran mengenai mengembangkankutipan hikayat ke dalam bentuk cerpen; (10)peserta didik secara individu melakasanakanpenugasan terstruktur atau penilaian denganmenulis cerpen berdasarkan kutipan Hikayat SiMiskin (yang diambil dari Suherli, 2017: 173).

Berdasarkan hasil pengamatan, pesertadidik sangat antusias mengikuti kegiatanpembelajaran 1 – 9. Namun, pada saatpenugasan atau kegiatan 10, beberapa pesertadidik mulai mengeluh. Hal ini terindikasiterdengar celetukan waduh dari beberapa pesertadidik ketika guru mulai menjelaskan tugasmereka. Ada juga yang terlihat menguap. Wajahbeberapa peserta didik juga terlihat tegang danbeberapa peserta didik lainnya mendesahdengan napas panjang.

Selama melakukan kegiatan penugasan,peserta didik terlihat serius serta dalam suasanamenegangkan. Beberapa anak di antara merekabertanya kepada guru tentang arti kata-katadalam hikayat. Guru meminta mereka mencariarti kata-kata tersebut di Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI) yang telah disediakan.Beberapa anak yang lain meminta bimbinganguru dalam mengubah kalimat hikayat ke dalamcerpen. Guru pun melayani mereka dengan sabar.

Tabel 5:Hasil Penilaian Penugasan pada Siklus IKelas X-MIPA

No. Nama Nilai Ketuntasan

1 Ab 94 Tuntas

2 Al 69 Belum Tuntas

3 Alf 75 Tuntas

4 Br 81 Tuntas

5 Ch 63 Belum Tuntas

6 Div 81 Tuntas

7 Fe 81 Tuntas

8 Fer 69 Belum Tuntas

9 Fr 81 Tuntas

10 Je 63 Belum Tuntas

11 Jo 81 Tuntas

12 Jov 88 Tuntas

13 Ka 88 Tuntas

14 Kar 94 Tuntas

15 Mi 88 Tuntas

16 Na 88 Tuntas

17 Pa 69 Belum Tuntas

18 Ra 75 Tuntas

19 Ra 69 Belum Tuntas

20 Su 75 Tuntas

Nilai Maksimal 94

Nilai Minimal 63

Rata-rata 79

Keterangan: KKM (Kriteria KetuntasanMinimal) = 75

Page 36: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

29Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Rata-rata nilai penugasan pada siklus I iniadalah 79. Sebanyak 12 anak mendapatkan nilaidi atas KKM (75), 2 anak mendapatkan nilaisesuai KKM, sedangkan 6 anak mendapatkannilai di bawah KKM. Artinya, 60 % anakmemperoleh nilai di atas KKM, 10 % anakmemperoleh nilai sama dengan KKM, dan 30 %anak memperoleh nilai di bawah KKM.

Pembelajaran pada siklus I menunjukkanbahwa KBM berlangsung kurang menyenang-kan, khususnya pada saat penugasan. Ketikapeserta didik mengerjakan tugas mengembang-kan hikayat ke dalam bentuk cerpen, suasanakelas seperti ujian, serius dan menegangkan. Halini tentu bukan suasana KBM yang diharapkanoleh guru.

Hasil penilaian pada siklus I juga terlihatkurang memuaskan. Ada 30% peserta didikdinyatakan belum tuntas berdasarkan hasilpenilaian tersebut. Oleh karena itu diperlukanperbaikan (siklus II) pada pembelajaranmengembangkan hikayat dalam bentuk cerpen.

Siklus IILangkah-langkah kegiatan inti pembelajaranpada siklus I tidak jauh berbeda dengan siklusII. Perbedaan menonjol dilakukan pada kegiatanpenugasan yang semula dilakukan individumenjadi bersama-sama. Namun demikian,penilaian hasil tugas tetap dilakukan secaraindividu.

Langkah-langkah pembelajaran padasiklus II juga meliputi perencanaan, tindakan,pengamatan, penilaian, dan refleksi. Samadengan tahap perencanaan pada siklus I, halyang dilakukan peneliti pada tahap ini adalahmerencanakan tindakan dengan menyusunRPP. Tindakan saat inti pembelajaran berdasar-kan RPP yang telah dibuat pada tahapperencanaan siklus II adalah sebagai berikut.(1) Peserta didik menerima sebuah teks hikayatyang akan dikembangkan menjadi sebuahcerpen. (2)Peserta didik dengan difasilitasi gurumenentukan urutan dalam menulis berantai,waktu menulis kalimat-kalimat cerpen setiappeserta didik (misal: 1 menit), waktu mengem-bangkan hikayat ke dalam cerpen (misal: 45menit) sesuai kesepakatan dengan peserta didik.(3) Peserta didik diminta menuliskan nomor urut

daftar hadir di akhir kalimat-kalimat cerpenyang nanti mereka tulis. (4) Setiap peserta didikdiminta menuliskan 1 – 5 kalimat pembukacerpen di dalam buku tugas/buku latihannyamasing-masing berdasarkan teks hikayat yangtelah dibagikan. (5) Setelah waktu menuliskalimat-kalimat cerpen selesai, pada hitunganketiga, peserta didik menyerahkan bukumiliknya ke teman berikutnya sesuai urutandalam menulis berantai yang telah disepakati.(6) Peserta didik kedua menambahkan 1 – 5kalimat lanjutan. (7) Setelah waktu menuliskalimat-kalimat cerpen selesai, pada hitunganketiga, peserta didik kedua menyerahkan bukuke teman berikutnya sesuai urutan dalammenulis berantai yang telah disepakati. Begituseterusnya sampai waktu mengembangkanhikayat ke dalam cerpen yang telah disepakatidengan peserta didik selesai. (8) Setelah kegiatanmenulis berantai selesai, setiap peserta didikdiminta mengembalikan buku latihan tersebutkepada pemiliknya (peserta didik yang menulisbaris pertama). (9) Pemilik buku dimintamembaca cerita pendek berantai itu secarakeseluruhan dan menandai kalimat-kalimatyang tidak koheren, kalimat-kalimat yang tidaksesuai dengan teks hikayat, atau kalimat-kalimatyang kurang atau tidak efektif penulisannya. (10)Peserta didik diminta merevisi cerita pendektersebut bila dianggap perlu, kemudian memberijudul yang tepat. (11) Setelah cerita pendekberantai selesai ditulis, setiap peserta didikdiminta mengumpulkan hasil karyanya.

Sesuai hasil observasi, peserta didik sangatantusias mengikuti kegiatan pembelajaransiklus II termasuk kegiatan penugasan.Walaupun ketika guru mulai menjelaskan tugas,wajah beberapa peserta didik terlihat tegang.Namun saat kegiatan penugasan denganmetode menulis berantai dilakukan, suasanaterasa menyenangkan. Peserta didik aktifmengikuti pembelajaran.

Selama melakukan kegiatan penugasan,peserta didik terlihat antusias. Beberapa anakingin cepat-cepat atau tidak sabar mendapatgiliran untuk menulisakan kalimat di dalambuku temannya. Beberapa anak juga bertanyakepada guru tentang arti kata-kata dalam hikayatketika kegiatan penugasan berlangsung. Gurumeminta mereka mencari di KBBI yang telah

Page 37: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

30 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Tabel 6:Hasil Penilaian Penugasan pada SiklusII Kelas X-MIPA

No. Nama Nilai Ketuntasan

1 Ab 92 Tuntas

2 Al 83 Tuntas

3 Alf 91 Tuntas

4 Br 85 Tuntas

5 Ch 81 Tuntas

6 Div 92 Tuntas

7 Fe 93 Tuntas

8 Fer 87 Tuntas

9 Fr 82 Tuntas

10 Je 83 Tuntas

11 Jo 89 Tuntas

12 Jov 88 Tuntas

13 Ka 90 Tuntas

14 Kar 92 Tuntas

15 Mi 93 Tuntas

16 Na 84 Tuntas

17 Pa 85 Tuntas

18 Ra 95 Tuntas

19 Ra 83 Tuntas

20 Su 83 Tuntas

Nilai Maksimal 95

Nilai Minimal 81

Rata-rata 88

Keterangan: Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) = 75

disediakan. Setelah arti kata-kata tersebutditemukan, peserta didik yang bertanya dimintamenuliskan kata beserta maknanya di papan tulis.Sesuai hasil penilaian penugasan mngembang-kan hikayat ke dalam cerpen diperoleh data nilaisesuai Tabel 6. Rata-rata nilai penugasan padasiklus II ini adalah 88. 20 anak mendapatkan nilaidi atas KKM. Artinya, 100 % anak memperolehnilai di atas KKM.

Berdasarkan perbandingan obeservasi danhasil penilaian siklus I dan II dapat dikatakanbahwa metode menulis berantai pada pembel-ajaran mengembangkan hikayat ke dalam cerpenmembuat peserta didik lebih aktif sehinggamembuat suasana KBM lebih menyenangkan.Kondisi KBM tersebut ternyata berpengaruhpada hasil penilaian peserta didik. Oleh karenaitu dapat dikatakan bahwa peserta didik yangmenggunakan metode menulis berantai padapembelajaran mengembangkan hikayat ke dalamcerpen mendapatkan nilai yang lebih baikdibandingkan pembelajaran nonmetode menulisberantai.

Hasil AngketAngket disebar kepada 20 peserta didik padaakhir pembelajaran siklus II sekaligus sebagairefleksi pembelajaran. Angket tersebut gunamengetahui pendapat peserta didik tentanghikayat, pembelajaran hikayat, dan metodemenulis berantai dibandingkan metodekonvensional ketika pembelajaran mengem-bangkan hikayat ke dalam bentuk cerpen.

Pendapat peserta didik tentang hikayatdiperoleh data 45 % (9 anak) menyatakan senangpada hikayat. Alasan mereka merasa senangpada hikayat antara lain karena: 1) mereka bisalebih banyak mengenal/mengetahui kosakata(bahasa kuno/arkais) dan jenis cerita lama; 2)cerita hikayat menarik; 3) peserta didik senangpada semua sastra; 4) dapat mengembangkanimajinasi dan kreativitas; dan 5) menegangkan/seru atau penuh tantangan. 35 % (7 anak) pesertadidik menganggap bahwa hikayat merupakanhal yang kurang menyenangkan. Hal inidikarenakan hikayat menggunakan bahasakuno/arkais serta tata bahasa yang kurangefektif sehingga hikayat sulit/rumit dimengerti

Page 38: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

31Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

oleh peserta didik. Alasan lain yang hampirsama yaitu bahasa hikayat tidak biasa (kurangfamiliar) sehingga membuat malas dan bosanmembacanya.

Sementara itu, 15% (3) anak menyatakanbahwa hikayat adalah sesuatu yang biasa sajakarena hikyat ialah pengetahuan yang harusdiketahui atau dipelajari untuk menambahpengetahuan walaupun hikayat sulit dipahami.Sedangkan 5 % (1) anak menganggap hikayatmerupakan hal yang tidak perlu dipelajaraidisebabkan hikayat sangat jarang dipakai ataukurang relevan dengan kondisi saat ini.

Selanjutnya, para peserta didik menyatakanbahwa pembelajaran hikayat sangat sulit (5 %atau 1 anak), sulit (45 % atau 9 anak), dan cukupsulit (50 % atau 10 anak). Hal tersebut disebab-kan hikyat merupakan karya sastra lama yangmemiliki karakteristik bahasa atau kata-kataarkais yang tidak mudah untuk memahaminya.

Berdasarkan perbandingan metode menulisberantai dan nonberantai dalam pembelajaranmengembangkan hikayat ke dalam cerpen, hasilangket menunjukkan bahwa pendapat pesertadidik beragam. 30 % (6) anak merasa senangpada pembelajaran yang menggunakan metodemenulis berantai, 10 % (2) anak merasa biasasaja pada pembelajaran yang menggunakanmetode menulis berantai, dan 15 % (3) anakmerasa kurang senang pada pembelajaran yangmenggunakan metode menulis berantai. Metodemenulis berantai pada pembelajaran mengem-bangkan hikayat ke dalam cerpen dianggap lebihmenyenangkan, lebih aktif, dan lebih variatif bagi10 % (2) anak. 5 % (1) anak beranggapan metodemenulis berantai tersebut dapat memotivasikeaktivan peserta didik dalam pembelajaran.Sedangkan 30 % (6) anak lainnya mempunyaipendapat bahwa pembelajaran dengan metodemenulis berantai ini membuat pembelajaranlebih variatif.

Perasaan senang ini adalah rasamenyenangkan ketika pembelajaran mengem-bangkan hikayat ke dalam cerpen menggunakanmetode menulis berantai dibandingkan denganpembelajaran yang menggunakan metode

konvensional atau tanpa metode menulisberantai. Berdasarkan hasil angket, rasa senangtersebut disebabkan; 1) pembelajaran terasalebih fokus; 2) dapat membaca atau mengetahuiberagam karya/tulisan teman yang lain; 3)penugasan terasa lebih cepat (waktu seolah takterasa) karena peserta didik lebih aktif; dan 4)melatih berpikir cepat.

Alasan anak merasa pembelajaran denganmenggunakan metode menulis berantai lebihvariatif dibandingkan pembelajaran lainnyakarena pembelajaran tersebut berbeda deganpembelajaran yang mereka lakukan sebelumnya.Ketika pembelajaran dengan menggunakanmetode menulis berantai, peserta didik dapatmelihat banyak ide dan contoh pengembanganhikayat ke dalam cerpen yang beragam dariteman-temannya. Hal tersebut menginspirasiserta memudahkan peserta didik mengembang-kan hikayat ke dalam bentuk cerpen.

Beberapa anak yang merasa biasa sajabahkan kurang senang dengan metode menulisdalam pembelajaran dikarenakan beberapa halyaitu: 1) kegiatan mengembangkan hikayat kedalam cerpen tetap merupakan pelajaran yangsulit karena banyak kata-kata arkais yang susahdimengerti; 2) tulisan dalam buku terkesan acak-acakan karena bentuk tulisan tangan yangberbeda-beda; dan 3) buku menjadi lecek karenaterus berpindah-pindah dari teman yang satuke teman lainnya.

Berdasarkan uraian hasil angket tersebutmenunjukkan bahwa pembelajaranmengembangkan hikayat ke dalam cerpendengan metode menulis berantai lebihmenyenangkan, lebih variatif, dan membuatpeserta didik lebih aktif dibandingkanpembelajaran tanpa metode berantai. Namundemikian, beberapa (minoritas) peserta didikbelum merasakan manfaat metode menulisberantai. Hal ini dikarenakan mereka masihkesulitan mengembangkan hikayat ke dalamcerpen meskipun menggunakan metode menulisberantai. Beberapa anak juga kurang senangdengan metode ini karena buku atau isinyamenjadi lecek atau kurang rapi.

Page 39: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

32 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Simpulan

KesimpulanBerdasarkan pembahasan tulisan ini, ini dapatdisimpulkan sebagai berikut. Pertama,Penerapan metode Merantai pada pembelajarandilaksanakan di Kelas X semester genap(semester 2) SMAK BPK PENABUR Sukabumi.Metode Merantai pada pembelajarandikolaborasikan dengan metode konvensional(discovery). Metode Merantai ini dilakukan dalamkegiatan penugasan (penilaian) menulis cerpenberdasarkan hikayat atau lebih dikenal dalamKD kurikulum 2013 dengan redaksi:mengembangkan hikayat ke dalam cerpen.Penerapan metode merantai pada pembelajaranmengembangkan hikayat ke dalam bentuk cerpenmembuat siswa aktif sehingga menimbulkansuasana menyenangkan. Hasil pembelajaranpun menunjukkan peningkatan nilai pesertadidik. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwapembelajaran yang menyenangkan ternyatamembuat peserta didik mendapatkan nilai atauhasil pembelajaran yang lebih tinggi. Hal inidibuktikan degan rata-rata nilai peserta didikyang naik dari 79 menjadi 88 dan ketuntasanpembelajaran peserta didik tanpa metodeMerantai yang hanya 70% menjadi 100% setelahpenerapan metode merantai. Kedua, Pesertadidik berpendapat bahwa hikayat cukup sulitdipelajari karena ada kata-kata kuno (arkais) didalamnya yang kadang sulit dipahami. Namundemikian, peserta didik banyak (45 %) merasasenang mempelajari hikayat karena: 1) merekabisa lebih banyak mengenal/mengetahuikosakata (bahasa kuno/arkais) dan jenis ceritalama; 2) cerita hikayat menarik; 3) peserta didiksenang pada semua sastra; 4) dapatmengembang-kan imajinasi dan kreativitas; dan5) menegangkan/seru atau penuh tantangan.Selanjutnya, peserta didik memberikan pendapatbahwa pembelajaran mengem-bangkan kedalam bentuk cerpen dengan metode berantaimerupakan KBM yang menyenangkan, variatif,dan membuat aktif peserta didik. Hal ini pundidukung tanggapan mayoritas (75 %) pesertadidik yang menyatakan bahwa metode Merantaimembuat siswa/siswi lebih aktif sehinggapembelajaran lebih menyenangkan dan variatif.

SaranDari pengalaman penulis dalam menarapkanmetode merantai, ada beberapa poin yang dapatlebih dikembangkan lagi. Pertama, penerapanmetode menulis cerpen pada suatu pembelajarandapat dikolaborasi dengan metode lain sepertidiscovery. Kedua, pembelajaran dan warga disetiap daerah atau sekolah berbeda-beda sertamemiliki karakter/karakteristik yang khas.Walaupun demikian, penerapan metodeMerantai yang dibahas dalam karya tulis ilmiahini dapat digunakan sebagai acuan di sekolahlain. Ketiga, Metode merantai terbukti efektifmembuat pembelajaran lebih menyenangkandan lebih variatif. Peserta didik pun lebih aktifmengikuti pembelajaran. Hasil penilianpembejaran juga meningkat dengan metode ini.Namun, ada beberpa kelemahan metode meran-tai yaitu: (a) peserta didik terkesan buru-burudalam menerapkan metode merantai karena adapembatasan waktu; (b) tulisan dalam bukupeserta didik terkesan acak-acakan karenabentuk tulisan tangan yang berbeda-beda; dan(c) beberapa buku mungkin menjadi lecek karenaterus berpindah-pindah dari teman yang satuke teman lainnya. Oleh karena itu, penerapanmetode Merantai membutuhkan kesigapan danketegasan guru dalam menfasilitasi pesertadidik saat pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitiansuatu pendekatan praktik. Jakarta : PTRineka Cipta

Depdikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor24 Tahun 2016 tentang Kompetinsi Inti (KI)dan Kompetensi Dasar (KD) Pelajaran padaKurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud

Khotimah, Khusnul. (2015). Efektivitas metodepicture and picture dengan. metode estafetwriting dalam meningkatkan keterampilanmenulis. karangan narasi pada kelas 3 MINMalang 1 (Tesis). Malang: ProgramMagister Pendidikan Guru MadrasahIbtidaiyah, Pascasarjana, UniversitasIslam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Page 40: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

33Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Penerapan Metode Merantai pada Pembelajaran

Diunduh dari http://etheses.uin-malang.ac.id/3306/1/13761027.pdf (12Januari 2018)

Knight, George R. (2007). Filsafat pendidikan(Terjemahan). Yogyakarta: Gama Media

Muniasari. 2008. Kiat jitu belajar bermutu. Jakarta:PT Perca

Setyaningrum, Erlina Ika. (2015). Keefektifanmetode menulis berantai dalam kemampuanmenulis cerita pendeksiswa kelas X SMANegeri 1 Galur, Kulon Progo, Yogyakarta(Skripsi). Yogyakarta: Fakultas Bahasa danSeni Universitas Negeri YogyakartaDiunduh dari http://eprints.uny.ac.id/27169/1/SKRIPSI_ERLINA%20IKA%20-

SETYANING-RUM_ 08201244046.pdf (12Januari 2018)

Suhartin, R.I.. (1979). Mengatasi kesulitan-kesulitan dalam pendidikan anak. Jakarta: PTBPK Gunung Mulia

Suherli, dkk. (2017). Buku guru bahasa Indonesiakelas X (Edisi Revisi). Jakarta: KementerianPendidikan dan Kebudayaan

Sukidin, dkk. (2010). Manajemen penelitiantindakan kelas. Jakarta: Insan Cendekia

Wardani, I.G.A.K. dkk. (2002). Penelitian tindakankelas. Jakarta: Universitas Terbuka

Yulaelawati, Ella. (2007). Kurikulum danpembelajaran (filosofi, teori, dan aplikasi).Jakarta: Pakar Raya

Page 41: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

34 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan PenguasaanKonsep, Keterampilan Membuat Slide Presentasi danMotivasi dalam Pembelajaran TIK di Sekolah Dasar

MudarwanE-mail: [email protected]

Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPK PENBUR Jakarta

Penelitian

SAbstrak

ebahagian peserta didik kelas empat di suatu sekolah diduga kurang memiliki motivasidalam mata pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), sehingga merekatidak mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan dalamhal penguasaan konsep TIK, terutama dalam hal materi membuat slide presentasi. Penelitian

ini bertujuan mengkaji pemberian umpan balik dengan menggunakan metode penelitian eksperimenuntuk meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan membuat slide presentasi serta motivasipeserta didik. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian tes objektif, tes keterampilanmembuat slide presentasi, dan kuesioner motivasi kepada 48 peserta didik, yaitu 23 peserta didikdalam kelas kontrol dan 25 peserta didik kelas eksperimen. Data diolah menggunakan statistikdeskriptif dan inferensial dengan uji daya beda Wilcoxon dan uji daya beda Mann-Whitney. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa pemberian umpan balik dapat meningkatkan penguasaan konsepdan keterampilan membuat slide presentasi peserta didik pada kelas eksperimen, namun belummeningkatkan motivasi.

Kata-kata kunci: umpan balik, penguasaan konsep, keterampilan membuat slide presentasi, motivasi

The Effect of Providing Feedback to Increase Concept Mastery, Presentation Slides Making Skill,and Increasing Motivation in Learning ICT at Primary School

AbstractSome of the fourth Grade students in a primary school were considered lacking of motivation in ICT subject, sothey did not achieve the predefined minimum criteria in terms of mastering concepts of ICT, especially in topic ofpresentation slides making. This study was aimed to examine the effect of providing feedback, using experimentalresearch, to improve concept mastery, presentation slide making skill, and increasing motivation of learners.Data were collected by giving objective test, presentation slide making skills test, and motivation questionnaireto 48 students, that is 23 control class students and 25 experimental class students. Data were processed usingdescriptive and inferential statistics with Wilcoxon Signed-Rank Test and Mann-Whitney U Test. The resultshowed that providing feedback can improve concept of knowledge and presentation slide making skills of thestudents in the experimental class, but has not succesfully increased their motivation.

Keywords: feedback, concept mastery, presentation slide making skill, learning motivation

Page 42: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

35Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Pendahuluan

Dalam kurikulum 2004 atau yang dikenaldengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK),pembelajaran Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK) dimulai dari jenjangpendidikan Sekolah Dasar (SD). DepartemenPendidikan Nasional (2003: 7) menyatakanbahwa tujuan pemanfaatan TIK, yaitu agarpeserta didik memahami perangkat TIK secaraumum termasuk komputer (computer literate) danmemahami informasi (information literate).Artinya peserta didik mengenal istilah-istilahyang digunakan dalam lingkup TIK dankomputer yang secara umum digunakan. Pesertadidik juga diharapkan mampu menyadarikeunggulan dan keterbatasan komputer, sertadapat menggunakan perangkat komputer secaraoptimal. Disamping itu mereka dapat memahamibagaimana dan di mana informasi tersebutdiperoleh, bagaimana cara mengemas ataumengolah informasi serta bagaimana caramengkomunikasikannya. Namun, pada kuriku-lum 2013, TIK tidak lagi menjadi salah satu matapelajaran dalam struktur kurikulum SD. Meski-pun demikian, TIK merupakan subjek pembel-ajaran yang penting dikuasai peserta didikkhususnya di era pembelajaran abad 21, karenasalah satu ciri suksesnya pembelajar abad 21ialah penguasaan atau mahir dalam TIK (ThePartnership for 21st Century Learning, 2015: 5-6).

Menurut Departemen Pendidikan Nasional(2003: 6) pembelajaran TIK memiliki visi agarsetiap peserta didik dapat menggunakanperangkat TIK secara tepat guna dan optimaluntuk mendapatkan dan memproses informasidalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktivitaslainnya sehingga mereka mampu berkreasi,mengembangkan sikap inisiatif, mengembang-kan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudahberadaptasi dengan perkembangan yang baru.Anderson (2010: 3-5) menyatakan bahwa TIKmerupakan perangkat atau media yangmerupakan kombinasi dari teknologi informasidan komunikasi yang digunakan untuk tujuanberkomunikasi, yaitu: membuat, menyimpan,mengelola, dan mendistribusikan informasi.Perangkat yang dimaksud, antara lain: komputer,internet, dan teknologi penyiaran (radio dan

televisi). Salah satu materi penguasaan konsep TIKyang harus dikuasai peserta didik adalahmembuat slide presentasi menggunakanperangkat lunak pengolah presentasi di komputeratau Personal Computer (PC).

Sebuah tes TIK dilakukan di suatu SekolahDasar (SD) pada 31 Agustus 2017 kepada 23peserta didik kelas 5 SD. Soal yang diujikanadalah tes objektif berbentuk pilihan gandadalam materi membuat presentasi menggunakanperangkat lunak. Setelah tes dilakukan,selanjutnya dilakukan rekapitulasi nilai, dandiperoleh nilai atau skor rata-rata hasil tes 48,31(Tabel 1).

Sekolah telah menetapkan bahwa KriteriaKetuntasaan Minimal (KKM) adalah 75,00.Hanya 3 (tiga) orang peserta didik dari 23 yangmasuk dalam kategori tuntas (skor 75) atauhanya 13,04% yang dinyatakan mampumenguasai konsep membuat slide presentasidengan menggunakan perangkat lunak.Sesungguhnya materi pembelajaran tersebuttelah disampaikan kepada peserta didik di kelas 4(empat). Hasil tes tersebut menunjukkan bahwapeserta didik tersebut belum menguasai konseppenting TIK. Menurut Swaffield (2008: 57-60)umpan balik dapat dilakukan secara lisan maupuntulisan, termasuk juga berbentuk penilaian.Umpan balik merupakan bagian yang tidakterpisahkan dari penilaian di dalam pembelajarandan merupakan sendi utama dalam penilaianformatif, sehingga dapat digunakan untukmeningkatkan penguasaan konsep penting dalampembelajaran, secara khusus TIK. Menurut ARG(2002: 1) bentuk penilaian di dalam pembelajarantersebut merupakan bagian dari perencanaanpembelajaran, yang berfokus pada bagaimanapeserta didik belajar. Hal itu merupakan praktikatau kegiatan utama yang dilakukan guru di dalamkelas yang membutuhkan keahlian atauketerampilan untuk melakukannya. Bentuknyaharus bersifat membangun dan mendorongpeningkatan motivasi belajar serta peningkatanpemahaman tentang tujuan belajar peserta didik.Juga harus senantiasa mendorong peserta didikuntuk meningkatkan pembelajaran secara mandirimaupun dalam kelompok serta memahamipencapaian hasil belajarnya sendiri.

Dalam pembelajaran TIK, pengukuran

>

Page 43: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

36 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

>

Tabel 1:Hasil Tes Penguasaan Konsep TIK Peserta DidikKelas Lima (n = 23)

No. UrutPesertadidik

Total soaldijawab benar(Jumlah butir

soal = 18)

Skor(Nilai)

KriteriaKetuntasan

(Tuntas 75 )

1 12 66,67 Tidak tuntas

2 14 77,78 Tuntas

3 7 38,89 Tidak tuntas

4 13 72,22 Tidak tuntas

5 14 77,78 Tuntas

6 9 50,00 Tidak tuntas

7 2 11,11 Tidak tuntas

8 4 22,22 Tidak tuntas

9 6 33,33 Tidak tuntas

10 5 27,78 Tidak tuntas

11 13 72,22 Tidak tuntas

12 7 38,89 Tidak tuntas

13 7 38,89 Tidak tuntas

14 9 50,00 Tidak tuntas

15 11 61,11 Tidak tuntas

16 10 55,56 Tidak tuntas

17 4 22,22 Tidak tuntas

18 7 38,89 Tidak tuntas

19 7 38,89 Tidak tuntas

20 7 38,89 Tidak tuntas

21 14 77,78 Tuntas

22 10 55,56 Tidak tuntas

23 8 44,44 Tidak tuntas

Skor (nilai) rata-rata 48,31

% Ketuntasan 13,04 3 dari 23

>

ranah kognitif dilakukan melaluipenguasaan konsep, sedangkanranah psiko-motorik diukur melaluiketerampilan TIK. Penelitian inimencoba menggali penguasaankonsep dan keterampilan pesertadidik dalam mata pelajaran TIK,khususnya dalam materi keteram-pilan membuat slide presentasi.

Guru TIK SD dalam pembel-ajaran sangat tergantung danmengandalkan perangkat komputerbeserta perangkat pembelajaranutama, yaitu buku pegangan ataumodul sebagai sumber belajar dilaboratorium komputer. Demikianpula peserta didik seringkali lebihfokus kepada perangkat dan modulpembelajaran tersebut, sehinggainteraksi dengan guru dirasakankurang. Guru dirasakan lebihsebagai tempat bertanya, ketikapeserta didik mengalami kesulitanmengoperasikan komputer ataumengikuti langkah kerja yangterdapat di dalam modul pembelajar-an tersebut. Guna optimalisasipembelajaran komputer danpeningkatan penguasaan konsepdan keterampilan TIK, peran guruharus lebih luas bukan sekadartempat bertanya. Namun guru dapatberperan sebagai pendorong danpemberi semangat serta motivasiagar peserta didik belajar lebih giat,hingga pada akhirnya memperolehpengetahuan dan keterampilandalam bidang TIK secara khususdalam membuat slide presentasi.

Pembelajaran child center atauberbasis pada peserta didik,menuntut guru tidak menjadi terlaludominan, agar dalam proses belajarpeserta didiklah yang menjadi pusatdan yang harus diutamakan. Salahsatu penerapannya, yaitu guruberperan sebagai fasilitator yangmemberikan perhatian kepadapeserta didik dengan cara

Page 44: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

37Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

memberikan umpan balik, contohnya denganpenghargaan berupa memberikan pujian, stiker,buku, atau bentuk lainnya yang pada intinyamengapresiasi upaya yang dilakukan pesertadidik dalam hal belajar. Hal ini belum banyakdisadari dan dilakukan guru dalam prosespembelajaran. Guru lebih sibuk untuk menguruskelengkapan administrasi pembelajaran daripadamemperhatikan peserta didik yang telahdipercayakan kepada mereka untuk dididik,diasuh, dan dilatih.

Beberapa peserta didik diduga kurangmemiliki motivasi belajar di sekolah. Cirinyamereka sering bersikap acuh tak acuh saat belajardi dalam kelas. Mereka tidak terpacu untukmengejar keberhasilan dalam pembelajaran. Sikapseperti itu jika terus menerus dibiarkan akanmengakibatkan hasil belajar yang tidak optimal.Kalaupun berhasil, maka hasil belajarnyapaspasan atau hanya mencapai nilai KKM.Sebagai guru yang bertanggung jawab, maka pastiberusaha dengan berbagai upaya mengatasipermasalahan itu. Salah satu solusi yangditawarkan adalah guru membuat terobosandalam hal pembelajaran, yaitu mendesainpembelajaran sedemikian rupa dan menciptakansuasana belajar yang kondusif agar peserta didiktermotivasi dan memiliki semangat belajar yangtinggi, sehingga ketika dilakukan ujian atau tesmereka dapat menunjukkan prestasinya denganmemperoleh nilai yang memuaskan. Hal itudilakukan dengan cara mengupayakan pemberianumpan balik di dalam seluruh kegiatanpembelajaran, baik yang berupa pengetahuankonseptual maupun praktik atau keterampilan TIK.

Menghadapi persoalan di atas, peneliti inginmengetahui apakah pemberian umpan balik dapatmeningkatkan penguasaan konsep TIK,keterampilan membuat slide presentasi sertamotivasi peserta didik kelas 4 SD dalam matapelajaran TIK. Tujuan penelitian ini adalahmenganalisis penguasaan konsep TIK, keterampil-an membuat slide presentasi dan motivasi pesertadidik dengan pemberian umpan balik dalampembelajaran TIK, menggunakan metodeeksperimen.

Kajian Pustaka

Penguasaan Konsep TIKAnderson (2017: 129) dan Sudjana (2010: 22)menyatakan bahwa hasil belajar adalahkemampuan yang dimiliki peserta didik setelahmenerima pengalaman belajar. Menurut Gredler(2009: 397) hasil belajar terjadi apabila pesertadidik mahir atau tuntas dalam pembelajaran,meningkat keterampilannya, atau memilikiperasaan senang ketika terlibat dalampembelajaran yang bersifat menantang.

Prestasi belajar peserta didik, tidak lepas dariperan guru dalam proses pembelajaran di dalamkelas. Proses pembelajaran dikatakan tuntasapabila peserta didik menguasai 75% dariseluruh materi ajar yang sudah disampaikan.Penguasaan sebesar 75% tersebut tercapai apabilapeserta didik mampu memahami konsep-konsepyang diajarkan guru. Penguasaan konsep yangtidak sejalan antara apa yang disampaikan gurudan apa yang ditangkap oleh peserta didikmengakibatkan terjadinya miskonsepsi.Miskonsepsi inilah yang menjadi indikasi bahwapenguasaan materi ajar belum dapat ditangkapoleh peserta didik.

Di dalam Permendikbud nomor 23 tahun2016 tentang Standar Penilaian Pendididikanpada halaman tiga dinyatakan bahwa penilaianhasil belajar peserta didik pada Pendidikan Dasardan Pendidikan Menengah meliputi aspekpengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dalamhasil belajar sikap, terkandung informasideskriptif mengenai perilaku peserta didik, dalamhal pengetahuan terukur penguasaan pengetahu-an peserta didik, dan dalam hal keterampilanterasah kemampuan peserta didik menerapkanpengetahuan dalam melakukan tugas tertentu.Berdasarkan pendapat di atas, maka dapatdisimpulkan bahwa hasil belajar tidak tunggalmelainkan multidimensi, karena terdiri dariberbagai aspek, diantaranya pengetahuan(knowledge), sikap (afektif) dan keterampilan(psikomotorik).

Hasil belajar seringkali digunakan sebagaiindikator keberhasilan guru dalam kegiatan

Page 45: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

38 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

pembelajaran. Hasil belajar peserta didikdikatakan meningkat, apabila terdapat perbedaanyang signifikan antara kemampuan awal sebelummendapatkan perlakuan belajar dengan sesudahmenjalani proses pembelajaran. MenurutArchambault (2008: 9) untuk mengetahui apakahterjadi peningkatan atau N-Gain penguasaankonsep dari kemampuan awal atau pretest kekemampuan akhir atau posttest, maka dapatdilakukan perhitungan menggunakan rumusHake, yaitu:

Keterampilan Membuat Slide PresentasiKeterampilan membuat slide presentasimerupakan salah satu keterampilan TIK yangsangat penting dikuasai oleh peserta didik.Menurut Sánchez et al. (2008: 169) keterampilankomputer atau keterampilan TIK merupakankemampuan menggunakan perangkat TIKsebagai alat dalam berekspresi danberkomunikasi, mengakses sumber informasi,mengarsipkan data dan dokumen, melakukanpresentasi, untuk pembelajaran, penelitian, dankerja yang kooperatif. Adapun indikatorpenguasaan keterampilan TIK, meliputi:pengolahan file dan program, perlindunganinformasi, pengeditan teks, spreadsheets, internetdan e-mail, serta presentasi. Salah satuketerampilan TIK yang sangat perlu dikuasai olehpeserta didik adalah keterampilan membuat slidepresentasi. Keterampilan tersebut dapat dinilaimenggunakan tes keterampilan atau tes unjukkerja.

Tes unjuk kerja atau disebut juga tesketerampilan merupakan penilaian yangdilakukan dengan mengamati kegiatan pesertadidik dalam melakukan sesuatu. Tes ini sesuaidigunakan untuk menilai ketercapaian kompe-tensi yang menuntut peserta didik melakukantugas tertentu seperti, praktek olah raga,presentasi, memainkan alat musik, deklamasi,bernyanyi, praktek di laboratorium, dll. Caramenilai dengan tes ini dianggap lebih autentikdaripada tes tertulis, karena apa yang dinilai lebihmencerminkan kemampuan peserta didik yangsebenarnya. Menurut Puskur BalitbangDepdiknas (2006: 8) tes unjuk kerja dapatdilakukakan dengan mempertimbangkan

beberapa hal, sebagai berikut. (1) Langkah-langkahkinerja yang diharapkan dilakukan peserta didikuntuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.(2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akandinilai dalam kinerja tersebut. (3)Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untukmenyelesaikan tugas. (4) Upayakan kemampuanyang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehinggasemua dapat teramati. ( 5)Kemampuan yang akandinilai diurutkan.

MotivasiHellriegel dan Slocum (2011: 158) menyatakanbahwa motivasi merupakan kekuatan yangbekerja pada atau di dalam diri seseorang yangmenyebabkannya bersikap dengan cara yangspesifik dan terarah. Selaras dengan pendapatitu, Ryan & Deci (2000: 54) menyatakan bahwatermotivasi berarti digerakkan untuk melakukansesuatu, ia mempunyai energi atau diaktifkanuntuk melakukan sesuatu sampai akhir,kebalikannya jika seseorang tidak merasakandorongan atau tidak terinspirasi untukbertindak, maka dikatakan sebagai tidaktermotivasi. Reeve (2009: 8) memberikan contohbahwa terdapat beberapa motif yangmemberikan energi pada atlet untuk bertandingdalam sebuah perlombaan dan sebuah motifyang mengarahkan perilaku peserta didik kesatu tujuan tertentu daripada yang lainnya.

Uno (2016: 3-5) menyatakan bahwa motivasipaling tidak memuat tiga unsur esensial, yakni:(1) Faktor pendorong atau pembangkit motif, baikinternal maupun eksternal. (2) Tujuan yang ingindicapai. (3) Strategi yang diperlukan oleh individuatau kelompok untuk mencapai tujuan tersebut.Motivasi sebagai proses psikologis timbul akibatfaktor di dalam diri seseorang itu sendiri yangdisebut faktor instrinsik, sedangkan faktor di luardiri disebut ekstrinsik. Deci dan Ryan (2012: 87-89) menyatakan bahwa motivasi intrinsik berasaldari dalam dan terkait dengan kegembiraan bagipeserta didik dalam melakukan tugas yangdiembannya, sedangkan motivasi ekstrinsikterkait dengan faktor eksternal tugas.

Menurut Uno (2016: 23) paling tidak terdapatenam indikator motivasi belajar, yang didalamnya sudah mencakup motivasi intrinsikdan ekstrinsik, sehingga sesuai digunakan dalam

N-Gain = Posttest – Pretest100 – Pretest

Page 46: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

39Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

penelitian ini, yaitu: 1) Adanya hasrat dankeinginan untuk berhasil; 2) Adanya dorongandan kebutuhan dalam belajar; 3) Adanya harapandan cita-cita masa depan; 4) Adanya penghargaandalam belajar; 5) Adanya kegiatan yang menarikdalam belajar; dan 6) Adanya lingkungan belajaryang kondusif.

Umpan Balik Dalam PendidikanMenurut Shute (2008: 1) umpan balik yang diguna-kan dalam konteks pendidikan berguna untukmeningkatkan pengetahuan dan keterampilan.Menurut Hattie & Timperley (2007: 81) umpanbalik merupakan bagian dari strategipembelajaran yang sangat berguna memberikandukungan kepada peserta didik dalammeningkatkan hasil belajar. Umpan balikdidefinisikan sebagai informasi yang diberikanoleh agen, misal: guru, rekan kerja, buku, orangtua, diri sendiri, atau pengalaman yang terkaitdengan hasil belajar atau pemahaman seseorang.Winne & Butler (1994: 540) dalam Brand-Gruwel,et al. (2014: 370) menyatakan bahwa umpan balikmerupakan informasi yang dapat dipelajaridengan cara menambah, menimpa, mengelola, ataumerestrukturisasi informasi di dalam memori,apakah informasi itu berada pada taraf domainpengetahuan, metakognitif, kepercayaan tentangdiri sendiri dan tugasnya, atau yang terkaitdengan strategi kognitif. Dalam hal ini umpanbalik bertujuan untuk menjembatani kesenjanganantara tingkat pemahaman saat ini dengantujuan pembelajaran yang hendak dicapai.Selaras dengan hal tersebut Sadler (1989: 121)menyatakan bahwa umpan umpan balik harusmencakup identifikasi kekeliruan ataukesalahpahaman, namun mampu mendiagnosispermasalahan secara jelas. Umpan balik berperansebagai pembanding di mana ia mengidentifikasikesenjangan antara apa yang telah dipahami atautelah ditunjukkan oleh peserta didik denganstandar atau hasil belajar yang diharapkan. Jadiumpan balik berperan membantu mengisikesenjangan yang berkaitan dengan kontenkurikulum atau pengetahuan yang harus dicapaipeserta didik.

Umpan balik yang efektif dan berkualitastinggi merupakan elemen kunci bagi peningkatanmutu pendidikan, sehingga pemahaman yang utuh

tentang makna dan penerapannya secara efektifdiperlukakan untuk meningkatkan kualitaspembelajaran dan juga pengajaran di sekolah.Hattie & Timperley (2007: 82) menyatakan gunamemperkuat pengaruh umpan balik dalampelaksanaannya, diperlukan konteks dimanaumpan balik terjadi dalam proses pengajaran danpembelajaran. Oleh karena itu diperlukan strategiyang tepat dimana umpan balik tersebut diterapkankepada peserta didik.

Umpan balik dapat dilakukan baik secaraverbal maupun non-verbal. Umpan balik verbalbiasanya diungkapkan menggunakan kata-katapujian bagus sekali, betul, pintar, seratus buatkamu, kamu sangat teliti, atau memberikanmemberikan penghargaan. Contoh penggunaandalam bentuk kalimat, ‘Itu suatu pemikiran yangbaik’, ‘Cara berpikir Anda kritis sekali’, ‘Terimakasih kamu sangat pandai”. Umpan baliknonverbal tidak mengunakan tindakan secaralisan, namun tindakan secara langsung sepertimenggunakan sentuhan. Terdiri atas enam cara,yang meliputi: 1). Gestural, menggunakan gerakisyarat; 2). Proximity, dengan pendekatan tertentu;3). Contact, yang dilakukan dengan sentuhan,contoh: guru dapat menyatakan persetujuan danpenghargaan terhadap usaha dan penampilanpeserta didik dengan cara menepuk-nepuk bahuatau pundak peserta didik; 4). Activity, melaluikegiatan yang menyenangkan; 5). Token, berupasimbol atau benda, hal ini dilakukan dengan caramenggu-nakan berbagai simbol berupa bendaseperti kartu bergambar, bintang plastik, lencana,dsb.; 6). Partial, jika peserta didik memberikanjawaban yang hanya sebagian saja benar, guruhendaknya tidak langsung menyalahkannya.Sebaiknya guru mengatakan, ‘Ya, jawabanmusudah baik, namun masih bisa disempurnakan,siapa yang mau menambahkan jawaban si A’sehingga peserta didik itu mengetahui jawaban-nya tidak seluruhnya salah, dan ia mendapatkandorongan untuk menyempurnakannya.

Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian iniadalah penelitian eksperimen bertipe The Static-Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, Wallen &Hyun, 2012: 265) yang dilaksanakan di SD kelas

Page 47: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

40 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Tabel 2:Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, NilaiTertinggi dan Standar Deviasi KelasKontrol

DataKelas Kontrol (4A)

Pretest Posttest

Nilai rata-rata 57,71 55,34

Nilai terendah 27,27 27,27

Nilai tertinggi 90,91 90,91

Standar Deviasi 17,083 17,966

Nilai Ideal 100

Jumlah Peserta 23

4B dengan 25 peserta didik sebagai kelaseksperimen dan di kelas 4A dengan 23 pesertadidik sebagai kelas kontrol. Penelitiandilaksanakan mulai bulan Juli 2017 sampaiNovember 2017.

Prosedur penelitian dilakukan dengantahapan sebagai berikut: 1). Studi pendahuluan,studi literatur, dan observasi di sekolah; 2).Pembuatan instrumen penelitian, yaitu: soalpenguasaan konsep TIK, soal keterampilanmembuat slide presentasi, dan kuesionermotivasi serta melakukan validasi instrumen; 3).Ujicoba instrumen penelitian; 4). Pretest, yaitusebelum proses pembelajaran dengan perlakuanumpan balik berlangsung, kedua kelompok, yaitukelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan soalpenguasaan konsep TIK, soal keterampilanmembuat slide presentasi, dan kuesioner motivasi;5). Kelas eksperimen dalam pembelajaran TIKdiberikan perlakuan berupa pemberian umpanbalik, sedangkan kelas kontrol tidak diberikanperlakuan umpan balik; dan 6). Posttest, yaitupengukuran akhir kemampuan mengerjakan soalpenguasaan konsep TIK, soal keterampilanmembuat slide presentasi, dan kuesioner motivasipada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Soal penguasaan konsep TIK dalam materipembuatan slide presentasi berjumlah 11 butirdalam tiga topik utama, yaitu pengaturan shapes4 butir, pengaturan bullets dan numbering 4 butirserta pengaturan grafik 3 butir menggunakan tesobjektif yang berbentuk pilihan ganda denganempat opsi jawaban (A, B, C, dan D). Materiketerampilan membuat slide presentasimenggunakan tes unjuk kerja yang berjumlah 8butir yang sumbernya berasal dari buku modulpembelajaran TIK SD. Tes unjuk kerja ataudisebut juga tes keterampilan merupakanpenilaian yang dilakukan dengan mengamatikegiatan peserta didik dalam melakukansesuatu. Tes ini sangat sesuai digunakan untukmenilai ketercapaian kompetensi yang menuntutpeserta didik melakukan tugas tertentu sepertipraktek di laboratorium komputer. Peningkatanmotivasi belajar diukur menggunakankuesioner. Kuesioner berjumlah 11 butir yangterdiri dari 5 bagian, yaitu: hasrat dan keinginanuntuk berhasil 4 butir, dorongan dan kebutuhandalam belajar 3 butir, harapan dan cita-cita 1 butir,

penghargaan dalam belajar 2 butir, dan kegiatanmenarik dalam pembelajaran 1 butir. Sumberkuesioner dari Uno (2016: 23).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Penguasaan Konsep TIK dalam Kelas KontrolData nilai rata-rata (mean), nilai terendah, nilaitertinggi, dan standar deviasi pada kelas kontroladalah sebagai berikut.

N-Gain kelas kontrol sesuai Tabel 3.

Berdasarkan data pada Tabel 3, maka N-Gainkelas kontrol pada kategori rendah 82,61% danpada kategori sedang 17,39%. Tidak satupunpeserta didik masuk dalam kategori tinggi (0, 00%).

Tabel 3:N-Gain Kelas Kontrol

Kategori N-Gain JumlahPeserta Posttest

Tinggi (g > 0,7) 0 0

Sedang (0,3 < g 0,7) 4 17,39

Rendah (g < 0,3) 19 82,61

Total 23 100

>

Page 48: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

41Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Tabel 4:Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, NilaiTertinggi, dan Standar Deviasi di KelasEksperimen

DataKelas Eksperimen (4B)

Pretest Posttest

Nilai rata-rata 0 0

Nilai terendah 4 17,39

Nilai tertinggi 19 82,61

Standar Deviasi 18,719 25,933

Nilai Ideal 100

Jumlah Peserta 25

Penguasaan Konsep TIK dalam KelasEksperimenNilai rata-rata, nilai terendah, nilai tertinggi, danstandar deviasi (SD) kelas eksperimen sesuai Tabel4, dan N-Gain kelas eksperimen sesuai Tabel 5.

Berdasarkan data pada Tabel 5, N-Gain kelaseksperimen pada kategori rendah sejumlah 12%,pada kategori sedang dan tinggi bernilai sama,yaitu 44,00%.

Analisis Perbandingan Kelas Kontrol denganKelas EksperimenPada Tabel 6 disajikan data perbandingan nilaiN-Gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Berdasarkan Tabel 6, N-Gain pada kelaseksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan

Tabel 5:N-Gain Kelas Eksperimen

Kategori N-Gain JumlahPeserta %

Tinggi (g > 0,7) 3 12

Sedang (0,3 < g 0,7) 11 44

Rendah (g < 0,3) 11 44

Total 25 100

>

kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, perolehanN-Gain tinggi 12%, sedangkan pada kelas kontrol,tidak satupun peserta didik masuk dalam kategoritinggi (0%). Pada kelas eksperimen, kategori N-Gain sedang 44% dibandingkan dengan kelaskontrol 17,39%. N-Gain pada kategori rendahuntuk kelas kontrol lebih tinggi dibandingkandengan kelas eksperimen, yaitu 82,61%dibandingkan dengan 44%.

