disusun oleh - wordpress.com...2. magang 2 (pengembangan perangkat pembelajaran) 3. magang 3...
TRANSCRIPT
-
MANAJEMEN SEKOLAH
LAPORAN MINI RISET
Dosen Pembimbing : Dr. M. Joharis Lubis, M.M, M.Pd
Disusun Oleh
OKTAFIANI SIHITE
NIM: 2163111036
REGULER C
PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
-
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta kebaikan-Nya penulis dapat menyelesaikan mini riset ini dengan baik meskipun memang
banyak kekurangan di dalamnya. Penulis berterimakasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik,
saran, dan usulan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya
penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini
diwaktu yang akan datang.
Medan, November 2018
Penulis
-
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ...................................................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Kompetensi Guru ..................................................................................................... 6
2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru ....................................................................... 7
2.1.2 Empat Kompetensi Guru.............................................................................. 7
2.2 Manajemen kelas ..................................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Manajemen Kelas ...................................................................... 9
2.2.2 Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Manajemen Kelas ............................ 10
2.2.3 Prinsip-prinsip Manajemen Kelas .............................................................. 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................... 14
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................. 14
3.3 Objek Penelitian ..................................................................................................... 14
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 14
3.5 Analisis Data .......................................................................................................... 14
-
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................................... 15
4.2 Pembahasan............................................................................................................ 15
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................................... 20
5.2 Saran ...................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................. 22
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Untuk mengembangkan mahasiswa yang profesional dan berkualitas, maka perlu dilakukan
pengenalan langsung ke sekolah agar diharapkan mahasiswa akan terbentuk 4 kompetensi guru
dalam diri mahasiswa yaitu kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan kompetensi
profesional.
Untuk mencapai tersebut pihak UNIMED telah mempersiapkan mata kuliah wajib bagi
mahasiswa yaitu Program Magang yang terdiri atas tiga yaitu:
1. Magang 1 (Observasi Sekolah).
2. Magang 2 (Pengembangan Perangkat Pembelajaran)
3. Magang 3 (Mengajar Terbimbing).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai
berikut:
- Kultur dalam manajemen sekolah harus diketahui bagaimana keadaannya
- Masih kurangnya kompetensi yang ada dalam diri guru
1.3 Batasan Masalah
Dalam beberapa masalah yang muncul dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi
dengan mencari tahu bagaimana manajemen kelas serta kompetensi yang dimiliki oleh guru.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana kultur yang ada dalam sekolah Dwi Warna Medan?
2. Dapatkah guru mengelola manajemen dalam kelas?
3. Bagaimana kompetensi yang ada pada diri seorang guru?
-
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui Bagaimana kultur yang ada dalam sekolah Dwi Warna Medan.
2. Dapat mengetahui bagaimana guru mengelola manajemen dalam kelas.
3. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi yang ada pada diri seorang guru.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
- Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi
pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang
tentunya berpengaruh pada hasil belajar siswa.
- Menjadi masukan untuk menerapkan manajemen kelas yang baik.
2. Bagi Sekolah
Perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa yang
akhirnya berpengaruh pada kualitas lulusan sekolah.
-
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 KOMPETENSI GURU
Kompeten dan kompetensi adalah dua kata yang semakin sering diucapkan dalam
lingkup bisnis maupun organisasi pemerintah belakangan ini. Saking seringnya, makna
hakiki kedua kata itu pun cenderung disederhanakan. Kompeten dan kompetensi, misalnya,
dianggap sama dengan keahlian atau kemampuan. Orang yang ahli di bidang teknik
bangunan, umpamanya, dianggap kompeten di bidang teknik bangunan. Padahal, kompetensi
seorang ahli teknik bangunan yang berprofesi sebagai dosen akan berbeda dengan ahli teknik
bangunan yang berprofesi sebagai Manajer Proyek. Di sini terlihat, bahwa kompetensi
individu tidak bisa berdiri sendiri hanya sebatas kebiasaan atau kemampuan seseorang, tetapi
ia terkait erat dengan tugas dan profesi yang dijalankan orang itu dalam pekerjaan.
Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang factor penting dalam keberhasilan
seseorang dalam pekerjaannya. Sebagai contoh guru sebagai salah satu profesi, Undang-
Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya
Mendiknas RI melalui Permen Nomor 16 Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Identifikasi kompetensi guru yang tepat dianggap memiliki
nilai prediksi yang valid untuk keberhasilan guru dalam pekerjaannya.
”Apakah arti sebenarnya kompetensi dan bagaimana pula dengan pengertian kompetensi
guru?”, menjadi pertanyaan yang sangat penting untuk dijawab. Pemahaman yang
mendalam tentang pengertian kompetensi akan memberikan dasar dalam upaya menjadi
guru yang berhasil sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.
-
2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru
Depdiknas merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Berdasarkan
definsi tersebut Rastodio (2009) mendefinisikan kompetensi guru sebagai penguasaan
terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
Selanjutnya Kepmendiknas nomor 16 Tahun 2007 menetapkan standar kompetensi
guru yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi : kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional. Penjelasan keempat kompetensi ini secara ringkas
dijelaskan sebagai berikut :
1...... Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran.
2. Kompetensi kepribadian adalah adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.
3. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,
orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
4. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam.
2.1.2 Empat Kompetensi Guru
A. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi ini menyangkut kemampuan seorang guru dalam mengajar dan mendidik.
Kemampuan ini didukung oleh kemampuan dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
pembelajaran serta kemampuan dalam memahami dan memperkembang-kan peserta didik.
Dalam hasil observasi yang telah saya lakukan sendiri di SMA Swasta Dwiwarna Medan melihat
bahwa guru bidang studi bahasa Indonesia tersebut telah memiliki potensi pedagogik yang baik,
dimana guru tersebut telah mampu mengajar dengan baik dan tidak membuat peserta didik
merasa bosan dengan pelajaran yang ia sampaikan, dan juga guru tersebut menguasai materi
yang akan ia ajarkan pada peserta didiknya dengan bahasa yang baik, poin-poin materi yang pas
-
dan tepat. Serta guru tersebut bukan hanya menguasai materi yang akan ia ajarkan pada hari itu
saja melainkan materi yang lain.
B. Kompetensi Kepribadian
Di sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan ini, para pendidik memiliki kompetensi
kepribadian yang tinggi, terlebih lagi tenaga pendidik disini sebagian besar sudah memiliki
pengalaman yang cukup dalam mengajar, dan mereka dituntut sebagai seorang guru yang
memiliki kepribadian yang memang harus dimiliki seorang guru.
Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki
oleh guru yang profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri,
bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa, dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia
untuk menjadi suri tauladan yang baik. Menurut hasil observasi yang telah saya lakukan di
sekolah SMA tersebut, kompetensi kepribadian dari guru-guru disana sudah baik, dan mereka
dapat dijadikan teladan bagi peserta didik mereka, mereka berpakaian rapi dan berwibawa. Hal
itu menjadi suatu model bagi siswa untuk berpakaian rapi untuk hadir ke sekolah dengan
memasukkan baju, memakai ikat pinggang, dan bersalaman sebelum dan sesudah melakukan
pembelajaran terhadap guru.
C. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,
pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga
pendidikan atau juga dengan orang tua /wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Menurut hasil
observasi yang saya lakukan, kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru atau pendidik di SMA
Swasta Dwiwarna Medan ini sudah baik, mereka memiliki hubungan seperti ibu/bapak dan anak
dengan para peserta didiknya, dan antara sesama guru juga memiliki hubungan yang baik.
Hubungan antar guru juga baik, mereka saling bersilaturahmi. Selain itu guru-guru itu juga
saling bercanda satu sama lain, jika bertemu antar sesama, mereka saling tegur sapa.
