disusun oleh - wordpress.com...2. magang 2 (pengembangan perangkat pembelajaran) 3. magang 3...

25
MANAJEMEN SEKOLAH LAPORAN MINI RISET Dosen Pembimbing : Dr. M. Joharis Lubis, M.M, M.Pd Disusun Oleh OKTAFIANI SIHITE NIM: 2163111036 REGULER C PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2018

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • MANAJEMEN SEKOLAH

    LAPORAN MINI RISET

    Dosen Pembimbing : Dr. M. Joharis Lubis, M.M, M.Pd

    Disusun Oleh

    OKTAFIANI SIHITE

    NIM: 2163111036

    REGULER C

    PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

    JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS BAHASA DAN SENI

    UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

    MEDAN

    2018

  • KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,

    serta kebaikan-Nya penulis dapat menyelesaikan mini riset ini dengan baik meskipun memang

    banyak kekurangan di dalamnya. Penulis berterimakasih kepada Bapak selaku dosen mata kuliah

    yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

    Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta

    pengetahuan kita. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah ini

    terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik,

    saran, dan usulan yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

    Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya

    penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan sangat

    mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini

    diwaktu yang akan datang.

    Medan, November 2018

    Penulis

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

    DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4

    1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................................. 4

    1.3 Batasan Masalah ...................................................................................................... 4

    1.4 Rumusan Masalah .................................................................................................... 4

    1.5 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5

    1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................................... 5

    BAB II KAJIAN TEORI

    2.1 Kompetensi Guru ..................................................................................................... 6

    2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru ....................................................................... 7

    2.1.2 Empat Kompetensi Guru.............................................................................. 7

    2.2 Manajemen kelas ..................................................................................................... 9

    2.2.1 Pengertian Manajemen Kelas ...................................................................... 9

    2.2.2 Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Manajemen Kelas ............................ 10

    2.2.3 Prinsip-prinsip Manajemen Kelas .............................................................. 12

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian ................................................................................................... 14

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................................. 14

    3.3 Objek Penelitian ..................................................................................................... 14

    3.4 Teknik Pengumpulan Data ..................................................................................... 14

    3.5 Analisis Data .......................................................................................................... 14

  • BAB IV HASIL PENELITIAN

    4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................................... 15

    4.2 Pembahasan............................................................................................................ 15

    BAB V PENUTUP

    5.1 Simpulan ............................................................................................................... 20

    5.2 Saran ...................................................................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

    LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................. 22

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Untuk mengembangkan mahasiswa yang profesional dan berkualitas, maka perlu dilakukan

    pengenalan langsung ke sekolah agar diharapkan mahasiswa akan terbentuk 4 kompetensi guru

    dalam diri mahasiswa yaitu kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik, dan kompetensi

    profesional.

    Untuk mencapai tersebut pihak UNIMED telah mempersiapkan mata kuliah wajib bagi

    mahasiswa yaitu Program Magang yang terdiri atas tiga yaitu:

    1. Magang 1 (Observasi Sekolah).

    2. Magang 2 (Pengembangan Perangkat Pembelajaran)

    3. Magang 3 (Mengajar Terbimbing).

    1.2 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai

    berikut:

    - Kultur dalam manajemen sekolah harus diketahui bagaimana keadaannya

    - Masih kurangnya kompetensi yang ada dalam diri guru

    1.3 Batasan Masalah

    Dalam beberapa masalah yang muncul dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi

    dengan mencari tahu bagaimana manajemen kelas serta kompetensi yang dimiliki oleh guru.

    1.4 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian batasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

    1. Bagaimana kultur yang ada dalam sekolah Dwi Warna Medan?

    2. Dapatkah guru mengelola manajemen dalam kelas?

    3. Bagaimana kompetensi yang ada pada diri seorang guru?

  • 1.5 Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Mengetahui Bagaimana kultur yang ada dalam sekolah Dwi Warna Medan.