Dalam kategori statistik inferensial, terdapatdua uji yang telah dilakukan, yaitu uji bedaWilcoxon dan uji beda Mann-Whitney. Pengolah-an data pada kedua uji tersebut dilakukan denganbantuan perangkat lunak IBM SPSS Statistics v23-32 bit for Windows.

Hasil Perhitungan menggunakan Uji bedaWilcoxon adalah sebagai berikut.1. Dalam kelas kontrol, nilai P value sebesar

0,450. Karena nilai P value lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05 (P value > 0,05),maka H0 diterima dan H1 ditolak. Arti-nyatidak ada perbedaan penguasaan konseppada pretest dibandingkan dengan posttest.

2. Dalam kelas eksperimen, nilai P valuesebesar 0,017. Karena nilai P value lebih kecildaripada taraf signifikansi 0,05 (P value <0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.Artinya ada perbedaan penguasaan konsepdalam pretest dibandingkan denganposttest.Berikutnya adalah hasil analisis perbanding-

an kelas kontrol dengan kelas eksperimenmenggunakan uji daya beda Mann-Whitney,sebagai berikut.1. Dalam analisis prestest, dihasilkan nilai P

value sebesar 0,958. Karena nilai P valuelebih besar daripada taraf signifikansi 0,05(P value > 0,05), maka H0 diterima dan H1ditolak. Artinya tidak ada perbedaanpenguasaan konsep antara kelas kontroldengan kelas eksperimen dalam pretest.Kesimpulnnya, peserta didik kelas kontroldan kelas eksperimen mempunyaikemampuan awal yang sama dalam halpenguasaan konsep TIK.

2. Dalam analisis posttest, dihasilkan nilai Pvalue sebesar 0,012. Karena nilai P value lebihkecil daripada taraf signifikansi 0,05 (P value< 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Page 49: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

42 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Tabel 7:Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, NilaiTertinggi, dan Standar Deviasi KelasKontrol

DataKelas Kontrol (4A)

Pretest Postest

Nilai rata-rata 59,94 61,65

Nilai terendah 35,71 39,29

Nilai tertinggi 82,14 92,86

Standar Deviasi 13,485 13,941

Nilai Ideal 100

Jumlah Peserta 23

Artinya ada perbedaanpenguasaan konsep antarakelas kontrol dengan kelaseksperimen. Kesimpulan-nya,peserta didik kelas kontroldibandingkan dengan kelaseksperimen mempunyai kemam-puan akhir yang tidak samadalam hal kemampuan pengua-saan konsep TIK.3. Dalam uji peningkatanpenguasaan konsep dari pretestke posttest diperoleh nilai P valuesebesar 0,003. Karena nilai Pvalue lebih kecil daripada tarafsignifikansi 0,05 (P value < 0,05)

maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinyaada pening-katan penguasaan konsep TIKdari pretest ke posttest.

Keterampilan Membuat Slide Presentasi dalamKelas kontrol

Nila rata-rata (mean), nilai terendah, nilai tertinggi,dan standar deviasi (SD) kelas eksperimen sesuaiTabel 7 dan N-Gain pada kelas kontrol dapatdilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan data pada Tabel 8, N-Gainkelas kontrol hanya berhasil diraih peserta didik

>

Tabel 8:Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, NilaiTertinggi, dan SD Kelas Kontrol

Klasifikasi N-Gain JumlahPeserta Didik %

Tinggi (g > 0,7) 0 0

Sedang (0,3 < g 0,7) 5 21,74

Rendah (g < 0,3) 18 78,26

Total 23 100

Tabel 9:Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, NilaiTertinggi, dan Standar Deviasi Kelas Kontrol

Data

KelasEksperimen (4B) %

Pretest Posttest

Nilai rata-rata 57,57 76

Nilai terendah 42,86 57,14

Nilai tertinggi 78,57 96,43

Standar Deviasi 8,767 11,136

Nilai Ideal 100

Jumlah Peserta 25

Tabel 6:Perbandingan N-Gain Kelas Kontrol dengan KelasEksperimen

Kategori N-Gain

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Jumlahpeserta % Jumlah

peserta %

Tinggi (g > 0,7) 0 0 3 12

Sedang (0,3 < g 0,7) 4 17,39 11 44

Rendah (g < 0,3) 19 82,61 11 44

Jumlah 23 100 25 100

>

Page 50: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

43Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

pada kategori rendah sejumlah 78,26% dan padakategori sedang 21,74%. Tidak satupun pesertadidik masuk dalam kategori tinggi (0%).

Keterampilan Membuat Slide Presentasi dalamKelas EksperimenNilai rata-rata, nilai terendah, nilai tertinggi, danstandar deviasi kelas eksperimen sesuai Tabel 9dan N-Gain kelas eksperimen sesuai Tabel 10.

Berdasarkan data Tabel 10, N-Gain kelas eksperi-men pada kategori rendah berjumlah 20%, padakategori sedang 52%, dan pada kategori tinggi 28%.

Analisis Perbandingan Kelas Kontrol denganKelas EksperimenBerikut disajikan data perbandingan nilai N-Gainpada kelas kontrol dan kelas eksperimen dalamTabel 11.

Berdasarkan Tabel 11, N-Gain pada kelaseksperimen lebih tinggi dibandingkan dengankelas kontrol. N-Gain pada kategori rendah lebih

Tabel 10:N-Gain Kelas Eksperimen

Kategori N-Gain Pretest Posttest

Tinggi (g > 0,7) 5 28

Sedang (0,3 < g 0,7) 13 52

Rendah (g < 0,3) 7 20

Total 25 100

>

banyak di kelas kontrol (78,26%) dibandingkanpada kelas eksperimen (20%). Pada kelaseksperimen, yang masuk dalam kategori N-Gainsedang 52% dibandingkan dengan kelas kontrol21,74%. Pada kategori N-Gain tinggi kelaseksperimen 28%, sedangkan pada kelas kontrol,tidak satupun peserta didik masuk dalam kategoritinggi (0%).

Dalam kategori statistik inferensial, terdapatdua uji yang telah dilakukan, yaitu uji daya bedaWilcoxon dan uji daya beda Mann-Whitney.

Hasil Perhitungan menggunakan Uji bedaWilcoxon adalah sebagai berikut.1. Dalam kelas kontrol, P value sebesar 0,465.

Karena nilai P value lebih besar daripadataraf signifikansi 0,05 (P value > 0,05), makaH0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidakada perbedaan keterampilan membuat slidepresentasi pada pretest dibandingkan denganposttest.

2. Dalam kelas eksperimen, nilai P value sebesar0,000. Karena nilai P value lebih kecildaripada taraf signifikansi 0,05 (P value <0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.Artinya ada perbedaan keterampilanmembuat slide presentasi pada pretestdibandingkan dengan posttest.Berikutnya adalah hasil analisis perbanding-

an kelas kontrol dengan kelas eksperimenmenggunakan uji daya beda Mann-Whitney,sebagai berikut.

1. Dalam analisis prestest,diperoleh nilai P value sebesar0,526. Karena nilai P value lebihbesar daripada 0,05 (P value >0,05), maka H0 diterima dan H1ditolak. Artinya tidak ada perbe-daan keterampilan membuatslide presentasi antara kelaskontrol dengan kelas eksperimendalam pretest. Kesimpulannyapeserta didik kelas kontrol dankelas eksperimen mempunyaikemampuan awal yang samadalam hal keterampilanmembuat slide presentasi.

2. Dalam analisis posttest, nilai P value sebesar0,001. Karena nilai P value lebih kecildaripada taraf signifikansi 0,05 (P value <

Tabel 11:Perbandingan N-Gain Kelas Kontrol dengan KelasEksperimen

Kategori N-Gain

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Jumlahpeserta % Jumlah

peserta %

Tinggi (g > 0,7) 0 0 5 28

Sedang (0,3 <g 0,7) 5 21,74 13 52

Rendah (g < 0,3) 18 78,26 7 20

Jumlah 23 100 25 100

>

Page 51: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

44 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima.Artinya ada perbedaan keterampilanmembuat slide presentasi antara kelaskontrol dengan kelas eksperimen dalamposttest. Kesimpulannya, peserta didik kelaseksperimen mempunyai kemampuan akhiryang tidak sama dalam hal keterampilanmembuat slide presentasi dibandingkandengan kelas kontrol.

3. Dalam uji peningkatan keterampilanmembuat slide presentasi dari pretest keposttest diperoleh nilai P value sebesar 0,000.Karena nilai P value lebih kecil daripadataraf signifi-kansi 0,05 (P value < 0,05) makaH0 ditolak dan H1 diterima. Artinya adapeningkatan nilai keterampilan membuatslide presentasi dari pretest ke post testatau dengan kata lain peserta didikmengalami peningkatan keterampilanmembuat slide presentasi.

Motivasi dalam Kelas KontrolData nilai rata-rata, nilai terendah, nilai tertinggi,dan standar deviasi pada kelas kontrol sesuaiTabel 12 dan N- Gain pada kelas kontrol Tabel 13.

Berdasarkan data pada Tabel 13, N-Gain kelaskontrol hanya terdapat pada kategori rendahsejumlah 86,96% dan pada kategori sedang13,04%. Tidak satupun peserta didik masukdalam kategori tinggi (0%).

Tabel 12:Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, NilaiTertinggi, dan Standar Deviasi KelasKontrol

DataKelas Kontrol (4A)

Pretest Posttest

Nilai rata-rata 72,57 68,38

Nilai terendah 40,00 36,36

Nilai tertinggi 90,91 90,91

Standar Deviasi 13,360 17,305

Nilai Ideal 100

Jumlah Peserta Didik 23

Motivasi dalam Kelas Eksperimen

Nilai rata-rata, nilai terendah, nilai tertinggi, danstandar deviasi kelas eksperimen sesuai Tabel 14dan N-Gain pada kelas eksperimen Tabel 15.

Tabel 14:Nilai Rata-rata, Nilai Terendah, NilaiTertinggi, dan Standar Deviasi KelasEksperimen

DataKelas Eksperimen (4B)

Pretest Posttest

Nilai rata-rata 69,67 73,16

Nilai terendah 45,45 49,09

Nilai tertinggi 94,55 92,73

Standar Deviasi 14,588 12,085

Nilai Ideal 100

Jumlah Peserta 25

Tabel 13:N-Gain Kelas Kontrol

Kategori N-Gain JumlahPeserta %

Tinggi (g > 0,7) 0 0

Sedang (0,3 < g 0,7) 3 13,04

Rendah (g < 0,3) 20 86,96

Total 23 100

>

Tabel 15:N-Gain Kelas Eksperimen

Kategori N-Gain Jumlahpeserta %

Tinggi (g > 0,7) 1 4

Sedang (0,3< g 0,7) 3 20

Rendah (g < 0,3) 19 76

Jumlah 25 100

>

Page 52: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

45Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Berdasarkan data pada Tabel 15, N-Gain kelaseksperimen pada kategori rendah sejumlah 76%,pada kategori sedang 20%, dan pada kategoritinggi 4%.

Analisis Perbandingan Kelas Kontrol denganKelas EksperimenBerikut pada Tabel 16 disajikan data perbanding-an nilai N-Gain pada kelas kontrol dan kelaseksperimen.

Berdasarkan Tabel 16, N-Gain pada kelaseksperimen lebih tinggi dibandingkan dengankelas kontrol. Pada kelas eksperimen, yang masukdalam kategori N-Gain sedang 20% dibandingkandengan kelas kontrol 13,04%. Pada kategori N-Gain tinggi kelas eksperimen 4%, sedangkanpada kelas kontrol, tidak satupun peserta didikmasuk dalam kategori tinggi (0%). N-Gain padakategori rendah, di kelas eksperimen 76% danpada kelas kontrol 86,96%.

Dalam kategori statistik inferensial,terdapat dua uji yang telah dilakukan, yaitu ujidaya beda Wilcoxon dan uji daya beda Mann-Whitney.

Hasil Perhitungan menggunakan Uji bedaWilcoxon adalah sebagai berikut:1. Dalam kelas kontrol, P value sebesar 0,230.

Karena nilai P value lebih besar daripadataraf signifikansi 0,05 (P value > 0,05), makaH0 diterima dan H1 ditolak. Artinya tidakada perbedaan motivasi sebelum dengansesudah perlakuan.

Tabel 16:Perbandingan N-Gain Kelas Kontrol dengan KelasEksperimen

Kategori N-Gain

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Jumlahpeserta % Jumlah

peserta %

Tinggi (g > 0,7) 0 0 3 12

Sedang (0,3 < g 0,7) 4 17,39 11 44

Rendah (g < 0,3) 19 82,61 11 44

Jumlah 23 100 25 100

>

2. Dalam kelas eksperimen, P value sebesar0,144. Karena nilai P value lebih besardaripada taraf signifikansi 0,05 (P value >0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.Artinya tidak ada perbedaan motivasi padapretest dibandingkan dengan posttest.Berikutnya adalah hasil analisis perban-

dingan kelas kontrol dengan kelas eksperimenmenggunakan uji daya beda Mann-Whitney,sebagai berikut.3. Dalam analisis pretest, diperoleh nilai P value

sebesar 0,463. Karena nilai Pvalue lebih besar daripada0,05 (P value > 0,05), maka H0diterima dan H1 ditolak.Artinya tidak ada perbedaanmotivasi antara kelas kontroldengan kelas eksperimendalam pretest. Kesimpulan-nya, peserta didik kelas kontroldan kelas eksperimen mempu-nyai kemampuan awal yangsama dalam hal motivasibelajar.4. Dalam analisis posttest,diperoleh nilai P value sebesar0,475. Karena nilai P value

lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05maka H0 diterima dan H1 ditolak. Artinyatidak ada perbedaan motivasi antara kelaskontrol dengan kelas eksperimen dalamposttest. Kesimpulannya peserta didik kelaskontrol dan kelas eksperimen mempunyaikemampuan akhir yang sama dalam halmotivasi belajar.

5. Dalam uji peningkatan motivasi dari pretestke posttest diperoleh nilai P value sebesar0,119. Karena nilai P value lebih besardaripada 0,05 (P value > 0,05) maka H0diterima dan H1 ditolak. Artinya tidak adapeningkatan motivasi dari pretest keposttest. Kesimpulannya, tidak terjadipeningkatan motivasi belajar dari pretest keposttest.Berdasarkan uji hipotesis yang telah

dikemukan di atas, umpan balik yang diberikanguru dalam kelas eksperimen tidak secara nyataberpengaruh terhadap peningkatan motivasibelajar subjek penelitian, yaitu peserta didik kelas

Page 53: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

46 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

4B. Walaupun terjadi peningkatan rata-rata (mean)dari pretest 69,67 menjadi 73,16 pada posttest.

Pada Gambar 1, diagram garis perbandinganN-Gain pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Perolehan nilai N-Gain pada kelaseksperimen dapat dikatakan masih lebih baikdibandingkan N-Gain pada kelas kontrol. Padakelas eksperimen hanya tujuh peserta didik yangnilai N-Gainnya negatif atau sebesar 28%,sedangkan pada kelas kontrol terdapat 14 pesertadidik yang N-Gainnya negatif atau sebesar 60,87%.

Dari hasil wawancara dengan guru TIK dandengan dua orang peserta didik di kelas eksperimenyang memperoleh N-Gain yang paling rendah,yaitu peserta didik dengan nomor urut 8 (-3,67)dan dengan nomor urut 13 (-1,11). Diperolehinformasi bahwa salah seorang peserta didik, yaitudengan nomor urut 8 mempunyai permasalahanserius di dalam keluarganya. Ketidak harmonisanhubungan antar orang tua dalam keluarga dapatmenjadi sebab anak enggan dan malas belajar, baikdi sekolah maupun di rumah. Anak tidaktermotivasi untuk meraih sukses atau berhasildalam pembelajaran. Ia hanya mengikuti arus saja,belajar apa adanya, tanpa mempunyai semangatdan motivasi tinggi. Hal inilah yang dapatmenyebabkan skor N-Gain yang diperolehnyarendah. Sementara itu berdasarkan hasilwawancara dengan guru TIK diperoleh informasibahwa peserta didik dengan nomor urut 13, lebihsenang bermain dan bersikap santai (tidak serius)mengikuti kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Hal ini pula yang diduga menjadi penyebabrendahnya N-Gain yang diperolehnya.

Peneliti mencoba melakukan kembaliperhitungan ulang untuk mengetahui ada

tidaknya perbedaan antara pretest dengan posttestdengan uji daya beda Wilcoxon, namun tanpamengikutkan nilai kedua peserta didik dengannomor urut 8 dan 13 di kelas eksperimen. Setelahdihitung kembali menggunakan perangkat lunakIBM SPSS, hasilnya diperoleh nilai P value sebesar0.019. P value tersebut bernilai lebih kecil daripadanilai taraf signifikansi 0,05 (P value < 0,05). Jadi,H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapatperbedaan antara pretest dengan post test. Demikianpula ketika dilakukan uji daya beda N-Gainmenggunakan uji daya beda Mann-Whitney untukmelihat perbedaan dari pretest ke posttest dalamkedua kelompok kelas. Dari hasil perhitungandiperoleh nilai P value sebesar 0,034. P value tersebutnilainya lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05(P value < 0,05), jadi H0 ditolak dan H1 diterima.Artinya terdapat perbedaan dari pretest denganposttest.

Kesimpulannya, dengan melakukan kembaliperhitungan ulang dalam kelas eksperimen tanpamengikutsertakan dua orang peserta didik dengannomor urut 8 dan 13, Pegujian hipotesismenghasilkan H1 diterima, artinya terdapatperbedaan dari pretest ke posttest atau dengan katalain pemberian umpan balik memberikan pengaruhyang positif terhadap peningkatan motivasi pesertadidik.

-4.00-3.50-3.00-2.50-2.00-1.50-1.00-0.500.000.501.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Gambar 1: N-Gain Motivasi

Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Page 54: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

47Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Simpulan

KesimpulanBerdasarkan hasil perolehan data, perhitunganmenggunakan perangkat lunak, dan analisis datapenelitian, maka dapat diambik kesimpulan,sebagai berikut. Pertama, pemberian umpan balikdapat meningkatkan penguasaan konsep TIKpeserta didik dalam kelas eksperimen. Pada kelaseksperimen terdapat 12% peserta didik yangmemperoleh N-Gain pada kategori tinggi,sedangkan pada kategori sedang dan rendahmasing-masing sebesar 44%. Hasil uji hipotesismenunjukkan peningkatan penguasaan konsepTIK dari pretest ke posttest. Kedua, Pemberianumpan balik dapat meningkatkan keterampilanmembuat slide presentasi peserta didik pada kelaseksperimen. Pada kelas eksperimen terdapat 28%peserta didik yang memperoleh N-Gain kategoritinggi, pada kategori sedang 52%, dan padakategori rendah 20%. Hasil uji hipotesis menunjuk-kan peningkatan keterampilan membuat slidepresentasi dari pretest ke posttest. Ketiga, pemberianumpan balik belum dapat meningkatkan motivasipeserta didik pada kelas eksperimen. PerolehanN-Gain pada kategori rendah 76%, pada kategorisedang 20%, dan pada kategori tinggi 4%. Hasiluji hipotesis menunjukkan bahwa tidak terjadipeningkatan motivasi dari pretest ke posttest.Keempat, perhitungan ulang dalam variabelmotivasi dengan mengeluarkan nilai posttes 2orang peserta didik yang memperoleh N-Gainterendah, dalam pengujian hipotesis menunjuk-kan bahwa H1 dapat diterima. Artinya pemberi-an umpan balik memberikan pengaruh yang positifterhadap peningkatan motivasi peserta didik.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini telah dilakukan sesuai denganprosedur yang seharusnya, namun masihterdapat beberapa keterbatasan dalampelaksanaannya sebagai berikut.1. Waktu pelaksanaan eksperimen yang sangat

terbatas, sehingga pemberian umpan balikhanya dapat dilakukan dalam tiga kalipertemuan (waktu tatap muka denganpeserta didik, terbatas hanya 1 minggu 1 kali@ 2 jam pelajaran).

2. Tidak digunakan desain penelitian trueexperiment (Sugiyono, 2016, 112) yangdicirikan dari adanya kelompok kontrol dansampel yang dipilih secara random. Dalampenelitian ini pengambilan data tidakdilakukan secara random sampling.

SaranHasil dari penelitian ini dapat ditindaklanjuti,mengenai pemberian umpan balik kepada pesertadidik yang dikaitkan dengan tujuan pembelajaranpada ranah afektif. Selanjutnya, agar variabelmotivasi dapat diteliti lebih mendalam, makadisarankan menggunakan waktu penelitian yanglebih panjang, sehingga hasil pemberian umpanbalik dapat lebih efektif dan optimalpengukurannya.

Daftar Pustaka

Anderson, D. (2017). Improving InformationTechnology Curriculum LearningOutcomes. Informing Science: theInternational Journal of an EmergingTransdiscipline, (20): 119-131

Anderson, J. (2010). ICT transforming education aregional guide. Bangkok: UNESCO

ARG. (2002). Assessment for Learning: Research-basedprinciples to guide classroom practice: 10principles. United Kingdom: AssessmentReform Group

Archambault, J. (2008). The effect of developingkinematics concepts graphically prior tointroducing algebraic problem solvingtechniques. Action Research Required forthe Master of Natural Science Degree withConcentration in Physics. Arizona StateUniversity

Brand-Gruwel, S., Kester, L., Kicken W., &Kirschner, P. A. (2014). Learning AbilityDevelopment in Flexible LearningEnvironments dalam Spector J. M.,Merrill, M. D., Elen, J. & Bishop, M. J.(Eds.), Handbook of Research on EducationalCommunications and Technology (4 ed). NewYork USA, Springer: 363 - 372

Deci, E. L., and Ryan, R. M. (2012). Motivation,personality, and development within

Page 55: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

48 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pemberian Umpan Balik untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

embedded social contexts: An overview of self-determination theory. Dalam The OxfordHandbook of Human Motivation. NewYork: Oxford University Press

Departemen Pendidikan Nasional. (2003).Kompetensi dasar mata pelajaran teknologiinformasi dan komunikasi SD & MI. Jakarta:Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Fraenkel, J. R., Wallen, N.E. & Hyun, H. H. (2012).How to design and evaluate research ineducation. New York: McGraw-HillHigher Education

Gredler, M. E. (2009). Learning and instruction:Theory into practice sixth edition. UpperSaddle River, New Jersey: Merrill Pearson

Hattie, J. & Timperley, H. (2007). The power offeedback. Review of educational research (77):81-112

Hellriegel, D. & Slocum, J. W. (2011).Organizational behavior. Mason, OH:South- Western Cengage Learning

Permendikbud (2016). Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Nomor 23tahun 2016 tentang Standar PenilaianPendididikan. Jakarta

Pusat Kurikulum Badan Penelitian danPengembangan Depdiknas. (2006).Model penilaian kelas kurikulum tingkatsatuan pendidikan SMP/MTs. Jakarta

Reeve, J. (2009). Understanding motivation andemotion (5th ed.). Hoboken, NJ: John Wiley& Sons

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2000). Intrinsic andextrinsic motivations: Classic definitionsand new directions. Contemporaryeducational psychology 25, no. 1: 54-67

Sadler, D. R. (1989). Formative assessment and

the design of instructional systems.Instructional science 18(2): 119-144.

Sánchez, A. V., Ruiz, M. P., Olalla, A. G., Mora, G.M., Peredes, J. A. M., & Otero, J.M. (2008).Competence-based learning: A proposal for theassessment of generic competences. Universityof Deusto, Bilbao.

Shute, V. J. (2008). Focus on formative feedback.Review of educational research, 78(1), 153-189.

Sudjana, N. (2010). Penilaian hasil proses belajarmengajar. (Cet. XV). Bandung: PT. RamajaRosdakarya

Sugiyono. (2016). Metode penelitian pendidikan(Pendekatan Kualitatif, kuantitatif, danR&D). Bandung: Alfabeta

Swaffield, S. (2008). Feedback: The centralprocess in assessment for learningdalam S. Swaffield (Ed.), Unlockingassessment: Understanding for reflectionand application (pp. 57-72). New York:Routledge

The Partnership for 21st Century Learning.(2015). P21 Framework definitions. ThePartnership for 21st Century Learning,diunduh dan tersedia di http://www.p21.org/storage/documents/docs/P21_Framework_Definitions_New_Logo_2015.pdf

Uno, H. B. (2016). Teori motivasi &pengukurannya, analisis di bidangpendidikan. Jakarta: Bina Aksara

Winne, P. H., and Butler, D. L. (1994). Studentcognition in learning from teaching.dalam T. Husen & T. Postlewaite (Eds.),International encyclopaedia of education (2nded., 5738-5745). Oxford, UK: Pergamon

Page 56: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karierdan Pengambilan Keputusan Karier Siswa

Adhi DarmasaputroE-mail: [email protected]

SMAK 6 BPK PENABUR Jakarta

Penelitian

PAbstrak

enelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri pengambilan keputusankarier dan pengambilan keputusan karier. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian iniyakni terdapat hubungan antara efikasi diri pengambilan keputusan karier danpengambilan keputusan karier. Subjek dalam penelitian ini ialah siswa-siswi kelas XII

SMA tahun ajaran 2014-2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif danpengumpulan data menggunakan kuesioner CDSE-SF(Career Decision Self Efficacy- Short Form)dan CDS (Career Decision Scale) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil ujireliabilitas untuk skala CDSE-SF sebesar 0,840 dan skala CDS sebesar 0,866. Selanjutnya uji validitasCDSE-SF 0,310-0,551; sedangkan CDS sebesar 0, 334-0,641. Data dianalisa dengan uji korelasipearson product moment. Hasil penelitian ini kontras dengan hipotesis yang diajukan, yakni tidakterdapat hubungan antara efikasi diri pengambilan keputusan karier dan pengambilan keputusankarier (r =0,094 , p > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukanditolak. Penelitian ini memiliki kontribusi dalam penambahan riset psikologi pendidikan bidangkarier remaja.

Kata kata- kunci : efikasi diri pengambilan keputusan karier, pengambilan keputusan karier.

Corellation of Career Decision-Making Self-Efficacy And Career Decision Making

AbstractThis study was aimed to determine the corellation of career decision-making self-efficacy and career decisionmaking. The hypothesis of this study was that there was a corellation between self-efficacy and career decisionmaking. Subjects in this study are students of Grade XII High School 2014-2015 academic year. This studyused quantitative research methods. Data were collected using CDSE-SF (Career Decision Self Efficacy- ShortForm) and CDS (Career Decision Scale), which has been translated into Indonesian language. The reliabilitytest result for CDSE-SF scale was 0.840, and 0.866 for CDS scale. The validity test result of CDSE-SF wasfrom 0.310 to 0.551; while CDS was from 0.334 to 0.641. Data was analysized using Pearson productmoment correlation. The result showed, there was no correlation between career decision making self-efficacyand career decision making (r = 0.094, p> 0.05). It can be concluded that the proposed hypothesis is rejected.This study has contributed educational psychology research in the field of adolescent career.

Keywords: career decision-making self-efficacy, career decision making.

Page 57: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Pendahuluan

Permasalahan pengambilan keputusan kariermerupakan masalah yang sering terjadi padaremaja yang baru saja menamatkan pendidikanSMA. Menurut Super (dalam Callanan danGreenhaus, 2006) remaja pada usia 16-17 tahun(tingkat akhir SMA) sudah mulai merencanakanmasa depan mereka. Remaja diusia ini, jugasecara kognitif meninjau diri mereka dan situasihidupnya. Namun, mereka belum memutuskanpilihan bidang apa yang akan mereka jalani.

Tahapan setelah peninjauan diri danperencanaan mereka harus mengarahkan diripada bidang tertentu baik belajar formal (kuliahdan pelatihan kerja tertentu) maupunmelakukan kerja informal (magang, extension,dll). Pada tahap ini, mau tidak mau, merekaharus mengambil keputusan. Pengambilankeputusan tersebut yang kemudian dinamakanpengambilan keputusan karier.

Hal pengambilan keputusan membuatbanyak remaja yang mendatangi pusat layananpsikologi untuk meminta bantuan terkait pilihankarier yang akan mereka jalani. Bloxom et al(2008) mengatakan rata-rata 1000 remaja yangbaru lulus SMA (dalam kurun waktu 6 bulan)datang ke pusat layanan konseling karier yangdikelolanya untuk meminta bantuan dalampengambilan keputusan karier mereka.

Hal serupa juga peneliti temukan di sebuahSMA . Berdasarkan hasil Daftar Cek Masalah(DCM) di SMA tersebut , masalah tentang kariermerupakan topik terbesar yang dialami oleh 13%populasi siswa dari rata-rata populasi siswasetiap topik permasalahan yang ada sebesar 9%.Adapun item terbanyak yang dipilih ialahkurangnya informasi tentang cakupan karierdan kebingungan serta perasaan tidak yakinyang dialami untuk memilih jurusan. Selain dataDCM, masalah tersebut juga ditemui dalam sesikonseling individu yang pertama. Dalam sesikonseling individu tersebut, CS selaku klienmengungkapkan jika ia belum mengetahui minatdan kemampuan dan merasa memiliki rasa tidakyakin akan kemampuan dirinya untuk membuatkeputusan karier yang akan diambil. AdapunCS saat pro-ses konseling berlangsung duduk

di kelas XII, dimana pada posisi ini harussesegera mungkin menentukan pilihan jurusanperkuliahan.

Pengalaman lain terkait dengan pengam-bilan keputusan karier ditemui peneliti pada saatmenjadi konselor dalam acara sukses setelahsekolah. Selama proses konseling berlangsung,peneliti menemukan konseli (siswa-siswi SMA)memiliki perasaan ragu dalam mengambilkeputusan karier.

Saat menjadi konselor, peneliti melihatadanya persamaan permasalahan dalambidang karier antara konseli yang berasal dariJakarta maupun dari luar Jakarta. Hal inimendorong peneliti untuk mengetahuibagaimana permasalahan pengambilankeputusan karier di wilayah Jakarta. Secarageografis, daerah Tangerang dan Jakartamemiliki jarak yang relatif dekat. Selain itu,indeks pembangunan manusia kedua wilayahini tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh.

Kim. B, et al (2014) dalam penelitiannyamenyatakan, kejelasan keputusan karier remajatidak terlepas dari peran efikasi diri ( perasaanyakin seseorang dalam menyelesaikan tugastertentu) remaja dalam pengambilan keputusankarier. Semakin remaja memiliki efikasi diri yangtinggi, semakin jelas keputusan karier yangdiambil. Selain itu,menurut Bandura (dalamBrown & Lent, 2005) salah satu faktor yangterdapat dalam proses pengambilan keputusankarier ialah efikasi diri. Efikasi diri memegangperan penting karena akan menentukankejelasan keputusan karier yang dibuat.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan olehPeilouw dan Nursalim (2013) menghasilkantemuan jika terdapat hubungan yang positif dansignifikan antara efikasi diri dengan kemampuanpembuatan keputusan pada remaja. Adapuntaraf signifikansinya sebesar 0,047 (0,05) dankoefisien regresi sebesar 0,255. Namun ,penelitian yang dilakukan oleh Creed et. al (2004)mengatakan, apabila remaja memiliki persepsitentang hambatan karier (internal dan eksternal)atau kondisi kehidupannya menghambat remajauntuk mengambil keputusan karier (kemiskinan,keterbatasan informasi, tingkat intelektualrendah) , efikasi diri tidak lagi memiliki hubung-an terhadap pengambilan keputusan karier.

Page 58: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Rumusan masalah yang diajukan dalampenelitian ini ialah apakah terdapat hubunganantara efikasi diri pengambilan keputusan karierdan pengambilan keputusan karier pada siswa-siswi SMA kelas 12 di wilayah KecamatanGrogol Petamburan? Pemilihan subjek diKecamatan Grogol Petamburan Jakarta Baratkarena adanya kesamaan karakteristikmasyarakat Grogol Petamburan dengan kondisimasyarakat di tempat peneliti mendapatkanfenomena (Kota Tangerang) indeks pembangu-nan manusia kedua wilayah ini tidak memilikiperbedaan yang cukup jauh. Menurut data yangdiperoleh dalam buku Kota Tangerang DalamAngka tahun 2012, indeks pembangunanmanusia di kota tangerang sebesar (dalam skalaindeks pembangunan manusia) 75,17,sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta (datadihimpun dari BPS DKI Jakarta) sebesar 78,33.Menurut Susantoputri (2014) semakin tinggiindeks pembangunan manusia di suatu daerah,maka semakin tinggi pula kualitas pendidikandi daerah tersebut. Hal ini berdampak padakualitas persiapan karier masyarakat di daerahtersebut. Biasanya hal ini ditunjukkan dariadanya program persiapan pengambilankeputusan karier seperti layanan bimbingankonseling di sekolah, balai latihan kerja danpelatihan-pelatihan tertentu yang terstrukturdan terarah. Layanan tersebut tentu mempenga-ruhi efikasi diri seseorang dalam melakukanpengambilan keputusan karier. Selain itu saranpenelitian dari Susantoputri (2014) untukmengadakan pengujian di luar Tangerang.Selanjutnya tujuan penelitian yakni untukmengetahui hubungan antara efikasi diripengambilan keputusan karier denganpengambilan keputusan karier.

Adapun manfaat penelitian ini terbagimenjadi dua yakni secara teoritis dan praktis.Secara teoritis penelitian ini bermanfaatmenambah informasi di bidang psikologipendidikan dan penambahan jumlah riset dibidang karier. Kemudian, secara praktispenelitian ini bermanfaat bagi sekolah, guru BK,siswa yang menjadi subjek penelitian. Bagi guruBK, penelitian ini dapat memberikan informasitentang kondisi efikasi diri pengambilankeputusan karir dan gambaran pengambilankeputusan karir siswanya. Bagi pihak sekolah

dapat dijadikan pertimbangan tentangintervensi program karier dalam upayamendampingi siswa agar dapat membuatkeputusan karier yang tepat. Sedangkan, bagisiswa yang menjadi subjek penelitian dapatmengetahui tingkat efikasi diri pengambilankeputusan karier dan status pengambilankeputusan karier mereka.

Kajian Pustaka

Efikasi Diri Pengambilan Keputusan KarierMenurut Betz & Taylor (2012) efikasi diripengambilan keputusan karier ialah penilaianindividu mengenai kemampuannya untukmenyelesaikan tugas yang dibutuhkan dalampengambilan keputusan karier. Kemudian,Flores et al (2006) mendefinisikan efikasi diripengambilan keputusan karier adalah suatukeyakinan pribadi bahwa dia mampu untukmenyelesaikan serangkaian tugas spesifik yangberkaitan dengan membuat suatu pengambilankeputusan karier. Kim, et.al. (2014) mendefini-sikan efikasi diri pengambilan keputusan kariersebagai kepercayaan diri seseorang terhadapkemampuannya dalam meraih tujuan yangspesifik, menguasasi situasi dan menghasilkankeputusan karier yang tepat.

Betz & Taylor (dalam Suciati, 2013)mengatakan, efikasi diri pengambilan keputusankarier terdiri dari beberapa komponen yaknipenilaian diri (kemampuan individu untukmenilai tujuan, keahlian, dan minat individutersebut), informasi pekerjaan (informasi yangberisi penjelasan pekerjaan tertentu), pemilihantujuan (kemampuan seseorang untuk menen-tukan tujuan karir berdasarkan penilaian diriyang dilakukannya), perencanaan (kemampuanindividu untuk merencanakan persiapan kerjadan tugas-tugas yang menyertai persiapantersebut), dan penyelesaian masalah (kemampu-an individu untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang terkait dengan karier ). KemudianRibadeneira (2006), menyatakan terdapatprediktor dari efikasi diri pengambilankeputusan karier yakni authoritative fathering(hubungan ayah dan anak pada tipe ini terjadisecara seimbang, yaitu ayah mempunyai aturantetapi aturannya jelas dan adil, ada komunikasi

Page 59: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

terbuka dan anak dilibatkan dalam pengambilankeputusan), conscientiousness (tipe kepribadianyang menggambarkan orang yang bekerja keras,tertib, gigih , dan mawas diri), dan infomartionalidentity style (kecenderungan untuk mengambilkeputusan dan menyelesaikan masalah melaluicara mencari , mengevaluasi, dan menggunakaninformasi tentang diri dalam konteksperkembangan). Berdasarkan uraian di atasdapat disimpulkan, efikasi diri pengambilankeputusan karier ialah keyakinan, kepercayaandiri dan penilaian individu terhadapkemampuannya dalam melakukan serangkaiantugas yang berkaitan dengan pengambilankeputusan karier.

Pengambilan Keputusan KarierMenurut Parson (dalam Creed et al, 2009)pengambilan keputusan karier merupakanproses dimana seseorang mengenali dirinya,mencari tahu tentang cakupan pekerjaan yangakan ia ambil, dan memiliki kemampuan untukmengintegrasikan kedua hal tersebut dalampilihan karir yang akan ia ambil. Sementara itu,Lee et al (2013) mendefinisikan pengambilankeputusan karier sebagai suatu proses yangmeliputi pilihan untuk memilih pendidikan danpekerjaan yang diliputi oleh kesempatan yangdapat ia ambil, minat, tipe kepribadian, perasaanakan hambatan, dan identitas vokasional yangdimilikinya. Selanjutnya, Brown et al (dalamRowland, 2004) mengatakan bahwa pengambil-an keputusan karier ialah proses seseorangmengintegrasikan pengetahuan akan pekerjaandan pengetahuan diri yang akan membawasesorang pada pilihan pekerjaan yang diambil.

Reardon et al (2009), pengambilankeputusan karier digolongkan kedalam tigakategori berdasarkan tingkat kejelasannya yaknijelas (individu yang mampu mengintegrasikanpengetahuan tentang dirinya dan pengetahuantentang pilihannya lalu menyusun perencanaankarier yang memuaskan dirinya dan bermanfaatbagi lingkungan sosialnya), sedikit jelas(individu yang tidak memiliki komitmenterhadap pilihan pekerjaan atau pendidikan),dan tidak jelas (individu yang sering tidakmampu membuat keputusan karier dan merasastress akibat pertimbangan yang tidak kunjungusai). Kemudian Osipow et al (dalam Corkin et

al, 2008) membagi pengambilan keputusankarier kedalam empat dimensi yakni kelemahanstruktur (menggambarkan kurangnya pengala-man, rasa pecaya diri dan pemahaman dalampengambilan keputusan karier), hambataneksternal (kebutuhan akan dukungan lebihlanjut dan informasi dalam mengambil keputus-an karier), pendekatan masalah (masalah dalammemilih pilihan karier yang menarik danmemungkinkan untuk diambil) dan konflikpersonal (refleksi dari kesulitan dalampengambilan keputusan karier seperti keinginanuntuk mengejar karier yang diharapkan olehorang lain yang dianggap penting).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapatdisimpulkan bahwa pengambilan keputusankarier merupakan proses yang dilakukan olehindividu dalam memilih pendidikan danpekerjaan yang diliputi oleh aspek personal(minat, tipe kepribadian, identitas vokasional,perasaan akan hambatan) dan aspek informasiterkait pilihan yang akan ia ambil. Pengambilankeputusan karier digolongkan menjadi tigatingkatan yakni jelas, sedikit jelas dan tidak jelas.Adapun dimensi dari pengambilan keputusankarier yakni kelemahan struktur, hambataneksternal, pendekatan masalah, dan konflikpersonal.

Dinamika PenelitianMenurut Super (dalam Callanan & Greenhaus,2006) dalam perkembangan karier remaja padausia SMA (16 sampai 18) tahun masuk kedalamfase eksplorasi. Pada fase ini remaja sudah mulaimemikirkan masa depan mereka tetapi belummengambil keputusan yang tepat. Namun,setelah menamatkan pendidikan di SMA merekaperlu mengambil pilihan secara spesifik padabidang tertentu. Mau tidak mau, remaja harusmengambil keputusan tentang karier yang akania jalani.

Pengambilan keputusan karier itu sendirimelalui serangkaian tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut yakni identifikasi informasitentang gambaran diri (minat, bakat,kemampuan, IQ, dsb) dan informasi tentangpekerjaan atau jurusan yang mereka ambil.Kemudian mereka menyusun dan mempertim-bangkan alternatif yang dapat diambil,

Page 60: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

menetapkan prioritas alternatif yang dapatdiambil dan terakhir menyusun perencanaanuntuk mencapai alternatif pilihan yang sudahditetapkan. Selama proses pembuatankeputusan karier berlangsung, akan terlihatremaja yang mengalami hambatan dalamprosesnya maupun remaja yang mampumelewati setiap tahapan dengan baik ataudengan kata lain tidak ada hambatan dalamproses pembuatan keputusan kariernya.Indikator ada tidaknya hambatan dapat dilihatdari status kejelasan pengambilan keputusankarier yang dilakukan remaja (jelas, cukup jelas,dan tidak jelas). Penentuan status dalampengambilan keputusan karier didasarkan padaempat dimensi pengambilan keputusan karieryakni kelemahan struktur, hambatan eksternal,pendekatan masalah dan konflik personal.

Bandura (dalam Brown & Lent, 2005) mela-lui social cognitive career theory mengung-kapkanbahwa salah satu komponen dalam pembuatankeputusan karier pada remaja ialah efikasi diri.Semakin remaja memiliki efikasi diri dalampengambilan keputusan yang baik, makasemakin jelas keputusan yang dibuat oleh remajaitu sendiri. Hal tersebut diperkuat oleh hasilpenelitian yang dilakukan Peilouw danNursalim (2013) ; Kim. B, et al (2014). Keduapenelitian tersebut menjelaskan terdapatketerkaitan antara efikasi diri pengambilankeputusan karier dengan pengambilan keputus-an karier itu sendiri. Hipotesis yang diajukandalam penelitian ini ialah terdapat hubunganefikasi diri pengambilan keputusan karierdengan pengambilan keputusan karier

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitiankuantitatif. Hal ini dikarenakan penekanananalisisnya pada data-data numerikal atauangka untuk menjelaskan suatu fenomenatertentu. Adapun subjek dalam penelitian inisiswa-siswi kelas XII Tahun ajaran 2014-2015SMA di Kecamatan Grogol Petamburan.Penelitian dilakukan selama 4 bulan terbagidalam beberapa tahapan prosedur. Tahappertama merupakan tahap persiapan penelitian,tahap kedua merupakan pelaksanaan peneli-

tian, dan tahap ketiga merupakan tahap penyu-sunan laporan penelitian. Tahap persiapanpenelitian meliputi penyusunan usulanpenelitian, penerjemahan dan preelimenary skalayang dilakukan pada bulan september hinggapertengahan oktober 2014. Selanjutnya tahappelaksanaan penelitian meliputi tahap pengam-bilan data, analisis data, dan pembahasan hasilanalisis yang dilakukan bulan Oktober hinggaDesember 2014. Kemudian tahap terakhir atautahap ketiga meliputi tahap penyusunan lapor-an penelitian dan penulisan jurnal yang dilaku-kan pada bulan Desember 2014-Januari 2015.

Pengambilan data dilakukan selama 1bulan yakni di bulan November 2015 bertempatdi SMA se Kecamatan Grogol Petamburan.Proses pengambilan sampel menggunakanteknik sampling purposive. Hal ini disebabkanadanya keterbatasan waktu, rencana intervensikarier dari Universitas peneliti di KecamatanGrogol Petamburan. dan izin yang diberikan

Adapun subjek merupakan siswa-siswi(laki-laki dan perempuan) kelas XII SMA baikjurusan IPA dan IPS yang berusia 16-20 tahun.Di Kecamatan Grogol Petamburan terdapat 18SMA ( 1 SMA Negeri dan 17 SMA Swasta). Totalmurid SMA di wilayah kecamatan grogolpetamburan sebanyak 7253 dan berdasarkanproses pengambilan sampel yang sudahdilakukan diperoleh sampel sebanyak 405dengan perincian sebagai berikut SMA A 178siswa, SMA B 96siswa, SMA C 67siswa, SMA D36siswa, SMA E 14siswa, SMA F 4siswa danSMA G 10siswa.

Untuk membuat konstrak teoritis menjadisatuan analisa yang konkrit, penelitian menggu-nakan definisi operasional. Definisi operasionalterbagi menjadi dua sesuai dengan variabelpenelitian yakni efikasi diri pengambilankeputusan karier dan pengambilan keputusankarier. Efikasi diri pengambilan keputusan kariermerupakan skor total dari alat ukur CDSE-SF(career decision self efficacy short form) dimana dariskor tersebut akan bisa diketahui tinggirendahnya skor keyakinan diri subjek dalammelakukan tugas karier yang berkaitan denganpengambilan keputusan. Adapun dalam skortersebut mencakup aspek penilaian diri,pencarian informasi, penentuan tujuan,perencanaan, dan pemecahan masalah.

Page 61: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Kemudian pengambilan keputusan kariermerupakan skor total dari alat ukur career decisionscale (CDS) dimana akan bisa diketahui statuspengambilan keputusan karier subjek (jelas,cukup jelas, tidak jelas). Adapun dalam skortersebut mencakup aspek kelemahan struktur,hambatan eksternal, pendekatan masalah, dankonflik personal subjek dalam pengambilankeputusan karier.

Instrumen penelitian yang digunakan ialahkuesioner CDSE-SF dan CDS yang telahditerjemahkan oleh lembaga bahasa yang dipilihpeneliti kedalam bahasa Indonesia. Alat tes inidisusun oleh Betz & Taylor. Validitas alat tesCDSE-SF menggunakan validitas konstruk.Proses validitas dilakukan oleh Betz & Taylortahun 1993 dan terus diperbaharui hingga tahun2012. Dipilihnya alat tes ini karena sesuaidengan topik penelitian yang ingin diteliti.Menurut Betz et al (dalam Creed, 2006) dalampenelitiannya mengatakan validitas dilakukandengan cara mencari nilai korelasi item tesdengan konstruk teori dan didapatkan skornyasebesar 0,94. Hasil tersebut menurut Sarwono(2012) masuk dalam kategori korelasi yangsangat kuat. Menurut Gunawan (2013) alat inijuga diuji validitas dalam konteks Indonesia dandiperoleh skor reliabilitas 0,893. Menurut Azwar(2015) skor korelasi tersebut dikategorikan kuatdan alat tes tersebut dapat digunakan dalamkonteks masyarakat di Indonesia.

Sebelum instrument ini digunakan, penelitimelakukan uji validitas dan reliabilitas terlebihdahulu. Proses ini dilakukan di tempat penelitimelakukan praktik kerja. Sebanyak 221 Siswakelas XII jurusan IPA dan IPS menjadi pesertadalam uji validitas dan reliabilitas instrumentpenelitian ini.

Selanjutnya, menurut Hartman et al (dalamCreed, 2006) validitas untuk skala CDSdilakukan dengan menggunakan 3 metode yakniconcurrent validity, construct validity dan predictivevalidity. Skor yang dihasilkan dari constructvalidity sebesar 0, 61-0,90. Hasil tersebutmenurut Sarwono (2012) masuk dalam kategorikorelasi yang kuat.

Reliabilitas untuk alat tes CDSE telahdilakukan. Menurut Betz (dalam Creed,2006)dalam penelitiannya mengatakan alat tes CDSE

telah dilakukan uji reliabilitas dengan duametode yakni konsistensi internal dan tes-retest.Untuk konsistensi internal menghasilkanreliabilitas sebesar 0, 93 ; sedangkan untuk test-retest menghasilkan skor reliabilitas sebesar 0,83.Menurut Azwar (2015), Alat test ini juga sudahdiadaptasi dalam konteks Indonesia. MenurutGunawan (2013) skor reliabilitas untuk alat tesyang sudah dalam konteks Indonesia sebesar0,893. Metode yang digunakan dalam ujireliabilitas yakni konsistensi internal denganrumus alpha cronbach. Menurut Wells &Wollack (dalam Azwar,2015) apabila suatu alattes diperoleh skor reliabilitasnya > 0,70 ataulebih dianggap sudah reliabel.

Selanjutnya, menurut Paton dan Creed(dalam Creed, 2006) dalam penelitiannyamengatakan jika reliabilitas alat tes CDS telahdilakukan. Reliabilitas dilakukan denganmetode konsistensi internal. Skor yangdihasilkan sebesar 0,80. Menurut Wells &Wollack (dalam Azwar,2015) apabila suatu alattes diperoleh skor reliabilitasnya > 0,70 ataulebih dianggap sudah reliabel.

Pengambilan data dilakukan denganmeminta subjek untuk mengisi kuesioner CDSE-SF dan CDS yang telah disiapkan oleh peneliti.Setelah data didapatkan, barulah penelitimelakukan proses analisa data dengan menggu-nakan bantuan aplikasi Statistical Package forSocial Science (SPSS) 17. Secara lebih spesifik,untuk menguji hipotesis digunakan korelasipearson product moment. Penggunaan korelasipearson product moment dikarenakan data yangterdapat dalam penelitian ini merupakan datainterval.