-
D. Kompetensi profesional
Kompetensi psrofesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas
dan mendalam oleh seorang guru. Menurut hasil observasi yang saya lakukan, kompetensi
professional yang dimiliki oleh guru atau pendidik di SMA Swasta Dwiwarna Medan ini
sudah baik, mereka memiliki kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan
mendalam sehingga mereka dapat menyampaikannya dengan baik pula kepada peserta
didiknya.
2.2 MANAJEMEN KELAS
2.2.1 Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti
proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan
adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana
atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif.
Terdapat beberapa defenisi tentang manajemen kelas berikut ini :
1. Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern
Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan
ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang
menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson
dan Mary Bany, 1970)
2. Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber
1986 )
a. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).
b. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).
-
c. Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan
Permisif).
d. Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti
petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).
e. Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui
perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik
(Pendekatan Instruksional).
f. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik
yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan
(Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).
g. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang
baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim
Sosioemosional).
h. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi
kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial).
2.2.2 Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas adalah :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun
sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan semaksimal mungkin.
2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi
pembelajaran.
3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan
intelektual siswa dalam kelas.
4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,
budaya serta sifat-sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996
: 2)
-
Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam
memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan
suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas
adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif (
Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).
Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya
kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi :
a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu
kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu
kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat
bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah
kondisi kelas.
b. Memelihara agar tugas – tugas itu dapat berjalan lancar.
c. Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :
masalah individual dan masalah kelompok.
Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti
a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain.
b. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan.
c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.
d. Peragaan ketidakmampuan.
Sedangkan masalah-masalah kelompok yang mungkin muncul dalam kelas :
a. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi,
dan sebagainya.
b. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.
c. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
d. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.
-
e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap,
semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru
seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain. ( Lois
V.Johnson dan Mary A.Bany, dalam M.Entang dan T.Raka Joni1983 ).
2.2.3 Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
“Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor
intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian
siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa
lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu
perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan
siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di
kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya
dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin
sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.
Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan
dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang
dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut.
1. Hangat dan Antusias
Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat
dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada
aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang
akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan
munculnya tingkah laku yang menyimpang.
-
3. Bervariasi
Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan
anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.
Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan
menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat
mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim
belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya
gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan
sebagainya.
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal
yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative.
Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap
tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan
kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses
belajar mengajar.
6. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan
dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak
didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.
-
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian dalam makalah ini yaitu:
1. Membahas mengenai kultur yang ada dalam sekolah Dwi Warna Medan.
2. Membahas bagaimana guru mengelola manajemen dalam kelas.
3. Membahas bagaimana kompetensi yang ada pada diri seorang guru.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 03 November 2018
Waktu : Jalan Gedung Arca, Medan
3.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini yaitu para peserta didik dan menggunakan metode kualitatif.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Observasi langsung
Untuk memperoleh data yang lengkap, maka peneliti menggunakan metode
observasi secara langsung. Dimulai dari mengamai, mencari data, mengelola data, dan
menemukan fakta yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian.
3.5 Analisis Data
Hasil penelitian ini meliputi hasil observasi yang dilakukan di kelas terhadap satu
kelas yaitu kelas X SMA Dwi Warna Medan.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Observasi Pemahaman Peserta Didik
1. Hasil identifikasi karakteristik peserta didik.
Hasil dari Observasi yang telah saya lakukan keterampilan siswa didalam kelas di SMA
Swasta Dwiwarna Medan sangat heterogen. Sebagian siswa sudah banyak tahu, sebagian lagi
belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan dikelas. Ketika saya mengamati satu
persatu karakteristik peserta didik dikelas tersebut kami memperhatikan karakter peserta didik
dalam proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ½ dari siswa yang ada
didalamnya tidak mudah menangkap pelajaran yang diberikan guru dan mereka lebih memilih
bermain dengan cara menggagu temannya yang sedang fokus untuk memahami materi yang
sedang dijelaskan guru.