    2. Dapat mengetahui bagaimana guru mengelola manajemen dalam kelas.

    3. Untuk mengetahui bagaimana kompetensi yang ada pada diri seorang guru.

    1.6 Manfaat Penelitian

    1. Bagi Guru

    - Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi

    pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang

    tentunya berpengaruh pada hasil belajar siswa.

    - Menjadi masukan untuk menerapkan manajemen kelas yang baik.

    2. Bagi Sekolah

    Perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa yang

    akhirnya berpengaruh pada kualitas lulusan sekolah.

  • BAB II

    KAJIAN TEORI

    2.1 KOMPETENSI GURU

    Kompeten dan kompetensi adalah dua kata yang semakin sering diucapkan dalam

    lingkup bisnis maupun organisasi pemerintah belakangan ini. Saking seringnya, makna

    hakiki kedua kata itu pun cenderung disederhanakan. Kompeten dan kompetensi, misalnya,

    dianggap sama dengan keahlian atau kemampuan. Orang yang ahli di bidang teknik

    bangunan, umpamanya, dianggap kompeten di bidang teknik bangunan. Padahal, kompetensi

    seorang ahli teknik bangunan yang berprofesi sebagai dosen akan berbeda dengan ahli teknik

    bangunan yang berprofesi sebagai Manajer Proyek. Di sini terlihat, bahwa kompetensi

    individu tidak bisa berdiri sendiri hanya sebatas kebiasaan atau kemampuan seseorang, tetapi

    ia terkait erat dengan tugas dan profesi yang dijalankan orang itu dalam pekerjaan.

    Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang factor penting dalam keberhasilan

    seseorang dalam pekerjaannya. Sebagai contoh guru sebagai salah satu profesi, Undang-

    Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa Guru wajib

    memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,

    serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya

    Mendiknas RI melalui Permen Nomor 16 Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi

    Akademik dan Kompetensi Guru. Identifikasi kompetensi guru yang tepat dianggap memiliki

    nilai prediksi yang valid untuk keberhasilan guru dalam pekerjaannya.

    ”Apakah arti sebenarnya kompetensi dan bagaimana pula dengan pengertian kompetensi

    guru?”, menjadi pertanyaan yang sangat penting untuk dijawab. Pemahaman yang

    mendalam tentang pengertian kompetensi akan memberikan dasar dalam upaya menjadi

    guru yang berhasil sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan.

  • 2.1.1 Pengertian Kompetensi Guru

    Depdiknas merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan

    nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Berdasarkan

    definsi tersebut Rastodio (2009) mendefinisikan kompetensi guru sebagai penguasaan

    terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan

    berpikir dan bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.

    Selanjutnya Kepmendiknas nomor 16 Tahun 2007 menetapkan standar kompetensi

    guru yang dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi : kompetensi pedagogik,

    kepribadian, sosial, dan profesional. Penjelasan keempat kompetensi ini secara ringkas

    dijelaskan sebagai berikut :

    1...... Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran.

    2. Kompetensi kepribadian adalah adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

    berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

    3. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

    berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,

    orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

    4. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara

    luas dan mendalam.

    2.1.2 Empat Kompetensi Guru

    A. Kompetensi Pedagogik

    Kompetensi ini menyangkut kemampuan seorang guru dalam mengajar dan mendidik.

    Kemampuan ini didukung oleh kemampuan dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi

    pembelajaran serta kemampuan dalam memahami dan memperkembang-kan peserta didik.

    Dalam hasil observasi yang telah saya lakukan sendiri di SMA Swasta Dwiwarna Medan melihat

    bahwa guru bidang studi bahasa Indonesia tersebut telah memiliki potensi pedagogik yang baik,

    dimana guru tersebut telah mampu mengajar dengan baik dan tidak membuat peserta didik

    merasa bosan dengan pelajaran yang ia sampaikan, dan juga guru tersebut menguasai materi

    yang akan ia ajarkan pada peserta didiknya dengan bahasa yang baik, poin-poin materi yang pas

  • dan tepat. Serta guru tersebut bukan hanya menguasai materi yang akan ia ajarkan pada hari itu

    saja melainkan materi yang lain.