Hasil Penelitian

Gambaran Umum SubjekSecara umum, peneliti akan membagi jumlahsubjek berdasarkan asal sekolah,kelas ( jurusanIPA atau IPS), Usia, dan jenis kelamin.Berdasarkan asal sekolah, subjek terbanyakterdapat di SMA A 178 siswa (44%), kemudianSMA B 96 siswa (24%), SMA C 67 siswa (17%),SMA D 36 siswa (9%), SMA E 14 siswa (3%),SMA F 10 siswa- (2%), dan SMA G 4 siswa- (1%).Kemudian, subjek yang berasal dari jurusan IPA

Page 62: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

sebanyak 194 siswa (48%) dan subjek yangberasal dari jurusan IPS sebanyak 211 (52%).Subjek dari jurusan IPS lebih besar dari subjekyang berasal dari jurusan IPA. Berdasarkan usia,subjek yang berusia 16 tahun sebanyak 43 siswa(11%), usia 17 tahun sebanyak 312 siswa (77%),usia 18 tahun sebanyak 43 siswa (11%), usia 19tahun sebanyak 6 siswa (1%), dan usia 20 tahunsebanyak 1 siswa (0%). Subjek terbanyak berasaldari kelompok usia 17 tahun sebanyak 312 siswa(77%). Selanjutnya, berdasarkan jenis kelaminjumlah subjek yang berjenis kelamin laki-lakisebanyak 198 siswa (49%) dan subjek yangberjenis kelamin perempuan 207 siswi (51%).

Uji Validitas dan Reliabilitas Alat UkurPelaksanaan uji validitas dan reliabilitas alatukur dilakukan di sekolah peneliti melakukanpraktik kerja/magang. Untuk uji coba alat ukur,hanya dilakukan di sekolah yang menjaditempat peneliti melakukan praktik kerja/magang. Sebanyak 221 siswa kelas XII baik darijurusan IPA maupun IPS menjadi sampel dalamujicoba alat ukur ini. Pemilihan subjek di sekolahini didasarkan karena fenomena yang diperolehpeneliti berasal dari sekolah ini.

Uji validitas skala efikasi diri pengambilankeputusan karier dihitung menggunakanvaliditas konstruk (korelasi aitem total) denganrumus Alpha Cronbach. Terdapat enam item (01,13, 16, 17, 18, 25) ditolak pada skala efikasi diripengambilan keputusan karier. Halini dikarenakan, keenam aitemtersebut memiliki angka perhitung-an dibawah 0,3. Berdasarkan haltersebut, terdapat 19 aitem yangdigunakan pada skala efikasi diripengambilan keputusan karier.Adapun rentang koefisien validitas19 aitem tersebut dari 0,310 sampaidengan 0,551. Selanjutnya, ujireliabilitas skala efikasi diri peng-ambilan keputusan karier dilaku-kan dengan pendekatan konsis-tensi internal (internal consistency).Hasil reliabilitas skala efikasi diripengambilan keputusan kariersebsesar 0,840.

Uji reliabilitas pada alat ukurpengambilan keputusan karier

dilakukan dengan metode konsistensi internaldan uji validitas skala ini juga dihitungmenggunakan validitas konstruk (korelasi aitemtotal). Hasil uji reliabilitas pada skalapengambilan keputusan karier sebesar 0,866.Selanjutnya pada validitas alat ukur terdapatsatu aitem (nomor 18) yang ditolak karenamemiliki angka dibawah 0,3. Oleh karena haltersebut, hanya digunakan 15 aitem dalam skalapengambilan keputusan karier. Adapun rentangvaliditas 15 aitem tersebut dari 0,334 sampaidengan 0,641.

Uji AsumsiSebelum dilakukan proses analisa lebih lanjut,skala yang telah dipisahkan dari item-item yangtidak valid terlebih dahulu dilakukan uji asumsi.Hal tersebut dilakukan untuk mengetahuinormal atau tidaknya sebaran aitem.

Uji NormalitasUji normalitas data dengan menggunakanmetode Kolmogorov-Smirnov Goodnes of Fit. Hasiluji normalitas pada variabel efikasi diripengambilan keputusan karier menunjukkannilai Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit sebesar0,095 dengan p > 0,05, sedangkan uji normalitaspada variabel pengambilan keputusan kariermenunjukkan nilai sebesar 0,349 dengan p >0,05. Karena signifikansi yang diperoleh lebih

Gambar 1:Hasil Uji Linearitas Variabel Penelitian

Page 63: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

besar dari 0,05 maka data yang diperolehberdistribusi normal.

Uji LineraitasPengujian lineraitas dilakukan untukmembuktikan asumsi hubungan garis lurusantara variabel penelitian. Menurut Sarwono(2012), linearitas dapat diartikan sebagai asumsiadanya hubungan dalam bentuk garis lurusantar dua variabel. Adapun penilaiannya dapatmelalui observasi dari scatterplots bivariat.Adapun hasil scatterplots variabel penelitian inidapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan hasil observasi scatterplot yangdilakukan dapat disimpulkan jika data yangdiperoleh tidak linier. Hal ini dikarenakanscatterplot tidak berbentuk oval dalam satu garislurus.

Uji HipotesisHasil uji korelasi antara efikasi diri pengambilankeputusan karier dengan pengambilan keputus-an karier pada siswa kelas XII SMA di KecamatanGrogol Petamburan menunjukkan nilai r = 0,094dengan p > 0,05. Hal tersebut memiliki artibahwa tidak terdapat hubungan yang signifikanantara efikasi diri pengambilan keputusan karierdengan pengambilan keputusan karier padasiswa kelas XII SMA di Kecamatan GrogolPetamburan Jakarta Barat.

Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier diKecamatan Grogol PetamburanDalam penelitian ini, diperoleh mean efikasi diripengambilan keputusan karier sebesar 68,95dengan jumlah subjek sebanyak 405 siswa.Sebanyak 1% subjek memiliki efikasi diripengambilan keputusan karier yang rendahsekali, 12% rendah, 62% tinggi, dan 25% tinggisekali. Berdasarkan data tersebut, rata-rata siswa-siswi kelas XII SMA di Kecamatan GrogolPetamburan memiliki efikasi diri pengambilankeputusan karier yang tinggi. Hal ini dapatdilihat dari keyakinan mereka dalam memilihsatu diantara beberapa beberapa pilihan jurusanyang diminati, menilai kemampuan merekasecara akurat, menentukan pekerjaan yang ideal,mengenali institusi yang relevan dengan pilihan

jurusan mereka, dan menemukan gaya hidupyang akan mereka jalani.

Kategorisasi Berdasarkan Aspek Efikasi DiriPengambilan Keputusan KarierSelanjutnya, peneliti akan menggunakan katego-risasi untuk membedakan siswa berdasarkanlima aspek yang terdapat dalam efikasi diripengambilan keputusan karier. Untuk menent-ukan tinggi rendahnya hasil pengukuran limaaspek dalam efikasi diri pengambilan keputusankarier, peneliti menggunakan empat kategoriyaitu rendah sekali, rendah, tinggi, dan tinggisekali. Penggolongan kategori tersebut dilaku-kan peneliti berdasarkan mean empiric yangdiperoleh.1. 1 x 5 = 52. 2 x 5 = 103. 3 x 5 = 154. 4 x 5 = 205. 5 X 5= 25

Penggolongan kategori tersebut dilakukanpeneliti berdasarkan mean empirik yangdiperoleh.

Pengambilan Keputusan Karier di KecamatanGrogol PetamburanDalam penelitian ini, peneliti akan menggu-nakan kategorisasi untuk membedakan siswadalam tingkat pengambilan keputusan

T. Sekali

5 10 15 20 25

Rendah Sekali Rendah Tinggi

Tabel 1:Kategorisasi Berdasarkan Dimensi EfikasiDiri Pengambilan Keputusan Karier

Dimensi Kategori Mean

Penilaian Diri Tinggi 18.55

Pencarian Informasi Rendah 13.47

Penentuan Tujuan Tinggi 15.55

Perencanaan Tinggi 17.68

Pemecahan Masalah Rendah Sekali 3.60

Page 64: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

kariernya. Menurut Azwar (2012), tujuankategorisasi ialah guna menempatkan individukedalam kelompok-kelompok yang posisinyaberjenjang menurut suatu kontinum berdasaratribut yang diukur. Banyaknya jenjang kategoridiagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebihdari lima dan tidak kurang dari tiga(Azwar,2012).

Adapun kategorisasi yang digunakandalam skala pengambilan keputusan karierialah : tidak jelas, sedikit jelas, dan jelas.Penggunaan kategorisasi ini dilakukan penelitiberdasarkan mean empirik yang diperoleh.Kemudian peneliti melakukan analisa skordengan rumus :1. 1 X 15 = 152. 2 X 15 = 303. 3 X 15 = 454. 4 X 15 = 60

Berdasarkan rumus kategori tersebut dapatditentukan kategori sebagai berikut.1. X > 45 (Jelas)2. 30 > X < 45 (Sedikit Jelas)3. X < 30 (Tidak Jelas)

Dalam penelitian ini, diperoleh meansebesar 41,08 dengan jumlah subjek sebanyak405 siswa. Sebanyak 9% subjek berada dalamkategori tidak jelas, 60% subjek berada dalamkategori sedikit jelas, dan 31% berada dalamkategori jelas. Berdasarkan data tersebut, rata-rata siswa kelas XII SMA di Kecamatan Grogol

15 30 45 60

Tidak Jelas Sedikit Jelas Jelas

Petamburan memiliki pengambilan keputusankariernya berada dalam kategori sedikit jelas.Hal ini dapat dilihat dari kesulitan merekadalam memilih jurusan karena jurusannyabertentangan dengan orang tua, merasa mustahiluntuk meraih jurusan yang diinginkan, dantidak dapat membuat keputusan karier sekarangkarena tidak mengetahui kemampuan yangdimilikinya. Skor minimal yang diperolehsebesar 15 dan skor maksimal sebesar 60 dapatdilihat pada Tabel 2.

Kategorisasi Berdasarkan DimensiPengambilan Keputusan KarierUntuk melihat lebih lanjut tentang bagaimanakondisi pengambilan keputusan karier subjekberdasarkan dimensi dari pengambilankeputusan karier, peneliti mengunakan meanempiric dalam menggolongkan tinggi rendahnyaskor masing masing dimensi. Adapun hasilnyatertera dalam Tabel 3.

Tabel 2:Frekuensi dan Presentase Hasil Pengukuran Pengambilan KeputusanKarier

Skor Kategori Frekuensi Presentase Rata-rata SD

X > 45 Tidak Jelas 38 9 %

30 > X < 45 Sedikit Jelas 242 60 %

X > 30 Jelas 125 31 %

Total 405 100 % 41,08 8,423

4 8 12 16

Rendah Sedang Tinggi

Tabel 3:Kategorisasi Berdasarkan DimensiPengambilan Keputusan Karier

Dimensi Kategori Mean

Kelemahan Struktur Tinggi 13,82

Hambatan Eksternal Rendah 7,17

Pendekatan Masalah Tinggi 16

Konflik Personal Rendah 3,02

Page 65: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Tabel 4:Hasil Uji Beda Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier

Kelas Usia JenisKelamin

AsalSekolah

HasilUji Beda

0,525 ; p >0,05 (0,469)

1,715 ; p >0,05 (0,146)

6,080 ; p >0,05 (0,14)

4,576 ; p <0,05 (0,00)

Kesim--pulan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

AdaPerbedaan

Perbedan Karakteristik Berdasarkan DataDemografisBerdasarkan data demografis yang diperoleh,peneliti ingin melihat apakah terdapat perbeda-an pada masing-masing karaketristik. Adapunkaraketristik yang dimaksud ialah kelas XII IPA&XII IPS, usia 16-20 thn, jenis kelamin (laki-lakidan perempuan), dan asal sekolah subjek peneli-tian). Proses penghitungan dilakukan mengggu-nakan Uji Beda rata-rata –Uji Varian satu arah(One way Anova). Hasil penghitungannyaterangkum dalam Tabel 4 dan Tabel 5.

Pembahasan

Uji hipotesis tentang hubungan antara efikasi diripengambilan keputusan karier dengan pengam-bilan keputusan karier menghasilkan temuantidak terdapat hubungan yang signifikan antaraefikasi diri pengambilan keputusan karierdengan pengambilan keputusan karier.

Adapun dalam penelitian ini, efikasi diripengambilan keputusan karier yang dihasilkanberada dalam kategori tinggi. Hasil penghitung-an yang dilakukan, diperoleh rata-rata skor

Tabel 5:Hasil Uji Beda Pengambilan Keputusan Karier

Kelas Usia JenisKelamin

AsalSekolah

HasilUji Beda

0,562 ; p >0,05 (0,454)

1,350 ; p >0,05 (0,251)

1,018 ; p >0,05 (0,314)

1,684 ; p >0,05 (0,123)

Kesim--pulan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

subjek pada skala efikasi diri pengambilankeputusan karier sebesar 68,95. MenurutSusantoputri (2014), seseorang yang memilikiefikasi diri tinggi akan merasa mampu untukmelaksanakan tugas perkembangan karier yangdihadapinya. Mereka akan berusaha keras untukmenghadapi kesulitan yang berkaitan dengankarier yang mereka pilih, contohnya seperti pilih-an alternative pekerjaan. Hal tersebut didukungoleh Bandura (1977) yang menyatakan bahwaseseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi,akan mengeluarkan usaha yang besar untuk

mengatasi hambatanmencapai tujuannya.

Hasil efikasi diripengambilan keputusankarier yang tinggi, konsis-ten dengan nilai rata-ratamasing-masing dimensiyang dihasilkan berda-sarkan perhitungan yangdilakukan. Nilai rata-ratadimensi penilaian diri18,55; dimensi pencarianinformasi 13,47; dimensipenetuan tujuan 15,55;dimensi perencanaan17,68; dan pemecahanmasalah sebesar 3,60.Dengan demikian dapatdiasumsikan jika seseo-rang memilki efikasi diriyang tinggi ditandaidengan adanya penilaiandiri yang baik, pencarianinformasi akurat,kejelasan dalam penen-

tuan tujuan, dan perencanaan yang baik. akanmenjadi tinggi sekali dalam efikasi diri pengam-bilan keputusan karier jika memiliki kemampuandalam memecahkan masalah yang baik.

Dalam penelitian ini, ditemukan tidakterdapat perbedaan efikasi diri pengambilankeputusan karier berdasarkan kelas. Berdasar-kan penghitungan yang dilakukan denganmenggunakan uji anova, diperoleh F hitungsebesar 0,525 yang lebih kecil dari F tabel sebesar3,84. Selain itu nilai signifikansi yang dihasilkanlebih dari 0,05 (0,469). Hasil penghitungantersebut didukung oleh penelitian yang

Page 66: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

dilakukan Rowland (2004) yang menghasilkantemuan tidak terdapat perbedaan efikasi diripengambilan keputusan karier dalam kelas yangberada dalam satu jenjang. Perbedaanditemukan jika kelas tersebut berbeda jenjang.

Selanjutnya, ditemukan tidak adanya perbe-daan efikasi diri pengambilan keputusan karierberdasarkan usia. Hal tersebut berdasar-kanpenghitungan yang dilakukan, kemudiandiperoleh nilai F hitung sebesar 1,715. Nilaitersebut kurang dari nilai F tabel, yakni sebesar2,60. Nilai signifikansinya juga lebih dari 0,05(0,146). Hal tersebut juga didukung oleh peneliti-an Gunawan (2013), yang mengatakan tidakditemukan adanya perbedaan skor efikasi diripengambilan keputusan karier berdasarkan usia.

Feist dan Feist (2008) menyatakan bahwaefikasi diri diri bervariasi dari satu situasi kesituasi lainnya, tergantung dari kompetensiyang dibutuhkan pada aktivitas yang berbeda,ada atau tidak adanya orang lain, kompetensiyang dirasakan oleh orang-orang lain, kecende-rungan untuk menghadapi kegegalan daripadakeberhasilan serta keadaan fisiologis yangmenyertai. Sejalan dengan pernyataan tersebut,dalam penelitian ini ditemukan terdapatperbedaan efikasi diri pengambilan keputusankarier berdasarkan asal sekolah. Hal tersebutdibuktikan oleh hasil penghitungan yangdilakukan menghasilkan nilai F hitung sebesar4,576. Nilai F hitung tersebut lebih besar darinilai F tabel sebesar 2,10. Selain itu nilaisignifikansinya kurang dari 0,05 (0,00).

Selanjutnya, dalam penelitian ini mengha-silkan temuan bahwa rata-rata subjek memilikistatus pengambilan keputusan karier sedikitjelas. Hal ini berdasarkan penghitungan yangdilakukan sehingga memperoleh mean ataunilai rata-rata sebesar 41,08. Sebanyak 9% subjekberada dalam kategori tidak jelas, 60% subjekberada dalam kategori sedikit jelas, dan 31%berada dalam kategori jelas. Kondisi sedikit jelastersebut dibuktikan dengan tingginya nilai rata-rata dimensi kelemahan struktur (kurang-nyapengalaman, rasa pecaya diri dan pemaha-mandalam pengambilan keputusan karier) (13,82)dan dimensi pendekatan masalah (masa-lahdalam memilih pilihan karier yang menarik danmemungkinkan untuk diambil) (16,71).

Menurut Super (dalam Ginantonio &Hurley-Hanson, 2006), seseorang yang berada

dalam usia 16-24 tahun berada dalam tahapeksplorasi. Pada tahapan ini, seseorang sudahmemikirkan alternative jabatan, namun belummengambil keputusan yang tepat. Hal tersebutdidukung oleh hasil penelitian ini bahwa tidakada perbedaan pengambilan keputusan kariersiswa berdasarkan usia. Hal tersebutberdasarkan penghitungan yang mengahasilkannilai F hitung sebesar 1,350. Nilai F hitungtersebut lebih kecil dari nilai tabel sebesar 2,60.Adapun nilai signifikansi yang dihasilkan lebihbesar dari 0,05 (0,251).

Kemudian, dalam penelitian ini ditemukanpula tidak adanya perbedaan pengambilankeputusan karier berdasarkan jenis kelamin. Haltersebut berdasarkan hasil penghitungan yangmenghasilkan nilai F hitung sebesar 1,018. Nilaitersebut lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 3,84.Hal tersebut serupa dengan temuan Okubo et.al. (2007). Menurut Okubo et. al. (2007), tidak adaperbedaan pengambilan keputusan karier baikpada pria maupun wanita pada american youthyang berdomisili di Jepang.

Hijazi et. al (2004) menyatakan bahwa tidakada perbedaan pengambilan keputusan karierpada lokasi sekolah yang berada di wilayah SMAdi Israel. Hal tersebut serupa dengan temuanpeneliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasilpenghitungan yang dilakukan, tidak terdapatperbedaan pengambilan keputusan karierberdasarkan asal sekolah. Hal ini dibuktikandengan nilai F hitung yang dihasilkan sebesar1,684 lebih besar dari F tabel sebesar 2,10.

Dalam penelitian ini belum dibahas kaitanantara status sosial ekonomi dengan efikasi diripengambilan keputusan karier maupunpengambilan keputusan karier. Menurut Creed(dalam Waters, 2010), pengambilan keputusankarier dipengaruhi oleh faktor internal daneksternal. Faktor internal meliputi informasitentang individu itu sendiri seperti minat, bakat,kemampuan, tipe keribadian. Adapun faktoreksternal meliputi informasi tentang pilihankarier yang akan diambil, lingkungan keluarga,status ekonomi sosial, dan budaya. Demikianpula untuk variabel-variabel lain seperti careerbarier, locus of control dan dukungan sosial.Variabel-variabel tersebut juga belum dapatdibahas dalam penelitian ini.

Page 67: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Simpulan

KesimpulanBerdasarkan hasil yang didapatkan dan telahdibahas dapat disimpulkan bahwa hipotesisyang peneliti ajukan ditolak, yaitu tidak terdapathubungan yang signifikan antara efikasi diripengambilan keputusan karier denganpengambilan keputusan karier pada siswa kelasXII SMA di Kecamatan Grogol Petamburan.

Secara teoritis, peneliti menyarankansebagai berikut, pertama penelitian selanjutnyaagar dapat menganalisa tentang kondisi statusekonomi sosial. Hal ini dikarenakan, dalampenelitian ini belum membahas kaitan antaraefikasi diri pengambilan keputusan karier danpengambilan keputusan karier dengan statusekonomi sosial. Kedua, penelitian selanjutnyaagar dapat dilakukan di daerah lain dengancakupan yang lebih luas. Jika dalam penelitianini hanya mencakup wilayah kecamatan, makapenelitian selanjutnya agar dapat mencakupwilayah kota/kabupaten, provinsi atau negara.Ketiga, penelitian selanjutnya agar dapatmempertimbangkan faktor-faktor lain yangmemiliki kaitan dengan variabel penelitian iniyakni : career barriers, tipe kepribadian, locus ofcontrol, dan dukungan sosial.

SaranSecara praktis peneliti menyarankan sebagaiberikut, pertama bagi instansi pemerin-tah, agardapat membuat rancangan kegiatan pembelajar-an karier dalam mata pelajaran bimbingan dankonseling yang tercakup dalam kurikulum dansatuan jam belajar. Rancangan tersebut dimulaidari mengajak siswa untuk mengenal dirimereka, menelusuri kemungkinan karier yangdapat diambil berdasarkan kondisi siswa,hingga berlatih mengambil keputusan karieryang akan diambil. Kedua, Bagi pihak sekolah,dapat mendukung pengembangan karier remajamelalui layanan bimbingan konseling. Layanantersebut sebaiknya dilengkapi oleh tenagapsikolog dan konselor guna memberikaninformasi yang komprehensif terkait individusiswa dan kemungkinan karier yang dapatdiambil. Juga menyediakan jam bimbingan

konseling dalam proses kegiatan belajar menga-jar guna memfasilitasi siswa dan guru BKmenjalin komunikasi secara intensif. Hal inidikarenakan berdasarkan pengamatan penelitidi sekolah yang siswanya menjadi sampelpenelitian, belum semua sekolah memasukkanjam BK dalam aktivitas kegiatan belajar mengajardi kelas. Ketiga, Bagi guru BK, setelah mendapatdata mengenai efikasi diri pengambilan keputus-an karier dan pengambilan keputusan kariersiswanya, guru BK dapat menentukan programlayanan terkait dengan karier remaja. Programlayanan dapat berupa layanan konseling maupunpemberian informasi. Selain itu perlu juga dilatihkemampuan bagi siswa dalam mengambilkeputusan karier. Keempat, Bagi orang tua siswa,agar dapat memberikan kesempatan, dukungandan pendampingan bagi putra-putrinya dalammenelesuri karier yang akan dipilih.

Daftar Pustaka

Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan validitas (Edisi4). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bandura, A. (1977). Social learning theory. NewJersey : Prentice Hall, Inc

Betz, N.E. & Taylor , K.M. (2012). Career decisionself efficacy scale and short form sampler set :Manual , instrument, and scoring sheet.www.mindgarden.com

Bloxom, J. M., et al (2008). Grade 12 student careerneeds and perceptions of the effectivenessof career development services within highschools. Canadian Journal of Counselling,42(2), 79-100. Retrieved from http://search.proquest. com/docview/195793487? accountid=50673

Brown, S.D. & Lent, R.W. (2005) Preparingadolescents to make career decision .Conecticut : Information Age Publishing

Creed, P. A., Patton, W., & Bartrum, D. (2004).Internal and external barriers, cognitivestyle, and the career development variablesof focus and indecision. Journal of CareerDevelopment, 30(4), 277-294. Retrievedfrom http://search.proquest.com/docview/220393683?accountid=50673

Creed, P. & Patton, W. & Prideaux, L.A. (2006).Causal Relationship Between CareerIndecision and Career Decision-MakingSelf-Efficacy: A Longitudinal Cross-

Page 68: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Lagged Analysis. Journal Of CareerDevelopment 33 (1):pp. 47-65

Creed, P. A., Wong, O. Y., & Hood, M. (2009).Career decision-making, career barriersand occupational aspirations in chineseadolescents. International Journal forEducational and Vocational Guidance, 9(3),189-203. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10775-009-9165-0

Flores, L. Y., Scott, A. B., Yu-Wei, W., Yakushko,O., & al, e. (2006). Practice and research incareer counseling and development-2002.The Career Development Quarterly, 52(2), 98-131. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /219543964?accountid=50673

Giannantonio, C. M., & Hurley-Hanson, A.(2006). Applying image norms acrosssuper’s career development stages. TheCareer Development Quarterly, 54(4), 318-330. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /219389774?accountid=50673.

Gunawan, W. (2013). Pengaruh sumber-sumberefikasi diri dan efikasi diri pengambilankeputusan karier terhadap adaptabilitas karierremaja (Tesis Tidak Diterbitkan). Depok:Universitas Indonesia

Hijazi, Y., Tatar, M., & Gati, I. (2004). Career decision-making difficulties among israeli and palestinianarab high-school seniors. Professional schoolcounseling, 8(1), 64-72. Retrieved from http://search. proquest.com/docview/213442759? accountid=50673

Kim, B., Jang (2014). A moderated mediationmodel of planned happenstance skills,career engagement, career decision self-efficacy, and career decision certainty. TheCareer Development Quarterly, 62(1), 56-69.Retrieved from http://search.proquest.c o m / d o c v i e w / 1 5 5 5 3 0 0 8 3 2 ?accountid=25704

Lee, I. H., Rojewski, J. W., & Hill, R. B. (2013).Classifying korean adolescents’ careerpreparedness. International Journal forEducational and Vocational Guidance, 13(1), 25-45. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10775-012-9236-5

Leigh, W.E. & Doherty, M.E. (1986) DecisionSupport and Expert Systems. Ohio : SouthWestern Publishing Co

Okubo, Y., Yeh, C. J., Lin, P., Fujita, K., & Shea, J.M. (2007). The career decision-makingprocess of chinese american youth. Journalof Counseling and Development : JCD, 85(4),

440-449. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /218970641?accountid=50673.

Peilouw, F.J. & Nursalim, M. (2013). Hubunganantara Pengambilan Keputusan denganKematangan Informasi dan self Efficacypada Remaja. Character, 01(02), 1-5

Ribadeineira, D . (2006, October 18). Study say’steen -agers racism rampant. Boston Globe, p.31.

Reardon, R.C. , Lenz, J.G. & Sampson, J.P. (2009).Career development and planning, A comprehensiveapproach. Ohio : Cengage Learning

Rowland, K. D. (2004). Career decision-makingskills of high school students in thebahamas. Journal of Career Development,31(1), 1-13. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /220425034?accountid=50673

Sarwono, J. (2012). Prosedur-prosedur populerstatistik untuk mempermudah riset skripsi.Metamorfosis, 6(22), 104-121

Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi PendekatanKuantitatif : Menggunakan Prosedur SPSS :TuntunanPraktis dalam MenyusunSkripsi.Jakarta : Elex Media Komputindo

Suciati, I. (2013). Peran Career Specific ParentingBehavior sebagai Moderator PengaruhParental Job Insecurity terhadap CareerDecision Self Efficacy (Skripsi TidakDiterbitkan). Universitas Indonesia, Depok

Super’s Career Development Theory. (2006). InG. A. Callanan & J. H. Greenhaus (Eds.),Encyclopedia of Career Development (Vol. 2, pp.789-792). Thousand Oaks, CA: SAGE Reference.Retrieved from http://go. galegroup.com/ps/i.do?id=GA-LE% 7CCX3469900288&v=2 . 1 & u = i d p n r i & i t = r & p = G V R L & s w =w&asid=7a1f71947f648bdf247c35ebf67a6cf6

Susantoputri, M.K. (2013). Hubungan antara efikasidiri karier dengan kematangan karier padaremaja di daerah Kota Tangerang (Skripsitidak diterbitkan). Universitas KristenKrida Wacana, Jakarta

Watters, J. J. (2010). Career decision making amonggifted students: The mediation of teachers. Thegifted child quarterly, 54(3), 222-238.Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /608815460?accountid=50673

_____.Kondisi Sosial Masyarakat KotaTangerang. (2012). Kota Tangerang dalamangka tahun 2012. Tangerang : Author

_____.Kondisi Sosial Masyarakat Kota JakartaBarat. (2012). Laporan badan pusat statistikkota administrasi Jakarta Barat Tahun 2012.Jakarta : Author

Page 69: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

49Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karierdan Pengambilan Keputusan Karier Siswa

Adhi DarmasaputroE-mail: [email protected]

SMAK 6 BPK PENABUR Jakarta

Penelitian

PAbstrak

enelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri pengambilan keputusankarier dan pengambilan keputusan karier. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian iniyakni terdapat hubungan antara efikasi diri pengambilan keputusan karier danpengambilan keputusan karier. Subjek dalam penelitian ini ialah siswa-siswi kelas XII

SMA tahun ajaran 2014-2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif danpengumpulan data menggunakan kuesioner CDSE-SF(Career Decision Self Efficacy- Short Form)dan CDS (Career Decision Scale) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil ujireliabilitas untuk skala CDSE-SF sebesar 0,840 dan skala CDS sebesar 0,866. Selanjutnya uji validitasCDSE-SF 0,310-0,551; sedangkan CDS sebesar 0, 334-0,641. Data dianalisa dengan uji korelasipearson product moment. Hasil penelitian ini kontras dengan hipotesis yang diajukan, yakni tidakterdapat hubungan antara efikasi diri pengambilan keputusan karier dan pengambilan keputusankarier (r =0,094 , p > 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukanditolak. Penelitian ini memiliki kontribusi dalam penambahan riset psikologi pendidikan bidangkarier remaja.

Kata kata- kunci : efikasi diri pengambilan keputusan karier, pengambilan keputusan karier.

Corellation of Career Decision-Making Self-Efficacy And Career Decision Making

AbstractThis study was aimed to determine the corellation of career decision-making self-efficacy and career decisionmaking. The hypothesis of this study was that there was a corellation between self-efficacy and career decisionmaking. Subjects in this study are students of Grade XII High School 2014-2015 academic year. This studyused quantitative research methods. Data were collected using CDSE-SF (Career Decision Self Efficacy- ShortForm) and CDS (Career Decision Scale), which has been translated into Indonesian language. The reliabilitytest result for CDSE-SF scale was 0.840, and 0.866 for CDS scale. The validity test result of CDSE-SF wasfrom 0.310 to 0.551; while CDS was from 0.334 to 0.641. Data was analysized using Pearson productmoment correlation. The result showed, there was no correlation between career decision making self-efficacyand career decision making (r = 0.094, p> 0.05). It can be concluded that the proposed hypothesis is rejected.This study has contributed educational psychology research in the field of adolescent career.

Keywords: career decision-making self-efficacy, career decision making.

Page 70: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

50 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Pendahuluan

Permasalahan pengambilan keputusan kariermerupakan masalah yang sering terjadi padaremaja yang baru saja menamatkan pendidikanSMA. Menurut Super (dalam Callanan danGreenhaus, 2006) remaja pada usia 16-17 tahun(tingkat akhir SMA) sudah mulai merencanakanmasa depan mereka. Remaja diusia ini, jugasecara kognitif meninjau diri mereka dan situasihidupnya. Namun, mereka belum memutuskanpilihan bidang apa yang akan mereka jalani.

Tahapan setelah peninjauan diri danperencanaan mereka harus mengarahkan diripada bidang tertentu baik belajar formal (kuliahdan pelatihan kerja tertentu) maupunmelakukan kerja informal (magang, extension,dll). Pada tahap ini, mau tidak mau, merekaharus mengambil keputusan. Pengambilankeputusan tersebut yang kemudian dinamakanpengambilan keputusan karier.

Hal pengambilan keputusan membuatbanyak remaja yang mendatangi pusat layananpsikologi untuk meminta bantuan terkait pilihankarier yang akan mereka jalani. Bloxom et al(2008) mengatakan rata-rata 1000 remaja yangbaru lulus SMA (dalam kurun waktu 6 bulan)datang ke pusat layanan konseling karier yangdikelolanya untuk meminta bantuan dalampengambilan keputusan karier mereka.

Hal serupa juga peneliti temukan di sebuahSMA . Berdasarkan hasil Daftar Cek Masalah(DCM) di SMA tersebut , masalah tentang kariermerupakan topik terbesar yang dialami oleh 13%populasi siswa dari rata-rata populasi siswasetiap topik permasalahan yang ada sebesar 9%.Adapun item terbanyak yang dipilih ialahkurangnya informasi tentang cakupan karierdan kebingungan serta perasaan tidak yakinyang dialami untuk memilih jurusan. Selain dataDCM, masalah tersebut juga ditemui dalam sesikonseling individu yang pertama. Dalam sesikonseling individu tersebut, CS selaku klienmengungkapkan jika ia belum mengetahui minatdan kemampuan dan merasa memiliki rasa tidakyakin akan kemampuan dirinya untuk membuatkeputusan karier yang akan diambil. AdapunCS saat pro-ses konseling berlangsung duduk

di kelas XII, dimana pada posisi ini harussesegera mungkin menentukan pilihan jurusanperkuliahan.

Pengalaman lain terkait dengan pengam-bilan keputusan karier ditemui peneliti pada saatmenjadi konselor dalam acara sukses setelahsekolah. Selama proses konseling berlangsung,peneliti menemukan konseli (siswa-siswi SMA)memiliki perasaan ragu dalam mengambilkeputusan karier.

Saat menjadi konselor, peneliti melihatadanya persamaan permasalahan dalambidang karier antara konseli yang berasal dariJakarta maupun dari luar Jakarta. Hal inimendorong peneliti untuk mengetahuibagaimana permasalahan pengambilankeputusan karier di wilayah Jakarta. Secarageografis, daerah Tangerang dan Jakartamemiliki jarak yang relatif dekat. Selain itu,indeks pembangunan manusia kedua wilayahini tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh.

Kim. B, et al (2014) dalam penelitiannyamenyatakan, kejelasan keputusan karier remajatidak terlepas dari peran efikasi diri ( perasaanyakin seseorang dalam menyelesaikan tugastertentu) remaja dalam pengambilan keputusankarier. Semakin remaja memiliki efikasi diri yangtinggi, semakin jelas keputusan karier yangdiambil. Selain itu,menurut Bandura (dalamBrown & Lent, 2005) salah satu faktor yangterdapat dalam proses pengambilan keputusankarier ialah efikasi diri. Efikasi diri memegangperan penting karena akan menentukankejelasan keputusan karier yang dibuat.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan olehPeilouw dan Nursalim (2013) menghasilkantemuan jika terdapat hubungan yang positif dansignifikan antara efikasi diri dengan kemampuanpembuatan keputusan pada remaja. Adapuntaraf signifikansinya sebesar 0,047 (0,05) dankoefisien regresi sebesar 0,255. Namun ,penelitian yang dilakukan oleh Creed et. al (2004)mengatakan, apabila remaja memiliki persepsitentang hambatan karier (internal dan eksternal)atau kondisi kehidupannya menghambat remajauntuk mengambil keputusan karier (kemiskinan,keterbatasan informasi, tingkat intelektualrendah) , efikasi diri tidak lagi memiliki hubung-an terhadap pengambilan keputusan karier.

Page 71: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

51Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Rumusan masalah yang diajukan dalampenelitian ini ialah apakah terdapat hubunganantara efikasi diri pengambilan keputusan karierdan pengambilan keputusan karier pada siswa-siswi SMA kelas 12 di wilayah KecamatanGrogol Petamburan? Pemilihan subjek diKecamatan Grogol Petamburan Jakarta Baratkarena adanya kesamaan karakteristikmasyarakat Grogol Petamburan dengan kondisimasyarakat di tempat peneliti mendapatkanfenomena (Kota Tangerang) indeks pembangu-nan manusia kedua wilayah ini tidak memilikiperbedaan yang cukup jauh. Menurut data yangdiperoleh dalam buku Kota Tangerang DalamAngka tahun 2012, indeks pembangunanmanusia di kota tangerang sebesar (dalam skalaindeks pembangunan manusia) 75,17,sedangkan untuk wilayah DKI Jakarta (datadihimpun dari BPS DKI Jakarta) sebesar 78,33.Menurut Susantoputri (2014) semakin tinggiindeks pembangunan manusia di suatu daerah,maka semakin tinggi pula kualitas pendidikandi daerah tersebut. Hal ini berdampak padakualitas persiapan karier masyarakat di daerahtersebut. Biasanya hal ini ditunjukkan dariadanya program persiapan pengambilankeputusan karier seperti layanan bimbingankonseling di sekolah, balai latihan kerja danpelatihan-pelatihan tertentu yang terstrukturdan terarah. Layanan tersebut tentu mempenga-ruhi efikasi diri seseorang dalam melakukanpengambilan keputusan karier. Selain itu saranpenelitian dari Susantoputri (2014) untukmengadakan pengujian di luar Tangerang.Selanjutnya tujuan penelitian yakni untukmengetahui hubungan antara efikasi diripengambilan keputusan karier denganpengambilan keputusan karier.

Adapun manfaat penelitian ini terbagimenjadi dua yakni secara teoritis dan praktis.Secara teoritis penelitian ini bermanfaatmenambah informasi di bidang psikologipendidikan dan penambahan jumlah riset dibidang karier. Kemudian, secara praktispenelitian ini bermanfaat bagi sekolah, guru BK,siswa yang menjadi subjek penelitian. Bagi guruBK, penelitian ini dapat memberikan informasitentang kondisi efikasi diri pengambilankeputusan karir dan gambaran pengambilankeputusan karir siswanya. Bagi pihak sekolah

dapat dijadikan pertimbangan tentangintervensi program karier dalam upayamendampingi siswa agar dapat membuatkeputusan karier yang tepat. Sedangkan, bagisiswa yang menjadi subjek penelitian dapatmengetahui tingkat efikasi diri pengambilankeputusan karier dan status pengambilankeputusan karier mereka.

Kajian Pustaka

Efikasi Diri Pengambilan Keputusan KarierMenurut Betz & Taylor (2012) efikasi diripengambilan keputusan karier ialah penilaianindividu mengenai kemampuannya untukmenyelesaikan tugas yang dibutuhkan dalampengambilan keputusan karier. Kemudian,Flores et al (2006) mendefinisikan efikasi diripengambilan keputusan karier adalah suatukeyakinan pribadi bahwa dia mampu untukmenyelesaikan serangkaian tugas spesifik yangberkaitan dengan membuat suatu pengambilankeputusan karier. Kim, et.al. (2014) mendefini-sikan efikasi diri pengambilan keputusan kariersebagai kepercayaan diri seseorang terhadapkemampuannya dalam meraih tujuan yangspesifik, menguasasi situasi dan menghasilkankeputusan karier yang tepat.

Betz & Taylor (dalam Suciati, 2013)mengatakan, efikasi diri pengambilan keputusankarier terdiri dari beberapa komponen yaknipenilaian diri (kemampuan individu untukmenilai tujuan, keahlian, dan minat individutersebut), informasi pekerjaan (informasi yangberisi penjelasan pekerjaan tertentu), pemilihantujuan (kemampuan seseorang untuk menen-tukan tujuan karir berdasarkan penilaian diriyang dilakukannya), perencanaan (kemampuanindividu untuk merencanakan persiapan kerjadan tugas-tugas yang menyertai persiapantersebut), dan penyelesaian masalah (kemampu-an individu untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang terkait dengan karier ). KemudianRibadeneira (2006), menyatakan terdapatprediktor dari efikasi diri pengambilankeputusan karier yakni authoritative fathering(hubungan ayah dan anak pada tipe ini terjadisecara seimbang, yaitu ayah mempunyai aturantetapi aturannya jelas dan adil, ada komunikasi

Page 72: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

52 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

terbuka dan anak dilibatkan dalam pengambilankeputusan), conscientiousness (tipe kepribadianyang menggambarkan orang yang bekerja keras,tertib, gigih , dan mawas diri), dan infomartionalidentity style (kecenderungan untuk mengambilkeputusan dan menyelesaikan masalah melaluicara mencari , mengevaluasi, dan menggunakaninformasi tentang diri dalam konteksperkembangan). Berdasarkan uraian di atasdapat disimpulkan, efikasi diri pengambilankeputusan karier ialah keyakinan, kepercayaandiri dan penilaian individu terhadapkemampuannya dalam melakukan serangkaiantugas yang berkaitan dengan pengambilankeputusan karier.

Pengambilan Keputusan KarierMenurut Parson (dalam Creed et al, 2009)pengambilan keputusan karier merupakanproses dimana seseorang mengenali dirinya,mencari tahu tentang cakupan pekerjaan yangakan ia ambil, dan memiliki kemampuan untukmengintegrasikan kedua hal tersebut dalampilihan karir yang akan ia ambil. Sementara itu,Lee et al (2013) mendefinisikan pengambilankeputusan karier sebagai suatu proses yangmeliputi pilihan untuk memilih pendidikan danpekerjaan yang diliputi oleh kesempatan yangdapat ia ambil, minat, tipe kepribadian, perasaanakan hambatan, dan identitas vokasional yangdimilikinya. Selanjutnya, Brown et al (dalamRowland, 2004) mengatakan bahwa pengambil-an keputusan karier ialah proses seseorangmengintegrasikan pengetahuan akan pekerjaandan pengetahuan diri yang akan membawasesorang pada pilihan pekerjaan yang diambil.

Reardon et al (2009), pengambilankeputusan karier digolongkan kedalam tigakategori berdasarkan tingkat kejelasannya yaknijelas (individu yang mampu mengintegrasikanpengetahuan tentang dirinya dan pengetahuantentang pilihannya lalu menyusun perencanaankarier yang memuaskan dirinya dan bermanfaatbagi lingkungan sosialnya), sedikit jelas(individu yang tidak memiliki komitmenterhadap pilihan pekerjaan atau pendidikan),dan tidak jelas (individu yang sering tidakmampu membuat keputusan karier dan merasastress akibat pertimbangan yang tidak kunjungusai). Kemudian Osipow et al (dalam Corkin et

al, 2008) membagi pengambilan keputusankarier kedalam empat dimensi yakni kelemahanstruktur (menggambarkan kurangnya pengala-man, rasa pecaya diri dan pemahaman dalampengambilan keputusan karier), hambataneksternal (kebutuhan akan dukungan lebihlanjut dan informasi dalam mengambil keputus-an karier), pendekatan masalah (masalah dalammemilih pilihan karier yang menarik danmemungkinkan untuk diambil) dan konflikpersonal (refleksi dari kesulitan dalampengambilan keputusan karier seperti keinginanuntuk mengejar karier yang diharapkan olehorang lain yang dianggap penting).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapatdisimpulkan bahwa pengambilan keputusankarier merupakan proses yang dilakukan olehindividu dalam memilih pendidikan danpekerjaan yang diliputi oleh aspek personal(minat, tipe kepribadian, identitas vokasional,perasaan akan hambatan) dan aspek informasiterkait pilihan yang akan ia ambil. Pengambilankeputusan karier digolongkan menjadi tigatingkatan yakni jelas, sedikit jelas dan tidak jelas.Adapun dimensi dari pengambilan keputusankarier yakni kelemahan struktur, hambataneksternal, pendekatan masalah, dan konflikpersonal.

Dinamika PenelitianMenurut Super (dalam Callanan & Greenhaus,2006) dalam perkembangan karier remaja padausia SMA (16 sampai 18) tahun masuk kedalamfase eksplorasi. Pada fase ini remaja sudah mulaimemikirkan masa depan mereka tetapi belummengambil keputusan yang tepat. Namun,setelah menamatkan pendidikan di SMA merekaperlu mengambil pilihan secara spesifik padabidang tertentu. Mau tidak mau, remaja harusmengambil keputusan tentang karier yang akania jalani.

Pengambilan keputusan karier itu sendirimelalui serangkaian tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut yakni identifikasi informasitentang gambaran diri (minat, bakat,kemampuan, IQ, dsb) dan informasi tentangpekerjaan atau jurusan yang mereka ambil.Kemudian mereka menyusun dan mempertim-bangkan alternatif yang dapat diambil,

Page 73: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

53Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

menetapkan prioritas alternatif yang dapatdiambil dan terakhir menyusun perencanaanuntuk mencapai alternatif pilihan yang sudahditetapkan. Selama proses pembuatankeputusan karier berlangsung, akan terlihatremaja yang mengalami hambatan dalamprosesnya maupun remaja yang mampumelewati setiap tahapan dengan baik ataudengan kata lain tidak ada hambatan dalamproses pembuatan keputusan kariernya.Indikator ada tidaknya hambatan dapat dilihatdari status kejelasan pengambilan keputusankarier yang dilakukan remaja (jelas, cukup jelas,dan tidak jelas). Penentuan status dalampengambilan keputusan karier didasarkan padaempat dimensi pengambilan keputusan karieryakni kelemahan struktur, hambatan eksternal,pendekatan masalah dan konflik personal.

Bandura (dalam Brown & Lent, 2005) mela-lui social cognitive career theory mengung-kapkanbahwa salah satu komponen dalam pembuatankeputusan karier pada remaja ialah efikasi diri.Semakin remaja memiliki efikasi diri dalampengambilan keputusan yang baik, makasemakin jelas keputusan yang dibuat oleh remajaitu sendiri. Hal tersebut diperkuat oleh hasilpenelitian yang dilakukan Peilouw danNursalim (2013) ; Kim. B, et al (2014). Keduapenelitian tersebut menjelaskan terdapatketerkaitan antara efikasi diri pengambilankeputusan karier dengan pengambilan keputus-an karier itu sendiri. Hipotesis yang diajukandalam penelitian ini ialah terdapat hubunganefikasi diri pengambilan keputusan karierdengan pengambilan keputusan karier

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitiankuantitatif. Hal ini dikarenakan penekanananalisisnya pada data-data numerikal atauangka untuk menjelaskan suatu fenomenatertentu. Adapun subjek dalam penelitian inisiswa-siswi kelas XII Tahun ajaran 2014-2015SMA di Kecamatan Grogol Petamburan.Penelitian dilakukan selama 4 bulan terbagidalam beberapa tahapan prosedur. Tahappertama merupakan tahap persiapan penelitian,tahap kedua merupakan pelaksanaan peneli-

tian, dan tahap ketiga merupakan tahap penyu-sunan laporan penelitian. Tahap persiapanpenelitian meliputi penyusunan usulanpenelitian, penerjemahan dan preelimenary skalayang dilakukan pada bulan september hinggapertengahan oktober 2014. Selanjutnya tahappelaksanaan penelitian meliputi tahap pengam-bilan data, analisis data, dan pembahasan hasilanalisis yang dilakukan bulan Oktober hinggaDesember 2014. Kemudian tahap terakhir atautahap ketiga meliputi tahap penyusunan lapor-an penelitian dan penulisan jurnal yang dilaku-kan pada bulan Desember 2014-Januari 2015.

Pengambilan data dilakukan selama 1bulan yakni di bulan November 2015 bertempatdi SMA se Kecamatan Grogol Petamburan.Proses pengambilan sampel menggunakanteknik sampling purposive. Hal ini disebabkanadanya keterbatasan waktu, rencana intervensikarier dari Universitas peneliti di KecamatanGrogol Petamburan. dan izin yang diberikan

Adapun subjek merupakan siswa-siswi(laki-laki dan perempuan) kelas XII SMA baikjurusan IPA dan IPS yang berusia 16-20 tahun.Di Kecamatan Grogol Petamburan terdapat 18SMA ( 1 SMA Negeri dan 17 SMA Swasta). Totalmurid SMA di wilayah kecamatan grogolpetamburan sebanyak 7253 dan berdasarkanproses pengambilan sampel yang sudahdilakukan diperoleh sampel sebanyak 405dengan perincian sebagai berikut SMA A 178siswa, SMA B 96siswa, SMA C 67siswa, SMA D36siswa, SMA E 14siswa, SMA F 4siswa danSMA G 10siswa.

Untuk membuat konstrak teoritis menjadisatuan analisa yang konkrit, penelitian menggu-nakan definisi operasional. Definisi operasionalterbagi menjadi dua sesuai dengan variabelpenelitian yakni efikasi diri pengambilankeputusan karier dan pengambilan keputusankarier. Efikasi diri pengambilan keputusan kariermerupakan skor total dari alat ukur CDSE-SF(career decision self efficacy short form) dimana dariskor tersebut akan bisa diketahui tinggirendahnya skor keyakinan diri subjek dalammelakukan tugas karier yang berkaitan denganpengambilan keputusan. Adapun dalam skortersebut mencakup aspek penilaian diri,pencarian informasi, penentuan tujuan,perencanaan, dan pemecahan masalah.

Page 74: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

54 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Kemudian pengambilan keputusan kariermerupakan skor total dari alat ukur career decisionscale (CDS) dimana akan bisa diketahui statuspengambilan keputusan karier subjek (jelas,cukup jelas, tidak jelas). Adapun dalam skortersebut mencakup aspek kelemahan struktur,hambatan eksternal, pendekatan masalah, dankonflik personal subjek dalam pengambilankeputusan karier.