Ketika ½ jam berlalu kegiatan observasi kami terus berlanjut dan saya terus memperhatikan
siswa yang sedang belajar dan disana mereka merasa bosan mendengar gurunya yang sedang
menceritakan mengenai topik pembahasan mereka yaitu mengenai teks. Bukan hanya siswa yang
malas saja yang ada di kelas XII Sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan tetapi ada juga yang
mau mendengarkan gurunya yang sedang menerangkan topik mengenai teks, entah itu karena
alasan mereka semangat ketika saya mengadakan observasi disana atau mereka memang siswa
yang disiplin dalam proses belajar mengajar, menurut saya bisa benar dan bisa saja salah.
2. Tingkat partisipasi peserta dalam proses pembelajaran.
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan
ikut bertanggung jawab didalamnya. Dengan observasi yang telah saya adakan di SMA Swasta
Dwiwarna Medan, saya tidak memperhatikan siswa-siswi setiap kelas yang ada disana, akan
tetapi saya diperbolehkan mengadakan observasi di kelas tertentu, dikelas tersebut siswa-siswi
tersebut sedang belajar dan mereka aktif dalam tingkat partisipasi dalam proses belajar mengajar
seperti berikut :
-
a. Kerja sama dan keterlibatan dalam kelompok
Siswa di kelas XII turut berpartisipasi serta dalam diskusi-diskusi dan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam kelompok dengan harapan tercapainya nilai yang baik, dari gurunya dalam
kelompok tersebut.
b. Mengajukan pertanyaan
Tidak begitu banyak yang siswa yang mau bertanya,tetapi masih ada siswa yang terlihat
berpartisipasi mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan pertanyaan tersebut kurang jelas baginya
dan mereka tidak dibiasakan untuk selalu bertanya pada gurunya dikelas, mereka akan bertanya
apabila guru sudah memperbolehkan mereka bertanya.
c. Berani memberikan tanggapan terhadap jawaban siswa lain
Siswa-siswi yang saya temui dikelas ketika melakukan observasi, tidak menemukan siswa
yang benar-benar berani dalam menjawab pertanyaan dari gurunya, atau siswa memberikan
tanggapan terhadap temannya sendiri.
d. Memberikan kesimpulan
Siswa yang terlihat berpartisipasi pasti dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Dengan bisa menyimpulakan materi, siswa tersebut dianggap mengusai materi dengan baik dan
berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Tetapi siswa yang saya temui dikelas tidak mau
memberikan kesimpulannya terhadap pembelajaran yang sedang mereka jalani.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi belajar adalah
keterlibatan mental, emosi, dan fisik peserta didik dalam memberikan respon terhadap kegiatan
yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar hingga mereka sampai kejenjang yang lebih
tinggi seperti perguruan tinggi.
3. Pengaturan kelas
Pengaturan kelas merupakan istilah berkenaan dengan bagaimana seorang guru menyusun
suatu kelas untuk pembelajaran, bagaimana guru berinteraksi dengan siswa dan mendorong
siswa untuk berinteraksi dengan siswa lainnya, bagaimana guru menangani perilaku salah satu
siswa, bagaimana guru membuat dan menjalankan aturan, dan bagaimana guru mengatur waktu.
Sebagaimana pengaturan kelas yang dilakukan disekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan,
tatanan kelas berbentuk seperti pada umumnya. Selama saya melakukan observasi dikelas XII,
-
saya hanya melihat guru mengajak siswa untuk membuat kerja kelompok agar mereka semua
aktif dalam belajar untuk mencari jawaban dan solusi yang mereka dapat dari guru ketika proses
belajar mengajar.
Tetapi saya melihat peserta didik disana dengan perasaan yang canggung dalam proses
belajar mengajar saat itu, mungkin peserta didik pada saat itu tidak bersemangat dalam proses
belajar mengajar dengan cara membuat kelompok masing-masing. Namun gurunya memberikan
nasehat kepada siswanya agar mereka jangan bermain-main lagi karena waktu mereka hanya
tinggal hitungan hari untuk menghadapi Ujian Nasional dan setelah itu, mereka juga harus
berjuang untuk mendapatkan satu kursi di perguruan tinggi negeri. Dengan motivasi yang
diberikan oleh guru tersebut, maka peserta didik menjadi lebih fokus belajar dan mendengarkan
perkataan gurunya tersebut.