    B. Kompetensi Kepribadian

    Di sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan ini, para pendidik memiliki kompetensi

    kepribadian yang tinggi, terlebih lagi tenaga pendidik disini sebagian besar sudah memiliki

    pengalaman yang cukup dalam mengajar, dan mereka dituntut sebagai seorang guru yang

    memiliki kepribadian yang memang harus dimiliki seorang guru.

    Kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki

    oleh guru yang profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri,

    bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa, dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia

    untuk menjadi suri tauladan yang baik. Menurut hasil observasi yang telah saya lakukan di

    sekolah SMA tersebut, kompetensi kepribadian dari guru-guru disana sudah baik, dan mereka

    dapat dijadikan teladan bagi peserta didik mereka, mereka berpakaian rapi dan berwibawa. Hal

    itu menjadi suatu model bagi siswa untuk berpakaian rapi untuk hadir ke sekolah dengan

    memasukkan baju, memakai ikat pinggang, dan bersalaman sebelum dan sesudah melakukan

    pembelajaran terhadap guru.

    C. Kompetensi Sosial

    Kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru,

    pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga

    pendidikan atau juga dengan orang tua /wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Menurut hasil

    observasi yang saya lakukan, kompetensi sosial yang dimiliki oleh guru atau pendidik di SMA

    Swasta Dwiwarna Medan ini sudah baik, mereka memiliki hubungan seperti ibu/bapak dan anak

    dengan para peserta didiknya, dan antara sesama guru juga memiliki hubungan yang baik.

    Hubungan antar guru juga baik, mereka saling bersilaturahmi. Selain itu guru-guru itu juga

    saling bercanda satu sama lain, jika bertemu antar sesama, mereka saling tegur sapa.

  • D. Kompetensi profesional

    Kompetensi psrofesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas

    dan mendalam oleh seorang guru. Menurut hasil observasi yang saya lakukan, kompetensi

    professional yang dimiliki oleh guru atau pendidik di SMA Swasta Dwiwarna Medan ini

    sudah baik, mereka memiliki kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran secara luas dan

    mendalam sehingga mereka dapat menyampaikannya dengan baik pula kepada peserta

    didiknya.

    2.2 MANAJEMEN KELAS

    2.2.1 Pengertian Manajemen Kelas

    Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti

    proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan

    adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan

    dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana

    atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif.

    Terdapat beberapa defenisi tentang manajemen kelas berikut ini :

    1. Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern

    Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan

    ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang

    menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson

    dan Mary Bany, 1970)

    2. Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber

    1986 )

    a. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban

    suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter).

    b. Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban

    suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi).

  • c. Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan

    Permisif).

    d. Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti

    petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak).

    e. Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui

    perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik

    (Pendekatan Instruksional).

    f. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik

    yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan

    (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku).

    g. Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang

    baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim

    Sosioemosional).

    h. Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi

    kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial).

    2.2.2 Tujuan, Aspek, Fungsi dan Masalah Manajemen Kelas

    Tujuan manajemen kelas adalah :

    1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun

    sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan

    kemampuan semaksimal mungkin.

    2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi

    pembelajaran.

    3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan

    memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan

    intelektual siswa dalam kelas.

    4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi,

    budaya serta sifat-sifat individunya (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996

    : 2)

  • Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas

    Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam

    memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan

    suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas

    adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif (

    Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ).

    Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya

    kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi :

    a. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu

    kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu

    kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat

    bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah

    kondisi kelas.

    b. Memelihara agar tugas – tugas itu dapat berjalan lancar.

    c. Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu :

    masalah individual dan masalah kelompok.

    Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti

    a. Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain.

    b. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan.

    c. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain.

    d. Peragaan ketidakmampuan.