Instrumen penelitian yang digunakan ialahkuesioner CDSE-SF dan CDS yang telahditerjemahkan oleh lembaga bahasa yang dipilihpeneliti kedalam bahasa Indonesia. Alat tes inidisusun oleh Betz & Taylor. Validitas alat tesCDSE-SF menggunakan validitas konstruk.Proses validitas dilakukan oleh Betz & Taylortahun 1993 dan terus diperbaharui hingga tahun2012. Dipilihnya alat tes ini karena sesuaidengan topik penelitian yang ingin diteliti.Menurut Betz et al (dalam Creed, 2006) dalampenelitiannya mengatakan validitas dilakukandengan cara mencari nilai korelasi item tesdengan konstruk teori dan didapatkan skornyasebesar 0,94. Hasil tersebut menurut Sarwono(2012) masuk dalam kategori korelasi yangsangat kuat. Menurut Gunawan (2013) alat inijuga diuji validitas dalam konteks Indonesia dandiperoleh skor reliabilitas 0,893. Menurut Azwar(2015) skor korelasi tersebut dikategorikan kuatdan alat tes tersebut dapat digunakan dalamkonteks masyarakat di Indonesia.

Sebelum instrument ini digunakan, penelitimelakukan uji validitas dan reliabilitas terlebihdahulu. Proses ini dilakukan di tempat penelitimelakukan praktik kerja. Sebanyak 221 Siswakelas XII jurusan IPA dan IPS menjadi pesertadalam uji validitas dan reliabilitas instrumentpenelitian ini.

Selanjutnya, menurut Hartman et al (dalamCreed, 2006) validitas untuk skala CDSdilakukan dengan menggunakan 3 metode yakniconcurrent validity, construct validity dan predictivevalidity. Skor yang dihasilkan dari constructvalidity sebesar 0, 61-0,90. Hasil tersebutmenurut Sarwono (2012) masuk dalam kategorikorelasi yang kuat.

Reliabilitas untuk alat tes CDSE telahdilakukan. Menurut Betz (dalam Creed,2006)dalam penelitiannya mengatakan alat tes CDSE

telah dilakukan uji reliabilitas dengan duametode yakni konsistensi internal dan tes-retest.Untuk konsistensi internal menghasilkanreliabilitas sebesar 0, 93 ; sedangkan untuk test-retest menghasilkan skor reliabilitas sebesar 0,83.Menurut Azwar (2015), Alat test ini juga sudahdiadaptasi dalam konteks Indonesia. MenurutGunawan (2013) skor reliabilitas untuk alat tesyang sudah dalam konteks Indonesia sebesar0,893. Metode yang digunakan dalam ujireliabilitas yakni konsistensi internal denganrumus alpha cronbach. Menurut Wells &Wollack (dalam Azwar,2015) apabila suatu alattes diperoleh skor reliabilitasnya > 0,70 ataulebih dianggap sudah reliabel.

Selanjutnya, menurut Paton dan Creed(dalam Creed, 2006) dalam penelitiannyamengatakan jika reliabilitas alat tes CDS telahdilakukan. Reliabilitas dilakukan denganmetode konsistensi internal. Skor yangdihasilkan sebesar 0,80. Menurut Wells &Wollack (dalam Azwar,2015) apabila suatu alattes diperoleh skor reliabilitasnya > 0,70 ataulebih dianggap sudah reliabel.

Pengambilan data dilakukan denganmeminta subjek untuk mengisi kuesioner CDSE-SF dan CDS yang telah disiapkan oleh peneliti.Setelah data didapatkan, barulah penelitimelakukan proses analisa data dengan menggu-nakan bantuan aplikasi Statistical Package forSocial Science (SPSS) 17. Secara lebih spesifik,untuk menguji hipotesis digunakan korelasipearson product moment. Penggunaan korelasipearson product moment dikarenakan data yangterdapat dalam penelitian ini merupakan datainterval.

Hasil Penelitian

Gambaran Umum SubjekSecara umum, peneliti akan membagi jumlahsubjek berdasarkan asal sekolah,kelas ( jurusanIPA atau IPS), Usia, dan jenis kelamin.Berdasarkan asal sekolah, subjek terbanyakterdapat di SMA A 178 siswa (44%), kemudianSMA B 96 siswa (24%), SMA C 67 siswa (17%),SMA D 36 siswa (9%), SMA E 14 siswa (3%),SMA F 10 siswa- (2%), dan SMA G 4 siswa- (1%).Kemudian, subjek yang berasal dari jurusan IPA

Page 75: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

55Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

sebanyak 194 siswa (48%) dan subjek yangberasal dari jurusan IPS sebanyak 211 (52%).Subjek dari jurusan IPS lebih besar dari subjekyang berasal dari jurusan IPA. Berdasarkan usia,subjek yang berusia 16 tahun sebanyak 43 siswa(11%), usia 17 tahun sebanyak 312 siswa (77%),usia 18 tahun sebanyak 43 siswa (11%), usia 19tahun sebanyak 6 siswa (1%), dan usia 20 tahunsebanyak 1 siswa (0%). Subjek terbanyak berasaldari kelompok usia 17 tahun sebanyak 312 siswa(77%). Selanjutnya, berdasarkan jenis kelaminjumlah subjek yang berjenis kelamin laki-lakisebanyak 198 siswa (49%) dan subjek yangberjenis kelamin perempuan 207 siswi (51%).

Uji Validitas dan Reliabilitas Alat UkurPelaksanaan uji validitas dan reliabilitas alatukur dilakukan di sekolah peneliti melakukanpraktik kerja/magang. Untuk uji coba alat ukur,hanya dilakukan di sekolah yang menjaditempat peneliti melakukan praktik kerja/magang. Sebanyak 221 siswa kelas XII baik darijurusan IPA maupun IPS menjadi sampel dalamujicoba alat ukur ini. Pemilihan subjek di sekolahini didasarkan karena fenomena yang diperolehpeneliti berasal dari sekolah ini.

Uji validitas skala efikasi diri pengambilankeputusan karier dihitung menggunakanvaliditas konstruk (korelasi aitem total) denganrumus Alpha Cronbach. Terdapat enam item (01,13, 16, 17, 18, 25) ditolak pada skala efikasi diripengambilan keputusan karier. Halini dikarenakan, keenam aitemtersebut memiliki angka perhitung-an dibawah 0,3. Berdasarkan haltersebut, terdapat 19 aitem yangdigunakan pada skala efikasi diripengambilan keputusan karier.Adapun rentang koefisien validitas19 aitem tersebut dari 0,310 sampaidengan 0,551. Selanjutnya, ujireliabilitas skala efikasi diri peng-ambilan keputusan karier dilaku-kan dengan pendekatan konsis-tensi internal (internal consistency).Hasil reliabilitas skala efikasi diripengambilan keputusan kariersebsesar 0,840.

Uji reliabilitas pada alat ukurpengambilan keputusan karier

dilakukan dengan metode konsistensi internaldan uji validitas skala ini juga dihitungmenggunakan validitas konstruk (korelasi aitemtotal). Hasil uji reliabilitas pada skalapengambilan keputusan karier sebesar 0,866.Selanjutnya pada validitas alat ukur terdapatsatu aitem (nomor 18) yang ditolak karenamemiliki angka dibawah 0,3. Oleh karena haltersebut, hanya digunakan 15 aitem dalam skalapengambilan keputusan karier. Adapun rentangvaliditas 15 aitem tersebut dari 0,334 sampaidengan 0,641.

Uji AsumsiSebelum dilakukan proses analisa lebih lanjut,skala yang telah dipisahkan dari item-item yangtidak valid terlebih dahulu dilakukan uji asumsi.Hal tersebut dilakukan untuk mengetahuinormal atau tidaknya sebaran aitem.

Uji NormalitasUji normalitas data dengan menggunakanmetode Kolmogorov-Smirnov Goodnes of Fit. Hasiluji normalitas pada variabel efikasi diripengambilan keputusan karier menunjukkannilai Kolmogorov-Smirnov Goodness of Fit sebesar0,095 dengan p > 0,05, sedangkan uji normalitaspada variabel pengambilan keputusan kariermenunjukkan nilai sebesar 0,349 dengan p >0,05. Karena signifikansi yang diperoleh lebih

Gambar 1:Hasil Uji Linearitas Variabel Penelitian

Page 76: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

56 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

besar dari 0,05 maka data yang diperolehberdistribusi normal.

Uji LineraitasPengujian lineraitas dilakukan untukmembuktikan asumsi hubungan garis lurusantara variabel penelitian. Menurut Sarwono(2012), linearitas dapat diartikan sebagai asumsiadanya hubungan dalam bentuk garis lurusantar dua variabel. Adapun penilaiannya dapatmelalui observasi dari scatterplots bivariat.Adapun hasil scatterplots variabel penelitian inidapat dilihat pada Gambar 1.

Berdasarkan hasil observasi scatterplot yangdilakukan dapat disimpulkan jika data yangdiperoleh tidak linier. Hal ini dikarenakanscatterplot tidak berbentuk oval dalam satu garislurus.

Uji HipotesisHasil uji korelasi antara efikasi diri pengambilankeputusan karier dengan pengambilan keputus-an karier pada siswa kelas XII SMA di KecamatanGrogol Petamburan menunjukkan nilai r = 0,094dengan p > 0,05. Hal tersebut memiliki artibahwa tidak terdapat hubungan yang signifikanantara efikasi diri pengambilan keputusan karierdengan pengambilan keputusan karier padasiswa kelas XII SMA di Kecamatan GrogolPetamburan Jakarta Barat.

Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier diKecamatan Grogol PetamburanDalam penelitian ini, diperoleh mean efikasi diripengambilan keputusan karier sebesar 68,95dengan jumlah subjek sebanyak 405 siswa.Sebanyak 1% subjek memiliki efikasi diripengambilan keputusan karier yang rendahsekali, 12% rendah, 62% tinggi, dan 25% tinggisekali. Berdasarkan data tersebut, rata-rata siswa-siswi kelas XII SMA di Kecamatan GrogolPetamburan memiliki efikasi diri pengambilankeputusan karier yang tinggi. Hal ini dapatdilihat dari keyakinan mereka dalam memilihsatu diantara beberapa beberapa pilihan jurusanyang diminati, menilai kemampuan merekasecara akurat, menentukan pekerjaan yang ideal,mengenali institusi yang relevan dengan pilihan

jurusan mereka, dan menemukan gaya hidupyang akan mereka jalani.

Kategorisasi Berdasarkan Aspek Efikasi DiriPengambilan Keputusan KarierSelanjutnya, peneliti akan menggunakan katego-risasi untuk membedakan siswa berdasarkanlima aspek yang terdapat dalam efikasi diripengambilan keputusan karier. Untuk menent-ukan tinggi rendahnya hasil pengukuran limaaspek dalam efikasi diri pengambilan keputusankarier, peneliti menggunakan empat kategoriyaitu rendah sekali, rendah, tinggi, dan tinggisekali. Penggolongan kategori tersebut dilaku-kan peneliti berdasarkan mean empiric yangdiperoleh.1. 1 x 5 = 52. 2 x 5 = 103. 3 x 5 = 154. 4 x 5 = 205. 5 X 5= 25

Penggolongan kategori tersebut dilakukanpeneliti berdasarkan mean empirik yangdiperoleh.

Pengambilan Keputusan Karier di KecamatanGrogol PetamburanDalam penelitian ini, peneliti akan menggu-nakan kategorisasi untuk membedakan siswadalam tingkat pengambilan keputusan

T. Sekali

5 10 15 20 25

Rendah Sekali Rendah Tinggi

Tabel 1:Kategorisasi Berdasarkan Dimensi EfikasiDiri Pengambilan Keputusan Karier

Dimensi Kategori Mean

Penilaian Diri Tinggi 18.55

Pencarian Informasi Rendah 13.47

Penentuan Tujuan Tinggi 15.55

Perencanaan Tinggi 17.68

Pemecahan Masalah Rendah Sekali 3.60

Page 77: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

57Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

kariernya. Menurut Azwar (2012), tujuankategorisasi ialah guna menempatkan individukedalam kelompok-kelompok yang posisinyaberjenjang menurut suatu kontinum berdasaratribut yang diukur. Banyaknya jenjang kategoridiagnosis yang akan dibuat biasanya tidak lebihdari lima dan tidak kurang dari tiga(Azwar,2012).

Adapun kategorisasi yang digunakandalam skala pengambilan keputusan karierialah : tidak jelas, sedikit jelas, dan jelas.Penggunaan kategorisasi ini dilakukan penelitiberdasarkan mean empirik yang diperoleh.Kemudian peneliti melakukan analisa skordengan rumus :1. 1 X 15 = 152. 2 X 15 = 303. 3 X 15 = 454. 4 X 15 = 60

Berdasarkan rumus kategori tersebut dapatditentukan kategori sebagai berikut.1. X > 45 (Jelas)2. 30 > X < 45 (Sedikit Jelas)3. X < 30 (Tidak Jelas)

Dalam penelitian ini, diperoleh meansebesar 41,08 dengan jumlah subjek sebanyak405 siswa. Sebanyak 9% subjek berada dalamkategori tidak jelas, 60% subjek berada dalamkategori sedikit jelas, dan 31% berada dalamkategori jelas. Berdasarkan data tersebut, rata-rata siswa kelas XII SMA di Kecamatan Grogol

15 30 45 60

Tidak Jelas Sedikit Jelas Jelas

Petamburan memiliki pengambilan keputusankariernya berada dalam kategori sedikit jelas.Hal ini dapat dilihat dari kesulitan merekadalam memilih jurusan karena jurusannyabertentangan dengan orang tua, merasa mustahiluntuk meraih jurusan yang diinginkan, dantidak dapat membuat keputusan karier sekarangkarena tidak mengetahui kemampuan yangdimilikinya. Skor minimal yang diperolehsebesar 15 dan skor maksimal sebesar 60 dapatdilihat pada Tabel 2.

Kategorisasi Berdasarkan DimensiPengambilan Keputusan KarierUntuk melihat lebih lanjut tentang bagaimanakondisi pengambilan keputusan karier subjekberdasarkan dimensi dari pengambilankeputusan karier, peneliti mengunakan meanempiric dalam menggolongkan tinggi rendahnyaskor masing masing dimensi. Adapun hasilnyatertera dalam Tabel 3.

Tabel 2:Frekuensi dan Presentase Hasil Pengukuran Pengambilan KeputusanKarier

Skor Kategori Frekuensi Presentase Rata-rata SD

X > 45 Tidak Jelas 38 9 %

30 > X < 45 Sedikit Jelas 242 60 %

X > 30 Jelas 125 31 %

Total 405 100 % 41,08 8,423

4 8 12 16

Rendah Sedang Tinggi

Tabel 3:Kategorisasi Berdasarkan DimensiPengambilan Keputusan Karier

Dimensi Kategori Mean

Kelemahan Struktur Tinggi 13,82

Hambatan Eksternal Rendah 7,17

Pendekatan Masalah Tinggi 16

Konflik Personal Rendah 3,02

Page 78: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

58 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Tabel 4:Hasil Uji Beda Efikasi Diri Pengambilan Keputusan Karier

Kelas Usia JenisKelamin

AsalSekolah

HasilUji Beda

0,525 ; p >0,05 (0,469)

1,715 ; p >0,05 (0,146)

6,080 ; p >0,05 (0,14)

4,576 ; p <0,05 (0,00)

Kesim--pulan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

AdaPerbedaan

Perbedan Karakteristik Berdasarkan DataDemografisBerdasarkan data demografis yang diperoleh,peneliti ingin melihat apakah terdapat perbeda-an pada masing-masing karaketristik. Adapunkaraketristik yang dimaksud ialah kelas XII IPA&XII IPS, usia 16-20 thn, jenis kelamin (laki-lakidan perempuan), dan asal sekolah subjek peneli-tian). Proses penghitungan dilakukan mengggu-nakan Uji Beda rata-rata –Uji Varian satu arah(One way Anova). Hasil penghitungannyaterangkum dalam Tabel 4 dan Tabel 5.

Pembahasan

Uji hipotesis tentang hubungan antara efikasi diripengambilan keputusan karier dengan pengam-bilan keputusan karier menghasilkan temuantidak terdapat hubungan yang signifikan antaraefikasi diri pengambilan keputusan karierdengan pengambilan keputusan karier.

Adapun dalam penelitian ini, efikasi diripengambilan keputusan karier yang dihasilkanberada dalam kategori tinggi. Hasil penghitung-an yang dilakukan, diperoleh rata-rata skor

Tabel 5:Hasil Uji Beda Pengambilan Keputusan Karier

Kelas Usia JenisKelamin

AsalSekolah

HasilUji Beda

0,562 ; p >0,05 (0,454)

1,350 ; p >0,05 (0,251)

1,018 ; p >0,05 (0,314)

1,684 ; p >0,05 (0,123)

Kesim--pulan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

Tidak AdaPerbedaan

subjek pada skala efikasi diri pengambilankeputusan karier sebesar 68,95. MenurutSusantoputri (2014), seseorang yang memilikiefikasi diri tinggi akan merasa mampu untukmelaksanakan tugas perkembangan karier yangdihadapinya. Mereka akan berusaha keras untukmenghadapi kesulitan yang berkaitan dengankarier yang mereka pilih, contohnya seperti pilih-an alternative pekerjaan. Hal tersebut didukungoleh Bandura (1977) yang menyatakan bahwaseseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi,akan mengeluarkan usaha yang besar untuk

mengatasi hambatanmencapai tujuannya.

Hasil efikasi diripengambilan keputusankarier yang tinggi, konsis-ten dengan nilai rata-ratamasing-masing dimensiyang dihasilkan berda-sarkan perhitungan yangdilakukan. Nilai rata-ratadimensi penilaian diri18,55; dimensi pencarianinformasi 13,47; dimensipenetuan tujuan 15,55;dimensi perencanaan17,68; dan pemecahanmasalah sebesar 3,60.Dengan demikian dapatdiasumsikan jika seseo-rang memilki efikasi diriyang tinggi ditandaidengan adanya penilaiandiri yang baik, pencarianinformasi akurat,kejelasan dalam penen-

tuan tujuan, dan perencanaan yang baik. akanmenjadi tinggi sekali dalam efikasi diri pengam-bilan keputusan karier jika memiliki kemampuandalam memecahkan masalah yang baik.

Dalam penelitian ini, ditemukan tidakterdapat perbedaan efikasi diri pengambilankeputusan karier berdasarkan kelas. Berdasar-kan penghitungan yang dilakukan denganmenggunakan uji anova, diperoleh F hitungsebesar 0,525 yang lebih kecil dari F tabel sebesar3,84. Selain itu nilai signifikansi yang dihasilkanlebih dari 0,05 (0,469). Hasil penghitungantersebut didukung oleh penelitian yang

Page 79: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

59Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

dilakukan Rowland (2004) yang menghasilkantemuan tidak terdapat perbedaan efikasi diripengambilan keputusan karier dalam kelas yangberada dalam satu jenjang. Perbedaanditemukan jika kelas tersebut berbeda jenjang.

Selanjutnya, ditemukan tidak adanya perbe-daan efikasi diri pengambilan keputusan karierberdasarkan usia. Hal tersebut berdasar-kanpenghitungan yang dilakukan, kemudiandiperoleh nilai F hitung sebesar 1,715. Nilaitersebut kurang dari nilai F tabel, yakni sebesar2,60. Nilai signifikansinya juga lebih dari 0,05(0,146). Hal tersebut juga didukung oleh peneliti-an Gunawan (2013), yang mengatakan tidakditemukan adanya perbedaan skor efikasi diripengambilan keputusan karier berdasarkan usia.

Feist dan Feist (2008) menyatakan bahwaefikasi diri diri bervariasi dari satu situasi kesituasi lainnya, tergantung dari kompetensiyang dibutuhkan pada aktivitas yang berbeda,ada atau tidak adanya orang lain, kompetensiyang dirasakan oleh orang-orang lain, kecende-rungan untuk menghadapi kegegalan daripadakeberhasilan serta keadaan fisiologis yangmenyertai. Sejalan dengan pernyataan tersebut,dalam penelitian ini ditemukan terdapatperbedaan efikasi diri pengambilan keputusankarier berdasarkan asal sekolah. Hal tersebutdibuktikan oleh hasil penghitungan yangdilakukan menghasilkan nilai F hitung sebesar4,576. Nilai F hitung tersebut lebih besar darinilai F tabel sebesar 2,10. Selain itu nilaisignifikansinya kurang dari 0,05 (0,00).

Selanjutnya, dalam penelitian ini mengha-silkan temuan bahwa rata-rata subjek memilikistatus pengambilan keputusan karier sedikitjelas. Hal ini berdasarkan penghitungan yangdilakukan sehingga memperoleh mean ataunilai rata-rata sebesar 41,08. Sebanyak 9% subjekberada dalam kategori tidak jelas, 60% subjekberada dalam kategori sedikit jelas, dan 31%berada dalam kategori jelas. Kondisi sedikit jelastersebut dibuktikan dengan tingginya nilai rata-rata dimensi kelemahan struktur (kurang-nyapengalaman, rasa pecaya diri dan pemaha-mandalam pengambilan keputusan karier) (13,82)dan dimensi pendekatan masalah (masa-lahdalam memilih pilihan karier yang menarik danmemungkinkan untuk diambil) (16,71).

Menurut Super (dalam Ginantonio &Hurley-Hanson, 2006), seseorang yang berada

dalam usia 16-24 tahun berada dalam tahapeksplorasi. Pada tahapan ini, seseorang sudahmemikirkan alternative jabatan, namun belummengambil keputusan yang tepat. Hal tersebutdidukung oleh hasil penelitian ini bahwa tidakada perbedaan pengambilan keputusan kariersiswa berdasarkan usia. Hal tersebutberdasarkan penghitungan yang mengahasilkannilai F hitung sebesar 1,350. Nilai F hitungtersebut lebih kecil dari nilai tabel sebesar 2,60.Adapun nilai signifikansi yang dihasilkan lebihbesar dari 0,05 (0,251).

Kemudian, dalam penelitian ini ditemukanpula tidak adanya perbedaan pengambilankeputusan karier berdasarkan jenis kelamin. Haltersebut berdasarkan hasil penghitungan yangmenghasilkan nilai F hitung sebesar 1,018. Nilaitersebut lebih kecil dari nilai F tabel sebesar 3,84.Hal tersebut serupa dengan temuan Okubo et.al. (2007). Menurut Okubo et. al. (2007), tidak adaperbedaan pengambilan keputusan karier baikpada pria maupun wanita pada american youthyang berdomisili di Jepang.

Hijazi et. al (2004) menyatakan bahwa tidakada perbedaan pengambilan keputusan karierpada lokasi sekolah yang berada di wilayah SMAdi Israel. Hal tersebut serupa dengan temuanpeneliti dalam penelitian ini. Berdasarkan hasilpenghitungan yang dilakukan, tidak terdapatperbedaan pengambilan keputusan karierberdasarkan asal sekolah. Hal ini dibuktikandengan nilai F hitung yang dihasilkan sebesar1,684 lebih besar dari F tabel sebesar 2,10.

Dalam penelitian ini belum dibahas kaitanantara status sosial ekonomi dengan efikasi diripengambilan keputusan karier maupunpengambilan keputusan karier. Menurut Creed(dalam Waters, 2010), pengambilan keputusankarier dipengaruhi oleh faktor internal daneksternal. Faktor internal meliputi informasitentang individu itu sendiri seperti minat, bakat,kemampuan, tipe keribadian. Adapun faktoreksternal meliputi informasi tentang pilihankarier yang akan diambil, lingkungan keluarga,status ekonomi sosial, dan budaya. Demikianpula untuk variabel-variabel lain seperti careerbarier, locus of control dan dukungan sosial.Variabel-variabel tersebut juga belum dapatdibahas dalam penelitian ini.

Page 80: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

60 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Simpulan

KesimpulanBerdasarkan hasil yang didapatkan dan telahdibahas dapat disimpulkan bahwa hipotesisyang peneliti ajukan ditolak, yaitu tidak terdapathubungan yang signifikan antara efikasi diripengambilan keputusan karier denganpengambilan keputusan karier pada siswa kelasXII SMA di Kecamatan Grogol Petamburan.

Secara teoritis, peneliti menyarankansebagai berikut, pertama penelitian selanjutnyaagar dapat menganalisa tentang kondisi statusekonomi sosial. Hal ini dikarenakan, dalampenelitian ini belum membahas kaitan antaraefikasi diri pengambilan keputusan karier danpengambilan keputusan karier dengan statusekonomi sosial. Kedua, penelitian selanjutnyaagar dapat dilakukan di daerah lain dengancakupan yang lebih luas. Jika dalam penelitianini hanya mencakup wilayah kecamatan, makapenelitian selanjutnya agar dapat mencakupwilayah kota/kabupaten, provinsi atau negara.Ketiga, penelitian selanjutnya agar dapatmempertimbangkan faktor-faktor lain yangmemiliki kaitan dengan variabel penelitian iniyakni : career barriers, tipe kepribadian, locus ofcontrol, dan dukungan sosial.

SaranSecara praktis peneliti menyarankan sebagaiberikut, pertama bagi instansi pemerin-tah, agardapat membuat rancangan kegiatan pembelajar-an karier dalam mata pelajaran bimbingan dankonseling yang tercakup dalam kurikulum dansatuan jam belajar. Rancangan tersebut dimulaidari mengajak siswa untuk mengenal dirimereka, menelusuri kemungkinan karier yangdapat diambil berdasarkan kondisi siswa,hingga berlatih mengambil keputusan karieryang akan diambil. Kedua, Bagi pihak sekolah,dapat mendukung pengembangan karier remajamelalui layanan bimbingan konseling. Layanantersebut sebaiknya dilengkapi oleh tenagapsikolog dan konselor guna memberikaninformasi yang komprehensif terkait individusiswa dan kemungkinan karier yang dapatdiambil. Juga menyediakan jam bimbingan

konseling dalam proses kegiatan belajar menga-jar guna memfasilitasi siswa dan guru BKmenjalin komunikasi secara intensif. Hal inidikarenakan berdasarkan pengamatan penelitidi sekolah yang siswanya menjadi sampelpenelitian, belum semua sekolah memasukkanjam BK dalam aktivitas kegiatan belajar mengajardi kelas. Ketiga, Bagi guru BK, setelah mendapatdata mengenai efikasi diri pengambilan keputus-an karier dan pengambilan keputusan kariersiswanya, guru BK dapat menentukan programlayanan terkait dengan karier remaja. Programlayanan dapat berupa layanan konseling maupunpemberian informasi. Selain itu perlu juga dilatihkemampuan bagi siswa dalam mengambilkeputusan karier. Keempat, Bagi orang tua siswa,agar dapat memberikan kesempatan, dukungandan pendampingan bagi putra-putrinya dalammenelesuri karier yang akan dipilih.

Daftar Pustaka

Azwar, S. (2015). Reliabilitas dan validitas (Edisi4). Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Bandura, A. (1977). Social learning theory. NewJersey : Prentice Hall, Inc

Betz, N.E. & Taylor , K.M. (2012). Career decisionself efficacy scale and short form sampler set :Manual , instrument, and scoring sheet.www.mindgarden.com

Bloxom, J. M., et al (2008). Grade 12 student careerneeds and perceptions of the effectivenessof career development services within highschools. Canadian Journal of Counselling,42(2), 79-100. Retrieved from http://search.proquest. com/docview/195793487? accountid=50673

Brown, S.D. & Lent, R.W. (2005) Preparingadolescents to make career decision .Conecticut : Information Age Publishing

Creed, P. A., Patton, W., & Bartrum, D. (2004).Internal and external barriers, cognitivestyle, and the career development variablesof focus and indecision. Journal of CareerDevelopment, 30(4), 277-294. Retrievedfrom http://search.proquest.com/docview/220393683?accountid=50673

Creed, P. & Patton, W. & Prideaux, L.A. (2006).Causal Relationship Between CareerIndecision and Career Decision-MakingSelf-Efficacy: A Longitudinal Cross-

Page 81: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

61Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Hubungan Efikasi Diri Pengambilan Keputusan

Lagged Analysis. Journal Of CareerDevelopment 33 (1):pp. 47-65

Creed, P. A., Wong, O. Y., & Hood, M. (2009).Career decision-making, career barriersand occupational aspirations in chineseadolescents. International Journal forEducational and Vocational Guidance, 9(3),189-203. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10775-009-9165-0

Flores, L. Y., Scott, A. B., Yu-Wei, W., Yakushko,O., & al, e. (2006). Practice and research incareer counseling and development-2002.The Career Development Quarterly, 52(2), 98-131. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /219543964?accountid=50673

Giannantonio, C. M., & Hurley-Hanson, A.(2006). Applying image norms acrosssuper’s career development stages. TheCareer Development Quarterly, 54(4), 318-330. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /219389774?accountid=50673.

Gunawan, W. (2013). Pengaruh sumber-sumberefikasi diri dan efikasi diri pengambilankeputusan karier terhadap adaptabilitas karierremaja (Tesis Tidak Diterbitkan). Depok:Universitas Indonesia

Hijazi, Y., Tatar, M., & Gati, I. (2004). Career decision-making difficulties among israeli and palestinianarab high-school seniors. Professional schoolcounseling, 8(1), 64-72. Retrieved from http://search. proquest.com/docview/213442759? accountid=50673

Kim, B., Jang (2014). A moderated mediationmodel of planned happenstance skills,career engagement, career decision self-efficacy, and career decision certainty. TheCareer Development Quarterly, 62(1), 56-69.Retrieved from http://search.proquest.c o m / d o c v i e w / 1 5 5 5 3 0 0 8 3 2 ?accountid=25704

Lee, I. H., Rojewski, J. W., & Hill, R. B. (2013).Classifying korean adolescents’ careerpreparedness. International Journal forEducational and Vocational Guidance, 13(1), 25-45. doi:http://dx.doi.org/10.1007/s10775-012-9236-5

Leigh, W.E. & Doherty, M.E. (1986) DecisionSupport and Expert Systems. Ohio : SouthWestern Publishing Co

Okubo, Y., Yeh, C. J., Lin, P., Fujita, K., & Shea, J.M. (2007). The career decision-makingprocess of chinese american youth. Journalof Counseling and Development : JCD, 85(4),

440-449. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /218970641?accountid=50673.

Peilouw, F.J. & Nursalim, M. (2013). Hubunganantara Pengambilan Keputusan denganKematangan Informasi dan self Efficacypada Remaja. Character, 01(02), 1-5

Ribadeineira, D . (2006, October 18). Study say’steen -agers racism rampant. Boston Globe, p.31.

Reardon, R.C. , Lenz, J.G. & Sampson, J.P. (2009).Career development and planning, A comprehensiveapproach. Ohio : Cengage Learning

Rowland, K. D. (2004). Career decision-makingskills of high school students in thebahamas. Journal of Career Development,31(1), 1-13. Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /220425034?accountid=50673

Sarwono, J. (2012). Prosedur-prosedur populerstatistik untuk mempermudah riset skripsi.Metamorfosis, 6(22), 104-121

Sarwono, J. (2012). Metode Riset Skripsi PendekatanKuantitatif : Menggunakan Prosedur SPSS :TuntunanPraktis dalam MenyusunSkripsi.Jakarta : Elex Media Komputindo

Suciati, I. (2013). Peran Career Specific ParentingBehavior sebagai Moderator PengaruhParental Job Insecurity terhadap CareerDecision Self Efficacy (Skripsi TidakDiterbitkan). Universitas Indonesia, Depok

Super’s Career Development Theory. (2006). InG. A. Callanan & J. H. Greenhaus (Eds.),Encyclopedia of Career Development (Vol. 2, pp.789-792). Thousand Oaks, CA: SAGE Reference.Retrieved from http://go. galegroup.com/ps/i.do?id=GA-LE% 7CCX3469900288&v=2 . 1 & u = i d p n r i & i t = r & p = G V R L & s w =w&asid=7a1f71947f648bdf247c35ebf67a6cf6

Susantoputri, M.K. (2013). Hubungan antara efikasidiri karier dengan kematangan karier padaremaja di daerah Kota Tangerang (Skripsitidak diterbitkan). Universitas KristenKrida Wacana, Jakarta

Watters, J. J. (2010). Career decision making amonggifted students: The mediation of teachers. Thegifted child quarterly, 54(3), 222-238.Retrieved from http://s ea r c h. p r oq u e s t . c om / d oc v i ew /608815460?accountid=50673

_____.Kondisi Sosial Masyarakat KotaTangerang. (2012). Kota Tangerang dalamangka tahun 2012. Tangerang : Author

_____.Kondisi Sosial Masyarakat Kota JakartaBarat. (2012). Laporan badan pusat statistikkota administrasi Jakarta Barat Tahun 2012.Jakarta : Author

Page 82: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

62 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Program Pembelajaran Writingpreneurship Sebagai SalahSatu Cara dalam Menerapkan Literasi di Sekolah

Keke Taruli AritonangE-mail: [email protected]

SMPK 1 BPK PENABUR Jakarta

Opini

SAbstrak

alah satu keterampilan pembelajaran diabad 21 yang harus dikuasai peserta didik adalahketerampilan berliterasi. Akan tetapi keterampilan berliterasi peserta didik di Indonesiamasih perlu ditingkatkan. Untuk mengatasi hal tersebut telah keluar Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penum-

buhan Budi Pekerti. Selain itu literasi juga dimasukkan dalam kurikulum 2013 revisi 2017 danterdapat tiga hal yang harus dicapai, yaitu: karakter, kompetensi, dan literasi. Literasi yang dimaksuddalam kurikulum tersebut adalah bagaimana menerapkan keterampilan inti untuk kegiatan sehari-hari dan gurulah yang harus menerapkan keterampilan literasi. Program PembelajaranWritingpreneurship (PPW) merupakan salah satu cara yang tepat menerapkan literasi. Melalui kolabo-rasi berbagai mata pelajaran akan menghasilkan karya tulis yang dapat dipublikasikan dalambentuk buku. Buku tersebut merupakan kumpulan teks-teks yang terdapat dalam materi bahasaIndonesia kelas 7, yaitu laporan hasil observasi, teks prosedur, teks deskripsi, dan teks puisi. Modelpembelajaran PPW menggunakan modelProject Based Learning yang disingkat PBL. Dalam PPWmenggunakan tahapan Learning Chain – 3DsE, yaitu: Discover, Design, Do, dan Evaluate. Hasil proyekwritingpreneurship berupa buku dan produk yang dipersentasikan siswa dihadapan tim penguji.

Kata-kata kunci: program pembelajaran writingpreneurship, literasi, project based learning

Writingpreneurship Learning Programme as an Alternative Way to Implement Literacy in SchoolAbstract

Literacy is one of the skills needed by 21st century learner. Unfortunately, Indonesian students still has lowliteracy skill. To overcome the problem, Kemendikbud released a regulation written in Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 about Character Education. On thesix steps to build students’ fullest potential, students need to spend 15 minutes daily to read. On the otherhand, literacy is also imbedded into the 2013 revised curriculum. There are three goals of the curriculum:character, competence and literacy. Literacy in that curriculum document is interpreted as how to implementcore skills in daily activities. Teachers are tasked to implement it. Writingpreneurship program (PPW) is oneof ways that can be used to build students’ literacy. Through collaboration of several subjects, student canproduce research paper which can be published in the form of books or other product. The books will be acompilation of types papers related to Indonesian Language materials in grade 7, such as procedural writing,observation report writing, descriptive writing and poetic writing. PPW programme is based on ProjectBased Learning model. In its application, PPW used Learning Chain steps. They are 3DsE: Discover, Design,Do and Evaluate. Outcome of writingpreneurship is book or product which will be presented in front of agroup of examiners consist of the collaborative teachers, principal and board member.

Keywords: writingpreneurship learning programme, literature, project based learning

Page 83: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

63Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Pendahuluan

Salah satu keterampilan pembelajaran diabad21 yang harus dikuasai oleh peserta didik adalahketerampilan berliterasi. Literasi yang harusdikuasai peserta didik berkaitan erat dengantuntutan keterampilan membaca dan menulisyang berujung pada kemampuan memahamiinformasi secara analitis, kritis, dan reflektif.

Dalam buku Panduan Gerakan LiterasiSekolah di Sekolah Menengah Pertama, bahwapembelajaran di sekolah belum mampumewujudkan kemampuan berliterasi pesertadidik. Pada tingkat sekolah menengah (usia 15tahun) pemahaman membaca peserta didikIndonesia (selain matematika dan sains) diujioleh Organisasi untuk Kerja Sama danPembangunan Ekonomi (OECD – Organizationfor Economic Cooperation and Development) dalamProgramme for International Student Assessment(PISA) (Kemendikbud, 2016: 1).

PISA 2009 menunjukkan peserta didikIndonesia berada pada peringkat ke-57 denganskor 396 (skor rata-rata OECD 493), sedangkanPISA 2012 menunjukkan peserta didik Indonesiaberada pada peringkat ke-64 dengan skor 396(skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013).Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA2009 dan 2012. Dari kedua hasil ini dapatdikatakan bahwa praktik pendidikan yangdilaksanakan di sekolah belum memperlihatkanfungsi sekolah sebagai organisasi pembelajaranyang berupaya menjadikan semua warganyamenjadi terampil membaca untuk mendukungmereka sebagai pembelajar sepanjang hayat(Kemendikbud, 2016: 1).

Berdasarkan rendahnya literasi pesertadidik Indonesia, Kementerian Pendidikan danKebudayaan mengeluarkan Peraturan MenteriPendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentangPenumbuhan Budi Pekerti. Pada gerakan keenammengembangkan potensi diri peserta didiksecara utuh, dengan cara mewajibkan siswauntuk membaca selama 15 menit setiap hari.Melalui buku yang dibaca, minat dan bakatsiswa akan tumbuh dengan sendirinya.

Pada Kompas, 22 Agustus 2015 terdapat dihalaman 11, bahwa Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikandan Kebudayaan meluncurkan Gerakan LiterasiSekolah (GLS). Program ini bertujuan untukmembiasakan dan memotivasi siswa agar maumembaca dan menulis. Dalam jangka panjang,diharapkan anak-anak mempunyai kemampuanliterasi tinggi sekaligus berbudi pekerti yang baik(Aritonang, 2017:3).

Literasi berhubungan erat dengan membacadan menulis. Membaca dan menulis bagian daribahasa atau linguistik. Menurut Armstrong(2002:20), ada tujuh jenis kecerdasan, yaitukecerdasan linguistik (kecerdasan dalammengolah kata), kecerdasan logis-matematis,kecerdasan spasial, kecerdasan musikal, kecerda-san kinestetik-jasmani, kecerdasan antarpribadi,dan kecerdasan intrapribadi. Dari ketujuhkecerdasan itu, kecerdasan linguistik merupakankecerdasan yang paling universal dalam teorikecerdasan ganda. Dalam kebuda-yaan Amerika,kebudayaan berbahasa termasuk urutankecerdasan yang amat dihargai, sama halnyadengan pemikiran logis-matematis. Sayangnyapendidikan di Indonesia belum menerapkan halyang demikian. Pemerintah maupun masyarakatcenderung mengatakan ilmu bahasa maupunilmu sosial tidak penting alias nomor dua setelahilmu matematika dan sains (Aritonang, 2017:13).

Komponen kecerdasan linguistik yangpaling penting adalah kemampuan mengguna-kan bahasa untuk mencapai sasaran praktis(pragmatika). Dengan berbagai tujuan sepertikecerdasan linguistik untuk menarik pengikutbaru, untuk menghibur, untuk mengajar, untukmembangkitkan inspirasi, dan untuk menyakin-kan. Bahasa yang digunakan mungkin tidakterlalu menakjubkan atau kelas satu, tetapitujuan ke mana bahasa itu dibengkokkan untukmeningkatkan atau sekurang-kurangnya,mengubah kehidupan dengan suatu cara yangdapat dirasakan, inilah betapa pentingnyabelajar membaca dan menulis (Armstrong,2002:21).

Dalam buku Panduan Gerakan LiterasiSekolah di Sekolah Menengah Pertama yangditerbitkan oleh Direktorat Jenderal PendidikanDasar dan Menengah Kementerian Pendidikandan Kebudayaan, Tahun 2016, pada halaman 2terdapat pengertian dan tujuan dariliterasi.Pengertian literasi sekolah dalam konteks

Page 84: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

64 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah kemam-puan mengakses, memahami, dan mengguna-kan sesuatu secara cerdas melalui berbagaiaktivitas, antara lain membaca, melihat, menyi-mak, menulis, dan/atau berbicara. GLS merupa-kan sebuah upaya yang dilakukan secaramenyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagaiorganisasi pembelajaran yang warganya literatsepanjang hayat melalui pelibatan publik. Tujuanumum dari GLS adalah menumbuhkembangkanbudi pekerti peserta didik melalui pembudayaanekosistem literasi sekolah yang diwujudkandalam Gerakan Literasi Sekolah agar merekamenjadi pembelajar sepanjang hayat(Kemendikbud, 2016 : 2).

Gerakan literasi sekolah tidak saja terdapatdalam Peraturan Menteri Pendidikan danKebudayaan, namun literasi juga dimasukkandalam kurikulum 2013 revisi 2017. Terdapat tigahal yang harus dicapai oleh kurikulum tersebut,yaitu: karakter, kompetensi, dan literasi(Harosid, 2017 : 3).

Literasi yang dimaksud dalam kurikulumtersebut bagaimana menerapkan keterampilaninti untuk kegiatan sehari-hari (Harosid, 2017 :4). Berdasarkan hal ini, gurulah yang harusmenerapkan keterampilan literasi, sebab gurulahyang berhadapan langsung dengan siswa dikelas dalam kegiatan sehari-harinya. Gurumemiliki peran sentral dan strategis bagi setiappembaharuan pendidikan, salah satunyabagaimana menerapkan keterampilan intimelalui literasi yang dihubungkan dengan matapelajaran yang diajarkannya. Menurut (Doni K,2007:231), berhasil tidaknya pembaharuandalam pendidikan, baik di tingkat nasionalmaupun di tingkat lokal, sangat tergantung padainterpretasi para guru terhadap kebijakanpembaharuan tersebut dalam pengajaran dikelas. Pembaharuan kurikulum di tingkatnasional, tidak akan efektif jika para guru tidakpernah menerapkannya di dalam kelas.

Ada lima komponen literasi yang terdapatdalam kurikulum 2013 revisi 2017, yaitu:Pertama, literasi dasar yaitu kemampuanmendengarkan, berbicara, membaca, menulis,dan menghitung (counting) berkaitan dengankemampuan analisis untuk memperhitungkan(calculating), mempersepsikan informasi(perceiving), mengomunikasikan, serta menggam-

barkan informasi (drawing) berdasarkanpemahaman dan pengambilan kesimpulanpribadi. Kedua, literasi perpustakaan, yaitukemampuan pemahaman cara membedakanbacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksireferensi dan periodikal, memahami DeweyDecimal System sebagai klasifikasi pengetahuanyang memudahkan dalam menggunakanperpustakaan, memahami penggunaan katalogdan pengindeksan, hingga memiliki pengetahu-an dalam memahami informasi ketika sedangmenyelesaikan sebuah tulisan, penelitian,pekerjaan, atau mengatasi masalah. Ketiga,literasi media, yaitu kemampuan untukmengetahui berbagai bentuk media yang berbeda,seperti media cetak, media elektronik (mediaradio, media televisi), media digital (mediainternet), dan memahami tujuan penggunaan-nya. Keempat , literasi teknologi, yaitukemampuan memahami kelengkapan teknologi,kemampuan dalam memahami teknologi untukmencetak, mempresentasikan, mengaksesinternet, kemampuan menggunakan komputer,dan pemahaman yang baik dalam mengelolainformasi yang dibutuhkan masyarakat. Kelimaliterasi visual yaitu kemampuan memanfaatkanmateri visual dan audiovisual secara kritis danbermartabat juga kemampuan menafsirkanmateri visual baik dalam bentuk cetak, auditori,maupun digital atau perpaduannya (teksmultimodal).

Berkaitan dengan lima komponen literasi diatas, kerangka pengembangan kurikulumBahasa Indonesia yang terdapat dalam SilabusMata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTsadalah sebagai berikut.1. Pengembangan kompetensi kurikulum

Bahasa Indonesia ditekankan padakemampuan mendengarkan, membaca,memirsa (viewing), berbicara, dan menulis.Pengembangan kemampuan tersebutdilakukan melalui berbagai teks. Kegiatankomunikasi dapat berbentuk tulisan, lisan,atau multimodal (teks yang menggabung-kan bahasa dan cara/media komunikasilainnya seperti visual, bunyi, atau lisansebagaimana disajikan dalam film ataupenyajian komputer);

2. Kompetensi dasar yang dikembangkandalam pembelajaran bahasa Indonesia

Page 85: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

65Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

dimaksudkan untuk mengembangkankemampuan peserta didik dalam men-dengarkan, membaca, memirsa (viewing),berbicara, dan menulis. Untuk mencapaikompetensi tersebut peserta didik melaku-kan kegiatan berbahasa dan bersastramelalui aktivitas lisan dan tulis, cetak danelektronik, laman tiga dimensi, serta citravisual lain;

3. Lingkup materi mata pelajaran bahasaIndonesia kelas I-XII merupakanpenjabaran 3 lingkup materi: bahasa, sastra,dan literasi;

4. Lingkup materi bahasa mencakup pengenal-an variasi bahasa sebagai bagian darimasyarakat Indonesia yang multilingual,bahasa untuk interaksi (bahasa yangdigunakan seseorang berbeda sesuai latarsosial dan hubungan sosial (pesertakomunikasi), aksen, gaya bahasa, penggu-naan idiom (sebagai bagian dari identitassosial dan personal, struktur dan organisasiteks (teks terstruktur untuk tujuan tertentu,bagaimana bahasa digunakan untukmenciptakan teks agar kohesif, tingkatkerumitan teks dan topik, pola dan ciri-cirikebahasaannya, berteks secara tepatdengan menggunakan kata, kalimat,paragraf secara efektif);

5. Lingkup materi sastra mencakup pembahas-an konteks sastra, tanggapan terhadapkarya sastra, menilai karya sastra, danmenciptakan karya sastra; dan

6. Lingkup materi literasi mencakup teks dalamkonteks, berinteraksi dengan orang lain,menafsirkan, menganalisis, mengevaluasiteks, dan mencipta teks(KementerianPendidikan dan Kebudayaan, 2016:4).Adapun kompetensi lulusan setelah

mempelajari bahasa Indonesia di PendidikanDasar dan Menengah, ditekankan pada kemam-puan mendengarkan, membaca, memirsa(viewing), berbicara, dan menulis. Pengembang-an kemampuan tersebut dilakukan melaluimedia teks (Kementerian Pendidikan danKebudayaan, 2016 : 3).

Berdasarkan hal di atas, dalam upayamenerapkan keterampilan berliterasi dalamkegiatan inti, sebagai guru mengajar mata pelaja-

ran bahasa Indonesia, penulis ingin memapar-kan hasil pembelajaran yang telah dilakukandalam menerapkan literasi yaitu melaluiProgram Pembelajaran Writingpreneurship.

Bahasa Indonesia adalah mata pelajaranyang menjadi sentral dalam pembelajaranwritingpreneurship, berdasarkan enamkerangka pengembangan kurikulum bahasaIndonesia dan kompetensi setelah mempelajaribahasa Indonesia yang telah disebutkan di atas.Selain hal di atas tujuan akhir dari proyekpembelajaran writingpreneurship akanmenghasilkan buku dan karya tulis yang berisikumpulan teks sesuai dengan kurikulum 2013mata pelajaran bahasa Indonesia.

Program Pembelajaran Writingpreneurshipmerupakan salah satu cara yang tepat dalammenerapkan literasi melalui berbagai matapelajaran yang menjadi inti dalam kegiatansehari-hari di sekolah. Untuk itu perlu disusuntahap-tahap pembelajaran writingpreneurshipyang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013.

Pembahasan

Program Pembelajaran WritingpreneurshipProgram Pembelajaran Writingpreneurship(PPW) merupakan program yang dilaksanakandi SMPK 1 PENABUR Jakarta. Selain itu,program tersebut untuk menjalankan visi danmisi sekolah, yaitu “Sekolah yang dapatmembentuk pribadi Kristiani, berilmu tinggi, danberjiwa entrepreneur”. Jadi sekolah yang bercirikhas program pembelajaran entrepreneurship.

Untuk mengimplementasikan programpembelajaran entrepreneurship tersebut yangdilakukan adalah setiap guru membuat proyekpembelajaran entrepreneurship yangdiintegrasikan dalam materi pembelajaran.

Mulai tahun pelajaran 2015 – 2016,penulismengusulkan khusus kelas tujuh pembelajaranentrepreneurship dengan tema besar yaituProgram Pembelajaran Writingpreneurship. Haltersebut juga sesuai dengan gerakan literasisekolah yang telah dicanangkan dalamPeraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Page 86: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

66 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Menurut Ciputra (2009:57), untukmenciptakan manusia Indonesia yang memilikispirit entrepreneur adalah dengan pendidikanentrepreneurship. Pendidikan entrepreneurmemahami sosok entrepreneur sebagai seorangyang mempunyai ‘spirit atau mindset inovatif’ dandidukung dengan kemampuan tertentu dibidangnya. Contoh spirit dan mindset untukberinovasi di bidang Information and Technology(IT), maka orang yang memiliki keahlian dibidang IT disebut menjadi technopreneur. Bilaspirit dan mindset dikontekskan dalam bidangsosial, maka menjadi social entrepreneur. Bila dibidang pemerintahan, menjadi governmententreprenur (Pebruanto, 2009).