4. Masalah dan solusi, penyimpangan perilaku peserta didik
Setiap sekolah pastilah ada permasalahan-permasalahan disetiap sekolah baik itu
permasalahan dari luar sekolah atau dari dalam sekolah. Jadi guru yang mengajar disana mencari
solusi secara bersamaan dengan para siswa agar tidak terjadi kembali pertengkaran anatara dua
belah pihak, dan kepala sekolah dengan tenaga pengurus sekolah memberikan kebijakan
terhadap masalah tersebut demi tercapainya kenyamanan antara kedua belah pihak.
Masalah yang saya temui di sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan, yaitu para siswanya
sangat sering terlambat datang kesekolah. Alasan mereka berbeda-beda, ada yang mengatakan
terlambat bangun, macet, kendaraannya rusak, dan lain-lain. Bahkan pada saat mereka
mengadakan ujian semester pun, masih ada siswa yang terlambat. Solusi yang diberikan oleh
para guru yaitu dengan memberikan sanksi pada siswa yang terlambat seperti yang saya sudah
lihat langsung. Mereka tidak diperbolehkan masuk selama 1 les maka dengan itu mereka akan
merasa rugi karena ketinggalan pelajaran dan pastinya mereka malu dilihat para guru dan
terlebih teman-temannya.
-
5. Pengembangan potensi peserta didik
Keberhasilan pembangunan pendidikan nasional ditentukan oleh kualitas gurunya serta
perangkat sekolah yang bertindak sebagai sumber daya manusia, sebagai roda penggerak tingkat
keberhasilan pembangunan, sekolah dalam hal ini termasuk perangkat sistem di dalamnya adalah
merupakan pengambil keputusan, penentu kebijakan, perancang, pemikir, perencana juga
pelaksana terdepan sebagai pelaku kontrol sekaligus pengamat serta pengawas pembangunan
dalam bidang pendidikan disekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan. Mengingat keberadaan
sumber daya manusia merupakan syarat utama bagi keberhasilan pembangunan pendidikan
dewasa ini, sehingga kualitas pendidikan di Sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan akan berarti
apabila pendidikan yang bersangkutan memiliki sistem yang berkualitas serta relevan dengan
setiap pembangunan. Maka dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia secara
menyeluruh dan berlangsung secara terus menerus yang tentu saja tidak lepas dari arah kebijakan
pemerintah dengan strategi pengembangan yang sudah sedemikian rupa dirancang sehingga
peningkatan kualitas pendidikan merupakan kebijakan dan program yang harus dilaksanakan
secara optimal.
Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dengan peningkatan mutu
pendidikan pada sekolah dasar, mengingat pendidikan sekilas dasar merupakan pondasi untuk
pengembangan ke jenjang pendidikan menengah pertama juga pada jenjang pendidikan
selanjutnya, akan lebih sempurna lagi apabila orangtua berinisiatif menyekolahkan anak-anaknya
yang dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak, maka akan lebih efektif lagi dalam
pengembangannya ketika peserta didik berada pada pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar
pada sekolah dasar merupakan bentuk satuan pendidikan yang sangat urgen keberadaannya,
dalam hal ini seorang anak tanpa menempuh sekolah pendidikan dasar maka yang bersangkutan
tidak akan biasa melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah pertama apalagi pada jenjang
pendidikan setingkat diatasnya.
Keberhasilan peserta didik dalam menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan
selanjutnya sangatlah ditentukan oleh standar kompetensi pada jenjang pendidikan dasar, dengan
demikian, pemerintah dalam hal ini harus benar-benar jeli dan tanggap, agar senantiasa
melakukan terobosan-terobosan untuk mengembangkan kompetensi yang harus dikuasai oleh
guru sekolah dasar, hal ini dimaksudkan agar cita-cita yang ingin dicapai untuk peningkatan
mutu pendidikan dapat terwujud sesuai yang tertuang didalam tujuan pendidikan nasional.