    Sedangkan masalah-masalah kelompok yang mungkin muncul dalam kelas :

    a. Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi,

    dan sebagainya.

    b. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya.

    c. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.

    d. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok.

  • e. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap,

    semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru

    seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain. ( Lois

    V.Johnson dan Mary A.Bany, dalam M.Entang dan T.Raka Joni1983 ).

    2.2.3 Prinsip-prinsip Manajemen Kelas

    “Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua

    golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor

    intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian

    siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa

    lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu

    perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.

    Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan

    siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di

    kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya

    dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin

    sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik.

    Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan

    dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang

    dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut.

    1. Hangat dan Antusias

    Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat

    dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada

    aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.

    2. Tantangan

    Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang

    akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan

    munculnya tingkah laku yang menyimpang.

  • 3. Bervariasi

    Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan

    anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa.

    Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan

    menghindari kejenuhan.

    4. Keluwesan

    Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

    mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim

    belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya

    gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan

    sebagainya.

    5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif

    Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal

    yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative.

    Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap

    tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif.

    Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan

    kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses

    belajar mengajar.

    6. Penanaman Disiplin Diri

    Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan

    dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan

    pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak

    didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Desain Penelitian

    Desain penelitian dalam makalah ini yaitu:

    1. Membahas mengenai kultur yang ada dalam sekolah Dwi Warna Medan.

    2. Membahas bagaimana guru mengelola manajemen dalam kelas.

    3. Membahas bagaimana kompetensi yang ada pada diri seorang guru.

    3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada:

    Hari/Tanggal : Sabtu, 03 November 2018

    Waktu : Jalan Gedung Arca, Medan

    3.3 Objek Penelitian

    Objek penelitian ini yaitu para peserta didik dan menggunakan metode kualitatif.

    3.4 Teknik Pengumpulan Data

    Observasi langsung

    Untuk memperoleh data yang lengkap, maka peneliti menggunakan metode

    observasi secara langsung. Dimulai dari mengamai, mencari data, mengelola data, dan

    menemukan fakta yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian.

    3.5 Analisis Data

    Hasil penelitian ini meliputi hasil observasi yang dilakukan di kelas terhadap satu

    kelas yaitu kelas X SMA Dwi Warna Medan.

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN

    A. Observasi Pemahaman Peserta Didik

    1. Hasil identifikasi karakteristik peserta didik.

    Hasil dari Observasi yang telah saya lakukan keterampilan siswa didalam kelas di SMA

    Swasta Dwiwarna Medan sangat heterogen. Sebagian siswa sudah banyak tahu, sebagian lagi

    belum tahu sama sekali tentang materi yang diajarkan dikelas. Ketika saya mengamati satu

    persatu karakteristik peserta didik dikelas tersebut kami memperhatikan karakter peserta didik

    dalam proses belajar mengajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ½ dari siswa yang ada

    didalamnya tidak mudah menangkap pelajaran yang diberikan guru dan mereka lebih memilih

    bermain dengan cara menggagu temannya yang sedang fokus untuk memahami materi yang

    sedang dijelaskan guru.

    Ketika ½ jam berlalu kegiatan observasi kami terus berlanjut dan saya terus memperhatikan

    siswa yang sedang belajar dan disana mereka merasa bosan mendengar gurunya yang sedang

    menceritakan mengenai topik pembahasan mereka yaitu mengenai teks. Bukan hanya siswa yang

    malas saja yang ada di kelas XII Sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan tetapi ada juga yang

    mau mendengarkan gurunya yang sedang menerangkan topik mengenai teks, entah itu karena

    alasan mereka semangat ketika saya mengadakan observasi disana atau mereka memang siswa

    yang disiplin dalam proses belajar mengajar, menurut saya bisa benar dan bisa saja salah.