Berdasarkan hal di atas maka pengertianwritingpreneurship mengacu pada pendidikanentrepreneur yang memahami sosokentrepreneur sebagai seorang yang mempunyaispirit atau mindset inovatif dan didukungdengan kemampuan tertentu di bidangnya. Jadi,writingpreneur adalah seseorang yang memilikikeahlian dibidang tulis-menulis

Ada beberapa alasan mengapa penulismemilih program pembelajaran writing-preneurship yang diterapkan pada jenjang SMP,sebagai salah satu upaya membudayakanpendidikan entrepreneurship serta mendidiksiswa agar menjadi manusia entrepreneur .

Writing (menulis) adalah salah satu dariempat keterampilan berbahasa yang terdapatdalam kurikulum dan berperan penting dalamdunia pendidikan. Menulis juga merupakansalah satu skills pembelajaran diabad 21 ini.Menurut Marion van Horne, menulismerupakan alat utama untuk kita belajar.Menulis bukan hanya cerita yang dikodekan danditempatkan pada selembar kertas tetapimerupakan ide-ide, kearifan, dan inspirasi yangdiringkas dan ditempatkan ke dalam bentukyang dapat dibaca (Aritonang, 2017:18).

Menulis ialah menurunkan ataumelukiskan lambang-lambang grafik yangmenggambarkan suatu bahasa yang dipahamioleh seseorang. Orang lain dapat membacalambang-lambang grafik tersebut jika orang itumemahami bahasa dan gambaran grafiktersebut. Gambaran grafik yang dimaksudmenulis bukan huruf-huruf dalam poster ataumembuat karya-karya kaligrafi yang artistik

sifatnya. Menulis di sini dimaksudkan sebagaikemampuan seseorang untuk mengungkapkanide, pikiran, pengetahuan, ilmu, danpengalaman-pengalaman hidupnya dalambahasa tulis yang jelas, tuntun, ekspresif, enakdibaca dan dipahami orang lain. Menurutdefinisi Akademi Kepengarangan, dalamWidyamartaya, 1990, menulis dapat dipahamisebagai “keseluruhan rangkaian kegiatanseseorang mengungkapkan gagasan danmenyampaikannya melalui bahasa tulis kepadapembaca untuk dipahami tepat seperti yangdimaksudkan oleh penulis”.Dalam bukuTarigan (1985), pada prinsipnya fungsi utamadari sebuah tulisan adalah sebagai alatkomunikasi yang tidak langsung. Menulissangat penting bagi pendidikan karenamemudahkan para pelajar berpikir. Juga dapatmenolong kita berpikir kritis. Menurut Morsey,keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalamkehidupan modern saat ini. Keterampilanmenulis merupakan suatu ciri dari orang yangterpelajar atau bangsa yang terpelajar(Aritonang, 2017: 16).

Sehubungan dengan hal itu, kegiatanmenulis dapat dilakukan dengan baik oleh orangyang dapat menyusun pikirannya danmengutarakannya dengan jelas. Kejelasan initergantung pada pikiran, organisasi, pemakaiankata-kata, dan struktur kalimat serta menuntutlatihan yang cukup, teratur, dan pendidikanyang terprogram.Menurut Peck dan Schulz,program kegiatan menulis yang diselenggara-kan di sekolah sangat penting karena untukmencapai tujuan berikut.a. Membantu peserta didik memahami

bagaimana caranya mengekspresikan idesecara tertulis, dapat melayani mereka,dengan jalan menciptakan situasi-situasi didalam kelas yang jelas memerlukan karyatulis dan kegiatan menulis.

b. Mendorong peserta didik mengekspresikandiri mereka secara bebas dalam tulisan.

c. Mengajar peserta didik menggunakan ben-tuk yang tepat dan serasi dalam ekspresitulis.

d. Mengembangkan pertumbuhan bertahapdalam menulis dengan cara membantupeserta didik menulis sejumlah maksuddengan sejumlah cara dengan penuh

Page 87: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

67Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

keyakinan pada diri sendiri secarabebas(Aritonang, 2017: 18).Dalam silabus mata pelajaran bahasa

Indonesia SMP/MTs, Kurikulum 2013, termuatbahwa terkait dengan konsep literasi, diartikansebagai kemampuan seorang peserta didikdalam menulis dan membaca. Kemampuanberliterasi merupakan bentuk integrasi darikemampuan menyimak, mewicara, membaca,menulis, dan berpikir kritis. Adapun dalampengembangannya literasi merupakan upayapeningkatan kemampuan membaca danmenulis peserta didik yang berhubungandengan keberhasilannya dalam meraih prestasiakademis. Hal itu ditandai dengan kegemarandan kemampuannya dalam membaca maknatersurat dan tersirat, kemampuan menulis secarabenar dan jelas; serta dapat mengembangakankemampuannya itu melalalui berbagai kegiatansehari-hari di sekolah, bermasyarakat, ataupundi dunia kerja nantinya (KementerianPendidikan dan Kebudayaan, 2016:2).

Definisi entrepreneur, menurut Ciputra(2009:93), menitikberatkan pada pemanfaatanpeluang, sehingga dapat disimpulkan bahwauntuk menjalankan entrepreneurship tidakharus memiliki modal yang besar. Karakter yangwajib dimiliki oleh seorang calon entrepreneurantara lain adalah kreatif dan inovatif sertamampu mengorganisasi dengan baik danmemiliki komitmen yang tinggi. Apabila budayakeentrepreneuran sudah tumbuh danpendidikan keentrepreneuran sudah berjalan,akan lahir ragam entrepreneur bidang di luarbisnis yang akan memperkaya pembangunanIndonesia. Adapun ragam entrepreneur menurutCiputra (2011:149) sesuai Tabel 1.

Berdasarkan pentingnya menulis yang telahdisebutkan di atas dan agar tercapainya literasiyang termuat dalam silabus tersebut, itulahpentingnya membuat Program PembelajaranWritingpreneurship.

Adapun lingkup materi mata pelajaranbahasa Indonesia kelas I-XII merupakanpenjabaran 3 lingkup materi: bahasa, sastra, danliterasi. Lingkup materi bahasa mencakup teksterstruktur untuk tujuan tertentu, bagaimanabahasa digunakan untuk menciptakan teks agarkohesif, tingkat kerumitan teks dan topik, pola

dan ciri-ciri kebahasaannya, berteks secara tepatdengan menggunakan kata, kalimat, paragrafsecara efektif. Lingkup materi sastra mencakuppembahasan konteks sastra, tanggapan terha-dap karya sastra, menilai karya sastra, danmenciptakan karya sastra. Lingkup materiliterasi mencakup teks dalam konteks,berinteraksi dengan orang lain, menafsirkan,menganalisis, mengevaluasi teks,dan menciptateks (Kemendikbud, 2016:4).

Berdasarkan tiga lingkup materi matapelajaran bahasa Indonesia di atas, dalamprogram pembelajaran writingpreneurship,peserta didik diharapkan menciptakan berbagaiteks sesuai dengan tema yang telah ditetapkan.Materi bahasa peserta didik akan menciptakanteks prosedur, teks deskripsi, dan teks laporanhasil observasi. Materi sastra peserta didik akanmenciptakan teks puisi. Materi literasi yaitu teks-teks yang telah dihasilkan oleh peserta didikdipublikasikan dalam bentuk buku dan karyatulis.

Konsep dan Implementasi ProgramPembelajaran WritingpreneurshipKonsep PPW dibangun berdasarkan mindsetketiga dari kurikulum 2013, yaitu mengembang-

Tabel 1:Ragam Bidang Entrepreneur

Bidang Contoh yang DapatDilakukan

BusinessEntrepreneur

Mengubah tanah keringkerontang menjadi sebuahkota mandiri yang sukses.

AcademicEntrepreneur

Mengubah sekolah yang"miskin" menjadi sekolahyang sukses dan mampumenjadi donor.

GovernmentEntrepreneur

Mengubah daerahterbelakang menjadi daerahyang sejahtera.

SocialEntrepreneur

Mengubah komunitas"sampah" masyarakatmenjadi komunitas yangproduktif

Page 88: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

68 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

kan keterampilan menalar, mengkomunikasi-kan, dan mencipta. Kurikulum tersebut akan di-anggap berhasil apabila para lulusannya memi-liki kemampuan menalar/menganalisis,mengkomunikasikan, dan mencipta. Mindsettersebut berdasarkan Badan Standar NasionalPendidikan (BSNP) Tahun 2010 (Yani, 2014:73).Gambaran ideal manusia Indonesia yang akandiciptakan oleh Kurikulum 2013, dikutip dari“21 stCentury Partnership Learning Frameeork”,yaitu sesuai Gambar 1, yang menyatakan,pengua-saan pengetahuan sebagai coresubjectstidaklah cukup. Pada abad 21, setiaporang, tak terkecuali guru maupun siswa,dituntut untuk memiliki kemampuan kreatif dankritis, memiliki karakter yang kuat (bertanggungjawab, sosial, toleran, produktif, adaptif, danpercaya diri), serta didukung oleh kemampuandalam memanfaatkan informasi dan berkomuni-kasi. Berdasarkan kerangka Kompetensi Manusiaabad 21, konsep program pembelajaranwritingpreneurship menuntut peserta didikmemiliki kemampuan menalar, kemampuanmengkomunikasikan dan berkolaborasi, sertakemampuan mencipta (Yani, 2014:74). Ketiga haltersebut dijelaskan sebagai berikut.

Kemampuan MenalarKonsep Program Pembelajaran writing-preneurship sebaiknya dikhususkan bagipeserta didik jenjang Sekolah MenengahPertama maupun Menengah Atas. Menurut teoriPiaget, (Kemendiknas, 2010:28), usia 11 sampai15 tahun termasuk dalam tahapan operasionalformal. Tahapan tersebut adalah periode terakhirperkembangan kognitif yang dimulai dari usiasebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjutsampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalahdiperolehnya kemampuan untuk berpikir secaraabstrak, menalar secara logis, dan menarikkesimpulan dari informasi yang tersedia. Usiatersebut juga menandai masuknya ke duniadewasa secara fisiologis, kognitif, penalaranmoral, perkembangan psikoseksual, danperkembangan sosial.

Pendapat Pieget di atas sangat sesuaidengan kerangka pertama yaitu peserta didikdituntun untuk memiliki kemampuan dalamberpikir kritis, terutama dalam pemecehanmasalah. Melalui program pembelajaranwritingpreneurship, peserta didik dituntutmemiliki kematangan dalam berpikir dan

Gambar 1:Kerangka kompetensi manusia abad 21(Sumber: BSNP, 2010, dalam Buku Mindset Kurikulum 2013, Tahun 2014:75)

Page 89: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

69Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

bertindak, sehingga tahap-tahap pembelajaranwritingpreneurship dapat dilakukan denganbaik sesuai dengan usia siswa.

Kemampuan Mengkomunikasikan danBerkolaborasiProgram pembelajaran writingpreneurshipdisekolah penulis khususkan untuk kelas 7.Dilakukan secara berkelompok. Proyek inijugagabungan dari berbagai mata pelajaran.Dengan adanya gabungan mata pelajaran itumeringankan tugas peserta didik.

Ketika peserta didik melakukan proyekwritingpreneurship siswa dituntun untukmampu bekerja sama dengan baik antar anggotakelompok sehingga proyek tersebut dapattercapai dengan baik. Peserta didik juga harusmemiliki kemampuan dalam berkomunikasiuntuk mempresentasikan hasil proyeknyaberupa buku kumpulan berbagai teks ataupunproduk-produk lainnya dihadapan gurumaupun orang lain. Peserta didik juga dapatmelihat makna dari materi pembelajaranberperan sebagai sarana atau alat untuk berbagiinspirasi bagi sesama melalui teks-teks yangdiciptakan.

Selain itu, program pembelajaran writing-preneurship diintegrasikan dengan mengguna-kan kolaborasi mata pelajaran, memiliki berbagaikeuntungan, yaitu dengan adanya gabunganmata pelajaran ada banyak guru yang bekerjasama sehingga proyek writingpreneurship dapatberjalan dengan baik, sesuai dengan tujuan yangakan dicapai. Pembelajaran writingpreneurshipmemerlukan banyak guru sebagai mentor bagipeserta didik dan memberikan masukan sesuaidengan ilmu yang dimiliki oleh guru. Selain itu,peserta didik juga akan memahami bahwamateri pembelajar-an writingpreneurshipmerupakan gabungan mata pelajaran yang satudengan yang lainnya dapat saling berhubungan.

Kemampuan MenciptaKonsep PPW mengharuskan peserta didikmemiliki kemampuan mencipta. Adapun Teks-teks yang akan diciptakan oleh peserta didikberdasarkan silabus mata pelajaran bahasaIndonesia kelas 7. Teks-teks tersebut berkola-borasi dengan berbagai mata pelajaran dan

disesuaikan dengan kompetensi dasar (KD)yang mendukung teks tersebut.

Kolaborasi mata pelajaran bahasa Inggris,dan IPS akan menghasilkan buku teks prosedurdengan tema: My Culture, My Identity. Kolaborasimata pelajaran bahasa Indonesia, Seni Budaya(seni rupa), dan IPS akan menghasilkan bukuteks deskripsi dengan tema: Indahnya AlamIndonesia. Kolaborasi mata pelajaran bahasaIndonesia, Pendidikan Agama Kristen, dan IPA(Biologi) akan menghasilkan karya tulis berupateks prosedur dengan tema: Lingkungan Bersih,Hidupku Sehat. Kolaborasi mata pelajaranbahasa Indonesia, PPKn, dan IPS akanmenghasilkan buku teks puisi dengan tema :Saya Indonesia Saya Pancasila. Kolaborasi matapelajaran IPA (Fisika) dan bahasa Indonesiaakan menghasilkan karya tulis berupa tekslaporan hasil observasi dengan tema : PerubahanFisika dan Perubahan Kimia.

Sebelum menghasilkan teks-teks tersebut,peserta didik dituntut untuk memilikikemampuan mengakses, memahami, danmenggunakan sesuatu secara cerdas melaluiberbagai aktivitas, antara lain membaca berbagaibuku yang berhubungan dengan tema, melihatsecara langsung hal-hal yang berhubungandengan tema yang akan ditulis atau melaluimedia elektronik, menyimak penjelasan dari guruataupun para mentor tentang hal-hal yangberhubungan dengan tema yang akan ditulis,menulis sesuai dengan tema yang telahditentukan, dan/atau berbicara dalam hal inipara peserta didik akan mempresentasikan hasildari teks yang mereka tulis.

PPW senantiasa dilakukan dalamkelompok-kelompok kecil di dalam kelas. Satukelompok dapat terdiri dari beberapa siswa.Tujuannya untuk memotivasi dan melatihpeserta didik agar dapat belajar secarakolaboratif dan koopera-tif. Hal yang samaditerapkan juga untuk guru, sehingga ProgramPembelajaran Writingpre-neurship yang dibuatmerupakan kolabo-rasi dari dua mata pelajaranatau lebih. Bersikap kolaboratif dan kooperatifmerupakan bagian dari lifeskills (keterampilanhidup) yang hendak dilatihkan kepada pesertadidik sejak dini. Kedua keterampilan inimerupakan bagian dari kecakapan hidup abad21 (21st Century Skills) yang sangat perlu dimiliki

Page 90: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

70 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

oleh peserta didik pada masakini(Mudarwan, 2017:65).

Kegiatan pembelajarantidak berhenti pada tahapevaluasi yang berisi tes atauujian saja, namun dapat diting-katkan sampai pada tahapanmencipta (creating) dari takso-nomi Bloom edisi revisi olehLorin W. Anderson dan DavidR. Krathwhol (2002). Terdapatenam kemampuan yang kemu-dian dikategorikan dalam 2(dua) kelompok besar, yaituLower Order Thinking Skills(LOTS) dan Higher OrderThinking Skills (HOTS).Pembagian kemampuan sesuaiyang terlihat pada Tabel 2.

Dalam PPW, project kelompok peserta didikharus diarahkan sampai pada tahapan tertinggidari revisi taksonomi Bloom tersebut, yaituCreating atau mencipta yang berada dalamcakupan HOTS. Peserta didik diharapkanmampu menciptakan karya dari pemahaman-nya tentang konsep atau prinsip-prinsipkeilmuan (atau topik) yang sedang dipelajarinya.Tidak cukup sampai pada ulangan harian, UjianSekolah (US) dan Ujian Nasional (UN) yanghanya sampai pada tahap Remembering danUnderstanding (yang merupakan LOTS) untukmenyatakan bahwa peserta didik sudahmenguasai konsep keilmuan tertentu. karenaumumnya yang diuji hanya aspek kognitif saja.Sejatinya peserta didik harus diarahkan sampaipada tahapan creating (mencipta) sebagai“bukti” pemahamannya tentang konsep danprinsip keilmuan tersebut. Tahap creating

Tabel 2: Lower Order Thinking Skills (LOTS)dan Higher Order Thinking Skills (HOTS)

LOTS HOTS

- Pengetahuan(Remembering)

- Analisa(Analyzing)

- Pemahaman(Understanding)

- Evaluasi(Evaluating)

mencakup bukan saja aspek kognitif, melainkandi dalamnya sudah mencakup aspek sikap(afektif) dan juga keterampilan (psikomotorik).Tahap creating tersebut sangat penting dansangat perlu dilatihkan kepada setiap pesertadidik agar menjadi habit (Mudarwan, 2017:66).

Langkah-Langkah ProgramPembelajaran Writingpreneurship

Langkah pertama: Tim guru menganalisis KIdan KD yang sesuai dengan PPWTim guru yang telah dibentuk bersama-samamenganalisis KI dan KD dari berbagai matapelajaran yang akan digunakan dalampembelajaran writingpreneurship. Hal inidilakukan untuk menentukan tema yang sesuaidengan KD setiap mata pelajaran yang akanberkolaborasi. PPW khusus tahun pelajaran2017-2018 ada lima tema. Adapun kolaborasimata pelajaran, tema, dan proyek yang akandilakukan oleh peserta didik sesuai Tabel 3. Padapembelajaran writingpreneurship gurumembagi kelompok kerja. Sebaiknya setiapkelompok terdiri dari 6 sampai 8 orang.Berdasarkan kelima tema di atas peserta didikakan dibagi menjadi lima kelompok dalam setiapkelas. Setiap peserta didik dalam anggotakelompok wajib menulis satu atau dua tekstulisan sesuai dengan tema yang didapat. Setiapkelompok akan mendapatkan satu temaberdasarkan undian. Setiap kelompok didam-

Gambar 2:Taksonomi Bloom edisi Revisi oleh Lorin W. Anderson danDavid R. Krathwhol (2002) (Sumber:Buku Panduan ProgramEntrepreneurship BPK PENABUR Jakarta, 2016)

Remembering

UnderstandingApplying

Analyzing

Creating

Evaluating

Low Order

Higher Order

Page 91: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

71Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

pingi satu mentor (guru) yang berfungsi meman-tau sampai sejauh mana proyek writingpre-neurship dilaksanakan peserta didik.

Langkah kedua: Membuat jadwal kegiatanpembelajaran writingpreneurshipPada langkah kedua tim guru yang tergabungdalam PPW membuat jadwal kerja. Hal inidilakukan agar proyek dapat berjalan sesuaidengan jadwal dan panduan yang sudah dibuat.

Jadwal kerja proyek writingpreneurshipwajib disosialisasikan oleh tim guru yangtergabung dalam PPW kepada peserta didik.

Langkah ketiga: Melaksanakan tahap-tahappembelajaran writingpreneurshipSalah satu model pendidikan yang dapatmengembangkan keterampilan menalar,mengomunikasikan, dan mencipta, yaitu modelpembelajaran Project Based Learning yang

Tabel 3:KI dan KD Mata Pelajaran, Tema, dan Proyek Pembelajaran WritingpreneurshipKelas 7

MataPelajaran Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Tema Statement of

Project

BahasaInggris

3. 4 Mengindentifikasi fungsisosial, struktur teks, danunsur kebahasaan teksinteraksi transaksional lisandan tulis yang melibatkantindakan memberi danmeminta informasi terkaitnama dan jumlah binatang,benda, dan bangunan publikyang dekat dengankehidupan siswa sehari-hari,sesuai dengan kontekspenggunaannya

4.4 Menyusun teksinteraksi transaksionallisan dan tulis sangatpendek dan sederhanayang melibatkan tindakanmemberi dan memintainformasi terkait namadan jumlah binatang,benda, dan bangunanpublik yang dekat dengankehidupan siswa sehari-hari, sesuai dengankonteks

MyCulture,My Identity

Menciptakanbarang-barangyang bergunayang memilikiinformasibudayaseputarwarisan Hindu- Buddha yangditampilkandalam bahasaInggris yangbenar

IPS 3.4Memahami berpikirkronologi, perubahan dankesinambungan dalamkehidupan bangsa Indonesiapada aspek politik, sosial,budaya, geografis, danpendidikan sejak masapraaksara sampai masaHindu, Buddha, dan Islam

4.4 Menyajikan hasilanalisis kronologi,perubahan dankesinambungan dalamkehidupan bangsaIndonesia pada aspekpolitik, sosial, budaya,geografis, dan pendidikansejak masa praaksarasampai masa Hindu,Buddha, dan Islam

PAK(Pendidik-an AgamaKristen)

3. 2 Mencari fakta yangberkaitan denganpemeliharaan Allah yangterus berlangsung bagimanusia dan alam

4.2 Melakukan berbagaiaktivitas yangmenunjukkan keterlibatanaktif dalam memeliharaalam dan lingkunganhidup

Lingkung-an Bersih,HidupkuSehat

Membuatrancangan/ma-ket sebuahkota yanglingkungannyabersih. Dankarya tulisberisi teksprosedur

IPA(Biologi)

3.8 Menganalisis terjadinyapencemaran lingkungan dandampaknya bagi ekosistem

4.8 Membuat tulisantentang gagasanpenyelesaian masalahpencemaran dilingkungannyaberdasarkan hasilpengamatan

Page 92: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

72 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

MataPelajaran Kompetensi Dasar Kompetensi Inti Tema Statement of

Project

BahasaIndonesia

3.8 Menelaah struktur,kebahasaan, dan isi tekslaporan hasil observasi yangberupa buku pengetahuanyang dibaca ataudiperdengarkan

4.8 Menyajikan rangkum-an teks laporan hasilobservasi yang berupabuku pengetahuan secaralisan dan tulis denganmemperhatikan kaidahkebahasaan atau aspek lisan

PPKn 3. 1 Menganalisis prosesperumusan dan penetapanPancasila sebagai dasarNegara

4.1 Menyaji hasil analisisproses perumusan danpenetapan Pancasilasebagai dasar Negara

SayaIndonesiaSayaPancasila

Mengkampa-nyekan sayaIndonesia.Saya Pancasiladalam bentukbukukumpulan tekspusi

IPS 3.2 Menganalisis interaksisosial dalam ruang danpengaruhnya terhadapkehidupan sosial, ekonomi,dan budaya dalam nilai dannorma serta kelembagaansosial budaya

4.2 Menyajikan hasilanalisis tentang interaksisosial dalam ruang danpengaruhnya terhadapkehidupan sosial, ekono-mi, dan budaya dalamnilai dan norma sertakelembagaan sosial budaya

BahasaIndonesia

3.10 Menelaah struktur dankaidah kebahasaan puisirakyat (pantun, syair, danbentuk puisi rakyat setempat)yang dibaca dan didengar

4.10 Mengungkapkangagasan, perasaan, pesandalam bentuk puisi rakyatsecara lisan dan tulisdengan memperhatikanstruktur, rima, danpenggunaan bahasa

SeniBudaya(SeniRupa)

3. 1 Memahami unsur, prinsip,teknik dan prosedur meng-gambar flora, fauna dan alambenda dengan berbagai bahan

4.1 Menggambar flora,fauna dan alam benda

IndahnyaAlamIndonesia

Mendeskripsi-kan indahnyaflora dan faunaIndonesiadalam bentuklukisan dantulisan teksdeskripsi

IPS 3.1 Memahami konsep ruang(lokasi, distribusi, potensi,iklim, bentuk muka bumi,geologis, flora dan fauna) daninteraksi antarruang diIndonesia serta pengaruhnyaterhadap kehidupan manusiadalam aspek ekonomi, sosial,budaya, dan pendidikan

4.4 Menyajikan hasil tela-ah konsep (lokasi, distri-busi, potensi, iklim, bentukmuka bumi, geologis, floradan fauna) dan interaksiantarruang di Indonesia sertapengaruhnya terhadapkehidupan manusia dalamaspek ekonomi, sosial,budaya, dan pendidikan

IPA(Fisika)

3. 3 Menjelaskan konsepcampuran dan zat tunggal(unsur dan senyawa), sifatfisika dan kimia, perubahaanfisika dan kimia dalamkehidupan sehari-hari

4.3 Menyajikan hasilpenyelidikan atau karyatentang sifat larutan,perubahan fisika danperubahan kimia, ataupemisahan campuran

PerubahanFisika danPerubahanKimia

Melakukanpercobaan untukmenyelidikitentang sifatlarutan terhadapperubahanfisika dankimia .Hasilnya karyatulis berisiteks laporanhasil observasi

BahasaIndonesia

3.7 Mengindentifikasiinformasi dari teks laporanhasil observasi berupa bukupengetahuan yang dibacaatau diperdengarkan

4.7 Menyimpulkan isi tekslaporan hasil observasiyang berupa bukupengetahuan yang dibacadan di dengar

Page 93: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

73Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Tabel 4:Jadwal Kerja Proyek Pembelajaran Writingpreneurship Kelas VII SMPK 1 PENABUR TahunPelajaran 2017 - 2018

No Nama Kegiatan TanggalPelaksanaan Tim Guru

1. Pembagian kelompok kerja writingpreneurship 28 Juli 2017 Walikelas

2. Bagi Mentor untuk masing-masing kelompok

8 Agustus 2017 Keke danwali kelas

3. Menjelaskan materi tahap-tahap pembelajaranentrepreneurship (witingpreneurship) Keke

11 Agustus 2017

Keke

4. Pemberian materi masing-masing guru matapelajaran sesuai dengan tema :1.My Culture, My Identity2. Lingkungan Bersih, Hidupku Sehat3. Saya Indonesia Saya Pancasila4. Indahnya Alam Indonesia5. Perubahan Fisika dan Perubahan Kimia

14 Agustus-29September 2017

Teamkolaborasiguru

5. Penyusunan proposal tahap Discover 1- 29 September 2017 Keke

6. Pengumpulan proposal tahap Discover 2 - Oktober 2017 Keke danwali kelas

7. Rapat para mentor tentang persetujuan proposaltahap Discover

6 Oktober 2017 Teamkolaborasiguru

8. Perbaiki proposal bagi yang belum memenuhisyarat

9 - 13 Oktober2017

Teamkolaborasiguru

9. Pengumpulan kembali perbaikan proposal tahapDiscover

17 Oktober 2017 Wali kelasVII dan Keke

10. Tahap Design: Pelaksanaan mendesain berbagiproduk dan tulisan sesuai dengan tema yangdipilih.

18 - 27 Oktober2017

Teamkolaborasiguru

11. Tahap Do: Proses pembuatan produk dan tulisansesuai dengan desain yang telah dibuat

27 Oktober -17November 2017

Teamkolaborasiguru

12. Tahap Do: Proses koreksi produk dan tulisan 17 -24 November2017

Teamkolaborasiguru

13. Tahap Do: Memperbaiki produk dan tulisan 24 November -8Desember 2017

Teamkolaborasiguru

Page 94: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

74 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

No Nama Kegiatan TanggalPelaksanaan

Tim Guru

14. Tahap Do: Pengumpulan produk dan tulisan dalambentuk buku

11 - 15 Desember2017

Wali kelasVII dan Keke

15. Tahap Do: Penyusunan laporan proyekwritingpreneurship dalam bentuk power point

8 - Januari 2018 Keke

16. Tahap Do: Pengumpulan laporan proyekwritingpreneurship lewat email dan buku

15 - 19 Januari2018

Wali kelasVII dan Keke

17. Tahap Evaluate :Latihan presentasi laporan proyekwritingpreneurship dan presentasi

Maret 2018 Team kolaborasiguru

18. Pameran dan presentasi Entrepreneurship(writingpreneurship)

Maret 2018 Panitia danwali kelas 7

disingkat PBL atau dikenal sebagai pembelajar-an berbasis proyek. Model PBL merupakansebuah model pembelajaran yang menggunakankegiatan berbasis proyek sebagai inti pembelajar-an. Untuk memudahkan proses PBL tersebut,bagian Kurikulum Evaluasi BPK PENABURJakarta telah menyusun Buku Panduan ProgramEntrepreneurship. Berdasarkan buku panduantersebut tahap-tahap pembelajaran writing-preneurship menggunakan diagram yangberbentuk siklus pembelajaran yang disebutsebagai Learning Chain – 3DsE sesuai Gambar 3.

Gambar 3:Diagram Learning Chain – 3DsE (Sumber:Buku Panduan Program EntrepreneurshipBPK PENABUR Jakarta, 2016)

Untuk melakukan proses pembelajaranyang berdasarkan Learning Chain - 3DsE, makaguru bertindak sebagai fasilitator sekaligusmentor bagi kelompok peserta didik. Kelompokperlu memahami dan menerapkan tahapanbelajar Learning Chain - 3DsE. Untukitu, guruharus menjelaskannya terlebih dahulu. Waktupelaksanan dimulai semester 1 siswa kelas 7.Pada semester 2 proyek tersebut diujikan. Waktupelaksanaan berdasarkan tahap-tahap LearningChain - 3DsE yang akan dijelaskan di bawah ini.

Tahap pertama: DiscoverDi dalam tahap ini peserta didik belajar denganmenggali dan menemukan berbagai fakta dankonsep (prinsip) keilmuan dari topik atau temayang sedang dipelajari. Termasuk di dalamtahapan Discover, yaitu explore, observe, get ideasdan fomulate. Guru berperan memberikan contohdan dorongan agar peserta didik dapat melaku-kan Explore (penggalian fakta dan data)sertaobserve (melakukan pengamatan), yaitu menggaliilmu selebar-lebarnya (horizontal) dan sedalam-dalamnya (vertical). Dalam tahap inipula gurumelontarkan pertanyaan-pertanyaan esensialatau suatu permasalahan, yang membutuhkanjawaban. Jawaban atas pertanyaan itulah yangkemudian akan mendorong siswa mendapatkanberbagai ide-ide unik (get ideas) dalam upayamencari solusi-solusi yang kreatif dan inovatifdalam proyek yang akan dibuatnya bersamadalam tim (kelompok). Bagian terakhir dari

Page 95: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

75Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

tahap discover adalah memformulasikanrencana kegiatan atau proyek yang akandilakukan (formulate).

Waktu yang digunakan selama dua bulan,mulai bulan Agustus sampai September. Semuaguru bidang studi yang terlibat dalam proyekPPW wajib menjelaskan materi sesuai dengantema yang telah dipilih oleh kelompok pesertadidik. Guru menjelaskan materi tersebut padajam mengajar guru tersebut dan guru harus dapatmengatur jadwal dengan baik.

Tahap kedua: DesignDi dalam tahap Design terdapat beberapa bagianyang saling terkait, yaitu: Develop, Plan, Estimatedan organize. Dari sekian banyak fakta, konsep(prinsip), serta ilmu pengetahuan yang telahdigali dalam tahap Discover, maka kelompokpeserta didik merumuskannya secara detailsebagai tanda pemahamannya yang dalam danluas tentang topik atau tema yang sedangdipelajarinya (Develop dan Plan) untuk meru-muskan secara detail proyek yang akan dilaku-kan. Rumusannya harus dilakukan secaratertulis dan dilengkapi dengan proposal proyek.Guru berperan sebagai mentor atau pelatih(coach) yang membimbing dan memberikanmasukan atau ide-ide agar proposal proyek yangdibuat kelompok siswa matang. Proposal proyekdilengkapi dengan perkiraan biaya yang akandiperlukan (estimate) serta organisasi sumberdaya manusianya (organize) yang akan bertindakmelakukan proyek pembelajaran tersebut.

Pada tahap design ini kelompok siswa diberiwaktu selama dua bulan, tepatnya Septembersampai Oktober. Mentor (guru) yang ditunjukterus menerus memantau dan menjalankankegiatan sesuai jadwal yang telah dibuat padatahap desain ini.

Tahap ketiga: DoDalam tahap ini, kelompok siswa melakukanaksi (action) proyek yang telah dirumuskannyaserta mengkomunikasikan (communicate) hal-halyang terkait dengan proyek yang sedang dansudah dilakukannya kepada kelompok lain danjuga kepada guru pembimbing. Terkait denganproduk atau jasa yang dihasilkan (produce), makakegiatan tersebut harus mengaplikasikanberbagai standar yang berlaku (apply standard).Contoh, ketika proyek yang dilakukan adalah

membuat produk makanan olahan, maka produkmakanan yang dibuat itu dikerjakan denganstandar kebersihan, hygiene dan standar giziyang baik, sehingga menjamin produk yangdihasilkan itu bermanfaat dan berkualitas baik.Pada tahapan ini pula antar kelompok dapatsaling belajar dan berbagi ide atau inspirasiuntuk proyek-proyek pembelajaran berikutnya.

Waktu yang diberikan pada tahap iniselama dua bulan, tepatnya November sampaiDesember. Selainnya itu pada tahap do inikelompok peserta didik akan menyusun laporanproyek writingpreneurship dalam bentuk powerpoint yang akan digunakan dalam presentasi.Pengumpulan laporan tersebut dilakukan padabulan Januari.

Tahap keempat: EvaluatePada tahap ini peserta didik mempresentasikanhasil proyek pembelajaran writingpreneurship dijadwal khusus pada bulan Maret. Ada timpenilai dari guru dan kepala sekolah yang telahdibentuk untuk menguji proyek yang telahdilakukan peserta didik. Penilaian dilakukanuntuk membantu guru dalam mengukurketercapaian standar, berperan dalammengevaluasi kemajuan masing-masing pesertadidik, memberi umpan balik tentang tingkatpemahaman yang sudah dicapai peserta didik,membantu guru dalam menyusun strategipembelajaran berikutnya.

Pada tahapan ini juga peserta didikmembuat kesimpulan atas proyek pembelajaranyang telah dilakukan (summarize). Jugamelakukan refleksi (reflect) atas produk ataukarya yang sudah dibuatnya. Masukan dan saranjuga bisa didapatkan dari guru pembimbing danteman-temannya, baik dari kelompoknya sendirimaupun dari kelompok lainnya. Tujuan tahapanini adalah mendapatkan feedback yangmembangun, supaya proyek pembelajaran yangdilakukannya ke depan lebih baik (follow up).

Langkah keempat: Menyusun Rubrik PenilaianPada langkah keempat ini guru menyusun rubrikpenilaian yang akan digunakan untuk penilaianakhir PPW. Ada empat aspek yang dinilai dalamPPW, yaitu kepemimpinan, kreativitas, komuni-kasi, dan kepedulian sosial dan budaya. Keem-pat aspek tersebut dinilai berdasarkan indikatoryang telah disepakati bersama. Langkah ini

Page 96: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

76 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

terdiri atas (a) membuat jadwal tampil presentasi,(b) membuat undangan untuk orang tua muridyang akan diundang pada saat anaknya tampilpresntasi dan juga utusan dari Bagian Kuriku-lum dan Evaluasi Yayasan BPK PENABUR jugautusan dari yayasan, dan (c) membuat kuesioneryang akan diisi oleh orang tua maupun utusandari Bagian Kurikulum dan Evaluasi YayasanBPK PENABUR pada saat peserta didik tampilpresentasi. Adapun rubrik penilaian, jadwalpresentasi, dan kuesioner dapat seperti Tabel 5.

Berdasarkan Rubrik Penilaian ProyekPembelajaran Writingpreneurship pada Tabel 5

Tabel 5:Rubrik Penilaian Proyek Pembelajaran Writingpreneurship Aspek Kepemimpinan

Namakelompok-/Kelas

Kepemimpinan

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Nilai

Memilikiinisiatif

Mampu bekerjadengan/menge-lola orang yangberbedapendapat

Mampu mela-kukan pende-katan agarorang lainmengikutiidenya

Mampumengelolatimmencapaitujuan

TotalNilai

KonversiNilai

Aspek Kreativitas

Namakelompok-/Kelas

Kepemimpinan

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Nilai

Menghasil-kan idedenganunsurkebaruan

Mampu meman-faatkan bahan/sumber dayayang tersedia

Mampumenghubung-kan dua/lebihkonsep

Menghasil-kan produkatau laya-nan yangbermanfaat

TotalNilai

KonversiNilai

Aspek Komunikasi

Namakelompok-/Kelas

Kepemimpinan

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Nilai

Mampumengungk-apkangagasan

Mampumengomunikasi-kan data-datasesuai proedur

Mampumenanggapipendapatorang lainsecara positif

Mampu me-manfaatkanmedia yangtersediauntukmengomuni-kasikanproduk/la-yanan

TotalNilai

KonversiNilai

di atas khusus aspek kepemimpinan, aspekkreativitas, dan aspek kepedulian sosial danbudaya penilaian dilakukan selama prosespembelajaran berlangsung sesuai dengan jadwayang telah disusun dengan menggunakan lembarobservasi yang dilakukan oleh para mentor.Hanya aspek komunikasi saja yang dilakukanpada saat penilaian presentasi.

Langkah kelima: Memberikan pengarahan.Pada langkah kelima ini guru memberikanpengarahan kepada peserta didik mengenaikapan harus mengumpulkan laporan presentasi,

Page 97: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

77Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Tabel 6:Jadwal Tampil Presentasi ProyekPembelajaran Writingpreneurship

NomorUndian

Namakelompok/nama siswa

Kelas Waktu

Tabel 7:Kuesioner Presentasi Proyek Pembelajaran Writingpreneurship

Petunjuk Pengisian: Centanglah kriteria penilaian yang sesuai dengan penampilan kelompok

Fokus PenilaianNama

Kelompok/Nama Siswa

Kriteria Penilaian

Kurang Cukup Baik SangatBaik

Siswa menguasai materi presentasi

Suara terdengar dengan jelas

Presentasi dilakukan dengan lancar

Penyampaian ide hasil kerja (berupaproduk maupun buku kumpulan teks)mudah dimengerti

Mempresentasi materi dengan percayadiri

produk-produk inovasi yang telah dihasilkan,jadwal tampil, membagi surat undangan untukorang tua, memberitahu kriteria penilaianpresentasi, dan lain sebagainya yangberhubungan dengan penilaian akhir PPW.

Langkah keenam: Memberikan penilaian danevaluasiPada langkah keenam ini, tim penilai (guru,wakil bidang kurikulum, dan kepala sekolah),bersama orang tua siswa memberikan penilaiandan evaluasi untuk memberikan kritik, pujian,dan masukan agar lebih baik lagi kedepannyapada masing-masing kelompok yang sudahtampil presentasi. Memberikan apresiasi (berupahadiah) kepada kelompok terbaik dalampresentasi dan inovasi produk yang dihasilkan.

Aspek Kepedulian Sosial dan Budaya

Namakelompok-/Kelas

Kepemimpinan

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Total Nilai

Mampuberinterak-si denganorang lain

Mampu melihat/mengindentfikas-ikan permasalah-an di lingkungansekitar

Mampumelakukantindakan yangberdampakpositif

Mampumengangk-at budaya/keunggul-an lokal

TotalNilai

KonversiNilai

Keterangan :Terpenuhi empat indikator = 4Terpenuhi tiga indikator = 3Terpenuhi dua indikator = 2Terpenuhi satu indikator = 1

Page 98: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

78 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Hasil Proyek Pembelajaran Writingpreneurship

Adapun salah satu contoh hasil proyek pembelajaran writingpreneruship berupa karya tulis/buku dan produk SMPK 1 PENABUR Jakarta, tahun pelajaran 2017-2018, terdapat pada Tabel 8.

Tabel 8:Hasil Proyek Pembelajaran Writingpreneurship

Tema Karya tulis/buku Produk

Saya IndonesiaSaya Pancasila

Indahnya AlamIndonesia

Lingkungan BersihHidupku Sehat

My Culture MyIdentity

Perubahan Fisikadan PerubahanKimia

Page 99: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

79Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Hasil dari produk-produk di atasdipamerkan dalam rangkaian acara Pamerandan Presentasi Entrepreneurship yangdiselenggarakan oleh sekolah setiap satu tahunsekali. Peserta didik diperbolehkan menjualhasil produk tersebut kepada orang tua ataupunundangan saat pameran berlangsung.

Simpulan

KesimpulanProgram Pembelajaran Writingpreneurshipsebagai salah satu cara dalam menerapkanliterasi sekolah, diperoleh kesimpulan bahwapembelajaran ini memiliki beberapa keunggulansebagai berikut.

Pertama, tahapan Project Based Learning -Learning Chain - 3DsE senantiasa dilakukandalam kelompok kecil di dalam kelas. Satukelompok dapat terdiri dari beberapa siswa.Tujuannya untuk memotivasi dan melatihpeserta didik agar dapat belajar secarakolaboratif dan koope-ratif. Hal yang samaditerapkan juga untuk sang pengajar (guru),sehingga Program Pembelajaran Writingpre-neurship yang dibuat merupakan kolaborasi daridua mata pelajaran atau lebih. Bersikapkolaboratif dan kooperatif merupakan bagiandari lifeskills (keterampilan hidup) yang hendakdilatihkan kepada peserta didik sejak dini.Keterampilan ini merupakan bagian darikecakapan hidup abad 21 (21st Century Skills)yang sangat perlu dimiliki oleh peserta didikpada masa kini. Kedua, melalui tahapan ProjectBased Learning – Learning Chain - 3DsE yangdilakukan, peserta didik terlatih untuk memilikijiwa, sikap, dan perilaku entrepreneur, yaitu: (a)penuh percaya diri, ketika peserta didik tampildalam mempersentasikan hasil belajar mereka,penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomit-men, dan bertanggungjawab dalam mengerjakantugas-tugas yang diberikan; (b) memiliki inovasi,dalam menghasilkan teks-teks yang sesuai temayang dipublikasikan dalam bentuk bukukumpulan maupun produk berupa maketmaupun souvenir sehingga memiliki nilai jual;(c) memiliki motif berprestasi dengan membuatberagam tulisan yang baik sesuai denganlangkah-langkah yang telah diajarkan; (d)

memiliki jiwa kepemimpinan, siswa beranitampil beda dapat dipercaya, dan tangguh dalambertindak; dan (e) berani mengambil risiko, ketikasiswa harus memperhitungkan anggaran danayang dibutuhkan dalam mencetak hasil tulisandalam bentuk buku maupun produk. Ketiga,melalui tahap-tahap Project Based Learning –Learning Chain - 3DsE yang dilakukan, pesertadidik terlatih untuk berpikir kreatif dan bertindakinovatif sehingga tantangan yang dihadapiselama menjalankan tahap-tahap tersebut dapatteratasi dan terpecahkan. Keempat, ProgramPembelajaran writingpreneurship sangat mudahdilaksanakan apabila adanya kerjasama antaraguru, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, sertaorangtua peserta didik yang mendukung.

SaranDalam menerapkan literasi sekolah melaluipembelajaran writingpreneurship, yang penulisdapat sarankan sebagai berikut.1. Dalam penyusunan rencana pembelajaran

writingpreneurship tim guru hendaknyamelakukannya dengan matang, terutamayang berkaitan dengan kebutuhan, karakter,dan minat peserta didik. Sedangkan dalampelaksanaan pembelajaran, guru hendak-nya dapat menyusun langkah-langkahpembelajaran secara sistematis, memberi-kan bimbingan yang maksimal, dan dapatmenciptakan suasana belajar yangmenyenangkan, sehingga proses pembel-ajaran writingpreneurship dapat berjalansesuai dengan jadwal yang sudah dibuat.Sementara itu dalam penilaian, guruhendaknya terbuka kepada peserta didikagar peserta didik sungguh-sungguhmengerjakan tugas yang diberikan,sehingga hasilnya maksimal.

2. Program Pembelajaran Writingpreneurshipini tidak wajib hanya untuk peserta didikyang duduk di kelas 7 saja, namun dapatdigunakan pada peserta didik kelas 8 – 12,sebab materi mata pelajaran bahasaIndonesia terdiri dari berbagai jenis teks.

3. Dalam penilaian, guru harus terbukakepada peserta didik agar peserta didiksungguh-sungguh mengerjakan tugas yangdiberikan, sehingga hasilnya maksimal.

Page 100: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

80 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Program Pembelajaran Writingpreneurship

Semoga Program PembelajaranWritingpreneurship dengan menggunakankolaborasi berbagai mata pelajaran yang terdapatdalam kurikulum 2013 jenjang SMP/MTs inidapat memberi manfaat dan menjadi contoh bagiteman-teman guru khususnya guru matapelajaran bahasa Indonesia dan pada umumnyaguru mata pelajaran lainnya.

Daftar Pustaka

Aritonang, Keke Taruli. (2017). Gegembatu, catatanharian guru dalam menggerakkan literasi disekolah. Bogor: Azkiya

Bagian Kurikulum dan Evaluasi BPKPENABUR. (2016). Buku panduan programentrepreneurship PENABUR. Jakarta:Yayasan BPK PENABUR

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar danMenengah. (2016). Panduan gerakan literasisekolah di Sekolah Menengah Pertama.Jakarta: Kementerian Pendidikan danKebudayaan

Harosid, Harun. (2017). Kurikulum 2013 revisi2017. Jakarta: Kementerian Pendidikandan Kebudayaan

Keke T. Aritonang. (2017). Pembelajarandesapreneurship untuk menumbuhkankarakter entrepreneur. Jurnal PendidikanPENABUR nomor 28 tahun ke-16, Juni2017, 69-83

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.(2016). Silabus mata pelajaran SekolahMenengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaranbahasa Indonesia. Jakarta : KementerianPendidikan dan Kebudayaan

Koesoema, Doni. (2007). Pendidikan karakter,strategi mendidik anak di zaman global.Jakarta: Grasindo

Mudarwan. (2017). Model pembelajaran berbasisproyek dan implementasinya di Sekolah.Jurnal Pendidikan PENABUR nomor 29tahun ke-16, Desember 2017, 57-67

Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanRepublik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015tentang Penumbuhan Budi Pekerti

Yani, Ahmad. (2014). Mindset kurikulum 2013.Bandung : Alfabeta

_____. (2016). Silabus mata pelajaran SekolahMenengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaran IPAJakarta : Kementerian Pendidikan danKebudayaan

_____ (2016). Silabus mata pelajaran SekolahMenengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaran IPS.Jakarta : Kementerian Pendidikan danKebudayaan

_____. (2016). Silabus mata pelajaran SekolahMenengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaranbahasa Inggris. Jakarta : KementerianPendidikan dan Kebudayaan

_____. (2016). Silabus mata pelajaran SekolahMenengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaran SeniBudaya. Jakarta : Kementerian Pendidikandan Kebudayaan

_____. (2016). Silabus mata pelajaran SekolahMenengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaranPendidikan Agama Kristen. Jakarta :Kementerian Pendidikan danKebudayaan

_____. (2016). Silabus mata pelajaran SekolahMenengah Pertama (SMP)/MadrasahTsanawiyah (SMP/MTs) mata pelajaranPPKn. Jakarta : Kementerian Pendidikandan Kebudayaan

Page 101: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

81Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah:Sebuah Pemahaman

Harun D. SimarmataE-mail: [email protected]

Bagian Kerohanian dan Karakter BPK PENABUR Jakarta

Opini

SAbstrak

alah satu model implementasi pendidikan karakter adalah berbasis kultur sekolah. Kultursekolah sebagai basis pendidikan karakter merupakan sebuah variabel penting atau dasaruntuk perbaikan maupun perkembangan sekolah itu sendiri. Pengembangan kultursekolah ternyata belum sepenuhnya dipahami oleh warga sekolah, bahkan dipersempit

kepada hal-hal tertentu saja. Tanggung jawab pengembangan kultur sekolah pun hanya ditumpukankepada beberapa orang saja di sekolah serta pandangan yang menyederhanakan prosesimplementasi pendidikan karakter dalam kultur sekolah yang tidak utuh dan menyeluruh. KulturSekolah juga kurang mendapat tempat dan perhatian dalam sistem pendidikan sekolah. Tulisanini berusaha memberikan pemahaman sederhana mengenai pendidikan karakter berbasis kulturdi sekolah.