-
B. Observasi Proses Pembelajaran
1. Persiapan Pembelajaran
Guru memasuki ruangan belajar dan menyapa dengan salam. Kemudian peserta didik
memberikan salam kepada guru dan membaca do’a sebelum memulai proses pembelajaran dan
kemudian mengabsen kehadiran siswanya. Guru bersama peserta didik mempersiapkan buku-
buku pelajaran serta perlengkapan belajar lainnya.
2. Membuka pelajaran
Setelah perlengkapan belajar mengajar telah dipersiapkan dengan baik, maka guru mulai
mengulang kembali sedikit materi pembelajaran sebelumnya dan memberi refleksi terhadap
materi tersebut dengan sedikit pertanyaan kepada siswa. Disini, guru akan mengetahui sudah
sejauh mana pemahaman siswa tentang materi tersebut.
3. Inti pembelajaran
Setelah membahas materi pelajaran sebelumnya, guru mulai menjelaskan materi pelajaran
selanjutnya. Saat observasi berlangsung, guru menjelaskan materi akhir pelajaran yang sudah
mendekati ujian semester, sehingga waktu yang diperlukan tidak begitu lama. Proses tanya jawab
antara guru dan peserta didik dilakukan saat guru menjelaskan dan saat guru telah selesai
menjelaskan materi pelajaran.
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal latihan yang telah didiktekan
oleh guru. Dalam pelaksanaannya banyak siswa yang masih kebingungan dan tidak mengetahui
jawaban-jawaban dari pertanyaan itu. Guru menawarkan pada setiap individu untuk
mempresentasikan hasil pekerjaannya. Namun, siswa terlihat malu dan kurang percaya diri untuk
tampil dikelas, sehingga guru menunjuk siswa untuk maju secara bergiliran.
-
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Manajemen kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena situasi dan
kondisi kelas memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal
mungkin.
B. Saran
Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan
lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas
diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang
menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.
-
DAFTAR PUSTAKA
Abdulmuid, Muhibbuddin.2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: Perbit Pengging
Mangkunegaraan.
Bafadal, Ibrahim. 2016. Manajemen di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal
Sekolah Dasar.
Bidwel, 1980. The Analicis Of Educational Productivity. Volume 2. (5 November 2018).
Buhler, Patricia. 2004. Managemet Skills. Jakarta: Prenada Media.
Hadiati, S. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Lembaga Administrasi Negara
Republik Indonesia
Kisbiyanto. 2012. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Mahameru.
Kristiawan, Muhammad. Dkk. 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Lubis, M. Joharis. 2007. Hubungan Komitmen Organisasi dan Pengetahuan Manajemen
dengan Kinerja Kepala SMP di Kota Medan. Masters Thesis, Unimed.
Nurbaiti. 2015. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Volume 9, Nomor 4. (5
November 2018).
Tim Penyusun. 2015. Manajemen Sekolah dan Kepemimpinan Sekolah. Jakarta: Pusat
Pengembangan Tenaga Kependidikan.
-
LAMPIRAN
Gambar sekolah SMP SMA dan SMK Swasta Dwiwarna Medan yang terletak di Jln. Gedung
Arca no.52 Medan.
-
Daftar nama guru baik yang berstatus PNS, NON PNS, TATA USAHA dan PENJAGA di SMA
swasta Dwiwarna Medan.
Fasilitas yang ada di kantor guru yaitu sebuah televisi. Dengan ini, dapat menjalin kekompakan
antar guru karena di waktu senggang mereka akan berkumpul dan menonton bersama sehingga
hubungan antar sesama pendidik terjalin dangan baik.
-
Dokumentasi mahasiswa magang dengan siswa SMA Swasta Dwiwarna Medan