    2. Tingkat partisipasi peserta dalam proses pembelajaran.

    Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan

    ikut bertanggung jawab didalamnya. Dengan observasi yang telah saya adakan di SMA Swasta

    Dwiwarna Medan, saya tidak memperhatikan siswa-siswi setiap kelas yang ada disana, akan

    tetapi saya diperbolehkan mengadakan observasi di kelas tertentu, dikelas tersebut siswa-siswi

    tersebut sedang belajar dan mereka aktif dalam tingkat partisipasi dalam proses belajar mengajar

    seperti berikut :

  • a. Kerja sama dan keterlibatan dalam kelompok

    Siswa di kelas XII turut berpartisipasi serta dalam diskusi-diskusi dan kegiatan-kegiatan yang

    dilaksanakan dalam kelompok dengan harapan tercapainya nilai yang baik, dari gurunya dalam

    kelompok tersebut.

    b. Mengajukan pertanyaan

    Tidak begitu banyak yang siswa yang mau bertanya,tetapi masih ada siswa yang terlihat

    berpartisipasi mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan pertanyaan tersebut kurang jelas baginya

    dan mereka tidak dibiasakan untuk selalu bertanya pada gurunya dikelas, mereka akan bertanya

    apabila guru sudah memperbolehkan mereka bertanya.

    c. Berani memberikan tanggapan terhadap jawaban siswa lain

    Siswa-siswi yang saya temui dikelas ketika melakukan observasi, tidak menemukan siswa

    yang benar-benar berani dalam menjawab pertanyaan dari gurunya, atau siswa memberikan

    tanggapan terhadap temannya sendiri.

    d. Memberikan kesimpulan

    Siswa yang terlihat berpartisipasi pasti dapat menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

    Dengan bisa menyimpulakan materi, siswa tersebut dianggap mengusai materi dengan baik dan

    berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Tetapi siswa yang saya temui dikelas tidak mau

    memberikan kesimpulannya terhadap pembelajaran yang sedang mereka jalani.

    Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi belajar adalah

    keterlibatan mental, emosi, dan fisik peserta didik dalam memberikan respon terhadap kegiatan

    yang dilaksanakan dalam proses belajar mengajar hingga mereka sampai kejenjang yang lebih

    tinggi seperti perguruan tinggi.

    3. Pengaturan kelas

    Pengaturan kelas merupakan istilah berkenaan dengan bagaimana seorang guru menyusun

    suatu kelas untuk pembelajaran, bagaimana guru berinteraksi dengan siswa dan mendorong

    siswa untuk berinteraksi dengan siswa lainnya, bagaimana guru menangani perilaku salah satu

    siswa, bagaimana guru membuat dan menjalankan aturan, dan bagaimana guru mengatur waktu.

    Sebagaimana pengaturan kelas yang dilakukan disekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan,

    tatanan kelas berbentuk seperti pada umumnya. Selama saya melakukan observasi dikelas XII,

  • saya hanya melihat guru mengajak siswa untuk membuat kerja kelompok agar mereka semua

    aktif dalam belajar untuk mencari jawaban dan solusi yang mereka dapat dari guru ketika proses

    belajar mengajar.

    Tetapi saya melihat peserta didik disana dengan perasaan yang canggung dalam proses

    belajar mengajar saat itu, mungkin peserta didik pada saat itu tidak bersemangat dalam proses

    belajar mengajar dengan cara membuat kelompok masing-masing. Namun gurunya memberikan

    nasehat kepada siswanya agar mereka jangan bermain-main lagi karena waktu mereka hanya

    tinggal hitungan hari untuk menghadapi Ujian Nasional dan setelah itu, mereka juga harus

    berjuang untuk mendapatkan satu kursi di perguruan tinggi negeri. Dengan motivasi yang

    diberikan oleh guru tersebut, maka peserta didik menjadi lebih fokus belajar dan mendengarkan

    perkataan gurunya tersebut.