Kata-kata kunci: pendidikan karakter, kultur, sekolah, pendidikan karakter berbasis kultur sekolah

Understanding Culture Based Character Education in School

AbstractOne of implementation methods of character education is based on school culture. School Culture as a based forcharacter education is an important variable or foundation for improvement and development of the schoolitself. School Culture development is still not fully understood by the school stake holder, and even beingnarrowed to certain components. Responsibility of its development is often assigned only to a few numbers ofstaff. And also with perspective that is simplifying the process of its implementation, which is not whole andcomplete. It also lacks of concern and attention in the school system. Therefore this paper was intended to givesimple understanding about culture based character education.

Keywords: character education, school culture, school culture based character education

Page 102: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

82 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

Pendahuluan

Salah satu tantangan yang dihadapi dariperkembangan abad 21 adalah lunturnya kultursebuah komunitas. Tantangan ini sangat jelasterlihat dalam kehidupan anak-anak muda saatini. Ketidakpedulian, melakukan kekerasan, seksbebas, tawuran serta tindakan merusak danperilaku tidak bertanggung jawab telahmerongrong kehidupan anak-anak muda.Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi,menjadikan anak-anak muda menjadi kurangbersosialisasi dengan sesamanya di dunia nyata.

Tantangan abad 21 juga turut mempenga-ruhi kultur dalam kehidupan. Hal ini jugapernah diungkapkan oleh menteri Pendidikandan Kebudayaan, Mudhajir Effendy, dalammemperingati Hari Pendidikan Nasional. Iamenyebutkan revolusi industri 4.0 yangbertumpu pada cyber-physical system telahmengubah peri kehidupan masyarakat, ArtificialIntelligence, serta mesin-mesin cerdas telahmenggantikan tenaga kerja manusia.

Lalu, permasalahan berikutnya adalahbagaimana dengan sekolah? Apa yang bisadilakukan oleh sekolah ketika anak-anak yanghadir di sekolah tersebut merupakan anak yangtelah mengalami kelunturan kultur demikian?Sekolah bukan sebuah tempat di mana seluruhpersoalan bangsa bisa diselesaikan, namunsekolah menjanjikan banyak hal tentangperbaikan sebuah bangsa di masa depan.Sekolah, dengan pendidikan karakter berbasiskultur, dapat menjadi kekuatan untukmemperbaiki serta menumbuh-kembangkankarakter anak di tengah tantangan yangdihadapi.

Memahami Pendidikan KarakterIstilah education, yang berarti pendidikan,merupakan turunan kata kerja dari bahasa Latin,educare dan educere. Kata educare memilikikonotasi melatih atau menjinakan (seperti dalamkonteks manusia melatih hewan-hewan yangliar menjadi semakin jinak sehingga bisaditernakkan), menyuburkan (membuat tanah itulebih menghasilkan banyak buah berlimpahkarena tanahnya telah digarap dan diolah).

Dalam konsep educare, pendidikan merupakansebuah proses menumbuhkan, mengembang-kan, mendewasakan, membuat yang tidak tertatamenjadi semakin tertata.

Kata educere merupakan gabungan daripreposisi ex yang artinya keluar dari dan katakerja ducere berarti memimpin. Oleh karena itueducere berarti suatu kegiatan untuk menarikkeluar atau membawa keluar. Dalam konsepeducere, pendidikan berarti sebuah prosesbimbingan di mana terdapat dua relasi yangsifatnya vertikal, antara mereka yang memimpindan yang diartikan sebagai sebuah prosesdengan metode-metode tertentu sehingga orangyang memperoleh pengetahuan, pemahaman,dan cara bertingkah laku yang sesuai dengankebutuhan.1

Karakter berasal dari bahasa Yunani‘karasso’ berarti cetak biru, format dasar, sidik,seperti sidik jari. Dari pengertian tersebut,Thomas Lickona menyebutkan ada tiga halterkait dalam membangun pendidikan karakteryaitu moral knowing (pengetahuan tentangmoral), moral feeling (perasaan tentang moral)dan moral action (perbuatan bermoral). Pengertiankarakter tersebut dimaknai oleh PaulSuparnosebagai imbangan yang tetap antarahidup batin seseorang dengan perbuatanlahirnya. Karakter merupakan nilai-nilai dansikap hidup yang positif, yang dimilikiseseorang sehingga mempengaruhi tingkahlaku, cara berpikir dan bertindak orang itu, danakhirnya menjadi tabiat hidupnya.”2

Salah satu pendekatan dalam pendidikankarakter, selain sosial, moral, kognitif, adalahantropologi atau pemahaman tentang siapamanusia itu. Paul Suparno menyebutkan adalima pandangan tentang manusia, yaitu manusiasebagai makhluk yang berakal budi, manusiaadalah makhluk yang punya hati untuk merasa,manusia sebagai pribadi (persona), manusiasebagai makhluk sosial, manusia sebagaimakhluk yang berbudaya,3 dan manusia sebagaipenghayat nilai.Maka secara sederhana,pendidikan karakter bertujuan, sebagaimanaDoni Koesoema mengutip pendapat ThomasLickona, “Ketika kita berpikir tentang karaktermacam apa yang kita inginkan terjadi dalamanak-anak kita, jelaslah bahwa kita ingin agarmereka dapat menilai apa yang benar, dan

Page 103: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

83Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

kemudian melakukan apa yang mereka yakinisebagai sesuatu yang benar-bahkan ketikamereka menghadapi tekanan dari luar dangodaan dari dalam diri mereka sendiri.”4 Ketikasetiap orang menggapai titik di mana melakukankebaikan itu secara otomatis atau menjadikebiasaan, maka disitulah tujuan utamapengembangan karakter muncul.

Dalam tulisannya, David Light Shieldsmengatakan bahwa tujuan dari seluruh prosespendidikan adalah karakter. Bukan hanyasekadar memperoleh pengetahuan saja,pendidikan juga bertujuan mengembangkanusaha mencari dan menggunakan pengetahuandalam cara-cara yang etis dan efektif.Pendidikan, menurutnya, seharusnya mengem-bangkan empat bagian karakter yaitu intellectualcharacter yaitu melingkupi kebiasaan pikiran(habits of mind),pola-pola berpikir, watak umum,serta rientasi berpikir motivasi, misalnya pikiranterbuka, reflektif, strategis, dan mencarikebenaran. Intellectual character fokus kepadaIntellectual actions; moral character yaitumelingkupi mencari yang baik dan benar. Moralcharacter lebih kepada memberlakukan kebaikanketimbang mempelajari nilai-nilai spesifik; Civiccharacter yaitu melingkupi kebaikan bersama danmewujudkannya dengan berkolaborasi denganyang lain, misalnya keahlian intelektual sepertiberpikir kritis, serta keahlian partisipatoris dansosial; dan Performance character termasukkualitas seperti ketekunan, rajin, keberanian,inisiatif, kesetiaan dan sebagainya.

Bagaimana mengimplementasikanpendidikan karakter di sekolah? Dalam bukunyaPendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh,Koesoema menyebutkan ada tiga basisimplementasi pendidikan karakter yaitu basiskelas, basis kultur dan basis komunitas. Masing-masing basis memiliki metode dan strategipengimplementasiannya. Tulisan ini secarakhusus akan membahas tentang implementasipendidikan karakter berbasis kultur di sekolah.

Kultur Sekolah (School Culture)Secara umum, iklim dan kultur maknanya seringdisamakan. Namun, ternyata keduanyamerupakan hal yang berbeda. Bila dikaitkandengan organisasi, maka kultur itu merupakan

personality-nya sebuah organisasi, sedangkaniklim (climate) merepresentasikan sikapnya(attitude) organisasi tersebut. Oleh karena itu,sering ada ungkapan “Adalah lebih mudahmengubah sikap organisasi ketimbangmengubah personality organisasi.”

Dalam tulisannya, Steve Gruenert5 membe-dakan iklim dengan budaya sebagaimana terterapada Tabel 1.

Kultur sekolah merupakan salah satukonsep yang paling rumit dan penting dalampendidikan. Mendefinisikan apa itu kultursekolah bukanlah sesuatu yang mudah.Mungkin sulit bagi kita menggambarkan kultursekolah dengan kata-kata, namun kita dapatmerasakannya ketika masuk dalam lingkungansekolah tersebut, mulai dari gerbang sekolahsampai kantin sekolah. Seperti udara yang kitahirup dan air yang kita minum, kulturmerupakan sumber kehidupan sekolah. Setiapsekolah memiliki kulturnya masing-masing,apakah itu lemah atau kuat, berfungsi atau tidakberfungsi.Yang membedakan kultur sekolahdengan kultur organisasi umumnya, adalahbahwa masukan dan keluarannya adalahmanusia, secara khusus peserta didik.

Pemahaman tentang makna kultur sekolah(school culture) sangat beragam. Ada yangberpendapat bahwa kultur sekolah itu berisikeyakinan (beliefs), sikap (attiudes), dan perilaku(behaviors) (lihat Gambar 1). Pendapat lain yangserupa dengan itu mengungkapkan bahwa

Tabel 1:Perbedaan Iklim dan Budaya

Climate (Iklim) Culture (Budaya)

Provides a state ofmind

Provides a way ofthinking

Based on perceptions

Based on values andbeliefs

Is all around us Is part of us

Attitude or mood ofthe group Personality of the group

Page 104: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

84 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

kultur sekolah itu terdiri dari harapan-harapan,nilai-nilai dan pola-pola yang dibagikan yangmendefinisikan siapa kita dan bagaimana kitamemperlakukan satu dengan yang lain danbagaimana kita melakukan pekerjaan/karya/perbuatan kita.

Kultur sekolah adalah puncak dari seluruhkeyakinan, nilai, norma, dan praktik yang dianutbersama dan yang menggerakkan sebuahorganisasi/lembaga, semisal sekolah. Kultursekolah merupakan sebuah daya yang bertenaga,yang mampu mempengaruhi bagaimana orangberpikir (think), merasa (feel), berkeyakinan(beliefs) dan bertindak atau bekerja (act).R.Maslowski mengatakan bahwa budayasekolah itu merupakan “the basic assumptions,norms and values, and cultural artifacts that areshared by school members, which influence theirfunctioning at school.”6 Menurutnya, ada tigalapisan budaya sekolah yaitu: basic assumptions,norms and values, dan cultural artifacts (lihat Gbr.2).

Hal serupa juga disampaikan oleh LucyVezzuto, yang mengatakan bahwa”School cultureis a broader term than “climate” and provides a moreaccurate way to help school leaders better understandthe dynamics of human behavior expressed in theschool’s own “unwritten rules and traditions, normsand expectations that seem to permeate everything:the way people act, how they dress, what they talkabout or avoid talking about, whether they seek outcolleagues for help or don’t, and how teachers feelabout their work and their students.”7 Menurutnyaada tiga hal dalam kultur sekolah, yaitu humanbehavior, norms and expectation serta feel.

Asumsi-asumsi pada kedua gambar di atastidak hanya membentuk pemikiran, persepsi,perasaan, serta perilaku, melainkan jugamenuntun hubungan organisasi kepadalingkungan, realitas, waktu, ruang, dankeberadaan aktivitas manusia dan relasi-relasiantar manusia di dalam organisasi sekolah.

Dengan demikian, pendidikan karakterberbasis kultur di sekolah bertujuan untukmenciptakan lingkungan pendidikan sebagaisebuah lingkungan pembelajaran ataupendidikan yang dapat menolong setiapindividu bertumbuh dewasa dalam keyakinan,perasaan, sikap dan perilaku serta relasi denganlingkungan, sebab kultur itu merupakan

cerminan cara berpikir dan bekerja dan jugabentuk sesungguhnya dari perilaku makhlukTuhan.8 Kultur itu juga yang membedakanmanusia dengan ciptaan Tuhan lainnya. Prosesini akan mengembangkan manusia berbudayatinggi yaitu dengan meneruskan nilai kulturyang sudah baik dan mengubah nilai kultur yangsudah tidak baik lagi karena perkembanganzaman ataupun situasi. Manusia berbudayaadalah manusia yang memiliki keyakinan,watak dan perilaku yang berakal budi, yangdiwariskan dari generasi ke generasi. Bila ditariklebih luas lagi, masyarakat yang berbudaya(cultured society)9 cenderung memiliki warisanbudaya adiluhung, yang tidak hanya dihormatioleh komunitasnya, tetapi juga oleh dunia.

Ketika kebudayaan juga menjadi bagianpenting, selain pendidikan dan pengajaran,dalam lembaga pendidikan atau sekolah, makapada saat itu juga sekolah menjadi sebuahlembaga kebudayaan (cultural institution), sebagaisebuah alat transmisi kebudayaan (means ofcultural transmission). Sekolah menjadi sebuahkomunitas budaya. Ini sekaligus membedakanbahwa sekolah bukanlah sebuah pabrik, artinyasekolah menjadi mekanistik, formal, birokratisdan hanya berorientasi pada produk atau hasil.10

Level 1:Artifacts and Practicessymbols, rites, rituals, myths visible

and audible behavior patterns

Level 2: ValuesSense of what ought to be done

Level 3: Basic Assumptionsrelationship to environment

nature of realitynature of human nature

nature of human activitynature of human relationships

Gambar 1:Lapisan-lapisan dalam Budaya Sekolah

Page 105: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

85Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

Ketika sekolah menggunakan cara pabrik dalammengelola pendidikan, maka hal tersebut akanmematikan kemampuan berpikir, berkeyakinan,bersikap, berperilaku, evaluasi serta kemampuanreflektif pelaku dunia pendidikan.11 Mendesaindan mengembangkan program pendidikankarakter dalam lingkungan sekolah, sebagaisebuah lembaga kebudayaan, itu berarti sekolahmemiliki misi kebudayaan karakter, yangmempengaruhi cara anggota komunitas sekolahberpikir (think), merasa (feel) dan bertindak (act).

Kondisi menjadi salah satu hal yangdibutuhkan ketika pendidikan karakter berbasiskultur sekolah ingin diimplementasikan.Menurut Character Education Partnership (CEP)12,ada tiga kondisi dasar yang diyakini mampumeningkatkan kultur sekolah, yaitu: 1) sekolahmembutuhkan ukuran-ukuran keberhasilan danwilayah-wilayah untuk kemajuan yangmelampaui batas-batas nilai sebuah tes; 2)sebuah pemahaman komprehensif tentangkultur sekolah semestinya dimiliki oleh tiap guru;3) sekolah membutuhkan media atau saranauntuk membangun dan menilai kultur sekolah,dan harus akuntabel untuk kepentingan kultursekolah itu sendiri.

Selain kondisi dasar yang dibutuhkan,proses merupakan salah satu fokus dalammengimplementasikan pendidikan karakterberbasis kultur di sekolah. Dalam tulisannya,Cece Rakhmat13 mengatakan bahwa ada beberapaproses yang dilakukan oleh sekolah sebagailembaga yang memiliki misi kebudayaan, yaitu:1) pewarisan kebudayaan; 2) membantuindividu memilih peran sosial dan mengajariuntuk melakukan peran tersebut; 3) memadukanberagam identitas individu ke dalam lingkupkebudayaan yang lebih luas; 4) harus menjadisumber inovasi sosial.

Selain itu, mengutip pendapat ThomasLickona, Novan Ardy Wiyani, dalam bukunyaManajemen Pendidikan Karakter, mengatakan adaenam elemen budaya sekolah yang baik14: 1)pimpinan sekolah memiliki kepemimpinanmoral dan akademik; 2) disiplin ditegakkansecara menyeluruh; baik kepada guru maupunsiswa diberlakukan disiplin yang sama; 3) wargasekolah (mulai dari kepala sekolah sampaikepada satpam maupun petugas kebersihan)

memiliki rasa persaudaraan; 4) organisasi siswamenerapkan kepemimpinan demokratis danmenumbuhkan rasa tanggung jawab bagi parasiswa; 5) hubungan semua warga sekolahbersifat saling menghargai, adil dan bergotongroyong; 6) sekolah meningkatkan perhatianterhadap moralitas dengan menggunakan waktutertentu untuk mengatasi masalah-masalahmoral. Supaya bobot penilaian terhadap budayasekolah mendalam, komprehensif dan otentik.

Mengenai elemen budaya sekolah yang baik,hal serupa sekaligus melengkapi jugadisampaikan oleh Tsang Kwok Kuen dalamtulisannya yang mengusulkan bahwa ada enamunsur lain lagi dalam kultur sekolah, yaitu15: 1)professional values concern the importance of thesocial institution of education and the need for schoolgrowth is grounded on pedagogical principles; 2) anemphasis on learning produces a learning communityin which there is a commitment to professional growthand improved outcomes for students; 3)collegialityempowers teachers to exercise professional judgmentsthrough the development of supportive inter-personalrelationship; 4) collaboration is interaction betweenteachers in which information is shared on schooloperational matters including the instructionalprogram; 5) shared planning is a collective processwhereby a common vision of the school is actualizedby logical planning; 6) transformational leaders sharepower and facilitate a school development process thatengages the human potential and commitment ofteachers.

Mendidik karakter berbasis kultur sekolahtidak hanya soal dalam hal aturan-aturansekolah atau hal-hal yang biasa dilakukansecara terjadwal/terencana. Mendidik karaktersiswa melalui basis kultur di sekolah berartimendidik keyakinan, sikap, perbuatan, yangnantinya akan mengembangkan manusia-manusia yang berbudaya. Tanggungjawabpendidikan karakter berbasis kultur di sekolahini terletak pada kolaborasi guru di sekolah dansistem pendidikan serta kultur secara utuh danmenyeluruh.

Kultur yang Ada di SekolahMembangun pendidikan karakter berbasiskultur di sekolah bukanlah sebuah proses yangdimulai dari nol. Tiap sekolah sudah

Page 106: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

86 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

membangun kultur serta memiliki keunikankultur sekolahnya masing-masing. Pertanya-annya adalah mengapa kultur di sekolah belumterlihat atau dirasakan berkembang secaramaksimal? Di dalam lembaga pendidikan,menurut Koesoema, ternyata terdapat kulturmaupun mentalitas non edukatif yang“menyandera” para tenaga pendidik maupuntenaga non-kependidikan untuk mengimple-mentasikan pendidikan karakter berbasis kultursekolah. Kultur yang dimaksud adalah adanyakultur teknis, mentalitas jalan pintas ataubudaya instan, atau cara berpikir simplisistis-linear, rasionalitas teknis, kultur tanpa aturandan budaya katrol.16 Inilah yang menjadikeprihatinan dalam membangun karaktermelalui basis kultur di sekolah.

Beberapa ahli membedakan jenis kultursekolah yaitu kultur sekolah yang individualistisdan kolaborasi. Kultur individualistis terbentuksetelah bertahun-tahun mengajar dalamketerpisahan antara guru yang satu dengan guruyang lain, dan sekolah yang penuh dengan guruyang asing satu dengan yang lain. Tidak adarelasi yang terbangun antara satu guru denganguru yang lain. Kultur ini memiliki pandangankonservatif dan selalu menolak perubahan daninovasi.

Kultur lainnya yaitu kultur kolaborasi.Kultur kolaborasi menganggap bahwa mengajarbukanlah sesuatu yang mudah dan guru yangbaik tidak pernah berhenti untuk belajar

Gambar 3:Elemen-elemen Kultur Sekolah

mengajar. Kultur kolaborasi ini memilikikeyakinan akan terjadinya perubahan dan lebihmengedepankan inovasi. Dalam perspektifkultur ini, memberi dan menerima bantuandipandang sebagai hal positif, bukan sebuahkelemahan.

Selain itu, kultur yang terbentuk di sekolahyaitu kultur positif dan kultur toxic. Disebutsebagai kultur positif sebuah sekolah ketikaseluruh warga sekolah merasakan kenyamanan,positif, dan penuh keyakinan serta harapan. Adabeberapa kultur positif sekolah yaitu gurumenuangkan hatinya dalam mengajar; norma-norma dasar tentang kolegialitas, peningkatan,dan kerja keras; ritual dan tradisi merayakanpencapaian siswa, inovasi guru, dan komitmenorangtua; tersedianya jaringan komunikasi; sertakeberhasilan, kebahagian dan humor berlimpah-limpah. Sebaliknya, dalam kultur toxic sekolahbiasanya terbentuk serta ditemukan dalamsuasana depresi dan frustrasi, baik guru maupunwarga sekolah lainnya tidak yakin serta tidakdapat membawa perubahan serta tidakmembawa peningkatan sekolah ke level yanglebih tinggi; saling menyalahkan, dsb.17

Bila dikaitkan dengan pemahaman kultursekolah, maka ada tiga kultur sekolah yaitukultur efikasi (culture of efficacy), misalnyapengalaman keahlian, pengalaman delegasi,persuasi sosial dan bangunan emosional; kulturpercaya (culture of trust). Yang pertama sekalidalam kultur percaya ini adalah para guru haruspercaya kepada kepala sekolahnya; dan kulturoptimisme akademis (culture of academicoptimism), optimisme merupakan payung yangmenyatukan efikasi dan percaya dengan tekananakademis.18 Dengan demikian, kultur positifserta kultur kolaborasi bersinergi dengan kulturefikasi, kultur trust dan optimisme akanmenghasilkan sebuah kultur sekolah yangmampu mengimplementasikan pendidikankarakter.

Ketika kultur yang baik tadi sudah menjadikebiasaan bersama yang dilakukan dandipercaya oleh sekolah, serta menghilangkankultur yang tidak baik tadi, maka melembagakankultur nilai yang baik tadi dalam sebuahpenguatan sistem menjadi sebuah hal yang tidakterelakkan lagi. Institusionalisasi kultur nilaiitulah yang akan menjaga kekonsistenan sekolah

Page 107: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

87Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

dalam melaksanakan misinya sebagai lembagakebudayaan serta menjadi gerak dan niatbersama.

Peran Pendidik dalamPendidikan Karakter Berbasis Kultur

di Sekolah

Secara umum diketahui bahwa orangtuamerupakan pendidik karakter, termasuk kultur,yang pertama dalam diri seorang anak. Di satusisi, anak memperoleh pendidikan karakter ditengah keluarga. Anak menyerap atau menirukultur yang dibangun di dalam keluarga. Anakakan membawa kultur yang diserapnya atauditirunya dari keluarganya ke sekolah. Di sisiyang lain, anak juga menghabiskan sebagiantenaga, pikiran dan melewatkan waktunyaberjam-jam, berhari-hari, bertahun-tahun beradadi sekolah untuk mendengarkan pelajaran,membaca buku. Kedua lembaga tersebut tentulahtidak harus saling dipertentangkan mengenaimana yang lebih penting dalam hal mendidikkarakter, terutama kultur. Namun, perlu diakuibahwa keluarga membutuhkan lembagapendidikan, dan lembaga pendidikanmembutuhkan keluarga dalam melaksanakanvisi dan misinya. Lembaga di sekolah merupakanperpanjangan dari pendidikan dalam keluarga.Keduanya saling mengisi untuk mendidikgenerasi penerus memiliki kultur yang baik.

Betul bahwa pendidikan karakter di sekolahmerupakan tanggung jawab seluruh wargasekolah. Setiap warga di sekolah tidak terlepasdari kultur sekolah itu sendiri sekaligusmempengaruhi dalam membangun kultursekolah. Namun, tanggung jawab yang lebihbesar berada di kepala sekolah dan guru. Dalamtulisannya, Bruce G.Barnett dan GaryR.O.Mahony19 mengatakan bahwa parapemimpin sekolah semestinya berpikir bahwa:Strong positive cultures do not just happen. They arebuilt over time by those who work in and attend theschool by formal and informal leaders who encourageand reinforce values and traditions. Many schoolslimp along with weak and unfocused cultures due to apaucity of leadership and lack of concern. The centralconcern here is the development of meaningful andproductive schools. Leaders must shape and nourish

cultures where teachers can make a difference andevery child can learn and where there is passion andcommitment to designing and promoting theabsolutely best that is possible.

Kepala sekolah merupakan sosok yangberperan menjadi model dalam membangunkultur sekolah. Kepala sekolah berperanmengkomunikasikan nilai-nilai inti (core values)yang berlaku dalam pekerjaan setiap hari. Paraguru berperan memperkuat nilai-nilai tersebutdalam tindakan-tindakan dan kata-kata. Bahkanpara guru, seperti kebanyakan organisasilainnya, menyelaraskan keyakinan (beliefs) danperilaku (actions) selaras dengan struktur,kebijakan dan tradisi di lingkungan sekolah(lihat Gambar 4).

Meskipun demikian, ada beberapa kendalayang menghambat implementasi pendidikankarakter berbasis kultur di sekolah sehingga tidakmaksimal, khususnya terkait dengan prosesmengajar. Diane Oberg, dalam tulisannyaChanging School Culture: The Role of the 21stCentury Teacher-Librarian,20 mengatakan bahwaada tiga norma tradisional mengajar, yaituconservativism (berpandangan bahwa “Sayamenyukai sekolah ini dan sudah sangat bagus,sehingga saya tidak melihat suatu kebutuhan untukmengubahnya), individualism (berpandanganbahwa “Dulu saya belajar mengajar dengan carasaya, sekarang saya mengajar dengan cara sayasendiri), dan presentism (berpandanganbahwa”Penghasilan yang saya dapat terkait denganpendidikan dan pengalaman, bukan terkait kepadausaha/karya dan akibat), yang membuat perubahankultur sekolah sangat sulit.

Mungkin pemahaman yang munculkemudian adalah bagaimana kultur sekolahdipahami oleh guru dan hubungan saling-antara kultur sekolah dengan keyakinan,perilaku dan sikap guru itu sendiri. Di sinilahperlu dibongkar persepsi seorang guru tentangorganisasi sosial (sekolah), tempat merekabekerja. Maka, dengan persepsi organisasi sosialsekolah, yang terdiri dari sembilan variabelorganisasi sosial yaitu teacher certainty, teachercohesiveness, teacher collaboration, teachercomplaints, teacher evaluation, faculty goal setting,managing student behavior, parent involvement danteacher learning opportunities,21 akan menolongpara guru memahami serta mendefinisikan

Page 108: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

88 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

kultur sekolah, mendefinisikan sifat pekerjaanmereka, perasaan para guru terhadap pekerjaanmereka, dan substansi dari pekerjaan mereka.

Memang diakui bahwa tugas sertatanggungjawab seorang guru sangatlah berat.Selain guru sebagai pendidik sekaligus pengajar,role model dalam implementasi basis kultur, makakepemimpinan guru, baik dalam mendidikmaupun mengajar, juga menjadi hal pentingdalam membangun kultur sekolah.

Sebagai pengajar/pendidik, seorang gurumemiliki etos keguruan. Etos dalam artiperdananya –aslinya ‘ethos’ berasal dari bahasaYunani – adalah semangat, mentalitas, dankarakter. Menurut Jansen Sinamo, sebagaimanadikutip oleh Jan S. Aritonang22, menyebutkanada 8 Etos Keguruan, yaitu 1) Keguruan adalahRahmat; 2) Keguruan adalah Amanah; 3)Keguruan adalah Panggilan; 4) Keguruanadalah Aktualisasi; 5) Keguruan adalah Ibadah;6) Keguruan adalah Seni; 7) Keguruan adalahKehormatan; 8) Keguruan adalah Pelayanan.Dengan ke-8 etos tersebut diharapkan gurumampu mengimplementasikan pendidikankarakter berbasis kultur sekolah.

Menurut Henri J.Nouwen, dalam bukunyaMenggapai Kematangan Hidup Rohani, bahwadi lembaga pendidikan murid-muridkebanyakan berusaha untuk mengumpulkankredit, naik kelas dan mendapatkan ijazah sertamengorbankan perkembangan pribadi merekasendiri. Sebaliknya, sebagai seorang pengajar/pendidik, guru menjadi semakin tidak pekaterhadap keadaan tersebut. Bahkan gurudianggap murid sebagai tuan yang selalumenuntut dan bukan sebagai pembimbing yang

menemani murid dalam mencari pengetahuandan pengertian.23

Nouwen mengakui bahwa situasi tersebutmerupakan ciri kondisi sebuah masyarakatteknokrasi yaitu lingkungan kultur masyarakatyang telah membunuh rasa ingin tahu spontanyang alamiah dan telah pula melemahkankeinginan manusia untuk tahu, serta cirimasyarakat yang berorientasi produksi, di manasekolah tidak ada lagi tempat dan waktubertanya mengapa kita hidup, mencintai, bekerjadan mati, tanpa rasa takut akan persaingan,permusuhan atau pikiran untuk menerimahukuman atau penghargaan. Kultur pengajaranantara guru dan murid yang dihinggapi secaramendalam oleh rasa takut dan ketidakyakinanakan kemampuan pribadinya sebenarnyamerugikan pendidikan itu sendiri.

Untuk menghilangkan dampak teknokrasitersebut, kultur pengajaran berupa Gagasantamu – tuan rumah menjadi model hubunganpribadi yang kreatif antara guru dengan murid.Gagasan ini disebut hospitalitas. Istilahhospitalitas diserap dari kata “hospitality” dalambahasa Inggris.Akar kata hospitality ini adalahkata benda bahasa Latin hospitium (atau katasifatnya hospitalis), yang berasal dari hospes, yangartinya baik “tamu” maupun “tuan rumah”.Konsep ini juga dipengaruhi oleh kata Yunanixenos, yang menunjuk kepada orang asing,sekaligus tamu yang menerima sambutan atautuan rumah yang melakukan penyambutanterhadap orang lain.24

Kerangka tersebut ketika digunakan dalammengajar atau mendidik berarti menciptakansuatu ruang, di mana guru dan murid membang-

Gambar 4:Kultur sekolah dan Kultur Kelas

Kultur Kelas

KepemimpinanKepala Sekolah

Hasil Belajar

Kultur Sekolah (School Culture)

Kultur Sekolah (School Culture)

Page 109: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

89Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

un hubungan yang tidak diwarnai rasa takut,tidak sebagai pihak-pihak yang berlawanantetapi sebagai pribadi yang berjuang bersamadan mencari kebenaran yang sama pula. Gurudipanggil untuk menciptakan suasana yangbebas dan tidak diwarnai rasa takut bagi paramuridnya. Ketika suasana tersebut dirasakan,maka perkembangan mental dan emosional,bahkan karakter para murid, dapat terjadi.

Dengan menggunakan kerangka tersebut,Nouwen menyebutkan bahwa tugas seorangguru yang hospitalis adalah menunjukkan danmeneguhkan.Menunjukkan berarti bahwa gurumempunyai tugas menunjukkan bahwa seorangmurid pun mempunyai sesuatu yang bisaditawarkan, diberikan.Seorang guru pertama-tama harus menunjukkan, menyingkapkan tabiryang menutupi hidup intelektual para muriddan menolong para murid untuk melihat bahwapengalaman-pengalaman, pemahaman dankeyakinan (belief), intuisi dan rumusan gagasanmereka perlu diperhatikan dengan sungguh-sungguh.Sedangkan peneguhan selalumenyangkut keyakinan pribadi yang mendalambahwa pemberian yang berharga menuntutperhatian dan pemeliharaan yang terus-menerus.25

Guru berperan sebagai role model. Mungkinpertanyaan yang muncul kemudian adalah apayang guru teladankan kepada peserta didik?Yang diteladankan oleh seorang guru bukanpersoalan cara atau teknik mengajar yang baikatau tebar pesona seorang guru kepada parapeserta didik, dsb., melainkan identitas danintegritas guru tersebut. Hal ini ditegaskan olehParker Palmer, sebagaimana dikutip RatnaMegawangi, bahwa:”Good teaching can never bereduced to technique-good teaching comes fromidentity and integrity of the teacher.”26 Identitas danintegritas sangat berkait dan muncul dalampengertian dan perilaku budaya.

Kepemimpinan guru (teacher leadership) initerkait dengan kultur sekolah. Kepemimpinanyang diperlukan dalam mengembangkanpendidikan karakter berbasis kultur sekolah adatiga yaitu kepemimpinan berbasis penguatan/peneguhan (strength-based leadership) yaitukepemimpinan yang meyakinkan/meneguhkanterhadap siswa, kepemimpinan transformatif(transformatif leadership), yaitu kepemimpinan

yang bukan hanya memotivasi strategi baru danmenerima perubahan, tetapi juga mempengaruhisecara positif; dan kepemimpinan apresiatif(appreciative leadership), yaitu kepemimpinanyang bekerja setara dengan staf yang lain denganberusaha memenuhi empat kebutuhan, yaitukepercayaan, bela rasa, keteguhan danpengharapan. Selain tiga model kepemimpinantersebut, model kepemimpinan yang dibutuhkandalam membangun kultur sekolah adalahkepemimpinan mendistribusikan (distributingleadership), yaitu adanya kesediaan berbagitanggung jawab kepemimpinan dengan yanglain dan memberdayakan yang lain berbagidalam mengambil keputusan terkait dengan isu-isu yang muncul.27.

Mengevaluasi dan MengkritisiPendidikan Karakter Berbasis

Kultur Sekolah

Pada umumnya, sebuah proses terdiri dari tigatahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, danevaluasi. Mengevaluasi serta mengkritisiprogram, kegiatan pendidikan dalam lembagapendidikan pasti menimbulkan semacamperasaan tidak nyaman dan tidak enak, apalagiselama ini dirasa budaya sekolah sudah sangatbaik dan tidak kedapatan kekurangan. Betulbahwa salah satu karakter manusia adalah lebih

Gambar 5:Hubungan Kultur Sekolah

KepalaSekolah

(Kepemimpinan)

Orangtua

Siswa

Guru/StafStudent

Achievement

Page 110: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

90 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

suka berada di zona nyaman dan sangat sulitkeluar dari zona tersebut. Namun, sebuahkesadaran dibutuhkan bahwa kultur sekolahmerupakan suatu hal yang dinamis, sekaligusmengingat bahwa tantangan dan situasi zamanyang dihadapi sekolah berubah dengan cepat.

Penilaian dan evaluasi kritis terhadapkultur sekolah merupakan sebuah responsterhadap kondisi pendidikan yang mungkinsudah tidak relevan dan tidak menjawabtantangan yang dihadapi oleh sekolah.Tujuanevaluasi adalah untuk melihat, meninjaukembali, dan menilai apakah pendidikankarakter berbasis kultur sekolah yang dilakukandan dikembangkan berjalan lancar dan sesuaidengan yang diinginkan dan diharapkan.Mengevaluasi dan mengkritisi bukan sebuahproses menemukan masalah lalu memperbai-kinya. Ketimbang bertanya apa yang salahdengan sekolah ini? Lebih tepat bertanyademikian: “Menurut pendapatmu, apa yangmampu menjadikan sekolah ini lebih baik?”

Penilaian kultur sekolah yang berbobotadalah penilaian yang dilakukan secaramendalam, komprehensif, otentik dan lengkapdengan melibatkan kepala sekolah, guru, siswadan orangtua berkait dengan feelings, beliefs,attitudes dan behaviors. Salah satu prinsip dari11 Principles of Effective Character Education yangdiusung oleh Thomas Lickona mengatakanbahwa sekolah perlu menilai budaya daniklimnya secara teratur.28 Prinsip tersebutmemiliki tiga bagian yaitu: 1) sekolahmenentukan tujuan-tujuan dan menilai secarareguler kultur, iklim dan fungsi sebagaikomunitas pembelajar etis (Where are we now?); 2)staf dan guru di sekolah merefleksikan usahamereka sebagai pendidik karakter dalammengimplementasi pendidikan karakter (Wheredo we want to go?); 3) sekolah menilai tingkatpemahaman, perkembangan dan komitmensiswa terhadap good character dan nilai-nilaikarakter (How well are we doing?).

Simpulan

Salah satu implementasi pendidikan karakter disekolah adalah basis kultur sekolah. Maknakultur sekolah terdiri dari keyakinan (beliefs),

sikap (attiudes) dan perilaku (behaviors), perasaan(feelings). Ketiganya adalah satu kesatuan. Maka,pendidikan karakter berbasis kultur sekolahmerupakan sebuah usaha sekolah mendidiksiswa menjadi manusia yang berbudaya nilai-nilai karakter di tengah masyarakat berbudaya.Anak yang berbudaya mencerminkan dirinyasebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berbedadengan ciptaan Tuhan lainnya.

Sebagai sebuah lembaga kebudayaan, makaperan seorang pendidik dalam pendidikankarakter berbasis kultur sekolah ini sangatpenting, terlebih terkait dengan makna kultursekolah itu sendiri, sebagai seorang pendidik/pengajar, role model dan pemimpin kultursekolah, dalam keyakinan, sikap, perilaku,perasaan dan nilai-nilai. Sekolah yang berkulturadalah sekolah yang mendorong mengembang-kan kultur karakter yang baik.

Mengevaluasi dan mengkritisi kultursekolah sebagai sebuah basis implementasipendidikan karakter tetaplah diperlukan gunatetap memelihara keberhasilan sekolah dansiswa serta masa depan sekolah. Proses re-culturing sangat diperlukan sebagai sebuahproses yang terus menerus sekaligus.Keberhasilan membangun karakter siswamelalui kultur sekolah akan menjadi bahanperbincangan, baik orangtua maupunmasyarakat berbudaya, ketim-bang yang lainnya.Selain evaluasi dan refleksi, sekolah lebihmencurahkan terhadap perenca-naan artifactsdan practices yang lebih berbobot dalammembangun kultur yang berkarakter.

Catatan kaki:1 La Ode Gusal, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam

Cerita Rakyat Sulawesi Tenggara” diunduhdari ojs.uho.ac.id/index.php/HUMANIKA/article/download/611/pdf

2 Paul Suparno, Pendidikan Karakter di Sekolah:Sebuah Pengantar Umum (Yogyakarta: Kanisius,2015), 29

3 Ibid., 45-534 Doni Koesoema, Strategi Pendidikan Karakter

(Yogyakarta: Kanisius, 2015), 195 Steve Gruenert, “School Climate”, 586 R. Maslowski “School Culture and School

Performance” dalam https://ris.utwente.nl/ws/files/6074941/t0000012.pdf

Page 111: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

91Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Pendidikan Karakter Berbasis Kultur di Sekolah

7 Lucy Vezzuto dalam tulisannya “ImpactingSchool Culture: Examining Rituals, Traditions,& Ceremonies”

8 Novan Ardy Wiyani, Manajemen PendidikanKarakter (Yogyakarta: Pedagogia, 2012), 138

9 Ukim Komarudin, Arief Rachman: Guru (Jakarta:ESENSI, 2015), 63

10 Gede Raka, dkk, Pendidikan Karakter di Sekolah(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2011), 49

11 Doni Koesoema, Strategi Pendidikan Karakter , 512 Character Education Partnership, “Developing

and Assesing School Culture”, 4-513 Cece Rakhmat, “Menyemai Pendidikan

Karakter Berbasis Budaya dalam MenghadapiTantangan Modernitas”

14 Novan Ardy Wiyani, op.cit., 15615 Tsang Kwok Kuen, “Three Approaches to

Understanding and Investigating the Conceptof School Culture and School CulturePhenomena: Implications to SchoolImprovement and School Effectiveness”

16 Doni Koesoema, Strategi Pendidikan Karakter, 3-517 Maila D.H.Rahiem, dkk.,”School Culture and

the Moral Development of Children” dalamwww.ipedr.com/vol56/023-ICOSH2012-F10036.pdf

18 � � Hat! ce Erg! n Kocatürk, “School Culture AsPredictor Of Teachers’ Attitudes TowardsProfessional Development: Mediating Role OfOrganizational Trust” dalam http://Etd.Lib.Metu.Edu.Tr/Upload/12620655/Index.Pdf

19 Bruce G. Barnett dan Gary R. O’Mahony“Developing a culture of reflection: implicationsfor school improvement” diundah dari https://www.r esearchgate .net /public at ion/233107299_Developing_a_cult ure_of_

r e f l ec t io n_ imp l i c a t io ns_ fo r _ sc h oo l_improvement

20 Diane Oberg, “Changing School Culture: The Roleof the 21st Century Teacher-Librarian” dalamhttp ://tmc anada. pbworks.com/f/TM+Canadasz+org+culture+and+chg+Apr+2010.pdf

21 Chantarath Hongboontri, “School Culture:Teachers’ Beliefs, Behaviors, and InstructionalPractices” dalam http://ro.ecu.edu.au/cgi/viewcontent.cgi?article=2332&context=ajte

22 Jan S. Aritonang, “Pengembangan Profesio-nalitas Guru Agama Kristen – Dari AspekPerundang-undangan, Administrasi danManajemen Pendidikan, dan Etos Keguruan”dalam Buku Panduan Pelaksanaan Pendidikan danLatihan Profesi Guru (PLPG) PAK di Indonesia(Jakarta: STT Jakarta, 2010), 34.

23 Henri J. Nouwen, Menggapai Kematangan HidupRohani (Yogyakarta: Kanisius, 1991), 81

24 Michele Hershberger, Hospitalitas—OrangAsing: Teman atau Ancaman? (Jakarta: BPKGunung Mulia, 2010),10.

25 Nouwen, 83-8526 Ratna Megawangi, Pendidikan Karakter: Solusi

yang Tepat untuk Membangun Bangsa (Depok:Indonesia Heritage Foundation, 2016), cet.Kelima (Revisi), 191

27 Nancy L. Waldron dan James Mcleskey“Establishing A Collaborative School CultureThrough Comprehensive School Reform”dalam https://education.ufl.edu/disability-policy-practice/files/2012/05/Waldron-McLeskey-2010-JEPC-Collaboration-9.pdf

28 Kesebelas prinsip pendidikan karakter yangefektif dapat dilihat padahttp://www.c h a r a c t e r . o r g / u p l o a d s / P D F s /ElevenPrinciples_new2010.pdf

Page 112: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

92 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristianidi Sekolah Kristen

Paulus Eko KristiantoE-mail: [email protected]

Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta

Opini

DAbstrak

i sekolah sekular, evaluasi cenderung hanya berbicara tentang frekuensi ketercapaianatau prestasi. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah. Lalu, apakah hal ini juga berlaku disekolah Kristen? Dengan berpijak pada nilai-nilai Alkitab, sekolah Kristen diharapkantidak hanya melihat prestasi, melainkan usaha yang dilakukan peserta didik. Artikel ini

mencoba memberi pandangan baru dalam pembuatan evalusi di sekolah Kristen. Hal ini dilakukandengan menggunakan metode penelitian studi pustaka terhadap buku-buku dan Alkitab. Daripenelitian yang dilakukan, kita menemukan bahwa sekedar mengetahui nilai akhir atau hasil daripertandingan tidak banyak gunanya. Yang kita perlukan yaitu penggambaran yang jelas bagaimanapertandingan itu dimainkan. Tentu, hal ini berbicara tentang proses. Melalui uraian ini, penulisberharap penemuan ini dapat menginspirasi peserta didik, guru, dan orang tua dalam membuatdan memanfaatkan evaluasi.

Kata-kata kunci: evaluasi, pembelajaran, pendidikan Kristiani, Sekolah Kristen

Evaluation in Cristian Education at Christian School

AbstractIn secular schools, evaluation tends to only talk about the frequency of achievement. Though not entirelywrong, we would like to know how it should be in Christian School. Referring to Bible Biblical values, thispaper was intended to give new perspective that evaluation should also highlight effort. This paper wasconducted by using literature research. Analysis showed that using only the result of a race gave only littlebenefit. What the most required was the description how it was played. Of course it spoke about process.Through this desposition, this paper was expected to inspire students, teachers, and parents in making andusing evaluation properly.

Keywords: evaluation, learning, christian education, Christian School

Page 113: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

93Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

Pendahuluan

Dalam dunia persekolahan, kita seringmendengar kata “evaluasi”. Evaluasi biasadilakukan di akhir program pembelajaran.Evaluasi dilakukan dengan berbagai motivasidari perspektif peserta didik, guru, orang tua(Edlin, 2015:290-292). Bagi peserta didik,evaluasi diharapkan membantu peserta didikmemahami dan menilai kekuatan (bidang-bidang yang menjadi bakat mereka) dankelemahan mereka sehingga menolong merekauntuk memilih pembelajaran mereka danharapan untuk masa depan. Bagi guru, evaluasidiharapkan memonitor kepantasan danefektivitas pelajaran (ilustrasi tentang evaluasiformatif) sebagai dasar untuk masukan pesertadidik dan perencanaan tujuan pembelajaran dankegiatan di masa yang akan datang. Bagi orangtua, evaluasi diharapkan membantu orang tuasupaya dapat meneguhkan bahwa sekolah danhasilnya memungkinkan mereka setia dalammemberikan disiplin dan pelajaran tentangTuhan kepada anak-anak mereka (efesus 6:4).Keseluruhan proses tersebut sering dilakukansekedar mengetahui prestasi atau pencapaiansaja. Namun, apakah memang demikianadanya? Edlin mengajak kita memahami bahwapola evaluasi yang ada di banyak sekolah Kristendapat memperoleh keuntungan daripemeriksaan ulang dari nilai-nilai Alkitabtentang usaha, khususnya bagaimana talentadipergunakan. Dengan kata lain, evaluasi bukansekedar membahas dan menceritakan prestasi,melainkan usaha yang sudah dilakukan pesertadidik. Lalu, bagaimana sekolah Kristenmenyikapinya? Artikel ini mencoba mengurai-kan berbagai dinamika evaluasi pembelajaranPendidikan Kristiani (selanjutnya ditulis PK) disekolah Kristen. Dinamika ini menjadi perhatiantersendiri dalam konteks sekolah Kristen. Halini dikarenakan evaluasi yang dilakukan disekolah Kristen sebaiknya berbeda dengan apayang terjadi di sekolah sekular. Lantas, apa yangmenjadi pembedanya dan bagaimana sekolahKristen melakukan evaluasi dalam pembelajaranPK? Dua pertanyaan ini menjadi penuntunpenulisan tulisan ini.

Pembahasan

Pendidikan Kristiani atau Pendidikan AgamaKristen di SekolahIstilah Pendidikan Kristiani (Christian Education)(selanjutnya ditulis PK) atau Pendidikan AgamaKristen (Christian Religious Education)(selanjutnya ditulis PAK) menjadi sedikit rancuapabila dibenturkan dalam konteks sekolah.Pertanyaan “Apa perbedaan dan persamaanantara PK dan PAK?” kerap disampaikan. Sebab,kedua istilah tersebut sama-sama erat menjadisatu (berkelindan) dalam pelaksanaanpembelajaran PAK dan Budi Pekerti di sekolah.Berpijak pada pertanyaan tersebut, penulismencoba menelisik lebih jauh akar diskusiepistemologis kedua istilah tersebut.

Berangkat dari konteks Amerika sebagaisumber studi pendidikan, PAK dinyatakan telahmempromosikan suatu teologi liberal di manapengalaman sosial Injilnya berfokus padaKristosentris dan orientasi Surgawi dari gerakanevangelikal modern. Dalam praktiknya, PAKmenstimulasi pembelajaran berdasarkanpengalaman (experiential learning) yangmengaitkan teori dan praktik demi tujuan atauvisi masyarakat. Melihat situasi demikian, PKmulai ditawarkan dalam publik sebagai bentuktanggapan atas PAK. PK mempromosikankembali teologi neo-ortodoks dan mengajaksemua penggiat pendidikan kembali ke Alkitabatau teologi Alkitabiah sebagai fondasipendidikan. Sebagai konsekuensinya, PK telahmengidentitaskan diri dengan menekankanpenerusan warisan Kristiani dalam prosespendidikan. Berbeda dengan PK, PAK cenderungmenggunakan masalah kehidupan sebagaipijakan diskursusnya.

Seiring berjalannya waktu di Amerika,istilah Pendidikan Kristiani dan PendidikanAgama Kristenmulai melebur. Leburan tersebuttermaktub dalam penggunakan istilahPendidikan Kristiani ketimbang PendidikanAgama Kristen. Sebagai langkah awal, Jack L.Seymour mengenalkan PK sebagai suatupercakapan untuk kehidupan, suatu pencariandengan menggunakan sumber-sumber imanKristiani dan tradisi-tradisi budaya untuk

Page 114: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

94 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

bergerak ke arah masa depan yang terbukaterhadap keadilan dan pengharapan (Seymour,1997: 18). Definisi ini mengajak kitamerefleksikan integrasi. Integrasi ini diyakinisebagai wahana dalam menekankan kebutuhanuntuk perubahan atau transformasi, kebutuhanuntuk kesinambungan dan penerusan warisanKristiani dengan mengintegrasikan dimensiwaktu masa lalu, masa kini, dan masa depannyadengan turut berpijak pada isu kontekstual yangsedang terjadi.

Dengan munculnya keselarasan dalamistilah “Pendidikan Kristiani”, pertanyaan awal“apa perbedaan dan persamaan antaraPendidikan Kristiani dan Pendidikan AgamaKristen?” mulai disubstitusi dengan pertanyaan“apakah pendidikan dalam bidang agamaseharusnya hanya mengomunikasikan PK atauturut melakukan PAK dalam arti epistemologiskedua istilah tersebut?” Dengan kemunculanpertanyaan tersebut, kita diajak melihat bahwakonteks selalu berkembang dan menantangperubahan mendalam studi PK. Mary ElizabethMoore menunjukkan gelombang perubahantersebut mencerminkan pengakuan atas PKsebagai suatu pendidikan dari, untuk, dan diantara komunitas-komunitas Kristen, sertapengakuan atas PAK sebagai model pendidikandari, untuk, dan di antara para pencari dan parapembelajar yang datang dari berbagai kelompokagama atau komunitas-komunitas iman (Moore,1983: 50). Dengan demikian, PK dapat dilihatsangat penting dalam memelihara iman danmembangun identitas komunitas Kristen yangharus semakin diperluas penggunaan danpemaknaannya.

Dasar Alkitab Evaluasi PembelajaranPendidikan Kristiani di SekolahBerpijak pada Alkitab, Richard J. Edlinmenunjukkan evaluasi pembelajaran PK banyakmengacu pada perumpamaan Talenta (Matius25: 14-30), sikap Yesus kepada Maria dan Martasaat peristiwa kematian dan kebangkitanLazarus, saudara mereka (Yohanes 11: 1-44),nasihat Rasul Paulus dalam menolong orang-orang yang percaya untuk memperolehpemahaman yang benar tentang diri merekasendiri di Kerajaan Allah (Roma 12: 3) (Edlin,

2015: 280-286). Di sisi lain, Nabi Amos jugamemberikan instrumen evaluasi denganmengingatkan bahwa Allah menaruh tali sipatdi tengah-tengah umat-Ku Israel untukmengukur kualitas ibadah dan kesetiaan mereka(Amsal 7: 8). Kita juga diingatkan berkali-kaliatas tanggung jawab kita kepada Allah untukkegiatan kita (Matius 12: 36; Ibrani 4:13; 1 Petrus4:5; Roma 14:12), dan Paulus mendesak agarsetiap orang dapat menguji pekerjaannya sendiri(Galatia 6:4). Bila kita melihat seriusperumpamaan talenta (Matius 25:14-30),perumpamaan ini tidak mengajarkan evaluasiyang bersifat perbandingan. Tanggapan darituan kepada masing-masing hamba tidakdipengaruhi oleh tingkat kinerja hamba-hambayang lain, melainkan perhatian terhadapseberapa baik masing-masing hamba itumenggunakan talenta yang telah diberikannya(Edlin, 2015: 282).

Evaluasi dari perspektif Alkitab mempunyaiimplikasi yang radikal bagi sekolah Kristen.Sekolah sekular cenderung menggunakanprestasi sebagai dasar evaluasi sehingga hanyayang terbaik dari hasil kerja peserta didik yangditampilkan di dinding kelas dan seterusnya.Guru sekular bila diperhadapkan denganpertanyaan orang tua, “Bagaimana prestasi Janedi sekolah?”, maka guru tersebut cenderungmenjawab “Dia bagus dalam matematika. Diaunggul di kelas minggu lalu ketika mendapatnilai A pada tes yang baru guru adakan di akhirsatu unit pelajaran tentang pembagian bersusunpanjang.” Bagi Edlin, hal ini merupakantanggapan awal yang tidak tepat biladisampaikan guru Kristen (Edlin, 2015: 284).Mengapa demikian? Tanggapan guru sekularatau pola ini perlu direformasi karena dapatmenghasilkan situasi di mana guru-guru danpara peserta didik Kristen melihat “anakterpintar” memperoleh semua pujian meskipunnilai tertingginya diperoleh dengan sedikitusaha dibandingkan nilai biasa-biasa yangdicapai anak tekun yang tidak menonjol dikelasnya. Dengan menggunakan ajaran Yesusterhadap evaluasi, anak yang tekun tetapi tidakmenonjol di kelas akan menerima pengakuan.Lantas, apakah kita telah melihat perbeda-annya? Edlin menunjukkan model Alkitabtentang evaluasi menyoroti usaha dan bukan

Page 115: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

95Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

prestasi (Edlin, 2015: 284). Oleh karenanya,evaluasi tidak cukup dilakukan hanya denganmemberi angka. Guru harus diberi kesempatanuntuk menuliskan komentar tentang cara anakmenggunakan talenta yang sudah diberikanTuhan kepadanya. Hal ini menjadi sangatpenting dalam konteks sekolah Kristen ketikamembahas evaluasi pada pembelajaranberdiferensiasi (differentiated instruction) danhasil strategi penilaian autentik (Edlin, 2015:284). Dalam pemberian tugas, pengajaranberdiferensiasi tidak berarti memberikan tugasyang sama pada seluruh siswa dan melakukanpenyesuaian untuk siswa berbakat denganmembedakan tingkat kesulitan pertanyaan,memberikan tugas yang lebih sulit pada mereka,atau membiarkan siswa berbakat menyelesaikanprogram regulernya kemudian bebasmengerjakan permainan sebagai pengayaan.Pengajaran ini juga tidak berarti memberikanlebih banyak tugas, misalnya soal matematika,pada siswa yang telah menguasai materipelajaran tersebut. Berkenaan evaluasi padapembelajaran ini, guru diharapkan memberikankomentar atau apresiasi terhadap perkembang-an peserta didik yang telah berhasil melakukanpendalaman dan pengayaan. Secara sederhana,penilaian autentik mengacu pada kegiatanpenilaian simulasi, portofolio, atau bahkanbeberapa tes di meja yang menilai prestasi dalamkaitannya dengan pengalaman kehidupannyata peserta didik. Bagi Edlin, kegiatanmenghafal dan tes standar pasif pilihan gandadipandang bukan penilaian autentik (Edlin,2015:276).

Bila kita memperhatikan dengan serius caraYesus memperlakukan Maria dan Marta(Yohanes 11:1-44), teks ini tidak digunakanuntuk memahami evaluasi berdasarkanpendekatan Alkitabiah, tetapi salah satu konseppenting yang digambarkan Yesus. Ketika Yesusmendekati rumah Maria dan Marta sesudahLazarus meninggal, Marta berlari mendatangiDia dengan berlinang air mata menceritakankepada Yesus bahwa Lazarus tidak akanmeninggal seandainya Yesus dapat datang kerumah mereka lebih cepat. Dalam situasi ini,Yesus telah menyadari dilema intelektual yangdihadapi perempuan dan menanggapinyadengan menjawab pertanyaannya secara

intelektual. Dengan cara yang membesarkanhati, Yesus berbicara tentang kebangkitan semuaorang percaya pada masa yang akan datang,termasuk Lazarus. Tak lama kemudian, Mariadatang dengan mengatakan hal yang samakepada Yesus seperti yang dilakukan Marta.Dalam hal ini, Yesus tidak menyuruh Mariaberhenti menangis dan harus percaya bahwasemua orang Kristen pada suatu hari akanbangkit dari kematian. Yesus menyadari bahwaMaria membutuhkan tanggapan emosional.Oleh karenanya, Yesus menangis di depanMaria. Konteks ini telah memberi contohinteraksi guru kepada murid bukan berdasarkananalisis perbandingan, melainkan ukuran dankomposisi yang berbeda-beda. Evaluasi aspekintelektual dapat dilakukan guru melaluitanggapan (bukan dengan angka, melainkankomentar atau apresiasi) atas ketercapaianpeserta didik dalam menguasai danpendalaman materi yang diberikan. Evaluasiaspek emosional dapat dilakukan guru melaluitanggapan tindakan solidaritas dan bimbinganpastoral bagi peserta didik.

Edlin juga mengingatkan evaluasi pendi-dikan tidak boleh dikaitkan dengan citra diri(Edlin, 2015:287-289). Bagi Edlin, masalah utamamanusia modern bukan cara memandang dirikita terlalu rendah, melainkan sebaliknya. Bilakita memahami Alkitab dengan serius, setiapusaha untuk memandang diri sebagai orangyang baik cenderung berdasarkan siapa diri kitasebenarnya atau apa yang dapat kita lakukan.Pemahaman ini perlu diperjelas lagi. Yang perlukita lakukan yaitu mengalihkan pandangan darikelemahan dan kegagalan kita, dan meman-dang kepada Tuhan yang mencipta danmengasihi kita dengan merenungkan bagai-mana Tuhan memandang kita. Secara khusus,Edlin memetakan empat perspektif Alkitabtentang siapa diri kita (Edlin, 2015:288). (1)Alkitab meneguhkan berkali-kali bahwamanusia diciptakan segambar dengan Allahsendiri. Hal ini membuat kita tidak dapatmenyangkal kemuliaan dari pribadi Allah yangditempatkan pada manusia. (2) Meskipun adaperistiwa kejatuhan dosa yang mengakibatkanmanusia memiliki sifat jahat, manusia masihmerupakan buatan tangan Allah (Efesus 2:10).Allah berjuang memproses manusia dengan

Page 116: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

96 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

membentuk dan memberi karunia kepada kitamasing-masing. Ia terus terlibat dalam urusanmendalam di kehidupan manusia. (3) Alkitabmenyatakan bahwa Allah sangat memperhati-kan kita sehingga Ia mengutus anak-Nya yangtunggal, Yesus Kristus, mati bagi kita supayajalan kembali kepada Allah dapat terbuka bagisemua orang yang memanggil nama-Nya. (4)Semua orang yang telah menerima keselamatandari Yesus merupakan utusan Allah. Dalampraktik evaluasi ini, guru diharapkan tidakmengkaitkan hasil evaluasi (baik berupa angkaatau komentar) dengan citra diri peserta didik.Katakanlah, peserta didik yang memperoleh nilai50 dalam mata pelajaran matematika tidakotomatis dianggap bodoh. Hal ini dikarenakansetiap peserta didik memiliki kemampuan ataubakat anugerah yang berbeda-beda. Peserta didikyang tidak menguasai matematika, mungkinmahir di bidang Bahasa Inggris. Tidak hanyaitu, peserta didik yang dianggap tidak memilikikemampuan apapun pada mata pelajaran disekolah bukan berarti tidak bernilai. Hal inidikarenakan setiap peserta didik merupakangambar Allah. Guru dan orang tua perlu bekerjasama membimbing peserta didik modeldemikian untuk terus mencari anugerahkemampuan apa yang diberikan Tuhan dalamhidupnya di luar mata pelajaran sekolah.

Mengembangkan Pola EvaluasiPembelajaran Pendidikan Kristiani

Berdasarkan Alkitab

Secara garis besar, pola evaluasi pembelajaranPK berdasarkan Alkitab dipahami sebagai upayapemeriksaan firman Allah dan menyelidikinorma-norma Alkitab tentang bagaimanaseharusnya melakukan evaluasi (Edlin,2015:274). Sebelum kita melakukan evaluasi, kitaperlu menanyakan kepada para pemangkukepentingan (stakeholder) tentang tujuanmelakukan evaluasi di sekolah. Dalammerumuskan tujuan, kita perlu menjagakeseimbangan antara evaluasi yang ringkas(evaluasi akhir guna meringkas prestasi dankemajuan) dan formatif (memonitor kemajuanpeserta didik dan membentuk kembali pelajaransesuai kebutuhan saat ini) (Edlin, 2015:289).

Edlin menegaskan sekedar mengetahui nilaiakhir atau hasil dari pertandingan tidak banyakgunanya. Yang kita perlukan yaitu penggam-baran yang jelas bagaimana pertandingan itudimainkan (Edlin, 2015:289).

Di Indonesia, kurikulum nasional yangdipraktikkan di sekolah-sekolah yaitu kurikulum2013 (edisi revisi). Hasil kajian pelaksanaankurikulum 2013 menunjukkan bahwa salah satukesulitan guru dalam mengimplementasikankurikulum 2013 yaitu perencanaan, pelaksana-an, pengolahan, pemanfaatan dan pelaporanpenilaian. Pada perencanaan penilaian,pendidik kesulitan merumuskan indikatorinstrumen penilaian, menentukan teknikpenilaian yang tepat sesuai dengan kompetensidasar yang diajarkan. Berpijak pada pelaksa-naan dan celah yang terdapat pada kurikulum2013 ini, penulis memandang bahwa hal inijustru dapat menjadi peluang bagi sekolahKristen untuk mengemas evaluasi dan penilaianberdasarkan nilai-nilai Alkitab.

Di sisi keberlanjutan, evaluasi perludilakukan berpijak pada pemangku kepen-tingan dari perspektif peserta didik, guru, orangtua, dan orang lain (Edlin, 2015:290-292). Bagipeserta didik, evaluasi dilakukan guna (Edlin,2015:290-291) (1) membantu peserta didikmemahami dan menilai kekuatan (bidang-bidang yang menjadi bakat mereka) dankelemahan mereka sehingga menolong merekauntuk memilih pembelajaran mereka danharapan untuk masa depan; (2) membuat pesertadidik semakin menghargai dunia Allah, dan apaartinya hidup sebagai penatalayanan yangtanggap dan kreatif di dunia; (3) membiarkanpeserta didik menunjukkan dan menjunjungkompetensi melalui penggunaan berbagaikegiatan berdasarkan kinerja, misalnya ujianpemahaman dan bukan saja ujian kemampuankognitif secara tertulis; (4) memberi kesempatankepada peserta didik untuk belajar darikeberhasilan maupun kegagalan, dan mengem-bangkan tujuan belajar yang terus-menerus danbenar; (5) membantu peserta didik menyadarikemajuan pertumbuhan mereka sendiri danpenguasaan bidang-bidang pelajaran penting;(6) memberi kesempatan kepada peserta didikuntuk berinteraksi dengan situasi kehidupan

Page 117: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

97Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

nyata sehingga mereka dapat menunjukkanpengetahuan saleh dan wawasan mendalamsehingga dapat membedakan mana yang terbaikdalam hidup mereka (Filipi 1:9-11); (7) menda-patkan dokumentasi berarti yang dapat merekagunakan untuk kesempatan kerja pada masayang akan datang dan/atau pendidikanlanjutan.

Bagi guru, evaluasi dilakukan guna (Edlin,2015:291) (1) memonitor kepantasan danefektivitas pelajaran sebagai dasar untukmasukan peserta didik dan perencanaan tujuanpembelajaran dan kegiatan di masa yang akandatang; (2) mempertahankan kesadaranterhadap kebutuhan peserta didik dankemajuannya; (3) menunjukkan perpaduankasih karunia dan tanggung jawab menurutAlkitab di mana penilaian dirancang untukmemungkinkanpeserta didikmenunjukkan apayang merekaketahui dan dapatdilakukan, bukanapa yang tidakmereka ketahuidan tidak dapatmereka lakukan;(4) bergabungdengan murid-murid dalamsukacita dan kepu-asan merayakan kemajuan pembelajaran; (5)mengumpulkan data supaya guru dapatmemberikan laporan kepada orang yangberwenang atas peserta didik, termasuk kepalasekolah dan orang tua, bahwa pembelajaranyang menghormati Allah berlangsung denganbaik. Bagi orang tua, evaluasi dilakukan guna(Edlin, 2015:291-292) (1) membantu orang tuasupaya dapat meneguhkan bahwa sekolah danhasilnya memungkinkan mereka setia dalammemberikan disiplin dan pelajaran tentangTuhan kepada anak-anak mereka (Efesus 6:4);(2) menerima laporan formal tentangpenggunaan talenta anak-anak mereka danprestasi belajar mereka; (3) memberikan basisdata untuk pertemuan interaktif yang dipimpinpeserta didik, seperti yang sudah dijelaskansebagai terobosan terbesar dalam menyam-

paikan prestasi peserta didik; (4) memberi orangtua panduan untuk pengambilan keputusanyang bersifat rekreatif, vokasional, danedukasional pada masa yang akan datangbersama anak-anak mereka. Bagi orang lain(pejabat pemerintah, peneliti, dan calon majikan),evaluasi dilakukan guna memetakan profilpeserta didik di lokasi tertentu.

Dimensi Evaluasi Pembelajaran PendidikanKristiani Kurikulum 2013 (Edisi Revisi) diSekolahSebelum membahas bagaimana pengarusutama-an (mainstreaming) atau implikasi nilai-nilaiAlkitab pada kurikulum 2013 (edisi revisi), kitaperlu memahami terlebih dahulu dinamikaevaluasi pembelajaran PK berdasarkan kuriku-lum 2013 (edisi revisi). Namun, bentuk pengarus-

utmaan yangd i m a k s u d k a ndapat diperhatikanpada bagian beri-kutnya. Berbicaratentang evaluasipembelajaran PKdalam Kurikulum2013, kita perlumemperhat ikanlingkup penilaian disetiap jenjangnya.

Jenjang Taman Kanak-Kanak (TK)Lingkup penilaian peserta didik jenjang TamanKanak-kanak (TK) mencakup pertumbuhan danperkembangan anak (Direktorat PembinaanPAUD,2015:2-7). Lingkup penilaian pertum-buhan meliputi ukuran fisik yang diukur dengansatuan panjang dan berat, misalnya berat tubuh,tinggi badan/panjang badan, dan lingkarkepala. Sementara itu, penilaian perkembanganmencakup berbagai informasi yang berhubung-an dengan bertambahnya fungsi psikis anak,yaitu nilai moral dan agama, perkembangan fisikmotorik (gerakan motorik kasar dan halus, sertakesehatan fisik), sosial emosional, komunikasi(berbicara dan bahasa), kognitif (pengetahuan),dan seni (kreativitas). Enam programpengembangan yang menjadi area penilaianmengarah pada tercapainya Kompetensi

Penilaian dapat dilakukan dalamberbagai aktivitas anak, sejak anakdatang, berbaris, mengikuti proses

belajar, program pengembanganspiritualitas (doa bersama, memujiTuhan, dan mendengarkan cerita

Firman Tuhan)... .

Page 118: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

98 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

Inti (KI) yang menjadi Standar TingkatPencapaian Perkembangan Anak. KompetensiInti tersebut mencakup kompetensi sikapspiritual, sikap sosial, pengetahuan, danketerampilan.

Penilaian pada anak dilakukan pada saatanak melakukan kegiatan. Penilaian dapatdilakukan dalam berbagai aktivitas anak, sejakanak datang, berbaris, mengikuti proses belajar,program pengembangan spiritualitas (doabersama, memuji Tuhan, dan mendengarkancerita Firman Tuhan), mencuci tangan, makanbekal, bermain bebas, sampai pulang kembali.Penilaian itu dilakukan secara alami, baikberdasarkan kondisi nyata yang muncul dariperilaku anak selama proses berkegiatanmaupun hasil dari kegiatan tersebut. Dalamkeseharian guru bekerja bersama anak. Selainguru memfasilitasi anak, guru juga melakukanpengamatan. Guru mengamati hal-hal apa sajayang anak tahu, apa saja yang anak bisa, danapa saja yang menjadi kebiasaan anak.Harapannya, bahwa setelah guru mengetahuitiga hal tersebut, guru dapat merancang programpengembangan pembelajaran sesuai denganminat, kekuatan, dan kebutuhan anak. Programpengembangan pembelajaran yang disusun dandirencanakan sesuai dengan prinsip-prinsipperkembangan anak dapat menstimulasi potensianak menjadi berkompeten, semakin tahu,semakin bisa, dan semakin memiliki kebiasaanyang baik. Berbagai informasi tentang kemajuananak ini merupakan hasil belajar yang perludisampaikan pada orang tua. Dengandiperolehnya berbagai informasi tentang anak,orang tua dan guru memperoleh gambarancapaian hasil belajar anak. Capaian ini diukurberdasarkan standar PAUD yang telahditetapkan secara nasional, yang tertulis di dalamPermendikbud No. 137 tahun 2014 tentangStandar PAUD dan 146 tahun 2014 tentangKurikulum PAUD (Direktorat PembinaanPAUD,2015:1).

Jenjang Sekolah Dasar (SD)Lingkup penilaian hasil belajar peserta didikpada pendidikan dasar mencakup aspek sikap,pengetahuan, dan keterampilan (DirektoratPembinaan SD,2016:17). Penilaian aspek sikap

oleh pendidik dilakukan guna memperolehinformasi deskriptif berkenaan perilaku pesertadidik, dan pengadministrasian pelaporankepada pihak terkait dilakukan oleh satuanpendidikan. Penilaian aspek pengetahuan danketerampilan dilakukan oleh satuan pendidikan.Penilaian sikap diasumsikan bahwa setiappeserta didik memiliki perilaku yang baik.Perilaku menonjol (sangat baik atau perlubimbingan) yang dijumpai selama prosespembelajaran ditulis dalam jurnal atau catatanpendidik. Apabila tidak ada catatan perlubimbingan di dalam jurnal, peserta didiktersebut dikategorikan berperilaku sangat baik.Perencanaan penilaian sikap dilakukanberdasarkan Kompetensi Inti 1 (KI-1) danKompetensi Inti (KI-2). Pendidik merencanakandan menetapkan sikap yang akan dinilai dalampembelajaran sesuai dengan kegiatanpembelajaran. Pada penilaian sikap di luarpembelajaran pendidik dapat mengamati sikaplain yang muncul secara natural. Penilaiansikap dilakukan dengan prosedur; (a)mengamati perilaku peserta didik pada saatpembelajaran dan di luar pembelajaran; (b)mencatat sikap dan perilaku peserta didik, yangsangat baik, baik, cukup, dan perlu bimbingan.Namun untuk mempermudah pelaksanaan,guru diperbolehkan setidak-tidaknya mencatatsikap dan perilaku yang menonjol (sangat baikatau perlu bimbingan) dengan menggunakanlembar observasi. Minimal pada pertengahandan akhir semester, guru mata pelajaran danpembina ekstrakurikuler menyerahkanperkembangan sikap spiritual dan sikap sosialsetiap peserta didik kepada guru kelas untukdiolah lebih lanjut. Hasil penilaian dirapatkanmelalui dewan guru untuk menentukandeskripsi pada rapor peserta didik.

Penilaian pengetahuan dan keterampilandapat dilakukan secara terpisah maupunterpadu (Direktorat Pembinaan SD,2016:17).Secara mendasar, pada saat penilaianketerampilan dilakukan, secara langsungpenilaian pengetahuan pun dapat dilakukan.Penilaian pengetahuan dan keterampilan harusmengacu kepada pemetaan kompetensi dasaryang berasal dari Kompetensi Inti 3 (KI-3) danKompetensi Inti (KI-4) pada periode tertentu.Penilaian pengetahuan dilakukan dalam

Page 119: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

99Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

Penilaian Harian (PH), Penilaian TengahSemester (PTS), Penilaian Akhir Semester (PAS)dan Penilaian Akhir Tahun (PAT). Dalammenentukan nilai untuk setiap aspek, kita perlumenggunakan skala 0-100 denganmempertimbangkan; (a) Karakteristik mata/muatan pelajaran (kompleksitas) denganmencermati kata kerja yang terdapat padaKompetensi Dasar (KD) tersebut danberdasarkan data empiris dari pengalaman gurudalam proses belajar mengajar KD tersebut padawaktu sebelumnya. Semakin tinggi kompleksitasmateri atau kompetensinya, maka guru semakintertantang meningkatkan kompetensinya. (b)Karakteristik peserta didik (intake) denganmemperhatikan kualitas peserta didik yangdapat diidentifikasi antara lain berdasarkanhasil penilaian awal peserta didik, dan nilairapor sebelumnya. Semakin tinggi aspek intake,semakin tinggi pula nilai Kriteria KetuntasanMinimal (KKM)nya. (c) Kondisi satuanpendidikan (pendidik dan daya dukung)dinyatakan pada aspek guru dan daya dukungantara lain memperhatikan ketersediaan guru,kesesuaian latar belakang pendidikan gurudengan mata pelajaran yang diampu,kompetensi guru (misalnya hasil Uji KompetensiGuru), rasio jumlah peserta didik dalam satukelas, sarana prasarana pembelajaran,dukungan dana, dan kebijakan sekolah. Semakintinggi aspek guru dan daya dukung, makasemakin tinggi pula nilai KKMnya.

Penilaian keterampilan dilakukan denganteknik praktik, produk, dan proyek (DirektoratPembinaan SD,2016:60). Penilaian keterampilanmenggunakan teknik praktik mengutamakanpenilaian proses yang dilakukan dengan caramengamati kegiatan peserta didik dalammelakukan sesuatu. Penilaian ini cocokdigunakan untuk menilai ketercapaiankompetensi yang menuntut peserta didikmelakukan tugas tertentu, di antaranyamenyanyi, praktik ibadah, praktik olahraga,presentasi, bermain peran, memainkan alatmusik, dan membaca. Hasil penilaian praktikmenggunakan rerata dan/atau nilai optimum.Penilaian produk meliputi penilaian kemam-puan peserta didik dalam menghasilkan produk-produk, teknologi, dan seni. Nilai keterampilandiolah secara kuantitatif dengan menggunakan

bilangan bulat pada skala 0 sampai dengan 100serta dibuatkan deskripsi capaian kemampuanpeserta didik. Deskripsi tersebut berupa kalimatpositif terkait capaian kemampuan peserta didikdalam setiap muatan pelajaran yang mengacupada setiap KD pada muatan pelajaran.Penilaian keterampilan dapat disajikan dalambentuk nilai rata-rata dan/atau nilai optimum,sedangkan nilai akhir penilaian keterampilandihitung dari rerata nilai seluruh KD. Nilaioptimum diberlakukan apabila penilaiandilakukan terhadap KD pada materi dan teknikpenilaian yang sama dan penilaian dilakukanlebih dari satu kali.

Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)Lingkup penilaian hasil belajar peserta didikpada pendidikan menengah pertama berupasikap, pengetahuan, dan keterampilan(Direktorat Pembinaan SMP,2017:31). Penilaiansikap merupakan kegiatan untuk mengetahuiperilaku spiritual dan sosial peserta didik yangdapat diamati dalam kehidupan sehari-hari,baik di dalam maupun di luar kelas sebagai hasilpendidikan. Penilaian sikap ditujukan untukmengetahui capaian atau perkembangan sikappeserta didik dan memfasilitasi tumbuhnyaperilaku peserta didik sesuai butir-butir nilaisikap dari KI-1, KI-2, dan nilai-nilai lain yangditetapkan oleh satuan pendidikan. Penilaiansikap dilakukan dengan teknik observasi atauteknik lainnya yang relevan. Penilaian observasidapat menggunakan instrumen berupa lembarobservasi, atau buku jurnal (yang selanjutnyadisebut jurnal). Teknik penilaian lain yangdapat digunakan adalah penilaian diri danpenilaian antarteman.

Penilaian pengetahuan merupakan prosespengumpulan dan pengolahan informasi untukmengukur proses dan hasil pencapaiankompetensi peserta didik yang berupa kombinasipenguasaan proses kognitif (kecakapan berpikir)mengingat, memahami, menerapkan, mengana-lisis, mengevaluasi, dan mengkreasi denganpengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif (Direktorat PembinaanSMP,2017:58). Penilaian pengetahuan dilaku-kan dengan berbagai teknik. Pendidik dapatmemilih teknik penilaian yang paling sesuai

Page 120: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

100 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

dengan karakteristik kompetensi dasar,indikator, atau tujuan pembelajaran yang akandinilai. Segala sesuatu yang akan dilakukandalam proses penilaian perlu ditetapkan terlebihdahulu pada saat menyusun rencana pelaksan-aan pembelajaran (RPP). Teknik yang biasadigunakan adalah tes tertulis, tes lisan, danpenugasan.

Penilaian keterampilan merupakanpenilaian yang dilakukan untuk mengukurkemampuan peserta didik dalam menerapkanpengetahuan dalam melakukan tugas tertentudi berbagai macam konteks sesuai denganindikator pencapaian kompetensi (DirektoratPembinaan SMP,2017:79). Penilaian keterampil-an tersebut meliputi ranah berpikir danbertindak. Keterampilan ranah berpikir meliputiantara lain keterampilan membaca, menulis,menghitung, dan mengarang. Keterampilandalam ranah bertindak meliputi antara lainmenggunakan, mengurai, merangkai,modifikasi, dan membuat. Penilaian keterampil-an dapat dilakukan dengan berbagai teknik,antara lain penilaian praktik, penilaian produk,penilaian proyek, penilaian portofolio, danteknik lain misalnya tes tertulis. Penilaianketerampilan yang digunakan dipilih sesuaidengan karakteristik KD pada KI-4.

Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)Lingkup penilaian hasil belajar peserta didikpada pendidikan menengah atas berupa sikap,pengetahuan, dan keterampilan (DirektoratPembinaan SMA,2017:15). Penilaian sikapmerupakan penilaian terhadap kecenderunganperilaku peserta didik sebagai hasil pendidikan,baik di dalam kelas maupun di luar kelas.Penilaian sikap memiliki karakteristik yangberbeda dengan penilaian pengetahuan danketerampilan, sehingga teknik penilaian yangdigunakan juga berbeda. Dalam hal ini,penilaian sikap ditujukan untuk mengetahuicapaian dan membina perilaku serta budi pekertipeserta didik. Pada mata pelajaran PendidikanAgama dan Budi Pekerti dan mata pelajaranPendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan(PPKn), KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 disusunsecara koheren dan linier dengan KD pada KI-3dan KD pada KI-4. Dengan demikian aspek sikap

untuk mata pelajaran Pendidikan Agama danBudi Pekerti dan PPKn dibelajarkan secaralangsung (direct teaching) maupun tidaklangsung (indirect teaching) yang memilikidampak instruksional (instructional effect) danmemiliki dampak pengiring (nurturant effect).Sedangkan untuk mata pelajaran lain, tidakterdapat KD pada KI-1 dan KI-2. Dengandemikian, aspek sikap untuk mata pelajaranselain Pendidikan Agama dan Budi Pekerti danPPKn tidak dibelajarkan secara langsung danmemiliki dampak pengiring dari pembelajaranKD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Meskipundemikian, penilaian sikap spiritual dan sikapsosial harus dilakukan secara berkelanjutanoleh semua guru, termasuk guru BimbinganKonseling (BK) dan wali kelas, melalui observasidan informasi lain yang valid dan relevan dariberbagai sumber. Penilaian sikap merupakanbagian dari pembinaan dan penanaman/pembentukan sikap spiritual dan sikap sosialpeserta didik yang menjadi tugas dari setiappendidik. Penanaman sikap diintegrasikanpada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (selfassessment) dan penilaian antarteman (peerassessment) dalam rangka pembinaan danpembentukan karakter peserta didik, yanghasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu datauntuk konfirmasi hasil penilaian sikap olehpendidik. Hasil penilaian sikap selama periodesatu semester dilaporkan dalam bentuk predikatsangat baik, baik, cukup, atau kurang sertadeskripsi yang menggambarkan perilaku pesertadidik.

Penilaian pengetahuan merupakanpenilaian untuk mengukur kemampuan pesertadidik berupa pengetahuan faktual, konseptual,prosedural, dan metakognitif, serta kecakapanberpikir tingkat rendah sampai tinggi (DirektoratPembinaan SMA,2017:23). Penilaian iniberkaitan dengan ketercapaian KD pada KI-3yang dilakukan oleh guru mata pelajaran.Penilaian pengetahuan dilakukan denganberbagai teknik penilaian. Guru mata pelajaranmenetapkan teknik penilaian sesuai dengankarakteristik kompetensi yang akan dinilai.Penilaian dimulai dengan perencanaan padasaat menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP) dengan mengacu pada

Page 121: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

101Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

silabus. Penilaian pengetahuan, selain untukmengetahui apakah peserta didik telah mencapaiketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasikelemahan dan kekuatan penguasaanpengetahuan peserta didik dalam prosespembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu,pemberian umpan balik (feedback) kepadapeserta didik oleh pendidik merupakan hal yangsangat penting sehingga hasil penilaian dapatsegera digunakan untuk perbaikan mutupembelajaran. Ketuntasan belajar untukpengetahuan ditentukan oleh satuan pendidik-an. Secara bertahap satuan pendidikan terusmeningkatkan kriteria ketuntasan belajardengan mempertimbangkan potensi dankarakteristik masing-masing satuan pendidikansebagai bentuk peningkatan kualitas hasilbelajar. Berbagai teknik penilaian pengetahuandapat digunakan sesuai dengan karakteristikmasing-masing KD. Teknik yang biasa digunak-an adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

Penilaian keterampilan merupakanpenilaian yang dilakukan untuk menilaikemampuan peserta didik menerapkanpengetahuan dalam melakukan tugas tertentu(Direktorat Pembinaan SMA,2017:33). Keteram-pilan dalam Kurikulum 2013 meliputi keteram-pilan abstrak (berpikir) dan keterampilan konkret(kinestetik). Kaitannya dalam pemenuhankompetensi, penilaian keterampilan merupakanpenilaian untuk mengukur pencapaiankompetensi peserta didik terhadap kompetensidasar pada KI-4. Penilaian keterampilanmenuntut peserta didik mendemonstrasikansuatu kompetensi tertentu. Penilaian inidimaksudkan untuk mengetahui apakahpengetahuan (KD pada KI-3) yang sudahdikuasai peserta didik dapat digunakan untukmengenal dan menyelesaikan masalah dalamkehidupan sesungguhnya (real life). Ketuntasanbelajar untuk keterampilan ditentukan olehsatuan pendidikan, secara bertahap satuanPendidikan terus meningkatkan kriteriaketuntasan belajar dengan mempertimbangkanpotensi dan karakteristik masing-masing satuanpendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitashasil belajar. Penilaian keterampilan dapatdilakukan dengan berbagai teknik antara lainpenilaian praktik atau kinerja, proyek, portofolio,atau produk. Teknik penilaian lain dapat

digunakan sesuai dengan karakteristik KD padaKI-4 mata pelajaran yang akan diukur. Instrumenyang digunakan berupa daftar cek atau skalapenilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Pengarusutamaan Nilai-Nilai Alkitab dalamEvaluasi Pembelajaran Pendidikan KristianiKurikulum 2013 (Edisi Revisi) di SekolahSetelah kita memahami dasar evaluasi berdasar-kan nilai-nilai Alkitab dan dimensi evaluasipembelajaran PK berdasarkan kurikulum 2013edisi revisi, pertanyaan berikutnya yaitu bagai-mana kita mengarusutamakan (mainstreaming)nilai tersebut dalam evaluasi.

Jenjang Taman Kanak-Kanak (TK)Ketika guru melakukan penilaian perkembanganpeserta didik jenjang TK, guru diharapkan tidakhanya memperhatikan dan mencatat frekuensiperkembangannya (fisik motorik (gerakanmotorik kasar dan halus, serta kesehatan fisik),sosial emosional, komunikasi (berbicara danbahasa), kognitif (pengetahuan), dan seni(kreativitas)), melainkan mendampingi danbekerja sama dengan orang tua dalam memoti-vasi proses perkembangan peserta didik secarakeseluruhan. Semua dilakukan dengankesadaran bahwa perkembangan setiap pesertadidik berbeda-beda frekuensinya. Hal yangpaling penting dalam jenjang ini yaitu tidakmenghakimi kelambanan perkembangan pesertadidik secara utuh. Berbagai informasi tentangperkembangan peserta didik merupakan hasilbelajar yang perlu disampaikan pada orang tuasebagai bahan proses pendidikan lebih lanjutdan memberi penghargaan atas setiap usahayang telah dilakukan peserta didik.

Jenjang Sekolah Dasar (SD)Berdasarkan penilaian sikap dalam kurikulum2013, perilaku menonjol (sangat baik atau perlubimbingan) yang dijumpai selama prosespembelajaran ditulis dalam jurnal atau catatanpendidik. Apabila tidak ada catatan perlubimbingan di dalam jurnal, peserta didiktersebut dikategorikan berperilaku sangat baik.Menurut penulis, pola ini kurang tepat,khususnya berhubungan dengan peserta didik

Page 122: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

102 Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

yang tidak catatan. Peserta didik kondisidemikian tetap perlu dicatat dan tidak langsungdikategorikan sangat baik. Hal ini dilakukanguna memperhatikan frekuensi “biasa” atau“stagnan” dan membantu bagaimanamendampingi perkembangan mereka. Bahkan,berbagai ungkapan motivasi dapat disampaikanguna kemajuannya, contohnya “Ketekunanbelajarmu sudah bagus, tetapi apabila Kamumeningkatkan ketekunan itu sedikit lagi, makahasil belajarmu akan lebih bagus ketimbangsekarang.” Berkenaan penilaian pengetahuan,guru sebaiknya tidak hanya memperhatikanskala penilaian 0-100 dan ketercapaian pesertadidik, melainkan menelusuri lebih jauh hal-haldi balik nilai ketercapaiannya. Misalnya bilapeserta didik telah memperoleh nilai 90 (untuknilai tinggi) dan nilai 40 (untuk nilai rendah),guru juga perlu mengetahui bagaimana prosesatau usaha mereka memperolehnya. Hal inidilakukan karena pendidikan bukan sekedartentang nilai ketercapaian, melainkan usahapeserta didik dalam proses belajar mengajar.Usaha ini yang menentukan prosespendampingan atau pembinaan dalampendidikan peserta didik. Dalam prosespenilaian keterampilan, guru sebaiknya tidakhanya memperhatikan hasil atau produk akhirkarya peserta didik, melainkan memperhatikanproses pembuatan atau pengerjaannya.

Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP)Rumusan penilaian sikap jenjang SMP dapatdikatakan sudah selaras dengan nilai-nilaiAlkitab. Hal ini dikarenakan penilaian sikapmerupakan kegiatan untuk mengetahui perilakuspiritual dan sosial peserta didik yang dapatdiamati dalam kehidupan sehari-hari, baik didalam maupun di luar kelas sebagai hasilpendidikan. Penilaian sikap ditujukan untukmengetahui capaian atau perkembangan sikappeserta didik dan memfasilitasi tumbuhnyaperilaku peserta didik. Dalam proses demikian,guru kristiani harus memberi pendampingandan motivasi bagi semua peserta didik agarberkembang dengan baik. Berkenaan penilaianpengetahuan berdasarkan nilai-nilai Alkitab,guru sebaiknya tidak hanya berorientasiketercapaian nilai pengetahuan peserta didik,melainkan memperhatikan bagaimana peserta

didik berproses menyerap pengetahuan yangdidiskusikan dalam proses pembelajaran. Halini tentu juga berlaku pada penilaianketerampilan. Dalam penilaian ini, gurudiharapkan memberi motivasi bagi peserta didikuntuk terus berproses dan berkembang.

Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)Rumusan penilaian sikap jenjang SMAberdasarkan kurikulum 2013 sedikit berbedadengan jenjang lainnya (TK-SMP). Hal inidikarenakan bersinggungan dengan matapelajaran PAK dan PPKN. Bila ditelaah, nilai-nilai Alkitab sebaiknya tidak hanya menjadifokus mata pelajaran PAK saja, melainkan semuamata pelajaran. Hal ini tentu dilakukan tidakhanya secara langsung, melainkan tidaklangsung atau diarusutamakan dalam seluruhmata pelajaran. Penilaian pengetahuandimaksudkan untuk mengukur kemampuanpeserta didik berupa pengetahuan faktual,konseptual, prosedural, dan metakognitif, sertakecakapan berpikir tingkat rendah sampaitinggi. Dalam prosesnya, guru diharapkan tidakhanya memperhatikan hasil pencapaian,melainkan proses yang dilakukan dalammenyerap pengetahuan. Menurut penulis,rumusan penilaian keterampilan sudah baik.Hal ini dikarenakan penilaian keterampilanmenuntut peserta didik mendemonstrasikansuatu kompetensi tertentu. Penilaian inidimaksudkan untuk mengetahui apakahpengetahuan (KD pada KI-3) yang sudahdikuasai peserta didik dapat digunakan untukmengenal dan menyelesaikan masalah dalamkehidupan sesungguhnya (real life). Dalamprosesnya berdasarkan nilai-nilai Alkitab, gurudiharapkan memberikan pendampingan danmotivasi bagi semua peserta didik dalamsemakin mengenalkan dan mengarusutama-kannya dalam kehidupan sesungguhnya.

Simpulan

KesimpulanSetelah kita memahami uraian di atas, kita dapatmenyimpulkan bahwa evaluasi dalam pembel-ajaran PK diharapkan menyoroti usaha danbukan prestasi. Hal ini dilakukan berpijak pada

Page 123: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

103Jurnal Pendidikan Penabur - No.30/Tahun ke-17/Juni 2018

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kristiani

nilai-nilai Alkitab, contohnya perumpamaanTalenta (Matius 25: 14-30), sikap Yesus kepadaMaria dan Marta saat peristiwa kematian dankebangkitan Lazarus, saudara mereka (Yohanes11: 1-44), nasihat Rasul Paulus dalam menolongorang-orang yang percaya untuk memperolehpemahaman yang benar tentang diri merekasendiri di Kerajaan Allah (Roma 12: 3). Bahkan,Edlin menegaskan sekedar mengetahui nilaiakhir atau hasil dari pertandingan tidak banyakgunanya. Yang kita perlukan yaitupenggambaran yang jelas bagaimanapertandingan itu dimainkan (Edlin, 2015:289).Tentu, gagasan Edlin tersebut berbicara tentangproses.

SaranUraian evaluasi ini memang tidak menyentuhurusan teknis atau rubrik, melainkan hanyasekedar fondasi yang dapat dipegang dandikembangkan dalam pembelajaran PK olehguru. Walaupun konteksnya dalam PK, penulismenawarkan bahwa gagasan ini dapat jugadikembangkan dan diarusutamakan padaberbagai pembelajaran lainnya oleh guru. Halini dilakukan dengan memperhatikan tikungandan kekhasan masing-masing pembelajaran dankonteks yang ada. Bagi peserta didik, evaluasiyang telah diarusutamaan nilai-nilai Alkitabdiharapkan memberi ruang bagi peserta didikuntuk semakin berkembang lagi dari sebelumnyayang tidak senantiasa berorientasi pada prestasi,melainkan usaha dan berjuang. Bagi orang tua,evaluasi model ini diharapkan menstimulanperubahan paradigma bahwa dalampendidikan tidak senantiasa berpusat padaprestasi, melainkan usaha dan perjuanganpeserta didik untuk terus belajar.

Daftar Pustaka

Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini,Direktorat. (2015). Pedoman penilaianpembelajaran pendidikan anak usia dini.Jakarta: Direktorat PembinaanPendidikan Anak Usia Dini

Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat. (2016).Panduan penilaian untuk Sekolah Dasar.Jakarta: Direktorat Pembinaan SekolahDasar

Pembinaan Sekolah Menengah Pertama,Direktorat. (2017). Panduan penilaian olehpendidik dan satuan pendidikan SekolahMenengah Pertama. Jakarta: DirektoratPembinaan Sekolah Menengah Pertama

Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat.(2017). Panduan penilaian oleh pendidik dansatuan pendidikan Sekolah Menengah Atas.Jakarta: Direktorat Pembinaan SekolahMenengah Atas

Edlin, Richard J. (2015). Hakikat pendidikan Kristenterj. Yakob Riskihadi dan Yenny Halim.Jakarta: BPK PENABUR dan BPK GunungMulia

Moore, Mary Elizabeth. (1983). Education forcontinuity and change. Nashville:Abingdon Press

Seymour, Jack L. (1997). Mapping Christianeducation: Approaches to congregationallearning. Nashville: Abingdon Press

Page 124: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

104 Jurnal Pendidikan Penabur - No.29/Tahun ke-16/Desember 2017

Isu Mutakhir: Guru dalam Pusaran Literasi

endahuluansekolah kembalimenjadi pusat

perhatian publik yangmenunjuk tanggung jawabnyasebagai lembaga untukmempersiapkan sumber dayamanusia, sesuai denganlaporan Unesco terkait HumanDevelopement Index danpencapaian siswa Indonesiapada Trends InternationalMathematics and Science Study(TIMSS). Faktor tersebut masihditambah dengan terjadinyateror Surabaya yangmengorbankan anak usiasekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dituding menjadisalah satu unit kegiatansekolah tersusupi ideologiradikal. Remaja masa kinicenderung berpikir instan,nalar yang seharusnyaberkembang di sekolah,terlihat kurang disentuhseiring perkembangan duniayang menawarkan danbahkan mengindoktrinasiideologi jalan pintas.

Kurikulum pendidikanberkali-kali diganti dari tahun1998 dengan broad basecurriculum, tahun 2003kurikulum berbasiskompetensi dan 2006 KTSP

Hotben SitumorangE-mail: [email protected]

Ada Apa dengan Jabatan Kepala Sekolah?

Isu Mutakhir

yang menjadi cikal bakaladanya legalisasi kastasekolah. Sekolah bertarafinternasional yangdimaksudkan sebagai simbolmutu dan ketersediaan saranaprasarana berkembangmenjadi eksklusif diantarasekolah reguler lainnya. Kritiksosial yang bertubi-tubi dangugatan masyarakatmendorong mahkamahkonstitusi menganulirlegalitas sekolah bertarafinternasional. Semua sekolahmemang seyogianyamengembangkan daya pikirbertaraf internasional.Kurikulum berubah lagimenjadi Kurikulum 2013dengan segala kontroversiyang terkandung saatregulasinya ditandatanganiMenteri Pendidikan pada ahirmasa jabatannya.

Dari sisi undang-undangkita buka catatan sejarahbangsa ini mulai daripembukaan UUD 45, yangsecara tegas mengamanatkanPemerintah Negara Indonesiauntuk melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruhtumpah darah Indonesia danuntuk memajukankesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupanbangsa, dan ikutmelaksanakan ketertibandunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial”.Selanjutnya pada pasal 32ayat 3 UUD 45 jugamengamanatkan“...pemerintah mengusahakandan menyelenggarakan satusistem pendidikan nasionalyang meningkatkan keimanandan ketakwaan kepada TuhanYang Maha Esa serta akhlakmulia dalam rangkamencerdaskan kehidupanbangsa ...” . Perlu diakuibahwa penjajahan yangterjadi 350 tahun dampak dariketidakcerdasan bangsa ini.

Selanjutnya pasal 10Sisdiknas UU no 20 thn 2003menyatakan pemerintah danpemerintah daerah berhakmengarahkan, membimbing,membantu, dan mengawasipenyelenggaraan pendidikansesuai dengan peraturanperundang-undangan yangberlaku. Pada bagianpertimbangan undang-undang ini dinyatakan bahwa“sistem pendidikan nasionalharus mampu menjaminpemerataan kesempatan

P

Page 125: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

105Jurnal Pendidikan Penabur - No.29/Tahun ke-16/Desember 2017

Isu Mutakhir: Guru dalam Pusaran Literasi

pendidikan, peningkatanmutu serta relevansi danefisiensi manajemenpendidikan ...”. Intervensiyang positif adalah keharusandalam pengelolaan sekolah.

Kemerdekaan sudahdiproklamasikan 73 tahunyang lalu, tetapi adapertanyaan besar terkaitamanah undang-undangyang sedemikian jelas dantegas : “Apakah pemerintahsudah mengamalkannya?”.Pertanyaan ini menjadi bebandan tanggung jawab yangcukup berat bagi seorangKepala Sekolah sebagaipengemban amanat dansekaligus ujung tombakkebijakan pemerintah. Issuyang banyak dimuat mediamassa, antara lain;“masyarakat yang umumnyasudah menyelesaikanPendidikan Dasar masihbelum cerdas menghadapigejolak sosial, sehinga masihterjadi tawuran antar desa”,“hasutan atau persoalansepele memicu keributan besardan memakan korban akibatbanyaknya yang berpikiranpendek”. Bukankahsemuanya itu sebagai akibatdari pengembangan nalaryang tidak berkembang padamasa sekolah? Sudah saatnyasekolah tidak hanyamenuntaskan materipengetahuan yang diukurdengan Kriteria KetuntasanMinimal (KKM).

Mari kita simak laporanKompas 27 April 2018 yangmemaparkan hasil Program forInternational Student Assesment(PISA) terhadap hasilpendidikan siswa kelas 2 SDdi Indonesia. (1) Terdapat

47% yang lancar membacadan mampu memahami. (2)Terdapat 26,3 % yang tidaklancar membaca tetapimampu memahami. (3)Terdapat 20,7 % yang lancarmembaca tetapi tidak mampumemahami. (4) Terdapat 5,8 %yang tidak lancar membacadan tidak mampu memahami

Bandingkan data tersebutdengan pencapaian siswapada hasil rerata UjianNasional yang relatif nyarissempurna dengan kelulusan100%. Fakta lain yangdilaporkan Kompas pada 30April 2018 tentangpencapaian siswa Indonesiadan negara tetangga yangmengikuti PISA pada bidangsains sebagai berikut.

Walaupun capaian siswaIndonesia membaik, akantetapi posisi Indonesia lebihmemprihatinkan dibandingMalaysia dan Thailand yangjuga dibawah rata-rata. Datadi atas menggambarkan

NegaraPeserta

Total SkorTahun 2012

Total SkorTahun 2015

Singapore 551 556

Jepang 547 538

Taiwan 523 532

Vietnam 528 525

Hongkong 555 523

Korea Selatan 538 516

Malaysia 420 443

Thailand 444 421

Indonesia 382 403

Rerata 501 493

pencapaian siswa belumdilaksanakan sesuai denganrubrik sistem evaluasisekolah. Target pencapaiansiswa perjenjang/kelas tentuberkorelasi dengan prestasibelajar siswa. Jika nilai raporsiswa sudah baik seyogianyadapat menggambarkankemampuan siswanya. Hasil47% siswa kelas 2 lancarmembaca dan mampumemahami apa yang dibacasesungguhnya tergolongpencapaian sekolah yangrendah dilihat dariKompetensi Dasar kelas 2 SD.