    4. Masalah dan solusi, penyimpangan perilaku peserta didik

    Setiap sekolah pastilah ada permasalahan-permasalahan disetiap sekolah baik itu

    permasalahan dari luar sekolah atau dari dalam sekolah. Jadi guru yang mengajar disana mencari

    solusi secara bersamaan dengan para siswa agar tidak terjadi kembali pertengkaran anatara dua

    belah pihak, dan kepala sekolah dengan tenaga pengurus sekolah memberikan kebijakan

    terhadap masalah tersebut demi tercapainya kenyamanan antara kedua belah pihak.

    Masalah yang saya temui di sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan, yaitu para siswanya

    sangat sering terlambat datang kesekolah. Alasan mereka berbeda-beda, ada yang mengatakan

    terlambat bangun, macet, kendaraannya rusak, dan lain-lain. Bahkan pada saat mereka

    mengadakan ujian semester pun, masih ada siswa yang terlambat. Solusi yang diberikan oleh

    para guru yaitu dengan memberikan sanksi pada siswa yang terlambat seperti yang saya sudah

    lihat langsung. Mereka tidak diperbolehkan masuk selama 1 les maka dengan itu mereka akan

    merasa rugi karena ketinggalan pelajaran dan pastinya mereka malu dilihat para guru dan

    terlebih teman-temannya.

  • 5. Pengembangan potensi peserta didik

    Keberhasilan pembangunan pendidikan nasional ditentukan oleh kualitas gurunya serta

    perangkat sekolah yang bertindak sebagai sumber daya manusia, sebagai roda penggerak tingkat

    keberhasilan pembangunan, sekolah dalam hal ini termasuk perangkat sistem di dalamnya adalah

    merupakan pengambil keputusan, penentu kebijakan, perancang, pemikir, perencana juga

    pelaksana terdepan sebagai pelaku kontrol sekaligus pengamat serta pengawas pembangunan

    dalam bidang pendidikan disekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan. Mengingat keberadaan

    sumber daya manusia merupakan syarat utama bagi keberhasilan pembangunan pendidikan

    dewasa ini, sehingga kualitas pendidikan di Sekolah SMA Swasta Dwiwarna Medan akan berarti

    apabila pendidikan yang bersangkutan memiliki sistem yang berkualitas serta relevan dengan

    setiap pembangunan. Maka dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia secara

    menyeluruh dan berlangsung secara terus menerus yang tentu saja tidak lepas dari arah kebijakan

    pemerintah dengan strategi pengembangan yang sudah sedemikian rupa dirancang sehingga

    peningkatan kualitas pendidikan merupakan kebijakan dan program yang harus dilaksanakan

    secara optimal.

    Pada dasarnya peningkatan mutu pendidikan harus dimulai dengan peningkatan mutu

    pendidikan pada sekolah dasar, mengingat pendidikan sekilas dasar merupakan pondasi untuk

    pengembangan ke jenjang pendidikan menengah pertama juga pada jenjang pendidikan

    selanjutnya, akan lebih sempurna lagi apabila orangtua berinisiatif menyekolahkan anak-anaknya

    yang dimulai dari pendidikan taman kanak-kanak, maka akan lebih efektif lagi dalam

    pengembangannya ketika peserta didik berada pada pendidikan dasar. Jenjang pendidikan dasar

    pada sekolah dasar merupakan bentuk satuan pendidikan yang sangat urgen keberadaannya,

    dalam hal ini seorang anak tanpa menempuh sekolah pendidikan dasar maka yang bersangkutan

    tidak akan biasa melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah pertama apalagi pada jenjang

    pendidikan setingkat diatasnya.

    Keberhasilan peserta didik dalam menempuh pendidikan pada jenjang pendidikan

    selanjutnya sangatlah ditentukan oleh standar kompetensi pada jenjang pendidikan dasar, dengan

    demikian, pemerintah dalam hal ini harus benar-benar jeli dan tanggap, agar senantiasa

    melakukan terobosan-terobosan untuk mengembangkan kompetensi yang harus dikuasai oleh

    guru sekolah dasar, hal ini dimaksudkan agar cita-cita yang ingin dicapai untuk peningkatan

    mutu pendidikan dapat terwujud sesuai yang tertuang didalam tujuan pendidikan nasional.