Pencapaian siswa disekolah tentu tidak hanyatergantung pada satu orangguru, akan tetapi merupakanhasil sinergi guru-guru yang

bekerja dibawah koordinasisatu orang kepala sekolah.Untuk itu, masih dibutuhkanberbagai strategi peningkatanmutu pendidikan, termasukdalam mengoptimalkan

Page 126: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

106 Jurnal Pendidikan Penabur - No.29/Tahun ke-16/Desember 2017

Isu Mutakhir: Guru dalam Pusaran Literasi

fungsi leadership kepalasekolah selaku penentukebijakan di lapangan. Jikapada pasal 17 Peraturanmenteri No. 28 tahun 2010ditetapkan, guru yang telahatau sedang melaksanakantugas tambahan sebagaikepala sekolah/madrasahtidak dipersyaratkan memilikisertifikatkepala sekolah/madrasah sampai selesaimasa tugasnya. Selanjutnyasertifikasi menjadi langkahpenting penjaminan mutu.

Terbitnya peraturanMenteri nomor 6 tahun 2018menunjukkan adanyapenyempurnaan kebijakanmanajemen sekolah menyusulpenyempurnaan kebijakanpengelolaan guru. Dapatdipahami bahwa denganterbitnya PP No. 19 tahun2017 sebagai pengganti PPNo. 74 tahun 2008 tentangguru, pengaturan tentangsertifikasi guru tidak lagipada konsorsium sertifikasiguru tapi diserahkansepenuhnya kepada PTNpelaksana sertifikasi guru.Pengaturan tentang tugastambahan guru menjadikepala sekolah atau jabatanstruktur lainnya dinyatakansebagai fungsi manajerialdengan konversi kesetaraanbeban kerja guru.

Peran kepala sekolahselaku konduktor kemajuansekolah menuntut perlunyaprogram peningkatan mutukepala sekolah yang lebihterencana. Pendidikan,pengembangan dan pelatihankepala sekolah sudah barangtentu membutuhkan biayabesar sehingga perlu

diupayakan keefektifannyadengan melakukan analisiskebutuhan.”Successful implementation oftraining and developmentprograms depends on selectingthe right people under the rightconditions. Need analysis helpsidentify the right people and theright programs, and severaltraining and developmentconsiderations help make theright conditions” (Lawler IIIdalam Schuller, 1989: 406).

Pada setiap BabPermendikbud No. 6 tersebutmengatur pola rekrutmen,penyiapan pelatihan, hinggapenempatan danperpanjangan tugas. MenjadiKepala Sekolah jugadipersyaratkan berasal dariguru yang sudah memilikisertifikat pendidik dan telahmengikuti serta luluspendidikan calon kepalasekolah. Permen ini jugamewajibkan kepala sekolahyang sedang menjabat untukmengikuti pendidikan danpelatihan kepala sekolah dansertifikasinya ditanda tanganiDirjen Guru dan TenagaKependidikan (GTK). Hal inimenunjukkan bahwa padamasa yang akan datang tidakada kepala sekolah yangtidak tersertifikasi(dinyatakan profesional) olehpemerintah.

Pendidikan danpelatihan kepala sekolahdidasarkan pada prediksikebutuhan 5 tahun ke depanyang didapatkan dari datakepegawaian dinaspendidikan dan lembagapendidikan yangdiselenggarakan masyarakat

(Yayasan). Usulan bakalcalon dengan ketentuanpemenuhan persyaratanadministratif harus mengikutiproses seleksi untuk dapatmengikuti pendidikan danlatihan kepala sekolah.Pengajuan bakal calon dapatdiajukan oleh kepala sekolahatau oleh diri sendiri denganmendapat rekomendasi darikepala sekolah, mengikutialur yang terdapat padaGambar 1.

Dalam hal pengumpulandata kebutuhan kepalasekolah 5 tahun kedepan,maka sekolah swasta jugaberkewajiban berkoordinasidengan dinas pendidikan danmelaporkan kebutuhanyayasan. Kebutuhan kepalasekolah swasta harusmemperhitungkan masajabatan dari mereka yangmemasuki masa pensiun danrencana pendirian sekolahbaru.

Jika ditelaah secaraseksama terlihat semangatmemperbaharui sekolahmemang luar biasa. Untukmengejar ketertinggalandalam bidang pendidikanperlu derap langkahpemimpin sekolah denganvisi yang sama. Kepalasekolah perlu disertifikasi,termasuk mereka yang sedangdalam masa jabatan. Akantetapi menghitung jumlahsekolah di Jakarta sesuai datayang ada pada Renstrapendidikan DKI tahun 2014-2019 terdapat 1808 SekolahDasar Negeri dan 614 SekolahDasar Swasta. KeseluruhanSD, SMP, SMA dan SMK di

Page 127: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

107Jurnal Pendidikan Penabur - No.29/Tahun ke-16/Desember 2017

Isu Mutakhir: Guru dalam Pusaran Literasi

DKI Jakarta berjumlah 4292unit, tentu membutuhkanlembaga trainer yang jugaterstandardisasi denganjumlah tidak sedikit. PermenNo. 6 tersebut menyebutkansertifikasi seluruh kepalasekolah di Indonesia,termasuk SLB dan SekolahIndonesia di luar negeri.Dengan demikiankemungkinan implementasikebijakan ini akanberlangsung lambat aliasmolor.

Sebagaimana yangterkandung pada pasal 4 ayat3 Permen No. 6 tahun 2018,Sekolah negeri dan swasta

diwajibkan mengikutkancalon kepala sekolah padaprogram Lembaga PelatihanPendidikan Kepala sekolah(LPPKS) yang diselenggarakanoleh Dinas Pendidikandimana sekolah ituberdomisili. LPPKSmerupakan lembaga yangditunjuk pemerintah sebagaipenyelenggaramempersiapkan calon kepalasekolah dan kepala sekolahdalam jabatan. Materipelatihan bisa saja disiapkankantor kementerian secaraterpusat, namun perlu diingatada perbedaan leadershipuntuk SD dan SMP yang

masih pada jenjangpendidikan dasar. Pemimpinsekolah usia anak dan remajaberbeda, SMA dan SMK jugamempunyai ciri tersendiri, dandemikian juga SLB.

Jika program ini hanyaditujukan pada calon kepalasekolah saja sudah akanmerepotkan dinas pendidikanmengingat jumlah sekolahyang cukup banyak. Persoalanlain adalah jumlah sekolahyang tersebar di daerah, yangbisa saja menghadapipersoalan transportasi dancuaca (mereka yang tinggal dikepulauan) tentu menjadikendala tersendiri bagi dinas

ProyeksiKebutuhan

Pengusulan

Lulus

SeleksiSubstansi (LPPKS)

DIKLAT

Lulus

LPPKS &Lembagalain yangbekerjasamadenganpersetujuanDirjen

AnalisisInstru-

menAKPK danPerenca-

naanDiklat

Lulus

SELESAI

PEMEROLEHANSTTP

DITANDATANGANIDIRJEN

DAFTARTUNGGU

MULAI

REKOMENDASI

TIMPERTIMBANGAN

PENGANGKATAN

SeleksiAdministratif

Penilaian PotensiKepemimpinan SELESAI

SELESAI

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Usulan Peserta

Gambar 1:Alur Proses Penyiapan Calon Kepala Sekolah dan Pengangkatan Kepala Kekolah

Page 128: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

108 Jurnal Pendidikan Penabur - No.29/Tahun ke-16/Desember 2017

Isu Mutakhir: Guru dalam Pusaran Literasi

pendidikan. Mengumpulkankepala sekolah dalam jabatanikut pelatihan di satu tempattentu tidak mudah. Kendalatersebut masih ditambahdengan standar trainer dalammengawal visi yangterkandung dalam ‘Permen’tersebut. Disisi lain pergantiankepala sekolah akan sedikitlebih rumit jika lembaga tidakmenyiapkan calon kepalasekolah yang bersertifikat.

Adalah pentingmenyiapkan guru berprestasisebagai calon kepala sekolahdengan mengikutkan merekapada LPPKS. Akan tetapi halini juga menjadi kesempatantersendiri bagi sekolah-sekolah swasta dengan ciritertentu seperti perkumpulahsekolah Kristen atau yanglainnya untuk membantupemerintah dengan menjadisalah satu penyelenggaraLPPKS di lingkungan dinaspendidikan. Perkumpulansekolah swasta dengan ciriyang sama berkoordinasimembentuk satu LPPKS.

Untuk itu perkumpulan perlumengajukan diri danmendapat persetujuandirektur jenderal GTK. Tidakada pernyataan ‘permen’tersebut yang menyatakanLPPKS hanya dikelolapemerintah, tetapi hanyamenyatakan ‘ditunjuk’ dalamarti ‘lembaga penyelenggara’bekerja sama dan sesuaidengan kriteriapenyelenggaraan pemerintah.

Mengikuti paparan diatas, penulis inginmenegaskan kembali bahwapenyiapan sumber dayamanusia dilaksanakan disekolah, dimana kepalasekolah mempunyai peranpenting selaku ujung tombakkebijakan pemerintah. Kepalasekolah perlu diperkuat dandi-update guna menyatukanderap langkah pengelolaansekolah, untuk itu perludidukung. Rasanya tidak adayang perlu dikhawatirkan,dan secara menyeluruh dapatdikatakan Permen tersebutmengikuti perubahan yang

terjadi pada PP 74 tahun 2008sebagaimana dimuat pada PPNo. 19 tahun 2017. Denganmeyakini semangat positifyang terkandung dalamperaturan menteri nomor 6tahun 2018 tulisan inidisampaikan untuk mengin-spirasi bangkitnya peningkat-an mutu pendidikan sertasemangat kebangsaan yangsenantiasa saling melengkapi.

Daftar Pustaka

_____.Harian Kompas : 27 dan30 April 2018

_____.Materi Sosialisasi Per-mendikbud 6 th 2018ttg penugasan gurusebagai kepala sekolah

_____.Peraturan Menteri No. 6thn 2018

_____.Peraturan Pemerintah74 tahun 2008

_____.Renstra Pendidikan DKIJakarta 2013-2017

_____.Undang-undang Dasar1945

Page 129: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

109Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Resensi buku: Teach Like FinlandResensi buku

inlandia adalah negara dengan luastotal 338.424 km2 (17,7% wilayahIndonesia) dan berpenduduk 5.477.359

jiwa (21,44% penduduk Indonesia). WilayahFinlandia sendiri sedikit lebih luas dari PropinsiPapua (319.036,05 km2) dan merupakan negaraterluas nomor 6 di Eropa.Sedikit sekali orang yangmengaitkan sistem pendi-dikan yang berhasil deng-an Finlandia. Orangsering membicarakanpengembangan pendidik-an dan perbaikan mutusekolah dengan mengai-tkan apa yang sedangterjadi di Australia, Selan-dia Baru, Jerman atauBelanda. Namun semuaberubah pada suatumalam di bulan Desember2011. Di luar perkiraan,Finlandia mencatatkandirinya telah melampaui31 negara Organizational for Economic Cooperationand Development (OECD), (Publikasi PISA –

Programme for International Student Assessment).Publikasi ini berhubungan dengan keterampilanmembaca, matematika, dan ilmiah yang telahmereka peroleh di dalam dan di luar sekolah.Hasil tersebut kurang bervariasi walaupundihasilkan oleh sekolah yang berbeda dan

bahwa pembelajaran anakdi sekolah tidak terlaludipengaruhi oleh latarbelakang keluarga diban-dingkan dengan keluargalainnya. Di atas semuanyaitu, orang Finlandiasepertinya dapat mencapaihasil yang mengagumkanini hanya dengan belajar disekolah yang masukkategori seder-hana. Makatidak heran dunia pendi-dikan dibuat bingung.

Namun sebelumkomunitas pendidikanglobal dan media global

dibuat bingung, Finlandia sendiri sebelumnyatelah menerima kritikan tajam yang semakinmeningkat dari berbagai lini masyarakat, antara

Judul Buku :Teach Like Finland

Pengarang :Timothy D. Walker

Penerbit :Grasindo, Jakarta

Tahun Terbit :2017

Cetakan :Keempat, September 2017

Jumlah Halaman :197 halaman

ISBN : 978-602-452-044-1Peresensi :

Yocky FirdausEmail : [email protected]

Kepala Kantor BPK PENABUR Sukabumi

F

Page 130: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

110 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Resensi buku: Teach Like Finland

lain: (1) menurunnya tingkat pengetahuan danketerampilan yang diharapkan (dari universitasdan sekolah menengah), (2) lulusan sekolah atauoutcome kurang memiliki etos kerja yang baik danmenghindari kerja keras (dari pemilik perusa-haan) dan, (3) para peserta didik kurangdiberikan ruang untuk menempa potensi, bakatdan talentanya (dari orang tua). Orang Finlandiapercaya ada 5 unsur penting yang membuatsiswa di Finlandia lebih baik dari pada temanmereka diseluruh penjuru dunia. Kelima unsuritu mencakup 4 yang berkaitan langsung dengansekolah dan 1 berkaitan dengan apa yangdilakukan anak ketika tidak sekolah. Unsur-unsur tersebut antara lain : (1) Anak dapat mulaibersekolah ketika beranjak usia 7 tahun, (2)Peningkatan kualitas calon guru, (3)P e n g e m b a n g a nmekanisme kesejah-teraan dan peng-amanan siswa disemua sekolah, (4)K e p e m i m p i n a nsekolah harusberada ditanganpendidik yangberpengalaman danberkualitas dan, (5)Aktivitas berkua-litas di luar sekolah.

Buku menghancurkan konsep mainstreamyang telah dipercaya efektif dan efisien dalamproses belajar di sekolah. Sejak awal, penulisberanggapan bahwa guru yang bekerja kerasdengan hati berhasil membuat kesuksesanmurid di sekolah. Penulis juga merupakanproduk pendidikan masa lalu di Amerika, yangsangat mementingkan pengejaran kesuksesan.Rupanya pola hidup yang tertanam sejak keciladalah pengejaran kesuksesan demi kebahagi-aan. Hal ini merupakan filosofi yang dangatbertolak belakang bagi masyarakat Finlandia.Istirahat merupakan salah satu kunci kesukse-san siswa. Sistem pendidikan di Finlandiamempersilahkan siswa untuk beristrirahat 5menit setiap 45 menit pelajaran. Isi dari bab 1yang berjudul “Kesejahteraan” diperkuat buktipenelitian bahwa ada perubahan yang signifi-kan dalam diri siswa ketika jeda-jeda istrirahatdiberikan lebih banyak daripada sebelumnya.

Paradigma mainstream lain yangdihancurkan oleh buku ini adalah bukanseberapa banyak jam mengajar tetapi padakualitas mengajar. Penulis menceritakankehidupan guru di Amerika yang bekerja berjam-jam dengan luar biasa. Namun hasil yangdidapat bukan kualitas mengajar yang baik,namum depresi, perasaan tertekan dan tidakbisa menemani murid-murid. Penulis menekan-kan bahwa kondisi yang segar baik secarajasmani dan rohani sangat penting bagi seorangguru. Kondisi yang segar ini menghasil-kansuasana diri yang lebih fokus pada pekerjaan.

Hal yang ingin ditekankan oleh penulisbahwa faktor lain yang mempengaruhi prestasibelajar siswa adalah kualitas hubungan antarasiswa dengan siswa, guru deng-an siswa dan,

guru dengan guru.M e m b a n g u nkualitas hubunganantara guru deng-an murid dapatdimulai dengansuasana yangmenyenangkan.Hal ini berbedasekali dengant u n t u t a nmainstream yangdipercaya sebagai

salah satu unsur kekuatan untuk meningkatkanprestasi belajar siswa. Penyelengara pendidikanpercaya bahwa kualitas hari pertama mengajarmenentukan prestasi guru dikemudian hari.Namun kenyataan di Finlandia, hari pertamamasuk didesain sedemikian rupa agar siswatidak merasakan tekanan. Sekolah di Finlandiamengembangkan rasa persahabatan antarasemua warga sekolah dan kelas sertamenghindari rasa gugup dan stress dimulaipada hari pertama bersekolah. Apa tujuannya?Tujuan dari rasa memiliki ini adalah guru akanmencintai dan dicintai para siswanya. Dengandemikian akan lebih mudah bagi para guruuntuk masuk kedalam kehidupan anak. Satu hallagi adalah guru di Finlandia berupayamengunjungi para siswanya ketika liburanmusim panas. Kunjungan ini memberikan signalkepada orang tua bahwa guru peduli dan inginmengenal para siswanya dengan lebih dalam.

Hal lain yang ingin ditekankanoleh penulis bahwa faktor lainyang mempengaruhi prestasibelajar siswa adalah kualitas

hubungan antara siswa dengansiswa, guru dengan siswa dan,

guru dengan guru.

Page 131: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

111Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Resensi buku: Teach Like Finland

Pelajaran yang dapat diambil dari buku iniadalah keterlibatan siswa dalam prosespengambilan keputusan. Sekolah di Finlandiasangat menekankan keterlibatan siswa dalamproses pengambilan keputusan. Dalam prosespengambilan keputusan, guru memegangperanan yang besar seperti: tempat tujuan studytour, tujuan perkemahan dan lainnya. Berbagipengalaman dalam setiap proses adalahkuncinya. Keterlibatan siswa lain yang dirasasangat besar adalah proses penyelesaianbullying antar siswa. Siswa senior dapat hadirsebagai fasilitator dalam sesi penyelesaiankonflik diantara para murid yang terlibat.Praktek ini dilakukan agar peran dan beban gurudapat dibagikan kepada mereka-mereka yangmampu melakukannya (orang tua dan murid).

Seringkali guru mendapat beban yangsangat berat dan mereka tidak tahu harusberbagi dengan siapa saja. Namun keterlibatanini membutuhkan pelatihan kolaborasi antarasiswa dengan guru. Yang sering terjadi adalahmurid merasa sungkan untuk menyampaikanpendapatnya kepada guru. Gurupun merasasuperior dan merasa tahu segalanya akankebutuhan muridnya.

Kemandirian adalah hal penting lain yangditekankan pada pola pendidikan di Finlandia.Mereka percaya bahwa kemandirian adalahbahan dasar kegembiraan yang utama. Dalammengembangkan kemandirian, mereka percayabahwa pemberian kebebasan adalah awal darisebuah kemandirian. Rasanya agak sulitmenerima filosofi hidup ini. Hal ini karenaseringkali kebebasan dipercaya menciptakanlebih banyak kekacauan daripada kemandirian,terutama ketika ditujukan pada anak SekolahDasar. Sekolah Dasar di Indonesia lebihmenekankan tuntunan yang bisa ditafsirkanpendiktean. Tuntunan pada pendidikan diIndonesia mengharapkan keterlibatan penuhpara orang tua yang sakibatnya sering kalimenghasilkan ketergantungan siswa daripadamenghasilkan kemandirian siswa. FenomenaStudent Centered Learning seringkali berakhirpada Parents Centered Learning. Orang tua sibukmenyediakan segala sesuatu yang berhubungandengan pendidikan anak termasuk membantumencarikan (menyelesaikan) tugas mandiri atauPR untuk anak. Fenomena “abadi” yang

berlangsung pada pendidikan Indonesiamenyangkut kemandirian dikarenakan masihadanya mindset pentingnya hasil belajardaripada proses belajar. Pendidikan di Finlandiapercaya bahwa dengan memberikankemandirian yang lebih banyak kepada anak-anak maka guru akan mendapatkan kemandiri-an lebih banyak pula.

Kemandirian yang diimpikan pembaca(terutama oleh pembaca dari negara yang sedangmencari bentuk terbaik pendidikan) seperti yangterjadi di Finlandia adalah suatu harapan besar.Kemandirian siswa yang dapat diajak dalammenentukan proses jalannya kurikulum adalahsuatu hal yang sangat luar biasa bagi kita diIndonesia. Mindset kurikulum yang percayaiadalah seperangkat metode dan bahan ajar darisekumpulan orang-orang dewasa yang mengertipendidikan untuk siswa di sekolah. Namun diFinlandia, mereka percaya bahwa siswa dapatdiajak berdiskusi secara mandiri tentang apayang ingin mereka capai selama satu tahunajaran. Hal ini bukan berarti para guru dansiswa di Finlandia mengenyampingkanprogram kurikulum, tetapi lebih kepadamenyatukan antara tujuan kurikulum nasionaldengan minat serta interest mereka. Kita dapatmeniru sedikit demi sedikit perihal kemandirianini jika para stake holder saling bahu membahumewujudkan pendidikan yang berkualitas.Perwujudan proses pembelajaran yangberkualitas tidak berarti hanya segelintir siswayang pintar saja yang menikmati proses ini.Sekolah dapat menjembatani setiap siswa sesuaidengan talentanya untuk mewujudkanpendidikan yang berkualitas, dengan caramenyediakan waktu-waktu diskusi khususantara guru dengan siswa yang bersangkutan.

Pada halaman 121, pembaca akan terkesandengan filsafat mereka yang sangat baik yaitupara siswa dipercaya karena orang dewasadisekitarnya yakin mereka mampu suksesdengan cara mereka sendiri. Pandanganmainstream yang saat ini beredar di lingkunganmasyarakat kita adalah bahwa anakharussukses sesuai dengan cara kita sebagai orangdewasa. Masyarakat kita belum terbiasabertanya pada anak, sebagai contoh pada kasusFull Day School. Orang dewasa percaya bahwadengan mengirimkan anak ke sekolah dari pagi

Page 132: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

112 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Resensi buku: Teach Like Finland

hingga sore hari maka akan menghasilkanpendidikan yang bermutu bagi anak. Kitasebagai orang dewasa merasa, tidak perlubertanya pada anak karena kita merasa palingtahu akan kebutuhan mereka. Hal ini lah yangperlu diperbaiki pada masyarakat Indonesia.Orang dewasa ingin anak sukses dengan caraorang dewasa. Tentunya kebebasan yangdiberikan kepada anak harus disertai dengantanggung jawab mereka pula.

Kompetensi yang mendukung pendidikanberhasil di Finlandia adalah penguasaan materipelajaran. Guru Finlandia tidak akanmembiarkan buku paket menjadi majikan dikelas yang harus mereka ikuti. Buku paketadalah tambang ilmu pengetahuan abadi paramurid. Guru dapat menambang isi dari bukupaket dan menggunakan materi pembelajarandalam suatu cara yang mendukung prosesbelajar mengajar yang baik. Sebenarnyapemahaman ini sudah menjadi filosofiKurikulum 2013 dimana terdapat filsafat utamayang mendukungnya, antara lain: Perrenialism(mengembangkan kekuasaan rasional dankeunggulan akademik), essentialism(mengembagnkan intelektual dan keunggulanakademik), experimentalism (berpikir reflektifdalam memecahkan masalah, warga negarayang demokratis dan pertumbuhan),reconstructionism (membangun tatanan sosialdemokratis yang ideal), romantic naturalism(kebebasan individual untuk membangunpotensi seseorang) dan existentialism (pencarianmakna karakter seseorang secara mandiri).Namun ada guru-guru yang sangat bergantungpada buku paket yang melemahkan semangatdiscovery learning. Bagi guru tersebut, kehilanganbuku paket merupakan kehilangan terbesarketika ingin menyampaikan suatu materi ajar.Seharusnya sumber belajar tidak melulumelibatkan buku paket. Guru harus mampubelajar mencari sumber ajar dan bahan ajar untukmempermudah penyampaian di ruang kelas.Kemudian kemampuan mencari sumber ajar danbahan ajar ini harus didukung denganpenguasaan pemanfaatan teknologi. Teknologisangat mendukung proses pembelajaran karenauntuk menghubungkan kehidupan atau orang-orang dari seluruh dunia, untuk membuatpublikasi kepada audiens global, untuk

membuat benda-benda, program-program,artifak-artifak, penemuan yang tidak bisa dibuatdidunia dalam dunia analog. Namun guru diFinlandia sekali lagi tidak selalu bergantungpada kekuatan teknologi ini. Merekamenggunakan teknologi secukupnya.

Kendala yang menghambat proses pembel-ajaran di kelas adalah ketika seorang guru sulitmempraktekan keterampilan penguasaanteknologi untuk para siswanya. Guru jaman oldberjuang dalam memperlengkapi diri merekadalam penguasaan teknologi. Lembagapendidikan mengetahui dan mendeteksikesulitan mereka, sehingga diadakanlahworkshop untuk melatih guru. Guru bersaingdengan murid dalam kecepatan mencariinformasi. Adakalanya guru tertinggal dalam halinformasi dengan para murid. Ini adalahpekerjaan rumah lembaga pendidikan dantenaga pendidik. BPK PENABUR sendirimemberikan keterampilan dalam kerangkapelatihan yang tidak terstruktur, misalnyasesama guru IT melatih secara pribadi kepadaguru yang membutuhkan. Kecenderungankemajuan teknologi yang sangat cepat, membuatpara pendidik harus mampu beradaptasi denganhal tersebut. Namun yang perlu diwaspadaiadalah ketika lembaga pendidikan merasabahwa kemampuan belajar selaras denganbanyaknya jam penggunaan komputer padasiswa. OECD (2015) menyatakan bahwa siswayang sangat sering menggunakan komputer disekolah jauh lebih buruk, bahkan setelahmempertimbangkan latar belakang sosial dandemografik siswa. Hal ini harus diwaspadai.

Kurikulum inti nasional Finlandia yangdiimplementasikan di musim gugur 2016, tidakmenekankan pemberian angka untuk siswasekolah dasar dan memberikan sekolah sebuahkesempatan untuk memberikan masukan naratifdi akhir periode penilaian sebagai ganti angka.Kita, pendidik di Indonesia pasti berpikir bahwainilah salah satu aspek yang ditiru pemangkukebijakan Indonesia agar pendidikan Indonesiamenjadi lebih maju. Namun perlu dicatat bahwasistem ini memberi dampak administrasi yangluar biasa besar dalam kehidupan para guru.Lembar rapot sendiri tidak lagi terdiri dari 2halaman resume penilaian. Guru masih terbiasadengan angka yang menjadi patokan kemajuan

Page 133: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

113Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Resensi buku: Teach Like Finland

atau tidaknya seorang siswa. Guru dituntutmampu melihat talenta siswa yang bersifat non-akademis (terlebih dalam soal karakter).Kemampuan inilah yang perlu diasah, sehinggaguru dapat mengetahui perkembangan siswanyasecara hmenyeluruh.

Yang paling berkesan dari buku ini adalahtes individual nasional Finlandia. Buku inimenceritakan bahwa tes nasional adalah momenmencoba menguji kemampuan siswamenghadapi tugas yang tidak diperkirakansebelumnya. Tes ini melibatkan topik-topikpotensial bias, sensitive bahkan kontroversial.Para siswa diuji dalam menunjukankemampuan mereka dalam menghadapimasalah-masalah yang terkait dengan evolusi,kehilangan pekerjaan, masalah politik, diet,kekerasan, perang, etika, junk food, seks, obat-obatan dan music yang sedang popular. Inti darites ini adalah mencoba mendalami sejauh manapara siswa mampu mengintegrasikan matapelajaran di sekolah dengan kehidupan realmereka. Para guru memodifikasi tes dengan carapembuktian oleh siswa melalui pertanyan-pertanyaan sulit dan terbuka. Lembagapendidikan di Indonesia sepertinya harusmemulai langkah ini. Tes selalu text book dankurang dalam proses analisa sampai padajawaban Problem Solving Learning. Hal inilahyang menyebabkan anak di Indonesia kurangkritis. Anakkritis seringkali dianggap cerewet,tidak sopan dan “tidak normal”. Tentunya jikates seperti di Finlandia ingin diterapkan makakita sebagai penyelenggara lembaga pendidikanharus mempersiapkan guru sedemikian rupasehingga tes seperti ini dapat dilaksanakan.

Isi buku mengalir dengan narasi yangcukup baik. Penulis menceritakan seperti sebuahkehidupan yang mempersilahkan kita masukmengikutinya. Buku ini menjadi bahan resensi

karena faktor rasa penasaran pada pendidik diseuruh dunia akan keberhasilan Finlandiadalam mengelola pendidikan. Dalam buku initerdapat 33 rahasia sederhana yang mungkinkita anggap sepele selama ini namunberdampakbesar terhadap proses belajar di kelas. Keunikanbuku ini adalah penulis adalah seorang guruyang terjun langsung dalam kelas sehingga tidakada teori-teori yang belum terbukti keampuh-annya dalam meningkatkan mutu pendidikan.Walker dengan renah hati mau membuka semuaketerbatasannya dalam proses menjadi seorangguru yang diminta di Finlandia. Sebelumnya,Walker juga seorang guru di Amerika. Semuakonsep proses pembelajaran yang ia peroleh danyang telah di lakukan di Amerika berubah totalsejak ia mengikuti falsafah dan metodepembelajaran di Finlandia. Buku ini sangatpenting dibaca bagi para orang tua, guru, dosen,lembaga penyelenggara pendidikan dan parapemangku kebijakan pendidikan nasional.Mereka dapat mengadopsi hal yang baik, yangtelah terbukti dapat memperbaiki mutupendidikan. Tentunya ada konteks tertentu yangkita pertahakan sesuai dengan falsafah hidupkita masing-masing. Jika kita menginginkanpeningkatan mutu pendidikan, maka melaluibuku kita dapat mengetahuinya dan cukupcukup ekonomis ketimbang kita haruskunjungan langsung ke Finlandia. Manfaat yangdibeberkan dalam buku ini banyak sekali yangdapat kita peraktekkan. Namun ada sedikitkelemahan pada buku ini yaitu penggunaanistilah-istilah yang kurang dapat dimengerti olehpembaca yang bukan berasal dari Finlandia.Istilah-istilah telah dicoba untuk diterangkanoleh redaktur namun masih menyisakan sedikitkebingungan. Istilah-istilah dalam buku tidakmengganggu konten/isi dari buku. Selamatmembaca.

Page 134: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

114 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Profil BPK PENABUR Cicurug

Profil BPK PENABUR Cicurug

TugiminE-mail: [email protected]

SDK BPK PENABUR Cicurug

eberadaan BPK PENABUR Cicurugdiawali dengan kepedulian anggotaJemaat Gereja Kristus yang berada diCicurug terhadap anggota jemaat yang

memiliki anak usia sekolah Taman Kanak–Kanak yang dilangsungkan di rumah salah satuanggota jemaat tersebut. Seiring denganberkembangnya kehidupan dan berjalannyazaman, Gereja Kristus Cicurug bergabungdengan Gereja Kristen Indonesia (GKI) Jabar danberubah nama menjadi GKI Jabar Cicurug yangterletak di Jl. Siliwangi Gg. Kongsi Nomor 62BCicurug- Sukabumi. Sesuai dengan PekabaranInjil, GKI mempunyai misi mengembangkanpendidikan jemaatnya, maka berdirilah TKK danSDK di bawah naungan GKI Jabar Cicurug yangdikelola Yayasan Badan Pendidikan Kristen(BPK) Jabar KPS Cicurug dan sekolah tersebutdiberi nama TKK dan SDK Debora. Dikemudianhari Badan Pendidikan Kristen (BPK) Jabarberubah nama menjadi BPK PENABUR Cicurug.Otomatis nama sekolah juga berubah menjadiTKK dan SDK BPK PENABUR Cicurug. Tidakmerasa malu meski termasuk kecil di antara BPKPENABUR yang ada di 15 kota lainnya, tetapmemiliki jiwa optimis untuk mengembangkansekolah Kristen yang minoritas di tengahmayoritas bukan Kristen, di antara 4 sekolahKristen di 4 kecamatan dari 47 kecamatan diKabupaten Sukabumi dengan berusahamenanamkan kasih Yesus untuk sesama.Perkembangan TK dan SD BPK PENABURCicurug tidak seperti BPK PENABUR Setempatlain yang berkembang lebih cepat. Tetapi dengansikap optimis dan bantuan dari Pengurus HarianBPK PENABUR yang tiada hentinya diberikanterus berkarya sampai saat ini.

Sejarah Singkat

KPeningkatan Mutu

Untuk mengembangkan BPK PENABURCicurug yang kecil menurut ukuran manusiatetapi mungkin besar menurut ukuran Tuhanmaka, pengurus berserta guru dan karyawanbekerja sama seiring sejalan bersi-nergi salingmendukung dengan beberapa cara :1. Meningkatkan kompetensi guru dengan

memberikan kesempatan studi lanjut kePerguruan Tinggi hingga memiliki standarpendidikan Diploma III, SI bahkan SII.

2. Meningkatkan kompetensi guru denganmemberikan kesempatan untuk mengikutiberbagai pelatihan/ pembinaan/workshop/MGMP/ KKG dan Kelompok Kerja KepalaSekolah sesuai dengan jenjang danbidangnya.

3. Memperbaharui, dan melengkapi sarana/fasilitas/media/alat pembelajaran yangdiperlukan antara lain:Perpustakaan, peralatan IPA, peralatanolah raga, alat kesenian.

4. Bekerjasama dengan Pesona EDU i-learningJakarta.

5. Merenovasi dan melengkapi ruang kelas,penambahan kelas, penambahan WC dankamar mandi, lapangan, pengecatanbangunan, sehingga manambah kenyama-nan suasana di sekolah.

6. Mengikuti kegiatan lomba siswa dan gurudi tingkat Kecamatan Cicurug, KabupatenSukabumi, Provinsi Jawa Barat bahkansampai Nasional.

7. Pelaksanaan penambahan pelajaranbahasa Inggris, bahasa Mandarin, komputeruntuk TK dan SD.

Page 135: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

115Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Profil BPK PENABUR Cicurug

8. Pengambangan diri seni lukis, seni musik,tenis meja, buluntangkis, sepak bola, danfutsal.

9. Pembelajaran lingkungan denganmengadakan pembelajaran kunjungan kepabrik–pabrik, lingkunagn sawah,peternakan, perikanan.

10. Penerapan ciri khas BPK PENABUR denganimplementasi Nilai–Nilai Kristiani (N2K)dengan tema; kejujuran, keramahan danintegritas.

11. Membentuk Kelas Unggulan yang dimulaipada tahun 2015.

Taman Kanak – Kanak

Diawali dengan kepedulian kecil dan jumlahmurid masih sedikit dan masih satu atap denganSekolah Dasar, tetapi juga menjadi dorongansemangat berdirinya Sekolah Dasar Debora saatitu. Dengan bergesernya perekonomian wilayahJakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi(Jabodetabek) ke wilayah Sukabumi umumnyadan Cicurug yang notabene sebagai pintugerbang masuk ke Kabupaten Sukabumi,dengan berdirinya pabrik–pabrik sehinggamembawa dampak terhadap perekonomianmasyarakat dan pola pikir masyarakat terhadapdunia pendidikan yang memperbesar dayasaing sekolah untuk memberikan pendidikanyang terbaik kepada anak didik. TKK BPKPENABUR Cicurug mengembangkan satu kelasuntuk kelompok bermain (Play Group) padatahun 1994/1995 sehingga menambah tekatuntuk terus maju dan berkembang. Pada tahun2013-2014 menambah kelas batita (toodler) Dantetap berpegang pada sistem pembelajaran TK,yaitu belajar sambil bermain, bermain sambilbelajar dengan melakukan terobosan barudengan pembelajaran yang meliputi :1. Pembelajaran bahasa Mandarin2. Ekstrakurikuler seni lukis, seni musik,

angklung, berenang.3. Kegiatan belajar eksplorasi sains4. Pemeriksaan kesehatan anak5. Pengembangan puncak tema6. Kunjunagn edukasi ke pabrik skala besar

dan perorangan.7. Pengenalan lingkunagn sawah

8. Kunjungan peternakan9. Fildtrip.10. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)11. Kunjungan ke panti sosial (Panti Asuhan,

Panti Wreda)

Sekolah Dasar

Awal mula berdiri Sekolah Dasar memiliki muridangkatan pertama 5 orang murid, angkatankedua 3 orang murid. Karena jumlah murid yangsedikit maka ujian sekolah gabung dengan SDNIII Cicurug, sehingga sering kali menjadi juaradi sekolah lain. Dengan bertambahnya siswayang sampai tahun sembilan puluhan masihsekitar belasan dan berkembang terus hinggatahun dua ribuan menjadi tiga puluhan sampaiempat puluhan siswa per kelas. Denganbertambahnya jumlah siswa, maka BPKPENABUR Cicurug memiliki kepercayaan dirisebagai sekolah yang diakui perkembangannya,walaupun daya saing dengan sekolah negeridan swasta yang lain di wilayah Cicurug yangdidanai pemerintah melalui BantuanOperasional Sekolah (BOS) tetapi dengankepedulian Pengurus Harian BPK PENABURyang memberi dukungan semangat dan berbagaibantuan, mendorong SDK BPK PENABURCicurug untuk berbenah diri dengan cara :1. Melengkapi sarana dengan pembangunan

gedung baru.2. Perlengkapan alat bantu IPA yang memadai3. Pelajaran bahasa Mandarin dan bahasa

Inggris dari kelas I sampai kelas VI4. Pengembangan diri seni, olah raga5. Pelajaran komputer6. Kunjungan ke pabrik7. Retreat/pembinaan rohani siswa kelas VI8. Penerapan Nilai-nilai Kristiani (Kejujuran,

Keramahan, dan Integritas)9. Kunjungan ke Panti Asuhan.10. Pelatihan Guru11. Kualifikasi akademik Guru Strata I (S I) dan

strata II (S2)12. Penerimaan guru baru dengan kualifikasi

akademik S1.Dengan penuh semangat, kerja keras, dan

motivasi untuk maju maka BPK PENABURCicurug belajar dari pengalaman orang-orang

Page 136: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

116 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Profil BPK PENABUR Cicurug

yang telah sukses, selalu berasal dari mimpi.Mimpi yang sebagian sudah menjadi kenyataan,terbukti dengan kemampuan bersaing dalammengikuti lomba-lomba, berhadapan dengansekolah–sekolah terbaik di lingkungankabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat,bahkan Nasional. Adapun prestasi yang telahberhasil diraih BPK PENABUR Cicurug dapatdi lihat pada Tabel 2.

Data perkembangan jumlah siswa SD yangditerima cenderung menurun. Hal inidisebabkan:1. Agama minoritas2. Biaya pendidikan sekolah BPK PENABUR

mahal (asumsi masyarakat)

3. Satu–satunya sekolah yang mengajarkanagama Kristen

4. Sekolah negeri dan swasta yang lainmenerima dana BOS, dan bantuan –bantuan lain untuk pembangunan saranadan prasarana.

5. Dengan adanya krisis ekonomi banyaksiswa mutasi mengikuti orang tua pindahkerja.

6. Banyak sekolah lain yang menamakandirinya sekolah unggulan (SekolahBerstandar Internasional, SekolahInternasional)

7. Guru–guru di sekolah lain banyak yangmemiliki kualifikasi akademik dengan

mendapatkan beasiswa dan kemudahandari pemerintah

8. Perkembangan industri yang tidak disertaipengadaan infrastruktur sehingga timbulkemacetan jalan raya.

9. Sekolah BPK PENAUR Ciucurg beradaditengah-tengah antara kota Bogor danSukabumi, sehingga banyak orang tua yangmampu secara ekonomi cenderungmenyekolahkan anaknya ke kota Bogor atauSukabumi.Namun pengurus, guru, karyawan tidak

menjadi patah semangat dan terus berusahakeras mencari jalan keluar agar dapat bertahan

Tabel 1:Jumlah Guru TK dan SD dan KaryawanSekretariat Tahun 2018

Pendidikan TKK SDK Sekre-tariat

Kete-rangan

SD/SLTP 2 2 - Pesu-ruh

SLTA 1 1 2 TU

D3 - 2 2 TU

S1 8 8 - Guru

S2 - 2 - Guru

Grafik 1: Jumlah Murid TKK dan SDK

92 94 85 7892

217 210 212 204 205

2013/2014 2014/2015 2015/2016 2016/2017 2017/2018

TKK SDK

Page 137: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

117Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Profil BPK PENABUR Cicurug

Tabel 2:Prestasi Tahun 2010-2018

No Jenis Lomba Juara Tingkat Tahun

TKK

1 Model batik nasional 3 Kabupaten 2013

2 Gerak lagu 3 Kabupaten 2014

3 Lomba Mengajar 1 (Rayon LukasBPK PENABUR 2015

4 Bernyanyi duet Harapan Kabupaten 2015

5 Tari Kreasi Penabur Harapan Kabupaten 2016

6 Lingkungan sehat 1 Kabupaten 2017

7 Video profile 2 Kabupaten 2017

SDK

1 Bulu tangkis 1 Kabupaten 2012

2 Komputer 2 Kabupaten 2012

3 Renang 1 Kabupaten 2012

4 Olimpiade IPS 1 Kabupaten 2012

5 Olimpiade IPA 2 Kabupaten 2012

6 Bola Voli Pa 3 Kabupaten 2012

7 Melukis 1 Kabupaten 2013

8 Melukis 2 Kabupaten 2013

9 Melukis 2 Kabupaten 2013

10 Cerita Bergambar 1 Kabupaten 2014

11 Olimpiade MTKJalur A 1 Kabupaten 2015

12 Olimpiade MTKJalur B 3 Kabupaten 2015

13 Bulu Tangkis 4 Kabupaten 2016

14 Olimpiade IPA 3 Kabupaten 2017

menghadapi permasalah-an tersebut dengan lang-kah–langkah antara lain:1. Memperbaiki citrasekolah dengan mena-namkan N2K2. Menyelanggarakanpembinaan bagi guru–guru3. Guru–guru yangbelum memiliki kualifikasiakademik Sarjana Strata 1melanjutkan dengan biayasendiri dan pinjamankepada yayasan.4. Menerima guru yangkualifikasi akademiknyaStrata 1 (S1).5. Membangun danmerenovasi bangunandengan model yang berbe-da dengan sekolah lain.6. Mengikuti lomba–lomba di tingkat kecama-tan, kabupaten, provinsi,dan nasional7. Melengkapi saranapenunjang pembelajaranantara lain :a. Laboratorium komputerb. Laboratorium IPAc. Usaha KesehatanSekolah (UKS)d. Ruang multimediae. Ruang perpustakaanf. Lapangan Olah Ragag. Komputerh. LCD proyektor tiapkelas (kelas 1– 4)i. Laptopj. DVDk. Camera digital, dll

Page 138: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

118 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Profil BPK PENABUR Cicurug

Tabel 3:Susunan Pengurus Tahun 1998-2002

No Nama Jabatan

1 Pdt. Vince F Penasehat

2 Markus Ketua

3 Ade Yuana Ketua I

3 Ade Yuana Ketua II

5 Chrisdiyanto Sekretaris

6 Harsono Bendahara

7 Ir. Baskoro Ngapon Anggota

8 Drs. Oktan Tanjung Anggota

Upaya Pengembangan Sekolah

Untuk meningkatkan citra sekolah dilakukanberbagai upaya sebagai berikut.1. Meningkatkan prestasi peserta didik2. Menambah sarana dan prasarana yang

disesuaikan dengan perkembangan sekolahmasa kini

3. Menjadi sekolah Kristen yang bercirikanNilai–Nilai Kristiani (N2K) dalam setiapaspek pembelajaran

4. Menggunakan pendekatan pembelajaranPakem (Pembelajaran Aktif kreatif efektifmenyenangkan)

5. Sekolah dengan bercirikan Pendidikanberbasis Nilai-Nilai Kristiani (PKBN2K).

6. Merenovasi bangunan dengan model yangberbeda dengan sekolah lain di wilayahCicurug.

Tabel 6:Ketua Yayasan

No Nama Tahun

1 Suyandi 1986-1990

2 Darmadjaya 1990-1994

3 Suyandi 1994-1998

3 Darmadjaya 1998-2002

5 Ade Yuana 2002-2006

6 Ade Yuana 2006-2010

7 Ir. Baskoro 2010-2014

8 A. H. Khalahatu 2014-2018

Tabel 4:Susunan Pengurus Tahun 2002-2006

No Nama Jabatan

1 Pdt. Vince F Penasehat

2 Ir. Baskoro Ngapon Ketua

3 Ade Yuana Sekretaris

3 Drs. Oktan Tanjung Bendahara

5 Harsono Anggota

7 Albert Sagala Anggota

Tabel 5:Susunan Pengurus Tahun 2006-2010

No Nama Jabatan

1 Pdt. Talsum Penasehat

2 Santosa Ketua

3 Ir.Baskoro Ngapon Sekretaris

3 Ngadimin Bendahara I

5 A H Kalahatu Bendahara II

7 Drs. Oktan Tanjung Anggota

8 Iwan Gunawan Anggota

9 dr. Natanael G H Anggota

Page 139: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

119Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Profil BPK PENABUR Cicurug

Tabel 7:Susunan Pengurus Tahun 2010-2014

No Nama Jabatan

1 Pdt. Talsum Penasehat

2 A H Kalahatu Ketua

3 Ngadimin Sekretaris

4 Ir.Baskoro Ngapon Bendahara

5 dr. Natanael G H Anggota

6 Juwan T Hutauruk Anggota

7 Simon M Pormes Anggota

Tabel 8:Susunan Pengurus Tahun 2014-2018

No Nama Jabatan

1 Pdt. Talsum Santosa Penasehat

2 A H Kalahatu Ketua

3 Dede Pramutadi Sekretaris

4 Juwan T Hutauruk Bendahara

5 Tan Yunus Bendahara

6 Simon M Pormes Anggota

7 Lam R Pakpahan Anggota

Tabel 9:Kepala TKK

No Nama Masa Jabatan

1 Eli Nurlina . . . -1985

2 Nani Saarni 1985-1990

3 Suzanna yusuf 1990-2016

4 Ester Melani 2016-sekarang

Tabel 10:Kepala SDK

No Nama Masa Jabatan

1 Lilis Tandaputra 1985-1995

2 Nani Saarni 1995-1997

3 Lilis Tandaputra 1997-2001

4 Sugiyarto 2001-2007

5 Tugimin 2007-2013

6 Sugiyarto 2013-2016

7 Hana Puji Lestari 2016-sekarang

7. Melaksanakan sekolah lima hari kerja dariTahun Pelajaran 2011-2012.

8. Mencanangkan kelas unggulan TahunPelajaran 2014-2015.

9. Melaksanakan kelas unggulan TahunPelajaran 2015-2016 sampai sekarang 2017-2018 (tahun ke-4)

10. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS):1) Taman Kanak-kanak (TK) pemeriksaan

gigi setiap 6 bulan sekali (Oktober danFebruari), pemeriksaan umum tiapminggu ke-3, kerjasama denganpuskesmas pengadaan imunisasi(program pemerintah).

2) Sekolah Dasar (SD) pemeriksaan tiapbulan sekali, dan kerjasama denganpuskesmas pengadaan imunisasi(program pemerintah).

Di samping hal yang telah diuraikan diatas,adanya pembangunan infrastruktur ruas jalantax on location ( TOL) yang menghubungkan KotaBogor dan Sukabumi yang melintasi KecamatanCicurug, besar kemungkinan akan berdampakpada jumlah calon murid yang akan mendaftardi BPK PENABUR Cicurug. Hal ini karenabeberapa tahun belakangan ini, ruas jalan yangada di Cicurug boleh dikatakan sangat macet,sehingga beberapa orangtua memilih pindah ke

Page 140: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia

120 Jurnal Pendidikan Penabur - No. 30/Tahun ke-17/Juni 2018

Profil BPK PENABUR Cicurug

Bogor atau Sukabumi, untuk mempermudahakses ke sekolah anaknya. Diharapkan dengandi fungsikannya jalan TOL, maka arus lalulintasakan lancar, sehingga tidak perlu lagimenyekolahkan anaknya di Bogor atauSukabumi, karena ada TKK-SDK BPKPENABUR tempat menyekolahkan anaknya.

Penutup

Mensyukuri anugerah dari Tuhan akan selaludigenapi oleh firmanNya dan dengan kerja keraspengurus, guru, karyawan, orang tua murid danpeserta didik BPK PENABUR Cicurug,merangkak tapi pasti berusaha menanamkan

kasih Yesus untuk sesama. Dalam prosespembelajarannya selalu berusahamengoptimalkan potensi peserta didiksekaligus menanamkan kasih. Lulusan SDKBPK PENABUR Cicurug, melanjutkanpendidikan ke berbagai kota terutama ke BPKPENABUR Setempat yang ada di berbagai kota,dan alumninya sudah menyebar ke berbagaikota. Berkembang bagai bunga di tengahpadang, dihimpit tetap hidup, berjalanmeskipun agak tertatih-tatih, tetapi memilikiharapan dengan berlandaskan Iman, Ilmu, danPelayanan yang bernafaskan Nilai–NilaiKristiani, BPK PENABUR Cicurug dapatberkembang dan menjadi sekolah pilihansekarang sampai selamanya.

Page 141: Diterbitkan oleh - bpkpenabur.or.idbpkpenabur.or.id/wp-content/uploads/2018/10/Jurnal-No30-Thn17-Juni... · Makihonko, pengajar dari Finland of University, mengatakan ada ... Finlandia