  • B. Observasi Proses Pembelajaran

    1. Persiapan Pembelajaran

    Guru memasuki ruangan belajar dan menyapa dengan salam. Kemudian peserta didik

    memberikan salam kepada guru dan membaca do’a sebelum memulai proses pembelajaran dan

    kemudian mengabsen kehadiran siswanya. Guru bersama peserta didik mempersiapkan buku-

    buku pelajaran serta perlengkapan belajar lainnya.

    2. Membuka pelajaran

    Setelah perlengkapan belajar mengajar telah dipersiapkan dengan baik, maka guru mulai

    mengulang kembali sedikit materi pembelajaran sebelumnya dan memberi refleksi terhadap

    materi tersebut dengan sedikit pertanyaan kepada siswa. Disini, guru akan mengetahui sudah

    sejauh mana pemahaman siswa tentang materi tersebut.

    3. Inti pembelajaran

    Setelah membahas materi pelajaran sebelumnya, guru mulai menjelaskan materi pelajaran

    selanjutnya. Saat observasi berlangsung, guru menjelaskan materi akhir pelajaran yang sudah

    mendekati ujian semester, sehingga waktu yang diperlukan tidak begitu lama. Proses tanya jawab

    antara guru dan peserta didik dilakukan saat guru menjelaskan dan saat guru telah selesai

    menjelaskan materi pelajaran.

    Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal latihan yang telah didiktekan

    oleh guru. Dalam pelaksanaannya banyak siswa yang masih kebingungan dan tidak mengetahui

    jawaban-jawaban dari pertanyaan itu. Guru menawarkan pada setiap individu untuk

    mempresentasikan hasil pekerjaannya. Namun, siswa terlihat malu dan kurang percaya diri untuk

    tampil dikelas, sehingga guru menunjuk siswa untuk maju secara bergiliran.

  • BAB V

    PENUTUP

    A. Simpulan

    Manajemen kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena situasi dan

    kondisi kelas memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal

    mungkin.

    B. Saran

    Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan

    lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas

    diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang

    menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abdulmuid, Muhibbuddin.2013. Manajemen Pendidikan. Jawa Tengah: Perbit Pengging

    Mangkunegaraan.

    Bafadal, Ibrahim. 2016. Manajemen di Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal

    Sekolah Dasar.

    Bidwel, 1980. The Analicis Of Educational Productivity. Volume 2. (5 November 2018).

    Buhler, Patricia. 2004. Managemet Skills. Jakarta: Prenada Media.

    Hadiati, S. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Lembaga Administrasi Negara

    Republik Indonesia

    Kisbiyanto. 2012. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Mahameru.

    Kristiawan, Muhammad. Dkk. 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

    Lubis, M. Joharis. 2007. Hubungan Komitmen Organisasi dan Pengetahuan Manajemen

    dengan Kinerja Kepala SMP di Kota Medan. Masters Thesis, Unimed.

    Nurbaiti. 2015. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Volume 9, Nomor 4. (5

    November 2018).

    Tim Penyusun. 2015. Manajemen Sekolah dan Kepemimpinan Sekolah. Jakarta: Pusat

    Pengembangan Tenaga Kependidikan.

  • LAMPIRAN

    Gambar sekolah SMP SMA dan SMK Swasta Dwiwarna Medan yang terletak di Jln. Gedung

    Arca no.52 Medan.

  • Daftar nama guru baik yang berstatus PNS, NON PNS, TATA USAHA dan PENJAGA di SMA

    swasta Dwiwarna Medan.

    Fasilitas yang ada di kantor guru yaitu sebuah televisi. Dengan ini, dapat menjalin kekompakan

    antar guru karena di waktu senggang mereka akan berkumpul dan menonton bersama sehingga

    hubungan antar sesama pendidik terjalin dangan baik.

  • Dokumentasi mahasiswa magang dengan siswa SMA Swasta Dwiwarna Medan